DOKTRIN ALLAH (BUKTI DAN SIFAT-SIFAT ALLAH)

Pdt. Budi Asali M.Div.
DOKTRIN ALLAH (BUKTI DAN SIFAT-SIFAT ALLAH)

KEBERADAAN ALLAH

I) Penyangkalan terhadap keberadaan Allah.

1) Practical Atheist / Atheis praktis.

Ini adalah orang yang sekalipun sebetulnya percaya bahwa Allah itu ada, tetapi hidup seakan-akan Allah tidak ada (bdk. Roma 1:21). Mereka tidak berbakti kepada Allah ataupun memuliakan Allah, sebaliknya mereka hidup untuk dunia dan dirinya sendiri. Di dalam gerejapun ada banyak orang yang hidup seakan-akan Allah tidak ada, dan makin mendekati akhir jaman / kedatangan Yesus yang keduakalinya, makin banyak orang ‘kristen’ yang seperti ini! Bdk. 2Timotius 3:1-5 Titus 1:16.

2) Theoretical Atheist / Atheis teoritis.

Ini adalah atheisme yang bersifat intelektual dan berusaha untuk membe-narkan pernyataan bahwa Allah itu tidak ada dengan menggunakan argu-mentasi yang bersifat rasionil. Biasanya ketidakmampuan mereka dalam membuktikan keberadaan Allah dijadikan bukti rasionil bahwa Allah tidak ada. Karena itu ada seseorang yang mengatakan:

"An atheist is a man who looks through a telescope and tries to explain what he can’t see" (= Seorang atheis adalah seorang yang melihat melalui sebuah teleskop dan mencoba menjelaskan apa yang tidak bisa ia lihat).

Contoh: Yuri Gagarin pergi ke ruang angkasa dan tidak melihat Allah, lalu berkata Allah tidak ada.

Ada beberapa macam atheis teoritis:

a) Dogmatic atheist / atheis dogmatis.

Ini adalah orang yang secara terang-terangan menyangkal adanya Allah atau sesuatu makhluk yang bersifat ilahi.

Ini adalah atheis yang sejati / sungguh-sungguh.

b) Sceptical atheist / atheis skeptis.

Ini adalah orang yang meragukan kemampuan pikiran manusia untuk menentukan ada atau tidaknya Allah.

c) Critical atheist / atheis kritis.

Ini adalah orang yang beranggapan bahwa tidak ada bukti yang sah tentang keberadaan Allah.

Sekarang perlu dipersoalkan: adakah orang yang betul-betul atheis (dogmatic atheist)?

1) Roma 1:19-20 menunjukkan bahwa Allah menanamkan dalam diri setiap orang suatu perasaan tentang keberadaannya.

Tetapi Roma 1:19-20 versi Kitab Suci Indonesia salah / kurang tepat ter-jemahannya, dan karena itu saya memberikan Roma 1:19-20 versi NASB di bawah ini.

Roma 1:19-20 (NASB): "because that which is known about God is evident within them; for God made it evident to them. For since the creation of the world His invisible attributes, His eternal power and divine nature, have been clearly seen, being understood through what has been made, so that they are without excuse" (= karena apa yang diketahui tentang Allah nyata di dalam mereka; karena Allah telah membuatnya nyata bagi mereka. Karena sejak penciptaan dunia / alam semesta, sifat-sifatNya yang tak terlihat, kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, telah terlihat dengan jelas, dimengerti melalui apa yang telah diciptakan, sehingga mereka tidak mempunyai alasan).

Ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang terlahir sebagai atheist. Ide / pemikiran tentang adanya Allah adalah sesuatu yang bersifat universal, dan bahkan ada di antara suku-suku yang bersifat primitif / biadab.

Calvin berkata: "A sense of deity is inscribed on every heart" [= perasaan tentang adanya Allah dituliskan pada setiap hati].

2) Manusia berusaha menekan perasaan yang mengatakan bahwa Allah itu ada (Maz 10:4b Mazmur 14:1 Mazmur 53:2).

Keadaan manusia yang rusak / sesat secara moral dan keinginan manusia untuk menghindari Allah menyebabkan ia membutakan dirinya dengan sengaja dan menekan naluri yang paling dasari dari ma-nusia dan yang merupakan kebutuhan rohani yang terdalam (bdk. Yohanes 3:19-20).

Seseorang mengatakan: "Fervid atheism is usually a screen for repressed religion" (= atheisme yang sungguh-sungguh biasanya merupakan layar dari agama yang ditekan).

Seseorang lain mengatakan: "Atheists put on a false courage in the midst of their darkness and misappprehensions, like children who, when they fear to go in the dark, will sing or whistle to keep up their courage" (= Orang atheis mengenakan / mengadakan suatu keberanian yang palsu di tengah-tengah kegelapan dan kesalahmengertian mereka, seperti anak-anak yang pada waktu takut berjalan dalam kegelapan, lalu menyanyi atau bersiul untuk membangkitkan keberanian mereka).

Ini mirip seperti orang yang takut mati, lalu tidak mau bicara tentang mati.

3) Bisakah mereka berhasil?

a) Ada yang berkata bisa.

Louis Berkhof: "Surely, there can be no doubt about the presence of theoretical atheists in the world. When David Hume expressed doubt as to the existence of a dogmatic atheist, Baron d’Holback replied: ‘My dear sir, you are at this moment sitting at table with seventeenth such persons’" (= Jelas, tidak ada keraguan tentang adanya atheis teoretis dalam dunia ini. Ketika David Hume menyatakan keragu-raguannya tentang adanya atheis dogmatis, Baron d’Holback menjawab: ‘Tuan, saat ini engkau sedang duduk dengan 17 orang seperti itu’) -‘Systematic Theology’, hal 23.

b) Kebanyakan berkata tidak bisa.

o Robert L. Dabney tidak yakin ada orang / suku yang betul-betul atheist.

o Herman Bavinck:

"... the Bible never makes any attempt to prove the existence of God but assumes this; and it presupposes all along that man has an ineradicable idea of that existence" (= Alkitab tidak pernah berusaha untuk membuktikan keberadaan Allah tetapi menganggap bahwa Allah ada; dan Alkitab menganggap bahwa manusia mempunyai idee yang tidak dapat dihilangkan tentang keberadaan Allah itu) - ‘The Doctrine of God’, hal 14.

o Sir Francis Bacon:

"Atheism is rather in the lip than in the heart of man" (= Atheisme lebih ada di bibir dari pada dalam hati manusia).

o Henry More:

"In agony or danger, no nature is atheist. The mind that knows not what to fly to, flies to God" (= Dalam penderitaan yang hebat atau bahaya, tidak ada manusia yang atheis. Pikiran yang tidak tahu harus lari kemana, akan lari kepada Allah).

o Seorang lagi berkata:

"An atheist is one who prays when he can think of no other way out of his trouble" (= Seorang atheis adalah orang yang berdoa pada waktu ia tidak bisa memikirkan jalan keluar dari problemnya).

o Benjamin Whichcote:

"Some are atheists by neglect; others are so by affectation; they that think there is no God at some times do not think so at all times" (= Beberapa orang adalah atheis karena pengabaian; yang lain adalah demikian karena pura-pura; mereka yang pada satu saat berpikir bahwa tidak ada Allah tidak selalu berpikir demikian).

o Edward Young:

"By night, an atheist half believes in God" (= pada malam hari, seorang atheis setengah percaya kepada Allah).

o Seorang lagi berkata:

"All atheists are rascals, and all rascals are atheist" (= semua atheis adalah bajingan, dan semua bajingan adalah atheis).

Karena itu kata-kata mereka tidak bisa dipercaya!

II) Bukti-bukti rasionil tentang adanya Allah.

1) Ontological Argument (Anselm, Descartes, Samuel Clarke).

Anselm berkata bahwa manusia mempunyai idee tentang sesuatu makhluk yang sempurna secara mutlak. Keberadaan adalah sifat dari kesempurnaan, dan karena itu makhluk yang sempurna secara mutlak itu pasti ada.

Keberatan:

Kita tidak bisa menyimpulkan pikiran yang abstrak menjadi keberadaan yang nyata. Fakta bahwa kita mempunyai ide / gagasan / pemikiran tentang Allah belum / tidak membuktikan keberadaanNya secara obyektif.

2) Cosmological Argument.

Setiap benda yang ada di dunia ini pasti mempunyai penyebab (cause), dan karena itu alam semesta ini pasti juga mempunyai penyebab, dan penyebab itu pastilah tidak terbatas besarnya, yaitu Allah.

Illustrasi:

Seorang Rusia pergi ke USA dan melihat alam semesta mini dan marah waktu diberi tahu bahwa semua itu tidak ada yang membuat. Orang Amerikanya lalu berkata: ‘Kalau alam semesta mini ini saja kamu tidak percaya bahwa tidak ada yang membuat, bagaimana mungkin kamu percaya bahwa alam semestanya yang asli bisa ada tanpa ada yang membuat?’.

Ada pendeta yang bertanya: ‘Ayam dan telor, mana yang ada lebih dulu?’. Tidak mungkin telor ada lebih dulu, karena siapa yang mengeraminya? Kalau ayamnya ada lebih dulu, lalu dari mana ayam itu? Tidak bisa tidak, harus dijawab: ‘Dari Allah’.

pendeta yang sama bertanya: ‘Kamu asalnya dari mana?’. Dijawab: ‘Dari mama’. ‘Mamamu dari mana?’. ‘Dari mamanya mama’. ‘Mamanya mama dari mana?’. Pertanyaan seperti ini diteruskan sampai orangnya berkata : ‘Dari mama pertama’. Lalu ditanyakan: ‘Mama pertama dari mana?’. Kalau dia tidak mau mengakui ‘Dari Allah’, ia harus mengakui bahwa mama pertama itu dari monyet (teori evolusi). Orang yang tidak mau mengakui keberadaan Allah tidak bisa mempertahankan existensinya sebagai manusia!

Keberatan:

Kant berkata bahwa kalau setiap benda yang ada mempunyai penyebab, maka hal itu juga harus berlaku bagi Allah.

3) Teleological Argument.

Dalam dunia / alam semesta kita melihat adanyaintelligence / kecer-dasan, keteraturan, keharmonisan, dan tujuan.

Misalnya:

air laut menguap ® jadi hujan ® menyuburkan tanah ®kembali ke sungai ® kembali ke laut.

adanya 4 musim / 2 musim.

matahari terbit dan terbenam.

peredaran planet-planet.

O2 ® manusia ® CO2 ® tumbuh-tumbuhan ® O2.

Semua ini menyatakan secara tidak langsung keberadaan dari suatu makhluk yang mempunyai intelligence untuk menciptakan dunia / alam semesta yang seperti itu.

Illustrasi: adanya arloji menunjukkan pembuatnya mempunyai intelligence.

Keberatan:

Kant berkata bahwa adanya tujuan dan intelligence / kecerdasan di dunia ini menunjukkan adanya suatu makhluk yang mempunyai intelligence dan tujuan. Tetapi itu tidak / belum menunjukkan bahwa makhluk itu adalah Allah / Pencipta.

Seorang lain berkata: Teleological Argument ini hanya menunjukkan adanya suatu pikiran / mind yang mengontrol dunia / alam semesta.

4) Moral Argument.

a) Suara hati / hati nurani yang bisa membedakan baik dan jahat menun-jukkan adanya suatu hukum moral dalam hati, dan ini secara tidak langsung menunjukkan adanya seorang Pemberi Hukum, dan Pemberi hukum ini adalah Allah.

b) Adanya ketidakadilan dalam dunia ini, adanya banyak dosa yang tidak dihukum, adanya orang-orang saleh yang menderita dan orang-orang jahat yang hidup enak di dunia ini, menuntut / membutuhkan penga-dilan. Secara tidak langsung ini menunjukkan akan adanya seorang Hakim yang benar, yaitu Allah.

