MAKALAH KRISTOLOGI

Pdt. Budi Asali, M.Div.
MAKALAH KRISTOLOGI

1.Kredo yang benar tentang diri Kristus.

Pada tahun 325 Masehi ada sidang gereja di kota Nicea yang melahirkan Nicene Creed (= Pengakuan Iman Nicea), yang meneguh­kan doktrin tentang Allah Tritunggal.

Pengakuan iman ini direvisi dalam Sidang Gereja di Constantinople pada tahun 381 Masehi, dan lalu disebut dengan nama Pengakuan Iman Nicea-Constantinople, yang bunyinya adalah sebagai berikut:

“Aku percaya kepada satu Allah Bapa yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, diperanakkan dari Bapa sebelum alam semesta, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan Sang Bapa, oleh siapa segala sesuatu dicipta;

Yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir.

Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan Pemberi kehidupan, yang keluar dari Bapa dan Anak, yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.

Dan aku percaya satu gereja yang am dan rasuli, aku mengakui satu baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku menantikan kebangkitan orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang.

Amin”. 

Sekalipun dalam Pengakuan Iman ini juga ditegaskan akan keilahian Kristus, dan bahwa Ia telah menjadi manusia, tetapi Pengakuan Iman ini tidak menyatakan apa-apa tentang hubungan antara keilahian dan kemanusiaan Kristus, sehingga akhirnya muncul banyak ajaran sesat dalam Kristologi.

Kredo (= pengakuan iman) yang paling penting dalam materi Kristologi, khususnya dalam persoalan hubungan antara keilahian dan kemanusiaan Yesus, adalah Chalcedonian Creed (= Pengakuan Iman Chalcedon), yang diciptakan dalam sidang gereja di kota Chalcedon pada tahun 451 Masehi.

Chalcedonian Creed / Pengakuan Iman Chalcedon:

(= Kami semua, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk menga­kui Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, pada saat yang sama sempurna / lengkap dalam keilahian dan sempurna / lengkap dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia ... Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, dikenali dalam 2 hakekat, tanpa kekacauan / percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan ... sifat-sifat setiap hakekat dipertahankan dan bersatu membentuk 1 pribadi ...).

Ada 2 hal yang perlu disoroti dari Pengakuan Iman Chalcedon ini:

1) Without confusion / without change (= tanpa kekacauan / percampuran / tanpa perubahan).

Ini menunjukkan bahwa:

a) Human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (= hakekat ilahi) tetap berbeda, dan mempunyai / mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri.

b) Human nature (hakekat manusia) tidak menjadi divine (= ilahi), dan sebaliknya divine nature (= hakekat ilahi) tidak menjadi human (= manusia).

c) Human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (= hakekat ilahi) tidak bercampur dan membentuk nature (= hakekat) yang ke 3.

2) Without division / without separation (= tanpa perpecahan / tanpa perpisahan).

Ini menunjukkan bahwa LOGOS tidak pernah terpisah dari human nature (= hakekat manusia).

Catatan: LOGOS menunjuk pada keilahian Yesus.

Catatan: kata ‘nature’ oleh banyak orang diterjemahkan ‘sifat’, sehingga mereka lalu merumuskan Kristus sebagai 1 pribadi dengan 2 sifat! Tetapi ini jelas merupakan terjemahan yang salah, dan mengarah pada perumusan yang salah juga!

Menurut ‘Webster’s New World Dictionary of the American Language’ (College Edition) kata ‘nature’ mempunyai 10 arti dan yang nomer 1 ada­lah: (= Sifat-sifat yang hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu dirinya; hakekat).

Dalam pertanyaan tentang Kristologi, istilah ‘nature’ itu harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!

William G. T. Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad 19, mengatakan: “When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant” (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.

Charles Hodge mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari beberapa kutipan di bawah ini:

1. (= Yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 387.

2. (= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pembentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua hakekat, atau zat / bahan yang berbeda) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 388.

3. (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadi­Nya adalah dua zat / bahan / hakekat yang berbeda, kemanu­siaan dan keilahian; sehingga dalam pembentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat / bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang membuat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 389.

4. (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature berarti zat / bahan) - ‘System­atic Theology’, vol II, hal 391.

II) Ajaran-ajaran sesat dalam Sejarah Kristologi.

1) Adoptionism.

Dalam buku-buku sejarah maupun Theologia, biasanya Adoptionism ini tidak dimasukkan dalam perdebatan Kristologi / ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus, mungkin karena ajaran ini ada pada abad 3 Masehi, yaitu sebelum ‘musim’ perdebatan / kesesatan tentang Kristologi itu muncul (abad 4-7 Masehi).

Tetapi kalau dilihat ajarannya, maka ini jelas juga termasuk ajaran sesat dalam Kristologi.

Tokohnya yang paling terkenal bernama Paul of Samosata, yang adalah seorang bishop (= uskup) dari Antiokhia.

Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus adalah manusia biasa, yang pada saat baptisan (Catatan: ada yang mengatakan bukan pada saat baptisan, tetapi sete­lah kebangkitan Kristus) menerima kuasa ilahi dan diangkat ke suatu posisi ilahi. Jadi, ada perkembangan dalam diri Kristus, dari manusia biasa menjadi semacam Allah (bukan betul-betul Allah, tetapi lebih rendah dari Allah).

2) Apollinarianism.

Ajaran ini mendapatkan namanya dari tokohnya yang bernama Apollinarius / Apollinaris, yang adalah seorang bishop (= uskup) di kota Laodicea, Syria.

Apollinarius ini mempunyai kepercayaan yang disebut Psychological Trichotomy yang mempercayai bahwa manusia itu ter­diri dari tubuh (Yunani: SOMA), jiwa (Yunani: PSUCHE), dan rational spirit / mind (= roh yang rasionil / pikiran; Yunani: PNEUMA atau NOUS).

Dan tentang diri Yesus Kristus, ia berpendapat bahwa Yesus mempunyai tubuh (SOMA) dan jiwa (PSUCHE), tetapi tidak punya rational spirit / roh yang rasionil atau mind / pikiran (PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos dan bersifat ilahi. Jadi, Kristus bukan manusia sepenuhnya, karena Ia tidak mempunyai pikiran manusia.

Ajaran ini terlalu menekankan keilahian Kristus sehingga mengorbankan kemanusiaanNya.

Dasar Kitab Suci yang ia pakai adalah Yohanes 1:14 yang secara hurufiah berbunyi ‘And the Word became flesh’ (= Dan Firman itu telah menjadi daging).

Catatan: anehnya, kalau ia memang menekankan kata ‘daging’ dalam Yohanes 1:14 ini, mengapa ia tidak berpendapat bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manu­sia saja? Mengapa ada jiwa?

Ajaran ini ditentang oleh Gregory Nazianzus yang mengatakan bahwa Kristus harus mempunyai semua elemen manusia, karena kalau tidak, Ia tidak bisa menebus elemen tersebut dalam diri kita. Ia juga mengatakan bahwa ‘daging’ dalam Yohanes 1:14 itu merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya) dan menunjuk pada seluruh hakekat manusia (termasuk jiwa / rohnya).

Pada tahun 362 Masehi Sidang gereja di kota Alexandria sudah menentang ajaran ini (tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan menyatakan bahwa Kristus mempunyai reasonable soul (= jiwa yang bisa berpikir).

Apolinarius tidak melepaskan diri dari gereja, dan ia membentuk sebuah sekte, sampai tahun 375 Masehi.

Pada tahun 381 Masehi sidang gereja di Constantinople kemba­li mengecam ajaran ini beserta pengajarnya.

3) Nestorianism.

Ajaran ini mendapatkan namanya dari nama tokohnya yaitu Nestorius, yang pada tahun 428 Masehi menjadi bishop di kota Con­stantinople.

Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2 pribadi (yaitu pribadi Allah dan pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai manusia Yesus sepenuhnya sehingga Yesus mengingin­kan, menghendaki dan berbicara seperti Allah. Kristus disem­bah bukan karena Dia adalah Allah, tetapi karena Allah ada di dalam Dia.

Nestorius menentang istilah THEOTOKOS (= Bunda Allah), dan mengusulkan istilah CHRISTOTOKOS (= Bunda Kristus) untuk Maria, karena ia berpendapat bahwa Maria tidak melahirkan Allah, tetapi hanya melahirkan ‘tempat’ dimana Allah diam / tinggal.

Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 431 Masehi, yang sekaligus mempertahankan istilah ‘Bunda Allah’ untuk Maria.

Catatan: Perlu ditekankan bahwa istilah ‘bunda Allah’ itu dipertahankan oleh sidang gereja di Efesus itu, bukan untuk meninggikan / memuliakan Maria, TETAPI UNTUK MENUNJUK­KAN PERSATUAN YANG TIDAK TERPISAHKAN ANTARA HAKEKAT ILAHI DAN HAKEKAT MANUSIA DALAM DIRI KRISTUS.

Jadi kalau setelah itu gereja Roma Katolik menggunakan istilah ‘bunda Allah’ itu untuk meninggikan / memuliakan Maria, maka itu adalah sesuatu yang salah, yang sama sekali tidak dimaksudkan oleh sidang gereja di Efesus itu.

4) Eutychianism.

Ajaran ini mendapat namanya dari tokohnya yang bernama Eutyches [artinya adalah the Fortunate (= si untung / mujur). Para penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya dinamakan Atyches yang berarti the Unfortunate (= si sial)].

Ajaran ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine nature / hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb) human nature / hakekat manusia, sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yaitu divine nature / hakekat ilahi.

Eutyches ini mempunyai teman-teman yang berkuasa sehingga akhirnya dalam Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 449 Masehi ada ancaman dan siksaan terhadap para penentangnya, sehingga para penentangnya tidak berani berkata apa-apa. Akhirnya Sidang gereja ini justru membela ajaran sesat ini, dan sidang ini dikenal dengan nama The Council of Robbers (= Sidang gereja perampok).

Baru pada tahun 451 Masehi Sidang gereja di kota Chalcedon mengecam ajaran ini, dan sekaligus menciptakan Chalcedonian Creed (= Pengakuan Iman Chalcedon).

5) Monophysitism.

Istilah Monophysitism berasal dari kata bahasa Yunani MONO, yang berarti ‘alone’ (= sendiri) atau ‘one’ (= satu), dan PHUSIS yang berarti ‘nature / essence’ (= hakekat).

Mereka beranggapan bahwa ajaran tentang adanya 2 natures / hakekat (seperti yang dinyatakan oleh Chalcedonian Creed) dalam diri Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2 pribadi dalam diri Kristus, seperti yang diajarkan Nestorianism. Karena itu maka mereka mengajar bahwa Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yang bukan divine / ilahi maupun human / manusia, tetapi kedua-duanya (both divine and human).

Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di Constantinople pada tahun 553 Masehi.

6) Monothelitism.

Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures / hakekat, yaitu divine / ilahi dan human / manusia, tetapi hanya 1 kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah divine - human / ilahi - manusia (campuran).

Ajaran ini dikecam oleh Sidang gereja di kota Constantinople pada tahun 680 / 681 Masehi.

Bahwa dalam Makalah Kristologi ada begitu banyak ajaran sesat yang muncul, menunjukkan betapa pentingnya pengertian tentang Kristologi Alkitab. Kalau ini bukan sesuatu yang penting untuk iman kita, setan tidak akan menyerangnya dengan menggunakan begitu banyak ajaran sesat.

Kalau kita melihat dalam scope / ruang lingkup yang lebih luas, maka kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama yang mempunyai paling banyak aliran (baik yang termasuk aliran yang benar maupun yang sesat), adalah agama kristen. Semua agama yang lain hanya mempunyai sedikit / beberapa aliran saja, tetapi kristen mempunyai puluhan atau mungkin ratusan aliran. Orang sering meninjau hal ini secara negatif dengan menganggap ini sebagai hal yang jelek. Tetapi sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara positif, yaitu dengan menyadari bahwa setan tentu paling senang untuk menyerang ajaran yang benar / membawa keselamatan. Kalau suatu ajaran / agama adalah salah / tidak membawa keselamatan, untuk apa setan menyerang­nya lagi?

Karena itu, adanya banyak aliran dan penyesatan dalam kekristenan seharusnya justru membuat kita makin sung­guh-sungguh dalam mengikut Kristus, dan adanya banyak ajaran sesat dalam debat Kristologi seharusnya membuat kita makin sungguh-sungguh dalam belajar Makalah Kristologi khususnya makalah kristologi yang ditulis oleh orang-orang reformed.

MAKALAH KRISTOLOGI KRISTEN (2) 

I) Kristus adalah sungguh-sungguh Allah.

1) Yesus menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’.

Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian berpendapat bahwa karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia bukan Allah. Mereka juga berulangkali mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengclaim diriNya sebagai Allah, tetapi selalu sebagai Anak Allah.

Jawaban:

a) Yesus memang tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’; Ia selalu menyatakan diri sebagai ‘Anak Allah’. Tetapi perlu dipertanyakan pertanyaan ini: apakah kita harus membentuk pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya berdasarkan kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga dari bagian-bagian Kitab Suci yang lain? Yang dianggap sebagai Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus sendiri tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’, tetapi banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan demikian, tetapi ini akan saya bahas belakangan.

b) Ingat bahwa suatu istilah dalam Kitab Suci harus diartikan sesuai dengan pengertian penulisnya / orang jaman itu tentang istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman sekarang tentang istilah tersebut.

Tentang istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan oleh Yesus terhadap diriNya sendiri ini, banyak orang menyalah-artikan istilah ini, dengan mengatakan bahwa istilah ‘Anak Allah’ menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang lalu beranak, dsb. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak setua / sekekal BapaNya. Tetapi ini adalah penafsiran yang menggunakan pengertian orang jaman seka­rang tentang istilah ‘Anak Allah’ itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu di Palestina, dan karena itu harus diartikan menurut pengertian orang-orang di sana pada jaman itu.

Kalau begitu apa artinya? Tentang istilah / gelar ‘Anak Allah’ bagi Yesus, W. E. Vine memberikan komentar sebagai berikut: (= keAllahan yang mutlak, bukan keAllahan dalam arti sekunder atau yang didapatkan, yang dimaksudkan dalam gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 1061.

Tetapi, apa dasarnya pandangan seperti ini?

1. Kita bisa mendapat jawabannya dengan membandingkan istilah ‘Anak Allah’ dengan istilah ‘Anak Manusia’, yang sama-sama merupakan gelar / sebutan yang sangat sering digunakan oleh Yesus untuk diriNya sendiri. Kalau istilah ‘Anak Manusia’ diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul manusia’, maka istilah ‘Anak Allah’ harus diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul Allah’.

Mazmur 8:5 - “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”.

Dalam ayat ini jelas ada dua kalimat paralel, yang artinya sama, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda. Jadi, ‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!

2. Bandingkan dengan Matius14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.

Pikirkan ayat ini! Mereka menganggap Yesus betul-betul adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu menyembah Dia. Kalau mereka menganggap bahwa ‘Anak Allah’ itu ‘bukan Allah’, atau ‘lebih rendah dari Allah’, maka mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang Yahudi (bangsa monotheist, yang hanya menyembah Allah saja), lalu menyembah Dia? Dari ayat ini jelas bahwa mereka menganggap istilah ‘Anak Allah’ berarti ‘Allah sendiri’.

3. Bandingkan dengan Yohanes 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”.

NIV/NASB: ‘making himself equal with God’ (= membuat diriNya sendiri setara dengan Allah).

Di sini terli­hat dengan jelas bahwa pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai ‘Anak Allah’, orang-orang Yahudi pada saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti bahwa Yesus menganggap diri sehakekat dengan Allah, atau menyamakan diri dengan Allah, atau menganggap diri setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan terhadap Allah, dan karena itu mereka mau merajam Yesus.

Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian menganggap bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya merupakan anggapan / penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang pengakuan Yesus sebagai Anak Allah.

Jawaban:

Kalau itu memang merupakan pemikiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang kata-kata Yesus itu, mengapa Yesus tidak mengoreksi pemikiran yang salah itu?

4. Yohanes 19:7 - “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’”.

Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia membuat diriNya sendiri Anak Allah’.

Bdk. Markus 14:61-64 - “(61) Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepadaNya sekali lagi, katanya: ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’ (62) Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’ (63) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Untuk apa kita perlu saksi lagi? (64) Kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.”.

Pengakuan Yesus bahwa diriNya adalah Anak Allah membuat orang-orang Yahudi itu menganggapNya menghujat Allah, sehingga mereka menganggap bahwa Ia harus dihukum mati. Dan lagi-lagi, tidak ada bantahan / pengkoreksian dari Yesus terhadap tuduhan tersebut.

2) Ada banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit mengatakan bahwa Yesus adalah Allah.

a) Mazmur 45:7-8 - “(7) Takhtamu kepunyaan (ya) Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.

Alkitab Indonesia salah terjemahan; entah dari mana muncul kata ‘kepunyaan’ itu.

KJV: ‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya Allah).

Juga ayat ini dikutip dalam Ibrani 1:8-9.

Ibrani 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.

Catatan: anehnya di sini Alkitab Indonesia bisa menterjemahkan dengan benar.

b) Yesaya 9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.

Istilah ‘Allah yang perkasa’ ini muncul lagi dalam Yesaya 10:21.

Yesaya 10:20-21 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa.”.

Di sini istilah ini diterapkan kepada Yahweh / Allah Israel (ay 20)!

c) Yohanes 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”.

Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yohanes 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yohanes 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.

Dan Yohanes 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.

d) Yohanes 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.

Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.

NWT: ‘the only begotten god’ (= satu-satunya allah yang diperanakkan).

TDB: “satu-satunya allah yang diperanakkan”.

Catatan: NWT (New World Translation) dan TDB (Terjemahan Dunia Baru) adalah Kitab Suci Saksi Yehuwa.

NASB: ‘the only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).

Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain). Ada 4 golongan manuscript:

1. ‘the only begotten’ (= satu-satunya yang diperanakkan).

2. ‘the only begotten Son’ (= satu-satunya Anak yang diperanakkan).

3. ‘the only begotten Son of God’ (= satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan).

4. ‘(the) only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).

Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada definite article / kata sandang tertentu (‘the only begotten God’), tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only begotten God’).

Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang keempatlah yang benar, dengan alasan:

1. Ini didukung oleh manuscript yang paling kuno.

Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin baru suatu manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga makin tidak dipercaya.

Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.

2. Ini merupakan ‘bacaan yang lebih sukar’ (‘more difficult reading’).

Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima, berdasarkan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak masuk akal’ menjadi ‘yang masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang masuk akal’ menjadi ‘yang tidak masuk akal’. Dengan kata lain, penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan, tetapi tidak mungkin mempersukar bacaan.

Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no 1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau no 3, dan lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang ‘begitu tidak masuk akal’.

Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3.

Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia menganggapnya sebagai pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.

Pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan), maka:

a. Secara implicit ini menunjukkan bahwa ada semacam kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah yang diperanakkan, dan ada yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.

b. Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini juga menjadi dasar dari doktrin ‘the eternal generation of the Son’, yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan secara kekal oleh Bapa.

c. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan. Jadi, Ia adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.

e) Yohanes 20:28 - “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Tomas mengatakan demikian hanya sebagai seruan keheranan / karena kaget. Tetapi ini sama sekali tidak mungkin, karena:

1. Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.

NASB (Literal / hurufiah): “Thomas answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’” (= Tomas menjawab dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’).

Perhatikan bahwa dalam terjemahan NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini, dikatakan bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau seseorang mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya Allah’, karena kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada siapapun. Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.

2. A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan menyebut nama Allah pada saat kaget seperti itu tidak ada dalam kalangan Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan / sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).

Satu hal lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan ayat ini adalah bahwa Yesus bukan saja tidak menegur / memarahi / menyalahkan Tomas atas kata-katanya itu, tetapi Yesus bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam Yohanes 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.

Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ oleh Tomas terhadap diriNya itu.

MAKALAH TENTANG KRISTOLOGI (3)

f) Kisah Para Rasul 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah (Anak)Nya sendiri”.

Ayat ini salah terjemahan karena kata ‘Anak’ (yang saya letakkan dalam tanda kurung), sebetulnya tidak ada. Dengan demikian kata ‘Nya’ jelas menunjuk kepada kata ‘Allah’ (yang saya garis bawahi), dan sekaligus kata itu pasti menunjuk kepada Yesus (karena ada kata ‘darah’).

Karena itu jelas bahwa ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah.

Bandingkan dengan KJV di bawah ini.

KJV: ‘Take heed therefore unto yourselves, and to all the flock, over the which the Holy Ghost hath made you overseers, to feed the church of God, which he hath purchased with his own blood’ (= Karena itu perhatikanlah dirimu sendiri, dan seluruh kawanan, di atas mana Roh Kudus telah menjadikan kamu penilik, untuk memberi makan gereja Allah, yang telah dibeliNya dengan darahNya sendiri).

Catatan: NIV dan NASB menterjemahkan seperti KJV. RSV = Kitab Suci Indonesia, tetapi pada catatan kakinya memberikan terjemahan seperti KJV/NIV/NASB.

g) Roma 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

h) Titus 2:13 - “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita) Yesus Kristus,” (tanda kurung dari saya).

Bagian terakhir dari ayat ini (yang saya garis bawahi) memungkinkan 2 cara pembacaan:

1. (Allah yang Mahabesar) dan (Juruselamat kita Yesus Kristus).

Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini membicarakan 2 pribadi, yang pertama adalah ‘Allah yang Mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’. Dengan demikian ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah.

2. (Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita), Yesus Kristus.

Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini hanya membicarakan satu pribadi, yaitu ‘Yesus Kristus’, yang digambarkan sebagai ‘Allah yang Mahabesar’ maupun sebagai ‘Juruselamat kita’.

NIV memilih pilihan kedua karena NIV menterjemahkannya sebagai berikut: (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).

Saya sendiri memilih pembacaan kedua, karena:

Alasan pertama: Kata ‘appearing’ (= penampilan / pemunculan), yang dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘penyataan’, diterjemahkan dari kata bahasa Yunani EPIPHANEIA, yang selalu menunjuk pada kedatangan Yesus (bdk. 2Tesalonika 2:8 1Timotius 6:14 2Timotius 1:10 2Timotius 4:1,8), dan tidak pernah menunjuk kepada Bapa.

2Tesalonika 2:8 - “pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.”.

RSV: ‘by his appearing and his coming.’ (= oleh pemunculanNya dan kedatanganNya).
NASB: ‘by the appearance of His coming;’ (= oleh pemunculan dari kedatanganNya).

Kata ‘appearing’ / ‘appearance’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EPIPHANEIA.

1Timotius 6:14 - “Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya,”.

KJV: ‘until the appearing of our Lord Jesus Christ:’ (= sampai pemunculan dari Tuhan kita Yesus Kristus).

Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EPIPHANEIA.

2Timotius 1:10 - “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.”.

KJV: ‘by the appearing of our Saviour Jesus Christ,’ (= oleh pemunculan dari Juruselamat kita Yesus Kristus).

Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EPIPHANEIA.

2Timotius 4:1 - “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataanNya dan demi KerajaanNya:”.

