UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN

Pdt. DR. Stephen Tong.
UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN
PENDAHULUAN: UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN.

Sekilas tema “Ujian, Pencobaan, dan Kemenangan” ini sepertinya merupakan tema yang biasa. Tetapi kita segera harus menyadari bahwa ini bukanlah tema yang sederhana, karena ternyata tema ini memiliki relevansi yang sedemikian kompleks dalam kehidupan manusia.

Mengapa manusia, khususnya orang Kristen, harus berada di bawah pencobaan? Mengapa orang Kristen diperbolehkan oleh Allah untuk dicobai Iblis? Dan bagaimana orang Kristen bisa hidup mencapai kemenangan?

Mungkin Saudara menduga bahwa pembahasan dalam buku ini akan dibagi menurut sub-topik yang ada, seperti bab 1 tentang ujian, kemudian bab 2 tentang pencobaan, dan bab 3 tentang kemenangan; namun sebenarnya tidak demikian. Pembahasan dalam setiap bab justru akan mengaitkan semua sub-topik secara keseluruhan.

Pada bab 1 kita akan membicarakan tentang manusia sebagai makhluk yang krusial. Di sini kita akan melihat status manusia yang begitu unik yang mengakibatkan manusia harus menerima ujian dan pencobaan. Di samping itu, kita juga akan melihat asal mula dosa dan kaitan semua itu dengan manusia. Pada bab 2 kita akan membicarakan status manusia dalam suatu paradoks yang bersifat krusial. Kita akan melihat lima “status antara” dari manusia yang bersifat kritis sebagai akibat manusia diciptakan sesudah adanya Iblis. Pada bab 3 kita akan membicarakan keharusan ujian dan pencobaan sebagai proses yang harus dijalani oleh manusia. Dan pada bab 4, kita akan membahas Kristus sebagai teladan segala zaman, yang telah mengalami ujian dan pencobaan dan mencapai kemenangan-Nya.

Dengan metode pembahasan seperti ini, Saudara mungkin akan berpikir bahwa apa yang sedang dibahas sepertinya tidak masuk ke dalam tema atau sub-tema yang ada di atas, padahal justru di dalam semua pembahasan yang akan dilakukan, justru semua sub-tema itu sedang diselesaikan secara integral.

BAB 1 :

MANUSIA : MAKHLUK KRUSIAL (1)

“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kejadian 2:7)

“Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 2:9)

“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kejadian 2: 15-17)

“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." (Kejadian 3:1-5)

Di tengah taman Eden terdapat dua batang pohon, yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tuhan memperbolehkan Adam dan Hawa memakan buah dari semua pohon yang ada kecuali pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, karena pada hari mereka memakannya, mereka akan mati. Tetapi ketika ular mendatangi perempuan itu, ia membalik perkataan Tuhan, seolah-olah Tuhan berkata bahwa semua buah dalam taman tidak boleh dimakan. Perempuan itu kemudian menjawab, bahwa kecuali pohon yang di tengah, semua boleh dimakan. Di sini sudah terjadi ketidak-akuratan interpretasi karena di tengah taman ada dua pohon, yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, sedangkan Tuhan hanya melarang menusia makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

MANUSIA CIPTAAN YANG UNIK

Saya percaya Saudara sudah berulang kali membaca ayat-ayat di atas, tetapi mari saat ini kita memikirkan: ”Bilamanakah Adam, dan Hawa diciptakan dan di dalam keadaan seperti apakah mereka diciptakan? Bukan saja demikian, tetapi juga kewajiban apa yang Tuhan berikan kepada mereka? Dan pada akhirnya, apa yang terjadi setelah mereka melanggar perintah Tuhan Allah?”

Kini kita baru mau menyelusuri mengapa manusia harus menderita, mengapa manusia harus mengalami ujian, dan harus dicobai oleh Setan (Iblis). Kita juga mau menelusuri apa maksud Tuhan menciptakan manusia. Maka marilah kita memikirkan satu hal yang sangat penting, yaitu kita tidak boleh hanya memikirkan kondisi sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, tetapi kita juga harus memikirkan prinsip yang lebih total lagi, yaitu keadaan sebelum manusia jatuh.

Jika manusia tidak jatuh, manusia diciptakan di dalam suatu status yang khusus, unik, istimewa, dan tidak ada bandingannya. Maka kita perlu terlebih dahulu mengerti keunikan yang terkandung di dalam status tersebut.

Keunikan 1 : Krusial dalam Sifat

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Allah menciptakan kita pada waktu yang telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri, dengan seindah mungkin di dalam segala aspeknya. Allah menciptakan segala sesuatu dengan keindahan dan kebaikan yang luar biasa. Tetapi setelah itu, Tuhan menciptakan manusia dengan memberikan satu keunikan khusus, yaitu unsur kekekalan. Itu sebabnya manusia melebihi semua makhluk dan melampaui semua ciptaan Tuhan lainnya.

Unsur kekekalan memberikan suatu daya atau kapasitas istimewa kepada manusia, yaitu suatu kemungkinan (potensi) untuk bisa mengukur waktu. Waktu adalah hal yang sedemikian sulit dilihat, sulit dipikirkan, dan sulit sekali dijelaskan, sehingga Augustinus pernah mengatakan, “Jika engkau tidak bertanya, saya rasa saya mengerti apa itu waktu. Tetapi ketika engkau bertanya, saya segera sadar bahwa sebenarnya saya tidak tahu waktu itu apa.”

Manusia dan ciptaan lainnya diciptakan di dalam dua wadah atau kurun, yaitu ruang dan waktu. Maka semua ciptaan ada di dalam wadah ruang dan waktu. Tetapi di antara semua makhluk yang berada di dalam ruang dan waktu, hanya manusia yang memiliki kesadaran akan berlalunya waktu dan kesadaran akan proses yang terjadi di dalam hidupnya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang sadar bahwa waktu menggerogoti tubuhnya, sadar bahwa ketika muda ia memiliki tubuh yang jauh lebih baik dan lebih sehat daripada ketika ia sudah mulai menjadi tua. Jadi, manusia adalah satu-satunya makhluk yang sadar akan adanya waktu. Manusia bahkan bukan hanya sadar, tetapi juga berkemampuan menelusuri waktu. Ketika manusia melihat ke depan, itu berarti ia sedang berharap dan ketika melihat ke belakang, itu berarti jiwa sedang mengingat. Ingatan dan pengharapan adalah salah satu fungsi dari kekekalan yang berada di tengah-tengah kesementaraan, yang sekarang sedang berusaha untuk memproses waktu.

Kita berada di dalam proses waktu, tetapi kita seringkali membverontak danm tidak mau hidup di dalam waktu. Ketika kita menjadi tua, tidak secantik atau setampan dulu, hati kita tidak rela karena kita enggan berada di dalam penggerogotan waktu yang sedang memproses hidup kita. Itu sebabnya manusia berbeda dari semua binatang. Binatang tidak menghias diri, dan ketika ia bahkan menjadi tua, ia bukan saja harus mengakui tua. Tetapi ketika tua, manusia sering tidak mau mengaku tua, bahkan kalau bisa cari dokter agar kulitnya ditarik ke sana-sini agar tidak kelihatan tua. Mengapa? Karena kita tidak mau digerogoti oleh waktu.

Mengapa kita tidak mau digerogoti oleh waktu? Kita tidak mau digerogoti oleh waktu karena di dalam diri kita terdapat sifat kekekalan, dan sifat kekekalan itu bisa ada di dalam diri kita karena Allah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya. Semua ini mengakibatkan kita hidup di dalam situasi paradoks. Di satu pihak ada waktu yang sedang menggerogoti, sedang menggeser dan berproses di dalam eksistensi kita; sedangkan di lain pihak, kekekalan kita berusaha untuk menahan waktu dan hidup melampaui waktu. Hal ini menyebabkan menjadi manusia itu tidaklah mudah.

Keunikan 2 : Krusial dalam urutan

Ketika Tuhan mencipta, Ia menciptakan segala sesuatu dengan teratur menurut kehendak-Nya, dan pada posisi yang terakhir Ia baru menciptakan manusia. Ini yang saya sebut sebagai ordo penciptaan (Latin: ordo creatio). Tuhan mencioptakan segala sesuatu berdasarkan satu urutan yang sangat teratur di mana manusia menjadi puncaknya. Manusia menjadi ciptaan yang terakhir dan semua binatang ada lebih dahulu dari manusia.

Teori Evolusi tidak menerima konsep penciptaan tetapi hanya menerima konsep perubahan, sedangkan kita jelas berpegang pada konsep penciptaan sebagai suatu tindakan kreatif Allah. Itulah yang memungkinkan terjadinya semua ciptaan itu.

Ketika manusia diciptakan sebagai yang terakhir, itu bukan berarti manusia tidak penting. Bukan berarti yang pertama diciptakan menjadi yang terpenting. Justru terbalik! Manusia diciptakan terakhir berdasarkan ordo creatio. Ini justru mermbuktikan bahwa manusia lebih penting daripada semua yang diciptakan sebelum manusia. Apa dasar kesimpulan ini? Kita mengfetahui bahwa segala sesuatu diciptakan untuk manusia. Manusia diciptakan untuk bisa menikmati semua yang sudah diciptakan sebelumnya, sehingga dengan demikian kedudukan manusia lebih tinggi daripada semua ciptaan sebelumnya.

Di dalam Alkitab ada duma macam urutan: (1) urutan penting di depan, dan (2) urutan penting di belakang. Ordo creatio termasuk yang kedua, sedangkan ordo charisma (urutan karunia Allah) termasuk yang pertama. Karunia-karunia rasul dan nabi adalah yang terpenting, barulah karunia-karunia lainnya, yang terakhir adalah karunia bahasa roh, yang paling tidak penting. Mengapa demikian? Karena Tuhan memberikan rasul dan nabi untuk menjadi fondasi dari seluruh firman, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ini merupakan fondasi dari iman Kristen, sehingga dengan demikian karunia rasul dan nabi menjadi yang terpenting dari semua karunia yang Tuhan berikan kepada manusia dan umat-Nya.

Tetapi hal ini berbeda dengan ordo creatio. Manusia justru memerlukan segala sesuatu. Manusia memerlukan udara, cahaya, makanan, dan lain-lain. Maka, semua itu dicipta terlebih dahulu oleh Tuhan, barulah kemudian Tuhan menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia diciptakan untuk menikmati apa yang telah Tuhan ciptakan sebelumnya, sehingga manusia berada di tempat yang paling tinggi.

Adakah seorang ibu yang tidak menyediakan apa-apa untuk bayinya yang mau lahir? Ketika istri saya akan melahirkan anak kami yang pertama, kami harus menyiapkan semua yang diperlukan. Kami membeli tempat tidur, popok, bedak bayi, dan semua perlengkapan bayi yang diperlukan. Kami mempersiapkan semuanya itu sebelum bayi itu lahir. Jika demikian, manakah yang lebih penting? Allah yang juga telah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum Ia menciptakan manusia. Maka jelas bahwa manusia lebih penting daripada semua yang diciptakan sebelumnya.

Keunikan 3 : Krusial dalam Ordo Kejatuhan

Manusia memang diciptakan terakhir, tetapi ini bukan titik akhir. Saya tidak ingin Saudara berhenti di titik ini. Saya ingin agar Saudara menerobos sesuatu yang mungkin kurang Saudara sadari sebelumnya, yaitu manusia diciptakan bukan hanya di dalam ordo creatio natural. Ordo creatio natural adalah hal yang kita lihat dengan membandingkannya dengan ciptaan lainnya. Tetapi yang sekarang ingin kita lihat adalah status di dalam kekekalan secara universal, yang bersifat supernatural.

Ordo creatio supernatural yang sangat bermakna adalah manusia diciptakan setelah kejatuhan Iblis! Pengertian ini merupakan pengertian kunci yang menentukan semua bagian setelahnya. Manusia diciptakan setelah adanya Iblis, dan itu berarti manusia diciptakan di dalam status tengah yang sulit sekali. Di satu pihak ada Allah, dan di pihak yang lain ada Iblis. Manusia berada di tengah-tengah Allah dan Iblis, sehingga manusia mau tidak mau harus bertemu dengan ujian dan pencobaan.

Apa maksudnya “setelah adanya Iblis”? Apakah manusia diciptakan setelah Allah menciptakan Iblis? Apakah Allah menciptakan Iblis? Tidak ada satu ayat pun di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa Allah menciptakan Iblis, dan tidak ada satu ayat pun di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa Allah merencanakan dosa.

Pada masa Reformasi, orang-orang Roma Katolik mengatakan bahwa ajaran Reformasi memberikan satu kesimpulan bahwa Allah-lah yang menciptakan dan merencanakan dosa, dan kedaulatan Allah tidak terlepas dari kewajiban harus menanggung beban sebagai Pencipta dosa. Akhirnya isu ini di dalam Pengakuan Iman Augsburg (Ausburg Confession) dengan dasar Yohanes 8:44. Pada ayat itu Yesus berkata bahwa Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta. Lalu Tuhan Yesus menambah satu kalimat lagi, yaitu: Iblis berdusta itu adalah karena kehendaknya sendiri. Dengan kalimat ini semua tokoh Reformasi menolak tuduhan pihak Katolik. Kristus mengatakan bahwa Iblis itu sendirilah yang menjadi pemula dosa, bukan Allah. Allah hanya mengizinkan semua yang ada di dalam ciptaan ini bisa berfungsi, baik memihak Allah atau memihak Iblis.

Keunikan 4 : Krusial dalam Kepribadian

Allah adalah satu-satunya Diri yang di dalamnya terkandung segala hikmat, keagungan, kekudusan, cinta kasih, dan kebaikan. Jadi Allah adalah Dirinya kekudusan. Dirinya kebaikan. Dirinya hikmat. Dirinya cinta kasih, dan Dirinya keadilan. Karena itu, ketika Allah menciptakan sesuatu di luar Diri-Nya, ia menciptakan semua itu berdasarkan kuasa-Nya, kebaikan-Nya, dan kekudusan-Nya. Bukti bahwa Allah adalah Allah yang bijaksana (berhikmat) jelas terlihat dari ciptaan-Nya yang sedemikian hebat. Desain yang Allah kerjakan di dalam ciptaan ini sedemikian luar biasa indah, teratur, dan penuh kebijaksanaan.

Kalau kita melihat semua yang Tuhan ciptakan, maka kita akan mengetahui bahwa Ia maha-bijaksana. Bukan saja bijak, tetapi juga bajik; bukan hanya bajik tetapi juga benar, adil, dan suci. Semua ciptaan mengandung sifat ilahi yang terefleksi dalam semua ciptaan ini. Tetapi semua ciptaan itu hanya bisa merefleksikan, dan tidak memiliki semua sifat ini di dalam diri mereka. Mereka mempunyai bayang-bayang Allah untuk merefleksikan untuk merefleksikan Allahnya, tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti yang Allah miliki.

Namun ketika Allah menciptakan ciptaan yang berkepribadian dan mempunyai diri di luar Diri, maka itu adalah satu peningkatan yang luar biasa. Manusia yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah, juga memiliki kekudusan, keadilan, kebenaran, dan kebijaksanaan. Kita bukan sekadar bayang-bayang reflkeksi, tetapi memiliki zat tersebut. Bedanya adalah, keadilan Allah adalah keadilan yang ada di dalam Diri itu sendiri, tetapi keadilan kita adalah keadilan ciptaan. Kekekalan Allah adalah kekalan yang ada pada Diri Allah dan kekekalan kita adalah kekekalan yang diciptakan. Kesucian Allah adalah kesucian yang ada pada Diri dan kesucian kita adalah kesucian yang diciptakan dan diletakkan di dalam diri ciptaan. Keadilan, kesucian dan kekekalan Allah bukanlah keadilan, kesucian, dan kekekalan yang diciptakan. Ia menciptakan pribadi yang juga memiliki keadilan, kesucian, dan kekekalan, namun semua unsur peta teladan ini adalah unsur yang diciptakan.

Maka selain kita mengetahui bahwa kita memiliki kesucian dan merasa sama seperti Allah yang juga memiliki kesucian, kita juga harus menyadari bahwa apa yang ada pada kita berbeda dari apa yang ada di dalam Diri Allah. Roh Allah adalah Roh Pencipta, sedangkan roh kita adalah roh yang diciptakan. Jadi, saya mirip Allah karena saya memiliki unsur seperti yang dimiliki Allah, tetapi yang berada di dalam “diri” saya berbeda dengan yang berada di dalam “Diri” Allah. Yang di dalam Diri Allah adalah Diri yang ada di dalam Diri yang kekal dan sempurna. Diri saya adalah diri yang diciptakan dari kuasa Diri Allah, sehingga diri saya adalah diri yang perlu bergantung pada Diri Allah. Itu sebabnya, ketika saya harus memilih antara hidup bagi Diri Allah atau hidup bagi diri saya sendiri, maka jawabnya sangat jelas: saya harus hidup bagi Diri Allah!

