Hidup di Bawah Anugerah dan Kebenaran Kristus

Hidup di Bawah Anugerah dan Kebenaran Kristus

Pendahuluan: Suara Injil yang Tak Pernah Padam

Dalam sejarah Gereja Reformed Skotlandia, ada satu nama yang begitu besar pengaruhnya bagi kehidupan iman umat Allah — Ebenezer Erskine (1680–1754). Ia adalah seorang pengkhotbah, pendiri Secession Church, dan seorang pembela Injil anugerah yang murni. Khotbah-khotbah dan tulisannya, yang kemudian dikumpulkan dalam karya besar The Whole Works of Ebenezer Erskine, memperlihatkan kedalaman Injil Kristus dan keindahan kasih karunia Allah yang menyelamatkan.

Bagi Erskine, Injil bukan sekadar kabar baik bagi orang berdosa, tetapi juga kekuatan rohani yang menghidupkan Gereja dan meneguhkan umat Allah dalam kesetiaan. Ia hidup di zaman ketika banyak gereja jatuh ke dalam formalitas tanpa kuasa, dan ia berani berkhotbah bahwa keselamatan hanya ada dalam Kristus yang ditinggikan, bukan dalam usaha manusia.

Tema sentral dari seluruh karya dan khotbahnya adalah:

“Kehidupan orang percaya adalah hidup dalam anugerah yang berdaulat, di bawah pemerintahan Kristus yang penuh kasih.”

Hari ini, kita akan merenungkan artikel dengan semangat dan pemikiran Ebenezer Erskine, dibantu oleh pandangan para teolog Reformed lainnya seperti John Calvin, Thomas Boston, dan R.C. Sproul, untuk menolong kita memahami bagaimana anugerah Kristus menuntun kita hidup dalam kebenaran dan pengharapan.

I. Injil Anugerah: Dasar Hidup Orang Percaya

Bagi Ebenezer Erskine, inti dari seluruh kehidupan iman Kristen adalah Injil anugerah. Ia berkata:

“Anugerah adalah tali pengikat yang mempersatukan Allah dan manusia yang telah jatuh.”

Erskine menentang keras pengajaran yang menempatkan keselamatan sebagian pada usaha manusia. Ia melihat bahwa segala kebaikan, iman, dan kesalehan sejati hanyalah hasil dari karya Roh Kudus di dalam hati. Ia menulis:

“Tidak ada yang dapat naik kepada Kristus kecuali mereka yang lebih dahulu ditarik oleh tangan anugerah.”

Ini sejalan dengan pengajaran John Calvin dalam Institutes, bahwa iman itu sendiri adalah pemberian Allah. Calvin berkata:

“Iman tidak lahir dari diri manusia, melainkan ditanamkan oleh Roh Kudus, yang menyalakan api kasih Kristus di dalam hati.”

Rasul Paulus menegaskan hal yang sama dalam Efesus 2:8–9:

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”

Jadi, seluruh kehidupan Kristen berdiri di atas fondasi kasih karunia. Ketika manusia ingin membangun kehidupan rohani di atas prestasi moral, ia sedang berdiri di atas pasir yang akan runtuh. Tetapi ketika hidup dibangun di atas kasih karunia Kristus, maka dasarnya kokoh dan tak tergoyahkan.

II. Kristus yang Ditinggikan: Pusat Pengharapan Orang Percaya

Erskine sering berkhotbah dari Yohanes 12:32 — “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”
Baginya, penyaliban Kristus adalah puncak dari kasih Allah yang aktif menarik manusia berdosa kembali kepada diri-Nya.

Ia menulis:

“Salib adalah mimbar kasih karunia, dari mana Kristus berkhotbah kepada dunia yang berdosa.”

Melalui salib, Allah memperlihatkan keadilan dan kasih-Nya sekaligus. Dalam pandangan Reformed, seperti dijelaskan oleh John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ, penebusan Kristus bukanlah kemungkinan keselamatan, tetapi jaminan keselamatan bagi mereka yang dipilih Allah sejak kekekalan.

