YUDAS ISKARIOT ADALAH SEORANG REPROBATE
PDT. BUDI ASALI, M.DIV.
Yudas Iskariot hanya merupakan orang pilihan dalam arti ia dipilih sebagai rasul. Tetapi Yudas Iskariot bukan orang pilihan dalam arti pemilihan untuk selamat. Sekarang kita mempelajari sesuatu yang dengan lebih keras lagi, yaitu bahwa Yudas Iskariot adalah seorang ‘reprobate’ [= orang yang ditentukan untuk binasa].
Orang yang betul-betul Reformed harus mempercayai ‘double
predestination’ [= predestinasi ganda], yaitu kepercayaan akan adanya ‘election’
[= penentuan selamat] dan ‘reprobation’ [= penentuan binasa]. Orang yang
tidak mempercayai kedua hal ini tetapi tetap mengclaim diri sebagai
Reformed, adalah seorang penipu!
Calvin:
·
“... predestination, by which God adopts some to hope
of life, and sentences others to eternal death.” [= ...
predestinasi, dengan mana Allah mengadopsi sebagian manusia kepada pengharapan
kehidupan, dan memvonis yang lain pada kebinasaan
kekal.] - ‘Institutes of
the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 5.
·
“... eternal life is foreordained for some, eternal damnation for others.” [= ... hidup yang
kekal ditentukan lebih dulu untuk sebagian manusia, penghukuman
kekal untuk yang lain.] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 5.
·
“Indeed many, as if they wished to avert a reproach
from God, accept election in such terms as to deny that anyone is condemned.
But they do this very ignorantly and childishly, since election itself could
not stand except as set over against reprobation.” [= Memang banyak
orang, karena mereka tidak ingin Allah dicela, menerima pemilihan dalam
istilah-istilah sedemikian rupa sehingga menolak
adanya penentuan binasa. Tetapi mereka melakukan hal ini secara sangat bodoh dan
kekanak-kanakan, karena pemilihan itu sendiri
tidak bisa berdiri / bertahan kecuali diimbangi oleh penentuan binasa.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book
III, Chapter XXIII, no 1.
Mari
sekarang kita mempelajari ayat di bawah ini, yang menunjukkan bahwa Yudas
Iskariot memang adalah seorang reprobate [= orang yang ditentukan untuk
binasa].
Yohanes 17:12
- “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah
Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada
seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.”.
Ayat ini salah terjemahan! Kata ‘namaMu’ bisa muncul 2 x dalam terjemahan LAI
padahal seharusnya hanya ada 1 x.
NASB: ‘While I was with them, I
was keeping them in Your name which You have given Me; and I guarded
them and not one of them perished but the son of
perdition, so that the Scripture would be fulfilled.’ [= Selama Aku bersama mereka, Aku menjaga mereka dalam namaMu yang telah Engkau berikan
kepadaKu; dan Aku menjaga
mereka dan tak seorangpun dari mereka binasa kecuali anak kehancuran / neraka,
sehingga Kitab Suci akan digenapi.].
1. Bagian
awal dari ayat ini tidak
berarti bahwa Yudas termasuk dalam orang-orang yang diberikan oleh Bapa kepada
Kristus, lalu dijaga oleh Kristus, tetapi penjagaanNya gagal dan ia terhilang.
The Bible Exposition Commentary (tentang Yohanes 17:12): “The believer, then, is secure in Christ
for many reasons: the very nature of God, the nature of salvation, the glory of
God, and the intercessory ministry of Christ. But what about Judas? Was he
secure? How did he fall? Why did Jesus not keep him safe? For the simple reason
that Judas was never one of Christs own. Jesus faithfully kept all that the
Father gave to Him, but Judas had never been given to Him by the Father. Judas
was not a believer (John 6:64-71); he had never been cleansed (John 13:11); he
had not been among the chosen (John 13:18); he had never been given to Christ
(John 18:8-9). No, Judas is not an example of a believer who ‘lost his
salvation.’ He is an example of an unbeliever who pretended to have salvation
but was finally exposed as a fraud. Jesus keeps all whom the Father gives to
Him (John 10:26-30).” [= Maka orang percaya adalah aman dalam
Kristus untuk banyak alasan: sifat dasar dari Allah, sifat dasar dari
keselamatan, kemuliaan Allah, dan pelayanan pengantaraan dari Kristus. Tetapi
bagaimana dengan Yudas? Apakah dia aman? Bagaimana ia jatuh? Mengapa Yesus
tidak menjaganya aman / selamat? Karena alasan yang sederhana bahwa Yudas tidak
pernah merupakan satu dari milik Kristus. Yesus dengan setia menjaga semua yang
Bapa berikan kepadaNya, tetapi Yudas tidak pernah diberikan kepadaNya oleh
Bapa. Yudas bukanlah orang percaya (Yoh 6:64-71); ia tidak pernah dibersihkan
(Yoh 13:11); ia tidak pernah ada di antara orang-orang pilihan (Yoh 13:18); ia
tidak pernah diberikan kepada Kristus (Yoh 18:8-9). Tidak, Yudas bukanlah suatu
contoh dari seorang percaya yang ‘kehilangan keselamatannya’. Ia adalah suatu
contoh dari seorang yang tidak percaya yang berpura-pura mempunyai keselamatan
tetapi akhirnya tersingkapkan sebagai suatu dusta / seorang penipu. Yesus
menjaga semua orang yang Bapa berikan kepadaNya (Yoh 10:26-30).].
Yoh 6:64-71 - “(64) Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. (65) Lalu Ia
berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang
kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’ (66) Mulai dari waktu
itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. (67)
Maka kata Yesus kepada kedua belas muridNya: ‘Apakah kamu tidak mau pergi
juga?’ (68) Jawab Simon Petrus kepadaNya: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; (69) dan kami telah
percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’ (70) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri yang
telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.’
(71) Yang dimaksudkanNya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang
di antara kedua belas murid itu.”.
Yohanes 13:11 - “Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih.’”.
Yoh 13:18 - “Bukan
tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan rotiKu,
telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.”.
Yoh 18:8-9 - “(8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia.
Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’ (9) Demikian hendaknya
supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak
seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
Yoh 10:26-30 - “(26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak
termasuk domba-dombaKu. (27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku
mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada
siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah satu.’”.
William Hendriksen (tentang Yohanes 17:12): “When Jesus says, ‘And not one of them perished but
the son of perdition,’ he does not mean that with the exception of Judas all those whom
the Father had given to the Son had been guarded. He certainly does not intend
to convey the thought that in the case of Judas he had failed miserably to
carry out the assignment given to him. On the contrary, what we have here is
another instance of abbreviated expression. See on 5:31. More fully stated what
Jesus means is this: ‘And I guarded them, and not one of them perished. But the
son of perdition did perish. However, far from proving that in this one
instance the plan from eternity was defeated and prophecy left unfulfilled,
this happened in order that the scripture might be fulfilled.’” [= Pada waktu Yesus mengatakan, ‘dan tidak ada
seorangpun dari mereka yang binasa selain dari anak kehancuran / neraka’, Ia tidak memaksudkan bahwa dengan Yudas sebagai perkecualian,
semua dari mereka yang Bapa telah berikan kepada Anak, telah dijaga.
Ia pasti tidak bermaksud untuk menyampaikan
pemikiran bahwa dalam kasus Yudas Ia telah gagal secara menyedihkan untuk
melaksanakan tugas yang diberikan kepadaNya. Sebaliknya, apa yang
kita dapatkan di sini adalah suatu contoh lain dari ungkapan yang disingkat. ...
Kalau dinyatakan secara lebih penuh / lengkap apa yang Yesus maksudkan adalah
ini: ‘Dan Aku menjaga mereka, dan tak seorangpun dari mereka binasa. Tetapi
anak kehancuran / neraka memang binasa. Tetapi, jauh dari membuktikan bahwa dalam
satu contoh ini rencana dari kekekalan dikalahkan dan nubuat dibiarkan tak
digenapi, ini terjadi supaya Kitab Suci bisa digenapi.’].
Yoh 17:12 (NASB): ‘While I was with them, I was keeping them in Your name which You have given Me;
and I guarded them and not one of them
perished but the son of perdition, so that
the Scripture would be fulfilled.’ [=
Selama Aku bersama mereka, Aku menjaga mereka dalam namaMu yang telah Engkau
berikan kepadaKu; dan Aku menjaga mereka dan tak seorangpun dari mereka binasa kecuali anak kehancuran / neraka, sehingga Kitab Suci akan digenapi.].
Perkecualian yang
dimaksud hanyalah berhubungan dengan kata-kata ‘tidak ada
seorangpun dari mereka yang binasa’, bukan berhubungan
dengan seluruh kalimat sebelumnya. Kalau perkecualian itu dihubungkan dengan
seluruh kalimat sebelumnya, maka itu akan menunjukkan bahwa Yudas Iskariot juga
adalah orang yang diberikan oleh Bapa kepada Kristus, tetapi lalu terhilang,
sehingga ia merupakan perkecualian dibandingkan dengan semua yang lain.
Kita tidak bisa menafsirkan
seperti ini karena:
a. Dari semula kitab-kitab Injil memang tidak
pernah menunjukkan Yudas Iskariot sebagai orang kristen sejati.
b. Penafsiran seperti ini akan bertentangan
dengan:
·
Yohanes 6:39 - “Dan
inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu
jangan ada yang hilang, tetapi
supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”.
·
Yohanes 18:9 - “Demikian hendaknya supaya
genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari
mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
c. Itu akan
menunjukkan Yesus sebagai Gembala yang bodoh, yang bisa kehilangan dombaNya,
sedangkan Alkitab menggambarkan Yesus sebagai ‘Gembala yang baik’.
Yoh 10:11a,14a - “Akulah gembala yang baik.”.
Bdk. Yer 23:1-4 - “(1) ‘Celakalah
para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaanKu hilang dan terserak!’ -
demikianlah firman TUHAN. (2) Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel,
terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: ‘Kamu telah membiarkan
kambing dombaKu terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka
ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat,
demikianlah firman TUHAN. (3) Dan Aku sendiri
akan mengumpulkan sisa-sisa kambing dombaKu dari segala negeri ke mana Aku
menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka:
mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. (4) Aku akan mengangkat atas
mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka
tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN.”.
d. Yudas Iskariot
disebut dengan istilah ‘son of perdition’ [= anak kehancuran / neraka].