Keunikan 5 : Krusial dalam Efek Kebebasan

Ketika Allah menciptakan suatu pribadi yang mempunyai diri di luar Diri Allah, di mana Diri Allah adalah Diri-Nya Pencipta, maka diri yang di luar Diri Allah itu menjadi ciptaan yang berpribadi. Pribadi ini diberi kebebasan, dan kebebasan ini menjadi dasar dari tuntutan moral. Dasar moralitas menjadi keharusan dari kebebasan, dan kebebasan diberikan kepada pribadi yang memiliki kekekalan. Pribadi yang memiliki unsur kekekalan selalu diberi unsur kebebasan, dan kebebasan itu menjadi fondasi moral dan iman yang sejati.

Kebebasan ini berpiutar pada dua aspek utama, yaitu: (1) hidup berpusat pada Allah; atau (2) hidup berpusat pada diri. Setiap pribadi yang diberi kebebasan selalu diberi kemungkinan untuk memilih di antara kedua aspek ini. Maka kini kita bisa melihat bahwa di dalam gereja hanya tinggal dua macam orang Kristen saja, yaitu: orang Kristen yang hidup untuk Tuhan, atau orang Kristen yang hidup untuk diri sendiri. Perbedaan ini muncul sebagai akibat dari kebebasan yang sedang bereksistensi (meluaskan diri) di dalam pribadi kita masing-masing.

Kebebasan diberikan kepada semua yang berpribadi sehingga kebebasannya merupakan suatu keharusan. Jika tidak ada kebebasan, maka pribadi itu tidak mungkin bermoral, karena kebebasan itu merupakan dasar dari fungsi moralitas. Jadi, jika saya berbuat sesuatu kebaikan berdasarkan kerelaanku, maka barulah itu bisa disebut sebagai kebaikan. Tetapi jika perbuatan kebaikan itu dilakukan berdasarkan paksaan, maka perbuatan itu tidak bisa disebut sebagai kebaikan dan tidak bernilai moral.

Dengan demikian, totalitas penggunaan kebebasan hanya berpusat pada dua pilihan. Pilihan pertama, saya mau hidup berpusat pada Allah sesuai dengan kehendak-Nya, hingga mendatangkan kemuliaan bagi nama-Nya, dengan motivasi ingin meninggikan Allah. Atau pilihan kedua, saya hidup berpusat pada diri sendiri, sehingga semua yang saya lakukan, saya lakukan berdasarkan kemauan saya, harus dihitung berdasarkan keuntungan saya, dan harus mendatangkan kemuliaan bagi diri saya.

Sudahkah kita hidup bagi Diri Allah? Jika pada hari Minggu ada orang yang menawarkan bisnis dengan keuntungan yang sangat besar, maka apakah kita akan pergi berbisnis dengan dia dan tidak pergi ke gereja? Pembahasan ini menuntut penghakiman bagi diri kita masing-masing. Apakah benar kita hidup bagi Diri Allah? Ataukah kita hidup bagi diri sendiri? Jika kita memilih hidup bagi diri sendiri, maka kita akan mengabaikan Tuhan dan tidak memperkenankan Dia duduk di atas takhta kehidupan kita. Tetapi jika kita memilih hidup untuk Tuhan, maka kita akan turun dari takhta hidup kita dan membiarkan Tuhan bertakhta dan berkuasa atas hidup kita. Hanya ada dua pilihan!

Prinsip di atas harus menjadi dasar untuk mengukur kerohanian seseorang. Jikalau seseorang berebut takhta dengan Tuhan, maka terkadang ia membiarkan Tuhan memerintah, tetapi terkadang ia juga mau memerintah, itu adalah hal yang tidak beres. Tuhan menegaskan bahwa Ia adalah Tuhan atas ciptaan, sehingga jika kita hidup bagi Dia, kita harus menyangkal diri kita. Itu sebabnya Tuhan Yesus menekankan keharusan menyangkal diri, memikul salib, dan baru kemudian bisa mengikut Dia (Matius 16:24; Lukas 9:23-24). Kalimat ini bukan kalimat sederhana, tetapi merupakan suatu syarat yang dituntut dari kita supaya kita sungguh-sungguh menjalankannya.

Bab 1 : 

MANUSIA : MAKHLUK KRUSIAL (2)

“Menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Aku” adalah perintah yang sangat luar biasa. Semua prinsip ini telah ada sejak kekekalan. Prinsip ini merupakan prinsip total yang telah Tuhan sediakan khusus bagi oknunm-oknum yang berpribadi, yang memiliki roh kekal, yaitu malaikat dan manusia saja. Malaikat dan manusia sama-sama diberi kebebasan untuk memilih mau hidup bagi diri sendiri atau hidup bagi Diri Allah. Itu sebabnya ada malaikat yang melawan kehendak Allah. Itulah pertama kalinya ada sesuatu yang disebut dosa. Baru saat itulah ada yang disebut dosa. Sebelumnya tidak ada dosa karena Allah tidak pernah menciptakan dosa. Jadi, kalau demikian, dosa itu dari mana?

IBLIS DAN DOSA : ASAL MULANYA

Kebebasan adalah pemilihan. Antara hidup bagi diri sendiri atau hidup bagi Allah. Ketika di antara sekian banyak penghulu malaikat, ada satu penghjulu malaikat yang sangat berbakat, berkarunia dan memiliki begitu banyak pengikut mulai berpikir, “Saya mau hidup bagi diri saya,” maka dia mulai tidak hidup bagi Diri Allah, dan saat itudia telah jatuh dan berdosa. Dia mau semua malaikat yang ada di bawahnya taat kepadanya, tetapi dia sendiri tidak mau taat kepada Allah. Dia merasa dirinya sedemikian hebat, tetapi dia lupa bahwa seberapa pun hebatnya dia, itu hanya kehebatan yang diberikan oleh Allah. Dia lupa bahwa kehebatan yang begitu besar itu hanyalah pinjaman dari Allah, suatu anugerah yang akan dituntut pertanggungjawabannya. Dia lupa bahwa betapa pun hebatnya, bertalentanya, mulianya,dan kekalnya dia, dia hanyalah ciptaan dan bukannya Pencipta.

Dia mulai mau berkuasa dan tidak memperkenankan Allah memegang monopoli kuasa serta menjadi “diktator” dalam hidupnya. Dia merasa tidak suka harus berada di bawah Allah. Karena merasa memiliki bakat yang sedemikian hebat, maka timbullah hati yang memberontak kepada Allah. Hal ini tidak diketahui oleh siapa pun juga kecuali oleh Allah sendiri karena dia di luar, dia tetap kelihatan seperti melayani dan seperti penuh kesucian, padahal di dalam hatinya dia hanya mau memuliakan dirinya sendiri. Ketika dia mulai memutar arah pelayanannya, semua malaikat lainnya tidak tahu.

Pada usia enam belas tahun, saya mulai mempelajari beberapa lagu yang sulit sekali. Saya ikut koor dan menyanyikan lagu pujian dari Handel atau Mozart. Ketika menyanyikan lagu-lagu itu, orang lain tidak mengetahui bahwa ketika mulut saya menyanyikan Haleluya, sebenarnya hati saya menyanyi lain, yaitu: “Hai Saudara-saudara, ketahuilah bahwa saya pandai menyanyi...” Orang lain tidak mengetahui bahwa ketika saya sedang menyanyikan lagu yang sulit dan panjang itu, saya mempunyai tujuan lain, yaitu ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa ada pemuda hebat yang suaranya lumayan. Orang-orang saya tarik untuk melihat saya, bukan melihar Tuhan. Itu sebabnya kita tidak boleh lupa bahwa mungkin saja kita bisa sambil melayani kita berlaku seperti Iblis. Hal ini sangat mungkin terjadi! Jangan anggap jika sudah menjadi majelis pasti kerohaniannya hebat sekali, atau bahkan kalau sudah menjadi pendeta pasti kerohaniannya baik. Banyak sekali pendeta, majelis, pengurus, anggota koor, yang sambil melayani mereka memilih hidup untuk diri sendiri. Pada saat itu Saudara sudah seperti Iblis!

Jika Saudara berkhotbah dengan tujuan agar semua orang tahu bahwa Saudara adalah seorang yang fasih lidah dan berpengetahuan tinggi, maka Saudara sebenarnya sudah mengambil keputusan bahwa khotbah itu bertujuan untuk memuliakan diri sendiri, bukan untuk memuliakan Tuhan. Dan pada saat itu, Saudara sebenarnya sedang bekerja bagi Iblis, bukan bagi Tuhan. Semakin saya mengerti kunci dan rahasia Alkitab, semakin saya gentar. Setiap saat kita bisa jatuh tergelincir ke dalam pencobaan dan godaan, sehingga kita kalah dan menganggap diri kita sebagai orang penting di dalam gereja. Mungkin sekali ketika kita sudah jatuh sedemikian dalam, kita tahu bahwa sebenarnya kita sudah dipakai oleh Iblis, tetapi kemudian kita mengukuhkan diri dan beranggapan bahwa kita masih melayani Tuhan.

Iblis bukan jatuh ke bawah, tetapi justru jatuh ke atas. Mungkin Saudara heran dengan istilah ini. Saudara merasa tidak mungkin ada hal “jatuh ke atas”. Saudara beranggapan semua jatuh harus ke bawah. Tetapi Saudara tidak boleh lupa bahwa hal itu terjadi sebab Saudara sudah terbiasa dikondisikan dengan adanya gravitasi bumi. Karena adanya gaya tarik bumi dan karena Saudara hidup di dalam wilayah gaya tarik bumi ini, maka kekuatan gaya tarik bumi telah membuat Saudara dari sejak kecil membentuk konsep yang salah, yaitu semua jatuh harus ke bawah. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa ada satu oknum yang bisa “jatuh ke atas.”

Jatuh ke atas adalah kejatuhan yang terjadi ketika satu pribadi mau menjadi Allah. Pribadi itu menolak untuk menjadi seperti apa adanya dia. Inilah kejatuhan ke atas! Ketika penghulu malaikat mau menjadi Allah dan tidak mau menjadi malaikat, maka ia jatuh ke atas. Begitu pula pada saat seseorang tidak mau berada di tempat yang ditetapkan oleh Tuhan baginya, berusaha melarikan diri dan mau naik ke derajat yang lebih tinggi untuk merebut kemuliaan Tuhan, pada saat itu ia sedang jatuh ke atas.

Jangan kira hanya pelacur dan pemungut cukai yang celaka. Tuhan Yesus menegaskan bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi juga adalah orang-orang yang celaka. Bedanya, jika para pelacur dan pemungut cukai jatuh ke bawah, maka para ahli Taurat dan orang Farisi jatuh ke atas. Allah yang tidak dikunci oleh gaya tarik bumi memberikan teguran yang keras kepada para pemimpin agama: “munafik engkau, celaka engkau!” Jauh lebih keras daripada teguran terhadap para pelacur dan pemungut cukai. Ini karena Tuhan mengetahui apa artinya jatuh ke atas.

Sebenarnya yang disebut “jatuh” tidak harus ke bawah atau ke atas. Esensi “jatuh” adalah pergeseran dari status yang asli. Jatuh secara rohani berarti bergeser dari status asli. Status asli itu diberikan oleh Tuhan siupaya kita berada di tempat itu, memeliharanya, dan bertanggung jawab kepada-Nya, berdasarkan status yang Ia berikan kepada kita. Itu baru tanggung jawab sejati. Tetapi, jika Saudara bergeser dari status yang ditetapkan oleh Tuhan, maka kita dianggap sebagai suatu kejatuhan. Allah memberikan vonis kepada malaikat-malaikat yang jatuh sebagai makhluk yang tidak memelihara status yang asli.

Ketika seseorang tidak memelihara status aslinya, maka ia pasti jatuh. Charles jatuh karena walaupun sudah mempunyai Diana, dia masih mencintai wanita lain. Setelah melihat Charles jatuh, Diana juga ikut-ikutan jatuh. Charles jatuh dengan satu orang, Diana jatuh dengan tiga orang, sehingga jatuhnya lebih hebat lagi. Kalau Charles pezinah laki-laki, maka Diana adalah pezinah perempuan. Tetapi begitu banyak orang yang tertipu oleh kecantikannya dan menganggap dia seorang yang agung. Orang seperti ini sangat najis di hadapan Tuhan! Dia lupa bahwa dia seorang Kristen dan hampir saja menikah dengan seorang playboy yang tidak bertanggung jawab. Itulah contoh jatuh ke atas. Jikalau kita bergeser dari status yang ditetapkan oleh Tuhan, maka itu berarti kita telah jatuh.

Jangan Saudara kira hanya dengan berbuat kebajikan atau amal seseorang bisa segera menjadi agung. Tuhan melihat hati! Tuhan melihat seluruh kebajikan yang dilakukan hanya merupakan suatu kewajiban yang wajar. Tetapi sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan, sudahkah kita memelihara status yang Tuhan telah tetapkan bagi kita? Manusia akhir abad ke dua puluh ini secara merata telah mengalami kebobrokan rohani. Hal ini disebabkan karena manusia sudah terbiasa hidup untuk diri sendiri, sehingga segala sesuatu dilihat berdasarkan nilai dari sudut pandang manusia berdosa. Kita tidak lagi bisa melihat segala sesuatu dari takhta Tuhan, dari sudut pandang Allah. Betapa menyedihkan! Dunia ini berada di dalam kondisi yang sangat gawat. Dunia melihat dengan mata yang sedemikian rabun dengan nilai yang sedemikian rendah. Itu sebabnya kita perlu memiliki kunci master sehingga kita bisa hidup sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Tuhan.

Ketika penghulu malaikat mau menjadi seperti Allah, berusaha merebut takhta Allah, maka ia sedang jatuh ke atas. Tuhan tidak akan berbagi takhta-Nya dengan malaikat. Apakah takhta-Nya terlalu sempit? Ataukah karena takut kedudukan-Nya dirampas oleh pribadi lain sehingga Dia iri hati? Tidak! Alkitab dengan tegas memberikan prinsip pembeda bahwa Yang Mencipta adalah Yang Mencipta dan yang dicipta adalah yang dicipta. Tidak ada kemungkinan bagi yang dicipta untuk dapat menyaingi Yang Mencipta, tidak ada kemungkinan bagi yang dicipta untuk dapat memiliki kemuliaan yang setara dengan Yang Mencipta. Itu sesuatu yang mustahil!

Dalam kitab Yesaya Allah berkali-kali menegaskan bahwa Ia tidak akan memberikan takhta-Nya kepada ilah palsu. Ketika Saudara menyembah berhala, Saudara sedang memaksa Allah untuk berbagi kemuliaan dengan yang dicipta. Itu adalah dosa! Ketika Saudara lupa bahwa Saudara harus berada di dalam status dan prinsip yang sudah ditetapkan oleh Tuhan, dan Saudara “bermain” sedikit saja, maka Saudara sedang mremaksa Allah untuk membagikan kemuliaan dan kehormatan-Nya kepada yang dicipta. Allah akan murka! Bukan karena Allah iri hati atau terlalu kecil takhta-Nya, tetapi hal itu memang tidak mungkin. Allah adalah Allah. Allah adalah Esa. Itu berarti tidak ada pembandingnya. Itulah Allah yang Esa. Selain Dia tidak ada lagi yang sama dengan Dia.

Ketika penghulu-penghulu malaikat sedang memuja Allah, maka seluruh anak buah malaikat melihat “jenderal” mereka sedemikian hebat, sedemikian berkharisma memuja Allah. Tetapi pada saat yang sama, Allah sedang melihat bahwa di antara para “jenderal” ada yang sedang berkhianat di dalam hatinya. Maka ia mengeluarkan vonis: “Engkau berdosa!” yang bergema di seluruh alam semesta. Itu terjadi sebelum manusia diciptakan. Inilah vonis yang pertama, dan ketika vonis yang pertama ini dikumandangkan, itulah awal adanya dosa. Maka berdasarkan pengertian Kitab Suci, dosa tidak ada sebelum Allah memberikan vonis-Nya.

Oleh sebab itu, kita tidak mempercayai adanya pra-eksistensi dosa, dan baru kemudian Iblis dikaitkan dengan dosa. Lalu Saudara bertanya dosa itu berasal dari mana. Pertanyaan ini tidak tepat. Ketika kita mempelajari theologi, ada satu masalah yang cukup pelik, yaitu mempertanyakan asal mula dosa. Jika dikatakan bahwa dosa itu berasal dari kecongkakan, sehingga Iblis jatuh karena dia menjadi congkak, maka orang kemudian akan bertanya lagi, congkak itu dari mana. Pemikiran sedemikian sangatlah bodoh. Sesungguhnya, pertanyaan yang harus diajukan haruslah kembali kepada: mengapa Allah memvonis malaikat itu berdosa? Itu karena kepada malaikat diberikan kehidupan yang berkemungkinan untuk memilih, antara hidup berpusat pada Allah atau berpusat pada diri sendiri, dan kemungkinan ini memang diberikan oleh Allah.