KJV: ‘at his appearing’ (= pada pemunculanNya).

RSV: ‘by his appearing’ (= oleh pemunculanNya).

Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EPIPHANEIA.

2Timotius 4:8 - “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya.”.

KJV: ‘his appearing’ (= pemunculanNya).

Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EPIPHANEIA.

Alasan kedua: Pembacaan kedua ini sesuai dengan hukum bahasa Yunani yang diberikan oleh Dana & Mantey, dan juga ahli-ahli bahasa Yunani yang lain.

Dana & Mantey mengatakan bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case / kasus yang sama, dan jika ada kata sandang yang mendahului kata benda yang pertama, dan kata sandang itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan dengan pribadi yang dinyatakan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain, kata benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi itu (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147).

Jadi, rumus ini berlaku kalau 3 syarat ini dipenuhi:

a. Ada 2 kata benda dengan case / kasus yang sama.

b. Kedua kata benda itu dihubungkan dengan kata penghubung KAI (= dan).

c. Kata benda pertama mempunyai kata sandang tertentu, sedangkan kata benda kedua tidak.

Catatan: ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam gramatika bahasa Yunani.

Gresham Machen: [= Kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai jenis kelamin (laki-laki, perempuan dan netral), bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case / kasus. ... Ada lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.

Titus 2:13 - Allah yang Mahabesar (k.b.1) dan (kata penghubung KAI) Juruselamat (k.b. 2) kita Yesus Kristus (pribadi yang digambarkan).

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama (k. b. 1), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang (TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang kedua (k. b. 2), yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.

Jadi, Titus 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.

i) Ibrani 1:8 - “Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.

Kata-kata ‘tentang Anak’ bisa diterjemahkan ‘kepada Anak’.

KJV: ‘But unto the Son he saith’ (= Tetapi kepada Anak Ia berkata).

RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.

Calvin (hal 44) menterjemahkan seperti KJV dan demikian juga dengan John Owen (‘Hebrews: The Epistle of Warning’, hal 10).

Dan Bible Works 7 menunjukkan bahwa kedua terjemahan, seperti Kitab Suci Indonesia/RSV/NIV/NASB, maupun seperti KJV/NKJV, memungkinkan.

Saya lebih condong dengan terjemahan dari KJV karena kalau dilihat kata-katanya selanjutnya maka memang ayat ini menunjukkan bahwa Bapa berbicara kepada Anak, bukan tentang Anak.

Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada Anak / Yesus, dan menyebutNya sebagai ‘Allah’ (Yunani: HO THEOS / the God)!

j) 2Petrus 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan (Allah dan Juruselamat kita), Yesus Kristus.” (tanda kurung dari saya).

Di sini kita kembali bertemu dengan hukum bahasa Yunani yang telah kita bahas pada pembahasan Titus 2:13 di depan.

2Petrus 1:1b - Allah (k.b. 1) dan (kata penghubung KAI) Juruselamat (k. b. 2) kita, Yesus Kristus (pribadi yang digambarkan).

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang (TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2), yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan tentang pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.

Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.

2Petrus 1:1 (NASB): “... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ” [= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus].

Jadi di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan Juruselamat kita’.

k) 1Yohanes 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”.

Calvin mengatakan bahwa para pengikut Arianisme berusaha untuk menerapkan kalimat terakhir itu kepada Bapa. Tetapi ada 3 alasan yang tidak memungkinkan hal itu:

1. Calvin dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak mungkin menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2 x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan istilah ‘Allah yang benar’?

2. Kalimat terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’. Terjemahan ini agak kurang tepat, karena kata-kata Yunani yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya adalah ‘This is’ (= Ini adalah). Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang terakhir’ dari kalimat sebelumnya, yaitu ‘Yesus Kristus’.

3. Adanya sebutan ‘hidup yang kekal’ pada akhir dari kalimat terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya, Yohanes memang sangat sering menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yohanes 3:15,16,36 4:14 6:27,40,47,54,68 10:28 1Yohanes 5:11-13).

Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah, dan kata ‘Allah’ di sini lagi-lagi adalah HO THEOS / the God.

l) Wahyu 1:7-8 - “(7) Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.’”.

Bahkan dari kalangan penafsir-penafsir Kristen, banyak yang mengatakan bahwa yang berbicara dalam Wahyu 1:8 adalah Bapa. Tetapi ay 7 membicarakan tentang Kristus, dan demikian juga ay 9-20 (Yohanes mendapat penglihatan tentang Yesus). Jadi, saya setuju dengan William Hendriksen yang mengatakan bahwa yang berbicara dalam ay 8nya juga pasti adalah Kristus.

William Hendriksen: [= Bahwa gelar yang mulia ini menunjuk kepada Kristus tidak boleh diragukan. Baik kontext yang persis mendahuluinya maupun kontext yang persis sesudahnya mempunyai hubungan dengan Kristus (lihat ayat-ayat 7,13)] - ‘More Than Conquerors’, hal 54.

Kalau memang Kristus yang berbicara dalam ay 8 itu, maka di sini Ia disebut dengan istilah ‘Tuhan Allah’, dan kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya lagi-lagi menggunakan HO THEOS (= the God).

II) Kristus adalah sungguh-sungguh manusia.

1) Bukti bahwa Yesus adalah manusia:

a) Ia disebut ‘orang’ / ‘seorang manusia’ (Yohanes 8:40 Kis 2:22 Roma 5:15 1Korintus 15:21).

b) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Matius 24:44).

Sama seperti ‘Anak Allah’ adalah ‘Allah’, maka ‘Anak Manusia’ adalah ‘manusia’!

Ini bisa kita gunakan dalam berargumentasi melawan Saksi Yehuwa / Unitarian dengan cara sebagai berikut: kalau kamu mengatakan bahwa ‘Anak Allah’ bukan Allah, maka bagaimana dengan ‘Anak Manusia’? Bukan manusia?

c) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia / daging (Yohanes 1:14 1Timotius 3:16 Ibrani 2:14 1Yohanes 4:2).

Dalam Yohanes 1:14 1Timotius 3:16 dan 1Yohanes 4:2 sebetulnya terjemahan hurufiahnya bukanlah ‘manusia’ tetapi ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), yang bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia, tetapi pada seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia.

d) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:

1. Mempunyai tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.

a. Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Matius 26:26,28 Lukas 24:39 Ibrani 2:14.

b. Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:

· ayat-ayat seperti:

* Matius 26:38 - “lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.

Dalam Matius 26:38 ini kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUKHE).

* Matius 27:50 - “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya.”.

Lukas 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

Dalam Matius 27:50 dan Lukas 23:46, kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).

* Yohanes 11:33 - “Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata:”.

Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).

* Yohanes 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.

Dalam Yohanes 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.

* Yohanes 13:21 - “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.’”.

Dalam Yohanes 13:21 terjemahan hurufiah dari kata-kata yang saya garis-bawahi adalah: ‘was troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).

* 1Yohanes 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”.

Dalam 1Yohanes 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘jiwa’.

· adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia.

* pikiran manusia.

Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

Lukas 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

* perasaan manusia.

Matius 8:10 - “Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikutiNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.”. Bdk. Luk 7:9.

Matius 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”.

Matius 26:37,38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.

Markus 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”.

Markus 6:6 - “Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”.

Yohanes 11:33,35 - “(33) Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata: ... (35) Maka menangislah Yesus.”.

Yohanes 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.

* kehendak manusia (Mat 26:39).

Matius 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.

Adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia dalam diri Yesus ini jelas menunjukkan adanya jiwa / roh manusia.

2. Mengalami pertumbuhan / perkembangan.

Lukas 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

3. Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa), seperti: lahir (Lukas 2:7), lapar (Matius 4:2), haus (Yohanes 4:7 Yohanes 19:28), letih (Yoh 4:6), tidur (Matius 8:24), penderitaan (Ibrani 2:10,18 Ibrani 5:8), dan mati (Yohanes

e) Ayat-ayat seperti Roma 8:3 Filipi 2:7-8 Ibrani 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.

MAKALAH DOKTRIN KRISTOLOGI (4)

2) Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:

a) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia berdosa. Untuk menjawab keberatan ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia! Jadi jelaslah bahwa tidak harus berdosa baru bisa disebut sebagai ‘manusia’!

b) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.

Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:

1. Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.

2. Tanpa menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.

3. Tanpa menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.

4. Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.

Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia bukanlah manusia yang sejati.

3) Hal yang harus diwaspadai.

Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kema­nusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!

Para Saksi Yehuwa / orang Islam sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kris­tus bukanlah Allah.

Misalnya:

a) Matius 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.

Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

b) Yohanes 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.

c) Ibrani 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tak perlu belajar.

Ibrani 5:8 - “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya,”.

d) Matius 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yakobus 1:13).

e) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tidak perlu berdoa.

Illustrasi:

Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah seorang olahragawan. Kadang-kadang saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu melihat saya memakai pakaian olah raga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!

Analoginya, karena Yesus adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan Allah!

Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity.” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keAllahanNya.) - ‘The Epistles of John’, hal 21.

III) Pentingnya keilahian Kristus.

1) Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.

Ini penting karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.

2) Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai penebusan yang tak terbatas.

Logikanya, kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa menebus seorang manu­sia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Mazmur 49:8-9.

Mazmur 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.

Kitab Suci bahasa Indonesia maupun RSV salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahan NIV.

Ps 49:6-7 (NIV): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” (= Tidak seorang manusia­pun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).

Terjemahan KJV / NASB menggunakan kata ‘brother’ (= saudara) sebetulnya adalah yang paling hurufiah.

KJV: ‘None of them can by any means redeem his brother, nor give to God a ransom for him:’ (= Tak ada dari mereka bisa dengan cara apapun menebus saudaranya, atau memberi kepada Allah suatu tebusan baginya:).

NASB: ‘No man can by any means redeem his brother Or give to God a ransom for him -’ (= Tak seorangpun bisa dengan cara apapun menebus saudaranya Atau memberi kepada Allah suatu tebusan baginya -).

Baik KJV/NIV/NASB jelas memaksudkan orang lain, bukan dirinya sendiri. Jadi manusia tak bisa menebus orang lain. Tetapi Kristus berbeda karena:

a) Ia adalah Allah dan manusia.

b) Sebagai manusia Ia suci / tak berdosa.

Charles Hodge: (= Kesempurnaan dari pemuasan / pelunasan Kristus ini, … bukanlah karena Ia telah menderita apa yang seharusnya ditanggung orang berdosa, baik dalam jenisnya atau dalam tingkatannya; tetapi terutama karena martabat yang tak terbatas dari pribadiNya. Ia bukan semata-mata seorang manusia, tetapi Allah dan manusia dalam satu pribadi.) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 483.

3) Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.

Kalau Yesus hanya seorang manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.

IV) Pentingnya kemanusiaan Yesus.

1) Yang berbuat dosa adalah manusia, dan karena itu hukumannya harus ditanggung oleh seorang manusia. Karena itulah Kristus harus menjadi seorang MANUSIA YANG SAMA DENGAN KITA.

Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga MENJADI SAMA DENGAN mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka DALAM SEGALA HAL IA HARUS DISAMAKAN DENGAN saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

Calvin (tentang Ibrani 2:14): (= Anak Allah mengenakan daging kita, supaya Ia bisa mengambil bagian dari hakekat yang sama dengan kita, dan supaya dengan mengalami kematian Ia bisa menebus kita darinya.).

Roma 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang SERUPA dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Calvin (tentang Roma 8:3): (= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.).

William Hendriksen (tentang Roma 8:3): [= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa dosa apapun.].

Gregory Nazianzus: “For that which is not taken up is not healed” (= Karena apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan).

Cyril of Alexandria: “That which is not assumed is not saved” (= Apa yang tidak diambil, tidak diselamatkan).

Tetapi Kristus haruslah menjadi seorang manusia yang suci, karena kalau Ia sendiri berdosa, Ia tidak bisa menebus dosa kita.

Ibrani 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.

2) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.

1Timotius 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.

3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka.

Ibrani 2:17-18 - “(17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”.

Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

William G. T. Shedd: (= Sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami pera­saan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarna­si, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkar­nasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.

Matthew Poole (tentang Ibr 2:18):

(= Sebelumnya Ia sudah mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai, untuk melunakkan / melembutkan hatiNya supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan mereka.).

4) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia.

Matius 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.

Yohanes 13:14-15 - “(14) Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”.

Filipi 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.

Ibrani 12:2-4 - “(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.”.

1Petrus 2:21 - “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”.

Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka bagaimanapun sucinya Ia hidup, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci dan meneladaninya.

MAKALAH  KRISTOLOGI (5)

V) Kristus: 1 person / pribadi dengan 2 natures / hake­kat.

A) Istilah ‘Person’ dan ‘Nature’.

1) Mengapa digunakan istilah-istilah seperti ‘person’ (= priba­di) dan ‘nature’ (= hakekat), padahal istilah-istilah terse­but tidak ada dalam Kitab Suci?

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yohanes 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:

(= Dan / tetapi penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana.).

Herman Bavinck mengatakan sebagai berikut:

(= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infalli­ble / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, TIDAK DIMAKSUDKAN UNTUK MENJELASKAN MISTERI YANG DIHADAPI, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya.) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.

Bavinck melanjutkan lagi:

(= Pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / meman­dang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa isti­lah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita.) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 322.

Apa yang dikatakan oleh Bavinck ini terbukti dalam buku sesat dari Pdt. Yohanes Bambang, yang berjudul ‘Tuhan, Ajarlah Aku’.

Dalam hal 131, ia berkata sebagai berikut: “Jadi karena hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewar­taan iman maka dalam kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak pernah membuat hipotesa tentang Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus dengan kategori-kategori ‘UNA SUBSTANTIA, TRES PERSONAE’ (satu zat yang memiliki tiga pribadi). Cara berpikir Tertullianus adalah cara berpikir yang filsafati ketim­bang cara berpikir teologis-alkitabiah. Bila demikian, identitas Roh Kudus bukan dalam pengertian ZAT ILAHI yang memiliki kepri­badian sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal atau mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI”.

Jadi terlihat bahwa ia menolak ajaran Tertullian ini dengan alasan bahwa istilah ‘zat ilahi’ itu tidak ada dalam Kitab Suci. Tetapi anehnya dalam bagian lain dari bukunya ia berkata:

· “Secara matematis memang berjum­lah tiga. Tetapi dari penghayatan iman dan materi Allah: keti­gaNya adalah YANG TUNGGAL” (hal 109).

· “Jadi Allah dan Yesus adalah satu, tapi bukan satu dalam arti matematis, juga bukan dalam arti satu zat. Allah dan Yesus adalah satu dalam ciri hakiki ilahi dan karya (pekerjaan)Nya” (hal 110).

· “... sehingga dalam diri Yesus Kristus nampak seluruh ciri hakiki Allah sendiri” (hal 135).

Perhatikan bahwa sekarang ia menggunakan istilah-istilah ‘materi Allah’, ‘ciri hakiki ilahi’, dan ‘ciri hakiki Allah’. Bukankah istilah-istilah itu juga tidak ada dalam Kitab Suci? Jadi terlihat kebenaran kata-kata Bavinck di atas. Orang ini baru saja mencela penggunaan istilah ‘zat ilahi’, tetapi lalu menciptakan istilahnya sendiri, yang juga tidak ada dalam Kitab Suci, dan jelas lebih jelek nilainya dari istilah ‘zat ilahi’ yang ia cela.

2) Arti dari person dan nature.

Pada waktu LOGOS / Anak Allah berinkarnasi, Ia tidak mengambil pribadi manusia, tetapi hakekat manusia (yang lalu mendapat kepribadiannya dari LOGOS).

Kalau demikian, bisakah kita berkata bahwa Yesus tidak mengambil seluruh manusia, karena yang Ia ambil adalah manusia tanpa kepribadian? Kalau memang LOGOS tidak mengam­bil seluruh manusia, bukankah itu berarti bahwa Ia tidak menebus seluruh manusia? Kalau Ia tidak mengambil kepribadian manusia, bukankah itu berarti bahwa kepribadian kita tidak ditebus?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu mengerti tentang arti / definisi dari istilah ‘person / pribadi’ dan ‘nature / hekekat’.

a) Human nature adalah substance / essence (= hakekat) dari manusia. Tidak ada perbedaan antara human nature yang satu dengan human nature yang lain. Semua manusia mempunyai human nature yang sama.

b) Human nature sudah merupakan seluruh manusia, tidak ada sedikitpun yang kurang.

c) Human person (= pribadi manusia) adalah human nature yang sudah dipribadikan. Karena itu, human person yang satu berbeda dengan human person yang lain.

Beberapa kutipan kata-kata William G. T. Shedd:

1. (= Kepribadian bukanlah merupakan bagian yang perlu untuk melengkapi dan bukan bagian yang pokok / hakiki dari suatu hakekat, tetapi merupakan terminal / tujuan yang dituju oleh hakekat itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 287.

2. [= Pada waktu kita berbicara tentang suatu hakekat manusia, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, ratio, moral dan rohani. Hakekat manusia ini bisa (mempunyai kemampuan) menjadi pribadi manusia tetapi belum / bukan merupakan pribadi manusia. Hakekat manusia itu perlu dipribadikan supaya menjadi seorang manusia tersendiri yang sadar. Seorang pribadi manusia adalah sebagian kecil dari hakekat atau zat manusia tertentu yang telah dipisahkan dari seluruh massa, dan dibentuk menjadi pribadi tersendiri yang berbeda dan terpisah, oleh proses kelahiran. Sebelum pemisahan dan pembentukan ini, bagian kecil dari seluruh hakekat manusia itu, mempunyai semua sifat-sifat dari seluruh massa dari mana ia merupakan bagian, tetapi ia belum dipribadikan. Ia berpotensi untuk menjadi pribadi, tetapi ia tidak / belum sungguh-sungguh merupakan pribadi. Ia mempunyai semua sifat-sifat yang sesudah itu muncul dalam pribadi terten­tu yang dibentuk darinya,] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289-290.

3. (= Segumpal tanah liat mempunyai semua sifat-sifat dari bahan / zat yang dimiliki oleh bejana yang terhormat dan tak terhormat. Tetapi gumpalan tanah liat itu belum mempunyai bentuk dari bejana itu. Suatu tindakan dari penjunan harus ikut campur, dengan mana segumpal tanah liat itu dipisahkan dari seluruh gumpalan dan dibentuk menjadi suatu jambangan tertentu yang mempunyai bentuknya yang khas. Demikian juga, hakekat manusia sebagai suatu keseluruhan yang ada di dalam Adam mempunyai semua sifat-sifat dasar yang diperlukan untuk kepribadian, sekalipun hakekat manusia itu belum dipribadikan.) - ‘Shedd’s Dogmat­ic Theology’, vol II, hal 290-291.

4. (= Jadi, perbedaan sebenarnya antara hakekat dan pribadi adalah perbedaan antara zat dan bentuk.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 291.

5. (= Perbedaan lain lagi antara ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ adalah fakta bahwa suatu hakekat tidak bisa dibedakan dari hakekat yang lain, sedangkan suatu pribadi bisa dibedakan dari pribadi yang lain.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 294.

Catatan: ini hanya ilustrasi untuk menjelaskan. Perlu dicamkan, bahwa dalam realitanya hakekat manusia yang belum dibentuk itu TIDAK PERNAH ADA sendirian / terpisah dari hakekat / pribadi ilahi!

Kesimpulan dari semua ini:

Karena person / pribadi adalah nature / hakekat yang sudah dibentuk / dipribadikan, maka sebetulnya person / pribadi tidak memiliki kelebihan zat dibandingkan dengan nature / hakekat. Ingat bahwa ‘pembentukan’ bukanlah penam­bahan zat!

Sama seperti segumpal tanah liat, yang sudah dibentuk menjadi jambangan / gelas, tidak mempunyai kelebihan zat dibanding­kan dengan saat gumpalan tanah liat itu belum dibentuk, demikian juga person / pribadi tidak mempunyai kelebihan zat dibandingkan dengan nature / hakekat.

Illustrasi:


Dari illustrasi gambar ini terlihat dengan jelas bahwa perbedaan antara nature dan person, tidak terletak pada perbedaan zat / hakekat, tetapi pada pembentukan (nature / hakekat - belum dibentuk; person / pribadi - sudah dibentuk).

Dengan demikian, pada waktu Yesus mengambil human nature / hakekat manusia, Ia sebetulnya sudah mengambil seluruh manusia, tanpa ada yang kurang sedikitpun.

B) Hypostatical / personal Union (= persatuan pribadi).

1) Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Tetapi Ia hanya merupakan 1 pribadi.

Dasar dari pandangan ini:

Dalam Kitab Suci sering ditunjukkan akan adanya lebih dari 1 pribadi dalam diri Allah. Misalnya:

a) Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak. Kejadian 1:26“Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.

b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain.

Mazmur 2:7 - “Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”.

c) Adanya saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu.

Matius 3:17 - “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.

d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain.

Bapa mengutus Anak, dan Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus.

Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”.

Yohanes 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.

Yohanes 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”.

Tetapi hal-hal tersebut tidak pernah terjadi pada waktu Kitab Suci menggambarkan Yesus Kristus. Jadi jelaslah bahwa berbeda dengan Allah Tritunggal yang memiliki lebih dari 1 pribadi 3 pribadi), Yesus Kristus hanya memiliki 1 pribadi saja!

2) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah Allah Anak yang jelas merupakan ‘seseorang’ yang berpribadi.

Jadi pada saat itu Ia adalah 1 pribadi dengan 1 hakekat, yaitu hakekat ilahi.

Pada saat Ia berinkarnasi, Ia tidak mengambil ‘pribadi manusia’ karena ini akan menimbulkan adanya 2 pribadi seperti yang diajarkan oleh Nestorianism.

Yang diambil olehNya adalah hakekat manusia.

Hakekat manusia dan hakekat ilahi bersatu dalam pribadi Anak Allah sehingga setelah inkarnasi, Yesus adalah 1 pribadi dengan 2 hakekat (ilahi dan manusia).

Ada yang beranggapan bahwa yang diambil oleh Logos bukanlah ‘hakekat manusia’ tetapi ‘pribadi manu­sia’, karena yang diambil itu terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, yang mencakup pikiran, perasaan, dan kehendak, dan ketiga hal ini merupakan ciri-ciri dari seorang pribadi.

Tetapi ini tidak benar, karena sekalipun Logos itu mengambil tubuh manusia dan jiwa / roh manusia, yang mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak, tetapi semua itu belum dipribadikan, sehingga sifatnya belum / tidak specific (= tertentu).

Jadi, pikirannya belum tertentu (pandai atau bodoh), perasaannya belum tertentu (halus atau kasar), kehendaknya belum tertentu (keras atau tidak). Bahkan tubuhnyapun belum tertentu (tinggi atau pendek, berkulit putih atau kuning atau hitam, bermata biru atau coklat, berambut pirang atau hitam, dsb).

Dengan demikian ini bukan pribadi manusia, tetapi hakekat manusia.

Tetapi pada saat pertama Logos mengambil hakekat manusia itu, maka hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari Logos, sehingga menjadi manusia tertentu.

