Kemurtadan dan Akibatnya:Ibrani 10:26-31

PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
Kemurtadan dan Akibatnya:Ibrani 10:26-31. Ibrani 10:26-31 - (26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. (28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? (30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: Pembalasan adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan. Dan lagi: Tuhan akan menghakimi umatNya. (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.
AKIBAT DARI MURTAD
health, gadget
Kemurtadan dan akibatnya.

1) Ibrani 10:26 menunjuk pada kemurtadan.

Ibrani 10: 26: “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu”.

a) Ini bukan seadanya dosa sengaja, tetapi ini merupakan tindakan meninggalkan Kristus / Gereja secara sengaja.

Matthew Henry: “This text has been the occasion of great distress to some gracious souls; they have been ready to conclude that every wilful sin, after conviction and against knowledge, is the unpardonable sin: but this has been their infirmity and error. The sin here mentioned is a total and final apostasy, when men with a full and fixed will and resolution despise and reject Christ, the only Saviour, - despise and resist the Spirit, the only sanctifier, - and despise and renounce the gospel, the only way of salvation, and the words of eternal life; and all this after they have known, owned, and professed, the Christian religion, and continue to do so obstinately and maliciously. This is the great transgression: the apostle seems to refer to the law concerning presumptuous sinners, Num 15:30,31. They were to be cut off” (= Text ini telah menjadi alasan dari kesedihan / kebingungan yang besar bagi beberapa jiwa-jiwa yang murah hati; mereka telah siap untuk menyimpulkan bahwa setiap dosa sengaja, setelah keyakinan dan terhadap / menentang pengetahuan, adalah dosa yang tidak bisa diampuni; tetapi ini telah menjadi kelemahan dan kesalahan mereka. Dosa yang di sini disebutkan adalah kemurtadan total dan akhir, pada waktu orang-orang, dengan suatu kehendak dan keputusan yang penuh dan pasti, meremehkan / menghina dan menolak Kristus, satu-satunya Juruselamat, - meremehkan / menghina dan menolak / menahan Roh, satu-satunya Pengudus, - dan meremehkan / menghina dan meninggalkan / menyangkal injil, satu-satunya jalan keselamatan, dan kata-kata / firman-firman dari hidup yang kekal; dan semua ini terjadi setelah mereka sudah mengenal, memiliki, dan mengakui, agama Kristen, dan terus melanjutkan untuk melakukan demikian dengan tegar tengkuk dan dengan jahat. Ini merupakan pelanggaran yang besar: sang rasul kelihatannya menunjuk pada hukum Taurat berkenaan dengan orang-orang berdosa yang sombong / kurang ajar, Bil 15:30,31. Mereka harus dipotong / dihukum mati).

Bilangan 15:30-31 - “(30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan, kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.

Kata-kata dengan sengaja salah terjemahan.
KJV: ‘presumptuously’ (= dengan sombong / kurang ajar).
RSV/Lit: ‘with a high hand’ (= dengan tangan yang tinggi / teracung, dengan angkuh / congkak).
NIV/NASB: ‘defiantly’ (= dengan menantang).

Calvin: “Those who sin, mentioned by the Apostle, are not such as offend in any way, but such as forsake the Church, and wholly alienate themselves from Christ. For he speaks not here of this or of that sin, but he condemns by name those who willfully renounced fellowship with the Church. But there is a vast difference between particular fallings and a complete defection of this kind, by which we entirely fall away from the grace of Christ. And as this cannot be the case with any one except he has been already enlightened, he says, ‘If we sin willfully, after that we have received the knowledge of the truth;’ as though he had said, If we knowingly and willingly renounce the grace which we had obtained.” (= Mereka yang berbuat dosa, disebutkan oleh sang Rasul, bukanlah orang-orang yang melakukan kesalahan dengan sembarang cara, tetapi orang-orang yang meninggalkan Gereja, dan sepenuhnya menjauhkan diri mereka sendiri dari Kristus. Karena ia berbicara di sini bukan tentang dosa ini atau dosa itu, tetapi ia mengecam dengan sebutan mereka yang dengan sengaja meninggalkan persekutuan dengan Gereja. Tetapi ada suatu perbedaan besar antara kejatuhan-kejatuhan khusus dan suatu tindakan meninggalkan yang lengkap / sempurna dari jenis ini, dengan mana kita sepenuhnya murtad / jatuh dari kasih karunia Kristus. Dan karena ini tidak bisa merupakan kasus dengan siapapun kecuali ia telah diterangi, ia berkata, Jika kita berdosa dengan sengaja, setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran; seakan-akan ia telah berkata, Jika kita dengan tahu dan sengaja meninggalkan kasih karunia yang telah kita terima).