Ketika ditanya lagi mengapa Allah memberikan kebebasan sedemikian? Bukankah kalau tidak ada kebebasan hal itu tidak mungkin terjadi? Jawabnya adalah tidak mungkin tidak ada kebebasan! Kebebasan adalah keharusan yang mutlak (absolute necessity). Mengapa? Karena di dalam kebebasan baru bisa diletakkan fondasi moralitas. Tanpa kebebasan tidak akan ada moralitas! Oleh karena itu, kebebasan sangat krusial posisinya dan sangat penting keberadaannya.

Ketika penghulu malaikat mau menjadi sama seperti Allah, maka di dalam Yesaya 14:12 dst. Dan Yehezkiel 38, digambarkan bagaimana penghulu malaikat itu sebenarnya adalah kerub yang sangat indah, mulia dan agung, tetapi akhirnya jatuh, dicampakkan, melarat, dan akan dibinasakan. Inilah asal mula Iblis (Setan). Arti kata “Iblis” adalah penantang. Kata Iblis berarti ia adalah penantang Allah. Jika menantang Allah berarti yang menantang itu sedang melawan kebaikan, melawan kehormatan, melawan kesucian, melawan keadilan, melawan kebenaran, karena Allah adalah Dirinya kebaikan, Dirinya kehormatan, Dirinya kesucian, dan seterusnya. Maka setelah vonis Allah itu, barulah ada dosa dan barulah ada Iblis.

Iblis bukan sekadar makhluk yang menakutkan yang giginya panjang atau bertanduk. Tidak! Yang disebut Iblis adalah malaikat yang luar biasa mulianya dan luar biasa kuasanya, tetapi yang hatinya menantang Allah. Janganlah kita memiliki pikiran yang kita karang sendiri. Kalau kita berpikir bahwa Iblis itu matanya hijau menyala-nyala, taringnya besar dan bertanduk, lalu juga mempunyai cakar, itu adalah Iblis buatan manusia. Alkitab tidak pernah memberikan gambaran seperti itu! Seringkali pikiran kita sudah dicemarkan oleh penulis atau pelukis atau pengkhotbah yang tidak bertanggung jawab. Seperti halnya jika setiap kali Saudara memikirkan tentang Roh Kudus, langsung Saudara mengaitkan dengan aksi jatuh-jatuhan atau goyang-goyang atau semua fenomena aneh lainnya. Alkitab tidak pernah menyatakan seperti itu dan gambaran seperti itu tidaklah tepat. Alkitab justru mengatakan bahwa penghulu malaikat itu indah dan cantik sekali.

Setan yang menakutkan tidak perlu terlalu ditakuti. Yang lebih perlu ditakuti adalah setan yang cantik-cantik, yang lebih cantik daripada Diana. Kalau Saudara melihat setan yang menakutkan, maka paling parah Saiudara masuk rumah sakit selama dua bulan karena shock. Tetapi setan yang cantik, yaitu pelacur yang terus tidur di sebelah Saudara, yang selalu menggoda Saudara dan membuat Saudara bercerai dengan istri Saudara, itulah yang perlu sangat ditakuti. Penantang kehendak Allah, itulah setan-setan yang seringkali tidak kita sadari.

Dosa dalam bahasa Yunani (hamartia) berarti meleset dari sasaran. Itu sama dengan arti dosa dalam Perjanjian Lama, yang berarti bergeser dari statusnya. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sangat konsisten di dalam menyatakan bahwa ada tujuan dan rencana Allah yang mau digenapkan, di mana Tuhan menciptakan setiap manusia dengan kedudukan tertentu. Jika kita mengabaikan atau menantang kehendak-Nya, maka kita telah menjadi seperti Iblis.

Saya sangat gentar setiap kali harus membicarakan hal-hal seperti ini. Allah terlalu agung sehingga kita tidak boleh sembarangan hidup dihadapan-Nya. Allah terlalu suci, sehingga kita tidak boleh hidup di dalam penghinaan diri. Allah sedemikian mulia sehingga kita tidak boleh mempermalukan makhluk yang diciptakan menurut peta dan teladan-Nya.

Setelah terjadinya vonis Allah, maka kini ada penantang yang tidak Allah musnahkan. Hal ini membuat banyak orang bertanya, “Mengapa ketika Iblis jatuh tidak langsung dibinasakan saja? Bukankah dengan tidak memusnahkan Iblis, masalah menjadi berlarut-larut dan membuat manusia terus terganggu olehnya? Bukankah kalau Iblis langsung dimusnahkan, Yesus tidak perlu turun ke dalam dunia dan tidak perlu dicobai oleh Iblis? Mengapa harus menunggu sampai prosesnya menjadi begitu panjang, mengapa tidak langsung dibereskan saja?”

Ketika kita memberikan usulan kepada Allah agar Iblis sebaiknya langsung dimusnahkan saja, sebenarnya tanpa sadar kita sedang mengangkat diri menjadi penasihat Allah. Saat itu kita sedang bergeser dari status kita yang seharusnya, karena tidak ada yang mengangkat kita menjadi penasihat Allah. Mungkin kita akan menyanggah bahwa itu adalah aktivitas rasio kita; kita memikirkan alternatif yang menurut kita lebih baik, lalu kita pikir Allah harus begini dan harus begitu. Pertanyaannya, siapa yang berhak menetapkan Allah harus begini atau harus begitu? Bukankah dalam hal iuni pun kita mau menjadi penasihat Allah? Pekerjaan sedemikian adalah pekerjaan Iblis!

Ketika saya merancang sebuah gereja di Jakarta, rancangan itu kemudian diserahkan kepada sebuah perusahaan yang besar. Perusahaan itu menunjuk seorang insinyur yang menggambar rancangan saya. Ternyata ia dengan semaunya mengubah desain yang telah saya buat. Setelah itu, gambar yang sudah selesai itu ditunjukkan kembali kepada saya. Saya langsung melihat gambar itu mengandung begitu banyak hal yang tidak beres, yang tidak dilihat oleh insinyur itu. Saya kemudian memanggil dia dan saya tunjukkan bahwa gambar yang dibuat banyak yang tidak beres, sehingga akibatnya banyak jemaat yang nantinya tidak bisa melihat pengkhotbah. Selain itu akustiknya juga tidak beres. Ia baru sadar bahwa di dalam rancangannya terdapat begitu banyak hal yang tidak beres. Mengapa bisa demikian? Karena ia bukan seorang pengkhotbah! Ia tidak pernah berdiri di mimbar ribuan kali sehingga ia tidak pernah mengerti dari sudut pandang seorang pengkhotbah. Dan saya rasa pengkhotbah yang menjadi perancang gereja juga sedikit sekali. Saya sudah merancang sehingga sudut kemiripan dan bentang yang ada dibuat sedemikian rupa, agar setiap orang bisa melihat pengkhotbah dengan baik. Maka, saya perintahkan dia untuk menggambar kembali seperti semula. Setiap kali dia tanya alasan desain saya, saya jelaskan. Akhirnya, dia belajar banyak sekali, karena dia rendah hati.

Tetapi jika pada saat itu ia katakan, “Saya lulusan ITB, engkau Stephen Tong lulusan mana? Saya pasti lebih hebat daripada kamu.” Maka pastilah ia tidak bisa belajar lebih baik. Sekadar Saudara ketahui, bahwa Frank Lloyd Wright, salah seorang arsitek terbesar abad kedua puluh ini, tidak pernah belajar arsitektur! Jika seseorang baru belajar sedikit sudah merasa congkak, maka ia tidak akan bisa belajar banyak. Demikian juga, banyak pendeta yang setelah lulus sekolah theologi, yang seumur hidup tidak pernah belajar lagi, mereka tidak pernah maju lagi. Theolog terbesar dalam zaman reformasi, John Calvin, tidak pernah masuk sekolah theologi! Menagpa? Ini semua merupakan ironi. Saya bukan mau membela diri, tetapi memang ada pelajaran-p;elajaran yang bisa kita dapat jika kita betul-betul rendah hati mau belajar. Setiap hal ada prinsipnya. Arsitektur ada prinsipnya, khotbah ada prinsipnya, theologi ada prinsipnya, menggubah musik ada prinsipnya, bahkan membuat satu mikrofon juga ada prinsipnya. Jika Saudara mendapatkan kunci master untuk mengetahui segala kesulitan sehingga Saudara dapat mernghindarkan diri dari segala kesulitan itu, maka Saudara akan mendapatkan kebijaksanaan.

Manusia seringkali berkata kepada Tuhan, “Tuhan harus begini, harus begitu,” Tuhan akan bertanya, “Engkau dan Saya, maka yang lebih pandai?” Kita seringkali mau menjadi penasihat Tuhan, tetapi hal itu tidak mungkin. Memang sekarang kita tidak mengerti, tetapi nanti kita akan mengerti. Yang penting status kita jangan digeser, karena begitu status yang Tuhan kehendaki digeser, maka semua akan menjadi kacau.

Mengapa hidup manusia begitu sulit? Karena manusia seringkali hidup dengan tidak rela menjadi manusia. Manusia sekarang berada di dalam status sudah jatuh dalam dosa, sehingga manusia merasa kesulitan untuk menjadi manusia. Eksistensialisme muncul dan menawan simpati begitu banyak orang karena ia melukiskan bagaimana manusia yang tidak rela menjadi manusia. Eksistensialisme mendapatkan gema yang begitu besar setelah selesainya Perang Dunia II. Pada saat begitu banyak orang menjadi sedemikian kosong, tawaran eksistensialime mendapat sambutan yang meriah, padahal ia bukan kebenaran. Eksistensialisme hanya berusaha mengisi kekosongan dengan teori kekosongan itu sendiri.

BAB 2 : UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN.

STATUS ANTARA : PARADOKS YANG KRUSIAL (1)

“Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.” (Kejadian 3:21-24)

Karena manusia memiliki keunikan-keunikan sebagaimana yang telah kita bicarakan dalam bab sebelumnya, maka manusia mengalami lebih banyak kesulitan dibandingkan makhluk yang lain. Tidak ada binatang yang merasa hidup itu susah. Ia hanya tahu bahwa hidup itu perlu makan dan seks. Tidak lebih dari itu. Semua binatang yang diberi makan cukup dan diberi kemungkinan menjalankan naluri seksnya secara alamiah, merasa cukup. Ia tidak memiliki keinginan lain yang melampaui daya dasar yang dibutuhkan secara naluri natural di dalam dirinya, Manusia tidak demikian.

Menjadi manusia lebih sulit daripada menjadi binatang. Kita membutuhkan begitu banyak hal untuk bisa hidup lebih baik. Untuk bisa sedikit lebih nyaman saja, kita yang beratnya hanya 50-80 kg ini membutuhkan rumah yang beratnya ratusan ton. Hidup manusia begitu rumit dan mendalam. Kita berusaha mencari makna dan mendapat pengertian kebenaran, dan tingkah laku kita perlu ditopang oleh filsafat-filasafat di mana kita bisa merasa nyaman di dalamnya. Selain itu, manusia berada di dalam status yang kritis dan krusial karena ia diciptakan setelah adanya Iblis.

Menjadi manusia memang sulit, tetapi jika Saudara diberi kesempatan menjadi manusia, maka Saudara harus berani menjadi manusia. Namun menjadi manusia yang seperti apa? Itulah yang harus dipertanyakan kepada diri kita sendiri. Ketika malaikat melawan Tuhan, ia tetap bersifat roh dan tetap berbijaksana. Ia tetap memiliki karisma dan karunia yang begitu banyak. Hanya saja ia telah menggunakan semua itu untuk melawan Allah. Itu sebab Allah menjulukinya Iblis, si pelawan atau penantang Allah. Tuhan melihat motivasinya yang sudah memberontak dan melawan Allah.

Untuk terlihat sebagai penantang Allah, Saudara tidak perlu terlebih dahulu menjadi sedemikian buruk dan mengerikan. Justru mungkin sekali Saudara menjadi penantang Allah karena Saudara terlalu cantik atau terlalu pandai. Saudara mungkin melawan Allah justru karena Saudara memiliki lidah yang fasih luar biasa, sehingga memakai lidah yang fasih itu untuk mengacaukan kerohanian orang lain. Itu sebabnya semua konsep yang kacau dan salah harus segera dibenahi, diperbaiki dan dibenarkan. Dengan demikian Saudara bisa menjadi orang Kristen yang betul-betul berada di dalam status yang ditetapkan oleh Tuhan.

Di manakah Allah menciptakan manusia? Allah menciptakan manusia di tengah-tengah Allah dan Iblis. Allah dan alam, roh dan materi, baik dan jahat, serta firman Allah yang sejati dan interpretasi yang salah. Ini yang saya sebut sebagai intermediate status (status antara).

STATUS ANTARA 1 :

PARADOKS ANTARA ALLAH DAN ALAM

Siapakah manusia? Manusia adalah pengelola alam! Binatang-binatang memang tidak bisa mnengelola alam, tetapi mereka juga tidak merusak alam. Semua binatang di hutan, di laut, di gunung, tidak pernah merusak alam. Menusia adalah satu-satunya makhluk yang diberikan kuasa untuk mengelola alam, namun manusia juga satu-satunya makhluk yang berpotensi merusak alam. Padahal ketika kita merusak alam kita sdedang merusak kebahagiaan kita sendiri.

Itulah alasan kita melihat proses manusia di dalam satu keberadaan yang kritis (critical existence). Kita mempunyai keberadaan yang sedemikian krusial dan menakutkan. Kita memiliki kebahagiaan yang di dalamnya mengandung bahaya. Kita seringkali hanya bisa mengomel kepada Tuhan, mengapa begini, mengapa begitu, lalu kita begitu berani memberikan alternatif karena kita pikir itu yang lebih baik. Betapa kurang ajarnya manusia! Manusia sudah merusak alam, sudah melakukan segala macam dosa, lalu masih berani berkata kepada Tuhan seolah-olah Tuhan kurang pandai. Kita dengan berani mengangkat diri seolah-oleh kita berhak dan harus menjadi penasihat Tuhan. Di saat-saat seperti itu Allah akan diam dan membiarkan Saudara memaparkan kebodohan Saudara. Inilah berita penting, agar apa yang kita pikirkan di sini bukan sekedar untuk kepentingan segelintir manusia, tetapi merupakan prinsip dan pendidikan untuk seluruh umat manusia. Jika apa yang Saudara terima di sini bisa Saudara salurkan kepada anak-anak Saudara, maka anak-anak dan keturunan Saudara akan mendapatkan bijaksana dari firman Tuhan. Puji Tuhan yang telah mewahyukan Kitab Suci yang sedemikian penting kepada kita!

Alam diciptakan untuk manusia, tetapi manusia bukanlah tuan atas alam dalam arti yang mutlak. Manusia menjadi tuan hanya karena ia diberi hak lebih tinggi daripada alam semesta. Tetapi manusia tidak boleh berhenti di sini! Manusia harus sadar bahwa ia diciptakan untuk Allah, sehingga manusia harus bertanggungjawab kepada-Nya. Jika kita hanya menikmati segala sesuatu dari alam, tetapi tidak bertanggungjawab kepada Allah, maka kita hanya memiliki hubungan saya-alam dan tidak mempunyai hubungan saya-Allah, sehingga kita harus berhadapan dengan penghakiman Allah dan pasti akan dihukum oleh-Nya. Prinsip relasi saya–alam haruslah dikuasai oleh suatu prinsip lain yang lebih tinggi yaitu prinsip relasi saya-Allah.

Prinsip saya-Allah yang tepat akan menjadi kunci master untuk membereskan prinsip relasi saya-alam. Jikalau saya sudah berdamai dengan Allah dan sudah menjadi harmonis dengan-Nya, sudah berada di dalam prinsip yang telah ditetapkan oleh Allah berdasarkan wahyu yang diwahyukan di dalam Kitab Suci, barulah saya bisa menjadi makluk yang menjalankan kehendak sorga dan melunaskan apa yang ditetapkan oleh Tuhan, yaitu mengelola alam dengan baik.