Keberatan:

Sekalipun argumentasi ini menunjukkan keberadaan ‘seseorang’ yang suci dan adil, tetapi tidak bisa menunjukkan adanya Allah, pencipta, atau makhluk yang sempurna secara mutlak.

5) Historical / Ethnological Argument.

Semua manusia mempunyai naluri tentang adanya sesuatu yang ilahi. Karena hal itu bersifat universal, maka itu pasti merupakan sesuatu yang bersifat dasari pada manusia. Dan kalau sifat dasar manusia itu mem-bawa manusia pada penyembahan yang bersifat agama, maka pastilah ada suatu makhluk yang lebih tinggi yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang religius. Makhluk yang lebih tinggi itu adalah Allah.

Keberatan:

kejadian universal itu mungkin dimulai karena kesalahan manusia yang mula-mula.

Sifat beragama pada manusia itu kuat sekali pada orang primitif, tetapi jadi hilang di kalangan orang beradab.

Kesimpulan dan evaluasi:

a) Tidak satupun dari argumentasi tersebut di atas yang bisa memberi bukti yang meyakinkan tentang adanya Allah.

b) Sekalipun demikian, argumentasi-argumentasi tersebut mungkin bisa ber-guna untuk orang-orang tertentu.

Ingat bahwa yang bisa memberi keberatan adalah ahli-ahli filsafat, yang semuanya ‘gila’.

Contoh ke‘gila’an ahli filsafat: Saya pernah mendengar cerita tentang Aristotle dan temannya, yang sebut saja bernama si A. Suatu hari Aristotle pergi ke rumah temannya. Dari jendela Aristotle sudah melihat bahwa si A ada di rumah. Lalu ia mengetok pintu dan seorang pembantu muncul. Aristotle bertanya: ‘Si A ada?’. Pembantu masuk sebentar lalu keluar lagi dan berkata: ‘Si A tidak ada’. Aristotle merasa dibohongi, tetapi ia diam saja dan pergi. Suatu hari Si A pergi ke rumah Aristotle, dan setelah mengetok pintu ternyata Aristotle sendiri yang membukakan pintunya. Si A langsung menyapa ‘Hai Aristotle!’. 

Aristotle menjawab: ‘O kamu mencari Aristotle? Aristotle tidak ada!’. Temannya menjadi marah, tetapi Aristotle lalu menjawab: ‘Pada waktu aku pergi ke rumahmu, pembantumu mengatakan kamu tidak ada dan aku percaya kepadanya. Bagaimana mungkin sekarang kamu tidak percaya bahwa aku tidak ada, padahal bukan pembantuku, melainkan aku sendiri yang mengatakan hal itu kepadamu’.

Sekarang pikirkan: gila atau tidak?

Seorang mengatakan:

"Philosophers are people who talk about something they don’t understand and make you think it is your fault!" (= Ahli-ahli filsafat adalah orang-orang yang berbicara tentang sesuatu yang tidak mereka mengerti dan membuat kamu berpikir bahwa itu adalah kesalahanmu!).

c) Orang kristen tidak membutuhkan argumentasi-argumentasi tersebut.

Keyakinan akan adanya Allah didasarkan pada pernyataan Allah dalam Kitab Suci.

d) Orang yang mau percaya akan adanya Allah dengan adanya bukti yang rasionil adalah orang yang tidak menerima wibawa Kitab Suci.

DOKTRIN ALLAH -Allah bisa dikenal.

I) Allah tidak dapat dimengerti, tetapi dapat dikenal.

1) Kita yang terbatas tidak dapat mengerti yang tidak terbatas.

Ayub 11:7 - "Dapatkan engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?".

2) Agnostics.

Mereka berkata bahwa pikiran manusia tidak dapat mengetahui / mengenal apapun yang melebihi / melampaui natural phenomena (kejadian alam) dan karena itu pikiran manusia tidak tahu apa-apa tentang hal-hal ilahi.

Sama seperti Sceptics, mereka tidak mau disebut sebagai atheis karena mereka tidak menyangkal keberadaan Allah.

Mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu apakah Allah ada atau tidak, dan kalau Allah ada, mereka tidak tahu apakah Dia bisa dikenal atau tidak (sebagian Agnostics berpendapat bahwa Allah tidak bisa dikenal).

II) Allah dapat dikenal karena penyataan diriNya.

1) Penyataan umum (general revelation).

a) Melalui hati nurani / pikiran (Roma 1:19-20).

Roma 1:19-20 (NASB): "because that which is known about God is evident within them; for God made it evident to them. For since the creation of the world His invisible attributes, His eternal power and divine nature, have been clearly seen, being understood through what has been made, so that they are without excuse" (= karena apa yang diketahui tentang Allah nyata di dalam mereka; karena Allah telah membuatnya nyata bagi mereka. Karena sejak penciptaan dunia / alam semesta, sifat-sifatNya yang tak terlihat, kekuatanNya yang kekal dan keilahiannya, telah terlihat dengan jelas, dimengerti melalui apa yang telah diciptakan, sehingga mereka tidak mempunyai alasan).

b) Melalui alam semesta.

Dalam pasal pertama dari 12 Pengakuan Iman Rasuli diakui bahwa Allah adalah Khalik / Pencipta seluruh langit dan bumi (Kejadian 1:1-dst Neh 9:6 Mazmur 102:26 Kis 14:15b Kis 17:24a). Yang dimaksud dengan ‘langit dan bumi’ adalah seluruh alam semesta (langit, bumi dan segala isinya).

Apa yang bisa kita ketahui tentang Allah dari alam semesta ini?

Pertama: Melalui alam semesta ini kita bisa melihat kemuliaan Tuhan (Mazmur 19:2-3). Mengapa? Karena besarnya dan megahnya alam se-mesta yang diciptakan oleh Tuhan menunjukkan kemahakuasaan dan kemuliaan Penciptanya. Untuk bisa mengetahui hebatnya dan besar-nya alam semesta yang Allah ciptakan, mari kita melihat:

1. Ukuran dari benda-benda langit yang diciptakan oleh Allah itu.

o bumi punya garis tengah ± 8.000 mil (± 12.800 km).

o matahari punya garis tengah ± 860.000 mil (±1.376.000 km).

o bintang Antares punya garis tengah ± 150 juta mil (± 240 juta km).

o bintang bernama IRS 5 yang mempunyai garis tengah ± 9,375 milyar mil (± 15 milyar km).

Jadi perbandingan garis tengah bumi, matahari, Antares dan IRS 5 adalah: 1 : 108 : 18.750 : 1.171.875.

Dengan kata lain, kalau kita mau menggambarkan bumi sebagai bola kecil dengan diameter 1 mm, maka kita harus menggambar-kan matahari sebagai bola dengan diamater 10,8 cm, Antares se-bagai bola dengan diameter 18,75 meter, dan IRS 5 sebagai bola dengan diameter hampir 1,2 km!

Kalau matahari dalamnya dikosongkan, maka matahari bisa menampung sekitar 1,3 juta buah bumi! Kalau Antares dikosong-kan, ia bisa menampung sekitar 5,26 juta buah matahari. Kalau IRS 5 dikosongkan, ia bisa menampung sekitar 244.000 Antares!

2. Memperkirakan besarnya / luasnya alam semesta.

a. Besarnya / luasnya tatasurya kita.

Tatasurya kita terdiri dari 1 matahari dengan 9 buah planet.

Jarak rata-rata Bumi - Bulan sekitar 384.400 km, atau ± 1,3 detik cahaya (jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam 1,3 detik; cahaya mempunyai kecepatan 300.000 km / detik).

Jarak rata-rata Bumi - Matahari sekitar 150 juta km, atau ± 500 detik cahaya (jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam 500 detik).

Jarak rata-rata Pluto (planet ke 9, yang terjauh dari Matahari) - Matahari adalah 5,9 milyar km, atau sekitar hampir 5,5 jam cahaya. Kalau bumi hanya membutuhkan waktu 1 tahun untuk mengitari matahari 1 kali, maka Pluto membutuhkan waktu 284 tahun!

b. Besarnya galaxy kita.

Dalam galaxy kita ada 200 milyar bintang. Bintang yang terde-kat adalah Alpha Centauri yang berjarak 4-4,5 tahun cahaya (Catatan: 1 tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam waktu 1 tahun = 365 x 24 x 60 x 60 x 300.000 km = 9,46 1012 km).

Galaxy berbentuk seperti cakram, yang mempunyai diameter 100.000 tahun cahaya, dengan ketebalan pada pusatnya 20.000 tahun cahaya. Volume galaxy sekitar 1 milyar kali lebih besar dari volume tata surya.

c. Besarnya alam semesta.

Dalam alam semesta sedikitnya ada 500 juta galaxy, dan jarak-nya satu sama lain ada yang mencapai jutaan tahun cahaya. Ini hanya yang bisa dilihat oleh manusia dengan teleskop tercang-gih manusia, yang bisa menyelidiki sampai jarak sedikitnya 5 milyar tahun cahaya. Lebih dari itu manusia tidak bisa melihat.

Catatan: data-data di atas ini diperolah dari sumber-sumber ini:

Encyclopedia Americana.

Halley’s Bible Handbook.

Kenneth N. Taylor, ‘Creation and Evolution’.

Setelah saudara melihat / merasakan besarnya alam semesta, maka ketahuilah bahwa semua itu diciptakan oleh Allah hanya dengan firmanNya.

Ibrani 11:3 - "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat" (bdk. Mazmur 148:5).

Ini semua menunjukkan kemahakuasaan Allah, dan karena itu tidak ada yang mustahil bagi Dia!

Yeremia 32:17 - "kataku: ‘Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatanMu yang besar dan dengan lenganMu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untukMu’".

Penerapan:

Kalau saudara mempunyai persoalan, betapapun banyaknya dan beratnya persoalan itu, percayalah bahwa Allah bisa membereskan-nya, dan bawalah persoalan itu kepada Allah dalam doa! Bdk. 2Raja-raja 19:15 Kisah Para Rasul 4:24.

Kedua: Melalui alam semesta ini kita bisa melihat kebaikan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 14:17 dikatakan bahwa Allah menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu melalui pemberian hujan, musim-musim, dsb. Sebetulnya ada banyak hal lain dari alam semesta me-lalui mana kita bisa melihat kasih dankebijaksanaan Allah. Hal ini dinyatakan dengan begitu indah oleh David D. Riegle dalam bukunya yang berjudul ‘Creation or Evolution’, hal 18-21, dimana ia berkata:

1. Bumi (planet ke 3) terletak dalam jarak yang tepat dari matahari, sehingga manusia bisa mendapatkan jumlah panas yang tepat untuk mendukung kehidupannya. Mercurius (planet ke 1) dan Venus (planet ke 2) terlalu dekat dengan matahari sehingga terlalu panas, sedangkan Mars sampai Pluto (planet ke 4 - ke 9) terlalu jauh dari matahari sehingga terlalu dingin.

2. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang tepat.

Kalau bumi berputar dengan kecepatan sepersepuluh dari yang sekarang ini, maka waktu untuk pagi / siang dan malam akan men-jadi sepuluh kali lebih panjang, sehingga pada pagi / siang hari tanaman akan terbakar, dan malam hari akan menjadi begitu dingin sehingga tanaman tidak bisa hidup.

3. Jarak bumi bulan adalah sekitar 240.000 mil.

Andaikata bulan didekatkan sehingga menjadi hanya 50.000 mil, maka air pasang yang sekarang tidak membahayakan ini, akan merendam seluruh benua yang ada 2 x sehari!

4. Besarnya bumi juga tepat.

Kalau bumi hanya sebesar bulan maka gravitasinya hanya 1/6 dari yang sekarang, sehingga tidak bisa menahan baik atmosfir maupun air. Sebaliknya kalau diameter bumi diduakalikan, maka gravitasi juga akan menjadi 2 x lipat, sehingga tekanan atmosfir akan naik dari 15 menjadi 30 pounds / inci persegi. Ini akan mempengaruhi secara serius semua kehidupan di bumi. Dan kalau diameter bumi diperbesar sampai sebesar matahari, maka tekanan atmosfir akan menjadi lebih dari 1 ton / inci persegi, sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan.