3) Hakekat manusia itu tidak pernah ada terpisah dari pribadi Allah Anak.

Hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari pribadi Allah Anak dan selalu ada di dalam pribadi Allah Anak itu.

Bahkan antara kematian dan kebangkitan Yesuspun, hakekat manusia itu tak terpisah dengan LOGOS / Allah Anak, karena sekalipun hakekat manusia itu terpecah (roh terpisah dari tubuh), tetapi LOGOS / Allah Anak yang maha ada itu tetap bersatu baik dengan tubuh (yang ada di kuburan) maupun dengan roh (yang ada di surga).

4) Dalam Personal Union (= persatuan pribadi) ini terjadi suatu persatuan, bukan suatu percampuran (mixture / confu­sion), antara hakekat manusia dan hakekat ilahi.

Hakekat manusia dan hakekat ilahi tidak bercampur dan lalu membentuk satu hakekat yang baru.

Juga hakekat manusia tidak berubah menjadi hakekat ilahi, dan hakekat ilahi tidak berubah menjadi hakekat manusia.

JADI, BAIK HAKEKAT MANUSIA MAUPUN HAKEKAT ILAHI TETAP MEMPUNYAI / MEMPERTAHANKAN SIFAT-SIFATNYA SENDIRI-SENDIRI.

Mereka berbeda, tetapi bersatu dalam diri Yesus Kristus.

MAKALAH KRISTOLOGI KRISTEN (6)

5) Akibat adanya 2 hakekat dalam pribadi Yesus Kristus ini maka:

a) Kristus mempunyai 2 macam kesadaran, yaitu ilahi dan manusia.

Kadang-kadang Ia berpikir dan merasa sebagai Allah, dan kadang-kadang sebagai manusia.

Saya mengutip ulang kata-kata William G. T. Shedd yang sudah saya kutip di atas.

William G. T. Shedd:(= Sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami pera­saan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarna­si, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkar­nasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.

Contoh:

1. Kesadaran ilahi: Matius 8:26 Yohanes 8:58 Yohanes 11:43.

Matius 8:26 - “Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.”.

Yohanes 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku (telah) ada.’”.

Kata ‘telah’ itu sebetulnya tidak ada, karena dalam Yunani digunakan present tense!

KJV: ‘Before Abraham was, I am.’.

Yohanes 11:43 - “Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: ‘Lazarus, marilah ke luar!’”.

2. Kesadaran manusia: Matius 24:36 Matius 26:37-38 Yohanes 11:35 Yohanes 19:28.

Tetapi harus diingat bahwa dalam setiap contoh-contoh itu, adalah pribadi yang sama yang berpikir / mempunyai kesadaran.

b) Kristus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan manusia.

Tetapi karena kehendak manusia yang ada dalam diri Yesus adalah suci, maka tidak ada pertentangan / konfrontasi antara kehendak ilahi dan kehendak manusia dalam diri Yesus. Karena itu, sekalipun ada 2 kehendak, selalu hanya meng­hasilkan satu tindakan (bdk. Matius 26:39,42,44).

Illustrasi / analogi:

Illustrasi / analogi yang paling cocok untuk menjelaskan Personal Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa pada manusia (Catatan: ini hanya berlaku untuk orang yang percaya pada Dichotomy, bukan pada Trichotomy!).

1. Pada manusia, tubuh dan jiwa membentuk 1 pribadi.

Pada Yesus Kristus, hakekat manusia dan Allah Anak membentuk 1 pribadi.

2. Pada manusia, kepribadian terletak pada jiwa, bukan pada tubuh.

Pada Yesus Kristus, kepribadian terletak pada Allah Anak, bukan pada hakekat manusia.

3. Pada manusia, tubuh berbeda dengan jiwa; mereka tidak bercampur, dan masing-masing mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri.

Pada Yesus Kristus, hakekat manusia berbeda dengan hakekat ilahi; mereka tidak bercampur dan masing-masing mempertahankan sifat-sifatNya sendiri-sendiri.

C) Akibat dari Personal Union.

1) Communicatio Idiomatum [communication of properties (= pemberian sifat-sifat / sama-sama memiliki sifat-sifat)].

Catatan:

Istilah ‘Communicatio Idiomatum’ ini adalah istilah bahasa Latin, yang begitu populer dalam Kristologi, sehing­ga dalam buku-buku Theologia sering digunakan begitu saja tanpa diberikan terjemahannya.

a) Arti istilah ini:

1. Kata Idiomatum / properties berarti ‘sifat-sifat dasar’.

Dalam diri manusia, sifat-sifat seperti pemarah, som­bong, pelit, tidak termasuk sifat dasar, karena tidak semua orang mempunyai sifat seperti itu.

Contoh sifat dasar dalam diri manusia adalah: terbatas, dicipta / tidak ada dengan sendirinya, tidak maha tahu, bisa berdosa, bisa mati, dsb. Sifat-sifat ini dimiliki oleh semua manusia.

Catatan: Perhatikan bahwa dalam sepanjang pembahasan tentang Communicatio Idiomatum ini, yang dimaksud dengan ‘sifat’ adalah ‘sifat dasar’.

2. Dalam bahasa Yunani istilah bahasa Latin Communicatio diterjemahkan dengan istilah KOINONIA.

Kata Yunani KOINONIA bisa berarti:

1. fellowship (= persekutuan).

2. a close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).

3. participation (= partisipasi).

4. sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).

5. partnership (= persekutuan).

6. contribution (= sumbangan).

7. gift (= pemberian).

Jadi, kalau dikatakan bahwa terjadi Communicatio Idiomatum dari A kepada B, maka itu berarti bahwa sifat-sifat A diberikan kepada B, atau bahwa B sama-sama memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh A (dari ke 7 arti di atas, mungkin yang paling ditekankan adalah arti ke 4 dan ke 7).

Dalam Collins Latin Dictionary, kata ‘COMMUNICATIO’ ini diterjemahkan ‘imparting’ (= memberikan).

Tetapi jangan diartikan seperti ini: saya punya kue, lalu saya berikan kepada si A sehingga sekarang hanya si A yang punya kue, dan saya tidak punya kue lagi.

Dalam Merriam Webster’s Dictionary (arti dari kata ‘communicate’), dicontohkan ‘memberikan pengetahuan’.

Tadinya saya punya pengetahuan, setelah saya berikan pengetahuan itu kepada si A, maka baik saya maupun si A sama-sama mempunyai pengetahuan itu.

Catatan: dalam pelajaran selanjutnya, kalau kita membicarakan ‘pemberian sifat-sifat’, maka itu bisa diartikan ‘sama-sama memiliki sifat-sifat’.

b) Dalam hal Communicatio Idiomatum ini, ajaran Reformed bertentangan dengan Lutheran.

1. Ajaran Reformed.

Sifat-sifat dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat ilahi, dan sebaliknya, sifat-sifat dari hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat manusia. Tetapi, baik sifat-sifat dari hakekat manusia maupun sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / menja­di sifat-sifat dari pribadi Kristus.

Charles Hodge: (= Karena itu, ketidak-konsistenan, atau pernyataan-pernyataan yang kelihatannya kontradiksi / bertentangan bisa dibuat tentang pribadi yang sama) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 379.

Hakekat manusia mempunyai sifat terbatas, sedangkan hakekat ilahi mempunyai sifat tidak terbatas. Sifat terbatas dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat dari hakekat ilahi, dan sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat dari hakekat manusia.

Tetapi baik sifat terbatas dari hakekat manusia, maupun sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi, sama-sama diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat dari pribadi Kristus. Jadi, pribadi Kristus mempunyai sifat terbatas dan tidak terbatas sekaligus.

Dengan cara yang sama bisa kita dapatkan bahwa pribadi Yesus bisa dikatakan terbatas pengetahuannya maupun maha-tahu, lemah / terbatas kekuatannya maupun mahakua­sa.

Karena itu jangan heran kalau melihat bahwa Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus itu terbatas pengeta­huannya (Matius 24:36), tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu mahatahu (Matius 9:4 Matius 12:25 Yohanes 2:24-25 Yohanes 6:64).

Juga jangan heran kalau Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus lemah / terbatas kekuatan­nya, sehingga bisa lelah, membutuhkan istirahat / tidur (Yohanes 4:6 Matius 8:24), tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu mahakuasa, dimana Ia bisa membangkitkan orang mati, menghentikan badai, memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan, mengusir setan, dsb.

Jadi ingat, bahwa Alkitab sendiri memang memberikan gambaran-gambaran yang kelihatannya bertentangan tentang diri Yesus.

2. Ajaran Lutheran.

Mereka mengatakan:

a. Ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat kepada pribadi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat dari kedua hakekat. Ini sesuai dengan ajaran Reformed.

b. Juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua hakekat tersebut.

Dengan kata lain, hakekat yang satu juga memiliki sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak sesuai dengan ajaran Reformed.

Perkembangan ajaran tentang Communicatio Idiomatum dalam kalangan Lutheran:

(1)Luther dan orang-orang Lutheran yang mula-mula mengajarkan adanya pemberian sifat-sifat, baik dari hake­kat manusia kepada hakekat ilahi, maupun dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia.

(2)Orang-orang Lutheran selanjutnya hanyalah menekankan pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia.

Ini mereka lakukan untuk menghindar­kan hakekat ilahi menjadi terbatas karena pemberian sifat dari hakekat manusia.

(3)Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang Lutheran membedakan antara operative attributes / sifat-sifat operative (seperti maha kuasa, maha ada, maha tahu) dengan quiescent attributes / sifat-sifat diam (seperti tak terbatas, kekal) dari Allah, dan mereka mengatakan bahwa hanya operative atrributes sajalah yang diberikan dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk menghindarkan hakekat manusia menjadi tak terbatas dan kekal karena pemberian sifat dari hakekat ilahi.

Catatan:

Doktrin Lutheran yang salah tentang diri Kristus ini, dimana mereka menganggap bahwa hakekat manusia Yesus itu maha ada, menyebabkan mereka bisa percaya bahwa dalam Perjamuan Kudus, Yesus hadir secara jasmani. Reformed mempercayai bahwa dalam Perjamuan Kudus Kristus hadir secara rohani.

Keberatan / sanggahan terhadap ajaran Lutheran ini:

(a)Ajaran ini menunjukkan adanya pembauran / percampuran antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam diri Kristus.

Hakekat manusia yang mempunyai sifat-sifat ilahi seperti maha ada, maha tahu dsb, tidak lagi bisa disebut sebagai hakekat manusia (perhatikan kutipan dari Charles Hodge di bawah).

Jadi jelas bahwa ajaran ini berbau ajaran Eutychianism dan jelas bahwa ajaran ini bertentangan dengan Chalcedonian Creed yang mengatakan ‘without confusion, without change’ (= ‘tanpa percampuran, tanpa perubahan’).

Charles Hodge:

(= ... sifat-sifat dari suatu zat / bahan mem­bentuk hakekatnya, sehingga kalau mereka disingkirkan atau kalau sifat-sifat yang lain ditambahkan kepada mereka, maka zat / bahan itu sendiri berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada manusia, ia berhenti menjadi manusia; dan kalau sifat-sifat manusia diberikan kepada Allah, ia berhenti menjadi Allah) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 390.

(b)Ajaran ini tidak konsekwen, karena kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka sifat-sifat manusia juga harus diberikan kepada hakekat ilahi.

Yohanes 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”.

Yohanes 3:13 menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi memberikan predikat ilahi (‘turun dari sorga’). Ayat ini dipakai sebagai dasar (secara salah) oleh orang Lutheran untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia.

1Korintus 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.

Tetapi anehnya, kalau mereka melihat ayat seperti 1Kor 2:8 ini, yang menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia / The Lord of glory’ ), tetapi memberikan predikat manusia (‘menyalibkan’), mereka tidak mau memakainya sebagai dasar untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat manusia diberikan kepada hakekat ilahi.

Ketidak-konsekwenan yang lain ialah bahwa mereka hanya memberikan sebagian sifat-sifat ilahi kepada hakekat manusia. Kalau beberapa sifat hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka konsekwensinya adalah bahwa semua sifat-sifat ilahi harus diberikan kepada hakekat manusia.

(c)Ajaran ini tidak sesuai dengan gambaran tentang diri Kristus dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci Kristus tidak pernah digambarkan sebagai manusia yang maha tahu / maha ada / maha kuasa.

Sebaliknya, Kitab Suci menggambarkan Yesus sebagai manusia yang terba­tas pengetahuannya (Matius 24:36), terbatas keberadaan­nya (tidak bisa ada di lebih dari satu tempat pada saat yang sama), dan lemah (bisa lelah, butuh istira­hat, tidur, dsb. Bdk. Yohanes 4:6 Matius 8:24).

(d)Ajaran ini tidak bisa menjelaskan Lukas 2:40,52 yang mengatakan bahwa Kristus bertumbuh dalam hikmat dan kekuatan.

Ingat bahwa orang Lutheran beranggapan bahwa Communi­catio Idiomatum ini terjadi pada saat yang sama dengan inkarnasi.

Dengan demikian, seharusnya manusia Yesus itu sudah maha tahu dan maha kuasa sejak lahir, dan kalau demikian, Ia tidak mungkin bertumbuh dalam hikmat maupun kekuatan.

CONTOH MAKALAH KRISTOLOGI (7)

2) Communicatio Operationum / Apotelesmatum [communication of acts (= pemberian tindakan-tindakan)].

Semua tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:

a) Ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.

b) Manusia, seperti makan, minum.

c) Gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.

adalah tindakan / perbuatan dari pribadi Kristus.

Jadi, pada waktu melihat Kristus makan, kita tidak perlu berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berka­ta ‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa Kristus mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata ‘hakekat ilahiNya mencipta dan mengatur alam semesta’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus mencipta dan mengatur alam semesta’.

Catatan: sebutan ‘Yesus’ atau ‘Kristus’ atau penggunaan kata ganti orang (seperti ‘Aku’) untuk Yesus, biasanya menunjuk kepada pribadi.

Contoh:

Matius 27:26 - “Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi YESUS disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”.

Kata ‘disesah’ cocoknya untuk hakekat manusia Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Yesus’).

Matius 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Kata-kata ‘menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’ cocoknya untuk hakekat ilahi Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Aku’).

Illustrasi:

Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.

Ada tindakan hanya dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.

Ada tindakan hanya dari tubuh, seperti mencerna makanan, denyut jantung.

Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, menulis, berbicara dsb.

Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.

Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan / berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpi­kir’, tetapi ‘Dia / si A berpikir’.

Catatan: lagi-lagi ini hanya cocok untuk orang yang mempercayai Dichotomy, bukan Trichotomy.

3) Communicatio Charismatum / Gratiarum [communication of gifts (= pemberian karunia-karunia)].

Hakekat manusia dari Kristus, sejak saat pertama keberadaanNya, telah diberi bermacam-macam karunia yang mulia.

Misalnya:

a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan LOGOS, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan.

G. C. Berkouwer menggunakan Yohanes 3:34 sebagai salah satu dasar: “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”. - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.

Louis Berkhof berjalan lebih jauh dengan mengatakan bahwa ini menyebabkan hakekat manusia Yesus itu ‘menjadi object pemujaan (adoration)’ - ‘Systematic Theology’, hal 324.

Tetapi G. C. Berkouwer menentang pandangan ini dengan mengatakan: (= Theologia Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus) - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.

Memang pada waktu seseorang bertemu dengan Kristus pada waktu Ia hidup dalam dunia ini, tentu saja orang itu boleh menyembahNya. Tetapi yang disembah adalah pribadi Kristus, atau hakekat ilahiNya, bukan hakekat manusiaNya.

Hal-hal ini memang tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan.

Ini pandangan yang agak berbeda lagi.

John Owen:(= Jadi, hakekat manusia dari Kristus, dalam Pribadi Ilahinya dan bersama-sama denganNya, adalah obyek dari semua pemujaan dan penyembahan ilahi) - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 241.

Jadi dalam hal ini, pandangan dari orang-orang Reformed tidak seragam!

Saya pribadi, condong pada pandangan G. C. Berkouwer.

Ini dasar saya:

Matius 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan HANYA kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

‘Manusia Yesus’ bukan Allah, dan karena itu, berdasarkan ayat ini, tidak boleh disembah.

b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggi­kan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis Berkhof, termasuk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare). Tetapi untuk yang terakhir ini ada pro kontra lagi, dan saya tak setuju dengan Louis Berkhof.

Saya tidak melihat contoh-contoh yang diberikan oleh para ahli Theologia Reformed, sehingga ada hal-hal yang membingungkan saya.

Kalau dalam hal intelek, maka contohnya adalah kepandaian yang jelas menonjol sekali dalam diri manusia Yesus, sejak masa kecilNya.

Lukas 2:40,46-47,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (46) Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (47) Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasanNya dan segala jawab yang diberikanNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

Tetapi G. C. Berkouwer (hal 295) dengan sangat hati-hati menambahkan bahwa ini berbeda dengan ajaran Lutheran yang mengatakan bahwa ada pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia Yesus. Ini dianggap salah, karena karunia-karunia adalah pemberian dari Roh Kudus kepada manusia Yesus untuk bisa melakukan pelayananNya.

Jadi ayat di atas hanya menunjukkan bahwa Roh Kudus memberikan Yesus kecerdasan yang luar biasa dalam pengertian Kitab Suci, tetapi sama sekali tidak berarti bahwa manusia Yesus menjadi maha tahu karena pemberian sifat itu dari hakekat ilahiNya. Kalau manusia Yesus itu maha tahu, kita tak akan bisa menjelaskan Mat 24:36, yang menunjukkan bahwa manusia Yesus tidak mengetahui hari Tuhan.

Tetapi dalam hal kehendak, itu membingungkan saya. Apa contohnya? Apakah hanya sekedar bahwa kehendakNya suci?

Kalau dalam hal kuasa, jelas bukan berarti Yesus sebagai manusia itu sebagai superman yang mempunyai kekuatan jasmani yang luar biasa. Tetapi mungkin ‘kuasa’ yang dimaksudkan adalah dalam hal wibawa dan kuasa dalam pengajaran.

Yohanes 2:14-16 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’”.

Catatan: coba bayangkan kalau orang biasa melakukan hal ini apakah ia tidak dirajam? Jelas di sini terlihat wibawa Yesus yang luar biasa, sehingga sekalipun ada yang menentangNya tetapi tak ada yang melakukan perlawanan fisik.

Lukas 4:28-30 - “(28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.”.

Calvin menganggap ini terjadi karena Allah melakukan mujijat, tetapi William Hendriksen membuka peluang (sekalipun tidak memastikan) bahwa sikap Yesus yang tenang dan agung membuat mereka tidak bisa / berani berbuat apa-apa.

Yohanes 7:44-46 - “(44) Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuhNya. (45) Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidak membawaNya?’ (46) Jawab penjaga-penjaga itu: ‘Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!’”.

William Hendriksen mengatakan bahwa penjaga-penjaga itu tak berani menangkap Yesus karena sangat terkesan oleh kata-kata Yesus. Lenski mengatakan bahwa otoritas, keagungan dan kuasa Yesus membuat mereka tak berani menangkapNya.

Yohanes 18:3-6 - “(3) Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”.

Lenski menganggap bahwa seluruh pasukan rebah karena kata-kata Yesus ‘Akulah Dia’ dan ini pasti karena kuasa Ilahi. William Hendriksen berkata bahwa sikap, suara, pandangan mata, keagungan Yesus menyebabkan hal ini, tetapi ini juga merupakan suatu tanda dari Yesus bahwa Ia adalah Mesias / Kristus. Leon Morris mengatakan ini disebabkan keagungan Yesus.

Kuasa pengajaranNya terlihat dari ayat ini:

Matius 7:28-29 - “(28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”.

Catatan: Communicatio Charismatum / Gratiarum ini tidak mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!

D) Ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan Personal Union.

Ada 4 golongan ayat-ayat Kitab Suci:

1) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus dengan sebutan yang berlaku untuk pribadi Kristus, tetapi tidak cocok / berlaku baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk hakekat ilahi saja.

Contoh:

· Yohanes 1:29 - Anak Domba Allah.

· Yohanes 5:21-23 - Hakim.

· Yohanes 9:5 - Terang dunia.

· Yohanes 10:9,11 - Pintu, Gembala.

· Yohanes 15:1 - Pokok anggur yang benar.

· Roma 8:34 - Pembela.

· Efesus 4:15 - Kepala Gereja.

Sebutan-sebutan ini tidak ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus sebagai manusia, tetapi kepada pribadi Kristus (The God-man).

Calvin:(= Biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan hanya tentang hakekat ilahi atau manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.

2) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat ilahi / LOGOS, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.

Contoh:

a) Yohanes 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku (telah) ada.’”.

Sebetulnya kata-kata ‘ada sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum Abraham jadi, hakekat ilahiKu ada’, tetapi Ia berkata ‘sebelum Abraham jadi, Aku (menunjuk pada pribadiNya) ada’.

b) Yohanes 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.

Sebetulnya kata-kata ‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu Ia tujukan untuk pribadiNya.

3) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusiaNya, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.

Contoh:

a) Matius 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.

Sebetulnya ‘tidak tahu akan hari Tuhan’ hanya berlaku untuk hakekat manusia, bukan untuk hakekat ilahi. Tetapi ayat ini menujukan kata-kata itu untuk Anak, yang menunjuk pada pribadi Yesus.

b) Matius 26:37-38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.

Sebetulnya yang bisa merasa sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan hakekat ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk pribadi Yesus.

c) Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam:

Lukas 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

Lukas 24:39-43 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”.

Yohanes 11:35 - “Maka menangislah Yesus.”.

4) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang hanya cocok untuk hakekat yang satu, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.

Ini terbagi dalam 2 golongan:

a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat manusia.

Contoh:

1. Kisah Para Rasul 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah (Anak)Nya sendiri.”.

NIV: “... the church of God, which he bought with his own blood” (= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya sendiri).

Catatan: dalam ayat ini TB1 - LAI salah terjemahan karena menterjemahkan ‘darah AnakNya’. Ini dibetulkan dalam TB2 - LAI yang menterjemahkan ‘darahNya’ (menghapus kata ‘Anak’ yang memang sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya).

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

2. 1Korintus 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi menggunakan predi­kat ‘menyalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

3. 1Yohanes 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

4. Wahyu 11:8 - “Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat ‘disalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

5. Ibrani 7:14 - “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat ‘berasal dari suku Yehuda’, yang tentu saja hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

b) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

Contoh:

1. Matius 9:6 - “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa mengam­puni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

2. Matius 12:8 - “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

3. Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seper­ti:

Matius 13:41 - “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya.”.

Lukas 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.

Yohanes 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”.

Yohanes 6:62 - “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?”.

1Korintus 15:47b - “manusia kedua berasal dari sorga.”.

Calvin menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab Suci dengan berkata sebagai berikut:

[= Dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.

(= Karena ‘orang’ yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.

BUKU KRISTOLOGI(8)

I) Kesucian hidup Kristus.

Hal-hal yang menunjukkan kesucian hidup Kristus:

1) Ayat-ayat seperti:

2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

Ibrani 7:26 - “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,”.

