Pekerjaan Roh Kudus

Pekerjaan Roh Kudus

Pendahuluan

Hari ini kita menoleh bersama-sama kepada satu pribadi dalam Tritunggal yang sering kurang kita soroti—yaitu Roh Kudus. Kita mengenal Allah Bapa, dan kita mengenal Yesus Kristus Anak Nya dengan cukup baik. Namun pekerjaan Roh Kudus, khususnya dalam kerangka teologi Reformed (Reformasi) seringkali kurang mendapatkan tempat yang terang dalam kotbah umum. Padahal, tanpa pekerjaan Roh Kudus, kita tidak akan memiliki keselamatan, pertumbuhan rohani, atau buah iman yang sejati.

Dalam pandangan teologi Reformed, Roh Kudus bukanlah sekadar “energi” atau “kuasa” yang abstrak, melainkan Pribadi yang sejajar secara esensi dengan Bapa dan Anak — dan yang secara aktif bekerja dalam penebusan, pembaruan, pengudusan, pemeliharaan, dan pemuliaan orang-orang percaya. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah ringkasan: “The Holy Spirit is as much God as Jesus is God.” 

Tujuan kita hari ini: melihat apa pekerjaan Roh Kudus menurut perspektif teologi Reformed, mengapa itu penting bagi kehidupan kita sebagai orang percaya, dan bagaimana kita menanggapi pekerjaan itu dengan iman dan pengharapan.

I. Dasar teologis: Siapakah Roh Kudus?

Sebelum kita masuk ke pekerjaannya, penting untuk memahami siapa Roh Kudus itu dalam kerangka Reformed.

a. Pribadi dan keilahian Roh Kudus

Dalam teologi Reformed disebutkan bahwa penelaahan pneumatologi (ilmu tentang Roh Kudus) termasuk aspek penting dari Trinitas — yakni bahwa ada tiga Pribadi dalam satu Esensi Allah: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. 
Pakar seperti John Owen, dalam Pneumatologia menegaskan bahwa karya Roh Kudus tak dapat dipisahkan dari karya Bapa dan Anak.
Demikian pula, dalam tulisan-tulisan Reformed lainnya, Roh Kudus disebut “Person” (Pribadi), bukan hanya kekuatan atau “angin rohani”.

b. Hubungan Roh Kudus dengan Bapa dan Anak

Dalam perspektif Reformed, kita melihat bahwa:

  • Bapa memilih (predestinasi) dalam kasih karunia.

  • Anak (Yesus Kristus) menebus, mendamaikan manusia dengan Allah.

  • Roh Kudus menerapkan karya penebusan itu kepada orang-orang percaya, menjadikannya hidup dalam Kristus. Sebagaimana dikatakan oleh J. C. Ryle: “… the Father chooses. The Son mediates … The Holy Spirit applies the whole work to man’s soul.” 
    Ini menegaskan bahwa pekerjaan Roh Kudus ialah aplikatif dalam keselamatan kita — bukan alternatif dari karya Bapa dan Anak, tetapi bagian tak terpisahkan.

c. Konsekuensi bagi kita

Artinya: jika kita mengabaikan Roh Kudus, maka kita mengabaikan salah satu Pribadi Allah yang aktif dalam hidup kita—dan itu berarti keselamatan kita sendiri menjadi tidak lengkap atau kurang dipahami. Sebagaimana Ryle menegaskan: “Wrong about the Holy Spirit … and we are wrong to all eternity!” 
Oleh karena itu, kita harus serius mendalami “Pekerjaan Roh Kudus”.

II. Pekerjaan Roh Kudus dalam keselamatan (soteriologi)

Di bagian ini kita melihat bagaimana Roh Kudus bekerja dalam aspek keselamatan: panggilan, regenerasi, pembenaran, pengurapan, dan penyegelan.

a. Panggilan umum dan panggilan efektif

Dalam pandangan Reformed, ada pemahaman bahwa Roh Kudus bekerja dalam dua tingkatan panggilan: “panggilan umum” (melalui pemberitaan Injil kepada semua) dan “panggilan efektif” (internal, hanya kepada orang-yang-dipilih). Misalnya, artikel Semi Reformanda menyebutkan: “Men cannot be saved outside of the work of the HS … The HS makes effectual, to the elect alone, the gospel.” 
Artinya, Roh Kudus tidak hanya mendukung pemberitaan Injil, tetapi memastikan bahwa bagi orang-yang-dipilih, Injil itu membawa hasil nyata: iman, pertobatan, hidup baru.

