SAKSI YEHUWA (10): KELUARAN 3:14-15
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Kelompok pertama:
Seri 7 ‘I am’ (= Aku adalah) yang diucapkan oleh Yesus dalam Injil Yohanes. Dalam seri 7 ‘I am’ ini kata-kata ‘I am’ diikuti dengan suatu penggambaran tentang Yesus, misalnya sebagai ‘roti hidup’, ‘terang dunia’, dsb. Seri 7 ‘I am’ itu adalah:
1. Yohanes 6:35a - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Akulah roti hidup”.
Dalam terjemahan bahasa Inggris pernyataan Yesus ini berbunyi: ‘I am the bread of life’ (= Aku adalah roti hidup).
2. Yoh 8:12 - ‘I am the light of the world’ (= Aku adalah terang dunia).
3. Yoh 10:7,9 - ‘I am the door’ (= Aku adalah pintu).
4. Yoh 10:11,14 - ‘I am the good shepherd’ (= Aku adalah gembala yang baik).
5. Yohanes 11:25 - ‘I am the resurrection and the life’ (= Aku adalah kebangkitan dan hidup).
6. Yohanes 14:6 - ‘I am the way, the truth and the life’ (= Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup).
7. Yoh 15:1,5 - ‘I am the true vine’ (= Aku adalah pokok anggur yang benar).
Kelompok kedua:
Dalam kelompok kedua ini Yesus menggunakan kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah), tanpa diikuti oleh penggambaran apapun untuk diriNya sendiri. Ayat-ayatnya adalah sebagai berikut:
1. Yoh 8:24,28 - “(24) Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’ ... (28) Maka kata Yesus: ‘Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriKu sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu”.
2. Yohanes 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.’”.
3. Yohanes 13:19 - “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia”.
4. Yoh 18:5-6,8 - “(5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. ... (8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’”.
Catatan:
· Terjemahan hurufiah dari semua bagian yang saya garis-bawahi itu adalah ‘I am’ (= Aku adalah), dan kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) dalam kedua kelompok ayat di atas ini, diterjemahkan dari kata-kata bahasa Yunani EGO EIMI (= I am / Aku adalah).
· Sebetulnya ada satu text lagi yaitu Yohanes 4:25-26 - “(25) Jawab perempuan itu kepadaNya: ‘Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.’ (26) Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.’”.
Tetapi dilihat dari kontextnya, kata-kata ‘I am’ (= Aku adalah) di sini hanya merupakan pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias.
b) Hubungan ayat-ayat yang menggunakan EGO EIMI ini dengan Keluaran 3:14-15.
Apa hubungannya kata-kata yang menggunakan ‘I am’ (= Aku adalah) dalam Injil Yohanes ini dengan keilahian Kristus? Kata-kata ‘I am’ ini oleh banyak penafsir dihubungkan dengan kata-kata Allah / YAHWEH kepada Musa dalam Keluaran 3:14-15 - “(14) Firman Allah kepada Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firmanNya: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.’ (15) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun”.
Ada beberapa hal yang perlu disoroti dari text ini:
1. Keluaran 3:14-15 menjelaskan tentang nama Allah.
Kata-kata Allah dalam Keluaran 3:14-15 diucapkan sebagai jawaban terhadap pertanyaan Musa tentang nama Allah dalam Kel 3:13 - “Lalu Musa berkata kepada Allah: ‘Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang namaNya? - apakah yang harus kujawab kepada mereka?’”.
2. ‘I am’ atau ‘I will be’?
Terjemahan dari Kitab Suci Indonesia - ‘Aku adalah Aku’ - sebetulnya tidak tepat.
Dalam bahasa Ibrani kata-kata yang digunakan adalah: EHYEH ASYER EHYEH.
· Kata EHYEH merupakan suatu kata kerja dalam bentuk yang akan datang (future tense), dan sebetulnya berarti ‘I will be’ (= Aku akan jadi / menjadi).
· Kata ASYER berarti ‘who’ / ‘whom’ / ‘which’ / ‘that’ (= yang).
· Jadi EHYEH ASYER EHYEH berarti ‘I will be that I will be’ (= Aku akan jadi yang Aku akan jadi).
· Tetapi kebanyakan Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan bukan dengan menggunakan bentuk yang akan datang tetapi menggunakan bentuk present:
KJV/ASV/RSV/NIV/NASB: ‘I am who / that I am’ (= Aku adalah yang Aku adalah).
Footnote RSV/NIV: ‘I will be what I will be’ (= Aku akan jadi yang Aku akan jadi).
Calvin: “The verb in the Hebrew is in the future tense, ‘I will be what I will be;’ but it is of the same force as the present, except that it designates the perpetual duration of time” (= Kata kerjanya dalam bahasa Ibrani ada dalam bentuk yang akan datang, ‘Aku akan jadi yang Aku akan jadi’; tetapi itu mempunyai kekuatan yang sama seperti bentuk presentnya, kecuali bahwa itu menunjukkan jangka waktu yang terus menerus / kekal) - hal 73.
