BAPTISAN dan KARUNIA ROH KUDUS BAGI KITA

Pdt. DR. Stephen Tong.
BAPTISAN dan  KARUNIA ROH KUDUS
BAB I : BAPTISAN dan KARUNIA ROH KUDUS.


KEBERADAAN KUASA SUPRANATURAL

Prinsip utama di dalam pembahasan seluruh tema Alkitab adalah: “Kebenaran lebih penting daripada segala jenis pengalaman; kebenaran lebih mutlak daripada pengalaman; dan kebenaran lebih tinggi daripada pengalaman.” Oleh karena itu, berdasarkan prinsip di atas:

1. Kebenaran harus memimpin pengalaman

2. Kebenaran harus menguji pengalaman

3. Kebenaran harus menghaklimi pengalaman.

Jikalau pengalaman kita ternyata berbeda dengan prinsip Alkitab, apakah yang harus kita perbuat? Apakah kita sedemikian mencintai pengalaman yang telah kita alami sehingga akhirnya kita mengorbankan kebenaran? Ataukah kita sedemikian menyayangi pengalaman itu; tidak mau menerima kesalahannya, kemudian mencari ayat-ayat Alkitab yang mendukung, sehingga ayat-ayat yang tidak relevan itu dipaksa untuk menyetujui pengalaman kita? Ataukah kita membenci orang yang mengkritik kesalahan kita dan menunjukkan bahwa pengalaman kita tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab demi membela pengalaman kita?

Untuk itu kita perlu kembali kepada tiga prinsip di atas: Kebenaran harus memimpin pengalaman; Kebenaran harus menguji pengalaman; dan Kebenaran harus menghakimi pengalaman. Jika kemudian ternyata kebenaran yang lebih tinggi, lebih mutlak dan lebih benar, itu menunjukkan bahwa pengalaman itu tidak benar. Maka dengan berat hati kita harus membuang pengalaman itu, betapa pun pengalaman tersebut menyenangkan hati kita. Jangan membanggakan pengalaman demikian.

Pengalaman-pengalaman seperti itu akan merusak iman, konsep dan pengertian Saudara tentang Alkitab dan Kebenaran di sepanjang sisa hidup Saudara. Ia juga akan merongrong pertumbuhan iman Saudara, meracuni gereja dan menggerogoti pertumbuhan iman orang lain. Pengalaman-pengalaman yang palsu, yang disamakan dengan pengalaman-pengalaman Alkitab, telah menjadi sangat populer sejak permulaan abad ini. Akibatnya, orang-orang merasa sudah menerima pengalaman-pengalaman Roh Kudus, padahal tidak sama sekali. Mereka justru mengalami pengalaman-pengalaman yang bukan dari Tuhan.

Tetapi seringkali kita merasa heran, karena gejala-gejalanya terlihat sedemikian spektakuler. Mereka jatuh, pingsan dan tidak sadarkan diri. Peristiwa seperti itu pasti bukan rekayasa mereka, bukan kemauan dan rencana mereka, dan pasti bukan kuasa manusia. Argumentasi-argumentasi ini tidak salah, tetapi sekalipun itu bukan kemauan manusia, bukan rencana manusia dan bukan kuasa manusia, semua itu tetap tidak membuktikan bahwa pengalaman itu berasal dari Roh Kudus. Semua itu hanya mengharuskan kita mempercayai adanya hal-hal yang bersifat supra-natural.

A). Perlukah Percaya Supra-natural?

Supra-natural mulai ditolak oleh John Toland (1670-1722), Immanuel Kant (1724-1804), dan tokoh-tokoh Arus Ensiklopedia “Encyclopedic School” di Perancis, lalu menjalar ke seluruh dunia. Akibatnya, semua orang yang mengangap dirinya kaum intelektual tidak mempercayai adanya hal-hal supra-natural. Pikiran ini kemudian menjalar dan menggerogoti Kekristenan pada abad XIX melalui “Tubingen Scholl” yaitu pikiran dari Ferdinand Christian Baur (1792-1860) dan tokoh-tokoh Kritik Tinggi “Higher Critism”, juga aliran Injil Sosial “Social Gospel” dengan tokoh utamanya Walter Rauschenbusch (1861-1918). Rauschenbusch mengatakan bahwa pada zaman Tuhan Yesus, karena orang tidak mengerti psikologi, maka Tuhan Yesus menganggap sakit jiwa sebagai kerasukan setan dan menyembuhkannya dengan cara yanmg disebut “mengusir setan.”

Ketika Rauschenbusch tidak menerima kerasukan setan dan menganggapnya sebagai sakit jiwa dan menuliskan hal itu sekitar tahun 1917, maka pada tahun yang sama, seorang berdarah Perancis, yang bekerja sebagai misionaris di Cina, di propinsi Shandong, mengusir setan dari 100 orang lebih yang kerasukan setan. Gejala dan reaksinya begitu sama dengan apa yang dicatat oleh Alkitab. Ini membuktikan bahwa dunia Barat sedang tergila-gila melawan Tuhan, melawan supra-natural dan metafisika, dan setan telah menungganginya agar mereka tidak percaya kepada hal-hal supra-natural dan hal-hal metafisika, sehingga sekaligus mencuci pikirannya. Akibatnya, dunia Barat menjadi atheis, deistik, materialistis dan komunis. Pada saat yang sama, di Cina, terus menerus dicatat, bahwa orang mengalami hal supra-natural, bahkan ada orang yang mendapatkan gelar doktor dari Universitas Indonesia untuk penelitiannya mengenai hal supra-natural.

Ketika Profesor Kurt Koch mau menulis desertasi doktoratnya tentang Okultisme di Universitas Stuttgart di Jerman, team dosennya menolak dan mengatakan bahwa tema tersebut sudah tidak relevan lagi untuk dibahas dan sudah 50 tahun tidak ada orang yang membahas tema itu. Profesor Kurt Koch mengatakan, “Sekalipun telah 50 tahun orang tidak percaya ada setan di Barat, saya tetap percaya bahwa ada setan, seperti yang dikatakan oleh Alkitab.” Ketika profesor Kurt Koch datang ke Indonesia, ia menemukan banyak sekali gejala-gejala supra-natural seperti yang dicatat oleh Alkitab. Ketika ia pergi ke Kupang, Soe, dsbnya, ia menemukan banyak gejala kerasukan setan, yang sangat menunjang penelitiannya.

Di dalam sebuah film tentang exorsisme, digambarkan suatu penghinaan terhadap pastor Katholik yang gagal mengusir setan dari seorang anak kecil, sekalipun memakai nama Yesus, bahkan akhirnya pastor itu sendiri mati tidak berdaya diserang oleh setan-setan itu. Di sini, kita melihat terjadinya perubahan kuasa supra-natural pada abad ke XX ini, menjadi suatu kekuatan yang besar untuk menyapu habis semua kebudayaan besar yang dipelopori oleh Agnostisisme Primitif “Primitive Agnosticism” dari Immanuel Kant, dan Psiko-Anbalisis dari Sigmud Freud di Austria (1856-1939) yang menganggap bahwa semua mimpi dalam Alkitab sebagai gejala kejiwaan yang tidak sehat.

Tetapi sejak tahun 1960-an dan tahun 1970-an, terjadi gejala yang dapat dikatakan sebagai kuasa ajaib di berbagai tempat penting di seluruh dunia. Akibatnya, pada ilmuwan pun mulai mundur dari kemutlakan sains yang mereka tegakkan selama ini. Kini mereka berkompromi dan menyetujui bahwa banyak hal yang benar-benar terjadi tidak dapat dijelaskan oleh ilmu, seperti: kekuatan batin yang luar biasa, sehingga batang besi dapat dibengkokkan hanya dengan dilihat saja. Mereka terpaksa menandatangani pernyataan bahwa ada kuasa supra-natural yang tidak dapat dijelaskan oleh rasio manusia, yang tidak dapat dianalisis oleh sains, dan tidak dapat dibuktikan di dalam laboratorium. Inilah titik runtuhnya kejayaan Positivisme-Logis “Logical Positivism” dan dunia intelektual . dan mulai berkembangnya arus yang dinamakan sebagai Pasca Modernisme “Post Modernism” yang melawan arus Rasionalisme danm Modernisme, dengan tokoh-tokoh seperti Habermas, Karl Popper, Pieter Burger, dsb. Mereka mengatakan bahwa memang tidak semua hal dapat dimengerti dan dijelaskan dengan rasio manusia.

B. Apakah Semua Kuasa Supra-natural dari Allah?

Dengan munculnya gerakan baru ini, maka semua bentuk horoskop, astrologi, dsbnya, segera merebak di seluruh dunia, bahkan orang-orang penting di dalam negara yang mayoritas Kristen seperti Ny. Nancy Reagan, isteri mantan presiden Amerika Serikat ke-40 juga adalah seorang astrologis. Kita melihat saat ini dunia Barat telah kehilangan arah sama sekali.

Di dalam film “Quo Vadis” yang menceritakan tentang Petrus yang melarikan diri dari kota Roma untuk menghindarkan diri dari mati syahid oleh Kaisar Nero, dipaparkan bagaimana kemudian Petrus yang sedang melarikan diri bersama seorang anak kecil melihat Yesus. Lalu Petrus bertanya kepada Yesus, “Mau ke manakah Engkau (Quo Vadis, Domine)?” Maka Yesus menjawab melalui anak kecil yang bersama Petrus. Anak itu seperti kerasukan atau dikuasai Roh Kudus lalu menjawab, “Aku akan pergi ke Roma untuk kembali disalibkan di sana.” Petrus kemudian begitu sedih, lalu ia kembali ke Roma dan menurut legenda ia kemudian mati disalib dengan terbalik. Film ini yang pertama kali secara masal memberikan pengaruh gagasan kepada masyarakat bahwa orang yang “dipenuhi Roh Kudus” berbicara dengan mengaku diri sebagai Yesus. Inilah pertama kali terjadi penyelewengan pengajaran Alkitab yang sangat luar biasa dan menimbulkan gerakan gelombang kedua “Second Wave Movement” di dalam arus Pantekosta.

Gerakan Gelombang pertama “First Wave Movement” pertama kali terjadi melalui satu orang di Topica, Amerika Serikat, lalu sampai di Azusa pada tahun 1905 menjadi 5 orang dan sampai tahun 1989 menjadi 328 juta orang di seluruh dunia. Mereka percaya inilah zaman akhir, di mana Roh Kudus bekerja secara luar biasa menjalar ke seluruh dunia untuk mengabarkan kebenaran Alkitab ke seluruh dunia. Akibatnya, banyak orang di Inggris dan Eropa menanggap bahwa gerakan Pantekosta dan Kharismatik merupakan gerakan yang membawa pembaharuan dan kebangunan yang sesungguhnya di dalam gereja, karena pada abad sebelumnya terlalu sedikit dibicarakan tentang Roh Kudus.

Beredarnya film itu telah membawa pengaruh yang meluas ke seluruh dunia. Tetapi orang yang dipenuhi Roh Kudus, dibaptis Roh Kudus, atau dikuasai oleh Roh Kudus, menurut versi film itu ternyata kehilangan fungsi rasio mereka. Mereka berbicara, “Saya adalah Yesus, saya menyertai engkau dan mengutus engkau.” Ini merupakan perlawanan terhadap Alkitab.

Di dalam seluruh Alkitab, tidak pernah ada satu orang pun, termasuk tokoh yang paling penting, berani mengaku, “Saya adalah Yesus” atau tokoh penting yang sangat diurapi dan dipenuhi Roh Kudus, seperti Yesaya atau Yeremia mengatakan, “Saya adalah Yehova” atau “Saya adalah Allah.” Tidak pernah Petrus atau Paulus mengatakan “Saya adalah Yesus.” Kalau mereka, yang sedemikian dipakai Tuhan dan sedemikian dipenuhi Roh Kudus saja tidak berani mengatakan demikian, siapakah orang berdosa pada abad ke XX yang berani mengatakan “Saya adalah Yesus:”?” Kalimat-kalimat yang diucapkan sepertinya mirip dengan Alkitab, tetapi yang sebenarnya tidak benar. Tidak pernah Roh Kudus bekerja dengan cara seperti itu.

Mungkin ada orang yang membantah dengan mengatakan, “Kalau pada zaman dulu Roh Kudus tidak pernah bekerja seperti itu, bukan berarti hari ini Roh Kudus tidak boleh bekerja seperti itu.” Kita perlu kembali kepada prinsip Alkitab yang tidak pernah berubah, yaitu bahwa hanya satu mulut dan bibir jasmaniah yang berhak mengucapkan “Akulah Yesus” yaitu mulut dan bibir Tuhan Yesus sendiri. Selain itu, tidak ada satu rasul atau orang yang sedemikian penting di dalam Alkitab yang diberi hak untuk mengucapkan kalimat itu. Maka hal seperti ini tidak pernah terjadi dan seorang rasul pun tidak pernah berani mengatakan kalimat demikian.

Kekristenan saat ini sudah demikian kacau dan simpang siur. Tanpa sadar banyak di antara Saudara yang sudah dikacaukan, tetapi mungkin Saudara justru akan menuduh saya yang menganggap diri benar lalu menganggap semua orang lain salah. Silahkan, itu hak Saudara. Tetapi saya tegaskan bahwa kritik Saudara pasti akan dihukum oleh Tuhan. Saya terpaksa harus mengungkapkan hal-hal yang tidak disadari oleh banyak orang.

Sejak 25 tahun yang lalu, saya telah melihat kekacauan yang timbul, maka saya bertekad dan berdoa di hadapan Tuhan, kiranya di tengah zaman ini ada suara yang boleh membawa orang kembali kepada Alkitab, agar Kekristenan jangan semakin kacau dan rusak oleh arus yang tidak bertanggung jawab.

Mungkin Saudara terlanjur mengikuti arus seperti ini puluhan tahun, atau mungkin Saudara terlanjur memberikan uang puluhan juta untuk menunjang kegiatan-kegiatan seperti ini. Hari ini saya minta Saudara mempertimbangkan baik-baik semua pembahasan di bawah ini, lalu berdoalah dengan sungguih, agar Roh Kudus memimpin Saudara untuk mengerti bagaimana menjadi orang Kristen yang bertangguing jawab.

Maka sekarang jelaslah bahwa gejala-gejala yang dipaparkan di atas, seperti kejang-kejang, bergulung-gulung selama berjam-jam, atau tertawa terbahak-bahak selama berjam-jam, atau kehilangan kesadaran sama sekali, atau jatuh telentang karena ditumpangi tangan, atau gejala aneh lainnya, memang bukan dari orang itu, tetapi muncul dari suatu kekuatan supra-natuiral seperti yang telah dibahas di atas.

Kuasa supra-natural yang ada dan terjadi secara konkrit, tidak boleh langsung dikaitkan dengan kuasa Allah atau kuasa Roh Kudus. Mungkin kita heran, karena mereka memakai nama “Yesus” ketika melakukan itu. Bukankah itu berarti merupakan pekerjaan Tuhan Yesus yang mau menyatakan kuasa-Nya, sehingga orang yang tadinya tidak percaya kepada Yesus dan belum menerima Roh Kudus, sekarang menerima Roh Kudus? Kesimpulan seperti ini hanya membuktikan bahwa orang-orang seperti itu: (1) tidak bertanggung jawab secara kebenaran; (2) terlalu dangkal di dalam mengerti sesuatu hal; (3) tidak berlogika kuat; dan (4) tidak mau taat kepada prinsip Alkitab. Semua hal supra-natural yang memakai nama Tuhan Yesus tidak menjamin itu berasal dari Tuhan dan tidak harus ada kuasa Tuhan yang bekerja di belakangnya.

Alkitab mengatakan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:21-23)

Alkitab dengan jelas tidak mengizinkan kita mengkaitkan langsung pengusiran setan, perkataan nubuat dan tindakan mujizat demi nama Yesus dengan pekerjaan Roh Kudus dan persetujuan Yesus Kristus. Alkitab justru mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengenal mereka itu. Kalau Saudara masih mau mempelajari dan taat kepada Firman Tuhan, maka Alkitab telah jelas membukakan hal ini kepada kita.

Orang-orang yang berani mengaitkan langsung gejala supra-natural dengan pekerjaan Roh Kudus adalah orang yang teledor. Mungkin mereka memegang Alkitab di tangan, tetapi mereka tidak mengerti prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Alkitab. Kita perlu mengerti bukan hanya detail Alkitab saja, tetapi kita perlu mengerti seluruh prinsip global yang diajarkan oleh Alkitab. Kita perlu mengerti apa yang diajarkan Alkitab sebagai prinsip yang tidak berubah di sepanjang zaman.

C. Dunia Supra-natural

Kalau begitu, apakah dunia supra-natural itu? Dunia supra-natural adalah dunia roh. Dunia ini memiliki kekuatan di mana ada interaksi antara satu roh dengan roh yang lain. Interaksi dunia roh ini seringkali tidak dapat dimengerti oleh rasio atau logika biasa. Terkadang roh Saudara mencintai roh orang lain, sehingga Saudara mau menikah dengannya. Hal ini sering tidak dapat dijelaskan oleh logika. Pekerjaan dunia roh begitu luas dan ajaib, sehingga memungkinkan setan memalsukan pekerjaan Tuhan.

Setan dapat memalsukan pekerjaan Tuhan. Akibatnya, setan dapat menipu orang Kristen. Tuhan Yesus menegaskan bahwa jikalau setan diberi kesempatan, kaum kudus pun akan ditipu olehnya. Ini berarti di dalam gereja ada yang dapat ditipu, tetapi ada juga yang tidak dapat ditipu. Itu sebab, jangan kita menganggap bahwa semua orang Kristen kuat. Ada kaum pilihan yang betul-betul mempelajari dan mengerti kebenaran Tuhan, lalu memegang prinsip Alkitab dengan sungguh-sungguh, maka mereka akan kuat. Tetapi ada juga kaum pilihan yang karena merasa dirinya kaum pilihan, lalu hidup semaunya dan sembarangan di gereja.

Kita perlu waspada akan adanya kaum yang bukan pilihan sedang ‘indekos’ di dalam gereja! Seperti juga kita perlu menyadari akan banyaknya kaum pilihan yang masih ‘indekos’ di tempat lain. Saya percaya banyak anak-anak Tuhan yang saat ini masih menganut Komunisme atau Atheisme atau paham yang lain. Tetapi suatu saat mereka akan dinyatakan sebagai kaum pilihan. Tetapi sebaliknya, saya juga percaya bahwa banyak orang yang bukan pilihan Tuhan, sekarang ini sedang ‘indekos’ di dalam gereja, menantikan waktu mereka dinyatakan bahwa mereka bukan umat Tuhan. Suatu hari Tuhan akan membukakan hal itu secara jelas dan terus terang, bahwa mereka adalah “pembuat kejahatan” dan Tuhan tidak pernah satu kali pun mengenal mereka. Firman Tuhan ini sedemikian tajam dan sedemikian dalam. Seringkali kita tidak peka dan tidak berhati-hati, lalu langsung mengambil keputusan terlalu cepat ketika melihat berbagai gejala yang kelihatan sedemikian hebat.

Saya sadar ketika saya membukakan prinsip Alkitab yang ketat seperti ini, sedikit sekali orang sadar dan mengerti ayat-ayat ini. Maka saya sedang mengambil resiko untuk dibenci oleh seluruh zaman saya. Tetapi saya berjanji di hadapan Tuhan untuk tidak berkompromi dan tetap akan menyatakan kebenaran yang tidak mengikuti arus yang ada. Banyak orang yang hanya mengikuti arus saja. Di dalam sungai ada banyak ikan yang berenang ke kiri, ke kanan, ke depan, kebelakang. Tetapi ada satu jenis ikan yang akan terus mengikuti arus sungai itu. Itu adalah ikan mati! Saya tidak akan mau mengikuti arus. Kita perlu mempersiapkan orang Kristen untuk tidak mengikuti arus dengan sembarangan.

Saat ini, di Jakarta ada kebaktian-kebaktian yang lebih ganas dari Toronto Blessing yang terjadi di Toronto. “Toronto Blessing” adalah satu gejala supra-natural non-Allah, di mana dalam kebaktian-kebaktian seperti itu, yang dimulai di Toronto, orang tiba-tiba tertawa terbahak-bahak tidak dapat menguasai diri selama beberapa jam. Mereka menganggap itu adalah lawatan Roh Kudus. Ada anak yang berumur 7-8 tahun, tertawa terkikik-kikik. Saya tegaskan bahwa itu adalah kuasa setan! Itu sama sekali bukan kuasa Tuhan!

D. Kuasa Supra-natural dan Kegiatan Kristiani

Kini kita perlu mempelajari, mengapa setelah mereka menerima kuasa supra-natural demikian, mereka merasa damai, lalu mereka dapat sedemikian giat melayani Tuhan. Bukankah damai yang demikian, kerinduan mereka mau ke gereja, dan suka mengabarkan Injil, membuktikan bahwa itu adalah pekerjaan Tuhan? Hal ini perlu kita pelajari lebih lanjut.

Ketika mereka bergiat memberitakan Injil, betulkah Injil yang mereka beritakan? Ketika mereka suka ke gereja, betulkah mereka ke gereja karena mereka sungguh-sungguh mau takut akan Tuhan dan mempelajari firman Tuhan dengan serius? Betulkah perasaan damai yang mereka rasakan merupakan damai yang hanya ada di dalam Kekristenan? Banyak orang yang terjerat dengan gejala dan dampak yang sepertinya menunjukkan ciri lahiriah Kekristenan, tanpa meneliti kebenarannya.

Setelah membaca buku ini (atau mendengar seminar ini), apakah mereka yang merasa damai, masih dapat mendengar dengan penuh damai sejahtera? Kalau damai sejahtera itu hilang, berarti sesuatu yang salah sedang terjadi pada orang itu. Damai itu tidak benar.

Mereka yang terlihat begitu giat mengabarkan Injil juga perlu diperhatikan. Khotbah-khotbah yang disampaikan oleh Kenneth Hagin atau Benny Hinn sebenarnya bukan Injil. Khotbah-khotbah itu mirip Injil, tetapi bukan Injil. Mereka harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Mereka mengajarkan bahwa ketika Yesus memikul dosa kita, Ia mempunyai sifat setan. Ajaran seperti ini kelihatannya merupakan ajaran yang sehat. Kelihatannya mereka giat dan tertarik pada hal-hal rohani, tetapi ketika diuji, mereka telah melanggar prinsip-prinsip Alkitab yang paling dasar atau mereka tidak menyentuh sama sekali prinsip-prinsip itu. Mereka hanya membicarakan kulit permukaan dan mencari kenikmatan di dalam Kekristenan.

Orang-orang seperti itu hanya mau menyanyikan lagu-lagu yang enak bagi emosi mereka , dan tidak mau kembali kepada lagu pujian yang agung yang telah diinspirasikan oleh Roh Kudus di sepanjang zaman.

Saya harap Saudara tidak menyalah-tafsirkan konsep ini. Saya bukan mengatakan di zaman ini tidak boleh ada lagu baru atau adanya versi lagu Kristen yang berbeda; tetapi saya menegaskan bahwa ada musik-musik yang jauh lebih baik dan lebih agung dari yang sekarang ada di antara seluruh sejarah musik, yang telah diserahkan kepada Tuhan. Saya sendiri masih menggubah musik. Boleh saja orang menggubah musik, tetapi semua musik yang diberikan bagi Tuhan, harus yang terbaik. Musik yang terbaik, teologi dan doktrin yang baik dan benar, motivasi yang baik dan benar, harus diserahkan kepada Tuhan. Tetapi semua musik yang sedang menyenangkan kedagingan bukan pujian bagi Tuhan, tetapi memperalat musik gerejawi untuk mencari kenikmatan diri. Ini bahaya yang sangat luar biasa!

Saya melihat gejala ini sampai ke dalam esensi dan tulang sumsumnya, sehingga saya pun berusaha melihat hal-hal yang mungkin mau memperalat Kekristenan untuk kepentingan dan kenikmatan kedagingan manusia. Banyak orang Kristen diajak menyanyikan lagu-lagu baru yang mutunya rendah, lalu semua lagu dengan mutu yang tinggi disepanjang sejarah Kekristenan “digudangkan.” Akibatnya muncul kebudayaan baru dalam kekristenan yang tidak lagi mengenal lagui-lagu agung yang pernah dicipta bagi Tuhan di sepanjang zaman untuk dinyanyikan dalam gereja. Mereka yang telah terkena kebudayaan baru ini sulit untuk kembali lagi kepada hal-hal yang agung tersebut.

Alkitab meminta kita untuk memuji Tuhan dan mengagungkan Tuhan bersama-sama dengan semua orang kudus di sepanjang zaman (Mazmur 100). Kebudayaan baru ini hanya mau yang sekarang ini saja, lalu menolak dan menggeser semua yang ada di sepanjang sejarah. Hal seperti ini perlu dipikirkan secara lebih mendalam lagi.

Berapa banyak orang di abad XX ini yang masih dapat menggubah lagu lebih agung dari lagu “Doxologi” atau “Suci, Suci, Suci”? Lagu “Doxologi” berusia lebih dari 700 tahun dan tidak tergeser, karena memang sedemikian agung. Tetapi sekarang ada gerakan supra-natural yang mau menggeser dan membuang semua warisan agung Kekristenan untuk diganti dengan hal-hal yang bermutu rendah bagi Tuhan. Mereka kelihatan giat, tetapi untuk apakah semua kegiatan mereka? Seringkali semua orang yang mengikuti arus seperti ini tidak pernah bertanya secara kritis akan apa yang sedang terjadi. Akibatnya, arus-arus ini menjadi suatu banjir yang sulit diatasi dan merusak banyak hal.

BAB II : BAPTISAN dan KARUNIA ROH KUDUS.

APAKAH “BAPTISAN ROH KUDUS” ?

A. Roh Kudus dan Hidup Kudus

Setelah 20 hingga 30 tahun, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi di seluruh dunia, pemimpin-pemimpin yang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus, lalu berteriak dengan iman yang luar biasa mempengaruhi berjuta-juta menusia, akhirnya terbukti bahwa mereka hanya banyak berbicara tentang Roh Kudus tetapi tidak hidup kudus. Akibatnya, yang dihasilkan lebih merupakan kecelakaan dan kerugian besar bagi Kekristenan daripada sebagai suatu hal positif.

Sebagai contoh: Jim Baker yang telah memalsukan pekerjaan Roh Kudus dan kemudian terbongkar oleh wartawan. Ia memalsukan pekerjaan Tuhan, ia juga menyelewengkan pekerjaan Tuhan dalam hal keuangan, tidak jujur, menipu, bermain dengan pelacur dan akhirnya ia dipenjarakan 45 tahun. Banyak pemimpin gereja yang kelihatan sangat hebat lalu mendirikan badan atau yayasan yang anggotanya semua atau sebagian besar adalah anggota keluarganya sendiri, sehingga keuangannya tidak beres. Banyak Saudara tidak melihat dan memperhatikan hal seperti ini, apalagi melihat semua dampak yang sedemikian merugikan yang ditimbulkan akibat ulah mereka. Saudara hanya melihat itu seperti pekerjaan Roh Kudus.

Jim Baker menipu dengan mengatakan dalam sebuah kebaktian yang ditonton jutaan pemirsa televisi di Amerika, bahwa orang berbaju merah di baris ke empat sakit ini dan itu. Semua orang takjub karena ia dapat mengungkapkan sedemikian tepat dan rinci. Hal ini dianggap oleh semua penganut gerakan gelombang ketiga “Third Wave Movement: dalam Pantekosta, sebagai manifestasi dari kata-kata bijaksana, yaitu karunia supra-natural pertama dari sembilan Karunia Roh Kudus (1Korintus 12:1-11).

Tetapi seorang wartawan mulai meragukan hal itu dan mulai memperhatikan gerak-geriknya secara teliti. Mempelajari semua khotbahnya, sehingga akhirnya terbongkarlah, bahwa ia memakai wireless-earphone (alat pendengar tanpa kabel yang dihubungkan ke peralatan penerima suara) ketika berkhotbah. Semua penyambut menyalami pengunjung sambil menanyakan keadaan mereka. Lalu dengan memakai mikrofon kecil, mereka melaporkan keadaan orang yang hadir itu kepada Jim Baker yang ada di mimbar. Lalu Jim Baker mengatakan bahwa Roh Kudus yang bekerja dan berbicara kepada dia. Ini adalah pemalsuan yang menipu berjuta-juta orang sekaligus. Akhirnya cara penipuan ini terbongkar.

Orang kedua yang begitu banyak berbicara tentang Roh Kudus adalah Jimmy Swagart. Ia memecat asisten pendetanya karena tidak mau taat kepadanya. Karena benci dan dendam, asisten pendeta itu lalu menelusuri kehidupan Jimmy Swagart, dan akhirnya menemukan mobilnya berhenti di tempat poelacuran. Jimmy Swagart yang setiapkali keluar negeri selalu meminta televisi-televisi untuk menyiarkannya lebih lama, sehingga berjuta-juta orang melihat dan mengenalnya sebagai pengkhotbah kondang yang pandai berkhotbah sambil berjalan-jalan, sambil main piano, menangis dan berteriak, kini ia pergi ke pelacuran. Asisten pendeta itu mengempiskan ban mobilnya. Ketika mengetahui ban mobilnya kempis, Jimmy Swagart minta bantuan pelacur itu. Maka pelacur itupun keluar untuk membantu. Semua itu kemudian direkam dengan kamera yang memang telah disiapkan oleh asisten pendeta tersebut.

Pendeta ini paling sering mengatakan, “Allah berkata kepadaku....’God told me’...”, sehingga memberikan kesan bahwa ia paling dekat dengan Tuhan, sehingga Tuhan berbicara begitu banyak kepadanya. Ia memberi kesan sepertinya Tuhan berbicara kepada dia sama sepoerti dulu Tuhan berbicara kepada Petrus atau Paulus. Kelihatannya ia begitu luar biasa hebatnya. Pendengarnya banyak yang menangis dan melotot menantikan “suara Tuhan” yang diucapkannya. Kemudian, video rekaman asisten tersebut dikirim ke pusat Sidang Jemaat Allah di Colorado. Jimmy Swagart dipanggil dan diinterogasi. Ia mengakui kesalahannya, tetapi ia tidak bertobat. Ini prinsip penting: mengaku tidak sama dengan bertobat!

Ia diharuskan untuk mengaku di televisi, di hadapan umum di kebaktian yang dihadiri oleh 8.000 orang lebih. Kabar ini segera menyebar ke seluruh Amerika, lebih cepat dari mengabarkan Injil! Pengabaran Injil selalu kalah cepat dengan mengabarkan hal buruk seperti ini. Saat ia tampil di televisi mengaku dosa, saya sedang berada di Amerika Serikat dan melihatnya. Ia begitu pandai mengungkapkannya, suatu sandiwara yang sempurna. Begitu banyak orang yang menangis minta pengampunan baginya. Tuhan Yesus berkata, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?” (Matius 5:13). Setahun sebelumnya ia berteriak-teriak, “Tuhan berkata kepada saya, bahwa gereja-gereja akan suam, dingin dan mati, hanya dengan gerakan baru gereja akan dibangunkan.” Kini teriakan itu pudar.