Ini akan kita bahas dalam point 2. di bawah ini.
2. ‘selain dari pada dia yang telah
ditentukan untuk binasa’.
Dalam ayat ini sebetulnya terjemahan Kitab Suci Indonesia
terlalu keras.
KJV/RSV/NASB: ‘but
the son of perdition’ [= kecuali anak kebinasaan /
kehancuran / neraka].
NIV: ‘except the
one doomed to destruction’ [= kecuali orang yang ditentukan / ditakdirkan
untuk kehancuran].
Dalam ‘Webster’s New
World Dictionary’ dikatakan bahwa istilah ‘perdition’ bisa diterjemahkan
bermacam-macam:
·
‘complete and irreparable loss; ruin’ [= kehilangan yang lengkap dan tidak bisa dibetulkan; kehancuran].
·
‘the loss of a soul or of hope for salvation; damnation’ [= kehilangan jiwa atau pengharapan untuk selamat;
penghukuman / pengutukan].
·
‘the place or condition of damnation; hell’ [= tempat atau kondisi penghukuman; neraka].
Sekarang kita melihat beberapa komentar dari para
penafsir.
Adam Clarke (tentang Yohanes 17:12): “‘But the son of perdition.’ So we find
that Judas, whom all account to have been lost, and whose case at best is
extremely dubious, was first given by God to Christ? But why was he lost?
Because, says Augustin, he would not be saved: and he further adds, After the
commission of his crime, he might have returned to God and have found mercy.
Aug. Serm. 125; n. 5; Psalm 146 n. 20;
Ser. 352, n. 8; and in Psalms 108. See Calmet, who remarks: Judas only became
the son of perdition because of his willful malice, his abuse of the grace and
instructions of Christ, and was condemned through his own avarice, perfidy,
insensibility, and despair.” [= ‘Kecuali anak kehancuran / neraka’.
Demikianlah kita mendapati bahwa Yudas, yang semua orang anggap sebagai telah
terhilang, dan yang kasusnya paling-paling adalah sangat meragukan,
pertama-tama diberikan oleh Allah kepada Kristus? Tetapi mengapa ia terhilang?
Karena, kata Agustinus, ia tidak mau diselamatkan: dan ia menambahkan lebih
jauh, Setelah tindakannya melakukan kejahatannya, ia bisa telah berbalik kepada
Allah dan menemukan belas kasihan. Aug. Serm. 125; n. 5; Psalm 146 n. 20; Ser. 352, n. 8; dan dalam Psalms 108.
Lihat Calmet, yang berkata: Yudas hanya menjadi
anak kebinasaan karena kejahatannya yang sengaja / tegar tengkuk,
penyalah-gunaannya terhadap kasih karunia dan pengajaran Kristus,
dan dihukum melalui ketamakan, pengkhianatan, sikap acuh tak acuh / tak
berperasaan, dan keputus-asaannya sendiri.].
Catatan:
dalam tafsirannya tentang Maz 108 dan tentang Maz 146, Agustinus sama
sekali tidak menyinggung Yudas Iskariot, sedangkan referensi yang lain tidak
bisa saya temukan. Juga penggunaan kata-kata Agustinus oleh Adam Clarke ini
tidak membicarakan arti dari istilah / ungkapan ‘son of perdition’ [=
anak kehancuran / neraka]. Hanya kata-kata Calmet saja yang menjelaskan arti
istilah / ungkapan itu. Tetapi benarkah penjelasannya?
Lenski (tentang Yohanes 17:12): “as in the case of the Jews Jesus knew that Judas was
not his own. Not that Judas never believed - we may
be quite sure that he did at first; but
even then he was ‘the son of perditon,’ a son or product of eternal damnation;
compare the similar designations in Matt. 23:15; 2 Thess. 2:2. For Judas is not given this awful title because he went to
perdition and thus ex eventu became
a son of perdition. The reverse is true: being a son of perdition, he went to
perdition, ‘fell away, that he might go to his own place,’ Acts
1:25; only for a time was he numbered among the apostles, only for a time had
he a portion or lot in this ministry, Acts 1:17. ‘In order that the Scripture
might be fulfilled’ modifies the preceding clause, ‘save the son of perdition,’
i.e., that as such he, indeed, did perish. This ἵνα, like all the others referring to the
Scripture fulfillment concerning the wicked, is not deterministic; it rests on
the infallible foreknowledge of God. God foresaw
all that Judas would become and would do in spite of all the grace vouchsafed
to him. He beheld Judas dying as the son of perdition, thus to remain the son
of perdition forever. Therefore in God’s foreknowledge and counsel Judas was the
son of perdition from the beginning, and God prefigured Judas by Ahitophel in
Ps. 41:9; some add Ps. 55:12–15; Ps. 109:8 (Acts 1:20). Due to the infallibility of the divine foreknowledge, these
predictions in the Old Testament types were bound to be fulfilled in Judas.” [= seperti dalam kasus orang-orang Yahudi Yesus tahu
bahwa Yudas bukanlah milikNya. Bukan bahwa Yudas
tidak pernah percaya - kami bisa cukup yakin bahwa ia percaya pada awalnya;
tetapi bahkan pada saat itu ia adalah ‘anak
kehancuran / neraka’, seorang anak atau hasil dari hukuman / kutukan kekal;
bandingkan penyebutan yang mirip dalam Mat 23:15; 2Tes 2:2. Karena Yudas tidak diberi gelar yang mengerikan ini karena ia pergi
pada kehancuran / neraka dan karena itu EX
EVENTU (dari peristiwanya) menjadi seorang anak kehancuran / neraka. Kebalikannyalah yang benar:
karena ia adalah anak kehancuran / neraka, maka ia pergi pada kehancuran /
neraka, ‘jatuh, supaya
ia bisa pergi ke tempatnya sendiri’, Kis 1:25; hanya untuk suatu waktu ia
terhitung di antara rasul-rasul, hanya untuk suatu waktu ia mempunyai suatu
bagian dalam pelayanan ini, Kis 1:17. ‘Supaya Kitab Suci bisa digenapi’
memodifikasi anak kalimat sebelumnya, ‘kecuali anak kehancuran / neraka’, yaitu
bahwa karena ia seperti itu ia memang binasa. Kata ἵνα
(HINA)
ini, seperti semua yang lain yang menunjuk pada penggenapan Kitab Suci
berkenaan dengan orang jahat, tidaklah bersifat ditentukan; itu berdasar pada pra pengetahuan yang tak bisa salah dari Allah. Allah melihat lebih dulu
semua tentang Yudas akan jadi apa dan akan lakukan apa, sekalipun semua kasih karunia dianugerahkan kepadanya. Ia melihat Yudas mati sebagai anak kehancuran / neraka, dan
dengan demikian tetap adalah anak kehancuran / neraka selama-lamanya.
Karena itu dalam pra pengetahuan dan rencana Allah,
Yudas adalah anak kehancuran / neraka dari semula, dan Allah menggambarkan
Yudas lebih dulu oleh Ahitofel dalam Maz 41:10; beberapa orang menambahkan
Maz 55:13-16; Maz 109:8 (Kis 1:20). Karena ketidakbisabersalahan dari pra pengetahuan ilahi,
ramalan-ramalan dalam TYPE-TYPE Perjanjian Lama ini harus digenapi dalam Yudas.].
Catatan:
·
EX EVENTU adalah
kata-kata bahasa Latin. EX = ‘out of / from’ [= keluar dari / dari];
EVENTU = ‘event’ [= peristiwa].
·
2Tes 2:2
seharusnya adalah 2Tesalonika 2:3.
Tanggapan saya:
a. Saya tidak
percaya sama sekali kata-kata Lenski yang mengatakan bahwa pada mulanya Yudas Iskariot betul-betul percaya!
Entah apa dasar dari orang Arminian ini untuk mengatakan seperti itu!
b. Lenski
terlihat jelas mempercayai pra pengetahuan (foreknowledge) Allah yang
tidak bisa salah. Bagaimana ini bisa tidak membimbing dia pada penentuan lebih
dulu (foreordination) dari Allah, tidak bisa saya mengerti.
c. Lenski juga
mempercayai bahwa ‘karena
ia adalah anak kehancuran / neraka, maka ia pergi pada kehancuran / neraka’. Bagaimana mungkin masuk nerakanya Yudas Iskariot ini bukan suatu
ketentuan??
d. Anehnya,
pada bagian akhir kata-katanya ia berkata ‘HARUS digenapi
dalam Yudas’!!! Bagaimana bisa ‘harus
terjadi’ kalau tidak ditentukan???
e. Saya juga tidak
percaya kata-kata Lenski yang menyatakan bahwa ‘semua
kasih karunia dianugerahkan kepadanya’.
Lagi-lagi, entah dasar Alkitab apa yang Lenski gunakan untuk mendukung
kata-katanya ini.
Matthew Poole
(tentang Yohanes 17:12): “As ‘the son of
death,’ 2Sam. 12:5, signifies one appointed to die, or that deserveth to die;
and ‘the child of hell,’ Matt. 23:15, siginifies one who deserveth hell; so the
son of perdition may either signify one destined to perdition, or one that
walketh in the high and right road to perdition, or rather both; one who being
passed over in God’s eternal counsels, as to such as shall be saved, hath by
his own wilful apostacy brought himself to eternal perdition, or into such a
guilt as I know thou wilt destroy him.” [= Seperti ‘anak kematian’, 2Sam 12:5, menunjuk kepada
orang yang ditetapkan untuk mati, atau orang yang layak untuk mati; dan ‘anak
neraka’, Mat 23:15, menunjuk kepada orang yang layak masuk neraka; demikian juga ‘anak kebinasaan / neraka’ bisa menunjuk
kepada seseorang yang ditentukan untuk kebinasaan / neraka, atau seseorang yang
berjalan dalam jalan yang menuju kebinasaan / neraka, atau mungkin keduanya;
seseorang yang dilewati dalam rencana kekal Allah berkenaan dengan orang-orang
yang akan diselamatkan, dan
yang dengan kemurtadannya sendiri yang disengaja, membawa dirinya sendiri pada
kebinasaan kekal, atau ke dalam suatu kesalahan yang akan menyebabkan Allah
menghancurkannya.] - hal 369.