Pulpit Commentary menganggap (hal 57) bahwa ‘I am who I am’ adalah terjemahan yang terbaik.
Robert M. Bowman Jr. (‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 122), mengatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan terjemahan hurufiah ‘I will be’ (= Aku akan jadi) itu, untuk menentang adanya hubungan antara Yoh 8:58 dengan Kel 3:14. Mereka mengatakan bahwa dalam Kel 3:14 kata-kata yang digunakan adalah ‘I will be’, bukan ‘I am’. Sedangkan dalam Yoh 8:58 kata-kata yang digunakan adalah ‘I am’.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Kebanyakan penerjemah modern mengikuti Rashi (komentator Alkitab dan Talmud berkebangsaan Perancis) dalam menerjemahkan (Keluaran 3:14) ‘Aku akan menjadi apa yang Aku akan menjadi.’ Pernyataan dalam Yohanes 8:58 jauh berbeda dari yang digunakan dalam Keluaran 3:14.” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 27.
NWT: ‘I shall prove to be what I shall prove to be’ (= Aku akan buktikan menjadi apa yang Aku akan buktikan menjadi).
Catatan: entah dari mana gerangan munculnya kata ‘prove’ itu.
TDB: ‘Aku akan menjadi apapun yang aku inginkan’.
Entah dari mana TDB bisa mendapatkan terjemahan seperti ini, yang jelas tidak sama dengan NWT.
Tanggapan saya:
a. Lagi-lagi Saksi-Saksi (Palsu) Yehuwa ini berdusta dengan mengatakan ‘kebanyakan penerjemah modern’! KJV/ASV/RSV/NIV/NASB/NKJV/NRSV: ‘I am who / that I am’ (= Aku adalah yang Aku adalah). Demikian juga dengan Good News Bible. Sedangkan Living Bible, untuk Kel 3:14a menterjemahkan ‘The Sovereign God’ (= Allah yang berdaulat), tetapi untuk Kel 3:14b menterjemahkan ‘I am’ (= Aku adalah). Jadi terlihat bahwa kebanyakan penterjemah justru menterjemahkan ke dalam present tense dan bukannya ke dalam future tense. Disamping itu, berapapun banyaknya penterjemah Alkitab yang menterjemahkan seperti mereka, tidak menjamin bahwa itu adalah terjemahan yang benar.
b. Allah itu ada di atas waktu (Maz 90:4 2Petrus 3:8), dan karena itu bagi Dia ‘I am’ dan ‘I will be’ adalah sama.
· Mazmur 90:4 - “Sebab di mataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam”.
· 2Pet 3:8 - “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari”.
Matthew Poole: “all times are alike to God, and all are present to him; and therefore what is here, ‘I shall be,’ is rendered, ‘I am,’ by Christ, John 8:58. See Psal. 90:4; 2Pet 3:8” (= semua waktu adalah sama bagi Allah, dan semua adalah masa sekarang bagi Dia; dan karena itu apa yang di sini ‘Aku akan jadi’, diterjemahkan ‘Aku ada / adalah’ oleh Kristus, Yohanes 8:58. Lihat Maz 90:4; 2Pet 3:8) - hal 122.
c. Bandingkan dengan Wah 1:4.
Dalam Wahyu 1:4, Allah digambarkan dengan kata-kata bentuk lampau, sekarang / present, maupun akan datang.
Wah 1:4 - “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya”. Bdk. Wah 1:8 4:8.
KJV: ‘which is, and which was, and which is to come’ (= yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan datang).
Kata-kata ‘yang ada’ bahasa Yunaninya adalah HO ON.
Kata-kata ‘yang sudah ada’ bahasa Yunaninya adalah HO EN.
Kata-kata ‘yang akan datang’ bahasa Yunaninya adalah HO ERKHOMENOS.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang bagian ini:
· Bagian ini sebetulnya sangat sukar untuk diterjemahkan.
Homer Hailey: “Pieters translates it, ‘The Being, the Was, the Coming’ (ibid.), while Lenski would have it ‘The Being One and the Was One and the Coming One.’ The definite article (HO) precedes each of the nouns, ‘the was, the is, the is to come.’” [= Pieters menterjemahkannya, ‘The Being, the Was, the Coming’ (ibid.), sementara Lenski menghendakinya ‘The Being One and the Was One and the Coming One’. Kata sandang tertentu (HO) mendahului setiap kata benda, ‘the was, the is, the is to come’] - ‘Revelation’, hal 98.
George Eldon Ladd: “a phrase impossible to translate into idiomatic, equivalent English” (= suatu ungkapan yang tidak mungkin diterjemahkan ke dalam ungkapan Inggris yang sama artinya) - ‘Revelation’, hal 24.
· dalam bagian ini rasul Yohanes secara sengaja melanggar peraturan / hukum bahasa Yunani.