Semua politikus, presiden, raja, dan semua pemimpin yang berpengaruh di dunia sangat perlu mendengar dan mengerti prinsip-prinsip seperti ini, karena ini menyangkut kebahagiaan seluruh umat manusia. Allah tidak memberikan hak mutlak kepada seorang pemimpin sehingga dia boleh merusak alam dan menikmati segala sesuatu tanpa bertanggung jawab. Tidak demikian! Allah menciptakan manusia dan memberikan tanggungjawab dan beban yang berat kepadanya, serta memberikan peringatan kepada manusia bagaimana harus bersikap yang benar terhadap ciptaan Allah ini. Terlebih setelah Adam dan Hawa berbuat dosa, maka dunia ini sudah dikutuk dan Tuhan memberikan satu perintah: manusia harus bekerja keras dan berjerih lelah untuk bisa mendapat makanan. Kutukan ini sudah terjadi dan berada di dalam sejarah, sehingga siapa pun tidak mungkin bisa lepas dari apa yang telah ditetapkan dan diprinsipkan oleh Tuhan. Maka kesimpulannya: manusia memang hidup di dalam status yang sangat sulit.

Kita memerlukan suatu hubungan relatif (hubungan yang bersifat relasi) dengan Allah, bertanggung jawab, bersandar pada Dia, mendapatkan kekuatan dan bijaksana daripada-Nya. Tanpa itu semua manusia tidak bisa beres mengurus dirinya, apalagi mengurus orang lain dan mengurus alam semesta. Pada bab 4, kita akan melihat dengan lebih jelas mengapa banyak negara gagal, mengapa umat manusia gagal dan mengapa kebudayaan gagal. Semua itu disebabkan karena kita tidak mengerti prinsip total yang ditetapkan oleh Tuhan melalui dikirimnya Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus ke dalam dunia untuk menebus umat manusia yang berdosa.

STATUS ANTARA 2 :

PARADOKS ANTARA ROH DAN MATERI

Di dalam ordo creatio, manusia berada di antara dua wilayah, yaitu: (1) Wilayah lingkaran ke bawah, yang adalah dunia yang kita kenal sebagai dunia materi. Itu alasan mengapa wilayah ini di sebut sebagai wilayah materi; (2) Wilayah lingkaran yang ke atas, yaitu wilayah rohani.

Di tengahnya ada wilayah di mana kedua lingkaran itu bertemu (beririsan). Wilayah irisan (intersection) ini mengandung aspek materi dan aspek rohani. Inilah wilayah manusia!

Wilayah antara ini tidak bisa dilewati oleh ciptaan lain, wilayah ini adalah wilayah yang khusus hanya bagi manusia. Semua binatang dan malaikat tidak berhak memasuki wilayah ini. Binatang berada di wilayah materi, malaikat berada di wilayah rohani. Hanya manusia yang berada di wilayah pertemuan (wilayah antara) ini, di tengah wilayah rohani dan materi. Dengan ini posisi manusia menjadi lebih sulit daripada malaikat maupun binatang. Untuk dunia di atas, manusia berposisi paling rendah, tetapi untuk dunia bawah, manusia berposisi paling tinggi. Maka Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia “sedikit lebih rendah” daripada malaikat.

Mana ada makhluk selain manusia yang bisa mengikuti seminar atau membaca buku. Makhluk lain tidak membutuhkannya! Mereka tidak mengetahui apa itu kekekalan, kerohanian, keselamatan, dosa, moralitas, dan sebagainya, karena mereka adalah makhluk materi. Tetapi ketika malaikat mengetahui hal-hal itu, ia tetap tidak membutuhkan baju, tidak memerlukan seks. Binatang hanya memiliki seks dan tidak memiliki cinta, malaikat hanya memiliki cinta dan tidak memiliki seks; tetapi manusia memiliki keduanya. Jika di dalam kehidupan keluarga kita ada seks dan tidak ada cinta, maka kita hidup seperti binatang yang berbentuk manusia. Jika kehidupan suami-isteri kita penuh cinta kasih tetapi tidak ada seks, maka kita hidup seperti malaikat yang berbentuk manusia. Malaikat bersifat roh dan tidak bersifat materi; binatang bersifat materi dan tidak bersifat roh. Binatang memerlukan makanan, manusia juga memerlukan makanan, tetapi setelah makan binatang akan tidur, manusia setelah makan masih memikirkan mengapa harus makan. Binatang tidak perlu bertanggung jawab atas cara dia mencari makan, tetapi jika manusia salah cara di dalam mencari makanan, ia bisa masuk penbjara.

Bagian manakah yang menjadikan kita mirip dengan binatang? Bagian tubuh (Kejadian 2:7, 19)! Manusia diciptakan dari debu tanah dan dihembusi nafas hidup oleh Allah sehingga menjadi makhluk yang hidup. Oleh karena itu, manusia mempunyai unsur ganda. Secara jasmaniah mirip binatang yang memerlukan mata, telinga, mulut, kaki, dan lain-lain. Manusia juga memerlukan makanan, udara, seks, dan lain-lain. Tetapi secara rohani kita seperti malaikat, karena kita bisa memikirkan hal-hal tentang Allah, tentang kekekalan, dan lain-lain. Tubuh kita hanya berusia beberapa puluh tahun, tetapi roh kita tidak hanya bereksistensi selama beberapa puluh tahun saja, dan untuk hidup di tengah-tengah dua kategori yang berada di dalam diri kita itu tidaklah mudah. Bahkan bukan saja itu, berdasarkan ordo creatio supernatural kita juga terjepit di dalam dua wiilayah yang lain, yaitu wilayah antara Allah dan Iblis.

BAB 2 : UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN.

STATUS ANTARA : PARADOKS YANG KRUSIAL (2)

STATUS ANTARA 3 :

PARADOKS ANTARA ALLAH DAN IBLIS

Ketika malaikat melawan Tuhan, manusia belum diciptakan. Setelah malaikat itu melawan, dia menjadi Iblis dan dicampakkan turun. Akibatnya, di satu pihak ada roh yang bisa mengacaukan, dan di pihak lain ada Allah yang mendampingi umat-Nya untuk bisa hidup memuliakan Dia. Dengan demikian kita melihat adanya dua aspek yang bertemu di dalam diri manusia. Manusia selain diciptakan di antara wilayah rohani dan materi, juga diciptakan di antara Allah dan Iblis.

Di sini kita melihat bagaimana empat wilayah ini mengurung manusia di dalam satu wilayah yang khusus, sehingga kita tidak mudah melewati hidup dengan kuasa kita sendiri. Jikalau kita melihat keempat lingkaran ini beririsan di mana manusia berada di dalam irisan itu, maka manusia merupakan makhluk universal, spiritual, dan kekal, yang terjepit di dalam sifat natural, materi, dan kesementaraan. Semua ini mengakibatkan manusia mempunyai kewajiban yang luar biasa beratnya.

Allah menciptakan manusia di tengah-tengah Allah dan Iblis. Inilah status yang krusial, membahayakan, dan begitu beresiko. Tuhan tidak menciptakan manusia sebelum adanya Iblis. Kalau begitu, untuk apa Allah menciptakan manusia? Yaitu untuk mencapai seperti apa yang ditunjukkan subtema kita. Kemenangan!

Namun, justru banyak manusia yang tidak mengetahui bahwa untuk tujuan itulah kita diciptakan, sehingga banyak manusia yang tidak mau mengikuti prinsip Alkitab. Akibatnya, bukan Saudara yang menang, tetapi justru Iblis yang menang. Saudara menjadi konyol dan binasa! Tema ini s angat penting karena di dalamnya terkandung bijaksana dan filsafat hidup manusia yang lebih tinggi daripada semua filsafat tentang hidup sepanjang sejarah, sejak Socrates hingga abad kedua puluh. Ini bukan karena Stephen Tong yang hebat, tetapi karena Alkitab yang membukakan semua rahasia ini, sehingga dengan kunci master ini kita mengerti prinsip-prinsip yang kita perlukan untuk mengerti hidup.

Manusia berada pada posisi antara Allah dan Iblis. Jika kita gagal melihat posisi yang sedemikian luas dan global, dan hanya melihat diri kita berada di tengah-tengah kesulitan antara suami dan anak, antara isteri dan anak, antara Clinton dan Yeltsin, atau dalam format yang lebih sempit lainnya, maka kita tidak akan bisa beres. Kita perlu sadar bahwa kita berada di tengah-tengah Allah dan Iblis. Itulah tempat dimana kesulitan manusia terletak. Itulah satu tempat di mana resiko yang terbesar sedang harus ditanggung.

Kita memang belum masuk secara total ke dalam tema ujian dan pencobaan, tetapi inilah dasar yang penting untuk dapat mengerti tema itu. Di sinilah, di tengah-tengah dua kategori yang menjadi posisi manusia, tempat ujian dan pencobaan itu bertemu.

Manusia diciptakan di antara Allah dan Iblis. Status inilah yang membuat manusia tidak bisa lepas dari ujian dan pencobaan! Status yang tidak dimiliki oleh semua makhluk yang lain ini menyebabkan manusia harus masuk ke dalam ujian dan pencobaan. Tidak ada binatang yang dicobai, karena mereka tidak berada di dalam status ini. Status antara inilah yang menyebabkan manusia harus mengerti tujuan dirinya diciptakan.

Tuhan menciptakan kita sedemikian sulit, sayangnya kita seringkali tidak menyadarinya, kecuali ketika kita sedang patah hati atau ketika kita gagal dalam sesuatu hal. Saat itu kita baru merasa seolah-olah hidup tidak berarti dan mulai mempertanyakan arti hidup. Tetapi mengapa baru ketika patah hati kita memikirkan arti hidup? Mengapa ketika kita sedang untung banyak atau mencapai kesuksesan puncak, kita tidak mempertanyakan arti hidup di hadapan Tuhan? Mengapa kita tidak bertanya kepada Tuhan, keuntungan besar yang kita dapat itu Tuhan mau pakai untuk apa? Celakalah Saudara jika Saudara menjadi manusia yang hidup sembarangan.

Alkitab mengatakan bahwa kita diciptakan di antara Allah dan Iblis, maka dengan terus terang Allah mau kita memihak Allah dan Iblis juga mau kita memihak Iblis. Inilah kesulitan manusia! Allah menciptakan Saudara seturut peta dan teladan-Nya. Tetapi pada saat yang sama Iblis juga mau mengganggu Saudara agar Saudara tidak lagi taat pada Allah, namun justru mendengarkan perkataannya, sehingga hidup Saudara kacau balau.

Berada di antara Allah dan Iblis adalah posisi krisis, karena kita berada di tengah dua kuasa yang lebih besar daripada kuasa kita sendiri. Ketika Saudara mau berbuat baik, ada kuasa yang ingin menolak perbuatan kita, dan berusaha membawa Saudara kepada kegagalan. Ketika Saudara meu berbuat baik, ada kuasa yang mau menarik Saudara untuk jatuh dari berbuat bajik, sehingga semua yang Saudara inginkan gagal. Mengapa demikian? Itulah fakta status antara manusia.

Saudara jangan melarikan diri dari status antara ini, karena status ini merupakan status yang Tuhan tetapkan bagi Saudara dan saya. Saya tidak merasa lebih hebat daripada Saudara sehingga menggurui Saudara. Tidak! Saya hanya berusaha mengerti status manusia yang sedalam-dalamnya berdasarkan firman Allah. Saya hanya berusaha mengerti status yang menyebabkan manusia berada di dalam kesulitan yang sedemikian hebat. Lalu, sebagai hamba Tuhan, berdasarkan firman Tuhan, saya berusaha membagikan terang firman Tuhan kepada Saudara, sehingga semua pengertian ini bukan dari saya, tetapi dari kebenaran firman sendiri. Hanya di dalam firman, kita bisa menemukan bagaimana kita bisa menjadi manusia yang hidup berkemenangan.

Jika Saudara pernah mengalirkan air mata, saya juga seringkali mengalirkan air mata. Jika Saudara pernah gagal, saya juga. Jika Saudara pernah sulit mengatasi kegagalan dan pencobaan, saya juga. Jika Saudara pernah patah hati, saya juga pernah. Jika Saudara pernah kecewa, saya juga. Kita semua sama-sama manusia yang diciptakan di dalam dunia yang penuh kesulitan. Yang disebut “pemimpin gereja” atau pemimpin seminar atau pengkhotbah tidak berarti lebih hebat daripada Saudara semua. Kita sama-sama berada di dalam status antara yang sedemikian krusial. Biarlah saya memakai firman Tuhan untuk memberikan kepada kita kunci untuk mengerti kebenaran dari Allah, sehingga kita sama-sama bisa keluar dari kesulitan dan pencobaan, sama-sama bisa melintasi ujian, dan sama-sama bisa mencapai kemenangan.

STATUS ANTARA 4 :

PARADOKS ANTARA BAIK DAN JAHAT

Kini kita akan melihat bahwa setelah Allah menciptakan manusia di antara jasmani dan rohani, di antara Allah dan Iblis, maka kini Allah meletakkan mansuia di dalam taman Eden. Dalam posisi ini, kembali manusia berada di dalam posisi yang krusial (genting), karena manusia harus berada di antara baik dan jahat. Bahkan manusia juga harus berada di antara firman Tuhan dan interpretasi yang tidak bertanggung jawab (Kejadian 2-3).

Dari manakah kita mengetahui bahwa kita diciptakan di antara baik dan jahat? Di dalam tanam Eden ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Hanya Adam dan Hawa yang diberi tahu tentang pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat ini. Tuhan mengatakan kepada manusia: “Jangan kamu makan!” Tidak ada binatang yang berurusan dengan pohon ini.

Puji Tuhan! Tidak ada ajaran filsafat atau agama apa pun yang bisa mengajarkan topik ini sejelas yang kita bisa mengerti dari firman Tuhan. Jika saat ini Saudara betul-betul sadar, maka seumur hidup Saudara akan bisa menghindarkan diri dari banyak kesulitan yang tidak perlu. Jika Saudara betul-betul mengerti dan memenangkan kunci master ini, maka seumur hidup Saudara akan mampu melewati berbagai kesulitan dunia dan tidak perlu tenggelam di dalamnya.

Hal ini bisa menimbulkan pertanyaan: Apakah Allah tidak mau Adam mengerti hal yang baik dan yang jahat? Tidak! Allah mau manusia mengetahui pengetahuan yang baik dan yang jahat. Jikalau Allah memang tidak mau manusia tahu akan hal yang baik dan yang jahat, mengapa Allah mewahyukan Kitab Suci yang penuh dengan berbagai pengetahuan tentang hal yang baik dan yang jahat? Melalui Kitab Suci kita bisa belajar mana yang baik dan mana yang jahat, dan itu berarti Allah mau manusia mengetahuinya, bukan tidak mau.

Mungkin kita bertanya, jika Allah memang mau manusia mengetahuinya, mengapa Allah melarang manusia memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tersebut? Allah malarang manusia makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat karena yang baik dan yang jahat tidak ditentukan oleh pengetahuan, tetapi ditentukan oleh sikap dan respons kepada Sumber Kebaikan yang sejati. Ketika Allah mengatakan: “Jangan makan!” Lalu kita mengatakan: “Kalau saya makan saya akan tahu” maka ketika kita melawan Allah, saat itu kita sudah menjadi jahat. Jadi Allah mau kita takluk bukan berdasarkan pengetahuan, tetapi berdasarkan sikap kita terhadap Sumber Kebajikan itu sendiri.

Sebagai contoh, kita tentu harus melarang seorang anak kecil yang mau membaca buku tentang seks, karena belum waktunya baginya untuk membaca buku semacam itu. Tetapi kalau di kemudian hari ia akan menikah, maka tentu kita perlu memberi tahu dia, karena kita tidak mau dia tahu dari sumber yang salah. Kalau sudah tiba waktunya, kita perlu memberikan buku yang baik dan yang sehat kepada anak kita untuk mengerti seks dengan baik, karena banyak orang menulis buku tentang seks yang tidak beres. Itu sebabnya Allah tidak memperbolehkan Adam dan Hawa makan buah yang terlarang! Bukanberarti Allah tidak mau manusia mengetahui hal yang baik dan yang jahat, tetapi karena yang baik dan yang jahat bukan tergantung pada pengetahuan atau sumber yang lain kecuali Allah sendiri.

Maka Allah mengancam, jika engaku makan, maka pasti engkau mati. Konsep ini mengajar kita satu prinsip penting yaitu masalah hidup dan mati jauh lebih penting daripada pengetahuan baik dan jahat. Jadi, lebih penting mengerti terlebih dahulu arti hidup, baru kemudian mengerti arti baik dan jahat. Melalui hidup yang berasal dan bersumber dari Allah, barulah kita melakukan kebaikan yang sesuai dengan hidup yang dari Allah. Itulah kemenangan terhadap yang jahat! Oleh karena itulah Tuhan tidak mau Adam dan Hawa makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Jikalau (pengandaian yang tidak mungkin terjadi), Adam makan terlebih dahulu buah pohon kehidupan lalu tidak makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, apakah itu berarti Adam tidak mengerti akan yang baik dan yang jahat? Jawabnya adalah Adam pasti tetap akan mengerti, tetapi mengertinya sesuai dengan standar hidup yang ditetapkan oleh Tuhan. Tetapi ketika Adam diperintah oleh Tuhan Allah untuk tidak makan, ternyata ia lebih suka mengikuti anjuran Iblis, yaitu memakan buah itu. Maka setelah Adam mengetahjui akan hal yang baik dan yang jahat, sebagaimana dibuktikan dari Kejadian 3:22-24, ia harus diusir dari taman Eden agar tidak makan buah kehidupan. Adam sekarang mengetahui baik dan jahat yang tidak menurut kriteria Tuhan, tetapi menurut anjuran Iblis, sehingga apa yang ia ketahui tentang baik dan jahat berdasarkan perkataan Iblis yang melawan perkataan Tuhan. Maka ketika mereka tidak taat kepada Allah, mereka akan mati.

