Ajaran Saksi Yehuwa tentang diri Yesus Kristus.

Pdt. Budi Asali, M.Div.
Ajaran Saksi Yehuwa tentang diri Yesus Kristus.Kalau saudara mengatakan Saksi-Saksi Yehuwa bahwa mereka tidak mempercayai Yesus, maka mereka pasti akan menjawab bahwa itu salah, karena mereka percaya kepada Yesus. Yang perlu dipersoalkan adalah: Yesus yang bagaimana yang mereka percayai? Yesus, seperti yang diajarkan oleh Kitab Suci, atau Yesus yang lain / berbeda (bdk. 2Korintus 11:4)?

Sekarang bagaimana ajaran Saksi Yehuwa tentang Yesus?

1) Saksi Yehuwa tidak mengakui Yesus sebagai Allah yang maha kuasa, tetapi sebagai ‘suatu allah’ (‘a god’), atau ‘allah kecil’, yaitu allah yang lebih rendah dari Allah (Yehuwa) yang maha kuasa. Mereka membedakan kebesaran / kekuasaan Yesus sebagai ‘allah yang perkasa’ (‘a mighty god’) dengan kebesaran / kekuasaan Yehuwa sebagai ‘Allah yang maha kuasa’ (The Almighty God).

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus disebut dalam Alkitab sebagai ‘suatu allah,’ bahkan sebagai ‘Allah yang perkasa.’ (Yohanes. 1:1, NW; Yesaya. 9:5) Tetapi ia tidak pernah disebut sebagai Yang Mahakuasa, seperti Yehuwa. (Kejadian. 17:1) Yesus dikatakan adalah ‘cahaya kemuliaan Allah,’ namun Bapa adalah Sumber dari kemuliaan tersebut. (Ibrani. 1:3)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 55.

2) Yesus adalah ciptaan pertama / langsung dari Allah yang maha kuasa. Jadi Kristus ada awalnya / tidak sekekal BapaNya, dan Kristus lalu menjadi agen aktif dari Allah dalam menciptakan segala sesuatu.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: 
“Jadi melalui pekerja ahli inilah, seolah-olah mitra kerjaNya yang lebih muda, Allah yang Mahakuasa menciptakan semua perkara lain” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 14. 
“Karena telah diciptakan oleh Allah, Yesus adalah nomor dua dalam hal waktu, kuasa, dan pengetahuan” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 14. 
“Yesus Kristus, pribadi terbesar kedua di alam semesta ini, di samping Allah sendiri” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 124. 
“Putra tunggal Allah, satu-satunya Putra yang diciptakan oleh Yehuwa sendiri. Putra ini adalah yang pertama dari semua ciptaan. Melalui dia semua perkara lain di surga dan di bumi diciptakan. Ia adalah pribadi terbesar kedua di alam semesta” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 427. 

Catatan: Jangan menganggap kata-kata di atas sebagai suatu pujian yang memuliakan Yesus. Semua kata-kata yang tidak cukup tinggi dalam memuliakan Yesus, bukan merupakan pujian, tetapi penghujatan!

3) Saksi Yehuwa juga mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, dan karena itu jelas bahwa Ia bukanlah Allah sendiri, dan Ia tidak sekekal Allah sendiri / BapaNya.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal, maka Anak Allah juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa menjadi anak dan pada waktu yang sama umurnya setua ayahnya?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 15.

Argumentasi yang semata-mata berdasarkan logika dan bersifat daging, tetapi tidak punya dasar Alkitab ini, digunakan untuk mengerti tentang Allah yang adalah Roh! Ini merupakan kebodohan yang luar biasa! Bahwa Anak bisa sama kekal dengan BapaNya, akan saya jelaskan belakangan, dalam doktrin ‘the eternal generation of the son’.