William Barclay: “But to get the full meaning of this we must look at it in the Greek, for John bursts the bonds of grammar to show his reverence for God. We translate the first phrase ‘from him who is’; but that is not what the Greek says. A Greek noun is in the nominative case when it is the subject of a sentence, but, when it is governed by a preposition it changes its case and its form. It is so in English. ‘He’ is the subject of a sentence; ‘him’ is the object. When John says that the blessing comes ‘from him who is’ he should have put ‘him who is’ in the genitive case after the preposition; but quite ungrammatically he leaves it in the nominative. It is as if we said in English ‘from he who is’, refusing to change ‘he’ into ‘him’. John has such an immense reverence for God that he refuses to alter the form of his name even when the rules of grammar demand it” [= Tetapi untuk mendapatkan arti yang sepenuhnya dari hal ini kita harus melihatnya dalam bahasa Yunani, karena Yohanes meledakkan ikatan tata bahasa untuk menunjukkan hormatnya kepada Allah. Kita menterjemahkan ungkapan pertama ‘from him who is’ / ‘dari Dia yang adalah’; tetapi itu bukanlah apa yang dikatakan dalam bahasa Yunaninya. Suatu kata benda dalam bahasa Yunani ada dalam kasus nominatif bila kata itu merupakan subyek dari kalimat, tetapi bila kata itu didahului oleh suatu kata depan / kata perangkai maka kata itu berubah dalam kasus maupun bentuknya. Begitu juga dalam bahasa Inggris. ‘He’ adalah subyek dari suatu kalimat; ‘him’ adalah obyek. Pada waktu Yohanes berkata bahwa berkat datang ‘from him who is’ ia seharusnya meletakkan ‘him who is’ dalam kasus genitif setelah kata depan / kata perangkai; tetapi bertentangan dengan hukum tata bahasa ia membiarkannya dalam kasus nominatif. Itu seperti kalau dalam bahasa Inggris kita berkata ‘from he who is’, menolak mengubah ‘he’ menjadi ‘him’. Yohanes mempunyai hormat yang begitu besar untuk Allah, sehingga ia menolak untuk mengubah bentuk dari namaNya bahkan pada waktu hukum tata bahasa menuntut hal itu] - hal 30.
A. T. Robertson mengatakan bahwa Yohanes melakukan hal ini secara sengaja untuk:
“call attention to the eternity and unchangeableness of God. Used of God in Ex. 3:14” (= meminta perhatian pada kekekalan dan ketidak-bisa-berubahan dari Allah. Digunakan tentang Allah dalam Kel 3:14) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 6, hal 285.
William Barclay: “John is not finished with his amazing use of language. The second phrase is ‘from him who was’. Literally, John says ‘from the he was’. The point is that ‘who was’ would be in Greek a participle. The odd thing is that the verb EIMI (to be) has no past participle. Instead there is used the participle GENOMENOS from the verb GIGNOMAI, which means not only ‘to be’ but also ‘to become’. ‘Becoming’ implies change and John utterly refuses to apply any word to God that will imply any change; and so he uses a Greek phrase that is grammatically impossible and that no one ever used before” [= Yohanes belum selesai dengan penggunaaan bahasanya yang mengherankan. Ungkapan kedua adalah ‘from him who was’. Secara hurufiah Yohanes berkata ‘from the he was’. Persoalannya adalah bahwa dalam bahasa Yunani ‘who was’ adalah suatu participle. Hal yang aneh adalah bahwa kata kerja EIMI (to be / adalah) tidak mempunyai participle dalam bentuk lampau. Sebagai gantinya digunakan participle GENOMENOS (yang berasal) dari kata kerja GIGNOMAI, yang bukan hanya berarti ‘to be’ / ‘adalah’ tetapi juga ‘to become’ / ‘menjadi’. ‘Becoming’ / ‘menjadi’ menunjukkan suatu perubahan dan Yohanes menolak sama sekali untuk menggunakan suatu kata bagi Allah yang menunjukkan suatu perubahan; dan ia lalu menggunakan suatu ungkapan bahasa Yunani yang secara tata bahasa adalah tidak mungkin dan yang tidak pernah digunakan oleh siapapun sebelumnya] - hal 30.
· Istilah dalam Wah 1:4 ini juga dianggap berasal dari Keluaran 3:14-15 dan menunjukkan ketidak-berubahan Allah, kekekalan Allah, dan keberadaan Allah yang melampaui waktu.
Beasley-Murray (hal 54) mengatakan bahwa Keluaran 3:14 - ‘I am who I am’ (= Aku adalah yang Aku adalah), dalam Septuaginta diterjemahkan ‘I am he who is’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang), dan dalam Jerusalem Targum diperpanjang menjadi ‘I am he who is and who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang dan yang akan ada), dan bahkan dalam salah satu komentarnya diperpanjang lagi menjadi ‘I am he who is, and who was, and I am who will be’ (= Aku adalah Dia yang ada sekarang, dan yang ada dulu, dan Aku adalah yang akan ada).