Calvin: “And that the Apostle here refers only to apostates, is clear from the whole passage; for what he treats of is this, that those who had been once received into the Church ought not to forsake it, as some were wont to do. He now declares that there remained for such no sacrifice for sin, because they had willfully sinned after having received the knowledge of the truth. But as to sinners who fall in any other way, Christ offers himself daily to them, so that they are to seek no other sacrifice for expiating their sins. He denies, then, that any sacrifice remains for them who renounce the death of Christ, which is not done by any offense except by a total renunciation of the faith” (= Dan bahwa sang Rasul di sini menunjuk hanya pada orang-orang murtad, adalah jelas dari seluruh text; karena apa yang ia bicarakan adalah ini, bahwa mereka yang telah satu kali diterima ke dalam Gereja tidak boleh meninggalkannya, seperti beberapa orang biasa melakukannya. Sekarang ia menyatakan bahwa untuk orang-orang seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa, karena mereka telah berdosa dengan sengaja setelah mendapat pengetahuan tentang kebenaran. Tetapi berkenaan dengan orang-orang berdosa yang jatuh dengan cara lain apapun, Kristus menawarkan diriNya sendiri setiap hari kepada mereka, sehingga mereka tidak boleh mencari korban yang lain untuk menebus dosa-dosa mereka. Jadi, ia menyangkal bahwa korban apapun tersisa untuk mereka yang meninggalkan / menyangkal kematian Kristus, yang dilakukan bukan oleh sembarang pelanggaran kecuali oleh suatu tindakan meninggalkan iman secara total).

b) Ini menunjuk pada kebiasaan yang dilakukan terus menerus.
Pulpit Commentary (hal 268) mengatakan bahwa kata Yunani yang digunakan untuk berbuat dosa adalah suatu participle, yang berada bukan dalam bentuk aorist / lampau, tetapi dalam bentuk present, dan karena itu menunjukkan suatu persistent habit (= kebiasaan terus menerus). Penafsiran ini juga sesuai dengan Ibarni 10: 25 yang mendahuluinya, yang juga membicarakan kebiasaan buruk, yaitu menjauhkan diri dari pertemuan ibadah.

Ini menunjukkan bahwa apa yang dibiasakan oleh orang-orang tertentu dalam Ibrani 10: 25 itu, yaitu meninggalkan pertemuan ibadah, kalau dibiarkan, akan menjadi Ibrani 10: 26 ini!

Adam Clarke: Those who relinquish Christian communion are in a backsliding state; those who backslide are in danger of apostasy (= Mereka yang meninggalkan persekutuan Kristen ada dalam keadaan merosot ke belakang; mereka yang merosot ke belakang ada dalam bahaya kemurtadan) - hal 757.

John Owen: “Forsaking of church assemblies is usually an entrance into apostasy” (= Meninggalkan persekutuan gereja biasanya merupakan jalan masuk ke dalam kemurtadan) - Hebrews, vol 6, hal 524.

Karena itu jangan membiar-biarkan rohani yang berantakan, kerajinan yang kendor, dan kasih yang menjadi suam!

