Diberkati untuk Menguasai dan Mengelola (Kejadian 1:28)

Diberkati untuk Menguasai dan Mengelola (Kejadian 1:28)

“Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”

Pendahuluan

Kejadian 1:28 sering disebut sebagai mandat budaya (cultural mandate), di mana Allah memberi perintah kepada manusia untuk beranak cucu, memenuhi bumi, menaklukkannya, dan berkuasa atas ciptaan lain. Ayat ini menjadi dasar pemahaman Reformed tentang relasi manusia dengan dunia: manusia dipanggil untuk mengelola ciptaan sebagai wakil Allah.

Namun, teks ini bukan hanya perintah, tetapi juga berawal dari berkat: “Allah memberkati mereka…”. Dengan kata lain, panggilan untuk menguasai dan mengelola bukan semata tugas, tetapi juga anugerah. Dalam Artikel ini, kita akan melihat:

  1. Allah yang memberkati manusia dengan mandat budaya.

  2. Arti “menguasai” dan “mengelola” dalam terang Alkitab.

  3. Tafsiran para teolog Reformed tentang mandat budaya.

  4. Relevansi bagi gereja dan orang percaya masa kini.

I. Allah Memberkati Manusia dengan Mandat Budaya

1. Berkat Sebelum Perintah

Kejadian 1:28 dimulai dengan: “Allah memberkati mereka…”. John Calvin menekankan bahwa berkat Allah mendahului perintah. Artinya, kemampuan untuk melaksanakan mandat budaya berasal dari anugerah Allah, bukan kekuatan manusia.

Calvin menulis dalam Commentary on Genesis:

“Berkat Allah adalah sumber kekuatan bagi manusia untuk berkembang biak, memenuhi bumi, dan mengelola ciptaan. Tanpa berkat itu, usaha manusia tidak akan berhasil.”

Dengan demikian, mandat budaya bukan sekadar kewajiban moral, tetapi bagian dari anugerah Allah.

2. Berkat yang Bersifat Universal

Mandat ini diberikan kepada manusia pertama, Adam dan Hawa, mewakili seluruh umat manusia. Herman Bavinck menyebut mandat budaya ini sebagai “tugas universal umat manusia” yang berlaku bagi semua orang, baik percaya maupun tidak.

Ini berarti mandat budaya bersifat inklusif: setiap manusia, sebagai gambar Allah, memiliki panggilan untuk beranak cucu, mengembangkan kebudayaan, dan mengelola dunia.

3. Berkat yang Mempersatukan

Mandat budaya tidak hanya menekankan pertumbuhan biologis (beranak cucu), tetapi juga pertumbuhan sosial dan budaya. Manusia dipanggil untuk membangun keluarga, komunitas, dan masyarakat yang mencerminkan tatanan Allah.

Anthony Hoekema menegaskan:

“Mandat budaya adalah dasar dari semua aktivitas manusia: ilmu pengetahuan, seni, ekonomi, politik, dan kehidupan sosial. Semua itu merupakan cara manusia memenuhi bumi sesuai rencana Allah.”

II. Arti “Menguasai” dan “Mengelola”

1. “Taklukkanlah Itu” (kabash)

Kata Ibrani kabash berarti “menaklukkan” atau “membuat tunduk.” Namun, ini tidak boleh dipahami sebagai eksploitasi. Dalam konteks Kejadian, ciptaan awal adalah “sungguh amat baik” (1:31). Maka, penaklukan berarti mengelola ciptaan agar sesuai dengan maksud Allah.

Louis Berkhof menegaskan bahwa “menaklukkan” berarti mengorganisasi, mengembangkan, dan membawa ciptaan kepada potensi maksimalnya untuk kemuliaan Allah.

2. “Berkuasalah” (radah)

Kata Ibrani radah berarti “memerintah” atau “menguasai.” Namun, pemerintahan manusia atas ciptaan bukanlah pemerintahan tirani, melainkan pemerintahan wakil Allah.

Abraham Kuyper menulis:

“Manusia tidak menjadi raja mutlak atas ciptaan, melainkan wakil Allah yang memerintah di bawah kedaulatan Kristus. Tidak ada satu inci pun di bumi ini yang lepas dari pemerintahan Kristus.”

Artinya, kuasa manusia harus dijalankan dalam kerangka penatalayanan (stewardship), bukan eksploitasi.

3. Prinsip Keseimbangan

“Taklukkan” dan “berkuasa” harus dipahami dalam kerangka berkat Allah. Manusia diberi otoritas, tetapi juga tanggung jawab. Kuasa bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk mengelola dengan bijaksana.

Mazmur 8:6-7 menegaskan hal ini: “Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang…”

III. Tafsiran Teolog Reformed tentang Mandat Budaya

1. John Calvin

Calvin menekankan bahwa mandat budaya adalah bagian dari martabat manusia sebagai gambar Allah. Kuasa atas ciptaan adalah anugerah, tetapi setelah kejatuhan, kuasa ini sering disalahgunakan. Karena itu, mandat budaya hanya dapat dipahami dengan benar dalam terang Kristus yang memulihkan gambar Allah dalam diri kita.

