PENDERITAAN YESUS KRISTUS DAN SYARAT-SYARAT MENGIKUT DIA (4)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Lukas 9:22-27 - “(22) Dan Yesus berkata: ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’ (23) KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (24) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. (25) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (26) Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus. (27) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.’”.
PENDERITAAN YESUS KRISTUS DAN SYARAT-SYARAT MENGIKUT DIA (4)
teknologi, otomotif, bisnis
4) Lukas 9: 26: “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”.

a) “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu,”.

‘Malu karena Aku’ sangat memungkinkan khususnya untuk orang-orang Yahudi pada saat itu. Mengapa? Karena orang-orang Yahudi mempunyai pandangan bahwa Mesias akan datang sebagai raja duniawi yang penuh dengan kemegahan, dan akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Kalau orang-orang Yahudi tertentu, seperti para murid Yesus, mempercayai Yesus sebagai Mesias, maka ini bisa menyebabkan mereka diejek, karena mereka mempunyai Mesias yang hina, yang sama sekali berbeda dengan Mesias yang diharapkan oleh orang-orang Yahudi.

J. C. Ryle: “There are many ways of being ashamed of Christ. We are guilty of it whenever we are afraid of letting men know that we love His doctrines, His precepts, His people, and His ordinances. We are guilty of it when ever we allow the fear of man to prevail over us, and to keep us back from letting others see that we are decided Christians. Whenever we act in this way, we are denying our Master, and committing a great sin. The wickedness of being ashamed of Christ is very great. It is a proof of unbelief. It shows that we care more for the praise of men whom we can see, than that of God whom we cannot see. It is a proof of ingratitude. It shows that we fear confessing Him before man who was not ashamed to die for us upon the cross. Wretched indeed are they who give way to this sin. Here, in this world, they are always miserable. A bad conscience robs them of peace. In the world to come they can look for no comfort. In the day of judgment they must expect to be disowned by Christ to all eternity, if they will not confess Christ for a few years upon earth.” [= Ada banyak cara untuk malu karena Kristus. Kita bersalah tentangnya kapanpun kita takut untuk membiarkan orang-orang tahu bahwa kita mencintai ajaran-ajaranNya, perintah-perintahNya, umatNya, dan peraturan-peraturanNya. Kita bersalah tentangnya kapanpun kita mengijinkan rasa takut manusia mengalahkan kita, dan menahan kita untuk membiarkan orang-orang lain melihat bahwa kita adalah orang-orang Kristen yang tak akan berubah. Kapanpun kita bertindak dengan cara ini, kita sedang menyangkal Tuan / Guru kita, dan sedang melakukan suatu dosa besar. Kejahatan tentang menjadi malu karena Kristus adalah sangat besar. Itu merupakan suatu bukti dari ketidak-percayaan. Itu menunjukkan bahwa kita lebih peduli untuk pujian manusia yang bisa kita lihat, dari pada pujian dari Allah yang tidak bisa kita lihat. Itu merupakan suatu bukti dari rasa tidak tahu terima kasih. Itu menunjukkan bahwa kita takut mengakui di depan manusia Dia, yang tidak malu untuk mati bagi kita di atas kayu salib. Memang sangat buruk mereka yang menyerah pada dosa ini. Di sini, di dunia ini, mereka selalu sengsara. Suatu hati nurani yang buruk merampok damai mereka. Dalam dunia yang akan datang mereka tidak bisa melihat penghiburan. Pada hari penghakiman mereka harus mengharapkan untuk disangkal oleh Kristus sampai pada kekekalan, jika mereka tidak mau mengakui Kristus untuk beberapa tahun di bumi.] - ‘Luke’ (Libronix).

J. C. Ryle: “Let us resolve never to be ashamed of Christ. Of sin and worldliness we may well be ashamed. Of Christ and His cause we have no right to be ashamed at all. Boldness in Christ’s service always brings its own reward. The boldest Christian is always the happiest man.” [= Hendaklah kita memutuskan untuk tidak pernah malu karena Kristus. Tentang dosa dan keduniawian kita bisa secara benar malu. Tentang Kristus dan perkaraNya kita tidak mempunyai hak untuk malu sama sekali. Keberanian dalam pelayanan Kristus selalu membawa pahalanya sendiri. Orang Kristen yang paling berani selalu adalah orang yang paling bahagia.] - ‘Luke’ (Libronix).

b) “Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”.

