Kisah Para Rasul 6:7 Kuasa Firman dan Pertumbuhan Gereja

Kisah Para Rasul 6:7 Kuasa Firman dan Pertumbuhan Gereja

Pendahuluan

Salah satu ayat yang sangat indah dalam Kitab Kisah Para Rasul adalah Kisah Para Rasul 6:7:

“Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”

Ayat ini adalah ringkasan singkat tentang bagaimana Allah bekerja di tengah gereja mula-mula. Di tengah pelayanan para rasul, tantangan internal (perselisihan tentang pembagian janda) dan tantangan eksternal (ancaman penganiayaan), justru Injil berkembang, firman tersebar, dan jumlah murid bertambah banyak. Bahkan para imam Yahudi, yang sebelumnya menjadi penentang, kini tunduk kepada Kristus.

Artikel ini akan kita bahas secara ekspositori dalam beberapa bagian:

  1. Konteks Kisah Para Rasul 6:7

  2. Kuasa Firman Allah yang tersebar

  3. Pertumbuhan murid dalam jumlah

  4. Imam-imam yang menyerahkan diri

  5. Pandangan teolog Reformed tentang pertumbuhan gereja

  6. Aplikasi praktis bagi gereja masa kini

Kita akan melihat bagaimana Allah memakai firman-Nya, pelayanan diakonia, dan kesetiaan umat-Nya untuk memperluas kerajaan-Nya.

1. Konteks Kisah Para Kisah Para Rasul 6:7

Konteks ayat ini adalah pelayanan gereja Yerusalem yang sedang berkembang pesat. Pada awal pasal 6, muncul persoalan: janda-janda yang berbahasa Yunani merasa diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Para rasul kemudian menetapkan tujuh orang yang penuh Roh Kudus dan hikmat untuk mengurus hal ini, supaya mereka tetap fokus pada doa dan pelayanan firman (Kis. 6:4).

Setelah masalah internal itu diatasi dengan baik, Alkitab mencatat hasilnya: firman makin tersebar, murid bertambah, bahkan imam-imam masuk ke dalam iman.

Hal ini menunjukkan kepada kita: ketertiban dalam gereja, fokus pada pelayanan firman dan doa, serta adanya pelayanan diakonia yang sehat membawa pertumbuhan yang sejati.

John Calvin menulis dalam komentarnya:

“Setiap kali gereja menempatkan firman pada posisi utama, Allah memberkati dengan pertumbuhan. Tetapi jika firman diabaikan, maka segala sesuatu akan merosot, betapapun rajinnya manusia dalam ritual dan tradisi.”

2. Kuasa Firman Allah yang Tersebar

Kalimat pertama Kisah 6:7: “Firman Allah makin tersebar”.

a. Firman sebagai pusat pertumbuhan

Pertumbuhan sejati gereja bukan pertama-tama soal strategi manusia, melainkan karena firman Allah bekerja. Rasul-rasul menolak untuk “melalaikan firman” demi mengurus hal-hal administratif (Kis. 6:2). Mereka tahu firman adalah pusat kehidupan jemaat.

Seperti Yesaya 55:11 berkata:
“Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”

Charles Spurgeon menekankan:

“Gereja akan hidup atau mati sesuai dengan sejauh mana firman dikhotbahkan. Firman Allah adalah roti, pedang, dan benih; tanpa firman, jemaat akan kelaparan, tidak berdaya, dan mandul.”

b. Penyebaran firman bukan hanya geografis, tapi juga mendalam

Frasa “makin tersebar” (dalam Yunani: auxanō) bukan sekadar soal luas, tapi juga pertumbuhan ke dalam. Firman tidak hanya menjangkau lebih banyak orang, tetapi juga bertumbuh dalam kedalaman iman jemaat.

John Owen mengatakan:

“Pertumbuhan sejati firman adalah ketika ia semakin berakar dalam hati orang-orang kudus, membentuk pikiran, kehendak, dan kasih mereka sesuai Kristus.”

3. Pertumbuhan Murid dalam Jumlah

Ayat ini melanjutkan: “jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak.”

a. Dari “pengikut” menjadi “murid”

Kata “murid” (mathētēs) menekankan bukan sekadar penambahan anggota, melainkan orang-orang yang sungguh belajar dan mengikuti Kristus.

Pertumbuhan numerik adalah akibat dari pertumbuhan firman. Firman yang murni diberitakan akan menghasilkan buah dalam jumlah orang percaya yang bertambah.