b. Regenerasi (kelahiran baru)

Teologi Reformed sangat menekankan bahwa manusia berdosa secara total (“total depravity”), sehingga tidak dapat memilih Allah sendiri tanpa pembaruan dari Roh Kudus. Seperti yang Ryle tuliskan:

“we are all dead towards God … we need to be ‘born again,’ and this new birth we must receive of the Holy Spirit.” 
Owen juga menyajikan pembahasan mendalam tentang regenerasi Roh Kudus dalam Pneumatologia
Dengan demikian, pekerjaan Roh Kudus dalam regenerasi adalah awal nyata dari keselamatan—menjadikan orang mati dalam dosa menjadi hidup rohani.

c. Pembenaran dan pengudusan

Setelah regenerasi, Roh Kudus terus bekerja: menerapkan karya Kristus kepada kita dengan memberikan iman dan memperkuat kita dalam pengudusan (sanctification). Sebagaimana dalam kutipan:

“By Him they are first called, quickened, and made alive. By Him they are born again, … By Him they are sanctified.” 
Dalam teologi Reformed, pembenaran adalah satu-kali dan lengkap dalam Kristus, sedangkan pengudusan adalah proses yang berlangsung oleh Roh Kudus dalam hidup orang percaya.

d. Penyegelan dan jaminan keselamatan

Roh Kudus juga disebut sebagai jaminan dari warisan kita dalam Kristus (misalnya Efesus 1:13-14). Ia “membubuhi cap” orang percaya sebagai milik Allah. Artikel dari Ligonier menegaskan bahwa “Pekerjaan Roh Kudus” meliputi “washing of regeneration and renewal of the Holy Spirit.” 
Jadi, bagi orang percaya, kita memiliki Roh Kudus yang menetapkan bahwa kita benar-benar milik Allah, bukan hanya teori tetapi realitas rohani.

e. Ringkasan bagian keselamatan

Dengan demikian, dalam teologi Reformed, pekerjaan utama Roh Kudus dalam keselamatan meliputi: panggilan efektif, regenerasi, pemberian iman, pengudusan yang berkelanjutan, dan penyegelan/jaminan. Tanpa Roh Kudus, tidak ada keselamatan yang sungguh—ini bukan hanya aksi luar, tetapi penyempurnaan batin.

III. Pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya (Kristologi Praktis)

Setelah keselamatan diperoleh, pekerjaan Roh Kudus tidak berhenti—ia terus aktif dalam kehidupan sehari-hari orang percaya.

a. Pengudusan sehari-hari

Teologi Reformed menegaskan bahwa pengudusan adalah proses yang dilakukan oleh Roh Kudus bersama dengan firman Allah. Seperti yang dijelaskan dalam artikel: “the HS uses the word of God to sanctify the believer; the HS does not sanctify outside of the word of God.” 
Artinya: Roh Kudus memakai kita — melalui membaca, mendengar, merenungkan firman — untuk menjadikan kita serupa dengan Kristus.

b. Buah Roh dan kehidupan transformasi

Dalam tulisan tersebut juga disebutkan bahwa Roh Kudus menghasilkan buah-buah seperti kasih, sukacita, damai, dan sebagainya. 
Bagi orang percaya Reformed, bukan sekadar acara eksternal atau moralitas kosong, tetapi hidup baru yang nyata: perubahan hati, pembaruan pikiran, kontrol diri yang dihasilkan Roh.

c. Panduan dan interaksi dalam jemaat

Roh Kudus membimbing orang percaya dalam gereja dan melayani: “He guides (Rom 8:14) … calls and sends forth to service (Acts 13:2,4) … intercedes (Rom 8:26)” (dari artikel Reformed Pneumatology). 
Dalam konteks Reformed, pelayanan bukan sekadar tugas manusia, tetapi panggilan Roh Kudus melalui firman dan jemaat yang setia. Ia juga menjaga jemaat dari ajaran palsu, memberikan hikmat, dan memelihara gereja.

d. Pemeliharaan dan kemuliaan akhir

Roh Kudus juga disebut sebagai yang mempertahankan kita hingga akhir dan mempersiapkan kita untuk kemuliaan dengan Kristus. Owen menulis bahwa Roh Kudus membuat “saints who have communion with the Holy Spirit” mampu bersukacita di dalam kesukaran karena Roh Kudus mengingatkan mereka janji-Kristus. 
Dengan demikian, perjalanan iman kita—mulai dari regenerasi hingga kematian—didukung oleh Roh Kudus yang setia.

