YUDAS ISKARIOT ADALAH ORANG KRISTEN KTP
PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
health, gadget |
Kalau saudara adalah orang seperti ini (lalang di antara gandum), manusia memang mungkin sekali tidak bisa mengetahuinya, tetapi Tuhan maha tahu, dan Ia pasti tahu siapa saudara sebenarnya!
Amsal 5:21 - “Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasiNya.”.
Amsal 15:11 - “Dunia orang mati dan kebinasaan terbuka di hadapan TUHAN, lebih-lebih hati anak manusia!”.
Yeremia 32:19 - “besar dalam rancanganMu dan agung dalam perbuatanMu; mataMu terbuka terhadap segala tingkah langkah anak-anak manusia dengan mengganjar setiap orang sesuai dengan tingkah langkahnya dan sesuai dengan buah perbuatannya;”.
Ibrani 4:13 - “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”.
Matthew Henry (tentang Kis 1:17): “The power to which Judas had been advanced (v. 17): He was numbered with us, and had obtained part of this ministry which we are invested with. Note, Many are numbered with the saints in this world that will not be found among them in the day of separation between the precious and the vile. What will it avail us to be added to the number of Christians, if we partake not of the spirit and nature of Christians? Judas’s having obtained part of this ministry was but an aggravation of his sin and ruin, as it will be of theirs who prophesied in Christ’s name, and yet were workers of iniquity. ... The sin of Judas, notwithstanding his advancement to this honour. He was guide to those that took Jesus, not only informed Christ’s persecutors where they might find him (which they might have done effectually though he had kept out of sight), but he had the impudence to appear openly at the head of the party that seized him. He went before them to the place, and, as if he had been proud of the honour, gave the word of command: That same is he, hold him fast. Note, Ringleaders in sin are the worst of sinners, especially if those that by their office should have been guides to the friends of Christ are guides to his enemies.” [= Kuasa / pangkat pada mana Yudas telah maju (ay 17): ‘Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini’. Perhatikan: Banyak yang terhitung bersama orang-orang kudus di dunia ini yang tidak akan ditemukan di antara mereka pada hari pemisahan antara orang-orang yang berharga dan orang-orang busuk / hina / buruk. Apa gunanya bagi kita untuk ditambahkan pada jumlah dari orang-orang Kristen, jika kita tidak ambil bagian dari roh / semangat dan sifat dasar / hakekat dari orang-orang Kristen? Yudas telah mendapatkan bagian dari pelayanan ini dan itu hanyalah merupakan sesuatu yang memperburuk dosa dan kehancurannya, seperti yang akan menjadi milik mereka yang bernubuat dalam nama Kristus, tetapi adalah pelaku-pelaku kejahatan (bdk Mat 7:22-23). ... Dosa Yudas, sekalipun ia mempunyai kemajuannya pada kehormatan ini. Ia adalah pembimbing bagi mereka yang menangkap Yesus, bukan hanya memberi informasi kepada penganiaya-penganiaya Kristus dimana mereka bisa menemukan Dia (yang bisa mereka lakukan secara efektif seandainya ia tidak memperlihatkan diri), tetapi ia mempunyai kekurang-ajaran untuk muncul secara terbuka sebagai kepala dari kelompok yang menangkap Dia. Ia berjalan di depan mereka ke tempat itu, dan seakan-akan ia bangga akan kehormatan itu, memberikan perintah: ‘Itulah Dia, tangkaplah Dia’ (Mat 26:48). Perhatikan, pemimpin gerombolan / biang keladi dalam dosa adalah yang paling buruk dari orang-orang berdosa, khususnya jika mereka, yang oleh jabatan mereka seharusnya adalah pembimbing-pembimbing bagi sahabat-sahabat Kristus, adalah pembimbing-pembimbing bagi musuh-musuhNya.].
Matius 7:22-23 - “(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Matius 26:48 - “Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: ‘Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia.’”.
Pulpit Commentary (tentang Matius 10:1-4): “They were only twelve; the Lord had chosen them to be with him. They had the unspeakable privilege of his teaching, his example, his society, living always in familiar intercourse with him. One would think it almost impossible to cherish selfish thoughts and motives in the presence of that unearthly goodness. But in that little company there was a traitor. Outwardly, he was very near to Christ; inwardly, there was a great gulf between them. The heart of man is deceitful above all things; in the midst of spiritual privileges it may be wholly estranged from God. In the visible Church the evil are ever mingled with the good. There was one traitor among the chosen twelve; there will sometimes be worldly and wicked men in the ministry of the Church, sometimes in its highest places. We must not be offended; it is what we are taught to expect” [= Mereka hanya 12 orang; Tuhan telah memilih mereka untuk bersama-sama dengan Dia. Mereka mempunyai hak yang tak terkatakan dari pengajaranNya, teladanNya, persekutuanNya, selalu hidup dalam pergaulan / hubungan dengan Dia. Orang akan berpikir bahwa adalah hampir tidak mungkin untuk mempunyai pikiran-pikiran dan motivasi-motivasi yang egois dalam kehadiran dari kebaikan yang bukan duniawi itu. Tetapi dalam kelompok kecil itu di sana ada seorang pengkhianat. Secara lahiriah, ia sangat dekat dengan Kristus; secara batiniah / hati, di sana ada suatu jurang pemisah yang besar di antara mereka. Hati manusia bersifat penipu di atas segala sesuatu (Yer 17:9a); di tengah-tengah dari hak-hak rohani adalah mungkin untuk sepenuhnya jauh dari Allah. Dalam ‘Gereja yang kelihatan’ orang-orang jahat selalu bercampur dengan orang-orang baik. Di sana ada satu pengkhianat di antara 12 orang-orang yang dipilih; di sana kadang-kadang ada orang-orang duniawi dan jahat dalam pelayanan dari Gereja, kadang-kadang di tempat-tempat yang tertinggi. Kita tidak boleh tersandung; itu adalah apa yang kita diajarkan untuk harapkan].
Yeremia 17:9 - “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?”.
KJV: ‘The heart is deceitful above all things, and desperately wicked: who can know it?’ [= Hati bersifat penipu di atas segala sesuatu, dan sangat jahat: siapa bisa mengetahuinya?].
2) Bukti-bukti bahwa Yudas Iskariot dari semula bukanlah orang kristen yang sejati.
a) Yesus tahu ketidak-percayaan Yudas dari semula.
Yohanes 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.”.
KJV: ‘But there are some of you that believe not. For Jesus knew from the beginning who they were that believed not, and who should betray him.’ [= Karena ada beberapa dari kamu yang tidak percaya. Karena Yesus tahu dari semula siapa mereka yang tidak percaya, dan siapa yang akan mengkhianati Dia.].
Dalam Yohanes 6:64 kata ‘ada’ (ay 64a), dan kata ‘siapa’ (ay 64b) ada dalam bentuk jamak, dan berbicara tentang orang-orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus (jelas juga mencakup Yudas Iskariot), tetapi kata ‘siapa’ (ay 64c, saya beri garis bawah ganda) ada dalam bentuk tunggal, dan itu menunjuk hanya kepada Yudas Iskariot. Bandingkan dengan terjemahan KJV.
Dari ayat ini terlihat bahwa dari semula ketidak-percayaan dari orang-orang yang mengikuti Dia, dan juga ketidak-percayaan dan pengkhianatan Yudas Iskariot sudah diketahui oleh Yesus.
A. T. Robertson (tentang Yoh 6:64): “From the first Jesus distinguished between real trust in him and mere lip service (John 2:24; 8:31), two senses of pisteuoo.” [= Dari semula Yesus membedakan antara kepercayaan yang sejati kepadaNya dan semata-mata pelayanan bibir / palsu (Yoh 2:24; 8:31), dua arti dari PISTEUO (aku percaya).].
Yohanes 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.”.
Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu”.
William Hendriksen (tentang Yoh 6:64): “The Lord continues: ‘But there are some of you who do not believe.’ ... The evangelist adds the comment: ‘For Jesus knew from the beginning who those were that did not believe, and who he was that would deliver him up.’” [= Tuhan melanjutkan, ‘Tetapi ada beberapa dari kamu yang tidak percaya’. ... Sang penginjil (rasul Yohanes) menambahkan komentar: ‘Karena Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.’].
Calvin (tentang Yoh 6:64): “the Evangelist says that their treachery, even while it was unknown to others, was well known to Christ. ... as to their being known to Christ from the beginning, this was peculiar to his Divinity. It is otherwise with us; for since we do not know the hearts, we ought to delay forming a judgment, until impiety be manifested by outward signs, and thus the tree be known by its fruits, (Matthew 7:16.)” [= sang Penginjil berkata bahwa pengkhianatan / penipuan mereka, sekalipun itu tidak diketahui oleh orang-orang lain, diketahui dengan baik oleh Kristus. ... berkenaan dengan diketahuinya mereka oleh Kristus dari semula, ini adalah khas / khusus bagi keIlahianNya. Adalah berbeda bagi kita; karena kita tidak mengetahui hati (manusia), kita harus menunda pembentukan suatu penilaian / penghakiman, sampai kejahatan dinyatakan oleh tanda-tanda lahiriah / luar, dan dengan demikian pohon diketahui oleh buahnya, (Mat 7:16).].
Matius 7:16 - “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?”.
Matthew Henry (tentang Yoh 6:64): “The unbelief of hypocrites, before it discovers itself to the world, is naked and open before the eyes of Christ. He knew from the beginning who they were of the multitudes that followed him that believed, and who of the twelve should betray him; he knew from the beginning of their acquaintance with him, and attendance on him, when they were in the hottest pang of their zeal, who were sincere, as Nathanael (ch. 1:47), and who were not. Before they distinguished themselves by an overt act, he could infallibly distinguish who believed and who did not, whose love was counterfeit and whose cordial” [= Ketidakpercayaan dari orang-orang munafik, sebelum itu menyatakan dirinya sendiri kepada dunia, adalah telanjang dan terbuka di hadapan mata Kristus. Ia tahu dari semula siapa mereka dari orang banyak yang mengikuti Dia itu yang percaya, dan siapa dari 12 orang itu yang akan / harus mengkhianati Dia; Ia tahu dari permulaan dari perkenalan mereka dengan Dia, dan perhatian / pelayanan mereka kepadaNya, pada waktu mereka ada dalam semangat mereka yang paling panas, siapa yang tulus, seperti Natanael (pasal 1:47), dan siapa yang tidak. Sebelum mereka membedakan diri mereka sendiri oleh suatu tindakan yang jelas / terbuka, Ia bisa secara tidak bisa salah membedakan mereka yang percaya dan yang tidak percaya, yang kasihnya palsu dan yang kasihnya hangat / ramah].
Ibrani 4:13 - “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab.”.
Yohanes 1:47 - “Kata Filipus kepadanya: ‘Mari dan lihatlah!’ Yesus melihat Natanael datang kepadaNya, lalu berkata tentang dia: ‘Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!’”.
Sekarang mari kita melihat penafsiran seorang Arminian yang bernama Lenski berkenaan dengan pengetahuan Yesus tentang pengkhianatan oleh Yudas Iskariot.
Lenski (tentang Yoh 6:64): “Jesus knew that Judas would turn traitor long before Judas exercised his traitorous volition. How far in advance Jesus knew this, therefore, makes no difference. Moreover, this exemplification by means of Judas must not be allowed to mislead us. For the question here raised is far older than Judas. It begins with Adam and includes a large number of others. How could God create Adam when God knew that Adam would fall? or create those of whom he knew that they would be damned? or receive into the church those of whom he knew that they would turn out hypocrites and renegades? In fact, how could God create Satan knowing what Satan would become? As regards Judas: Jesus chose him not for the purpose of betrayal but only with the knowledge of that betrayal. No act of God’s or of Jesus’ shut the door of grace for Judas, their foreknowledge did certainly not do so. This foreknowledge rested on the act of Judas, not the act of Judas on the foreknowledge. If the act had been the reverse, the foreknowledge would have accorded with the reversal. The human mind cannot penetrate the profundity of the divine mind in these questions. All we can say is that Jesus bowed to the Father’s will and did this perfectly also in the grace he vouchsafed to Judas to the very last. Furthermore, even if Judas had never existed, the deadly wickedness of sin in man would have turned in murderous opposition to Jesus when the holy Son of man came to draw them to heaven, and a tragedy like that of Calvary would have been the result.” [= Yesus tahu bahwa Yudas akan menjadi pengkhianat jauh sebelum Yudas melaksanakan kemauan / kehendaknya yang bersifat mengkhianat. Karena itu, berapa jauh sebelumnya Yesus tahu hal ini, tidak membuat perbedaan. Selanjutnya, pemberian contoh melalui Yudas tidak boleh mengijinkan untuk menyesatkan kita. Karena pertanyaan yang ditanyakan di sini jauh lebih tua dari Yudas. Itu mulai dengan Adam dan mencakup suatu jumlah yang besar dari orang-orang lain. Bagaimana Allah bisa menciptakan Adam pada waktu Allah tahu bahwa Adam akan jatuh? atau mencipta mereka yang Ia tahu bahwa mereka akan dihukum? atau menerima ke dalam gereja mereka yang Ia tahu akan menjadi orang-orang munafik dan orang-orang murtad / pengkhianat? Bahkan, bagaimana Allah bisa menciptakan Iblis dengan tahu Iblis akan menjadi apa? Berkenaan dengan Yudas: Yesus memilihnya bukan untuk tujuan pengkhianatan, tetapi hanya dengan pengetahuan tentang pengkhianatan itu. Tidak ada tindakan dari Allah atau dari Yesus menutup pintu kasih karunia untuk Yudas, pra pengetahuan mereka pasti tidak melakukan hal itu. Pra pengetahuan ini terletak / bersandar pada tindakan Yudas, bukan tindakan Yudas terletak / bersandar pada pra pengetahuan. Seandainya tindakan itu (dari Yudas) adalah sebaliknya, pra pengetahuan itu akan sudah menyesuaikan dengan pembalikan tindakan itu. Pikiran manusia tidak bisa menembus kedalaman dari pikiran ilahi dalam pertanyaan-pertanyaan ini. Semua yang bisa kami katakan adalah bahwa Yesus tunduk pada kehendak Bapa dan melakukan hal ini secara sempurna juga dalam kasih karunia yang Ia bersedia berikan kepada Yudas sampai saat terakhir. Lebih jauh lagi, bahkan seandainya Yudas tidak pernah ada, kejahatan yang mematikan dari dosa dalam manusia akan berbelok ke dalam oposisi terhadap Yesus pada waktu Anak Manusia yang kudus datang untuk menarik mereka ke surga, dan suatu tragedi seperti yang terjadi di Kalvari akan merupakan hasilnya.].
