1 Tesalonika 3:6 Sukacita di Tengah Penderitaan

1 Tesalonika 3:6 (TB):
"Tetapi sekarang, setelah Timotius datang dari kamu kepada kami dan membawa kabar baik tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh ingatan yang baik akan kami serta ingin berjumpa dengan kami sama seperti kami juga ingin berjumpa dengan kamu."
Pendahuluan
Surat Paulus kepada jemaat Tesalonika merupakan salah satu tulisan terawal dari Perjanjian Baru. Surat ini ditulis dalam konteks jemaat yang masih muda, baru saja percaya kepada Kristus, tetapi langsung menghadapi tekanan, penganiayaan, dan kesulitan. Namun, di tengah situasi yang sulit itu, Paulus menerima kabar sukacita melalui Timotius, yang membawa laporan bahwa jemaat tetap teguh dalam iman, hidup dalam kasih, dan merindukan persekutuan dengan Paulus.
1 Tesalonika 3: 6 ini menjadi momen penting dalam surat Tesalonika. Paulus yang sebelumnya penuh kekhawatiran kini bersukacita karena mendengar iman mereka tetap teguh. Dari ayat ini kita belajar tentang keteguhan iman di tengah penderitaan, kasih sebagai tanda kehidupan rohani, dan kerinduan akan persekutuan tubuh Kristus.
Struktur Khotbah
-
Konteks Historis dan Teologis 1 Tesalonika 3:6
-
Kabar Baik: Iman yang Teguh (Faith)
-
Kabar Baik: Kasih yang Bertumbuh (Love)
-
Kerinduan untuk Bersekutu dalam Kristus
-
Refleksi Teologi Reformed tentang Ketekunan Orang Kudus
-
Aplikasi Praktis Bagi Jemaat Masa Kini
-
Penutup: Sukacita dalam Pekerjaan Tuhan
1. Konteks Historis dan Teologis 1 Tesalonika 3:6
Sebelum kita menggali lebih dalam, penting untuk memahami konteks historis. Jemaat Tesalonika didirikan dalam waktu yang relatif singkat (Kis. 17:1-10). Paulus memberitakan Injil, banyak orang percaya, tetapi penolakan dari orang Yahudi memaksa Paulus meninggalkan kota itu. Ia khawatir iman jemaat muda ini akan goyah karena tekanan.
Karena itu, Paulus mengutus Timotius untuk menguatkan mereka dan kembali dengan laporan. Ayat 6 adalah puncak sukacita Paulus ketika mendengar kabar: iman jemaat tetap hidup, kasih mereka nyata, dan mereka merindukan persekutuan. Inilah gambaran gereja sejati yang hidup oleh anugerah Kristus.
2. Kabar Baik: Iman yang Teguh (Faith)
Perhatikan kata Paulus: “membawa kabar baik tentang imanmu.”
Bagi Paulus, iman jemaat adalah pusat perhatian. Tanpa iman yang teguh, jemaat bisa jatuh dalam pencobaan.
John Calvin dalam Commentary on Thessalonians menulis:
"The perseverance of faith in the midst of persecution is the greatest evidence of God’s grace at work in the church."
(“Ketekunan iman di tengah penganiayaan adalah bukti terbesar dari pekerjaan anugerah Allah di dalam gereja.”)
Iman yang dimaksud bukan sekadar pengakuan mulut, melainkan keyakinan yang terus berakar di dalam Kristus meskipun didera kesulitan. Dalam teologi Reformed, iman sejati selalu menghasilkan ketekunan (perseverance of the saints). Jemaat Tesalonika menjadi teladan: meski baru dalam iman, mereka tidak goyah oleh tekanan eksternal.
3. Kabar Baik: Kasih yang Bertumbuh (Love)
Paulus juga mendengar kabar tentang kasih jemaat. Iman sejati tidak pernah berdiri sendiri; ia selalu melahirkan kasih.
Martin Luther berkata:
"Faith alone saves, but the faith that saves is never alone."
(“Iman saja yang menyelamatkan, tetapi iman yang menyelamatkan tidak pernah sendirian.”)
Kasih jemaat Tesalonika nyata dalam kesetiaan mereka terhadap Paulus, dalam saling menguatkan, dan dalam kerinduan mereka untuk bersekutu. Kasih adalah buah Roh yang menandakan kehidupan baru (Galatia 5:22). Tanpa kasih, iman menjadi kering dan legalistis. Tetapi dengan kasih, iman menjadi hidup dan berbuah.