Setelah pemerintah Hongkong mendengar dosa itu, langsung semua waktu siarannya di televisi diohentikan. Negara-negara lain mulai mengikuti. Kekristenan mulai diejek dan dihina di mana-mana. Mereka melihat pemimpin yang begitu besar pengaruh, yang berbicara dengan hebat, ternyata hanya seperti itu, hidupnya tidak beres, keuangannya tidak beres, tetapi tetap naik mimbar dan berkhotbah. Kemudian ditemukan bahwa Jimmy Swagart membuat rumah yang bagus dan ber-ac untuk anjingnya. Di rumahnya semua kran air berlapis emas. Pada waktu ia mendengar Jim Baker terbongkar skandal seksnya, ia dari mimbar berteriak menyalahkan Jim Baker, padahal pada saat yang sama ia sedang berbuat hal yang sama. Seluruh orang yang mengetahui itu menghina dia dan menghina Kekristenan. Jauh lebih parah akibatnya daripada hasil positifnya.

Yang ketiga adalah Oral Roberts. Suatu hari ia mengungkapkan bahwa ia memerlukan uang sekitar US$ 8,3 juta. Ia meminta semua orang Krsiten di Amerika Serikat mengirimnkan uang kepadanya. Jika sampai tanggal tertentu uang itu belum terkumpul, maka ia akan mati dipanggil Tuhan. Pengagum-pengagumnya yang mengkultuskan dia, mulai meminta-minta supaya ia jangan mati, lalu mengirimkan uang kepadanya. Ini cara mengumpulkan kolekte yang pandai luar biasa. Tetapi ketika harinya mulai mendekat, jumlah yang ditetapkan masih belum cukup, ia mulai berteriak-teriak lagi. Lalu tiba sepucuk surat kepadanya. Isinya sebuah check sebesar US$ 6 juta. Ia berteriak, “Puji Tuhan yang mencukupi uang itu.” Ketika ditelusur oleh wartawan yang ingin mengetahui apakah orang yang mengirimkan check adalah seorang Kristen atau bukan, ternyata bukan. Lalu ketika ditanya kenapa mengirimkan uang itu, ia menjawab, “Ya, kalau orang sudah gila tidak ditolong, kan kasihan. Toh uang saya cukup banyak, nanti kalau orang itu bunuh diri kan kasihan.” Setelah wawancara ini disiarkan, seluruh Kekristenan kembali dihina dan merosot luar biasa. Jauh lebih parah akibatnya daripada hasil positifnya.

Berjuta-juta bahkan puluhan juta orang yang pernah mendengar pemberitaan mereka, menghina Kekristenan. Siapakah orang yang dapat mengembalikan mereka yang telah kecewa dan menghina Kekristenan seperti itu untuk kembali menghormati dan mendukung Kekristenan lagi? Tidak ada lagi orang yang dapat memulihkan berpuluh juta orang itu kembali mengelu-elukan Tuhan, menghormati dan mendukung Kekristenan seperti sebelumnya. Inilah cara setan memalsukan pekerjaan Roh Kudus. Akibatnya parah sekali, jauh lebih parah dan merusak ketimbang hasil positif yang sementara waktu kelihatan sepertinya begitu hebat. Ini cara paling hebat dari setan untuk merontokkan Kekristenan, sehingga mempercepat datangnya masa Pasca Kekristenan, “Post Christian Era” di dunia Barat.

Ketika saya menganalisa sejarah Kekristenan di 200 tahun terakhir ini, mulai sejak Agnostisisme, Darwinisme, Logical-Positivisme, Okultisme, sampai Gerakan Gelombang Ketiga ini, yang palinghebat adalah bahwa setan sudah masuk sampai naik mengusai mimbar Kristen dan sekaligus mempengaruhi dan merusak berpuluh juta manusia melalui orang-orang yang katanya mempunyai pengalaman Roh Kudus, karena mereka tidak sadar dan mengira itu cara mereka menerima Roh Kudus. Jangan Saudara terjebak dan menyangka itu cara Tuhan bekerja. Itu adalah cara setan bekerja!

Pada awal abad XX, ada angket di Amerika yang menanyakan: apakah profesi yang paling dihormati selama hidup. Ternyata profesi yang paling dihormati adalah pendeta dan pekabar Injil. Sekitar tahuin 1970-an kembali dimunculkan angket ini. Ternyata profesi pendeta turun ke ranking nomor 5. Tetapi gaji pendeta rata-rata di nomor 76. Setelah kasus Jimmy Swagart, Jim Baker dan Oral Robewrts disiarkan, maka pamor jabatan pendeta merosot habis-habisan dan gerja mulai kosong. Bukan hanya itu, dana penginjilan yang dikirim keluar negeri untuk menunjang penginjilan pun telah merosot luar biasa. Direktur World Vision Amerika mengungkapkan bahwa setelah kasus tersebut, dana yang diterima untuk menunjang pelayanan mereka yang sedemikian penting di luar negeri telah berkurang 60%.

Inikah pekerjaan Rohg Kudus? Memang seperti pekerjaan Roh Kudus, gejalanya mirip dengan Roh Kudus, tetapi dibelakang semua itu sama sekali tidak ada tunjangan dari prinsip-prinsip Alkitab yang ketat. Mengapa? Mereka menganggap adanya “wahyu baru” yang menggantikan wahyu yang lama. Wahyu baru yang sebenarnya tidak ada dan wahyu lama yang sudah sempurna. Maka dengan mengatakan adanya wahyu baru, sebenarnya telah menghina wahyu yang sejati, yang sempurna. Lalu imitasi wahyu ini menggantikan pekerjaan Tuhan yang asli. Maka setelah semua hal itu terbongkar dan ambruk, seluruh Kekristenan dirugikan tanpa dapat dikembalikan lagi! Jauh lebih parah akibatnya ketimbang hasil positifnya.

Sudahkah kita sungguh-sungguh mengetahui pekerjaan Roh Kudus? Dengan apakah kita berani mengatakan pengalaman yang Saudara alami itu dari Roh Kudus? Adakah penegasan Alkitab bahwa orang yang dipenuhi Roh Kudus akan jatuh atau kejang-kejang atau tertawa-tawa? Pencetus dan pemtakarsa Toronto Blessing memakai ayat Mazmur 126:1-3, lalu dibesar-besarkan hingga keluar dari konteksnya. Mereka tidak dapat memberikan pertanggungjawaban eksegesis yang ketat dari ayat-ayat lain di dalam Alkitab. Saat ini begitu banyak orang yang pergi ke Toronto untuk menonton pameran setan yang berusaha untuk mewakili atau meniru dan memalsukan Roh Kudus.

Saya menangis melihat beberapa tahun yang lalu gereja-gereja yang kebanyakan uang mengirim orang-orangnya ke Korea. Tetapi sekarang tidak lagi ke Korea. Mengapa? Pasarannya sudah berhenti. Sekarang kirim ke Toronto. Lima tahun lagi ke mana? Jangan mau dipermainkan dan dipakai setan. Mungkin ada orang yang akan menuduh saya dipakai setan karena membongkar kerusakan yang ada di dalam Kekristenan sendiri.

Saudara, Yesus Kristus adalah orang Yahudi. Ketika berada di dalam dunia ini, Ia paling berat dan paling keras mengecam pemimpin-pemimpin agama Yahudi sendiri. Saya mengerjakan apa yang didasarkan pada prinsip Alkitab. Tuhan Yesus berteriak, “Celakalah, hai kamu pada ahli Taurat, ....karena engkau munafik.” Tuhan Yesus tidak pernah menegur kelompok orang sesering ia menegur jiwa para pemimpin agama Yahudi saat itu.

Dalam hal seperti ini, saya tidak mudah memilih majelis di gereja, atau memilih orang menjadi asisten pendeta saya. Saya juga tidak sembarangan membiarkan murid lulus dari sekolah teologi yang saya pimpin hanya karena tingkat akademisnya cukup. Kemampuan akademis memang penting, tetapi tidak lebih penting daripada panggilan, hidup suci dan ketaatannya kepada Tuhan.

“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yohanes 20:19-23)

Ayat ini merupakan ayat yang unik, menceritakan peristiwa yang unik yang belum pernah terjadi sebelumnya dan setalah itu tidak terulang lagi! Begitu selesai di paku, dikuburkan dan bangkit pula dari antara orang mati, malam itu Yesus menemukan murid-murid-Nya berkumpul ketakutan. Karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, mereka mengunci semua pintu dan jendela. Di sini kuasa supra-natural itu begitu nyata di tengah-tengah mereka yang berkumpul. Yesus menembus tembok tersebut. Yesus tidak memerlukan kunci. Secara diam-diam, Ia mendadak ada di tengah ruangan itu.

Peristiwa ini sekarang sedang dipakai setan untuk membuat imitasi melalui David Copperfield. Kalau Saudara memiliki pikiran yang terintegrasi, Saudara dapat melihat gejala ini. Tidak perlu pendeta yang melakukan mujizat, bahkan David Copperfield yang mengaku bukan Kristen pun dapat menembus tembok, bukan tembok rumah, tetapi tembok Cina yang begitu tebal. Kalau kita tidak memiliki pandangan yang tajam, kita akan menganggap semua ini merupakan manisfestasi Tuhan di tengah zaman kita.

Ketika Yesus bertemu mereka, maka kalimat pertama-Nya adalah “Damai sejahtera bagi kamu!” Inilah cara dan sebabnya Yesus dibiarkan mengalami kesengsaraan dan penderitaan, sampai mati di kayu salib dan bangkit, agar manusia diperdamaikan dengan Allah, dengan diri sendiri dan dengan orang lain. Kita memberitakan Injil perdamaian bagi seluruh dunia dengan Dia yang memberikan perdamaian itu. Setelah itu Ia menunjukkan lubang paku, untuk menunjukkan bahwa Ia betul-betul sudah bangkit.

Setelah itu, Ia menghembusi murid-murid-Nya. Peristiwa ini hanya terjadi satu kali ini. Tidak pernah terjadi lagi oleh siapa pun juga, baik oleh semua nabi di Perjanjian lama maupun para rasul di Perjanjian Bnaru. Peristiwa unik ini tidak pernah diulang lagi. Yesus menghembusi mereka dan mereka menerima Roh Kudus. Tindakan menghembusi ini mirip dengan tindakan Allah ketika mencipta manusia. Hanya manusia yang berhak mendapatkan tiupan ini, sehingga hanya manusia merupakan satu-satunya makhluk yang bersifat rohani. Maka ada perbedaan kualitatif, “Qualitative difference” , antara manusia dan semua makhluk lainnya.

Kini Yesus Kristus, Oknum Kedua Allah Tritunggal, mengembusi nafas ini. Ia menambahkan dengan satu kalimat: “Terimalah Roh Kudus!” Kalimat ini merupakan perintah, janji sekaligus penegasan dari Allah sendiri ketika masih di dalam tahap berdaging. Ia telah memberikan janji bahwa murid-murid-Nya akan menerima Roh Kudus. Apakah saat itu mereka langsung menerima Roh Kudus, ataukah mereka menunggu sampai hari Pentakosta baru Roh Kudus itu turun ke atas mereka? Kesalahan di dalam konsep ini akan berakibat sangat berbahaya.

Kita melihat bahwa mereka menerima Roh Kudus bukan saat itu, tetapi pada saat Pentakosta. Hari Pentakosta merupakan konfirmasi (peneguhan) janji yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri di dalam ayat ini, dan sekaligus konfirmasi seluruh janji di dalam Perjanjian Lama. Bahkan Tuhan Yesus pun tidak menyatakan hal itu sebelum Ia mati dan bangkit. Di dalam Yohanes 14 dan 16, Tuhan Yesus pernah memberikan janji akan dikirimkannya Roh Kudus. Tetapi Ia tetap tidak pernah mengatakan bahwa Roh Kudus itu akan diberikan setelah Ia bangkit. Roh Kudus baru diberikan setelah Yesus kembali kjepada Bapa (Yohanes 14:16-17; 16:4-15). Di dalam ayat-ayat ini dikemukakan empat tugas penting di dalam pekerjaan Roh Kudus, yaitu: (1) akan memuliakan Kristus; (2) menginsafkan dosa manusia; (3) memimpin manusia masuk ke dalam kepenuhan kebenaran; dan (4) memberikan penghiburan bagi anak-anak Tuhan.

Hal ini dikaitkan dengan pernyataan bahwa Roh Kudus diberikan setelah Yesus kembali kepada Bapa, bukan sebelumnya. Pada malam pertama Ia bangkit, Ia mengkomfirmasikan penerimaan Roh Kudus, bukan saatnya mereka menerima Roh Kudus. Maka Yesus melarang mereka meninggalkan Yerusalem, sampai mereka mendapatkan Roh Kudus itu. Roh Kudus turun pada hari Pentakosta.

B. Hembusan dan Turunnya Roh Kudus

Saya minta Saudara sangat memperhatikan hal-hal ini di dalam Alkitab yang tidak boleh diulang, yang tidak dapat diganti dengan hal lain atau diulangi oleh orang lain. Ada dua hal penting berkenaan dengan Roh Kudus yang tidak boleh diulangi lagi, yaitu: (1) hembusan oleh Yesus; dan (2) turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta. Kedua peristiwa ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak pernah diulangi lagi sesudahnya. Turunnya Roh Kudus secara global menandai berdirinya gereja di seluruh dunia. Ini hanya terjadi satu kali di sepanjang sejarah.

Pertama. Hembusan yang menandakan bahwa Roh Kudus pasti akan datang merupakan konfirmasi yang dilakukan oleh Kristus setelah Ia bangkit. Hal ini tidak pernah diulang lagi di sepanjang sejarah manusia. Itu sebabnya, tidak ada nabi atau rasul, apalagi pendeta atau penginjil atau siapa pun, yang boleh meniup kepada orang lain agar menerima Roh Kudus.

Dalam hal ini saya menyatakan bahwa Benny Hinn terlalu berani mengimitasi pekerjaan Yesus Kristus. Yesus adalah Oknum Kedua Allah Tritunggal. Setelah Ia kembali kepada Bapa, Ia dan Bapa bersama-sama mengutus Roh Kudus, sehingga Bapa mengutus Anak, lalu Bapa dan Anak mengutus Roh Kudus, baru berhak untuk memberikan tiupan tiupan agar menerima Roh Kudus, karena memang Anak yang mengirim Roh Kudus.

Siapakah Stephen Tong, Benny Hinn, Billy Graham, John Sung, atau siapa pun, sehingga boleh meniup agar orang lain menerima Roh Kudus? Tidak ada seorang pun yang boleh melakukan hal itu. Ini adalah satu peristiwa yang tidak terulang lagi. Itu sebabnya, kita tidak boleh ditipu oleh orang yang mengaku “hamba Tuhan” padahal bukan, dan tidak mengerti prinsip Alkitab.

Kedua, hari Pentakosta merupakan konfirmasi apa yang telah dijanjikan Kristus mengenai datangnya Roh Kudus. Sebagaimana Kristus meniup, merupakan konfirmasi apa yang dijanjikan oleh Allah Bapa. Jadi Allah Bapa memberikan janji untuk mengirimkan Kristus. Oleh karena itu, Yesus Kristus disaksikan oleh para nabi dan para malaikat pada hari inkarnasi. Kehadiran Kristus diberitakan kepada orang kafir, diterima oleh kaum pilihan dan dikonfirmasikan oleh Roh Kudus. Pada waktu Yesus Kristus mengkonfirmasikan janji Allah Bapa di dalam Perjanjian Lama untuk memberikan Roh Kudus dengan tiupan, maka pada hari Pentakosta Roh Kudus turun untuk mengkonfirmasikan apa yang dijanjikan oleh Kristus. Di sini Allah Tritunggal bekerja sama untuk menyatakan kemuliaan Allah yang esa itu sendiri.

Demikian pula di hari Pentakosta, turunnya Roh Kudus merupakan satu hal yang tidak pernah terulang lagi. Hal ini tidak dapat di tiru, diulang dan tidak boleh diganti dengan hal yang lain. Secara global, turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta merupakan hari jadinya Gereja, yang universal dan kudus dan am. Ini merupakan Gereja yang esa, Gereja di sepanjang sejarah zaman. Gereja yang tidak kelihatan dan am, yang merupakan tubuh Kristus di dunia ini. Gereja ini pun tidak ada duanya di seluruh dunia di sepanjang sejarah zaman.

C. Baptisan Yohanes dan Baptisan Roh Kudus

Banyak orang mengaitkan baptisan Roh Kudus dengan berbagai gejala supra-natural atau dikaitkan dengan ber-glosolali. Tetapi jika kita memperhatikan seluruh Alkitab, maka kita akan melihat bahwa istilah baptisan Roh Kudus tidak banyak muncul di seluruh Alkitab.

Paulus menulis 13 kitab di antara 27 kitab Perjanjian Baru. Dan ketika menulis surat ke berbegai Gereja, ia hampir tidak pernah menyinggung masalah baptisan Roh Kudus, kecuali untuk menyelesaikan kekacauan yang timbul; berkenaan dengan karunia Roh Kudus di dalam sebuah Gereja saja, yaitu Gereja Korintus (1 Korintus 12:13).

Meskipun kemudian ia menulis kembali kepad Gereja yang sama, ia tidak menyebut istilah tersebut lagi. Maka Paulus, yang menulis 13 kitab dalam Perrjanjian Baru menyebut istilah baptisan Roh Kudus hanya satu kali! Satu kali pemunculannya ini sekaligus merupakan satu-satunya pemunculan istilah tersebut di seluruh tulisan Paulus. Oleh karena itu, kita hanya dapat mengerti mengenai baptisan Roh Kudus dan memberikan definisi hal ini hanya dari ayat tersebut.

Selain itu, ada 5 kitab lain yang mencatat istilah baptisan Roh Kudus, yaitu Matius 3:11; Markus 1:8; Lukas 3:16; Yohanes 1:33; dan Kisah Para Rasul 1:5;11:16. Masing-masing hanya mencatat satu kali saja, kecuali Kisah Para Rasul dua kali. Di dalam seluruh Alkitanb yang berisi beribu-ribu kata, beribu ayat, seribu pasal lebih, istilah ini hanya muncul tujuh kali. Oleh karena itu, jika pada saat ini ada orang yang berani membuat doktrin semau sendiri dengan cara sembarangan atas istilah ini, saya mengajak semua orang Kristen untuk kembali kepada Alkitab, belajar dengan rendah hati, dengan gentar dan dengan takut akan Tuhan dan pada Alkitab, dan menemukan kebenarannya. Hanya tujuh ayat di atas yang mencatat tentang baptisan Roh Kudus di dalam seluruh Alkitab. Tidak lebih dan tidak kurang.

Seluruh perkataan mengenai Baptisan Roh Kudus di dalam keempat Injil diucapkan olehj Yohanes Pembaptis. Di dalam keempat Injil tersebut pemunculan istilah ini sebenarnya hanya satu kali (di dalam peristiwa yang diucapkan oleh Yohanes Pembaptis, dan dikutip dalam keempat Injil). Dan di ke-empat ayat ini dibicarakan 3 macam baptisan, yaitu: (1) baptisan air; (2) baptisan Roh Kudus; dan (3) baptisan api. Orang yang terlalu gemar menekankan sesuatu dengan tidak seimbanmg, selalu hanya membicarakan yang kedua saja, tanpa menyeimbangkannya dengan yang pertama dan ketiga. Hal pertama hampir tidak pernah disinggung, apalagi yang ketiga. Ini sikap yang tidak beres. Konsep yang pertama masih kacau di dalam pikiran orang-orang itu. Konsep tentang baptisan air, masih memiliki dua pengertian.

Di sini Yohanes di sebut sebagai Yohanes Pembaptis karena ia membaptis dengan air. Jadi, apakah Yesus juga boleh disebut sebagai Yesus Pembaptis? Tentu boleh, karena Ia juga membaptis. Tetapi Ia tidak membaptis dengan air, Ia membaptis dengan Roh Kudus dan api.

D. Tujuh Kali istilah “Baptisan Roh Kudus: dalam Alkitab

Yohanes mengatakan bahwa ia membaptis dengan air sebagai lambang pertobatan. Yesus Kristus membaptis dengan Roh Kudus dan api. Jadi kita dibaptis oleh Roh Kudus atau oleh Yesus Kristus? Hal ini merupakan masalah yang sangat penting. Yang membaptis kita adalah Yesus Kristus, bukan Roh Kudus.

Ketika kita dibaptis dengan air, itu tidak berarti air dapat membersihkan kita. Air hanya menjadi lambang pertobatan, air bukan substansi keselamatan, seperti yang dipercaya oleh doktrin Roma Katolik. Maka baptisan air tidak dapat diidentikkan dengan keselamatan, tidak dapat disamakan dengan kelahiran baru.

Roh Kudus yang dapat memberesihkan dosa, membersihkan hati kita. Jadi yang sungguh-sungguh merupakan realitas asli adalah Yesus yang membaptis kita, mengampuni dan membersihkan dosa kita, melalui karya Roh Kudus. Yohanes Pembaptis hanya membaptis secara lambang; Yesus Kristus membaptis secara realitas. Ini merupakan prinsip yang penting.

Ketika Yohanes Pembaptis akan membaptis, ia berseru: “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Orang yang ingin menyongsong dan berbagian dalam Kerajaan Sorga, harus mengaku dosa mereka dan dibaptiskan. Maka baptisan air melambangkan pertobatan, sedangkan realitas sesungguhnya adalah yang sesuai dengan pengakuan Yohanes sendiri, yaitu semua harus menanti yang akan datang kemudian. Ia mengaku tidak berarti apa-apa, tidak seperti Benny Hinn atau Kenneth Hagin, yang menganggap diri seperti Allah, lalu mengajar para pengikutnya untuk menjadi seperti Allah. Yesus Kristus mengatakan bahwa Ia akan membaptis dengan Roh Kudus, agar hidup orang menjadi kudus. Inilah realitas yang asli.

1. Pemunculan Pertama – Ke-empat

Dalam Matius 3:11, inilah pertama kali munculnya istilah “membaptiskan kamu dengan Roh Kudus” bukan “baptisan dari Roh Kudus” atau “baptisan oleh Roh Kudus”. Ayat di dalam Matius 3:11; Markus 1:8; Lukas 3:16, merupakan ayat-ayat dengan isi yang sama persis. Tetapi dalam Yohanes 1:31-33 terdapat penjelasan yang unik, sekalipun memiliki kesamaan dengan ketiga ayat di atas. Ayat ini membahas suatu pengertian teologis yang begitu mendalam tentang Kristologi (doktrin tentang Kristus), dengan penjelasan yang sangat dalam dan jelas. Perkataan ini diucapkan oleh Yohanes Pembaptis.

Motivasi Yohanes membaptis orang adalah (1) melambangkan bahwa orang tersebut bertobat; dan (2) untuk menunggu saat yang ditetapkan Allah, yaitu satu kali dan tidak pernah terulang lagi. Ketika Yohanes membaptis beratus ribu orang, akan ada satu Orang yang ketika dibaptiskan, Roh Kudus akan turun ke atas-Nya. Orang tersebut akan membaptiskan semua orang yang lain dengan Roh Kudus. Maka ketika ia membaptiskan orang, ia memperhatikan setiap orang yang dibaptis. Tetapi semua sama, sampai suatu saat Tuhan Yesus minta dibaptiskan, maka terjadilah Oknum Ketiga itu datang pada Dia. Di dalam konsep Yohanes, ia mengenal pra-eksistensi Yesus, walaupun masih samar.

Yohanes mengenal Allah yang mengutusnya (Yohanes 1:4) dan sekaligus ia juga mengenal Roh Kudus yang mengurapinya, karena ia adalah satu-satunya orang yang telah diurapi dan dipenuhi Roh Kudus sejak dari kandungan. Hal inilah yang menyebabkan Yesus Kristus mengatakan bahwa di antara orang yang dilahirkan oleh wanita, tidak ada yang lebihbesar dari Yohanes Pembaptis karena ia mengenal dua Oknum Tritunggal. Ia belum sungguh-sungguh jelas pada Oknum Kedua. Itu sebabnya ketika ia mau membaptiskan Yesus, ia merasa tidak layak untuk membaptis Yesus Kristus. Tetapi Yesus menegaskan bahwa Ia harus menggenapi semua tuntutan Taurat sehingga Ia adalah Satu-satunya yang layak untuk menebus manusia. Diantaranya adalah tuntutan baptisan ini. Yohanes Pembaptis segera mengerti penjelasan Yesus, karena baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus tidak boleh menjadi imam sebelum genap berusia 30 tahun dan belum diurapi atau di baptis. Itu alasan mengapa Tuhan Yesus tidak muncul lebih dini, padahal ketika 12 tahun Ia telah mencengangkan banyak ahli Taurat di Bait Allah.

Yohanes Pembaptis lahir lebih dahulu daripada Yesus, sehingga Yesus muncul kemudian setelah Yohanes Pembaptis. Ketika Yohanes Pembaptis berteriak, “Bertobatlah kamu, karena Kerajaan Sorga sudah dekat!” maka Yesus harus menunggu setengah tahun kemudian baru muncul untuk meneriakkan kalimat yang sama. Itu sebabnya Yohanes mengatakan bahwa ia muncul terlebih daulu, tetapi Yesus telah ada sebelum dia ada. Ia mengerti akan pra-eksistensi Yesus, bahwa Yesus telah ada sejak kekekalan.

Ketika Yohanes membaptis Yesus, Roh Kudus turun ke atas Yesus, sehingga Yohanes Pembaptis mendapatkan konfirmasi akan apa yang telah dikatakan oleh Allah kepadanya. Setelah itu ia berteriak: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia yang mengutus aku untuk membaptis air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseoprang dan tinggal di atas-Nya, Dia-lah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian ini: Ia inilah Anak Allah.” (Yohanes 1:32-34). Maka ke-empat ayat ini memiliki esensi berita dan peristiwa yang sama.

Ke-empat ayat di atas dibicarakan oleh satu orang yang sama, yaitu Yohanes Pembaptis, di dalam satu kesempatan atau mungkin paling banyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah konfirmasi di dalam Yohanes 1:33. Apakah Yesus mengakui konfirmasi dari Yohanes Pembaptis? Harap perhatikan: Sampai Yesus naik ke kayu salib, Ia tidak pernah menegaskan atau mengakui atau pun menolak pernyataan Yohanes Pembaptis tersebut. Belum pernah ada satu pun orang yang dibaptis dengan Roh Kudus dan api. Bahkan sesudah bangkit dan 40 hari bersama murid-murid-Nya, Ia tidakmenyinggung hal ini sama sekali. Baru pada detik-detik terakhir sebelum naik ke sorga, Ia mengkonfirmasikan dan sekaligus menegaskan apa yang pernah didengar oleh murid-murid-Nya.

2. Pemunculan Ke-lima

Konfirmasi Yesus diungkapkan di dalam Kisah Para Rasul 1:5. Ini merupakan pemunculan kelima dari istilah ini. Perhatikan kata “tidak lama lagi”. Perkataan ini merupakan pertama kali dan hanya sekali selama hidup-Nya, Yesus mengungkapkan istilah “dibaptis dengan Roh Kudus”. Ia mengungkapkannya dengan begitu akurat, sama sekali tidak salah di dalam mengutip apa yang pernah diucapkan oleh Yohanes Pembaptis. Ia tidak mengatakan, “Engkau akan dibaptiskan oleh Roh Kudus.” Siapakah yang akan membaptiskan dengan Roh Kudus? Yesus Kristus sendiri, yang dinyatakan dengan hembusan sambil berkata, “Terimalah Roh Kudus.”

Dengan memperhatikan kelima pemunculan istilah itu, maka kita akan melihat bahwa ke-empat ayat di Injil merupakan nubuat tentang apa yang Yesus akan kerjakan, dan Kisah Para Rasul 1:5 merupakan konfirmasi Yesus sendiri atas semua yang telah dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis sebagai nabi terakhir, maka semua ini sah. Tetapi semua istilah ini muncul sebelum hari Pentakosta. Pemunculan yang ke-enam dan ke-tujuh dari istilah ini terjadi setelah hari Pentakosta. Jadi setelah lima kali pengungkapan, barulah realitas itu terjadi. Maka kita perlu memperhatikan dua hal, yaitu: tempat dan waktu.

Di dalam Kisah Para Rasul 1:5 jelas dikatakan bahwa tempatnya adalah “Yerusalem” dan waktunya dinyatakan “tidak lama lagi/beberapa hari lagi.” Setelah mengatakan kalimat ini, Tuhan Yesus naik ke sorga. Ia mengatakan bahwa Roh Kudus akan turun ke atas mereka. Selama menanti, mereka diharuskan menunggu dan berdoa. Dan Tuhan Yesus tidak mengajarkan mereka untuk berdoa minta Roh Kudus! Maka rasul-rasul menunggu di Yerusalem dan tidak pergi dari situ karena dilarang oleh Tuhan Yesus untuk meninggalkan Yerusalem.

Seluruh murid berkumpul, kecuali Yudas yang sudah bunuh diri. Selain itu ada beberapa orangyang dekat dengan mereka turut berkumpul di situ. Di antaranya adalah Maria, ibu Yesus, yang turut berdoa di situ. (Kisah Para Rasaul 1:14).

Sesudah berdoa selama 10 hari, Roh Kudus turun, yang dicatat dalam Kisah Para Rasul pasal 2. Herannya, justru ketika Roh Kudus turun dengan begitu luar biasa, di sepanjang pasal ini tidak muncul sama sekali istilah “baptisan Roh Kudus.” Padahal peristiwa ini merupakan peristiwa yang besar dan tidak terulang lagi. Baru nanti pada Kisah Para Rasul 11 muncul istilah ini untuk yang keenam kalinya.

3. Pemunculan Ke-enam

Dalam Kisah Para rasul 11:16, pemunculan istilah ini bukan dalam rangka janji Tuhan atau perintah untuk menerima, tetapi untuk mengingat kembali apa yang pernah dijanjikan Tuhan dan yang sudah terjadi. Di sini Petrus mengingatkan kembali apa yang pernah dikatakan oleh Yohanes Pembaptis dan kemudian dikonfirmasikan oleh Tuhan Yesus. Maka di dalam ayat ini sama sekali tidak ada ide bahwa Petrus sedang menganjurkan, apalagi memerintahkan, agar Gereja lain harus menerima baptisan Roh Kudus. Jadi pemunculan yang keenam ini sama sekali tidak ada hubungan dengan apa yang harus terjadi dalam Gereja, tetapi sedang membicarakan sesuatu yang pernah terjadi di dalam sejarah, yang tidak pernah terulang kembali.

4. Pemunculan Ke-tujuh

Pemunculan terakhir dari istilah ini terdapat dalam 1 Korintus 12:13. Inilah satu-satu kalinya Alkitab memberikan definisi tentang apa artinya “baptisan dengan Roh Kudus”. Di dalam ayat ini dijelaskan dengan kalimat “di dalam satu Roh kita dibaptis.” Perhatikan bentuk kata kerja pasif ini. Jadi siapakah yang membaptis? Apakah itu berarti dibaptis oleh Roh? Maka kita kembali pada pengertian semula, yaitu Yesus Kristus memakai satu Roh yang sama untuk membaptiskan kita, bukan Roh itu yang membaptis. Jadi apa artinya Baptisan Roh Kudus?

Baptisan Roh Kudus berarti mempersatukan kita menjadi tubuh Kristus. Di dalam satu Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh, yaitu tubuh Yesus Kristus sendiri, dan diberi minum dari satu Roh, yaitu Roh Kudus. Maka penegasannya kembali jelas, yaitu Kristus membaptis kita dengan Roh Kudus untuk masuk ke dalam satu tubuh yang kudus. Tubuh ini adalah tubuh yang esa, yang merupakan tubuh universal, yaitu tubuh yang sudah disucikan. Inilah yang dinamakan sebagai Gereja yang kudus dan am.

