KEPASTIAN KESELAMATAN DI DALAM KRISTUS: YOHANES 10:27-29

Samuel T. Gunawan, M.Th.
KEPASTIAN KESELAMATAN DI DALAM KRISTUS: Yohanes 10:27-29
KEPASTIAN KESELAMATAN DI DALAM KRISTUS: Yohanes 10:27-29. Yohanes 10:27-29 “(Yohanes 10:27) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, 10:28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. (Yohanes 10:29) Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (Yohanes 10:30) Aku dan Bapa adalah satu” 

PENDAHULUAN: 

Pertama-tama, Tuhan kita Yesus Kristus sendiri mengakui diriNya sebagai Allah ketika Ia berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Kata penghubung Yunani “kai” yang diterjemahkan dengan “dan” dalam ayat ini menekankan ide perbedaan kepribadian antara Anak (Kristus) dan Bapa. Maksud jelas bahwa Anak (Kristus) tidak sama dengan Bapa, dan Bapa bukan Anak. Sedangkan kata "satu" di sini adalah terjemahan dari kata Yunani “hen” merupkan kata sifat jenis tunggal netral.[1] 

Karena itu, kata “satu” disini bukan berarti Yesus dan Bapa merupakan satu Pribadi, melainkan bahwa mereka merupakan kesatuan dalam sifat dan kegiatannya, menyatakan keesaan dan kesetaraan antara Yesus dan Bapa sebagai Allah. Ini merupakan suatu fakta yang benar, hanya jika Ia (Yesus) sama keillahanNya dengan Bapa. 

Jadi disini kita melihat bahwa ketika Yesus menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu, jelaslah secara tidak langsung Yesus mengakui bahwa diriNya adalah Allah. Orang-orang Yahudi yang mendengar pengakuan ini mehaminya demikian karena itu mereka segera berupaya merajamNya dengan alasan penghujatan karena Ia menyatakan diriNya sebagai Allah (Yohanes 10:31-33).

Selanjutnya, teks bacaan kita dalam Yohanes 10:27-29 menunjukkan kepada kita, Yesus sendiri yang menyatakan bahwa orang yang termasuk domba, yaitu orang-orang pilihanNya pasti akan mendengar suaraNya dan mengikutiNya. Ketika orang datang dan percaya kepada Kristus sebagai Juruselamatnya, mereka masuk ke dalam hubungan dengan Allah dan ini merupakan jaminan bagi keselamatannya. Kepada mereka Yesus memberikan kehidupan yang kekal, suatu kehidupan yang tidak pernah berakhir. 

Lebih dari itu, bagian ini merupakan dasar yang kokoh bagi ajaran kepastian keselamatan yang menyatakan bahwa “keselamatan orang percaya tidak mungkin hilang”. Mengapa ? Karena dalam Yohanes 10: 28 Yesus Kristus menyatakan bahwa “mereka pasti tidak akan binasa”. Kata yang diterjemahkan “tidak akan” adalah kata Yunani “ου μη (ou mê)”. Suatu negatif ganda, yaitu kata “ou” dan “mê” keduanya berarti “tidak”. 

Menurut Anthony Hoekema, bahwa frase “mereka pasti tidak akan binasa dalam dalam bahasa Yunani merupakan “cara pengungkapan negasi yang terkuat “ou mē” dengan aorist subjuctive. Secara harafiah ayat itu berbunyi “dan tidak ada kemungkinan sedikitpun bagi mereka untuk binasa sampai kekekalan”.[2] 

Millard J. Erickson dengan tepat menyimpulkan “Dengan kata lain, nas ini merupakan suatu penolakan yang pasti terhadap gagasan bahwa orang percaya sejati dapat hilang keselamatannya”.[3] Atau dengan kata lain, orang yang percaya yang diberi hidup kekal olehNya atau telah mendapat hidup kekal, dijamin pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya. 

Lebih lanjut, Yesus memastikan bahwa seorang pun tidak akan merebut orang percaya itu dari tanganNya. Artinya, kepastian dan jaminan keselamatan bagi orang percaya tidak tergantung pegangan mereka pada Kristus, melainkan tergantung pegangan Kristus pada diri mereka. Pegangan Kristus pada orang percaya itu begitu kuatnya sehingga tak akan dapat dilepas oleh siapapun, bahkan oleh orang percaya itu sendiri. 

Kemudian Yesus menambahkan lagi, dalam Yohanes 10: 29, “Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”. Disini Yesus memberitahukan bahwa Bapa juga akan menjaga orang percaya dan tidak ada seorangpun yang dapat merebutnya dari tangan Bapa. 

John Murray mengatakan demikian, “Jika kita berpaling ke Yohanes 10, kita akan menemukan bahwa yang menjadi latar belakangnya adalah suatu kepastian yang kunklusif bahwa orang-orang percaya tidak mungkin binasa... Jelas disini Yesus sedang membicarakan kepastian keamanan yang tidak mungkin gagal atas diri mereka yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu : Mereka pasti tidak akan binasa. Dan kepastian yang sama dijamin oleh fakta bahwa tidak ada seorangpun yang mampu merebut mereka dari tanganNya. 

Dan untuk menjamin kebenaran itu Ia berkata, ‘BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.’ Jaminan perlindungan yang tidak mungkin gagal adalah karena orang-orang yang diberikan kepada Anak telah berada di dalam tanan Anak dan sekalipun telah diberikan kepada Anak, mereka secara misteri tetap masih berada di dalam tangan Bapa. 

Dari tangan Bapa inilah tidak seorangpun mampu rebutnya. Jaminan ini adalah hak milik dari mereka yang diberikan kepada Anak oleh Bapa. Tetapi kita juag harus mengingat bahwa semua mereka yang diberikan kepada Kristus akan datang kepada Kristus, yaitu percaya kepadaNya, dan semua yang percaya kepadaNya adalah mereka yang diberikan kepadaNya”.[4]

Dengan demikian, orang percaya memiliki jaminan keamanan rangkap, dimana tangan Kristus dan tangan Bapa sendiri yang memegang erat tangan orang percaya sehingga tidak ada seorangpun yang dapat merebut orang percaya itu dari pegangan rangkap tersebut. Sekalipun orang-orang percaya itu ada kemungkinan sedang dalam keadaan lemah, namun mustahil ada kekuatan yang sanggup merampas mereka dari perlindungan rangkap itu. (Bandingkan Roma 8:38-39). Dan, sebagai titik awal berdasarkan perkataan Yesus dalam Yohanes 10:27-29 tentang jaminan keselamatan inilah saya memulai ajaran tentang “Kepastian Keselamatan Dalam Kristus”.