2. Herman Bavinck

Bavinck melihat mandat budaya sebagai panggilan manusia untuk mengembangkan potensi ciptaan. Ilmu pengetahuan, seni, teknologi, dan kebudayaan adalah bagian dari penggenapan mandat ini. Namun, Bavinck juga menekankan perlunya penebusan di dalam Kristus agar mandat ini tidak jatuh pada penyalahgunaan.

3. Abraham Kuyper

Kuyper terkenal dengan ungkapan: “Tidak ada satu inci pun dalam seluruh wilayah kehidupan manusia yang Kristus tidak berteriak: Itu milik-Ku!” Bagi Kuyper, mandat budaya menegaskan kedaulatan Kristus atas semua bidang kehidupan: politik, ekonomi, pendidikan, seni, dan lain-lain.

4. Louis Berkhof

Berkhof menjelaskan mandat budaya sebagai bagian dari covenant of works (perjanjian perbuatan). Mandat ini menunjukkan tugas manusia untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah. Walau manusia gagal karena dosa, prinsip mandat budaya tetap berlaku, namun hanya dapat dipulihkan melalui Kristus.

5. Anthony Hoekema

Hoekema menegaskan bahwa mandat budaya tetap relevan bagi orang percaya. Dalam Kristus, orang percaya dipanggil untuk mengelola dunia sebagai persiapan menuju ciptaan baru. Apa yang dilakukan dalam ketaatan kepada mandat ini akan menemukan penggenapan dalam langit dan bumi baru.

IV. Relevansi Mandat Budaya Bagi Gereja Masa Kini

1. Gereja dan Kehidupan Sosial

Mandat budaya menegaskan bahwa iman Kristen bukan hanya urusan pribadi atau ibadah, tetapi juga meliputi seluruh kehidupan sosial. Gereja tidak boleh menarik diri dari dunia, tetapi harus hadir dalam pendidikan, politik, seni, dan budaya untuk memuliakan Allah.

2. Tanggung Jawab Lingkungan

Dalam konteks krisis ekologi modern, mandat budaya relevan sekali. Gereja dipanggil untuk menolak eksploitasi alam dan mempromosikan pengelolaan ciptaan yang bijaksana. Manusia adalah pengelola, bukan pemilik mutlak.

3. Tanggung Jawab Ekonomi

Mandat budaya juga berlaku dalam bidang ekonomi. Bekerja, berbisnis, dan membangun masyarakat adalah bagian dari ketaatan pada Allah. Paulus berkata: “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (2 Tesalonika 3:10). Kerja adalah bagian dari panggilan manusia untuk memenuhi bumi.

4. Tanggung Jawab Keluarga

Bagian pertama mandat budaya adalah “beranak cuculah dan bertambah banyak.” Ini menegaskan pentingnya keluarga dalam rencana Allah. Keluarga Kristen menjadi sarana utama melanjutkan berkat Allah melalui pendidikan iman, kasih, dan pengelolaan dunia.

5. Tanggung Jawab Misi

Mandat budaya bukan pengganti Amanat Agung, tetapi melengkapi. Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil (misi) dan mengelola dunia (budaya). Kedua panggilan ini berjalan beriringan. Kuyper menegaskan bahwa Kristus adalah Raja atas gereja dan dunia. Maka, penginjilan dan pengelolaan budaya adalah bagian dari satu panggilan besar.

V. Aplikasi Praktis

  1. Bagi Pribadi
    Setiap pekerjaan, sekecil apapun, adalah bagian dari mandat budaya. Guru, petani, dokter, ibu rumah tangga, dan seniman semua menggenapi mandat Allah ketika mereka bekerja dengan setia.

  2. Bagi Keluarga
    Membangun keluarga yang takut akan Allah adalah bentuk ketaatan pada mandat budaya. Anak-anak dipandang sebagai berkat dan bagian dari panggilan Allah untuk memenuhi bumi dengan umat-Nya.

  3. Bagi Gereja
    Gereja harus menolong jemaat untuk melihat pekerjaan dan profesi mereka sebagai panggilan ilahi, bukan sekadar urusan duniawi. Gereja juga dipanggil untuk memberi kontribusi nyata dalam pendidikan, kesehatan, dan keadilan sosial.

  4. Bagi Masyarakat
    Orang Kristen harus menjadi teladan dalam menjaga lingkungan, menegakkan keadilan, dan membangun masyarakat yang harmonis. Semua ini adalah bentuk pengelolaan ciptaan untuk kemuliaan Allah.

Kesimpulan

Kejadian 1:28 menyingkapkan mandat besar Allah kepada manusia: diberkati untuk menguasai dan mengelola. Mandat ini bukan hanya perintah, tetapi berawal dari berkat. Allah memberi kuasa, tetapi juga tanggung jawab.

Para teolog Reformed menegaskan bahwa mandat budaya adalah panggilan universal manusia sebagai gambar Allah, namun hanya dalam Kristus mandat ini dapat dijalankan dengan benar. Kristus adalah Raja atas seluruh ciptaan, dan kita dipanggil untuk mengelola dunia sebagai wakil-Nya.

Mari kita jalani hidup dengan kesadaran bahwa setiap aspek kehidupan—keluarga, pekerjaan, budaya, lingkungan, dan masyarakat—adalah panggilan dari Allah. Kita diberkati bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk menguasai dan mengelola ciptaan demi kemuliaan-Nya.

Next Post Previous Post