1Petrus 2:22 - “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya.”.

1Petrus 3:18 - “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,”.

1Yohanes 3:5 - “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diriNya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.”.

2) Sebutan ‘Yang Kudus dari Allah’ dalam Lukas 4:34 dan Yohanes 6:69, sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’ dalam Kisah Para Rasul 3:14, sebutan ‘HambaMu yang Kudus’ dalam Kis 4:27,30.

3) Yohanes 10:36 mengatakan bahwa Yesus dikuduskan oleh Bapa.

4) Berbeda dengan semua orang lain yang mengaku dosa pada waktu dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:6), Yesus tidak mengakui dosa pada saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:13-17).

Bahkan dalam sepanjang hidupNya kita tidak pernah melihat Yesus mengaku dosa atau memberi persembahan / korban penghapus dosa.

Kalau dalam Matius 6:12 (Doa Bapa Kami) Ia mengatakan ‘dan ampunilah kami akan kesalahan kami’ jelas bahwa Ia bukannya mengakui dosa, tetapi Ia sedang mengajarkan doa Bapa Kami itu untuk murid-muridNya. Ini terlihat dari Matius 6:9 yang berbunyi ‘Karena itu berdoalah demikian’ yang jelas menunjukkan bahwa saat itu Ia sedang mengajarkan doa itu kepada murid-muridNya.

5) Bahwa Yesus itu suci / benar, diakui oleh:

a) Allah Bapa (Matius 3:17).

Matius 3:17 - “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.

Bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus, jelas menunjukkan kesucian Yesus.

b) Yesus sendiri (Yohanes 8:29,46).

c) Pontius Pilatus (Lukas 23:4,14-15,22 Yohanes 18:38b Yohanes 19:4).

d) Istri Pontius Pilatus (Matius 27:19).

e) Herodes (Lukas 23:15).

f) Yudas Iskariot (Matius 27:4).

g) Kepala Pasukan Romawi yang menyalibkan Yesus (Lukas 23:47).

Lukas 23:47 - “Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: ‘Sungguh, orang ini adalah orang benar!’”.

6) Ia berhasil menggagalkan 3 x pencobaan setan (Matius 4:1-11 Lukas 4:1-13).

Perlu juga dijelaskan bahwa sekalipun dalam Ibrani 4:15 dikata­kan bahwa ‘sama dengan kita, Ia telah dicobai’, tetapi itu hanya berhubungan dengan pencobaan dari luar. Kesucian Kristus menyebabkan Ia tidak mungkin mengalami pencobaan dari dalam seperti yang sering dialami manusia yang lain (seperti berpikir untuk berzinah, dsb), karena dalam hal ini pencobaan itu sendiri sudah merupakan dosa.

Karena itu Yesus sendiri bisa berkata bahwa ‘penguasa dunia ini’ (yaitu setan), tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya (Yoh 14:30).

7) Lembu / domba / kambing untuk korban penebus dosa, dan domba Paskah, yang merupakan TYPE / gambaran dari Kristus (bdk. Yohanes 1:29 1Kor 5:7) selalu digambarkan sebagai tidak bercela / tidak bercacat (Im 4:3b,23b,28b,32b Keluaran 12:5). Bdk. 1Pet 1:18-19.

8) Penderitaan dan kematian Yesus bisa menggantikan kita untuk menerima hukuman Allah.

Kalau Yesus tidak suci, maka pada saat Ia mati di kayu salib Ia mati untuk dosaNya sendiri, sehingga Ia tidak mungkin bisa menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa kita. Bahwa Ia bisa menjadi pengganti, menunjukkan bahwa Ia suci. Dengan demikian terlihat bahwa kesucian Kristus merupakan hal yang sangat vital dalam kekristenan, karena tanpa hal itu, seluruh penebusan hancur.

II) Serangan terhadap kesucian Kristus.

1) Ayat-ayat yang menunjukkan Yesus marah seperti:

Markus 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”.

Yohanes 2:14,15 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya.”.

Matius 21:12-13 - “(12) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (13) dan berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’”.

Penjelasan:

a) Marah tidak harus dianggap sebagai dosa, dan hal ini terlihat dari Efesus 4:26 dan Mazmur 4:5.

b) Kemarahan terhadap dosa justru harus ada dalam diri orang yang dikuasai Roh Kudus (Keluaran 32:19 1Samuel 11:6).

Dalam Wahyu 2:2 ketidak-sabaran terhadap orang-orang yang jahat, justru merupakan sesuatu yang dipuji dari gereja / jemaat Efesus.

Wahyu 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.

Sebaliknya, dalam 2Korintus 11:4 kesabaran orang Korintus terhadap nabi-nabi palsu, justru dikecam oleh Paulus.

Demikian juga dalam Wahyu 2:20, jemaat Tiatira yang membiarkan nabi palsu, juga dikecam.

Wahyu 2:20 - “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”.

c) Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci, yang ditujukan kepada dosa, sehingga jelas bukan merupakan dosa.

Penerapan: orang Kristen harus berani marah pada saat yang tepat, misalnya pada waktu melihat ada ajaran sesat dari nabi palsu, atau ada korupsi dalam gereja, atau ada suatu penindasan / ketidak-adilan dsb.

Bdk. 1Korintus 13:4-6 - “(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.”.

2) Tuduhan bahwa Yesus melanggar peraturan Sabat.

Matius 12:9-14 - “(9) Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. (10) Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: ‘Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. (14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.”.

Lukas 14:1-6 - “(1) Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. (2) Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapanNya. (3) Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kataNya: ‘Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?’ (4) Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. (5) Kemudian Ia berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?’ (6) Mereka tidak sanggup membantahNya.”.

Yohanes 5:8-18 - “(8) Kata Yesus kepadanya: ‘Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (9) Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. (10) Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: ‘Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.’ (11) Akan tetapi ia menjawab mereka: ‘Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (12) Mereka bertanya kepadanya: ‘Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?’ (13) Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. (14) Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ‘Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.’ (15) Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. (16) Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. (17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”.

Yohanes 9:14-16 - “(14) Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. (15) Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: ‘Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.’ (16) Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’ Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan di antara mereka.”.

Untuk ini perlu diketahui bahwa:

a) Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8).

Matius 12:8 - “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.

b) Yesus berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2:27).

Markus 2:27 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,”.

c) Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik pada hari Sabat (Mat ius12:11-12 bdk. Yohanes 7:22-23).

Catatan: penyunatan HARUS dilakukan pada hari ke 8 (Im 12:3), sehingga tidak bisa tidak, pasti ada penyunatan yang jatuh pada hari Sabat.

Yesus bukan bekerja pada hari Sabat, tetapi menyembuhkan / menolong orang / berbuat baik pada orang lain pada hari Sabat. Ini jelas bukan dosa.

d) Yang dilanggar oleh Yesus bukanlah peraturan / hukum Tuhan tentang hari Sabat, tetapi penafsiran yang salah dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentang peraturan Sabat.

Kalau saudara ingin tahu bagaimana ahli-ahli Taurat pada jaman itu ‘menafsirkan’ hukum hari Sabat, maka bacalah komentar-komentar William Barclay tentang Matius 5:17-20 di bawah ini:

Barclay: [= Hukum Taurat menetapkan bahwa hari Sabat harus dikuduskan, dan bahwa pada hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan. Itu merupakan prinsip yang besar. Tetapi para legalist Yahudi senang mendefinisikan. Karena itu mereka bertanya: Apakah pekerjaan itu? Semua jenis hal-hal digolongkan sebagai pekerjaan. Misalnya, membawa beban pada hari Sabat adalah bekerja. Tetapi selanjutnya ‘beban’ itu harus didefinisikan. Maka hukum dari ahli-ahli Taurat menetapkan bahwa ‘beban’ adalah ‘makanan yang sama beratnya dengan sebuah buah ara kering, anggur yang cukup untuk membuat satu gelas minuman, susu yang cukup untuk satu teguk, madu cukup untuk diberikan pada suatu luka, minyak cukup untuk mengurapi anggota yang kecil, air cukup untuk membasahkan salep mata, kertas cukup untuk menuliskan pemberitahuan suatu rumah cukai, tinta cukup untuk menuliskan 2 huruf dari alfabet, bambu cukup untuk membuat sebuah pena’, dst tanpa ada akhirnya. Demikianlah mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdebat apakah seseorang boleh atau tidak boleh mengangkat sebuah lampu dari satu tempat ke tempat lain pada hari Sabat, apakah seorang penjahit melakukan dosa jika ia pergi keluar dengan sebuah jarum dalam jubahnya, apakah seorang perempuan boleh memakai bros atau rambut palsu, bahkan apakah seseorang boleh pergi keluar pada hari Sabat dengan gigi palsu atau kaki palsu, apakah seseorang boleh mengangkat anaknya pada hari Sabat. Hal-hal ini bagi mereka merupakan inti dari agama. Agama mereka adalah suatu legalisme yang terdiri dari peraturan-peraturan yang picik / remeh.] - hal 128.

Barclay: [= Menulis pada hari Sabat berarti bekerja. Tetapi ‘menulis’ perlu didefinisikan. Dan demikianlah bunyi definisinya: ‘Ia yang menulis 2 huruf dari alfabet dengan tangan kanan atau tangan kirinya, apakah dari satu jenis atau 2 jenis, jika huruf-huruf itu ditulis dengan tinta yang berbeda atau dalam bahasa yang berbeda, bersalah. Bahkan jika ia menulis 2 huruf karena lupa, ia bersalah, apakah ia telah menulis huruf-huruf itu dengan tinta atau dengan cat, kapur merah, benda tajam, atau apapun yang membuat tanda permanen. Juga ia yang menulis pada 2 dinding yang membentuk suatu sudut, atau pada 2 lembaran dari buku catatan / rekeningnya sehingga huruf-huruf itu bisa dibaca bersama-sama, ia bersalah ... Tetapi jika seseorang menulis dengan cairan gelap, dengan air buah, atau di tanah di jalanan, atau pada pasir, atau pada apapun yang tidak membuat tanda permanen, ia tidak bersalah. ... Jika ia menulis satu huruf di tanah, dan satu di dinding rumah, atau pada 2 halaman dari suatu buku, sehingga huruf-huruf itu tidak bisa dibaca bersama-sama, ia tidak bersalah’. Itulah text yang khas dari hukum dari ahli-ahli Taurat; dan itulah yang dianggap oleh seorang Yahudi orthodox sebagai agama dan sebagai pelayanan yang benar kepada Allah.] - hal 129.

Barclay: [= Menyembuhkan pada hari Sabat berarti bekerja. Jelas bahwa hal ini harus didefinisikan. Penyembuhan diijinkan pada saat ada bahaya terhadap kehidupan, dan khususnya pada waktu ada gangguan telinga, hidung dan tenggorokan / kerongkongan; tetapi bahkan dalam keadaan itu, hanya boleh dilakukan langkah-langkah untuk menjaga supaya pasien itu tidak menjadi lebih parah; tidak boleh dilakukan langkah-langkah yang membuatnya lebih baik. Jadi, suatu perban biasa boleh diberikan pada suatu luka, tetapi tidak boleh diberi obat / salep; kapas biasa boleh diberikan pada telinga yang sakit, tetapi kapas dengan obat tidak boleh.] - hal 129.

Barclay:”(= Ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang menyusun peraturan-peraturan ini. Orang-orang Farisi, yang namanya berarti ‘orang-orang yang terpisah’, adalah orang-orang yang memisahkan diri mereka sendiri dari semua aktivitas kehidupan biasa untuk mentaati semua peraturan-peraturan itu. Kita bisa melihat panjangnya peraturan-peraturan itu dari fakta-fakta yang berikut ini. Selama beberapa generasi, hukum dari ahli-ahli Taurat ini tidak pernah dituliskan; itu merupakan hukum lisan, dan diturunkan dalam ingatan dari generasi-generasi ahli-ahli Taurat. Pada pertengahan abad ketiga Masehi suatu ringkasan darinya dibuat dan disusun. Ringkasan itu dikenal sebagai Mishnah; itu terdiri dari 63 traktat tentang bermacam-macam pokok hukum Taurat, dan dalam bahasa Inggris menjadi sebuah buku yang terdiri dari hampir 800 halaman. Ahli-ahli theologia Yahudi selanjutnya menyibukkan dirinya sendiri dengan membuat tafsiran-tafsiran untuk menjelaskan Mishnah. Tafsiran-tafsiran ini dikenal sebagai Talmud. Talmud Yerusalem terdiri dari 12 volume; dan Talmud Babilonia terdiri dari 60 volume. Bagi seorang Yahudi orthodox, pada jaman Yesus, agama dan pelayanan kepada Allah merupakan persoalan ketaatan terhadap ribuan peraturan-peraturan legalistik; mereka menganggap peraturan-peraturan remeh / picik ini secara hurufiah sebagai persoalan hidup atau mati dan tujuan kekal. Jelas bahwa Yesus tidak memaksudkan bahwa tidak satupun dari peraturan-peraturan ini yang boleh ditiadakan; berulangkali Ia sendiri melanggar mereka; dan berulangkali Ia mengecam mereka; jelas bukan itu yang Yesus maksudkan dengan hukum Taurat, karena itu adalah jenis hukum Taurat yang dikecam oleh Yesus dan Paulus.) - hal 129-130.

PENGERTIAN KRISTOLOGI (9)

3) Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, padahal baptisan Yohanes adalah baptisan untuk pengampunan dosa (Mark 1:4).

Markus 1:4 - “demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.’”.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini:

a) Berbeda dengan semua orang lain, yang mengaku dosa pada saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus tidak mengaku dosa (Matius 3:6,13-17).

b) Yohanes Pembaptis sendiri, yang mengenali Yesus sebagai Anak Allah / Mesias, mula-mula menolak untuk membaptis Yesus, dan bahkan beranggapan bahwa ialah yang seharusnya dibaptis oleh Yesus (Matius 3:14)..

c) Yesus menjawab keberatan Yohanes Pembaptis itu dengan berkata bahwa Ia harus dibaptis oleh Yohanes, ‘untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah’ (Mat 3:15).

Matius 3:15 - “Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan Yohanespun menurutiNya.”.

NIV: ‘to fulfil all righteousness’ (= untuk menggenapkan seluruh kebenaran)

Jadi jelas bahwa Yesus tidak dibaptis untuk mendapatkan pengampunan dosa!

4) Yesus dianggap bersikap tidak hormat kepada Maria / ibuNya, misalnya:

a) Kitab Suci tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus memanggil / menyebut Maria dengan sebutan ‘ibu / mama’.

Dalam Alkitab ada banyak ayat yang menyebut Maria sebagai ibu / mama dari Yesus, menggunakan kata Yunani METER [= ibu / mama].

Contoh:

Yohanes 2:3 - “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu (Yunani: METER) Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka kehabisan anggur.’”.

Tetapi kalau Yesus sendiri menyebut Maria, Ia tidak pernah menggunakan kata itu, tetapi selalu menggunakan kata Yunani GUNAI [= perempuan].

Kalau dalam Kitab Suci Indonesia ada ayat-ayat dimana Yesus menyebut / memanggil Maria dengan sebutan ‘ibu’ (seperti dalam Yohanes 2:4 dan Yohanes 19:26), maka perlu diketahui bahwa itu diterjemahkan bukan dari kata Yunani METER, yang berarti ‘ibu / mama’, tetapi dari kata Yunani GUNAI yang sebetulnya berarti ‘perempuan’.

Yohanes 2:4 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu (Yunani: GUNAI)? SaatKu belum tiba.’”.

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘woman’ [= perempuan].

Yohanes 19:26 - “Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’”.

Catatan: ada 3 x kata ‘ibu’, tetapi yang pertama dan kedua dari kata Yunani METER [= ibu / mama], dan yang ketiga dari kata Yunani GUNAI [= perempuan].

Catatan: penggunaan kata GUNAI sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang tidak hormat. Kata ini juga Yesus gunakan terhadap Maria Magdalena dalam Yohanes 20:13,15.

Yohanes 20:13,15 - “(13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’ ... (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’”.

b) Sikap / kata-kata Yesus terhadap / tentang Maria dalam:

Matius 12:46-50 - “(46) Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibuNya dan saudara-saudaraNya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. (47) Maka seorang berkata kepadaNya: ‘Lihatlah, ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.’ (48) Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: ‘Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu?’ (49) Lalu kataNya, sambil menunjuk ke arah murid-muridNya: ‘Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! (50) Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.’”.

Catatan: semua kata ‘ibu’ dalam text di atas ini berasal dari kata Yunani METER [= ibu / mama], tetapi perhatikan bahwa pada waktu Yesus menggunakan kata METER ini di sini, Ia tidak memaksudkan Maria!

Lukas 2:48-49 - “(48) Dan ketika orang tuaNya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibuNya kepadaNya: ‘Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? BapaMu dan aku dengan cemas mencari Engkau.’ (49) JawabNya kepada mereka: ‘Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?’”.

Yohanes 2:4 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’”.

KJV: ‘what have I to do with thee?’ [= apa urusanKu denganmu?].

Catatan: ungkapan ini, pada waktu muncul dalam Alkitab, biasanya menyatakan ketidak-senangan. Hakim 11:12 2Samuel 16:10 1Raja 17:18 Matius 8:29.

Untuk ini perlu diperhatikan bahwa sejak inkarnasi dan seterusnya, Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi. Sebagai manusia, Ia harus hormat dan tunduk kepada orangtuaNya, tetapi sebagai Allah, Ia justru berkuasa atas orang tuaNya, dan bahkan seharusnya orang tuaNyalah yang mentaati Dia, menghormati Dia, dan menyembah Dia!

Illustrasi:

Kalau ada seorang majikan dan pegawainya yang sama-sama menjadi majelis dari suatu gereja, maka:

1. Dalam pekerjaan, pegawai itu harus tunduk pada majikannya.

2. Dalam urusan gereja, pegawai itu tidak harus tunduk kepada majikannya itu, karena ia mempunyai pangkat / jabatan yang sama dengan majikannya. Dan kalau hal ini terjadi, kita pasti tidak akan mengatakan bahwa pegawai itu kurang ajar kepada majikannya!

Hal yang sama terjadi kalau ada seorang pendeta yang mempunyai orang tua atau mertua sebagai jemaatnya.

5) Yesus takut dan gentar (Matius 26:37-38 Markus 14:33 Lukas 22:44).

Matius 26:37: ‘sedih dan gentar’. Ini salah terjemahan!

NIV: ‘to be sorrowful and troubled’ [= sedih dan susah / terganggu].

NASB: ‘to be grieved and distressed’ [= sedih dan susah].

Jadi, dari ayat ini hanya terlihat bahwa Yesus sedih, tetapi tidak terlihat bahwa Ia takut.

Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat paralel dari Mat 26:37 itu:

a) Lukas 22:44: ‘Ia sangat ketakutan’. Ini juga salah terjemahan!

NIV: ‘being in anguish’ [= ada dalam kesedihan].

NASB: ‘being in agony’ [= ada dalam penderitaan].

Jadi dari ayat inipun tak terlihat bahwa Yesus takut.

b) Markus 14:33: ‘sangat takut dan gentar’.

NIV/NASB: ‘deeply / very distressed and troubled’ [= sangat sedih dan susah / terganggu].

Tetapi di sini terjemahan NIV/NASB juga salah, karena kata yang diterjemahkan ‘distressed’ [= sedih] itu di dalam bahasa Yunaninya adalah EKTHAMBEISTHAI yang berasal dari kata EKTHAMBEOMAI, yang sebetulnya berarti ‘be greatly alarmed’ [= sangat takut].

Jadi, dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Yesus bukan hanya sedih tetapi juga takut.

Hal-hal lain yang menunjukkan bahwa pada saat itu Yesus memang takut:

1. Doa Yesus dalam Matius 26:39 secara implicit menunjukkan bahwa Ia takut terhadap ‘cawan’ (simbol dari murka / hukuman Allah) itu.

2. Lukas 22:44b mengatakan bahwa ia mencucurkan peluh seperti darah. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah darah, dan orang-orang ini mengatakan bahwa hal seperti ini memang bisa terjadi (dan pernah terjadi) pada orang yang mengalami ketakutan yang luar biasa.

3. Ibrani 5:7 (KJV): [= Ia menaikkan doa dan permohonan dengan tangisan keras dan air mata kepada Dia yang bisa melepaskanNya dari maut, dan didengarkan dalam hal yang Ia takuti].

Catatan:

Kata-kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘in that He feared’ [= dalam hal yang Ia takuti], diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.

NIV: ‘because of His reverent submission’ [= karena ketundukanNya yang penuh hormat / takut].

NASB: ‘because of His piety’ [= karena kesalehanNya].

NKJV: ‘because of His godly fear’ [= karena rasa takutNya yang saleh].

RSV: ‘for his godly fear’ [= karena rasa takutNya yang saleh].

Sekalipun demikian ada banyak penafsir tetap mempertahankan arti yang diberikan oleh KJV.

Bahwa Yesus SEDIH, itu bukan sesuatu yang aneh, karena saat itu Ia sedang dikhianati oleh Yudas, akan ditinggal oleh murid-muridNya, akan disangkal oleh Petrus, akan ditolak oleh orang-orang Yahudi, dan akan terpisah dari Allah. Dan kesedihan itu juga bukan dosa karena ayat seperti Fil 4:4 memang tidak boleh dimutlakkan (bdk. Mat 5:4 Lukas 6:21b)!

Tetapi bagaimana dengan RASA TAKUT yang dialami oleh Yesus? Apakah ini bukan dosa?

a) Pertama-tama perlu diketahui bahwa Ia bukan takut pada kematian atau penderitaan, tetapi takut pada murka Allah (Catatan: takut pada murka Allah jelas bukan merupakan sesuatu yang salah!) yang akan menimpaNya pada saat Ia menanggung hukuman umat manusia.

William Hendriksen (tentang Markus 14:33):[= Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani, melihat datangnya gelombang pasang / tsunami murka Allah karena dosa kita?] - ‘The Gospel of Mark’, hal 586.

Renungkan: bahwa Yesus, yang biasanya tidak pernah takut itu, bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu!

Bandingkan dengan:

1. Hosea 10:7-8 - “(7) Samaria akan dihancurkan; rajanya seperti sepotong ranting yang terapung di air. (8) Bukit-bukit pengorbanan Awen, yakni dosa Israel, akan dimusnahkan. Semak duri dan rumput duri akan tumbuh di atas mezbah-mezbahnya. Dan mereka akan berkata kepada gunung-gunung: ‘Timbunilah kami!’ dan kepada bukit-bukit: ‘Runtuhlah menimpa kami!’”.

2. Lukas 23:30 - “Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!”.

3. Wahyu 6:15-17 - “(15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. (16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’ (17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?”.

William Hendriksen, dalam komentarnya tentang Lukas 23:30, mengatakan bahwa Hosea 10:8 berkenaan dengan kejatuhan Samaria, Lukas 23:30 lebih hebat dan berkenaan dengan kehancuran Yerusalem, tetapi Wahyu 6:15-17 adalah yang terhebat dari semua, dan ini berkenaan dengan kedatangan Yesus yang kedua-kalinya pada akhir jaman.