George Eldon Ladd: “it is an allusion to the Greek form of Exod. 3:14. The full phrase denotes the eternity of the God who also acts on the scene of human history” (= ini merupakan suatu hubungan tidak langsung dengan bentuk Yunani dari Kel 3:14. Ungkapan yang penuh menunjukkan kekekalan Allah yang juga bertindak dalam kancah sejarah manusia) - ‘Revelation’, hal 24.
Robert H. Mounce (NICNT): “This paraphrase of the divine name stems from Exodus 3:14-15 and calls attention to the fact that all time is embraced within God’s eternal presence” (= Pernyataan dengan kata-kata lain tentang nama ilahi ini berasal dari Kel 3:14-15 dan meminta perhatian pada fakta bahwa seluruh waktu dicakup dalam kehadiran kekal dari Allah) - hal 68.
William Hendriksen: “It very beautifully indicates the unchangeable God of the covenant (cf. Ex. 3:14 ff.)” [= Ini secara indah menunjukkan Allah perjanjian yang tidak bisa berubah (bdk. Kel 3:14-dst)] - ‘More Than Conquerors’, hal 53.
Adam Clarke: “This phraseology is purely Jewish, and probably taken from the Tetragrammaton, hvhy YEHOVAH; which is supposed to include in itself all time, past, present, and future. But they often use the phrase of which the o[ wn, kai o[ hn, kai o[ erxomenoj, of the apostle, is a literal translation” [= Pengungkapan ini murni bersifat Yahudi, dan mungkin diambil dari Tetragrammaton, hvhy YEHOVAH; yang dianggap mencakup dalam dirinya sendiri semua waktu, lampau, sekarang, dan yang akan datang. Tetapi mereka (orang-orang Yahudi) sering menggunakan ungkapan dari mana kata-kata o[ wn, kai o[ hn, kai o[ erxomenoj (HO ON, KAI HO EN, KAI HO ERKHOMENOS = yang ada, dan yang sudah ada, dan yang akan datang), dari sang rasul, merupakan terjemahan hurufiah) - hal 970.
Clarke lalu memberikan banyak contoh yang menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi / rabi-rabi Yahudi menggunakan ungkapan dari rasul Yohanes dalam Wah 1:4 ini.
Barnes’ Notes: “From him who is everlasting - embracing all duration, past, present, and to come. No expression could more strikingly denote eternity than this. He now exists; he has existed in the past; he will exist in the future. There is an evident allusion here to the name Jehovah, the name by which the true God is appropriately designated in the Scriptures. That name - YEHOVAH from HAYAH ‘to be’, ‘to exist’ - seems to have been adopted because it denotes ‘existence’, or ‘being’, and as denoting simply one who ‘exists’; and has reference merely to the fact of existence. The word has no variation of form, and has no reference to time, and would embrace all time: that is, it is as true at one time as another that he exists. Such a word would not be inappropriately paraphrased by the phrase ‘who is, and who was, and who is to come,’ or who is to be; and there can be no doubt that John referred to him here as being himself the eternal and uncreated existence, and as the great and original fountain of all being” [= Dari Dia yang adalah kekal - mencakup semua waktu, lampau, sekarang, dan akan datang. Tidak ada ungkapan bisa dengan lebih menyolok menunjukkan kekekalan dari pada ini. Ia sekarang ada; Ia telah ada pada masa lampau; Ia akan ada pada masa yang akan datang. Ada hubungan tidak langsung di sini dengan nama JEHOVAH, nama dengan mana Allah yang benar secara tepat ditunjukkan / dinamakan dalam Kitab Suci. Nama itu - hvAhoy. (YEHOVAH) dari hyAhA (HAYAH) (yang berarti) ‘ada’, ‘berada’ - kelihatannya telah diadopsi karena itu menunjukkan ‘keberadaan’ (‘existence’ atau ‘being’), dan sebagai menunjukkan secara sederhana seseorang yang ‘ada’; dan mempunyai hubungan hanya dengan fakta dari keberadaan. Kata itu tidak mempunyai variasi bentuk, dan tidak mempunyai hubungan dengan waktu, dan mencakup seluruh waktu: yaitu, adalah sama benarnya pada satu saat seperti pada saat lain bahwa Ia ada. Kata seperti itu secara tepat dikatakan dengan kata-kata lain oleh ungkapan ‘yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang’, atau yang akan ada; dan tidak ada keraguan bahwa Yohanes di sini menunjuk kepada Dia sebagai kekal dan keberadaanNya tidak diciptakan, dan sebagai sumber yang besar dan orisinil dari semua makhluk] - hal 1543.
· Tetapi bukankah Allah dianggap sebagai ‘The eternal I am’ (= ‘Aku adalah’ yang kekal)? Bukankah bagi Dia selalu berlaku ‘I am’, dan tidak pernah ‘I was’ ataupun ‘I will be’? Bdk. Yoh 8:58 Kol 1:17.