Ada beberapa tanggapan dari saya tentang kata-kata Lenski (orang Arminian) ini:
1. Perhatikan kata-kata yang saya beri garis bawah tunggal “Pra pengetahuan ini terletak / bersandar pada tindakan Yudas, bukan tindakan Yudas terletak / bersandar pada pra pengetahuan. Seandainya tindakan itu (dari Yudas) adalah sebaliknya, pra pengetahuan itu akan sudah menyesuaikan dengan pembalikan tindakan itu.”.
Kata-kata ini konyol dan luar biasa bodohnya. Bagaimana mungkin, pra pengetahuan Allah, yang sudah ada sejak kekekalan (minus tak terhingga) bisa tergantung pada tindakan Yudas, dan akan menyesuaikan diri seandainya Yudas melakukan yang sebaliknya?
2. Sekarang perhatikan kata-kata yang saya beri garis bawah ganda “Pikiran manusia tidak bisa menembus kedalaman dari pikiran ilahi dalam pertanyaan-pertanyaan ini.”.
Ini hanyalah alasan yang dibuat oleh Lenski. Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dijawab oleh theologia Reformed, yang mempercayai bahwa semua itu terjadi karena ditetapkan oleh Allah. Ajaran Arminian memang tidak cocok dengan fakta-fakta itu, dan tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu!
3. Sekarang perhatikan kata-kata yang saya cetak dengan huruf miring “dan melakukan hal ini secara sempurna juga dalam kasih karunia yang Ia bersedia berikan kepada Yudas sampai saat terakhir.”.
Bagian ini adalah omong kosong yang tidak pernah ada dasar ayatnya. Dimana dikatakan Yesus bersedia memberikan kasih karunia kepada Yudas? Seandainya itu ada, Yudas pasti sudah selamat!
4. Terakhir, kita perhatikan bagian yang saya cetak dengan huruf besar “Lebih jauh lagi, bahkan seandainya Yudas tidak pernah ada, kejahatan yang mematikan dari dosa dalam manusia akan berbelok ke dalam oposisi terhadap Yesus pada waktu Anak Manusia yang kudus datang untuk menarik mereka ke surga, dan suatu tragedi seperti yang terjadi di Kalvari akan merupakan hasilnya.”.
Kata-kata terakhir ini juga merupakan sesuatu yang konyol. Karena apa yang Allah tahu lebih dulu dalam kekekalan? Kalau yang Dia tahu adalah Yudas yang mengkhianat, maka pasti itu yang terjadi. Kalau yang Dia tahu adalah orang lain yang akan mengkhianat, maka itulah juga yang akan terjadi. Kata ‘seandainya’ adalah sesuatu yang konyol, karena mengandaikan sesuatu yang sama sekali mustahil! Dalam kekekalan (minus tak terhinga) Allah bukan hanya tahu bahwa akan ada ‘seseorang’ yang akan mengkhianati Yesus. Allah tahu bahwa ‘Yudas Iskariot’lah yang akan mengkhianati, dan itulah yang pasti terjadi!
Sekarang mari kita lihat komentar orang Arminian yang lain, yaitu Adam Clarke.
Adam Clarke (tentang Yohanes 6:64): “‘And who should betray him.’ Or, ‘who would deliver him up.’ Because he knew all things; he knew from the first, from Judas’ call to the apostleship, and from eternity (if the reader pleases), who it was who would (not should) deliver him up into the hands of the Jews. ‘Should,’ in the apprehension of most, implies necessity and compulsion; ‘would’ implies that he was under the influence of his own free will, without necessity or constraint. The former takes away his guilt: for what a man is irresistibly compelled to do, by the supreme authority of God, he cannot avoid; and therefore to him no blame can attach: but Judas having acted through his own free will, abusing his power, and the grace he had received, he was guilty of the murder of an innocent man, and deserved the perdition to which he went” [= ‘Dan siapa yang harus mengkhianati Dia’. Atau, ‘siapa yang akan menyerahkan Dia’. Karena Ia tahu segala sesuatu; Ia tahu dari semula, sejak panggilan Yudas sampai kerasulannya, dan dari sejak kekekalan (jika pembaca berkenan / senang), siapa itu yang akan (bukan harus) menyerahkan Dia ke dalam tangan dari orang-orang Yahudi. Kata ‘should’ (harus), dalam pengertian dari kebanyakan orang, secara implicit menunjukkan keharusan dan paksaan; kata ‘would’ (akan) secara implicit menunjukkan bahwa ia ada di bawah pengaruh dari kehendak bebasnya sendiri, tanpa keharusan atau paksaan. Yang pertama membuang kesalahannya: karena apa yang seorang manusia dipaksa secara tidak bisa ditolak untuk lakukan, oleh otoritas tertinggi dari Allah, ia tidak bisa hindari; dan karena itu tidak bisa ada kesalahan dilekatkan kepadanya: tetapi Yudas telah bertindak melalui kehendak bebasnya sendiri, menyalah-gunakan kuasanya, dan kasih karunia yang telah ia terima, ia bersalah tentang pembunuhan dari seorang yang tidak bersalah, dan layak mendapatkan hukuman kekal / neraka kemana ia pergi].
Catatan:
a. KJV/ASV menggunakan ‘should’, RSV/NIV/NASB/NKJV menggunakan ‘would’.
b. Pandangan Clarke ini jelas merupakan pandangan Arminian; mari kita menganalisanya.
Adam Clarke sendiri mengatakan (pada bagian awal kutipan di atas ini) bahwa Yesus tahu segala sesuatu, dan dari semula (bahkan dari kekekalan) Yesus tahu siapa yang akan menyerahkan / mengkhianati Dia.
Sekarang saya bertanya: bisakah pengetahuan itu salah? Tentu tidak mungkin, bukan? Jadi, pengkhianatan oleh Yudas Iskariot itu harus / pasti terjadi, atau hanya mungkin terjadi? Jawabannya jelas: itu harus / pasti terjadi. Jadi, bisakah Yudas Iskariot akhirnya / dalam faktanya tidak mengkhianati Yesus? Tentu tidak mungkin, bukan? Itu berarti hal itu sudah tertentu. Dan kalau tertentu, pasti ada yang menentukan, dan siapa yang menentukan kalau bukan Allah?
Loraine Boettner: “The Arminian objection against foreordination bears with equal force against the foreknowledge of God. What God foreknows must, in the very nature of the case, be as fixed and certain as what is foreordained; and if one is inconsistent with the free agency of man, the other is also. Foreordination renders the events certain, while foreknowledge presupposes that they are certain” [= Keberatan Arminian terhadap penentuan lebih dulu mengandung / menghasilkan kekuatan yang sama terhadap pengetahuan lebih dulu dari Allah. Apa yang Allah ketahui lebih dulu pastilah sama tertentunya dan pastinya seperti apa yang ditentukan lebih dulu; dan jika yang satu tidak konsisten dengan kebebasan manusia, yang lain juga demikian. Penentuan lebih dulu membuat peristiwa-peristiwa pasti / tertentu, sedangkan pengetahuan lebih dulu mensyaratkan bahwa mereka itu pasti / tertentu] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 42.
Loraine Boettner: “Yet unless Arminianism denies the foreknowledge of God, it stands defenseless before the logical consistency of Calvinism; for foreknowledge implies certainty and certainty implies foreordination” [= Kecuali Arminianisme menyangkal / menolak pengetahuan lebih dulu dari Allah, ia tidak mempunyai pertahanan di depan kekonsistenan yang logis dari Calvinisme; karena pengetahuan lebih dulu secara tidak langsung menunjuk pada kepastian, dan kepastian secara tidak langsung menunjuk pada penetapan lebih dulu] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 44.
Adam Clarke lalu mengatakan bahwa kata ‘should’ (harus) secara implicit menunjukkan keharusan / pemaksaan. Kalau ‘harus’ dalam arti ‘pasti’, maka saya setuju, tetapi ‘harus’ dalam arti ‘ada permaksaan’ saya sama sekali tidak setuju!
Adam Clarke menambahkan, bahwa karena itu kalau digunakan kata ‘should’ (harus) maka Yudas Iskariot tidak bersalah, dan tidak bisa dihukum. Ini menjadi ajaran Hyper-Calvinisme, dan ini salah total, tidak Alkitabiah, dan bahkan sesat!
Sekarang mari kita melihat pandangan Lenski berkenaan dengan hal ini, yang kurang lebih sama dengan pandangan Adam Clarke.
Lenski (tentang Yohanes 12:4): “John puts, ‘who was about to betray him,’ ὁ μέλλων with the present infinitive in place of the future, R. 1118. This explains everything. The faulty translation, ‘which should betray him,’ must not lead us to think of a divine compulsion. The traitorous act of Judas was not the result of a divine decree, it was entirely his own act, just as other wicked deeds are the product of men’s own hearts. Judas resisted all the grace of God, all the blessed influences and warnings of Jesus, and thus betrayed him. When grace is in vain, only almighty power is left; and this power cannot convert or save, all that it can do is to carry out the purposes of God among the wicked, so controlling their wickedness that it shall further God’s plans.” [= Yohanes menuliskan ‘yang akan mengkhianati Dia’, HO MELLON dengan infinitif present sebagai pengganti future / bentuk yang akan datang, R. 1118. Ini menjelaskan segala sesuatu. Terjemahan yang salah, ‘yang harus mengkhianati Dia’, tidak boleh membimbing kita untuk berpikir tentang suatu pemaksaan ilahi. Tindakan yang bersifat mengkhianat dari Yudas bukanlah hasil dari suatu ketetapan ilahi, itu sepenuhnya merupakan tindakannya sendiri, sama seperti tindakan-tindakan jahat yang lain adalah hasil dari hati manusia sendiri. Yudas menahan / menolak semua kasih karunia Allah, semua pengaruh-pengaruh dan peringatan-peringatan yang diberkati dari Yesus, dan lalu mengkhianati Dia. Pada waktu kasih karunia adalah sia-sia, hanya kuasa yang maha kuasa yang tertinggal; dan kuasa ini tidak bisa mempertobatkan atau menyelamatkan, semua yang kuasa itu bisa lakukan adalah melaksanakan rencana-rencana Allah di antara orang-orang jahat, dan dengan demikian mengontrol kejahatan mereka sehingga itu akan melanjutkan rencana-rencana Allah.].
Catatan:
1. Yang Lenski maksudkan dengan infinitive present adalah kata kerja PARADIDONAI, yang berarti ‘menyerahkan’. Ia mengatakan bahwa A. T. Robertson (R. 1118) mengatakan ini adalah pengganti bentuk future (yang akan datang), dan karena itu semuanya harus diterjemahkan ‘yang akan menyerahkan Dia’, bukan seperti terjemahan KJV: ‘who should betray Him’ [= yang harus mengkhianati Dia].
2. Sekarang perhatikan kata-kata Lenski yang saya beri garis bawah tunggal “Tindakan yang bersifat mengkhianat dari Yudas bukanlah hasil dari suatu ketetapan ilahi, itu sepenuhnya merupakan tindakannya sendiri,”.
Ini bertentangan frontal dengan Luk 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
3. Sekarang perhatikan kata-kata Lenski yang saya beri garis bawah ganda “Pada waktu kasih karunia adalah sia-sia, hanya kuasa yang maha kuasa yang tertinggal; dan kuasa ini tidak bisa mempertobatkan atau menyelamatkan,”.
Ini betul-betul menghina kuasa Allah. Di satu sisi ia katakan kuasa itu maha kuasa, tetapi di sisi lain Ia katakan kuasa itu tidak bisa mempertobatkan atau menyelamatkan!
Sekarang bandingkan dengan pandangan Calvin dan orang-orang Reformed / Calvinist dalam persoalan ini.
Calvin: “we posited a distinction between compulsion and necessity from which it appears that man, while he sins of necessity, yet sins no less voluntarily” [= kami menempatkan suatu perbedaan di antara pemaksaan dan kepastian dari mana terlihat bahwa manusia, sementara ia pasti berdosa, tetapi ia berdosa dengan sukarela] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter IV, No 1.
Charles Haddon Spurgeon: “man, acting according to the device of his own heart, is nevertheless overruled by that sovereign and wise legislation ... How these two things are true I cannot tell. ... I am not sure that in heaven we shall be able to know where the free agency of man and the sovereignty of God meet, but both are great truths. God has predestinated everything yet man is responsible.” [= manusia, bertindak sesuka hatinya, bagaimanapun dikalahkan / dikuasai oleh pemerintahan yang berdaulat dan bijaksana ... Bagaimana dua hal ini bisa benar saya tidak bisa mengatakan. ... Saya tidak yakin bahwa di surga kita akan bisa mengetahui dimana tindakan bebas manusia dan kedaulatan Allah bertemu, tetapi keduanya adalah kebenaran yang besar. Allah telah mempredestinasikan segala sesuatu tetapi manusia bertanggung jawab.] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 10.
Arthur W. Pink: “Two things are beyond dispute: God is sovereign, man is responsible. ... To emphasize the sovereignty of God, without also maintaining the accountability of the creature, tends to fatalism; to be so concerned in maintaining the responsibility of man, as to lose sight of the sovereignty of God, is to exalt the creature and dishonour the Creator.” [= Dua hal tidak perlu diperdebatkan: Allah itu berdaulat, manusia itu bertanggung jawab. ... Menekankan kedaulatan Allah, tanpa juga memelihara pertanggungan jawab dari makhluk ciptaan, cenderung kepada fatalisme; terlalu memperhatikan pemeliharaan tanggung jawab manusia, sehingga tidak mengindahkan kedaulatan Allah, sama dengan meninggikan makhluk ciptaan dan merendahkan sang Pencipta.] - ‘The Sovereignty of God’, hal 9.
Charles Hodge: “God can control the free acts of rational creatures without destroying either their liberty or their responsibility.” [= Allah bisa mengontrol tindakan-tindakan bebas dari makhluk-makhluk rasionil tanpa menghancurkan kebebasan ataupun tanggung jawab mereka.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 332.
Ini merupakan sesuatu yang misterius dalam penetapan / pra-pengetahuan Tuhan. Apapun yang Ia ketahui lebih dulu, pasti / harus terjadi, tetapi pada saat hal itu terjadi, orang yang diketahui akan melakukan hal yang buruk itu, akan mau sendiri untuk melakukannya. Ia tidak dipaksa oleh siapapun (tidak juga oleh Allah sendiri) untuk melakukan dosa / hal buruk itu. Dan karena itu, ia tetap bersalah, tetap harus bertanggung jawab, dan harus dihukum!
