Kasih Kristen: Tanda Kehidupan Baru dalam Kristus

Kasih Kristen: Tanda Kehidupan Baru dalam Kristus

Pendahuluan

Salah satu kata yang paling sering kita dengar dalam iman Kristen adalah kasih. Namun, kasih bukan hanya sebuah kata indah atau sekadar perasaan sentimental. Kasih adalah inti dari hukum Allah dan puncak dari kehidupan Kristen.

Ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus tentang hukum yang terutama, Yesus menjawab:

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Matius 22:37-40)

Inilah pusat dari kehidupan Kristen: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Paulus bahkan berkata dalam 1 Korintus 13 bahwa tanpa kasih, semua karunia rohani, pelayanan, bahkan iman yang besar pun sia-sia.

Herman Bavinck berkata:

“Kasih adalah bentuk tertinggi dari kehidupan Kristen, karena di dalam kasih kita menyatakan gambar Allah yang hidup.”

Hari ini kita akan merenungkan tentang Kasih Kristen (Christian Love) dalam tiga bagian:

  1. Sumber Kasih Kristen: Allah sendiri

  2. Hakikat Kasih Kristen: Mengasihi Allah dan sesama

  3. Praktik Kasih Kristen: Hidup dalam kasih sebagai saksi Injil

Akhirnya, kita akan melihat bagaimana kasih Kristen bukan sekadar perintah, melainkan anugerah yang diberikan oleh Roh Kudus.

1. Sumber Kasih Kristen: Allah Sendiri

Kasih Kristen berbeda dari kasih dunia. Dunia berbicara tentang kasih sebagai emosi atau daya tarik. Tetapi kasih Kristen berakar pada Allah sendiri.

1 Yohanes 4:7-8 berkata:

“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”

a. Allah adalah kasih

Kasih bukan sekadar sifat Allah, tetapi bagian dari keberadaan-Nya yang kekal. Dari kekekalan, Allah Tritunggal—Bapa, Anak, dan Roh Kudus—hidup dalam persekutuan kasih yang sempurna.

John Calvin menegaskan:

“Kasih Allah dinyatakan secara tertinggi dalam Kristus, karena di dalam Dia kita melihat Bapa yang memberikan Anak-Nya untuk keselamatan kita.”

Kasih Kristen lahir dari pengalaman kasih Allah yang menyelamatkan. Kita dapat mengasihi karena kita lebih dahulu dikasihi (1 Yohanes 4:19).

b. Kasih Allah dalam Kristus

Kasih Allah bukan kasih abstrak, tetapi kasih yang nyata dalam salib Kristus. Roma 5:8 berkata:

“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”

Kasih Allah bukan menunggu kita layak, tetapi datang kepada kita dalam keadaan tidak layak. Kasih inilah yang menjadi dasar dan motivasi kasih Kristen.

Louis Berkhof menulis:

“Kasih Kristen hanya mungkin karena kasih Allah yang dinyatakan dalam penebusan Kristus. Tanpa salib, tidak ada kasih sejati.”

2. Hakikat Kasih Kristen: Mengasihi Allah dan Sesama

Jika sumber kasih adalah Allah, maka hakikat kasih Kristen adalah menanggapi kasih Allah dengan mengasihi Allah dan sesama.

a. Kasih kepada Allah

Kasih kepada Allah berarti mengarahkan seluruh hidup kita untuk memuliakan Dia. Kasih ini bukan sekadar emosi, melainkan ketaatan dan penyembahan.

Yesus berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15).

Herman Ridderbos menegaskan:

“Kasih kepada Allah terwujud dalam ketaatan pada Kristus. Tanpa ketaatan, kasih hanyalah ilusi.”

Kasih kepada Allah bukan hanya dalam ibadah di gereja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari—dalam pekerjaan, keluarga, dan pelayanan.

b. Kasih kepada sesama

Kasih Kristen tidak berhenti pada Allah, tetapi meluas kepada sesama. Yohanes menegaskan:

“Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” (1 Yohanes 4:20)

Kasih kepada sesama berarti mengasihi dengan tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata. 1 Yohanes 3:18 berkata:

“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”

Kasih Kristen juga melampaui batas: bukan hanya mengasihi orang yang baik kepada kita, tetapi juga musuh. Yesus berkata:

“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44)

Ini adalah ciri khas kasih Kristen: kasih yang radikal, yang mencerminkan kasih Allah sendiri.