Sampai di sini terlihatlah keunggulan agama Kristen yang jauh melampaui kepercayaan-kepercayaan lain. Kepercayaan lain hanya berbicara hingga tahap ini, yaitu antara baik dan jahat saja, dan hanya Kekristenan yang berbicara bahwa Allah mengirimkan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya jangan binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Di dalam Kekristenan yang diutamakan adalah “jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kekristenan tidak sekadar berbicara tentang baik dan jahat saja. Ini merupakan anugerah yang tidak boleh diabaikan begitu saja.

STATUS ANTARA 5 :

PARADOKS ANTARA FIRMAN ALLAH DAN INTERPRETASI IBLIS

Abad kedua puluh merupakan satu era yang disebut post-modernisme. Di dalam pikirin post-modern, masalah hermeneutika (ilmu penafsiran) menjadi begitu penting, yaitu: adanya istilah yang sama tetapi diberi isi atau makna yang berbeda, menurut interpretasi yang berbeda. Ketika Tuhan mengatakan semua pohon boleh dimakan buahnya kecuali pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, maka Iblis mengatakan semua pohon tidak boleh dimakan buahnya; ketika Tuhan mengatakan bahwa pada hari engkau memakannya, engkau akan mati, maka Iblis mengatakan kalau makan tentu tidak mati. Ini interpretasi Iblis. Maka kini kita melihat Adam dan Hawa berada di antara kebenaran dan yang nmemalsukan kebenaran, di tengah-tengah firman dan interpretasi firman yang tidak bertanggungjawab.

Gereja-gereja masa kini sedang berada dalam dilema seperti ini. Apakah kita perelu kembali kepada firman Allah? Apakah kita perlu kembali kepada kebenaran yang sejati dari Allah? Ataukah kita hanya mendengarkan interpretasi yang sembarangan?

Ada seorang pendeta ditahbiskan di New York. Ia adalah seorang yang sangat liberal theologinya. Ia tidak percaya Allah Tritunggal, tidak percaya Yesus berinkarnasi, dan tidak percaya Yesus adalah Anak Allah. Sebelum ia ditahbiskan, ia ditanya oleh Uskup yang akan menahbiskannya, apakah ia percaya Yesus adalah Anak Allah. Ia menjawab ya! Ketika semua temannya yang hadir terheran-heran dan bertanya mengapa ia mau percaya bahwa Yesus itu adalah Anak Allah, maka dengan santai ia menjawab, “Jika semua manusia adalah anak Allah, tentu Yesus juga adalah salah satunya. Bukankah kasihan kalau Yesus tidak termasuk.” Maka untuk istilah yang sama, yaitu “Yesus adalah Anak Allah,” interpretasi atau penafsiran pengertiannya sudah jauh berbeda.

Inilah zaman di mana kita berada sekarang. Zaman seperti ini mirip sekali dengan keadaan di taman Eden, yaitu ada firman Tuhan dan ada pula interpretasi firman yang sembarangan dan tidak beres. Ada begitu banyak interpretasi dari firman yang tidak beres telah dan sedang menyerang gereja. Oleh karena itu, iman Kristen harus diuji dan harus diteguhkan. Untuk itu kita perlu kemudian membahas bagaimana caranya kita memproses diri kita sampai kita bisa mencapai kemenangan, melalui kedua hal yang harus ada, yaitu: (1) kita harus diuji oleh Allah; dan (2) kita harus dicobai. Kiranya Tuhan memberikan kebijaksanaan untuk kita bisa mengerti status yang sulit ini.

BAB 3 :

UJIAN DAN PENCOBAAN :

KEHARUSAN PROSES YANG MUTLAK (1)

“Ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pengkhotbah 3:8-11)

Apakah yang menjadi manfaat atau keuntungan dari seseorang yang telah bekerja dengan berjerih payah? Setelah manusia berkeringat, berjerih lelah, berletih lesu, apakah yang bisa diperolehnya? Jawabnya ada pada bagian Alkitab di atas. Di dalam terjemahan lain dikatakan: “Allah memberikan ujian yang begitu pahit, atau jerih payah yang begitu berat kepada umat manusia. Tetapi kemudian Ia akan memberikan keindahan pada waktunya, dan manusia tidak bisa mengerti dan menyelami pekerjaan yang Allah lakukan dari awal sampai akhir.”

Inilah pengertian firman Tuhan yang penting sekali berkenaan dengan paradoks kehidupan manusia. Dunia ini penuh dengan jerih payah, ujian, dan tanggung jawab yang berat. Semua ini ditetapkan oleh Allah dan hanya untuk manusia. Tidak ada binatang yang mempunyai tanggung jawab yang lebih berat daripada manusia. Tidak ada makhluk yang harus bekerja sedemikian berat untuk bisa mendapatkan makanan. Tetapi, mengapa Allah memperkenankan manusia boleh sedemikian berjerih payah?

Banyak orang miskin yang iri hati kepada orang kaya. Tetapi silahkan lihat, betapa besar kesulitan dan betapa berat pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang-orang kaya itu. Konglomerat-konglomerat besar terkadang harus bekerja begitu berat. Terkadang mereka harus berada di kantor sampai pukul sebelas malam. Saya pernah berpikir, kalau saya menjadi seperti mereka, meskipun kaya mungkin saya akan lebih cepat mati.

Ketika seorang pengusaha besar di Jakarta ikut bersama saya dalam program penginijilan ke Rusia, dalam dua hari saja faks yang ia terima sudah enam meter panjangnya, dan ia harus menyelesaikan setiap masalah yang timbul itu satu persatu. Untuk mendapatkan kesempatan pelayanan dua hari saja, kesibukan yang harus dia selesaikan sedemimkian padat. Setelah itu ia masih harus mengirimkan faks kembali untuk menyelesaikan masalahnya.

Apakah seorang yang kaya atau seorang yang berkedudukan tinggi bisa nikmat karena tidak perlu berkerja berjerih lelah? Tidak! Apakah seorang yang mulia seperti raja atau presiden tidak perlu berjerih payah dan penuh ketegangan? Tidak! Chou En-lai, mantan Perdana Menteri Cina, dalam satu setengah tahun rambutnya menjadi putih. Bill Clinton, presiden Amerika Serikat, setelah satu tahun menjadi presiden, wajahnya terlihat menjadi begitu tua. Ketika ia baru memasuki White House (Gedung Putih, kantor kepresidenan), rambutnya hitam, tetapi ketika setahun kemudian, gedungnya tetap putih, rambutnya sudah berubah menjadi putih. Seorang misionaris pernah berkata kepada saya, “Aduh, betapa pekerjaan yang sangat malang.” Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menakutkan sekali. Terkadang saya berpikir, apa dosanya sampai dia dijadikan presiden? Banyak orang yang ingin mendapatkan kedudukan yang tinggi, tetapi setelah duduk, baru tahu betapa beratnya pekerjaan itu. Yang berjerih payah bukan hanya tukang batu, tetapi juga mereka yang duduk di kantor.

Ketika masih muda saya tidak terlalu mengerti. Bagi saya, Raja Salomo itu tahu apa? Bukankah ia cuma duduk saja di takhta, perintah sana, perimntah sini? Rektor saya mengatakan, “Jangan pikir orang yang berpangkat tinggi tidak berjerih payah. Orang yang berjerih lelah dengan tangan, malamnya bisa tidur enak. Tetapi orang yang harus memikirkan begitu banyak hal, berjerih payah secara otak, malamnya malah tidak bisa tidur.” Apakah Saudara pikir yang bekerja bersusah payah hanyalah tukang batu? Tidak! Dunia ini penuh dengan orang-orang yang saling iri hati, selalu merasa lebih nikmat kalau bisa menjadi seperti orang lain. Benarkah demikian? Tidak! Tuhan mengatakan, “Engkau tidak mengerti jerih lelah yang Aku taruh di pundakmu, untuk menguji engkau.”

Satu kali ketika saya berada di Jakarta, saya katakan, “Hai, Saudara-saudara, pemilik tanah yang begitu luas, janganlah mengira itu adalah tanah milik Saudara. Satu hari kelak tanah itu akan dijual dan dijual lagi. Sebenarnya seluruh luas tanah selalu sama dari sejak zaman Adam, yang terjadi hanyalah saling menjual tanah. Jadi, hanya berganti kepemilikan secara sementara saja. Pada akhirnya yang betul-betul menjadi hak milik Saudara tinggal kuburan Saudara saja. Itu pun masih diinjak-injak orang dan di dalamnya Saudara hidup bersama cacing-cacing yang menggerogoti jasad Saudara tanpa Saudara bisa berbuat apa-apa. Jadi, apa sebenarnya yang Saudara dapatkan dari hasil jerih lelah Saudara? Setelah hidup dengan ujian yang begitu berat, pekerjaan yang begitu berjerih lelah, apa yang diperoleh?” Jawaban dari Pengkhotbah :

Allah menciptakan segala sesuatu baik pada waktunya.

Allah memberikan kekekalan di dalam hati manusia,

Namun manusia tetap tidak mengerti segala sesuatu

yang dikerjakan Allah dari awal sampai akhir.

Ayat dalam kitab Pengkhotbah di atas telah membingungkan saya sejak saya berusia 17 tahun. Sampai usia 57 tahun saya masih memikirkan ayat ini. Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik. Dan setelah semua itu diciptakan, Allah menciptakan manusia yang lebih baik lagi. Hal ini membuat saya bingung. Mangapa manusia dikatakan lebih baik? Karena di dalam manusia ada satu unsur yang tidak terdapat di dalam ciptaan baik yang lainnya, yaitu sifat kekekalan.

Semua diciptakan di dalam kurun waktu. Ada waktu ini, ada waktu itu, dan semuanya ada di dalam waktu. Tetapi kemudian diciptakan satu makhluk yang di dalam dirinya terdapat kekekalan yang melampaui waktu. Dalam hal ini kita melihat bahwa manusia berbeda dari segala makhluk lain. Segala makhluk lain muncul di suatu waktu, dan akan berakhir pada waktu yang tertentu pula. Makhluk-makhluk lain mempunyai permulaan di saat kelahirannya, dan waktu akhir di dalam kematiannya. Jangka waktu hidupnya sangatlah singkat. Mereka berada di dalam waktu dan berada di bawah batasan waktu. Kemudian Tuhan menciptakan manusia, yang berbeda dari semua makhluk yang lain karena memiliki unsur kekekalan di dalamnya.

Maka di dalam alam semesta, manusia menjadi outsider (tidak termasuk di dalam kelompok tertentu), observer (peneliti dan penyelidik), dan thinker (pemikir). Inilah perbedaan manusia dengan semua makhluk lainnya. Semua makhluk yang lain berada di alam dan merupakan bagian dari alam. Mereka mencari makan dari alam, memuaskan diri di dalam alam, dan berakhir hanya di dalam alam. Tetapi manusia memiliki bagian supra-natural, yang menjadikan manusia sebagai pemikir yang mempertanyakan, “Mengapa saya di sini?”

Binatang suatu saat akan mati, manusia suatu saat juga akan mati. Tetapi manusia bisa mempertanyakan, “setelah mati saya akan ke mana?” Tidak ada binatang yang bertanya setelah mati akan ke mana, hanya manusia yang berpikir seperti itu. Setelah berpikir, manusia mulai menyelidiki dan kemudian mulai memisahkan antara “aku” dan yang “bukan aku” sehingga dimengerti adanya pembedaan antara Allah, aku, dan alam. Di bawah saya ada alam, di atas saya ada Allah, dan di dalam saya ada aku. Maka secara vertikal, saya berada di bawah Allah dan di atas alam, dan secara horisontal saya berada di antara Allah dan Iblis, antara baik dan jahat, antara hidup dan mati, antara firman dan interpretasi yang tidak bertanggung jawab. Di dalam keadaan seperti inilah, keberadaan krusial (crucial existence) menjadi status manusia. Bagi saya, sungguh suatu pilihan yang krusial untuk kita bisa mempelajari firman Tuhan secara saksama dan ketat. Waktu-waktu studi seperti ini merupakan momen-momen yang membentuk iman Kristen Saudara menjadi mahir di dalam mengerti prinsip total firman Tuhan.

Jikalau “aku” melampaui “alam” mengapa alam harus menjadi tujuan hidupku? Apakah saya akan hidup dan mati hanya untuk mencari uang? Apakah saya harus bekerja setengah mati hanya untuk mencari materi? Apakah saya harus mengusahakan segala sesuatu yang akhirnya tidak bisa saya bawa ke dalam kekekalan dengan penuh jerih payah, yang kemudian saya harus di kubur di bawah tanah? Apakah yang menjadi upah bagi pekerjaan yang dikerjakan manusia dengan penuh jerih payah? Pertanyaan-pertanyaan ini telah merangsang pikiran saya, sehingga menyebabkan saya berpikir terus-menerus. Apa gunanya kita berjerih payah sedemikian berat hanya untuk mendapatkan sebuah peti dan tanah 2 x 1 meter? Itukah akhir hidup?

Tetapi Allah menyatakan bahwa setelah semua selesai diciptakan, Allah memberi kekekalan di dalam hati manusia. Berarti di dalam diri manusia, ada sesuatu yang sama sekali berlainan daripada makhluk lainnya. Hal inilah yang menjadikan kita tidak habis-habisnya berpikir dan ini pula yang menjadikan kita tidak rela digeser oleh waktu dan sejarah. Kita mau melihat ke depan dan kita mau melihat ke belakang. Inilah kekekalan! Melihat ke depan, itulah pengharapan kita; melihat ke belakang, itulah ingatan kita.

Manusia mempunyai sejarah karena manusia tidak mau momen-momen yang penting dan bermakna digeser oleh proses waktu. Kita mempelajari sejarah karena kita mengetahui bahwa di dalam sejarah ada prinsip-prinsip pendidikan yang penting untuk kita melangsungkan hidup. Kita mempelajari kegagalan dan kesuksesan dari sejarah karena kita adalah makhluk yang berproses belajar. Saya pernah bertanya dalam hati, mengapa hanya ada manusia di dalam sejarah? Mengapa tidak ada ilmu sejarah domba atau sejarah kambing? Puji Tuhan kalau mereka tidak mempunyai sejarah. Kalau mereka pun punya sejarah yang harus kita pelajari, kita sulit lulus SD. Mereka berbeda dari manusia.

Manusia secara individu (indivicuality speaking) adalah makhluk yang sangat berharga, kita diberikan kekekalan sehingga kita adalah makhluk hidup yang berkekalan. Secara kolektif (collectively speaking), kita adalah satu satu kelompok makhluk yaitu manusia, yang mewakili Allah untuk mengurus seluruh alam semsta. Allah berkata kepada Adam dan Hawa untuk mengatur alam semesta dan menguasai seluruh binatang dan alam. Manusia mempunyai tugas yang sangat luar biasa: kita adalah pengelola alam semesta (manager of the universe). Maka, jika untuk kepentringan materi, orang membakar hutan yang mengakibatkan lebih dari 23 juta orang terancam penyakit paru-paru, orang-orang itu harus dihukum secara keras oleh Tuhan. Jangan pikir keuntungan yang didapat dari hutan itu dapat menutup kecelakaan yang dialami oleh jutaan manusia.

UJIAN DAN PENCOBAAN : KEHARUSAN DAN MAKSUDNYA

Adam dan Hawa ditempatkan di teman Eden. Dan berkenaan dengan hal ini, ada beberapa pertanyaan yang perlu kita pikirkan secara lebih tuntas.

1) Mengapa di taman Eden harus ada pohon terlarang?

Mengapa di taman Eden Tuhan menyediakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat? Bukankah jika pohon tersebut tidak ada, kita tidak perlu repot? Pertanyaan dan kalimat seperti ini sering muncul dalam pikiran manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menyatakan betapa bodohnya kita (bdk Roma 1:21-23). Manusia beranggapan bahwa jika pohon itu tidak ada, manusia tidak bisa berbuat dosa dan pasti akan tetap suci. Kalau tidak ada pencobaan tentunya manusia akan sempurna, sehingga sepertinya Tuhan begitu bodoh meletakkan pohon itu di sana.

