Yohanes 9:4 Bekerja Selagi Hari Siang
.jpg)
Pendahuluan: Kesadaran Akan Waktu yang Singkat
Yohanes 9:4 berkata:
“Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.”
Ayat ini diucapkan Yesus dalam konteks penyembuhan orang buta sejak lahir. Ketika para murid bertanya siapa yang berdosa — orang itu atau orang tuanya — Yesus menolak pandangan sempit tentang penderitaan dan mengarahkan perhatian mereka kepada maksud Allah yang lebih besar: “Supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia” (Yohanes 9:3).
Segera setelah itu Yesus menambahkan ayat keempat ini sebagai pernyataan misi dan panggilan: untuk mengerjakan pekerjaan Bapa selama masih ada kesempatan. Kata-kata ini penuh makna teologis dan praktis bagi setiap orang percaya. Di sini Yesus menegaskan urgensi pelayanan, tanggung jawab manusia, dan realitas keterbatasan waktu.
John Calvin dalam Commentary on John menulis:
“Kristus menunjukkan bahwa Ia sadar akan waktu yang ditentukan oleh Bapa bagi pelayanan-Nya. Ia tidak mau menyia-nyiakan satu pun kesempatan untuk melakukan kehendak Allah, karena Ia tahu malam kematian akan segera tiba.”
Artikel ini akan mengajak kita melihat tiga hal:
-
Panggilan untuk bekerja dalam terang.
-
Kesadaran akan batas waktu.
-
Kepastian bahwa pekerjaan Allah pasti dinyatakan melalui Kristus dan umat-Nya.
I. Panggilan untuk Bekerja dalam Terang (Yohanes 9:4a)
“Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku.”
Perhatikan bahwa Yesus menggunakan kata “kita” (Yunani: δεῖ ἡμᾶς, dei hēmas) — bukan “Aku” saja. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan Allah bukan hanya tugas Kristus secara pribadi, tetapi juga melibatkan murid-murid-Nya dan semua pengikut-Nya. Yesus mengajak mereka bekerja bersama dalam misi Bapa.
1. Pekerjaan Allah: Inisiatif Ilahi
Yesus menyebut pekerjaan itu sebagai “pekerjaan Dia yang mengutus Aku.” Dalam teologi Yohanes, Allah Bapa adalah sumber dari setiap pekerjaan keselamatan. Yesus datang bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus-Nya (Yohanes 4:34; 5:36).
John Gill menulis:
“Pekerjaan Allah di sini meliputi segala sesuatu yang menyatakan kuasa dan kasih-Nya melalui Kristus — pemberitaan Injil, penyembuhan, pengampunan dosa, dan akhirnya karya penebusan di salib.”
Yesus sadar bahwa setiap tindakan-Nya adalah bagian dari rencana keselamatan kekal. Ia tidak bekerja untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk memuliakan Bapa (Yoh. 17:4).
Dalam konteks pelayanan, ini berarti setiap karya pelayanan Kristen sejati berasal dari Allah, dikerjakan dengan kuasa Allah, dan ditujukan bagi kemuliaan Allah.
Seperti dikatakan oleh R.C. Sproul,
“Semua pekerjaan Kristen yang sejati adalah partisipasi dalam pekerjaan Allah. Kita hanyalah alat, bukan sumbernya.”
2. Panggilan untuk Berpartisipasi
Kata “kita harus” (δεῖ) menunjukkan keharusan ilahi, bukan pilihan. Ini bukan ajakan sukarela, tetapi perintah yang mendesak. Calvin menegaskan:
“Yesus tidak berbicara tentang kemungkinan, melainkan tentang kewajiban. Jika Kristus sendiri merasa wajib bekerja, betapa lebih lagi kita, hamba-hamba-Nya, yang dipanggil untuk bekerja bagi kemuliaan Allah.”
Murid-murid sering terjebak dalam perdebatan teologis yang tidak menghasilkan buah (seperti pertanyaan tentang dosa dalam ayat 2). Tetapi Yesus mengalihkan fokus mereka: bukan siapa yang bersalah, melainkan apa yang harus dilakukan untuk menyatakan pekerjaan Allah.
Demikian pula gereja sering kehilangan fokus karena sibuk berargumentasi, bukan melayani. Panggilan Yesus sederhana namun mendalam: “Bekerjalah.”
3. Bekerja dengan Sukacita dan Kesetiaan
Pekerjaan Allah bukan beban, melainkan kehormatan. Spurgeon berkata dalam khotbahnya, “Work While It Is Day”:
“Tidak ada sukacita yang lebih besar bagi orang percaya selain menjadi rekan sekerja Allah. Bekerja untuk Kristus adalah kebahagiaan yang tidak dapat diberikan dunia.”