2Sam 12:5 - “Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia
berkata kepada Natan: ‘Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.”.
Literal: ‘son of
death’ [= anak kematian].
Matius 23:15 - “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan
menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu
dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka,
yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.”.
KJV: ‘the child
of hell’ [= anak neraka].
RSV: ‘a child of
hell’ [= seorang anak neraka].
NIV/NASB: ‘a son of
hell’ [= seorang anak neraka].
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh 17:12): “If we take the expressions, ‘children of
this world,’ ‘child of the devil,’ ‘the man of sin,’ ‘children of light,’
‘children of Zion,’ to mean men who have in them the nature of the things
mentioned as their proper character, then, ‘the son of perdition’ must mean ‘he
who not only is doomed to, but has the materials of perdition already in his
character.’ So we are to understand the expression ‘children of wrath’ (Eph
2:3).”
[= Jika kita mengartikan ungkapan-ungkapan ‘anak-anak dunia ini’, ‘anak setan’,
‘orang dari dosa’, ‘anak-anak terang’, ‘anak-anak Sion’, untuk berarti
orang-orang yang mempunyai dalam diri mereka sifat dasar dari hal-hal yang
disebutkan sebagai karakter mereka yang benar, maka
‘anak kehancuran / neraka’ harus berarti ‘ia yang bukan hanya ditentukan /
ditakdirkan untuk, tetapi sudah mempunyai bahan-bahan kebinasaan dalam
karakternya’. Demikianlah kita harus mengerti ungkapan ‘anak-anak
kemurkaan’ (Ef 2:3).].
Ef 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga
terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan
menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama
seperti mereka yang lain.”.
KJV: ‘the children of wrath’ [= anak-anak
kemurkaan].
UBS New Testament Handbook Series (tentang Yoh 17:12): “‘The man who was bound to be lost.’ (NAB
‘him who was destined to be lost’; NEB ‘the man who must be lost’; JB ‘the one
who chose to be lost’; Gdsp ‘the one who was destined to be lost’) has been
traditionally rendered ‘the son of perdition.’ The word rendered ‘perdition’ in
many translations is a noun made from the same stem as the verb translated ‘was
lost’ in TEV and most other translations. This word is frequently used in the
New Testament of the final fate of those who are without God (see Matt 7:13;
Acts 8:20; Rom 9:22; Phil 1:28; 3:19; 1 Tim 6:9; Heb 10:39; 2 Peter 2:1; 3:7;
Rev 17:8,11). The phrase ‘son of (literally ‘man of’) perdition’ means ‘one who
is going to be lost (eternally).’ The same expression appears in 2
Thessalonians 2:3 and is rendered the... One... who is destined to hell in
TEV.”
[= ‘orang yang harus terhilang’ (NAB ‘ia yang ditentukan untuk terhilang’; NEB
‘orang yang harus terhilang’; JB ‘orang yang memilih untuk terhilang’; Gsdp
‘orang yang ditentukan untuk terhilang’) secara tradisional telah diterjemahkan
‘anak kehancuran / neraka’. Kata yang diterjemahkan ‘perdition’ /
‘kehancuran / kebinasaan / neraka’ ini dalam banyak terjemahan adalah suatu
kata benda yang dibuat dari akar kata yang sama seperti kata kerja yang
diterjemahkan ‘terhilang’ dalam TEV dan kebanyakan terjemahan-terjemahan yang
lain. Kata ini sering digunakan dalam Perjanjian Baru tentang keadaan akhir
dari mereka yang tanpa Allah (lihat Mat 7:13; Kis 8:20; Ro 9:22; Fil 1:28;
3:19; 1Tim 6:9; Ibr 10:39; 2Pet 2:1; 3:7; Wah 17:8,11). Ungkapan ‘anak (secara hurufiah ‘orang’) kehancuran / neraka’
berarti ‘orang yang akan terhilang (secara kekal)’. Ungkapan yang sama muncul
dalam 2Tes 2:3 dan diterjemahkan ‘orang ... yang ditentukan untuk neraka’ dalam
TEV.].
Catatan:
bagian yang saya garis-bawahi itu salah. Kata Yunani yang digunakan adalah
HUIOS, yang memang berarti ‘anak’, bukan ‘orang’.
William Hendriksen (tentang Yohanes 17:12): “‘The son of perdition’ (a Semitism; cf. Matt. 23:15; 2Thess. 2:3) is the utterly lost one, designated unto perdition. That Judas was meant is clear from a comparison of passages: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Though, on the one hand, Judas was fully responsible, on the other hand, this deed was included in the divine decree from eternity, and in prophecy. ... Hence, when the disciples hear Jesus speaking to the Father about the accomplishment of his task with respect to them, and the fulfilment of prophecy even in the case of the son of perdition, they are strengthened in their faith, and begin to realize that nothing and no one ever defeats the divine purpose!” [= ‘Anak kebinasaan / neraka’ (suatu istilah Semitic; bdk. Mat 23:15; 2Tes 2:3) adalah orang yang hilang sama sekali, ditetapkan untuk kebinasaan / neraka. Bahwa Yudas yang dimaksudkan adalah jelas dari perbandingan text-text: 6:71; 13:2,18,26,30; 15:2,6. ... Sekalipun di satu sisi, Yudas sepenuhnya bertanggung jawab, tetapi di sisi lain, tindakan ini telah tercakup dalam ketetapan ilahi dari kekekalan, dan dalam nubuatan. ... Karena itu, pada waktu para murid mendengar Yesus berbicara kepada Bapa tentang pencapaian dari tugasNya berkenaan dengan diri mereka, dan penggenapan nubuat bahkan dalam kasus ‘anak kebinasaan / neraka’, mereka dikuatkan dalam iman mereka, dan mulai menyadari bahwa tidak ada apapun dan siapapun yang pernah menggagalkan rencana Allah!] - hal 358.
2Tes 2:3 - “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan
cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu
murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa,”.
KJV/RSV: ‘the son of perdition’ [=
anak kehancuran / neraka].
NASB: ‘the son of destruction’ [=
anak kehancuran].
NIV: ‘the man doomed
to destruction’ [= orang yang ditentukan / ditakdirkan untuk kehancuran].
Kata Yunani yang
digunakan persis sama dengan yang ada dalam Yoh 17:12, yaitu HO HUIOS TES APOLEIAS.
Calvin (tentang Yoh 17:12): “Judas is excepted, and not without
reason; for, though he was not one of the elect and of the true flock of God,
yet the dignity of his office gave him the appearance of it. ... that no one
might think that the eternal election of God was overturned by the damnation of
Judas, he immediately added, that he was ‘the son of perdition.’ By these words
Christ means that his ruin, which took place suddenly before the eyes of men,
had been known to God long before; for ‘the son of perdition,’ according to the
Hebrew idiom, denotes a man who is ruined, or devoted to destruction.” [= Yudas
dikecualikan, dan bukannya tanpa alasan; karena sekalipun ia bukanlah salah
seorang dari orang-orang pilihan dan dari kawanan domba Allah, tetapi
kewibawaan dari jabatannya seolah-olah menunjukkan hal itu. ... supaya tidak seorangpun berpikir bahwa pemilihan kekal dari
Allah dibalikkan oleh penghukuman Yudas, Ia langsung menambahkan, bahwa ia
adalah ‘anak kebinasaan / neraka’. Dengan
kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa kehancurannya, yang terjadi secara
mendadak di hadapan manusia, telah diketahui oleh Allah jauh sebelumnya; karena
‘anak kebinasaan / neraka’ menurut ungkapan Ibrani, menunjuk pada seseorang
yang dihancurkan, atau disediakan untuk kehancuran.].
Yudas
Iskariot(18)
c Matius 26:24
- “Anak Manusia
memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan
tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia
itu diserahkan. Adalah
lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Mark
14:21 - “Anak
Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia,
akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak
Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.’”.
Bdk.
Lukas 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah
ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang
yang olehnya Ia diserahkan!’”.
1. Bagian
awal dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa dosa Yudas Iskariot sudah dinubuatkan (Mark
14:21a Mat 26:24a), bahkan sudah ditetapkan oleh
Tuhan (Luk 22:22a), sehingga dosa itu pasti terjadi.
Baik dalam tafsirannya tentang Mat 26:24, Markus 14:21,
maupun Lukas 22:22, Adam Clarke menghindari untuk membicarakan apapun berkenaan
dengan kata-kata ‘sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia’ dan ‘seperti yang telah
ditetapkan’! Saya sangat
ingin tahu bagaimana orang Arminian ini menafsirkan ayat-ayat itu, khususnya
Luk 22:22, tetapi ternyata dia tidak berkomentar apa-apa! Tetapi penafsir
Arminian yang lain, yaitu Lenski, memberikan komentar tentang hal ini.
Lenski (tentang Lukas 22:22): “‘Because the Son
of man goes according to what has been determined.’ Acts 2:23. This thing did
not happen merely by chance; nor was Jesus the prey of Judas who was helpless
in the hands of the traitor. He who is man and yet more than man (see 5:24)
goes (to his death) according to God’s own determination. The idea is not
that God determined the betrayal by Judas - that was the traitor’s own act; God
determined that his Son should not deliver himself from that betrayal (Matt.
26:54) because God desired our salvation through the sacrifice of his Son.
‘Nevertheless,’ although Jesus was to die thus, ‘woe to that man through whom
he is being betrayed!’ Luke does not add that it were better if he had never
been born, Matt. 26:24. Judas is fully responsible for what he is doing.” [= ‘Karena Anak
Manusia pergi sesuai dengan apa yang telah ditentukan’. Kis 2:23. Hal
ini tidak terjadi semata-mata karena kebetulan; juga bukan bahwa Yesus adalah
mangsa dari Yudas, yang tak punya pengharapan dalam tangan dari sang
pengkhianat. Ia yang adalah manusia tetapi lebih dari manusia (lihat 5:24)
pergi (pada kematianNya) sesuai dengan penentuan Allah sendiri. Gagasannya bukanlah bahwa Allah menentukan pengkhianatan
oleh Yudas - itu adalah tindakan si pengkhianat sendiri; Allah menentukan bahwa
AnakNya tidak boleh membebaskan diriNya sendiri dari pengkhianatan itu
(Mat 26:54) karena Allah menginginkan keselamatan kita melalui pengorbanan
AnakNya. ‘Sekalipun demikian’, sekalipun Yesus harus mati seperti
itu, ‘celakalah orang melalui siapa ia dikhianati!’ Lukas tidak menambahkan
bahwa adalah lebih baik seandainya ia tidak pernah dilahirkan’, Mat 26:24.