Bandingkan Lukas 9: 26 ini dengan ayat paralelnya dalam Matius 16:27 - “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan BapaNya diiringi malaikat-malaikatNya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”.

1. Ayat-ayat ini jelas membicarakan kedatangan Yesus yang keduakalinya.

Dalam menyangkal diri / memikul salib, penting bagi kita untuk memandang ke depan pada kedatangan Yesus yang keduakalinya!

2. ‘Ia akan membalas’.

KJV/NIV: ‘he shall / will reward’ [= Ia akan memberi upah].

Ini menunjuk kepada:

a. Pahala.

Ini tergantung perbuatan kita. Kita selamat atau tidak, memang hanya tergantung pada apakah kita beriman atau tidak. Tetapi pahala / tingkat di surga tergantung kehidupan, ketaatan dan pelayanan kita! Tetapi bagaimanapun harus kita ingat bahwa kalau kita bisa taat, melayani Tuhan dsb, itu semua karena kasih karunia Tuhan. Jadi sebetulnya kita tetap tidak layak untuk menerima pahala. Itu tetap merupakan anugerah dari Tuhan!

b. Hukuman.

Ada yang menganggap bahwa ayat ini hanya menunjuk pada pahala saja, tetapi ada juga yang menganggap bahwa ayat ini menunjuk baik pada pahala maupun pada hukuman.

Norval GeldenHuys (NICNT): “Even though Jesus is to enter upon the way of suffering and death, as recently predicted by Him, He proclaims just as clearly that He will eventually be revealed in glory with the Father and the holy heavenly beings as final Conqueror, and will appear as the divine Judge of the World (cf. Dan. 7:13 and Matt. 26:64). Then He, the Glorified One, will decide the eternal destiny of all; and those who have rejected Him through love of the world or of their own honour, their own convenience or anything else, will receive eternal condemnation as their self-chosen portion. From Jesus they can expect nothing but the sorrowful words: ‘I never knew you.’” [= Sekalipun Yesus akan masuk pada jaman penderitaan dan kematian, seperti yang baru saja Ia ramalkan, Ia memberitakan dengan sama jelasnya bahwa akhirnya Ia akan dinyatakan dalam kemuliaan dengan Bapa dan makhluk-makhluk surgawi yang kudus sebagai Pemenang akhir, dan akan muncul sebagai Hakim ilahi dari Dunia (bdk. Dan 7:13 dan Matius 26:64). Maka Ia, Orang Yang Dimuliakan, akan memutuskan nasib kekal dari semua; dan mereka yang telah menolak Dia melalui cinta kepada dunia atau kehormatan mereka sendiri, kesenangan / kenyamanan mereka sendiri atau apapun yang lain, akan menerima penghukuman sebagai bagian yang mereka pilih sendiri. Dari Yesus mereka tidak bisa mengharapkan apapun kecuali kata-kata yang menyedihkan: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’.].

Dan 7:13-14 - “(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya. (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”.

Matius 26:64 - “Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’”.

c) Hubungan ay 23,24,25,26.

Ay 23-26: “(23) KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (24) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. (25) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (26) Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”.

Jelas ada hubungan yang sangat dekat antara ‘tidak malu karena Yesus dan FirmanNya’ dan ‘memikul salib’ dalam ay 23, dan juga dengan ‘kehilangan nyawanya’ dalam ay 24. Kelihatannya kontext menunjukkan bahwa kalau kita malu karena Yesus dan FirmanNya, maka kita akan terhindar dari pemikulan salib (ay 23), dan kalau kita ‘menyelamatkan nyawa kita’ (ay 24a), maka kita bisa mendapat seluruh dunia / menjadi kaya (ay 25). Tetapi kerugiannya adalah ‘kita sesungguhnya kehilangan nyawa’ (ay 24), kita membinasakan / merugikan diri sendiri (ay 25), dan Anak Manusia akan malu terhadap diri kita pada kedatanganNya yang keduakalinya nanti (ay 26). Timbanglah sendiri, antara keuntungan dan kerugiannya, dan putuskanlah yang mana yang akan saudara ikuti.

5) Lukas 9: 27: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.’”.

a) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati”.

KJV: ‘which shall not taste of death,’ [= yang tidak akan mengecap / merasakan kematian,].