Jonathan Edwards menegaskan dalam khotbah kebangunan rohaninya:

“Ketika Roh Allah bekerja melalui firman, orang-orang akan bertobat secara nyata. Itu bukan manipulasi emosional, melainkan kuasa kebenaran yang menyentuh hati.”

b. Pertumbuhan sebagai karya Allah

Pertumbuhan murid bukan hasil usaha manusia. Paulus mengingatkan dalam 1 Korintus 3:6-7: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.”

Oleh karena itu, kita tidak boleh mengukur gereja hanya dari segi angka, tetapi kita juga tidak boleh menolak pertumbuhan numerik sebagai berkat Allah. Jika firman diberitakan dengan setia, Allah berkenan menambah orang yang diselamatkan.

4. Imam-Imam yang Menyerahkan Diri

Bagian paling mengejutkan dari ayat ini adalah: “juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”

a. Imam-imam Yahudi percaya

Imam-imam Yahudi biasanya adalah lawan terkuat Injil, karena mereka terkait dengan sistem Bait Allah dan tradisi Yahudi. Namun, di sini sejumlah besar dari mereka menyerahkan diri kepada Kristus.

Ini menunjukkan kuasa Injil yang mampu menaklukkan hati yang paling keras sekalipun.

b. Menyerahkan diri (Yunani: hypakouō)

Kata ini berarti “taat” atau “patuh.” Artinya, iman sejati bukan hanya percaya dalam pikiran, tetapi juga ketaatan pada Kristus.

John Stott (walau bukan klasik Reformed, namun berpengaruh dalam tradisi injili Reformed) menulis:

“Pertobatan sejati selalu menghasilkan ketaatan. Iman yang tidak membawa perubahan hidup bukan iman yang sejati.”

5. Pandangan Teolog Reformed tentang Pertumbuhan Gereja

a. John Calvin

Calvin menekankan bahwa pertumbuhan gereja terjadi bila firman diberitakan murni dan sakramen dilayankan dengan benar. Bukan pada kehebatan pemimpin, melainkan pada kuasa firman.

b. John Owen

Owen melihat pertumbuhan gereja sebagai karya Kristus yang memerintah dari takhta-Nya. Firman dan Roh bekerja bersama-sama untuk membawa jiwa kepada iman.

c. Jonathan Edwards

Edwards menunjukkan bahwa kebangunan rohani sejati ditandai dengan peningkatan iman yang sejati, bukan sekadar angka. Tetapi ia juga mengakui bahwa dalam karya Roh Kudus, banyak orang sungguh bertobat sekaligus.

d. Charles Spurgeon

Spurgeon melihat bahwa pertumbuhan gereja harus selalu disertai pengudusan. Ia berkata:

“Gereja yang bertambah banyak tetapi tidak bertambah kudus hanyalah mengumpulkan kayu, jerami, dan rumput kering untuk api penghakiman.”

6. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

Dari  Kisah Para Rasul 6:7, kita mendapat beberapa pelajaran penting:

a. Pentingnya Firman dan Doa

Gereja harus memastikan bahwa pelayanan firman dan doa tetap utama. Program penting, tetapi tanpa firman dan doa, semua kosong.

b. Pentingnya Pelayanan Diakonia

Masalah janda diatasi melalui pelayanan diakonia yang sehat. Ketika kebutuhan praktis terpenuhi, firman diberitakan tanpa hambatan, dan gereja bertumbuh.

c. Pertumbuhan Sejati Berasal dari Allah

Kita dipanggil untuk setia menabur firman, tetapi pertumbuhan adalah hak Allah. Karena itu, jangan putus asa bila pertumbuhan lambat, tetapi juga jangan sombong bila jemaat bertambah.

d. Harapan bagi Semua Orang

Jika bahkan para imam yang keras menentang Injil bisa bertobat, tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari kasih karunia Allah.

e. Tanda Gereja yang Sehat

Tanda gereja sehat bukan hanya bertambah dalam jumlah, tetapi juga dalam kedalaman iman dan ketaatan.

Penutup

Kisah Para Rasul 6:7 menunjukkan pola yang indah:

  1. Firman diberitakan dengan setia.

  2. Gereja mengatur diri dengan baik melalui diakonia.

  3. Allah memberkati dengan pertumbuhan jumlah murid.

  4. Bahkan musuh Injil pun ditaklukkan oleh kasih Kristus.

Inilah dorongan bagi kita: setialah dalam firman, doa, dan pelayanan kasih. Allah sendiri yang akan membuat firman-Nya tersebar, murid bertambah, dan jiwa-jiwa dimenangkan.

Kiranya gereja kita, seperti gereja mula-mula, dapat mengalami kuasa yang sama: Firman makin tersebar, murid bertambah, dan orang-orang yang tadinya menolak kini menyerahkan diri kepada Kristus. Amin.

Next Post Previous Post