Jadi, bukankah pada masa lampau maupun masa yang akan datang, untuk Allah / Yesus seharusnya tetap digunakan ‘I am’? Tetapi mengapa dalam Wah 1:4 ini tidak demikian?
Herman Hoeksema menjawab dengan kata-kata sebagai berikut:
“But this eternal God, Whose Being cannot be measured or limited by time, revealed Himself in time. To this revelation of Himself in time refer the other two expressions, ‘who was’ and ‘who is to come’” (= Tetapi Allah yang kekal ini, yang diri / keberadaanNya tidak bisa diukur dengan waktu, menyatakan diriNya sendiri dalam waktu. Kedua ungkapan yang lain, ‘who was’ dan ‘who is to come’ menunjuk pada wahyu tentang diriNya sendiri dalam waktu ini) - hal 18.
Dengan kata lain, Allah melakukan ini untuk menyesuaikan dengan kapasitas otak kita. Bandingkan ini dengan bahasa Anthropomorphisme dalam Alkitab, yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia berbentuk manusia. Misalnya Amsal 15:3 berbicara tentang ‘mata Allah’ dan Yes 59:1 berbicara tentang ‘tangan Allah’, padahal Allah adalah Roh (Yoh 4:24) sehingga tentunya tidak mempunyai mata ataupun tangan. Ini juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan kapasitas otak kita.
Kesimpulan: bagi Allah, yang kekal, tak berubah, dan berada di atas waktu / tak terbatas oleh waktu, ‘I will be’ dan ‘I am’ adalah sama.
d. LXX / Septuaginta menterjemahkan kata EHYEH yang pertama dalam Kel 3:14 sebagai EGO EIMI (= ‘I am’).
Walter Martin: “The Septuagint translation of Exodus 3:14 from the Hebrew EHYEH utilizes EGO EIMI as the equivalent of ‘I am,’” [= Terjemahan Septuaginta dari Keluaran 3:14 dari kata Ibrani EHYEH menggunakan EGO EIMI sebagai kata yang sama artinya dari ‘Aku adalah’] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 89.
Keluaran 3:14 - EHYEH ASYER EHYEH
I am who I am
Aku adalah yang Aku adalah
LXX: EGO EIMI (= I am / Aku adalah).
Tetapi Robert Bowman berkata bahwa Saksi-Saksi Yehuwa justru memberi argumentasi bahwa terjemahan LXX terhadap kata EHYEH dalam Kel 3:14 ini bukan EGO EIMI (= ‘I am’) tetapi HO ON (= ‘the Being’ atau ‘the One who is’). Tetapi kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa ini lagi-lagi hanyalah ½ kebenaran, karena sebetulnya LXX menterjemahkan EHYEH yang kedua dengan HO ON, tetapi EHYEH yang pertama dengan EGO EIMI.
Robert Bowman, dalam bukunya ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, mengatakan:
· “This is not quite telling the whole truth, however. What the text actually says in the LXX is as follows (translating literally): And God said to Moses, ‘I am (EGO EIMI) the One who is (HO ON)’; and He said, ‘Thus you shall say to the sons of Israel, ‘The One who is (HO ON) has sent me to you.’” [= Tetapi ini tidak menceritakan seluruh kebenaran. Apa yang sebetulnya dikatakan oleh text itu dalam LXX adalah sebagai berikut (diterjemahkan secara hurufiah): Dan Allah berkata kepada Musa: ‘Aku adalah (EGO EIMI) seseOrang/Dia yang adalah (HO ON)’; dan Ia berkata: ‘Demikianlah akan kaukatakan kepada anak-anak Israel: ‘SeseOrang/Dia yang adalah (HO ON) telah mengutus aku kepadamu’.] - hal 124-125.
· “Thus, the LXX has rendered the word EHYEH in two different ways, by both EGO EIMI and HO ON” (= Jadi, LXX telah menterjemahkan kata EHYEH dengan dua cara yang berbeda, oleh EGO EIMI dan HO ON) - hal 125.
· “The foregoing reasoning has assumed what the JWs here seem to take for granted, that an allusion to Exodus 3:14 must be based on the Hebrew text. Yet there is no reason to make such an assumption. John may have chosen to use the LXX rendering of EHYEH in its first occurrence in Exodus 3:14 as EGO EIMI to report Jesus’ words to the Jews in John 8:58” (= Argumentasi yang terlebih dulu menunjukkan anggapan Saksi-Saksi Yehuwa, bahwa suatu penghubungan dengan Kel 3:14 harus didasarkan pada text bahasa Ibrani. Tetapi tidak ada alasan untuk membuat anggapan seperti itu. Yohanes bisa memilih untuk menggunakan terjemahan LXX dari EHYEH dalam pemunculan pertamanya dalam Kel 3:14 sebagai EGO EIMI untuk melaporkan kata-kata Yesus kepada orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:58) - hal 128.