Adam Clarke (tentang Ibrani 10:26): If we deliberately, for fear of persecution or from any other motive, renounce the profession of the Gospel and the Author of that Gospel, after having rejected the knowledge of the truth so as to be convinced that Jesus is the promised Messiah, ... for such there remaineth no sacrifice for sins; ... Jesus being now the only sacrifice which God will accept, those who reject him have none other: therefore their case must be utterly without remedy. This is the meaning of the apostle, and the case is that of a deliberate apostate - one who has utterly rejected Jesus Christ and his atonement, and renounced the whole Gospel system. It has nothing to do with backsliders in our common use of that term. A man may be overtaken in a fault, or he may deliberately go into sin, and yet neither renounce the Gospel, nor deny the Lord that bought him. His case is dreary and dangerous, but it is not hopeless; no case is hopeless but that of the deliberate apostate, who rejects the whole Gospel system, after having been saved by grace, or convinced of the truth of the Gospel” (= Jika kita dengan sengaja, karena takut terhadap penganiayaan atau dari motivasi / alasan yang lain, meninggalkan pengakuan terhadap Injil dan Pencipta / Sumber dari Injil itu, setelah menolak pengetahuan tentang kebenaran sehingga diyakinkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, ... untuk orang-orang seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa-dosa; ... Karena sekarang Yesus adalah satu-satunya korban yang Allah akan terima, mereka yang menolakNya tidak mempunyai korban yang lain: karena itu kasus mereka haruslah sepenuhnya tanpa obat. Ini adalah arti dari sang Rasul, dan kasusnya adalah kasus kemurtadan sengaja - seseorang yang telah sepenuhnya menolak Yesus Kristus dan penebusanNya, dan meninggalkan seluruh sistim Injil. Itu tidak berhubungan dengan orang-orang yang mundur / merosot dalam penggunaan umum dari istilah itu. Seseorang bisa diserang secara tiba-tiba dalam suatu kesalahan, atau ia bisa dengan sengaja berjalan ke dalam dosa, tetapi tidak meninggalkan Injil, ataupun menyangkal Tuhan yang telah membelinya. Kasusnya adalah suram dan berbahaya, tetapi itu bukan tanpa harapan; tak ada kasus yang tanpa harapan kecuali kasus dari kemurtadan sengaja, yang menolak seluruh sistim Injil, setelah diselamatkan oleh kasih karunia, atau diyakinkan tentang kebenaran dari Injil) - hal 757.

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi, jelas merupakan pandangan Arminian. Saya tak beranggapan bahwa orang ini sungguh-sungguh sudah diselamatkan. Yang seperti ini tidak mungkin murtad.

c) Pengertian tentang kebenaran memperberat dosa ini.
Kata-kata sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran ditambahkan untuk memperberat dosa mereka ini, karena mereka secara sengaja memadamkan terang yang Allah berikan kepada mereka.

Barclay: One of the old divines wrote a kind of catechism. He ends by asking what happens if men disregard the offer of Jesus Christ. His answer is that condemnation must necessarily follow, and so much the more because thou hast read this book. The greater the knowledge, the greater the sin (= Seorang ahli theologia menulis sejenis buku katekisasi. Ia mengakhiri dengan menanyakan apa yang terjadi jika seseorang mengabaikan tawaran Yesus Kristus. Jawabannya adalah bahwa penghukuman pasti akan terjadi sebagai akibatnya, dan itu makin pasti karena engkau telah membaca buku ini. Makin banyak pengetahuan, makin hebat dosanya) - hal 124.

Calvin: “The clause, after having received the knowledge of the truth, was added for the purpose of aggravating their ingratitude; for he who willingly and with deliberate impiety extinguishes the light of God kindled in his heart has nothing to allege as an excuse before God. Let us then learn not only to receive with reverence and prompt docility of mind the truth offered to us, but also firmly to persevere in the knowledge of it, so that we may not suffer the terrible punishment of those who despise it” (= Anak kalimat setelah menerima pengetahuan tentang kebenaran, ditambahkan untuk tujuan memperburuk sikap tidak tahu terima kasih mereka; karena ia yang dengan sukarela dan dengan kejahatan sengaja memadamkan terang Allah yang dinyalakan dalam hatinya tidak mempunyai apapun yang akan dinyatakan sebagai suatu  dalih di hadapan Allah. Jadi hendaklah kita belajar bukan hanya untuk menerima dengan rasa hormat / takut dan ketundukan langsung dari pikiran terhadap kebenaran yang ditawarkan kepada kita, tetapi juga dengan teguh bertekun dalam pengetahuan tentangnya, sehingga kita tidak mengalami penghukuman yang mengerikan dari mereka yang meremehkan / menghinanya).

d) Ini tidak berarti bahwa orang kristen sejati bisa murtad.
Yang mempunyai pandangan seperti ini, terbagi menjadi dua kelompok:

1. Ada yang menganggap bahwa orang ini adalah orang kristen yang sejati, tetapi semua ini hanya merupakan suatu pengandaian, yang tidak betul-betul bisa terjadi.

Barnes Notes: the apostle shows that if a true Christian were to apostatize, nothing would remain for him but the terrific prospect of eternal condemnation. ... The apostle does not, indeed, say that any one ever would thus apostatize from the true religion, nor is there any reason to believe that such a case has occurred; but, if it should occur, the doom would be inevitable (= sang rasul menunjukkan bahwa jika seorang Kristen yang sejati murtad, tak ada apapun yang tersisa baginya kecuali prospek yang mengerikan tentang hukuman kekal. ... Sang rasul memang tidak mengatakan bahwa ada siapapun pernah murtad seperti itu dari agama yang benar, juga di sana tidak ada alasan untuk percaya bahwa kasus seperti itu telah terjadi; tetapi, jika / seandainya itu terjadi, hukuman tak terhindarkan) - hal 1310.