John Stott, seorang teolog Injili yang sering dikutip dalam lingkaran Reformed, menekankan bahwa:
"Faith rests on Christ, but love flows out to others."
(“Iman bersandar kepada Kristus, tetapi kasih mengalir kepada sesama.”)
4. Kerinduan untuk Bersekutu dalam Kristus
Paulus juga mencatat: “kamu selalu menaruh ingatan yang baik akan kami serta ingin berjumpa dengan kami.”
Kerinduan ini bukan sekadar perasaan emosional, melainkan ekspresi dari persekutuan tubuh Kristus. Orang percaya dirancang bukan untuk berjalan sendirian, tetapi untuk hidup bersama dalam komunitas.
Gereja adalah keluarga Allah. Dalam teologi Reformed, gereja disebut sebagai communio sanctorum (persekutuan orang kudus). Kerinduan jemaat untuk berjumpa dengan Paulus menunjukkan kerinduan akan persekutuan yang dibangun di atas Injil.
John Owen, seorang teolog Puritan, menulis:
"Communion with the saints flows from communion with Christ."
(“Persekutuan dengan orang-orang kudus mengalir dari persekutuan dengan Kristus.”)
Artinya, relasi antar orang percaya adalah buah dari relasi mereka dengan Kristus.
5. Refleksi Teologi Reformed tentang Ketekunan Orang Kudus
Ayat ini juga mengingatkan kita pada doktrin Reformed tentang ketekunan orang kudus (perseverance of the saints). Jemaat Tesalonika tetap teguh karena Allah yang memelihara iman mereka.
Louis Berkhof menulis dalam Systematic Theology:
"Perseverance of the saints does not rest on the strength of man, but on the immutable purpose of God’s election and the sustaining power of His grace."
(“Ketekunan orang kudus tidak bertumpu pada kekuatan manusia, melainkan pada tujuan Allah yang tidak berubah dalam pemilihan dan kuasa pemeliharaan anugerah-Nya.”)
Jemaat Tesalonika adalah contoh nyata: mereka bertahan bukan karena kekuatan mereka sendiri, melainkan karena anugerah Allah yang menopang.
6. Aplikasi Praktis Bagi Jemaat Masa Kini
Dari ayat ini, kita dapat menarik beberapa aplikasi praktis:
a) Pentingnya Iman yang Teguh
Iman kita akan diuji melalui penderitaan, tetapi justru di situlah iman sejati terlihat. Jemaat masa kini dipanggil untuk menaruh kepercayaan penuh kepada Kristus, bukan kepada kenyamanan dunia.
b) Kasih Sebagai Bukti Iman Sejati
Kasih kepada sesama, kepada pemimpin rohani, dan kepada tubuh Kristus adalah tanda kehidupan rohani. Gereja harus terus bertumbuh dalam kasih yang nyata.
c) Pentingnya Komunitas dan Persekutuan
Kerinduan jemaat Tesalonika kepada Paulus mengingatkan kita bahwa iman Kristen tidak individualistis. Kita dipanggil untuk saling menguatkan, bersekutu, dan hidup sebagai tubuh Kristus yang satu.
d) Keyakinan akan Pemeliharaan Allah
Seperti jemaat Tesalonika dipelihara oleh anugerah, kita pun dapat yakin bahwa Allah yang memulai pekerjaan baik dalam kita akan menyelesaikannya (Filipi 1:6).
7. Penutup: Sukacita dalam Pekerjaan Tuhan
Saudara-saudara, 1 Tesalonika 3:6 menunjukkan kepada kita bahwa sukacita Paulus bukan bersumber dari keberhasilan pribadinya, melainkan dari kabar baik tentang iman, kasih, dan persekutuan jemaat. Ini adalah sukacita seorang gembala yang melihat domba-dombanya bertumbuh dalam Kristus.
Marilah kita meneladani jemaat Tesalonika: teguh dalam iman, bertumbuh dalam kasih, dan setia dalam persekutuan. Sebab inilah tanda nyata bahwa kita adalah milik Kristus. Dan marilah kita juga meneladani Paulus: menemukan sukacita terbesar bukan pada diri kita, melainkan pada pekerjaan Allah di dalam gereja-Nya.