Harmoni Atribut-Atribut Ilahi: Suatu Tinjauan Teologi Reformed

Pendahuluan
Dalam doktrin tentang Allah (theologia propria), salah satu pertanyaan sentral adalah bagaimana memahami sifat-sifat Allah. Sejak zaman patristik hingga Reformasi, para teolog menekankan bahwa Allah adalah sempurna, sederhana (divine simplicity), tidak terbagi, dan tidak berubah. Namun, di sisi lain, Alkitab menyingkapkan atribut-atribut Allah yang beragam: kasih, keadilan, kekudusan, hikmat, kuasa, dan kemurahan.
Tantangannya adalah: bagaimana kita memahami relasi antar atribut ini? Apakah keadilan Allah bertentangan dengan kasih-Nya? Apakah kekudusan-Nya meniadakan belas kasih-Nya? Pertanyaan-pertanyaan ini menemukan jawabannya dalam konsep harmoni atribut-atribut ilahi.
Dalam tradisi Reformed, para teolog seperti Stephen Charnock, John Owen, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof menekankan bahwa seluruh atribut Allah tidak saling bertentangan, melainkan membentuk kesatuan yang sempurna di dalam diri Allah. Harmoni ini paling jelas dinyatakan dalam karya penebusan Kristus, di mana keadilan dan kasih Allah berpadu secara sempurna.
I. Fondasi Biblika tentang Atribut Allah
1. Allah sebagai Sempurna dan Tidak Terbagi
Ulangan 6:4 menyatakan, “TUHAN itu esa.” Esa di sini bukan hanya dalam arti monoteisme, tetapi juga menunjuk pada kesatuan sempurna dalam keberadaan-Nya. Allah tidak terbagi dalam atribut-atribut yang saling bertentangan.
Yakobus 1:17 menegaskan bahwa pada Allah “tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat Allah tidak dapat berubah, bertentangan, atau saling meniadakan.
2. Atribut Keadilan dan Kasih
Mazmur 89:15 berkata: “Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.” Ayat ini menegaskan harmoni antara keadilan dan kasih Allah.
Roma 3:25-26 menyingkapkan bahwa salib Kristus adalah manifestasi dari kebenaran Allah yang menegakkan keadilan, sekaligus menyatakan kasih-Nya.
3. Atribut Kekudusan dan Anugerah
Yesaya 6 menggambarkan kekudusan Allah yang mutlak, sementara Yohanes 3:16 menegaskan kasih karunia Allah. Alkitab tidak memisahkan keduanya, melainkan menyatakannya secara harmonis dalam Kristus.
II. Perspektif Historis tentang Harmoni Atribut Ilahi
1. Bapa-Bapa Gereja
Agustinus menegaskan bahwa Allah adalah kasih (Deus caritas est), tetapi kasih itu tidak terlepas dari kekudusan dan keadilan-Nya. Baginya, seluruh atribut Allah adalah ekspresi dari esensi ilahi yang tunggal.
2. Abad Pertengahan
Thomas Aquinas menekankan konsep divine simplicity: Allah tidak terdiri dari bagian-bagian. Atribut-atribut Allah bukanlah kualitas terpisah, melainkan identik dengan esensi Allah.
3. Reformasi
Reformator seperti Luther dan Calvin mengkritik spekulasi skolastik berlebihan, tetapi tetap menekankan bahwa Allah tidak terbagi dalam sifat-sifat yang saling bertentangan. Calvin dalam Institutes menyatakan bahwa setiap atribut Allah adalah “apa adanya Allah” dan tidak ada ketidakharmonisan di dalam-Nya.
III. Teologi Reformed tentang Harmoni Atribut-Atribut Ilahi
1. Stephen Charnock
Dalam karyanya The Existence and Attributes of God, Charnock menegaskan bahwa atribut-atribut Allah bukanlah bagian-bagian terpisah, tetapi kesempurnaan ilahi yang tunggal. Ia menulis: “Apa yang kita sebut atribut hanyalah cara kita memahami esensi Allah yang tunggal.”
2. John Owen
Owen melihat harmoni atribut Allah secara khusus dalam penebusan. Salib adalah tempat di mana kasih Allah yang kekal dan keadilan-Nya yang kudus bertemu. Menurut Owen, tanpa salib, kita tidak dapat memahami keselarasan sempurna antara kasih dan keadilan Allah.
3. Jonathan Edwards
Edwards menekankan bahwa keindahan Allah terletak pada harmoni atribut-Nya. Dalam The End for Which God Created the World, ia menulis bahwa kemuliaan Allah terlihat ketika atribut-atribut-Nya dinyatakan dalam keselarasan sempurna.
4. Herman Bavinck
Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan prinsip organicity: semua atribut Allah saling terkait dan membentuk satu kesatuan organis. Bagi Bavinck, kasih, kekudusan, dan keadilan bukanlah kualitas yang bersaing, tetapi ekspresi berbeda dari Allah yang esa.