Dengan kata lain, menurut Barnes, ini hanya suatu pengandaian, tetapi tidak betul-betul bisa terjadi.

2. Ada yang menganggap bahwa orang yang dibicarakan di sini adalah orang kristen KTP.
Penafsiran ini didasarkan pada ayat-ayat di bawah ini, yang menunjukkan secara explicit bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin bisa betul-betul sesat / murtad.

a. Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
Kata-kata sekiranya mungkin menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi!

b. Yohanes 8:31 - Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu.
Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak tetap dalam firman (murtad), bukanlah benar-benar murid Kristus.

Adam Clarke (tentang Yohanes 8:31): It is not enough to receive God’s truth - we must retain and walk in it. And it is only when we receive the truth, love it, keep it, and walk in it, that we are the genuine disciples of Christ (= Tidak cukup untuk menerima kebenaran Allah - kita harus mempertahankan dan berjalan di dalamnya. Dan hanya pada waktu kita menerima kebenaran, mengasihinya, memelihara / menyimpannya, dan berjalan di dalamnya, maka kita adalah murid-murid yang asli / sejati dari Kristus).

c. 1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.

Adam Clarke (tentang 1Yohanes 2:19): While, therefore, we acknowledge that they once belonged to us, we assert that they are not of us. ... They were not expelled from the Christian church; they were not sent out by us; but they separated from it and us. ... their separating from us manifested that they were not taught, as we were, by the Spirit of God. These false teachers probably drew many sincere souls away with them; and to this it is probable the apostle alludes when he says, they were not ALL of us. Some were; others were not (= Karena itu, sementara kami mengakui bahwa mereka pernah termasuk pada kita / kami, kami menegaskan bahwa mereka bukanlah dari kami / kita. ... Mereka tidak dikeluarkan dari gereja Kristen; mereka tidak disuruh keluar oleh kami; tetapi mereka memisahkan diri dari gereja dan dari kami / kita. ... pemisahan mereka dari kami / kita menyatakan bahwa mereka tidak diajar, seperti kami, oleh Roh Allah. Guru-guru palsu ini mungkin menarik banyak jiwa-jiwa yang tulus bersama mereka; dan pada hal ini mungkin sang rasul menyatakan secara tak langsung ketika ia mengatakan, tidak SEMUA mereka berasal dari kita / kami. Sebagian ya, yang lain tidak).

d. 2Yohanes 9 - Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.

Catatan: tentang Matius 24:24 Adam Clarke tak memberikan komentar apapun, dan tentang 2Yoh 9 komentarnya ada tetapi tidak penting. Tetapi komentarnya tentang Yoh 8:31 maupun 1Yohanes 2:19 jelas menunjukkan bahwa iapun berpandangan bahwa orang yang murtad bukanlah Kristen sejati. Ini bertentangan dengan pandangannya tentang Ibrani 6:4-6 maupun Ibrani 10:26-29 yang sedang kita bahas ini, karena tentang kedua text ini ia beranggapan bahwa itu adalah orang-orang kristen yang sejati yang lalu murtad dan terhilang!

John Owen beranggapan bahwa orang yang murtad ini hanyalah orang Kristen KTP.
John Owen: “The season and circumstance which state the sin intended is, after we have received the knowledge of the truth. There is no question but that by the truth, the apostle intends the doctrine of the gospel; and the receiving of it is, upon the conviction of its being truth, to take on us the outward profession of it. Only there is an emphasis in that word, th<n ejpi>gnwsin. This word is not used anywhere to express the mere conceptions or notions of the mind about truth, but such an acknowledgment of it as ariseth from some sense of its power and excellency. This, therefore, is the description of the persons concerning whom this sin is supposed: They were such as unto whom the gospel had been preached; who, upon conviction of its truth, and sense of its power, had taken upon them the public profession of it. And this is all that is required to the constitution of this state” (= waktu / masa dan keadaan yang menyatakan dosa yang dimaksudkan adalah, setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran. Tidak ada keraguan bahwa dengan kebenaran, sang rasul memaksudkan doktrin / ajaran dari injil; dan penerimaannya, pada keyakinan bahwa itu adalah kebenaran, menunjukkan kepada kita pengakuan lahiriah tentangnya. Hanya di sana ada suatu penekanan dalam kata itu, TEN EPIGNOSIN. Kata ini tidak digunakan dimanapun untuk menyatakan semata-mata pengertian atau pandangan dari pikiran tentang kebenaran, tetapi suatu pengakuan tentangnya yang muncul dari pengertian / perasaan tertentu tentang kuasa dan keunggulan / keindahannya. Karena itu, ini merupakan penggambaran dari orang-orang berkenaan dengan siapa dosa ini dianggap: Mereka adalah orang-orang kepada siapa injil telah diberitakan; yang, pada keyakinan tentang kebenarannya, dan pengertian / perasaan tentang kuasanya, telah melakukan pengakuan umum tentangnya. Dan ini adalah semua yang dibutuhkan bagi pembentukan dari keadaan ini) - The Works of John Owen, vol 6, hal 530.