Perlu diketahui bahwa LXX / Septuaginta sudah digunakan secara luas pada jaman Yesus, dan Yesus sendiri pasti menggunakannya, dan Ia tidak pernah meralat bagian ini. Karena itu terjemahan EGO EIMI (= I am / Aku adalah) dalam Kel 3:14 itu bisa dipertanggung-jawabkan
3. Sekarang kita membandingkan dengan terjemahan TDB dari Keluaran 3:14.
Kel 3:14 (TDB): “Maka Allah berfirman kepada Musa, ‘Aku akan menjadi apa pun yang aku inginkan.’ Dan ia menambahkan, ‘Inilah yang harus kaukatakan kepada putra-putra Israel, ‘Aku akan menjadi telah mengutus aku kepadamu.’”.
Bagian yang saya garis bawahi itu merupakan terjemahan yang ngawur seenaknya sendiri. Itu bukan hanya merupakan terjemahan yang salah, tetapi ditinjau secara teologispun itu juga sangat salah, karena terjemahan itu sekan-akan menunjukkan bahwa Allah bisa berubah menjadi apapun (sesuatu yang lain) yang Ia inginkan. Padahal secara teologis, Allah tidak bisa berubah.
Disamping itu, terlihat bahwa di sini TDB berbeda dengan NWT yang menterjemahkan: ‘I shall prove to be what I shall prove to be’ (= Aku akan buktikan menjadi apa yang Aku akan buktikan menjadi). Mungkin penterjemah TDB bingung bagaimana menterjemahkan kata-kata NWT dalam bagian ini, yang memang kacau balau.
4. Dalam Kel 3:14b Kitab Suci Indonesia berbunyi: ‘Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu’. Ini kurang tepat terjemahannya.
NIV: ‘I am has sent me to you’ (= Aku adalah telah mengutus aku kepadamu).
Kata ‘I AM’ di sini adalah kependekan dari ‘I am who I am’, dan dalam kalimat ini kelihatannya digunakan sebagai nama Allah.
5. Lalu dalam Keluaran 3:15 dikatakan bahwa nama Allah adalah ‘TUHAN’ / ‘LORD’ (= YAHWEH).
Kel 3:15 - “Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN (YAHWEH), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah namaKu untuk selama-lamanya dan itulah sebutanKu turun-temurun”.
6. Jadi, ada hubungan yang erat antara nama ‘I am’ / ‘I am who I am’ dengan nama ‘YAHWEH’.
Ada beberapa komentar tentang hubungan nama ‘YAHWEH’ dalam Keluaran 3:15 ini dengan nama ‘I am’ / ‘I am who I am’ dalam Keluaran 3:14:
· Pulpit Commentary: “The name is given first explicatively, - ‘I am that I am’ (ver. 14), then as a denominative - ‘Jehovah’ (ver. 15)” [= Nama itu mula-mula diberikan secara menjelaskan, - ‘Aku adalah yang Aku adalah’ (ay 14), kemudian sebagai suatu penamaan / nama - ‘Yehovah’ (ay 15)] - hal 70.
· Pulpit Commentary: “The name is clearly an equivalent of the ‘I AM’ in the preceding verse” [= Nama itu (YAHWEH) jelas merupakan padankata dari ‘Aku adalah’ dalam ayat sebelumnya] - hal 57.
· Barnes’ Notes: “It corresponds exactly to the preceding verse, the words ‘I am’ and ‘Jehovah’ being equivalent” (= Itu sesuai / dapat disamakan secara persis dengan ayat sebelumnya, kata-kata ‘Aku adalah’ dan ‘Yehovah’ merupakan padankata) - hal 13.
· Herman Hoeksema: “The name EHYEH ASYER EHYEH, or, briefly, EHYEH, which is an explanation of the name Jehovah, by which God was already known to the fathers, is here designated as the Name of God, the Name par excellence, in which God’s nature is revealed in the highest sense of the word, and by which He is distinguished forever even from the deities of the heathen” [= Nama EHYEH ASYER EHYEH, atau singkatnya EHYEH, yang merupakan suatu penjelasan tentang nama Yehovah, dengan mana Allah sudah dikenal oleh para leluhur, di sini ditunjukkan sebagai Nama Allah, Nama yang menonjol, dalam mana sifat dasar Allah dinyatakan dalam arti tertinggi dari kata itu, dan dengan mana Ia dibedakan selama-lamanya dari allah-allah orang kafir] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 66.
· Keil & Delitzsch: “God therefore told his His name, or, to speak more correctly, He explained the name hvhy, by which He had made Himself known to Abraham at the making of the covenant (Gen. 15:7), in this way, EHYEH ASYER EHYEH, ‘I am that I am,’” [= Karena itu Allah memberitahu namaNya, atau, berbicara secara lebih tepat, Ia menjelaskan nama YHWH, dengan mana Ia telah menyatakan diriNya sendiri kepada Abraham pada pembuatan perjanjian (Kej 15:7), dengan cara ini, EHYEH ASYER EHYEH, ‘Aku adalah yang Aku adalah’] - hal 442.