PENGERTIAN KEPASTIAN KESELAMATAN

Ajaran tentang kepastian keselamatan itu sangat penting! Karena itu, pertanyaan, “apakah benar bahwa keselamatan orang percaya itu bersifat pasti?” merupakan pertanyaan yang timbul karena ada sebagian orang Kristen yang meragukan keselamatannya. 

Selain itu, ada orang-orang tertentu yang mengajarkan bahwa keselamatan dalam Kristus itu bisa hilang.[5] Ajaran ini didasarkan pada penekanan yang berlebihan akan kehendak bebas dari pihak manusia. Menurut pandangan ini manusia telah menerima keselamatannya sebagai suatu tindakan dari kehendaknya dan karena itu ia dapat membatalkan keselamatannya, atau melalui dosa-dosa tertentu yang dilakukannya setelah ia diselamatkan maka keselamatan itu bisa hilang. 

Charles F. Baker menyatakan, “siapapun yang percaya terhadap ajaran tentang pembenaran oleh perbuatan dalam bentuk yang mana pun tentu secara logis akan percaya bahwa ia harus menunggu hingga akhir hanyatnya barulah dapat mengetahui apakah ia sudah cukup berbuat untuk memperolah keselamatan”.[6]

Ajaran tentang kepastian keselamatan memberi keyakinan bahwa keselamatan dan hidup kekal di dalam Kristus itu dijamin dan tidak bisa hilang bagi orang percaya. Orang yang tidak mempercayai jaminan kekal tidak akan memiliki kepastian dalam hidupnya. Kepastian keselamatan hanya dapat dimiliki oleh mereka yang percaya bahwa keselamatan itu semata-mata anugerah. Karena itu, kepastian keselamatan didasarkan pada jaminan kekal[7] bahwa anugerah keselamatan yang diterima orang percaya, yaitu orang yang telah lahir baru oleh Roh Kudus, tidak bisa hilang karena Allah sendiri yang menjaminnya. Jaminan keselamatan itu tidak terletak pada manusia, tetapi pada Allah sendiri; bukan pada kemampuan manusia tetapi pada kemampuan Allah untuk memeliharanya. 

Anthony A. Hoekema mengatakan, “J. Gresham Machen mengatakan pernah berkata, ‘Keselamatan kita tidak bergantung pada kekuatan iman kita’. Betapa benarnya penyataan ini! Baik kelemahan iman kita maupun perasaan ketidaklaykan kita tidak perlu menggoyahkan kepastian kita akan keselamatan. Dasar dari kepastian itu tidak berada di dalam kita, melainkan sepenuhnya terdapat di dalam Kristus dan karya keselamatan yang dikerjakanNya bagi kita”.[8] Dengan demikian, keyakinan bahwa keselamatan itu tidak bisa hilang merupakan konsekuensi logis dari kepastian keselamatan dan hidup kekal di dalam Yesus.

Berdasarkan penjelasan di atas maka kepastian keselamatan itu saya definisikan sebagai berikut, “kepastian keselamatan merupakan suatu keyakinan yang teguh bahwa anugerah keselamatan dan hidup kekal yang dimiliki orang percaya sejati di dalam Kristus tidak bisa hilang dan terjamin untuk selamanya”. 

Dengan demikian definisi tersebut mengakui hal-hal sebagai berikut, yaitu : (1) kepastian keselamatan merupakan suatu keyakinan yang teguh; (2) bahwa keselamatan dan hidup kekal itu adalah anugerah; (3) dimiliki hanya oleh orang percaya sejati; (4) dalam hubungan kesatuan dengan Kristus; (5) tidak bisa hilang dan terjamin untuk selamanya. 

AYAT-AYAT KITAB SUCI MENYATAKAN KEPASTIAN KESELAMATAN

Ajaran tentang kepastian keselamatan bukanlah didasarkan pada suatu kesimpulan logis semata-mata, ataupun alasan-alasan filosofis dogmatis tertentu, tetapi secara jelas diajarkan dalam Alkitab. Berikut ini ayat-ayat Alkitab yang menjadi dasar dari ajaran kepastian keselamatan, selain dari ayat dalam Yohanes 10:27-29, yang telah dibahas sebelumnya; sedangkan seperti 2 Korintus 1:21-22; Efesus 1:1-4; dan Efesus 4:30 dan ayat-ayat lainnya akan dibahas kemudian. 

1. Yohanes 5:24, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”. 

Eksegesis dan Analisis Teologis: Disini kita mendapatkan dua kata penting yang menjadi ciri orang-orang yang diselamatkan, yaitu kata “pisteuô (percaya)” dan “zôên aiônion (hidup kekal)”. Kata kerja “pisteuô” muncul sebanyak 246 kali dalam Perjanjian Baru dan selalu diterjemahkan dengan “percaya”. 
Pada saat kata “percaya” muncul dan digunakan maka pada umumnya mengandung makna: 

(1) keyakinan yang benar bahwa seseorang mempercayai hal yang kita anggap benar; 

(2) menaruh kepercayaan bahwa sesuatu atau seseorang dapat dipercaya. Jadi disini Yesus dengan jelas mengajarkan bahwa orang-orang percaya yang telah memiliki hidup yang kekal tidak akan dihukum karena dosa-dosanya, karena secara permanen ia telah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup. 

Kata Yunani untuk “berpindah” adalah “metabebēken” yang berasal dari kata kerja “metabainō” yang berarti “menyeberang”. Kata kerja ini memakai bentuk perfect tense yang mendeskripsikan kegiatan di waktu lampau dengan hasil yang tetap ada sampai sekarang. Tindakan ini digambarkan sebagai sesuatu yang final dan tidak bisa dibatalkan lagi. Seperti seorang yang telah membakar jembatan setelah ia menyeberanginya, maka tidak mungkin bagi orang percaya sejati akan menyeberang kembali dari kehidupan kepada maut. [9]

2. Yohanes 6:39-40, “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman”. 

Eksegesis dan Analisis Teologis: Disini Tuhan Yesus menyatakan siapapun yang telah diberikan Bapa kepadaNya, yang datang kepadaNya dengan iman sejati, akan menerima hidup yang kekal, dan Yesus tidak akan kehilangan satupun dari mereka karena Ia sendiri yang akan menjaga mereka sedemikian rupa di dalam keselamatan yang dikaruniakan sehingga mereka semua akan dibangkitkan pada akhir zaman pada hari kedatanganNya kembali. 