Bdk. Lukas 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
Bagian awal dari ayat ini menunjukkan adanya ketetapan Allah tentang pengkhianatan Yudas Iskariot, tetapi bagian akhir ayat itu menunjukkan tanggung jawab Yudas Iskariot! Itu tetap ada!
Mengomentari Lukas 22:22 Spurgeon berkata: “The decree of God does not lessen the responsibility of man for his action. Even though it is predetermined of God, the man does it of his own free will, and on him falls the full guilt of it” [= Ketetapan Allah tidak mengurangi tanggung jawab manusia untuk tindakannya. Sekalipun hal itu sudah ditentukan lebih dulu oleh Allah, manusia melakukannya dengan kehendak bebasnya sendiri, dan pada dialah jatuh kesalahan sepenuhnya] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 18.
Juga bandingkan dengan kasus Firaun. Dikatakan Tuhan akan mengeraskan hatinya sehingga ia tidak akan melepaskan bangsa Israel. Tetapi pada saat Musa sampai ke hadapan Firaun, dikatakan bahwa Firaun mengeraskan hatinya sendiri!
Keluaran 3:19 - “Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat.”.
Keluaran 4:21 - “Firman TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.”.
Kel 5:1-2 - “(1) Kemudian Musa dan Harun pergi menghadap Firaun, lalu berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umatKu pergi untuk mengadakan perayaan bagiKu di padang gurun.’ (2) Tetapi Firaun berkata: ‘Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firmanNya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi.’”.
Kel 7:1-3 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu. (2) Engkau harus mengatakan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan Harun, abangmu, harus berbicara kepada Firaun, supaya dibiarkannya orang Israel itu pergi dari negerinya. (3) Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.”.
Kel 7:13-14 - “(13) Tetapi hati Firaun berkeras, sehingga tidak mau mendengarkan mereka keduanya - seperti yang telah difirmankan TUHAN. (14) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Firaun berkeras hati, ia menolak membiarkan bangsa itu pergi.”.
Kel 7:22 - “Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.”.
Jadi, bagi saya / orang Reformed, tidak jadi soal apakah ayat itu (Yoh 6:64) menggunakan ‘would’ (RSV/NIV/NASB/NKJV) atau ‘should’ (KJV/ASV). Pra pengetahuan Tuhan, memastikan terjadinya hal itu. Tetapi pada saat hal itu terjadi, Yudas Iskariot tetap melakukannya dengan kehendaknya sendiri, dan ia bertanggung jawab untuk semua itu.
Penerapan: doktrin seperti ini rasanya hanya menimbulkan perdebatan kalau diajarkan. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah ini: Memandang / memikirkan bahwa apa yang akan terjadi sudah ditentukan, akan membuang semua ketakutan, kekuatiran, kegelisahan saudara, karena semua itu tak ada gunanya! Lebih lagi, kalau saudara adalah anak Allah, maka Ia pasti menetapkan segala sesuatu untuk kebaikan saudara (Ro 8:28).
Illustrasi: pada saat nonton film yang menegangkan, ketegangan akan hilang kalau saudara berpikir, semua itu sudah ditentukan oleh sutradaranya! Jangan lakukan ini pada saat anda nonton film, tetapi lakukan ini pada saat anda mengalami bahaya / ketegangan dan sebagainya. Pikirkan bahwa semua sudah diterntukan oleh Allah, dan apakah anda mau tegang, takut, kuatir, beriman / berserah dsb, itu tak akan mengubah apapun, karena apa yang ditentukan pasti terjadi. Ini membuang ketegangan, kekuatiran, ketakutan dsb, dan membuat kita bisa melakukan apa yang terbaik, yang sesuai dengan Alkitab dalam sikon tersebut.
b) Yudas Iskariot disebut sebagai ‘Iblis’ oleh Yesus.
Yoh 6:70-71 - “(70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.”.
Pada waktu Yesus berkata bahwa Yudas Iskariot adalah Iblis, tentu kita tidak bisa menafsirkan bagian itu secara hurufiah, bahwa Yudas betul-betul ADALAH Iblis sendiri. Artinya, ia adalah alat dari Iblis, atau ia seperti Iblis.
Saya akan memberikan beberapa komentar dari para penafsir tentang Yoh 6:70-71 ini, tetapi saya kira untuk mengerti komentar-komentar ini, kita perlu tahu kontext yang mendahului Yoh 6:70-71 itu, dan karena itu saya berikan Yoh 6:66-69 di sini.
Yohanes 6:66-69 - “(66) Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ (68) Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’”.
Lenski (tentang Yohanes 6:70): “Great joy fills the heart of Jesus on hearing this adequate and earnest confession on the part of Peter. But this joy is combined with deep pain, for Jesus knows what Peter could not know, namely that not all of the Twelve believed in their hearts as he had confessed. ‘Jesus answered them,’ since Peter had spoken for all of them, and all had given silent assent to Peter’s words, ‘Did not I elect you the Twelve for myself? and of you one is a devil.’” [= Sukacita yang besar memenuhi hati Yesus pada waktu mendengar pengakuan yang cukup dan tulus / sungguh-sungguh dari Petrus. Tetapi sukacita ini dikombinasikan dengan rasa sakit yang dalam, karena Yesus tahu apa yang Petrus tidak bisa tahu, yaitu bahwa tidak semua dari yang 12 itu percaya dalam hati mereka seperti yang telah ia akui. ‘Yesus menjawab mereka’, karena Petrus telah berbicara untuk semua mereka, dan semua telah memberikan persetujuan yang diam terhadap kata-kata Petrus, ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’].
Lenski (tentang Yoh 6:70): “‘Devil’ designates the real moral nature of Judas and the mind that had finally developed in him. Those other disciples who did not believe in Jesus left him, and nowhere are such men called devils; but Judas remains, remains even as one of the Twelve, remains and consents to Peter’s confession, not with ordinary hypocrisy, but with lying deceit such as Jesus predicates of the very devil himself in 8:44. So early Judas had completely broken with Jesus. ‘Is a devil’ means now, at this time when Jesus says so, not that he already was a devil when Jesus chose him. When Judas lost his faith we are not told. Now that he has lost much more, we are told of it.” [= ‘Iblis’ menunjukkan karakter moral yang sebenarnya dari Yudas dan pikiran yang akhirnya telah berkembang dalam dia. Murid-murid yang lain itu, yang tidak percaya kepada Yesus, meninggalkan Dia, dan tak ada dimanapun orang-orang seperti itu disebut ‘Iblis’; tetapi Yudas tetap tinggal, tinggal bahkan sebagai salah satu dari 12 murid / rasul, tinggal dan menyetujui pengakuan Petrus, bukan dengan kemunafikan yang biasa, tetapi dengan penipuan yang bersifat dusta, seperti yang Yesus nyatakan tentang Iblis sendiri dalam 8:44. Begitu awal Yudas telah memutuskan persahabatan sepenuhnya dengan Yesus. ‘Adalah Iblis’ (‘is a devil’ - present tense) berarti sekarang, pada saat dimana Yesus berkata demikian, bukan bahwa ia sudah adalah Iblis pada waktu Yesus memilihnya. Kapan Yudas kehilangan imannya kita tidak diberitahu. Sekarang setelah ia kehilangan lebih banyak lagi, kita diberitahu tentangnya.].
Catatan:
1. Yohanes 8:44 - “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”.
2. Petrus juga disebut ‘Iblis’ dalam Mat 16:23 - “Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ‘Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.’”.
Tetapi kata Yunani yang digunakan berbeda. Dalam Mat 16:23 kata yang digunakan adalah SATANAS, sedangkan dalam Yoh 6:70 digunakan kata DIABOLOS, dan Lenski mengatakan bahwa kata ini sama kuatnya dengan kata yang dipakai dalam Mat 16:23.
3. Lenski berkata ‘Yudas kehilangan imannya’, dan kata-kata itu berarti kalau Yudas pernah beriman. Padahal Alkitab tidak pernah memberitahu / menceritakan kepada kita tentang iman dari Yudas atau bahwa Yudas pernah beriman! Lalu dari mana Lenski menyimpulkan seperti itu? Cara dia berargumentasi adalah sangat konyol! Dan pada waktu Petrus disebut ‘Iblis’ (Mat 16:23) mengapa ia tidak juga berpendapat secara sama bahwa Petrus kehilangan iman?
Lenski (tentang Mat 16:23): “Unwittingly and though moved by the best intentions Peter had made himself an agent of Satan. What a warning to watch our love, our good intentions, our best acts, lest, perhaps after all, they agree with Satan and not with Christ.” [= Dengan tanpa disadari dan sekalipun digerakkan oleh maksud-maksud yang terbaik Petrus telah membuat dirinya sendiri seorang agen dari Iblis. Betul-betul merupakan suatu peringatan untuk menjaga kasih kita, maksud-maksud baik kita, tindakan-tindakan terbaik kita, supaya jangan, mungkin akhirnya, semua itu setuju dengan Iblis dan bukannya dengan Kristus.].
Lenski (tentang Yoh 6:70): “He tells them about this ‘one’ at this early time, so that a year from now they may remember how their Master foreknew all that Judas would do. Secondly, Jesus intends his revelation for Judas personally. This man is to know that Jesus knows him absolutely as just what he is, ‘a devil.’ He deceives his fellow-apostles but not the Son. With all his might Jesus strikes a blow at the conscience of Judas by this word ‘devil.’ In his dealings with this human devil Jesus omits nothing that may frighten him from his course and turn his heart from Satan to his Savior. So great is grace that it goes on with its blessed efforts even where foreknowledge infallibly makes certain that it shall fail. This, too, the Eleven are to remember after Jesus has died and has arisen and they go out on their mission.” [= Ia memberitahu mereka tentang yang ‘satu’ ini pada saat yang awal ini, sehingga setahun dari sekarang mereka bisa mengingat bagaimana Tuan / Guru mereka tahu lebih dulu semua yang Yudas akan lakukan. Kedua, Yesus memaksudkan wahyu / penyataanNya untuk Yudas secara pribadi. Orang ini harus tahu bahwa Yesus mengenalnya secara mutlak sebagaimana adanya dia, ‘Iblis’. Ia menipu rekan-rekan rasulnya tetapi tidak bisa menipu Sang Anak. Dengan semua kekuatanNya Yesus memukul hati nurani Yudas dengan kata ‘Iblis’ ini. Dalam penangananNya dengan ‘Iblis manusia’ ini Yesus tidak membuang apapun supaya bisa menakut-nakuti dia dari jalannya dan membalikkan hatinya dari Iblis / Setan kepada Juruselamatnya. Begitu besar kasih karunia itu sehingga itu melanjutkan dengan usaha-usaha yang diberkati / terpuji bahkan dimana pra-pengetahuan secara tidak bisa salah membuat pasti bahwa itu akan gagal. Ini juga harus diingat oleh 11 murid setelah Yesus mati dan bangkit dan mereka keluar untuk melakukan misi mereka.].
Matthew Henry (tentang Yoh 6:70-71): “The melancholy remark which our Lord Jesus made upon this reply of Peter’s (v. 70,71): ‘Have not I chosen you twelve, and one of you is a devil?’ And the evangelist tells us whom he meant: ‘he spoke of Judas Iscariot.’ Peter had undertaken for them all that they would be faithful to their Master. Now Christ does not condemn his charity (it is always good to hope the best), but he tacitly corrects his confidence. We must not be too sure concerning any. God knows those that are his; we do not.” [= Kata-kata sedih yang Tuhan Yesus buat terhadap jawaban Petrus ini (ay 70,71): ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini, dan satu darimu adalah Iblis?’ Dan sang penginjil memberitahu kita siapa yang Ia maksudkan: ‘Ia berbicara tentang Yudas Iskariot’. Petrus telah menjawab untuk mereka semua bahwa mereka akan setia kepada Tuan / Guru mereka. Kristus tidak mengecam kasihnya (adalah selalu baik untuk mengharapkan yang terbaik), tetapi Ia secara implicit mengkoreksi keyakinannya. Kita tidak boleh terlalu yakin berkenaan dengan siapapun. Allah mengenal mereka yang adalah milikNya; kita tidak.].
Bdk. 2Tim 2:19 - “Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.
Matthew Henry (tentang Yoh 6:70-71): “Many that are seeming saints are real devils. Judas had as fair an outside as many of the apostles; his venom was, like that of the serpent, covered with a fine skin. He cast out devils, and appeared an enemy to the devil’s kingdom, and yet was himself a devil all the while. Not only he will be one shortly, but he is one now. ... It is sad, and to be lamented, that ever Christianity should be made a cloak to diabolism. ... The disguises of hypocrites, however they may deceive men, and put a cheat upon them, cannot deceive Christ, for his piercing eye sees through them. He can call those devils that call themselves Christians, ... There are those who are chosen by Christ to special services who yet prove false to him: I have chosen you to the apostleship, for it is expressly said that Judas was not chosen to eternal life (ch. 13:18), and yet one of you is a devil. Note, Advancement to places of honour and trust in the church is no certain evidence of saving grace. ‘We have prophesied in thy name.’ ... In the most select societies on this side heaven it is no new thing to meet with those that are corrupt. Of the twelve that were chosen to an intimate conversation with an incarnate Deity, as great an honour and privilege as ever men were chosen to, one was an incarnate devil. The historian lays an emphasis upon this, that Judas was one of the twelve that were so dignified and distinguished.” [= Banyak yang terlihat sebagai orang-orang kudus adalah betul-betul Iblis-iblis. Yudas secara lahiriah / dari luar sama bagusnya seperti banyak rasul-rasul itu; bisanya adalah, seperti bisa ular, ditutupi dengan kulit yang bagus. Ia mengusir iblis / setan, dan terlihat sebagai seorang musuh bagi kerajaan iblis / setan, tetapi ia sendiri adalah iblis / setan selama itu. Bukan hanya ia akan menjadi iblis / setan dalam waktu yang singkat, tetapi ia adalah iblis / setan sekarang. ... Merupakan sesuatu yang menyedihkan, dan harus diratapi, bahwa kekristenan pernah dijadikan suatu jubah / selubung bagi karakter dari iblis / setan. ... Penyamaran dari orang-orang munafik, bagaimanapun mereka bisa menipu manusia, dan mencurangi mereka, tidak bisa menipu Kristus, karena mataNya yang menembus melihat melalui mereka. Ia bisa menyebut mereka iblis-iblis / setan-setan yang menyebut diri mereka sendiri orang-orang Kristen, ... Ada orang-orang yang dipilih oleh Kristus bagi pelayanan-pelayanan yang khusus tetapi yang terbukti palsu bagiNya: Aku telah memilih kamu pada kerasulan, karena dikatakan secara explicit bahwa Yudas tidak dipilih pada hidup yang kekal (pasal 13:18), tetapi satu dari kamu adalah iblis. Perhatikan, Kemajuan kepada tempat-tempat yang terhormat dan dipercaya dalam gereja bukanlah bukti yang pasti tentang kasih karunia yang menyelamatkan. ‘Kami telah bernubuat demi namaMu’ (Mat 7:22). ... Dalam masyarakat yang paling terpilih di sisi ini dari surga, bukanlah hal baru untuk menjumpai mereka yang jahat. Dari 12 orang yang dipilih pada suatu percakapan akrab dengan Allah yang berinkarnasi, yang merupakan kehormatan dan hak yang terbesar untuk mana manusia pernah dipilih, satu adalah iblis / setan yang berinkarnasi. Sang sejarawan meletakkan penekanan pada hal ini, bahwa Yudas adalah satu dari 12 orang yang begitu bermartabat dan terkemuka.].