2) Mengapa pintu sorga bisa kebobolan ular?

Mengapa Tuhan tidak membuat pintu yang rapat sehinmgga ular tidak bisa masuk untuk mencobai manusia? Mengapa Tuhan membiarkan Iblis bisa menyusup masuk ke dalam taman Eden? Bukankah kalau Iblis tidak bisa masuk, manusia tidak mungkin bisa jatuh ke dalam dosa karena pasti tidak ada pencobaan?

3) Mengapa Tuhan memberikan kebebasan memilih?

Mengapa Tuhan memberikan kebebasan kepada Adam, dan Hawa sehingga manusia harus membuat pilihan antara firman Tuhan dan perkataan Iblis? Seharusnya manusia jangan diberi kebebasan memilih. Kalau Tuhan tidak memberikan kebebasan memilih, tentunya tidak ada kemungkinan bagi Adam untuk salah pilih dan jatuh ke dalam dosa. Pasti semuanya akan beres.

Semua ini merupakan pikiran manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Kita akan melihat bahwa ketiga pokok di atas merupakan suatu keharusan mutlak! Harus ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat; harus ada ular yang dipakai oleh Iblis untuk menguji; dan harus ada kebebasan yang dimiliki Adam dan Hawa untuk memilih, karena semuanya itu adalah cara dan tujuan rencana Allah menciptakan manusia. Masalah ini adalah masalah kedaulatan Allah yang memang demikian, sehingga berada di luar kjebijaksanaan dan keputusan manusia. Tetapi apa maksud dari semua ini?

Maksud 1 : Kemenangan

Begitu banyak orang Kristen yang sok tahu dan merasa lebih pandai dari Tuhan, yang setelah menjadi Kristen dan menikah ingin membuat keluarganya menjadi taman Eden yang di dalamnya tidak ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat dan tidak ada ularnya. Banyak orang Kristen bodoh yang mau membesarkan anak-anaknya di dalam satu lingkungan yang paling sempurna, aman, tanpa kemungkinan adanya ujian dan pencobaan sama sekali. Tetapi anak Kristen yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga yang seperti ini justru berada di dalam situasi yang paling berbahaya! Sekali mereka terjun ke dalam masyarakat, langsung jatuh dan gagal.

Seorang kepala sekolah pernah berkata kepada saya sambil bercucuran air mata: “Anak saya begitu baik, saya mendidik dia dengan begitu baik. Kini setelah menikah saya baru tahu dia begitu mudah ditipu oleh istrinya. Istrinya justru anak orang Kristen yang tidak benar hidupnya.” Ketika saya tanya mengapa anak itu mau menikah dengan wanita seperti itu, ia menjawab bahwa anaknya tidak tahu kalau ada yang namanya Kristen tetapi hidupnya bobrok luar biasa. Ketika kita melihat orang senyum-senyum, kita anggap dia pasti orang baik. Itu bodoh! Saya menegur kepala sekolah itu, dan memberi tahu dia bahwa justru karena dia menciptakan satu lingkungan yang terlalu indah maka anaknya dapat menjadi begitu bodoh, menganggap semua orang itu begitu baik sehingga akhirnya tertipu. Ia mengatakan: “Ya mungkin begitu.” Saya katakan, “Bukan mungkin, tetapi pasti!”

Banyak keliartga Kristen yang karena memberikan lingkungan yang terlalu aman dan terlalu baik, tidak pernah memberikan wawasan yang lebih luas kepada anak-anak mereka sehingga ketika anak itu keluar langsung bisa di tipu, diperkosa, atau dijadikan korban oleh orang-orang jahat di luar. Mereka tidak pernah tahu bahwa ada ular dan ada pohon. Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk berdoa dan ikut kebaktian supaya dilihat orang luar bahwa keluarganya ini adalah keluarga Kristen yang baik. Akhirnya, ketika dewasa, anak ini menjadi sangat benci kepada Kekristenan. Banyak remaja dan pemuda yang anti-Kristen, karena dibesarkan di dalam keluarga Kristen yang memaksa mereka menjadi “sok-rohani”. Kita seringkali menciptakan satu lingkungan yang begitu indah, begitu aman, tetapi tanpa kerelaan dan kesadaran. Itu berarti tidak ada pohon, tidak ada ular dan tidak ada kebebasan pilihan. Keadaan sedemikian hanya merupakan suatu pemaksaan, menjadikannya satu tindakan mekanis yang palsu. Maka, saya melihat akan keharusan adanya pohon, ular, dan pilihan bebas manusia.

Ketika berusia 29 tahun, saya berkhotbah di Hongkong 65 kali dalam 27 hari, menyambung khotbah saya di Taiwan 226 kali selama 62 hari, saya berada di dalam keadaan yang sangat lelah. Seorang pendeta tua yang adalah pemimpin senior ingin berbicara dengan saya, sehingga saya tak mampu menolak. Kami berbicara selama dua jam, dalam keadaan saya yang sudah begitu lelah. Ia mulai menanyakan bagaimana prinsip mendidik anak menurut saya. Saya menjawab bahwa mendidik anak ya, apa adanya saja, tidak perlu berpura-pura agar anak-anak mengerti realitas yang sesungguhnya. Kalau saya berbeda pendapat dengan istri saya, anak-anak juga tahu, sehingga suatu saat kalau mereka menikah lalu ada perbedaan pendapat, mereka tidak terkejut dan sudah mengerti bahwa hal seperti itu adalah hal yang biasa. Tetapi yang penting adalah bagaimana setelah terjadi perbedaan pendapat itu kita bisa menyelesaikannya dengan cara Kristen.

Lalu ia mengatakan bahwa cara dia mendidik anak sangat berbeda. Saya bertanya, bagaimana cara dia mendidik, sehingga saya bisa belajar. Ia mengatakan bahwa dunia ini sudah sangat rusak, maka kita harus hati-hati agar anak kita tidak tercemar oleh diunia (sampai di sini saya setuju). Itu s ebabnya demi kehati-hatian ini ia memiliki cara khusus lebih dahulu dan semua yang jelek digunting. Semua berita perkosaan, perzinahan, penipuan, perampokan dan yang sejenisnya dipotong. Hanya sisa yang baik saja yang ia berikan kepada anaknya. Jadi setelah surat kabar itu sudah penuh dengan lubang-lubang baru diberikan kepada anaknya. Bagi saya cara ini lucu sekali. Itu namanya Holy Paper (istilah ini bisa dimengerti sebagai “Koran Suci”, tetapi juga bisa dimengerti sebagai “Koran Penuh Lobang”) karena banyak lubangnya.

Bagi saya, kalau anak-anak setiap hari menemukan bahwa korannya penuh lobang, dan setiap hari lubangnya berbeda, pasti ia tertarik untuk pergi ke tetangga dan mau mengetahui apa yang ada di lubang itu. Anak itu akan terangsang untuk mencari dan memperhatikan berita-berita paling buruk yang tidak ada dirumahnya, dan dari tetangga ia baru tahu bahwa berita yang ada di lubang itu adalah berita-berita perkosaan, perzinahan, perampokan, dan lain-lain. Itulah yang menartik baginya! Akhirnya yang tidak lubang tidak dia baca, dan dia khusus hanya akan memperhatikan bagian-bnagian yang lubang saja.

Saua bukannya mendukung agar kita atau anak kita membeli buku porno, tetapi biarkanlah surat kabar yang ada itu dalam keadaan utuh. Biarkan mereka mengetahui apa yang menjadi fakta dunia. Inilah dunia kita yang riil. Kita memang tidak mau anak kita dicemarkan, tetapi jangan sampai kita menciptakan lingkungan yang terindah (steril) bagi anak kita, jangan sampai dia dimanja hingga menjadi lebih rusak daripada anak orang lain tanpa Saudara sendiri menyadarinya.

Tuhan tidak demikian. Setelah menciptakan Adam dan Hawa, ia menempatkan mereka di taman Eden dan langsung memperkenankan Iblis menguji mereka. Ujian, pencobaan dan kemenangan! Kemenanagn baru bisa dicapai setelah adanya pencobaan dan ujian. Kemenangan sangatlah penting sehingga ujian dan pencobaan juga sangat diperlukan. Maka, ujian dan penobaan adalah kebutuhan yang mutlak bagi keberadaan dan kemenangan manusia.

Ibu saya mengatakan, “Stephen, saya bukan hanya harus menjadi ibumu, tetapi juga harus menjadi ayahmu, karena ayahmu sudah meninggalkan kamu ketika kamu berusia tiga tahun. Itu sebabnya aku berusaha menanamkan iman yang kuat ke dalam dirimu, sehingga ketika engkau besar aku tidak perlu khawatir ke mana pun engkau pergi, karena aku tahu engkau sudah dibekali dengan iman yang menuntut engkau bertanggung jawab kepada Tuhan.”

Itulah yang sudah saya warisi dari ibiu saya, demikian pula itulah yang saya wariskan kepada anak-anak saya.Saya tidak memaksakan iman kepada mewreka. Kalau perlu, kami akan berdebat sampai kami bisa menemukan sesuatu yang di dalam kebenaran firman. Setelah dia beriman, saya tidak takut ke mana pun dia pergi. Saya hanya bisa berdoa untuk dia dan tidak merasa perlu lagi terlalu banyak mengatur. Biarlah dia bebas, kebebasan itu perlu, ujian itu perlu, pencobaan itu perlu. Namun demikian, tidak ada paksaan dan dia sendiri harus bertanggung jawab.

Terkadang saya melihat ibu-ibu memberikan kemanjaan kepada anaknya dengan anggapan itu adalah proteksi. Tetapi proteksi yang berlebihan akan menjadi kemanjaan yang menghancurkan. Terlalu memelihara anak akan mengakibatkan kejatuhan yang fatal. Ada orang tua yang ketika bayinya tidur, di depan kamarnya ditulisi: “Bayi sedang tidur. Harap tenang!” Akibatnya, bayi itu tidur begitu tenang, tidak ada gangguan, sampai satu kali ada anjing menggonggong keras dan dia langsung sakit jantung. Itulah pendidikan yang salah!

Saya dilahirkan di zaman perang Jepang. Ini merupakan satu latihan yang Tuhan berikan kepada saya, maka saya tidak mudah diganggu oleh berbagai situasi. Sejak usia tiga tahun saya sudah tidak memiliki ayah, dan sejak usia 15 tahun sudah tidak pernah minta uang satu rupiah pun dari ibu saya. Saya harus bekerja berat dan membanting tulang untuk mencukupi keperluan saya. Setiap minggu harus belajar sekitar 40 jam dan harus mengajar 80 jam. Setiap hari harus bekerja keras berjam-jam, diperas, ditindas, diuji oleh Tuhan, sebelum akhirnya bisa menjadi manusia seperti ini. Banyak orang yang begitu memperhatikan saya meminta saya untuk beristirahat karena mereka anggap saya terlalu lelah. Saya seringkali menganggap mereka terlalu memanjakan saya, karena saya terus-menerus diminta untuk tidur. Memang sekarang saya sudah semakin tua dan mulai perlu ada waktu untuk beristirahat, tetapi kalau mungkin saya masih ingin terus bekerja.

Seringkali Saudara ingin menjadi orang Kristen yang naik Limousine ke sorga, ingin menjadi orang Kristren yang doa apa saja dituruti oleh Tuhan. Itu bukan Tuhan. Itu adalah pembantu Saudara! Seringkali kita berdalih di belakang dia: “Allah, Engkau Mahakuasa, maka pasti Engkau mampu mengerjakan apa yang aku minta ini.” Itu adalah sifat memperalat kemahakuasaan Allah untuk menjadikan Allah pembantu Saudara. Itukah doa? Itu adalah manipulasi! Seringkali ketika Saudara mendengar pendeta-pendeta yang mengajar seperti itu, Saudara “amin, amin!” terus tidak lagi secara ketat memperhatikan apa yang diajarkan oleh firman Tuhan. Saat seperti itu Saudara sedang jauh dari firman Tuhan dan prinsip-prinsip yang ditegaskan oleh Alkitab secara keseluruhan. Sudah terlalu jauh Saudara salah mengerti Alkitab, dan salah pengertian itu telah menjauhkan Saudara dari firman. Saudara perlu kembali! Reformed berarti kembali, kembali kepada kebenaran Alkitab yang seketat mungkin.

BAB 3 : UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN.

UJIAN DAN PENCOBAAN : KEHARUSAN PROSES YANG MUTLAK (2)

Manusia diuji dan dicobai dengan segala jerih payah untuk mencapai satu tujuan yang khusus. Tuhan membiarkan adanya pohon, adanya ular, dan adanya kebebasan memilih. Ini memang berbahaya,tetapi semua itu ada bukan tanpa maksud. Semua itu harus ada karena di belakang bahaya itu ada bahagia yang besar. Salahnya, seringkali manusia mau bahagia, tetapi tidak mau bahaya. Ketika orang berjudi, maunya menang tetapi tidak mau masuk penjara; kalau berzinah maunya kenikmatan tetapi tidak mau keluarga dihancurkan oleh perempuan itu, atau diri kita dihancurkan oleh penyakit kelamin.

Allah memberikan kebebasan. Bukankah ini bahaya? Ya, tetapi di balik bahaya itu ada bahagia. Orang pandai pasti lebih bahaya daripada orang bodoh. Namun apakah itu berarti kita kemudian berdoa agar kita menjadi orang bodoh saja, dan semua anak kita lebih baik jadi anak bodoh saja? Tidak! Perempuan yang cantik pasti lebih bahaya daripada yang jelek. Tetapi apakah itu berarti kita kemudian berdoa agar ketika menikah kita diberi isteri yang sangat jelek agar semua orang yang melihatnya menjadi ketakutan, sehingga tidak membahayakan diri kita? Tidak! Pisau yang tajam pasti lebih berbahaya daripada pisau yang tumpul. Tetapi apakah itu membuat kita lebih baik membeli pisau yang tumpul saja? Tidak! Orang pandai pasti lebih bahagia daripada orang yang bodoh, demikian pula wanita yang cantik lebih bahagia daripada wanita yang jelek. Bahagia, tetapi juga bahaya. Seringkali kita mau bahagianya tetapi menolak bahayanya. Itu mustahil! Jika kita mengerti konsep-konsep ini dengan baik, seumur hidup kita akan lebih stabil dan lebih mengerti dengan tepat realitas dan maksud penciptaan Allah atas diri kita, sehingga kita tidak mudah dikacaukan oleh berbagai gejala di dunia ini.

Perlu adanya pohon, ular, dan kebebasan memilih. Tuhan memasukkan hal ini, karena jika tidak ada ujian tidak akan bahagia, meskipun ujian itu sendiri mengandung bahaya. Kalau tidak ada ujian, tidak ada pencobaan, dan tidak ada kebebasan, mustahil ada kemungkinan kemenangan. Agar kita bisa menang, perlu dan harus ada ujian, harus ada pencobaan. Ujian dan pencobaan merupakan keharusan mutlak. Tanpa ujian dan pencobaan, dunia ini kehilangan makna.

Mungkin Saudara tidak menyukai ujian dan pencobaan karena ujian dan pencobaan mengandung bahaya, dan Saudara tidak menyukai bahaya ini. Semua manusia yang tidak pernah mau bahaya tidak akan pernah maju! Orang yang selalu takut akan terus tinggal di kamar. Ketika ia mau menjadi pahlawan, hanya bisa menjadi pahlawan kamar. Orang yang berani pergi ke tempat yang penuh bahaya dan berhasil melewatinya dengan kemenangan, mendapatkan kebahagiaan.

Tuhan tidak menciptakan manusia seperti boneka. Manusia tidak diciptakan sebagai robot atau mesin. Tuhan justru memberikan kebebasan kepada Saudara, bahkan sampai bisa memberontak melawan Dia. Manusia diciptakan dengan diberi kuasa pemberontakan terhadap Allah sehingga bisa mengatakan tidak setuju kepada-Nya. Selama 33 tahun lebih, saya menjadi dosen, saya tidak pernah menghina pertanyaan murid-murid saya. Kalau murid saya tidak setuju dengan saya, saya tidak akan marah. Kalau kita saja diberi hak untuk tidak setuju dengan Allah, bagaimana kita boleh marah terhadap orang lain yang tidak setuju dengan kita? Hanya dosen yang tidak beres yang takut dilawan oleh muridnya! Asalkan orang itu tidak kurang ajar kepada Tuhan, adalah hak dia untuk tidak setuju dengan saya. Jika Saudara melawan saya tetapi sangat cinta dan taat kepadas Tuhan, saya setuju. Kalau cinta dan taat kepada saya, tetapi kurang ajar terhadap Tuhan, saya tidak setuju. Saya tidak pernah menuntut semua orang untuk setuju dengan saya, karena Tuhan pun memberikan hak kepada kita untuk tidak setuju dengan-Nya.