Keberatan:
Kalau mereka ini memang orang kristen KTP, mengapa dalam Ibrani 10: 29 itu dikatakan darah perjanjian yang menguduskannya’?

(1) Ia digambarkan sesuai pengakuannya / kelihatannya.

Matthew Poole: Wherewith he was sanctified; ... to despise that blood by which he thought he was so, and boasted of it, and was so reputed by the church upon his baptism and profession of his faith, and, as a member of the church, had a visible relation to it, ... (= dengan mana ia dikuduskan; ... menghina darah itu dengan mana ia kira ia dulunya demikian, dan membanggakan tentangnya, dan dianggap demikian oleh gereja pada baptisannya dan pengakuan tentang imannya, dan sebagai seorang anggota gereja, mempunyai suatu hubungan yang kelihatan dengannya, ...) - hal 857.

Jadi Poole menganggap bahwa orang yang murtad itu disebut demikian (dikuduskan oleh darah perjanjian), hanya karena ia tadinya mengaku demikian, atau ia diakui oleh gereja sebagai orang kristen, karena ia sudah dibaptis, mengaku sebagai orang kristen, menjadi anggota gereja, dan sebagainya. Jadi ayat ini menyebut dia sesuai dengan pengakuannya atau sesuai dengan keadaan lahiriahnya. Kitab Suci memang sering menggambarkan orang sesuai pengakuannya / keadaan lahiriahnya (bdk. Yoh 2:23-25  Yoh 6:66  Kis 8:13).

Yohanes 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

Yohanes 6:66 - Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Kisah Para Rasul 8:13 - “Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi.

(2) Kata kudus bukan betul-betul menunjuk pada pengudusan, tetapi dipisahkan untuk didedikasikan kepada Allah.

John Owen: It is not real or internal sanctification that is here intended; but it is a separation and dedication unto God; in which sense the word is often used. ... those who by baptism, and confession of faith in the church of Christ, were separated from all others, were peculiarly dedicated to God thereby (= Bukanlah pengudusan yang sungguh-sungguh dan di dalam yang dimaksudkan di sini; tetapi itu merupakan suatu pemisahan dan pendedikasian kepada Allah; dimana arti kata itu sering digunakan. ... mereka yang oleh baptisan, dan pengakuan iman dalam gereja Kristus, dipisahkan dari semua orang lain, secara khusus didedikasikan kepada Allah olehnya) - Hebrews, vol 6, hal 545.

Kata menguduskan tidak diartikan sebagai menyucikan, tetapi sebagai suatu tindakan memisahkan untuk dipersembahkan kepada Allah. Untuk itu perlu diketahui bahwa arti kata kudus sebetulnya adalah:
a. ‘Berbeda dengan’ / ‘terpisah dari.
b. ‘Dipersembahkan kepada Allah.

Contoh: bangsa Israel disebut kudus, karena mereka dipisahkan dari bangsa-bangsa lain / dibedakan dari bangsa-bangsa lain, dan lalu dipersembahkan / diperuntukkan bagi Allah. Demikian juga kalau hari Sabat disebut kudus, dan orang kristen disebut kudus.

Juga perhatikan penggunaan kata dikuduskan dan kudus dalam 1Kor 7:14 - Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus”.

