Mazmur 4:2 Kemuliaan yang Dinodai dan Kasih Setia Allah yang Kekal

Mazmur 4:2 Kemuliaan yang Dinodai dan Kasih Setia Allah yang Kekal

“Hai anak-anak manusia, berapa lama lagi kemuliaanku akan dinodai? Berapa lama lagi kamu mencintai kesia-siaan dan mengejar kebohongan?” (Mazmur 4:2)

Pendahuluan

Mazmur 4 adalah doa Daud yang penuh dengan pergumulan. Dalam ayat 2 ini, Daud berseru kepada musuh-musuhnya—orang-orang yang menentangnya, yang berusaha menjatuhkannya. Dengan nada penuh perasaan, ia bertanya: “Berapa lama lagi kemuliaanku akan dinodai? Berapa lama lagi kamu mencintai kesia-siaan dan mengejar kebohongan?”

Ayat ini berbicara tentang dua realitas penting dalam kehidupan iman:

  1. Kemuliaan yang diberikan Allah kepada umat-Nya sering dicemarkan oleh manusia.

  2. Manusia, karena dosa, lebih mencintai kesia-siaan daripada kebenaran Allah.

Namun, di balik keluh kesah Daud, kita melihat penghiburan besar: Allah tetap setia memelihara umat-Nya, meski manusia berusaha merendahkan mereka.

Hari ini kita akan merenungkan tiga hal utama:

  1. Kemuliaan orang benar yang dinodai.

  2. Kecenderungan manusia kepada kesia-siaan dan kebohongan.

  3. Kesetiaan Allah sebagai penghiburan umat-Nya.

I. Kemuliaan Orang Benar yang Dinodai

1. Kemuliaan berasal dari Allah

Ketika Daud berkata, “Kemuliaanku dinodai,” ia merujuk pada kehormatan yang Allah berikan kepadanya sebagai raja pilihan Tuhan.

  • Kemuliaan itu bukan karena dirinya, melainkan karena panggilan dan pengurapan Allah.

  • Kemuliaan orang benar selalu bersumber dari Allah, bukan dari kekuatan manusia.

John Calvin menulis dalam komentarnya atas Mazmur:

“Daud tidak membanggakan dirinya, tetapi jabatan dan panggilan yang Allah berikan kepadanya. Dengan mencemarkan Daud, musuh-musuhnya sebenarnya menghina Allah yang mengangkat dia.”

2. Dunia sering berusaha merendahkan orang benar

Musuh-musuh Daud menuduhnya, meremehkannya, bahkan merongrong legitimasinya sebagai raja. Hal ini paralel dengan apa yang dialami orang percaya di dunia.

  • Yohanes 15:18 → Dunia membenci kita karena ia telah membenci Kristus lebih dahulu.

  • 1 Korintus 4:13 → Paulus berkata: “Sampai saat ini kami dianggap sebagai sampah dunia, kotoran dari segala sesuatu.”

R.C. Sproul menekankan:

“Orang benar tidak boleh heran jika dunia meremehkan mereka. Kehormatan kita bukan diukur oleh penilaian manusia, tetapi oleh panggilan Allah.”

3. Aplikasi bagi kita

  • Jika kita dihina karena iman, sadarilah bahwa sebenarnya yang dihina adalah Kristus di dalam kita.

  • Jangan mencari kemuliaan dari manusia, tetapi dari Allah yang memilih kita.

II. Kecenderungan Manusia kepada Kesia-siaan dan Kebohongan

1. “Mencintai kesia-siaan”

Daud menegur musuhnya: “Berapa lama lagi kamu mencintai kesia-siaan?”

  • “Kesia-siaan” di sini merujuk pada hal-hal yang tidak berguna, fana, dan sia-sia.

  • Orang yang menolak Allah selalu terikat pada hal-hal yang sementara dan kosong.

Pengkhotbah 1:2 berkata: “Kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.”

Herman Bavinck menulis:

“Hati manusia yang terlepas dari Allah akan selalu mencari makna dalam ciptaan, tetapi berakhir dengan kehampaan.”

2. “Mengejar kebohongan”

Selain kesia-siaan, musuh Daud juga mengejar kebohongan.

