Markus 5:1–20 Kuasa Kristus atas Kegelapan
.jpg)
1. Pendahuluan: Pemandangan Menakutkan di Tanah Orang Gerasa
Perikop Markus 5:1–20 menggambarkan salah satu adegan paling dramatis dalam Injil Markus: Yesus berhadapan dengan kekuatan kegelapan yang menguasai seorang manusia di tanah Gerasa. Setelah menenangkan badai (Markus 4:35–41), Yesus segera menunjukkan bahwa kuasa-Nya bukan hanya atas alam, tetapi juga atas dunia roh. Peristiwa ini menjadi bukti konkret bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan atas segala ciptaan—baik dunia yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
R.C. Sproul menyatakan bahwa “Mukjizat Yesus bukanlah pertunjukan kekuatan, melainkan tanda kerajaan Allah yang sedang datang ke dunia.” (Sproul, The Holiness of God). Dengan kata lain, setiap tindakan Yesus memperlihatkan otoritas-Nya yang ilahi dan tujuan penebusan yang sedang Ia nyatakan di bumi.
2. Konteks dan Latar Belakang
Tanah Gerasa (atau daerah Gadara) terletak di sisi timur danau Galilea—wilayah non-Yahudi yang mayoritas penduduknya adalah orang kafir. Keberadaan kawanan babi dalam kisah ini menegaskan hal itu, sebab babi dianggap najis bagi orang Yahudi (Imamat 11:7). Di sinilah Yesus bertemu dengan seorang manusia yang hidup terpisah dari masyarakat, tinggal di kuburan, dan kerasukan banyak roh jahat.
John Calvin menulis dalam Commentary on the Synoptic Gospels bahwa “Yesus sengaja pergi ke wilayah yang najis untuk menunjukkan bahwa kasih karunia Allah menembus batas-batas kebangsaan, kebudayaan, dan bahkan dosa yang paling dalam.”
Dengan demikian, kisah ini bukan sekadar tentang pengusiran setan, melainkan juga tentang misi penebusan Kristus yang melintasi batas sosial dan spiritual. Yesus datang bukan hanya bagi Israel, tetapi juga bagi bangsa-bangsa.
3. Gambaran Kondisi Manusia Tanpa Kristus (Markus 5:2–5)
“Ketika Yesus baru saja turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia.” (ay. 2)
Orang itu hidup di antara kuburan—tempat kematian. Ia tidak dapat dikekang, tidak dapat dikontrol, dan selalu menyakiti dirinya sendiri. Gambaran ini melukiskan kondisi manusia di bawah kuasa dosa: terpisah dari Allah, tanpa pengharapan, dan dikuasai oleh kehancuran rohani.
Matthew Henry berkomentar, “Setan membuat orang terisolasi dari masyarakat dan terpisah dari kasih Allah. Ia menjadikan manusia hamba dari kehancuran dirinya sendiri.” (Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible).
Dalam pengertian rohani, kehidupan tanpa Kristus adalah kehidupan di antara kuburan. Seseorang bisa hidup secara fisik, tetapi mati secara rohani (Efesus 2:1–2). Ia mungkin tampak bebas, tetapi sebenarnya diperbudak oleh dosa dan tipu daya iblis.
Herman Bavinck menambahkan, “Dosa bukan hanya pelanggaran terhadap hukum, tetapi kekuatan destruktif yang mengikat seluruh keberadaan manusia.” (Reformed Dogmatics). Dengan demikian, kisah orang Gerasa ini menjadi cermin kondisi setiap orang sebelum diselamatkan oleh Kristus.
4. Pertemuan dengan Yesus: Ketakutan Setan terhadap Otoritas Kristus (Markus 5:6–10)
“Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia dan menyembah-Nya.” (ay. 6)
Menarik bahwa roh-roh jahat dalam diri orang itu segera mengenali siapa Yesus sesungguhnya. Mereka menyebut-Nya, “Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi.” (Markus 5:7). Pengakuan ini menunjukkan bahwa bahkan dunia kegelapan tidak dapat menyangkal keilahian Kristus. Setan gemetar di hadapan otoritas Tuhan.
John Calvin menafsirkan: “Setan mengakui Kristus bukan karena kasih atau iman, melainkan karena rasa takut terhadap kuasa ilahi yang tak dapat ditolak.” Hal ini mengingatkan kita bahwa pengakuan teologis tanpa pertobatan tidak menyelamatkan. Banyak orang tahu tentang Yesus, tetapi tidak tunduk kepada-Nya.