Kita tidak mungkin mengartikan bahwa kata dikuduskan / kudus di sini berarti disucikan / suci, karena kalau diartikan demikian, maka seseorang bisa nunut / membonceng suami / istri / orang tuanya dalam persoalan keselamatan. Jadi dikuduskan / kudus di sini harus diartikan berbeda dengan / terpisah dari. Jadi, karena adanya seseorang yang beriman dalam suatu keluarga, maka seluruh keluarga menjadi berbeda dengan keluarga-keluarga yang lain, yang seluruhnya kafir. Mengapa berbeda? Karena adanya seorang anggota keluarga yang kristen, sekalipun hal itu tidak menyelamatkan keluarga (kecuali mereka lalu bertobat), tetapi hal itu menyebabkan keluarga tersebut kecipratan berkat, seperti perlindungan dan pemeliharaan dari Allah, dan sebagainya.

Saya sendiri lebih setuju dengan pandangan (1). Tetapi yang manapun yang benar dari pandangan (1) atau pandangan (2), kata-kata darah perjanjian yang menguduskannya tidak menunjukkan orang itu sebagai orang kristen yang sejati.

Apakah pandangan 1. atau pandangan 2. yang benar, maka Ibrani 10:26 ini tidak menunjukkan bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad dan binasa, dan dengan demikian tidak bertentangan, baik dengan doktrin keselamatan tidak bisa hilang ataupun dengan doktrin penebusan terbatas dari Calvinisme.

2) Akibat dari kemurtadan.

a) Tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa ini (Ibrani 10: 26c).
Calvin: As salvation is not to be sought except in him, there is no need to wonder that all those who wilfully forsake him are deprived of every hope of pardon: ... The Apostle then refers to those alone who wickedly forsake Christ, and thus deprive themselves of the benefit of his death (= Karena keselamatan tidak bisa dicari kecuali dalam Dia, tidak mengherankan bahwa semua mereka yang secara sengaja meninggalkan Dia, kehilangan setiap pengharapan untuk mendapatkan pengampunan: ... Jadi, sang Rasul menunjuk hanya kepada mereka yang secara jahat meninggalkan Kristus, dan membuang dari diri mereka sendiri manfaat kematianNya) - hal 244.

Calvin: “This severity of God is indeed dreadful, but it is set forth for the purpose of inspiring terror. He cannot, however, be accused of cruelty; for as the death of Christ is the only remedy by which we can be delivered from eternal death, are not they who destroy as far as they can its virtue and benefit worthy of being left to despair? God invites to daily reconciliation those who abide in Christ; they are daily washed by the blood of Christ, their sins are daily expiated by his perpetual sacrifice. As salvation is not to be sought except in him, there is no need to wonder that all those who willfully forsake him are deprived of every hope of pardon: this is the import of the adverb e]ti, more. But Christs sacrifice is efficacious to the godly even to death, though they often sin; nay, it retains ever its efficacy, for this very reason, because they cannot be free from sin as long as they dwell in the flesh. The Apostle then refers to those alone who wickedly forsake Christ, and thus deprive themselves of the benefit of his death” (= Kekerasan Allah ini memang menakutkan, tetapi itu dinyatakan untuk tujuan mengilhamkan kengerian. Tetapi Ia tidak bisa dituduh tentang kekejaman; karena kematian Kristus adalah satu-satunya obat dengan mana kita bisa dibebaskan dari kematian kekal, bukankah mereka yang menghancurkan kebaikan dan manfaatnya sejauh mereka bisa, layak untuk ditinggalkan dalam keputus-asaan? Allah mengundang pada perdamaian harian mereka yang tinggal dalam Kristus; mereka setiap hari dicuci oleh darah Kristus, dosa-dosa mereka setiap hari ditebus oleh korbanNya yang kekal. Karena keselamatan tidak boleh dicari kecuali di dalam Dia, tidak perlu diherankan bahwa semua mereka yang dengan sengaja meninggalkan Dia, dicabut / dihilangkan setiap pengharapan tentang pengampunan; ini adalah makna dari kata keterangan ETI, lagi. Tetapi korban Kristus adalah mujarab / efektif bagi orang-orang saleh bahkan sampai pada kematian: sekalipun mereka sering berbuat dosa; bahkan itu selalu / terus mempertahankan kemujaraban / ke-efektif-annya, untuk alasan ini, karena mereka tidak bisa bebas dari dosa selama mereka tinggal di dalam daging. Jadi, sang Rasul menunjuk hanya kepada mereka yang secara jahat meninggalkan Kristus, dan dengan demikian menghilangkan dari diri mereka sendiri manfaat dari kematianNya).

KJV: ‘For if we sin wilfully after that we have received the knowledge of the truth, there remaineth no more sacrifice for sins’ (= Karena jika kita berbuat dosa dengan sengaja setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran, di sana tidak tersisa lagi korban untuk dosa-dosa).

b) Yang ada hanyalah kematian yang mengerikan dan penghakiman dan hukuman.
Ibrani 10:27: “Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka”.