Hal ini sesuai dengan janjiNya sebelumnya di ayat 37 bahwa “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang”. Frase Yunani “με ου μη εκβαλω εξω (ou mê ekbalô exô)” dapat diterjemahkan “tidak akan Kulempar (Kucampakkan) keluar” yang berarti “sekali-kali tidak atau sekalipun tidak akan pernah”. 

Sedangkan kata “zôên aiônion” atau “hidup kekal” dalam ayat 40, tidak akan disebut hidup kekal jika seandainya bisa hilang atau karena bersyarat. Hidup kekal adalah suatu jenis kehidupan ilahi yang dianugerahkan Allah pada saat seseorang lahir baru”. 

Kata “zôên aiônion” disebutkan sebanyak tujuh belas kali dalam Injil Yohanes, yang secara eksplisit menunjukkan dua pengertian dari memiliki hidup yang kekal, yaitu : 

(1) Kehidupan sekarang yang tersedia untuk setiap orang yang percaya kepada Yesus (Yohanes 3:16; 5:24; 10:10). 

(2) Kehidupan pada masa yang akan datang, yaitu dibangkitkan untuk hidup kekal pada akhir zaman (Yohanes 6:40,54; 6:39,44; 11:24;12:,25,48); Dengan demikian ada dua aspek dari kehidupan kekal itu, yaitu masa sekarang dan masa depan.[10] Artinya, hidup kekal yang diterima pada masa depan merupakan kelanjutan dari kehidupan kekal yang diterima dan dialami di masa sekarang, seperti yang dikatakan Yesus, “... Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yohanes 11:25-26). 

Jadi hidup kekal tidak terbatas pada zaman yang akan datang, tetapi mencakup ke zaman sekarang yang kini tersedia untuk dialami orang percaya.[11]

3. Roma 8:33-39, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? 

Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan”. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”. 

Eksegesis dan Analisis Teologis: Disini rasul Paulus menjelaskan bahwa tidak ada seorangpun dapat menggugat orang pilihan Allah, juga tidak ada yang dapat menghukum orang yang telah diselamatkan. Hal ini karena fakta bahwa kini Kristus duduk disebelah kanan Allah sebagai pembela bagi setiap orang yang telah diselamatkan. 

Tidak ada satu pun kuasa dalam hidup ini atau dalam hidup yang akan datang yang sanggup memisahkan setiap orang yang telah diselamatkan dari kasih dalam Kristus Yesus. 

Menarik untuk memperhatikan bahwa kata Yunani untuk frase “lebih dari pada orang-orang yang menang” dalam ayat 37 adalah “hupernikomen” yang berarti “mendapat kemenangan mutlak”. Sedangkan kata Yunani untuk “pemenang” adalah “nikon”, yang berarti “menang atau mengalahkan”. 

Hal ini menggambarkan seorang yang oleh kasih karunia Allah yang diterimanya melalui iman kepada Yesus Kristus, telah mengalami kelahiran kembali (regenerasi) dan tinggal tetap di dalam kemenangan atas dosa, dunia dan Iblis, serta tetap setia pada Kristus sampai saat yang paling akhir dan memperoleh mahkota sebagai hadiah (Bandingkan 1 Korintus 9:25; Wahyu 3:10). [12]

Namun yang terutama ialah bahwa di Roma 8:33-39 ini merupakan konsekuensi dari pernyataan Paulus sebelumnya di dalam Roma 8:29-30, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya”. 

Kedua ayat ini oleh para ahli teologi disebut sebagai “The golden chain of salvation ( Rantai emas keselamatan)”, karena di dalam ayat ini kita menemukan serangkaian terminologi Alkitabiah seperti: penentuan, pemilihan, panggilan (bersifat efektif), pembenaran, dan pemuliaan, yang merupakan karakteristik dari orang-orang yang diselamatkan. Keselamatan kita itu sangat terjamin dan pasti karena didasarkan pada apa yang sudah Tuhan Allah perbuat bagi kita, bukan atas dasar apa yang kita perbuat pada Tuhan.

4. Ibrani 7:24-25, “Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka”.

Eksegesis dan Analisis Teologis: Disini rasul Paulus menyatakan bahwa Kristus menyelamatkan dengan sempurna mereka yang melalui Dia datang kepada Allah. Kata Yunani “dengan sempurna” adalah “eis to panteles” yang berarti “secara sempurna” atau “selama-lamanya”.[13] Makna dari arti “secara sempurna” menunjukkan bahwa Kristus mampu menyelamatkan umatNya secara secara total atau sampai sepenuhnya. 

Kemampuan menyelamat secara sempurna ini di dasarkan atas kebenaran bahwa Kristus hidup selama-lamanya dan Dia adalah Imam Besar Agung yang sempurna. Karena itu ia memang benar-benar melakukannya, yaitu menyelamatkan umatnya secara sempurna. Sedangkan makna dari arti “selama-lamanya” menunjukkan bahwa Kristus mampu menyelamatkan umatNya untuk selama-lamanya karena Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. 

Kata Yunani “Pengantara” dalam ayat tersebut adalah “entynchanó yang berarti “memohon bagi orang lain”. Permohonan ini merupakan tindakan Yesus sebagai Imam.[14] Setelah memberikan persembahanNya yang sempurna di atas salib , dan setelah naik ke surga, Kristus sekarang terus menjadi Pengantara bagi umatNya berdasarkan pengorbanan itu (Bandingkan Roma 8:34). 

Sudah pasti permohonan Kristus bagi umatNya didengar (Yohanes 11:41-42). Dengan demikian orang-orang yang baginya Kristus melakukan karya Perantaraan berdasarkan pengorbananNya yang sempurna, tidak mungkin tidak akan mencapai kemuliaan surgawi. Dengan kata lain mereka dijamin keselamatannya oleh karya Perantaraan Kristus.

5. Ibrani 10 :14, “Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”.

Eksegesis dan Analisis Teologis: Teks ini menunjukkan pekerjaan yang telah digenapi melalui kematian Kristus, yaitu kekudusan yang dianugerahkan kepada orang percaya berdasarkan apa yang telah dilakukan Yesus. Disini kita menemukan satu lagi ciri dari orang yang telah diselamatkan yaitu: pengudusan. 