Jadi baptisan Roh Kudus bukan berarti Roh Kudus membaptiskan kita, tetapi Kristus membaptis kita dengan kuasa Roh Kudus. Dibaptis dengan Roh Kudus berarti Roh Kudus membersihkan kita dan menguduskan kita, sama seperti air yang melambangkannya. Roh Kudus merupakan realitas yang memberikan pengampunan dan pengudusan, sehingga di dalam air kita menyatakan pertobatan untuk diampuni dosa kita, dan di dalam baptisan Kristus dengan Roh Kudus, kita mendapatkan realitas pengudusan, pengampunan dan status sebagai orang suci dan penggabungan keduanya yaitu ke dalam tubuh Kristus.

5. Kesimpulan: BAPTISAN dan KARUNIA ROH KUDUS.

Yesus Kristus, Oknum Kedua, dengan kuasa Roh Kudus, Oknum Ketiga, membersihkan Gereja-Nya yang kudus dan am, dari segala zaman, segala tempat, segala bangsa, segala bahasa, untuk menjadi tubuh-Nya, sebagai mempelai yang kudus bagi-Nya untuk bersatu dengan Dia selama-lamanya.


Jadi pengudusan orang Kristen, orang yang berada di dalam Kristus, pengudusan orang di dalam segala zaman, sehingga semua menjadi satu tubuh yang kemudian disebut sebagai Gereja yang kudus dan am, itulah yang disebut baptisan Roh Kudus.


Kesimpulan ini bukan kesimpulan manusia. Kesimpulan ini dinyatakan oleh Alkitab sendiri, di dalam tulisan rasul Paulus. Setelah enam kali menyatakan mengenai baptisan Roh Kudus, maka Paulus mengungkapkan satu kali lagi. Yang terakhir ini, untuk memberikan rangkuman kesimpulan akan semua yang sudah dinyatakan sebelumnya tentang apa itu baptisan Roh Kudus. Setelah ayat ini, istilah “baptisan Roh Kudus’ tidak pernah muncul lagi dan tidak pernah dibahas lagi di dalam Alkitab.

Untuk mengungkapkan hal ini, di dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani), Paulus tidak memakai bentuk present (yang setara dengan present continous dalam bahasa Inggris) atau future atau imperative, tetapi memakai past participle tense, yang menunjukkan hal itu sudah lewat, sudah sempurna dan tidak terulang lagi. Itu berarti hal ini terjadi secara tunggal dan tidak terulang lagi, merupakan status baru bagi Gereja yang kudus dan am, dan inilah yang disebut sebagai baptisan Roh Kudus.

E. Baptisan Roh Kudus Bagi Kita

Jadi, jika baptisan Roh Kudus itu sudah terjadi satu kali dan tidak terulang lagi, adakah baptisan Roh Kudus untuk saya? Jawabnya: ada. Bilamana? Saat itu, yaitu pada hari Pentakosta. Tetapi bukankah saat itu saya belum lahir? Untuk mengerti ini kita perlu membandingkan dengan pemikiran “Yesus mati bagiku”. Ketika Yesus Kristus mati menebus dosa, kita belum lahir. Ketika Allah memilih kita sebelum dunia diciptakan, kita pun belum lahir. Tetapi di sini kita melihatnya sebagai keseluruhan karya Allah Tritunggal bagi hidup kita.

Ketika Allah memilih kita, kita belum dilahirkan; ketika Yesus mati menebus kita, kita pun belum dilahirkan; juga ketika Roh Kudus menguduskan dan memasukkan kita ke dalam tubuh Kristus, dan ketika melalui-Nya kita dibaptiskan untuk menjadi bagian dari Gereja yang kudus dan am, kita pun belum dilahirkan. Tetapi mengapa untuk hal yang ketiga ini kita selalu bingung? Kita bingung karena kita merasa tidak mungkin kita menerima baptisan Roh Kudus ketika kita masih belum dilahirkan. Untuk itu kita mengerti bahwa jawaban bagi kebingungan ini adalah “ya dan tidak”.

Kita menjawab “ya” untuk pengalaman baptisan Roh Kudus ketika hari Pentakosta adalah jawaban secara status, sedangkan kita menjawab “tidak” untuk pengalaman baptisan Roh Kudus di hari Pentakosta adalah jawaban secara pengalaman. Jadi secara status kita telah dibaptis dengan Roh Kudus ke dalam tubuh Kristus pada hari Pentakosta, bersama dengan semua orang suci di sepanjang segala zaman, satu kali dan tidak terulang lagi. Secara pengalaman, kita baru menyadari dan menerima itu pada suatu hari khsuus di dalam pengalaman hidup kita di mana kita dibaptis dengan Roh Kudus. Tetapi bilakah hari itu menjadi pengalaman bagi kita? Banyak orang Kristen yang mendapat, tetapi tidak merasa mendapat, sehingga ia menjadi bingung dan begitu ingin mendapatkan pengalaman ini. Mereka kira apa yang ditawarkan oleh orang-orang yang mempunyai pengajaran yang berbeda dari Alkitab itu adalah pengajaran Alkitab.

Secara status kita sudah mati bersama Kristus dan bangkit bersama Kristus. Hal ini tidak berarti bahwa kita mengalami pengalaman mati bersama Kristus, karena kita tidak hidup sezaman dengan Kristus. Hal itu juga tidak berarti bahwa kita mundur dalam sejarah, lalu dipakukan bersama Kristus di Golgota, tetapi itu berarti Roh Kudus yang menyelamatkan dan memperanakkan kita, membawa kita ke dalam kematian dan kebangkitan Kristus yang hanya terjadi pada hari itu.

Demikian pula, ketika Roh Kudus membaptiskan kita, secara status, Ia membaptiskan kita masuk ke dalam tubuh Kristus, yang adalah Gereja yang kudus dan am, di hari Pentakosta. Tetapi secara pengalaman pribadi, kita dibaptiskan oleh Roh Kudus pada waktu kita menerima Roh Kudus pada satu hari di mana pengudusan itu dilaksanakan di dalam tubuh kita dalam pengalaman kita secara pribadi.

Mengapa turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta merupakan peristiwa yang unik, yang tidak boleh terulang lagi? Dan jika peristiwa ini hanya satu kali, mengapa Alkitab mencatat empat kali Roh Kudus turun (Kisah Para Rasul 2; Kisah Para Rasul 8; Kisah Para Rasul 11 dan Kisah Para Rasul 19)? Hal ini akan di bahas lebih lanjut di bab berikutnya, dan terkait dengan pengalaman kita mengalami baptisan Roh Kudus.

Wahyu 5:8-9 dengan jelas menyatakan bahwa seluruh manusia, seluruh umat Tuhan dari segala zaman, sepanjang sejarah, segala bangsa, semua kaum pilihan yang telah ditetapkan oelh Tuhan, telah disatukan oleh Roh Kudus, yang membersihkan dan menguduskan kita. Maka inilah yang disebut sebagai kaum pilihan, disebut Gereja yang am. Gereja yang melampaui semua denominasi dan semua organisasi, seperti yang kita akui di setiap kebaktian Minggu. Gereja inilah yang dikuduskan oleh Tuhan di mana Kristus sendiri sudah mati untuk mereka, dikuduskan oleh Roh Kudus pada hari Pentakosta. Mereka menjadi orang-orang yang sudah dibaptis dengan Roh Kudus.

Sekarang kita menyadari bahwa sebelum kita ada di dalam dunia, Yesus telah mati bagi kita. Saat itu Roh Kudus telah menguduskan kita masuk ke dalam tubuh Kristus. Barulah di dalam perjalanan hidup setelah kita lahir, pada suatu saat, melalui berbagai hal, kita mendengar Injil, baru bertobat, menerima Yesus Kristus, dikuduskan oleh Roh Kudus. Saat itulah kita menjadi umat pilihan. Sesuai dengan apa yang telah dikerjakan pada masa lalu secara status.

Baptisan Roh Kudus diungkapkan tujuh kali sampai ayat 1 Korintus 12:13 ini dan selesai sudah seluruh pembahasan tentang hal ini, maka istilah ini tidak muncul lagi di sepanjang Alkitab. Rasul Paulus menulis banyak surat yang lain, tetapi istilah ini tidak pernah ditulis dan dibahas lagi. Bahkan penulis surat yang lain juga tidak lagi membicarakan baptisan Roh Kudus.

Andaikata memang setiap Gereja memerlukan baptisan Roh Kudus, maka tentunya anjuran atau perintah ini harus dibahas di setiap surat ke Gereja-gereja. Tetapi janji atau perintah itu sama sekali tidak ada. Maka tidaklah salah, ketika seorang penulis tafsiran dan teolog yang cukup terkenal saat ini, Leon Morris, ketika ditanya mengenai “baptisan Roh Kudus” berkata: “Saya tidak melihat hal tersebut muncul di dalam surat-surat Perjanjian Baru. Yang saya ketahui, hal itu sudah terjadi pada masa lalu dan tidak terulang lagi.” Kalimat ini sungguh benar. Kalau banyak Gereja saat ini mengatakan bahwa baptisan Roh Kudus perlu diterima di setiap Gereja dengan tanda-tanda berbahasa lidah, saya tidak mengerti bagaimana mereka mendapatkan ajaran ini. Mereka mengambil ayat-ayat yang kelihatannya mirip untuk mendukung pikiran mereka sendiri. Bagaimana kita dapat menerima pengajaran bahwa setiap tahun Gereja harus berdoa lagi 10 hari untuk menunggu Roh Kudus turun?

Kita perlu kembali kepada pengajaran Alkitab, kita perlu taat kepada pengajaran Alkitab yang sungguh. Berapa kalikah Roh Kudus harus turun dan turun lagi ke dalam Gereja-Nya? Dan di antara turun dan turun lagi, kapankah Roh Kudus pernah cuti dari dunia ini? Maka, Gereja sekarang ini telah memaksa Roh Kudus untuk naik turun hampir 2.000 kali. Ketika Yesus mengatakan hal itu, dikarenakan Roh Kudus belum turun. Alkitab menegaskan bahwa hanya satu kali Roh Kudus turun ke dalam Gereja-Nya, yaitu pada hari Pentakosta. Kita perlu mengerti pemahaman mengenai baptisan Roh Kudus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab.

BAB III : BAPTISAN dan KARUNIA ROH KUDUS.

TURUNNYA ROH YANG DIJANJIKAN

Setiap anak Tuhan berhak mengikuti perkataan-perkataan yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, yang diucapkan oleh seorang yang mengaku sebagai hamba Tuhan. Jika ia tidak mengajarkan kebenaran firman Tuhan dengan benar, Saudara berhak untuk tidak mengikutinya. Di masa tuanya, St. Agustinus menulis kepada orang-orang Kristen, “Jika ada suatu ajaranku yang tidak sesuai dengan ajaran firman Tuhan, tinggalkan saja; tetapi ikutlah firman Tuhan yang tercantum di dalam Alkitab.”

Saat ini saya kembali menegaskan kalimat ini. Saya tidak berhak menuntut Saudara mengikuti saya, karena saya sendiri adalah murid Tuhan Yesus Kristus. Saya hanya berhak mengabarkan firman dan memaparkan prinsip-prinsip firman, bukan hanya untuk menunjukkan penghakiman terhadap semua sistem pikiran yang melawan firman Tuhan. Akibatnya, seringkali saya dianggap terlalu keras, terlalu berani dan kurang cinta kasih. Tetapi sebenarnya semua ini terjadi karena beban dan visi sertas tanggung jawab yang diberikan Roh Kudus di dalam hati saya, sehingga saya harus berdiri di menara pengawas, untuk berjaga-jaga bagaimana ajaran yang tidak benar itu datang, caranya, latar belakangnya apa, dan akan membawa Gereja ke mana. Semua itu harus dipikirkan, dipertimbangkan, dianalisis dan dinilai dengan baik. Saya sendiri juga terbuka untuk penilaian dari siapa saja, silahkan tunjukkan hal apa yang harus saya koreksi, sehingga kita dapat belajar di hadapan Tuhan dengan rendah hati.

Persatuan umat Kristen hanya dapat terjadi jika bersatu di dalam firman. Jika penafsiran terhadap Alkitab diselewengkan, sehingga pengertian firman Tuhan dikacaukan, maka tidak akan ada dan tidak mungkin terjadi persatuan terjadi. Kita tidak boleh dijebak untuk bersatu dengan yang bukan satu. Tidak semua taat pada firman, dan tidak semua berasal dari Tuhan. Firman Tuhan memang berasal dari Tuhan dan merupakan wahyu Tuhan, tetapi ketika firman Tuhan itu ditafsirkan, seringkali banyak pikiran manusia yang masuk ke dalam tafsiran itu. Orang-orang di Indonesia sering terlalu mudah ditipu, bahkan seluruh dunia pun demikian.

A. Bolehkah Menguji Roh ?

Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa kita tidak boleh menerima semua roh (1 Yohanes 4:1). Kita harus mengujinya, apakah roh itu berasal dari Tuhan atau bukan. Ajaran ini adalah ajaran dari Alkitab sendiri, yang diwahyukan oleh Roh Kudus. Jadi Roh Kudus yang mewahyukan Kitab Suci mengatakan kepada Gereja untuk tidak menerima semua roh. Maka kita harus taat dan tidak menerima semua roh. Kita harus mengujinya, karena roh si jahat atau pun roh dunia ini sudah ada, bukan akan ada atau sedang datang! Oleh karena itu, kita perlu waspada dan tidak menerima sembarang roh.

Lebih kurang 21 tahun yanglalu, ketika di Switzerland, saya telah melihat beberapa tokoh yang penting, termasuk seorang profesor dari Fuller Theological Seminary. Menjadi pendorong suatu gerakan emosionil yang tidak bertanggung jawab dengan memakai nama Roh Kudus di tahun-tahun berikutnya. Kini orang itu telah mempengaruhi dunia secara luas, bahkan semakin lama semakin menyeleweng dari kebenaran.

Alkitab mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, jangan percaya pada setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah, sebab banyak nabi-nabi palsu yang telahmuncul dan pergi ke sleluruh dunia.” (1 Yohanes 4:1). Kita perlu mewaspadai orang-orang yang mengatakan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, kasihilah semua (segala macam) roh, janganlah mengkritik atau menguji roh-roh itu, yang penting mengasihi semua orang.” Rasul Yohanes adalah rasul yang disebut sebagai “rasul kasih”. Rasul yang penuh kasih justru tidak mengatakan bahwa kita harus mengasihi semua roh. Tidak! Memang Yoihanes adalah rasul kasih, tetapi justru melalui rasul kasih ini, Roh Kudus berkata untuk memberitahukan kepada segenap Gereja, agar jangan percaya dan jangan menerima setiap roh-roh itu.

Salah satu keteledoran umat Kristen di abad XX ini adalah kita tidak mau menguji segala macam roh dan menerimanya begitu saja. Karena begitu senang membicarakan Roh Kudus, maka semua roh diterima. Kita perlu memperhatikan dua macam ekstrim yang sedang terjadi di dalam Gereja saat ini:

1.Ketakutan akan masuknya segala macam roh sehingga semua roh ditolak, termasuk Roh Kudus pun ditolak;

2. Kegirangan mengalami pengalaman rohani, sehingga menerima segala macam roh, termasuk yang bukan Roh Kudus pun dianggap sebagai Roh Kudus.

Keadaan yang pertama merupakan suatu ekstrim yang terjadi pada Gereja-gereja yang mulai kering dan dingin, suam dan tidak mempunyai firman lagi. Behitu banyak Gereja yang pada mulanya begitu giat, begitu sungguh-sungguh, begitu rindu kepada firman, tetapi lama kelamaan kerinduan itu menjadi hilang. Dengan organisasi yanmg sudah kuiat, pengalaman yang banyak, uang yang banyak, Gereja menjadi Gereja yang berdiri tetapi tidak lagi kembali pada firman. Gereja yang memiliki banyak orang kaya harus sangat berhati-hati. Bila suatu hari uang mulai dijadikan andalan utama, orang-orang kaya menjadi majikan di Gereja, maka suara Tuhan mungkin akan tidak didengar lagi. Kita perlu lebih mendengarkan suara Tuhan dan kehendak Tuhan.

Tuhan Yesus Kristus, sampai naik ke sorga, belum pernah membenahi organisasi-Nya. Ia tidak membuat dana penginjilan untuk Petrus atau jaminan asuransi atau pensiun bagi murid-murid-Nya, seperti banyak organisasi-organisasi saat ini. Tetapi sebelum meninggalkan dunia ini, Ia hanya berpesan agar murid-murid-Nya tidak meninggalkan Yerusalem, sampai Roh Kudus turun ke atas mereka. Jika sudah menerima Roh Kudus, maka murid-murid akan menerima kuasa untuk menjadi saksi-saksi Kristus.

Ada orang yang membantah, mengatakan bahwa pasti Tuhan Yesus sudah menjalankan sistem organisasi, karena sudah memiliki bendahara. Dengan adanya bendahara, pasti ada organisasi. Tetapi jika diperhatikan lebih lanjut, maka dengan argumen di atas justru dapat melihat, andaikata Tuhan Yesus membentuk organisasi, maka organisasi-Nya pasti kurang beres, karena salah memilih bendahara (bendahara Tuhan Yesus adalah Yudas). Saya tidak anti organisasi, tetapi visi harus mendahului dan selalu berjalan di depan organisasi, bukan sebaliknya. Organisasi harus melayani visi.

B. Roh Yang Dijanjikan

Kisah Para Rasul 1:3-8 mengungkapkan janji Tuhan Yesus Kristus sebelum naik ke sorga. Tuhan Yesus melarang mereka meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka untuk tetap tinggal di sana, menantikan janji Bapa. Mereka akan menerima Roh Kudus dan mereka akan menjadi saksi bagi Kristus mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Setelah itu Tuhan Yesus naik ke sorga.

Kisah Para Rasul 2:4-dstnya, mengungkapkan bagaimana Roh Kudus untuk pertama kali dan terakhir kalinya turun di Yerusalem dalam bentuk lidah api kepada murid-murid, sehingga murid-murid itu dapat berkhotbah dalam berbagai macam bahasa orang yang sedang berkumpul di Yerusalem saat itu.

Tuhan Yesus berkata, bahwa dalam beberapa hari kemudian mereka akan menerima Roh Kudus. Tuhan Yesus yang memerintahkan mereka pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil, adalah Tuhan Yesus yang juga memerintahkan mereka untuk tidak boleh pergi. Ini merupakan perintah yang bersifat paradoks.

Setiap kali bentuk pengajaran dari Tuhan Yesus, maka terjadi suatu sinkronisasi yang sangat penting, dan merupakan prinsip yang harus kita pegang dengan baik. Gereja perlu mengerti sifat paradoks kedua hal ini. Banyak orang yang terlalu ingin cepat pergi, tetapi di lain pihak ada orang yang selalu menunggu dan tidak pernah pergi. Mereka menunggu, setiap tahun berdoa sepuluh hari. Ada orang-orang yang tidak dididik baik-baik, tidak mempelajari Alkitab dengan baik namun sudah berani berkhotbah, akhirnya timbul begitu banyak kekacauan akibat “kicauan-kicauan” yang tidak bertanggung jawab seperti itu.

Ketika murid-murid dilarang pergi dari Yerusalem, mereka taat dan tidak pergi. Mereka berada di suatu loteng, berkumpul bersama di situ dan berdoa. Para rasul pun berada di sana. Mereka tidak berpikir bahwa tiga tahun bersama Tuhan Yesus sudah cukup sempurna. Selain itu, ada beberapa wanita, salah satunya adalah Maria, ibu Yesus. Di sini terakhir kalinya nama Maria, ibu Yesus, disebutkan di Alkitab. Seluruhnya ada 120 orang yang berkumpul di situ. Mereka tidak berdoa kepada Maria, seperti yang dilakukan oleh banyak orang Roma Katolik saat ini. Mereka tidak berdoa kepada Maria, karena saat itu Maria bersama-sama berdoa kepada Tuhan Yesus Kristus. Maria berdoa, bukan menerima doa. Semua murid-murid Tuhan Yesus Kristus berdoa kepada Tuihan sambil menanti. Maria ikut menanti dan ikut berdoa. Di tengah mereka juga ada beberapa adik-adik Tuhan Yesus. Padahal jika kita memperhatikan Yohanes 7, terlihat bahwa saudara-saudara Tuhan Yesus sangat menghina dan tidak menyenangi Tuhan Yesus. Tetapi setelah Tuhan Yesus mati dan bangkit, mereka baru sadar bahwa yang pernah serumah dengan mereka, pernah mereka panggil sebagai kakak, adalah Anak Allah yang menjelma menjadi manusia. Maka ketika mereka menerima Roh Kudus, mereka tidak mempunyai status yang berbeda dengan orang-orang lain. Mereka berdoa bersama dengan ibunya, rasul Petrus, Yakobus, rasul-rasul lainnya dan rekan-rekan lainnya.

Setelah mereka menanti sepuluh hari, Roh Kudus turun ke atas mereka. Peristiwa ini meerupakan pertama kalinya dunia menerima Roh Kudus. Peristiwa ini merupakan suatu peristiwa unik. Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus turun ke atas seseorang karena adanya tugas khusus menjadi hamba Tuhan. Setelah selesai menjalankan tugas itu, Roh Kudus ditarik kembali. Roh Kudus tidak terus menerus beserta dengan orang itu sampai selama-lamanya.

Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus tidak diberikan untuk selama-lamanya. Terkadang Roh Kudus dibrikan kepada seseorang, namun karena hidupnya tidak beres, maka Allah menarik kembali Roh Kudus ke sorga dan membiarkan orang itu di dalam keadaan yang sangat nestapa. Inilah yang dialami oleh Saul. Akibatnya, ada yang mempertanyakan apakah ia termasuk salah seorang nabi, karena kelihatannya ia bernubuat, tetapi sambil telanjang dan bergulung-gulung di tanah. Di sini kita melihat bahwa pada saat Roh Kudus meninggalkan seseorang, sangat mungkin roh yang lain akan memasuki orang itu. Di sinilah kecelakaan dan keanehan akan terjadi. Jika dikatakan itu “roh dari Tuhan” bukan berarti itu Roh Tuhan, tetapi itu berarti Allah yang memberikan izin kepada roh-roh yang lain yang ingin memasuki Saul.

Sekarang di dalam Gerakan Gelombang Ketiga dalam arus Kharismatik dan Pantekosta di abad XX, terjadi banyak gejala orang-orang yang terbaring sambil kejang-kejang. Jangan Saudara mengira itu adalah kepenuhan Roh Kudus, karena di dalam seluruh Alkitab, khususnya sesudah Roh Kudus turun ke dunia di hari Pentakosta , belum pernah tercatat satu kali pun terjadi hal seperti ini.

Kita melihat bahwa Roh Kudus turun, bukan untuk menjadikan para murid congkak atau merasa superior, tetapi diberikan untuk memuliakan Kristus, bersaksi bagi Kristus, mendampingi umat pilihan dan memberikan penghiburan kepada mereka, menolong anak-anak Tuhan berdoa dan menguduskan Gereja. Inilah tugas-tugas utama yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada Roh Kudus, sehingga Roh Kudus memiliki tugas dan fungsi yang sesuai dengan rencana Allah di dalam kekekalan, seperti yang dicatat di dalam Alkitab.

Kisah Para Rasul 1 mencatat bahwa Roh Kudus akan menguatkan dan memberikan kuasa kepada Saudara, agar Saudara dapat menjadi saksi-saksi-Nya. Roh Kudus diberikan agar orang tersebut berani, mempunyai kekuatan untuk menjadi saksi-saksi Kristus. Hubungan antara dikirimnya Roh Kudus dengan penginjilan sangat ketet. Itu sebabnya, Roh Kudus tidak diberikan agar orang boleh membanggakan diri karena memiliki Roh Kudus. Roh Kudus tidak diberikan agar orang yang memamerkan pengalaman yang lain daripada yang lain.

Kita telah mempelajari bahwa kebenaran Allah lebih penting dari pengalaman, sehingga kebenaran Allah harus memimpin, menguji dan menghakimi pengalaman. Seringkali proses pertumbuhan rohani kita diganggu oleh berbagai pengalaman yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Tetapi karena kita kurang belajar dengan baik dari kebenaran Alkitab, kita mulai mengadopsi berbagai pengalaman yang kita anggap benar. Akibatnya, kita mulai meniru, menyenangi dan akhirnya mengejar pengalaman-pengalaman seperti itu. Dengan mengejar pengalaman itu, akhirnya mereka mendapatkan sesuatu. Setelah itu mulai mengajarkan sesuatu itu. Karena di dalam dunia ini memang ada kuasa supra-natural, maka sebenarnya kita tidak boleh langsung menghubungkan kuasa supra-natural seperti itu dengan kuasa Roh Kudus.

Mereka yang berasumsi seperti itu, menggunakan ayat “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?’(Matius 7:9-10); maka jika kita minta pasti akan diberi yang baik. Jika ayat ini ditafsir secara mutlak demikian, berarti Tuhan selalu harus menaati anak-Nya, bukan anak-anak-Nya yang harus taat kepada Tuhan. Tuhan hanya memberikan sesuatu kepada anak-anak-Nya sesuatu dengan prinsip, janji dan kebutuhan yang Ia pikirkan terbaik. Saat ini ayat-ayat seperti itu begitu banyak disalah-tafsirkan, sehingga hanya ditafsirkan secara hurufiah saja.

Bagaimana dengan pengertian bahwa permintaan itu harus di dalam nama Tuhan Yesus? Apakah itu berarti ‘pokoknya’ setiap permintaan harus menyebut di dalam nama Tuhan Yesus, dan segala sesuatu yang diminta pasti/harus diberikan, karena itu janji Tuhan (Yohanes 15:16b)? Maka kita dapat memiliki Mercedes E-320 atau Roll-Royce, dan Tuhan harus memberikan karena kita memakai nama Tuhan Yesus. Itu adalah ajaran dari Paul Yonggi Cho, di dalam bukunya “Dimensi Ke-empat”, dan itu bukan ajaran Alkitab.

Alkitab mengajarkan bahwa istilah “di dalam nama-Ku” sama seperti kita sedang menulis cek atas nama Tuhan Yesus, sehingga tanpa Tuhan Yesus mernyetujui dan membubuhkan tanda tangan-Nya di situ, seluruh cek itu itu tidak berlaku, berapa pun besarnya angka yang dituliskan di dalamnya. Maka tanpa pengesahan Tuhan Yesus, sekalipun Saudara menggunakan nama-Nya, tetap semua tidak berlaku.

Ketika Tuhan Yesus diminta oleh murid-murid-Nya untuk mengajar mereka berdoa, maka Ia mengucapkan: “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.” Barangsiapa yang tidak dapat menguduskan nama Tuhan, menaklukkan diri secara mutlak kepada Tuhan Yesus, ia tidak berhak berdoa. Setiap kali berdoa dalam nama Tuhan Yesus berarti Saudara sedemikian mengagungklan, menghargai dan menghormati Nama itu, sehingga ketika menyebut-Nya, Saudara tidak boleh melanggar Hukum ketiga, yaitu “jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sia-sia.” Kita harus menyebut nama itu dengan perasaan takut, baru doa Saudara diterima oleh Tuhan. Istilah “dalam nama Yesus” dijelaskan secara teliti dan tegas, karena saat ini pengertian ayat ini begitu banyak disalahgunakan.

Dalam Matius 7:21-23, Tuhan Yesus sendiri memberikan peringatan bahwa tidak semua orang yang menyebut-Nya “Tuhan” dikenal-Nya. Bahkan Tuhan Yesus tidak mengenal orang-orang tertentu yang melakukan banyak mujizat demi nama Yesus, yang bernubuat demi nama Yesus dan yang mengusir setan demi nama Yesus. Sepertinya orang-orang seperti itu begitu sukses, karena mereka melakukan banyak hal yang begitu spektakuler dan berhasil. Semua itu dilakukan dalam nama Yesus. Tetapi Tuhan Yesus mengusir mereka, karena Ia sama sekali tidak mengenal mereka. Kalimat ini kembali bersifat paradoks, sehingga kita perlu memperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Terlalu banyak orang yang hanya mau menerima Alkitab secara hurufiah, padahal Alkitab mengatakan bahwa huruf-huruf itu mematikan, hanya makna yang sesungguhnya menghidupkan. Terlalu sedikit orang yang belajar teologi dengan baik dan begitu banyak teologi yang tidak berpangkal pada Alkitab mengajarkan hal-hal yang salah, seperti Liberalisme, sehingga Gereja jatuh ke dalam dua kutub ekstrim seperti di atas. Gereja harus mengerti kebenaran Alkitab dengan sungguh-sungguh. Gereja harus kembali mengambil reformasi yang sungguh-sungguh. Saya sangat sedih, karena saya melihat begitu banyak kekacauan di dalam Gereja Tuhan. Ingatlah, Tuhan meminta kita menguji setiap roh. Roh yang sejati mengatakan kepada kita bahwa kita harus menguji setiap roh, jadi roh yang berkata bahwa kita jangan menguji roh, pasti bukan Roh yang sejati. Saudara harus dapat mengerti prinsip Alkitab dengan jelas, kalau tidak penipuan akan terus menerus mengikuti Saudara dan semua kegiatan, pelayanan dan aktivitas Saudara selama hidup Kekristenan Saudara hanya akan menghasilkan satu pernyataan: “Enyahlah engkau. Aku tidak pernah mengenal engkau, hai pembuat kejahatan!”

C. Janji Yang Dipenuhi

Tuhan Yesus mengatakan, “Engkau tidak perlu tahu masa dan waktu, bilamana Israel akan didirikan.” Ketika itu murid-murid-Nya berkata, “Kami sudah menanti begitu lama, lebih dari tiga tahun lamanya, akhirnya Engkau naik ke kayu salib. Kami betul-betul kecewa, karena kami berharap Engkau akan menjadi raja atas Israel, melanjutkan cita-cita takhta Daud, dan kami semua akan menjadi menteri-menteri dalam kabinet-Mu. Sekarang kami semua harus tercerai berai.” Namun semua kekecewaan itu diselesaikan oleh kebangkitan Tuhan Yesus. Mereka kembali dikumpulkan dan dibawa ke sebuah bukit di Galilea. Pada kali terakhir ini Tuhan Yesus menjanjikan kepada mereka bahwa Ia akan mengirimkan Roh Kudus turun ke atas mewreka.

Tidak lama kemudian Roh Kudus betul-betul turun. Hal ini dicatat di dalam Kisah Para rasul 2. Di sini terjadi penggenapan dari baptisan Roh Kudus yang terjadi atas Gereja Tuhan yang am, meskipun di dalam pasal ini sama sekali tidak muncul istilah “baptisan Roh Kudus.” Tetapi penafsiran ini didasarkan pada perkataan Tuhan Yesus sendiri di dalam Kisah Para Rasul 1 yang mengatakan bahwa dalam waktu beberapa hari lagi, murid-murid akan dibaptiskan dengan Roh Kudus seperti yang telah diucapkan oleh Yohanes Pembaptis. Jadi Kisah Para Rasul 2 merupakan penggenapan dari Kisah Para Rasul 1.