Erskine tidak hanya menekankan doktrin ini secara teologis, tetapi juga secara pastoral. Ia menghibur jemaatnya dengan berkata:

“Kristus tidak hanya mati untuk menebusmu, tetapi Ia hidup untuk menjagamu.”

Hal ini sejalan dengan kata-kata Rasul Paulus dalam Roma 8:34:

“Kristus Yesus yang telah mati — bahkan lebih lagi: yang telah dibangkitkan, yang duduk di sebelah kanan Allah — Dialah juga yang menjadi Pembela bagi kita.”

R.C. Sproul menegaskan bahwa hidup orang percaya hanya aman ketika dipusatkan pada karya Kristus, bukan pada perasaan atau kinerja rohani pribadi. Ia menulis:

“Keyakinan keselamatan bukan lahir dari pandangan diri, tetapi dari memandang kepada Kristus yang telah selesai bekerja.”

Maka, sebagaimana diajarkan oleh Erskine, pusat iman bukanlah manusia, tetapi Kristus yang ditinggikan. Hanya dengan memandang kepada-Nya, orang percaya menemukan damai, kekuatan, dan sukacita sejati.

III. Panggilan untuk Hidup Kudus di Tengah Dunia

Salah satu tema besar dalam karya-karya Erskine adalah bahwa anugerah yang sejati selalu menghasilkan kekudusan yang nyata. Ia menolak pandangan bahwa Injil kasih karunia memberi alasan untuk hidup sembrono. Dalam khotbahnya, ia menulis:

“Kasih karunia bukanlah izin untuk berdosa, tetapi kuasa untuk menang atas dosa.”

Ini adalah gema dari ajaran Titus 2:11–12:

“Sebab kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata dan mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi, dan supaya kita hidup bijaksana, adil, dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”

Thomas Boston, sahabat dan sesama pendeta Reformed Skotlandia, menulis dalam Human Nature in Its Fourfold State:

“Anugerah tidak hanya mengampuni dosa, tetapi juga mengubah hati.”

Erskine percaya bahwa bukti seseorang sungguh menerima Injil bukanlah kata-kata, melainkan hidup yang diubahkan. Ia menulis:

“Hati yang telah mencicipi kasih Kristus tidak akan bisa puas dengan dosa.”

Hidup kudus bukanlah beban, melainkan bentuk syukur atas kasih Allah. Calvin berkata:

“Ketaatan adalah bentuk ibadah sejati yang lahir dari kasih.”

Dalam konteks ini, Gereja dipanggil bukan hanya untuk berkhotbah tentang pengampunan, tetapi juga untuk membimbing umat menuju kekudusan yang aktif — suatu hidup yang berbuah dalam kasih, pengendalian diri, dan ketekunan.

IV. Doa dan Persekutuan dengan Allah

Bagi Erskine, doa adalah napas kehidupan rohani. Ia menulis:

“Ketika doa berhenti, iman mulai layu.”

Doa bukanlah sekadar rutinitas religius, melainkan persekutuan kasih antara jiwa yang lemah dan Allah yang kuat. Ia mengajarkan bahwa orang percaya harus terus-menerus datang kepada takhta kasih karunia, seperti tertulis dalam Ibrani 4:16:

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk menolong kita pada waktunya.”

Erskine mengajarkan bahwa doa orang kudus bukanlah upaya manusia untuk menggerakkan Allah, tetapi sarana yang dipakai Allah untuk menggerakkan hati manusia sesuai kehendak-Nya.

John Owen juga menulis bahwa doa sejati adalah “penerapan anugerah Roh Kudus di dalam hati manusia.” Dengan kata lain, doa adalah bukti hidupnya Roh dalam diri orang percaya.

Oleh sebab itu, gereja yang tidak berdoa adalah gereja yang kehilangan kuasa.
Ebenezer Erskine menegaskan:

“Lebih baik memiliki lima orang yang berdoa sungguh-sungguh daripada lima ratus orang yang hanya hadir tanpa hati.”