Orang-orang yang diselamatkan adalah orang-orang yang telah dikuduskan oleh Kristus melalui pengorbanNya yang sudah selesai di kayu salib. Manusia dikuduskan seketika saat mereka menyerahkan diri kepada Kristus. 

Dengan demikian ayat tersebut menunjukkan bahwa karya Kristus dilakukan satu kali untuk selama-lamanya. Ketika manusia bertobat dan menyerahkan diri pada Yesus, mereka akan mengambil bagian dalam pekerjaan yang telah digenapi dan dikuduskan itu. Dengan kata lain mereka dilayakkan untuk menghadap hadirat Allah dan diampuni dosa-dosanya. Namun di lain pihak kita harus mengintah bahwa pengudusan merupakan tindakan yang progresif dalam kehidupan Kristen. 

Kevin J. Conner mengatakan, “Alkitab mengajarkan bahwa penyucian bersifat segera dan berkembang; bersifat posisi dan praktis; meliputi baik status maupun keadaan; bersifat hukum dan pengalaman; suatu tindakan dan suatu proses”.[15] Alkitab menunjukkan dua aspek pengudusan yang dihubungkan dengan waktu pengudusan, yaitu : Pengudusan kedudukan atau disebut juga pengudusan posisi (positional sanctification) dan Pengudusan pengalaman, yang disebut juga pengudusan progresif (progressive sanctification).[16]

Pengudusan posisi, yang disebut juga pengudusan judikal yang terjadi secara seketika (defenitif) pada saat kelahiran kembali oleh Roh Kudus (1 Korintus 1:2; 6:11; Ibrani 2:11). 

Henry C. Thiessen mengatakan, “Pengudusan ini berhubungan dengan kedudukan. Alkitab mengajarkan bahwa ketika seseorang percaya kepada Kristus, pada saat itu pula ia sudah dikuduskan.”[17] Pengudusan ini merupakan pekerjaan objektif Allah, bukan merupakan pengalaman subjektif orang percaya. 

Mengenai pengudusan podisi ini Charles F. Beker mengatakan, “Dengan ini dimaksudkan kedudukan yang dipasahkan bagi Allah. Pengudusan dalam hal kedudukan merupakan pekerjaan objektif Allah, bukan pengalaman subjektif orang percaya.”[18] Dalam hal ini kekudusan Kristus diperhitungkan kepada seseorang pada saat ia percaya. 

Ia disebut kudus karena telah dipisahkan dengan cara ditempatkan di dalam Kristus. Kedudukannya tersebut adalah kedudukan yang sempurna di hadapan Allah. Kristus telah menjadi pengudusan baginya (1 Korintus 1:30; Ibrani 10:10). Alkitab mengatakan, Kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibrani 10:10). 

TullianTchividjian mengatakan, “Allah memperhitungkan kepada saya pemuasan, kebenaran dan kekudusan sempurna Kristus, seakan-akan saya tidak pernah melakukan dosa apa pun, dan diri saya telah mencapai semua ketaatan yang telah Kristus berikan kepada saya.”[19] Sedangkan pengudusan pengalaman, yang disebut juga pengudusan progresif, dan merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus. 

Henry C. Thiessen mengatakan, “Sebagai suatu proses, pengudusan berlangsung sepanjang hidup.”[20] Pengudusan progresif ini berhubungan dengan tingkah laku karena itu disebut juga aspek subjektif dari pengudusan. Jadi pengudusan dapat dilihat sebagai seketika dan juga sebagai proses. 

Itulah sebabnya orang percaya, setelah dikuduskan (seketika) harus hidup dalam kehidupan yang kudus setiap hari. Karena itulah semua surat Perjanjian Baru memiliki nasihat bagi orang percaya untuk bertumbuh di dalam Kristus dan memiliki kehidupan yang disucikan dan dikhususkan (Roma 6:19,22; 1 Tesalonika 4:7; 5:23; 1 Timotius 2:15; Ibrani 10:14; 12:14; 2 Petrus 3:18). 

Namun, pengudusan akhir dan lengkap (perfected sanctification), yang merupakan pengudusan penyempurnaan bagi orang percaya akan terjadi pada saat Yesus Kristus datang kembali. Pada saat itu segala ketidaksempurnaan kita dan kehadiran dosa dihapuskan dari hidup orang percaya (1 Tesalonika 3:13; 5:23,24; Ibrani 6:1,2).

6. Ibrani 13 :5b-6, “Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”. Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"

Eksegesis dan Analisis Teologis: Disini rasul Paulus menyatakan kepastian keselamatan yaitu jaminan penyertaan itu disepajang hidup orang percaya. Ia mengatakan bahwa jaminan kepastian keselamatan ini tersebut didasarkan atas janji Tuhan yang tidak akan pernah membiarkan dan tidak pernah meninggalkan orang percaya itu. 

Ketika Tuhan berkata, “aku tidak akan pernah membiarkan engkau dan aku tidak akan pernah meninggalkan engkau”, maka ganda negatif digunakan untuk menyampaikan pengertian “tidak pernah” yang paling kuat dalam bahasa Yunani. Disini, sekali lagi, kata Yunani yang digunakan adalah kata “ou mē” yang berarti “tidak pernah”. 

Ganda negatif dalam ayat ini muncul dua kali di dalam satu pernyataan Tuhan ini. Kata “ou mē” digunakan dalam bahasa Inggris untuk “never” dan “nor”. Parafrase lain untuk menunjukkan kekuatan dari apa yang Tuhan maksud dalam ayat ini demikian, “Aku tidak akan dengan cara apapun mengecewakan engkau atau melepaskan engkau atau meninggalkan engkau tanpa dukungan. Aku tidak akan, aku tidak akan, aku tidak akan dalam tingkat manapun membiarkan engkau tidak berdaya dan tidak akan meninggalkan engkau atau melepaskan engkau atau tidak akan mengendurkan peganganKu kepadamu! Pasti tidak akan pernah!

Jadi ketika Tuhan mengatakan “Aku tidak akan pernah”, hal itu memberi kita keyakinan bahwa Ia menjamin keselamatan kita dari awal sampai akhir. Ini juga berarti bahwa ketika kita di atas Ia bersama kita. Ketika kita di bawah Ia juga tetap bersama kita. Ketika kita senang Ia bersama kita dan ketika kita sedih Ia ada bersama kita memberi kita penghiburan. Ketika kita kuat ia bersama kita dan ketika kita lemah Ia ada untuk menguatkan kita. Ketika kita melakukan yang benar Ia ada bersama kita dan ketika kita gagal Ia masih tetap ada bersama kita untuk menolong kita. Itulah artinya ketika Tuhan kita berkata bahwa Ia tidak akan pernah membiarkan kita atau tidak akan pernah meinggalkan kita! 