Setiap pelayanan, sekecil apa pun, menjadi bagian dari pekerjaan besar Allah yang kekal. Ketika seorang ibu mendidik anaknya dalam takut akan Tuhan, ketika seorang pengkhotbah memberitakan Injil dengan setia, ketika seorang jemaat berdoa bagi yang menderita — semuanya termasuk dalam pekerjaan Bapa.
II. Kesadaran Akan Batas Waktu (Yohanes 9:4b)
“Selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.”
Yesus memakai metafora “siang” dan “malam” untuk berbicara tentang waktu kesempatan dan waktu berakhirnya kesempatan.
1. Waktu Siang: Masa Anugerah
“Siang” melambangkan waktu pelayanan Kristus di dunia. Selama Ia hidup, Ia bekerja untuk menyatakan terang dan kasih karunia Allah. Yohanes 11:9–10 juga memakai citra yang sama: “Barangsiapa berjalan pada siang hari, ia tidak tersandung, sebab ia melihat terang dunia ini.”
Calvin menjelaskan:
“Selama Kristus hadir di dunia, terang Injil menyinari bumi. Itulah waktu kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.”
Demikian pula, bagi setiap orang percaya, waktu “siang” adalah waktu hidup di dunia ini — waktu untuk melayani, memberitakan Injil, mengasihi sesama, dan melakukan kehendak Allah. Selama kita hidup, kita dipanggil untuk bekerja, sebab waktu tidak akan kembali.
R.C. Sproul menegaskan bahwa “siang” juga menunjuk kepada zaman kasih karunia, yaitu masa antara kedatangan Kristus pertama dan kedua. Gereja sekarang hidup dalam terang itu — waktu yang penuh kesempatan untuk bekerja bagi kerajaan Allah.
2. Waktu Malam: Batas Kesempatan
“Akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.” Ini mengacu pada berakhirnya waktu pelayanan Kristus di dunia, yaitu kematian-Nya. Setelah malam kematian tiba, kesempatan untuk melakukan pekerjaan itu selesai.
Matthew Henry menulis dengan serius:
“Malam akan datang kepada setiap orang, ketika kesempatan berlalu dan pekerjaan harus berhenti. Maka, bijaksanalah mereka yang memakai waktu siang dengan sungguh-sungguh.”
Dalam konteks pribadi, “malam” bisa berarti akhir hidup kita. Setelah kematian, tidak ada lagi kesempatan untuk melayani, bertobat, atau menginjili. Dalam konteks dunia, malam bisa berarti kedatangan kembali Kristus, saat penghakiman tiba. Waktu untuk bekerja akan berakhir selamanya.
Spurgeon mengingatkan jemaatnya:
“Kita tidak tahu kapan matahari kehidupan kita akan terbenam. Karena itu, bekerjalah hari ini juga. Jangan tunda pelayananmu sampai besok, sebab malam mungkin datang sebelum engkau sadar.”
3. Urgensi Pelayanan
Kesadaran bahwa waktu terbatas membuat pelayanan Kristen bersifat mendesak. Gereja yang hidup dalam terang Kristus harus bekerja dengan kesadaran eskatologis — bahwa setiap hari membawa kita lebih dekat kepada malam.
Seperti Paulus berkata dalam Roma 13:12,
“Hari sudah hampir siang; sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!”
Bagi orang percaya, hidup bukan untuk ditunda, melainkan untuk digunakan demi kemuliaan Allah. Waktu tidak dapat diulang. Calvin menulis, “Kristus memberi teladan agar kita tidak malas, sebab setiap momen adalah kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan Allah kepada kita.”
III. Kepastian Pekerjaan Allah Dinyatakan (Yohanes 9:3–5)
Konteks ayat ini menunjukkan bahwa pekerjaan Allah pasti dinyatakan — melalui Kristus dan juga melalui penderitaan manusia. Orang buta sejak lahir itu bukan korban kebetulan, tetapi alat untuk menyatakan kemuliaan Allah.
1. Allah Bekerja Melalui Penderitaan
Yesus berkata, “Supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia.” Ini adalah prinsip penting: Allah sering menyatakan kuasa-Nya justru melalui kelemahan dan penderitaan.
John Calvin menulis,
“Penderitaan orang buta ini bukan hukuman, tetapi panggung bagi anugerah Allah untuk dinyatakan. Demikian pula, penderitaan orang percaya menjadi sarana bagi pekerjaan Allah dinyatakan di dunia.”
Dalam kerangka Reformed, ini menunjukkan doktrin providence — bahwa segala sesuatu, termasuk penderitaan, berada di bawah kendali Allah yang bijaksana dan penuh kasih.
Tidak ada penderitaan yang sia-sia dalam hidup orang percaya. Di dalam Kristus, bahkan luka dan air mata dapat menjadi alat untuk memancarkan terang Injil.