Yudas bertanggung jawab sepenuhnya untuk apa yang sedang ia lakukan.].
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut
maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh
tangan bangsa-bangsa durhaka.”.
Luk 5:24 - “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa’ - berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Kepadamu
Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.
Mat 26:54 - “Jika
begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis
dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?’”.
Catatan: ini
tafsiran konyol dan terang-terangan membengkokkan ayat! Bagaimana mungkin
setelah mengutip Kis 2:23, orang Arminian ini tahu-tahu bisa mengatakan
bahwa pengkhianatan Yudas tidak ditentukan oleh Allah, dan yang ditentukan
Allah hanya bahwa Yesus tidak membebaskan diriNya sendiri???
Calvin (tentang Mat
26:24): “I am aware of
the manner in which some commentators endeavor to avoid this rock. They
acknowledge that what had been written was accomplished through the agency of
Judas, because God testified by predictions what He foreknew. By way of
softening the doctrine, which appears to them to be somewhat harsh, they substitute
the foreknowledge
of God in place of the decree, as if God merely beheld from a distance
future events, and did not arrange them according to his pleasure. But very
differently does the Spirit settle this question; for not only does he assign
as the reason why Christ was delivered up, that ‘it was so written,’ but
also that it was so ‘determined.’
For where Matthew and Mark quote Scripture, Luke leads us direct
to the heavenly decree, saying, ‘according to what was determined;’ as
also in the Acts of the Apostles, he shows that Christ ‘was delivered’ not
only ‘by the
foreknowledge,’ but likewise by the fixed purpose of God, (Acts
2:25) and a little afterwards, that ‘Herod and Pilate,’ with other wicked men, ‘did
those things which had been foreordained by the hand and purpose of God,’ (Acts
4:27, 28.) Hence it is evident that it is but an ignorant subterfuge which is
employed by those who betake themselves to bare foreknowledge.” [= Saya menyadari tentang
cara dengan mana sebagian penafsir berusaha untuk menghindari batu karang ini.
Mereka mengakui bahwa apa yang telah ditulis dicapai melalui ke-agen-an Yudas,
karena Allah menyaksikan oleh ramalan / nubuat apa yang telah Ia ketahui
sebelumnya. Dengan cara melunakkan doktrin ini, yang terlihat bagi mereka agak
keras / tajam, mereka menggantikan ‘pengetahuan lebih dulu dari Allah’ di
tempat dari ‘ketetapan’, seakan-akan Allah hanya melihat dari jauh
kejadian-kejadian yang akan datang, dan tidak mengatur mereka sesuai
kesenanganNya. Tetapi Roh membereskan / menjawab pertanyaan ini dengan
cara yang sangat berbeda; karena Ia memberikan
sebagai alasan mengapa Kristus diserahkan, bukan hanya bahwa ‘ada tertulis’,
tetapi juga bahwa itu ‘ditentukan’. Karena
dimana Matius dan Markus mengutip Kitab Suci, Lukas membimbing kita langsung
pada ketetapan surgawi, dengan mengatakan ‘seperti yang telah ditetapkan’;
seperti juga dalam Kisah Para Rasul, ia menunjukkan
bahwa Kristus ‘diserahkan’ bukan hanya ‘oleh pengetahuan lebih dulu’, tetapi
juga ‘oleh rencana yang tetap dari Allah’ (Kis 2:25) dan setelah itu, bahwa
‘Herodes dan Pilatus’, dengan orang-orang jahat yang lain ‘melaksanakan hal-hal
yang telah ditentukan lebih dulu oleh tangan / kuasa dan rencana Allah’ (Kis
4:27-28.) Karena itu adalah jelas bahwa itu hanya merupakan dalih /
alasan yang bodoh yang digunakan oleh mereka yang menyerahkan diri mereka pada
semata-mata pengetahuan lebih dulu.].
Catatan: Kis 2:25 seharusnya adalah Kis 2:23.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya,
telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul
di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan
suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28)
untuk melaksanakan segala
sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.
Barnes’ Notes (tentang Mat 26:24): “‘As it is written of him.’ That is, as it
is ‘written’ or prophesied of him in the Old Testament. ... Luke (Luke 22:22)
says, ‘as it was determined.’ In the Greek, as it was ‘marked out by a
boundary’ - that is, in the divine purpose. It was the previous INTENTION of
God to give him up to die for sin, or it could not have been certainly
predicted. It is also declared to have been by his ‘determinate counsel and
foreknowledge.’ See the notes at Acts 2:23.” [= ‘Seperti yang ada tertulis tentang Dia’.
Yaitu, seperti yang dituliskan atau dinubuatkan tentang dia dalam Perjanjian
Lama. ... Lukas (Luk 22:22) mengatakan, ‘seperti yang telah ditentukan’. Dalam
bahasa Yunani, seperti itu ‘ditandai dengan suatu batasan’ - yaitu, dalam
rencana ilahi. Merupakan
maksud Allah sebelumnya untuk
menyerahkan Dia untuk mati untuk dosa, atau itu tidak bisa telah diramalkan
dengan pasti. Itu
juga dinyatakan oleh ‘rencana dan pra pengetahuan yang tertentu / tetap’. Lihat
catatan pada Kis 2:23.].
Barnes’ Notes (tentang Kis 2:23): “‘Foreknowledge.’ This word denotes ‘the
seeing beforehand of an event yet to take place.’ It implies: 1. Omniscience;
and, 2. That the event is fixed and certain. To foresee a contingent event,
that is, to foresee that an event will take place when it may or may not take
place, is an absurdity. Foreknowledge, therefore, implies that for some reason the event will certainly take place. What that reason is,
the word itself does not determine. As, however, God is represented in
the Scriptures as purposing or determining future events; as they could not be
foreseen by him unless he had so determined, so the word sometimes is used in
the sense of determining beforehand, or as synonymous with decreeing, Rom 8:29;
11:2.”
[= ‘Pra pengetahuan’. Kata ini berarti ‘melihat sebelumnya tentang suatu
peristiwa yang akan terjadi’. Itu secara implicit menunjukkan: 1. Kemahatahuan;
dan, 2. Bahwa peristiwa itu tertentu dan pasti. Melihat
lebih dulu suatu peristiwa yang tidak pasti, yaitu, melihat lebih dulu bahwa
suatu peristiwa akan terjadi pada saat itu bisa terjadi atau bisa tidak
terjadi, merupakan sesuatu yang konyol / menggelikan. Karena itu pra
pengetahuan secara implicit menunjukkan bahwa untuk alasan tertentu peristiwa
itu pasti akan terjadi. Apa alasan itu, kata itu sendiri tidak menentukan. Tetapi karena Allah digambarkan dalam Kitab Suci sebagai
merencanakan dan menentukan peristiwa-peristiwa yang akan datang; karena peristiwa-peristiwa itu tidak bisa
dilihat lebih dulu oleh Dia kecuali Ia telah menentukannya demikian,
maka kata itu kadang-kadang digunakan
dalam arti dari menentukan lebih dulu, atau sebagai sinonim dengan menetapkan,
Ro 8:29; 11:2.].
Roma 8:29 - “Sebab semua
orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu,
menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”.
KJV: ‘whom he did foreknow’ [= yang Ia
ketahui lebih dulu].
RSV/NIV/NASB mirip dengan
KJV.
Roma 11:2 - “Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang
dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah:”.
KJV: ‘which he foreknew’ [= yang Ia
ketahui lebih dulu].
RSV/NIV/NASB mirip dengan
KJV.
2. Kata
‘celakalah’ dalam
ayat-ayat ini menunjukkan bahwa sekalipun dosa Yudas Iskariot sudah
dinubuatkan, bahkan sudah ditetapkan oleh Tuhan, tetapi
tanggung jawab dari orang itu tak berkurang sedikitpun.
Matthew Henry (tentang Mat 26:24): “though God can serve his own purposes by
the sins of men, that doth not make the sinner’s condition the less woeful; It
had been good for that man, if he had not been born.” [= sekalipun
Allah bisa memajukan rencanaNya sendiri oleh dosa-dosa manusia, itu tidak
membuat kondisi orang berdosa berkurang celakanya; Adalah lebih baik bagi orang
itu seandainya ia tidak dilahirkan.].
C. H. Spurgeon (tentang Mat 26:24): “We learn from our Lord’s words that divine decrees do not deprive a sinful
action of its guilt: ‘The Son of man goeth as it is written of him: but woe
unto that man by whom the Son of man is betrayed.’ His criminality is just as
great as though there had been no ‘determinate counsel and foreknowledge of
God.’” [= Kita belajar
dari kata-kata Tuhan kita bahwa ketetapan-ketetapan ilahi tidak mencabut /
membuang kesalahan dari suatu tindakan berdosa: ‘Anak Manusia memang akan pergi sesuai
dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya
Anak Manusia itu diserahkan’. Kekriminalannya
sama besarnya seandainya di sana tidak ada ‘rencana yang ditentukan dan pra
pengetahuan dari Allah’.] - ‘THE GOSPEL ACCORDING TO
MATTHEW’ (Libronix).
Pulpit Commentary (tentang Mark 14:21): “It was foreordained by God that he was to
suffer as a victim for the sins of the whole world. But this predestined
purpose of God did not make the guilt any the less of those who brought the
Savior to his cross.” [= Telah ditentukan lebih dulu oleh Allah
bahwa Ia harus menderita sebagai suatu korban untuk dosa-dosa dari seluruh
dunia. Tetapi rencana Allah yang ditentukan ini tidak membuat kesalahan
berkurang apapun dari mereka yang membawa sang Juruselamat pada salibNya.].