Yoh 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”.
Mat 7:22 - “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?”.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 6:71): “The narrowness of the circle of those who rally around the truth, and the unpopularity of their profession, are no security that all of them are true-hearted; for one even of the Twelve was a devil. And the length of time during which Judas remained within the innermost circle of Christ’s followers, without discovering to his brethren his real character, or probably being aware of it himself, and the fact that when it did come out, it was drawn forth, as appears, quite casually, and then was matured with such frightful rapidity - do not these things cry aloud to all who name the name of Christ, ‘Rejoice with trembling!’ ‘Let him that thinketh he standeth, take heed lest he fall’! ‘Watch and pray, that ye enter not into temptation’!” [= Sempitnya lingkungan dari mereka yang berkumpul di sekitar kebenaran, dan ketidak-populeran dari pengakuan mereka, bukanlah jaminan bahwa semua mereka berhati benar; karena satu dari 12 orang itu adalah Iblis. Dan panjangnya waktu selama Yudas tetap tinggal di dalam lingkungan yang paling dalam dari para pengikut Kristus, tanpa menyingkapkan kepada saudara-saudaranya karakternya yang sebenarnya, atau mungkin menyadarinya sendiri, dan fakta bahwa pada waktu itu muncul / menyatakan diri, itu ditarik keluar (?) begitu saja, seperti terlihat, dan lalu menjadi matang dengan kecepatan yang begitu menakutkan - tidakkah hal-hal ini berteriak keras kepada semua yang menyebut nama Kristus, ‘Bersukacitalah dengan gemetar!’ ‘Siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh’! ‘Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan’!].
Maz 2:11 - “Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kakiNya dengan gemetar,”.
KJV: ‘Serve the LORD with fear, and rejoice with trembling.’ (= Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan bersukacitalah dengan gemetar.).
1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
Mat 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”.
c) Yudas Iskariot adalah seorang pencuri.
Yoh 12:1-6 - “(1) Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. (2) Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. (3) Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. (4) Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: (5) ‘Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’ (6) Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”.
Kitab Suci Indonesia: ‘dalam kas yang dipegangnya’.
KJV: ‘and had the bag’ [= dan memegang kantong].
RSV/NASB: ‘had the money box’ [= memegang kotak uang].
NIV: ‘as keeper of the money bag’ [= sebagai penjaga kantong uang].
Jadi, kalau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan ‘kas’, maka dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘kotak / kantong uang’. Ini perlu dimengerti supaya tidak bingung pada waktu membaca tafsiran-tafsiran di bawah ini.
Barclay (tentang Yoh 12:1-8): “We see love’s extravagance. Mary took the most precious thing she possessed and spent it all on Jesus. Love is not love if it nicely calculates the cost. It gives its all, and its only regret is that it has not still more to give.” [= Kita melihat keroyalan dari kasih. Maria mengambil hal yang paling berharga yang ia miliki dan menghabiskannya semua pada Yesus. Kasih bukanlah kasih jika itu dengan teliti menghitung ongkos. Kasih memberikan semua miliknya, dan satu-satunya penyesalannya adalah bahwa ia tak mempunyai lebih banyak untuk diberikan.].
Lenski (tentang Yohanes 12:6): “John himself bares the root of Judas’ treachery. ‘Now he said this, not because he cared for the poor, but because he was a thief and, having the box, was carrying what was cast therein.’ Urging the needs of the poor without caring for the poor, speaking the words of charity without a heart of charity, marks the hypocrite. In this case hypocrisy is linked with secret criminality: Judas actually was a thief. When this stealing was discovered we are not informed, but John’s positive accusation is based on fact.” [= Yohanes sendiri membuka / memperlihatkan akar dari pengkhianatan Yudas. ‘Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.’ Menekankan kebutuhan dari orang-orang miskin tanpa mempedulikan orang-orang miskin, mengatakan kata-kata kasih tanpa suatu hati dari kasih, menandai sang munafik. Dalam kasus ini kemunafikan dihubungkan dengan kriminalitas rahasia / diam-diam: Yudas sebetulnya adalah seorang pencuri. Kapan pencurian ini diketahui / ditemukan tidaklah diberitahukan, tetapi tuduhan positif dari Yohanes didasarkan pada fakta.].
William Hendriksen (tentang Yoh 12:4-6): “The contrast between the generosity of Mary and the selfishness of Judas is striking. The evangelist, writing so long after the event and looking back, describes the traitor as follows: ‘Judas Iscariot, one of his disciples, who was about to betray him.’ For the meaning of the expression see on 6:71. Judas says in his heart, ‘What a waste!’ That the native language of love is eager generosity was something which Judas could not comprehend. The selfish person cannot understand the unselfish individual. So Judas said, ‘Why was not this ointment sold for three hundred denarii, and (the proceeds) given to the poor?’ Judas is the type of man who has money on his mind all the while. He views everything from the aspect of pecuniary value. He has already estimated the price of this alabaster jar filled with the most precious ointment. He reckons that it must be worth three hundred denarii. See on 6:7. The sum represents the wages which an ordinary laborer would receive for three hundred days of work. The wages of three hundred days for a single jar of ointment! To Judas this looks like unjustifiable extravagance under any circumstance, even if Mary herself were well-to-do (which was probably true) and did not have to work for a living. How much better - as Judas sees it - it would have been if Mary had sold her ointment and had given the proceeds to … to whom? Well, to Jesus and the Twelve, c/o Judas, Treasurer; but it will hardly do for Judas to say that; hence, what he actually says is: ‘to the poor.’ A noble individual, this Judas! How deeply concerned about the poor is he! ... Here in verse 5 there follows an explanatory remark, such as John is in the habit of making. It sheds light on the character of Judas. Either by the course of events which followed (for example, the actual betrayal of Jesus by Judas for thirty pieces of silver), or by direct revelation, or both, the evangelist subsequently gained an insight into the soul of the traitor. Writing long afterward, he reveals to the readers the information which he had gained: ‘6. Now this he said, not because he was concerned about the poor, but because he was a thief, and as he had the money-box he used to take away what was put into it.’ Judas was, in reality, a thief. He was the kind of thief who as yet was undiscovered. He still enjoyed the confidence of all. He had been made treasurer of the common fund. He, accordingly, had the money-box ... From this box he would, off and on, pilfer a small amount. That the verb βαστάζω (BASTAZO) has here the meaning to take away (i.e., to steal) is clear from the fact that it is immediately preceded by the information that Judas was a thief.” [= Kontras antara kedermawanan / kemurah-hatian Maria dan keegoisan Yudas menyolok. Sang penginjil, menulis begitu lama setelah peristiwa itu dan melihat ke belakang, menggambarkan sang pengkhianat sebagai berikut: ‘Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan mengkhianati Dia’. Untuk arti dari ungkapan / pernyataan ini lihat tentang / pada 6:71. Yudas berkata dalam hatinya, ‘Betul-betul suatu pemborosan!’ Bahwa bahasa asli dari kasih adalah kemurah-hatian yang bersemangat merupakan sesuatu yang Yudas tidak bisa mengerti. Orang yang egois tidak bisa mengerti individu yang tidak egois. Maka Yudas berkata, ‘Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?’ Yudas adalah type / jenis orang yang mempunyai uang dalam pikirannya terus menerus. Ia memandang segala sesuatu dari aspek nilai yang berkenaan dengan uang. Ia telah memperkirakan harga dari botol pualam yang berisi minyak narwastu yang sangat berharga ini. Ia memperhitungkan bahwa itu pasti berharga 300 dinar. Lihat tentang 6:7. Jumlah ini menunjukkan upah yang seorang pekerja biasa terima untuk 300 hari kerja. Upah dari 300 hari kerja untuk satu botol minyak narwastu! Bagi Yudas ini kelihatan sebagai pemborosan yang tidak bisa dibenarkan dalam keadaan apapun, bahkan jika Maria sendiri kaya (yang mungkin adalah benar) dan tidak harus bekerja untuk penghidupannya. Alangkah lebih baiknya - sebagaimana Yudas melihatnya - seandainya Maria menjual minyak narwastunya dan memberikan hasilnya kepada ... kepada siapa? Ya, kepada Yesus dan 12 murid, dalam penanganan Yudas, sang bendahara; tetapi sukar bagi Yudas untuk mengatakan hal itu; maka, apa yang betul-betul ia katakan adalah ‘kepada orang-orang miskin’. Seorang individu mulia, Yudas ini! Betapa dalamnya ia peduli tentang orang-orang miskin! ... Di sini dalam ay 5 ada kata-kata penjelasan yang mengikuti, seperti yang Yohanes biasa lakukan. Itu memberikan terang pada karakter dari Yudas. Atau oleh perjalanan dari peristiwa-peristiwa yang selanjutnya (sebagai contoh, pengkhianatan yang sungguh-sungguh terhadap Yesus oleh Yudas untuk 30 keping perak), atau oleh wahyu langsung, atau keduanya, sang penginjil sesudah itu mendapatkan suatu pengertian ke dalam jiwa dari sang pengkhianat. Pada waktu menulis jauh belakangan, ia menyatakan kepada para pembaca informasi yang telah ia dapatkan: ‘ay 6. Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya’. Dalam kenyataannya Yudas adalah seorang pencuri. Ia adalah jenis pencuri yang belum disingkapkan. Ia tetap menikmati keyakinan dari semua orang. Ia telah dijadikan bendahara dari dana umum. Karena itu, ia membawa kotak uang ... Dari kotak ini, ia sebentar-sebentar, mencuri suatu jumlah kecil. Bahwa kata kerja βαστάζω (BASTAZO) di sini mempunyai arti ‘mengambil’ (yaitu ‘mencuri’) adalah jelas dari fakta bahwa itu didahului oleh informasi bahwa Yudas adalah seorang pencuri.].
Catatan: dalam tafsirannya tentang Yoh 6:7, William Hendriksen mengatakan bahwa 1 dinar adalah upah seorang pekerja dalam 1 hari.
Yoh 12:6b - “melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”.
KJV: ‘but because he was a thief, and had the bag, and bare what was put therein.’ [= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, dan memegang kantong, dan membawa (?) apa yang dimasukkan ke dalamnya.].
RSV: ‘but because he was a thief, and as he had the money box he used to take what was put into it.’ [= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, dan karena ia memegang kotak uang ia biasa mengambil apa yang dimasukkan ke dalamnya.].
NIV: ‘but because he was a thief; as keeper of the money bag, he used to help himself to what was put into it.’ [= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, sebagai penjaga dari kantong uang, ia biasa mengambil apa yang dimasukkan ke dalamnya.].
NASB: ‘but because he was a thief, and as he had the money box, he used to pilfer what was put into it.’ [= tetapi karena ia adalah seorang pencuri, dan karena ia memegang kotak uang, ia biasa mencuri sedikit-sedikit apa yang dimasukkan ke dalamnya.].
Kata-kata yang saya garis-bawahi ini diterjemahkan dari kata Yunani ἐβάσταζεν (EBASTAZEN), yang merupakan bentuk imperfect tense dari kata Yunani βαστάζω (BASTAZO).
1. Arti dari kata Yunani BASTAZO.
Salah satu artinya, dan itu yang harus diambil di sini, adalah ‘mengambil’, dan arti itu juga digunakan dalam Yoh 10:31.
Yoh 10:31 - “Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.”.
Barclay (tentang Yoh 12:1-8): “The Authorized Version says that he ‘bare’ the bag. The verb is bastazein; bastazein does mean to ‘bear,’ or ‘carry,’ or ‘lift.’ But the expression to ‘lift’ a thing can also mean to ‘steal’ it.” [= Authorized Version (KJV) mengatakan bahwa ia ‘membawa’ kantong. Kata kerjanya adalah BASTAZEIN; BASTAZEIN memang berarti ‘membawa’ atau ‘mengangkat’. Tetapi ungkapan ‘mengangkat’ suatu benda bisa juga berarti ‘mencuri’nya.].
2. Imperfect tense.
Gresham Machen: “In Present time there is no special form of the verb in Greek to indicate continued action - there is no distinction in Greek between ‘I loose’ and ‘I am loosing’. But in the past time the distinction is made even more sharply than in English. The tense which in the indicative is used as the simple past tense is called the aorist. ... The tense which denotes continued action in past time is called the imperfect.” [= Dalam masa present tidak ada bentuk khusus dari kata kerja dalam bahasa Yunani untuk menunjukkan tindakan yang terus menerus - disana tak ada pembedaan dalam bahasa Yunani antara ‘I loose’ dan ‘I am loosing’. Tetapi dalam masa lampau pembedaan itu dibuat dengan lebih tajam dari pada dalam bahasa Inggris. Tense dalam mana bentuk indikatif digunakan sebagai past tense biasa disebut aorist. ... Tense yang menunjukkan tindakan yang terus berlangsung pada masa lampau disebut ‘the Imperfect’.] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 65.
Karena itu adalah tepat kalau Kitab Suci Indonesia memberikan kata ‘sering’, dan RSV/NIV/NASB memberikan kata ‘used to’ (biasa), karena ini memang menunjukkan tindakan yang dilakukan terus menerus.
Jadi, tindakan Yudas Iskariot dalam mencuri dari kas yang dipegangnya bukan tindakan satu kali saja, tetapi dilakukan terus menerus.