4) Saksi Yehuwa beranggapan bahwa Yesus baru menjadi Anak Allah maupun Kristus / Mesias pada saat Ia dibaptis.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: 
“pada waktu pembaptisannya, Yesus memasuki suatu hubungan yang baru dengan Allah. Ia juga menjadi Putra rohani Allah” - ‘Tokoh Terbesar Sepanjang Masa’, pelajaran 12. 
“Pada usia 30 tahun terjadi suatu perubahan besar dalam kehidupan Yesus. Ia pergi menemui Yohanes Pembaptis dan meminta untuk dibaptiskan, dicelupkan sepenuhnya ke dalam air Sungi Yordan. Alkitab melaporkan: Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’ (Matius 3:16,17) Yohanes tidak ragu-ragu bahwa Yesus telah diutus oleh Allah. Dengan mencurahkan roh-Nya ke atas Yesus, Yehuwa mengurapi dia atau melantiknya menjadi raja dari kerajaan-Nya yang akan datang. Karena telah diurapi dengan roh, Yesus menjadi ‘Mesias,’ atau ‘Kristus,’ yang dalam bahasa Ibrani dan Yunani berarti ‘Yang Diurapi.’ Dengan demikian, ia sebenarnya menjadi Yesus Kristus, atau Yesus Yang Diurapi. Maka rasul Petrus berbicara tentang ‘Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa.’ (Kisah 10:38)” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 59,60. 


5) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah pribadi roh, yang mempunyai tubuh rohani, dan Ia adalah wakil dari Allah Bapa.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Jadi sebelum dilahirkan di bumi sebagai manusia Yesus sudah ada di surga sebagai pribadi roh yang penuh kuasa. Ia mempunyai tubuh rohani yang tidak dapat dilihat manusia, seperti halnya dengan Allah. (Yohanes 4:24) ... Sebelum datang ke bumi Yesus disebut Firman dari Allah. Gelar ini memperlihatkan bahwa di surga ia melayani sebagai pribadi yang berbicara mewakili Allah” - ‘Saudara Dapat Hidup Kekal Dalam Firdaus di Bumi’, hal 58.

Catatan: tentang ‘tubuh rohani’ ini, tidak akan saya tanggapi dalam bagian tentang ‘keilahian Yesus’ ini, tetapi baru akan saya tanggapi belakangan pada waktu membahas tentang ‘kebangkitan Yesus’.

6) Yesus adalah penghulu malaikat Mikhael.

Walter Martin mengutip ajaran Russell dalam bukunya ‘Studies in the Scriptures’, vol 5, hal 84, yang berbunyi sebagai berikut: “As chief of the angels and next to the Father, he (Christ) was known as the Archangel (highest angel or messenger), whose name, Michael, signifies, ‘Who as God’ or God’s Representative” [= Sebagai kepala dari malaikat-malaikat dan yang tingkatnya langsung di bawah Bapa, Ia (Kristus) dikenal sebagai Penghulu malaikat (malaikat atau utusan yang tertinggi), yang namanya, Mikhael, berarti ‘Yang / Siapa seperti Allah’ atau ‘Wakil Allah’] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 58.

Fritz Ridenour: “When Christ lived in heaven, they say, He was known as the angel Michael. However, when Christ came to earth, He was stripped off His angelic nature and became only a man” [= Pada waktu Kristus hidup di surga, mereka (Saksi-Saksi Yehuwa) mengatakan, Ia dikenal sebagai malaikat Mikhael. Tetapi pada waktu Kristus datang dalam dunia, Ia ditelanjangi / dilucuti dari sifat malaikatNya dan menjadi hanya seorang manusia (biasa)] - ‘So What’s the Difference’, hal 112.

Tetapi setelah bangkit, Saksi Yehuwa mempercayai bahwa Yesus membuang total seluruh kemanusiaanNya, dan kembali seperti sebelum Ia berinkarnasi.

Saksi-Saksi Yehuwa berkata: “bukti menunjukkan bahwa Putra Allah dikenal sebagai Mikhael sebelum datang ke bumi dan juga dikenal dengan nama itu sejak ia kembali ke surga tempat ia tinggal sebagai Putra rohani Allah yang dimuliakan” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 436-437.

Catatan: bahwa Yesus dianggap sebagai malaikat Mikhael, merupakan suatu ajaran yang jarang dibicarakan, sehingga ada Saksi-Saksi Yehuwa yang bahkan tidak mengetahui kalau itu memang merupakan ajaran Saksi Yehuwa. Tetapi penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya itu mengakui, dan kutipan-kutipan yang saya berikan di atas membuktikan, bahwa itu memang adalah ajaran Saksi Yehuwa.

7) Saksi-Saksi Yehuwa dilarang untuk berdoa / menyembah kepada Yesus.