Calvin (tentang Mat 26:24): “And yet Christ does not
affirm that Judas was freed from blame, on the ground that he did nothing
but what God had appointed. For though God, by his righteous judgment,
appointed for the price of our redemption the death of his Son, yet nevertheless,
Judas, in betraying Christ, brought upon himself righteous condemnation,
because he was full of treachery and avarice. In short, God’s determination
that the world should be redeemed, does not at all interfere with Judas being a
wicked traitor. Hence we perceive, that though men can do nothing but what God
has appointed, still this does not free them from condemnation, when they are
led by a wicked desire to sin. For though God directs them, by an unseen
bridle, to an end which is unknown to them, nothing is farther from their
intention than to obey his decrees. Those two principles, no doubt, appear
to human reason to be inconsistent with each other, that God regulates the
affairs of men by his Providence in such a manner, that nothing is done but by
his will and command, and yet he damns the reprobate, by whom he has carried
into execution what he intended. But we see how Christ, in this passage,
reconciles both, by pronouncing a curse on Judas, though what he contrived
against God had been appointed by God; not that Judas’s act of betraying ought
strictly to be called the work of God, but because God turned the treachery of
Judas so as to accomplish His own purpose.” [= Tetapi Kristus tidak
menegaskan bahwa Yudas bebas dari kesalahan, karena ia hanya melakukan apa yang telah Allah tetapkan. Karena sekalipun Allah, oleh penghakimanNya yang benar,
menetapkan sebagai harga penebusan kita kematian dari AnakNya, tetapi sekalipun
demikian, Yudas, dalam mengkhianati Kristus, membawa kepada dirinya sendiri penghukuman
yang benar, karena ia penuh dengan pengkhianatan dan ketamakan. Singkatnya, penentuan Allah bahwa dunia harus ditebus, sama sekali tidak
mencampuri keberadaan Yudas sebagai seorang pengkhianat yang jahat. Karena itu kita memahami bahwa sekalipun manusia tidak bisa melakukan apapun kecuali apa
yang telah Allah tetapkan, hal ini tetap tidak membebaskan manusia dari
penghukuman, pada waktu mereka dibimbing pada dosa oleh suatu keinginan yang
jahat. Karena sekalipun
Allah mengarahkan mereka, oleh suatu kekang yang tak terlihat, pada suatu
tujuan yang tidak mereka ketahui, mereka sama sekali tidak bermaksud untuk
mentaati ketetapan-ketetapanNya. Tidak
diragukan bahwa dua prinsip itu terlihat bagi akal manusia sebagai tidak
konsisten satu dengan yang lain, bahwa Allah
mengatur urusan-urusan / perkara-perkara manusia oleh ProvidensiaNya dengan
cara sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang terjadi kecuali oleh kehendak dan
perintahNya, tetapi Ia menyalahkan / menghukum orang-orang jahat, oleh siapa Ia
melaksanakan apa yang Ia maksudkan. Tetapi
kita melihat bagaimana Kristus, dalam text
ini, memperdamaikan keduanya, dengan mengumumkan suatu kutukan pada Yudas,
sekalipun apa yang ia buat / rencanakan terhadap Allah telah ditetapkan oleh
Allah; bukan bahwa tindakan pengkhianatan
Yudas secara ketat harus disebut sebagai pekerjaan Allah, tetapi karena Allah
membelokkan pengkhianatan Yudas supaya mencapai tujuan / rencanaNya sendiri.].
Barnes’ Notes (tentang Mat 26:24): “This punishment of Judas proves, also,
that sinners cannot take shelter for their sins in the decrees of God, or plead
them as an excuse. God will punish crimes for what they ‘are in themselves.’
His own deep and inscrutable purposes in regard to human actions will not
change ‘the nature’ of those actions, or screen the sinner from the punishment
which he deserves.” [= Hukuman Yudas ini juga membuktikan bahwa
orang-orang berdosa tidak bisa berlindung dari dosa-dosa mereka dalam
ketetapan-ketetapan ilahi Allah, atau menggunakan mereka sebagai suatu alasan.
Allah akan menghukum kejahatan-kejahatan untuk apa adanya mereka dalam diri
mereka sendiri. Rencana-rencanaNya sendiri yang dalam dan tak dimengerti
berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia, tidak mengubah ‘sifat dasar’ dari
tindakan-tindakan itu, atau melindungi orang berdosa dari hukuman yang layak ia
dapatkan.].
William Hendriksen (tentang Mat 26:24): “nowhere in Scripture does predestination and prophecy
cancel human responsibility. So also here: the expression ‘Woe to that man by
whom the Son of man is betrayed’ fully maintains the guilt and establishes the
doom of the traitor. Not to have been born would have been better for such a
man. But he was born, and is in the process of committing the gruesome deed.
Therefore the entire statement, ‘It would have been better for that man if he
had not been born’ is an expression of unreality - a situation that can be
changed only if Judas, who remains fully responsible, still repents. We know
that he did not repent. Hence he faces everlasting damnation (25:46).” [= tak ada dimanapun dalam Kitab Suci dimana
predestinasi dan nubuat membatalkan tanggung jawab manusia. Demikian juga di
sini: ungkapan ‘Celakalah orang yang olehnya Anak Manusia diserahkan’ secara penuh
mempertahankan kesalahan dan menentukan nasib dari sang pengkhianat. ‘Tidak
dilahirkan’ akan lebih baik untuk orang seperti itu. Karena itu, seluruh
pernyataan ‘Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan’ merupakan suatu ungkapan yang tidak nyata - suatu
situasi yang bisa berubah hanya jika Yudas, yang tetap bertanggung-jawab
sepenuhnya, tetap bertobat. Kita tahu bahwa ia tidak bertobat. Karena itu, Yudas menghadapi kutukan / hukuman kekal (25:46).].
Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal,
tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.
A. T. Robertson (tentang Yoh 13:18): “‘That the scripture might be fulfilled.’
... This treachery of Judas was according to the eternal counsels of God ...,
but none the less Judas is responsible for his guilt.” [= ‘Supaya Kitab
Suci bisa digenapi’. ... Pengkhianatan Yudas ini sesuai dengan rencana kekal
Allah ..., tetapi bagaimanapun Yudas bertanggung jawab untuk kesalahannya.].
3. Ini
menunjukkan bahwa ajaran-ajaran di bawah ini merupakan ajaran-ajaran yang salah.
a. Ajaran tentang
‘annihilation’ [= pemusnahan].
b. Ajaran
tentang ‘hukuman sementara’ di neraka.
c. Universalisme
[= ajaran yang mengatakan bahwa akhirnya semua orang akan masuk surga].
dan sekaligus membuktikan bahwa Yudas masuk neraka,
yang merupakan hukuman KEKAL!
Adam Clarke (tentang Matius 26:24): “‘It had been good for that man.’ Can this
be said of any sinner, in the common sense in which it is understood, if there
be any redemption from hell’s torments? If a sinner should suffer millions of
millions of years in them, and get out at last to the enjoyment of heaven, then
it was well for him that he had been born, for still he has an eternity of
blessedness before him. Can the doctrine of the non-eternity of hell’s torments
stand in the presence of this saying? Or can the doctrine of the annihilation
of the wicked consist with this declaration? It would have been well for that
man if he had never been born! Then he must be in some state of conscious
existence, as non-existence is said to be better than that state in which he is
now found. It was common for the Jews to say of any flagrant transgressor, ‘It
would have been better for him had he never been born.’” [= ‘Adalah lebih
baik bagi orang itu’. Bisakah ini dikatakan tentang orang berdosa manapun, dalam
akal sehat dalam mana itu dimengerti, jika di sana ada penebusan apapun dari
siksaan-siksaan neraka? Seandainya seorang berdosa harus menderita berjuta-juta
tahun dalam siksaan-siksaan itu, dan akhirnya keluar pada penikmatan surga,
maka adalah lebih baik bagi dia bahwa ia telah dilahirkan, karena ia tetap
mempunyai suatu kekekalan dari kebahagiaan / keadaan diberkati di hadapannya.
Bisakah doktrin dari siksaan-siksaan neraka yang
tidak kekal bertahan di depan perkataan ini? Atau bisakah doktrin pemusnahan orang jahat ada bersama dengan
pernyataan ini? Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak
dilahirkan! Maka ia harus / pasti berada dalam suatu keadaan dari keberadaan
yang sadar, karena ‘tidak mempunyai keberadaan’ dikatakan sebagai lebih baik
dari pada keadaan itu dalam mana ia sekarang ditemukan / didapati.].
Catatan:
dalam komentarnya ini kelihatannya Adam Clarke menganggap bahwa kata-kata itu
berarti ‘masuk neraka selama-lamanya’. Bagaimana ini bisa sesuai dengan
komentarnya pada akhir dari Kis 1, yang sudah kita pelajari dalam pelakaran
yang lalu, yang membuka peluang untuk selamat bagi Yudas Iskariot, merupakan
sesuatu yang tidak bisa saya mengerti!
Ironside (tentang Mat 26:17-25): “‘It had been good for that man if he had not been born!’ These words
destroy the vain hope of the universalist, for they tell us of one man at least
for whom it had been better not to have lived. This could not be true if Judas
were ever to be saved.” [= ‘Adalah lebih baik bagi orang
itu seandainya ia tidak dilahirkan!’ Kata-kata ini menghancurkan pengharapan
sia-sia dari orang-orang yang menganut pandangan
Universalisme, karena kata-kata ini memberitahu kita tentang
setidaknya satu orang, bagi siapa adalah lebih baik untuk tidak pernah hidup.
Ini tidak bisa benar seandainya Yudas pernah diselamatkan.].
Barnes’ Notes (tentang Mat 26:24): “‘Woe unto that man ...’ The crime is
great and awful, and he will be punished accordingly. He states the greatness
of his misery or ‘woe’ in the phrase following. ‘It had been good ...’ That is,
it would have been better for him if he had not been born; ... In relation to
Judas, it PROVES the following things ... that his punishment would be ETERNAL.