Dalam pasal 11:16 dan 1:5, terjemahan yang menggunakan istilah “baptized by the Holy Spirit” tidak tepat. Roh Kudus tidak membaptis, tetapi Tuhan Yesus yang membaptis dengan Roh Kudus. Maka di sini ditegaskan tiga hal, yaitu: (1) yang membaptis adalah Yesus Kristus; (2) yang dibaptis adalah murid-murid; dan (3) sarana pembaptis adalah Roh Kudus.

Gereja inilah yang menjadikan semua orang Kristen bersatu, menjadi satu tubuh dan menjadi satu saudara, satu Tuhan, satu baptisan, satu iman, satu Alkitab. Inilah persatuan yang sejati. Berarti semuanya sudah dikuduskan oleh Roh Kudus. Kisah Para rasul 2 merupakan hari jadinya Gereja yang kudus dan am, seperti yang telah dibahas sebelumnya.

Untuk itu kita harus menyadari bahwa ketika Bapa memilih saya, saya belum ada dan belum dilahirkan; ketika Kristus mati bagi saya, saya pun belum dilahirkan. Demikian juga ketika Roh Kudus membasuh dan saya dibaptiskan di dalam-Nya, sehingga saya dapat dikuduskan, saya pun belum dilahirkan. Sehingga secara status saya dibaptiskan dengan Roh Kudus, masuk ke dalam tubuh Kristus, yaitu Gereja yang kudus dan am, pada saat saya belum dilahirkan.

Tetapi di dalam pengalaman hidup saya, mungkin saya diperbolehkan menjadi orang yang beragama lain terlebih dahulu, atau menjadi penganut paham filsafat tertentu, hingga suatu saat saya mendengar firman, lalu mulai sadar bahwa saya berdosa, memerlukan Yesus, memerlukan pengampunan Anak Allah. Saat seseorang mulai membuka hati dan menerima Tuhan Yesus, Roh Kudus memperanakkan baru, sampai Saudara menjadi seorang yang sungguh-sungguh dimiliki oelh Tuhan. Hari tersebut menjadi hari di mana Saudara bersatu dengan panggilan Tuhan yang telah ditetapkan di dalam kekekalan. Itulah hari di mana Saudara mengalami baptisan Roh Kudus.

D. Peristiwa Turunnya Roh Kudus

1. Pertama – Kisah Para Rasul 2:37-38

Setelah itu, kita masih perlu memperhatikan respon dan pernyataan di dalam Kisah Para Rasul 2:37-dstnya. “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberikan dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (menerima pemberioan Allah yaitu Roh Kudus yang akan dikirim kepada kamu). Janji ini diberikan kepada murid-muirid, setiap orang percaya, sampai kepada keturunannya dan orang yang masih jauh. Itulah sebabnya, di dalam Kisah Para Rasul 2 ini Roh Kudus turun pertamna kalinya ke atas Gereja dan menguduskan Gereja yang terdiri dari orang-orang berbagai bangsa. Semua orang itu mewakili orang-orang dari berbagai suku, berbagai bangsa di seluruh dunia.

Ketika di kemudian hari, Paulus menunjuk peristiwa di Yerusalem itu sebagai “kita dibaptiskan di dalam Roh Kudus” (1 Korintus 12), ia sendiri belum bertobat. Ia baru bertobat dalam perjalanannya ke Damsyik (Kisah Para Rasul 9). Ketika ia dijatuhkan oleh Yesus, ia masih ragu dan bertanya, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Yesus menjawab, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.” Lalu ia diperintahkan ke kota dan Tuhan mengutus Ananias untuk mendoakan dan menyembuhkan kebutaannya. Itulah waktu ia menerima Yesus Kristus. Berarti, pada hari Pentakosta di mana Roh Kudus diberikan kepada seluruh Gereja untuk disucikan menjadui kudus dan am, Paulus sendiri belum bertobat. Tetapi Paulus mengetahui, sehingga ia mengatakan: “Kami sudah dibaptiskan di dalam Roh, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik tuan maupun budah.” di dalam bentuk tense Past Participle, yang berarti sudah selesai dan tidak terulang lagi.

Ketika Allah mengirinkan Roh Kudus sebagai karunia bagi Gereja-Nya di hari Pentakosta, maka Roh Kudus bukan datang hanya dalam satu tahap, tetapi Ia datang dalam dua tahap. Yang pertama, Roh Kudus turun ke atas 120 orang murid yang berdoa di ruang atas di Yerusalem. Tahap kedua, Roh Kudus turun ke atas 3.000 orang yang bertobat karena pemberitaan para rasul di hari Pentakosta tersebut. Jadi seluruhnya ada 3.120 orang. Yang 120 orang ini memang sudah menanti selama 10 hari di Yerusalem untuk kedatangan Roh Kudus tersebut; tetapi yang 3,000 orang sama sekali tidak pernah menanti kedatangan Roh Kudus, bahkan mereka tidak pernah tahu. Hanya ketika dilakukan pekabaran Injil oleh para rasul, hati mereka tertusuk dan mulai berespon kepada firman Tuhan. Sehingga pada hari tersebut 3.000 orang itu bertobat.

2. Ke-dua – Kisah Para Rasul 8:14-25

Tempat kedua Roh Kudus turun dicatat di dalam Kisah Para Rasul 8:14-25, “Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus." Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan." Jawab Simon: "Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu." Setelah keduanya bersaksi dan memberitakan firman Tuhan, kembalilah mereka ke Yerusalem dan dalam perjalanannya itu mereka memberitakan Injil dalam banyak kampung di Samaria.”

Di sini untuk kedua kalinya dikatakan “Roh Kudus turun” Dan sekarang ini Roh Kudus turun di Samaria. Orang yang menerima dan mendengar khotbah di Samaria sudah mendengar firman, bahkan sudah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus, tetapi belum menerima Roh Kudus. Hal ini yang seringkali dikutip oleh orang Pantekosta dan Kharismatik dengan menafsir bahwa orang yang sudah menerima Yesus, bahkan sudah dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus, masih harus menerima baptisan Roh Kudus lagi. Inilah yang disebut sebagai “Second Blessing”. Untuk itu apa tandanya? Mereka akan mengatakan bahwa mereka pernah jatuh, atau dapat ber-glosolalia. Heran sekali, ketika dulu Petrus dan Yohanes menerima Roh Kudus, mereka tidak berjatuh-jatuhan. Yang sekarang ini lebih hebat, berjatuh-jatuhan segala. Lalu dengan pengalaman itu mereka merasa bangga sepertinya pernah dibaptis Roh Kudus. Di tempat kedua inilah yang sering dipakai sebagai dasar bahwa setiap orangh masih h arus menerima baptisan Roh Kudus. Tetapi justru di tempat ini satu-satu kalinya terlihat bahwa mereka tidak ber-glosolalia.

3. Ke-tiga – KisahPara Rasul 10:44

Di dalam Kisah Para Rasul 10:44, diceritakan peristiwa Petrus di rumah Kornelius. Itulah pertama kalinya dalam sejarah Roh Kudus turun ke atas orang kafir (orang bukan Yahudi). Pertama kali dalam sejarah Roh Kudus turun ke atas mereka yang tidak disunat dan pertama kali di dalam sejarah dunia, Roh Kudus diberikan secara sama rata, seperti yang diberikan kepada orang Yahudi di Yerusalem dan di Samaria. Roh Kudus juga turun ke atas orang-orang kafir yang merindukan firman Tuhan. Maka orang-orang Yahudi saat itu tercengang-cengang melihat mereka menerima Roh Kudus.

Kasus ini sangat luar biasa uniknya. Kasus ini terjadi di rumah Kornelius, yang adalah seorang kafir. Yang diutus ke sana adalah Petrus, padahal sebelum itu Petrus sama sekali tidak mau ketika di suruh ke sana. Akhirnya, ketika Roh Kudus memerintahkan untuk ia pergi, ia taat. Ketika ia pergi dan mulai memberitakan firman, di tengah khotbah itu (berarti khotbah itu belum selesai), Roh Kudus turun ke atas mereka. Orang Yahudi yang mengetahui dan mengalami peristiwa di Yerusalem, tercengang karena mereka melihat apa yang terjadi di sana persis seperti yang terjadi di Yerusalem. Maka Petrus berhenti berkata-kata, lalu sekarang mereka melihat bahwa orang-orang kafir pun telah menerima Roh Kudus, maka tidak ada alasan untuk mereka tidak membaptiskan orang-orang itu. Kini peristiwa yang terjadi merupakan perintah Tuhan untuk membaptiskan mereka, karena melihat setelah mereka menerima Roh Kudus, mereka berbicara dengan karunia lidah. Pembicaraan itu begitu jelas mempermuliakan nama Allah.

Kasus dalam Kisah Para Rasul 10 ini sangat berbeda, bahkan terbalik dari Kisah Para Rasul 8. Di dalam Kisah Para Rasul 8, orang-orang itu sudah menerima Yesus, sudah dibaptis di dalam nama Yesus, tetapi belum menerima Roh Kudus. Mereka ditumpangi tangan oleh rasul, lalu menerima Roh Kudus. Di dalam pasal ini mereka tidak disuruh untuk dibaptiskan lagi. Sebaliknya, di pasal 10, mereka telah menerima Roh Kudus terlebih dahulu. Setelah mengetahui itu, Petrus memerintahkan untuk mereka dibaptiskan, dan semua mereka dibaptiskan di dalam nama Yesus. Jadi urutannya terbalik.

Di dalam semua kasus, baik pasal 2, 8, maupun 10, semua orang yang ada di sana menerima Roh Kudus, tidak ada yang terkecuali, tidak seperti apa yang terjadi sekarang ini, ada yang menerima ada yang tidak, ada yang berkarunia lidah ada yang tidak, lalu perlu belajar lagi. Harap Saudara memperhatikan prinsip-prinsip ini.

4. Ke-empat – Kisah Para Rasul 19:1

Untuk keempat kalinya dicatat Roh Kudus turun ke atas manusia terdapat pada Kisah Para Rasul 19:1-

Inilah yang terakhir kali disebutkan tentang turunnya Roh Kudus.

Di dalam Kisah Para Rasul 19 ini, terdapat keunikan yang sangat khusus. Di sini orang-orang itu sudah mendengarkan firman dan sudah mengaku percaya. Mereka mendengar hal itu dari seorang yang bernama Apolos. Setelah itu mereka dibaptis, tetapi mereka tidak dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Mereka dibaptiskan dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Sesudah itu mereka sama sekali tidak pernah mendengar tentang Roh Kudus. Ketika Paulus tiba di Efesus, ia menanyakan apa yang mereka percaya. Ternyata mereka percaya kepada pemberitaan Yohanes Pembaptis dan dibaptis dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Ini tidak boleh. Baptisan Yohanes hanya melambangkan pertobatan, tetapi baptisan oleh Yesus Kristus bukan memakai air, tetapi dengan Roh Kudus. Maka mereka perlu menerima Roh Kudus. Di sini Paulus tidak lagi menyebutkan kata “baptisan Roh Kudus.” Ia hanya mengatakan bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari Yohanes Pembaptis yaitu Yesus Kristus. Maka mereka ditumpangi tangan dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Ketika itu, tanpa harus menyebut soal baptisan Roh Kudus, Roh Kudus turun ke atas mereka.

5. Prinsip Pengertian Turunnya Roh Kudus

Jadi jika kita memperhatikan ke-empat pemunculan peristiwa turunnya Roh Kudus, setiap peristiwa memiliki keunikan yang berbeda. Namun di dalam ke-empat pemunculan ini, ada hal-hal penting yang Alkitab ingin nyatakan kepada kita, yaitu:

1. Ke-empat pemunculan ini merupakan representasi proses pemberitaan Injil di dalam sejarah, mulai dari Yerusalem ke Yudea,ke Samaria, sampai ke ujung bumi;

2. Di dalam empat kali peristiwa turunnya Roh Kudus ini (dari Kisah Para Rasul 2 – Roh Kudus turun di Yerusalem, sampai Kisah Para Rasul 19 – Roh Kudus turun di Efesus), terdapat tenggang waktu sekitar 19 tahun.

3. Di antara ke-empat peristiwa ini, bukan berarti Roh Kudus tidak pernah turun lagi, tetapi memang Alkitab tidak mencatatnya;

4. Ke-empat peristiwa turunnya Roh Kudus ini mencakup dua golongan secara berurutan, yaitu dari orang Yahudi dan orang kafir (non-Yahudi);

5. Ke-empat peristiwa ini, semua berkaitan erat dengan penginjilan;

6. Ada hal yang mutlak dan ada hal yang tidak mutlak yang perlu kita perhatikan. Misalnya, hal yang mutlak adalah keharusan menerima Roh Kudus; hal yang tidak mutlak adalah secara fenomena (tampak luar) tidak tentu harus bertanda mujizat atau berkarunia lidah.

E. Kronologis Turunnya Roh Kudus

Kalau kita mengikuti urutan di dalam Kisah Para Rasul 1:8, sesuai dengan peta Alkitab Perjanjian Baru, tentang perintah penginjilan seluruh dunia, yang menjadi dasar dari turunnya Roh Kudus, maka urutannya menjadi :

1. Kisah Para Rasul 2 : di Yerusalem

2. Kisah Para Rasul 10 : di rumah Kornelius, Yudea

3. Kisah Para Rasul 8 : di Samaria

4. Kisah Para Rasul 19 : di Efesus – mewakili ujung bumi.

Urutan kedua dan ketiga terbalik dengan urutan dalam Kitab Para Rasul sendiri.

Untuk mengerti urutan penerimaan Roh Kudus dari Yerusalem, Samaria, rumah Kornelius, baru Efesus, kita harus mempelajari hal-hal di bawah ini secara seksama.

Yerusalem menjadi induk dari semua Gereja yang disebut sebagai Gereja yang kudus dan am, dan semua Gereja yang dimasukkan ke dalam tubuh Kristus. Kedua kali, Tuhan Yesus datang ke Samaria, karena orang Samaria adalah orang-orang semi-Yahudi. Mereka adalah keturunan campuran antara orang Yahudi dengan orang-orang kafir. Jadi mereka belum dapat dikatakan bahwa mereka benar-benar orang kafir. Latar belakang di dalam Perjanjian Lama menyatakan bahwa ketika 10 suku membentuk kerajaan Utara, 2 suku membentuk kerajaan Selatan. Sepuluh suku ini dilayani oleh Elia, sedangkan Yesaya melayani dua kerajaan di Selatan. Jadi baik di Utara maupun di Selatan, Tuhan pernah mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk melayani di sana. Ketika Asyur menawan dan membuang Kerajaan Utara, lalu mencampurkannya dengan bangsa-bangsa lain, mereka tidak lagi murni keyahudiannya. Kerajaan Selatan masih murni keyahudiannya, karena mereka tidak bercampur dengan bangsa lain.

Di sini kita melihat bahwa Injil mulai bergerak dari orang Yahudi ke orang kafir; mulai dari Yerusalem yang murni Yahudi, lalu ke Samaria yang setengah Yahudi, dan ke rumah Kornelius yang sama sekali kafir. Dan kehadiran yang ke-empat sudah meloncat jauh ke Efesus, untuk melambangkan pemberitaan Injil ke ujung bumi.

Dengan meperhatikan ke-empat peristiwa ini, kita melihat bahwa pada pasal 2 tidak dicatat bahwa Roh Kudus turun, tetapi justru di sana terlihat fakta Roh Kudus memenuhi mereka dan mereka menyatakan tanda-tanda yang sedemikian luas biasa, yang tidak pernah terjadi di tempat lain lagi. Misalnya, mereka mendengar suara angin kencang yang bertiup di rumah itu, lalu mereka melihat lidah-lidah api yang hinggap di atas kepala mereka. Jadi lidah-lidah api yang hinggap itu melambangkan Roh Kudus turun ke atas mereka.

Inilah yang kita mengerti sebagai pergerakan Injil dari Yahudi dahulu baru non-Yahudi. Ini sesuai dengan prinsip seluruh Alkitab, di mana Injil harus diberitakan dahulu kepada orang Yahudi yang sudah diberi Taurat, barulah kepada bangsa-bangsa lain. Urutan ini tidak boleh dibalik. Ini yang menyebabkan seolah-olah peristiwa turunnya Roh Kudus yang kedua dan ketiga tertukar.

Lalu, mengapa Yesus Kristus tidak lebih baik mengatakan di Kisah Para Rasul 1:8 “dari Yerusalem, Samaria, Yudea, baru ke ujung bumi” tetapi Yesus mengatakan “dari Yerusalem, Yudea, Samaria, baru ke ujung bumi” untuk memberikan orientasi geografis kepada murid-murid-Nya. Tetapi di dalam catatan Kisah Para Rasul ini diungkapkan bagaimana Injil bergerak dari orang Yahudi ke orang kafir (non-Yahudi).

Jika kita memperhatikan dalam Kisah Para Rasul 8, 10 dan 19, dipakai istilah “Roh Kudus turun.” Selama 28 tahun ini Injil diberitakan bukan hanya di empat tempat ini, juga diberitakan di banyak tempat yang lain, tetapi tidak pernah memakai istilah “Roh Kudus turun.” Hanya di empat tempat ini merupakan empat tempat yang mewakili penginjilan global ke seluruh dunia.

F. Turunnya Roh Kudus dan Penginjilan

Di Yerusalem ada gejala-gejala khusus yang tidak pernah terjadi di tempat lain, yaitu gejala lidah-lidah api yang turun ke atas mereka, lalu ada angin yang bertiup kencang dengan suara yang keras. Ketika menerima ini, mereka dipenuhi oleh Roh Kudus dan mereka mulai berkhotbah dengan bahasa-bahasa lain. Pengalaman pertama ketika Roh Kudus turun adalah mereka semua berbicara dalam bahasa-bahasa lain, setelah dipenuhi (sekalipun sebelumnya mereka sedemikian ketakutan dan bersembunyi). Ternyata yang mendengar begitu tercengang, karena mereka yang hadir di situ adalah orang-orang Yahudi yang sudah tinggal di 16 daerah berbeda di sekitar Laut Tengah. Kebanyakan mereka sudah tidak terlalu menguasai bahasa Yahudi lagi dan rasul-rasul itu dapat berkhotbah di dalam bahasa-bahasa yang mereka pakai sehari-hari. Inilah mujizat yang terjadi.

Mujizat tidak hanya berhenti pada lidah api yang hinggap di kepala mereka, atau dengan angin keras, tetapi juga menjadikan mereka dapat berkata-kata memberitakan Injil Kristus langsung secara internasional. Inilah permulaan penginjilan yang merupakan tanda bahwa Injil bukan hanya bagi satu bangsa dan Injil bukan hanya bagi orang Yahudi.

Di dalam sejarah, terdapat dua peristiwa penting yang berhubungan dengan bahasa manusia. Yang pertama, ketika manusia mau membesarkan dan mempermuliakan dirinya sendiri, lalu mendirikan menara Babel (Kejadian 11). Maka Allah yang di sorga mengatakan bahwa Allah turun untuk mengacaukan bahasa manusia. Akibatnya satu dengan yang lain di antara mereka sendiri tidak dapat saling mengerti. Tetapi pada peristiwa kedua, di hari Pentakosta, Allah mengirimkan Roh Kudus turun untuk menjadikan semua orang yang tidak dapat mengerti dapat mengerti Injil. Saudara jangan hanya cuma melihat gejala-gejala hurufiahnya saja. Kita perlu mengerti prinsip-prinsip penting yang hendak Alkitab ungkapkan kepada kita.

1. Siapakah Yang Menjadi Mengerti ?

Mengapa Roh Kudus turun pada hari Pentakosta? Ia turun untuk menguduskan semua bangsa dan melahirkan Gereja Tuhan. Pada saat itu, Roh Kudus memberikan karunia berbahasa lain untuk mempermudah penginjilan. Akibatnya: Yang tidak mengerti menjadi mengerti. Inilah tujuan diberikannya karunia lidah bagi gereja Tuhan. Heran sekali, karunia lidah yang sekarang ada di Gereja-gereja justru mengakibatkan orang yang sudah mengerti menjadi tidak mengerti!

Tuhan menginginkan Injil diberitakan ke segala bangsa. Untuk itu Roh Kudus turun membantu kita bersaksi ke seluruh bangsa, mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung bumi. Roh Kudus memberkati mereka dengan memberikan karuniua lidah, sehingga mereka dapat memberitakan Injil ke segala bangsa.

2. Siapakah Yang Menerima Roh Kudus

Kedua, ketika mereka menerima Roh Kudus, mereka menjadi pengkhotbah-pengkhotbah dan penginjil-penginjil untuk memberitakan Injil dan kebenaran kepada orang lain. Bukan hanya demikian, para pendengar langsung merasakan kuasa Roh Kudus menyertai pemberitaan Injil yang mereka lakukan. Mereka langsung bereaksi dengan beriman dan dibaptiskan. Jadi orang-orang di Yerusalem itu menerima Roh Kudus, lalu berkhotbah dan membaptiskan orang dengan air. Lalu mereka yang dibaptis dengan air itu menerima Roh Kudus juga.

3. Perlukah Pengesahan Gereja oleh Para Rasul ?

Dalam Kisah Para Rasul pasal 8, di Samaria, orang-orang mendengar Injil dari Filipus. Banyak orang menerima Yesus Kristus dan dibaptiskan dalam nama Yesus Kristus. Tetapi mereka belum menerima Roh Kudus. Perlu Petrus dan Yohanes dikirim ke sana. Tetapi mengapa Filipus tidak cukup, sehingga perlu Petrus dan Yohanes dikirmkan ke sana?

Gereja Pantekosta dan Kharismatik mengartikan ayat ini dengan anggapan bahwa orang yang sudah dibaptiskan dalam nama Yesus, masih perlu penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus. Alkitab tidak mengajarkan demikian. Alkitab menegaskan bahwa mereka mendengar Injil dari Filipus, tetapi Gereja di Yerusalem melihat ini dan menegaskan bahwa itu belum cukup, sehingga harus mengutus Petrus dan Yohanes. Ketika mereka menumpangkan tangan, barulah mereka menerima Roh Kudus. Cara seperti ini sangat berbeda dengan penafsiran banyak Gereja sekarang yang meributkan soal penumpangan tangan. Persoalan yang penting adalah: mengapa Filipus memberitakan Injil belum cukujp, dan mengapa Gereja di Yerusalem menegaskjan bahwa itu belum cukup dan perlu mengirimkan Petrus dan Yohanes. Banyak orang Kristen, bahkan pendeta tidak memikirkan hal ini, lalu menafsirkan ayat Alikitab semauanya sendiri.

Filipus mengajar firman dan memberitakan Injil dengan benar. Ketika ia mengajar dengan begitu baik, mereka menerima Injil dan dibaptis dalam nama Tuhan Yesus, mengapa masih belum cukup? Rasul-rasul di Yerusalem menegaskan: “Tidak bisa! Kita harus segera mengirimkan Petrus dan Yohanes, karena tanah Samaria telah menerima Injil.” Ketika Petrus dan Yohanes tiba dan mengetahui bahwa mereka belum menerima Roh Kudus, maka mereka menumnpangkan tangan ke atas mereka dan mereka menerimanya. Apakah itu berarti Filipus tidak sah, hanya Petrus yang sah, atau tanpa Yohanes datang Gereja itu tidak jadi berdiri? Semua orang Kristen di seluruh dunia perlu memikirkan soal ini, kalau tidak Gereja akan menyeleweng!

Di dalam deretan para rasul ada seorang yang bernama Filipus. Tetapi Filipus yangmengabarkan Injil di Samaria ini bukanlah rasul Filipus! Memang ia adalah seorang Penginjil yang sangat besar dan sukses. Ia seorang diaken. Tetapi karena bukan rasul;, maka Gereja perlu dikonfirmasikan oleh para rasul baru menjadi sah. Kalau begitu, apakah semua Gereja harus dikonfirmasikan oleh rasul? Konsep ini begitu penting. Di dalam Kisah Para Rasul pasal 2. Roh Kudus turun kepada rasul; di dalam Kisah Para Rasul pasal 8, Roh Kudus turun kepada yang bukan rasul; di dalam Kisah Para Rasul pasal 10, Roh Kudus turun kepada orang kafir. Tetapi pada waktu itu yang memberitakan Injil adalah Petrus, sehingga tidak perlu pengutusan rasul lainnya. Di dalam Kisah Para Rasul pasal 19, Roh Kudus belum turun, karena yang memberitakan adalah Apolos, sehingga Roh Kudus turun melalui pelayanan rasul Paulus.

Filipus di dalam catatan Kisah Para Rasul di sebut sebagai “Phillip the Evangelist” (Filipus Sang Penginjil). Ia bukan rasul. Pada saat itu, Gereja harus didirikan di atas para rasul dan para nabi. Jadi Gereja di seluruh zaman harus merupakan Gereja yang didirikan di atas rasul dan nabi. Tidak ada pengecualian. Tetapi bedanya adalah: kita berada di dalam zxaman di mana Kitab Suci sudah lengkap diwahyukan, sedangkan mereka berada di dalam zaman di mana Kitab Suci belum lengkap diwahyukan.

Jika saat mereka belum mempunyai Kitab Suci yang sudah lengkap diwahyukan, lalu mereka mengukuhkan Gereja, maka Gereja itu didirikan di atas pengajaran Filipus, jadi bukan di atas dasar para rasul. Itu bukan Gereja yang sah. Tetapi darimanakah kita dapat memastikan bahwa Gereja harus didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi? Prinsip ini ditegaskan dalam Efesus 2:19-20,

“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.”

Seharusnya secara kronologis, urutannya adalah para nabi dulu baru para rasul, karena nabi di Perjanjian Lama, sedangkan rasul di dalam Perjanjian Baru. Tetapi di dalam pembahasan Perjanjian Baru, khususnya mengenai Roh dan karunianya, urutan ini dibalik. Rasul selalu terlebih dahulu, baru nabi kemudian. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab-bab berikutnya.

Jadi semua Gereja harus didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi. Ayat ini merupakan prinsip di mana Gereja harus didirikan di atas dasar pengajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, di mana iman kepercayaan kita didirikan di atsnya. Kristus sebagai batu penjuru, batu karang yang kekal dan pondasi utama Gereja. Inilah arti bahwa Gereja didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi.

Mengapa rasul didahulukan dan nabi diletakkan kemudian? Karena di dalam progressive revelation “wahyu Allah secara progresif” , Allah mulai mewahyuklan kebenaran dan pengajaran-Nya melalui para nabi, baru kemudian digenapkan oleh para rasul. Di tengah nabi dan rasul berdirilah Yesus Kristus. Para nabi menubuatkan Yesus Kristus. Setelah Tuhan Yesus datang, Ia memilih rasul, Ia mati dan bangkit, naik ke sorga. Sekarang ini para rasul yang bertugas untuk mengabarkan Yesus yang telah mereka saksikan ke seluruh dunia. Di sini kesinambungan wahyu Allah dari Perjanjian lama ke Perjanjian Baru menjadikan seluruh Kitab Suci dasar dan pedoman untuk berdirinya Gereja.

Pada saat itu, mererka belum mengetahuii ajaran para rasul. Mereka yang di Samaria hanya mengenal seorang pemberita Injil, yaitu Filipus. Memang Filipus adalah seorang yang mengenal Yesus, seorang yang memberitakan Injil dengan sungguh, dan seorang yang dipimpin oleh Roh Kudus.

Baptisan memang harus di dalam nama Tuhan Yesus. Mengapa tidak di dalam nama Allah Tritunggal? Untuk ini kita kembali ke Kisah Para Rasul 2:37-dstnya. Dalam ayat-ayat tersebut dituliskan bahwa ketika banyak orang berespon kepada firman dan mau dibaptis, Petrus mengatakan ”dibaptiskan di dalam nama Yesus.” Seolah-olah tidak membaptis dalam nama AllahTritunggal. Akibatnya, di dalam Gereja-gereja Pantekosta di Indonesia sekitar 20 tahun yang lalu muncul perdebatan karena ada orang yang merasa tidak benar dibaptiskan di dalam nama Tritunggal, karena ayat ini mengatakan dibaptiskan di dalam nama Yesus. Maka ada orang-orang yang kemudian dibaptiskan ulang dsengan nama Yesus Kristus. Itu sebabnya, di dalam Gereja Reformed Injili Indonesia, saya membaptis orang dengan menyebutkan: “Saya membaptis engkau ke dalam Gereja Reformed Injili Indonesia, di dalam nama Allah Bapa, Allah Anak, yaitu Yesus Kreistus, dan Allah Roh Kudus.” Kita menjalankan semua hal ini dengan tidak sembarangan, melainkan mengikuti prinsip firman Tuhan dengan teliti.

Ketika dibaptiskan dalam nama Yesus, berarti mereka sudah mengetahui bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi sekalipun mereka dibaptiskan dengan benar, tetap tidak sah, karena Gereja di Samaria belum memiliki Kitab Suci yang ditulis oleh para rasul. Mereka hanya mendengar firman dari Filipus yang bukan rasul; padahal Gereja harus didirikan di atas dasar rasul dan nabi. Maka Gereja Yerusalem merasa perlu mengutus Petrus dan Yohanes.

Lalu, mengapa ketika Filipus memberitakan Injil, Roh Kudus tidak turun? Karena Kitab Suci belum selesai ditulis, sehingga setiap Gereja memerlukan konfirmasi dari rasul. Kalau tidak akan sangat berbahaya. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan keadaan sekarang. Saat ini Kitab Suci sudah selesai ditulis. Pengajaran para rasul dan para nabi telah diteguhkan dan diselesaikan secara lengkap. Maka setiap Gereja harus kembali kepada firman Tuhan. Roh Kudus yang mewahyukan kebenaran adalah Roh yang bertanggungjawab atas apa yang diajarkan oleh para rasul dan para nabi, yang menerima inspirasi dari Roh Kudus. Itu sebab Gereja-gereja pada zaman ini tidak lagi memerlukan utusan rasul dari Yerusalem unmtuk mengkonfirmasikannya. Gereja yang ada di dalam zaman ini adalah gereja-gereja yang ada ketika Alkitab sudah lengkap ditulis.

Kasus ini mirip dengan Kisah Para Rasul 19. Apolos jauh lebih tidak mengerti firman Tuhan dibandingkan dengan Filipus. Ia hanya mengulangi apa yang dikerjakan oleh Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis membaptis mereka yang mau bertobat karena menyadari bahwa mereka berdosa. Apolos tidak mengerti bahwa Yohanes Pembaptis hanya membaptis dengan air sebagai lambang pertobatan, yang menuju kepada baptisan Roh Kudus.

Baptisan air ada dua, yaitu sebelum Yesus datang dan sesudah Yesus mati dan naik ke sorga dan memberikan amanat agung untuk membaptiskan orang demi nama AllahTritunggal. Itulah air turun dari atas melambangkan Roh Kudus turun dari atas.

Kita harus mengerrti dengan tepat, bahwa Yohanes Pembaptis membaptis orang dengan pengalaman saebagai anak imam. Itu alasannya mengapa baik Yohanes Pembaptis maupun Tuhan Yesus baru keluar pada usia 30 tahun, karena ia harus menggenapkan tuntutan Taurat. Tuhan Yesus juga dilahirkan di bawah Taurat (Galatia 4:4), sehingga pada usia 12 tahun Ia dibawa ke Bait Allah untuk menjadi Bar Miswah “Anak Taurat”. Di sana ia sempat berdiskusi dengan para “profesor” Taurat di situ dan membuat mereka terkagum-kagum. Sekalipun telah sedemikian luas biasa, Ia tetap tidak boleh melayani dan harus menunggu sampai usia 30 tahun baru boleh keluar melayani, karena setelah usia 30 tahun seseorang baru dapat menjabat sebagai imam.