Paul Blizard: “Jesus is not to be worshiped or prayed to” (= Kita tidak boleh menyembah Yesus atau berdoa kepadaNya) - internet.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: 
“kita hendaknya berdoa hanya kepada Allah, Yehuwa. ... Akan tetapi semua doa kita hendaknya diucapkan dalam nama Yesus” - ‘Apa yang Allah Tuntut dari Kita?’, hal 14,15. 
“Doa harus ditujukan hanya kepada Yehuwa dengan perantaraan Kristus” - ‘Saksi-Saksi Yehuwa - Siapakah Mereka?’, hal 13. 

Pada waktu mengomentari Matius 4:10, Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Yesus jelas tidak mengatakan bahwa ia sendiri harus disembah” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 426.

Semua ini adalah konsekwensi logis dari kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yesus.

Saksi Yehuwa mempunyai banyak kemiripan dengan Arianisme pada abad ke 4 M., tetapi dalam hal ini Saksi Yehuwa berbeda dengan Arianisme, karena Arianisme mengijinkan dan bahkan mengharuskan untuk menyembah Yesus (H. P. Liddon, ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 15).

Ada 2 hal yang ingin saya tambahkan sehubungan dengan kepercayaan Saksi Yehuwa tentang keilahian Kristus ini:

a) Ajaran Saksi Yehuwa ini mempunyai banyak persamaan dengan bidat Arianisme, yang sudah dikecam / dikutuk sebagai ajaran sesat pada abad ke 4 M., dan memang bisa dikatakan merupakan ‘reinkarnasi’ dari Arianisme.

Walter Martin: “The Watchtower has never failed to echo the old Arian Heresy. This was a theory popularized by Arius of Alexandria (in Egypt) in the fourth century A.D., which taught that Jesus was the first creature, a second and created god, inferior to Jehovah, the Father. It is upon this theological myth, banished from the Church in 326 A.D. with Arius, that Jehovah’s Witnesses unsteadily base their whole system” [= Menara Pengawal tidak pernah gagal untuk menggemakan bidat Arian pada jaman dulu. Ini merupakan suatu teori yang dipopulerkan oleh Arius dari Alexandria (di Mesir) pada abad keempat Masehi, yang mengajar bahwa Yesus adalah mahkluk ciptaan pertama, allah yang kedua yang yang diciptakan, lebih rendah dari Yehovah, sang Bapa. Berdasarkan mitos yang bersifat theologia inilah, yang dibuang dari gereja pada tahun 326 M. bersama dengan Arius, Saksi Yehuwa melandaskan secara tidak teguh seluruh sistim mereka.] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 66.

Catatan: saya berpendapat bahwa sekalipun ada banyak persamaan antara Saksi Yehuwa dengan Arianisme, tetapi tidak semua ajaran mereka didasarkan pada Arianisme, karena memang ada perbedaan-perbedaan di antara kedua bidat ini.

A. H. Strong: “Arius (of Alexandria; condemned by Council of Nice, 325) held that the Father is the only divine being absolutely without beginning; the Son and the Holy Spirit, through whom God creates and recreates, having been themselves created out of nothing before the world was; and Christ being called God, because he is next in rank to God, and is endowed by God with divine power to create” [= Arius (dari Alexandria; dikecam / dikutuk oleh Sidang Gereja Nicea, 325 M.) mempercayai bahwa Bapa adalah satu-satunya makhluk ilahi yang secara mutlak tidak mempunyai permulaan; Anak dan Roh Kudus, melalui siapa Allah mencipta dan mencipta ulang, mereka sendiri diciptakan dari tidak ada sebelum dunia / alam semesta diciptakan; dan Kristus disebut Allah, karena Ia mempunyai kedudukan setelah Allah, dan diberi Allah kuasa ilahi untuk mencipta] - ‘Systematic Theology’, hal 328-329.

Catatan: penatua Saksi Yehuwa yang berdiskusi dengan saya, pada waktu saya tanyai, mengatakan bahwa Roh Kudus itu kekal, dan ada lebih dulu dari Yesus, karena Roh Kudus adalah ‘kuasa Allah’. Jadi dalam hal ini Saksi Yehuwa berbeda dengan Arianisme.