If there should be any period when the sufferings of Judas should end, and he be
restored and raised to heaven, the blessings of that ‘happiness without end’
would infinitely overbalance all the sufferings he could endure in a limited
time, and consequently it would NOT be true that it would have been better for
him not to have been born. Existence, to him, would, on the whole, be an
infinite blessing. This passage proves further that, in relation to ONE wicked
man, the sufferings of hell will be eternal. If of one, then it is equally
certain and proper that all the wicked will perish forever.” [= ‘Celakalah
orang itu ...’ Kejahatannya besar dan mengerikan, dan ia akan dihukum sesuai
dengan itu. Ia menyatakan kebesaran dari keadaan penderitaannya atau ‘celaka’
dalam ungkapan sebagai berikut. ‘Adalah lebih baik ...’ Artinya, adalah lebih
baik baginya seandainya ia tidak dilahirkan; ... Berhubungan
dengan Yudas, itu membuktikan
hal-hal berikut ini ... bahwa penghukumannya akan KEKAL. Seandainya di sana ada suatu masa dimana penderitaan Yudas
berhenti, dan ia dipulihkan dan diangkat ke surga, berkat-berkat dari
‘kebahagiaan tanpa akhir’ itu akan lebih besar secara tak terhingga dari semua
penderitaan-penderitaan yang bisa ia tahan dalam suatu waktu yang terbatas, dan
karena itu adalah TIDAK benar bahwa ‘adalah lebih baik baginya untuk tidak
dilahirkan’. Keberadaan, bagi dia, secara keseluruhan, akan merupakan suatu
berkat yang tak terhingga. Text ini
membuktikan lebih jauh bahwa berhubungan dengan SATU orang jahat,
penderitaan-penderitaan neraka bersifat kekal. Jika itu pasti dan benar tentang satu orang, maka secara sama
pasti dan benar bahwa semua orang jahat akan binasa selama-lamanya.].
Pulpit Commentary (tentang Mat 26:24): “‘It had been good for that man if he had
not been born;’ literally, ‘it were good for him if that man had not been
born.’ Jesus says this, knowing what the fate of Judas would be in the other
world. There is no hope here held out of alleviation or end of suffering, or of
ultimate restoration. It is a rayless darkness of despair. Had there been any
expectation of relief or of recovery of God’s favour, existence would be a
blessing even to the worst of sinners; for they would have eternity still
before them in which to enjoy their pardon and purification; and in such case
it could not be said of them that it were better for them never to have been
born.”
[= ‘Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’; secara
hurufiah, ‘adalah baik bagi dia jika orang itu tidak dilahirkan’. Yesus mengatakan ini, dengan mengetahui apa yang akan menjadi
nasib dari Yudas di dunia yang lain. Di
sana tidak ada pengharapan yang diulurkan / ditawarkan di sini tentang
pengurangan atau akhir dari penderitaan, atau tentang pemulihan akhir. Itu
adalah suatu kegelapan pengharapan tanpa sinar. Seandainya di sana ada
pengharapan apapun tentang pembebasan atau tentang pemulihan dari kebaikan
Allah, keberadaan akan merupakan suatu berkat bahkan bagi orang-orang berdosa
yang terburuk; karena mereka akan tetap mempunyai kekekalan di depan mereka
dalam mana mereka menikmati pengampunan dan penyucian mereka; dan dalam kasus
seperti itu tidak bisa dikatakan tentang mereka bahwa adalah lebih baik bagi
mereka untuk tidak pernah dilahirkan.].
A. T. Robertson (tentang Matius 26:24): “There are some today who seek to
palliate the crime of Judas. But Jesus here pronounces his terrible doom.” [= Ada
orang-orang jaman ini yang berusaha untuk menutup-nutupi / meringankan kejahatan
Yudas. Tetapi di sini Yesus mengumumkan nasibnya yang mengerikan.].
Wiersbe (tentang Yohanes 13:21): “It is a dangerous thing to be a person
like Judas. In Mark 14:21 Jesus said, ‘It were good for that man if he had
never been born!’ Judas pretended to be a Christian; he played with sin; he put
off salvation; and any person who does these things may end up wishing he or
she had never been born. There are some mysteries
surrounding Judas, but one thing is clear: Judas made a deliberate choice when
he betrayed Christ. In John 6:66-71, Christ warned Judas and called him ‘a
devil.’ Peter thought Judas was saved, for he said, ‘We believe!’ Jesus knew
that Judas had never believed and therefore was not saved.” [= Merupakan
sesuatu yang berbahaya untuk menjadi seorang pribadi seperti Yudas. Dalam Mark
14:21 Yesus berkata, ‘Adalah lebih baik bagi orang itu seandainya ia tidak
dilahirkan!’ Yudas berpura-pura menjadi seorang Kristen; ia bermain-main dengan
dosa; ia menunda keselamatan; dan siapapun yang
melakukan hal-hal ini bisa berakhir dengan berharap bahwa ia tidak pernah dilahirkan.
Di sana ada beberapa misteri mengelilingi Yudas, tetapi satu hal adalah jelas:
Yudas membuat suatu pilihan sengaja pada waktu ia mengkhianati Kristus. Dalam
Yoh 6:66-71, Kristus memperingati Yudas dan menyebutnya ‘Iblis / setan’. Petrus
mengira Yudas sudah selamat, karena ia berkata, ‘Kami percaya!’ Yesus tahu bahwa Yudas tidak pernah percaya dan karena itu
tidak selamat.].
Calvin (tentang Matius 26:24): “‘It had been good for that man.’ By
this expression we are taught what a dreadful vengeance awaits the wicked, for
whom ‘it
would have been better that they had never been born.’” [= ‘Adalah
baik bagi orang itu’. Dengan ungkapan ini kita
diajar pembalasan mengerikan apa / yang bagaimana yang menunggu orang jahat,
bagi siapa ‘adalah lebih baik seandainya mereka tidak pernah dilahirkan’.].
C. H. Spurgeon (tentang Matius 26:24): “‘It had been good for that man if he had not been born.’ The doom of Judas
is worse than non-existence. To have consorted with Christ as he had done, and
then to deliver him into the hands of his enemies, sealed the traitor’s eternal
destiny.” [= ‘Adalah baik
bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’. Nasib
Yudas lebih buruk dari pada tidak mempunyai keberadaan. Telah
berhubungan dengan Kristus seperti yang telah ia lakukan, dan lalu menyerahkan
Dia ke dalam tangan musuh-musuhNya, memeteraikan nasib kekal sang pengkhianat.] - ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
Ironside (tentang Kisah Para Rasul 1:12-26): “Jesus said, ‘It had been good for that man if he had not been born.’ What
does that mean? It means unending judgment to the utmost limits of eternity. If
a time ever came when Judas repented, terrible though his crime, then it would
have been a mercy that he had been born - but Jesus said, ‘It had been good for
that man if he had not been born.’ For him there was only an absolutely
hopeless eternity, as there is for all who reject the Lord Jesus Christ.” [= Yesus berkata,
‘Adalah baik bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’. Apa artinya itu? Itu berarti penghukuman tanpa akhir sampai batas terjauh dari
kekekalan. Seandainya pernah datang suatu
waktu pada waktu Yudas bertobat, sekalipun kejahatannya mengerikan, maka adalah
suatu belas kasihan bahwa ia dilahirkan - tetapi Yesus berkata, ‘Adalah baik
bagi orang itu seandainya ia tidak dilahirkan’. Bagi dia di sana hanya ada suatu kekekalan tanpa pengharapan,
seperti di sana ada hal itu bagi semua orang yang menolak Tuhan Yesus Kristus.].
d) Kis 1:25 - “untuk menerima
jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke
tempat yang wajar baginya.’”.
KJV:
‘That he may take part
of this ministry and apostleship, from which Judas by transgression fell, that
he might go to his own place.’
[= Supaya ia bisa mengambil BAGIAN dari
pelayanan dan kerasulan ini, dari mana Yudas jatuh oleh pelanggaran, supaya ia
bisa pergi ke tempatnya
sendiri.].
RSV:
“to take the place
in this ministry and apostleship from which Judas turned aside, to go to his
own place.’” [=
untuk mengambil TEMPAT dalam pelayanan
dan kerasulan ini dari mana Yudas menyimpang, untuk pergi ke tempatnya sendiri.’].
ASV:
‘to take the place
in this ministry and apostleship from which Judas fell away, that he might go
to his own place.’
[= untuk mengambil tempat
dalam pelayanan dan kerasulan ini dari mana Yudas jatuh, supaya ia bisa pergi
ke tempatnya
sendiri.].
Berbeda
dengan RSV/ASV yang menterjemahkan ‘place’ [= tempat], KJV/NKJV
menterjemahkan ‘part’ [= bagian] karena KJV menterjemahkan dari
manuscript yang berbeda.
Pulpit
Commentary (tentang Kis 1:25): “If the reading ‘place,’
in the beginning of the verse, is adopted instead of the ‘part’ (κλῆρον) of the A.V.,
then there is a contrast between the blessed place of apostleship, which Judas
forfeited, and that of traitorship, which he acquired.” [= Jika pembacaan
‘tempat’, pada awal dari ayat itu, diterima, dan bukannya ‘bagian’ (κλῆρον / KLEPON) dari A.
V., maka di sana ada suatu kontras antara tempat yang diberkati dari kerasulan,
yang Yudas tinggalkan, dan tempat dari pengkhianatan, yang ia dapatkan.].
Ada
bermacam-macam penafsiran tentang ayat ini, tetapi kebanyakan menganggap bahwa
kata-kata ‘tempatnya
sendiri’ pada akhir Kis 1:25 menunjuk
pada neraka.
Adam
Clarke (tentang Kis 1:25): “This verse has
been variously expounded: 1. Some suppose that the words, that he might go to
his own place, are spoken of Judas, and his punishment in hell which they say
must be the own place of such a person as Judas. 2. Others refer them to the
purchase of the field, made by the thirty pieces of silver for which he had
sold our Lord. So he abandoned the ministry and apostolate, that he might go to
his own place, namely, that which he had purchased. 3. Others, with more
seeming propriety, state that his own place means his own house, or former
occupatian: he left this ministry and apostleship
that he might resume his former employment in conjunction with his family, etc.