IV. Perspektif beberapa pakar Reformed tentang pekerjaan Roh Kudus

Untuk memperkaya pemahaman kita, mari tinjau beberapa pemikir Reformed terkemuka tentang pekerjaan Roh Kudus.

a. John Owen (1616-1683)

John Owen adalah salah satu teolog Reformed klasik yang menulis secara komprehensif tentang Roh Kudus. Dalam Pneumatologia, ia membahas person dan karya Roh Kudus dengan tuntas. 
Menurut Owen:

  • Roh Kudus tidak sekadar memberi “iluminasi” atau “motif” saja, tetapi secara aktif membangun hidup orang percaya.

  • Roh Kudus sering bekerja dalam “kesunyian” hati manusia — bukan selalu spektakuler — namun hasilnya terlihat dalam hidup yang terubahkan.

  • Ia menekankan bahwa kita “mengetahui” bahwa orang percaya memiliki Roh Kudus melalui “buah” yang nyata, bukan melalui tanda-tanda mistik semata. 

b. J. C. Ryle (1816-1900)

Ryle, meskipun bukan teolog sistematik dalam arti klasik Reformed, tetapi sangat dipengaruhi pemikiran Reformasi. Karyanya The Work of the Holy Spirit menekankan:

  • Banyak orang Kristen “mengabaikan” Roh Kudus dalam kehidupan rohani. 

  • Pekerjaan Roh Kudus adalah sesuatu yang vital, bukan opsional — menentukan apakah kita benar-benar milik Kristus atau bukan.

  • Ryle menekankan keharusan “buah” Roh sebagai bukti kehadiran Roh Kudus di dalam hidup seseorang. Ini sejalan dengan pandangan Reformed klasik yang menolak sekedar “profesi iman” tanpa kehidupan yang berbuah.

c. Charles Hodge (1797-1878)

Dalam konteks “anugerah umum” (common grace), Hodge menyebut bahwa Roh Kudus tetap aktif dalam dunia — “present with every human mind, enforcing truth, restraining from evil, exciting to good …” 
Hal ini menunjukkan bahwa dalam teologi Reformed, pekerjaan Roh Kudus tidak hanya terbatas pada orang percaya — ada juga aspek pekerjaan non-menyelamatkan (common grace) yang memelihara tatanan ciptaan hingga kedatangan akhir.

d. Sinclair Ferguson (1948- )

Ferguson adalah teolog Reformed kontemporer yang menulis buku The Holy Spirit (1997) dan mengajar di banyak institusi Reformed. 
Meskipun saya tidak mengutip langsung dari bukunya di sini, penting dicatat bahwa Ferguson melihat pekerjaan Roh Kudus selalu berkait dengan Kristus (Spirit-Christology) dan Gereja — menegaskan ulang bahwa pekerjaan Roh Kudus tidak dapat dilepaskan dari karya Kristus dan realitas jemaat.

V. Implikasi praktis untuk kehidupan gereja dan pribadi

Setelah memahami secara teologis, mari kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari — baik sebagai jemaat maupun pribadi.

a. Kesadaran akan kebutuhan kita akan Roh Kudus

Banyak orang Kristen percaya bahwa karena mereka sudah “menjadi Kristen” maka segala sesuatu lancar. Namun teologi Reformed mengingatkan bahwa tanpa Roh Kudus, “kristiani” yang hanya berseremonial bisa kosong. Sebagaimana Ryle peringatkan:

“No Holy Spirit—no true Christianity!” 
Artinya: marilah kita berdoa dan bergantung kepada Roh Kudus setiap hari — bukan hanya saat kebaktian, tetapi dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, keluarga, dan pelayanan.