Rick Cornish menegaskan, “Yakinlah bahwa kegagalan-kegagalan kita (dan kita semua melakukannya) bersifat sementara. Allah akan memelihara kepunyaan selamanya. Orang-orang yang tidak percaya mungkin mengaku telah diselamatkan meskipun sesungguhnya mereka tidak diselamatkan, tetapi orang yang sungguh-sungguh diselamatkan tidak akan kehilangan keselamatan mereka”.[21]

Jadi jika ada orang yang mengatakan bahwa kita dapat kehilangan keselamatan kita di dalam Yesus Kristus, berhentilah mendengarkan orang itu! Jangan biarkan adanya orang-orang yang merampaskan kepastian keselamatan kita di dalam Yesus Kristus. 

Sebab ketika Tuhan mengatakan “sekali-kali tidak akan pernah” maka artinya “sekali saja pun Ia memang tidak akan pernah”, dan Tuhan kita tidak pernah dan tidak akan pernah berdusta untuk janjiNya tersebut. Karena itu dengan yakin kita dapat berkata seperti rasul Paulus, “karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah aku percayakan kepadaNya hingga pada hari Tuhan.” (2 Timotius 1:12b) dan “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Filipi 1:6).

7. 1 Petrus 1:3 -5, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”. 

Eksegesis dan Analisis Teologis: Disini rasul Petrus menyatakan kepastian keselamatan bagi orang percaya yang telah dilahirkan kembali (regenerasi). Dalam ayat ini kita menemukan kata Yunani “anagennaō” yang berarti “memperanakkan kembali” atau “menyebabkan untuk dilahirkan kembali”. 

Disini rasul Paulus menghubungkan regenerasi dengan kebangkitan Kristus, bahwa dilahirkan kembali melalui kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus sungguh merupakan sumber kehidupan rohani kita yang baru, karena Allah menjadikan kita hidup bersama dengan Kristus. Melalui regenerasi ini kita dibawa kepada hidup yang penuh pengharapan untuk menerima warisan yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu. 

Dan jaminan kepastian keselamatan ini didasarkan atas fakta bahwa kita dipelihara dalam kekuatan Allah. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “dipelihara” adalah “phorouroumenous” dari kata kerja “phroureō” yang berarti “menjaga, melindungi atau menyimpan”. Kata ini sama dengan kata yang berarti penjagaan atau perlindungan sebuah kota oleh pasukan tentara (bandingkan 2 Korintus 11:32).[22] 

Disini, orang percaya dijaga dan dilindungi bukan oleh unsur-unsur manusiawi yang lemah seperti pasukan tentara yang menjaga dan melindungi suatu kota, melainkan oleh Allah sendiri. Kuasa Allah, kuasa yang paling kuat di seluruh semesta ini, secara tidak henti-hentinya melindungi, menjaga, dan menyimpan keadaan final keselamatan orang percaya. Dengan demikian kita memiliki kepastian akan jaminan keselamatan melalui pemeliharaan Allah yang Mahakuasa dan berdaulat itu.

8. 1 Yohanes 5:11-13, “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:11-13). 

Eksegesis dan Analisis Teologis: Disini Yohanes menjelaskan bahwa Allah telah mengaruniakan anakNya, Yesus Kristus yang melaluiNya manusia dapat memiliki hidup yang kekal. Selanjutnya Yohanes dalam suatu cara yang deduktif memberikan sebuah silogisme hipotesis bahwa “Jika Anak memiliki hidup kekal, maka orang yang memiliki Anak pasti juga memiliki hidup kekal”. 

Berdasarkan penyataan rasul Yohanes tersebut kita mengetahui bahwa dengan memiliki Yesus Kristus maka kita memiliki hidup yang kekal. Memiliki Kristus sama artinya dengan menjadi milik Kristus. Dengan demikian disini kita menemukan ciri bahwa orang yang telah diselamatkan adalah mereka yang telah menjadi milik Kristus. Menjadi milik Kristus menyebabkan kita dapat memiliki dan menikmati hidup kekal dalam Kristus di masa kini dan masa yang akan datang dalam kekekalan di surga.[23]

Ringkasnya, ajaran tentang kepastian keselamatan bukanlah didasarkan pada suatu kesimpulan logis semata-mata, ataupun alasan-alasan filosofis dogmatis tertentu, tetapi secara jelas diajarkan dalam Alkitab, seperti dalam ini Yohanes 5:24; 6:37-40;10:27-30; Roma 8:29-39; Ibrani 7:24-25; 10 :14; 13 :5b-6; 1 Petrus 1:3-5; 1 Yohanes 5:11-13. 

Berdasarkan eksegesis dan analisis terhadap ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan dua hal, yaitu: 

(1) Kepastian keselamatan merupakan suatu keyakinan yang teguh bahwa anugerah keselamatan dan hidup kekal yang dimiliki orang percaya sejati di dalam Kristus tidak bisa hilang dan terjamin untuk selamanya. Dengan demikian, keyakinan bahwa keselamatan itu tidak bisa hilang merupakan konsekuensi logis dari kepastian keselamatan dan hidup kekal di dalam Yesus. 

(2) Ciri-ciri Alkitabiah dari orang-orang yang telah diselamatkan adalah sebagai berikut: Beriman (percaya), milik Kristus, dilahirkan kembali (regenerasi), memiliki hidup kekal, dipilih, dibenarkan, dikuduskan, dan dimuliakan.

ALASAN BAGI KEPASTIAN KESELAMATAN

Kepastian keselamatan hanya dapat dimiliki melalui keyakinan terhadap jaminan bahwa keselamatan itu bersifat kekal dan tidak bisa hilang, karena Allah yang memelihara, menjaga dan melindungi orang percaya sehingga mereka tetap aman selamanya. Berikut ini tujuh alasan kepastian keselamatan bagi orang percaya.

1. Pemilihan Allah yang Berdaulat Atas Orang Percaya. 

Paulus, dalam Efesus 1:4-6 mengatakan “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia, yang dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihiNya”. 

Disini rasul Paulus menekankan bahwa keselamatan orang percaya terjamin karena Bapa yang telah memilih mereka untuk keselamatan sejak kekekalan dan menurut kehendakNya yang berdaulat. 