Vincent: “‘Taste of death.’ The word taste, in the sense of experience, is often used in Classical Greek; as, to taste of ‘toils, of sorrow, of freedom,’ but never of ‘death.’ The phrase, ‘taste of death,’ is common in Rabbinical writings. In the New Testament only here and Heb 2:9, used of Christ.” [= ‘Mengecap / mengalami kematian’. Kata ‘mengecap’, dalam arti pengalaman, sering digunakan dalam Yunani klasik; seperti, mengecap ‘pertempuran / pekerjaan berat, kesedihan, kebebasan / kemerdekaan’, tetapi tidak pernah ‘kematian’. Ungkapan ‘mengecap kematian’ umum dalam tulisan-tulisan rabi-rabi. Dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan Ibr 2:9, digunakan tentang Kristus.].

Ibrani 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”.

KJV: ‘taste death’ [= mengecap / mengalami kematian].

b) “sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.’”.

Mat 16:28b - “sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.’”.

Mark 9:1b - “sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.’”.

1. Berbeda dengan ay 26, ay 27 pasti tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya! Mengapa? Karena kalau ayat ini diartikan menunjuk pada kedatangan yang keduakalinya, itu berarti bahwa kata-kata Yesus ternyata tidak tergenapi.

Apakah kalau kita mengatakan seperti ini kita hanya mencocok-cocokkan Alkitab? Ada 2 jawaban yang saya berikan:

a. Orang yang mempercayai Alkitab memang harus menafsir dengan menyesuaikan dengan ayat-ayat lain, supaya semua menjadi harmonis. Orang-orang yang anti Alkitab, melakukan sebaliknya, mereka menafsir sedemikian rupa sehingga terjadi sebanyak mungkin kontradiksi!

William G. T. Shedd: “One or the other view of the Scriptures must be adopted; either that they were originally inerrant and infallible, or that they were originally errant and fallible. The first view is that of the church in all ages: the last is that of the rationalist in all ages. He who adopts the first view, will naturally bend all his efforts to eliminate the errors of copyists and harmonize discrepancies, and thereby bring the existing manuscripts nearer to the original autographs. By this process, the errors and discrepancies gradually diminish, and belief in the infallibility of Scripture is strengthened. He who adopts the second view, will naturally bend all his efforts to perpetuate the mistakes of scribes, and exaggerate and establish discrepancies. By this process, the errors and discrepancies gradually increase, and disbelief in the infallibility of Scripture is strengthened.” [= Salah satu dari pandangan-pandangan tentang Kitab Suci ini harus diterima; atau Kitab Suci orisinilnya itu tidak bersalah, atau Kitab Suci orisinilnya itu bersalah. Pandangan pertama adalah pandangan dari gereja dalam segala jaman: pandangan yang terakhir adalah pandangan dari para rasionalis dalam segala jaman. Ia yang menerima pandangan pertama, secara alamiah akan berusaha untuk menyingkirkan kesalahan-kesalahan dari para penyalin dan mengharmoniskan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian, dan dengan itu membawa manuscript itu lebih dekat kepada autograph yang orisinil. Melalui proses ini, kesalahan-kesalahan dan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian berkurang secara bertahap, dan kepercayaan terhadap ketidakbersalahan Kitab Suci dikuatkan. Ia yang menerima pandangan yang kedua, secara alamiah akan berusaha untuk mengabadikan / menghidupkan terus-menerus kesalahan-kesalahan dari ahli-ahli Taurat / para penyalin, dan melebih-lebihkan dan meneguhkan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian itu. Melalui proses ini, kesalahan-kesalahan dan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian bertambah secara bertahap, dan ketidak-percayaan kepada ketidakbersalahan Kitab Suci dikuatkan.] - ‘Calvinism: Pure and Mixed’, hal 137.