5. Komposisi atmosfir kita adalah 21 % oksigen dan 78 % nitrogen.

Kerapatan udara bisa berbeda antara di gunung dan di pantai, tetapi perbandingan oksigen dan nitrogen itu selalu tetap. Kalau nitrogennya atau oksigennya dinaikkan manusia akan mati.

2) Penyataan khusus (special revelation).

Adanya dosa menyebabkan:

a) Penyataan umum menjadi kabur.

Misalnya:

adanya bencana alam menyebabkan orang bertanya: ‘Kasihkah Allah itu?’.

adanya banyak ketidakadilan menyebabkan orang bertanya: ‘Adilkah Allah itu?’.

adanya banyak dosa / kebejadan moral menyebabkan orang bertanya: ‘Sucikah Allah itu?’.

b) Manusia menjadi buta secara rohani.

Misalnya:

pada waktu melihat bintang, manusia bukannya melihat kemuliaan Allah, tetapi lalu menggunakannya sebagai alat meramal.

manusia menganggap dirinya berasal dari monyet.

Ini menyebabkan manusia tidak bisa mengenal Allah melalui penyataan umum dan karena itu Allah lalu memberikan penyataan khusus, yaitu:

Kitab Suci / Firman Tuhan.


(1Samuel 3:7 Matius 11:27 Yohanes 1:18 Yohanes 14:7-9 Ibrani 1:1-2).

Ada banyak hal yang tidak bisa diketahui melalui penyataan umum tetapi bisa diketahui melalui penyataan khusus, misalnya keberdosaan kita, penebusan oleh Yesus Kristus, dsb.

Penyataan umum dan penyataan khusus tidak bisa / tidak boleh berten-tangan.

Kalau terjadi pertentangan, maka ada 2 kemungkinan:

1. Ilmu pengetahuan tentang penyataan umum itu salah.

Misalnya: Teori evolusi bertentangan dengan Kitab Suci. Dalam hal ini ilmu pengetahuan tentang penyataan umum itu yang salah.

2. Penafsiran tentang penyataan khusus itu salah.

Misalnya: Orang kristen jaman dulu, berdasarkan Mazmur 19:2-7 (perhatikan khususnya ay 6-7), lalu berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi, dan ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang menyatakan bahwa bumilah yang mengelilingi matahari. Dalam hal ini penafsiran dari Mazmur 19:2-7 itu yang salah. Perlu dicamkan bahwa Alkitab tidak ditulis sebagai buku ilmiah, dan karenanya tidak ditulis menurut cara ilmiah. Banyak bagian Alkitab yang ditulis menurut pandangan mata manusia / sebagai-mana kelihatannya oleh mata manusia. Karena dalam mata manusia kelihatannya mataharilah yang mengelilingi bumi, maka demikianlah ditulisnya. Contoh lain dimana Kitab Suci menuliskan / menggambarkan menurut pandangan mata manusia ialah Kejadian 1:14-16. Di sini Allah menciptakan benda-benda penerang (matahari, bulan dan bintang-bintang), dan dikatakan dalam Kejadian 1:16 bahwa matahari dan bulan adalah benda penerang yang besar, dan ini secara implicit/ tidak langsung berarti bahwa bintang-bintang adalah benda-benda penerang yang kecil. Padahal kita tahu bahwa bintang-bintang itu jauh lebih besar dari bulan dan bahkan dari matahari! Tetapi Kitab Suci tetap menulis begitu, karena Kitab Suci menuliskan sebagaimana kelihatan oleh mata manusia (bintang kelihatan kecil, matahari dan bulan kelihatan besar).

III) Fungsi Roh Kudus dalam pengenalan akan Allah.

Karena manusia itu buta rohani maka penyataan khusus itupun belum cukup bagi manusia untuk bisa mengenal Allah. Di sini letak peranan Roh Kudus.

1) Allah dapat dikenal hanya dengan pertolongan Roh Kudus.

2) Roh Kudus melahirkan kita kembali (regenerate) dan menyucikan (sanctify) kita untuk menghapuskan kebutaan rohani kita.

3) Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kita sehingga kita bisa mengerti Firman Tuhan dan melalui Firman Tuhan itu kita bisa mengenal Allah.

Karena itu kita harus banyak berdoa (bersandar kepada Roh Kudus) untuk bisa mengerti Firman Tuhan dengan benar. Firman Tuhan dan doa berhubungan sangat erat. Bdk. Kolose 1:9-10 Filipi 1:9 Mazmur 119:12,18,19,26, 33,34,64,68,73,124,125,135,169.

Tetapi juga perlu diwaspadai extrim dari banyak orang yang tidak mau belajar dari manusia, dan hanya mau langsung dari Allah. Ini salah, karena sekalipun Allah bisa mengajar langsung, tetapi Ia juga menetap-kan hamba-hambaNya sebagai alat untuk mengajar jemaat (Efesus 4:11-13).

IV) Peranan iman dalam pengenalan akan Allah.

Allah hanya bisa dikenal oleh orang yang mau menerima penyataan Allah tentang diriNya sendiri dengan iman. Dalam penyataan Allah ini ada banyak hal-hal yang melampaui pengertian / akal kita, seperti:

doktrin Allah Tritunggal.

Yesus Kristus yang adalah 100% Allah dan 100% manusia.

Yesus ditinggal oleh Bapa (Matius 27:46).

Allah tidak terbatas oleh waktu.

Hal-hal seperti itu harus diterima dengan iman.

V) Diri Allah dan sifat-sifat Allah.

1) Diri Allah / hakekat (essence) Allah.

Ini tidak bisa didefinisikan dan tidak dapat dimengerti (incomprehensible).

2) Hubungan antara diri Allah dan sifat-sifat Allah:

a) Kita tidak dapat mendapat pengetahuan tentang diri (being) Allah ter-lepas dari penyataan Allah tentang sifat-sifatNya (attributes).

b) Allah dan sifat-sifatNya adalah satu.

Sifat-sifatNya tidak boleh dianggap sebagai komponen-komponen yang membentuk Allah.

Kita juga tidak boleh beranggapan bahwa hakekat Allah ada lebih dulu dari sifat-sifatNya dan lalu sifat-sifatNya ditambahkan kepada hakekat Allah itu.

Kita tidak boleh memisahkan hakekat ilahi (divine essence) dan sifat-sifat ilahi (divine attributes).

Dalam theologia selalu dikatakan bahwa sifat-sifat Allah adalah Allah sendiri. Karena hubungan yang begitu dekat antara diri Allah dan sifat-sifat Allah, maka dapat dikatakan bahwa mengetahui tentang sifat-sifat Allah berarti mengetahui hakekat Allah.

3) Sekalipun melalui penyataan Allah kita bisa mendapat pengetahuan tentang diri Allah, pengetahuan kita terbatas.

Mengapa?

a) Karena dalam penyataanNya, bahkan dalam penyataan khususNya, Allah tidak menyatakan diriNya secara keseluruhan (ada banyak yang Dia rahasiakan).

b) Karena pikiran kita terbatas sehingga tidak bisa mengerti penyataan Allah dengan sempurna.

DOKTRIN ALLAH -Sifat-sifat Allah

I) Sifat-Sifat yang tidak dapat diberikan 

A) Self existence (= ada dari dirinya sendiri).

1) Karena Allah itu ada dari diriNya sendiri, maka ini menunjukkan bahwa Ia mempunyai sifat independent(= tak tergantung).

Apa saja yang independent?

Diri / keberadaan Allah (Yohanes 5:26).
Sifat-sifatNya.
ketetapan-ketetapanNya / rencanaNya (Mazmur 33:11 Roma 9:10-18).
pikiranNya (Roma 11:33-34).
kehendakNya (Daniel 4:35 Roma 9:19 Efesus 1:5 Wahyu 4:11).
tindakanNya (Mazmur 115:3).

2) Karena Allah adalah satu-satunya yang mempunyai sifat self-exist-ence, dan segala sesuatu yang lain di luar diri Allah ada hanya melalui Dia dan dipelihara olehNya, maka ini juga berarti bahwa segala sesuatu tergantung kepada Dia (Mazmur 94:17-19 Neh 9:6 Mazmur 104:27-30 Kis 17:28 1Timotius 6:13 Ibrani 1:3).

B) Immutability (= sifat tetap / tidak bisa berubah).

1) Kesempurnaan Allah menyebabkan Dia tidak bisa berubah, baik diriNya (Mazmur 102:26-28 Mal 3:6 Yakobus 1:17) maupun tujuan / maksud / janji-janjiNya (Yes 14:24,27 Yesaya 46:10).

Allah tidak bisa menjadi makin baik atau makin jelek, karena hal itu menunjukkan Ia tidak sempurna.

Tetapi perlu dingat bahwa sekalipun Allah tidak berubah, tetapi:

a) TindakanNya bisa berubah, dalam arti, bisa saja Ia tidak mau melakukan lagi apa yang dulu pernah Ia lakukan.

Misalnya:

o dulu Ia pernah menghancurkan manusia dengan air bah, tetapi Ia berjanji tidak akan mengulang hal itu (Kej 9:12-16).

o dulu Ia pernah memimpin Israel menggunakan tiang awan dan tiang api, tetapi dalam sepanjang Kitab Suci, Ia tidak pernah mengulangi tindakan itu.

b) CaraNya bisa berubah (Ibrani 1:1).

Karena itu jangan menggunakan ketidak-bisa-berubahan Allah ini sebagai dasar untuk berkata bahwa kalau dulu Ia membangkitkan orang mati, sekarang Ia pasti juga membangkitkan orang mati, kalau dulu Ia berfirman dengan menggunakan mimpi, malaikat dsb, maka sekarang Ia pasti juga melakukan hal yang sama. Ini salah!

2) Manusia bisa berubah dan hubungan antara Allah dan manusia bisa berubah, tetapi Allah sendiri tidak bisa berubah.

C) Infinity (= ketidakterbatasan).

Beberapa aspek dari ketidak-terbatasan Allah:

1) KesempurnaanNya yang mutlak (His absolute perfection).

KesempurnaanNya menjadi sifat dari semua sifat-sifat yang dapat diberikan (Communicable attributes). Jadi, kuasa Allah, kesucian Allah, pengetahuan Allah, hikmat Allah, kasih / kebenaran Allah itu sempurna.

KesempurnaanNya menyebabkan Ia tidak mempunyai batas ataupun cacat cela (Ayub 11:7-9 Mazmur 145:3 Matius 5:48).

2) KekekalanNya (His eternity).

Ini adalah ketidak-terbatasan Allah di dalam hal waktu.

KekekalanNya berarti:

Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya (Mazmur 90:2 Mazmur 102:13 Wah 1:8,17).
Ia tidak terbatas oleh waktu / Ia melampaui semua batasan waktu (2Petrus 3:8). Ia tidak mempunyai waktu lampau, sekarang, atau akan datang.
Ada orang yang mengatakan: "He is the eternal ‘I am’" (= Ia adalah ‘I am’ yang kekal).

Bdk. Yohanes 8:58 (NIV): ‘Before Abraham was born, I am’.

3) Kebesaran / keluasan Allah (His immensity).

Ini adalah ketidak-terbatasan Allah di dalam hal tempat.

Artinya:

Ia melampaui semua batasan-batasan tempat (1Raja-raja 8:27 Yesaya 66:1 Yer 23:24b).
Ia ada / hadir di setiap tempat dengan seluruhkeberadaanNya / seluruh diriNya (His whole being) (Kis 17:27-28 Yeremia 23:23 Mazmur 139:7-10 Matius 18:20 Matius 28:20 Yohanes 1:18 Yohanes 14:23).