The Bible Exposition Commentary (tentang Yoh 12:3-6): “Of course, she was misunderstood and criticized; but that is what usually happens when somebody gives his or her best to the Lord. It was Judas who started the criticism, and, sad to say, the other disciples took it up. They did not know that Judas was a devil (John 6:70), and they admired him for his concern for the poor. After all, he was the treasurer, and especially at Passover season, he would want to share with those who were less fortunate (see John 13:21-30). Until the very end, the disciples believed that Judas was a devoted follower of the Lord.” [= Tentu saja, ia (Maria) disalah-mengerti dan dikritik; tetapi itulah yang biasanya terjadi pada waktu seseorang menyerahkan miliknya yang terbaik kepada Tuhan. Adalah Yudas yang memulai kritik itu, dan sedih untuk dikatakan, murid-murid yang lain mengambilnya / menerimanya. Mereka tidak tahu bahwa Yudas adalah Iblis (Yoh 6:70), dan mereka mengaguminya untuk kepeduliannya bagi orang-orang miskin. Bagaimanapun juga ia adalah sang bendahara, dan khususnya pada masa Paskah, ia akan membagikan dengan mereka yang kurang beruntung (lihat Yoh 13:21-30). Sampai akhir, murid-murid percaya bahwa Yudas adalah seorang pengikut yang berbakti dari Tuhan.].
Yoh 13:29 - “Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.”.
Maria yang beriman, saleh dan berbuat baik, disalah-mengerti, dikecam dan bahkan difitnah. Sebaliknya Yudas Iskariot yang tidak beriman, jahat dan munafik, justru didukung, dipuji dan dihormati. Kalau ini terjadi, jangan heran. Itu memang sering terjadi!
The Biblical Illustrator (tentang Yoh 12:1-8): “Alabaster box and money box: - Mark the striking contrast between the money box of Judas and the alabaster box of Mary, his thirty pieces of silver and her three hundred denaries, his love of money and her liberality, his hypocritical profession of concern for the poor, and her noble deed for the Lord, his wretched end and her noble deed for the Lord.” [= Kotak minyak narwastu dan kotak uang: - Perhatikan kontras yang menyolok antara kotak uang Yudas dan kotak minyak narwastu Maria, 30 keping perak Yudas dan 300 dinar Maria, kecintaan Yudas akan uang dan kedermawanan / kemurah-hatian Maria, pengakuan Yudas yang munafik tentang kepedulian terhadap orang-orang miskin, dan tindakan mulia Maria untuk Tuhan, akhir Yudas yang buruk / menyedihkan dan tindakan mulia Maria untuk Tuhan.].
Pulpit Commentary (tentang Yoh 12:3-8): “Judas valued the ointment more highly than he valued his Master. The former he would not sell under three hundred pence, but sold the latter for thirty pieces of silver.” [= Yudas menilai minyak narwastu dengan lebih tinggi dari pada ia menilai Tuan / Gurunya. Yang pertama ia tidak akan jual di bawah 300 dinar, tetapi yang terakhir untuk 30 keping perak.].
Untuk bisa membandingkan kedua jumlah uang itu, perhatikan komentar William Barclay di bawah ini.
Barclay (tentang Mat 26:14-16): “The sum for which he agreed to betray Jesus was thirty arguria. An argurion was a shekel, and was the equivalent of about four days’ wages. Judas, therefore, sold Jesus for a little under six months’ pay.” [= Jumlah untuk mana ia setujui untuk mengkhianati Yesus adalah 30 ARGURIA. Satu Argurion adalah satu syikal, dan itu setara dengan upah kerja 4 hari. Karena itu, Yudas menjual Yesus untuk sedikit lebih rendah dari gaji 6 bulan.].
Catatan: 30 syikal = gaji untuk 120 hari. Dan kalau kerja 6 hari / minggu, maka itu upah kerja untuk 120 minggu, atau hampir 5 bulan. Jadi, itu kira-kira hanya 40 % dari apa yang Maria habiskan untuk Yesus.
The Biblical Illustrator (tentang Yoh 12:1-8): “The fearful lesson, which the conduct of Judas teaches us, is the intimate relation which, ... exists between appropriating to oneself the goods given to us in charge for Christ and His poor, and the betrayal of Christ Himself, between avarice and treason to Christ. The latter of these is the necessary consequence of the former, not the accidental but the moral consequence, not in Judas only, but in every man. Betrayal of Christ, in some form or other, follows the love of money as regularly and as certainly as night follows day.” [= Pelajaran yang menakutkan, yang diajarkan oleh tingkah laku Yudas kepada kita, adalah hubungan yang dekat yang, ... ada / terdapat di antara pengambilan untuk diri sendiri harta benda untuk Kristus dan orang-orang miskinNya yang diberikan dalam penguasaan kita, dan pengkhianatan terhadap Kristus sendiri, antara ketamakan dan pengkhianatan terhadap Kristus. Yang belakangan adalah konsekwensi yang pasti dari yang pertama, bukan kebetulan tetapi konsekwensi moral, bukan dalam diri Yudas saja, tetapi dalam diri setiap orang. Pengkhianatan terhadap Kristus, dalam satu bentuk atau yang lain, mengikuti kecintaan terhadap uang secara sama tetapnya dan pastinya seperti malam mengikuti pagi / siang.].
Barnes’ Notes (tentang Yoh 12:6): “We may learn here: ... that it is not a new thing for members of the church to be covetous. Judas was so before them. ... That this deadly, mean, and grovelling passion will work all evil in a church.” [= Kita bisa belajar di sini: ... bahwa bukan suatu hal baru untuk anggota-anggota gereja untuk menjadi tamak. Yudas adalah demikian di depan mereka. ... Bahwa nafsu yang mematikan, buruk / hina, dan rendah ini, akan mengerjakan semua kejahatan dalam suatu gereja.].
Penerapan: kalau menghitung uang kolekte, harus lebih dari satu orang yang menghitung, dan tak boleh suami - istri, ayah - anak dan sebagainya.
Sekarang perlu dipertanyakan: mengapa Yesus, yang tahu kalau Yudas adalah seorang pencuri, mengijinkan Yudas menjadi bendahara? Ada beberapa pandangan berkenaan dengan pertanyaan ini.
1. Barnes’ Notes (tentang Yoh 12:6): “The disciples appear to have had such a bag or purse in common, in which they put whatever money they had, and which was designed especially for the poor, ... The keeping of this, it seems, was intrusted to Judas; and it is remarkable that the only one among them who appears to have been naturally avaricious should have received this appointment. It shows us that every man is tried according to his native propensity. This is the object of trial - to bring out man’s native character; and every man will find opportunity to do evil according to his native disposition, if he is inclined, to it” [= Murid-murid kelihatannya mempunyai suatu kantong atau ‘dompet bersama’ seperti itu, dalam mana mereka meletakkan uang apapun yang mereka punyai, dan yang dirancang khusus untuk orang miskin, ... Penjagaan dari kantong / dompet ini, kelihatannya, dipercayakan kepada Yudas; dan merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa satu-satunya orang di antara mereka yang kelihatannya tamak secara alamiah harus menerima penetapan / penunjukan ini. Itu menunjukkan bahwa setiap orang diuji sesuai dengan kecenderungan alamiahnya. Ini adalah tujuan dari ujian - untuk mengeluarkan karakter alamiah seseorang; dan setiap orang akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan kejahatan sesuai dengan kecenderungan alamiahnya, jika ia cenderung kepadanya.].
2. Lenski (tentang Yoh 12:6): “Why did Jesus, who undoubtedly was aware of the thieving Judas, not take the treasury from him? This is only a part of the larger question as to why God does not by his omniscience and omnipotence interfere in every case of crime, preventing it from being carried out. Jesus brought all his grace to bear upon Judas; if that proved ineffective, nothing could change the heart of the traitor-thief. This answer is truer than to say that the counsel of God prevented Jesus from interfering.” [= Mengapa Yesus, yang tak diragukan menyadari tentang pencurian Yudas, tidak mengambil perbendaharaan itu darinya? Ini adalah hanya sebagian dari pertanyaan yang lebih besar berkenaan dengan mengapa Allah, dengan kemahatahuan dan kemahakuasaanNya, tidak ikut campur dalam setiap kasus kejahatan, mencegahnya dari pelaksanaannya. Yesus membawa semua kasih karuniaNya berhubungan dengan Yudas; jika itu terbukti tidak efektif / berhasil, tak ada apapun yang bisa mengubah hati dari sang pencuri-pengkhianat. Jawaban ini lebih benar dari pada mengatakan bahwa rencana Allah menghalangi Yesus dari tindakan ikut campur.].
Catatan: kata-kata yang saya beri garis bawah ganda jelas merupakan pandangan Arminian dari Lenski, dan jelas menunjukkan ketidak-percayaan Lenski pada Irresistible Grace [= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak] yang merupakan point ke 4 dari 5 points Calvinisme. Tetapi tak ada satu ayatpun yang mengatakan bahwa Yesus memberikan kasih karunia kepada Yudas Iskariot!
3. Calvin (tentang Yohanes 12:6): “It is wonderful that Christ should have chosen, as a steward, a person of this description, whom he knew to be a thief. For what else was it than to put into his hands a rope for strangling himself? Mortal man can give no other reply than this, that the judgments of God are a deep gulf.” [= Bukankah merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa Kristus memilih, sebagai seorang pengurus, seseorang dengan penggambaran ini, yang Ia tahu adalah seorang pencuri. Karena apakah itu selain dari pada meletakkan ke dalam tangannya tali untuk menjerat / mencekik dirinya sendiri? Manusia yang fana tidak bisa memberi jawaban lain dari pada ini, bahwa penghakiman / keputusan Allah adalah suatu jurang yang dalam.].
Bagi saya sendiri, tafsiran Lenski salah total, tafsiran Barnes benar dari sudut pandang manusia, sedangkan tafsiran Calvin benar dari sudut pandang Tuhan.
Tetapi Calvin menambahkan sesuatu yang penting berkenaan dengan hal ini.
Calvin (tentang Yohanes 12:6): “Yet the action of Christ ought not to be viewed as an ordinary rule, that we should commit the care of the poor, or any thing sacred, to a wicked and ungodly man. For God has laid down to us a law, who they are that ought to be called to the government of the Church, and to other offices; and this law we are not at liberty to violate. The case was otherwise with Christ, who, being the eternal Wisdom of God, furnished an opportunity for his secret predestination in the person of Judas.” [= Tetapi tindakan Kristus tidak boleh dipandang sebagai suatu peraturan biasa / umum, bahwa kita harus menyerahkan perhatian untuk orang-orang miskin, atau apapun yang keramat, kepada seorang yang jahat. Karena Allah telah meletakkan bagi kita suatu hukum / peraturan, siapa mereka yang harus dipanggil pada pemerintahan dari Gereja, dan pada jabatan-jabatan lain; dan kita tidak mempunyai kebebasan untuk melanggar hukum / peraturan ini. Kasusnya berbeda dengan Kristus, yang karena Dia adalah Hikmat yang kekal dari Allah, menyediakan suatu kesempatan untuk predestinasi rahasiaNya dalam diri Yudas.].
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa kita tak harus meneladani Yesus dalam semua hal yang Ia lakukan atau tidak lakukan. Jadi, jangan mengangkat seseorang yang saudara tahu adalah seorang pencuri, menjadi bendahara gereja, apalagi membiarkannya mencuri, dengan alasan bahwa Yesus juga melakukan hal itu terhadap Yudas Iskariot!
d) Yesus mengatakan Yudas Iskariot ‘tidak bersih’.
Yoh 13:10-11,18-19 - “(10) Kata Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.’ (11) Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih.’ ... (18) Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. (19) Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia.”.
Bible Knowledge Commentary (tentang Yoh 13:10): “When Jesus added that ‘not every one of you is clean,’ He was referring to Judas (cf. John 13:11,18). This suggests that Judas was not converted.” [= Pada waktu Yesus menambahkan bahwa ‘tidak setiap orang dari kamu bersih’, Ia sedang menunjuk kepada Yudas (bdk. Yoh 13:11,18). Ini menunjukkan bahwa Yudas tidak bertobat.].
William Hendriksen (tentang Yoh 13:10-11): “In order to indicate for all time to come that he is not taken unawares by Judas but is in complete control of the situation, and in order to make the traitor solely responsible for his actions, Jesus appends this significant exceptive clause: ‘but not all of you are.’ Judas was not spiritually clean. And Jesus knew (ἤδει pluperfect of οἶδα, with sense of imperfect, knew all the while) the one who even now was in the process of betraying him.” [= Untuk menunjukkan untuk seluruh waktu yang akan datang bahwa Ia tidak diambil tanpa menyadari oleh Yudas tetapi mengendalikan sepenuhnya situasi itu, dan untuk membuat sang pengkhianat saja yang bertanggung-jawab untuk tindakan-tindakannya, Yesus menambahkan anak kalimat perkecualian yang penting ini: ‘tetapi tidak semua dari kamu bersih’. Yudas tidak bersih secara rohani. Dan Yesus tahu (EDEI pluperfect dari OIDA, dengan arti dari imperfect, tahu selama ini) orang yang sekarang bahkan ada dalam proses mengkhianati Dia.].
Catatan: ‘Pluperfect’ = past perfect tense; ‘imperfect’ menunjuk pada tense dari suatu kata kerja dalam masa lampau tetapi terus berlangsung.
Dana & Mantey: “Continuous action in past time is denoted by the imperfect tense.” [= Tindakan terus menerus pada waktu lampau ditunjukkan oleh Imperfect Tense.] - ‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 178.
Calvin (tentang Yohanes 13:10): “‘But not all.’ This exception is added, that every one may examine himself, if Judas may perhaps be moved by a feeling of repentance; though he intended by it to take an early opportunity of fortifying the rest of the disciples, that they might not be perplexed by the atrocity of the crime, which was soon afterwards to be made known. Yet he purposely abstains from naming him, that he may not shut against him the gate of repentance. As that hardened hypocrite was utterly desperate, the warning served only to aggravate his guilt; but it was of great advantage to the other disciples, for by means of it the Divinity of Christ was more fully made known to them.” [= ‘Tetapi tidak semua’. Perkecualian ini ditambahkan, supaya setiap orang bisa memeriksa / menguji dirinya sendiri, jika Yudas mungkin bisa digerakkan oleh suatu perasaan pertobatan; sekalipun Ia memaksudkan dengannya untuk mengambil suatu kesempatan awal untuk membentengi sisa dari murid-murid, supaya mereka tidak dibingungkan oleh kekejian dari kejahatan itu, yang dengan segera akan dinyatakan setelah itu. Tetapi Ia secara sengaja tidak menyebutkan namanya, supaya Ia tidak menutup terhadap dia pintu gerbang pertobatan. Karena orang munafik yang keras / dikeraskan itu nekat sepenuhnya, peringatan itu hanya berfungsi untuk memperburuk kesalahannya; tetapi itu merupakan suatu manfaat yang besar bagi murid-murid yang lain, karena dengan cara itu Keilahian dari Kristus dinyatakan dengan lebih penuh kepada mereka.].