Karena itu, kalau saudara belum betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, cepatlah percaya, sebelum saudara harus menghadapi / mengalami murka Allah yang menakutkan itu!

b) Apakah rasa takut Yesus di sini adalah dosa?

1. Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah berbuat dosa dalam bentuk apapun (Ibrani 4:15 2Korintus 5:21).

Karena itu jelas bahwa rasa takut di sini tidak bisa disebut sebagai dosa. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci yang satu sehingga bertentangan dengan ayat yang lain.

2. 1Yohanes 4:18 kelihatannya menunjukkan bahwa rasa takut adalah dosa, tetapi kalau kita membaca mulai 1Yohanes 4:17 maka akan terlihat bahwa rasa takut yang dimaksudkan di sini adalah rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman.

Ayat ini hanya menunjukkan bahwa orang kristen sejati, yang cinta kepada Allah, pasti tidak akan mempunyai rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman / hari penghakiman. Mengapa? Karena ia percaya bahwa semua hukumannya sudah ditanggung oleh Kristus sehingga ia tidak mungkin dihukum.

Roma 8:1 - “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.

Jadi jelas bahwa ayat ini tidak bisa diterapkan terhadap rasa takut Kristus pada saat ini.

3. Dalam tafsirannya tentang Matius 26:37 dan Matius 26:39, Calvin mengatakan:

Calvin: [= kelemahan yang Yesus ambil kepada diriNya sendiri harus dibedakan dari kelemahan kita, karena disana ada suatu perbedaan yang besar. Dalam diri kita disana tidak ada perasaan yang tidak disertai dengan / oleh dosa, karena semua perasaan itu melampaui ikatan yang seharusnya dan kekangan yang benar; tetapi pada waktu Kristus menderita oleh kesedihan dan rasa takut, Ia tidak memberontak terhadap Allah, tetapi terus diatur oleh peraturan yang benar dari ketenangan. Kita tidak perlu heran bahwa, karena Ia tidak berdosa, dan murni dari setiap noda, perasaan-perasaan yang mengalir dari Dia adalah murni dan tak bernoda; tetapi bahwa tak ada apapun yang keluar dari hakekat yang berdosa dari manusia yang tidak najis dan kotor. Karena itu, hendaklah kita memperhatikan perbedaan ini, bahwa Kristus, di tengah-tengah rasa takut dan kesedihan, adalah lemah tanpa noda dosa apapun; tetapi bahwa semua perasaan-perasaan kita adalah berdosa, karena perasaan-perasaan itu naik ke suatu ketinggian yang melebihi batas.].

[= Dalam keadaan kita yang berdosa sekarang ini, tidak mungkin untuk mendapatkan perasaan yang tidak berlebihan, seperti yang ada dalam Kristus; tetapi kita harus menghormati Anak Allah dengan tidak menghakimiNya dengan apa yang kita dapatkan dalam diri kita sendiri.].

[= Jika ada keberatan, bahwa rasa takut yang sedang saya gambarkan muncul dari ketidak-percayaan, jawabannya mudah. Ketika Kristus takut pada kutuk ilahi, perasaan dari daging mempengaruhiNya dengan cara sedemikian rupa, sehingga iman tetap teguh dan tak tergo­yahkan. Karena begitu murninya hakekatNya, sehingga Ia merasa tanpa terluka oleh pencobaan-pencobaan yang akan menusuk kita dengan sengatnya.].

Jadi dengan kata-kata ini Calvin memaksudkan bahwa:

a. Kita sebagai manusia yang berdosa, sangat berbeda dengan Kristus yang suci murni itu.

b. Karena itu kita tak boleh menghakimi Kristus dengan apa yang ada dalam diri kita, karena Ia memang berbeda dengan kita.

c. Pada saat Kristus takut, Ia bisa tetap beriman (kita tidak bisa seperti ini), dan karena itu Ia tetap tidak berdosa.

6) Ibrani 5:8 mengatakan bahwa Yesus ‘belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’.

Ibrani 5:8 - “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya,”.

Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada saat dimana Yesus tidak taat.

Penjelasan:

a) Calvin mengatakan bahwa ayat ini jelas tidak berarti bahwa dulunya Yesus tidak taat, dan lalu Ia mengalami penderi­taan yang membuat Dia taat, seakan-akan Yesus adalah kuda / bagal yang baru mau menurut setelah dikendalikan dengan kekang, pecut dan sebagainya.

Bdk. Mazmur 32:9 - “Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.”.

Setiap orang kristen akan mengalami ketaatan seperti ini, tetapi Yesus tidak!

b) John Owen mengatakan bahwa ‘belajar ketaatan’ bisa diarti­kan 3 macam:

1. Dari tidak tahu lalu menjadi tahu tentang apa yang harus ditaati. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.

2. Belajar untuk melakukan ketaatan.

Kita semua perlu belajar ketaatan dalam arti ini, dimana kita jatuh bangun berkali-kali, sampai akhirnya kita bisa mengatasi dosa tertentu. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.

3. Mendapat pengalaman ketaatan.

Inilah arti yang dimaksudkan di sini.

John Owen juga mengatakan bahwa ketaatan yang dimaksud di sini adalah ketaatan dalam mengalami penderitaan, bahkan kematian untuk menebus dosa manusia.

Bandingkan dengan:

Yesaya 50:5-6 - “(5) Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. (6) Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.”.

Yesaya 53:7 - “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”.

Yohanes 10:17-18 - “(17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’”.

Filipi 2:8 - “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.

Dengan mengalami semua itu Ia mengalami dalam diriNya sendiri betapa sukarnya ketaatan dalam penderitaan itu, dan betapa besar kasih karunia yang dibutuhkan untuk taat. Dengan demikian Ia bisa mempunyai belas kasihan dan simpati terhadap kita yang menderita.

Kalau yang dimaksud dengan ‘belajar ketaatan’ itu adalah ‘mengalami ketaatan dalam penderitaan’, maka jelaslah itu tidak menunjukkan bahwa tadinya Kristus tidak taat!

c) Tyndale Commentary mengutip Griffith Thomas yang berkata:

(= Inilah perbedaan antara ketidak-bersalahan dan kebaikan / kebajikan. Ketidak-bersalahan adalah hidup yang tidak / belum diuji, sedangkan kebaikan / kebajikan adalah ketidak-bersa­lahan yang telah diuji dan menang. Anak selalu mempunyai kecondongan pada ketaatan, tetapi supaya Ia mempunyai kebaikan / kebajikan dalam ketaatan, Ia harus diuji).

Kalau kita melihat kata-kata ini, maka terlihat bahwa ia beranggapan bahwa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’ Ia mempunyai innocency (= ketidak-bersalahan), tetapi setelah Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia mempunyai virtue (= kebaikan / kebajikan). Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia bukannya tidak taat.

7) Ibrani 5:9 mengatakan “sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi ...”.

NASB: “And having been made perfect, He became ...” (= Dan setelah disempurnakan, Ia menjadi ...).

Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada satu saat dimana Yesus itu tidak / belum sempurna.

Penjelasan:

Kontext (Ibrani 4:14-5:10) berbicara tentang Yesus sebagai Imam Besar, dan karena itu istilah ‘sempurna’ di sini harus dihu­bungkan dengan hal itu. Jadi artinya adalah: Ia jadi cocok sempurna untuk menjadi Imam Besar.

8) Markus 10:17-18 menceritakan dialog antara Yesus dengan pemuda kaya, dimana ketika pemuda kaya menyebut Yesus dengan isti­lah / sebutan ‘Guru yang baik’, Yesus menjawab dengan berka­ta: ‘Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja’.

Ini sering dianggap sebagai pengakuan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa Ia bukan Allah, dan Ia tidak baik.

Penjelasan:

a) Kita tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga bertentangan dengan ayat yang lain. Penafsiran bahwa Markus 10:17-18 berarti bahwa Yesus bukan Allah dan Yesus tidak baik, bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan keilahian dan kesucian Yesus.

b) Pemuda kaya itu menyebut Yesus dengan istilah ‘guru yang baik’. Dari istilah ‘guru’ jelaslah bahwa ia menganggap Yesus hanyalah manusia biasa. Dengan menambahkan istilah ‘baik’, sebetulnya ia menggunakan sebutan yang kontradik­si, karena tidak ada manusia biasa yang baik (Maz 14:1-3 Maz 53:2-4 Ro 3:10-12).

Kata-kata Yesus dalam Markus 10:18 itu dimaksudkan untuk membetulkan ketidak-benaran / kontradiksi dalam sebutan pemuda kaya itu. Yesus mau bahwa pemuda itu tidak hanya mengakui Dia sebagai baik, tetapi juga sebagai Allah.

JURNAL KRISTOLOGI (10)

III) Ketidak-bisa-berdosaan Kristus.

Semua orang yang Injili dan Alkitabiah setuju bahwa dalam faktanya Kristus tidak pernah berbuat dosa.

Tetapi yang dibicarakan sekarang, adalah: secara teoritis, adakah kemungkinan bagi Yesus untuk jatuh ke dalam dosa pada waktu Ia hidup sebagai manusia dalam dunia ini?

Dalam hal ini tidak ada kesatuan pendapat, bahkan dalam kalangan Reformedpun tidak ada keseragaman pendapat.

Sekarang mari kita menyoroti macam-macam pandangan yang ada:

A) Kristus tidak bisa berdosa (non posse peccare / not possible to sin).

Ini merupakan pandangan Calvin dan orang-orang Reformed pada umumnya.

Catatan: sepanjang yang saya tahu, dari para ahli theologia Reformed, hanya Charles Hodge yang tidak setuju dengan pandangan ini.

Hal-hal yang dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa:

1) Ibrani 13:8 berkata bahwa Kristus tidak berubah.

Ibrani 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”.

William G. T. Shedd:[= Ketidak-bisa-berubahan tentang Kristus yang diajarkan dalam Ibr 13:8 berkenaan dengan semua sifat yang khas dari PribadiNya. Kekudusan / kesucianNya adalah salah satu yang terpenting dari hal-hal ini. Seandainya Sang Manusia-Allah, seperti Adam, mempunyai suatu kekudusan / kesucian yang bisa berubah dan bisa hilang, adalah tidak tepat untuk berbicara tentang Dia dengan istilah-istilah yang hanya sesuai dengan kekudusan / kesucian yang tidak bisa berubah dari dari Allah.] - ‘Dogmatic Theology’, vol II, hal 331.

Kalau Ia bisa berdosa, maka itu berarti Ia bisa berubah (dari suci menjadi berdosa).

2) Ibrani 10:7,9 mengatakan bahwa Kristus datang ke dunia untuk melakukan kehendak Allah. Tujuan ini tidak mungkin tidak tercapai!

3) Kata-kata Kristus dalam Yohanes 14:30 dimana Ia berkata bahwa Penguasa dunia ini (yaitu setan) tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya, menunjukkan ketidak-mungkinanNya untuk berbuat dosa.

Yohanes 14:30 - “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diriKu.”.

4) Penebusan oleh Kristus sudah ada sejak semula dalam Rencana Allah, dan Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.

a) Bahwa Rencana Allah sudah ada sejak semula terlihat dari ayat-ayat seperti:

2Raja 19:25 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari, dan telah merancangnya pada zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu.”.

Mazmur 139:16 - “mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”.

Yesaya 37:26 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari jauh hari dan telah merancangnya dari zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.

Yesaya 46:10 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan,”.

Kalau manusia membuat rencana, maka manusia membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada di SMP kita merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA baru kita merencanakan untuk masuk pergu­ruan tinggi tertentu. Setelah lulus dari perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak mampu melakukan hal itu. Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan.

Tetapi Allah yang maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh RencanaNya sejak semula!

b) Penebusan dosa umat manusia oleh Kristus sudah termasuk dalam Rencana Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28 1Petrus 1:20).

c) Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.

Ayub 42:2 - “‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.

Mazmur 33:10-11 - “(10) TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.

Yesaya 14:24,26,27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana: ... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.

Yesaya 46:10-11 - “(10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.”.

Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa mengubah RencanaNya, dan percaya bahwa Rencana Allah bisa gagal. Sebetulnya ini suatu penghinaan bagi Allah karena ini menyamakan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencananya dan gagal dalam mencapai rencananya!

Ada banyak hal yang tidak memungkinkan Allah mengubah rencanaNya / gagal dalam mencapai rencanaNya:

1. Ayat-ayat dalam point c di atas secara jelas menun­jukkan bahwa Rencana Allah tak mungkin berubah atau gagal!

2. Kemahatahuan Allah.

Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia sudah tahu bahwa RencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?

3. Kemahabijaksanaan Allah.

Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini diubah, maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!

4. Kemahakuasaan Allah.

Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai rencanaNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya!

5. Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana berarti Ia menjadi tergantung pada situasi dan kondisi (tidak lagi berdaulat).

Kalau Kristus berdosa, maka Ia harus mati untuk dosaNya sendiri, sehingga Ia tidak bisa menebus dosa umat manusia. Jadi kalau ada kemungkinan bagi Kristus untuk berdosa, maka itu berarti ada kemungkinan bagi Rencana Allah (tentang Penebusan) untuk gagal.

5) Dilihat dari hakekat-hakekat yang ada dalam diri Kristus:

a) Hakekat manusia mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ (posse peccare / possible to sin).

b) Hakekat ilahi mempunyai sifat ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare / not possible to sin).

Berdasarkan Communicatio Idiomatum, maka semua sifat dari hakekat manusia maupun hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / sama-sama dimiliki oleh pribadi Kristus.

Jadi seharusnya pribadi Kristus mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ dan ‘tidak bisa berdosa’.

Tetapi kesimpulan ini ditolak oleh orang-orang Reformed pada umumnya.

1. Pandangan Louis Berkhof.

Adanya Communicatio Charismatum dimana hakekat manusia dari Kristus ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain melalui pemberian karunia-karunia Roh dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, terutama dalam hal ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa.

Jadi, Louis Berkhof beranggapan bahwa hakekat manusia Kristus itu sendiri sudah tidak bisa berbuat dosa. Dan ini menyebabkan pribadi Kristus tidak bisa berdosa.

2. Pandangan W. G. T. Shedd

Shedd beranggapan bahwa hakekat manusia dari Kristus bisa berdosa (posse peccare), tetapi dalam persatuan antara hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam satu pribadi, hakekat ilahilah yang menguasai dan mengontrol hakekat manusia, dan bukan sebaliknya. Jadi kekuatan pribadi Kristus untuk melawan godaan / serangan setan setara dengan kekuatan dari hakekat ilahi untuk melawan godaan / serangan setan.

Dengan demikian, apa yang bisa dilakukan oleh hakekat manusia Kristus kalau hakekat manusia itu terpisah dari hakekat ilahi (yaitu bisa berbuat dosa), tidak bisa dilakukan oleh persatuan dari hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam pribadi Kris­tus.

Jadi doktrin Shedd tentang Communicatio Idiomatum adalah bahwa semua sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus, tetapi untuk hakekat manusia, ada 1 sifat yang tidak bisa diberikan kepada pribadi Kristus, yaitu sifat ‘bisa berdosa’.

Alasan Shedd adalah: dalam persoalan dosa, hakekat ilahi tidak bisa membiarkan hakekat manusia pada keterbatasannya. Kalau hakekat ilahi melakukan hal itu, hakekat ilahi sendiri sudah berdosa.

(= Dalam hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa dan secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada keterbatasannya tanpa pertolongan dari hakekat ilahi, seperti yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi dalam hal-hal lain) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 333-334.

3. Pandangan R. L. Dabney.

a. Persatuan 2 hakekat itu adalah suatu perisai bagi hakekat manusia terhadap kesalahan.

R. L. Dabney: (= Adalah tidak mungkin bahwa pribadi yang terbentuk / terdapat dalam persatuan dengan Firman yang kekal dan yang tak berubah, bisa berdosa; karena persatuan ini adalah suatu perisai yang mutlak bagi hakekat yang lebih rendah, terhadap kesalahan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.

Pandangan ini sama dengan pandangan dari William G. T. Shedd. Tetapi Dabney menambahkan lagi hal berikut ini.

b. Dalam persatuan hakekat manusia dengan LOGOS, hakekat manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.

R. L. Dabney: “This lower nature, upon its union with the Word, was imbued with the full influence of the Holy Ghost” (= Hakekat yang lebih rendah ini, dalam persatuannya dengan Firman, dikaruniai dengan pengaruh penuh dari Roh Kudus) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.

Dabney juga memberikan dasar-dasar Kitab Suci yang menunjukkan peranan Roh Kudus dalam diri Kristus, yaitu:

Mazmur 45:8 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.

Yesaya 11:2,3 - “(2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.”.

Yesaya 42:1 - “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.”.

Yesaya 61:1 - “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,”.

Bdk. Lukas 4:17-21 - “(17) KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: (18) ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.’ (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepadaNya. (21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: ‘Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.’”.

Lukas 4:1 - “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.”.

Yohanes 1:32 - “Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya.”.

Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.

Ini kelihatannya sesuai dengan pandangan Calvin, karena dalam komentarnya tentang Mat 4:1 (dimana Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum Ia dicobai oleh setan) ia berkata sebagai berikut:

” (= Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah Setan tidak bisa menusuk­Nya).

4. G. C. Berkouwer mengutip seseorang yang berkata:

(= Ketidak-mampuan untuk berbuat dosa merupakan akibat dari fakta bahwa ‘Aku’ dari hakekat manusia itu adalah Logos) - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 258.

Perlu ditambahkan kata-kata Herman Hoeksema sebagai berikut: (= Pribadiku adalah apa yang aku ketahui merupakan subyek dari semua tindakanku, ... Bukanlah hakekatku, tubuhku atau jiwaku, otakku, mataku, telingaku, mulutku, kakiku, yang bertindak, berpikir, melihat, mendengar, berbicara, lari; tetapi pribadikulah yang melakukannya. Aku bertindak, aku berpikir, aku melihat, dan aku mendengar dan berbicara dan berlari, di dalam dan melalui hakekatku. ... Dalam hal Kristus, pribadiNya adalah Anak Allah, pribadi yang kedua dari Tritunggal yang Kudus) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 359-360.

Karena pribadi merupakan subyek dari semua tindakan, maka jelaslah bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa, karena pribadiNya adalah Allah Anak / LOGOS sendiri!

5. G. C. Berkouwer juga memberikan pandangan Abraham Kuyper (yang kelihatannya merupakan gabungan dari pandangan 3. dan 4.). Berkouwer berkata sebagai berikut:

[= Kuyper mengatakan bahwa hakekat manusia Kristus menyebabkan dalam Dia ada kemungkinan untuk berbuat dosa (seperti yang ada dalam Adam sebelum Kejatuhan dalam dosa). Tetapi karena Yesus tidak mengambil seorang pribadi manusia, ‘seorang manusia’, tetapi hakekat manusia, dan karena dalam Dia tidak ada ego manusia (untuk mewujudkan kemungkinan ini) tetapi, sebaliknya, hakekat manusia itu tetap bersatu secara kekal dengan pribadi kedua dari Trinitas, karena itu kontrol dari pribadi ilahi ini menyebabkan ketidak-mung­kinan mutlak untuk terwujudnya kemungkinan tersebut] - ‘Studies in Dogmatics: the Person of Christ’, hal 259.

Sekalipun pandangan-pandangan tersebut di atas (1-5) berbeda satu sama lain, tetapi kesimpulannya adalah sama, yaitu: pribadi Kristus tidak bisa berdosa (non posse peccare / not possible to sin).

B) Kristus bisa berdosa (posse peccare / possible to sin).

1) Charles Hodge berkata:

(= Tetapi, ketidak-berdosaan Tuhan kita, tidak berarti ketidak-bisa-berdosaan yang mutlak. ... Jika Ia adalah seorang manusia yang sungguh-sungguh Ia pasti bisa berdosa. ... Pencobaan secara tak langsung menunjukkan kemungkinan untuk berbuat dosa. Jika pembentukan pribadiNya menyebabkan Kristus tidak mungkin berbuat dosa, maka pencobaanNya tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umatNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 457.

Jadi, alasan yang diberikan oleh Charles Hodge untuk mendukung pandangan ini adalah:

a) Kalau Kristus menjadi manusia yang sama seperti kita (Ibrani 2:14-17), maka Ia juga harus bisa berbuat dosa, sama seperti kita.

Jawab:

Ini bisa dijawab dengan point A no 5 di atas.

b) Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, Ia tidak bisa dicobai. Dengan kata lain, fakta bahwa Kristus dicobai, menunjukkan bahwa Ia bisa berbuat dosa.

Jawab:

Pandangan ini tidak benar, karena bahwa suatu pasukan tidak bisa dikalahkan, tidak berarti bahwa pasukan itu tidak bisa diserang. Jadi analoginya adalah: bahwa Kristus tidak bisa berdosa, tidak berarti Ia tidak bisa dicobai.

c) Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umatNya.

Jawab:

1. Sekalipun Kristus tidak bisa berbuat dosa, ini tidak berarti bahwa pencobaan yang dialami oleh Kristus adalah sepele / ringan (bdk. Matius 26:36-46 Ibrani 2:18 Ibrani 4:15 Ibrani 5:7-8).

Tentang hal ini Berkouwer berkata:

(= Ketidak-berdosaan Kristus tidak meniada­kan pencobaan tetapi sebaliknya menunjukkan kesuperiorannya dalam gigitan pencobaan) - ‘Studies in Dogmatics: the Person of Christ’, hal 263.

2. Pada waktu membahas tentang pencobaan di padang gurun dalam Injil Lukas, Norval Geldenhuis (NICNT) mengutip Westcott yang mengomentari Ibrani 2:18 dengan kata-kata sebagai berikut: (= Simpati dengan orang berdosa dalam pencobaannya tidak tergantung pada pengalaman tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang kekuatan pencobaan kepada dosa, yang hanya orang yang tak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya sepenuhnya. Ia yang jatuh, menyerah sebelum tekanan terakhir) - hal 157.

Geldenhuis juga mengutip Plummer yang berkata: “... a (= ... orang yang benar, yang tidak pernah goyah sesaatpun, bisa merasakan daya tarik dari keuntungan dengan lebih hebat / keras dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang terakhir ini mungkin menyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu) - hal 157.

Dari 2 kutipan di atas ini Geldenhuis menyimpulkan: (= Jika kita mengingat pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang Juruselamat mengalami hebatnya serangan pencobaan yang tidak pernah dialami oleh orang lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh kekuatannya dalam menyerang mereka) - hal 157.

Illustrasi dan contoh:

a. Kalau seorang petinju yang tidak terlalu tahan pukul menghadapi Mike Tyson, maka mungkin sekali bahwa baru satu kali terkena pukulan Mike Tyson ia sudah KO, sehingga ia tidak merasakan seluruh kekuatan Mike Tyson. Tetapi petinju lain yang betul-betul tahan pukulan, tidak jatuh sekalipun terkena banyak pukulan Tyson, sehingga ia betul-betul merasakan seluruh kekuatan Tyson.

b. Orang yang mengalami godaan sex. Kalau begitu ada godaan ia langsung menyerah, maka jelas bahwa ia tidak merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Tetapi kalau ia bertahan, maka orang yang menggodanya itu akan menggunakan bermacam-macam cara dan taktik untuk menjatuhkannya, sehingga ia akan merasakan seluruh kekuatan godaan itu.