Jadi, jangan membayangkan seakan-akan Allah adalah seperti gas yang menyebar, sebagian ada di sini dan sebagian ada di situ. Juga jangan membayangkan seakan-akan Allah seperti raksasa yang besar, dimana di sini hanya ada tangannya, di situ hanya ada kakinya dsb.

Yang benar adalah: seluruh Allah ada di mana-mana. Hati-hati dengan ajaran sesat yang mengatakan bahwa yang maha ada / ada dimana-mana itu bukanlah Allahnya, tetapi kehendak Allah atau kuasa Allah atau pengetahuan Allah. Ini salah / sesat! Yang maha ada adalah Allahnya sendiri.

Kita tidak perlu merasa menghina Allah kalau kita mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana, bahkan ditempat-tempat yang kotor (got, tempat sampah, dsb), dan di neraka sekalipun!

Ada orang yang bertanya: ‘Where is God?’ (= dimanakah Allah?) yang lalu dijawab dengan pertanyaan: ‘Where is He not?’ (= dimana Ia tidak ada?).

Kalau dalam Kitab Suci dikatakan Allah datang, pergi, turun, naik, dsb (Kejadian 11:5-7 Hakim-hakim 13:20), itu semua hanyalah bahasa Anthropomorphism (= bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia).

Kalau dikatakan bahwa dosa memisahkan manusia dengan Allah, maka itu hanya menunjukkan perpisahan rohani, bukan secara jasmani / fisik.

Dalam kemahadaaan Allah ini terlihat sifat‘transcendent’ dan ‘immanent’ dari Allah.

‘Transcendent’ artinya: ‘that exists apart from the material universe’ (= yang ada di luar alam semesta yang bersifat materi).
Deisme hanya menekankan sifat transcendent dari Allah.

‘Immanent’ merupakan lawan kata dari ‘transcendent’, artinya: ‘present throughout the universe’ (= ada / hadir di setiap tempat dalam alam semesta).
Berlawanan dengan Deisme, maka Pantheisme hanya menekan-kan sifat immanent dari Allah.

Baik Deisme maupun Pantheisme adalah salah / sesat, karena Allah mempunyai kedua sifat ini, dan ini terlihat dengan jelas dalam Yeremia 23:23.

Istilah ‘immensity’ hampir sama dengan ‘omnipresence’(= kemaha-adaan), tetapi:

Immensity lebih menekankan ‘Allah tidak dibatasi tempat’.
Omnipresence lebih menekankan ‘Allah ada di mana-mana dengan seluruh keberadaanNya diriNya’.
Sekalipun Allah itu ada / hadir dimana-mana, tetapi Allah tidak hadir di semua tempat dengan sikap dan arti yang sama.

Louis Berkhof: "This does not mean, however, that He is equally present and present in the same sense in all His creatures" (= Tetapi ini tidak berarti bahwa Ia hadir secara sama dan hadir dalam arti yang sama dalam semua makhluk ciptaanNya) -‘Systematic Theology’, hal 61.

Herman Bavinck: "He is not present in the same degree and manner everywhere" (= Ia tidak hadir dalam tingkat dan cara yang sama di mana-mana) -‘The Doctrine of God’, hal 157.

Misalnya:

KehadiranNya di surga berbeda dengan di bumi.
KehadiranNya pada benda berbeda dengan kehadiranNya pada binatang.
KehadiranNya pada binatang berbeda dengan kehadiranNya pada manusia.
KehadiranNya pada orang kafir berbeda dengan kehadiranNya pada orang kristen.
KehadiranNya pada orang kristen yang tidak memberitakan Injil berbeda dengan kehadiranNya pada orang kristen yang memberitakan Injil (bdk. Matius 28:19-20).
KehadiranNya pada orang kristen / gereja berbeda dengan kehadiranNya pada diri Kristus sendiri (Bdk. Yohanes 3:34 dan Kolose 2:9 dengan Yoh 1:16).

Illustrasi: Polisi hadir bersama presiden maupun bersama penjahat, tetapi waktu hadir bersama presiden, ia hadir dengan sikap hormat dan bertujuan melindungi, sedangkan waktu hadir bersama penjahat, ia hadir untuk mengawasi supaya penjahat itu tidak lari. Ini jelas menunjukkan cara hadir yang berbeda.

Penerapan:

Kalau kita berdoa: ‘Tuhan, hadirlah dalam kebaktian ini’, maka itu tidak berarti bahwa kalau kita tidak berdoa Ia lalu tidak hadir. Ten-tu saja Ia sudah hadir. Tetapi kalau Ia sudah hadir, untuk apa kita meminta Ia hadir lagi? Supaya Ia hadir dengan cara yang berbeda, yaitu hadir untuk melindungi kita dari setan, untuk menguasai dan menerangi hati dan pikiran kita, dan untuk memberkati kita.
Untuk orang kristen yang betul-betul hidup sesuai kehendak Tu-han, sifat maha ada dari Allah ini menyenangkan dan memberi damai / sukacita. Untuk orang kristen yang berdosa, ini tidak me-nyenangkan. Untuk orang kafir, ini mengerikan! Karena itu setiap mau berbuat dosa, baik berdusta, menipu, ngerpek, berzinah, dsb, pikirkan bahwa Allah itu ada di dekat saudara dan mengawasi saudara!

D) The Unity of God (= Kesatuan Allah).

Louis Berkhof membedakan 2 macam kesatuan:

1) Unitas Singularitatis.

Ini menekankan:

a) Allah itu hanya satu (Ulangan 6:4 1Raja-raja 8:60 1Korintus 8:6 1Timotius 2:5).

b) Allah itu unik, tidak ada yang seperti Dia (Keluaran 15:11 Yesaya 46:9).

Keunikan Allah ini menyebabkan berhala itu dilarang.

2) The Unitas Simplicitatis.

Ini menekankan bahwa Allah itu tidak terbagi-bagi atas komponen-komponen yang membentuk Allah. Berbeda dengan manusia yang terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, dan tubuhnya terdiri dari daging, tulang, darah, dsb, maka Allah tidak terdiri dari komponen-komponen seperti itu.

Ingat bahwa:

a) 3 pribadi dalam Allah Tritunggal bukanlah 3 bagian yang memben-tuk hakekat ilahi. Ke tiga pribadi ini sekalipun bisa dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan.

b) Sifat-sifat Allah dan hakekat ilahi juga tidak terpisahkan.

II) Sifat2 yang dapat diberikan (Communicable attributes).

A) Personal Spirit (= Roh yang berpribadi).

1) Kepribadian Allah.

a) Kepribadian yang sempurna hanya ada pada diri Allah sedangkan kepribadian manusia hanyalah suatu ‘copy’ dari kepribadian Allah.

b) Tiga kepribadian dalam Allah tidak mempunyai analogi dalam diri manusia.

Ada yang menganalogikan tiga kepribadian dalam Allah itu dengan Trichotomy (doktrin yang mengatakan bahwa manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu tubuh, jiwa, dan roh). Tetapi ini salah, karena berten-tangan dengan banyak bagian Kitab Suci yang menunjukkan bah-wa manusia terdiri hanya dari 2 bagian, yaitu ‘tubuh’ dan ‘jiwa atau roh’. Ini dibahas dalam Anthropology (Doktrin Manusia).

2) Allah adalah Roh (Yohanes 4:24).

a) Allah adalah Roh.

Malaikat dan setan juga adalah roh. Manusia juga mempunyai roh. Tetapi semua itu berbeda, karena Allah adalah Roh yang sem-purna.

b) Allah adalah seseorang yang tidak bersifat materi dan karena itu Ia tidak bisa terlihat (1Timotius 1:17 1Timotius 6:15-16).

Tetapi pada saat Ia menghendaki, maka Ia bisa menampakkan diri.

B) Omniscience (= Kemahatahuan).

1) Bahwa Allah itu maha tahu dinyatakan secara jelas dalam 1Samuel 2:3 Yesaya 40:27-28.

2) Berbeda dengan pengetahuan pada manusia, pengetahuan Allah tidak didapatkan dari luar diriNya, melalui pengamatan / penyelidikan atau melalui proses berpikir (bdk. Roma 11:33-34).

3) Pengetahuan Allah sempurna, dalam arti:

a) Pengetahuan Allah tidak bisa salah.

b) Allah mengetahui segala sesuatu.

o DiriNya sendiri.

o Hal-hal di waktu lampau, sekarang, maupun yang akan datang (Yesaya 42:9 Matius 6:8).

o Hal-hal yang tersembunyi (1Samuel 16:7 1Taw 28:9 Ayub 34:21-22 Mazmur 68:18 Mazmur 139:11-12 Yesaya 29:15).

C) Wisdom (= Hikmat / kebijaksanaan Allah).

Hikmat Allah adalah aspek khusus dari pengetahuan Allah.

Pengetahuan tidak sama dengan hikmat, tetapi keduanya berhubungan sangat erat (Amsal 8 Ro 11:33-34). Baik hikmat maupun pengetahuan Allah adalah sempurna.

Definisi hikmat:

H. B. Smith: "Sifat Allah dengan mana Ia menghasilkan hasil yang terbaik dengan menggunakan jalan yang terbaik".
Louis Berkhof: "the perfection of God whereby He apllies His knowledge to the attainment of His ends in a way which glorifies Him most" (= Kesempurnaan Allah dengan mana Ia menerapkan pengetahuanNya untuk mencapai tujuanNya melalui jalan yang paling memuliakan Allah) - ‘Systematic Theology’, hal 69.

D) Goodness (= Kebaikan Allah).

Beberapa aspek dari kebaikan Allah:

1) Kebaikan Allah kepada ciptaanNya secara umum (Mazmur 36:6-7 Mazmur 104:21 Maz 145:9,15,16 Matius 5:45 Matius 6:26 Lukas 6:35 Kis 14:17).

2) Kasih Allah.

Allah tetap mengasihi orang berdosa sekalipun Ia membenci dosa-nya (Yoh 3:16).
Allah mengasihi orang percaya dengan kasih yang khusus (Roma 9:13). Sifat adil tidak berarti bahwa Allah mengasihi / memberi secara sama rata! Ayat-ayat Kitab Suci seperti 1Korintus 10:13 Roma 8:28 Yer 29:11 berlaku hanya untuk orang percaya / pilihan.

3) Kasih karunia Allah (The grace of God).

Kasih karunia adalah pemberian kebaikan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak berlayak menerimanya.
Kasih karunia Allah adalah sumber segala berkat rohani yang diberikan kepada manusia (Ef 1:6-7 Efesus 2:7-9).

4) Belas kasihan / rakhmat / kemurahan hati Allah (The mercy of God).

Ini adalah kebaikan / kasih Allah yang ditunjukkan kepada mereka yang ada di dalam kesukaran / kesengsaraan, sekalipun kesukar-an / kesengsaraan itu diakibatkan oleh dosa mereka.
Ini berhubungan erat dengan kasih karunia.

5) Kepanjang-sabaran Allah (The long suffering of God).

Ini adalah kebaikan / kasih Allah terhadap orang-orang yang terus berbuat dosa sekalipun sudah diperingatkan.
Sifat ini dinyatakan dengan menunda penghukuman (Roma 2:4 Roma 9:22 2Petrus 3:9,15). Tetapi kalau adanya penundaan hukuman itu terus tidak mentobatkan orang yang berdosa itu, maka Allah akan melaksanakan keadilanNya dengan menghukum orang itu (Nahum 1:3 Roma 2:5-11).

E) Holiness (= Kekudusan).

1) Kekudusan berarti ‘berbeda dengan’ atau ‘terpisah dari’.

Kalau kita mengatakan bahwa Allah itu kudus, maka itu bisa berarti:

a) Diri Allah memang berbeda dengan seluruh ciptaanNya (Kel 15:11 1Sam 2:2). Yang dimaksud di sini bukan berbeda dalam sifat mo-ral, tetapi bahwa diri Allah memang berbeda dengan ciptaanNya.

b) Allah terpisah dari dosa / kejahatan moral.

