PENDERITAAN YESUS KRISTUS DAN SYARAT-SYARAT MENGIKUT DIA (3)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Lukas 9:22-27 - “(22) Dan Yesus berkata: ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’ (23) KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (24) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. (25) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (26) Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus. (27) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.’”.
PENDERITAAN YESUS KRISTUS DAN SYARAT-SYARAT MENGIKUT DIA (3)
teknologi, otomotif, bisnis
2) Lukas 9: 24: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”.

a) Persoalan bahasa asli Perjanjian Baru dan bahasa yang digunakan Yesus.

Lenski (hal 519) membicarakan perkiraan bahwa dalam faktanya untuk kata ‘nyawa’, Yesus menggunakan kata Ibrani NEPHESH, yang oleh Lukas lalu dituliskan dengan kata Yunani PSUKHE. Tetapi Lenski lalu mengatakan bahwa tak seorangpun tahu apakah Yesus memang menggunakan kata NEPHESH ini. Yang ada pada kita hanyalah kata Yunani PSUKHE, dan kita harus menafsirkan berdasarkan hal ini.

Ingat bahwa bukan kata-kata Yesus yang sesungguhnya Ia ucapkan yang menjadi patokan kita, karena kita tidak mengetahui apa yang Ia katakan. Yang ada pada kita hanyalah tulisan dalam Alkitab (Perjanjian Baru), yang ada dalam bahasa Yunani, dan itu yang harus menjadi patokan kita!

Catatan: kalau orang-orang Yahwehisme katakan bahwa Perjanjian Baru asli itu bahasa Ibrani maka itu adalah suatu penipuan / dusta!!! Tak ada satupun naskah / manuscript Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani. Kalau mereka tunjukkan Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani, itu adalah terjemahan, bukan naskah!!!

Pembahasan seperti ini penting menghadapi kelompok Yahweh-isme yang menganggap bahwa Yesus dalam faktanya berbicara dalam bahasa Ibrani, dan karena itu Ia dianggap pasti menggunakan nama ‘Yahweh’. Kita tidak tahu faktanya. Yang ada pada kita hanyalah Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani sebagai bahasa aslinya, dan di sana tidak ada nama ‘Yahweh’!

Catatan: saya sendiri yakin Yesus tak pernah menggunakan nama YHWH itu, karena seandainya Ia menggunakan, maka para murid pasti tahu bagaimana pengucapan nama itu, dan kalau para murid tahu, maka generasi-generasi orang Kristen selanjutnya pasti juga akan tahu, dan kitapun pasti juga akan tahu. Tetapi kenyataannya, saat ini tak ada orang yang tahu bagaimana pengucapan yang benar dari nama YHWH itu. Memang kalangan Yahwehisme sering bersikap sok tahu, tetapi itu sekedar adalah suatu bualan!

b) Apa arti dari PSUKHE?

I. Howard Marshall: “The word ψυχή (1:46; 2:35; 6:9; et al.) can mean ‘soul’ or ‘life’, and often the two meanings run into each other.” [= Kata ψυχή (PSUKHE) (1:46; 2:35; 6:9; dll.) bisa berarti ‘jiwa’ atau ‘nyawa / hidup / kehidupan’, dan sering kedua arti saling berpapasan / bertemu.]. - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

c) Ini diucapkan Yesus untuk orang yang tidak mau menyangkal diri, tetapi sebaliknya, hidup untuk dirinya sendiri. Yang mau menyelamatkan nyawa, justru akan kehilangan nyawa.

‘Menyelamatkan nyawa’ berarti mencari aman, tidak mau menghadapi resiko demi Kristus, tidak mau berkorban bagi Kristus. Resiko ini bisa ada dalam bentuk kerugian uang, kehilangan pekerjaan, kehilangan teman, masuk penjara atau bahkan betul-betul kehilangan nyawa. Kalau ketidak-mauan berkorban ini ada secara mutlak, maka ini jelas menunjukkan orang itu adalah orang yang tidak cinta kepada Tuhan sama sekali, dan itu bukan orang Kristen. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan!

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Matius 16:25): “A suffering and dying Messiah liketh you ill; but what if His servants shall meet the same fate? They may not; but who follows Me must be prepared for the worst.” [= Kamu tidak menyenangi Mesias yang menderita dan mati; tetapi bagaimana jika pelayan-pelayanNya akan menemui nasib yang sama? Mereka bisa tidak menemui nasib yang sama; tetapi siapa yang mengikut Aku harus mempersiapkan untuk yang terburuk.].