Yohanes Pembaptis adal;ah anak seorang imam. Ayahnya, Zakaria, adalah seorang imam. Ia mengetahui dengan pasti apa yangdituntut oleh Alkitab. Itus ebabnya ia tidak keluar sebelum berusia 30 tahun. Menurut apa yang ditulis oleh Alkitab Perjanjian Lama, sebelum seorang iman melayani, ia harus dibaptis (diurapi) terlebih dahulu. Hal ini merupakan upacara pengudusan atau penyucian diri, di mana mereka dibersihkan dengan air yang berada di dalam Bait Allah.

Semua ini merupakan tahapan bagaimana kita beriman kepada Tuhan. Baptisan di dalam Roh Kudus merupakan sesuatu yang terjadi secara status pada hari Pentakosta, tetapi pada poengalaman kita, kita mengalami pengudusan pada waktu kita bertobat dan menjadi orang kudus. Ketika orang berdosa dibaptis, sama dengan upacara pentahbisan imam, yaitu air dikucurkan dari atas kepala, ke telinga, dan sampai ke bawah. Air itu turun dari atas bukan dari bawah, karena mau melambangkan Roh Kudus turun mengurapi orang berdosa dari sorga.


Yohanes Pembaptis sangat mengerti arti upacara penyucian ini, sebab itu ketika ia menjalankan baptisan, ia memakai cara yang sama seperti yang telah dijalankan di sepanjang tradisi Perjanjian Lama, karena yang datang kepadanya bukan hanya sepuluh-dua puluh orang, tetapi begitu banyak orang. Karena ia berkhotbah di padang gurun, maka ia membawa mereka semua ke sungai Yordan dan membaptiskan mereka di sana. Saya percaya Yohanes Pembaptis membaptiskan orang dengan cara menuangkan air dari atas kepala, karena ini merupakan suatu lambang bagaimana Roh Kudus akan turun. Pada waktu Yesus dibaptiskan, Alkitab mencatat bahwa kemudian Yewsus keluar dari air. Kalimat ini ditafsirkan bahwa seluruh tubuh Yesus tercelup di dalam air. Tetapi kemungkinan yang terbesar justru Yesus memang berdiri di atas air ketika dibaptis, dan ketika Ia keluar dari air, hanya kaki dan lututnya saja yang keluar dari air, bukan seluruh tubuhnya.

Upacata penuangan air dari atas kepala ini, merupakan lambang peembersihan sebelum seseorang memulai pelayanan. Itu sebab, seseorang dibaptiskan atau dikuduskan terlebih dahulu baru dapat digabungkan ke dalam persekutuan suci untuk melakukan pekerjaan suci. Di sini kita melihat Roh Kudus turun dari atas. Ia tidak pernah berada di bawah, lalu Saudara menginjak ke dalam-Nya.

Inilah perbedaan konsep dalam gereja-gereja yang menjalankan baptisan percik dengan baptisan selam. Kalau Saudara mau merasa bahwa baptisan selam lebih cocok bagi Saudara, silahkan dan tidak ada seorang pun yang melarang Saudara. Tetapi jika kemudian Saudara mengatakan bahwa baptisan percik tidak Alkitabiah, saya perintahkan Saudara berhenti dan tutup mulut Saudara. Karena itu menunjukkan Saudara tidak mengerti Alkitab dan terlalu berani menafsir semau sendiri. Sedangkan terhadap orang yang mengatakan bahwa orang harus dipercik dan tidak boleh diselam, saya akan minta supaya mereka tidak bersikap sedemikian, karena banyak pengertian yang belum sampai pada pengertian Alkitab yang mendalam seperti itu.

Upacara itu sendiri tidak terlalu penting. Yang penting adalah substansi yang diwakili oleh upacara itu. Yohanes Pembaptis sendiri mengatakan bahwa ia membaptis dengan air untuk melambangkan pertobatan. Yang penting adalah pertobatannya, bukan baptisannya. Realitas yang asli adalah Roh Kudus turun ke atas orang itu, itulah yang penting.

G. Perbandingan Manifestasi Turunnya Roh Kudus

Seringkali jika kita tidak memperhatikan secara cermat, kita akan terjebak dalam ajaran-ajaran yang salah. Ketika mereka mengatakan seseorang perlu dibaptis ulang (berdasarkan Kisah Para Rasul 19), lalu perlu baptisan kedua untuk menerima Roh Kudus (berdasarkan Kisah Para Rasul 8), dan perlu penumpangan tangan untuk menerima Roh Kudus (berdasarkan Kisah Para Rasul 8 dan 19). Jadi peristiwa di kedua pasal ini yang paling banyak disalah mengerti oleh Gereja dan orang-orang yang tidak sungguh-sungguh mempelajari Alkitab.

Kisah Para Rasul 2 tidak memerlukan konfirmasi rasul, karena yang menerima Roh Kudus di Kisah Para Rasul 2 adalah para rasul sendiri. Di pasal 8 diperlukan konfirmasi rasul, karena yang memberitakan Injil adalah Filipus yang bukan rasul. Saat ini tidak diperlukan lagi karena pengajaran rasul dan nabi sudah lengkap ditulis, yaitu Alkitab Perjanjian Lama dan Perrjanjian Baru. Jadi para rasul tidak perlu datang kembali.

Di rumah Kornelius tidak perlu lagi dikirmkan rasul dari Yerusalem, karena yang memberitakan Injil di situ adalah rasul Petrus sendiri. Sedangkan di dalam kasus Efesus, Apolos, bukanlah seorang rasul, bahkan bukan seorang penginjil. Jadi perlu rasul Paulus yang pergi ke sana untuk memberitakan Injil lagi, membaptiskan dengan benar dan menjadikan mereka menerima Roh Kudus.

Mengenai baptisan, ke-empat pengalaman ini sangat berbeda.

Pertama, di Yerusalem, orang-orang yang pertama kali menerima Roh Kudus adalah 120 orang, Mereka semua belum tentu sudah dibaptiskan oleh Yesus. Rasul-rasul itu pernah membaptis orang, bahkan sebelum Yesus naik ke Goilgota, sebelum Yesus naik ke sorga. Tetapi pasti baptisan yang mereka lakukan bukan nama Allah Tritunggal. Mereka hanya melakukan upacara seperti yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.

Kedua, setelah orang-orang ini menerima baptisan Roh Kudus, mereka membaptis orang lain (Kisah Para Rasul 2). Paling tidak Alkitab mencatat bahwa mereka membaptiskan 3.000 orang dalam nama Yesus Kristus. Peristiwa Kisah Para Rasul 8 mengungkapkan bahwa orang-orang itu sudah dibaptis dalam nama Yesus. Setelah itu mereka baru menerima Roh Kudus. Untuk mereka menerima Roh Kudus, mereka tidak dibaptis lagi! Tidak ada baptisan ulang.

Kasus ini berbeda dengan Kisah Para Rasul 19, di mana baptisan itu bukan baptisan Kristen, karena merupakan baptisan Yohanes Pembaptis. Mereka perlu dibaptiskan lagi dalam nama Yesus Kristus. Jadi ketika Paulus menumpang tangan, mnereka menerima Roh Kudus, sehingga kemungkinan besar, penumpangan tangan ini adalah dalam rangka baptisan bagi mereka. Berarti, ketika mereka menerima Yesus Kristus, ketika mereka dibaptis, ketika mereka ditumpangi tangan, dan ketika Roh Kudus turun, semua ini merupakan gabungan sebuah peristiwa.

Yang paling mengherankan adalah di pasal 10. Mereka yang ada di rumah Kornelius sama sekali belum dibaptiskan. Mereka belum pernah mendengar Injil sebelumnya. Ketika Petrus berada di sana dan berkhotbah, ditengah-tengah khotbah itu, Roh Kudus turun ke atas mereka.

Ketika kita memperhatikan ketiga kasus di pasal 8, 10 dan 19, kita melihat peristiwa-peristiwa yang berbeda. Ada peristiwa di mana Roh Kudus belum turun ketika orang di Samaria sudah mendengar Injil; tetapi juga ada kasus di mana Roh Kudus turun dulu sebelum orang tuntas menerima Yesus dan dibaptiskan seperti di rumah Kornelius; dan ada kasus lain di mana orang-orang menerima Yesus, dibaptis, menerima penumpangan tangan, dan Roh Kudus turun terjadi pada waktu yang sama, seperti di Efesus.

Jadi tidak ada orang yang berhak untuk mengambil Kisah Para Rasul 19, lalu menentukan bagaimana urutan seharusnya Roh Kudus turun dan mengharuskan adanya baptisan ulang. Cara sedemikian adalah cara yang mengambil Alkitab secara tidak bertanggung jawab. Kisah Para Rasul 19 bukan mengajarkan suatu baptisan ulang, karena memang sebelumnya bukan dibaptis dengan nama Tuhan Yesus. Yang sudah dibaptis dalam nama Tuihan Yesus tidak perlu dibaptis lagi (Kisah Para Rasul 8).

Juga tidak ada seorang pun yang berhak mengatakan bahwa setelah orang dibaptis masuh harus sekali lagi menerima Roh Kudus sebagai pengalaman kedua menurut Kisah Para Rasul 8, karena di dalam Kisah Para Rasul 10 justru tidak merupakan pengalaman kedua, tetapi malah terbalik. Kini telah terjadi kekacauan yang luar biasa di dalam Gereja. Banyak ajaran yang sembarangan mengambil dan mencampurbaurkan ajaran firman.

H. Bagaimana Kita Mengalami Baptisan Roh Kudus ?

Bilakah Saudara mengalami Baptisan Roh Kudus? Yaitu pada saat Saudara menerima Yesus Kristus. Pada saat itu, Saudara diubah status dari orang berdosa menjadi orang suci, melalui pengudusan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Inilah status yang diakibatkan ketika Saudara menerima Tuhan Yesus dan percikan darah-Nya (1 Petrus 1:2). Orang yang dikuduskan oleh Roh adalah orang yang dijadikan orang suci. Orang-orang ini adalah mereka yang menerima Yesus Kristus. Orang yang dikuduskan oleh Roh secara status, akan menerima percikan darah Yesus Kristus.

Di dalam 1 Petrus 1:2, urutannya menjadi Allah Bapa, Allah Roh Kudus, baru Allah Anak. Mengapa? Orang Kristen, pertama-tama adalah orang yang sudah dipilih sejak dunia belum dijadikan, kemudian ia dikuduskan oleh Roh. Tanpa Roh memperkenalkan, tidak ada seorang pun dapat mengenal Yesus Kristus; tanpa Roh memuliakan Kristus, tidak ada yang sadar betapa agung, mulia dan besarnya kuasa Yesus Kristus; tanpa Roh menggerakkan, tidak ada seorang pun dapat menyebut nama Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Hal ini sangat berbeda dengan kasus Matius 7:21-23, di mana orang secara sembarangan memakai nama Yesus untuk melakukan mujizat, tetapi Allah tidak pernah mengenal dia. Di dalam hal ini, relasi mutual (timbal-balik) sangat penting, karena ketika kita merasa mengenal Allah, tetapi Allah tidak mengaku mengenal kita, maka persoalannya akan runyam. Hal ini dapat terjadi apabila Saudara tidak mempelajari prinsip firman-Nya. Banyak orang yang tidak belajar, tetapi dengan fasih, lidahnya mempermainkan secara fenomena kekuatan untuk menarik massa dalam jumlah besar, dan itu dianggap membuktikan bahwa ia memiliki Roh Kudus. Allah tidak akan pernah mengakui hal seperti itu. Harap berhati-hati di dalam “kesuksesan pelayanan” Saudara. Hati-hati ketika orang terkagumn-kagum kepada Saudara. Kalimat ini juga secara khusus berlaku bagi diri saya snediri.

Di dalam sebuah buku diungkapkan adanya seorang pendeta yang cukup terkenal dan bertalenta. Pada malam hari setelah berkhotbah dalam satu seri kebaktian, ia pergi ke pelacuran. Temannya memperingatkannya untuk bertobat dan tidak berbuat hal itu, agar Tuhan tidak murka kepadanya. Tetapi ia menyuruh temannya diam. Besoknya ia berkhotbah lagi dan ketika dilakukan panggilan pertobatan, begitu banyak orang yang bertobat. Kemudian ia berbisik kepada temannya yang memperingatkannya itu, “Lihat, tetap berkuasa bukan?” Orang-orang seperti ini sedang mempermainkan firman.

Mengapa di dalam Matius 7:21-23 terlihat orang-orang yang melakukan mujizat atau mengusir setan itu sedemikian sukses dengan menggunakan nama Yesus? Alkitab menegaskan bahwa mereka sedang berbuat jahat. Tetapi mengapa dikatakan mereka berbuat jahat? Apakah perbuatan jahat itu ketika mereka melayani dengan sedemikian sukses, ataukah ketika melayani mereka memamerkan kuasa Kristus, tetapi di belakang itu mereka melakukan kejahatan? Tetapi Tuhan tidak menunjukkan perbuatan mereka di belakang layar itu. Ataukah tindakan-tindakan itu sendiri yang dianggap sebagai perbuatan jahat di hadapan Allah? Kalau mereka memang orang jahat, mengapa ketika mereka memakai nama Yesus, ada setan yang mau keluar? Mengapa ada kuasa seperti itu? Alkitab menyatakan kebenaran yang sangat dalam melalui ayat-ayat ini. Jangan Saudara menganggap dapat menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan sembarangan.


Allah setia pada diri-Nya. Yesus Kristus mengajar murid-murid-Nya dengan satu kalimat yang sulit diterima: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka...” (Matius 23:2-3). Berarti, bahwa walaupun orang-orang Farisi ditegur dengan begitu keras oleh Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tetap berkata bahwa ketika mereka mengajar, dengarlah setiap kalimat mereka, karena mereka sedang mengajar firman Tuhan.

Jadi firman itu tidak boleh dirugikan oleh manusia, meskipun yang membaca firman itu orang kotor. Firman Allah tetap adalah firman yang suci, tidak terusik oleh orangnya. Mungkin Tuhan Yesus tetap menyatakan sesuatu yang boleh mereka ungkapklan, meskipun pada akhirnya terbongkar bahwa mereka adalah orang yang kotor, berzinah, seperti Jim Baker, Jimmy Sdwagart, Oral Roberts, dll. Tetapi hal ini tidak berarti semua orang yang melayani dengan nama Yesus pasti mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan.

Setelah dicatat bahwa Roh Kudus turun empat kasli, tidak berarti Roh Kudus tidak turun lagi di luar empat peristiwa di atas. Setelah turun ke dunia, Roh Kudus belum pernah ditarik kembali. Tetapi pengalaman satu orang demi satu orang menerima turunnya Roh Kudus ke atas diri mereka, merupakan pengalaman demi pengalaman yang terjadi pada hari dan waktu yang berbeda.

Saya menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat saya dengan sungguh-sungguh, dan diperanakkan di dalam Roh Kudus , pada tanggal 1 Juli 1957 pukul 18.15 Wib. Hari itu saya sedang berada di sebuah jalan di Surabaya. Pada saat itu saya sedang berjalan kaki di dekat tugu pahlawan dalam perjalanan dari stasiun Semut menuju ke rumah saya di Jl. Baluwarti. Saat itu saya sedang merenungkan firman Tuhan. Di tengah perjalanan itu, mendadak saya sadar, insaf dan kagum luar biasa, bahwa Yesus mati untuk Stephen Tong. Ia mau mengalirkan darah untuk membersihkan dosa saya. Ia membersihkan dan menebus dosa saya. Saat itu saya menjadi milik Tuhan. Saya merasa begitu sukacita. Hari itu, saat itu, saya tahu bahwa saya sedang menerima Tuhan. Saya mengetahui pula pada detik yang sama saya dibaptis dengan Roh Kudus. Saya tidak berkarunia lidah saat itu, tetapi sejak waktu itu, seumur hidup saya suka memberitakan firman Tuhan, suka membagikan Injil dan suka memberitahu orang lain tentang Kitab Suci dan suka membela kebenaran firman.

Mungkin Saudara tidak mengetahui secara tepat hari atau waktu saat Saudara menerima Kristus, tetapi paling sedikit ada satu periode di mana terjadi perubahan besaar dalam hidup Saudara, di mana Saudara mulai mencintai firman Tuhan, begitu mengasihi Tuhan, dan mau mermberitakan Injil. Periode itu menunjukkan bahwa Saudara jelas telah menerima baptisan Roh Kudus.

Baptisan Roh Kudus tidak memberikan kepada kita suatu kemutlakan adanya gejala-gejala yang khusus. Sebagaimana setiap peristiwa di Kisah Para Rasul pasal 2, 8, 10 dan 19 yang begitu unik dan berbeda, maka tidak ada yang harus menjadi suatu manifestasi yang mutlak. Saat ini banyak Gereja yang mengajarkan bahwa harus ada manisfestasi dalam bentuk karunia lidah, dan membeda-bedakan karunia lidah yang ada di pasal-pasal ini (bagian ini akan dibahas lebih lanjut di bab berikutnya). Saya minta dengan sungguh dan serius, jangan menerima ajaran-ajaran seperti itu.

Janganlah Saudara menerima kemutlakan-kemutlakan yang tidak diperintahkan oleh Kitab Suci, misalnya: “Saudara tidak mempunyai Roh Kudus, karena Saudara belum berkarunia lidah.” Stop! Jangan menerima ajaran dia lagi. Atau “Saudara belum tertawa-tawa, maka Saudara pasti belum menerima urapan baru dari Roh Kudus.” Jangan menerima ajaran demikian. Karena begitu banyak fenomena yang terjadi di dunia ini bukan berasal dari Alkitab, bahkan melawan prinsip Alkitab.

Beberapa hari sebelum saya mengadakan seminar ini, kebaktian Toronto Blessing mermakai sebuah stadion di Singapura,dan dua hari yang lalu, ada seseorang yang tertawa-tawa di sana tidak selesai sampai sore hari keesokan harinya. Tertawa terus dikantornya dan tertawa dirumahnya. Guru-guru Kristen yang katanya “kena RohKudus” mengajar sambil terus tertawa-tawa, sehingga diusir oleh kepala sekolahnya untuk tidak mengajar.


Apakah kepenuhan Roh Kudus seperti ini menjadikan Kekristenan dihormati, diumuliakan dan disanjung orang? Tidak! Justru hal-hal seperti ini mempermalukan Kekristenan dan menjadikan orang Kristen orang-orang yang irrasional dan dianggap tidak normal. Meskipun kadang-kadang di dalam sejarah ada orang-orang seperti Paulus yang dipenuhi Roh Kudus, tergila-gila mengabarkan Injil sampai ada orang yang menganggapnya gila. Tetapi tetap tidak ada gejala-gejala aneh seperti itu. Kiranya Tuhan memberkati kita agar tidak menyamakan semua roh. Jangan menyamakan apa yang dibuat oleh manusia dengan perisip-prinsip Alkitab.

Di pertengahan tahun 1995, saya berada di Amerika Serikat. Seseorang ayah menanyakan siapakah Michaelangelo, Da Vinci atau Raphello, Donatello, kepada anaknya yang berusia 5 tahun. Saya kira anak itu luar biasa, karena pada usia sekian ia sudah mengetahui begitu banyak pengetahuan. Orang-orang itu adalah tokoh-tokoh pending dari High Reneissance di Italia. Ternyata ia menunjukkan boneka kura-kura ninja. Saya sangat kecewa, karena itu berarti anak-anak sekarang akan mengerti Michaelangelo, Da Vinci atau Donatello dengan salah. Mereka tidak lagi mengenal Michaelangelo yang asli, kelak akan sulit untuk mengoreksi pikiran mereka dan mengembalikannya kepada pengertian yang benar.

Suatu kali, seorang mengajak saya menonton film “Beethoven.” Saya senang sekali karena dapat menonton film dari orang yang begitu sukses di bidang musik, yang memberikan musik-musik agung kepada sejarah manusia. Ternyata setelah menonton, Beethoven adalah seekor anjing. Beethoven adalah nama yang agung, tetapi sekarang sudah menjadi seekor anjing yang gemuk, yang berbulu di seluruh badannya, pandai, tetapi sama sekali tidak mengerti musik.

Saya minta Saudara melihat kasus-kasus ini dengan peka, bahwa nama dan istilah-istilah yang agung saat ini sedang diselewengkan pengertiannya. Demikian juga istilah baptisan Roh Kudus, sampai muncul istilah dibaptiskan oleh Roh Kudus. Istilah itu salah. Yang benar adalah dibaptiskan dengan atau di dalam Roh Kudus.

Kristus yang membaptiskan kita dengan Roh Kudus. Kristus memakai Roh Kudus untuk membersihkan kita dari dosa dan menjadikan kita mempelai-Nya. Secara status, hal ini sudah terjadi pada hari Pentakosta; secara pengalaman, terjadi ketika Saudara menerima Roh Kudus di dalam hatimu, melalui pertobatan, percaya kepada Yesus Kristus, dan taat pada firman Tuhan. Ia akan menyucikan kita.

Ke-empat pengalaman turunnya Roh Kudus ini hendaknya Saudara pelajari secara seksama, sehingga Saudara tidak sampai terkecoh dan jatuh kepada pandangan-pandangan yang salah.

BAB IV.KARUNIA ROH KUDUS

A. Baptisan Roh Kudus dan Hidup Baru

Kita telah membicarakan hal-hal penting tentang tujuh pemunculan istilah atau pengertian “Baptisan Roh Kudus” (turunnya Roh Kudus), merupakan pengudusan atau baptisan yang dilakukan oleh Kristus dengan Roh Kudus untuk memasukkan ortang percaya ke dalam Gereja yang am (1 Korintus 12:13). Secara hakekat, hal itu telah terjadi, tetapi secara pribadi, setiap orang percaya perlu mengalami di dalam sejarah hidupnya yaitu bahwa ia dibaptiskan dengan Roh Kudus, sehingga Alkitab mengatakan bahwa ada empat tahap Roh Kudus turun kepada orang-orang yang berbeda sebagai wakil Roh Kudus turun ke atas semua orang percaya.

Ketika Allah mengaruniakan Roh Kudus turun ke atas Gereja-Nya, maka Roh Kudus mengaruniakan karunia-karunia-Nya bagi Gereja. Dari ungkapan ini terlihat adanya dua tahap karunia, yaitu : pertama, Roh Kudus itu sendiri merupakan karunia Allah kepada Gereja-Nya; dan kedua, Roh kudus ini kemudian memberikan karunia-karunia-Nya kepada Gereja untuk saling melayani dan mempertumbuhkan tubuh Kristus agar dapat menjadi mahir dan dewasa, sehingga akhirnya akan mempermuliakan Tuhan Allah.

Roh Kudus adalah Oknum Ketiga Allah Tritunggal yang dikaruniakan kepada Gereja. Jika kita menanyakan apakah karunia Allah terbesar bagi dunia, maka jawabnya adalah Yesus Kristus, sebagai Oknum Kedua Allah Tritunggal. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal untuk menjadi Penebus bagi manusia berdosa. Inilah karunia terbesar bagi dunia ini. Tetapi apabila ditanya apakah karunia Allah yang terbesar bagi Gereja, maka jawabnya adalah Roh Kudus, Oknum Ketiga Allah Tritunggal.

Allah Bapa mengirimkan Anak-Nya demi menggenapi keselamatan bagi umat yang telah dipilih-Nya sebelum dunia diciptakan. Maka apa yang telah terjadi dan digenapkan di dalam rencana penetapan Allah yang kekal, “eternal decree” diwujudkan di dalam proses sejarah yang berlangsung. Penetapan Allah memang tidak pernah berubah, tetapi penetapan itu tidak akan terwujud apabila Kristus tidak turun ke dalam dunia. Maka Kristus datang untuk menggenapi dan melaksanakan apa yang sudah dipilih dan ditetapkan di dalam rencana kekal Allah di dalam proses dinamis sejarah manusia, “the dynamic process of history”.

Dengan tahapan-tahapan di dalam proses dinamis sejarah ini, Kristus mengalami dilahirkan, hidup suci ditengah-tengah segala pencobaan dan akhirnya dibunuh dan digantung di atas kayu salib, lalu dikuburkan dan bangkit pada hari ketiga, lalu naik ke sorga. Semua tahap ini merupakan tahap-tahap yang sangat penting di dalam penggenapan keselamatan Allah.

Sesudah Kristus naik ke sorga, Roh Kudus turun. Hari pertama Roh Kudus turun merupakan hari jadi Gereja untuk segala zaman dan seluruh orang yang dipilih. Inilah tubuh Kristus yang sekaligus menjadi mempelai Kristus. Setelah itu barulah penginjilan dilakukan seturut apa yang telah direncanakan Allah Bapa, digenapi oleh Allah Anak, dan disodorkan dengan kuasa Roh Kudus kepada orang percaya. Tahap ini dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Inilah tahapan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Sekarang ini, kita yang berada di Indonesia, dapat mendengar Injil, yang dijanjikan, yang dikonfirmasikan dan disertai oleh Roh Kudus, juga merupakan bagian dari tahapan yang telah ditetapkan oleh Tuhan sejak dunia belum diciptakan. Tahapan penginjilan secara global di dalam sejarah manusia ini diwakili oleh empat peristiwa turunnya Roh Kudus seturut Kisah Para Rasul 1:8.

Roh Kudus di kirim ke dalam dunia berkaitan dengan beberapa hal yang sangat penting:

1. Suka Memberitakan Injil

Roh Kudus turun untuk menguatkan orang memberitakan Injil. Turunnya Roh Kudus tidak boleh dipisahkan dari penginjilan. Hal ini seturut dengan penegasan Yesus sendiri berkenaan dengan turunnya Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5-8). Maka dikirimnya Roh Kudus harus dikaitkan dengan pengabaran Injil. Gereja-gereja yang mengabaikan dan tidak menjalankan pengabaran Injil juga akan selalu mengabaikan dan merasa tidak memerlukan Roh Kudus. Gereja yang tidak dipenuhi Roh Kudus tidak sadar bahwa mereka perlu mengabarkan Injil. Gereja yang tidak mengabarkan Injil dan dipenuhi Roh Kudus merupakan Gereja yang tidak lagi berfungsi vital sebagai Gereja. Pada suatu hari gereja-gereja demikian pasti akan suam, dingin dan akhirnya akan mati.

2. Rindu Hidup Suci

Roh Kudus tidak dapat dipisahkan dari hidup suci, karena Roh Kudus adalah Roh yang Suci. Ia datang ke dalam dunia, menyodorkan keselamatan kepada manusia dengan menyadarkan manusia akan dosa, keadilan dan penghakiman Tuhan Allah (Yohanes 16:8-11). Maka orang yang menerima pekerjaan Roh Kudus, pasti akan sadar dari dosa yang telah melawan dan tidak beriman kepada Kristus. Ia juga akan menyadari bahwa Kristus yang suci, benar-benar adil, berlawanan dengan hidupnya sendiri yang berdosa. Kemudian ia sadar bahwa bukan Kristus yang seharusnya dihakimi oleh dunia, tetapi Kristuslah yang akan menjadi hakim atas seluruh dunia ini. Seluruh pembalikkan relasi ini hanya mungkin dilakukan oleh Roh Kudus.

Roh Kudus bekerja untuk menguduskan orang, sehingga secara otomatis orang-orang demikian akan senang hidup di dalam kesucian. Hal ini merupakan hal yang tidak dapat ditawar atau ditiru. Glosolalia, karunia-karunia dan bakat dapat dipalsukan oleh setan, tetapi hidup suci tidak mungkin dapat ditiru oleh setan. Roh Kudus adalah Roh yang suci. Di mana Roh Kudus diberitakan, di mana kita sungguh-sungguh menuntut dipenuhi oleh Roh Kudus, kita harus sekaligus menuntut hidup kita menjadi hidup yang suci.

3. Haus akan Kebenaran

Di mana Roh Kudus dicurahkan, pasti akan ada pengertian yang lebih tuntas dan kehausan yang lebih besar akan kebenaran. Ada pengertian yang lebih tepat akan Alkitab, yang juga diwahyukan oleh Roh Kudus. Jadi Roh Kudus dan Kitab Suci tidak dapat dipisahkan. Hal ini tidak dapat ditawar lagi.

Gereja yang mengalami pemenuhan Roh Kudus; Gereja yang mengalami pembaharuan; harus menjadi Gereja yang lebih mengerti kebenaran firman Tuhan. Itu sebabnya kebangunan rohani yang tidak banyak membicarakan dan tidak membawa manusia kembali kepada pengertian Alkitab yang mendalam dan benar menunjukkan kebangunan yang palsu.

Itulah alasan mengapa kita perlu bersikap kritis terhadap gerekan-gerakan Pantekosata dan Kharismatik yang ekstrim. Banyak orang Pantekosta dan Kharismatik yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Tetapi di dalam arus-arus yang ekstrim, banyak orang yang sudah terpengaruh dengan ajaran yang tidak benar, maka kita perlu memberi kritik yang sangat kritis. Mereka seolah-olah menerima wahyu yang baru. Hal ini adalah hal yang sangat fatal.

Sebagaimana orang Liberal belajar teologi, tetapi tidak menerima Kitab Suci sebagai wahyu Allah, sehingga mereka kehilangan otoritas kebenaran dalam gereja-gereja mereka, maka orang-orang yang ekstrim dalam gerakan Pantekosta dan Kharismatik merasa mereka telah menerima “wahyu baru”, sehingga mereka menyangka menerima sesuatu yang di luar Alkitab, atau mengira bahwa Alkitab tidak lebih penting dari wahyu yang mereka terima atau yang mereka alami sendiri.

Keadaan seperti ini diungkapkan dalam beberapa hal, seperti pembedaan antara ‘logos theon’ dengan ‘rhema theon’. Kitab Suci dianggap sebagai ‘logis theon’, yaitu firman Tuhan yang dibagikan kepada para rasul dan para nabi; sedangkan kita bersekutu secara pribadi dengan Tuhan, kita akan menerima ‘rhema theon’ yaitu firman Allah yang dibagikan kepada kjita secara pribadi. Dengan demikian, orang-orang yang menerima “wahyu baru” selalu menganggap Kitab Suci tidak terlalu penting karena yang lebih penting adalah wahyu yang langsung dari Tuhan.

Kita mengetahui bahwa yang dinyatakan di dalam Alkitab lebih penting daripada pengalaman kita secara pribadi, tetapi mengapa gerakan-gerakan ekstrim, seperti itu selalu tidak membawa pengikutnya kembali menafsirkan Kitab Suci dengan stabil, sehat, sempurna, dan bertanggung jawab. Tanpa sadar mereka sedang menganggap bahwa “wahyu baru” yang mereka terima lebih penting daripada Alkitab. Saya sangat gentar, ketika melihat orang-orang yang membaca Alkitab begitu berani mengkritik nabi-nabi dan rasul-rasul dengan semngat, sepertinya mereka lebih besar dari para rasul atau para nabi. Gereja justru didirikan di atas dasar pada nabi dan para rasul. Sikap-sikap yang salah itu tanpa sadar akan membawa dampak Saudara merasa lebih besar dari Petrus atau lebih besar dari Paulus. Alkitab memang mencatat kesalahan Daud, kesalahan Petrus, kesalahan orang-orang besar di dalam sejarah, seperti Abraham, dsbnya, dan mengatakan bahwa hanya Kristus yang sempurna dan tidak berdosa. Tetapi itu bukan berarti kita lebih besar daripada mereka, sehingga kita dapat sembarangan mengoreksi atau mencar-cari kesaalhan mereka untuk menunjukkan bahwa kita mendapatkan wahyu yang lebih tinggi daripada mereka. Semua kesalahan yang dicatat dalam Alkitab hanya menjadi peringatan bagi setiap zaman agar kita waspada, hidup berhati-hati dan gentar di hadapan Tuhan.