b. Pertumbuhan dalam pengudusan secara konsisten

Karena Roh Kudus memakai firman Allah untuk pengudusan, maka kita sebagai jemaat harus menjadikan firman sebagai bagian utama hidup kita: membaca, merenungkan, dan menerapkan. Roh Kudus memimpin melalui firman. Artikel Reformed menyebut: “the HS uses the word of God to sanctify the believer.” 
Dalam praktik: setiap hari membuka Alkitab, memohon Roh Kudus mengubah hati, bukan sekadar mencari pengalaman rohani.

c. Buah Roh sebagai tanda nyata kehadiran Roh

Kita tidak hanya percaya bahwa kita punya Roh Kudus, tetapi kita menampakkan buah-nya: kasih, sukacita, damai, kesabaran, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Galatia 5:22-23)
Reformed menekankan bahwa buah-buah tersebut bukan hasil usaha manusia semata, melainkan hasil kerja Roh Kudus yang hidup di dalam kita. Jadi, jangan puas hanya “mengaku” memiliki Roh tanpa terjadi perubahan nyata.

d. Pelayanan dan gereja yang dipimpin oleh Roh Kudus

Gereja kita membutuhkan Roh Kudus yang aktif: dalam pengajaran, di sakramen, dalam kepemimpinan gereja, dalam penginjilan. Roh Kudus “calls and sends” untuk pelayanan. 
Sebagai jemaat Reformed, kita perlu memastikan bahwa segala pelayanan kita — mulai dari kotbah, sakramen, disiplin jemaat — bukan hanya ritual, tapi melibatkan Roh Kudus dan firman Allah.

e. Pengharapan dan keteguhan dalam kesukaran

Dalam penderitaan, penindasan, atau pergumulan rohani, Roh Kudus tetap bekerja: mengingatkan janji-Kristus, menguatkan kita, memampukan untuk bertahan. Owen menulis bahwa Roh Kudus dapat “break through all this and bring to mind the promises of Christ.” 
Hal ini memberi kita pengharapan: bukan karena kita kuat, tetapi karena Roh Kudus setia memegang kita. Maka kita bisa bersukacita bahkan dalam badai.

VI. Tantangan dan pengingatan

Meski kita sudah membahas banyak hal baik, ada beberapa tantangan yang wajib kita sadari.

a. Bahaya meminimalkan Roh Kudus

Seperti yang disebutkan oleh Ryle dan artikel Reformed: banyak orang Kristen “tidak memberinya hormat yang layak”. 
Tantangannya: jangan biarkan kegiatan gereja tampak “berjalan sendiri” tanpa kesadaran bahwa Tuhan memakai Roh Kudus secara aktif.

b. Bahaya ekses budaya atau pengalaman tanpa firman

Meskipun Roh Kudus bekerja, model teologi Reformed menegaskan bahwa pekerjaan itu selalu melalui firman Allah dan tidak bisa dilepaskan dari Kristus. Artikel “The Holy Spirit in Reformed Theology” menamakan bahwa pneumatologi Reformed cenderung sangat Kristosentrik dan Trinitas-sentris. 
Artinya: kita harus menolak dualisme “firman vs. pengalaman” atau “wahyu rohani vs. Alkitab”. Integritas firman harus tetap.

c. Tantangan hidup di antara “common grace” dan anugerah khusus

Seperti dipaparkan oleh Hodge: Roh Kudus tetap bekerja dalam “common grace” (anugerah umum) bagi seluruh manusia, namun anugerah keselamatan adalah pekerjaan khusus Roh Kudus dalam orang-yang-dipilih. 
Tantangan: jemaat perlu memahami bahwa hampir semua menerima “restrain” dan “panggilan umum”, namun hanya melalui Roh Kudus yang memilih dan mengubah secara efektif kita yang dapat diselamatkan dan dibawa ke dalam pengudusan.

d. Hidup sebagai jemaat yang dinamis dan bergantung

Reformed sering menegaskan bahwa tidak cukup hanya memiliki struktur gereja atau ritual yang baik—yang diutamakan adalah hidup dalam Roh. Jadi gereja kita harus “hidup”, bukan sekadar “tertib”. Tantangannya adalah menjadikan pembinaan rohani, pengajaran firman, doa untuk Roh Kudus sebagai bagian vital dari kehidupan jemaat.