The Bible Exposition Commentary (tentang Yoh 13:10): “John was careful to point out that Peter and Judas were in a different relationship with Jesus. Yes, Jesus washed Judas’ feet! But it did Judas no good because he had not been bathed all over. Some people teach that Judas was a saved man who sinned away his salvation, but that is not what Jesus said. Our Lord made it very clear that Judas had never been cleansed from his sins and was an unbeliever (John 6:64-71).” [= Yohanes berhati-hati untuk menunjukkan bahwa Petrus dan Yudas ada dalam hubungan yang berbeda dengan Yesus. Ya, Yesus mencuci kaki Yudas! Tetapi itu tidak membawa kebaikan bagi Yudas karena ia belum dimandikan seluruhnya. Beberapa orang mengajarkan bahwa Yudas adalah seseorang yang sudah diselamatkan, yang berbuat dosa sehingga menjauhkan keselamatannya, tetapi itu bukanlah apa yang Yesus katakan. Tuhan kita membuatnya sangat jelas bahwa Yudas tidak pernah dibersihkan dari dosa-dosanya dan adalah orang yang tidak percaya (Yoh 6:64-71).].
Yoh 6:64-71 - “(64) Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’ (66) Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ (68) Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’ (70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.”.
The Bible Exposition Commentary (tentang Yoh 13:18): “It is important to note that Judas was not a true believer; he was a hypocrite. He had never believed in Jesus (John 6:64-71), he had not been bathed all over (John 13:10-11), and he had not been among the chosen ones whom the Father gave to the Son (John 13:18 and 17:12). How close a person can come to salvation and yet be lost forever! Judas was even the treasurer of the group (John 12:6) and was certainly held in high regard by his fellow disciples.” [= Merupakan sesuatu yang penting untuk memperhatikan bahwa Yudas bukanlah seorang percaya yang sejati; ia adalah seorang munafik. Ia tidak pernah percaya kepada Yesus (Yoh 6:64-71), ia tidak pernah dimandikan seluruhnya (Yoh 13:10-11), dan ia tidak berada di antara orang-orang pilihan yang Bapa berikan kepada Anak (Yoh 13:18 dan 17:12). Betapa dekat seseorang bisa datang pada keselamatan tetapi terhilang selama-lamanya! Yudas bahkan adalah bendahara dari kelompok itu (Yoh 12:6) dan pasti dipandang tinggi oleh sesama murid-muridNya.].
Yoh 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”.
Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.”.
Calvin (tentang Yoh 13:18): “‘I speak not of you all.’ He again declares that there is one among the disciples who, in reality, is the very reverse of a disciple; and he does so, partly for the sake of Judas, in order to render him the more inexcusable, and partly for the sake of the others, That they may not be overpowered by the ruin of Judas. Not only does he encourage them still to persevere in their calling when Judas falls away; but as the happiness which he speaks of is not common to all, he exhorts them to desire it with so much the greater eagerness, and to adhere to it the more firmly.” [= ‘Aku berbicara bukan tentang kamu semua’. Ia menyatakan lagi bahwa disana ada satu di antara murid-murid yang, dalam kenyataannya, adalah kebalikan dari seorang murid; dan ia melakukan demikian, sebagian demi Yudas, untuk membuatnya makin tak dapat dimaafkan / dibenarkan, dan sebagian demi orang-orang yang lain, Supaya mereka tidak dikalahkan oleh kehancuran Yudas. Bukan hanya Ia mendorong mereka untuk tetap bertekun dalam panggilan mereka pada waktu Yudas murtad; tetapi karena kebahagiaan yang Ia bicarakan tidak berlaku secara umum bagi semua, Ia mendesak mereka untuk menginginkannya dengan kesungguhan yang jauh lebih besar, dan untuk melekat padanya dengan makin kuat.].
e) Yudas Iskariot bukan orang pilihan.
Kita harus dengan hati-hati membedakan makna dari ‘orang pilihan’ ini.
1. Kalau berkenaan dengan predestinasi, Yudas Iskariot jelas bukan orang pilihan.
Yoh 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”.
Adam Clarke (tentang Yoh 13:18): “‘I know whom I have chosen.’ I am not deceived in my choice; I perfectly foresaw everything that has happened, or can happen. I have chosen Judas, not as a wicked man, nor that he should become such; but I plainly foresaw that he would abuse my bounty, give way to iniquity, deliver me into the hands of my enemies, and bring ruin upon himself.” [= ‘Aku tahu, siapa yang telah Kupilih.’. Aku bukan tertipu dalam pilihanKu; Aku melihat lebih dulu secara sempurna segala sesuatu yang telah terjadi, atau bisa terjadi. Aku telah memilih Yudas, bukan sebagai seorang jahat, atau supaya ia menjadi orang jahat; tetapi Aku dengan jelas melihat lebih dulu bahwa ia akan menyalah-gunakan kemurahan-hatiKu, menyerah pada kejahatan, menyerahkan Aku ke dalam tangan musuh-musuhKu, dan membawa kehancuran kepada dirinya sendiri.].
Catatan: orang Arminian ini hanya mempersoalkan pra pengetahuan Kristus.
UBS New Testament Handbook Series (tentang Yoh 13:18): “‘I know those I have chosen’ may be taken in one of two ways: (1) It may mean ‘I know those men whom I have really chosen, but I have not chosen Judas’; (2) or it may mean ‘I know the kind of men I chose’ (NAB). The second interpretation implies that Jesus did choose Judas, though he knew all along what his character was, even as he knew the character of the other men he chose. On the basis of passages such as John 6:64,70, the second alternative seems to be the meaning here. That is, even the choice of the one who would betray Jesus was within the divine purpose; Jesus did not choose him without knowing his character.” [= ‘Aku tahu siapa yang telah Kupilih’ bisa dimengerti dalam salah satu dari dua cara: (1) Itu bisa berarti ‘Aku tahu orang-orang itu yang sungguh-sungguh telah Kupilih, tetapi Aku tidak memilih Yudas’; (2) atau itu bisa berarti ‘Aku tahu jenis orang-orang yang telah Kupilih’ (NAB). Penafsiran yang kedua secara implicit menunjukkan bahwa Yesus tidak memilih Yudas, sekalipun Ia selalu tahu bagaimana karakternya, sama seperti Ia tahu karakter dari orang-orang lain yang Ia pilih. Berdasarkan text-text seperti Yoh 6:64,70, alternatif yang kedua kelihatannya merupakan artinya di sini. Yaitu, bahkan pemilihan dari satu orang yang akan mengkhianati Yesus ada di dalam rencana Ilahi; Yesus tidak memilih dia tanpa mengetahui karakternya.].
Yoh 6:64,70 - “(64) Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. ... (70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’”.
2. Yudas Iskariot adalah orang pilihan, tetapi hanya dalam hal pelayanan / kerasulan. Jadi, ia dipilih untuk melayani / menjadi salah satu dari 12 rasul. Pemilihan yang ini tak ada hubungannya dengan keselamatan.
Yoh 6:70 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’”.
Kalau Yudas Iskariot adalah orang kristen KTP, mengapa dikatakan bahwa Yesus telah memilih dia? Apakah orang pilihan (elect) bisa menjadi orang kristen KTP sampai mati? Sudah jelas tidak. Orang pilihan, berkenaan dengan predestinasi, pasti akan percaya dan diselamatkan, karena rencana Allah tak mungkin gagal.
Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.”.
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: (2) ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.
Kata ‘memilih’ dalam Yoh 6:70 ini harus diartikan secara berbeda dan tidak menunjuk pada predestinasi, tetapi hanya menunjuk pada pemilihan untuk menjadi rasul / pemilihan untuk pelayanan. Sama seperti pada waktu bangsa Israel dijadikan bangsa pilihan, ini juga bukan predestinasi, dan karena itu banyak dari mereka yang tidak selamat!
Calvin (tentang Yoh 6:70): “‘Have not I chosen you twelve?’ When Christ says that he has CHOSEN or ELECTED twelve, he does not refer to the eternal purpose of God; for it is impossible that any one of those who have been predestinated to life shall fall away; but, having been chosen to the apostolic office, they ought to have surpassed others in piety and holiness. He used the word ‘chosen,’ therefore, to denote those who were eminent and distinguished from the ordinary rank.” [= ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini?’ Pada waktu Kristus mengatakan bahwa Ia telah memilih 12 orang, di sini Ia tidak menunjuk pada rencana kekal Allah; karena adalah mustahil bahwa siapapun dari mereka yang telah dipredestinasikan pada kehidupan akan murtad / sesat; tetapi setelah dipilih pada jabatan rasuli, mereka seharusnya telah melampaui orang-orang lain dalam kesalehan dan kekudusan. Karena itu, Ia menggunakan kata ‘dipilih’, untuk menunjukkan mereka yang menonjol dan terkemuka dari golongan biasa.].
Bdk. Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.”.
Ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa orang-orang pilihan tidak mungkin sesat!
Barnes’ Notes (tentang Yoh 13:18): “‘I know whom I have chosen.’ He here means evidently to say that he had not chosen them all, implying that Judas had not been chosen. As, however, this word is applied to Judas in one place (John 6:70), ‘Have not I chosen you twelve, and one of you is a devil?’ it must have a different meaning here from that which it has there. There it evidently refers to the apostleship. Jesus had chosen him to be an apostle, and had treated him as such. Here it refers to purity of heart, and Jesus implies that, though Judas had been chosen to the office of apostleship, yet he had not been chosen to purity of heart and life. The remaining eleven had been, and would be saved. It was not, however, the fault of Jesus that Judas was not saved, for he was admitted to the same teaching, the same familiarity, and the same office; but his execrable love of gold gained the ascendency, and rendered vain all the means used for his conversion.” [= ‘Aku tahu siapa yang telah Kupilih’. Di sini Ia jelas bermaksud untuk mengatakan bahwa Ia tidak memilih mereka semua, secara implicit menunjukkan bahwa Yudas tidak dipilih. Tetapi karena kata ini diterapkan kepada Yudas di satu tempat (Yoh 6:70), ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini, dan seorang di antaramu adalah Iblis?’, maka itu harus mempunyai arti yang berbeda di sini dari yang ada di sana. Di sana itu jelas menunjuk pada kerasulan. Yesus telah memilih dia menjadi seorang rasul, dan telah memperlakukan dia sebagai rasul. Di sini itu menunjuk pada kemurnian hati, dan Yesus secara implicit menunjukkan bahwa sekalipun Yudas telah dipilih pada jabatan dari kerasulan, tetapi ia tidak dipilih pada kemurnian dari hati dan kehidupan. Sisa yang sebelas telah dipilih, dan akan diselamatkan. Tetapi bukanlah kesalahan Yesus bahwa Yudas tidak diselamatkan, karena ia diterima pada pengajaran yang sama, keakraban yang sama, jabatan yang sama; tetapi cintanya yang menjijikkan / sangat buruk terhadap emas mendapatkan pengaruh yang menguasai / mengontrol, dan membuat sia-sia semua cara yang digunakan untuk pertobatannya.].
Bible Knowledge Commentary (tentang Yoh 6:70-71): “Jesus then asked, Have I not chosen you, the Twelve? ... This choice was not election to salvation, but was Jesus’ call to them to serve Him. Yet, He said, one of you is a devil! In the light of John 13:2,27, Satan’s working in Judas was tantamount to Judas being the devil. ... Judas was a tragic figure, influenced by Satan; yet he was responsible for his own evil choices.” [= Yesus lalu bertanya, Bukankah Aku Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? ... Pemilihan ini bukanlah pemilihan kepada keselamatan, tetapi merupakan panggilan Yesus kepada mereka untuk melayani Dia. Tetapi, Ia berkata, seorang di antaramu adalah Iblis! Dalam terang dari Yoh 13:2,27, pekerjaan Iblis / Setan dalam diri Yudas adalah sama dengan Yudas adalah Iblis. ... Yudas merupakan tokoh yang tragis / menyedihkan, dipengaruhi oleh Setan / Iblis; tetapi ia bertanggung jawab untuk pilihan-pilihan jahatnya sendiri.].
Yoh 13:2,27 - “(2) Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. ... (27) Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: ‘Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.’”.
Calvin (tentang Yoh 13:18): “‘I know whom I have chosen.’ This very circumstance - that they will persevere - he ascribes to their election; for the virtue of men, being frail, would tremble at every breeze, and would be laid down by the feeblest stroke, if the Lord did not uphold it by his hand. But as he governs those whom he has elected, all the engines which Satan can employ will not prevent them from persevering to the end with unshaken firmness. And not only does he ascribe to election their perseverance, but likewise the commencement of their piety. Whence does it arise that one man, rather than another, devotes himself to the word of God? It is, because he was elected. Again, whence does it arise that this man makes progress, and continues to lead a good and holy life, but because the purpose of God is unchangeable, to complete the work which was begun by his hand? In short, this is the source of the distinction between the children of God and unbelievers, that the former are drown to salvation by the Spirit of adoption, while the latter are hurried to destruction by their flesh, which is under no restraint. Otherwise Christ might have said, ‘I know what kind of person each of you will be;’ but that they may not claim anything for themselves, but, on the contrary, may acknowledge that, by the grace of God alone, and not by their own virtue, they differ from Judas, he places before them that election by free grace on which they are founded. Let us, therefore, learn that every part of our salvation depends on election.” [= ‘Aku tahu siapa yang telah Kupilih’. Keadaan ini - bahwa mereka akan bertekun - Ia anggap berasal dari pemilihan mereka; karena kebaikan manusia, merupakan sesuatu yang lemah, akan gemetar pada setiap angin sepoi-sepoi, dan akan menyerah oleh pukulan yang paling lemah, seandainya Tuhan tidak menegakkan / menguatkannya oleh tanganNya. Tetapi karena Ia memerintah mereka yang telah Ia pilih, semua mesin-mesin yang bisa Iblis gunakan tidak akan menghalangi mereka dari ketekunan sampai akhir dengan keteguhan yang tak tergoyahkan. Dan Ia menganggap bahwa bukan hanya ketekunan mereka berasal dari pemilihan mereka, tetapi juga kemajuan dari kesalehan mereka. Dari mana timbulnya bahwa satu orang, dan bukannya orang yang lain, membaktikan dirinya sendiri pada firman Allah? Itu adalah karena ia dipilih. Juga, dari mana timbulnya bahwa orang ini membuat kemajuan, dan terus membimbing suatu kehidupan yang baik dan kudus, kecuali karena rencana Allah tidak bisa berubah, untuk melengkapi / menyempurnakan pekerjaan yang dimulai oleh tanganNya? Singkatnya, ini adalah sumber dari pembedaan antara anak-anak Allah dan orang-orang yang tidak percaya, bahwa yang terdahulu ditarik kepada keselamatan oleh Roh adopsi, sedangkan yang belakangan didorong untuk pergi cepat-cepat pada kehancuran oleh daging mereka, yang tidak ada di bawah pengekangan. Kalau tidak, Kristus bisa telah berkata, ‘Aku tahu setiap kamu akan menjadi jenis orang yang bagaimana’; tetapi supaya mereka tidak bisa mengclaim apapun untuk diri mereka sendiri, tetapi sebaliknya bisa mengakui bahwa oleh kasih karunia Allah saja, dan bukan oleh kebaikan mereka sendiri, mereka berbeda dengan Yudas, Ia menempatkan di depan mereka bahwa pemilihan oleh kasih karunia yang cuma-cuma itu pada mana mereka didirikan. Karena itu, hendaklah kita belajar bahwa setiap bagian dari keselamatan kita tergantung pada pemilihan.].
