Injil yang Layak Diterima oleh Semua Orang

Injil yang Layak Diterima oleh Semua Orang

Pendahuluan

Injil adalah kabar baik Allah bagi dunia yang telah jatuh dalam dosa. Rasul Paulus berkata dalam 1 Timotius 1:15, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa—dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” Ayat ini menjadi dasar dari tema kita hari ini: Injil adalah kabar baik yang layak diterima sepenuhnya oleh semua orang, tanpa terkecuali.

Andrew Fuller, seorang teolog Baptis Reformed pada abad ke-18, menulis sebuah karya klasik berjudul “The Gospel Worthy of All Acceptation”. Dalam buku itu, ia menegaskan bahwa Injil bukan hanya kabar baik untuk kelompok tertentu, tetapi bagi seluruh umat manusia. Injil harus diberitakan secara universal, meskipun penerimaan Injil itu hanya mungkin melalui kasih karunia Allah. Pandangan Fuller kemudian memengaruhi misi dunia, termasuk gerakan William Carey—“bapak misi modern.”

Hari ini kita akan menggali kebenaran tersebut secara ekspositori, dengan tujuan agar kita semakin memahami:

  1. Hakikat Injil yang sejati.

  2. Mengapa Injil layak diterima semua orang.

  3. Tanggung jawab kita terhadap Injil.

  4. Pandangan beberapa pakar teologi Reformed tentang universalisme Injil namun partikularisme anugerah.

  5. Implikasi praktis bagi hidup kita sebagai orang percaya.

1. Hakikat Injil: Kabar Baik tentang Kristus

Injil bukanlah sekadar ajaran moral, bukan pula sekadar berita tentang perubahan sosial. Injil adalah kabar baik bahwa Allah dalam Kristus telah datang untuk menyelamatkan orang berdosa.

a. Injil adalah karya Allah, bukan manusia

Paulus menulis dalam Roma 1:16, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.”
Di sini jelas: Injil bukanlah sekadar kata-kata manusia. Injil mengandung kuasa ilahi yang mengubah hati.

b. Injil berpusat pada Kristus

Calvin menegaskan: “Seluruh Injil berpusat pada Kristus; memisahkan Kristus dari Injil sama saja dengan menghancurkan Injil.” Kristus adalah inti dari kabar baik—kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan karya penebusan-Nya.

c. Injil menyatakan kasih karunia

Reformed Theology menekankan bahwa Injil adalah sola gratia—keselamatan hanya oleh kasih karunia. Injil bukan undangan kepada manusia untuk “berusaha lebih baik,” tetapi pengumuman bahwa Allah telah bertindak menyelamatkan melalui Kristus.

2. Mengapa Injil Layak Diterima oleh Semua Orang

1 Timotius 1:15 menyebut Injil sebagai perkataan yang patut diterima sepenuhnya. Mengapa demikian?

a. Karena Injil menyentuh kebutuhan terdalam manusia

Semua manusia berdosa (Roma 3:23). Tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Allah. Maka, Injil bukan sekadar opsi, melainkan kebutuhan mutlak. Seperti obat bagi orang sakit, demikianlah Injil bagi dunia berdosa.

b. Karena Injil memiliki dasar yang pasti

Yesus Kristus sungguh datang ke dunia, mati, dan bangkit. Fakta sejarah ini adalah fondasi Injil. Kita tidak ditawarkan sekadar “harapan kosong,” melainkan janji yang sudah digenapi dalam Kristus.

c. Karena Injil bersifat universal dalam pemberitaan

Yesus memerintahkan murid-murid-Nya: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Markus 16:15). Perintah ini menegaskan bahwa Injil bukan hanya untuk bangsa Israel, tetapi untuk semua suku, bahasa, dan bangsa.

d. Karena Injil adalah tawaran kasih karunia

Walau tidak semua orang akan menerima Injil (karena hati yang keras), tawaran Injil tetap tulus. Seperti kata John Murray: “Injil harus diberitakan dengan tulus kepada semua orang, karena di dalam tawaran Injil terkandung keseriusan kasih Allah.”

3. Tanggung Jawab Manusia terhadap Injil

Di sinilah Andrew Fuller memberikan koreksi terhadap Hyper-Calvinisme pada zamannya. Ada kelompok yang beranggapan bahwa karena Allah sudah menentukan siapa yang diselamatkan, maka Injil tidak perlu ditawarkan kepada semua orang. Fuller menentang pandangan itu.

a. Semua orang dipanggil untuk percaya

Yesus sendiri berkata, “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:15). Ini adalah perintah, bukan sekadar ajakan. Setiap orang memiliki tanggung jawab moral untuk merespons Injil.

b. Menolak Injil adalah dosa besar

Yohanes 3:19 berkata: “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang.” Menolak Injil bukan sekadar pilihan netral, melainkan penolakan terhadap terang Allah.

c. Iman adalah anugerah, tetapi juga kewajiban

Reformed Theology menegaskan bahwa iman adalah pemberian Allah (Efesus 2:8-9). Namun, ini tidak menghapus tanggung jawab manusia. Charles Hodge berkata: “Anugerah tidak menghapus kewajiban; justru kewajiban menegaskan kebutuhan anugerah.”