E. J. Young: “It is perfectly true that if we begin with the assumption that God exists and that the Bible is His Word, we shall wish to be guided in all our study by what the Scripture says. It is equally true that if we reject this foundational presupposition of Christianity we shall arrive at results which are hostile to supernatural Christianity. If one begins with the presuppo-sitions of unbelief, he will end with unbelief’s conclusions. If at the start we have denied that the Bible is God’s Word of if we have, whether consciously or not, modified the claims of the Scriptures, we shall come to a position which is consonant with our starting point. He who begins with the assumption that the words of the Scriptures contain error will never, if he is consistent, come to the point of view that the Scripture is the infallible Word of the one living and eternal God. He will rather conclude with a position that is consonant with his starting point. If one begins with man, he will end with man. All who study the Bible must be influenced by their foundational presuppositions.” [= Adalah sesuatu yang benar bahwa jika kita mulai dengan anggapan bahwa Allah ada dan bahwa Alkitab adalah FirmanNya, kita akan ingin untuk dipimpin dalam seluruh pelajaran kita oleh apa yang Kitab Suci katakan. Juga adalah sesuatu yang sama benarnya bahwa jika kita menolak anggapan dasar dari kekristenan ini, maka kita akan sampai pada hasil yang bermusuhan terhadap kekristenan yang bersifat supranatural. Jika seseorang mulai dengan anggapan dari orang yang tidak percaya, ia akan berakhir dengan kesimpulan dari orang yang tidak percaya. Jika sejak awal kita telah menolak bahwa Alkitab adalah Firman Allah, atau jika kita, secara sadar atau tidak, mengubah claim / tuntutan dari Kitab Suci, kita akan sampai pada suatu posisi yang sesuai dengan titik awal kita. Ia yang mulai dengan anggapan bahwa kata-kata dari Kitab Suci mengandung kesalahan tidak akan pernah, jika ia konsisten, sampai pada pandangan bahwa Kitab Suci adalah Firman yang tak bersalah dari Allah yang hidup dan kekal. Sebaliknya ia akan menyimpulkan dengan suatu posisi yang sesuai dengan titik awalnya. Jika seseorang mulai dengan manusia, ia akan berakhir dengan manusia. Semua yang mempelajari Alkitab pasti dipengaruhi oleh anggapan dasarnya.] - ‘Thy Word Is Truth’, hal 187.

b. Ada argumentasi yang sangat kuat untuk mendukung bahwa kata-kata ini tidak menunjuk pada PAROUSIA / kedatangan Kristus yang keduakalinya.

Leon Morris (Tyndale): “it is not clear what the coming of the kingdom of God means in this context. Some maintain that Jesus is referring to the PAROUSIA and that he was mistaken. But this does not fit the language used. If some will not die ‘before’ (or ‘until’, as GNB heōs an) the event in question, the implication seems to be that they will die after it, which is impossible of the PAROUSIA.” [= tidak jelas apa arti ‘kedatangan kerajaan Allah’ dalam kontext ini. Sebagian mempertahankan bahwa Yesus sedang menunjuk pada PAROUSIA dan bahwa Ia salah. Tetapi ini tidak cocok dengan bahasa / kata-kata yang digunakan. Jika beberapa / sebagian tidak akan mati ‘sebelum’ (atau ‘sampai’, seperti GNB HEOS AN) peristiwa yang dipertanyakan, secara implicit kelihatannya adalah bahwa mereka akan mati setelahnya, yang adalah mustahil tentang PAROUSIA.].

Norval GeldenHuys (NICNT): “Nor yet did He mean His coming and the Final Judgment, for the words ‘of a truth … shall in no wise taste of death till …’ might imply that the few who will see the revelation of the divine dominion, will nevertheless still die, and this cannot happen any more after His coming.” [= Juga Ia tidak memaksudkan kedatanganNya dan Penghakiman Akhir, karena kata-kata ‘sesungguhnya ... tidak akan mengecap / merasakan kematian sampai ...’ secara implicit bisa menunjukkan bahwa beberapa orang yang akan melihat penyataan / wahyu tentang penguasaan ilahi, bagaimanapun akan mati, dan ini tidak bisa terjadi setelah kedatanganNya.].

2. Karena kedatangan Yesus yang keduakalinya ‘masih lama’, maka Yesus memberikan sesuatu bagi mereka supaya mereka bisa ‘mencicipi’ berkat dan kemuliaan yang akan dialami pada saat Yesus datang keduakalinya. ‘Icip-icip’ itu berupa: ada di antara mereka yang tidak akan mati sebelum melihat Yesus datang sebagai raja dalam kerajaanNya.