Calvin (tentang Yoh 13:18): “In another passage he includes Judas in the number of the elect. Have not I chosen (or, elected) you twelve, and one of you is a devil? (John 6:70.) But in that passage the mode of expression, though different, is not opposite; for there the word denotes a temporal election, by which God appoints us to any particular work; in the same manner as Saul, who was elected to be a king, and yet was a reprobate. But here Christ speaks of the eternal election, by which we become the children of God, and by which God predestinated us to life before the creation of the world. And, indeed, the reprobate are sometime, endued by God with the gifts of the Spirit, to execute the office with which he invests them. Thus, in Saul, we perceive, for a time, the splendor of royal virtues, and thus Judas also was distinguished by eminent gifts, and such as were adapted to an apostle of Christ. But this is widely different from the sanctification of the Holy Spirit, which the Lord bestows on none but his own children; for he renews them in understanding and heart, that they may be holy and unblameable in his sight. Besides, that sanctification has a deep root in them, which cannot be removed; because the adoption of God is without repentance. Meanwhile, let us regard it as a settled point, that it results from the election of God, when, having embraced by faith the doctrine of Christ, we also follow it during our life; and that this is the only cause of our happiness, by which we are distinguished from the reprobate; for they, being destitute of the grace of the Spirit, miserably perish, while we have Christ for our guardian, who guides us by his hand, and upholds us by his power.” [= Dalam text yang lain, Ia memasukkan Yudas dalam jumlah orang-orang pilihan. Bukankah Aku telah memilih kamu yang dua belas ini, dan satu dari kamu adalah Iblis? (Yoh 6:70). Tetapi dalam text itu cara menyatakan, sekalipun berbeda, bukanlah kebalikannya; karena disana kata itu menunjuk pada suatu pemilihan sementara, dengan mana Allah menetapkan kita pada suatu pekerjaan khusus apapun; dengan cara yang sama seperti Saul, yang dipilih untuk menjadi seorang raja, tetapi adalah orang yang ditentukan untuk binasa. Tetapi di sini Kristus berbicara tentang pemilihan kekal, dengan mana kita menjadi anak-anak Allah, dan oleh mana Allah mempredestinasikan kita pada kehidupan sebelum penciptaan dunia / alam semesta. Dan memang, orang-orang yang ditentukan untuk binasa, kadang-kadang diberkati / dianugerahi oleh Allah dengan karunia-karunia Roh, untuk melaksanakan jabatan dengan mana Ia nobatkan mereka. Maka, dalam Saul, untuk suatu waktu, kami mengenali kemegahan dari kebaikan-kebaikan seorang raja, dan demikian juga Yudas dibedakan oleh karunia-karunia yang menonjol, sedemikian rupa sehingga disesuaikan dengan seorang rasul Kristus. Tetapi ini sangat berbeda dari pengudusan dari Roh Kudus, yang Tuhan tidak anugerahkan kepada siapapun kecuali kepada anak-anakNya; karena Ia memperbaharui mereka dalam pengertian dan hati, supaya mereka bisa kudus dan tak bercacat dalam pandanganNya. Disamping itu, pengudusan itu mempunyai suatu akar yang dalam di dalam mereka, yang tidak bisa disingkirkan; karena pengadopsian Allah adalah tanpa penyesalan. Sementara itu, hendaklah kita menganggapnya sebagai suatu hal yang tetap, bahwa itu merupakan hasil dari pemilihan Allah, pada waktu, setelah memeluk / mempercayai dengan iman ajaran tentang / dari Kristus, kita juga mengikutinya sepanjang hidup kita; dan bahwa ini adalah satu-satunya penyebab dari kebahagiaan kita, dengan mana kita dibedakan dari orang-orang yang ditentukan untuk binasa; karena mereka, tanpa mempunyai kasih karunia dari Roh, binasa secara menyedihkan, sementara kita mempunyai Kristus sebagai Penjaga kita, yang membimbing kita oleh tanganNya, dan menegakkan kita oleh kuasaNya.].
The Biblical Illustrator (New Testament) - tentang Yoh 6:70-71: “WHY DID CHRIST CHOOSE A MAN WHOM HE KNEW TO BE A DEVIL.? A hard question, but there is one harder still. Why did Jesus choose you?” [= Mengapa Kristus memilih seseorang yang Ia tahu adalah Iblis? Suatu pertanyaan yang sukar, tetapi ada satu pertanyaan yang lebih sukar. Mengapa Yesus memilih kamu?].
Ini merupakan sesuatu yang membutuhkan perenungan, supaya kita bisa menyadari kasih Allah kepada kita yang sebetulnya sama sekali tidak layak kita terima.
3) Hebatnya orang kristen KTP yang satu ini (Yudas Iskariot) tidak meninggalkan Yesus pada saat banyak / semua orang kristen KTP yang lain meninggalkan Yesus!
a) Pada saat Yesus memberi ajaran yang keras.
Yoh 6:60-71 - “(60) Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: ‘Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?’ (61) Yesus yang di dalam hatiNya tahu, bahwa murid-muridNya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: ‘Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? (62) Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? (63) Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. (64) Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’ (66) Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67) Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’ (68) Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’ (70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.”.
1. Banyak ‘murid’ (orang kristen KTP yang lain) bersungut-sungut tentang ajaran Yesus yang keras.
Ada penafsir yang berpendapat bahwa ‘keras’ di sini berarti sukar dimengerti dan sukar diterima. Tetapi mayoritas penafsir beranggapan bahwa yang dimaksud dengan ‘keras’ [Inggris: ‘hard’ / ‘sukar’] di sini, bukanlah sukar dimengerti, tetapi sukar untuk diterima.
NIV: ‘This is hard teaching. Who can accept it?’ [= Ini adalah ajaran yang keras. Siapa yang dapat menerimanya?].
Lenski (tentang Yoh 6:60): “These disciples find what Jesus says σκληρός, ‘stiff,’ dried out and hard, like a twig that has become brittle. The word does not here mean dark and difficult to understand but objectionable, offensive, impossible to accept and to believe.” [= Murid-murid ini mendapati apa yang Yesus katakan σκληρός / SKLEROS, ‘kaku / keras’, kering dan keras, seperti sebuah ranting yang telah menjadi mudah patah. Kata itu tidak berarti gelap dan sukar dimengerti tetapi bersifat menyinggung, menjengkelkan / tidak menyenangkan / bersifat menyerang, mustahil untuk diterima dan dipercaya.].
William Barclay (tentang Yoh 6:59-65): “The Greek word is sklEros, which means not hard to understand but hard to accept. ... To this day many refuse Christ, not because he puzzles intellect, but because he challenges their lives.” [= Kata Yunaninya adalah SKLEROS, yang bukan berarti sukar untuk dimengerti tetapi sukar untuk diterima. ... Sampai hari ini banyak orang menolak Kristus, bukan karena Ia membingungkan intelek, tetapi karena Ia menantang kehidupan mereka.].
Leon Morris (NICNT) tentang Yoh 6:60: “It was the part they could understand rather than the part they could not that bothered them.” [= Adalah bagian yang dapat mereka mengerti dan bukannya bagian yang tidak dapat mereka mengerti, yang mengganggu mereka.].
UBS NT Handbook Series (tentang Yoh 6:60): “Jesus’ teaching is unacceptable (This teaching is too hard) precisely because it is not in accord with the people’s expectations.” [= Ajaran Yesus tidak bisa diterima (Ajaran ini terlalu keras) secara persis / tepat karena itu tidak sesuai dengan harapan-harapan orang-orang.].
Adam Clarke (tentang Yoh 6:60): “‘This is a hard saying; who can hear it?’ Who can digest such doctrine as this? It is intolerable: it is impracticable. ... Tell me whether thou wouldst that I should speak unto thee, a SOFT LIE, or the HARSH TRUTH? The wicked word of a lying world is in general better received than the holy word of the God of truth!” [= ‘Ini adalah perkataan yang keras; siapa yang bisa mendengarnya?’ Siapa yang bisa mencerna ajaran seperti ini? Itu tidak bisa ditoleransi; itu tidak bisa dipraktekkan. ... Beritahu saya apakah engkau mau bahwa saya mengatakan kepadamu, suatu DUSTA YANG LUNAK / Lembut, atau kebenaran yang keras / kasar? Kata-kata yang jahat dari suatu dunia yang berdusta secara umum diterima dengan lebih baik dari pada firman yang kudus yang Allah dari kebenaran!].
Calvin (tentang Yohanes 6:60): “‘This is a harsh saying.’ On the contrary, it was in their hearts, and not in the saying, that the harshness lay. But out of the word of God the reprobate are thus accustomed to form stones to dash themselves upon, and when, by their hardened obstinacy, they rush against Christ, they complain that ‘his saying is harsh,’ which ought rather to have softened them. For whoever shall submit with true humility to the doctrine of Christ will find nothing in it ‘harsh’ or disagreeable; but to unbelievers, who oppose themselves with obstinacy, it will be ‘a hammer which breaketh the rocks in pieces,’ as the Prophet calls it, (Jeremiah 23:29.)” [= ‘Ini adalah perkataan yang keras / kasar.’ Sebaliknya, adalah dalam hati mereka, dan bukan dalam perkataan itu, bahwa kekerasan itu terletak. Tetapi dari firman Allah orang-orang reprobate / yang ditentukan binasa begitu terbiasa membentuk batu-batu untuk membenturkan diri mereka sendiri padanya, dan pada waktu oleh kekeras-kepalaan mereka, mereka maju cepat-cepat menentang Kristus, mereka mengeluh bahwa ‘perkataanNya keras / kasar’, yang seharusnya malah melunakkan mereka. Karena siapapun tunduk dengan kerendahan hati yang sungguh-sungguh pada ajaran Kristus tidak akan mendapatkan apapun di dalamnya yang ‘keras / kasar’ atau menyinggung / menyebabkan ketidak-senangan; tetapi bagi orang-orang yang tidak percaya, yang menentang diri mereka sendiri dengan kekeras-kepalaan, itu akan menjadi ‘suatu palu yang menghancurkan batu karang berkeping-keping’, seperti sang Nabi menyebutkannya, (Yeremia 23:29).].
Yeremia 23:29 - “Bukankah firmanKu seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?”.
Hendriksen (tentang Yoh 6:61) memberikan komentar yang mirip dengan kata-kata Calvin di atas:
“Yet, it was not the hardness of the sermon but rather the hardness of their own heart that had brought about this unfavorable reaction on their part” [= Bukan kerasnya khotbah melainkan kerasnya hati mereka yang menyebabkan reaksi yang tidak baik dari pihak mereka].
Calvin (tentang Yoh 6:61): “they have no reason to be offended, or, at least, that the ground of offense does not lie in the doctrine itself.” [= mereka tidak mempunyai alasan untuk tersinggung / tersandung, atau, setidaknya, bahwa dasar dari ketersinggungan / ketersandungan itu tidak terletak dalam ajaran itu sendiri.].
Calvin (tentang Yoh 6:66): “We ought, indeed to regulate our doctrine in such a manner that none may be offended through our fault ... But it will never be possible for us to exercise such caution that the doctrine of Christ shall not be the occasion of offence to many, because the reprobate, who are devoted to destruction, suck venom from the most wholesome food, and gall from honey.” [= Kita memang harus mengatur ajaran kita sedemikian rupa sehingga tidak ada yang tersinggung / sakit hati karena kesalahan kita ... Tetapi tidak pernah mungkin bagi kita untuk berhati-hati sedemikian rupa sehingga ajaran Kristus tidak menyinggung / menyakiti banyak orang, karena orang-orang reprobate, yang disediakan / dikhususkan untuk kebinasaan, menghisap racun dari makanan yang paling sehat / bermanfaat, dan empedu dari madu.].
Banyak orang tak mau mendengar ajaran saya dengan alasan ajaran saya terlalu keras. Saya kira kalau mereka mendengar ajaran Yesus, mereka juga akan menolak Dia!
2. Jawab Yesus terhadap sungut-sungut itu.
Yohanes 6:61-65 - “(61) Yesus yang di dalam hatiNya tahu, bahwa murid-muridNya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: ‘Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? (62) Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? (63) Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. (64) Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
Ay 61b (KJV): ‘Doth this offend you?’ [= Apakah ini menyinggung / menyandungi engkau?].
Leon Morris (NICNT) tentang Yohanes 6:61: “This is the occasion of another demonstration of Jesus’ unusual powers of knowledge (see on 2:24; 4:18). Jesus knew what was going on in his disciples. Whereas earlier the grumblers were the opponents of Jesus, ‘the Jews’ (v. 41), now they are his own followers. They do not like the sound of what he is saying at all. So he asks them, ‘Does this offend you?’ His choice of words indicates that he knew exactly how it was with them.” [= Ini adalah peristiwa tentang demonstrasi yang lain dari kuasa-kuasa Yesus yang luar biasa tentang pengetahuan (lihat tentang 2:24; 4:18). Yesus tahu apa yang sedang terjadi dalam murid-muridNya. Sekalipun pada saat yang lebih awal orang-orang yang bersungut-sungut adalah para penentang Yesus, ‘Orang-orang Yahudi’ (ay 41), sekarang mereka adalah pengikut-pengikutNya sendiri. Mereka tidak menyukai nada dari apa yang Ia katakan sama sekali. Maka Ia bertanya kepada mereka, ‘Apakah ini menyinggung / menyandungi engkau?’ Pemilihan kata-kataNya menunjukkan bahwa Ia tahu dengan persis bagaimana keadaannya dengan mereka.].