V. Penghiburan bagi Umat Allah di Tengah Penderitaan

Salah satu ciri kuat dari pelayanan Erskine adalah kemampuannya menghibur jemaat yang tertindas. Ia hidup di masa sulit, ketika banyak orang percaya dianiaya karena kesetiaan kepada Injil. Namun, di tengah tekanan itu, ia berkhotbah tentang keteguhan pengharapan di dalam Kristus.

Ia berkata:

“Badai tidak bisa memisahkan kapal dari pelabuhan, jika tali jangkar terikat pada batu karang yang kokoh. Demikian pula penderitaan tidak dapat memisahkan kita dari Kristus.”

Kata-kata ini menggemakan Roma 8:38–39 — bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus.

Dalam teologi Reformed, penghiburan ini disebut sebagai jaminan persembahan keselamatan (assurance of salvation). Louis Berkhof menulis bahwa keyakinan keselamatan lahir dari tiga hal:

  1. Janji Firman Allah,

  2. Kesaksian Roh Kudus, dan

  3. Buah kehidupan rohani.

Erskine mengajarkan hal yang sama. Ia menulis:

“Satu-satunya tempat aman di tengah badai dunia adalah bersembunyi dalam kasih Kristus.”

Dengan demikian, penderitaan bukanlah tanda ditinggalkan Allah, melainkan jalan di mana kasih karunia bekerja memurnikan iman.

VI. Gereja yang Setia terhadap Firman dan Anugerah

Dalam sejarah Gereja Skotlandia, Erskine dikenal karena keberaniannya memisahkan diri dari lembaga gereja yang telah menyimpang dari kebenaran Injil. Ia mendirikan Associate Presbytery bukan karena ambisi pribadi, melainkan demi mempertahankan kemurnian Firman.

Ia berkata:

“Ketika kebenaran dibungkam, maka kasih kepada Allah menuntut kita untuk berbicara.”

Pandangan ini sejalan dengan semangat Reformasi yang dipegang oleh Martin Luther dan John Calvin, yakni bahwa Gereja harus selalu diperbaharui oleh Firman (Ecclesia reformata semper reformanda).

Bagi Erskine, gereja bukan sekadar lembaga, tetapi kumpulan orang-orang yang disatukan oleh Injil anugerah. Gereja yang sejati bukan diukur dari ukuran gedung atau jumlah jemaat, melainkan dari sejauh mana Kristus dimuliakan dan Firman diberitakan dengan setia.

R.C. Sproul menulis dalam semangat yang sama:

“Kualitas sebuah gereja tidak ditentukan oleh musiknya, melainkan oleh kesetiaan pengkhotbahnya terhadap Firman.”

Oleh karena itu, panggilan gereja masa kini adalah untuk kembali kepada Injil yang murni — Injil yang mengangkat Kristus, menghibur orang berdosa, dan meneguhkan umat dalam pengharapan yang kekal.

VII. Kesimpulan: Hidup dalam Anugerah, Melayani dalam Kasih

Kehidupan dan karya Ebenezer Erskine mengajarkan kepada kita bahwa iman yang sejati tidak pernah berhenti pada pengakuan, tetapi berjalan dalam kasih dan kesetiaan. Ia adalah teladan hamba Tuhan yang tidak mencari kemuliaan dunia, melainkan hanya ingin Kristus dikenal dan dimuliakan.

Kita dipanggil untuk hidup dengan semangat yang sama — berdiri di atas kasih karunia, berpegang pada Firman, berdoa dengan tekun, dan melayani dengan kasih yang murni.

Seperti kata Erskine sendiri dalam salah satu khotbah terakhirnya:

“Jika Kristus adalah harta surgamu, maka dunia tidak akan mampu menggoyahkan hatimu.”

Mari kita hidup dalam kesadaran itu: bahwa hidup ini bukan milik kita, melainkan milik Kristus yang telah menebus kita dengan darah-Nya. Dan karena itu, kita melayani bukan untuk diterima, tetapi karena telah diterima oleh kasih karunia-Nya.

Next Post Previous Post