2. Kristus: Pekerja yang Sempurna
Yesus berkata, “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku.” Tetapi Dialah satu-satunya yang mampu menyelesaikan pekerjaan itu sepenuhnya. Di kayu salib, Ia berseru, “Sudah selesai!” (Yohanes 19:30). Itu adalah puncak dari pekerjaan keselamatan Allah.
Spurgeon menulis:
“Kristus tidak hanya bekerja selama siang hidup-Nya di bumi, tetapi Ia menanggung malam kematian agar kita memperoleh terang kekal.”
Kita bekerja karena Kristus sudah bekerja terlebih dahulu. Kita melayani bukan untuk mendapatkan keselamatan, tetapi karena telah diselamatkan. Pekerjaan kita adalah tanggapan syukur terhadap karya penebusan Kristus yang sempurna.
3. Gereja: Diterangi untuk Bekerja
Yesus menambahkan dalam Yohanes 9:5, “Selama Aku di dunia, Akulah terang dunia.” Setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya, Ia menyerahkan terang itu kepada gereja.
Matius 5:14 berkata: “Kamu adalah terang dunia.” Maka, pekerjaan Kristus berlanjut melalui umat-Nya. Gereja dipanggil untuk melanjutkan pekerjaan Bapa — mengabarkan Injil, memulihkan yang terluka, dan membawa terang kepada dunia yang gelap.
R.C. Sproul menjelaskan bahwa setiap orang percaya adalah “co-laborers with Christ” (1 Korintus 3:9). Bukan karena Allah membutuhkan kita, tetapi karena Ia berkenan memakai kita untuk memuliakan nama-Nya.
IV. Aplikasi Praktis: Bekerja Dalam Terang Kristus
-
Gunakan waktu dengan bijak.
Mazmur 90:12 berkata, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, supaya kami beroleh hati yang bijaksana.” Waktu hidup adalah karunia. Jangan menunda pelayanan, pengampunan, atau kasih. Setiap hari adalah kesempatan untuk memuliakan Allah. -
Jangan biarkan kesibukan menggantikan pekerjaan rohani.
Banyak orang aktif secara duniawi tetapi pasif secara rohani. Yesus mengingatkan Marta bahwa hal yang “perlu” adalah duduk di kaki-Nya dan bekerja bagi-Nya dengan hati yang benar (Lukas 10:41–42). -
Pelayanan adalah tanggung jawab bersama.
Kata “kita” menegaskan bahwa tidak ada pengikut Kristus yang dikecualikan. Gereja bukan panggung bagi sebagian kecil pelayan, melainkan tubuh di mana setiap anggota memiliki bagian dalam pekerjaan Allah. -
Bekerjalah dengan iman dan pengharapan.
Kadang hasil pekerjaan rohani tampak kecil. Namun, seperti petani yang menabur, kita percaya bahwa Allah memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:6). Pekerjaan Allah tidak akan sia-sia (1 Korintus 15:58). -
Hidup dengan perspektif kekekalan.
Malam pasti datang. Sadarilah bahwa hidup ini sementara. Hanya yang dilakukan untuk Kristus yang akan bertahan selamanya.
V. Refleksi Reformed: Antara Anugerah dan Tanggung Jawab
Teologi Reformed menyeimbangkan dua hal: kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Yohanes 9:4 mencerminkan keduanya.
-
Allah telah menetapkan pekerjaan keselamatan melalui Kristus.
-
Namun, manusia dipanggil untuk berpartisipasi secara aktif dalam pekerjaan itu.
Calvin menulis,
“Kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia, melainkan menjadi dasar dan motivasi untuk bekerja dengan lebih rajin.”
Karena Allah berdaulat, kita tidak bekerja dalam kesia-siaan. Karena Allah memerintah, kita bekerja dengan keyakinan. Setiap tindakan dalam iman adalah bagian dari pekerjaan kekal yang Allah sudah tetapkan sebelumnya (Efesus 2:10).
Kesimpulan: Waktu Siang Masih Ada
Yesus mengajarkan kita untuk hidup dengan kesadaran ilahi: bahwa waktu pelayanan terbatas dan berharga. Dunia ini penuh penderitaan dan kebutuhan, tetapi juga penuh kesempatan bagi pekerjaan Allah dinyatakan.
Malam akan datang — entah kematian, entah kedatangan Kristus — tetapi selama siang masih ada, kita harus bekerja. Jangan biarkan waktu berlalu sia-sia.
Spurgeon menutup khotbahnya dengan kalimat ini:
“Hari ini adalah milik kita. Besok mungkin bukan. Maka, lakukan pekerjaan Allah hari ini dengan hati yang menyala bagi kemuliaan Kristus.”