Keagungan Kristus dalam Perspektif Teologi Reformed
Pendahuluan
Kristus adalah pusat dari iman Kristen. Seluruh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, mengarah kepada diri-Nya sebagai penggenapan janji Allah. Teologi Reformed menekankan bahwa Kristus bukan sekadar tokoh sejarah atau teladan moral, melainkan Allah sejati dan manusia sejati yang menjadi satu pribadi untuk karya penebusan. Oleh karena itu, berbicara mengenai the excellency of Christ berarti menyoroti keagungan, keindahan, dan keluhuran Kristus dalam seluruh eksistensi dan karya-Nya.
Jonathan Edwards dalam khotbah terkenalnya The Excellency of Christ menggambarkan paradoks Kristus: kelembutan dan kekuatan, kerendahan hati dan keagungan, kemanusiaan yang penuh penderitaan sekaligus keilahian yang mulia. Pemikiran ini menjadi fondasi penting untuk memahami bagaimana Kristus bukan hanya Juruselamat, tetapi juga pusat penyembahan umat Allah sepanjang zaman.
Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan pemahaman akademis sistematis tentang keagungan Kristus berdasarkan kesaksian Alkitab, ditafsirkan dalam kerangka teologi Reformed, dengan merujuk pada pandangan para ahli, dan kemudian diterapkan pada kehidupan gereja masa kini.
Bagian I: Landasan Biblika Keagungan Kristus
1. Kesaksian Perjanjian Lama
-
Nubuat Mesianik: Yesaya 9:5-6 menampilkan Mesias sebagai "Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." Keagungan Kristus sudah dinyatakan sebelum inkarnasi-Nya.
-
Mazmur 110: Kristus diproyeksikan sebagai Imam menurut Melkisedek, yang menggabungkan peran kerajaan dan imamat.
2. Kesaksian Injil
-
Injil Yohanes: Yohanes 1:14 menegaskan bahwa Firman menjadi manusia dan penuh kasih karunia dan kebenaran. Keagungan Kristus tampak dalam kemuliaan Allah yang dinyatakan melalui kemanusiaan.
-
Injil Sinoptik: Keajaiban, pengajaran dengan kuasa, dan otoritas Kristus atas alam, penyakit, dosa, bahkan maut meneguhkan keagungan-Nya.
3. Kesaksian Surat-Surat Paulus
-
Kolose 1:15-20: Kristus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, kepala atas segala ciptaan, dan pendamaian segala sesuatu.
-
Filipi 2:6-11: Paradoks keagungan Kristus ditunjukkan dalam kerendahan-Nya yang kemudian ditinggikan setinggi-tingginya.
4. Kesaksian Kitab Wahyu
Wahyu memperlihatkan Kristus sebagai Anak Domba yang disembelih namun layak menerima pujian, hormat, dan kuasa. Keagungan Kristus adalah tema eskatologis yang mengarahkan pengharapan umat Allah.
Bagian II: Perspektif Teologis Reformed tentang Keagungan Kristus
1. Kristus sebagai Pusat Sejarah Keselamatan
Dalam teologi Reformed, seluruh sejarah keselamatan (heilsgeschichte) berpusat pada Kristus. Herman Bavinck menekankan bahwa Kristus adalah "titik pusat wahyu Allah." Semua janji dan penggenapan Allah menemukan kepenuhannya dalam Dia.
2. Keagungan dalam Dua Natur Kristus
Doktrin unio hypostatica menyatakan bahwa Kristus adalah satu pribadi dengan dua natur, Allah sejati dan manusia sejati. Keagungan Kristus tampak dalam kesempurnaan harmoni kedua natur ini.
3. Tiga Jabatan Kristus (Munus Triplex)
-
Nabi: Keagungan Kristus sebagai Firman yang menyatakan Allah.
-
Imam: Keagungan Kristus sebagai pengantara dan korban penebusan.
-
Raja: Keagungan Kristus dalam pemerintahan kosmik atas seluruh ciptaan.
4. Kristus sebagai Kepala Gereja
Dalam perspektif Reformed, keagungan Kristus juga ditunjukkan dalam relasi dengan gereja. Ia adalah Kepala yang memimpin, memelihara, dan menguduskan tubuh-Nya.
Bagian III: Pendapat Ahli Teologi Reformed
1. John Calvin
Calvin menekankan bahwa mengenal Kristus adalah jalan untuk mengenal Allah secara benar. Dalam Institutes, ia menulis bahwa Kristus adalah "cermin kasih karunia Allah," sehingga segala keagungan Allah tercermin dalam diri-Nya.
2. Jonathan Edwards
Dalam khotbah The Excellency of Christ, Edwards menguraikan paradoks Kristus:
-
Keagungan ilahi dan kelembutan manusia,
-
Kemurahan kasih dan keadilan yang teguh,
-
Kerendahan hati dan kemuliaan yang tak tertandingi.
Edwards melihat keindahan Kristus sebagai harmoni sempurna dari sifat-sifat yang tampaknya bertentangan.