This is primarily the meaning of it in Num 24:25: ‘And Balaam returned to HIS
OWN PLACE,’ i.e. to his own country, friends, and employment. 4. Others think
it simply means the state of the dead in general, independently of either
rewards or punishments; as is probably meant by Eccl 3:20: ‘All go unto ONE
PLACE: all are of the dust, and all turn to dust again.’ But, 5. Some of the
best critics assert that the words (as before hinted) belong to Matthias - ‘his
own place’ being the office to which he was about to be elected. Should
any object, this could not be called ‘his own place,’ because he was not yet
appointed to it, but hell might be properly called Judas’ own place, because,
by treason and covetousness, he was fully prepared for that place of torment;
it may be answered, that the own or proper place of a man is that for which he
is eligible from being qualified for it, though he
may not yet possess such a place: so Paul, ‘Every man shall receive HIS OWN
reward.’ ton idion misthon,
called there ‘his own,’ not from his having it already in possession,
for that was not to take place until the resurrection of the just; but from his
being qualified in this life for the state of glory in the other.” [= Ayat ini telah
dijelaskan secara bermacam-macam: 1. Beberapa orang menganggap bahwa kata-kata,
‘supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri’ dikatakan tentang Yudas, dan
hukumannya di neraka yang mereka katakan harus adalah tempatnya sendiri dari
orang seperti Yudas. 2. Orang-orang lain menghubungkan kata-kata ini dengan
pembelian tanah, dibuat oleh 30 keping perak untuk mana ia telah menjual Tuhan
kita. Demikianlah ia meninggalkan pelayanan dan jabatan rasul, supaya ia bisa
pergi ke tempatnya sendiri, yaitu, tanah yang telah ia beli. 3. Orang-orang lain, dengan kelihatan lebih patut,
menyatakan bahwa tempatnya sendiri berarti rumahnya sendiri, atau pekerjaan /
kesibukan yang lalu: ia meninggalkan pelayanan dan kerasulan supaya ia bisa
meneruskan pekerjaannya yang lalu bersama-sama dengan keluarganya, dst. Ini
merupakan arti utama dari istilah itu dalam Bil 24:25: ‘Dan Bileam kembali pada
tempatnya sendiri’, yaitu
negaranya, teman-teman dan pekerjaannya sendiri. 4. Orang-orang lain menganggapnya
berarti sekedar keadaan dari orang mati secara umum, tak tergantung atau pada
pahala atau hukuman; seperti yang mungkin dimaksudkan oleh Pkh 3:20: ‘Semua
pergi kepada satu tempat: semua
adalah dari debu, dan semua kembali pada debu lagi’. Tetapi, 5. Beberapa dari penafsir yang terbaik menegaskan
bahwa kata-kata (seperti sebelumnya diisyaratkan) cocok untuk Matias -
‘tempatnya sendiri’ adalah jabatan pada mana ia akan dipilih. Kalau
ada orang keberatan bahwa ini tidak bisa disebut ‘tempatnya sendiri’, karena ia
belum ditetapkan pada jabatan itu, tetapi neraka bisa
secara benar / tepat disebut ‘tempat Yudas sendiri’, karena oleh
pengkhianatan dan ketamakan, ia siap sepenuhnya untuk tempat siksaan itu; bisa
dijawab, bahwa tempat sendiri atau tempat yang benar / tepat dari seseorang
adalah tempat untuk mana ia memenuhi syarat untuknya, sekalipun ia bisa belum
memiliki tempat seperti itu: demikianlah Paulus, ‘Setiap orang akan menerima
pahalaNYA SENDIRI’ TON IDION MISTHON, disebut di sini ‘miliknya sendiri’, bukan
karena ia sudah memilikinya, karena itu tidak akan terjadi sampai kebangkitan
orang-orang benar; tetapi karena ia memenuhi syarat dalam hidup ini untuk
keadaan kemuliaan dalam kehidupan yang lain.].
Catatan:
1. Tentang
Bilangan 24:25, pengalimatannya berbeda dengan Kis 1:25.
Bil 24:25 - “Lalu bersiaplah Bileam dan
pulang ke tempat kediamannya; dan Balakpun
pergilah juga.”.
KJV: ‘And Balaam rose up, and went and returned
to his place: and Balak also went his way.’ [= Dan
Bileam bangkit, dan pergi dan kembali ke
tempatnya: dan Balak juga pergi ke jalannya].
Beda Bilangan 24:25 ini dengan Kis 1:25.
a. Ada 2 kata
kerja dalam Bil 24:25, yaitu ‘went’ / pergi dan ‘return’ /
kembali.
b. Tak ada kata
‘own’ / ‘sendiri’ dalam Bil 24:25.
c. Adanya
kata-kata ‘dan
Balakpun pergilah juga’ pada akhir
dari Bil 24:25. Kata-kata ini kelihatannya mempunyai arti hurufiah, sehingga
bagian awal dari ayat ini (tentang Bileam) juga harus diartikan secara
hurufiah.
2. Pkh
3:20 - “Kedua-duanya
menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya
kembali kepada debu.”.
Ini juga jelas merupakan ayat dengan pengalimatan yang
berbeda, bahkan dengan istilah yang berbeda (‘satu tempat’ vs ‘tempatnya
sendiri’).
3. Kata-kata
Paulus itu ia ambil dari 1Kor 3:8 - “Baik yang menanam maupun yang menyiram
adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan
pekerjaannya sendiri.”.
KJV: ‘every man shall receive his own reward according to his own labour.’ [= setiap
orang akan
menerima upahnya sesuai dengan jerih payahnya sendiri.].
Penggunaan ayat ini sama sekali tak cocok, karena Kis
1:25 itu ada dalam bentuk lampau, sedangkan yang di sini ada dalam bentuk future
/ yang akan datang.
J.
A. Alexander (tentang Kis 1:25): “Various efforts
have been made to escape from the obvious but fearful sense of these words.
Some refer them, not to Judas, but to the new apostle, who was chosen ‘to go
into his own place,’ a most superfluous addition, and still more so if we
understand by ‘own place’ that which Judas had left vacant. Who is ever chosen
to supply his own place, or to fill the own place of his predecessor? Both
these constructions are objectionable also on account of the harsh syntax which
they both assume, and the unusual sense put upon the Greek verb (πορευθῆναι), which does not
mean simply ‘to go,’ but ‘to go away,’ ‘depart,’ or ‘journey.’ (See above, on
v. 10, where it is applied to Christ’s ascension.) Another explanatiom grants
the reference to Judas, but by ‘his own place’ understands his house, his
field, his new associates, or the scene of his self-murder. All these are
ingenious but unnatural expedients to avoid the plain sense of the words, as
substantially synonymous with what is elsewhere called ‘the place of torment’
(Luke 16,28). ... The essential idea may be that of fitness and condignity,
including, in the case before us, by a sort of fearful irony, a contrast or
antithesis between the place, of which Judas had proved so unworthy, and the
place for which he had exchanged it, and which suited him exactly.” [= Bermacam-macam
usaha telah dibuat untuk lolos dari arti yang jelas tetapi mengerikan dari
kata-kata ini. Sebagian orang mengarahkan kata-kata
ini, bukan kepada Yudas, tetapi kepada rasul yang baru, yang dipilih ‘untuk
pergi ke tempatnya sendiri’, suatu
tambahan yang sangat berlebihan, dan bahkan
lebih lagi jika kita mengerti dengan ‘tempatnya sendiri’ adalah tempat yang
Yudas tinggalkan kosong. Siapa yang pernah dipilih untuk menyuplai
tempatnya sendiri, atau untuk mengisi tempat pendahulunya sendiri? Kedua
konstruksi ini tidak bisa disetujui juga karena syntax / ilmu kalimat yang
kasar yang diambil oleh keduanya, dan arti yang tidak biasa diberikan pada kata
kerja Yunani (πορευθῆναι /
POREUTHENAI),
yang tidak sekedar berarti ‘pergi’, tetapi ‘berangkat’, ‘meninggalkan’, atau
‘bepergian’ (lihat di atas, tentang / pada ay 10, dimana kata itu diterapkan
pada kenaikan Kristus ke surga). Penjelasan yang
lain menyetujui hubungan dengan Yudas, tetapi menafsirkan ‘tempatnya sendiri’
sebagai rumahnya, tanahnya, teman-temannya yang baru, atau tempat dimana ia
bunuh diri. Semua ini adalah jalan / cara
yang banyak akal / cerdik tetapi tidak wajar, untuk menghindari arti yang jelas
dari kata-kata ini, sebagai pada pokoknya sinonim dengan apa yang di tempat
lain disebut ‘tempat penyiksaan’ (Lukas 16:28). ... Gagasan yang hakiki bisa adalah tentang kecocokan dan
kepantasan, termasuk dalam kasus di depan kita, oleh sejenis irony yang
menakutkan, suatu kontras atau lawan antara tempat, tentang mana Yudas telah
membuktikan begitu tidak layak, dan tempat untuk mana ia telah menukarnya, dan
yang cocok persis dengannya.].
Barnes’
Notes (tentang Kis 1:25): “The obvious and
natural meaning of the phrase is to refer it to Judas. But those who suppose
that it refers to Judas differ greatly about its meaning. Some suppose that it
refers to his own house, and that the meaning is, that he left the apostolic
office to return to his own house; and they appeal to Num 24:25. But it is not
true that Judas did this; nor is there the least proof that it was his design.