Ini menyebabkan:

o Allah tidak bisa berhubungan dengan dosa (Ayub 34:10 Yesaya 59:1-2 Hab 1:13 1Yohanes 1:5 1Yohanes 3:5).

o Allah tidak bisa berbuat dosa / kejahatan moral (Titus 1:2 Ibrani 6:18 2Timotius 2:13).

2) Perwujudan dari kekudusan Allah.

a) Kekudusan Allah dinyatakan dalam hukum moral yang ditanamkan dalam hati manusia / hati nurani (Roma 2:15).

b) Kekudusan Allah dinyatakan secara khusus dalam hukum-hukum dalam Firman Tuhan / Kitab Suci. Karena itu jangan heran dan menganggap Allah itu tidak masuk akal karena Ia memberikan hukum-hukum yang begitu tinggi seperti Mat 5:28,44 dsb. Sebetul-nya hukum-hukum itu tidak terlalu tinggi andaikata manusia tidak jatuh ke dalam dosa. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, semua manusia dikuasai oleh dosa, dan condong kepada dosa sehingga tidak lagi mampu melakukan hukum-hukum Tuhan itu. Tetapi melihat hal ini Tuhan tidak lalu menurunkan tingkat hukum-hukumNya, karena kalau Ia melakukan hal ini maka itu menunjuk-kan bahwa Ia tidak kudus / kurang kudus.

c) Kekudusan Allah dinyatakan melalui pahala yang Allah berikan kepada orang-orang yang mentaati hukum-hukumNya.

d) Kekudusan Allah dinyatakan melalui hukuman yang Ia berikan kepada orang-orang yang melanggar hukum-hukumNya.

e) Kekudusan Allah dinyatakan oleh Yesus yang disebut sebagai ‘Yang Kudus dan Benar’ (Kis 3:14). Yesus menyatakan kekudusan Allah melalui hidupNya yang suci.

f) Kekudusan Allah dinyatakan dalam Gereja sebagai tubuh Kristus (1Petrus 1:15-16 1Yohanes 2:6).

F) Righteousness (= Kebenaran).

Kebenaran sebetulnya berarti suatu ketaatan yang ketat terhadap hukum. Karena itu banyak orang yang berpendapat bahwa kita tidak bisa berbicara tentang kebenaran dalam Allah karena tidak ada hukum di atas Allah. Tetapi sekalipun tidak ada hukum di atas Allah, pastilah ada hukum di dalam diri Allah sendiri (bdk. 2Timotius 2:13).

G) Justice (= Keadilan).

1) Keadilan yang menguntungkan (Remunerative justice).

Ini dinyatakan dengan memberikan pahala kepada manusia. Hal ini sebenarnya merupakan perwujudan dari kasih ilahi. Pahala diberikan, sebenarnya bukan karena kita betul-betul berjasa dan layak meneri-manya, tetapi karena adanya janji Allah (Ul 7:9,12-13 Mazmur 58:12 Mat 25:21,34 Ro 2:6-7 Lukas 17:10 1Korintus 4:7).

2) Keadilan pembalasan (Retributive justice).

Ini berhubungan dengan pemberian hukuman sebagai perwujudan dari murka Allah (Roma 2:8-9 Roma 12:19 2Tesalonika 1:8-9). Perlu diperhatikan bahwa sekalipun manusia tidak berhak / tidak layak menerima pahala, tetapi ia betul-betul layak menerima hukuman.

H) Sovereignty (= Kedaulatan).

Kitab Suci menekankan kedaulatan Allah dengan menyatakan bahwa:

Allah adalah pencipta segala sesuatu.
Kehendak Allah merupakan penyebab segala sesuatu.
Langit, bumi dan segala isinya adalah milik Allah.
Allah mempunyai hak / wewenang atas segala ciptaanNya.
Allah menentukan tujuan segala sesuatu.
Segala sesuatu tergantung kepada Dia dan tunduk kepada Dia.
Ia memerintah sebagai raja dalam arti yang mutlak.

Dasar Kitab Suci: Kejadian 14:19-20 Kejadian 50:20 Kel 18:11 Ulangan 10:14,17 1Taw 29:11-12 2Taw 20:6 Neh 9:6 Mazmur 22:29 Maz 47:3-5,8-9 Mazmur 50:10-12 Mazmur 95:3-5 Mazmur 115:3 Mazmur 135:5-7 Lukas 1:51-53 Kis 17:24-26 Wahyu 19:6.

Ada 2 hal yang penting dalam hal kedaulatan Allah ini:

1) Kehendak Allah yang berdaulat (the sovereign will of God).

a) Macam-macam kehendak Allah:

1. Kehendak Allah yang menunjuk pada prinsip-prinsip kehidupan yang Ia berikan kepada manusia, dan ini mencakup baik pe-rintah-perintah maupun larangan-larangan dari Allah untuk manusia.

Kehendak yang ini sering tidak terjadi, karena manusianya tidak taat.

2. Kehendak Allah yang menunjuk pada hal yang menyenangkan Allah kalau hal itu terjadi (1Tim 2:3-4 2Petrus 3:9).

3. Kehendak Allah yang menunjuk pada RencanaNya yang telah Ia tetapkan dalam kekekalan.

Kehendak yang ini pasti terlaksana dan tidak mungkin digagal-kan oleh apapun / siapapun juga (Ayub 23:13 Ayub 42:1-2 Mazmur 33:10-11 Yesaya 14:24-27 Yes 46:10-11 Ibrani 6:17).

Kehendak Allah yang kita bicarakan di sini adalah kehendak Allah dalam arti yang ke 3.

b) Kehendak Allah adalah penyebab dari segala sesuatu:

o penciptaan dan pemeliharaan (Mazmur 135:6-7 Wahyu 4:11).

o pemerintah (Amsal 21:1 Daniel 4:35 Roma 13:1).

o penderitaan Kristus (Lukas 22:22 Kis 2:23 Kis 4:27-28 1Petrus 1:20).

o regeneration / kelahiran baru (Yakobus 1:18 Yohanes 3:8).

o pengudusan (Filipi 2:13).

o penderitaan orang percaya (1Petrus 2:19 3:17 4:19).

o kehidupan dan nasib manusia (Roma 15:32 Kis 4:27-28 Kis 17:26 Yakobus 4:15).

o hal-hal yang terkecil dalam kehidupan kita (Matius 10:29-30).

o Predestinasi, yang mencakup:

o Election / Pemilihan (Mat 24:22,24,31 Matius 25:34 Yohanes 5:21 Kis 13:48 Kis 18:10 Roma 8:29-30,33 Roma 9:6-26 Ro 11:5-7,25 Efesus 1:4,5,11 2Tesalonika 2:13 2Timotius 1:9 1Petrus 1:1-2).

o Reprobation / penentuan binasa [Amsal 16:4 Yesaya 6:9-10 (Bdk. Matius 13:10-15 Markus 4:12 Luk 8:10 Yohanes 12:39-40 Kis 28:26-27 Roma 11:8) Matius 11:25 Yohanes 17:12 Roma 9:13,17-18,22 1Petrus 2:8 Yudas 4).

1Petrus 2:8 - "Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan".

Kitab Suci Indonesia ini salah terjemahan. Perhatikan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris di bawah ini:

o NASB: "for they stumble because they are disobedient to the word, and to this doom they were also appointed" (= karena mereka tersandung karena mereka tidak taat kepada firman, dan pada tujuan / nasib ini mereka juga telah ditetapkan).

o NIV: "They stumble because they disobey the message - which is also what they were destined for" (= Mereka tersandung karena mereka tidak mentaati pesan / firman - yang juga merupakan apa yang telah ditentukan untuk mereka).

o KJV: "even to them which stumble at the word, being disobedient: whereunto also they were appointed" (= bahkan bagi mereka yang tersandung pada firman, karena tidak taat: untuk mana mereka juga telah ditetapkan).

o RSV: "for they stumble because they disobey the word, as they were destined to do" (= karena mereka tersandung karena mereka tidak mentaati firman,sebagaimana mereka telah ditentukan untuk melakukannya).

c) Kebebasan kehendak Allah (the freedom of God’s will).

Kebebasan Allah tidak boleh diartikan bahwa Ia menentukan se-gala sesuatu dengan sikap acuh tak acuh. Ia mempunyai alasan-alasan yang menyebabkanNya menghendaki sesuatu terjadi.

Allah tidak bisa menghendaki sesuatu yang bertentangan dengan sifat dasarNya (His nature), kebijaksanaanNya, kasihNya, kebenar-anNya, keadilanNya dan kesucianNya.

d) Kehendak Allah dalam hubungannya dengan dosa.

1. Dalam Rencana Allah yang kekal juga terdapat dosa; jadi Allah juga menentukan adanya dosa (Kis 2:23 Kis 4:27-28).

2. Allah bukan pencipta dosa (God is not the author of sin).

3. Ada orang-orang yang menggunakan istilah ‘Allah mengijinkan adanya / terjadinya dosa’. Istilah ini boleh digunakan tetapi harus disertai dengan pengertian yang benar.

‘Allah mengijinkan dosa’ tidak berarti bahwa dosa itu mungkin terjadi, atau terjadi secara kebetulan, tetapi berarti bahwa dosa itu pasti terjadi. Kata ‘mengijinkan’ berarti bahwa dalam pelak-sanaan terjadinya dosa, Allah bekerja secara pasif.

4. Kehendak Allah untuk mengijinkan / menentukan adanya dosa tidak berarti bahwa Ia senang melihat adanya / terjadinya dosa.

2) Kuasa Allah yang berdaulat (The sovereign power of God).

Schleirmacher dan Strauss berkata bahwa kuasa Allah terbatas pada hal-hal yang sungguh-sungguh Ia lakukan.

Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kuasa Allah melampaui apa yang betul-betul Ia lakukan (Yeremia 32:27 Matius 3:9 Matius 26:53). Jadi jelas bahwa Ia mempunyai kuasa untuk melakukan hal-hal yang dalam kenyataanNya tidak Ia lakukan.

Tetapi Alkitab juga mengatakan bahwa ada banyak hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh Allah. Ia tidak bisa berdusta, berdosa, berubah, maupun menyangkal diriNya sendiri (Bilangan 23:19 1Samuel 15:29 2Timotius 2:13 Ibrani 6:18 Titus 1:2 Yakobus 1:17).

DOKTRIN ALLAH -The eternal generation dan procession

I) The eternal generation of the Son.

1) Arti kata.

‘to generate’ = memperanakkan, memproduksi keturunan.
‘generation’ = tindakan memperanakkan.
2) Definisi dari doktrin ini:

a) Hal ini adalah suatu tindakan yang tidak bisa tidak dilakukan oleh Allah (It is a necessary act of God).

b) Ini merupakan tindakan kekal dari Allah.

Dengan kata lain, hal ini bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh Allah Bapa di masa yang lalu, tetapi merupakan tindakan yang dilakukan secara terus-menerus.

Herman Bavinck:

"It is not to be regarded as having been completed once for all in the past, but it is an act eternal and immutable, eternally finished yet continuing forevermore. As it is natural for the sun to give light and for the fountain to pour forth water, so it is natural for the Father to generate the Son" (= Hal itu tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang telah diselesaikan sekali dan selamanya pada waktu lampau, tetapi merupakan suatu tindakan yang kekal dan abadi, diselesaikan secara kekal tetapi berlangsung selama-lamanya. Sebagaimana adalah alamiah bagi matahari untuk memberikan sinar dan bagi mata air untuk mengeluarkan air, begitu pula adalah alamiah bagi Bapa untuk memperanakkan Anak) -’The Doctrine of God’, hal 309.