4. Pandangan Para Teolog Reformed tentang Universalisme Injil dan Partikularisme Anugerah

a. John Calvin

Calvin menegaskan bahwa Injil harus diberitakan kepada semua orang, tetapi hanya yang dipilih yang akan merespons. Ia berkata: “Kristus ditawarkan kepada semua orang melalui Injil, tetapi rahmat hanya diberikan kepada yang dipilih.”

b. Jonathan Edwards

Edwards menekankan tanggung jawab manusia terhadap Injil. Dalam khotbahnya ia menegaskan: “Allah memanggil semua orang untuk percaya, dan kegagalan untuk percaya adalah kejahatan yang besar.”

c. John Owen

Owen menekankan keterbatasan penebusan (limited atonement)—Kristus mati secara efektif bagi orang pilihan. Namun, ia tidak menolak bahwa Injil harus diberitakan secara universal, sebab kita tidak tahu siapa yang dipilih Allah.

d. Andrew Fuller

Fuller menolak Hyper-Calvinisme dan menegaskan kewajiban semua orang untuk percaya kepada Injil. Pandangannya memengaruhi gerakan misi modern, menegaskan bahwa pemberitaan Injil harus dilakukan ke seluruh dunia.

e. John Murray

Murray menekankan konsep free offer of the gospel—tawaran Injil yang tulus. Walaupun hanya yang dipilih yang akan diselamatkan, tawaran Injil adalah nyata dan serius bagi semua orang.

5. Implikasi Praktis bagi Gereja dan Orang Percaya

a. Kita harus memberitakan Injil tanpa diskriminasi

Gereja tidak boleh membatasi pemberitaan Injil hanya kepada kelompok tertentu. Misi adalah mandat universal.

b. Kita harus yakin bahwa Injil cukup bagi semua orang

Kita tidak perlu menambahkan “daya tarik duniawi” agar Injil diterima. Kuasa Injil sendiri cukup untuk menyelamatkan.

c. Kita harus hidup sebagai saksi Injil

Hidup kita harus mencerminkan Injil yang kita percaya. Dunia menilai Injil melalui kehidupan kita.

d. Kita harus berdoa untuk pekerjaan Roh Kudus

Hanya Roh Kudus yang dapat membuka hati manusia untuk menerima Injil. Tanpa karya-Nya, pemberitaan kita sia-sia.

e. Kita harus menerima Injil setiap hari

Bukan hanya orang belum percaya yang perlu Injil. Orang Kristen pun harus terus-menerus hidup dalam Injil—diselamatkan oleh kasih karunia, dan digerakkan untuk menguduskan hidup.

6. Aplikasi Personal

  1. Apakah kita sungguh sudah menerima Injil? Jangan hanya mengaku Kristen, tetapi periksa hati kita: apakah kita sudah percaya sepenuhnya pada Kristus?

  2. Apakah kita memberitakan Injil dengan setia? Jangan biarkan rasa takut, gengsi, atau kesibukan menghalangi kita dari amanat agung.

  3. Apakah kita hidup layak sesuai Injil? Paulus berkata, “Hiduplah sebagai warga negara yang layak akan Injil Kristus” (Filipi 1:27). Injil bukan hanya untuk didengar, tetapi juga untuk dihidupi.

Kesimpulan

Saudara-saudara, Injil adalah kabar baik yang layak diterima sepenuhnya oleh semua orang.

  1. Injil adalah karya Allah dalam Kristus.

  2. Injil menjawab kebutuhan terdalam manusia.

  3. Injil harus diberitakan secara universal, walau hanya orang pilihan yang akan menerima.

  4. Para teolog Reformed menegaskan keseimbangan antara universalisme pemberitaan dan partikularisme anugerah.

  5. Kita dipanggil untuk menerima, menghidupi, dan memberitakan Injil.

Kiranya kita semua semakin diteguhkan bahwa Injil yang kita percayai ini bukanlah sekadar tradisi atau warisan, melainkan kuasa Allah yang menyelamatkan. Mari kita hidup layak bagi Injil itu, dan dengan setia membagikannya kepada dunia.

Amin.

Next Post Previous Post