2) Ada juga yang membuktikan bahwa Kristus bisa berbuat dosa dengan menggunakan Matius 26:53 dimana Yesus berkata: “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?”.

Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa saat itu Yesus ada di persimpangan jalan. Ia bisa memilih untuk tunduk pada kehendak Allah, dengan membiarkan diriNya ditangkap dan dibunuh. Tetapi Ia bisa juga memilih untuk tidak tunduk pada kehendak Allah, dengan berdoa kepada BapaNya supaya BapaNya mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat membantu Dia. Sekalipun akhirnya / dalam fakta­nya Ia memilih untuk taat pada kehendak Allah, tetapi ayat ini dianggap sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa sebetulnya Ia bisa saja tidak tunduk pada kehendak Allah.

Jawab:

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a) Yesus mengucapkan Matius 26:53 ini hanya untuk meluruskan pemikiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘meno­long Yesus’ dengan membacok telinga hamba Imam Besar.

b) Calvin beranggapan bahwa dalam Matius 26:53 ini Yesus hanya mengandaikan.

Jadi maksudNya adalah sebagai berikut: Andaikata saja hal itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah, maka dari pada dibantu oleh Petrus menggunakan pedangnya, Yesus mempunyai cara yang lebih baik, yaitu berdoa kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malai­kat.

c) Matius 26:53 tidak boleh dipisahkan dari Matius 26:54 yang berbunyi: “Jika begitu, bagaimanakah mungkin akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?”.

Kata ‘harus’ menunjukkan bahwa penangkapan terhadap Kristus dan kematianNya, tidak bisa tidak terjadi!

d) Kita juga harus mengingat doa Yesus dalam taman Getsemani dimana Ia berdoa: “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan itu lalu dari padaKu” (Matius 26:39a). Tetapi karena kesucianNya, yang tidak memungkinkan Dia untuk menentang kehendak Allah, Ia lalu menambahkan: “Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39b).

Karena itu, andaikatapun Yesus di sini berdoa meminta Bapa mengirim pasukan malaikat, tidakkah Ia juga akan menambahkan kata-kata dalam Matius 26:39 itu?

C) Kristus bisa tidak berdosa (posse non peccare / possible not to sin).

Pandangan ini berkata bahwa Kristus bukannya ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare / not possible to sin), juga bukannya ‘bisa berdosa’ (posse peccare / possible to sin), tetapi ‘bisa tidak berdosa’ (posse non peccare / possible not to sin).

Jawab: Pandangan ini juga tidak logis, karena memiliki sifat ‘bisa tidak berdosa’ tanpa memiliki sifat ‘bisa berdosa’ adalah sama dengan memiliki sifat ‘tidak bisa berdosa’.

MAKALAH KRISTOLOGI (11)

Ada 5 tahap perendahan yang dialami oleh Kristus:

I) Inkarnasi.

A) Arti kata ‘inkarnasi’.

Kata ini berasal dari kata bahasa Latin IN [= in (= dalam)] + CARO / CARNIS [= flesh (= daging)]. Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja yang dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya ‘tubuh’, tetapi ‘seluruh manusia’.

Catatan:

Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’. Kekristenan mempercayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang adalah Allah, menjadi manusia. Tetapi kekristenan menolak reinkarnasi, yang merupakan ajaran agama Hindu / Buddha, karena bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibrani 9:27, yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi.

Ibrani 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.

B) Subyek dari inkarnasi.

Bukan Allah Tritunggal, tetapi Allah Anaklah yang berinkarna­si dan mengambil hakekat manusia. Tetapi juga harus diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam inkarnasi.

Matius 1:20 - “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.

Lukas 1:35 - “Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

Roma 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Galatia 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.

Filipi 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Bahwa yang berinkarnasi adalah Allah Anak, merupakan sesuatu yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism, yang mengatakan bahwa Allah Bapa sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.

Penerapan:

Banyak orang kristen berdoa secara salah dengan berkata:

1) ‘Yesus, Bapa yang di surga, ...’.

2) ‘Kami bersyukur kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi dosa kami.’.

Ini merupakan doa yang salah secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa / menganggap bahwa Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.

C) Inkarnasi dan kelahiran.

Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:

1) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjukkan pada tindakan pasif.

Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Lukas 19:10 Yohanes 9:39 Yohanes 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukannya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.

Catatan: memang dalam Yohanes 18:37b Yesus berkata: ‘Untuk itulah Aku lahir’, tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata ‘dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.

Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahirannya merupakan tindakan aktif.

2) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya (Yohanes 1:1 6:38 8:58 2Korintus 8:9 Filipi 2:6-7).

Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menunjukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikatakan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.

Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.

D) Perlunya inkarnasi.

Upah dosa adalah maut / kematian (Roma 6:23 Kejadian 2:16-17 Kejadian 3:19). Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami kematian itu. Karena Allah tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati untuk menebus dosa manusia.

Tetapi ada ajaran yang mengatakan bahwa Yesus tetap harus menjadi manusia sekalipun manusia tidak jatuh ke dalam dosa.

Alasannya:

1) Inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.

Rencana Allah tidak mungkin gagal, dan pasti akan dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi soal apakah manusia jatuh ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi manusia.

2) Pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan penyelamatan. Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu, andaikatapun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap harus menjadi manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi Gereja.

Bantahan terhadap ajaran ini:

1) Kitab Suci menunjukkan bahwa inkarnasi ada KARENA ADANYA DOSA.

Lukas 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.

Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.

Yohanes 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”.

Galatia 4:4-5 - “(4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”.

1Timotius 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”.

1Yohanes 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.

2) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini sudah terma­suk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam Rencana Allah, inkarnasi itu ada karena adanya dosa.

Banyak orang kristen tidak mau menerima bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah ditetapkan. Anehnya, biasanya mereka tetap percaya bahwa penebusan dosa oleh Kristus sudah direncanakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan.

Bdk. 1Petrus 1:18-20 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (20) Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir.”.

Padahal penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa terjadi kalau ada dosa yang ditebus. Bagaimana mungkin penebusannya ditetapkan tetapi dosanya tidak?

Disamping itu, pembunuhan terhadap Kristus, yang memungkinkan penebusan itu terjadi, juga adalah dosa. Dan itupun terjadi karena telah ditetapkan oleh Allah.

Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.

Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.

Catatan: kalau saudara mau tahu lebih banyak tentang dosa dalam Rencana Allah, bacalah buku saya yang berjudul ‘The Providence of God’.

Jadi kesimpulannya: inkarnasi ada karena adanya dosa. Tetapi sekalipun ada dosa, Allah melakukan inkarnasi dan penebusan dosa bukan sebagai kewajiban / keharusan, tetapi karena kasihNya dan karena itulah yang Ia kehendaki.

E) Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.

1) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ (Yohanes 1:14).

Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

Ini tidak berarti bahwa:

a) LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian keilahianNya.

b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum inkarnasi.

Seseorang berkata: “Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before.” (= Inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu.).

Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yohanes 1:14, maka kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:

1. Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.

2. Kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.

Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manusia pada diriNya.

2) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa manusia):

a) Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.

b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.

c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.

Beberapa kutipan penting tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:

1. “Christ was lowered not by losing but rather by taking.” (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan mengambil.).

Ini bisa diilustrasikan sebagai berikut: kita bisa meren­dahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil kekayaan­nya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun, tetapi sebaliknya dengan ketambahan sesuatu.

2. Leon Morris:

(= Ketika Firman menjadi daging, kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan terkatung-katung.).

3. Leon Morris:

(= Kita harus berpegang / percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya.).

4. Calvin: (= Karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayang­kan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus memenuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula.) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.

Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yoh 1:18. Kalau kita melihat kontex Yoh 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-mula digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan Allah (ay 1: ‘pada mulanya’). Setelah itu digambarkan bahwa LOGOS itu berinkarnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan (Lit: ‘dada’) Bapa di surga!

Yohanes 1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ADA di pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.

Perhatikan kata ‘ada’ dalam Yoh 1:18. Dalam bahasa Inggris digunakan present tense!!

NASB: who is in the bosom of the Father [= yang ada (present tense!) di dada Bapa].

NIV: who is at the Father’s side [= yang ada (present tense!) di sisi Bapa].

Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HO ON yang arti hurufiahnya adalah ‘the being’. Kata HO adalah definite article / kata sandang tertentu (‘the’), sedangkan ON adalah suatu participle yang ada dalam bentuk present.

Jadi, sekalipun ay 14 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu sudah menjadi daging / manusia, tetapi ay 18 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu tetap ada di dada Bapa! Ini menunjukkan kemaha-adaan Yesus! Sekalipun manusia Yesusnya terbatas, tetapi Anak Allah itu tidak terbatas di dalam manusia Yesus itu. Ia tetap maha ada!

Tetapi ada orang yang membantah ajaran ini dengan mengatakan bahwa bentuk present itu menunjuk pada saat rasul Yohanes sedang menu­liskan Injil Yohanes ini, yaitu pada sekitar akhir abad I. Karena itu, ini hanya menunjukkan bahwa Yesus yang sudah bangkit dan naik ke surga itu, saat itu ada dalam pelukan Bapa.

Tetapi ini tidak mungkin, karena dalam ay 18 itu kata-kata ‘ada di dada Bapa’ jelas menjadi dasar yang menyebabkan Yesus itu bisa ‘menyatakan’ Bapa!

Yohanes 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ADA di pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.

Jadi jelas tidak menunjuk pada peristiwa yang terjadi pada akhir abad I, tetapi pada saat Yesus sedang menjadi manusia, atau bahkan bisa diartikan bahwa Yesus terus menerus ada di dada Bapa.

Perhatikan juga kutipan-kutipan di bawah ini:

· Pulpit Commentary:

[= Tentang pandangan Meyer bahwa kata-kata di sini tidak menunjukkan bahwa Logos itu diam / tinggal secara kekal bersama-sama, atau di dada, Bapa, tetapi menunjuk pada pemuliaan Kristus setelah kenaikanNya, kami bisa hanya menunjuk pada present tense (HO ON), yang dari sudut pandang pendahuluan (pendahuluan Injil Yohanes), tidak mentranfer dirinya sendiri ke sudut pandang historis dari penulis pada akhir abad pertama].

Keterangan: jadi, present tense itu ditinjau dari sudut pandang pendahuluan Injil Yohanes (Yohanes 1:1-18), bukan dari sudut pandang saat penulisan Injil Yohanes.

· Pulpit Commentary:

(= ... dalam ayat ini ia berbicara kondisi yang kekal, persekutuan kekal, dari Anak Tunggal dengan Bapa, sebagai dasar / pembenaran kepenuhan wahyu yang dibuat dalam inkarnasiNya).

· Leon Morris (NICNT):

[= Kata kerja penghu­bung ‘is’ (= ada) menunjukkan kesatuan yang terus menerus. Anak Tunggal itu terus menerus ada di dada Bapa].

· William Hendriksen:

(= Disamping itu, anak kalimat tambahan ‘yang bersandar di dada Bapa’ menunjukkan suatu hubungan dekat yang kekal antara Allah Bapa dan Allah Anak).

· William Barclay:

(= Ketika Yohanes menggunakan istilah ini tentang Yesus, ia memaksudkan bahwa antara Yesus dan Allah ada keintiman yang lengkap dan tak putus-putusnya. Justru karena Yesus begitu intim dengan Allah, dan satu dengan Allah, maka Ia bisa menyatakan Dia kepada manusia).

MATERI KRISTOLOGI (12)

Selanjutnya, dalam membahas ketidak-berubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat berin­karnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis [= teori pengosongan diri]. Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!

Teori Kenosis ini, yang didasarkan pada Filipi 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu).

Filipi 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Kesalahan dari Teori Kenosis ini:

a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.

Mazmur 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.

Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.

Yakobus 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.

Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!

b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!

c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.

Dalam tafsirannya tentang Filipi 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya dari pandangan manusia.

Calvin: (= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya).

Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.

Herman Hoeksema: (= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.

F) Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.

Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga (berdasarkan 1Korintus 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia datang ke dunia.

1Korintus 15:47 - “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.

Jadi hakekat manusiaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa / mirip dengan kita tetapi secara organic tidak berhubungan dengan kita.

Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria!

Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai manusia, Yesus berasal dari sel telur Maria.

Dasar Kitab Suci pandangan ini:

1) Ibrani 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi SAMA DENGAN mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”.

Ibrani 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus DISAMAKAN DENGAN saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

Filipi 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi SAMA DENGAN manusia.”.

Roma 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang SERUPA dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Kalau kita membandingkan dengan terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris maka dari 4 ayat di atas, hanya Ibrani 2:14 yang memang menggunakan kata ‘sama’, sedangkan yang lain menggunakan kata ‘seperti’.

Ibrani 2:14 (KJV): ‘Forasmuch then as the children are partakers of flesh and blood, he also himself likewise took part of the same; that through death he might destroy him that had the power of death, that is, the devil;’.

Ibrani 2:17 (KJV): ‘Wherefore in all things it behoved him to be made like unto his brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things pertaining to God, to make reconciliation for the sins of the people.’.

Filipi 2:7 (KJV): ‘But made himself of no reputation, and took upon him the form of a servant, and was made in the likeness of men:’.

Lalu, mengapa yang lain menggunakan kata ‘seperti’? Untuk menjawab ini, saya mengutip ulang tafsiran Calvin dan William Hendriksen tentang Roma 8:3 di sini:

Calvin (tentang Roma 8:3): [= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.].

William Hendriksen (tentang Roma 8:3): [= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa dosa apapun.].

Jadi, sebetulnya Yesus memang mengambil hakekat manusia yang sama dengan kita, tetapi digunakan kata ‘seperti’ karena hakekat manusia yang diambil bukanlah hakekat manusia sebagaimana itu pertama kali diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:31 - ‘sungguh amat baik’), tetapi yang sudah dilemahkan oleh dosa, sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.

Kalau Yesus memang sungguh-sungguh adalah manusia, Ia haruslah sungguh-sungguh anak Maria.

2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria, dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.

Bdk. Ibrani 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

3) Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang keluar dari tunggul Isai’, ‘taruk dari pangkal Isai’.

Yesaya 11:1,10 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10) Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.

Yesaya 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”.

Yesaya 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.

Yeremia 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.

Wahyu 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.

Wahyu 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic dengan Daud.

4) Ibrani 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah]. Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yehuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.

5) Ibrani 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.

a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (= manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).

Ibrani 2:11a: ‘Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.

TB2-LAI hampir sama dengan TB1.

NASB: ‘are all of one Father’ (= semua dari satu Bapa).

Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.

NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).

RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal mula).

KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).

Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.

Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!

Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan kontext ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).

John Calvin: [= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka yang dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara’ (Ibr 2:11b).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!

b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibrani 2:11b).

Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.

c) Bandingkan juga dengan Ibrani 2:14-17 yang menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia yang sama dengan kita!

6) Yesus disebut sebagai:

a) Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed of the woman’) - Kejadian 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya (KJV/RSV/NASB: ‘her seed’); keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

b) Keturunan Abraham [Literal: ‘your seed’ (= benihmu)] - Kej adian22:18 (bdk. Kis 3:25).

Kisah Para Rasul 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.”.

Catatan: di sini kata ‘keturunan’ juga ada dalam bentuk tunggal.

c) Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Timotius 2:8.

2Timotius 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.

Istilah ‘seed’ (= benih / keturunan) jelas menunjukkan adanya hubungan organic!

7) Lukas 1:41-42 - “(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.

Dalam Lukas 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal: ‘the fruit of your womb’).

Catatan: perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!

John Calvin:[= Sekarang, seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.

Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.

8) Lukas 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Dalam Lukas 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Lukas 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:

a) Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.

William Hendriksen (tentang Lukas 1:35): [= Jawaban diberikan dalam bentuk paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi akan menimbulkan / menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus ditambahkan. ‘Penaungan’ atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini bukanlah statis tetapi aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat menghasilkan. Itu menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan air pada saat penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang sama lihat Maz 104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat puisi: ‘RohMu, ya Allah, membuat kehidupan berlimpah-limpah’. Karena itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].

Kejadian 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.

Mazmur 104:30 - “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”.

b) Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.

Ini menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir suci.

Bahwa ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:

(= Anak Allah, pribadi kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).

Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari sel telur Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.

Perlu diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not made’ (= ‘diperanakkan, bukan dicipta’) dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan / hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.

Perhatikan beberapa kutipan pendukung di bawah ini.

John Owen:

[= Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif; tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.

Herman Bavinck:

· (= Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.

· (= Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan sesuai dengan keadaan alamiah keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.

· (= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul ilahi dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.

· (= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada sebelum pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

· (= Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

Calvin tentang kata-kata ‘seperti anak manusia’ dalam Daniel 7:13:

[= Sekarang kita harus melihat mengapa ia menggunakan kata ‘seperti’ Anak manusia; ... sang Nabi berkata, ‘Ia kelihatan’ kepadanya ‘seperti Anak manusia’, karena Kristus belum mengambil kepadaNya daging kita. Dan kita harus memperhatikan perkataan Paulus itu: ‘Pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, Allah mengutus AnakNya, dibuat dari seorang perempuan.’ (Galatia 4:4). Maka Kristus mulai menjadi / adalah seorang manusia pada waktu Ia muncul di bumi sebagai Pengantara, karena Ia belum mengambil benih / keturunan Abraham sebelum Ia digabungkan dengan kita dalam persatuan persaudaraan. Inilah alasannya mengapa sang Nabi tidak mengumumkan Kristus sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi hanya seperti manusia; karena kalau tidak Ia bukanlah Mesias itu yang sebelumnya dijanjikan di bawah hukum Taurat sebagai anak / keturunan Abraham dan Daud. Karena seandainya dari semula Ia telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah dilahirkan oleh nenek moyang ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah seorang manusia dari semula, tetapi hanya kelihatan demikian dalam suatu bentuk jasmani. ... Karena itu, ini adalah suatu simbol dari daging Kristus yang akan datang, sekalipun daging itu belum ada (pada saat itu).] - hal 41.

Daniel 7:13 - “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang SEPERTI anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya.”.

Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.

Calvin menambahkan: jadi kalau dalam ayat-ayat seperti Filipi 2:7 digunakan kata ‘seperti’, maka alasannya berbeda dengan pada waktu kata ‘seperti’ itu digunakan dalam Daniel 7:13. Dalam Filipi 2:7 (juga Roma 8:3 Ibrani 2:17) kata ‘seperti’ itu digunakan karena daging yang telah diambil oleh Kristus itu bukan seperti daging dari Adam sebelum ia jatuh ke dalam dosa, tetapi daging yang sekalipun tidak berdosa tetapi telah dilemahkan oleh dosa. Sedangkan dalam Daniel 7:13, kata ‘seperti’ itu digunakan karena pada saat itu daging Kristus memang belum ada, dan yang dilihat oleh Daniel pada saat itu hanyalah simbol dari daging Kristus yang akan datang.

Catatan: untuk Filipi 2:7 dan Ibrani 2:17 lihat KJV.

Dan dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:

[= sang Nabi tidak bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus berkenaan dengan daging TIDAKLAH BEGITU TUA, jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan kemanusiaan Kristus) bersama-sama akan merupakan sesuatu yang menggelikan / konyol.] - hal 299.

Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.

Philip Schaff: [= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh 1:18)] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.

Robert M. Bowman Jr.: [= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada (EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yohanes 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.

DOGMATIKA KRISTOLOGI (13)

G) Peranan Roh Kudus dalam inkarnasi.

1) Roh Kuduslah yang menjadikan Maria mengandung.

Matius 1:18-20 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.

Lukas 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Yang dilahirkan oleh Maria bukanlah pribadi manusia, tetapi pribadi Anak Allah [Lukas 1:32,35 bdk. Lukas 1:43 dimana Elizabeth menyatakan Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the mother of my Lord’ (NIV)].

Karena itu Maria secara tepat disebut THEOTOKOS (= bunda Allah), bukan sekedar CHRISTOTOKOS (= bunda Kristus).

2) Roh Kudus menguduskan hakekat manusia dari Kristus sejak dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari polusi dosa.

Yohanes 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.

Ibrani 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.

Jadi, bahwa Maria mengandung bukan dari seorang laki-laki, masih belum cukup untuk menyebabkan Yesus itu lahir suci, karena Maria juga adalah orang berdosa. Masih dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyucikan bayi Yesus sejak dari saat pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul suci.

Calvin:(= Karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya karena Ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.

Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:

a) Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan bayi Yesus ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci supaya bisa lahir dan hidup suci.

Karena itu doktrin Immaculate Conception dari Roma Katolik, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup suci tanpa dosa, sama sekali tidak dibutuhkan di dalam gereja.

Catatan:

1. Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab Suci, mengapa dibutuhkan waktu 18 abad untuk menemukan­nya?

2. Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci sama sekali, tetapi juga bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci, seperti:

a. Roma 3:10-12,23 Pkh 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa semua manusia berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam Kitab Suci hanyalah Yesus saja (Ibrani 4:15 2Korintus 5:21). Kitab Suci tidak pernah mengecualikan Maria!

b. Lukas 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya.

Lukas 1:46-47 - “(46) Lalu kata Maria: ‘Jiwaku memuliakan Tuhan, (47) dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,”.

Kalau memang ia suci murni, mengapa ia membutuhkan Juruselamat?

c. Lukas 2:22-24 (bdk. Im 12:1-8) menunjukkan bahwa Maria disebut najis (Im 12:2), karena melahirkan anak. Ini menyebabkan ia harus mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapus dosa sebagai pendamaian (Im 12:8), supaya bisa ditahirkan.

Sekalipun ‘kenajisan’ di sini bukanlah suatu dosa moral, tetapi rasanya hal ini sukar diharmoniskan dengan ‘suci murni’.

3. Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai beri­kut: kalau Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka demikian juga kedua orang tua Maria harus suci supaya Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus suci supaya kedua orang tua Maria bisa suci, dan kalau ini diteruskan maka akhirnya Adam dan Hawapun harus suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak Alkitabiah, yang orang Roma Katolikpun tidak akan mau menerimanya!

b) Kalau memang fakta bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir suci, dan masih dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu untuk apa Yesus harus dilahirkan dari seorang perawan / perempuan yang mengandung tanpa hubungan sex dengan laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja dan ditambah dengan penyucian dari Roh Kudus?

Jawab:

1. Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian dari Roh Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus lahir suci.

2. Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang adalah Allah dan manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama seperti kita. Harus dengan cara yang berbeda supaya cocok dengan kewibawaan pribadiNya.

Catatan: saya beranggapan bahwa jawaban yang kedua ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.

II) Penderitaan Kristus.

A) Kristus menderita sepanjang hidupNya.

1) Ia menderita karena Ia yang suci harus hidup ditengah-tengah orang-orang berdosa.

Bandingkan dengan Lot dalam 2Petrus 2:7-8 - “(7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa -”.

Penerapan:

Adalah sesuatu yang aneh kalau banyak orang kris­ten yang bukannya menderita tetapi sebaliknya justru merasa senang kalau bergaul / berkumpul dengan orang-orang yang brengsek! Apakah saudara termasuk orang seperti itu?