Illustrasi / analogi yang dipakai oleh Bavinck di sini adalah sangat penting. ‘Bapa memperanakkan Anak’ merupakan suatu tindakan yang sudah selesai, tetapi terus berlangsung secara kekal. Analoginya adalah matahari yang memancarkan sinarnya. Matahari itu sudah selesai memancarkan sinarnya, tetapi hal itu tetap berlangsung terus menerus. Dengan analogi ini terlihat bahwa sama seperti kita tidak bisa mengatakan bahwa matahari itu ada lebih dulu dari sinarnya (ingat bahwa matahari tanpa sinar tidak bisa disebut sebagai mata-hari!), maka kitapun tidak bisa mengatakan bahwa Bapa itu lebih kekal dari pada Anak.

William G. T. Shedd mengutip kata-kata Turrettin:

"‘The Father,’ says Turrettin, ‘does not generate the Son either as previously existing, for in this case there would be no need of generation; nor as not yet existing, for in this case the Son would not be eternal; but as coexisting, because he is from eternity in the Godhead’" (= ‘Bapa’, kata Turretin, ‘tidak memperanakkan Anak seakan-akan Anak itusudah ada sebelumnya, karena kalau begitu maka tidak diperlukan tindakan memperanakkan itu; juga tidak seakan-akan Anak itu belum ada, karena kalau begitu maka Anak itu tidak kekal; tetapi sebagai ada bersama-sama, karena Ia ada dalam diri Allah sejak kekekalan’) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 293-294.

Dari penjelasan-penjelasan ini terlihat bahwa sekalipun Yesus memang betul-betul diperanakkan oleh Bapa, Ia tetap sama kekal-nya dengan Bapa. Jadi doktrin ini memang disusun sedemikian rupa sehingga melindungi kekekalan Anak, dan dengan demikian juga melindungi keilahian Anak.

c) Hal ini merupakan kelahiran / generation dari pribadi, bukan kelahiran / generation dari hakekat Anak Allah.

Louis Berkhof:

"It is better to say that the Father generates the personal subsistence of the Son, but thereby also communicates to Him the divine essence in its entirety. But in doing this we should guard against the idea that the Father first generated a second person, and then communicated the divine essence to this person, for that would lead to the conclusion that the Son was not generated out of the divine essence but created out of nothing. In the work of generation there was a communication of essence but created out of nothing. In the work of generation there was a communication of essence; it was one indivisible act" (= Lebih baik untuk mengatakan bahwa Bapa memperanakkan keberadaan pribadi dari Anak, tetapi dengan demikian juga memberikan kepadaNya seluruh hakekat ilahi. Tetapi dalam melakukan ini kita harus waspada terhadap gagasan bahwa Bapa mula-mula memperanakkan pribadi yang kedua, dan lalu memberikan hakekat ilahi kepada pribadi ini, karena itu akan membawa pada kesimpulan bahwa Anak bukan diperanakkan dari hakekat ilahi tetapi diciptakan dari ‘tidak ada’. Dalam pekerjaan memperanakkan ada pemberian hakekat; itu adalah satu tindakan yang tidak terpisahkan) - ‘Systematic Theology’, hal 93,94.

‘Communication of essence’ ini menyebabkan Anak mempunyai hidup dari diriNya sendiri (Yohanes 5:26).

d) Hal ini bersifat rohani dan illahi.

Louis Berkhof:

"This generation must not be conceived in a physical and creaturely way, but should be regarded as spiritual and divine, excluding all idea of division or change" (= Tindakan memperanakkan ini tidak boleh dipahami / dibayangkan secara fisik dan bersifat ciptaan, tetapi harus dianggap sebagai rohani dan ilahi, membuang semua gagasan tentang perpecahan atau perubahan) - ‘Systematic Theology’, hal 94.

Catatan: keempat definisi di atas ini kelihatannya diberikan begitu saja tanpa dasar Kitab Suci, tetapi saya berpendapat bahwa dasarnya sebe-tulnya ada. Dalam menyusun definisi-definisi itu, para ahli theologia mem-perhatikan beberapa hal yang tidak boleh dilanggar, yaitu:

Anak adalah Allah, dan harus bersifat kekal, dan bahkan sama kekal-nya dengan Bapa.
Allah tidak bisa berubah.
Ada yang berdasarkan Mazmur 2:7 mendefinisikan doktrin‘the eternal gene-ration of the Son’ sebagai suatu tindakan Bapa yang terjadi di minus tak terhingga. Orang itu berkata bahwa pada saat itu waktupun belum ada sehingga tidak ada ‘sebelum’ atau ‘sesudah’. Dengan demikian tidak bisa dikatakan bahwa Bapa ada sebelum Anak.

Tetapi saya tidak setuju dengan argumentasi ini. Untuk itu saya akan mengutip kata-kata John Murray dalam tafsirannya tentang Roma 9:11 (NICNT) dimana ia berkata:

"This consideration that the electing purpose is supratemporal does not, however, rule out the thought of priority; there can be priority in the order of thought and conception quite apart from the order of temporal sequence" (= Pertimbangan bahwa rencana pemilihan ini ada di atas waktu tidak menyingkirkan pemikiran tentang ke-lebih-dahulu-an; bisa ada ke-lebih-dahulu-an dalam urut-urutan pemikiran dan pengertian terlepas dari urut-urutan waktu).

John Murray mendukung hal ini menggunakan Roma 8:29 dimana secara implicit ditunjukkan bahwa ‘foreknew’ (= diketahui lebih dulu; tetapi Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘dipilihNya’) mendahului ‘predestined’ (= ditentukanNya), padahal jelas bahwa baik ‘foreknew’maupun ‘predestined’ adalah hal-hal yang terjadi di dalam kekekalan.

Karena itu, kalau kita mengatakan bahwa Anak diperanakkan di satu saat pada waktu yang lampau, sekalipun itu terjadi di minus tak terhingga, pada saat waktupun belum ada, maka secara logika kita tetap bisa melihat bahwa Bapa lebih kekal dari Anak, dan juga bahwa terjadi perubahan dalam diri Allah dari satu pribadi menjadi dua pribadi.

Tetapi dengan mendefinisikan bahwa Bapa memperanakkan Anak secara kekal / terus menerus, maka prinsip tentang keilahian dan kekekalan Yesus dan ketidakberubahan Allah bisa dipertahankan.

3) Dasar Kitab Suci dari "the eternal generation of the Son".

a) Dasar yang salah:

Mazmur 2:7 yang berbunyi: "Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuper-anakkan pada hari ini".

Pdt. Stephen Tong dalam seminar dan buku ‘Allah Tritunggal’ (hal 40-41,43) menggunakan Maz 2:7 ini sebagai dasar dari ‘the eternal gene-ration of the Son’, dan Calvin juga mengatakan bahwa ada orang-orang yang menggunakan Mazmur 2:7 sebagai dasar dari doktrin‘the eternal generation of the Son’. Tetapi Calvin tidak setuju dengan penafsiran itu. Saya setuju dengan Calvin, dan saya berpen-dapat ada beberapa alasan yang menyebabkan Maz 2:7 tidak bisa menjadi dasar dari ‘the eternal generation of the Son’, yaitu:

Kata-kata ‘hari ini’ menunjuk pada satu titik di masa yang lampau, dan dengan demikian maka tindakan memperanakkan itu merupa-kan suatu tindakan yang terjadi pada masa yang lampau, dan ini tidak sesuai dengan definisi dari ‘the eternal generation of the Son’ (lihat point 2,a dan 2,b di atas, dan perhatikan juga catatan di bawah point 2,d di atas).
Maz 2:7 hanya menunjukkan bahwa Allah memberikan kesaksian bahwa Yesus adalah Anak Allah.

Calvin: "He is not said to be begotten in any other sense than as the Father bore testimony to him as being his own Son" (= Ia tidak dikatakan diperanakkan dalam arti yang lain dari pada bahwa Bapa memberikan kesaksian kepadaNya sebagai AnakNya sendiri).

Kata-kata ‘hari ini’ menunjuk pada saat dimana ke-Anak-an Yesus diproklamirkan kepada dunia.
Calvin: "This expression, to be begotten, does not therefore imply that he began to be the Son of God, but that his being so was then made manifest to the world" (= Ungkapan ‘diperanakkan’ ini tidak berarti bahwa Ia mulai menjadi Anak Allah, tetapi bahwa keberadaanNya sebagai Anak Allah dinyatakan kepada dunia pada saat itu).

Mazmur 2:7 dikutip 3 kali dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Kisah Para Rasul 13:33 Ibrani 1:5 Ibrani 5:5, dan tidak ada satupun dari ayat-ayat itu yang me-ngutipnya untuk menunjuk pada ‘the eternal generation of the Son’.

b) Dasar yang benar:

Sebutan ‘Bapa’ dan ‘Anak’ menunjukkan bahwa Bapa memper-anakkan Anak.
Sebutan ‘Anak Tunggal’ bagi Yesus / Anak Allah (Yohanes 1:14 3:16,18 1Yohanes 4:9). Dalam bahasa Inggris digunakan istilah‘the only begotten’ (= satu-satunya yang diperanakkan).
Sebutan ‘sulung’ bagi Yesus / Anak Allah (Kolose 1:15 Ibrani 1:6). Dalam bahasa Inggris digunakan istilah ‘firstborn’ (=dilahirkan pertama).

BACA JUGA: ALLAH YANG TIDAK BERUBAH

Kitab Suci berkata bahwa Allah Bapa ‘memberikan’ Allah Anak untuk mempunyai hidup dalam diriNya sendiri (Yohanes 5:26 bdk. Yohanes 6:57).
Yohanes 1:18 - 'Anak Tunggal Allah'.
Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem(= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain).

Ada 4 golongan manuscript:

1. the only begotten (= satu-satunya yang diperanakkan).

2. the only begotten Son (= satu-satunya Anak yang diperanak-kan).

3. the only begotten Son of God (= satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan).

4. only begotten God (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).

Kebanyakan penafsir menganggap bahwa yang keempatlah yang benar, dengan alasan:

o ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.

o Ini merupakan bacaan yang ‘lebih sukar’, atau yang lebih tidak masuk akal. Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar / lebih tidak masuk akal yang diterima, dengan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari yang tidak masuk akal menjadi masuk akal, dari pada mengubah dari yang masuk akal menjadi yang tidak masuk akal.

Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no 1 atau no 2 atau no 3, tidak mungkin penyalin manuscript itu lalu mengubah menjadi yang no 4. Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tak masuk akal sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.

II) The eternal procession of the Holy Spirit.

Arti kata.
‘to proceed’ = keluar.
‘procession’ = tindakan keluar.
Seperti Anak, Roh Kudus juga sehakekat dengan Bapa.

Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak (The Holy Spiritproceeds from the Father and the Son).
Point ini memecah gereja menjadi dua pada abad ke 11, yaitu:

Greek Orthodox, yang mempercayai bahwa Roh Kudus hanya keluar dari Bapa.
Roma Katolik, yang mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak.
Banyak hal-hal tentang ‘eternal generation’ yang juga berlaku untuk ‘eternal procession’. Semua point dalam definisi dari‘the eternal generation of the Son’ juga berlaku di sini.
Perbedaan ‘Generation’ dengan ‘Spiration’.
‘Generation’ adalah pekerjaan Bapa saja, sedangkan‘Spiration’ meru-pakan pekerjaan Bapa dan Anak.

Karena adanya ‘Generation’, maka Anak bisa ikut ambil bagian dalan ‘Spiration’.
Secara logika (bukan secara chronologis!), ‘Generation’mendahului ‘Spiration’. Tetapi faktanya adalah bahwa keduanya sama-sama merupakan tindakan kekal.

Catatan: kata ‘spiration’ tidak ada dalam kamus, bahkan dalam kamus Webster sekalipun. Tetapi kelihatannya, kalau ‘procession’ berarti ‘tindak-an keluar’, maka‘spiration’ berarti ‘tindakan mengeluarkan’. Kalau‘procession’ adalah ‘the property of the Holy Spirit’, maka‘spiration’ adalah ‘the property of the Father and the Son’ (= milik Bapa dan Anak).