Orang atheis dan orang komunis tidak percaya kepada Allah. Bukan saja demikian, mereka bahkan menganiaya orang Kristen, menganiaya pendeta, memenjarakan misionaris, dan lain-lain. Tuhan memper-bolehkan hal itu terjadi. Tetapi Tuhan berkata, “semakin engkau menganiaya, gereja-Ku semakin berkembang.” Akhirnya yang memeras lelah dan mati, gereja yang diperas semakin hari semakin besar. Itulah kekuatan bola karet yang ada pada gereja. Semakin keras dibenturkan, semakin tinggi bola itu akan melambung. Komunisme berusaha menganiaya orang Kristen dengan anggapan mereka bisa membinasakan dan memusnahkan orang Kristen, tetapi justru di situlah terlihat rendahnya IQ mereka, karena sejarah membuktikan bahwa semakin dianiaya gereja semakin berkembang.

Gereja yang terlalu bebas, tidak ada ujian dan pencobaan, dan tidak pernah dianiaya, tidak akan pernah berkembang. Sebelum Komunisme masuk RRC, jemaat Katolik berjumlah sekitar 800 ribu orang dan Protestan sekitar 2 juta. Tetapi setelah dianiaya oleh Komunisme, sekarang ini di seluruh RRC terdapat 83 juta orang Kristen! Dari mana kita mendapatkan data ini? Bukankah kita tidak bisa membeli data dan orang Komunis jelas tidak mau memberikan data akurat tentang jumlah orang Kristen di RRC? Data ini justru diperoleh melalui peristiwa penganiayaan seorang hamba Tuhan. Seorang anggota politbiro sambil menganiaya mengatakan, “Kamu tidak boleh memberitakan agama Kristen lagi di negara ini. Ini negara Komunis. Tahu tidak, gara-gara terus ada propaganda Kristen, sekarang orang Kristen sudah 83 juta.” Nah, sekarang kita tahu karena orang komunis sendiri yang memberi tahu. Melalui penganiayaan data itu bocor sendiri. Tuhan tidak takut ditolak dan dilawan oleh Saudara. Allah justru memberikan ujian kepada manusia supaya manusia bisa menang, membiartkan adanya pencobaan supaya manusia bisa mengalahkan Iblis. Tuhan memberikan kebebasan supaya iman kita kepada Allah didasarkan pada satu kerelaan dan bukan karena pemaksaan. Maka keberadaan ujian dan pencobaan merupakan satu keharusan (absolute necessity) agar kita menang.

Ketika Saudara mencintai seorang gadis, Saudara jangan membawa senapan dan memaksa dia menikah dengan Saudara. Itu tidak bisa dibanggakan karena gadis itu terpaksa menikah bukan karena Saudara, tetapi dengan senapan Saudara. Kalau Saudara mencintai dia, biarkan dia bebas, sehingga kalau dia mau menikah dengan Saudara, Saudara bisa bangga karena dia mencintai Saudara dengan segala kerelaannya. Seorang presiden bisa lebih bangga daripada seorang raja karena dia naik ke atas tampuk pimpinan atas pemilihan seluruh rakyat bukan karena keturunan. Tuhan tidak mau kita memilih Dia atau taat kepada-Nya karena paksaan; atau karena kebetulan dilahirkan di keluarga majelis, sehingga kalau tidak ke sekolah minggu pasti akan dipukul luar biasa keras; atau karena anak saya adalah anak pendeta, maka kalau tidak ikut kebaktian dianggap mempermalukan nama saya, jadi anak saya ke gereja supaya ayahnya tidak malu. Saya memberikan kebebasan kepada anak saya agar mereka bisa mencintai Tuhan berdasarkan kemauannya sendiri, bukan karena paksaan orang tua.

Allah tidak membuat taman Eden yang hanya penuh dengan bunga mawar dan malaikat, tetapi di situ juga ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dan Allah membiarkan Iblis masuk melalui ular untuk mencobai manusia, sehingga manusia terguncang imannya. Inilah cara Allah bekerja! Selama saya mengajar di sekolah theologi, selalu beberapa jam pertama saya pakai untuk membuat bingung semua murid yang ikut di kelas saya. Saya goncangkan iman mereka terlebih dahulu dan baru setelah itu melakukan rekonstruksi karena saya tahu begitulah cara Allah mendidik manusia. Manusia yang tidak pernah mengalami kekacauan, tidak pernah melihat musuh, dan yang tidak pernah diuji dan dicobai, tidak layak hidup bersama Tuhan. Socrates mengerti kalimat di atas. Ia berkata, “Unexamined life is not wrong living” (Hidup yang tak teruji adalah hidup yang tak layak dihidupi). Berani menjadi manusia berarti harus berani hidup penuh dengan bahaya. Oleh karena itu, kita harus hidup berhati-hati.

Tatkala kita hidup, kita seringkali mau bahagia tetapi tidak mau bahaya; kita mau kelancaran dan keindahan tetapi tidak mau kesulitan; kita mau lulus tetapi tidak mau bersusah payah belajar. Itulah yang diajarkan oleh Theologi Kemakmuran! Jika mau menang harus melewati ujian terlebih dahulu; apabila mau menang harus mengalami pencobaan. Tidak ada jalan lain! Inilah cara Allah mendidik manusia. Inilah cara Allah menciptakan manusia.

Maksud 2 : Konsumasi (Penyempurnaan)

Kita harus membedakan antara istilah theologia konsumasi (consummation) dan konsumsi (consumption). Konsumasi berarti penyempurnaan dan penggenapan akhir karya keselamatan Allah atas diri umat tebusan-Nya yang akan terjadi pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Sedangkan konsumsi lebih berarti menghabiskan atau menghanguskan sesuatu.

Mengapa perlu ujian? Bukankah ketika Adam diciptakan keadaannya sudah sangat baik? Untuk apa perlu diuji lagi? Adam diuji agar bisa lebih sempurna. Tuhan menciptakan manusia yang sungguh-sungguh sudah sempurna, tetapi yang membutuhkan ujian agar bisa lebih sempurna lagi. Mari kita menelusuri sifat manusia dan firman Tuhan untuk mendapat jawaban.

Jikalau manusia sudah dicipta secara sempurna, mengapa ia masih harus diuji sehingga mengakibatkan kesempurnaan yang ia miliki itu hancur? Bukankah tadinya sudah sangat baik, mengapa harus diuji sehingga menjadi hancur dan berdoa? Bukankah setelah pencobaan itu ia justru jatuh ke dalam dosa dan kesempurnaannya hilang? Tidak! Kesempurnaannya hilang jika dia tidak kembali lagi kepada Tuhan Allah! Kalau dia kembali kepada Allah, maka sekalipun dia berdosa Tuhan berjanji: “Marilah, baiklah kita berperkara! – firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yesaya 1:18). Tidak ada orang yang sedemikian besar dosanya sampai Tuhan tidak berkuasa menyelamatkan dia. Tidak ada orang yang hati nuraninya menegur dia begitu berat, sampai tidak ada lagi pengampunan dosa yang bisa menyelamatkan dia.

Kalau ditanya apakah Allah tahu Adam bisa jatuh ke dalam dosa, jawabnya adalah tahu. Lalu, mengapa Tuhan membiarkan adanya pencobaan itu? Jawabnya: Harus, mutlak harus! Manusia tidak diciptakan menjadi robot, boneka, atau mesin. Manusia diciptakan untuk melewati pencobaan, melewati ujian; maka mutlak harus ada ujian dan pencobaan. Kita akan lebih lagi memperjelas dan mengonfirmasikan pernyataan ini di bab berikutnya.

Meskipun ketika diciptakan kita sudah sempurna, namun ujian dan pencobaan akan membawa kita kepada kesempurnaan yang lain lagi. Kesempurnaan apakah itu? Keadaan yang pertama disebut sebagai kesempurnaan awal, yaitu kesempurnaan natural atau kesempurnaan ciptaan. Kesempurnaan ini merupakan kesempurnaan yang dicipta, yaitu kesempurnaan yang tarafnya berada di dalam ordo creatio. Kesempurnaan ini juga adalah kesempurnaan natural dan bersifat potensial, tetapi hal ini belum cukup, karena jika kesempurnaan ini tidak melewati ujian dari Allah dan pencobaan dari Iblis, maka manusia akan tetap menjadi makhluk yang berkesempurnaan yang tidak pernah diuji dan dicobai. Kesempurnaan seperti ini tidak diingini oleh Tuhan, karena ini hanyalah kesempurnaan ciptaan yang baru bersifat potensial saja, tetapi bukan yang dicapai melalui satu proses.

Sesudah adanya ujian dan pencobaan, kesempurnaan itu akan menjadi kesempurnaan konfirmasi; kesempurnaan supernatural, yang melampaui kesempurnaan natural; kesempurnaan yang telah genap, dan kesempurnaan yang telah dicipta-ulang (recreated perfection). Jadi kita melihat empat hal, yaitu: (1) dari potensi menjadi konfirmasi; (2) dari natural menjadi supernatural; (3) dari awal menjadi genap; dan (4) dari yang diciptakan menjadi yang diciptakan ulang (atau melalui penebusan).

Dari sini kita melihat bahwa semua ini memerlukan ujian dan pencobaan. Dan semua itu memerlukan proses. Sebelum proses, bersifat awal, sesudah proses, menjadi genap; sebelum proses, bersifat natural, setelah proses menjadi supernatural; dan seterusnya.

Ketika seorang bayi dilahirkan dengan potensi yang tinggi sekali, misalnya bayi Einstein, maka bukankah bayi yang bernama Einstein itu sampai pada saat kematiannya masih tetap bernama Einstein? Namun ketika lahir ia hanyalah Einstein potensial, dan baru pada saat mati menjadi Einstein genap. Jadi disaat lahir ia sempurna sebagai potensi dan ketika mati ia sempurna setelah digarap. Einstein ketika lahir sempurna sekali, begitu lucu dan halus sekali kulitnya, tetapi ketika mati kulitnya sudah begitu keriput. Einstein lahir sebagai bayi yang sempurna, kepalanya lengkap, kaki tangannya juga sempurna, tetapi kesempurnaan itu bukanlah kesempurnaan seperti yang dimiliki Einstein setelah mengalami berbagai kesulitan, kegagalan, masalah, dan semua problematika, sebelum akhirnya mencapai satu kesuksesan kesempurnaan sebagai ahli fisika top dunia. Ketika ia mati, kemahiran dan tantangan otaknya lebih sempurna dibandingkan ketika ia lahir. Demikian pula ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa. Ketika dicipta, Adam juga adalah manusia sempurna, tetapi kesempurnaan ini hanyalah kesempurnaan potensial yang belum melewati ujian dan pencobaan. Ini adalah kesempurnaan yang belum melewati proses.

Di Alkitab diungkapkan tentang bagaimana burung rajawali melatih anaknya. Ketika anak itu baru menetas dari telurnya, ia harus mencengkeram erat sarangnya yang terletak di puncak gunung yang sangat tinggi, karena angin yang keras bisa menerbangkannya. Tidak ada kenyamanan di sana. Setelah dia tumbuh dan bulu-bulu sayapnya penuh, maka ia sudah mempunyai potensi terbang. Namun potensi terbang ini belum dikonfirmasikan. Itu seperti seorang yang sudah membeli buku berenang, mempelajari dengan saksama sampai hafal seluruhnya, tetapi belum pernah masuk ke dalam air. Sama halnya dengan orang yang sekolah theolohgi, mendapatkan gelar cum laude, tetapi tidak pernah memberitakan Injil dan belum pernah membawa orang lain berobat dan menjadi Kristen. Itu tidak ada nilai konfirmasinya. Mungkin mereka akan kalah dengan orang-orang yang belum pernah sekolah theologi tetapi yang mau rendah hati dan sungguh-sungguh mau taat kepoada Tuhan, memberitakan Injil dan membawa orang bertobat dari dosanya dan mengenal Tuhan.

Maka, sekarang induk burung itu mulai melatih anaknya untuk terbang. Anak burung itu diangkat oleh induknya, diajak terbang di udara yang tinggi, lalu dilepaskan dan dibiarkan terjun bebas. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, ia akan dipanggul lagi oleh induknya, di bawa naik lagi ke ketinggian dan dilepas lagi. Hal itu dilakukan berulangkali sambil anak elang ini mulai belajar terbang. Pada akhirnya ia pun bisa terbang seperti induknya. Setelah dibawa kembali ke sarang, anak itu lelah sekali dan mau beristirahat, namun induknya memaksa untuk dia kembali belajar terbang. Setelah bisa, maka induk elang mulai cukup jauh meninggalkkan anaknya, sehingga anak elang itu harus mulai melihat sarangnya, ketika ia melihat sarangnya yang terletak di puncak gunung, ia mulai berusaha untuk terbang naik ke tempat itu. Maka ia sekarang sudah menang. Adakah orang-orang Kristen yang bersemangat seperti ini?

Kesimpulannya: setelah ujian dan mendapatkan angka yang tinggi, kita memperoleh kemuliaan! Jika Saudara menganggap diri pandai sebelum ujian, itu hanyalah satu keadaan yang belum dikonfirmnasikan. Saudara masih memerlukan ujian.

Sekarang ini di Indonesia banyak gereja yang pendetanya tidak mau sekolah theologi supaya tidak pernah tidak lulus. Kalau pernah sekolah theologi pasti ada kemungkinan tidak lulus, tetapi kalau tidak sekolah pasti tidak ada kemungkinan tidak lulus. Jadi dia merasa dirinya hebat, padahal kesalahan khotbahnya sendiri dia tidak tahu. Pada saat ini begitu banyak orang Kristen yang sudah ditipu oleh pengkhotbah-pengkhotbah seperti itu, yang khotbahnya begitu sembarangan. Maafkan jika saya harus mengatakan hal yang mengakibatkan banyak orang membenci saya. Itu adalah ujian saya dan saya dicipta olehTuhan untuk menghadapi ujian-ujian seperti ini. Saat ini begitu banyak orang Kristen dan hamba Tuhan yang tidak mau ujian, sehingga akhirnya tidak memiliki kemenangan konfirmasi. Mereka hanya bisa sombong dan menganggap diri sudah pandai. Bukan berarti mereka tidak memiliki potensi, tetapi justru karena mereka tidak mau diuji, tidak mau melewati proses, tidak mau melewati pencobaan, maka mereka menganggap diri mereka sudah hebat karena tidak pernah gagal. Orang yang tidak pernah gagal tidak berarti orang itu sukses, dan orang yang seringkali gagal tidak berarti orang itu tidak sukses. Orang yang berkali-kali gagal tetapi terus berjuang sampai pada akhirnya sukses, maka kesuksesannya itu akan sangat berharga.

Thomas Alfa Edison yang telah berhasil menemukan lampu, sebelum sukses telah lebih dari 1.700 kali gagal. Tetapi sekian banyak kegagalan tidak menjadikan ia berhenti dan putus asa. Ia bukannya menyerah tetapi terus berjuang sampai pada akhirnya berhasil. Kesuksesan yang telah melewati sekian kali kegagalan merupakan kesuksesan yang sangat berharga. Kesuksesan itu adalah kesuksesan yang tidak mau ditakut-takuti oleh kegagalan. Itulah harga sebuah kesuksesan.

Seringkali kita berdoa, “Tuhan, saya mau kalau saya jatuh cinta langsung sukses, supaya jangan sampai saya gagal dan akhirnya bunuh diri. Nanti nama Tuhan yang buruk, bukan?” atau, “Tuhan, lebih baik saya tidak usah sekolah saja supaya saya tidak sampai tidak lulus, karena kalau tidak lulus bukankan nanti nama Tuhan yang jelek?” Alangkah malunya kalau kita tidak pernah tidak lulus karena kita tidak pernah sekolah.

Maka sekarang kita mengerrti bahwa Tuhan memang mau kita diuji. Tuhan memang mau kita dicobai oleh Iblis. Itu berarti Tuhan memang sengaja memperbolehkan Iblis mencobai kita. Kita tidak perlu melarikan diri dari fakta. Tuhan memang mengizinkan Iblis masuk ke dalam taman Eden. Tuhan juga yang menciptakan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Itu semua memang merupakan satu keharusan mutlak. Jika tidak, manusia belum pernah mencapai konfirmasi.

Maka timbul pertanyaan: “Mengapa Tuhan tidak mendiptakan Adam yang sudah dikonfirmasikan sehingga tidak perlu lagi proses konfirmasi yang sulit ini?” Jawabnya adalah: memang Tuhan mau memakai cara yang sulit seperti ini! Anak Allah sendiri pun ketika datang ke dunia ini tidak ada dispensasi sama sekali. Ia tetap harus diuji, harus dicobai, harus menderita, sebelum pada akhirnya dikonfirmasikan. Tidak ada hak istimewa sama sekali. Setiap manusia diperlakukan secara sama oleh Allah berdasarkan prinsip total yang sama. Setiap orang yang hidup di dunia harus diuji dan dicobai.