2) KetaatanNya menyebabkan Ia menderita (bdk. Yohanes 3:19-20).

Ada banyak ketaatan yang bisa menyebabkan penderitaan bahkan penganiayaan. Misalnya kalau kita mau hidup dan berkata jujur, atau kalau kita menegur orang yang berbuat dosa, dsb. Kristus rela menderita demi mentaati Firman Tuhan; bagaimana dengan saudara?

3) Ia menderita karena serangan setan (bdk. Lukas 4:1-13, khususnya ay 13).

Ingat bahwa ke-tidak-bisa-berdosa-an Kristus tidak berarti bahwa Ia tidak menderita pada waktu mengalami serangan setan (bdk. Ibrani 2:18 - ‘Ia sendiri telah menderita karena pencobaan’)!

4) Ketidak-percayaan / kebencian orang-orang di sekitarNya memberikan penderitaan kepadaNya.

Ketidakpercayaan ini datang dari:

a) Dunia.

Yohanes 1:10 - “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalNya.”.

b) Bangsanya.

Yohanes 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.

Yohanes 10:20 - “‘Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?’”.

c) Orang-orang sekampungnya.

Matius 13:53-57 - “(53) Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. (54) Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’ (57) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ‘Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.’”.

d) Keluarganya.

Yohanes 7:3-5 - “(3) Maka kata saudara-saudara Yesus kepadaNya: ‘Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-muridMu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. (4) Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diriMu kepada dunia.’ (5) Sebab saudara-saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya.”.

Markus 3:21 - “Waktu kaum keluargaNya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.”.

e) Yudas Iskariot.

f) Murid-muridNya yang lain.

Hal tersebut lebih-lebih terasa menyakitkan karena Yesus mencintai manusia dan Ia bahkan datang ke dunia dengan maksud mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan manusia. Tetapi ternyata manusia memberi­kan balasan yang begitu jelek.

Kalau saudara pernah tidak dipercayai oleh orang yang saudara cintai, seperti orang tua saudara, suami / istri / pacar saudara, maka saudara tentu bisa merasakan sakitnya hal itu.

Penerapan: Demi melayani saudara, Yesus pernah mengalami hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia, saudara harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus melayani Dia?

5) PenderitaanNya makin lama makin hebat dan mencapai puncak­nya di kayu salib.

Untuk bisa lebih menyadari penderitaan Kristus di sekitar salib, khususnya pada saat pencambukan dan penyaliban, perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:

a) Tentang pencambukan:

Leon Morris (NICNT):

(= Pencambukan adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit, yang masing-masing diberi potongan-potongan tulang atau logam. Itu bisa membuat punggung orang menjadi bubur).

Leon Morris (NICNT):

(= Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus tertentu, anak dari Ananias, dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai tulangnya dengan cambuk’ ... Eusebius menceritakan bahwa martir-martir tertentu pada jaman Polycarp ‘dicabik-cabik oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan arteri yang ada di dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari tubuh mereka, isi perut dan organ-organ mereka, menjadi terbuka dan kelihatan’ ... Tidak heran bahwa tidak jarang orang mati sebagai akibat penyiksaan ini).

William Hendriksen:

[= Cambuk Romawi ter­diri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkuk­kan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].

William Barclay:

[= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu men­jadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berda­rah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedi­kit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].

Saudara adalah orang berdosa dan karena itu sebetulnya saudaralah yang seharusnya mengalami hukuman cambuk itu. Tetapi Kristus sudah mengalami pencambukan itu supaya saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara mau percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah saudara percaya / menerima Dia?

b) Tentang penyaliban:

Pulpit Commentary:

(= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).

William Barclay:

[= Ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].

Catatan:

Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.

Ini ia dasarkan pada:

1. Tradisi.

2. Yohanes 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.

Yohanes 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ ... (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya tanganNya, tetapi juga kakiNya.

Alasan saya:

a. Penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tra­disinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay. Misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas.

Dan juga Barnes’ Notes, dalam tafsirannya tentang Matius 27:32, berkata sebagai berikut:

(= Kaki dilekatkan pada tiang tegak, atau dengan memakukannya dengan paku-paku besar yang dimasukkan melalui bagian-bagian yang lunak, atau dengan mengikatnya dengan tali. Pada bagian salib yang ada di atas, tangan, yang direntangkan, juga dilekatkan, atau dengan paku-paku atau dengan tali, atau mungkin dalam beberapa kasus oleh keduanya. Tangan dan kaki dari Tuhan kita keduanya dilekatkan dengan paku-paku).

Juga ada penafsir yang berkata bahwa tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.

b. Mazmur 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yohanes 19:18): “The feet, though not always nailed, but simply bound, to the upright beam, were almost certainly so in this case (Ps. 22:16).” [= Kaki, sekalipun tidak selalu dipaku, tetapi hanya diikat pada tiang yang vertikal, dalam kasus ini hampir pasti dipaku (Mazmur 22:17)].

c. Dalam Lukas 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!

Lukas 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka.”.

Selanjutnya Barclay mengutip Klausner sebagai berikut:

(= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah).

Barclay lalu mengatakan: (= Itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).

Saya masih ingin menambahkan komentar dari Barnes’ Notes tentang Matius 27:35 yang makin memperjelas penderitaan orang yang disalib. Ia berkata sebagai berikut:

(= Cara penyaliban adalah sebagai berikut: - Setelah kriminil itu membawa salib, disertai dengan setiap ejekan dan hinaan yang dimungkinkan, ke tempat penyaliban, sebuah lubang digali di tanah untuk menerima kaki salib itu. Salib diletakkan di tanah; orang yang diputuskan untuk menderita itu dilepasi pakaiannya, dan direntangkan pada salib itu, dan tentara-tentara melekatkan tangan dan kaki dengan paku atau dengan tali. Setelah mereka memakukan paku-paku itu dalam-dalam ke dalam kayu, mereka menaikkan / menegakkan salib itu dengan penderita yang sangat menderita padanya; dan, untuk menancapkannya dengan lebih teguh di dalam tanah, mereka menjatuhkan salib itu dengan keras ke dalam lubang yang telah digali untuk menerima salib itu. Jatuhnya salib dengan mendadak itu pasti memberikan kepada orang yang disalib suatu kejutan yang keras, dan meningkatkan penderitaannya dengan hebat. Orang yang disalib itu lalu menderita tergantung, biasanya, sampai rasa sakit, kehabisan tenaga, kehausan, dan kelaparan mengakhiri hidupnya).

Barnes’ Notes melanjutkan: [= Itu adalah hukuman yang paling hina / memalukan yang dikenal manusia, dan itu juga adalah hukuman yang paling menyakitkan. Hal-hal berikut ini menyebabkan penyaliban suatu kematian dengan rasa sakit yang khusus: (1.) Posisi lengan dan tubuh tidak alamiah, lengan direntangkan ke belakang dan hampir tidak bisa bergerak. Gerakan yang paling kecil memberikan rasa sakit yang hebat pada tangan dan kaki, dan pada punggung, yang sudah dicabik-cabik dengan cambuk. (2.) Paku-paku, yang dimasukkan melalui bagian-bagian tangan dan kaki yang penuh dengan syaraf dan otot, memberikan penderitaan yang sangat hebat. (3.) Terbukanya begitu banyak luka terhadap udara menyebabkan peradangan yang hebat, yang sangat meningkatkan kepedihan / ketajaman penderitaan. (4.) Peredaran bebas dari darah dihalangi. Lebih banyak darah dibawa keluar oleh arteri-arteri dari pada yang bisa dikembalikan oleh pembuluh-pembuluh darah balik. Akibatnya ialah, terjadi peningkatan yang besar dalam pembuluh darah balik di kepala, yang menghasilkan tekanan dan rasa sakit yang hebat. Hal yang sama terjadi dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Tekanan yang hebat dalam pembuluh darah adalah sumber penderitaan yang tidak terlukiskan. (5.) Rasa sakit itu naik secara bertahap. Tidak ada pengendoran, dan tidak ada istirahat].

Sekali lagi saya tekankan seperti diatas. Saudara adalah orang berdosa, dan sebetulnya saudaralah yang mengalami penyaliban yang mengerikan ini. Tetapi Kristus sudah mengalami penyaliban ini supaya saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara mau percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah saudara percaya dan menerimaNya?

Satu hal yang harus dihindari dalam menanggapi apa yang Kristus lakukan / alami bagi kita ialah: sekedar / hanya merasa kasihan kepada Dia. Pada waktu Yesus memikul salib keluar kota, terjadi peris­tiwa yang diceritakan dalam Lukas 23:27-32, dimana banyak perempuan menangisi dan meratapi Dia, tetapi lalu justru ditegur oleh Yesus.

Lukas 23:27-32 - “(27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. (28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! (29) Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. (30) Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! (31) Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?’ (32) Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.”.

Pulpit Commentary mengomentari bagian ini dengan berkata:

(= Ia tidak membutuhkan / menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan salah).

Kalau saudara mempunyai perasaan kasihan kepada Kristus, tetapi tidak percaya kepada Kristus, saudara sudah ditipu oleh setan. Dengan adanya perasaan kasihan itu saudara seakan-akan adalah orang yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara membuktikan bahwa saudara tetap anti Yesus! Karena itu janganlah sekedar merasa kasihan kepada Yesus, tetapi datanglah kepadaNya dan percayalah dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!

Karena Kristus telah menderita dalam sepanjang hidupNya, jangan merasa heran kalau didalam mengikut Kristus saudara­pun menderita dalam sepanjang hidup saudara. Kristus berka­ta: ‘seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya’ (Yohanes 15:20)! Penderitaan seperti ini statusnya bukanlah hukuman dari Allah (bdk. Roma 8:1), tetapi memikul salib / menderita bagi Kristus (bdk. Matius 16:24). Karena Kristus sudah rela mengalami semua penderitaan itu demi saudara, maka saudarapun harus rela mengalami penderi­taan demi Kristus!

MATA KULIAH KRISTOLOGI (14)

B) Kristus menderita tubuh dan jiwa.

Seluruh manusia (tubuh dan jiwa) jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan jiwaNya, barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.

Pada waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh BapaNya, itu merupakan penderitaan jiwa / rohani.

C) Penderitaan Kristus adalah unik.

1) Karena kesucianNya, Kristus mengalami penderitaan akibat dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa dialami oleh orang lain.

2) Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita sekalian (Yesaya 53:6,10). Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.

Yesaya 53:6,10 - “(6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. ... (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.

Herman Hoeksema berkata: [= Karena itu, tak seo­rangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang dide­rita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena pertama, tak seorangpun bisa mera­sakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.

III) Kematian Kristus.

A) The extent of His death [= Luas kematianNya].

Kematian yang dialami oleh Kristus mencakup:

1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.

2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.

Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Matius 27:46).

Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:

a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:

1. Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-kroso­en), atau,

2. Doa Yesus sambil mengutip Mazmur 22, atau,

3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Mazmur 22.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yesaya 59:1-2 2Tes 1:9.

b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.

Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘Allah­Ku’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.

Keberatan terhadap pandangan ini:

1. Dalam Lukas 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.

2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manu­sia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostati­cal / Personal Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin!

3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!

Mazmur 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):

“No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is cost­ly, no payment is ever enough” (= Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberi­kan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi).

Catatan: untuk ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!

Adam Clarke (tentang Matius 27:46): (= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tidak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.).

Catatan: kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati! Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.

c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manu­sia.

Keberatan terhadap pandangan ini:

Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.

Jawaban atas keberatan ini:

1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.

2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersi­fat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.

Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terja­di antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya hubungan / persekutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!

Yesaya 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.

2Tesalonika 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.

Penerapan:

Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yohanes 14:16 Ibrani 13:5).

Bagusnya pandangan ini:

a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.

b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!

Catatan: Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement [= Penebusan Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design / rancangan penebusan Kristus.

c. Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.

d) William G. T. Shedd menggabungkan pandangan b) dan c).

Ia berkata sebagai berikut:

[= Pada saat ini Logos tidak menopang dan menghibur jiwa dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatuan hakekat. ... Allah Bapa mening­galkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga meninggal­kannya] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.

Keberatan terhadap pandangan Shedd ini sama dengan keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.

Penerapan:

Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasma­ni maupun rohani ini tak ada gunanya. Mereka akan mengalami kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).

Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami kematian jasmani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).

B) The judicial character of His death [= Sifat hukum dari kematianNya].

1) Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat kecelakaan / pembunuhan (bdk. Yohanes 7:1,19,25-26,30,44 Yohanes 8:59 Matius 12:14-15a).

2) Kristus harus mati karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang krimi­nil.

3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh pemerintah Roma, dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati (Lukas 23:4,14,15,22,24).

Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati / dihukum bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus orang lain.

4) Hukuman dari Pontius Pilatus juga adalah hukuman dari Allah, tetapi dasar / alasan / motivasinya berbeda.

Allah memberikan hukuman mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius Pilatus memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut kepada orang-orang Yahudi.

Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius Pilatus berjasa karena membantu terlaksananya rencana Allah tentang penebusan dosa.

5) Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah pemenggalan / perajaman dengan batu, dsb, tetapi penyaliban. Ini adalah cara Romawi yang paling hina.

Dengan kematian semacam itu Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul 21:23 Gal 3:13).

Ulangan 21:23 - “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.

Galatia 3:13 - “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”.

Alasan lain mengapa Kristus harus mati melalui penyaliban adalah karena Ia harus mencurahkan darahNya untuk menebus dosa manusia (bdk. Ibrani 9:22) dan untuk menggenapi TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.

Ibrani 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”.

Kalau hanya untuk menggenapi Ulangan 21:23 (bdk. Galatia 3:13), maka bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gan­tung, karena itu juga merupakan kematian terkutuk.

Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak mungkin Kristus mati melalui hukuman gantung.

Jadi, penyaliban adalah satu-satunya cara melalui mana Kristus harus mati, kalau Ia memang mau menebus dosa-dosa kita. 

MATERI KRISTOLOGI (15)

IV) Penguburan Kristus.

A) Kematian bukanlah tahap terakhir dari perendahan Kristus. Kata-kata ‘sudah selesai’ tak berhubungan dengan perendahan tetapi dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.

B) Penguburan adalah suatu tahap perendahan.

Ini terlihat dari:

1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur / membusuk.

2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari hukuman dosa (Kejadian 3:19).

Kejadian 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’”.

3) Mazmur 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan merupakan perendahan.

Mazmur 88:5-6 - “(5) Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan. (6) Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasaMu.”.

Kisah Para Rasul 2:31 - “Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingNya tidak mengalami kebinasaan.”.

Catatan: Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.

NIV: ‘see decay’ (= mengalami pembusukan).

C) Penguburan Kristus tidak hanya menunjukkan bahwa Ia betul-betul sudah mati tetapi juga untuk menghilangkan kengerian terhadap kuburan dalam diri orang yang percaya.

Karena itu, kalau saudara betul-betul adalah orang kristen, saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan. Ingat bahwa Kristus sudah pernah masuk ke sana dan bahkan mengalahkan­Nya!

Catatan:

1) Calvin menggabungkan kematian dan penguburan Kristus dalam satu tahap perendahan saja.

2) Disamping itu Calvin juga berpendapat bahwa penguburan terhadap Kristus menunjukkan bahwa kutuk sudah mulai disingkirkan.

Calvin (tentang Matius 27:57): [= Kristus harus dikuburkan, supaya itu bisa membuktikan secara lebih penuh bahwa Ia mengalami kematian yang sungguh-sungguh karena kita. Tetapi harus dianggap sebagai tujuan utama, bahwa dengan cara ini kutuk, yang Ia alami untuk waktu yang singkat, mulai disingkirkan; karena tubuhNya tidak dibuang di got (?) dengan cara biasa, tetapi dengan hormat diletakkan di suatu kuburan galian.] - hal 330.

V) Turun ke neraka / HADES.

A) Arti SHEOL / HADES.

Kata bahasa Ibrani SHEOL / kata bahasa Yunani HADES (dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia orang mati’ atau ‘alam maut’) tidak selalu mempunyai arti yang sama.

1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk pada ‘keadaan kematian / the state of death’ atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’.

Misalnya: Hosea 13:14 - “Akan Kubebaskankah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka dari pada maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah tenaga pembinasamu, hai dunia orang mati? MataKu tertutup bagi belas kasihan.”.

2) Kalau menunjuk pada tempat, maka SHEOL / HADES berarti:

a) Kuburan (Kejadian 37:35).

Kejadian 37:35 - “Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati!’ Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya.”.

b) Neraka (Mazmur 9:18 Mazmur 49:15 Amsal 15:24 Lukas 16:23).

Perhatikan bahwa dalam ayat-ayat ini ada ancaman kepada orang berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES diartikan sebagai ‘tempat netral’ kemana setiap orang akan pergi setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan ancamannya! Jadi, dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES harus diartikan sebagai ‘neraka’!

B) ‘Turun ke neraka / kerajaan Maut’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.

1) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.

3) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikubur­kan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.

5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.

7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

8) Aku percaya kepada Roh Kudus.

9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.

10)Pengampunan dosa.

11)Kebangkitan orang mati / daging.

12)Dan hidup yang kekal. Amin.

Hal-hal yang perlu diketahui tentang kalimat ‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ ini:

1) Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.

2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam Kitab Suci.

3) Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai (secara salah) sebagai dasar dari doktrin ini:

a) Efesus 4:9 - “Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?”.

‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena dalam Efesus 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kris­tus bisa naik karena Ia telah turun.

Bdk. Yohanes 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”.

Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan sebagai ‘bumi’ (seperti dalam Mazmur 139:15).

Mazmur 139:15 - “Tulang-tulangku tidak terlindung bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;”.

Catatan: kata ‘direkam’ diterjemahkan ‘curiously wrought’ [= dibuat secara aneh / mengherankan] oleh KJV.

Dengan demikian Efesus 4:9 berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu Ef 4:9 ini sebetulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke HADES / neraka.

b) 1Petrus 3:18-20 - “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.”.

Bagian ini sering dianggap sebagai bagian yang menunjukkan bahwa Kristus memang turun ke HADES dan bagian ini juga dianggap memberi penjelasan tentang tujuan Kristus pergi ke HADES, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati. Tetapi tafsiran seperti ini bertentangan dengan Maz 88:12 yang jelas menunjukkan bahwa tidak ada pemberitaan Injil dalam dunia orang mati!

Mazmur 88:12 - “Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan?”.

Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay 18). Dan kata-kata ‘menurut Roh’ (ay 18) seharusnya adalah ‘oleh Roh / by the Spirit’, dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.

Penafsiran Reformed yang umum tentang ayat ini adalah: dalam Roh / oleh Roh, Kristus berkhotbah (memberitakan Injil) mela­lui Nuh kepada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum air bah. Orang-orang ini masih hidup pada saat diinjili, tetapi disebut ‘roh-roh yang ada dalam penjara’ karena pada waktu Petrus menulis suratnya mereka sudah mati (Louis Berkhof).

Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed, mempunyai pandangan / penafsiran yang lain tentang 1Petrus 3:18-20 ini. Ia berpendapat bahwa arti ayat ini adalah:

1. Kristus memang pergi kepada roh-roh yang ada dalam penjara (atau kepada roh-roh orang jahat yang menunggu penghakiman), tetapi:

a. Ia tidak pergi secara pribadi, tetapi melalui Roh Kudus.

b. Ia pergi bukan antara kematian dan kebangkitanNya, tetapi setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.

2. Kristus memang memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada dalam penjara itu, tetapi ini bukanlah pemberitaan Injil yang memungkinkan suatu pertobatan. Ini hanya merupakan pengumuman / proklamasi tentang kemenangan yang telah Ia dapatkan.

Yang manapun arti yang benar, tetap tidak menunjukkan bahwa 1Petrus 3:18-20 ini berhubungan dengan kata-kata ‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.

c) Mazmur 16:10 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan.”.

Kata-kata yang saya garis-bawahi salah terjemahan.

NIV: ‘see decay’ (= mengalami pembusukan).

Ini diartikan: ‘Roh / jiwa Kristus ada di neraka / HADES sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang salah, karena apa yang diajarkan oleh ayat ini hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa maut’ (bdk. Kisah Para Rasul 2:30-31 dan Kis 13:34-35 dimana Mazmur 16:10 ini dikutip untuk membuktikan kebangkitan Kristus).

Jadi lagi-lagi terlihat bahwa ayat inipun tidak ada hubungannya dengan turunnya Kristus ke HADES / neraka.

4) Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke HADES’:

a) Berdasarkan arti dari kata HADES di atas, dimana HADES bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan, maka ada orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

Penafsiran ini tak cocok dengan kontext dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.

b) Ada juga yang beranggapan bahwa Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa kita.

Keberatan terhadap penafsiran ini:

1. Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Lukas 23:43,46). Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka tersebut.

2. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yohanes 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaanNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah sele­sai, sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.

c) Roma Katolik.

Sesudah mati, Kristus pergi ke LIMBUS PATRUM (= tempat penantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama menantikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil kepada mereka dan lalu membawa mereka ke surga.

Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah:

Mazmur 107:16 - “sebab dipecahkanNya pintu-pintu tembaga, dan dihancurkanNya palang-palang pintu besi.”.

Zakh 9:11 - “Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair.”.

Keberatan terhadap ajaran ini:

1. Ayat-ayat itu ditafsirkan out of context (= keluar dari kontexnya). Bacalah seluruh kontex dari ayat-ayat itu dan saudara akan melihat bahwa baik Mazmur 107:10-16 maupun Zakh 9:9-13 menunjuk pada pembebasan / pertolongan yang Allah lakukan terhadap orang yang tadinya mengalami penderitaan sebagai hukuman dosa mereka.

Kalau kita melihat kontext dari kedua ayat tersebut, jelas sekali bahwa kedua ayat itu tidak berbicara tentang orang-orang yang sudah mati, tetapi tentang orang-orang yang masih hidup!

Jadi, ayat-ayat ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus Patrum.

2. Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah orang percaya; lalu mengapa / untuk apa mesti diinjili lagi?

3. Pandangan ini bertentangan dengan 2Raja 2:11 yang menyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke LIMBUS PATRUM.

2Raja-raja 2:11 - “Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.”.

4. Apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya untuk membebaskan mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.

d) Lutheran.

‘Turun ke HADES’ merupakan tahap pertama dari pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk menyelesaikan kemenanganNya atas setan dan untuk menyampaikan hukuman mereka.

Keberatan terhadap ajaran ini:

1. Tidak ada dasar Kitab Sucinya.

2. Pemuliaan Kristus baru dimulai pada saat Kristus bang­kit.

3. Agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa menun­juk pada ‘pemuliaan Kristus’.

e) The church of England.

Tubuh Kristus ada di kuburan, tetapi roh / jiwaNya pergi ke HADES, atau, lebih khusus lagi, ke Firdaus, tempat penantian dari roh orang-orang benar dan memberi penjelasan tentang kebenaran.