3. Herman Bavinck
Bavinck menegaskan bahwa keagungan Kristus tidak dapat dipisahkan dari karya keselamatan-Nya. Inkarnasi bukan hanya sarana penebusan, tetapi puncak dari pewahyuan Allah.
4. Louis Berkhof
Dalam Systematic Theology, Berkhof menekankan keunikan pribadi Kristus sebagai satu-satunya pengantara yang sah. Keagungan Kristus tampak dalam keesaan pribadi-Nya, meskipun memiliki dua natur.
5. John Owen
Owen dalam The Glory of Christ menekankan bahwa kontemplasi akan keagungan Kristus adalah pusat penghiburan dan kekuatan rohani orang percaya. Ia menegaskan bahwa kebahagiaan kekal umat Allah adalah melihat dan menikmati kemuliaan Kristus.
6. Teolog Kontemporer
-
J.I. Packer menekankan bahwa keagungan Kristus terlihat dalam kasih karunia-Nya yang membawa anak-anak Allah dalam hubungan perjanjian.
-
Sinclair Ferguson menguraikan bahwa Kristus adalah "the pattern and power" bagi kehidupan orang percaya, sehingga keagungan-Nya bukan hanya doktrin, melainkan juga transformasi praktis.
Bagian IV: Analisis Sistematis
1. Keagungan Kristus dalam Soteriologi
-
Penebusan Kristus menunjukkan keagungan kasih karunia Allah.
-
Hanya Kristus yang layak menjadi pengantara karena kesempurnaan-Nya.
2. Keagungan Kristus dalam Kristologi
-
Keagungan Kristus terletak pada keunikan pribadi-Nya.
-
Tidak ada tokoh lain dalam sejarah yang memiliki kesatuan dua natur dalam satu pribadi.
3. Keagungan Kristus dalam Eskatologi
-
Kristus adalah penggenapan segala janji.
-
Ia akan datang kembali sebagai Raja yang penuh kemuliaan.
4. Keagungan Kristus dalam Kehidupan Gereja
-
Gereja hidup dan eksis hanya karena persatuan dengan Kristus.
-
Liturgi, sakramen, dan pelayanan pastoral semuanya berakar pada keagungan Kristus.
Bagian V: Refleksi Dogmatis
1. Kristus sebagai Objek Iman dan Kasih
Keagungan Kristus menuntut respons iman yang total. Iman bukan sekadar persetujuan intelektual, tetapi penyerahan diri penuh pada Kristus.
2. Kristus sebagai Pusat Penyembahan
Penyembahan sejati dalam gereja Reformed berpusat pada Kristus. Segala bentuk liturgi yang tidak menempatkan Kristus sebagai inti akan kehilangan makna sejatinya.
3. Keagungan Kristus sebagai Sumber Penghiburan
Bagi orang percaya, keagungan Kristus menjadi penghiburan di tengah penderitaan. Ia adalah Imam Agung yang turut merasakan kelemahan kita, sekaligus Raja yang berkuasa atas segalanya.
Bagian VI: Implikasi Pastoral
1. Pemberitaan Firman
Pengkhotbah harus menonjolkan keagungan Kristus dalam setiap khotbah. Kristus bukan sekadar tema tambahan, melainkan inti dari seluruh pemberitaan Injil.
2. Kehidupan Doa
Doa orang percaya berpusat pada Kristus sebagai pengantara. Keagungan Kristus memberi keyakinan bahwa doa-doa kita diterima di hadapan Allah.
3. Etika Kristen
Keagungan Kristus menuntut hidup yang serupa dengan-Nya. Etika Kristen bukan sekadar aturan moral, tetapi refleksi dari hidup yang telah disatukan dengan Kristus.
4. Penghiburan di Tengah Penderitaan
Dalam pastoral konseling, keagungan Kristus menjadi dasar penghiburan: Kristus yang mulia pernah menderita, sehingga Ia mampu menghibur umat-Nya yang sedang menderita.
Kesimpulan
The Excellency of Christ adalah tema sentral dalam teologi Reformed. Keagungan Kristus tidak hanya tampak dalam keilahian-Nya, tetapi juga dalam kerendahan inkarnasi-Nya. Ia adalah Nabi, Imam, dan Raja; Ia adalah Allah sejati dan manusia sejati; Ia adalah pusat dari sejarah keselamatan, kepala gereja, dan penggenapan pengharapan eskatologis.
Para teolog Reformed dari Calvin, Edwards, Bavinck, Berkhof, hingga Owen dan Ferguson, menegaskan bahwa kontemplasi atas keagungan Kristus adalah sumber kekuatan iman, pusat ibadah, dan dasar penghiburan umat Allah.
Dengan demikian, keagungan Kristus bukanlah doktrin abstrak, melainkan realitas yang mengubah hati, gereja, dan dunia. Sebagai orang percaya, kita dipanggil bukan hanya untuk mengakui, tetapi juga untuk menikmati dan mengagungkan Kristus dalam seluruh aspek kehidupan.
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36).