Encyclopedia Britannica 2000 tentang ‘Arianism’:

“a Christian heresy first proposed early in the 4th century by the Alexandrian presbyter Arius. It affirmed that Christ is not truly divine but a created being. Arius’ basic premise was the uniqueness of God, who is alone self-existent and immutable; the Son, who is not self-existent, cannot be God. Because the Godhead is unique, it cannot be shared or communicated, so the Son cannot be God. Because the Godhead is immutable, the Son, who is mutable, being represented in the Gospels as subject to growth and change, cannot be God. The Son must, therefore, be deemed a creature who has been called into existence out of nothing and has had a beginning. Moreover, the Son can have no direct knowledge of the Father since the Son is finite and of a different order of existence. According to its opponents, especially the bishop Athanasius, Arius’ teaching reduced the Son to a demigod, reintroduced polytheism (since worship of the Son was not abandoned), and undermined the Christian concept of redemption since only he who was truly God could be deemed to have reconciled man to the Godhead. ... The Christology of Jehovah’s Witnesses, also, is a form of Arianism; they regard Arius as a forerunner of Charles Taze Russell, the founder of their movement” (= Suatu bidat / sekte Kristen yang mula-mula diusulkan pada abad ke 4 oleh seorang penatua dari Alexandria bernama Arius. Bidat ini menegaskan bahwa Kristus bukan sungguh-sungguh ilahi, tetapi suatu makhluk ciptaan. Alasan dasar dari Arius adalah keunikan dari Allah, yang adalah satu-satunya yang ada dari diriNya sendiri / ada dengan sendirinya dan yang tidak berubah; Anak, yang tidak ada dengan sendirinya, tidak bisa adalah Allah. Karena keAllahan itu unik, itu tidak bisa dibagikan / dimiliki bersama atau diberikan, dan karena itu Anak tidak bisa adalah Allah. Karena keAllahan adalah sesuatu yang tidak bisa berubah, maka Anak, yang bisa berubah, karena digambarkan dalam kitab-kitab Injil sebagai bertumbuh dan berubah, tidak bisa adalah Allah. Karena itu, Anak harus dianggap sebagai suatu makhluk ciptaan yang diciptakan dari tidak ada dan mempunyai permulaan. Selanjutnya, Anak tidak mempunyai pengetahuan langsung tentang Bapa, karena Anak itu terbatas dan berasal dari ordo keberadaan yang berbeda. Menurut penentang-penentangnya, khususnya uskup Athanasius, ajaran Arius menurunkan Anak menjadi ‘seorang setengah allah’, dan dengan demikian memperkenalkan kembali polytheisme (karena penyembahan kepada Anak tidak ditinggalkan), dan merusak / meruntuhkan konsep penebusan Kristen, karena hanya Ia yang adalah sungguh-sungguh Allah yang bisa memperdamaikan manusia dengan keAllahan. ... Kristologi dari Saksi-Saksi Yehuwa, juga merupakan bentuk dari Arianisme; mereka menganggap Arius sebagai pendahulu dari Charles Taze Russell, pendiri dari gerakan mereka).

Encyclopedia Britannica 2000 tentang ‘Arianism’:

“The Christology of Jehovah's Witnesses, also, is a form of Arianism; they regard Arius as a forerunner of Charles Taze Russell, the founder of their movement” (= Kristologi dari Saksi-Saksi Yehuwa, juga merupakan suatu bentuk dari Arianisme; mereka menganggap Arius sebagai pendahulu / orang yang mempersiapkan jalan bagi Charles Taze Russell, pendiri dari gerakan mereka).

b) Bandingkan kepercayaan Saksi Yehuwa tentang keilahian Kristus ini dengan pengakuan-pengakuan iman dari gereja-gereja Kristen tentang Yesus Kristus di bawah ini:

1. Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople:

“Aku percaya ... kepada satu Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, diperanakkan dari Bapa sebelum alam semesta, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan sang Bapa, oleh siapa segala sesuatu dicipta; yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. Dan Ia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir. ...”.

2. Pengakuan Iman Athanasius:

“27. Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus. 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. 30. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia. 31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya. 32. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus. 33. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari penerimaan / pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke dalam Allah. 34. Satu, sama sekali bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi. 35. Karena sebagaimana jiwa yang rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus”.


3. Pengakuan Iman Chalcedon:

“Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk menga­ku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita”.

AMIN_
Next Post Previous Post