Persoalannya: apa arti dari kata-kata ‘melihat kerajaan Allah’ itu? Ada bermacam-macam penafsiran:

a. Kata-kata itu menunjuk pada ‘transfigurasi’ (pemuliaan / perubahan bentuk / rupa) yang terjadi dalam Lukas 9:28-36 (persis text setelah text yang sedang kita bahas).

Orang-orang yang menerima pandangan ini beralasan bahwa dalam ketiga kitab Injil (Matius, Markus, Lukas), kata-kata Yesus dalam ay 27 langsung disusul dengan cerita tentang ‘transfigurasi’ (perubahan bentuk / rupa yang dialami Yesus).

J. C. Ryle: “These words are interpreted two ways. Some think that they mean ‘They shall not die till they see the Church of Christ established and settled on earth.’ This is a very unsatisfactory explanation. The right view appears to be that which connects the verse with the transfiguration, and regards the glorious vision of the kingdom, which the transfiguration supplied, as the fulfilment of the promise of the verse. This is the view of Jerome, Hilary, Chrysostom, Theophylact, and many more.” [= Kata-kata ini ditafsirkan dengan dua cara. Sebagian orang berpikir bahwa kata-kata itu berarti ‘Mereka tidak akan mati sampai mereka melihat Gereja Kristus ditegakkan / didirikan dan diteguhkan di bumi’. Ini adalah suatu penjelasan yang sangat tidak memuaskan. Pandangan yang benar kelihatannya adalah pandangan yang menghubungkan ayat itu dengan transfigurasi (perubahan bentuk / rupa), dan menghormati penglihatan kerajaan yang mulia, yang diberikan oleh transfigurasi, sebagai penggenapan dari janji dari ayat ini. Ini adalah pandangan dari Jerome, Hilary, Chrysostom, Theophylact dan banyak lagi.] - ‘Luke’ (Libronix).

Bible Knowledge Commentary (tentang Mat 16:28): “The explanation is found in the following event, the transfiguration (17:1-8).” [= Penjelasannya ditemukan dalam peristiwa yang mengikutinya, transfigurasi / perubahan bentuk / rupa (17:1-8).].

The Bible Exposition Commentary (tentang Matius 16:28): “This statement would be fulfilled within a week on the Mount of Transfiguration, described in the next chapter.” [= Pernyataan ini akan digenapi dalam satu minggu pada Gunung dari Transfigurasi / perubahan bentuk / rupa, digambarkan dalam pasal selanjutnya.].

Wilmington’s Bible Handbook (tentang Matius 16:28): “16:28 probably refers to the Transfiguration (17:1-2).” [= 16:28 mungkin menunjuk pada transfigurasi (17:1-2).].

Keberatan: sangat aneh bahwa banyak penafsir mengambil pandangan ini padahal transfigurasi (perubahan bentuk / rupa) itu terjadi hanya sekitar 1 minggu (bdk. Mat 17:1 Luk 9:28) setelah Yesus mengucapkan kata-kata ini. Dari kata-kata Yesus dalam ay 27 ini yang mengatakan ‘di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum ...’ secara implicit bisa disimpulkan bahwa di antara mereka pasti sudah banyak, bahkan mayoritas dari mereka, yang mati, barulah peristiwa itu terjadi. Jadi, rasanya mustahil kalau itu menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi hanya sekitar 1 minggu setelah itu.

Knox Chamblin menambahkan bahwa peristiwa transfigurasi itu juga tidak mungkin disebut sebagai ‘kedatangan’ Yesus!

b. Penglihatan Yohanes di pulau Patmos (Wah 1:9-16).

Saya pernah membaca ada pandangan ini tetapi saya tak bisa menemukan siapa yang mempunyai pandangan ini. Mungkin ada yang memberikan pandangan-pandangan yang ada, dan salah satunya adalah pandangan ini, sekalipun orang itu sendiri tak menyetujuinya.

Keberatan: saat ini mungkin hanya rasul Yohanes yang tertinggal / masih hidup di antara mereka. Tetapi keberatannya tetap ada, yaitu bisakah penglihatan seperti itu disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai raja dalam kerajaanNya’?

c. Kematian, kebangkitan, kenaikan Yesus ke surga, dan turunnya Roh Kudus. Ada yang menambahkan pemberitaan Injil kepada dunia / bangsa-bangsa lain.

