Khotbah Allah Memberi Segala Sesuatu untuk Hidup (Kejadian 1:29-30)

“Berfirmanlah Allah: ‘Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi, dan segala burung di udara, dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.’ Dan jadilah demikian.”
Pendahuluan
Kitab Kejadian pasal pertama menyingkapkan asal-usul dunia dengan sangat jelas: Allah adalah Sang Pencipta yang Mahakuasa, yang menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Namun, Kejadian 1 bukan hanya menceritakan asal-usul, tetapi juga menyingkapkan tujuan, keteraturan, dan kebaikan ciptaan.
Kejadian 1:29-30 memberikan penekanan khusus pada pemeliharaan Allah bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Allah bukan hanya menciptakan, tetapi juga menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan agar ciptaan itu dapat hidup, bertumbuh, dan berfungsi sesuai maksud-Nya.
Dalam khotbah ini kita akan menelaah:
-
Allah sebagai sumber segala kehidupan.
-
Pemberian Allah bagi manusia dan ciptaan lain.
-
Prinsip teologi Reformed tentang pemeliharaan dan anugerah umum.
-
Implikasi praktis bagi umat Allah di masa kini.
I. Allah sebagai Sumber Segala Kehidupan
1. Allah Mencipta dan Memberi
Kejadian 1:29 dimulai dengan kata-kata: “Berfirmanlah Allah: Lihatlah, Aku memberikan kepadamu…” Hal ini menekankan bahwa keberadaan dan kelangsungan hidup manusia sepenuhnya bersumber dari Allah.
John Calvin dalam Commentary on Genesis menegaskan:
“Allah bukan hanya Pencipta, tetapi juga Bapa yang penuh kasih, yang memperhatikan kebutuhan anak-anak-Nya. Pemberian tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan adalah bukti nyata dari kebaikan Allah yang melimpah.”
Artinya, hidup manusia tidak bisa dilepaskan dari Allah. Setiap nafkah, makanan, dan sumber daya yang kita nikmati adalah anugerah-Nya.
2. Allah Menopang Kehidupan
Dalam teologi Reformed, Allah bukan hanya Creator (Pencipta) tetapi juga Preserver (Pemelihara). Herman Bavinck menjelaskan dalam Reformed Dogmatics:
“Allah terus bekerja di dalam ciptaan-Nya, menopang, memberi daya hidup, dan memelihara segala sesuatu agar tidak binasa.”
Itulah sebabnya, Kejadian 1:29-30 menegaskan fungsi Allah sebagai Pemelihara. Tumbuh-tumbuhan yang berbiji, pohon yang berbuah, dan segala tumbuhan hijau adalah bentuk konkret dari pemeliharaan Allah.
3. Allah sebagai Sumber Sukacita Hidup
Pemeliharaan Allah tidak sekadar bersifat utilitarian (untuk bertahan hidup), tetapi juga menghadirkan sukacita. Makanan yang disediakan Allah tidak hanya berguna, tetapi juga indah dan nikmat. Mazmur 104:14-15 menekankan hal ini: “Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan yang ditanam manusia untuk mengeluarkan makanan dari dalam bumi dan anggur yang menyukakan hati manusia, sehingga wajahnya berseri-seri karena minyak, dan roti yang menyegarkan hati manusia.”
II. Pemberian Allah bagi Manusia dan Ciptaan Lain
1. Pemberian Bagi Manusia
Allah memberi tumbuh-tumbuhan berbiji dan buah yang berbiji untuk makanan manusia (ay. 29). Ini menunjukkan bahwa sejak awal, manusia diberikan makanan nabati.
Matthew Henry berkomentar:
“Allah menyediakan makanan yang cukup, sehat, dan melimpah bagi manusia sebelum mereka berdosa. Tidak ada kekurangan, tidak ada kelaparan, tidak ada pertengkaran; semua itu bukti kebaikan Allah.”
Pemberian ini sekaligus menegaskan ketergantungan manusia kepada Allah. Kita tidak menciptakan sumber makanan, melainkan hanya mengelola apa yang Allah berikan.
2. Pemberian Bagi Binatang
Ayat 30 menegaskan bahwa tumbuh-tumbuhan hijau diberikan bagi segala binatang. Hal ini menunjukkan perhatian Allah bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada seluruh makhluk hidup.
John Owen dalam refleksi teologisnya menekankan bahwa kasih Allah meluas kepada seluruh ciptaan, dan karena itu manusia harus memperlakukan ciptaan lain dengan penuh tanggung jawab, bukan sewenang-wenang.
3. Keadilan dalam Pemberian Allah
Pemberian Allah ini bersifat inklusif: manusia dan binatang sama-sama menerima bagian. Ini adalah prinsip teologi Reformed tentang common grace (anugerah umum).
Louis Berkhof menjelaskan:
“Anugerah umum adalah kebaikan Allah yang tercurah bagi seluruh umat manusia dan ciptaan, tanpa memandang apakah mereka percaya atau tidak. Makanan, kesehatan, hujan, dan hasil bumi adalah bukti anugerah umum ini.”
Dengan demikian, Kejadian 1:29-30 menyingkapkan fondasi anugerah umum Allah.
III. Pemeliharaan Allah dan Anugerah Umum
1. Anugerah Umum dalam Kehidupan
Kejadian 1:29-30 memperlihatkan bahwa bahkan sebelum dosa masuk, Allah sudah menunjukkan kemurahan-Nya dalam menyediakan segala sesuatu. Setelah kejatuhan manusia, prinsip ini tetap berlaku, walaupun kini manusia bekerja keras dengan peluh (Kejadian 3:17-19).