Gereja didirikan di atas dasar rasul dan nabi, sehingga rasul dan nabi menjadi fondasi Gereja, di mana Kristus menjadi batu penjurunya. Roh Kudus tidak akan memimpin Gereja untuk menghina Alkitab. Roh Kudus juga tidak akan memimpin orang-orang yang mengaku hamba Tuhan atau kelihatan dipakai secara luar biasa untuk kemudian sembarangan mengkritik Alkitab, karena Kitab Suci diwahyukan untuk menjadi cermin, menjadi dasar pengajaran dan pondasi iman orang Kristen, yang diwahyukan oleh Roh Kudus itu sendiri.

B. Menelusuri Gerakan Pantekosata Abad XX

Kita harus waspada terhadap kebangunan yang kelihatannya memiliki komitmen orang Kristen yang sangat besar, tetapi tidak membawa orang kembali kepada Alkitab. Itu adalah gerakan-gerakan yang harus diwaspadai, karena setan sedang bekerja dibelakangnya. Kelihatannya mereka bersaksi, tetapi mereka bukan bersaksi untuk Kristus, tetapi untuk pengalaman diri sendiri. Orang-orang seperti ini tidak membawa Gereja kepada Tuhan, tetapi membawa orang kepada perasaan pribadi. Gejala-gejala seperti ini dimotori oleh roh supra-natural yang lain, yang bukan dari Tuhan Allah. Itu sebabnya Alkitab memberikan peringatan untuk tidak mempercayai semua roh.

Pengertian ‘rhema theon’ lebih penting dari ‘logos theon’ berakar dari penafsiran yang tidak beres terhadap Alkitab, sehingga orang-orang mulai menuntut, mencari, menginginkan mendapat pengalaman seperti Cho Yonggi atau Benny Hinn atau Kenneth Hagin. Tetapi akhirnya mereka membawa orang Klristen semakin jauh dari Kitab Suci dan menyimpang dari firman Tuhan yang tidak berubah untuk selasma-lamanya.

Jika kita menganalisis Alkitab, kita melihat bahwa pemakaian istilah, konsep dan bahasa dan konsistensi keseluruhan 66 kitab itu begitu sempurna dan ketat. Perkataan siapa pun yang mengatakan mendapat “wahyu dari Tuhan”, menunjukkan bahwa pandangan mereka sangat kacau. Jikalau Kitab Suci belum sempurna, maka kita memerlukan “wahyu baru”, tetapi jika Kitab Suci sudah sempurna, di mana ada tempat untuk wahyu yang baru?

Orang yang mengatakan dirinya mementingkan Roh Kudus, sebenarnya dibelakangnya terdapat siasat setan yang ingin membisikkan tipuan kepada orang Kristen: “Kitab Sucimu sebenarnya tidak cukup, masih perlu suara dari ‘hamba Tuhan’ yang lain.” Perhatikan: Semua hamba Tuhan hanya bertugas membawa semua orang Kristen kembali kepada Kitab Suci. Hamba-hamba Tuhan, sebesar apa pun kelihatannya, jika ia tidak membawa orang Kristen kembali kepada Kitab Suci, ia pasti bukan hamba Tuhan, ia sedang dipakai oleh setan.

Prinsip-prinsip yang Saudara terima di sini adalah demi menegakkan Saudara menjadi saksi firman Tuhan di dalam zaman ini untuk mempengaruhi zaman yang akan datang.

1. Tiga Gelombang Gerakan Pantekosta

Di dalam pertengahan kedua abad XX ini, gerakan Pantekosta telah mengalami dua kali perubahan gerakan. Gelombang Pertama terjadi sekitar tahun 1905 s/d 1950-an. Di dalam gelombang pertama ini, gerakan Pantekosta mementingkan keselamatan dan karunia-karunia. Lalu mereka memutlakkan glosolali sebagai tanda satu-satunya orang sudah dibaptiskan oleh Roh Kudus. Gejala pemutlakan ini merupakan gejala yang tidak sehat. Sesudah itu mereka mendirikan Gereja.

Gelombang Kedua dengan munculnya gerakan Kharismatik. Gelombang kedua ini dimulai justru dengan tidak mendirikan Gereja, tetapi memasuki semua denomisnasi untuk memberi pengaruh dan membelokkan ajaran yang ada. Biasanya mereka memakai gedung-gedung mewah untuk kebaktian, sehingga orang yang sudah bosan di Gereja yang sudah tua, bau dan lama, bertradisi, tetapi tidak bergairah hidup, keluar dari Gereja dan masuk ke tempat-tempat seperti itu. Mereka memakai lagu-lagu yang baru, yang tidak lagi mementingkan mutu dan apakah syairnya sesuai dengan firman Tuhan atau tidak. Mereka hanya mementingkan ritme, emosi, perasaan, sehingga lagu-lagu itu terasa enak dan mudah dinyanyikan. Manusia seolah-olah mendapatkan pelepasan yang luar biasa, sehingga menciptakan suatu kultur baru dalam Gereja. Mereka meninggalkan lagu-lagu yang agung dari para komponis yang khusus diurapi Tuhan untuk menciptakan lagu-lagu yang agung.

Gelombang Ketiga dimulai oleh John Wimber, John White sampai Toronto Blessing. Makin lama makin liar. Jika dalam Gelombang Pertama, tangisan menjadi ekspresi perasaan, maka pada Gelombang Ketiga, ekspresi perasaan itu terbalik sama sekali. Tertawa menjadi pengutaraan ekspresi emosinya. Dalam Pantekosta tradisional, orang-orang menangis karena ketakutan tidak diterima oleh Tuhan, doa mereka penuh dengan tangisan dan permohonan ampun dosa. Di dalam Gelombang Ketiga, yang muncul dengan Toronto Blessing ini, mereka tertawa-tawa dengan tidak bertanggung jawab.

Orang menangis, mungkin karena sedih, karena patah hati, karena cinta Tuhan; tetapi mungkin juga karena merasa tidak rohani bila tidak menangis. Tetapi Saudara, sekarang, di dalam Gelombang Ketiga ini, bukan terjadi kemajuan, tetapi justru kemunduran yang luar biasa. Tidak heran, jika banyak Gereja Pantekosta yang saat ini tidak setuju dengan Gerekan Kharismatik, dan banyak Gereja Kharismatik yang tidak setuju kepada Toronto Blessing, karena dalam Gelombang ini, mereka mengaku kembali kepada iman apostolik, ke abad pertama, tetapi semakin hari semakin menyeleweng jauh dari iman yang benar, mengekspresikan perasaan melalui tertawa-tawa yang tidak terkendalikan lagi. Di dalam Gelombang Pertama, ketika orang Pantekosta menangis, mereka sadar bahwa mereka menangis; di dalam Toronto Blessing, mereka tertawa, dan tidak sadar bahwa mereka sedang tertawa. Gejala-gejala ini merupakan gejala yang sama sekali belum pernah diberi dasar oleh Alkitab.

2. Adakah Kerasukan Roh Kudus ?

Di dalam Alkitab tidak ada kerasukan Roh Kudus! Tetapi mungkin mereka akan membantah bahwa Toronto Blessing juga tidak memakai istilah tersebut. Mereka memakai istilah “dipenuhi Roh Kudus” atau “dibaptis Roh Kudus”. Mereka mamakai istilah “slain with the Spirit” (disembelih oleh Roh Kudus). Istilah ini pun tidak terdapat di dalam Alkitab. Di dalam Alkitab, hanya terjadi dan dicatat satu kali di mana orang-orang jatuh ke belakang, yaitu ketika para pengawal datang mencari Yesus di Getsemani. Ketika Yesus menyatakan diri-Nya, mereka jatuh ke belakang., Peristiwa ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Roh Kudus. Ini justru terjadi pada musuh Yesus Kristus. Musuh Yesus yang mau menangkap Yesus, ketika bertemu dengan pengakuan Yesus “Akulah Dia”, terpelanting ke belakang. Biasanya orang yang mau ditangkap berusaha untuk mengelak dan melarikan diri, namunTuhan Yesus justru mengaku dua kali. Hal ini menjadikan manusia tidak dapat berdiri di hadapan Allah dan jatuh ke belakang. Jatuh ke belakang tidak pernah dikaitkan dengan karya kepenuhan Roh Kudus. Jadi hal itu pasti tidak Alkitabiah dan tidak benar.

Sebaliknya, ketika seseorang tergerak oleh Tuhan dan terpesona akan keagungan Tuhan, mereka tersungkur ke depan di hadapan Tuhan. Tersungkur ke depan berarti “Aku menaklukkan diri di hadapan Tuhan.” Maka mengaitkan “jatuh ke belakang” dengan ajaran Roh Kudus, merupakan suatu keteledoran dan kekacauan yang harus dihukum oleh Tuhan. Ketika Saudara mengalami hal itu dan mengatakan bahwa itu dari Roh Kudus, itu menunjukkan bahwa Saudara lebih celaka dari orang kafir, karena berarti Saudara adalah orang Kristen yang sama sekali tidak mempelajari dan memikirkan kebenaran ini.

Pada waktu Roh memakai kata kerja seperti “memenuhi”, “turun kepada”,“menghapus”,“mengiluminasi”, “memeteraikan’, “menyaksikan”, “memimpin”, “memuliakan”, “bersaksi”, selama itu pula tidak pernah satu kali pun Roh memakai istilah “merasuk”.

Apakah perbedaan antara dirasuk dengan dipimpin atau dipenuhi? Orang yang dipenuhi Roh Kudus tetap memiliki fungsi intelek yang masih sadar. Ia tetap mempunyai fungsi emosi yang terkontrol, dan memiliki fuingsi kemauan yang disadari oleh rasio dan emosi yang ada padanya. Inilah orang yang dipenuhi atau dipimpin oleh Roh Kudus. Orang yang dirasuk setan, selalu memunculkan tiga gejala, yaitu: (1) inteleknya kabur; (2) emosinya meluap; dan (3) kemauannya menjadi pasif.

Pertama, orang-orang seperti ini ketika ditanya tidak dapat menjawab secara beres dan sadar. Mereka tidak tahu lagi dan seperti sudah tidak berada di dalam dirinya lagi. Kedua, ketika ia berada di dalam keadaan kerasukan demikian, emosinya meluap-luap luar biasa, entah sedih atau senang, tetapi tidak terkontrol oleh pengetahuannya. Dan ketiga, kemauan menjadi pasif sama sekali. Diapakan saja atau di bawa ke mana saja, ia akan menurut dan tidak mempu menolak. Ketiga hal ini akan terjadi secara bersama-sama, dan saya menyebutnya “memberi tempat kepada Iblis.”

Paulus pernah mengeluarkan kalimat di atas, yaitu “Jangan memberikan tempat kepada Iblis,” karena itu merupakan suatu pintu yang besar di mana Saudara membuka kesempatan kepada roh-roh yang lain, yang bukan dari Tuhan, masuk dan menguasai, merasuk dan Saudara tidak mampu melawan sama sekali. Itu semua karena Saudara terlebih dahulu membuka pintu dan memberi tempat kepada roh-roh itu untuk masuk.

Orang-orang yang patah hati, orang yang tidak mempunyai pengharapan lagi di dunia ini, dan orang yang terlalu sedih atau terlalu susah hidupnya, akhirnya jemu kepada hidup. Mereka melangkah lebih jauh lagi, ingin melangkahkan kerohaniannya ke tempat yang lebih tinggi, menjadi orang-orang yang sangat rawan terserang oleh setan seperti ini. Orang seperti ini sangat menginginkan sesuatu, lalu mengambil jalan pintas, tidak mau mempelajari Alkitab baik-baik, tidak mau sekolah baik-baik, tetapimaulangsung menjadi pemimpin, mau langsung berkhotbah, hanya karena telah jatuh satu kali dan menganggap sudah menerima Roh Kudus. Itu adalah mimpi! Orang-orang seperti ini mau menjadi pemimpin tanpa mau memikil salib, dan tidak mau membayar harga. Mereka hanya “terkena” sesuatu yang dianggap sebagai Roh Kudus, lalu mau menjadi pemimpin Gereja. Mereka adalah penipu-penipu dari setan, yang menipu Saudara, agar Saudara menipu orang lain lagi. Dengan cara demikian, mereka berharap seluruh Kekristenan akan berada di bawah kaki Iblis.

Tuhan berkata, “Pikul salib dan ikut Aku.” Di sepanjang sejarah Gereja, Tuhan memperkenankan orang-orang Kristen dianiaya dan dibunuh; orang-orang Kristen mengalami baptisan api, yaitu ujian yang bagaikan api yang membakar hangus mereka. Mereka dijadikan obor hidup dengan dibakar hidup-hidup di atas tiang yang diberi jerami. Semua itu diizinkan Tuhan untuk membuktikan bahwa iman Kristen adalah iman yang sejati. Tetapi banyak orang saat ini seperti Kenneth Hagin, Gho Yonggi, Benny Hinn, mengajarkan ajaran yang sama sekali berbeda fari Alkitab. Mereka mengatakan bahwa ketika Yesus mati, Yesus bersifat setan, dan mengatakan bahwa perkataan Ayub salah secara fatal karena mengatakan hal yang bukan merupakan konsep Alkitab.

Saat ini begitu banyak ajaran yang rusak sedang datang. Apakah Saudara tidak mau mendengar kebenaran? Apakah Saudara akan mendengar apa yang tidak diajarkan di Alkitab, lalu menolak dan membuang apa yang diajarkan oleh Alkitab? Itu sebabnya, di Surabaya, ketika Lembaga Alkitab Indonesia mengumpulkan pemimpin-pemimpin Gereja, orang-orang dari penganut ajaran seperti itu hampir tidak ada yang datang, karena mereka tidak mau menghargai Alkitab. Mereka lebih menghargai pengalaman pribadi. Mereka tidak menggali firman Tuhan yang ada di tangan mereka, tetapi lebih suka membayar berjuta rupiah untuk pergi ke Toronto, menontoin hal-hal yang melawan Alkitab. Dosa sedang merongrong Gereja Tuhan dengan luar biasa. Kiranya Tuhan mengampuni kita dan membawa kita kembali ke jalur yang benar.

Roh Kudus tidak pernah menyebabkan Petrus menjadi pingsan ketika menerima Dia di hari Pentakosta. Mereka bukan saja sadar, mereka berbicara dan berkhotbah, dan Roh Kudus memberi mereka bahasa-bahasa untuk memenuhi kebutuhan mereka yang mendengar di situ. Ada 16 tempat asal mereka yang berkumpul, dan mereka mendengar dengan jelas dengan bahasa yang benar. Semua yang diberitakan bukan untuk meninggikan karunia Roh Kudus itu, tetapi meninggikan Kristus, yang direndahkan, dipaku di kayu salib, dibunuh dan akhirnya dibangkitkan.

Orang yang dipenuhi Roh Kudus, menjadi saksi yang berani dengan lantang menyatakan Kristus dan mengabarkan Injil. Maka ketika mereka semua dipenuhi Roh Kudus dan penginjilan dilakukan, tidak seorang pun di antara mereka yang jatuh, tidak seorang pun yang inteleknya kabur, tidak seorang pun di antara mereka yang kejang-kejang. Tidak ada! Itu adalah ciri kerasukan, bukan ciri dipenuhi Roh Kudus. Kita harus membedakan hal ini dengan tegas. Alkitab tidak pernah mengatakan ada orang yang dirasuk oleh Roh Kudus. Sebaliknya, kerasukan dipakai untuk menunjukkan pekerjaan Iblis. Maka kerasukan pasti bukan dari Roh Kudus, tetapi dari roh yang lain. Oleh karena itu, Roh Kudus mengatakan dan memerintahkan kepada kita untuk tidak percaya sembarang roh. Kita harus mengujinya!

Roh Kudus diberikan untuk penginjilan, dikaitkan dengan hidup yang suci, diberikan untuk mengerti kebenaran firman dan diberikan untuk memimpin kita dengan bijaksana. Roh Kudus memberikan kita keberanian di dalam cinta kasih untuk memberitakan firman Tuhan ke dalam dunia. Inilah pemberian Roh Kudus (karunia Roh Kudus, “the gifts of the Holy Spirit”). Allah memberikan karunia Roh Kudus sebagai hadiah terbesar bagi Gereja. Jadi Roh Kudus sendiri adalah karunia Allah yang terbesar untuk Gereja yang kudus dan am.

C. Baptisan Roh Kudus dan Hidup Pelayanan

Karunia Roh Kudus ini diberikan kepada Gereja untuk selama-lamanya. Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus hanya diberikan kepada orang-orang yang sedang menjalankan tugas yang Allah berikan kepadanya. Bila tugas tersebut selesai, atau ia tidak mengerjakan tugas tersebut dengan baik, maka karunia Roh Kudus atas dirinya akan dicabut, sehingga Roh Kudus akan kembali kepada Allah Bapa dan meninggalkan orang itu.

Hal ini dilambangkan dengan jelas di mana kemuliaan Allah secara perlahan-lahan meninggalkan Bait Allah. Maka dari tempat yang paling suci, keluar, terus keluar, akhirnya kembali kepada Allah Bapa. Bagi Perjanjian Lama, kehadiran Roh Kudus belum diberikan secara resmi. Roh Kudus belum menjadi satu karunia yang diberikan secara terus menerus kepada umat Tuhan. Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus hanya menjadi Pemimpin, Pendamping dan Pengurap, yang memberikan kuasa untuk menggenapi suatu tugas, sesudah itu Roh Kudus ditarik kembali. Tetapi kemudian Yesus Kristus berkata, “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.” (Yohanes 14:16).

Roh Kudus diberikan untuk kekekalan dan Ia akan beserta dengan orang Kristen sampai kekekalan . Roh Kudus memeteraikan itu di dalam hati kita dan membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Ia tidak pernah merasuk kita. Roh Kudus memimpin kita, sehingga baik yang memimpin maupun yang dipimpin sama-sama sadar. Merasuk adalah sikap perasuk yang merejalela, di mana yang dirasuk sama sekali tidak sadar.

Kita memiliki Roh Kudus di dalam diri kita dan kita memiliki hidup rohani di dalam Roh Kudus. Maka ini menjadi suatu relasi timbal-balik (mutual relationship). Di dalam kita, Roh Kudus menjadi Pendamping, Penghibur dan Pemberi kekuatan. Yesus berkata, “Aku akan minta kepada Bapa untuk memberikan kepadamu Penolong (parakletos) yang lain, yaitu Roh Kebenaran.” (Yohanes 14:16-17).

Roh Kudus berada di sebelah kita untuk mendampingi kita. Ia juga dapat turun dari atas ke atas kita, dan kini Roh Kudus berada di dalam kita. Secara status Ia hidup di dalam kita, di mana kita menjadi tempat kediaman Roh Kudus atau bait Roh Kudus (1 Korintus 6; 2 Korintus 6). Itu sebabnya, kita dituntut hidup suci, karena Allah yang memanggil kita dan tinggal di dalam diri kita adalah Allah yang suci. Di dalam segala perbuatan dan sikap hidup kita, hendaklah kita hidup suci agar dapat dipakai oleh Tuhan. Tuhan menginkan kita memelihara tubuh kita, menguduskannya bagi Tuhan. Inilah sikap yang stabil sebagai orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Jika Roh Kudus di dalam kita, apakah kita berada di luar Roh Kudus atau melingkupi Roh Kudus? Alkitab tidak pernah memberikan gagasan seperti itu! Alkitab mengatakan bahwa kita berada di dalam Roh Kudus. Ada beberaapa ungkapan Alkitab untuk itu, yaitu:

1. Berbakti di dalam Roh

Kita harus berbakti dan menyembah di dalam Roh Kudus. Tetapi apakah artinya? Istilah worship atau menyembah, di dalam bahasa aslinya Ibrani, berarti : membengkokkan atau membungkuikkan tubuh di hadapan Allah. Ini berarti seumur hidup menundukkan diri dan mematuhkan diri di hadapan Allah.

Pengertian penyembahan bukan hanya dimengerti sebagai suatu perasaan enak memuji Tuhan di dalam suatu kebaktian saja, di mana seolah-olah kita di bawa ke sorga, tetapi kemudian setelah itu kembali sadar dan berbuat dosa lagi seperti orang-orang yang bukan Kristen.

Ibadah yang sejati berarti seumur hidup kita harus menyembah, menundukkan diri kita di hadapan Roh dan kebenaran. Itu sebabnya, setiap memuji Tuhan, lagu yang dinyanyikan harus sesuai dengan Alkitab, tidak peduli bagaimana pun enak melodinya, atau penggubahnya orang terkenal, atau lagu itu dapat memberikan perasaan yang enak dan menyentuh hati kita. Jika lagu tersebut tidak sesuai dengan Kekristenan, sekalipun banyak nama Yesus di dalamnya, tetap tidak boleh dipakai di dalam kekristenan. Itu bukan penyembahan, karena penyembahan yang sejati adalah menyembah di dalam Roh dan kebenaran. Di dalam Roh dan sesuai dengan firman, bukan sesuai dengan imajinasi Saudara.

Saya tidak melawan lagu-lagu. Ada beberapa lagu dari Kharismatik atau dari Pantekosta yang saya sukai, seperti misalnya lagu “Mana-mana Tuhan panggil”, “Bapa, Terima Kasih” atau “Puji Tuhan, Haleluya”. Tetapi jika Saudara melihat ada lagu-lagu yang kelihatan bagus sekali, tetapi tidak sesuai dengan Alkitab, harus segera dibuang.

Saya pernah ikut di dalam mobil seseorang. Selama di perjalanan ia memutar kaset lagu rohani, dan kata-kata lagu itu terus menerus mengatakan, “Apa saja yang kamu minta kepada Tuhan pasti akan mendapat.” Kalimat lagu itu memberikan kesan bahwa Allah harus taat kepada manusia dan Allah harus mendengar semua hal sesuai dengan keinginan manusia. Lagu seperti itu saya rasa tidak bernilai. Rohani bukan gerak badan atau lenggak-lenggok atau mengangkat tangan. Rohani adalah sesuai dengan apa yang Saudara lakukan sehari-hari di dalam kehidupan Saufdara.

2. Berjalan di dalam Roh

Ketika kita berjalan biasa, apakah itu dapat dikatakan juga sedang berjalan di dalam Roh? Jikalau kita berjalan baik-baik, sesuai rencana Allah, mengapa tidak dapat dikatakan berjalan dalam Roh? Berjalan di dalam Roh bukan berteriak-teriak atau tertawa-tawa lalu tidak sadarkan diri. Itu bukan berjalan di dalam Roh, tetapi berjalan di dalam kebutaan dan berjalan di dalam ketidak-sadaran.

Jika Saudara pergi ke sebuah gereja, lalu Saudara mengajak orang lain untuk pergi ke gereja itu, lalu berjalan mengikuti Tuhan dengan baik-baik, sesuai dengan firman Tuhan, itu dikatakan sebagai berjalan di dalam Roh. Berjalan di dalam Roh dan hidup di dalam Roh seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam Galatia 5:25. Di dalam ayat itu Paulus menegaskan bahwa ketika seseorang hidup oleh Roh, ia juga harus berjalan bersandarkan pada Roh. Maksudnya, Saudara harus hidup mengikuti langkah-langkah-Nya, berarti hidup sehari-hari terus mengikuti Roh Kudus. Itulah yang disebut sebagai berjalan di dalam Roh.

Berjalan di dalam Roh bukan berarti setelah Saudara berdoa dalam kamar lalu Saudara mengapung-apung, berkhayal, lalu merasa seperti berjalan dalam Roh. Ada ajaran-ajaran Kristen yang tidak bertanggung jawab, yang mengajarklan hal-hal demikian. Pada abad III, istilah “berjalan di dalam Roh” sudah pernah ditafsirkan secara sembarangan dan tidak keruan. Ada aliran, yang disebut sebagai Montanisme menjalar ke Gereja-gereja pada waktu itu. Pemimpin-pemimpin mereka seperti Maximilian, dll. Mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan Roh yang membangkirtkan Kristus, dan memberikan kebangkitan kepada mereka, sehingga mereka dapat berjalan tanpa harus menyentuh tanah. Bukan saja demikian, di kamar, mereka dapat mengapung, tidak menyentuh tanah. Terkadang-kadang mereka bergulung-gulung di kamar. Akhirnya, orang-orang mengatakan bahwa ia diberi kekuatan oleh Tuhan untuk melawan tarikan bumi (gravitasi), sehingga ia akan melompat dari tebing gunung dan percaya Tuhan akan memberikan kemampuan baginya untuk mengapung. Ternyata ia jatuh ke bawah dan mati.

Sekarang, roh yang sama telah mengacaukan Gereja sekali lagi, dengan mengatakan bahwa jika Saudara baik-baik berjalan di dalam kebenaran Tuhan, hal itu tidak dianggap sebagai berjalan di dalam Roh, tetapi jikalau Saudara dapat tertawa-tawa sendiri, itulah yang dianggap “berjalan atau hidup di dalam Roh.”

Di Singapura, penganut Toronto Blessing mengadakan kebaktian besar di stadion. Dampaknya, banyak guru-guru sekolah terkena arus ini. Akibatnya, ketika mereka sedang mengajar, tiba-tiba guru ini tertawa-tawa sendiri begitu rupa dan tidak dapat dikendali. Inikah berjalan dalam Roh? Hal ini berbeda dengan Gelombang Pertama, di mana orang-orang Pantekosta menangis dan menangis, seolah-olah tanpa tangisan Tuhan tidak akan mendengar mereka.

Suatu kali dalam satu kebaktian besar, seorang pendeta Belanda berkhotbah dan menyuruh jemaaat untuk menangis terus. Setelah itu ia memberikan giliran kepada saya untuk berkhotbah. Langsung saya perintahkan mereka semua untuk diam. Pendeta itu melotot kepada saya, saeolah-olah saya sedang menghujat Roh Kudus. Langsung saya tantang mereka, “Di manakah di dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa ketika kita menyanyi harus bersuka cita dan kalau berdoa harus menangis?” Bolehkah berdoa dengan bersukacita dan bolehkah menyanyi dengan bersedih ahti? Pasti dapat dan boleh terjadi. Setelah saya menegur demikian, sebagian besar jemaat itu mulai sadar. Pendeta Belanda yang dengan sengaja memupuk suasana seperti itru, kini tidak dapat menjawab apa-apa.

Saya minta Saudara memperhatikan bahwa jika Saudara berdoa, berdoalah bersuara dengan akal budi Saudara, bukan “berdoa di dalam Roh” yang tidak dikenal dan tidak dimengerti. Katakan apa yang Saudara inginkan, yang sesuai dengan kebenaran Alkitab, itulah doa dengan akal budi.

Doa di dalam Roh, seringkali ditafsirkan sebagai doa yang tanpa akal budi atau doa dengan glosolalia. Padahal di dalam Alkitab dikatakan dengan jelas bahwa kita bukan cuma berdoa dalam Roh, tetapi juga dengan akal budi! Berarti, akal budi harus ada dan harus dipakai. Saat ini Gereja sedang diajar secara terbalik. Seolah-olah kalau kita berdoa biasa, dengan kata-kata yang dapat dimengerti, dianggap tidak ada atau rendah nilainya. Berdoa yang lebih tinggi harus dengan bahasa Roh (glosolalia).

Setelah itu saya suruh mereka berdoa bersuara, mereka tidak dapat. Saya menegur mereka: “Mengapa kalian dapat berdoa menangis, tetapi tidak dapat berdoa dengan bersuara? Kalian semua tidak mau kembali kepada firman, dan hanya mau mengikuti suatu tradisi yang dibuat oleh manusia saja.” Sebagian menjadi sadar, dan sebagian membenci saya luar biasa. Saya tidak peduli, yang penting saya tidak membenci mereka dan saya mengoreksi teologi mereka yang salah. Banyak orang yang irihati, benci, jengkel dan tidak mengerti saya, bahkan memfitnah saya. Banyak pemimpin-pemimpin, yang saat ini memimpin Gereja-gereja yang cukup besar, dahulu bertobat di dalam kebaktian saya, tetapi sekarang mereka melarang jemaat mereka untuk datang ke kebaktian yang saya pimpin. Ini berarti sesuatu sedang terjadi di dalam pikiran mereka.

Saya tidak melayani siapa pun, tetapi firman Tuhan harus diberitakan dengan bertanggung jawab. Yang penting, harus ada sebagian orang yang setia yang terus memberitakan firman Tuhan, kalau tidak seluruh Gereja akan menyeleweng sebelum kita menutup mata. Gereja harus kembali kepada firman Tuhan.

Banyak hamba Tuhan yang ketakutan melihat gejala penyelewengan pergerakan Kekristenan dan mulai mengikuti arah yang menyeweng tersebut. Mereka takut kehilangan massa. Banyak hamba Tuihan yang begitu ingin diundang di kebaktian-kebaktian besar, karena mereka takut kehilangan massa dan sangat ingin membentuk massa. Itu bukan hal utama. Yang utama adalah di mana Tuhan berada. Kalau Tuhan tidak di sana, maka masa besar yang berseru “Hosanna” adalah juga massa yang akan berseru “Salibkan Dia!” Mungkin Saudara pun demikian. Massa tidak penting, yang penting Tuhan berada di sana.

Di mana Tuhan berada? Apakah ketika kita jatuh merupakan tanda Tuhan di sana? Tidak! Kita harus kembali kepada firman. Bait Allah yang begitu besar di Yerusalem, yang dibangun megah oleh Herodes, ketika Yesus berkata, “Rubuhkan bait Allah ini, dan Aku akan membangunnya dalam tiga hari.” Sudah dibangun 46 tahun dan belum selesai. Bait Allah ini dibangun berpuluh tahun dengan begitu luar biasa, tetapi dipakai tidak sampai 10 tahun sudah dihancurkan sama sekali, sampai tidak ada satu batu pun berdiri di atas batu lainnya. Tuhan berkata kepada dan melalui Yohanes Pembaptis bahwa Tuhan tidak berada di bait Allah yang begitu megah.

Yohanes Pembaptis dipimpin ke padang gurun, tersendiri dan memberitakan firman di sana. Tetapi di mana Roh Allah berada, di sana akan ada banyak orang menerima kebenaran Allah dengan sungguh-sungguh. Yohanes Pembaptis berada di padang belantara, berpakaian kulit unta, makanannya madu hutan, tetapi teriakannya: “Bertobatlah, karena Kerajaan Allah sudah dekat!” Beribu-ribu orang datang kepadanya. Dia hanya memberitakan firman Tuhan saja. Khotbah Yohanes Pembaptis tidak banyak, tetapi setiap pemberitaannya mengandung inti firman Tuhan.

Saat ini ada pemimpin-pemimpin Gereja yang besar yang sedang mengkompromikan imannya, agar mereka dapat hidup lebih mudah dan menjalankan keinginan mereka. Berhati-hatilah dengan orang-orang yang berkata “dipenuhi oleh Roh Kudus.”