Pulpit Commentary: “The martyr, then, is the type of the true Christian. Christ (ver. 22) predicts his own fate. And immediately afterwards (ver. 23) he announces to all that whosoever will come after him must, through the gate of suffering, pass into glory; must ‘deny himself, take up his cross daily, and follow him.’ This is the essence of martyrdom. The martyr is not necessarily one who is burned at the stake, or slain by the sword, or left to rot in damp prison-cells; he is one who, in will, surrenders the life to God, and daily bears the cross of Jesus.” [= Jadi, martir adalah model dari orang Kristen yang benar. Kristus (ay 22) meramalkan nasibNya sendiri. Dan langsung setelah itu (ay 23) Ia mengumumkan kepada semua bahwa siapapun akan mengikutiNya harus, melalui pintu gerbang penderitaan, masuk ke dalam kemuliaan; harus ‘menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Dia’. Ini adalah hakekat dari kemartiran. Martir tidak harus adalah orang yang dibakar di tiang hukuman, atau dibunuh oleh pedang, atau dibiarkan membusuk dalam ruangan penjara yang lembab; ia adalah orang yang, dalam kemauan, menyerahkan nyawa kepada Allah, dan setiap hari memikul salib Yesus.] - hal 246.


d) ‘Kehilangan nyawanya’.

Kata bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan ‘destroy’ / ‘kill’ [= menghancurkan / membunuh], yang merupakan kebalikan dari ‘menyelamatkan’. Jadi, orang yang ingin menyelamatkan nyawanya, justru menghancurkan / membunuh nyawanya!

e) Perbandingan ‘kehilangan nyawa’ dan ‘menyelamatkan nyawa’.

Lenski: “On the one hand, the gain is only temporal and a delusion whereas the loss is irreparable; on the other hand, the loss is only minor whereas the gain is immense and eternal. We cannot have both, only one of the alternatives can be ours.” [= Di satu sisi, keuntungan hanyalah bersifat sementara dan merupakan suatu tipuan sedangkan kerugian / kehilangannya tidak bisa diperbaiki; di satu sisi, kerugian / kehilangannya hanyalah minor / kecil sedangkan keuntungannya adalah sangat besar dan bersifat kekal. Kita tidak bisa mendapatkan keduanya, hanya satu dari pilihan-pilihan itu bisa menjadi milik kita.] - hal 520.

Norval GeldenHuys (NICNT): “Everyone who tries selfishly to secure for himself pleasure and happiness in life will in fact doom his life to failure - he will never find real joy or full life. He commits spiritual suicide. But he who lays his life upon the altar in the service of Christ, who strives for His honour and for the extension of His kingdom, while keeping self in the background, will spontaneously find true joy and life - here and hereafter.” [= Setiap orang yang mencoba secara egois untuk memastikan bagi dirinya sendiri kesenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan dalam faktanya akan menentukan / memastikan kehidupannya dalam kegagalan - ia tidak akan pernah mendapatkan sukacita yang sejati atau kehidupan yang penuh. Ia melakukan bunuh diri rohani. Tetapi ia yang meletakkan hidupnya di mezbah dalam pelayanan Kristus, yang berjuang untuk kehormatanNya dan untuk perluasan dari KerajaanNya, sambil menjaga dirinya sendiri di latar belakang, akan secara spontan / dengan sendirinya mendapati sukacita yang sejati dan kehdupan - di sini dan selanjutnya / di alam baka.].

f) ‘karena Aku’.

Adanya kata-kata ‘karena Aku’ harus ditekankan. Dalam Mark 8:35 dikatakan “karena Aku dan karena Injil”.

Markus 8:35 - “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”.

Jadi, bukan seadanya orang yang rela / berani kehilangan nyawa yang dipuji dan diberi upah, tetapi hanya yang berani / rela kehilangan nyawa demi Kristus / Injil.

Ada banyak contoh tentang orang yang berani mati demi suatu hal tertentu. Hal tertentu itu ada yang buruk / sangat buruk, dan ada yang baik, tetapi tetap bukan demi / untuk Kristus!