Calvin (tentang Mat 16:28): “By the ‘coming of the kingdom of God’ we are to understand the manifestation of heavenly glory, which Christ began to make at his resurrection, and which he afterwards made more fully by sending the Holy Spirit, and by the performance of miracles; for by those beginnings he gave his people a taste of the newness of the heavenly life, when they perceived, by certain and undoubted proofs, that he was sitting at the right hand of the Father.” [= Dengan ‘kedatangan dari kerajaan Allah’ kita harus mengerti manifestasi dari kemuliaan surgawi, yang Kristus mulai buat pada kebangkitanNya, dan yang belakangan Ia buat dengan lebih penuh dengan mengirimkan Roh Kudus dan dengan pelaksanaan dari mujijat-mujijat; karena oleh permulaan-permulaan itu Ia memberi umatNya suatu cicipan dari pembaharuan dari kehidupan surgawi, pada waktu mereka mengerti, oleh bukti-bukti yang pasti dan tak diragukan, bahwa Ia sedang duduk di sebelah kanan Bapa.].

William Hendriksen: “Clearly verses 26 and 27 belong together. If verse 26 has reference to a great happening in the history of redemption, namely, Christ’s second coming, verse 27 cannot very well indicate an event entirely different in character. ... In a statement both startling and significant - hence, ‘I tell you truly’ (cf. 12:44 and 21:32) - Jesus regards the entire state of exaltation, from his resurrection to his second coming, as a unit. In verse 26 he refers to its final consummation; in verse 27, to its beginning. He is saying that some of those whom he is addressing (see verse 23) are going to be witnesses of that beginning. They are going to see ‘the kingdom of God’; that is, they are going to be witnesses of its powerful manifestation, its coming ‘with power’ (Mark 9:1). The reference is in all probability to Christ’s glorious resurrection, an act of power (John 10:18b; Rom. 1:4; I Cor. 6:14), his return in the Spirit on the day of Pentecost, when Christ’s followers would receive power (Acts 1:8), and in close connection with that event, Messiah’s coronation in heaven, his exaltation to ‘the Father’s right hand … far above every principality and authority and power’ (Eph. 1:20, 21).” [= Jelas ay 26 dan ay 27 harus bersama-sama. Jika ay 26 mempunyai hubungan dengan suatu kejadian yang besar dalam sejarah penebusan, yaitu kedatangan Kristus yang keduakalinya, ay 27 tidak bisa dengan benar menunjukkan suatu peristiwa yang sepenuhnya berbeda dalam karakternya. ... Dalam suatu pernyataan yang mengejutkan dan penting - karena itu, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya’ (bdk. 12:44 dan 21:32) - Yesus menganggap seluruh keadaan pemuliaan, dari kebangkitanNya sampai pada kedatanganNya yang kedua, sebagai satu kesatuan. Dalam ay 26 Ia menunjuk pada perwujudan / penyempurnaan akhirnya; dalam ay 27, pada permulaannya. Ia sedang berkata bahwa beberapa dari mereka kepada siapa Ia berbicara (lihat ay 23) akan menjadi saksi-saksi dari permulaan itu. Mereka akan melihat ‘kerajaan Allah’; artinya, mereka akan menjadi saksi-saksi dari manifestasinya yang hebat, kedatangannya ‘dengan kuasa’ (Markus 9:1). Ini paling mungkin berhubungan dengan kebangkitan yang mulia dari Kristus, suatu tindakan kuasa (Yoh 10:18b; Roma 1:4; 1Korintus 6:14), kedatanganNya kembali dalam diri Roh pada hari Pentakosta, pada waktu para pengikut Kristus akan menerima kuasa (Kis 1:8), dan dalam hubungan yang dekat dengan peristiwa itu, penobatan / pemahkotaan Mesias di surga, pemuliaanNya di ‘sebelah kanan Bapa ... jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan’ (Ef 1:20,21).] - hal 501.

Bdk. Markus 9:1 - “KataNya lagi kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.’”.


Matthew Henry: “They saw the kingdom of God when the Spirit was poured out, when the gospel was preached to all the world and nations were brought to Christ by it; they saw the kingdom of God triumph over the Gentile nations in their conversion, and over the Jewish nation in its destruction.” [= Mereka melihat kerajaan Allah pada waktu Roh dicurahkan, pada waktu injil diberitakan kepada seluruh dunia dan bangsa-bangsa dibawa kepada Kristus olehnya; mereka melihat kerajaan Allah menang atas bangsa-bangsa non Yahudi dalam pertobatan mereka, dan atas bangsa Yahudi dalam penghancurannya.].