Yesus kemudian bertanya: “Siapa namamu?” dan jawaban itu datang: “Legion namaku, karena kami banyak.” (Markus 5:9). Dalam konteks Romawi, “legion” berarti sekitar 6.000 tentara. Ini melambangkan bahwa kekuatan jahat yang menguasai orang itu sangat besar dan terorganisir—tetapi tetap tidak berdaya di hadapan Kristus.
5. Kuasa Kristus yang Membebaskan (Markus 5:11–13)
“Yesus memberi izin kepada mereka, lalu roh-roh jahat itu keluar dan masuk ke dalam babi-babi.” (ay. 13)
Tindakan Yesus mengizinkan roh-roh itu masuk ke dalam babi menunjukkan bahwa otoritas-Nya mutlak. Setan tidak dapat bertindak tanpa izin Tuhan. Ini menegaskan doktrin sovereignty of God—bahwa bahkan kuasa jahat sekalipun berada di bawah kendali Allah.
R.C. Sproul menegaskan, “Tidak ada satu molekul pun di alam semesta yang bergerak di luar kedaulatan Allah.” (Chosen by God). Dalam konteks ini, Kristus tidak bernegosiasi dengan setan, Ia memerintah. Setan tunduk bukan karena mau, tetapi karena harus.
Kawanan babi yang kemudian terjun ke danau dan mati memperlihatkan konsekuensi destruktif dari kehadiran roh-roh jahat. Mereka membawa kehancuran ke mana pun mereka berada. Namun, bagi manusia yang dibebaskan itu, perjumpaan dengan Yesus berarti hidup baru—kehidupan yang dipulihkan.
6. Transformasi yang Nyata (Markus 5:14–17)
“Mereka melihat orang yang kerasukan itu duduk, berpakaian dan sudah waras; maka takutlah mereka.” (ay. 15)
Perubahan luar biasa terjadi: dari seorang yang liar menjadi tenang, dari telanjang menjadi berpakaian, dari gila menjadi waras. Ini adalah gambaran keselamatan yang sejati. Yesus tidak hanya mengusir setan, Ia memulihkan seluruh keberadaan manusia.
John Stott menyebut ini sebagai “keutuhan Injil” (The Cross of Christ): penebusan Kristus bukan hanya membebaskan dari dosa, tetapi juga memperbarui gambar Allah dalam diri manusia. Ia bukan hanya menyingkirkan kejahatan, melainkan menciptakan kembali manusia yang baru (2 Korintus 5:17).
Namun, reaksi orang banyak sungguh mengejutkan: mereka memohon Yesus agar meninggalkan daerah mereka (Markus 5:17). Mengapa? Karena mereka lebih takut kehilangan ekonomi daripada kehilangan jiwa. Babi mereka mati, dan keuntungan mereka hilang. Mereka tidak mau menerima kebenaran yang menuntut perubahan hidup.
R.C. Sproul menulis, “Banyak orang lebih memilih hidup nyaman dengan dosa daripada menghadapi terang kekudusan Kristus.” Dan inilah tragedi besar manusia—mereka menolak Juruselamat karena takut kehilangan dunia.
7. Panggilan untuk Bersaksi (Markus 5:18–20)
“Pergilah ke rumahmu kepada orang-orang sekampungmu dan beritahukanlah kepada mereka segala yang telah diperbuat Tuhan atasmu.” (Markus 5:19)
Ketika orang itu ingin mengikuti Yesus, Tuhan menolaknya—bukan karena Ia tidak mengasihi, melainkan karena Ia punya misi baginya: menjadi saksi di daerahnya sendiri. Orang yang dahulu dikuasai iblis kini menjadi pemberita Injil. Ia yang sebelumnya tinggal di kuburan kini menjadi saksi hidup kebangkitan rohani.
Ini adalah prinsip penting dalam panggilan Kristen: keselamatan tidak berhenti pada diri sendiri. Mereka yang telah diselamatkan dipanggil untuk bersaksi. Bavinck menulis, “Keselamatan pribadi selalu mengalir ke dalam pelayanan bagi orang lain, karena kasih Allah tidak mungkin dipendam.”
Dan hasilnya luar biasa: “Semua orang menjadi heran.” (Markus 5:20). Kuasa Kristus menimbulkan kekaguman dan pujian. Kesaksian orang Gerasa menjadi cermin bagaimana Injil bekerja: dari penderitaan menuju kesembuhan, dari kegelapan menuju terang.