1. Perhatikan bahwa kalau tidak ada korban untuk menghapus dosa (Ibrani 10:26), maka yang ada adalah hukuman (Ibrani 10: 27).
2. Kata-kata semua orang durhaka salah terjemahan.
KJV/RSV/NASB: the adversaries (= musuh-musuh).
NIV: the enemies of God (= musuh-musuh Allah).

Calvin: And thus he reminds us, that they are all to be counted the enemies of Christ who have refused to hold the place granted them among the faithful; for there is no intermediate state, as they who depart from the Church give themselves up to Satan (= Dan demikianlah ia mengingatkan kita, bahwa semua mereka, yang menolak untuk mempertahankan tempat yang dianugerahkan kepada mereka di antara orang-orang percaya, akan dianggap sebagai musuh-musuh Allah; karena tidak ada keadaan di antara keduanya, karena mereka yang meninggalkan Gereja menyerahkan diri mereka sendiri kepada Setan) - hal 245.

c) Hukumannya lebih berat dari orang yang murtad dalam jaman Perjanjian Lama.
Ibrani 10: 28-29: “(28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.

1. Apa yang dikatakan oleh Ibrani 10: 28 itu juga tidak menunjuk kepada seadanya dosa (karena dalam hukum Musa tidak semua dosa dihukum mati), tetapi menunjuk kepada dosa kemurtadan dalam Ul 17:2-7 - “(2) ‘Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjianNya, (3) dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu; (4) dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel, (5) maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati. (6) Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati. (7) Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu..

Jadi ay 28 ini mendukung tafsiran Calvin tentang ay 26 tadi, bahwa itu bukan sembarang dosa, tetapi dosa meninggalkan Kristus / Gereja (murtad).

Calvin (tentang  Ibrani 10: 28): “Hereby is also confirmed what I have already said, that the Apostle speaks not of particular sins, but of the entire denial of Christ; for the Law did not punish all kinds of transgressions with death, but apostasy, that is, when any one wholly renounced religion; for the Apostle referred to a passage in Deuteronomy 27:2-7,  where we find, that if any one violated Gods covenant by worshipping foreign gods, he was to be brought outside of the gate and stoned to death” (= Dengan ini juga diteguhkan apa yang telah saya katakan, bahwa sang Rasul tidak berbicara tentang dosa-dosa khusus, tetapi tentang seluruh penyangkalan Kristus; karena hukum Taurat tidak menghukum semua jenis pelanggaran dengan kematian, tetapi kemurtadan, yaitu pada waktu siapapun sepenuhnya meninggalkan / menyangkal agama; karena sang Rasul menunjuk pada suatu text dalam Ul 27:2-7, dimana kita dapati bahwa jika siapapun melanggar perjanjian Allah dengan menyembah allah-allah asing, ia harus dibawa keluar pintu gerbang dan dirajam sampai mati).

2. Ibrani 10: 29 menunjukkan bahwa hukuman orang yang murtad dalam jaman Perjanjian Baru lebih berat dari hukuman orang yang murtad pada jaman Perjanjian Lama. Untuk itu perhatikan kata-kata betapa lebih beratnya pada awal  Ibrani 10: 29.

William Barclay: The conviction of the writer to the Hebrew was that, if under the old law, apostasy was a terrible thing, it had become doubly terrible now that Christ had come (= Keyakinan dari penulis surat Ibrani adalah bahwa jika pada jaman Perjanjian Lama, kemurtadan merupakan sesuatu yang mengerikan, itu menjadi mengerikan secara dobel karena sekarang Kristus telah datang) - hal 124.

Dan ay 29 ini juga menggambarkan kemurtadan jaman Perjanjian Baru itu sebagai:
a. Menginjak-injak Anak Allah.
b. Menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya.
c. Menghina Roh kasih karunia.

Pulpit Commentary: The blood of Jesus must be either on the heart or under the heel (= Darah Yesus harus berada, atau di hati, atau di bawah tumit) - hal 274.

Adam Clarke (tentang Ibrani 10:29): This is properly the sin against the Holy Spirit, which has no forgiveness [= Ini secara tepat merupakan dosa terhadap / menentang Roh Kudus (menghujat Roh Kudus), yang tidak mempunyai pengampunan].