Barnes’ Notes (tentang Mat 16:28): “To encourage them, he assured them that, though his kingdom was now obscure and despised - though he was cast out and little known - yet the time was near when he would be regarded in a different manner, and his kingdom be established with great power. This cannot refer to the end of the world, and there is no need of referring it to the destruction of Jerusalem. ... The meaning evidently is, ‘till they shall see my kingdom,’ i.e., my church, now small, feeble, and despised, greatly enlarged, established, and spreading with great rapidity and extent. All this was accomplished. All these apostles, except Judas, lived to see the wonders of the day of Pentecost; some of them, John particularly, saw the Jewish nation scattered, the temple destroyed, the gospel established in Asia, Rome, Greece, and in a large part of the known world.” [= Untuk menguatkan hati mereka, Ia meyakinkan mereka bahwa sekalipun kerajaanNya sekarang kabur dan dihina / direndahkan - sekalipun Ia dibuang dan tak dikenal - tetapi saatnya sudah dekat pada waktu Ia akan dipandang dengan suatu cara yang berbeda, dan kerajaanNya akan diteguhkan dengan kuasa yang besar. Ini tidak bisa menunjuk pada akhir dari dunia, dan di sana tidak ada kebutuhan untuk menunjukkannya pada kehancuran Yerusalem. ... Artinya jelas adalah, ‘sampai mereka akan melihat kerajaanKu’, yaitu gerejaKu, sekarang kecil, lemah, dan dihina, sangat diperbesar, diteguhkan dan menyebar dengan kecepatan dan keluasan yang besar. Semua ini tercapai / tergenapi. Semua rasul-rasul ini, kecuali Yudas, hidup untuk melihat keajaiban-keajaiban pada hari Pentakosta; beberapa dari mereka, khususnya Yohanes, melihat bangsa Yahudi tersebar, Bait Suci dihancurkan, injil diteguhkan di Asia, Roma, Yunani, dan di bagian besar dari dunia yang dikenal.].

Catatan: agak aneh kalau di atas Barnes mengatakan ini tidak menunjuk pada kehancuran Yerusalem, tetapi di bawah ia mengatakan itu termasuk.

Keberatan: sekalipun peristiwa kematian Yesus - Pentakosta terjadi lebih kurang ½ tahun setelah Yesus mengucapkan Luk 9:27 / Mat 16:28, dan pada saat itu memang sudah ada yang mati (yaitu Yudas Iskariot), tetapi yang mati baru satu, sehingga rasanya tetap tidak cocok dengan Luk 9:27 / Mat 16:28 yang secara implicit menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka sudah mati, baru peristiwa itu akan terjadi.


Tetapi bagaimanapun, ini merupakan pandangan dari mayoritas penafsir. Dan karena beberapa penafsir menggabungkan penginjilan kepada semua bangsa ke dalam pandangan ini, maka pandangan ini memang memungkinkan.

d. Kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.

Keberatan: peristiwa ini memang terjadi kurang lebih 40 tahun setelah Yesus mengucapkan Lukas 9:27 / Matius 16:28, sehingga saat itu sudah banyak dari mereka yang mati. Tetapi bisakah kehancuran Yerusalem disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai Raja dalam kerajaanNya’?