Kata Yunani “memilih” dalam ayat 4 adalah “eklego” yang berarti “memanggil keluar dari antara orang banyak”.[24] Kata tersebut menekankan arti sekali untuk selamanya dan bentuknya middle voice menunjukkan bahwa Allah memilih untuk diriNya sendiri. 

Selanjutnya dalam Roma 8:30 mengatakan, “Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya” 

Ayat ini memberitahukan kita bahwa dari sejak saat Allah memilih kita, kita seperti dipermuliakan di hadapanNya di surga. Tidak ada yang dapat mencegah orang percaya dipermuliakan karena Tuhan sudah terlebih dahulu merencanakannya. Sekali seseorang dibenarkan, keselamatannya terjamin, sama terjaminnya seperti dia sudah dipermuliakan di surga.

2. Kematian Kristus Yang Efektif Bagi Orang Percaya. 

Dalam Roma 8:33-34 Paulus menanyakan dua pertanyaan penting, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Roma 8:33-34). 

Siapa yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Tidak ada seorangpun, karena Kristus adalah Pembela bagi mereka. Siapa yang akan menghukum mereka? Tidak ada seorangpun, karena Kristus, Dia yang telah mati bagi mereka, dan menjadi Pembela mereka. Keselamatan orang percaya terjamin karena Kristus telah mati bagi mereka. Sebab jika keselamatan orang percaya dapat hilang maka karya Kristus tidak efektif dan menjadi sia-sia. Ini tidak benar, karena menurut rasul Paulus, kematian Kristus telah membayar dosa itu. 

Kristus menjamin bahwa setiap orang yang percaya kepadaNya pasti selamat dan tidak akan pernah terhilang, karena hal itu merupakan kehendak Allah, “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yohanes 6:39-40).

3. Roh Kudus Yang Melahirbarukan Orang Percaya. 

Rasul Paulus menyatakan dalam Titus 3:5, “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus”. Disini rasul Paulus menegaskan bahwa seorang yang telah lahir baru oleh Roh Kudus adalah seorang yang telah diselamatkan dan keselamatan itu adalah pemberian Allah. Selanjutnya rasul Paulus juga menyatakan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17). 

Jikalau orang Kristen dapat kehilangan keselamatannya, maka itu berarti sama dengan “lahir baru” yang dibatalkan. Tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa lahir baru dapat diambil kembali atau dibatalkan. Pemberian kelahiran baru adalan tindakan Allah yang terjadi secara seketika, sekali, dan untuk selamanya. Paulus mengatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap.

4. Roh Kudus Yang Berdiam Di Dalam Orang Percaya. 

Roh Kudus yang melahirbarukan adalah Roh Kudus yang juga berdiam di dalam orang percaya. Setiap orang percaya memiliki Roh Kudus yang berdiam dalam diri mereka, dan karena itulah mereka adalah milik Kristus. Rasul Paulus mengatakan, “Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” (Roma 8:9; Bandingkan Yohanes 14:17). 

Roh Kudus yang berdiam dalam setiap orang percaya ini membaptiskan orang percaya ke dalam Tubuh Kristus. Rasul Paulus menjelaskan demikian, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1 Korintus 12:13). Dalam 1 Korintus 12:13 ini kalimat yang digunakan rasul Paulus dalam bentuk aorist tense (past principle tense), yaitu menunjuk kepada suatu peristiwa yang sudah lewat, yang terjadi hanya satu kali dan tidak akan pernah terulang lagi. 

Baptisan Roh Kudus itu hanya terjadi satu kali, yaitu pada hari Pentakosta di Yerusalem. Artinya, setiap orang percaya secara status telah dibaptiskan ke dalam tubuh Kristus bersama-sama dengan orang-orang pilihan atau yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus di segala zaman, sejak hari Pentakosta itu. Tetapi secara pribadi, baptisan Roh Kudus itu diterima ketika seseorang percaya kepada Kristus dan menerima Roh Kudus, pada saat kelahiran baru. 

Dan, agar seorang percaya dapat kehilangan keselamatannya, itu berarti Roh Kudus harus dikeluarkan dan orang itu dan ia diputuskan dari Tubuh Kristus. Ini mustahil karena kalahiran baru itu dijamin oleh Allah dan jaminan kekal ini didasarkan atas kasih karunia Allah dan fakta bahwa kehidupan kekal merupakan suatu karunia dan bersifat abadi (Roma 8:28-39).[25]

5. Pemeteraian Oleh Roh Kudus Atas Orang Percaya. 

Roh Kudus yang membaptis, melahirbarukan, dan yang mendiami orang percaya adalah Roh Kudus yang menjadi jaminan bagi keselamatan mereka. Paulus mengajarkan “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2 Korintus 1:21-22). 

Selanjunya, “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan” (Efesus 4:30). Pemeteraian merupakan uang muka untuk menjamin warisan orang percaya di masa depan. 

Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “jaminan” adalah “arrabon”. Kata ini pada dasarnya merupakan istilah dagang. Artinya ialah pembayaran pertama atau angsuran pertama dari suatu pemberian atau dari sejumlah uang yang harus dibayar, yang diserahkan sebagai jaminan bahwa sisanya akan dilunasi kemudian. 

Dengan membayar jaminan orang harus membayar sisanya. Dalam hubungannya dengan keselamatan, jaminan didefinisikan sebagai tindakan Allah memelihara untuk selama-lamanya orang percaya kepada Kristus dan telah lahir baru oleh Roh Kudus yang berdiam di dalam mereka.

6. Anugerah Hidup Kekal Di Dalam Kristus. 

Rasul Yohanes menuliskan demikian, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Kata “binasa” dalam ayat ini adalah “apolêtai” yang berarti “hilang, terbuang, menjadi kebinasaan, dan kematian”. 

Kata “apolêtai” dalam ayat ini tidak hanya menunjuk pada kematian jasmani, tetapi pada perpisahan kekal dengan Allah dan pada hukuman kekal di neraka. Jadi yang dimaksud dengan frase Yunani “tidak binasa” dalam ayat ini adalah “mê apolêtai” yang berarti “tidak menjadi binasa dalam kekekalan di neraka”. 

Sedangkan frase Yunani “beroleh hidup yang kekal” dalam Yohanes 3:16 adalah “all ekhê zôên aiônion”. Kata “ekhê” berarti “mempunyai” atau “memiliki” dan kata “zôên” berasal dari kata “zôê” berarti “hidup yang baru” atau “hidup yang telah diperbaharui”. Sedangkan kata “aiônion” menujukkan “keabadian” atau “ketiadaan akhir”. 