1. Para pemadam kebakaran yang berani kehilangan nyawanya dalam menolong orang. Ingat kasus WTC yang ditabrak pesawat, ribuan anggota pemadam kebakaran mati karena tertimpa gedung yang runtuh itu.

2. Orang-orang Islam extrim yang mau mengorbankan nyawa dengan melakukan pemboman bunuh diri.

3. Tentara Jepang yang melakukan Kamikaze. Mereka rela kehilangan nyawanya, demi negara dan bangsanya.

4. Ada lagi orang-orang yang rela mati demi kesesatan, seperti misalnya Servetus yang dihukum mati pada jaman Calvin.

Pulpit Commentary: “Remember, self-sacrifice may be a power for evil as well as good. The devil’s martyrs far outnumber God’s martyrs. For what is evil, or for ends that are ‘not of the Father, but of the world,’ persons spend themselves with a zeal and persistence which may well put Christians to shame. Self-consecration is not necessarily a Christian virtue. It is the character of the alliance into which the soul enters which makes the virtue. ‘He that loseth his life for my sake the same shall save it.’” [= Ingat, pengorbanan diri sendiri bisa merupakan suatu kekuatan untuk kejahatan maupun untuk kebaikan. Martir-martir setan jauh lebih banyak dari martir-martir Allah. Untuk apa yang adalah jahat, atau untuk tujuan yang ‘bukan dari Bapa, tetapi dari dunia’, orang-orang menghabiskan diri mereka sendiri dengan suatu semangat dan ketekunan yang bisa secara benar memalukan orang-orang Kristen. Pembaktian diri sendiri tidak harus adalah suatu kebaikan / potensi / keberanian Kristen. Itu adalah karakter dari suatu persekutuan ke dalam mana jiwa masuk yang membuat kebaikan / potensi / keberanian itu. ‘Ia yang kehilangan nyawanya demi Aku, orang itu akan menyelamatkannya’.] - hal 247.

Jangan rela / berani kehilangan nyawa demi hal-hal duniawi yang konyol! Tetapi kalau saudara harus kehilangan nyawa demi Kristus / Injil, relalah mengalaminya! Dengan demikian, saudara justru akan menyelamatkan nyawa saudara (mendapat hidup kekal)!

Awas, ini bukan berarti kita selamat / mendapat hidup yang kekal karena rela kehilangan nyawa karena Kristus. Kita selamat / mendapat hidup yang kekal hanya karena iman, tetapi orang yang sungguh-sungguh beriman, harus rela kehilangan nyawa demi Kristus!

g) Kata-kata ini lebih hidup / berarti untuk orang-orang kristen abad 1-3, yang boleh dikatakan menghadapi penganiayaan dan ancaman kematian terus menerus karena Kristus. Tetapi kata-kata ini tetap relevan untuk jaman sekarang.

Matthew Henry: “We must prefer the salvation and happiness of our souls before any secular concern whatsoever.” [= Kita harus lebih memilih keselamatan dan kebahagiaan dari jiwa kita di depan persoalan / kepentingan sekuler apapun.].

3) Lukas 9: 25: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”.


J. C. Ryle: “We learn, for another thing, from our Lord’s words in this passage, the unspeakable value of the soul. A question is asked, which admits of only one answer - ‘What is a man advantaged if he gain the whole world and lose himself, or be cast away?’” [= Kita belajar, untuk suatu hal lain, dari kata-kata Tuhan kita dalam text ini, nilai yang tak terkatakan dari jiwa. Suatu pertanyaan ditanyakan, yang mengijinkan hanya satu jawaban - ‘Apa gunanya / untungnya seseorang jika ia mendapatkan seluruh dunia dan kehilangan dirinya sendiri, atau dibuang?’] - ‘Luke’ (Libronix).