Norval GeldenHuys (NICNT): “The Saviour declares with emphasis that some of those who are listening to Him at that moment, will yet see a mighty revelation of the kingly rule of God before they die. Note that the Lord says there will only be ‘some’. So this means that most of His hearers will already be dead before that special revelation of the divine rule in action. From this it follows that the Saviour does not mean His resurrection or ascension, or the outpouring of the Holy Ghost, for all this took place within a few months. Nor yet did He mean His coming and the Final Judgment, for the words ‘of a truth … shall in no wise taste of death till …’ might imply that the few who will see the revelation of the divine dominion, will nevertheless still die, and this cannot happen any more after His coming. So the Lord referred to a special event which would take place during a period when the generation then living was at the point of passing away. And there was precisely such an event - the destruction of Jerusalem and the downfall of the Jewish national existence in Palestine in A.D. 70 (about forty years after Jesus’ words were uttered). In an unparalleled manner God revealed His kingly dominion over the unbelieving Jewish nation in that execution of judgment. ... Indeed, the execution of this judgment upon the Jewish people was so terrible that the Saviour, who had foreseen all this only too clearly, saw in it a foreshadowing of the Final Judgment at His coming (cf. the prophetic address in Matthew 24, Mark 13, Luke 21).” [= Sang Juruselamat menyatakan dengan penekanan bahwa beberapa dari mereka yang sedang mendengar Dia pada saat itu, akan melihat suatu penyataan / wahyu yang hebat tentang pemerintahan kerajaan dari Allah sebelum mereka mati. Perhatikan bahwa Tuhan berkata di sana hanya akan ada ‘beberapa’. Jadi, ini berarti bahwa kebanyakan dari para pendengarNya akan sudah mati sebelum penyataan / wahyu khusus tentang pemerintahan ilahi itu terjadi. Akibatnya sang Juruselamat tidak memaksudkan kebangkitan atau kenaikanNya, atau pencurahan Roh Kudus, karena semua ini terjadi dalam beberapa bulan. Juga Ia tidak memaksudkan kedatanganNya dan Penghakiman Akhir, karena kata-kata ‘sesungguhnya ... tidak akan mengecap / merasakan kematian sampai ...’ secara implicit bisa menunjukkan bahwa beberapa orang yang akan melihat penyataan / wahyu tentang penguasaan ilahi, bagaimanapun akan mati, dan ini tidak bisa terjadi setelah kedatanganNya. Jadi Tuhan menunjuk pada suatu peristiwa khusus yang akan terjadi pada suatu masa dimana generasi yang hidup pada saat itu mau mati. Dan di sana ada suatu peristiwa yang persis seperti itu - penghancuran Yerusalem dan kejatuhan dari keberadaan bangsa Yahudi di Palestina pada tahun 70 M. (sekitar 40 tahun setelah kata-kata Yesus diucapkan). Dengan suatu cara yang tak ada bandingannya Allah menyatakan penguasaan kerajaanNya atas bangsa Yahudi yang tidak percaya dalam pelaksanaan penghakiman itu. ... Memang, pelaksanaan dari penghakiman atas bangsa Yahudi ini begitu mengerikan sehingga sang Juruselamat, yang telah melihat lebih dulu semua ini dengan begitu jelas, melihat di dalamnya suatu bayangan lebih dulu dari Penghakiman Akhir pada kedatanganNya (bdk. kata-kata nubuatan dalam Mat 24, Mark 13, Luk 21).].

Catatan:kalau kita melihat nubuat Yesus dalam Mat 24, Markus 13, Luk 21, maka memang kata-kata dalam nubuat itu sebagian menunjuk pada penghancuran Yerusalem tahun 70 M. dan sebagian menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, dan kadang-kadang menunjuk pada keduanya. Jadi, memang sangat mungkin untuk mengatakan bahwa penghancuran Yerusalem ini merupakan bayangan lebih dulu dari Penghakiman Akhir pada saat kedatangan Kristus yang keduakalinya.

Norval GeldenHuys (NICNT): “Just as surely as Jesus’ words in connection with the judgment of the Jewish people were fulfilled, so surely will His words with regard to the Final Judgment at His second coming be fulfilled.” [= Sama pastinya seperti kata-kata Yesus berhubungan dengan penghakiman dari bangsa Yahudi digenapi, begitu juga pastinya kata-kataNya berkenaan dengan Penghakiman Akhir pada kedatanganNya yang kedua akan digenapi.].


Kesimpulan: sukar untuk menentukan pandangan yang benar dalam hal ini! Bagi saya pandangan c. atau d. adalah yang paling memungkinkan.

Kesimpulan / Penutup.

Yesus menubuatkan kematian dan kebangkitanNya, juga memberitakan bahwa para pengikutNya harus memikul salib, menyangkal diri dan sebagainya. Semua ini menunjukkan bahwa mengikut Yesus itu berat. Tetapi Ia mengakhiri kontext ini dengan memberikan janji tentang kedatanganNya yang keduakalinya, dan juga cicipan tentang hal itu. Biarlah kita mengikut Dia / tetap mengikut Dia, sambil mengarahkan mata pada kedatanganNya yang keduakalinya! Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.

-AMIN-
Next Post Previous Post