  • Kebohongan adalah segala sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran Allah.

  • Manusia berdosa lebih mudah percaya pada dusta yang menyenangkan daripada kebenaran yang menegur.

Jonathan Edwards menegaskan:

“Dosa pada dasarnya adalah mencintai kebohongan Iblis lebih daripada kebenaran Allah.”

3. Realitas dosa manusia

Ayat ini menunjukkan kondisi hati manusia tanpa anugerah: mencintai kesia-siaan dan kebohongan. Paulus berkata dalam Roma 1:25: “Mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta.”

  • Manusia lebih suka kekayaan, kuasa, atau kenikmatan sesaat daripada kemuliaan Allah.

  • Tanpa anugerah, manusia selalu salah mengarahkan cintanya.

4. Aplikasi

  • Kita dipanggil untuk menguji hati: Apakah kita sedang mengejar hal-hal sia-sia dunia ini?

  • Iman yang sejati menuntun kita untuk mengasihi kebenaran, meski dunia menawarkan kebohongan yang menggiurkan.

III. Kesetiaan Allah sebagai Penghiburan Umat-Nya

1. Allah membela orang benar

Walaupun kemuliaan Daud dicemarkan, ia tahu bahwa Allah sendiri yang akan membelanya.

  • Mazmur 3:3 → “Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.”

  • Allah adalah sumber kemuliaan dan pembelaan umat-Nya.

Calvin berkata:

“Meski orang fasik mencemarkan kita, kemuliaan kita tetap aman di hadapan Allah. Ia sendiri yang menjaga kehormatan anak-anak-Nya.”

2. Kasih setia Allah lebih kuat daripada kebohongan manusia

Manusia bisa menyebarkan kebohongan, tetapi kasih setia Allah tidak pernah gagal.

  • Mazmur 4:3 (ayat berikutnya) menegaskan: “Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih orang saleh bagi-Nya.”

  • Artinya, identitas kita aman dalam pemilihan dan kasih setia Allah.

Herman Bavinck menulis:

“Pemilihan Allah adalah dasar penghiburan orang percaya. Dunia bisa menolak, tetapi Allah telah menerima mereka di dalam Kristus.”

3. Puncaknya dalam Kristus

Kemuliaan sejati umat Allah dijamin dalam Kristus. Ia sendiri pernah dihina dan ditolak:

  • Yesaya 53:3 → “Ia dihina dan dihindari orang...”

  • Tetapi Allah meninggikan Dia, dan dalam Dia kita menerima kemuliaan yang kekal (Filipi 2:9-11).

Aplikasi Bagi Jemaat

  1. Jangan terkejut bila dihina karena iman.
    Dunia mencemarkan kemuliaan kita, tetapi Allah tetap memelihara kita.

  2. Jangan mencintai kesia-siaan dunia.
    Harta, kuasa, dan kesenangan dunia bersifat sementara. Kejar kebenaran yang kekal.

  3. Jangan terjebak pada kebohongan zaman ini.
    Dunia menawarkan “kebenaran palsu,” tetapi firman Allah adalah kebenaran yang sejati.

  4. Peganglah identitas kita dalam Kristus.
    Biarpun dunia merendahkan, Allah telah memilih kita dan memanggil kita sebagai anak-anak-Nya.

  5. Belajarlah berdoa seperti Daud.
    Dalam penderitaan, Daud tidak membalas dengan kebencian, tetapi berseru kepada Allah yang setia.

Kesimpulan

Mazmur 4:2 adalah cermin bagi kita:

  • Dunia akan selalu berusaha mencemarkan kemuliaan orang percaya.

  • Manusia cenderung mencintai kesia-siaan dan kebohongan.

  • Tetapi Allah setia memelihara umat-Nya, memberi penghiburan dan membela mereka.

Pada akhirnya, kemuliaan sejati kita tidak bergantung pada pengakuan dunia, tetapi pada kasih setia Allah di dalam Kristus.

Kiranya kita tetap hidup dalam kebenaran, menolak kesia-siaan, dan bersandar pada Allah yang setia menjaga kemuliaan anak-anak-Nya.

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post