J. C. Ryle: “The possession of the whole world, and all that it contains, would never make a man happy. Its pleasures are false and deceptive. Its riches, rank, and honors, have no power to satisfy the heart. So long as we have not got them they glitter, and sparkle, and seem desirable. The moment we have them we find that they are empty bubbles, and cannot make us feel content. And, worst of all, when we possess this world’s good things, to the utmost bound of our desire, we cannot keep them. Death comes in and separates us from all our property forever. Naked we came upon earth, and naked we go forth, and of all our possessions we can carry nothing with us. Such is the world, which occupies the whole attention of thousands! Such is the world, for the sake of which millions are every year destroying their souls! The loss of the soul is the heaviest loss that can befall a man. The worst and most painful of diseases - the most distressing bankruptcy of fortune - the most disastrous shipwrecks - are a mere scratch of a pin compared to the loss of a soul. All other losses are bearable, or but for a short time, but the loss of the soul is for evermore. It is to lose God, and Christ, and heaven, and glory, and happiness, to all eternity. It is to be cast away forever, helpless and hopeless in hell! What are we doing ourselves? Are we losing our souls? Are we, by wilful neglect or by open sin - by sheer carelessness and idleness, or deliberate breach of God’s law - compassing our own destruction? These questions demand an answer. The plain account of many professing Christians is this, that they are daily sinning against the sixth commandment. They are murdering their own souls!” [= Kepemilikan dari seluruh dunia, dan semua yang tercakup di dalamnya, tidak akan pernah membuat seseorang bahagia. Kesenangan-kesenangannya adalah palsu dan bersifat menipu. Kekayaannya, kedudukannya, kehormatannya, tidak mempunyai kuasa untuk memuaskan hati. Selama kita tidak / belum mendapatkan mereka, mereka gemerlapan dan berkilau, dan kelihatannya menarik. Pada saat kita mendapatkan / memiliki mereka kita mendapati bahwa mereka adalah gelembung-gelembung yang kosong, dan tidak bisa membuat kita merasa puas. Dan, yang terburuk dari semua, pada waktu kita memiliki hal-hal baik dari dunia ini, sampai pada batasan tertinggi dari keinginan kita, kita tidak bisa mempertahankan / terus memiliki mereka. Kematian datang dan memisahkan kita dari semua milik kita selama-lamanya. Dengan telanjang kita datang ke dalam dunia, dan dengan telanjang kita meninggalkannya, dan dari semua milik kita, kita tidak bisa membawa apapun bersama kita. Demikianlah dunia ini, yang mengambil seluruh perhatian dari ribuan orang! Demikianlah dunia ini, demi siapa / apa jutaan orang setiap hari menghancurkan jiwa mereka! Kehilangan jiwa adalah kehilangan terberat yang bisa menimpa seseorang. Penyakit yang paling buruk dan paling menyakitkan - kebangkrutan yang paling menyedihkan - kecelakaan kapal yang paling mendatangkan malapetaka - adalah semata-mata suatu goresan dari sebuah benda tajam yang kecil dibandingkan dengan kehilangan dari suatu jiwa. Itu berarti kehilangan Allah, dan Kristus, dan surga, dan kemuliaan, dan kebahagiaan, sampai seluruh kekekalan. Itu berarti dibuang selama-lamanya, tak berdaya dan tanpa pengharapan dalam neraka! Apa yang kita sendiri sedang lakukan? Apakah kita sedang kehilangan jiwa kita? Apakah kita, oleh pengabaian yang disengaja atau oleh dosa yang terbuka - oleh kecerobohan dan kemalasan belaka, atau pelanggaran sengaja dari hukum Allah - sedang mengusahakan kehancuran kita sendiri? Pertanyaan-pertanyaan ini menuntut suatu jawaban. Pernyataan yang jelas tentang banyak orang-orang yang mengaku Kristen adalah ini, bahwa mereka setiap hari sedang berdosa terhadap hukum keenam. Mereka sedang membunuh jiwa mereka sendiri!] - ‘Luke’ (Libronix).


The Bible Exposition Commentary: “If a person owned the whole world, he would still be too poor to buy back a lost life.” [= Seandainya seseorang memiliki seluruh dunia, ia tetap akan terlalu miskin untuk membeli kembali suatu jiwa yang terhilang.].

Barnes’ Notes (tentang Matius 16:26): “if the soul is lost, nothing can be given in exchange for it, or that it can never afterward be saved. There is no redemption in hell.” [= jika jiwa hilang, tak ada apapun bisa diberikan dalam pertukaran untuknya, atau bahwa jiwa itu tidak pernah bisa diselamatkan setelahnya. Di sana tidak ada penebusan dalam neraka.].

PENDERITAAN YESUS KRISTUS DAN SYARAT-SYARAT MENGIKUT DIA (3)
-bersambung-
Next Post Previous Post