6) Dasar Kitab Suci dari ‘the procession of the Holy Spirit from the Father and the Son’:

Roh Kudus disebut sebagai Roh Allah / Roh Bapa (Roma 8:9 Matius 10:20) dan juga sebagai Roh Kristus / Roh Anak (Roma 8:9 Galatia 4:6). Kata ‘Roh’ bisa diartikan sebagai ‘nafas’ dan ini secara tidak langsung menunjuk-kan bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.

Yohanes 15:26 & Yohanes 14:26 mengatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan diutus oleh Bapa.
Yohanes 15:26 dan 16:7 mengatakan bahwa Roh Kudus diutus oleh Anak.

Catatan: tidak adanya ayat yang menyatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Anak menyebabkan Greek Orthodox menganggap bahwa Roh Kudus hanya keluar dari Bapa. Tetapi bahwa Roh Kudus disebut Roh Kristus, dan kata ‘Roh’ bisa diartikan nafas, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Roh Kudus juga keluar dari Anak.

III) Keberatan dan jawabannya.

1) Loraine Boettner tidak setuju dengan kedua doktrin ini.

a) Doktrin ‘the eternal generation of the Son’:

Loraine Boettner berkata bahwa ayat-ayat seperti Yohanes 5:26 Ibrani 1:6 Yohanes 3:16, tidak mengajarkan doktrin ini. Tujuan utama dari ayat itu dan dari ayat-ayat lain yang serupa adalah mengajarkan bahwa:

Kristus berhubungan secara intim dengan Bapa.
Anak sama dengan Bapa dalam kuasa, kemuliaan dan‘nature’.
Anak adalah Allah sepenuhnya.
Loraine Boettner juga berkata bahwa rupa-rupanya pandangannya juga merupakan pandangan John Calvin, karena pada bagian terakhir dari pasalnya tentang Tritunggal, Calvin berkata:

"But studying the edification of the Church, I have thought it better not to touch upon many things, which unnecessarily burdensome to the reader, without yielding him any profit. For to what purpose is it to dispute whether the Father is always begetting? For it is foolish to imagine a continual act of regeneration, since it is evident that three Persons have subsisted in God from all eternity" (= Tetapi mempelajari pendidikan Gereja, saya berpikir lebih baik tidak menyentuh banyak hal, yang secara tidak perlu memberatkan pembaca tanpa memberikan keuntungan / menfaat apapun kepadanya. Karena apa tujuannya memperdebatkan apakah Bapa itu terus memperanakkan? Karena adalah bodoh untuk membayangkan suatu tindakan melahirkan yang terus menerus, karena adalah jelas bahwa tiga Pribadi terus ada dalam Allah dari kekekalan) - Loraine Boettner, ‘Studies in Theology’, hal 122 (ini dikutip oleh Loraine Boettner dari ‘Insitutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 29).

Tetapi dalam bagian sebelumnya Calvin berkata:

"... and we must not seek in eternity a before or an after, nevertheless the observance of an order is not meaningless or superfluous, when the Father is thought of as first, then from him the Son, and finally from both the Spirit. ... For this reason, the Son is said to come forth from the Father alone; the Spirit, from the Father and the Son at the same time" (= ... dan kita tidak boleh mencari sebelum atau sesudah dalam kekekalan, meskipun demikian pengamatan tentang suatu urut-urutan bukanlah tanpa arti ataupun berlebihan, ketika Bapa dianggap sebagai yang pertama, lalu dari Dia Anak, dan akhirnya dari keduanya Roh. ... Karena itu, Anak dikatakan muncul / lahir dari Bapa saja; Roh, dari Bapa dan Anak pada saat yang sama) - ‘Insitutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 18.

b) Doktrin ‘The Eternal Procession of the Holy Spirit’:

Loraine Boettner berkata sebagai berikut:

Hanya ada 1 ayat dalam Kitab Suci yang bisa dipakai sebagai dasar doktrin ini, yaitu Yohanes 15:26.
Ada ahli-ahli theologia yang berpendapat bahwa ayat ini mengajarkan doktrin ini, tetapi ada pula yang berkata bahwa ayat itu semata-mata menunjukkan misi dari Roh Kudus untuk datang ke dunia.
Dalam Yoh 16:28, Tuhan Yesus menggunakan bentuk yang mirip dengan Yohanes 15:26 (Yoh 16:28 - "Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa"). Yohanes 16:28 jelas menunjukkan bahwa Tuhan Yesus berbicara tentang misiNya untuk datang ke dunia, bukan tentang ‘eternal generation’, karena dalam ayat itu Tuhan Yesus mengkon-traskan antara ‘datang dari Bapa ke dalam dunia’ dengan ‘mening-galkan dunia dan pergi kepada Bapa’. (Jadi maksudnya, kalau Yoh 16:28 menunjuk pada misi Tuhan Yesus, bukan pada ‘eternal generation’, maka Yohanes 15:26 juga menunjuk pada misi Roh Kudus, bukan pada ‘eternal procession’).
DOKTRIN ALLAH (BUKTI DAN SIFAT-SIFAT ALLAH)
Yohanes 15:26 diucapkan oleh Tuhan Yesus pada saat Ia sudah mendekati saat penyaliban. Jadi rasanya tidak mungkin saat itu Tuhan Yesus mengajarkan hal-hal yang bersifat filsafat dan begitu mendalam. Lebih cocok, kalau pada saat itu Tuhan Yesus mengajar hal-hal yang bersifat praktis dan berguna untuk meme-nuhi kebutuhan murid-murid (menghibur dan menguatkan mereka) pada saat Tuhan Yesus ditangkap, disalibkan dan mati. Jadi ayat ini tidak boleh diartikan sebagai ‘eternal procession’, tetapi hanya sebagai janji Tuhan Yesus bahwa Ia akan memberikan seorang Penolong yang lain yang keluar dari Bapa.

c) Kesimpulan Loraine Boettner tentang ‘eternal generation’ dan ‘eternal procession’:


"We prefer to say, as previously stated, that within the essential life of the Trinity no one Person is prior to, nor generated by, nor proceeds from, another" (= Kami lebih suka berkata, seperti telah dinyatakan sebelumnya, bahwa di dalam kehidupan hakiki dari Tritunggal tidak seorangpun yang mendahului, atau dilahirkan oleh, atau keluar dari, yang lain) - ‘Studies in Theology’, hal 123.

2) Pandangan William G. T. Shedd.

Pandangan William G. T. Shedd tentang orang yang menolak kedua doktrin ini: Ini adalah sesuatu yang tidak konsisten. Nama-nama ‘Bapa’, ‘Anak’, dan ‘Roh’ yang diberikan kepada Allah dalam Kitab Suci, menimbulkan ide / gagasan tentang paternity, filiation, spiration, dan procession.

Seseorang tidak bisa menyebut oknum I sebagai Bapa, dan menyangkal bahwa Ia memperanakkan. Juga tidak bisa menyebut oknum ke II sebagai Anak, dan menyangkal bahwa Ia diperanakkan. Juga tidak bisa menyebut oknum ke III sebagai Roh, dan menyangkal bahwa Ia keluar dari Bapa dan Anak.

Kalau seseorang percaya / menerima bahwa kata-kata ‘Bapa’, ‘Anak’, ‘Roh’ itu menyampaikan kebenaran yang mutlak, maka ia juga harus percaya / menerima kata-kata ‘beget’ (= memperanakkan), ‘begottten’ (= diperanakkan), ‘spirate’ (= mengeluarkan), ‘proceed’ (= keluar) juga menyampaikan suatu kebenaran yang mutlak (Shedd’s Dogmatic Theology, vol I, hal 292-293).

Catatan: Made Nopen Supriadi Tentang Doktrin Allah

Pemahaman iman Kristen tentang Allah adalah unik dan sangat berbeda dengan berbagai konsep Allah yang terdapat di dalam semua kepercayaan lain meski mempunyai pemahaman monotheistik. Istilah ”theologi” (Yun. Qeoj dan logoj) secara khusus dipahami sebagai pelajaran tentang Allah di mana di dalamnya dibahas pemahaman tentang diri Allah dan karya-Nya. Di dalam keKristenan, doktrin Allah merupakan pengajaran tentang segala sesuatu yang Alkitab nyatakan berkenaan dengan diri Allah dan karya-Nya. Dalam tulisan ini akan membahas dengan singkat mengenai bagaimana Allah dalam iman Kristen. Calvin menyatakan bahwa pengetahuan tentang Allah membawa kita untuk mengetahui keadaan diri kita dan sebaliknya. Ia Menuliskan Dalam Instituionya:

"Sebab, pertama, tiada seorang pun dapat mengamati dirinya sendiri tanpa segera menjuruskan pikirannya kepada Allah, yang di dalam-Nya ia hidup dan bergerak. Karena sangat jelas bahwa karunia-karunia yang merupakan kemuliaan kita sekali-kali bukan diri kita; bahkan kita hanya ada karena kita berada di dalam Allah saja. Lalu oleh kebaikan-kebaikan yang menetes ke atas diri kita itu, kita seakan-akan oleh batang-batang air dibimbing ke sumber-sumbernya. Bahkan: dari kemiskinan kita ini lebih jelas lagi terlihat betapa tak terhingganya kebaikan-kebaikan yang terdapat pada Allah.... Dengan demikian, setelah merasakan kebodohan kita, kesia-siaan, kemiskinan, kelemahan kita dan akhirnya kebejatan dan kerusakan kita, kita samapai pada pengetahuan bahwa tiada lain kecuali pada Allah-lah benar-benar terdapat hikmat terang, kebajikan kukuh, kelimpahan sempurna segala kebaikan, keadilan yang murni. Pendeknya, tergeraklah hati kita oleh kesengsaraan kita, sehingga ditelitinya kebaikan-kebaikan Allah. Dan kita baru dapat mendamkan Dia dengan sungguh-sungguh, kalau kita sudah mulai benar-benar tidak senang akan diri kita sendiri. Karena tentu saja setiap orang akan merasa senang dan puas akan dirinya sendiri, dan setiap orang memang merasa puas akan dirinya selama ia tidak mengenal dirinya: yaitu selama ia membanggakan kepadaian-kepandaiannya dan tidak mengenal kemalangannya, atau telah melupakannya. Dengan demikian, pengetahuan akan diri kita sendiri tidak hanya mendorong kita masing-masing mengenal Allah, tetapi kita kita juga dibimbing oleh pengetahuan itu untuk menemukannya." (Yohanes Calvin, Institutio (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011), 7-8)

Manusia bisa mengenal Allah karena Allahlah yang terlebih dahulu menyatakan dirinya kepada manusia. Untuk bisa mengenal Allah manusia dapat mengenal Allah sebatas apa yang Allah nyatakan melalui firman-Nya (Ul. 29:29).

Penyataan Allah ada dua, yaitu:
1. Penyataan umum
a. Alam semesta (Ayub 12:7-9; Mazamur 8:2-4; 19:1-7: 50:6; Yesaya. 40:12-14)
b. Sejarah umat manusia (II Sam. 23:2; Yer. 1-9)
c. Hati nurani manusia (Pkh. 3:11; Roma 2:15-16)
2. Penyataan khusus
a. Tindakan Ajaib: Mujizat (Kel. 3:2; Hak. 6:7; Yun. 1:1; Matius 14:13-21), Visi (Yesaya 1:1; 8:3; 11:24; 43:3), mimpi (Kej. 28:12-16; I Raj. 3:5-15; Daniel 7:1), Epifani (penampakkan diri Allah): Malaikat (Kej. 18,19), Api (Kel. 3:2), tiang awan dan tiang api (Kel 13:21), badai (Ay. 38:1).
b. Alkitab (Yohanes 6:68; II Timotius 3:16)
c. Yesus Kristus (Yohanes 1:18; Ibrani 1:1-4; Kol. 1:15; 2-9)

Ada empat hakikat Allah yang dapat kita pelajari dari Alkitab, yaitu Allah dan Roh (the spirituality of God), Allah adalah pribadi (the personality of God), Allah itu Esa (the unity of God), dan Allah itu Trinitas (the trinity of God).