Dari komentar-komentar ini terlihat bahwa kata-kata ‘I am who I am’ bukan hanya berhubungan erat dengan nama YAHWEH, tetapi bahkan merupakan penjelasan dari nama YAHWEH.
7. Apa arti dari nama ‘YAHWEH’ atau ‘I am who I am’ / ‘I will be that I will be’?
Herman Bavinck berkata bahwa ungkapan ini menunjuk kepada:
“the God who is unchangeable in his grace, the Ever-faithful covenant God” (= Allah yang tidak berubah dalam kasih karuniaNya, Allah perjanjian yang selalu setia) - ‘The Doctrine of God’, hal 102.
Louis Berkhof tentang nama ‘Yahweh’: “The meaning is explained in Ex. 3:14, which is rendered ‘I am that I am,’ or ‘I shall be what I shall be.’ Thus interpreted, the name points to the unchangeableness of God. Yet it is not so much the unchangeableness of His essential Being that is in view, as the unchangeableness of His relation to His people” (= Artinya dijelaskan dalam Kel 3:14, yang diterjemahkan ‘Aku adalah Aku’, atau ‘Aku akan jadi apa yang Aku akan jadi’. Ditafsirkan demikian, nama itu menunjuk pada ketidak-berubahan dari Allah. Tetapi bukan ketidak-berubahan dari hakekatNya yang disoroti, tetapi ketidak-berubahan dari hubunganNya dengan umatNya) - ‘Systematic Theology’, hal 49.
Herman Hoeksema: “As to the meaning of this name, ... we regard it as being expressive, first of all, of God’s aseitas. ... This aseitas Dei, also called His independentia, is that virtue of God according to which He is of and in and through Himself, is not caused by or dependent on any being outside of Himself, and is, therefore, the absolute, pure Being, Who is also perfectly Self-sufficient, and has no need of any being outside of Himself. In this virtue He is wholly different from the creature” (= Berkenaan dengan arti dari nama ini, ... kami menganggapnya sebagai sesuatu yang pertama-tama menyatakan sifat aseitas dari Allah. ... Sifat aseitas dari Allah, juga disebut ketidak-tergantunganNya, adalah sifat Allah menurut mana Ia ada dari dan dalam dan melalui diriNya sendiri, dan tidak disebabkan oleh atau tergantung pada makhluk apapun di luar diriNya sendiri, dan karena itu Ia adalah Makhluk yang mutlak dan murni, yang juga mencukupi diri sendiri secara sempurna, dan tidak membutuhkan makhluk apapun di luar diriNya sendiri. Dalam sifat ini, Ia sepenuhnya berbeda dari makhluk ciptaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 68,69.
Jadi nama YAHWEH / ‘I am who I am’ / ‘I will be that I will be’ ini:
· menunjukkan ketidak-berubahan Allah dalam hubunganNya dengan umatNya.
· menunjukkan bahwa Allah ada dari diriNya sendiri, dan Ia tidak tergantung kepada siapapun / apapun di luar diriNya. Dengan demikian, ini juga menunjukkan kekekalan dari Allah.
c) Ayat-ayat Perjanjian Lama lain yang dalam Septuaginta juga menggunakan EGO EIMI.
1. Ul 32:39 - “Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu”.
Dalam bahasa Ibrani bagian yang saya garis bawahi itu berbunyi ANI ANI HU (= I myself am He / Aku sendiri adalah Dia). Adanya 2 x kata ANI (= aku) menunjukkan suatu penekanan, dan karena itu seharusnya diterjemahkan ‘Aku sendiri adalah Dia’.
Robert Bowman (lihat kutipan di bawah, setelah point 7.) mengatakan bahwa dalam Septuaginta bagian ini diterjemahkan EGO EIMI [= ‘I am’ (= Aku adalah)]. Pulpit Commentary juga mengatakan demikian.
Pulpit Commentary: “LXX, i]dete, i]dete o[ti e]go ei]mi (cf. Isa. 41:4; 48:12; John 8:24; 18:5)” [= LXX, i]dete, i]dete o[ti e]go ei]mi / IDETE, IDETE HOTI EGO EIMI (bdk. Yes 41:4; 48:12; Yoh 8:24; 18:5)] - hal 503.
Catatan: IDETE artinya ‘lihatlah’.
NWT: ‘I, I am he’ (= Aku, Aku adalah Dia).
TDB: ‘aku - akulah dia’.
2. Yesaya 41:4 - “Siapakah yang melakukan dan mengerjakan semuanya itu? Dia yang dari dahulu memanggil bangkit keturunan-keturunan, Aku, TUHAN, yang terdahulu, dan bagi mereka yang terkemudian Aku tetap Dia juga”.
Ibrani: ANI Yahweh [= I (am) YAHWEH / Aku (adalah) YAHWEH].
LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: ‘I, Jehovah’ (= Aku, Yehovah).
TDB: ‘Aku, Yehuwa’.