Jadi menurut Yohanes 3:16, Allah memberikan AnakNya yang tunggal, Kristus itu bukan hanya supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, tetapi untuk menyelamatkan dan memberikan hidup kekal kepada mereka. Allah memberikan (mengorbankan) AnakNya yang tunggal dan mati di kayu salib, dengan tujuan untuk mengaruniakan hidup kekal (zôên) kepada manusia sebagai kontras dari kebinasaan (apolêtai). 

Bagi orang percaya, hidup itu bukan hanya “kronos”, yaitu saat hidup di dunia ini di masa kini, tetapi juga “aiônios” yaitu di masa depan di dalam kekekalan. Alkitab mengatakan “... tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Dan lagi, “... Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:11-13). 

Jadi, jika seseorang percaya kepada Yesus hari ini dan mendapatkan hidup kekal, dan kemudian hilang di hari berikutnya, itu bukanlah hidup kekal yang Alkitab maksudkan. Karena itu kalau ada orang kehilangan keselamatannya, itu berarti janji hidup kekal dalam Alkitab adalah suatu kepalsuan. Sebaliknya, Kristus menjamin keselamatan kita “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (Yohanes 10:28-29).[26]

7. Pemeliharaan Allah Atas Orang Percaya. 

Argumen yang paling menentukan dikatakan oleh Alkitab sendiri, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). 

Kuasa Allah lebih dari cukup untuk memelihara orang percaya dari awal hingga akhir, dan membawa mereka dalam kekekalan, sebagaimana yang dikatakan Yudas, “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supayajangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin” (Yudas 1:24-25). 

Bahwa Allah yang menyelamatkan kita juga adalah Allah yang akan memelihara kita. Karena itu, sekali selamat tetap selamat. Keselamatan kita terjamin dalam kekekalan!

PENUTUP:

Ajaran tentang kepastian keselamatan memberi keyakinan bahwa keselamatan dan hidup kekal di dalam Kristus itu dijamin dan tidak bisa hilang bagi orang percaya. Namun sayang, masih ada beberapa orang yang meragukan keselamatannya, bahkan meyakini bahwa keselamatan dan hidup kekal di dalam Yesus yang telah mereka terima ada kemungkinan bisa hilang. 

Hal ini terutama di dasarkan pada Ibrani 6:4-6 dan beberapa ayat lainnya dengan menyimpulkan bahwa seseorang dapat jatuh secara total dari anugerah dan kehilangan keselamatannya. Terhadap Teks Ibrani 6:4-6 ada dua tafsiran umum yang yaitu: 

(1) bahwa orang-orang yang dimaksud dalam teks ini benar-benar telah diselamatkan tetapi kini kehilangan keselamatannya; 

(2) bahwa orang-orang yang dimaksud dalam teks ini belum pernah diselamatkan. Namun, dari penjelasan sebelumnya berdasarkan (Yohanes 5:24; 6:37-40; 10:27-30; Roma 8:29-39; Ibrani 7:24-25; 10:14-15; 13 :5b-6; 1 Petrus 1:3 -5; 1 Yohanes 5:11-13) bahwa orang-orang yang telah diselamatkan dan memiliki hidup kekal tidak akan pernah kehilangan keselamatannya, melainkan keselamatannya itu terjamin oleh Allah, maka saya menyimpulkan bahwa teks Ibrani 6:4-6 tersebut jelas membicarakan tentang orang-orang yang belum diselamatkan, dengan demikian tafsiran kedua yang saya anggapan paling sesuai.

Selanjutnya, bahwa ciri-ciri Alkitabiah dari orang-orang yang diselamatkan berdasarkan ayat-ayat (Yohanes 5:24; 6:37-40; 10:27-30; Roma 8:29-39; Ibrani 7:24-25; 10:14-15; 13 :5b-6; 1 Petrus 1:3 -5; 1 Yohanes 5:11-13) di atas antara lain: beriman, lahir baru, milik Kristus, dipilih, dibenarkan, dikuduskan, dan dimuliakan. 

Tetapi jika memperhatikan ciri-ciri orang-orang yang disebut dalam Ibrani 6:4-6 yaitu: 

(1) pernah diterangi (hapax phōtisthentas) hatinya; 

(2) pernah mengecap karunia surgawi (dōrea, yang tidak sama artinya dengan “charisma atau karunia rohani); pernah mendapat bagian (metochous genèthentas) dalam Roh Kudus; pernah mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, maka dalam Ibrani 6:4-6 tersebut tidak satupun disebutkan ciri-cari dari orang-orang yang telah diselamatkan. 

Jadi, walaupun mereka pernah diterangi hatinya, mengecap karunia surgawi, mendapat bagian dalam Roh Kudus, mengecap firman yang baik, dan karunia-karunia yang akan datang, tetapi mereka belum diselamatkan karena mereka belum percaya (beriman) dan belum memiliki hidup yang kekal di dalam Kristus. 

R.C. Sproul menjelaskan bahwa jika seseorang memiliki iman yang menyelamatkan, maka ia tidak akan pernah kehilangan iman itu.[27] Dan jika ia sampai kehilangan, maka artinya sejak semula ia memang tidak pernah memilikinya, sebagaimana yang ditulis oleh rasul Yohanes, “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita. Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya” (1 Yohanes 2:19-20).[28] 

Berdasarkan penjelasan rasul Yohanes tersebut kita mengerti bahwa adalah hal yang mungkin bagi seseorang untuk tertarik pada unsur-unsur tertentu dari Kekristenan tanpa pernah menerima Kristus sendiri. Orang-orang seperti itu tidak sungguh-sungguh memiliki iman yang menyelamatkan dan hidup kekal dalam Kristus, sehingga mereka disebut sebagai “orang-orang yang tidak termasuk pada kita”, atau dengan kata lain memang belum pernah diselamatkan. 

Rick Cornish mengatakan, “Mereka tidak kehilangan keselamatan karena mereka tidak pernah memilikinya”.[29] Dengan lain kata, mereka yang belum diselamatkan itu tidak mungkin kehilangan apa yang tidak pernah mereka miliki!

Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology. Terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta.
Berkhof, Louis., 2011. Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan. Jilid 4, Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Boice, James M., 2011. Dasar-dasar Iman Kristen. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Carson, D.A., 2009. Kesalahan-Kesalahan Eksegetis. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang. 
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta. 
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
______________., 2000. Approaching God. Jilid 2. Terjemahan, Penerbit Interaksara: Batam.
Evans, Tony, 2005. Sungguh-sungguh Diselamatkan, terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Fee, Gordon D., 2008. New Testament Exegesis. Edisi Ketiga. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
____________., 2009. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia Publising: Jakarta. 
Gunawan, Samuel., 2014. Kharismatik Yang Kukenal dan Kuyakini. Penerbit Bintang Fajar Ministries: Palangka Raya.
Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 3. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 3, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
__________________., 2009. Pengantar Perjanjian Baru. Jilid 2 Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah, Penerbit Momentum : Jakarta.
Ladd, George Eldon., 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahkan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung. 
Marxsen, Willi., 2012. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Murray, John., 1999. Penerapan dan Penggenapan Penebusan. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Nggadas, Deky Hidnas Yan., 2013. Paradigma Eksegetis Penting dan Harus. Penerbit Indie Publising: Depok.
Scahnabal, Echhard J., 2010. Rasul Paulus Sang Misionaris: Perjalanan, Stategi dan Metode Misi Rasul Paulus. Terj, Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang. 
______________., 2000. Mengenali Alkitab. Edisi revisi, terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Soedarmo, R., 2000. Ikhtisar Dogmatika. Cetakan ke-11. Penerbit BPK : Jakarta.
Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. 
Stuart, Douglas & Gordon D. Fee., 2011. Hermeneutik: Menafsirkan Firman Tuhan Dengan Tepat. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. 
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
___________., 2011. Hermeneutika: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Tabb, Mark, ed., 2011. Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa Yang Kita Yakini. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.
Tchividjian, Tullian., 2013. Yesus Ditambah Nihil Sama Dengan Segalanya. Terjemahan, penerbit Light Publising: Jakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Williamson, G.I., 2012. Westminster Confession Of Faith. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
[1] Pandensolang, Welly., Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta, hal. 177. 
[2]Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah, Penerbit Momentum : Jakarta, hal. 321.
[3]Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 223.
[4]Murray, John. 1999. Penggenapan dan Penerapan Penebusan. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta, hal. 200-201.
[5]Dalam sejarah Kekristenan, sementara Calvinisme menekankan bahwa keselamatan dalam Kristus itu dijamin dan tidak bisa hilang bagi orang percaya sejati, maka Arminianisme menyatakan yang sebaliknya, bahwa keselamatan dalam Kristus itu bisa hilang (Lihat, Tabb, Mark, ed., 2011. Mari Berpikir Tentang Teologi: Apa Yang Kita Yakini. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria: Yogyakarta, hal 249-259). Charles F. Beker menyimpulkan dengan tepat saat menyatakan, “secara umum dapat dikatakan, Calvinisme menegakkan ajaran tentang jaminan, sedangkan Arminianisme menolaknya” (Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology. Terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta, hal. 590).
[6]Beker, Charles. F., A Dispensasional Theology, hal. 591.
[7]Jaminan kekal disebut juga dengan istilah-istilah teologis seperti “pemeliharaan Tuhan atas orang-orang kudus” dan “ketekunan orang percaya sejati. Tentang ketiga istilah ini Charles C. Ryrie menjelaskan demikian, “Jaminan kekal merupakan karya Allah yang menjamin bahwa karunia keselamatan, apabila telah diterima, adalah untuk selamanya dan tidak bisa hilang... Pemeliharaan mirip sekali dengan jaminan kekal karena menekankan karya Allah dalam memelihara keselamatan orang percaya. Ketekunan... berarti bahwa orang-orang percaya tidak mungkin sama sekali atau pada akhirnya kehilangan anugerah, tetapi pasti akan bertekun dalam anugerah itu sampai akhir, dan akan diselamatkan untuk selama-lamanya”. (Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 2, Terjemahan,
Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta, hal. 89).
[8]Hoekema, Anthony A., Diselamatkan Oleh Anugerah, hal. 200.
[9]Ibid, hal. 318.
[10]Lihat: Ladd, George Eldon., 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahkan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung, hal. 338-346; Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 370-371.
[11]Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal. 263.
[12]Untuk frase, “more than conquerors ” (Roma 8:37, KJV), sudah saya jelaskan dalam artikel saya yang berjudul “Lebih Dari Pemenang”. 
[13]Hoekema, Anthony A., Diselamatkan Oleh Anugerah, hal. 325.
[14]Ibid. 
[15]Conner, Kevin J., 2004. A Practical Guide to Christian Bilief. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang, hal. 695.
[16]Para teolog biasanya ketika membicarakan pengudusan (sanctification), selain membicarakan pengudusan judikacal atau posisi (positional sanctification) dan pengudusan pengalaman atau progresif (progressive sanctification), juga menyertakan pengudusan akhir dan lengkap (perfected sanctification). Untuk pembahasan tersebut dapat dilihat dalam : Enns, Paul., The Moody Handbook of Theology. Jilid 1, hal 408-409; Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, hal. 444-449; Beker, Charles. F., A Dispensasional Theology, hal. 585-587; Conner, Kevin J., A Practical Guide to Christian Bilief, hal. 695-697.
[17]Thiessen, Henry C., 1992. Teologi Sistematika, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal. 445.
[18]Beker, Charles. F., A Dispensasional Theology, hal. 585. 
[19]Tchividjian, Tullian., 2013. Yesus Ditambah Nihil Sama Dengan Segalanya. Terjemahan, penerbit Light Publising: Jakarta, hal. 149
[20]Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, hal. 446.
[21]Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung, hal. 252.
[22]Hoekema, Anthony A., Diselamatkan Oleh Anugerah, hal. 327.
[23]Tentang hidup kekal ini sudah saya bahas dalam artikel yang berjudul “Anugerah Hidup Kekal Di Dalam Yesus Kristus”.
[24]Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang, hal 446.
[25]Gunawan, Samuel., 2014. Kharismatik Yang Kukenal dan Kuyakini. Penerbit Bintang Fajar Ministries: Palangka Raya, hal. 130-131.
[26]Tentang hidup kekal ini sudah saya bahas dalam artikel yang berjudul “Anugerah Hidup Kekal Di Dalam Yesus Kristus”.
[27]Sproul, R.C., 1997. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang, hal. 265. 
[28] Ibid, hal 265-266.
[29] Cornish, Rick., Five Minute Theologian., hal. 250.
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post