Lenski (tentang Ibrani 10:29): “It is on the basis of this mention of the Spirit, to which are added Matt. 12:31, 32; Mark 3:28, 29; Luke 12:10, that this sin is called the sin against the Holy Ghost and the unpardonable sin” [= Adalah berdasarkan penyebutan Roh ini, pada mana ditambahkan Matius 12:31,32; Markus 3:28,29; Lukas 12:10, bahwa dosa ini disebut dosa terhadap / menentang Roh Kudus (menghujat Roh Kudus) dan dosa yang tidak dapat diampuni] - hal 360.

d) Ibrani 10: 30-31 menambah kengerian hukuman Allah terhadap orang murtad.
Ay 30-31: “(30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata: Pembalasan adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan. Dan lagi: Tuhan akan menghakimi umatNya. (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup”.

1. Bagian ini dikutip dari Ul 32:35-36 - “(35) HakKulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka. (36) Sebab TUHAN akan memberi keadilan kepada umatNya, dan akan merasa sayang kepada hamba-hambaNya; apabila dilihatNya, bahwa kekuatan mereka sudah lenyap, dan baik hamba maupun orang merdeka sudah tiada.

Calvin mengatakan bahwa dalam Ul 32:35-36 itu Musa menyatakan Allah sebagai pembalas untuk menghibur orang yang percaya. Penulis surat Ibrani mengutipnya untuk tujuan yang berbeda, karena tujuannya bukan untuk menghibur, tetapi memberikan ancaman. Ia tidak bisa disalahkan, karena bagaimanapun, dari Ulangan 32:35-36 itu terlihat bahwa pembalasan memang merupakan hak dari Allah.

2. Ada suatu pertanyaan yang menarik: apakah Ibrani 10: 31 bertentangan dengan 2Sam 24:14?
Ibrani 10:31: Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.
2 Samuel 24:14 - “Lalu berkatalah Daud kepada Gad: Sangat susah hatiku, biarlah kiranya kita jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab besar kasih sayangNya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia..

Sebetulnya tidak ada pertentangan antara kedua text tersebut, karena ada perbedaan menyolok antara Daud dan orang-orang yang digambarkan dalam Ibrani 10:26-dstnya ini.
a. Daud jatuh ke tangan Allah dengan sukarela; mereka dengan terpaksa.

b. Daud jatuh ke tangan Allah dengan pertobatan yang rendah hati; mereka dengan sikap tidak bertobat yang tegar tengkuk.

c. Daud jatuh ke tangan Allah yang menghajar untuk kebaikannya; mereka jatuh ke tangan Allah yang menghukum / membalas dendam (Ibrani 10:29-30).

d. Daud jatuh ke tangan Allah sambil percaya akan belas kasihanNya; mereka dengan menolak belas kasihanNya, sehingga mereka jatuh ke tangan Allah tanpa belas kasihan (ay 28) disertai dengan ketakutan yang luar biasa (Ibrani 10: 27,31).

Jadi, Daud lebih suka jatuh ke tangan Allah dari pada ke tangan manusia, karena ia percaya akan belas kasihan, kemurahan hati, dan pengampunan dari Allah. Sebaliknya dalam ay 31 ini orang-orang itu, karena meninggalkan Kristus, tidak mungkin bisa mendapatkan belas kasihan ataupun pengampunan. Karena itu bagi mereka merupakan sesuatu yang mengerikan untuk jatuh ke tangan Allah! Mereka hanya bisa berhadapan dengan kesucian Allah yang pasti murka kepada mereka atas segala dosa mereka, dan dengan keadilan Allah yang pasti menghukum mereka karena dosa-dosa mereka.

Bdk. Mazmur 18:26-28 - “(26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit. (28) Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan.


Dari perbandingan kedua text tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa jatuh ke dalam tangan Allah itu lebih baik kalau ada penebusan, tetapi mengerikan kalau tanpa penebusan!

Kesimpulan / penutup: 

Kristus sudah mati hampir 2000 tahun yang lalu. Ada beberapa pilihan bagi saudara:
1) Menolak total / menolak mentah-mentah dalam arti sama sekali tidak pernah menjadi orang kristen.
2) Menerima Dia, dan terus berpegang kepadaNya / setia kepadaNya.
3) Kelihatannya menerima Dia, tetapi lalu mundur-mundur, membiarkan hal itu, dan lalu murtad.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
Kemurtadan dan Akibatnya:Ibrani 10:26-31 
-AMIN-
Next Post Previous Post