Pengurapan dan kepenuhan sangat berbeda dari kerasukan. Istilah “kerasukan” belum pernah dipakai di dalam Alkitab untuk Roh Kudus. Berjalan dalam Roh berarti hidup sehari-hari kita mengikuti pimpinan Roh Kudus dan mengerti ke mana arah Roh Kudus mau membawa kita pergi.

3. Berdoa di dalam Roh

Berdoa di dalam Roh berarti kehidupan doa kita juga harus dipimpin oleh Roh Kudus. Berdoa di dalam Roh berarti Saudara meminta kepada Allah dengan benar, sesuai dengan pimpinan Roh. Dalam Roma 8:26 dikatakan bahwa Roh menyampaikan keluhan yang tak terucapkan untuk membantu kita berdoa. Karena Tuhan Mahatahu dan karena Roh Kudus lebih mengerti kehendak Allah Bapa lebih tuntas dan lebih sempurna daripada kita. Doa kita mungkin salah. Tanpa dipimpin oleh Roh, doa kita pasti menyeleweng dan akan berdasarkan ambisi kita yang liar. Doa kita selalu berfokus kepada egoisme kita, sehingga Roh Kudus perlu mengoreksi, memperbaiki dan memimpin doa kita agar dapat sesuai dengan kehendak Tuhan.

Roh Kudus terus sabar dan berusaha untuk membimbing kita kembali kepada kebenaran. Bagaikan kita mengajar seorang anak untuk mengikuti kita mengucapkan suatu kata baru dan mengajar dia dapat mengikuti pelafalan dan intonasi pengucapan kata itu. Seringkali begitu sulit dan kita perlu sabar untuk mengajar, sampai anak itu dapat mengikuti apa yang kita ucapkan.

Doa kita seringkali menjadi doa yang salah, yang hanya mementingkan kepentingan kita sendiri. Semakin banyak kita berdoa, semakin banyak kesalahan yang kita lakukan. Ada orang yangberdoa begitu panjang, sepertinya begitu cinta Tuhan, tetapi kalau kita mengetahui yang ia ucapkan, ternyata ia sedang memaki-maki temannya. Orang yang berdoa begitu giat, di dalam doanya ingin supaya ia sendiri untung, semua orang lain boleh rugi. Doa-doa seperti ini tidak sesuai dengan dengan kehendak Tuhan. Begitu banyak doa yang salah seperti ini, doa yang memanipulasi Allah, memperjuangkan keinginan sendiri, memaki atau mengutuk orang lain. Roh Kudus terus mengoreksi doa kita. Oleh karena itu, kita perlu berdoa di dalam Roh Kudus. Dengan pertolongan Roh Kudus, doa kita merupakan doa yang sesuai dengan kebenaran Alkitab, yang sesuai dengan rencana dan kemauan Allah, dan sesuai dengan keinginan kita yang telah disamakan kepada kemauan dan rencana Allah, Inilah doa yang dipimpin oleh Roh Kudus.

Itu sebabnya ketika Paulus mengajarkan berdoa dalam Roh, kita juga harus berdoa dengan akal budi. Artinya, setelah akal budi kita dipimpin oelh Roh Kudus, pencerahan kebenaran memimpin pikiran kita, dan menjadikan pikiran kita patuh kepada kebenaran Tuhan, maka inilah doa yang benar. Roh Kudus bukanlah Roh yang membunuh kesadaran dan fungsi akal budi Saudara. Roh Kudus justru adalah Roh Yang mencerahkan dan membangkitkan fungsi normal yang seharusnya ada di dalam akal budi kita. Roh Kudus tidak membunuh rasio!

Seseorang datang ke kebaktian dan duduk di sebelah saya, Ketika berdoa, setelah satu dua kalimat, tiba-tiba ia mulai mendesis-desis. Saya berhenti berdoa dan memintanya untuk berhenti berdoa begitu dan berdoa secara biasa saja. Ia melotot kepada saya dan mengatakan, “Tidak tahukah kamu bahwa itu adalah Roh Kudus?” Ia berdoa lagi dan kembali ber- “cis-sis-sis” seperti tadi. Selesai kebaktian, saya minta dia tinggal sebentar dan berbicara dengan dia. Ia berkata: “Apakah di gereja ini tidak ada Roh Kudus? Nanti saya akan mengajar tentang Roh Kudus.” Saya kembali bertanya, “Apakah roh “cis-cis-cis” itu Roh Kudus?” Ia jawab, ”Dari kecil kami sudah tahu, cuma kamu yang belum tahu.” Saya tanya lagi, “Dengan dasar apakah kamu mengatakan bahwa ini adalah Roh Kudus?” Ia menjawab, bahwa dari kecil ia telah diajarkan demikian, bahwa itulah Roh Kudus. Saya tidak mengatakan bahwa semua orang yang berglosolalia berbuat demikian, tetapi melalui hal ini saya ingin menegaskan bahwa ada orang-orang yang telah sedemikian lama diajar secara salah, lalu orang itu menyangka itulah konsep Alkitab. Lalu ia akan melihat semua ayat Alkitab menurut penafsiran yang ia sudah konsepkan terlebih dahulu. Aklhirnya ketidak beresan pengenalan firman Tuhan ini akan merajalela dalam pikirannya, sehingga ia menerima semua yang bukan dari Alkitab.

Semua hal ini mempunyai suatu sistem yang konsisten. Berbakti di dalam Roh, hidup di dalam Roh, berjalan di dalam Roh, dan berdoa di dalam Roh, semua berarti berada di bawah pimpinan Roh Kudus.

Alkitab menegaskan bahwa anak-anak Allah adalah mereka yang hidupnya dipimpin hanya oleh Roh Kudus, bukan dipimpin oleh emosi, ambisi dan kemauan Saudara sendiri. Tanpa pimpinan Roh Kudus, seseorang tidak dapat menjadi anak-anak Allah.

KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS 

Di dalam Alkitab kita melihat bahwa karunia-karunia Roh Kudus itu diberikan setelah Kristus kembali kepada Bapa. Sebelum Kristus kembali kepada Bapa, belum pernah Roh Kudus diberikan kepada seseorang untuk selama-lamanya.

Roh Kudus sendiri adalah Karunia di atas semua karunia. Sesudah Roh Kudus diberikan kepada Gereja, maka Roh Kudus sekarang memberikan karunia-karunia Roh Kudus kepada Gereja atau orang-orang Kristen. Di dalam memikirkan karunia Roh Kudus ini, maka saya akan membaginya ke dalam dua bagian, yaitu : (1) Karunia jabatan,dan (2) Karunia pelayanan.

Jika kita menghitung dengan teliti, kita akan menemukan 19 macam karunia yang dinyatakan oleh Alkitab. Karunia jabatan, diberikan kepada setiap orang secara berbeda, dan setiap orang percaya bisa mendapatkannya. Demikian pula karunia-karunia untuk pelayanan, diberikan kepada setiap orang seturut kehendak Roh Kudus. Tetapi tidak ada seorang pun yang berhak untuk memaksakan kehendaknya.

1. KARUNIA JABATAN

Karunia jabatan adalah karunia yang dianugerahkan oleh Roh Kudus kepada orang-orang tertentu untuk menjabat suatu jabatan tertentu. Seseorang diberi kekuatan khusus, sehingga berbeda dalam status dan keadaan dengan orang lain pada umumnya. Itulah karunia jabatan. Karunia jabatan yang paling jelas dicatat di dalam Alkitab terdapat dalam Efesus 4:1-dst.

Kata “Ia memberikan….” lebih tepat diterjemahkan “Ia mengarunia-kan…” dan di dalamnya terdapat 5 (lima) jabatan khusus yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu: rasul, nabi, penginjil, pendeta dan guru-guru. Ini merupakan karunia khusus dari Allah kepada manusia.

Dalam salah satu bukunya, Watchman Nee telah salah menafsirkan ayat ini, paling tidak terdapat dua macam kesalahan, yaitu: (1) Penjelasan “menawan kembali yang sudah ditawan” (ayat 10), ia langsung memakai terjemahan bahasa Mandarin yang kurang tepat penerjemahannya: “menawan musuh”. Ini adalah pengertian yang kurang benar. (2) Ia mengatakan bahwa di dalam ayat 11 hanya terdapat 4 jabatan, karena guru dan pendeta dijadikan satu. Akibatnya, ia tidak setuju ada gembala atau pendeta di dalam Gereja, sehingga dengan sendirinya ia menolak penahbisan pendeta. Ia menganggap itu adalah profesi yang diciptakan oleh manusia hanya untuk membanggakan diri. Tetapi jelas sekali di dalam ayat itu diungkapkan lima jabatan, bukan empat jabatan.

Dalam hal ini, saya tetap melihat lima jabatan. Inilah yang saya sebut sebagai Karunia jabatan. Karunia jabatan ini tidak diberikan kepada semua orang Kristen. Hanya sebagian orang tertentu dan khususnya beberapa orang tertentu yang menerima jabatan pertama dan kedua (rasul dan nabi).

a. Jabatan Khusus Nabi dan Rasul

Alkitab berkata, bahwa Kristus sudah turun dan kemudian naik ke sorga. Jika Kristus tidak naik, Roh Kudus tidak turun. Jika Roh Kudus turun, Ia akan memberikan kekuatan kepadamu untuk memberitakan Injil, lalu mendirikan Gereja, menggembalakan mereka dan mengajarkan firman. Semua itu harus didirikan di atas dasar rasul dan nabi.

Secara kronologis, nabi ada terlebih dahulu dari rasul; tetapi secara jabatan dan sebagai karunia, rasul selalu di depan nabi (band. Efesus 2:20). Yohanes Calvin pada usia mudanya pernah melakukan kesalahan dengan menganggap bahwa ketiga jabatan yang pertama sudah tidak ada, sehingga tinggal gembala dan guru saja. Itu sebab banyak Gereja Protestan kebanyakan hanya menghasilkan pendeta dan guru-guru teologi yang baik, tetapi jarang menghasilkan pemberita-pemberita Injil yang kuat. Gereja-gereja Calvinis, seperti GPIB, GMIST, GMIT, GKI menghasilkan sedikit penginjil yang mempunyai kontribusi yang besar. Tetapi mereka mempunyai banyak pendeta dan teolog besar.

Hampir tidak ada teolog-teolog besar yang keluar dari Gereja-gereja Pantekosta dan Kharismatik. Orang-orang Pantekosta dan Kharismatik tidak terlalu banyak mengerti teologi dan tidak pernah menghasilkan buku Sistematika Teologi yang bernilai di sepanjang sejarah sampai hari ini. Tetapi mereka sering menghasilkan penginjil-penginjil yang kuat. Lalu, adakah pendeta-pendeta dari aliran mereka yang betul-betul mengajar teologi dengan baik sekali? Ada, sekalipun sangat sedikit, misalnya Gordon Fee. Ia mempunyai penafsiran Alkitab yang sangat baik, tetapi orang-orang seperti Dia sangat sedikit jumlahnya. Tetapi kita juga akan sulit sekali menemukan penginjil-penginjil besar di dalam aliran Protestan. Ini merupakan kesalahan Calvin. Ketika Calvin mulai tua, ia sadar sekali akan kesalahan ini, sehingga ia sangat memberikan tekanan di dalam hal ini, namun sudah terlambat.

Seorang Injili bukan orang yang hanya menyetujui akan Injil dan penginjilan, tetapi ia juga harus mampu, berani dan bergiat membawa orang lain menjadi Kristen. Orang Injili adalah orang-orang yang memberitakan Injil kepada orang lain, memberitakan Kristus yang mati dan bangkit bagi orang lain. Orang Injili adalah orang yang menginjili di dalam tindakan dan memberitakan Injil di dalam khotbah-khotbahnya, menginjili dengan mengabarkan Injil kepada orang lain dan berjalan dalam pimpinan Roh Kudus. Tanpa itu, ia bukan orang Injili. Orang yang belum menginjili orang lain, sehingga orang lain yang bukan Kristen menjadi Kristen, belum layak disebut sebagai orang Injili. Orang yang mengaku Injili, tapi tidak memberitakan Injil, melainkan karena takut melawan Injil, bukanlah orang Injili. Kalau itu hanya untuk membedakan dengan orang yang tidak percaya Injil, maka ia tidak dapat disebut Injili; orang tersebut belum dapat digolongkan sebagai kaum Injili. Roh Kudus turun bukan supaya orang menyetujui Injil, tetap agar orang bersaksi memberitakan Injil.

Roh Kudus diberikan untuk mendorong, menguatkan dan menolong kita memberitakan Injil. Itu sebab, ketika saya menetapkan gerakan ini sebagai Gerakan Reformed Injili, saya sadar perlu menambahkan istilah Injili dibelakang teologi Reformed. Teologi Reformed saja tidak cukup, perlu kekuatan, keberanian, aksi dan tindakan konkrit memberitakan Injil. Kalau tidak, gerakan ini belum sukses. Saya berharap di dalam 10 tahun pertama gerakan ini, saya dapat melihat siapa yang harus meneruskan gerakan ini, yang sungguh-sungguh berteologi Reformed dan betul-betul giat memberitakan Injil.

Kita tidak menyetujui apa yang diungkap oleh Watchman Nee bahwa semua jabatan itu tetap ada sampai sekarang. Kita juga tidak menyetujui pandangan Calvin ketika masih muda, yaitu tinggal dua jabatan yang masih ada. Kita melihat bahwa ada dua jabatan yang tidak dilanjutkan lagi, dan tiga jabatan masih berlangsung terus hingga sekarang. Jabatan rasul dan nabi berhenti dan tidak ada lagi setelah Kitab Suci genap diwahyukan.

Rasul adalah orang yang diutus Allah (Yunani: apostolos; Inggris: messenger). Nabi adalah penyambung lidah Allah yang membawa perkataan Allah kepada dunia (Inggris: The spokesman of God). Rasul adalah orang yang diutus untuk menulis Kitab Suci Perjanjian Baru, nabi adalah orang yang disuruh Tuhan untuk menulis Kitab Suci Perjanjian Lama. Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama merupakan kesatuan yang membentuk Kitab Suci. Status dan kepercayaan di mana kita berada, berdiri di atas Kitab Suci yang menjadi pondasi untuk mendirikan Gereja. Dalam Efesus 2:20 ditegaskan bahwa Gereja didirikan di atas dasar para rasul dan para nabi, di mana Kristus adalah batu penjurunya. Prinsip ini tidak boleh diubah di sepanjang sejarah. Tidak ada lagi nabi modern atau rasul modern. Itu alasan kekristenan tidak dapat menerima Ellen G.White (pendiri Adventisme) atau Joseph Smith (pendiri Mormon), atau Russel dan Rutherford(pendiri Saksi Yehovah), karena mereka mengaku mendapatkan “wahyu yang baru”.

Joseph Smith mengatakan bahwa dulu Paulus dipanggil setelah Yesus naik ke sorga dan selama 1.000 tahun kemudian Yesus memanggil lagi satu orang untuk mengisi kebutuhan zaman, yaitu Joseph Smith. Itu berarti, ketika Yesus berada di dunia, Ia memanggil 12 orang, setelah naik ke sorga, Ia memanggil Paulus, lalu tidur 1.800 tahun, dan kemudian memanggil Joseph Smith. Dia menyetarakan buku Mormon dengan Kitab Suci. Kita tidak dapat menerima pandangan seperti ini, karena Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sudah menjadi kesatuan yang sempurna, yang tidak perlu ditambah lagi.

Ellen White, Russell dan Rutherford dari Saksi Yehovah mengira mendapatkan wahyu baru. Demikian juga orang-orang seperti Kenneth Hagin, Cho Yonggi, Benny Hinn, dsbnya, meskipun tidak ditulis dalam bentuk buku. Mereka mengatakan, “Allah berkata kepada saya…” dst. Itu adalah hal yang mirip dengan rhema theon. Kita perlu menegaskan konsep Alkitab bahwa tidak ada wahyu baru. Karena wahyu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sudah lengkap, maka tidak ada lagi rasul dan nabi.

Suatu kali, seorang bintang film terkenal di Hongkong bertobat. Lalu ia menjadi “bintang baru di dalam Gereja”. Gereja-gereja berebut mengundang dia untuk bersaksi, karena di mana dia berada, Gereja menjadi penuh. Ia mulai berani berkhotbah ke sana-sini. Akhirnya ia menulis buku “Wahyu Allah kepadaku, Penerima Wahyu…(namanya).” Ketika mengetahui dan membacanya, saya adalah orang pertama yang mengatakan bahwa ia telah menjadi bidat. Banyak Gereja di Indonesia dan luar negeri yang menyerang saya karena pernyataan itu. Dalam bukunya diungkapkan seolah-olah Tuhan memberitahu kapan akan terjadi sesuatu, namun dalam semua pengungkapannya banyak hal yang saling bertentangan. Orang biasa tidak sadar adanya faktor perusak sendiri, ‘self-defeating factor’ yang ada dalam tulisan itu. Tetapi jika kita mematuhkan pikiran kita kepada pikiran Allah, pasti kita dapat melihat bagitu banyak hal yang tidak beres di dalamnya, terlalu banyak pemalsuan.

Tetapi, apakah Allah tidak mengutus orang untuk melaksanakan tugas mereka saat ini? Ada. Kalau demikian, apakah mereka juga rasul? Hanya secara fungsi, tetapi tidak secara jabatan. Secara jabatan sudah tidak ada rasul lagi, tetapi secara fungsi tetap ada sampai saat ini.

Sampai dunia kiamat, fungsi rasul, fungsi utusan Allah seperti ini masih ada, tetapi jabatan rasul sudah tidak ada lagi. Saya percaya di setiap zaman ada banyak orang yang masih diutus Tuhan di dunia ini, mungkin sebagai penginjil, mungkin sebagai pendeta, mungkin sebagai guru atau pengajar. Tuhan ingin memakai Saudara untuk menjadi orang yang menegakkan dan memberitakan doktrin yang baik.

Jikalau Tuhan memanggil Saudara dan mengutus Saudara, jangan Saudara mengeraskan hati dan menolak panggilan tersebut. Disetiap zaman, utusan itu masih terus ada, sehingga fungsi rasul tidak berhenti. Tetapi orang yang diutus oleh Tuhan setelah Kitab Suci selesai ditulis, tidak boleh menyebut diri sebagai rasul. Demikian pula fungsi nabi masih ada, yaitu di setiap zaman masih ada orang-orang yang mewakili Tuhan berbicara firman kepada manusia di zamannya, tetapi fungsi itu tidak menjadikan mereka berjabatan seperti itu.

Di dalam fungsi sebagai nabi, ada dua hal yang bersangkut paut dengan fungsi itu:

1. Pelayanan ini adalah pelayanan dengan memakai bahasa atau kata-kata, yaitu “pelayanan kata” atau “pelayanan firman” (ministry of words). Baik rasul maupun nabi dipilih dan ditetapkan, diurapi oleh Roh Kudus untuk menjadi pelayan-pelayan perkataan. Khususnya, ketika nabi berkata mewakili Tuhan, maka hal-hal ini harus jelas: (1) Mereka berkata-kata berdasarkan wahyu. Istilah “mewahyukan” menunjukkan bahwa Alkitab belum selesai dibuat. (2) Setelah Kitab Suci ditulis, maka pembicaraan harus berdasarkan wahyu. Kata-kata itu harus menurut wahyu. Baik di dalam butir pertama dan kedua, pembicara harus memakai dirinya secara pasif, menerima wahyu, sehingga paling jauh mereka hanya dapat berkata: “Demikianlah Allah berkata….” Atau “Demikianlah Alkitab berkata….”. Mereka tidak boleh mengatakan: “Sayalah Allah….” Atau “Saya Yesus….”. Hal ini merupakan perbedaan yang sangat besar. Hal ini menyangkut jabatan dan fungsi nabi. Kalau orang mengaku nabi, lalu mengatakan: “Saya Yesus….” Atau “Saya adalah Allah, saya mengutus engkau….” Maka Saudara harus menengking dan mengusir setan dalam orang itu. Jangan menerima dan menganggap itu dari Allah. “Kata” atau “Firman” atau “Word” adalah Kristus sendiri. Kristus yang menjadi daging, hanya Dia saja yang boleh memakai kata ganti orang pertama (“Aku” atau “Saya”) di dalam dunia ini. Yesaya, seorang nabi yang begitu besar, tetap tidak boleh mengatakan “Sayalah Allah…” Demikian pula Yeremia atau Daniel atau siapa pun juga, karena mereka hanya menerima wahyu saja. Mereka paling jauh hanya boleh berkata: “Demikianlah firman Yehovah…” Tidak ada pengurapan Roh Kudus atau Baptisan Roh Kudus atau Kepenuhan Roh Kudus yang mengakibatkan seseorang yang diurapi berkata, “Saya Yesus, saya diutus Allah bapa, dan saya akan datang kembali.” Di tahun 1967, saya bergumul dan melawan arus-arus liar seperti itu di Indonesia, tetapi sampai sekarang begitu banyak orang Kristen yang masih tidak sadar dan ditipu oleh mereka. Kadang-kadang roh-roh seperti itu memakai anak-anak kecil atau remaja, lalu mereka berkata:“Tuhan berkata….” Lalu mereka langsung berkata-kata. Terkadang mereka langsung berkata: “Saya adalah Tuhanmu…” Lalu Saudara berkata, “Wah hebat sekali, umur sedemikian kecil sudah bisa berkhotbah” dan menganggap Roh Kudus ada di dalam dia. Saya tegaskan bahwa itu adalah penipuan setan, karena tidak pernah terjadi pada semua rasul, termasuk Petrus, Paulus, Yohanes, yang menulis Kitab Suci, berani berkata, “Saya adalah Allah” kecuali satu-satunya yang berhak berkata seperti itu, yaitu: Yesus Kristrus sendiri. Firman yang menjadi daging.

2. Semua nubuat mempunyai tiga lingkaran yang besar, yaitu: (1) bernubuat tentang Kristus yang akan datang, (2) bernubuat tentang nasib bangsa-bangsa di bawah penghakiman Allah, dan (3) bernubuat mengenai apa yang akan terjadi pada waktu yang sangat singkat. Tiga kategori ini merupakan kategori-kategori yang penting. Ketika nabi Yesaya, Yeremia, Daniel atau nabi-nabi lain berfirman dan bernubuat sebagai nabi, mereka selalu bernubuat di dalam ketiga kategori ini.

Pertama, misalnya Yesus akan lahir di Bethlehem (Mikha 5:2); Yesus akan dikuburkan di tempat orang kaya (Yesaya 53); Kedua kaki dan tangan-Nya akan dilukai (Mazmur 22), dsbnya. Para nabi memberikan data yang sangat jelas tentang diri Yesus. Mereka diberikan wahyu oleh Roh Kudus, sehingga mereka dapat melihat dengan tepat apa yang akan terjadi dan menuliskan dengan sangat tepat kategori yang pertama. Tentang kategori yang pertama ini masih dapat dibagi ke dalam dua bagian lagi, yaitu: kedatangan yang pertama dan kedatangan yang kedua. Kedatangan yang pertama merupakan inkarnasi “incarnation”, yaitu penggenapan rencana keselamatan bagi manusia; dan kedatangan kedua merupakan penyempurnaan “consummation”, yaitu penggenapan penghakiman dan penyempurnaan orang pilihan. Semua ini merupakan keseluruhan rencana Allah yang sempurna, sehingga dunia ini dan Gereja Tuhan akan digenapkan di titik omega, lalu masuk ke dalam kekekalan.

Nabi-nabi yang menjelaskan dan menubuatkan Kristus, baik kedatangan pertama dan kedua, selalu semakin kurang jelas apabila waktunya semakin jauh dari waktu terjadinya peristiwa yang dinubuatkan tersebut. Ketika nabi bernubuat tentang kedatangan Tuhan Yesus di Bethlehem, banyak orang yang tidak mau peduli dan hanya memperhatikan hal-hal duniawi saja. Inilah orang berdosa. Tetapi ada orang yang ketika mendengar berita dari para nabi langsung merespon dan mereka berdoa, menantikan kedatangan Messias itu. Inilah orang-orang pilihan.

Nabi-nabi juga menubuatkan bahwa Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya di dalam dua ayat: Yesaya 9:5-6. Ada lima julukan atau atribut yang sangat luar biasa diberikan kepada “Anak” yang akan lahir itu. Lalu ditegaskan di dalam ayat 6 bahwa kuasa politik akan berada dibawah kaki-Nya. Julukan-julukan atau atribut yang diberikan kepada Yesus didalam ayat-ayat ini menunjuk bukan pada kedatangan pertama Yesus, bahkan kuasa politik yang berada di tangan Tuhan Yesus bukan terjadi pada kedatangan pertama. Semua ini menunjuk kepada kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Jadi disini Yesaya menggabungkan “dua gunung” menjadi satu, yaitu kedatangan pertama dan kedatangan kedua. Namun bagi Gereja, di mana Yesus sudah datang pertama kali, semakin jelas terpisahnya antara kedatangan Yesus pertama dan kedua. Yang pertama sudah lewat, yang kedua belum datang. Maka sekarang, jika kita mengatakan bahwa Yesus datang di Bethlehem, tidak lagi dapat disebut sebagai nubuat, melainkan sejarah. Ketika saya mengatakan,”Yesus akan datang lagi” itu nubuat, karena belum terjadi dan pasti akan terjadi. Tetapi bukan karena saya yang mendapat wahyu, tetapi berdasarkan wahyu (yaitu Alkitab). Yang mendapatkan wahyu adalah orang yang berjabatan nabi dan rasul, tetapi yang berdasarkan wahyu adalah orang-orang yang berfungsi nabi, maka ia harus berkata-kata seturut dengan apa yang sudah diwahyukan oleh Roh Kudus di dalam Alkitab.

Seorang pendeta di Korea yang berani mengatakan bahwa Yesus akan datang pada tanggal 22 Oktober 1992 adalah nabi palsu. Begitu banyak yang mengira ia mendapatkan Roh Kudus. Orang menganggap bahwa ia pasti memiliki Roh Kudus karena pendeta lain tidak berani berkata seperti itu, sedangkan dia berani. Sebelum tiba hari H itu, pendeta tersebut berhasil mengumpulkan dan memasukkan berjuta dollar ke dalam rekening pribadinya di bank. Tetapi dia adalah nabi palsu, karena ia bernubuat bukan berdasarkan wahyu.

Kedua, mereka juga menubuatkan tentang nasib bangsa-bangsa. “Hai Babilonia….” Atau “Hai Niniwe….”Atau “Hai Mesir…” dsb. Semua ini adalah nubuat-nubuat penting, karena didalamnya terkandung berita bagaimana Allah juga berdaulat atas bangsa-bangsa, di mana keadilan dan kasih Allah berlaku untuk segala bangsa.

Ketiga, mereka juga menubuatkan hal-hal yang sangat dekat, seperti: “Hai Ahab, esok anjing akan menjilat darahmu.” Atau “Engkau akan bertemu seseorang dan jika bertanya, engkau harus menjawab…” Semua ini adalah nubuat yang berkenaan dengan hal yang dekat.

Dari ketiga kategori ini, yang terpenting adalah yang pertama, tetapi yang paling menarik adalah yang ketiga. Semua hal yang paling penting berkaitan dengan Kristus, karena Kristus harus senantiasa diutamakan. Kedua, baru mengenal semua rencana ilahi dan sifat keilahiannya, terakhir adalah hal yang paling sederhana yang berkaitan dengan nasib perseorangan.

Saat ini, ketika seseorang mengatakan “Yesus pasti akan datang kembali” tidak terlalu dipedulikan dan dianggap tidak terlalu perlu diperhatikan. Tetapi jika ada pendeta yang mengatakan “Jakarta dalam tiga bulan ini tidak akan turun hujan” atau “Dalam waktu enam, bulan ini ada orang penting yang akan meninggal.” Maka kalau benar terjadi pasti Gerejanya akan penuh, karena dianggap di situ ada Roh Kudus. Saya menegaskan bahwa itu gejala yang salah. Semua nubuat yang tidak terlalu penting telah sedemikian dipentingkan oleh manusia, sebaliknya nubuat yang paling penting dianggap tidak penting oleh manusia. Ini kesalahan fatal.

Jika Saudara tidak memperhatikan prinsip-prinsip seperti ini, Saudara akan mudah ditipu oleh setan untuk mementingkan hal-hal yang tidak penting, sehingga akhirnya Saudara akan mengabaikan hal-hal yang memang betul-betul penting. Itu sebab, di dalam gerakan-gerakan seperti ini, semua pemberitaan tentang Kristus telah diselewengkan. Kelahiran, kematian, Kristus yang disalibkan, berkorban dan menderita bagi penebusan dosa, tidak lagi ditekankan dengan benar. Kalau memberitakan kemenangan Kristus, biasanya dikaitkan bahwa setan membuat orang jadi miskin dan Kristus membuat kamu menjadi kaya; setan membuat kamu menjadi sakit dan Kristus membuat kamu menjadi sehat. Semua penekanan ini telah menyeleweng dari prinsip utama. Penekanan padahal rohani di arahkan ke jasmani, dari kekekalan ke kesementaraan, dan dari kelimpahan rohani menjadi kelimpahan jasmani. Akibatnya, setelah gerakan ini, banyak orang yang katanya menjadi giat ke Gereja, giat memberitakan Injil, padahal semua palsu. Yang diberitakan bukan Injil dan mereka datang ke Gereja bukan untuk memikirkan firman Tuhan, tetap semua hal yang bersifat duniawi. Mereka telah mencoret-coret Kristus yang asli dan merobek-robek Alkitab yang sempurna dan menambahkan dengan wahyu palsu. Semua itu sedang menggerogoti orang-orang yang mudah diperdaya.

Di Nan Yang University, seorang anak perempuan mengatakan bahwa ia sering mendapatkan wahyu Tuhan. Ia mengatakan bahwa ia sering bernubuat dan nubuat itu seringkali begitu tepat, sehingga orang-orang menjadi heran dan dia sendiri juga heran. Saya katakan, bahwa saya tidak heran. Saya menegaskan beberapa prinsip Alkitab kepada dia, yaitu: (1) tidak ada wahyu baru; (2) tidak mungkin wahyu melawan Alkitab; (3) Alkitab tidak mungkin salah. Jika berbenturan, pasti yang salah adalah gejala yang ada; (4) jika seseorang menerima wahyu baru dan menjadikan orang itu tidak mementingkan Alkitab, tetapi mementingkan wahyu baru itu, maka itu tanda bahwa setan sedang memberi pengarahan untuk memindahkan orientasi orang itu dari Tuhan. Maka saya mendoakan dia dengan sungguh-sungguh.

Tahun 1976 ada seorang pemuda berusia 16 tahun di Jakarta sering menubuatkan hari akan hujan atau tidak, dan selalu tepat. Setelah selesai kebaktian yang saya pimpin, ibunya membawa anak itu untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh anaknya itu dari Roh Kudus atau bukan. Anak itu ganteng sekali dan banyak orang suka mengikuti kebaktian yang dipimpinnya. Saya mulai menguji dan akhirnya saya harus mengatakan, “Maaf, itu bukan dari Roh Tuhan, tetapi dari roh setan yang menipu engkau.” Ia melihat saya dengan mata melotot dan tidak menerima analisis saya, membuang muka lalu ia bernubuat: “Stephen Tong dalam dua bulan akan mati tertabrak mobil, karena melawan Roh Kudus.” Ia bernubuat di Jakarta dan didengar oleh banyak orang. Pada tahun 1978 ketika sedang berkhotbah di Bogor, seseorang datang kepada saya. Ia menanyakan mengapa saya masih hidup, belum mati. Ia mengatakan bahwa ada orang bernubuat bahwa saya akan mati dan saya betul-betul sudah mati kecelakaan kapal terbang. Saya jawab bahwa saya sendiri belum tahu kalau saya sudah mati.