VII. Kesimpulan

Saudara-saudari, hari ini kita telah menelusuri bersama: siapa Roh Kudus, apa pekerjaan-Nya dalam keselamatan dan kehidupan orang percaya, bagaimana pandangan Reformed para pakar teologi menegaskan pentingnya pekerjaan itu, serta implikasi praktisnya bagi kita hidup di dalam jemaat dan sehari-hari.

Dapat kita tarik beberapa poin sebagai kesimpulan:

  1. Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang aktif dalam karya penebusan dan pemeliharaan orang percaya — bukan sekadar kekuatan.

  2. Dalam keselamatan: Roh Kudus memanggil secara efektif, membangkitkan dari kematian rohani, memberikan iman, menjadikan orang baru, menguduskan, menyegel.

  3. Dalam kehidupan sehari-hari: Roh Kudus memimpin, membimbing, menghasilkan buah rohani, memampukan pelayanan, memberikan pengharapan.

  4. Pemahaman teologi Reformed memperlihatkan bahwa pekerjaan Roh Kudus sangat penting — John Owen, J. C. Ryle, Charles Hodge, dan lainnya menegaskan hal ini secara mendalam.

  5. Praktisnya: kita harus sadar bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus, menjadikan firman Allah sebagai sarana utama pengudusan, menghasilkan buah nyata, dan melayani sebagai jemaat yang hidup dalam Roh.

VIII. Aplikasi untuk jemaat dan pribadi

Untuk menutup khotbah ini, saya ingin mengajak saudara-saudari menerapkan secara konkret.

A. Untuk pribadi

  • Tanyakan kepada diri sendiri: “Apakah saya sungguh percaya bahwa Roh Kudus bekerja dalam hidup saya, atau saya masih bergantung pada kekuatan diri sendiri?”

  • Jadikan doa pribadi: “Tuhan, Roh Kudus, Engkau yang memanggil saya, hidupkan saya, ubahkan saya, tuntun saya setiap hari.”

  • Bacalah firman Allah setiap hari, dan minta Roh Kudus membuka mata hati untuk melihatnya bekerja di dalam Anda.

  • Perhatikan buah hidup Anda: kasih, sukacita, damai – apakah buah-buah tersebut bertumbuh? Jika belum banyak, mintalah Roh Kudus mengerjakan pertumbuhan dalam hidup Anda.

B. Untuk jemaat dan pelayanan

  • Dalam kebaktian, persekutuan, disiplin gereja: jadikan kesadaran akan Roh Kudus pusat—bukan hanya program, tetapi dependensi rohani.

  • Dalam kotbah atau pengajaran: sampaikan bahwa Roh Kudus bukan hanya “teman rohani”, tetapi Pribadi yang bekerja nyata dalam kehidupan.

  • Dalam pelayanan: sebelum memulai, doakan agar Roh Kudus memimpin dan memakai, bukan hanya membuat kita sibuk.

  • Dalam penginjilan dan pembinaan: tekankan bahwa manusia butuh lebih dari moralitas atau kerangka etika—mereka butuh Roh Kudus yang membangkitkan hidup.

C. Untuk pengharapan dan masa depan

  • Bagi yang sedang dalam kesukaran atau penderitaan: ingat bahwa Roh Kudus tetap bekerja — Ia mengingatkan janji-Kristus, membawa penghiburan, dan meneguhkan.

  • Bagi jemaat yang menantikan kemuliaan: Roh Kudus adalah cap jaminan kita — bukan hanya untuk kehidupan sekarang, tetapi untuk kemuliaan kekal bersama Kristus.

Penutup

Marilah kita tidak membiarkan Roh Kudus menjadi “Pribadi yang hilang” dalam kehidupan Kristen kita. Sebaliknya, mari kita sambut Dia—berdorong oleh firman, bergantung pada anugerah, dan hidup menurut pimpinan-Nya. Karena … tanpa Roh Kudus, tidak ada keselamatan; tanpa Roh Kudus, tidak ada pengudusan yang sejati; tanpa Roh Kudus, hidup Kristen kita akan melemah.

Kiranya firman ini menjadi semangat baru untuk kita, bahwa “Allah Bapa memilih, Anak menebus, Roh Kudus menerapkan.” Semoga kita mengalami pekerjaan Roh Kudus yang mendalam dalam hidup kita — bukan hanya sekali, tetapi setiap hari.

Next Post Previous Post