Others refer it to the grave, as the place of man, where all must lie; and
particularly as an ignominious place where it was proper that a traitor like
Judas should lie. But there is no example where the word ‘place’ is used in
this sense, nor is there an instance where a man, by being buried, is said to
return to his own or proper place. Others have supposed that the manner of his
death by hanging is referred to as his own or his proper place. But this
interpretation is evidently an unnatural and forced one. The word ‘place’
cannot be applied to an act of self-murder. It denotes ‘habitation, abode,
situation in which to remain’; not an act. These are the only interpretations
of the passage which can be suggested, except the common one of referring it to
the abode of Judas in the world of woe. This might be said to be his own, as he
had prepared himself for it, and as it was proper that he who betrayed his Lord
should dwell there. ... Judas was not in a place which befitted his character
when he was an apostle; he was not in such a place in the church; he would not
be in heaven. Hell was the only place which was suited to the man of avarice
and of treason.” [= Arti yang jelas dan wajar / alamiah dari ungkapan
ini menunjuk kepada Yudas. Tetapi mereka yang menganggap bahwa itu menunjuk
kepada Yudas sangat berbeda tentang artinya. Beberapa
menganggap bahwa itu menunjuk pada rumahnya sendiri, dan bahwa
artinya adalah, bahwa ia meninggalkan jabatan rasuli untuk kembali ke rumahnya
sendiri; dan mereka menggunakan Bil 24:25. Tetapi adalah tidak benar bahwa
Yudas melakukan hal ini; juga di sana tidak ada bukti yang terkecil bahwa itu
adalah rancangannya. Orang-orang lain
menghubungkannya dengan kuburan, sebagai tempat dari manusia, dimana
semua harus berbaring / terletak; dan secara khusus sebagai suatu tempat yang
hina / rendah dimana adalah tepat bahwa seorang pengkhianat seperti Yudas harus
berbaring / terletak. Tetapi tidak ada contoh dimana kata ‘tempat’ digunakan
dalam arti ini, juga di sana tak ada suatu contoh / kejadian dimana seorang
manusia, dengan dikubur, dikatakan kembali ke tempatnya sendiri atau tempat
yang tepat. Orang-orang lain telah menganggap bahwa
cara kematiannya dengan gantung ditunjuk sebagai tempatnya sendiri atau tempat
yang tepat. Tetapi penafsiran ini jelas merupakan suatu penafsiran
yang tidak wajar / alamiah dan dipaksakan. Kata ‘tempat’ tidak bisa diterapkan
pada suatu tindakan bunuh diri. Itu menunjuk ‘habitat, tempat tinggal, situasi
dalam mana untuk tinggal’; bukan suatu tindakan. Hanya ini
penafsiran-penafsiran tentang text itu yang bisa diusulkan, kecuali penafsiran yang umum yang menunjuk pada tempat tinggal Yudas
di dunia penderitaan. Ini bisa dikatakan sebagai miliknya, karena ia
telah mempersiapkan dirinya sendiri untuk itu, dan karena adalah tepat / benar
bahwa ia yang mengkhianati Tuhannya harus tinggal di sana. ... Yudas tidak berada di tempat yang cocok dengan karakternya
ketika ia adalah seorang rasul; ia tidak berada di tempat seperti itu dalam
gereja; ia tidak akan ada di surga. Neraka adalah satu-satunya tempat yang
cocok dengan orang dari ketamakan dan dari pengkhianatan.].
Lenski
(tentang Kis 1:25): “Judas passed out
of it to go to what is significantly called ‘his own place.’ The two words
‘place’ are in contrast; but this means that, since the first does not denote a
locality but, as the genitives show, an office, no stress should be laid on the
second as being a locality although in Luke 16:28 we have ‘place of torment.’
The fact that Gehenna or hell is referred to is beyond question. Somehow even
those who otherwise speak about an intermediate place, a Totenreich, ‘a realm of the
dead,’ unanimously state that Judas went to hell. ‘His own’ place means, of
course, the one and only one befitting him. The view that this refers to the
burial place his money bought is scarcely worth noticing. ‘To go’ to his own
place, an aorist, means that he arrived there, and this verb conveys the idea
that he went of his own volition. He, too, made a choice: the high and holy
place of his office he passed up and elected to go to this other place in spite
of all the efforts on the part of Jesus to stop him.” [= Yudas mati untuk pergi pada apa yang secara penting disebut ‘tempatnya
sendiri’. Kedua kata ‘tempat’ ada dalam kontras /
pertentangan; tetapi ini berarti bahwa, karena yang pertama tidak menunjukkan
suatu lokalitas tetapi, seperti genitif-nya menunjukkan, suatu jabatan, tak ada
penekanan harus diletakkan pada yang kedua sebagai suatu lokalitas sekalipun
dalam Luk 16:28 kita mempunyai ‘tempat siksaan’. Fakta bahwa Gehenna atau neraka yang ditunjukkan tidak
ditanyakan / dipersoalkan. Entah bagaimana, bahkan mereka yang dalam keadaan yang lain
berbicara tentang suatu tempat perantara, ‘a Totenreich’, ‘suatu alam orang
mati’, dengan suara bulat menyatakan bahwa Yudas pergi ke neraka. Tempat‘nya
sendiri’ tentu saja berarti, satu-satunya tempat yang cocok baginya. Pandangan bahwa ini menunjuk pada tempat penguburan
yang dibeli uangnya hampir tak layak diperhatikan. ‘Pergi’
ke tempatnya sendiri, suatu bentuk lampau (past tense), berarti bahwa ia telah
tiba di sana, dan kata kerja ini
menyampaikan gagasan bahwa ia pergi atas kemauannya sendiri. Ia,
juga, membuat suatu pilihan: tempat tinggi dan
kudus dari jabatannya ia lewatkan / buang dan memilih untuk pergi ke tempat
lain ini sekalipun semua usaha di pihak Yesus untuk menghentikan dia.].
Lukas 16:28 - “sebab
masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan
sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘this place of torment’ [= tempat siksaan ini].
Tanggapan
saya:
1. Saya
tak setuju dengan kata-kata Lenski yang mengatakan bahwa karena kata ‘tempat’
yang pertama tidak menunjuk pada suatu lokalitas, maka kata ‘tempat’ yang kedua
juga tak boleh ditekankan sebagai suatu lokalitas. Bisa saja penggunaan 2 x
kata ‘tempat’ merupakan suatu permainan kata, dan kata ‘tempat’ yang kedua
tetap menekankan lokalitas.
2. Menurut
saya merupakan sesuatu yang menarik pada waktu Lenski mengatakan bahwa kata
‘pergi’ ada dalam aorist tense / past tense, yang menunjukkan bahwa ia telah tiba di sana. Ini
menunjukkan bahwa orang yang tidak percaya langsung masuk neraka begitu mereka
mati (tak ada tempat penantian)!
3. Tetapi
pada waktu Lenski mengatakan kata ‘pergi’ menunjukkan pilihan, bagi saya itu
adalah suatu omong kosong! Kalau mau dikatakan ‘memilih’ maka pilihan itu
dibuat pada saat hidup, bukan pada saat mati. Pada saat seseorang mati tanpa
Kristus, tak ada pilihan baginya selain mentaati perintah untuk ‘enyah’ dari
hadapan Tuhan dan pergi ke neraka!
Pulpit Commentary (tentang
Matius 25:31-46): “Those who refused
to accept the invitation to ‘come’ will have
to obey the order to ‘go’.” [=
Mereka yang menolak untuk menerima undangan untuk ‘datang’ akan harus mentaati perintah untuk ‘pergi /
enyah’.] - hal 507.
4. Kata-kata
Lenski bahwa Yudas ‘memilih
untuk pergi ke tempat lain ini sekalipun
semua usaha di pihak Yesus untuk menghentikan dia’ merupakan suatu omong kosong, mengingat bahwa Yesus bahkan tidak
berdoa untuk Yudas!
Bdk. Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan
untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka
adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.
Matthew
Henry (tentang Kis 1:25): “... from which
Judas by transgression fell, threw himself, by deserting and betraying his
Master, from the place of an apostle, of which he was unworthy, that he might
go to his own place, the place of a traitor, the fittest place for him, not
only to the gibbet, but to hell - this was his own place. ... Dr. Whitby quotes
Ignatius saying, There is appointed to every man idios topos - a proper place, which imports the same with
that of God’s rendering to every man according to his works. And our Saviour
had said that Judas’s own place should be such that it had been better for him
that he had never been born (Matt 26:24) - his misery such as to be worse than
not being. Judas had been a hypocrite, and hell is the proper place of such;” [= ... dari mana
Yudas jatuh oleh pelanggaran, melemparkan dirinya sendiri, dengan meninggalkan
dan mengkhianati Tuannya, dari tempat seorang rasul, tentang mana ia tidak
layak, supaya ia bisa pergi ke tempatnya sendiri,
tempat dari seorang pengkhianat, tempat yang paling cocok baginya, bukan hanya ke
tiang gantungan, tetapi ke neraka - ini adalah tempatnya sendiri.
... Dr. Whitby mengutip Ignatius yang berkata, Di sana ditetapkan bagi setiap
orang IDIOS TOPOS - suatu tempat yang tepat, yang memberi arti yang sama dengan
Allah membalas setiap orang sesuai perbuatannya. Dan Juruselamat kita telah
berkata bahwa tempat Yudas sendiri harus sedemikian rupa sehingga lebih baik
baginya seandainya ia tidak pernah dilahirkan (Mat 26:24) - keadaan
penderitaannya sedemikian rupa sehingga lebih buruk dari pada tidak ada. Yudas telah merupakan seorang munafik, dan neraka adalah
tempat yang tepat dari orang-orang seperti itu;].
Pulpit
Commentary (tentang Kisah Para Rasul 1:25): “‘To his own
place.’ An awful phrase, showing that every man has the place in eternity which
he has made for himself in time.” [= ‘Ke tempatnya sendiri’. Suatu ungkapan
yang mengerikan, yang menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai tempat dalam kekekalan yang
telah ia buat bagi dirinya sendiri dalam waktu.].
BACA JUGA: FAKTOR KESUKSESAN PELAYANAN APOLOS
C. H. Spurgeon (tentang Matius 27:9-10): “The fate of Judas should be a solemn warning to all professing Christians, and especially to all ministers. He was one of the twelve apostles, yet he was a son of perdition, and in the end he went to his own place. Each of us has his own place, heaven or hell; which is it?” [= Nasib Yudas harus merupakan suatu peringatan yang khidmat bagi semua orang yang mengaku Kristen, dan khususnya bagi semua pelayan-pelayan / pendeta-pendeta. Ia adalah salah satu dari 12 rasul, tetapi ia adalah anak kehancuran / kebinasaan / neraka, dan pada akhirnya ia pergi ke tempatnya sendiri. Setiap kita mempunyai tempatnya sendiri, surga atau neraka; yang mana tempat kita?] - ‘THE GOSPEL ACCORDING TO MATTHEW’ (Libronix).
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
YUDAS ISKARIOT ADALAH SEORANG REPROBATE.health, gadget