Keberatan terhadap ajaran ini:

1. Tak ada dasar Kitab Sucinya.

2. Orang benar yang sudah mati tak perlu diajar lagi.

3. Firdaus bukanlah tempat penantian orang benar, tetapi Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:

a. Membandingkan Luk 23:43 dengan Lukas 23:46.

Lukas 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

b. Membandingkan 2Korintus 12:2 dengan 2Korintus 12:4.

2Korintus 12:2,4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. ... (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

c. Membandingkan Wahyu 2:7 dengan Wahyu 22:2,14,19.

Wahyu 21-22 jelas bicara tentang surga. Dan Wah 22:2,14,19 menunjukkan bahwa pohon kehidupan ada di surga, tetapi Wahyu 2:7 mengatakan bahwa pohon kehidupan ada di Firdaus. Ini lagi-lagi mengharuskan kita untuk menafsirkan bahwa Firdaus adalah surga.

f) Calvin.

‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan setelah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Matius 27:46).

Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Lukas 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.

g) Ada juga orang Reformed yang menganggap bahwa ‘turun ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada dalam kuasa maut sampai hari yang ke 3.

‘Westminster Confession of Faith’, chapter VIII, 4 berbunyi (= ... disalibkan, dan mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...).

Sama seperti penafsiran Calvin, pandangan yang inipun tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka / HADES.

Catatan:

Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah kebangkitanNya, dalam Yohanes 20:17 Yesus berkata kepada Maria: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa”.

Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga.

Jawaban terhadap keberatan ini:

a) Yohanes 20:17 ini tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan Lukas 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.

b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau Yesus melarang Maria memegang (dalam arti ‘menyentuh’) Dia, karena dalam Matius 28:9 dan Yohanes 20:27 Ia mengijinkan diriNya untuk dipegang.

Matius 28:9 - “Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya.”.

Yohanes 20:27 - “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.

Karena itu, kata ‘memegang’ dalam Yohanes 20:17 seharusnya diartikan ‘memegang erat-erat / menahan / nggandoli’. Bandingkan dengan terjemahan NASB yang mengatakan ‘Stop clinging to Me’ (= Berhentilah berpegang teguh kepadaKu), dan juga terjemahan NIV yang mengatakan ‘Do not hold on to Me’ (= Jangan berpegang erat-erat kepadaKu).

c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’ dalam Yohanes 20:17a itu, tidak menunjuk ke masa lampau pada saat antara kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi menunjuk ke masa depan pada hari kenaikanNya ke surga. Ini terlihat dengan jelas karena dalam Yohanes 20:17b yang berbunyi ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata ‘pergi’ ini jelas menunjuk pada kenaikanNya ke surga.

Jadi kesimpulannya, arti dari Yohanes 20:17 adalah: jangan nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus pergi kepada Bapa / naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati Maria yang begitu mencintai Dia, sehingga ingin menahan Dia terus menerus dan tidak mau berpisah lagi dengan Yesus. Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yohanes 20:17 ini.

Dengan demikian jelaslah bahwa Yohanes 20:17 ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.

KESIMPULAN MAKALAH KRISTOLOGI (16)

Ada 4 tahap pemuliaan Kristus:

I) Kebangkitan.

A) Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.

1) Tubuh dan jiwa Kristus bersatu kembali dan Kristus hidup kembali.

Tetapi bukan hanya itu yang terjadi, karena kalau hanya itu yang terjadi, maka dalam Kis 26:23 1Korintus 15:20,23 Kolose 1:18 Wahyu 1:5 Yesus tidak bisa dikatakan sebagai yang sulung / yang pertama bangkit dari antara orang mati, karena ada banyak orang yang pernah dibangkitkan sebelum kebangkitan Kristus, yaitu:

a) Anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh Elia (1Raja 17:17-24).

b) Anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh Elisa (2Raja 4:18-37).

c) Mayat yang terkena tulang Elisa (2Raja-raja 13:21).

d) Anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus (Markus 5:21-43).

e) Anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus (Lukas 7:11-17).

f) Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus (Yohanes 11:1-44).

g) Mayat-mayat orang kudus yang bangkit pada waktu Yesus mati (Matius 27:52-53).

Kis 26:23 - “yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.

1Korintus 15:20,23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. ... (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya.”.

Kolose 1:18 - “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.”.

Wahyu 1:5 - “dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya -”.

2) Terjadi perubahan pada tubuh Kristus dimana Ia diangkat ke suatu posisi yang lebih tinggi. Dengan demikian ada perbedaan kwalitet antara tubuh Yesus sebelum dan sesudah kebangkitan.

Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

a) Lukas 24:16 Yohanes 20:14,15 Yohanes 21:4 menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus sering tidak dikenali.

b) Markus 16:12 mengatakan bahwa setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri ‘dalam rupa yang lain’.

Markus 16:12 - “Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota.”.

Catatan: perlu diingat bahwa Markus 16:9-20 termasuk bagian Kitab Suci yang diperdebatkan keasliannya.

c) Lukas 24:31,36 dan Yohanes 20:19,26 menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus bisa muncul dan lenyap dengan tiba-tiba.

d) 1Korintus 15:35-44 menunjukkan perbedaan kwalitet antara tubuh sekarang dan tubuh kemuliaan.

e) Filipi 3:21 menunjukkan bahwa Yesus mempunyai ‘tubuh yang mulia’.

Filipi 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diriNya.”.

Semua orang lain yang bangkit sebelum Kristus bangkit, hanya mengalami penyatuan kembali tubuh dengan jiwanya, tetapi tidak mengalami perubahan tubuh menjadi tubuh kebangkitan. Karena itu, Kristus bisa disebut ‘yang sulung’ / ‘yang pertama’ bangkit dari antara orang mati.

B) Arti kebangkitan Kristus.

1) Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan (Kejadian 3:15 1Korintus 15:57).

Catatan: baca kontext dari ayat ini.

a) Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi sekarang Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk mena­kut-nakuti / menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus yang kedua, barulah maut dihancurkan selama-lamanya (1Korintus 15:53-55 Wahyu 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka (2Tesalonika 2:8 Wahyu 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan hal ini bahkan diketahui dan diakui oleh setan sen­diri (Matius 8:29).

b) Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada setan maupun kepada kematian. Bagi orang kristen kematian bukan lagi hukuman dosa, tetapi merupakan pintu gerbang menuju surga.

2) Hutang dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.

a) Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan kepada setan!

Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan manusia kembali.

Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak berhak menerima pembayaran hutang dosa itu!

b) Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa (Roma 6:23). Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa pembayaran hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang dosa manusia (elect / orang pilihan) sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati menjamin keselamatan kita!

3) Menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya (Roma 6:4,5,8 1Korintus 6:14 1Korintus 15:20-23 2Korintus 4:14 Filipi 3:21 Kolose 2:12).

4) Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Roma 1:4).

Roma 1:4 - “dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.”.

C) Yang membangkitkan Kristus.

1) Allah Bapa (Galatia 1:1).

Galatia 1:1 - “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,”.

2) Kristus sendiri (Yohanes 2:19-21 Yohanes 10:18 Yohanes 11:25).

Ayat-ayat tertentu mengatakan ‘Kristus bangkit’ menggunakan kata kerja aktif.

Roma 14:9 - “Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.”.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘hidup kembali’ adalah EZESEN (yang berasal dari kata Yunani ZAO), suatu kata kerja aktif!

Kis 10:41 - “bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.”.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘bangkit’ berasal dari kata Yunani ANASTENAI, yang lagi-lagi merupakan kata kerja aktif.

1Tesalonika 4:14 - “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.”.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘bangkit’ adalah ANESTE, lagi-lagi merupakan kata kerja aktif.

3) Roh Kudus (Roma 8:11).

John Murray (tentang Roma 8:11): [= Ia yang ‘membangkitkan Yesus dari antara orang mati’ tak diragukan adalah sang Bapa] - ‘The Epistle to the Romans’ (NICNT).

Catatan: kata ‘Roh’ memang tidak mungkin merupakan subyek dari kata ‘membangkitkan’ karena kata ‘Roh’ berjenis kelamin netral (neuter), sedangkan kata ‘membangkitkan’ berjenis kelamin laki-laki (masculine).

John Murray (tentang Roma 8:11): [= Text yang diikuti oleh versi ini secara explicit menunjukkan bahwa Roh Kudus akan aktif dalam kebangkitan - ‘melalui RohNya yang tinggal / diam di dalam kamu’. Sekalipun Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan orang-orang percaya seperti dalam kebangkitan Kristus, ini tidak mengeluarkan keagenan dari Roh Kudus. Pribadi-pribadi dari Allah bersama-sama aktif dalam tindakan-tindakan penebusan dan juga demikian dalam tindakan yang menyelesaikan / terakhir. Jika kita mengikuti perbedaan text ini, di sana ada petunjuk implicit yang lebih jauh bahwa Roh Kudus juga aktif dalam kebangkitan Kristus dari orang mati. Pembangkitan Kristus oleh Bapa digambarkan dalam text ini sebagai jaminan bahwa orang-orang percaya akan dibangkitkan juga. Disana juga ada suatu petunjuk bahwa pola yang disediakan oleh kebangkitan Kristus diikuti dalam kebangkitan orang-orang percaya (bdk. Efesus 1:17-dst). Jadi, jika Roh Kudus aktif dalam kebangkitan orang-orang percaya, akibatnya Ia juga aktif dalam kebangkitan Kristus. Karena yang belakangan menyuplai dasar dan pola dari yang lebih dulu.] - ‘The Epistle to the Romans’ (NICNT).

Kesimpulan: kebangkitan Kristus adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal.

D) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.

1) Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh murid-muridNya (Matius 28:11-15).

Pandangan ini tidak masuk akal, sebab:

a) Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai, dan penjagaan yang ketat (Matius 27:62-66).

Perlu diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19 Kis 16:27).

Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.

b) Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yohanes 20:5-7).

Kalau murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya.

c) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

d) Murid-murid mati syahid untuk Yesus.

Kalau murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.

e) Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalaupun dari penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa mereka tidak berusaha menangkap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat Yesus kembali?

2) Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara Romawi / para pemimpin agama.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah bang­kit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.

b) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.

3) Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.

b) Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan, minuman, obat-obatan, dan tak ada dokter atau perawat yang menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Yesus justru menjadi ‘sembuh’ setelah hari yang ke tiga?

4) Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya, sedangkan yang mati disalib adalah orang lain.

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin keliru menyalibkan orang lain, karena orang yang benci pada seseo­rang pasti mengingat wajah musuhnya.

b) Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru mengenali Guru mereka, sehingga mereka menjadi takut setelah Yesus mati.

c) Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi kenyataannya adalah: kubur itu kosong.

5) Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya mengalami halusina­si

Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:

a) Murid-murid tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus.

b) ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang sekali­gus.

c) Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap dan bisa dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).

E) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.

Kepercayaan akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang sangat penting, sebab:

1) Tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.

2) Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat (Roma 10:9). Karena itu, Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Korintus 15:3-4).

F) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.

Salib, kematian dan penguburan Kristus menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus betul-betul menunjukkan kemenanganNya, dan kebangkitanNya ini menyebabkan kematianNya mempunyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita (1Korintus 15:14,17).

Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Roma 4:25 Roma 6:4 2Korintus 13:4 Filipi 3:10).

Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat kita meli­hat bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebang­kitan Kristus, kita juga harus mengingat kematianNya.

Calvin: [= Jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematian­Nya, kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’: kalau kata itu disebut­kan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.

Contoh:

1) Roma 10:9 mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan. Ini tentu tak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang kematian Kristus untuk menebus dosanya.

2) Ibrani 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya Yesus memusnah­kan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya kata ‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan ‘kebang­kitan’ Yesus. 


II) Kenaikan ke surga.

A) Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.

1) Perpindahan tempat.

Perlu dicamkan bahwa surga bukanlah sekedar merupakan suatu kondisi, tetapi betul-betul suatu tempat (baca Yohanes 14:2-5 dan perhatikan bahwa kata ‘tempat’ muncul berulang-ulang).

Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai berikut:

(= Itu merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat. ... Jika Kristus mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan / tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen.) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.

Herman Hoeksema:

(= Kenaikan ini harus dipahami sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan jiwaNya. Setelah kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan Lutheran, yang mengajarkan apa yang disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia Kristus setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.

Herman Hoeksema:

“Heaven is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.

2) Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.

Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.

Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah ini:

a) Yohanes 7:39 - kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke surga (bdk. Yohanes 16:7).

b) Kis 9:3-5 Kisah Para Rasul 22:6-8 Kis 26:12-15 Wahyu 1:12-16 menunjukkan bahwa pada waktu Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga), Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum naik ke surga.

B) Fungsi kenaikan Kristus ke surga.

1) Untuk menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai (Yohanes 17:4-5).

Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan membereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai. Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah selesai

Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin keselamatan orang percaya.

Bicara tentang jaminan keselamatan orang percaya, mari kita memperhatikan kata-kata Calvin di bawah ini.

Calvin: [= Karenanya muncul suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami bahwa penghakiman ada di tanganNya yang telah mentakdirkan kita untuk bersama dengan Dia melakukan kehormatan penghakiman (bdk. Matius 19:28)! Jauhlah dari padaNya untuk naik ke kursi penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana Pemerintah kita yang paling berbelaskasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya? Bagaimana Kepala bisa menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri? Bagaimana Pengacara kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani menyerukan bahwa dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan menggugat / menghukum kita (Roma 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa Kristus sebagai Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke dalam tanggung jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tak berarti bahwa kita tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun selain kursi penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk keselamatan kita!] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 18.

2) Untuk mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya (Yohanes 14:2).

3) Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan naik ke surga (Yohanes 14:2-3 Yohanes 17:24 Efesus 2:6).

Efesus 2:6 - “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,”.

KJV: (= Dan telah membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita bersama-sama di tempat-tempat surgawi dalam Kristus Yesus).

Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.

Herman Hoeksema mengomentari Efesus 2:4-6 dengan berkata sebagai berikut:

(= Kita harus ingat bahwa Kristus adalah kepala kita, baik dalam arti yuridis / hukum maupun dalam arti organik. ... KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama / dasar. Ia adalah kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia mewakili semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam arti hukum, Ia mengalami kematian, memikul semua kesalahan kita pada salib yang terkutuk, menghapus semua dosa kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah kebangkitan kita. Dan dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah kenaikan kita. ... Tetapi Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik. Kita adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah bisa dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti bahwa secara dasari kita ada di surga. Ia tidak akan kembali kepada kita, tetapi Ia akan menarik kita kepada diriNya sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan dengan demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam kesadaran akan kesatuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Kristus, kepala kita, dan mengaku bahwa kita mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita anggota-anggotaNya kepada diriNya sendiri.) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 425-426.

Calvin: [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga membuka jalan ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam (Yoh 14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-akan dalam nama kita, akibatnya, seperti dikatakan oleh sang rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan Allah dalam tempat-tempat surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita tidak menantikan surga dengan suatu harapan semata-mata, tetapi sudah memilikinya dalam Kepala kita.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XVI, 16.

4) Supaya Roh Kudus turun (Yohanes 16:7).

Yohanes 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”.

Jadi Kristus tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani, tetapi secara rohani (Matius 26:11 Yohanes 14:16,18,19).

Dengan demikian Ia bisa menggenapi janjiNya dalam ayat-ayat seperti Matius 18:20 Matius 28:20b.

C) Mungkinkah manusia Yesus yang sudah naik ke surga itu kembali ke dunia dan menampakkan diri di dunia, sebelum kedatanganNya yang keduakalinya?

Dalam tafsirannya tentang Efesus 4:10, Calvin berkata: [= berkenaan dengan tubuhNya, kata-kata Petrus tetap benar bahwa ‘surga harus menerimaNya sampai saat pemulihan segala sesuatu, yang telah difirmankan Allah oleh mulut dari semua nabi-nabi kudusNya sejak dunia ada’. (Kis 3:21)] - hal 276.

Kis 3:21 - “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus di zaman dahulu”.

Perlu diketahui bahwa kata yang diterjemahkan ‘tinggal’ seharusnya artinya adalah ‘receive’ (= menerima).

NASB: ‘whom heaven must receive until the period of restoration of all things ...’ (= yang harus diterima di surga sampai masa pemulihan segala sesuatu ...).

Dan di sini saya ingin memberi banyak komentar dari para penafsir tentang Kisah Para Rasul 3:21 ini.

F. F. Bruce (NICNT):(= Yesus, Mesias mereka, ... telah diterima ke dalam hadirat ilahi, dan akan tinggal di sana sampai penyempurnaan dari semua yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi sejak semula) - ‘The Book of the Acts’, hal 91.

Adam Clarke: “he has ascended unto heaven, ... and there he shall continue till he comes again to judge the quick and the dead” (= Ia telah naik ke surga, ... dan Ia akan terus di sana sampai Ia datang lagi untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati) - hal 707.

J. A. Alexander: “In the mean time, i.e. until God shall send (= Sementara itu, yaitu sampai Allah mengirim Kristus dan saat penyegaran dari hadiratNya, Ia dibatasi di surga ... Sampai siklus yang besar ini telah mencapai siklus lengkap, dan proses penyembuhan yang besar ini telah menyelesaikan tujuannya, tubuh yang dimuliakan dari Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga itu bukan hanya bisa / boleh, tetapi harus, sebagai suatu cara yang ditetapkan untuk penyelesaian itu, tinggal di surga, dan bukan di bumi) - hal 116,118.

Matthew Poole: (= ‘Yang surga harus menerima’; artinya, menahan setelah surga menerimaNya, sebagai suatu tempat yang nyata menerima suatu tubuh yang sungguh-sungguh; karena begitulah tubuh Kristus itu, yang diterima di dalam surga: dan surga merupakan tempat dan takhta dari Raja dari segala raja dan Tuhan dari segala tuhan, dimana Ia akan memerintah sampai Ia telah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya, 1Korintus 15:25) - hal 393.

Catatan: 
1) Penampakan Yesus kepada Saulus (Kis 9), dan kepada rasul Yohanes (Wahyu 1), mungkin merupakan penampakan ilahi atau sekedar suatu penglihatan (bdk. Kisah Para Rasul 26:19 Wahyu 1:19 Wahyu 9:17).

2) Tidak semua orang setuju dengan penafsiran-penafsiran di atas tentang Kisah Para Rasul 3:21 ini.

III) Duduk di sebelah kanan Allah.

A) Arti kalimat ini.

Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata-kata ini berarti:

1) Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.

2) Kristus ikut memerintah atas Gereja dan alam semesta.

Kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat / bermalas-malasan di surga. Ini terlihat dari Kitab Suci yang tidak selalu mengatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.

a) Roma 8:34 (NIV): ‘is at the right hand of God’ (= ada di sebelah kanan Allah).

b) 1Petrus 3:22 (NIV): ‘is at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan Allah).

c) Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.

B) Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:

1) Memerintah sebagai Raja.

2) Berfungsi sebagai Imam / Pengantara (Ibrani 4:14 Ibrani 7:24,25 Ibrani 8:1-6 1Yohanes 2:1).

3) Berfungsi sebagai Nabi melalui Roh Kudus dan hamba-hambaNya (Yohanes 16:7-15 Yohanes 14:26).

IV) Kedatangan Kristus yang keduakalinya.

A) Kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah suatu tahap pemuliaan.

Ada orang yang berpendapat bahwa:

1) KedatanganNya yang keduakalinya bukanlah suatu tahap pemuliaan.

2) Duduknya Kristus di sebelah kanan Allah adalah puncak / tahap terakhir pemuliaan Kristus.

Tetapi ini salah. Titik tertinggi pemuliaan Kristus belum tercapai sampai Ia, yang menderita oleh tangan manusia, kembali sebagai Hakim, dan menghakimi / menghukum orang berdosa yang menolakNya.

Disamping itu, ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa kedatangan Kristus yang keduakalinya itu adalah suatu pemuliaan.

a) Yohanes 5:22-23 menunjukkan bahwa Penghakiman (ini terjadi pada kedatanganNya yang keduakalinya) diberikan oleh Bapa kepada Anak supaya orang menghormati Anak, sama seperti mereka menghormati Bapa.

b) Filipi 2:9-11 menunjukkan bahwa ada satu saat semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan Yesus yang keduakalinya dan ini jelas merupakan suatu pemuliaan.

c) 2Tesalonika 1:10 menyatakan secara explicit bahwa Yesus datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan untuk dikagumi oleh semua orang percaya. Ini jelas menunjukkan suatu pemuliaan.

B) Istilah-istilah Kitab Suci yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.

1) PAROUSIA yang berarti:

a) Kehadiran (presence), atau,

b) Kedatangan yang mendahului kehadiran (a coming preceding a presence).

Kata ini digunakan dalam Matius 24:3,27,37,39 1Korintus 15:23 1Tesalonika 2:19 1Tesalonika 3:13 1Tesalonika 4:15 1Tesalonika 5:23 2Tesalonika 2:1 Yakobus 5:7-8 2Petrus 3:4.

2) APOCALUPSIS yang menekankan fakta bahwa kedatangan kedua itu akan menyatakan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dalam diri Kristus.

Kata ini digunakan dalam 2Tesalonika 1:7 1Petrus 1:7,13 1Petrus 4:13.

3) EPIPHANEIA yaitu penampilan yang mulia dari Tuhan (the glorious appearing of the Lord).

Kata ini digunakan dalam 2Tesalonika 2:8 1Timotius 6:14 2Timotius 4:1,8 Titus 2:13.

C) Cara kedatangan kedua.

1) Secara jasmani.

2) Bisa dilihat.

Bdk. Matius 24:30 Kisah Para Rasul 1:11 Wahyu 1:7.

D) Tujuan kedatangan kedua.

1) Menghakimi dunia.

2) Menyempurnakan keselamatan orang percaya.

Bdk. Matius 25:31-46.

E) Saat kedatangan kedua:

Dari ayat-ayat seperti Matius 24:36,42-44 dan 2Petrus 3:10, jelaslah bahwa kita tidak bisa mengetahui kapan hari kedatangan kedua itu akan terjadi.

Karena itu, kalau ada orang yang berani meramalkan tanggal atau bulan atau tahun kedatangan Yesus yang keduakalinya, itu pasti adalah nabi palsu atau orang yang sangat kacau pengertian Kitab Sucinya!

Dari banyaknya tanda-tanda akhir jaman yang sudah terjadi, kita paling-paling bisa berkata bahwa kedatangan Kristus yang kedua itu sudah dekat dan bisa terjadi setiap saat.

Perlu juga diingat bahwa bagi Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun sama dengan satu hari (2Petrus 3:8), sehingga, apa yang dekat bagi Tuhan bisa saja masih lama bagi kita. Tetapi mengingat bahwa Yesus berkata bahwa Ia akan datang pada saat yang tidak kita duga, maka kita semua harus mempersiapkan diri setiap saat, sehingga kapan­pun Ia datang, kita ada dalam keadaan siap sedia (Matius 24:44)! 

Catatan: 
Tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya ini hanya dibahas secara singkat, karena sebetulnya ini termasuk dalam Eschatology [= Doktrin tentang akhir jaman].Terimakasih telah membaca MAKALAH KRISTOLOGI dalam blog Teologia Reformed.
-TAMAT-
Next Post Previous Post