Lenski (tentang Yoh 6:61): “Jesus does not need to be told what is passing through the minds of these disciples. To some extent the way in which Jesus saw them acting and talking together betrayed to him what was wrong. But by his higher powers Jesus perceives all that is in the hearts of these disciples (3:24, 25). Like his omnipotence in the miracles, so he uses his omniscience again and again in dealing with men to the extent that this was necessary in his mission.” [= Yesus tak perlu diberitahu apa yang sedang terlintas dalam pikiran dari murid-murid ini. Sampai tingkat tertentu cara dalam mana Yesus melihat mereka bertindak dan berbicara bersama-sama menunjukkan kepadaNya apa yang salah. Tetapi oleh kuasaNya yang lebih tinggi Yesus mengerti semua yang ada dalam hati dari murid-murid ini (3:24,25). Seperti kemahakuasaanNya dalam mujijat-mujijat, demikianlah Ia menggunakan kemahatahuanNya berulang-ulang dalam menangani orang-orang sampai tingkat yang diperlukan dalam missiNya.].
Leon Morris (NICNT) tentang Yohanes 6:62: “that ‘ascending’ is not to be isolated from the cross. John’s previous reference to Christ as ascending (3:13) led immediately to one to the ‘lifting up’ on the cross. On this view the ascension is to be seen as the culmination of the entire series of events that was inaugurated by the crucifixion. If people stumbled at the discourse, much more would they stumble at the cross! ... The form of question does seem to favor the view that a severe testing is in store, and this will be the cross. But the cross does not stand alone. The crucifixion and resurrection and ascension are linked in an unbreakable sequence. ... ‘Where he was before’ implies Christ’s preexistence. It is one and the same Person who was with the Father, who became incarnate, and who would in due course return whence he came.” [= ‘kenaikan’ itu tidak boleh dipisahkan dari salib. Referensi Yohanes yang lebih awal tentang kenaikan Kristus (3:13) segera membimbing pada ‘kenaikan’ ke salib. Dalam pandangan ini kenaikan harus dilihat sebagai puncak dari seluruh seri peristiwa yang dimulai oleh penyaliban! ... Bentuk pertanyaannya kelihatannya mendukung pandangan bahwa suatu ujian yang hebat masih tersedia, dan ini adalah salib. Tetapi salib itu tidak berdiri sendiri. Penyaliban dan kebangkitan dan kenaikan berhubungan dalam suatu rangkaian yang tak bisa diputuskan. ... ‘Dimana Ia sebelumnya berada’ secara implicit menunjukkan keberadaan Kristus sebelum lahir. Adalah Pribadi yang sama yang ada bersama dengan Bapa, yang telah berinkarnasi, dan yang pada waktunya kembali ke tempat dari mana Ia datang.].
Calvin: “‘Doth this offend you?’ Christ appears here to increase the offense instead of removing it; but if any person examine very closely the ground of offense, there was in the following statement what ought to have pacified their minds.” [= ‘Apakah ini menyinggung / menyandungi kamu?’ Di sini Kristus terlihat meningkatkan batu sandungan dan bukannya menyingkirkannya; tetapi siapapun memeriksa dengan sangat dekat / teliti dasar dari ketersinggungan / ketersandungan, disana ada dalam pernyataan selanjutnya apa yang seharusnya menenangkan pikiran mereka.].
3. Banyak ‘murid’ meninggalkan Yesus.
Yoh 6:66 - “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”.
Leon Morris (NICNT) tentang Yohanes 6:66: “‘From this time’ might also be rendered ‘for this reason,’ or John may mean both. A large number of ‘his disciples’ went away, not only from the synagogue where Jesus had been teaching, but from all that discipleship means. The events of this chapter had made it all too clear that following him meant something different from anything they had anticipated. Nothing is said to give us a clear idea of their views, but the probability is that they were interested in a messianic kingdom in line with the general expectation.” [= ‘Mulai dari waktu itu’ bisa juga diterjemahkan ‘karena alasan ini’, atau Yohanes bisa memaksudkan keduanya. Sejumlah besar dari ‘murid-muridNya’ pergi, bukan hanya dari sinagog dimana Yesus telah mengajar sampai saat itu, tetapi dari semua yang dimaksudkan dengan kemuridan. Peristiwa-peristiwa dari pasal ini telah membuatnya terlalu jelas bahwa mengikuti Dia berarti sesuatu yang berbeda dengan apapun yang telah mereka harapkan. Tak ada apapun yang dikatakan untuk memberi kita suatu gagasan yang jelas tentang pandangan-pandangan mereka, tetapi kemungkinannya adalah bahwa mereka tertarik pada kerajaan Mesias sejalan dengan pengharapan umum.].
Lenski (tentang Yohanes 6:66): “Inward separation ends in outward separation. But these are not losses, because, as John indicates in his remark in v. 64, Jesus never counted the presence of such disciples as gains.” [= Perpisahan di dalam berakhir dengan perpisahan di luar. Tetapi ini bukan kehilangan / kerugian, karena, seperti Yohanes tunjukkan dalam kata-katanya dalam ay 64, Yesus tidak pernah memperhitungkan kehadiran dari murid-murid seperti itu sebagai keuntungan.].
William Hendriksen (tentang Yohanes 6:66): “They proved by this action that they were not fit for the kingdom of God (Luke 6:62).” [= Mereka membuktikan oleh tindakan ini bahwa mereka tidak cocok untuk kerajaan Allah (Luk 6:62).].
Catatan: Luk 6:62 itu pasti salah cetak, karena ayatnya tidak ada. Pasti yang dimaksudkan adalah Lukas 9:62.
Lukas 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.
4. Sikap Yesus melihat banyak orang meninggalkan Dia.
Yohanes 6:67 - “Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi juga?’”.
Calvin: “When he asks them if ‘they also wish to go away,’ he does so in order to confirm their faith; for, by exhibiting to them himself, that they may remain with him, he likewise exhorts them not to become the companions of apostates. And, indeed, if faith be founded on Christ, it will not depend on men, and will never waver, though it should see heaven and earth mingling.” [= Pada waktu Ia bertanya apakah ‘mereka tidak pergi juga’, Ia melakukan itu untuk meneguhkan iman mereka; karena, dengan Ia sendiri menunjukkannya kepada mereka, bahwa mereka boleh tinggal dengan Dia, Ia juga mendesak mereka untuk tidak menjadi teman-teman dari orang-orang yang murtad. Dan memang, jika iman didasarkan pada Kristus, itu tidak akan tergantung pada manusia, dan tidak akan pernah bimbang, sekalipun itu harus melihat surga dan bumi bercampur.].
5. Kata-kata Petrus mewakili 12 murid Yesus.
Yoh 6:68-69 - “(68) Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’”.
Calvin (tentang Yohanes 6:67): “By such examples, every one of the believers is taught to follow God, even though he should have no companion.” [= Dengan contoh-contoh / teladan-teladan seperti itu, setiap orang percaya diajar untuk mengikuti Allah, sekalipun ia tidak mempunyai teman.].
Calvin (tentang Yoh 6:68): “Peter replies here in the name of all, as he does on other occasions; because all of them were of the same mind, except that in Judas there was no sincerity.” [= Di sini Petrus menjawab atas nama dari semua, seperti yang ia lakukan pada peristiwa-peristiwa yang lain; karena semua mereka mempunyai pikiran yang sama, kecuali bahwa dalam Yudas disana tidak ada ketulusan.].
Leon Morris (NICNT) tentang Yoh 6:68-69: “Peter shows the impossibility of their forsaking Jesus by asking to whom could they go. Then he shows that he has correctly understood what Jesus said in verse 63 by saying that Jesus has ‘words of eternal life.’ No one who has come to know Jesus’ life-giving word would ever forsake him. When one once knows Jesus, none else can satisfy.” [= Petrus menunjukkan ketidak-mungkinan mereka meninggalkan Yesus dengan bertanya kepada siapa mereka bisa pergi. Jadi ia menunjukkan bahwa ia telah mengerti secara benar apa yang Yesus katakan dalam ay 63 dengan mengatakan bahwa Yesus mempunyai ‘perkataan / firman dari hidup yang kekal’. Tak seorangpun yang telah mengenal firman yang memberi hidup dari Yesus akan pernah meninggalkan Dia. Pada waktu sekali seseorang mengenal Yesus, tak ada orang lain bisa memuaskan.].
6. Yudas Iskariot tetap ‘mengikuti’ Yesus!
Yoh 6:70-71 - “(70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’ (71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.”.
Banyak orang murtad karena ajaran keras / sukar itu, dan 11 murid tetap mengikuti Yesus. Yudas Iskariot tidak mengikuti banyak orang yang murtad, tetapi ia kelihatannya mengikuti 11 murid yang tidak murtad! Jadi, kalau di gereja ini ada ajaran keras dan saudara ‘tidak murtad’, belum tentu saudara bukan orang sejenis Yudas Iskariot!
Leon Morris (NICNT) tentang Yoh 6:70-71: “Jesus did not allow himself to be carried away by Peter’s enthusiasm. He knew what was in man. He knew that, well meant as they were, Peter’s words overstated the case. He himself had chosen the Twelve, and of this inner circle, one would not merely go away as the fringe disciples had gone. He was ‘a devil,’ and in the spirit of Satan he would actively oppose what Jesus stood for. John adds an explanatory note. The words apply to Judas, whose name is given in full with solemnity. For ‘betray’ see on verse 64. Here it is preceded by an auxiliary that adds a little touch of certainty. The poignancy of it all is underlined with the addition, ‘one of the Twelve’ (NIV’s ‘though’ is an addition to bring out the meaning).” [= Yesus tak mengijinkan diriNya sendiri terbawa oleh semangat Petrus. Ia tahu apa yang ada di dalam manusia. Ia tahu bahwa, sekalipun mereka bermaksud baik, tetapi kata-kata Petrus melebih-lebihkan kasusnya. Ia sendiri telah memilih yang dua belas itu, dan dari lingkaran dalam ini, satu bukan hanya akan pergi seperti murid-murid pinggiran itu telah pergi. Ia adalah ‘Iblis’, dan dalam roh / semangat dari Iblis ia akan menentang secara aktif apa yang Yesus pertahankan. Yohanes menambahkan suatu catatan yang memberi penjelasan. Kata-kata itu diterapkan kepada Yudas, yang namanya diberikan secara lengkap dengan kekhidmatan. Untuk ‘mengkhianat’ lihat tentang ay 64. Di sini itu didahului dengan suatu tambahan, ‘salah seorang dari dua belas murid’ (kata ‘though’ / ‘sekalipun’ dalam NIV merupakan suatu penambahan untuk mengeluarkan artinya).].
Yohanes 6:71 (NIV): ‘He meant Judas, the son of Simon Iscariot, who, though one of the Twelve, was later to betray him.’ [= Ia memaksudkan Yudas, anak dari Simon Iskariot, yang sekalipun satu dari dua belas murid, belakangan akan mengkhianati Dia].
Jamieson, Fausset & Brown: “The narrowness of the circle of those who rally around the truth, and the unpopularity of their profession, are no security that all of them are true-hearted; for one even of the Twelve was a devil.” [= Sempitnya lingkungan dari mereka yang berkumpul di sekeliling kebenaran, dan ketidak-populeran dari pengakuan mereka, bukanlah jaminan bahwa semua mereka bersungguh hati; karena bahkan satu dari yang 12 itu adalah seorang setan.].
Bandingkan dengan gereja kita yang kecil ini, yang ajarannya juga ‘tidak populer’. Ini bukan jaminan bahwa tidak ada ‘setan’ dalam gereja ini!
William Hendriksen (tentang Matius 10:4): “While other people, when they felt that they could no longer agree with or even tolerate Christ’s teachings, would simply disassociate themselves from him (John 6:66), Judas remained, as if he were in full accord with him.” [= Sementara orang-orang lain, pada waktu mereka merasa bahwa mereka tidak bisa lebih lama lagi menyetujui atau bahkan mentoleransi ajaran-ajaran Kristus, memutuskan hubungan mereka sendiri dengan Dia (Yoh 6:66), Yudas tetap tinggal, seakan-akan ia setuju sepenuhnya dengan Dia.].
William Hendriksen (tentang Yoh 6:70-71): “The term διάβολος means slanderer, false accuser. This one man is the servant, the instrument of the devil. His devilish character appears especially from this fact that while others, ever so many of them, had deserted the Lord when they felt that they could not agree with him and when they rebelled against the spiritual character of his teaching, this one individual remained with him, as if he were in full accord with Jesus!” [= Istilah DIABOLOS berarti pemfitnah, penuduh palsu. Orang satu ini adalah pelayan, alat dari Iblis. Karakter iblisnya terlihat khususnya dari fakta ini bahwa sementara orang-orang lain, begitu banyak dari mereka, telah meninggalkan Tuhan pada waktu mereka merasa bahwa mereka tidak bisa setuju dengan Dia dan pada waktu mereka memberontak terhadap / menentang karakter rohani dari pengajaranNya, satu individu ini tetap tinggal dengan Dia, seakan-akan ia setuju sepenuhnya dengan Yesus!].
Lenski (tentang Yohanes 6:70): “Those other disciples who did not believe in Jesus left him, and nowhere are such men called devils; but Judas remains, remains even as one of the Twelve, remains and consents to Peter’s confession, not with ordinary hypocrisy, but with lying deceit such as Jesus predicates of the very devil himself in 8:44.” [= Murid-murid yang lain itu, yang tidak percaya kepada Yesus, meninggalkan Dia, dan tak ada dimanapun orang-orang seperti itu disebut ‘Iblis’; tetapi Yudas tetap tinggal, tinggal bahkan sebagai salah satu dari 12 murid / rasul, tinggal dan menyetujui pengakuan Petrus, bukan dengan kemunafikan yang biasa, tetapi dengan penipuan yang bersifat dusta, seperti yang Yesus nyatakan tentang Iblis sendiri dalam 8:44.].
b) Pada saat Yesus berulang kali mengajar tentang uang.
Misalnya:
Matius 6:19-24 - “(19) ‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. (20) Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. (24) Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.
Matius 19:21-24 - “(21) Kata Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. (23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’”.
Baca Juga: Nasib Yudas Iskariot Setelah Kematiannya
Lukas 16:9-13 - “(9) Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.’ (10) ‘Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. (11) Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? (12) Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? (13) Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.
Luk 12:15-21 - perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh.
Lukas 12:15-21 - “(15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.
Luk 16:19-31 - cerita Lazarus dan orang kaya.
Lukas 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Bagi Yudas Iskariot yang adalah orang yang cinta uang, ini pasti merupakan ajaran keras yang tidak menyenangkan untuk telinganya. Hebatnya orang ini terus bertahan dalam ‘mengikut’ Yesus!!.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Luk 12:15-21 - perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh.
Lukas 12:15-21 - “(15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.
Luk 16:19-31 - cerita Lazarus dan orang kaya.
Lukas 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Bagi Yudas Iskariot yang adalah orang yang cinta uang, ini pasti merupakan ajaran keras yang tidak menyenangkan untuk telinganya. Hebatnya orang ini terus bertahan dalam ‘mengikut’ Yesus!!.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America