3. Yesaya 43:10 - “‘Kamu inilah Saksi-SaksiKu,’ demikianlah firman TUHAN (YAHWEH), ‘dan hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi”. Kata ‘tetap’ yang saya coret itu sebetulnya tidak ada.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah; lihat juga kata-kata A. T. Robertson dalam komentarnya tentang Yoh 8:24 di bawah).
NWT: “I am the same One” (= Aku adalah Orang Yang sama).
TDB: “aku adalah Pribadi yang sama”.
Entah dari mana mereka menyulap sehingga muncul kata-kata ini.
4. Yesaya 45:18 - “Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, - Dialah Allah - yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, - dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami -: ‘Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain”.
Ibrani: ANI Yahweh [= I (am) YAHWEH / Aku (adalah) YAHWEH].
LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: ‘I am Jehovah’ (= Aku adalah Yehovah).
TDB: ‘Akulah Yehuwa’.
5. Yesaya 46:4 - “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Kata ‘tetap’ sebetulnya tidak ada.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: “I am the same One” (= Aku adalah Orang Yang sama).
TDB: “aku tetap Pribadi yang sama”.
Saksi-Saksi Yehuwa melakukan sulapan yang sama seperti di atas.
6. Yesaya 48:12 - “‘Dengarkanlah Aku, hai Yakub, dan engkau Israel yang Kupanggil! Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!”.
Ini terjemahan yang ngawur, karena kata-kata ‘tetap’ maupun ‘sama’ sebetulnya tidak pernah ada.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
Dari kata-kata Pulpit Commentary pada point no 1. di atas kelihatannya bagian ini oleh LXX / Septuaginta juga diterjemjahkan sebagai EGO EIMI.
NWT: “I am the same One” (= Aku adalah Orang Yang sama).
TDB: “Aku adalah Pribadi yang sama”.
Lagi-lagi sulapan yang sama mereka gunakan.
7. Yesaya 52:6 - “Sebab itu umatKu akan mengenal namaKu dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!”.
Ibrani: ANI HU [= I (am) He / Aku (adalah) Dia].
LXX / Septuaginta: EGO EIMI (lihat kutipan dari Bowman di bawah).
NWT: “I am the One” (= Aku adalah Orang yang).
TDB: “akulah Pribadi yang”.
Robert M. Bowman Jr.: “Among biblical scholars a growing consensus has formed behind the opinion that John 8:58 deliberately echoes Yahweh’s statements in Isaiah 40-55. The NWT obscures the parallels in Isaiah by rendering them ‘I am the same One’ or ‘I am the same’; but the Hebrew in each case reads simply ANI HU {literally, ‘I (am) he’}, which the LXX renders as EGO EIMI (Isa. 41:4; 43:10; 46:4; 52:6; compare with Deut. 32:29). ... This suggests that the reason for the anger of the Jews at Jesus’ absolute use of the expression EGO EIMI was that on the occasion his language was instantly recognizable as that of Yahweh. ... a large number scholars have defended this conclusion, and very few deny it. ... Considerations such as these have led most scholars to conclude that the closest Old Testament antecedent to John 8:58 is to be found in the Isaiah’s ‘I am’ sayings. If this is correct, the conclusion cannot be avoided that Jesus was claiming to be Yahweh” [= Di antara para ahli bahasa / penafsir Alkitab suatu persetujuan umum yang bertumbuh telah membentuk di belakang pandangan bahwa Yoh 8:58 secara sengaja menggemakan pernyataan-pernyataan Yahweh dalam Yes 40-55. NWT mengaburkan ayat-ayat paralel dalam Yesaya ini dengan menterjemahkan mereka ‘Aku adalah Orang yang sama’ atau ‘Aku adalah yang sama’; tetapi dalam bahasa Ibrani setiap kasus hanya berbunyi ANI HU {secara hurufiah, ‘Aku (adalah) Dia’}, yang oleh LXX / Septuaginta diterjemahkan sebagai EGO EIMI (Yesaya 41:4; 43:10; 46:4; 52:6; bandingkan dengan Ulangan 32:39). ... Ini mengusulkan bahwa alasan untuk kemarahan dari orang-orang Yahudi pada penggunaan ungkapan EGO EIMI secara mutlak oleh Yesus adalah bahwa pada peristiwa itu bahasaNya langsung dikenali sebagai bahasa Yahweh. ... sejumlah besar ahli-ahli bahasa / penafsir telah mempertahankan kesimpulan ini, dan sangat sedikit menyangkalnya. ... Pertimbangan-pertimbangan seperti ini telah membimbing para ahli bahasa / penafsir untuk menyimpulkan bahwa bagian-bagian terdekat dalam Perjanjian Lama yang merupakan pendahulu dari Yoh 8:58 ditemukan dalam kata-kata ‘Aku adalah’ dari Yesaya. Jika ini benar, kesimpulannya tidak bisa dihindarkan bahwa Yesus sedang mengclaim sebagai Yahweh] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 120,121.SAKSI YEHUWA (10): KELUARAN 3:14-15