Namun, tetap saja setiap panen, hujan, dan nafkah adalah hasil anugerah umum Allah. Paulus menegaskan hal ini dalam Kisah Para Rasul 14:17: “Namun Ia tidak membiarkan diri-Nya tanpa kesaksian: Ia berbuat baik dengan memberikan kepadamu hujan dari langit dan musim-musim subur, Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.”
2. Relasi dengan Anugerah Khusus
Teologi Reformed membedakan antara anugerah umum (common grace) dan anugerah khusus (special grace). Anugerah umum memberi kehidupan fisik, sedangkan anugerah khusus memberi kehidupan rohani melalui Kristus.
Abraham Kuyper menulis:
“Anugerah umum menopang dunia, tetapi hanya anugerah khusus di dalam Kristus yang menyelamatkan manusia dari kebinasaan.”
Kejadian 1:29-30 adalah fondasi bagi pemahaman anugerah umum: Allah menyediakan kehidupan bagi semua ciptaan. Tetapi tujuan akhir adalah agar manusia mencari Dia yang memberi hidup sejati (Kisah 17:26-27).
3. Kristus Sebagai Pemelihara Kehidupan
Dalam terang Perjanjian Baru, kita melihat bahwa Kristus adalah Pribadi yang oleh-Nya dan untuk-Nya segala sesuatu diciptakan (Kolose 1:16-17). Dengan demikian, pemberian makanan dalam Kejadian 1:29-30 adalah cerminan dari karya Kristus sebagai Pemelihara kehidupan.
Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 6:35: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi.”
Dengan kata lain, pemberian makanan jasmani menunjuk kepada Kristus sebagai pemberi kehidupan rohani yang sejati.
IV. Implikasi Bagi Gereja Masa Kini
1. Hidup dalam Syukur
Karena segala sesuatu yang kita nikmati berasal dari Allah, maka respons yang tepat adalah hidup dalam ucapan syukur. Calvin menegaskan bahwa doa sebelum dan sesudah makan adalah bentuk pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.
Syukur melahirkan kerendahan hati, mengingatkan bahwa kita hanyalah penerima, bukan pemilik mutlak.
2. Hidup dalam Ketergantungan
Kejadian 1:29-30 mengingatkan kita bahwa manusia sepenuhnya bergantung pada Allah untuk hidup. Dunia modern sering membanggakan teknologi dan kemampuan produksi pangan, tetapi pada akhirnya semua itu sia-sia tanpa pemeliharaan Allah.
Doa “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11) adalah pengakuan bahwa tanpa Allah, kita tidak bisa hidup.
3. Hidup dalam Pengelolaan (Stewardship)
Pemberian Allah bukan untuk disia-siakan atau dieksploitasi. Sebagai gambar Allah, manusia dipanggil untuk mengelola ciptaan dengan penuh tanggung jawab.
Kuyper menegaskan:
“Kedaulatan Kristus meliputi seluruh ciptaan, dan manusia dipanggil sebagai pengelola di bawah otoritas Kristus, bukan sebagai penguasa absolut.”
Ini berarti isu lingkungan, kelaparan, dan distribusi pangan juga bagian dari tanggung jawab Kristen.
4. Hidup dalam Misi
Allah yang memberi kehidupan jasmani juga memanggil gereja untuk memberitakan Injil yang memberi kehidupan rohani. Ketika gereja berbagi makanan kepada yang lapar, hal itu menjadi tanda kasih Allah yang lebih besar di dalam Kristus.
Yohanes 6:27 berkata: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu.”
V. Aplikasi Praktis
-
Bagi Keluarga Kristen
Ajarkan anak-anak untuk melihat makanan dan nafkah sebagai pemberian Allah. Biasakan doa syukur, sehingga mereka mengerti bahwa hidup bersumber dari Allah. -
Bagi Jemaat di Tengah Dunia Modern
Jangan terbuai dengan kemajuan teknologi pangan atau ekonomi global. Ingat bahwa tanpa anugerah Allah, semua usaha manusia sia-sia. -
Bagi Pelayanan Sosial Gereja
Gereja dipanggil untuk menjadi alat Allah dalam pemeliharaan. Memberi makan kepada yang lapar bukan sekadar amal, tetapi perwujudan kasih Allah. -
Bagi Kehidupan Pribadi
Belajarlah hidup sederhana, tidak rakus, dan tidak boros. Ingat bahwa makanan yang ada adalah pemberian Allah. Kelimpahan harus dipakai untuk berbagi, bukan ditimbun.
Kesimpulan
Kejadian 1:29-30 menyingkapkan kebenaran mendasar: Allah memberi segala sesuatu untuk hidup. Dia bukan hanya Pencipta, tetapi juga Pemelihara dan Pemberi. Pemberian ini berlaku bagi manusia dan binatang, sebagai wujud anugerah umum-Nya.
Bagi orang percaya, pemberian jasmani ini menunjuk kepada Kristus yang adalah roti hidup. Maka, respons kita seharusnya adalah hidup dalam syukur, ketergantungan, pengelolaan yang bertanggung jawab, dan misi.
Hidup adalah anugerah, makanan adalah pemberian, dan segala sesuatu adalah dari Allah. Kiranya kita hidup setia sebagai umat yang bersyukur kepada Allah, Sang Pemberi Kehidupan.