1. Allah adalah Roh (the spirituality of God)

Bukti Alkitab
a. Kej. 1:2 “dalam proses penciptaan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan bumi”
b. Yohanes. 4:24 “Tuhan Yesus menegaskan bahwa Allah itu Roh”
Sifat-sifat Allah sebagai Roh:
a. Sebagai Roh maka Allah tidak kelihatan
b. Sebagai Roh maka Allah tidak terikat pada suatu tempat tertentu
c. sebagai Roh maka Allah tidak digambar oleh manusia
d. sebagai Roh maka Allah dapat menyatakan diri dalam bentuk yang nampak

2. Allah adalah pribadi (the personality of God)

Bukti Alkitab
Bukti Alkitab yang menunjukkan bahwa Allah pribadi adalah melalui penyataan antropomorfisme Allah. Antropomormisme (antropos: manusia), artinya mengenakan ciri-ciri manusia kepada Allah. 

Antropomorfisme ada dua, yaitu:
a. Allah dinyatakan memiliki anggota tubuh (bodily Anthrophism)
Allah bisa melihat (Kej. 11:5), berbicara (Kejadian 1:3), berjalan (Kej. 3:8), mendengar (Kej. 1:4), mencium (1 Samuel 26:19), memiliki tangan (Yesaya. 50:11), kaki (kel. 24:10), wajah (Bil.6:25).
b. Allah memiliki emosi dan intelektual (personality Aantrophism)
Allah bisa cemburu (Kel. 120:5), marah (Mazmur. 102:11), Menyesal (Kejadian 6:6), Mengasihi (Maz. 103:8), dan berpikir (Amsal 4:13).

Menyatakan Allah sebagai pribadi maka Allah memiliki:
a. Kecerdasan (intelligence)
b. Kesadaran akan diri sendiri (self consciousness)
c. Penentuan diri sendiri (self determination)

3. Allah itu Esa (the unity of God)

Bukti Alkitab:
Kel. 20:2-3 “Akulah Tuhan Allahmu,…jangan ada padamu allah lain di hadapanku”
Ulangan 4:39 “…, ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa TUHANlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain.”
Ulangan 6:4 “…, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
Markus 12:29 “…, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa”
1 Korintus 8:4 “…, tidak ada Allah lain dari pada Allah esa”

Ada dua kesimpulan keesaan Allah, yaitu:
a. Manusia harus beribadah kepada Tuhan dengan hati yang bulat (esa) pula dengan tidak bercabang hati.
b. Keberadaan ilah-ilah ada dalam dunia

4. Allah itu trinitas (the trinity of God)
Trinity artinya “tiga dalam satu (three in unity)” istilah Allah tritunggalmemang tidak ditemukan dalam Alkitab tetapi Alkitab menyatakan fakta-fakta bahwa Allah Tritunggal.

Bukti Alkitab :
a. Kej. 1:1 “kata ‘Allah’dalam bahasa ibrani yaitu ‘elohim’” akhiran –im menunjukkan bentuk jamak (lebih dari satu) dari Allah
b. Kej. 1:26 “kata “kita”menunjukkan jumlah jamak (lebih dari satu)”
c. Matius. 3:16-17 “dalam pembaptisanYesus: Allah Bapa yang berfirman, Yesus Kristus adalah oknim kedua yang menjadi manusia, dan Allah Roh kudus yang turun dalam bentuk merpati.”
d. Matius 28:19-20 “amanat agung Tuhan Yesus”
e. Formula berkat rasuli “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh kudus menyertai kamu sekalian (2Korintus. 13:13).”

Ada beberapa nama sebutan untuk Allah dalam Alkitab PL dan PB.

Dalam PL yaitu:
1. Allah (EL) menunjukkan pribadi yang ilahi (Mazmur 78:35)
2. TUHAN (YAHWEH= AKU ADALAH AKU) nama pribadi Allah yang dinyatakan bagi umat pilihan-Nya (keluaran 3:14).
3. Tuhan (adonay) kata ganti untuk menyebut nama TUHAN (YAHWEH) Karena nama itu sakral, dan juga untuk menunjukkan ketergantungan dan kepatuhan seorang hamba kepada tuannya (Mazmur.89;7-9).

Dalam PB, yaitu:
1. Theos (Allah) menunujukkan pribadi yang ilahi = El (Matius.6:24;Lukas.7:16;Yohanes.5:18)
2. YESUS (Ibr. yasa yang artinya: ’menyelamatkan’) nama pribadi Allah yang berinkarnasi (Matius 1:21).
3. Kurios (Tuhan) kata ganti untuk gelar kepada Tuhan Yesus yang menunjukkan ketergantungan dan kepatuhan seorang hamba kepada tuannya (Roma 10:9).

Allah juga memiliki sifat-sifat yang dapat dikomunikasikan bagi manusia (imanensi Allah) dan sifat-sifat yang tidak dapat dikomunikasikan Allah (tersendensi Allah).Berdasarkan dari firman yang dinyatakan-Nya.

1. Sifat-sifat imanensi Allah
a. Maha bijaksana (Yesaya. 31:2)
b. Maha baik dan Rahmani (Mazmur.145:9)
c. Maha kudus (Amsal 9:10)
d. Maha benar (Yeremia. 10:10)
e. Maha adil (Mazmur. 21:12)
f. Maha murah (Roma 11:22)
g. Kasih (Yohanes 3:16)
h. Setia (1 Korintus 10:13)

2. Sifat-sifat trasendensi Allah
a. Tidak diciptakan (Wahyu 1:8)
b. Tidak berubah immutable (Maz.102:28)
c. Maha kuasa omnipotent (Ayb 5:17;Why.19:6)
d. Maha tahu omniscient(Roma 11:33)
e. Maha hadir omnipresent (I Raj.8:27)
f. Kekal eternal (1 Timotius.1:17)

Alkitab mencatat bahwa Allah adalah Allah yang kreatif yang terus bekerja. Ada begitu banyak karya Allah, namun ada karya-karya pokok yang Ia kerjakan, yaitu:

1. Mencipta (created)
Allah menciptakan dari tidak ada menjadi ada (ex nihilo).Allah adalah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya, baik darat, laut, tumbuhan, hewan maupun manusia (kej. 1:1-31).

2. Memelihara (providentia)
Setelah Allah menciptakan segala sesuatu; maka Dia bertanggung jawab atas segala ciptaan-Nya. Untuk itu Allah memelihara ciptaan-Nya (Matius.6:26-28;Ulangan 11:2;Mazmur. 116:6, Mazmur.17:8;Amsal 2:8)

3. Menyelamatkan (predestinasi)
Setelah manusia jatuh kedalam dosa, maka Allah berkarya untuk meyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Karya-Nya ini justru telah dirancangkan sebelum dunia dijadikan dan telah dikerjakan-Nya disepanjang PL (Yesaya.25;9;Yun.2:9). Ini terkait dengan pemilihan Allah (Rm.8:29;9:11;Efesus1:4; 2Tesalonika.2:13). Puncaknya karya keselamatan ini dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus sebagai inkarnasi Allah untuk menyelamatkan umat-Nya (Matius 1:21). Karya keselamatan Kristus ini merupakan satu kesatuan dengan karya Kristus yang lainnya, yaitu penebusan (Rm3:24),pendamaian (Roma 5:11) dan pengampunan dosa (Efesus 1:7; Kolose 1:14). Ini juga tidak terlepas dari karya roh kudus yang membuat orang dilahirkan kembali (Yoh 3;3-5). Setelah itu roh kudus terus berkarya untuk menghibur gereja (Yohanes 16:7), memimpin gereja kepada seluruh kebenaran (Galatia 5:25).Hal ini berlangsung sampai Kristus datang kembali untuk menghakimi.

4. Menghakimi (judgment)
Pada akhir zaman, Kristus datang menjadi hakim atas dunia (Ibr.10:10; 12:23). Ini merupakan penghakiman yang terakhir. Sesudah itu semua orang akan masuk kedalam kekekalan, baik disurga maupun dineraka.

F. Pendekatan Filosofis Dalam Memahami Allah
Dalam memahami tentang Allah ada prinsip filosofis yang penting kita pahami. Prinsip yang dinyatakan oleh Alkitab yaitu memahami Allah dengan prinsip from above to below. Artinya memahami Allah dari bagian Allah yang trasendensi menunju ke bagian yang imanensi. Dengan pendekatan demikian dalam iman Kristen keunikan Allah itu terlihat, bahwa Allah memiliki keunikan yang memang tidak dapat dipahami secara tuntas oleh manusia. Namun manusia dapat memahami Allah oleh karena Allah sendiri yang membuka diri-Nya untuk dikenal oleh ciptaan-Nya. Pendekatan filosofis ini akan menyadarkan manusia bahwa Personalitas yang sempurna dan kekal hanya ada pada Allah dan kemampuan untuk memahami hal tersebut oleh karena Personalitas tersebut membatasi diri-Nya. Pendekatan Allah jika menerapkan prinsip from below to above akan membuat manusia memikirkan Allah hanya pada keterbatasan manusia, sehingga Allah digambarkan dalam batasan-batasan pemikiran manusia, dengan demikian manusialah yang memproyeksi siapa dan bagaimana Allah. Namun dalam iman Kristen Allahlah yang memproyeksikan siapa dan bagaimana Diri-Nya.
Pemikiran secara filosofis akan membawa manusia untuk membuktikan keberadaan Allah dengan berbagai macam argumentasi. Beberapa di antaranya adalah:


1. Argumentasi Kosmologis – Segala sesuatu menajdi ada karena ada Penyebab Pertama (causa prima), dan Causa Prima itu adalah Allah yang berada pada diri-Nya sendiri (Rom. 1:20).

2. Argumentasi Teleologis – Semua yang ada berjalan di dalam tatanan yang teratur, maka pasti ada Pengatur di balik semuanya, yaitu Allah (Mazmur 19:1-6).

3. Argumentasi Moral – Adanya semacam peraturan yang membedakan antara benar dan salah membuktikan adanya hukum moral yang berlaku. Pembuat hukum ini pastilah Allah (Roma 2:14-15; Yakobus 4:12).

4. Argumentasi Ontologis – Adanya ide kesempurnaan menjadi dasar untuk memahami bahwa keberadaan yang sempurna di balik semuanya, dan itu adalah Allah (Kis. 17:27; Roma 1:19).
Semua upaya di atas secar logis tidak salah, namun tidak berarti keberadaan Allah bergantung pada cara pembuktian seperti itu. Allah tidak menjadi ada atau tidak ada karena manusia dapat membuktikan dengan penalaran logika bahwa Ia ada atau tidak ada.Alkitab tidak berusaha membuktikan apakah Allah ada atau tidak ada, melainkan sejak Kejadian 1:1, Alkitab sudah menyatakan keberadaan Allah. Alkitab juga mengungkapkan bahwa semua keberadaan yang ada di dalam dunia ini justru membuktikan bahwa Allah ada dan bahwa semua bergantung pada-Nya (Mzm. 19; Yesaya. 40:26; Kis. 14:17; Roma. 1:19).

G. Penutup
Allah adalah Allah yang tak terbatas namun rela memabatasi Diri-Nya sehingga manusia dapat memahami-Nya dalam keterbatasan manusia. Pengenalan manusia kepada Allah oleh karena Allah yang memperkenalkan Diri-Nya kepada manusia. Penyingkapan Diri Allah (The revealed of God) melalui penyataan umum dan khusus. Alkitab memberikan kepastian kepada kita bahwa Allah ada dan bagaimana Allah. Sehingga di dalam dan melalui Alkitab kita mendapatkan pengajaran yang jelas tentang Allah sejauh Alkitab membukakan. Soli Deo Gloria.


-AMIN-
Next Post Previous Post