Setiap nubuat harus diuji. Roh memerintahkan untuk kita menguji setiap Roh. Ketika kita melihat urutan nabi dan rasul terbalik, hal itu bukan berdasarkan kronologi waktu, tetapi karena rasul memang lebih penting dari nabi. 1). Nabi menubuatkan tentang Yesus, tetapi rasul berjumpa langsung dan menyaksikan Yesus. 2). Rasul-rasul dipilih oleh Tuhan Yesus sendiri.

Rasul adalah kunci untuk mengerti nabi. Setelah mendengarkan tafsiran dari rasul, kita baru mengetahui semua yang dikatakan oleh para nabi tentang Yesus. Itulah beda antara orang Yahudi dengan orang Kristen. Karena orang Kristen menerima ajaran rasul, kiita sekaligus mengerti apa yang dikatakan oleh nabi. Sedangkan orang Yahudi hanya mau menerima ajaran nabi dan tidak mau menerima rasul, sehingga sampai sekarang mereka tidak mengenal Yesus dan terus berdoa menantikan Yesus datang. Kasihan sekali. Sampai sekarang mereka mempelajari ajaran nabi tetapi tidak menerima ajaran rasul, sehingga mereka tetap tidak mengerti. Orang Kristen menerima rasul, sehingga kita dapat menelusuri kembali dan mengetahui semua yang dikatakan tentang Kristus telah diceritakan oleh para nabi. Alkitab mengatakan bahwa Gereja didirikan di atas rasul dan nabi. Perjanjian Baru menjadi kunci untuk mengerti Perjanjian Lama. Hal ini tidak berarti Perjanjian Baru lebih tinggi derajatnya dari Perjanjian Lama, tetapi Perjanjian Baru lebih penting untuk mengerti keseluruhan Kitab Suci. Orang yang mengerti Perjanjian Lama dan tidak menerima ajaran rasul, tidak akan menerima Perjanjian Baru. Orang yang menerima pelayanan rasul, ia akan sekaligus mengerti pengajaran rasul dan nabi, sehingga mereka mengerti seluruh Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Maka disini urutan di mulai dari rasul, baru kemudian nabi.

b. Jabatan lainnya

Di urutan ketiga adalah penginjil. Sesudah pelayanan rasul dan nabi, Gereja membutuhkan penginjil-penginjil yang memberitakan Kristus agar orang yang bukan Kristen dapat mengenal Kristus dan menjadi orang Kristen. Pelayanan penginjil sangat penting untuk membawa orang kembali ke “kandang” Tuhan.

Siapakah yang lebih penting: pendeta atau penginjil? Banyak Gereja saat ini memandang rendah tugas penginjil. Penginjil diberi gaji kecil, dan setelah lama melayani baru dijadikan pendeta dan diberi gaji yang lebih besar. Di dalam pikiran saya, saya tidak pernah menganggap penginjil lebih rendah dibandingkan pendeta. Mengapa? Karena seorang penginjil adalah orang yang langsung berada di frontterdepan melawan setan. Penginjil adalah orang yang berperang dengan setan untuk membawa orang yang masih di dalam kegelapan kembali kepada terang, dari setan kepada Yesus Kristus, dari kuasa Iblis dan kuasa dosa kepada Kerajaan yang suci dari Anak Allah. Banyak orang mengira pendeta lebih penting, penginjil tidak penting. Di sini, Alkitab langsung meletakkan posisi penginjil setelah rasul dan nabi.

Setelah ada orang-orang yang menjadi Kristen, mereka perlu digembalakan. Untuk itu perlu ada pendeta. Selain digembalakan, mereka juga perlu ditumbuhkan. Untuk itu mereka perlu terus diajar secara serius, maka perlu guru-guru atau pengajar-pengajar. Kelima jabatan ini merupakan jabatan-jabatan penting di dalam kekristenan, tetapi tidak setiap saat ada nabi dan rasul, sedangkan di setiap zaman ada penginjil, pendeta dan pengajar-pengajar.

Yesus naik ke sorga dan memberikan karunia-karunia jabatan ini kepada jemaat-Nya. Tetapi bukankah nabi sudah ada sebelum Roh Kudus turun? Tidak! Dalam ayat ini, kita baru menyadari hubungan antara rasul dan nabi. Nabi-nabi memang sudah disediakan oleh Roh Kudus dan dikonfirmasikan pengertian jabatannya setelah Roh Kudus turun.

1 Korintus 12:27-29 mengatakan, “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa Roh, atau untuk menafsirkan bahasa Roh? Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling mulia. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagiu.” (Yaitu kasih).

Di dalam bagian ini, karunia jabatan dan karunia pelayanan digabung menjadi satu. Di dalam uraian ini, karunia sebagai penginjil dan pendeta tidak dicantumkan, karena mereka dikaitkan di dalam posisi pengajar. Jika kita daftarkan, maka kita akan melihat adanya tiga tingkatan:

Pertama, yang menyangkut dua dasar dan satu penerus (rasul, nabi, dan pengajar). Semua perjalanan kekristenan tidak boleh keluar dari dasar rasul dan nabi. Kedua dasar ini tidak boleh tidak ada, karena inilah dasar yang mutlak dari iman Kristen. Kemudian guru mengajar berdasarkan ajaran rasul dan nabi di sepanjang sejarah.

Kedua adalah mujizat. Mengapa penting? Apakah mujizat itu? Jika terjadi mujizat, tetapi kemudian mujizat itu menjadikan orang tidak lagi mendengar khotbah, atau khotbah dikurangi, itu bukan mujizat, tetapi penghujatan. Di dalam kategori atau tingkatan kedua, mujizat, kesembuhan dan pelayanan, merupakan tingkat kedua yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan rasul, nabi dan pengajar.

Ketiga, tingkatan terendah adalah pemimpin, seperti ketua majelis atau posisi-posisi kepemimpinan Gereja. Di dalam kemajelisan, yang memimpin jemaat, berada di tempat atau posisi yang tidak penting sekali. Inilah prinsip Alkitab. Jika kita melihat Gereja saat ini, kita melihat keadaan yang sama sekali terbalik. Yang paling penting adalah ketua majelis, karena ia yang menentukan mau memanggil pendeta atau tidak. Kalau mau menggusur seorang pendeta mudah sekali. Dengan tidak memberikan gaji yang cukup atau tidak menaikkan gaji pendeta selama tiga tahun, maka pasti pendeta itu pergi sendiri. Gereja sekarang sangat berlawanan dengan prinsip Alkitab. Begitu banyak Gereja yang katanya berorganisasi beres, justru tidak dapat bertumbuh karena tidak beres secara prinsip Alkitab.

Karunia bahasa Roh dan menafsir bahasa Roh adalah yang paling akhir dan paling rendah di antara tingkatan ketiga ini. Hari ini orang-orang yang berbahasa Roh jangan bangga, karena ia berada di posisi yang sangat rendah, bahkan paling rendah dari semua karunia yang ada. Sekarang ini justru karunia yang paling tidak penting dianggap yang paling penting; sedangkan yang paling penting justru dikaburkan. Jabatan yang paling tidak penting justru dianggap yang paling penting. Justru firman Tuhan, hal yang terpenting dilupakan dan disingkirkan. Kebenaran Alkitab dilupakan, prinsip-prinsip nabi dan rasul dilupakan, tetapi yang dipentingkan justru yang dapat bernubuat yang tidak penting; bahkan jabatan ketua majelis dianggap berkuasa besar. Semua ini merupakan kenyataan yang sangat berbeda dari ajaran Kitab Suci.

2. KARUNIA PELAYANAN

Di dalam 1 Korintus 12: 4-7 dikatakan, “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”

Ini berarti setiap orang Kristen diberi karunia, tidak terkecuali. Karunia ini bukan karunia jabatan, tetapi karunia pelayanan, maka setiap orang harus melayani. Ketika seorang Kristen melayani, harus berdasarkan karunia yang ia dapat dari Tuhan, bukan berdasarkan kepandaian dan keinginan pribadinya, atau gelar dan ilmu yang diraihnya, dan bukan berdasarkan setumpuk pelayanan yang ia miliki, atau teknik dan psikologi yang ada padanya. Perhatikan: jangan membawa semua filsafat, psikologi, taktik dan pengalaman perdagangan dan usaha Saudara masuk ke dalam Gereja! Di dalam Gereja kita melayani dengan karunia, bukan dengan strategi atau cara pengalaman duniawi.

Talenta dan Karunia

Mungkinkah Tuhan menjadikan pengalaman di dunia ini sebagai karunia? Mungkin. Jadi apa beda talenta-talenta alamiah dengan karunia-karunia Roh Kudus? Jika seseorang, sebelum bertobat begitu pandai menyanyi atau main musik, kemudian ia memakai kemampuan menyanyi atau main musik untuk menonjolkan diri dan menyatakan kehebatannya, mengharapkan tepuk tangan bagi dirinya dan bukan demi untuk Tuhan, maka ketika ia melayani di Gereja, ia sedang berbuat dosa. Seorang yang pandai berdagang dan pandai berorganisasi, lalu memakai cara organisasi dunia untuk mengatur seluruh Gereja supaya orang melihat dia hebat dan pandai, maka ia sedang berbuat dosa, karena Allah menggunakan pengurapan dan pengudusan Roh Kudus untuk menjadikan keahlian yang Saudara kuasai untuk pelayanan bersama. Itulah pelayanan.

Apa beda antara talenta alamiah dengan karunia-karunia?: Jika talenta-talenta alamiah diberikan oleh Tuhan belum dikuduskan oleh Roh Kudus, ia belum dapat disebut sebagai karunia. Yang disebut karunia adalah talenta yang sudah mengalami pengudusan dari Roh Tuhan. Semua talenta alamiah yang belum mengalami pengudusan dan pengertian dari visi dan motivasi pengabdian yang sungguh-sungguh, tidak dapat dipakai untuk melayani Tuhan. Itu sebab, di dunia ini banyak orang pandai, tetapi terkadang Tuhan lebih memilih memakai orang biasa untuk melayani Dia. Mengapa? Karena Tuhan tidak menguduskan talenta yang bermotivasi tidak benar, sehingga talenta-talenta itu tidak diubah menjadi karunia.

Sepertinya tidak ada kalimat seperti ini didalam Alkitab yang secara eksplisit mengatakan demikian, tetapi secara prinsip dikatakan bahwa, “segala pemberian yang baik berasal dari Allah.” Saya percaya ketika seseorang menjadi ahli musik, kemampuan itu berasal dari Tuhan. Orang yang dapat mengerti filsafat atau ekonomi, kemampuan itu berasal dari Tuhan. Tetapi jika ketika seseorang mengerti segala sesuatu dengan talenta yang diberikan oleh Tuhan, tetapi tidak diserahkan untuk dikuduskan bagi Tuhan, talenta ini tidak dapat dipakai untuk pelayanan demi kepentingan semua orang, karena karunia diberikan kepada seseorang untuk membangun semua jemaat.

Setiap orang Kristen harus melayani. Jangan menganggap Saudara belum mempunyai kesempatan untuk melayani karena belum naik mimbar. Pelayanan bukan berarti harus dari mimbar. Pelayanan bersama dilakukan di bawah mimbar. Jika Saudara mengetahui ada saudara seiman yang sakit, silahkan lawat dia, hibur dan kuatkan dia. Orang yang tidak mau melayani satu sama lain, hanya mau naik mimbar saja, ia belum mempunyai jiwa melayani.

Pelayanan berarti membesarkan Kristus di segala kegiatan yang berusaha memuliakan Dia dan menjadi faedah bagi sesama dalam tubuh Kristus. Itulah pelayanan. Konsep pelayanan yang salah perlu dikoreksi dan harus dibenahi. Kalau semua orang baru merasa melayani setelah ia menjadi majelis, maka Saudara hanya melayani yang rendah saja. Saudara perlu melayani satu sama lain, menolong orang yang imannya goncang, meneguhkan mereka yang sedang susah dan menjadi petunjuk jalan bagi mereka yang sedang kalut, dan memberikan jawaban bagi mereka yang memerlukan. Semua ini adalah pelayanan.

Ketika saya bertobat pada usia 17 tahun,saya tidak mempunyai kesempatan untuk naik mimbar, tetapi saya menyisihkan puluhan persen dari uang yang saya peroleh untuk membeli traktat dan Kitab Suci. Lalu saya sengaja naik bis dari Surabaya ke Pasuruan atau kota-kota lain untuk membagikan traktat. Tidak ada satu orang pun yang saya kenal di kota itu,tetapi saya memberitakan Injil dari satu rumah ke rumah yang lain. Itu pelayanan. Saya tidak menunggu naik mimbar.

Suatu ketika, seorang pendeta Belanda memberikan saya kesempatan untuk mengajar sekolah minggu di tempat ia mengajar, karena ia akan cuti selama satu bulan. Saya menerima kesempatan itu dan mempersiapkan diri baik-baik. Setiap hari saya berlatih berkhotbah. Akhirnya semua latihan saya habis hanya dalam waktu 10 menit, padahal masih ada 40 menit lagi. Anak-anak sangat senang dan minta terus, tetapi saya sudah kehabisan bahan. Hari itu saya hanya minta Tuhan pimpin, semua yang pernah saya dengar saya utarakan disitu. Saya tidak tahu hari itu bagaimana saya menghabiskan waktu yang 50 menit itu. Setelah itu pendeta memberikan kesempatan untuk saya terus melayani disitu. Dalam waktu satu tahun, sekolah minggu yang hanya 27 orang itu menjadi 400 orang.

Saya tidak menunggu untuk dapat naik mimbar baru dapat dan merasa melayani Tuhan. Saya dapat melayani di jalanan, atau pergi ke rumah sakit untuk memberikan traktat di setiap kamar. Berulang kali diusir, tetapi saya pergi lagi ke tempat yang lain. Jangan Saudara pernah menganggap bahwa tidak ada kesempatan melayani. Di seluruh Jakarta ini, yang tinggal di dalam kota saja berjumlah 9 juta orang. Setiap pagi, orang-orang yang datang dari sekitar Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, berjumlah sekitar 3 juta orang. Berarti di Jakarta ada sekitar 12-13 juta orang. Setiap tahun ada penambahan sekitar 1 juta orang dari daerah yang masuk ke Jakarta. Omong kosong tidak ada kesempatan melayani. Itu tipuan setan. Pelayanan tidak harus dari atas mimbar. Kalau di Jakarta dapat didirikan 10.000 Gereja yang masing-masing dalam 10 tahun dapat menjadi 500 orang, maka seluruhnya hanya mencapai 5 juta orang. Belum cukup untuk mengisi seluruh kebutuhan kota ini. Tetapi saya tidak ingin Saudara terlalu cepat keluar dari “Yerusalem” sebelum diisi dan mendapat pengertian firman yang baik.

Di dalam ayat 8-11 dikatakan, “Sesuai yang dikehendaki oleh Roh Kudus.” Kalau Roh Kudus mengehendaki Saudara beriman, maka Saudara akan beriman lebih besar daripada yang lain. Kalau Roh Kudus memberikan kepada Saudara karunia berbahasa Roh, maka Saudara akan dapat berbahasa Roh. Jika Roh Kudus memberikan kepada Saudara karunia untuk menyembuhkan, maka Saudara akan dapat menyembuhkan, karena semua itu berdasarkan kedaulatan Allah. Untuk itu kita perlu mencamkan beberapa prinsip :

1. Karunia-karunia diberikan untuk membangun tubuh Kristus, satu dengan yang lain.

2. Karunia-karunia diberikan kepada setiap orang yang sudah menerima kelahiran baru dan otomatis sudah mendapat Baptisan Roh Kudus.

3. Karunia-karunia tidak ada yang diperoleh dengan meminta paksa kepada Allah.

4. Karunia-karunia diberikan menurut kemauan kedaulatan Roh Kudus, sesuai dengan kerelaan-Nya dan kedaulatan-Nya.

5. Karunia-karunia tidak dapat dipindahkan dari satu orang kepada orang lain, karena pilih kasih atau karena mandat jabatan. Seorang yang mempunyai kekuatan untuk melakukan mujizat, ketika akan meninggal tidak dapat mewariskan karunia itu kepada orang lain.

6. Karunia tidak dapat diambil atau dimiliki melalui kursus pribadi. Orang menginginkan karunia bahasa Roh karena kalau tidak mempunyai itu, ia merasa tidak mempunyai Roh Kudus. Prinsip ini tidak beres dan tidak berdasarkan Alkitab, tetapi sudah banyak tertanam dalam diri orang Kristen. Orang-orang yang ingin mendapat karunia bahasa Roh lalu berusaha mendapat dengan cara kursus, merupakan pemaksaan terhadap Roh Kudus untuk mengikuti kehendak manusia.

Pelanggaran-pelanggaran seperti ini berakibat fatal bagi Gereja dan menyebabkan Gereja membuka pintu lebar-lebar bagi setan untuk mengganggu kita. Jika Saudara hanya memiliki satu karunia tertentu dan tidak memiliki karunia yang lain, jangan menghina karunia yang ada pada Saudara. Jangan mengatakan bahwa karunia tertentu lebih penting daripada yang lain. Jangan Saudara meminta karunia tertentu untuk membuktikan bahwa Saudara mempunyai Roh Kudus. Memang di antara jabatan-jabatan itu ada yang lebih penting daripada yang lain, seperti rasul lebih penting dari nabi, tetapi jangan Saudara rendah diri karena Saudara tidak mempunyai karunia lidah.

Di Surabaya ada seorang pendeta, mantan dokter, mengatakan bahwa karunia lidah adalah karunia yang paling penting dan paling sulit diterima. Itu sebabnya kita harus mengejarnya. Dari Alkitab bagian manakah ajaran seperti ini? Setiap kali Alkitab mengatakan tentang karunia lidah, selalu diletakkan di paling belakang. Saya berani mengatakan bahwa karunia lidah merupakan karunia yang paling tidak penting berdasarkan 1 Korintus12:28-29. Di dalam ayat ini, diungkapkan urutan atau ordo dari karunia-karunia itu, sedikit berbeda dengan di ayat 4-8, di mana sepertinya urutan ini tidak terlalu ditegaskan. Maka karunia lidah merupakan karunia yang paling rendah dan paling tidak penting, bukan karunia yang tertinggi dan terpenting.

Banyak Gereja saat ini membuat teologi yang tidak bertanggungjawab dan terbalik dari konsep Alkitab yang benar. Fungsi rasul, gembala, penginjil diabaikan, tugas pengajaran firman diabaikan, kebenaran firman disepelekan, tetapi mujizat dipentingkan, karunia lidah dipentingkan, orang yang paling kaya diberi kedudukan yang paling penting.

Dalam 1 Korontus 12:4-8, kita melihat karunia-karunia tersebut diawali dengan karunia kata-kata dan diakhiri dengan karunia kata-kata. Yang pertama adalah kata-kata hikmat, dan kata-kata pengetahuan. Yang terakhir adalah kata-kata bahasa Roh dan penerjemahannya. Mengapa diletakkan seperti itu dan tidak terbalik? Mari kita perhatikan dua hal, yaitu:

Pertama, kedua kata-kata yang pertama berkaitan erat dengan penasfsiran terhadap nabi dan rasul. Ini menyebabkan seseorang dapat menjadi seorang guru atau gembala yang memberikan penafsiran tentang nabi dan rasul secara benar. Ia dapat mengajar, menguraikan Kitab Suci dan berkhotbah. Ini adalah karunia-karunia yang lebih penting, sehingga diletakkan di depan, sedangkan untuk dapat ber-glosolalia dan menerjemahkannya diletakkan di paling belakang. Kita harus meletakkan dengan cepat mana yang paling penting, mana yang paling tidak penting; mana yang utama dan mana yang terakhir di dalam pelayanan satu sama lain di Gereja.

Orang-orang “Toronto Blessing” berdasarkan teologi yang disodorkan oleh “Third Wave Movement” dipimpin oleh John Wimber dari Vineyard Movement. Orang ini pernah salah diundang oleh Fuller Theological Seminary. Saya mengenal John Wimber, dan sejak 1974 saya sudah mengenalnya di Swiss. Saat itu saya sudah melihat dan mengatakan bahwa orang ini kelak akan mengacaukan dan menyelewengkan Gereja. Sekarang hal itu terjadi. Ketika ada tokoh dari Fuller datang ke Indonesia, orang mengatakan kepada saya, mengapa saya tidak mendukungnya, karena ia dari Fuller. Saya rasa Fuller boleh terkenal, tetapi tidak cukup. Ketika orang meminta agar saya memperkenankan orang itu berbicara sedikit di Gereja yang saya pimpin, saya menolak. Saya harus berbuat demikian karena saya menjalanklan tugas yang dibebankan oleh Dia yang mengutus saya. Saya harus berfungsi sebagai penjaga gawang. Penjaga gawang kelihatan tidak terlalu sibuk, tetapi pada saat-saat kritis, ia justru menjadi orang yang paling sibuk dan berjuang habis-habisan agar jangan ada yang salah masuk ke gawangnya. Saya harap setelah saya menjadi tua dan tiada, tugas sebagai penjaga gawang ini berada di tangan Saudara sekalian. Kita harus menjaga kesucian, kesejatian, keabsahan, dan kebenaran pelayanan dalam Gereja.

Para penyelia Gelombang Ketiga, yang memulai gerakan Toronto Blessing, tidak melihat bahwa hal ini akan berkembang sedemikian jauh, menjadi sedemikian kacau balau dan liar, yang mengakibatkan rusaknya kekristenan di seluruh dunia. Mereka hanya menikmati pertambahan kuantitas. Kita harus selalu mengingat bahwa kualitas harus mendahului kuantitas! Kita harus menjaga kualitas terlebih dahulu, maka kuantitas akan dengan sendirinya bertambah. Jika kita tidak mempertahankan kualitas, dan kita mulai berkompromi dengan kuantitas, maka kita akan menjual diri dan membuang hak kesulungan kita.

Orang-orang seperti John White dan John Wimber dari Vineyard Movement menjelaskan dua karunia pertama dalam 1 Korintus 12:4 ini dengan salah luar biasa. Mereka menafsirkan bahwa kata-kata bijaksana berarti Roh Kudus memberikan manifestasi kepada seseorang sampai orang itu dapat mengungkapkan kata-kata secara supranatural. Saya kira itu bukan pengertian karunia itu yang sesungguhnya. Pengertian yang sesungguhnya adalah orang-orang yang membangun jemaat dengan menguraikan firman yang telah ditegakkan melalui rasul dan nabi. Lalu dengan bijaksana menguraikan hal itu, sampai orang mendapatkan iman berdasarklan firman yang diwahyukan oleh Tuhan.

Dengan cara demikian baru Gereja dapat didirikan dengan tegak. Bukan di dalam pengertian orang yang membutuhkan penghiburan karena sakit jantung atau karena patah hati. Bukan sesempit itu pengertian di sini. Tafsiran-tafsiran yang salah seperti ini mengakibatkan Alkitab dibuang dan segala gejala-gejala supranatural dijunjung tinggi dan akhirnya terjadilah tertawa-tertawa yang tidak terkontrol, seperti yang terjadi di Toronto Blessing saat ini.

Kedua, kedua kata di ayat 4 merupakan kata-kata yang dapat diuji oleh Alkitab, sedangkan kedua karunia kata di ayat 8-10 merupakan kata-kata yang lebih sulit diuji langsung oleh Alkitab. Orang yang berglosolalia, lalu kita tidak mampu secara peka mengujinya dan kita lalu terlalu cepat menerimanya, maka kita telah jatuh masuk ke dalam jerat tipuan Iblis. Di dalam buku-buku teolog-teolog Injili berulang kali mengungkapkan berbagai penerjemahan bahasa Roh yang sama sekali salah dan berbeda dari yang seharusnya, tetapi orang tidak menyadari kesalahan-kesalahan seperti itu.

Saya mengungkapkan apa yang terjadi sekitar 20 tahun yang lalu di New York. Seorang berkhotbah, lalu mulai berkata dalam “karunia lidah”. Lalu seseorang datang dan menerjemahkannya. Orang yang menerjemahkan itu berkata, “Pujilah Yesus,….sembah sujud kepada Dia,…rendah hati dihadapan Dia….” Para hadirin begitu terharu dan merasa bahwa inilah Roh Kudus yang sedang turun ke dalam kebaktian mereka. Tetapi di dalam kebaktian itu, ada seseorang yang merekamnya, dan mengirimkan kasetnya pada seorang professor linguistik yang sangat ahli di Columbia University. Setelah diselidiki, profesor itu kemudian mengatakan bahwa orang itu bukan cuma mengatakan kata-kata ngawur, tetapi juga berkata-kata dengan bahasa tertentu. Ia mengenal bahasa itu, dan bahasa itu masih ada dan masih dipergunakan oleh orang-orang dari suatu suku yang sangat kecil dipegunungan Kaukasus, di perbatasan Eropa dan Asia. Tetapi ia menegaskan bahwa ketika ia mendengar antara bahasa aslinya dan penerjemahannya sama sekali berbeda. Kata-kata asli dari bahasa itu berarti: “Kutuklah Yesus….bencilah Dia, buanglah Dia dan jangan percaya kepada Dia….” Tetapi penerjemahnya mengatakan, “Pujilah Yesus….sembahlah Dia….dstnya.” Akibatnya Gereja ini disesatkan dan menganggap bahwa saat itu Roh Kudus sedang memberikan karunia lidah kepada pendeta itu. Tanpa mereka ketahui, mereka sedang ditipu oleh setan dengan tipuan ganda, yaitu: (1) memalsukan roh tanpa mereka sadari, dan (2) memalsukan penerjemahan, sehingga mereka mengkonfirmasikan bahwa itu dari Roh Kudus.

Kalau setan tidak berbijaksana tinggi, ia pasti bukan setan! Kalau setan begitu bodoh, sampai orang yang baru Kristen dapat segera membedakan siapa dia dan siapa Roh Kudus, maka pasti setan itu tidak berdaya. Setan tidak bodoh. Justru orang yang baru bertobat, yang begitu cinta Yesus, dijebaknya. Lalu begitu banyak orang Kristen lama yang tidak mau berbicara tentang Roh Kudus, dianggap dingin dan mati serta apatis, sehingga orang Kristen tidak dapat menolong orang Kristen baru dan menyegarkan iman orang Kristen baru. Para pimpinan Gereja, majelis Gereja hanya rebut berebut kekuassaan di dalam Gereja, sehingga tidak memimpin orang lain di dalam terang Roh Kudus, dan orang-orang Kristen baru begitu giat di luar, sehingga akhirnya ditipu dan tidak ada orang yang dapat menolong mereka.

Kita berada di suatu zaman yang sangat sulit. Jika kita hanya dapat menyembah sujud kepada kuantitas, lalu merasa bila banyak orang datang, itu tanda Roh Kudus bekerja, dan kita jatuh secara takhayul di dalam prinsip yang salah ini, maka kita langsung jatuh ke dalam tangan Iblis untuk mengacaukan seluruh kekristenan. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk berdiri dan kembali ke jalan yang benar.

Alkitab menegaskan: Apakah semua menjadi rasul? Tidak. Apakah semua menjadi nabi? Tidak. Apakah semua menjadi guru? Tidak. Apakah semua melakukan mujizat? Tidak. Apakah semua menyembuhkan? Tidak. Apakah semua mendapat karunia lidah? Tidak. Berarti, kita harus taat kepada kehendak Roh Kudus, menerima apa yang terbaik yang Roh Kudus berikan kepadakita.

Tiga hal yang dapat kita lihat mengenai karunia bahasa Roh :

1. Orang berkata-kata, pendengar langsung mengerti dalam bahasa lain (Kisah Para Rasul.

2. Orang berkata-kata, sendirian di dalam doa, tidak dibawa ke tempat umum, sehingga itu merupakan relasi pribadinya sendiri dengan Allah.

3. Orang berkata-kata di hadapan umum, tetapi karena orang lain tidak mengerti, maka perlu diterjemahkan, sehingga Roh Kudus memanggil orang kedua untuk menerjemahkannya. Maka penerjemah itu bekerja sama dengan Roh yang sama yang memberikan karunia berkata-kata itu, sehingga jemaat dapat dibangunkan.

Apakah yang kedua dan ketiga masih diperlukan hingga saat ini? Kita tidak dapat memutlakkannya. Jika Roh Kudus masih mau memberikannya, kita bersyukur. Tetapi yang banyak terjadi di dunia ini sekarang ini, saya berani mengatakannya sebagai pemalsuan, bukan pekerjaan Roh Kudus yang asli.

Pernah suatu kali di Rusia, ada seorang pengkhotbah Amerika yang berkeliling memberitakan Injil. Selama itu, ada seorang pemuda Gereja Baptis setempat dengan setia menjadi penerjemahnya ke dalam bahasa Rusia. Pengkhotbah Amerika itu dengan setia memberitakan Injil ke Gereja-gereja bawah tanah di Rusia. Pada suatu hari, ketika ia datang mau berkhotbah, orang memberitahu kepadanya bahwa ia tidak dapat lagi berkhotbah, karena pendengar tidak mengerti bahasa Inggris, sedangkan penerjemahnya sudah ditangkap oleh KGB. Ia sedih sekali dan ia berdoa dengan sungguh. Malam itu, ia tetap datang ketempat kebaktian, tidak ada orang yang dapat menerjemahkannya.Tuhan bekerja di dalam hatinya, dan ia mulai berkhotbah. Ketika ia berkhotbah,semua yang mendengar, mendengarnya dalam bahasa Rusia. Hal ini terjadi dan inilah karuinia Roh Kudus yang sejati. Tetapi hal itu pun tidak diberikan kepada semua orang dan tidak dapat dituntut, dikejar oleh semua orang. Di saat-saat kritis dan diperlukan, Tuhan akan memberikan perlengkapan untuk bersaksi sesuai dengan kehendak Roh.

Orang-orang yang terjebak oleh takhayul bahwa tanpa karunia tertentu ia belum dibaptis oleh Roh Kudus dan belum memiliki Roh Kudus, sehingga membuat mereka menuntut untuk mendapatkan karunia-karunia itu dan mengakibatkan mereka tidak mau menerima Roh Kudus, tetapi mau menuntut pemahaman yang mereka tegakkan sendiri berdasarkan konsep yang mereka buat sendiri. Mereka menjadi orang-orang yang dipakai setan.
-----------------------------
Saya berdoa agar Roh yang secara status sudah membaptiskan setiap orang percaya ke dalam tubuh Kristus, Gereja yang kudus dan am, pada hari Pentakosta, secara praktik akan turun kepada setiap orang yang sungguh-sungguh menerima kesaksian dan taat kepada Injil yang diberitakan kepadanya, bertobat dan menerima Yesus Kristus; akan mengaitkan dia dengan kuasa-Nya, sehingga memungkinkan dan menguatkan dia di dalam tugas penginjilan, kesucian, hidup memuliakan Tuhan, dan mengikuti pimpinan Roh Kudus sampai Tuhan Yesus datang kembali. Tuhan memberkati kita, menggairahkan dan menambah-nambahkan karunia yang sudah kita miliki untuk melayani satu dengan yang lain dan membangun seluruh jemaat.

BAPTISAN dan KARUNIA ROH KUDUS BAGI KITA.
Amin.
Next Post Previous Post