8. Aplikasi Teologis dan Praktis
a. Kristus adalah Tuhan atas Kuasa Kegelapan
Kisah ini menegaskan doktrin Christus Victor—Yesus Kristus menang atas setan, dosa, dan maut. Tidak ada kekuatan yang dapat menandingi kuasa-Nya. Ini memberikan penghiburan bagi umat Allah yang sering digoda oleh dosa atau diperangi oleh kuasa gelap.
“Tetapi syukur kepada Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan.” (2 Korintus 2:14)
b. Dosa Mengisolasi, Kristus Memulihkan
Orang Gerasa hidup terpisah, terikat, dan menyakiti diri. Begitu juga manusia modern yang terikat oleh kecanduan, kebencian, dan kesepian rohani. Hanya Kristus yang mampu membebaskan dari rantai itu.
Reformed theologian Sinclair Ferguson menulis, “Kasih karunia bukan hanya mengampuni, tetapi juga membebaskan.” (The Whole Christ).
c. Keselamatan Menghasilkan Kesaksian
Keselamatan sejati selalu melahirkan misi. Orang yang telah mengalami anugerah Kristus tidak bisa diam. Ia ingin menceritakan karya Tuhan kepada orang lain. Inilah misi setiap orang percaya: menjadi saksi Kristus di rumah, tempat kerja, dan masyarakat.
d. Hati yang Lebih Takut Kehilangan Dunia daripada Mengenal Kristus
Orang Gerasa bersukacita, tetapi masyarakat menolak. Ini menunjukkan realitas hati manusia yang mencintai dunia lebih dari Tuhan. Betapa sering manusia menolak terang karena takut kehilangan keuntungan duniawi.
9. Pandangan Reformed tentang Kuasa Kristus dan Pembebasan
Dalam teologi Reformed, pembebasan dari kuasa setan bukanlah pengalaman mistik, tetapi hasil dari karya penebusan objektif Kristus di salib. Kristus tidak hanya mengalahkan iblis secara pribadi, tetapi juga menegakkan kerajaan Allah melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
John Calvin berkata, “Dengan kematian-Nya, Kristus menghancurkan kuasa iblis; dengan kebangkitan-Nya, Ia menegakkan kerajaan kebenaran.”
Bavinck menambahkan, “Kemenangan Kristus adalah dasar dari pembaruan ciptaan. Ia membawa tatanan ilahi menggantikan kekacauan dosa.”
Reformed theology memandang bahwa pembebasan sejati bukan terutama dari penderitaan fisik, tetapi dari perbudakan dosa yang membawa maut. Setiap mukjizat Yesus adalah tanda menuju karya penebusan yang sempurna di Golgota.
10. Refleksi Rohani: Dari Kuburan Menuju Kehidupan
Kisah orang Gerasa adalah kisah kita semua. Kita dulu hidup di kuburan dosa, terikat, tak berdaya, dan hancur. Tetapi Kristus datang menyeberang demi kita—Ia datang menembus wilayah najis untuk menyelamatkan yang terhilang.
Inilah Injil: Allah datang mencari manusia berdosa, bukan manusia yang mencari Allah. Seperti Yesus yang datang ke tanah Gerasa, Ia juga datang ke hati manusia yang gelap untuk membawa terang.
“Ia telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9)
11. Penutup: Kristus yang Berdaulat dan Membebaskan
Kisah Markus 5:1–20 memperlihatkan tiga kebenaran utama:
- Kuasa Kristus tidak terbatas. Ia berkuasa atas setan, dosa, dan maut.
- Kasih Kristus menembus batas. Ia datang bagi yang terbuang dan terhina.
- Anugerah Kristus menghasilkan kesaksian. Ia mengubah orang berdosa menjadi saksi kasih karunia.
Ketika dunia menolak Kristus, orang yang diselamatkan justru diutus untuk bersaksi. Inilah panggilan gereja di zaman ini: membawa kabar baik ke tanah-tanah “Gerasa” modern—tempat di mana banyak jiwa masih terikat oleh dosa, depresi, dan keputusasaan.
Mari kita ingat: Yesus Kristus tidak takut terhadap kuburan, karena Ia sendiri akan mengalahkan maut.
Dan seperti orang Gerasa yang dibebaskan, marilah kita juga bersaksi:
“Tuhan telah melakukan perkara besar bagiku; nama-Nya patut dipuji!” (Mazmur 126:3)