John Stott berkata:

“Kasih Kristen adalah kasih yang melintasi semua batas—etnis, sosial, bahkan permusuhan—karena itulah kasih yang kita terima dari Allah.”

3. Praktik Kasih Kristen: Hidup dalam Kasih sebagai Saksi Injil

Kasih Kristen bukan teori, melainkan kehidupan nyata. Bagaimana kasih ini dipraktikkan?

a. Dalam jemaat

Paulus berulang kali menekankan pentingnya kasih dalam tubuh Kristus. Dalam Kolose 3:14 ia berkata:

“Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”

Kasih adalah perekat yang mempersatukan gereja. Tanpa kasih, gereja akan penuh pertikaian, iri hati, dan perpecahan.

b. Dalam keluarga

Kasih Kristen juga diwujudkan dalam keluarga. Suami mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat (Efesus 5:25). Orang tua mengasihi anak-anak, dan anak-anak menghormati orang tua.

c. Dalam masyarakat

Kasih Kristen bukan hanya internal, tetapi juga eksternal—ditujukan bagi dunia. Melalui kasih, orang Kristen dipanggil menjadi terang dan garam dunia.

Tertullian, seorang bapa gereja, menulis tentang kesaksian orang-orang kafir pada abad awal:

“Lihatlah bagaimana mereka saling mengasihi.”

Inilah kesaksian yang paling kuat: kasih yang nyata.

d. Kasih yang berkorban

Kasih Kristen selalu berbentuk pengorbanan. Yesus berkata:

“Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13)

Kasih sejati menuntut kita untuk rela melepaskan kenyamanan, waktu, bahkan diri kita, demi kebaikan orang lain.

4. Tantangan dan Pergumulan dalam Kasih Kristen

Kita tahu bahwa kasih Kristen indah dan agung, tetapi dalam kenyataan hidup, mengasihi seringkali sulit.

  • Kita cenderung egois dan mementingkan diri.

  • Kita mudah tersinggung dan menyimpan kepahitan.

  • Dunia mengajarkan kasih bersyarat, sementara Injil memanggil kasih tanpa syarat.

Namun di sinilah kita menyadari bahwa kasih Kristen bukanlah hasil usaha manusia, tetapi buah Roh Kudus. Galatia 5:22 berkata: “Tetapi buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera…”

Calvin menulis:

“Kasih yang sejati tidak mungkin lahir dari diri manusia yang berdosa. Hanya Roh Kudus yang dapat menyalakan kasih Kristus dalam hati kita.”

5. Kasih Kristen sebagai Kesaksian Injil

Akhirnya, kasih Kristen bukan hanya untuk membangun jemaat, tetapi juga menjadi kesaksian kepada dunia.

Yesus berkata dalam Yohanes 13:35:

“Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Dunia akan mengenal Kristus bukan pertama-tama dari khotbah kita, melainkan dari kasih kita. Ketika gereja hidup dalam kasih, dunia melihat refleksi Injil.

Penutup

Saudara-saudara, kasih Kristen adalah inti dari kehidupan iman kita.

  • Sumbernya adalah Allah sendiri, yang menyatakan kasih-Nya di dalam Kristus.

  • Hakikatnya adalah mengasihi Allah dan sesama dengan ketaatan dan tindakan nyata.

  • Praktiknya adalah hidup dalam kasih di jemaat, keluarga, dan masyarakat, bahkan sampai kepada musuh.

Kasih ini bukan dari diri kita, tetapi dari Roh Kudus yang mengubahkan hati.

Mari kita menutup dengan doa agar Roh Kudus menyalakan kasih Kristus dalam hati kita, sehingga hidup kita boleh menjadi saksi Injil yang nyata.

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaran

Next Post Previous Post