5. Louis Berkhof
Dalam Systematic Theology, Berkhof menegaskan bahwa kita tidak boleh menonjolkan satu atribut Allah di atas yang lain. Semua atribut harus dilihat dalam keseimbangan dan harmoni.
IV. Harmoni Atribut Ilahi dalam Salib Kristus
1. Keadilan dan Kasih
Roma 3:25-26 menekankan bahwa Allah menyatakan keadilan-Nya melalui kematian Kristus sebagai penebusan, sekaligus menyatakan kasih-Nya kepada orang berdosa.
Anselmus dalam Cur Deus Homo menekankan bahwa salib diperlukan karena keadilan Allah harus ditegakkan, namun Reformasi memperdalam bahwa salib juga adalah pernyataan kasih Allah yang terbesar.
2. Kekudusan dan Anugerah
Salib menunjukkan bahwa Allah tidak dapat mengabaikan dosa (karena Ia kudus), tetapi Ia juga rela memberikan anugerah (karena Ia penuh kasih). Inilah harmoni yang tak terlukiskan.
3. Hikmat Allah
1 Korintus 1:18-25 menyebut salib sebagai hikmat Allah. Harmoni atribut Allah dalam salib bukan hanya keadilan dan kasih, tetapi juga hikmat yang mengatasi kebodohan manusia.
V. Harmoni Atribut dalam Doktrin Reformed
1. Divine Simplicity
Reformed menegaskan bahwa Allah sederhana (tidak terbagi). Atribut-atribut-Nya bukan bagian-bagian, melainkan esensi Allah itu sendiri. Harmoni atribut adalah konsekuensi langsung dari kesederhanaan Allah.
2. Divine Immutability
Karena Allah tidak berubah, atribut-Nya tidak dapat saling bertentangan. Ia senantiasa adil dan kasih, kudus dan murah hati, secara bersamaan.
3. Covenantal Harmony
Dalam perjanjian anugerah, kita melihat harmoni atribut Allah. Ia setia pada janji-Nya (kesetiaan), adil dalam menghukum dosa (keadilan), penuh kasih dalam menyelamatkan umat-Nya (kasih karunia), dan berhikmat dalam mengatur sejarah keselamatan (hikmat).
VI. Tantangan Teologis dan Jawaban Reformed
1. Apakah Keadilan Mengalahkan Kasih?
Jawaban Reformed: tidak. Dalam salib, kasih dan keadilan bertemu tanpa kompromi. Allah tidak mengorbankan salah satu atribut demi yang lain.
2. Apakah Kekudusan Menghambat Anugerah?
Jawaban: kekudusan justru memperdalam makna anugerah. Karena Allah kudus, dosa begitu serius. Karena itu, anugerah yang menyelamatkan begitu berharga.
3. Apakah Atribut Allah Bersifat Hirarkis?
Jawaban: tidak. Bavinck menekankan bahwa tidak ada atribut yang lebih tinggi dari yang lain. Semua atribut saling melengkapi dalam kesempurnaan Allah.
VII. Implikasi Praktis bagi Kehidupan Orang Percaya
1. Dasar Penghiburan
Orang percaya dapat yakin bahwa Allah tidak bertindak secara kontradiktif. Ketika Ia menghukum, itu tidak bertentangan dengan kasih-Nya. Ketika Ia mengasihi, itu tidak meniadakan kekudusan-Nya.
2. Dorongan untuk Kekudusan
Karena Allah adalah kasih dan kudus secara harmonis, orang percaya dipanggil untuk menghidupi kasih yang kudus, bukan kasih yang permisif.
3. Kepastian Keselamatan
Harmoni atribut Allah menjamin keselamatan kita. Keadilan Allah ditegakkan di salib, sehingga kasih-Nya kepada kita tidak pernah goyah.
4. Landasan Ibadah
Ibadah Kristen berakar pada keindahan Allah yang sempurna. Menyadari harmoni atribut-Nya menuntun umat percaya untuk memuji Allah dengan penuh kekaguman.
Kesimpulan
Doktrin tentang harmoni atribut-atribut ilahi adalah kebenaran fundamental dalam teologi Reformed. Allah tidak terbagi, tidak berubah, dan tidak kontradiktif. Semua atribut-Nya—kasih, keadilan, kekudusan, hikmat, kuasa—berpadu dalam kesempurnaan ilahi.
Harmoni ini paling nyata dinyatakan dalam salib Kristus, di mana kasih dan keadilan Allah bertemu secara sempurna. Salib menjadi puncak penyataan Allah yang harmonis dan indah.
Dengan demikian, teologi Reformed menegaskan bahwa mengenal Allah berarti menyadari keindahan harmoni atribut-Nya. Inilah sumber penghiburan, dorongan kekudusan, kepastian keselamatan, dan dasar ibadah kita.
Seperti kata Jonathan Edwards: “The glory of God is the harmony of all His perfections.” Kemuliaan Allah adalah harmoni dari seluruh kesempurnaan-Nya—suatu harmoni yang menjadi dasar iman dan kehidupan orang percaya.