Lalu mungkin dipertanyakan, mengapa ada orang yang diuji sedikit, dan ada yang banyak? Yang diuji sedikit berarti ia kurang bahagia! Jangan sombong! Orang yang tidak mengalami kesulitan dan penderitaan, berarti ia juga tidak pernah sungguh-sungguh bahagia. Ia belum melewati apa-apa. Ia belum mengerti bagaimana manusia melawan segala sesuatu untuk mencapai kemenangan melalui sifat kelimpahan yang diberikan oleh Tuhan. Saya bersyukur kepada Tuhan jika saya diizinkan menjadi anak yatim pada usia tiga tahun, diizinkan mengalami banyak kesulitan sejak kecil. Saya selalu bersyukur, tidak pernah mengomel dan mempertanyakan Tuhan mengapa saya harus mengalami semua ini. Sikap demikian adalah sikap yang terlalu cerewet. Kalau Tuhan memberikan kepada kita satu kesulitan, itu adalah hal istimewa untuk kita bisa mengalahkannya dan mencapai kemenangan.

Kalau semangat mengalahkan musuh tidak ada di dalam gereja dan orang Kristen, pasti orang Kristen dan gereja tidak akan mengalami kebangunan. Ada gereja yang berulang kali memanggil pendeta untuk mengadakan kebangunan rohani, tetapi setelah pendetanya pergi, mereka tidur lagi. Salah satu sebab Gereja bisa mengalami kebangunan adalah karena gereja itu berani melewati tantangan yang diizinkan oleh Tuhan. Kalau Tuhan sudah membangkitkan begitu banyak musuh dan banyak gereja dibakar, bersyukurlah kepada Tuhan karena itu membuktikan iman Krisrten tidak mungkin dihanguskan. Gedung bisa dibakar tetapi iman yang sejati tak mungkin dihanguskan. Orang Kristen boleh ditakut-takuti, tetapi iman Kristen pasti akan menjadi lebih kuat lagi.

Ujian dan pencobaan sangat diperlukan. Jika kita tidak terlalu banyak mengalami ujian, jangan sombong! Itu hanya berarti bahwa iman kita masih terlalu lemah, sehingga Allah masih memberikan pertolongan untuk tidak memberi ujian yang terlalu berat bagi kita. Ketika sekarang kita harus mengalami berbagai ujian, kita tidak perlu takut.

Ketika catur komputer yang tercanggih di dunia, Deep Blue, akan dipensiunkan, Gary Kasparov, musuh bebuyutannya justru yang paling tidak setuju, karena dengan pensiunnya Deep Blue maka dia tidak lagi ada kesempatan untuk mengalahkan musuh yang dianggap paling kuat tersebut. Ketika saya melihat semangat seperti ini, saya kagum. Kasparov yang hanya pemain catur saja memiliki semangat tidak mau kalah seperti itu. Sebaliknya, keadaan Kekristenan saat ini begitu parah. Begitu banyak orang Kristen yang ketika harus menghadapi sedikit kesulitan saja sudah mengomel dan menangis luar biasa di hadapan Tuhan. Tuhan tidak perlu menyogok manusia dengan kenikmatan dan kekayaan, barulah manusia bisa memuji dan menyembah Tuhan.

Di Surabaya ada seorang pendeta yang menganut theologi kemakmuran mengajarkan jemaatnya yang membawa helm (karena masih naik sepeda motor) untuk mengangkat helmnya di kebaktian. Ia kemudian berkata bahwa Tuhan akan memberkati dan tahun depan sudah tidak akan memakai helm lagi karena Tuhan akan memberi mobil. Jemaat bersorak mengaminkan. Itu ajaran sesat, dan pasti bukan dari Alkitab! Tuhan tidak pernah memberikan janji seperti itu! Jikalau Tuhan memberikan kekayaan kita harus memuji Tuhan, tetapi jika Tuhan memberikan kemiskinan, kita tetap harus memuji Tuhan. Jikalau Tuhan memberikan kesehatan kita harus memuji Tuhan, tetapi ketika Tuhan memberikan penyakit yang berat, kita pun harus memuji Tuhan.

Pada tahun 1984, setelah berkhotbah dalam bahasa Inggris kepada 22.000 orang di Manila, saya harus berangkat ke Hongkong. Pagi harinya kawan saya menganjurkan saya untuk periksa darah. Ketika saya sudah tiba di Hongkong, dia menelpon dan memberi tahu bahwa saya terkena penyakit kanker dan usia saya mungkin hanya tersisa satu tahun saja. Ketika saya mendapat kabar bahwa usia saya tinggal satu tahun, iman saya sedemikain tenang dan tidak terganggu. Justru setelah itu saya mulai memikirkan bahwa satu tahun itu harus saya pakai untuk mengerjakan hal-hal yang paling penting, karena setelah itu tidak ada kesempatan lagi. Ternyata dokter itu bodoh dalam mendiagnosis. Dia kira saya terkena kanker hati, padahal hanya Hepatitis B. Tuhan mengizinkan dokter itu bodoh dan salah dalam mendiagnosis untuk menguji iman saya. Akhirnya satu bulan kemudian, saya kembali ke Manila untuk berobat, dan di situ ditemukan bahwa saya bukan terkena kanker hati, tetapi Hepatitis B. Tetapi selama satu bulan itu Tuhan sudah membentuk karakter saya untukbisa mengerjakan hal-hal yang penting dan tidak mau takluk kepada kesulitan.

Setelah itu saya mulai mengambil keputusan untuk memulai SPIK (Seminar Pembinaan Iman Kristen) dan mulai tidak menerima undangan berkhotbah dari gereja-gereja. Saya mulai menjawab apa yang sebenarnya Tuhan inginkan untuk saya kerjakan dan khotbahkan, bukan sekadar memenuhi undangan gereja-gereja. Gereja saat itu tidak mau mengundang saya untuk mengkhotbahkan Allah Tritunggal, karena mereka pikir pasti tidak ada yang mau hadir. Tetapi ketika saya mulai mengerjaklan SPIK, yang hadir untuk tema Allah Tritunggal di Jakarta mencapai 3.800 orang! Banyak majelis tidak mengerti khotbah apa yang dibutuhkan oleh gereja, mereka hanya mau orang banyak datang. Mereka hanya memperhatikan apakah kolekte cukup banyak dan gedung cukup megah saja. Banyak majelis tidak peduli kalau gereja tidak memiliki doktrin yang kuat dan pengajarannya berantakan. Banyak majelis tidak tahu bahwa orang Kristen harus dicobai dan diuji agar imannya menjadi kuat. Keadaan seperti ini sangat melemahkan gereja. Itu alasan saya harus menegakkan pengajaran dengan tema-tema yang begitu jarang dibahas secara mendalam dan tuntas oleh orang lain.

BAB 3 :UJIAN DAN PENCOBAAN : 

KEHARUSAN PROSES YANG MUTLAK (3)

UJIAN DAN PENCOBAAN : PERBEDAANNYA

Ada empat perbedaan antara ujian dan pencobaan:

1. Perbedaan sumber: Ujian dari Allah, Pencobaan dari Iblis.

2. Perbedaan motivasi: Ujian bermaksud baik, mau mendekatkan kita kepada Tuhan agar kita hidup dalam kesucian. Pencobaan bermaksud jelek, mau membuat kita meninggalkan Tuhan dan hidup di dalam dosa dan kenajisan.

3. Perbedaan tujuan: Ujian bertujuan untuk mengonfirmasi kita masuk ke dalam kesempurnaan yang sudah mahir. Pencobaan bertujuan memisahkan kita dari Allah, menjadikan kita memihak kepada Iblis dan memberontak kepada Tuhan.

4. Perbedaan fenomena: Ujian dimulai dengan segala kepahitan, kesengsaraan, penderitaan, dan diakhiri dengan kemanisan, kebahagiaan, kemenangan, dan keindahan rohani. Pencobaan dimulai dengan keindahan, kecantikan, kenikmatan, dan berakhir dengan kepahitan, penyesalan, dan kerusakan.

Inilah perbedaan-perbedaan antara ujian dan pencobaan yang harus kita sadari. Ujian dan pencobaan tidak mungkin tidak ada, maka kita harus segera bisa melihat perbedaan di antara keduanya.

Manusia khsusnya pada gadis, harus berhati-hati jika ada pria yang merayu dengan kalimat yang begitu manis. Justru pada saat-saat seperti itu kalian harus lebih berhati-hati. Kalau kalian dengan mudah takluk ke dalam pangkuannya dan membuka baju untuknya, maka kalian akan menyesal tidak habis-habis seumur hidup. Cara Iblis merusak manusia adalah dengan memberikan janji-janji manis yang kosong, dengan memberikan interpretasi yang sangat menyeleweng dari arti firman Tuhan yang sebenarnya. Ketika firman mengatakan kalau makan buah akan mati, maka Iblis mengatakan kalau makan buah matanya akan celik. Setelah Adam celik matanya, ia baru tahu kalau ia telanjang, dan begitu celik justru ia tidak bisa melihat keberadaan Iblis. Iblis sudah melarikan diri. Untuk apa celik? Celik untuk melihat apa? Bukankah akhirnya hanya melihat keadaan diri yang memalukan? Iblis selalu berusaha memberikan perkataan yang berlainan dengan firman Tuhan.

Secara sepintas kelihatannya Iblis benar, karena pada hari itu Adam sepertinya tidak mati dan bahkan masih hidup sampai usia 930 tahun. Inilah gejala yang seringkali menjadi suatu pengacauan epistemologi (pengertian kebenaran) dan pengacauan iman keagamaan. Inilah pengacauan keyakinan dan pengacauan konsep rohani yang pertama kali terjadi dalam sejarah. Di dalam dunia ada teori-teori yang benar tetapi kelihatannya seperti salah, dan ada juga teori-teori yang salah tetapi kelihatannya seperti benar. Ini mulai terjadi sejak Kejadian 3. Tetapi justru inilah cara Allah membentuk mnusia.

Di tengah-tengah ujian dan pencobaan hanya ada dua macam akibat, yaitu: (1) kalah, dan akhirnya binasa; atau (2) menang, dan akhirnya mendapatkan hidup yang dikonfirmasikan. Di sini kita mengerti apa yang telah kirta pelajari pada awal tema ini, yaitu manusia memang diciptakan menjadi pemikir dan penyelidik alam semesta. Manusia menilai dan mengevaluasi segala sesuatu. Tetapi kekekalan itu belum dikonfirmasikan. Setelah dikonfirmasikan melalui tindakan penyelamatan, ia menjadi hidup yang kekal. Inilah yang membedakan iman Kristen dari yang lainnya.

Banyak kepercayaan lain yang mempunyai ide tentang kekekalan dan percaya adanya pengharapan kekekalan, tetapi sulit sekali mengerti dan mendapatkan hidup yang kekal. Dalam hal ini kita melihat kekurangan dari Konfusianisme, yaitu tidak mempunyai ajaran tentang kekekalan, padahal itu merupakan unsur mendasar yang menjadi ciri-ciri utama agama. Konfusius tidak mengajarkan di mana ada kekekalan. Ini berbeda dari Buddhisme. Buddhisme mengenal kekekalan nirwana. Tetapi di dalam ajaran Kristus dinyatakan secara tegas bahwa, “barangsiapa yang percaya kepada Kristus akan mendapatkan hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16). Ini suatu konfirmasi yang sangat tegas.

Inilah manusia! Manusia diciptakan dengan unsur kekekalan. Manusia menerima ujian dan pencobaan untuk meraih suatu konfirmasi melalui keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan pada akhirnya mendapatkan hidup yang kekal. Puji Tuhan! Adakah ajaran yang lebih besar daripada ajaran ini? Adakah janji yang lebih indah daripada janji ini? Kalau kita baru menjadi bayi Einstein, maka kita masih perlu diproses, perlu sekolah, perlu inovasi dan kreasi, sampai akhirnya mencapai suatu konfirmasi seturut apa yang Tuhan berikan di dalam mencipta kita. Tetapi itu pun belum cukup, karena orang yang mati akibat hasil penemuan Einstein justru lebih banyak ketimbang yang mendapatkan hasil positif dan kehidupan. Konfirmasi yang sesungguhnya adalah konfirmasi melalui Yesus Kristus, yaitu konfirmasi melalui Yesus yang mati dan bangkit bagi kita. Bersama dengan kematian-Nya dosa kita diangkat dan diampuni. Bersama dengan kebangkitan-Nya kita mendapatkan hidup yang kekal.

UJIAN DAN PENCOBAAN : PERSAMAANNYA

Saudara adalah manusia yang diciptakan untuk diuji dan dicobai. Tangan Tuhan sendiri akan memimpin Saudara untuk melewati ujian dan pencobaan. Darah Yesus, kuasa Roh Kudus, dan firman, akan memberikan jaminan untuk Saudara dapat mengalahkan segala kesulitan, segala ujian dan pencobaan. Firman akan memimpin Saudara menuju ke akhir dari lorong panjang yang disebut sebagai “lembah kekelaman” (Mazmur 23:1-6). Ujian dan pencobaan memang harus ada, tetapi itu semua bukan untuk kegagalan melainkan untuk mencapai kemenangan.

Mengapa Saudara menjadi janda? Mengapa menjadi duda? Mengapa mengalami penyakit? Mengapa harus mengalami kesulitan yang berat? Itu karena Saudara sedang di dalam ujian dan pencobaan. Saudara sedang berada di dalam proses. Pada saat itu Tuhan sedang memproses Saudara. Ketika Tuhan sedang menguji Saudara, pada saat yang sama Iblis sedang menggunakan kesulitan yang Saudara alami untuk mencobai Saudara. Dengan ini kita mengerti bahwa ujian dan pencobaan bisa terjadi pada peristiwa yang sama.

Itu bukan berarti Allah bersekongkol dengan Iblis untuk menganiaya Saudara. Tetapi ketika Allah menguji Saudara, Ia memperkenankan Iblis mencobai Saudara untuk membuktikan bahwa kekuatan yang ia berikan kepada Saudara lebih besar daripada semua cobaan yang dikerjakan oleh Iblis. Bedanya nanti terlihat melalui apakah seseorang taat sepenuhnya seperti Ayub, ataukah ia setengah taat seperti istri Ayub. Ayub dengan tegas mengatakan, “Tuhan yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21).

Saat ini ada dua macam orang Kristen. Ada yang seperti Ayub, ada juga yang seperti istri Ayub. Ketika Ayub dan istrinya sama-sama dicobai, sama-sama mengalami masalah dan kesulitan, yang satu menang dan yang satu gagal. Istri Ayub justru menganjurkan agar Ayub tidak perlu lagi percaya kepada Tuhan. Mengapa demikian? Karena iman istri Ayub adalah iman yang hanya mengetahui kenikmatan dan tidak mau kesulitan. Pengenalannya hanya kepada Tuhan yang mahakuasa, maha kasih, dan mahamurah, yang mau menuruti semua permintaannya. Ia beranggapan Tuhan tidak akan merugikan dia, tidak akan membiarkan anaknya mati atau suaminya sakit. Tetapi ternyata Allah membiarkan Iblis menguji Ayub dan Iblis berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkanb iman Ayub, baik melalui penyakit maupun melalui kesulitan lainnya. Ayub menegaskan, bahwa sekalipun ia harus mati karena Tuhan, ia tidak akan mundur dan tidak akan menyangkal Tuhan (Ayub 6:8-10).

Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut orang-orang yang telah mengalahkan segala ujian dan pencobaan seperti Ayub, akan mempermalukan Iblis selama-lamanya. Itulah kalimat-kalimat yang akan memberikan kekuatan kepada setiap orang Kristen untuk menyatakan kemenangan Tuhan, dan akan menyebabkan Tuhan memvonis Iblis. Tuhan tidak bersekongkol dengan Iblis karena kalimat yang mengatakan bahwa Tuhan bersekongkol dengan Iblis juga keluar dari godaan Iblis. Ujian dan pencobaan adalah cara untuk membuktikan bahwa Saudara bisa menang.

Silakan buktikan bahwa Saudara adalah orang Kristen yang bertanggung jawab. Silakan buktikan bahwa Saudara memang anak Allah yang sejati. Silakan buktikan semua kekuatan yang Allah sudah berikan kepada Saudara. Silakan buktikan Saudara telah belajar dari Ayub untuk menjadi anak Allah yang taat.

UJIAN DAN PENCOBAAN : AKHIRNYA

Kita telah mempelajari bagaimana kita dapat menjadi manusia sejati dengan cara memahami status dan tujuan kita dengan tepat. Kita diciptakan di dalam status antara yang sangat krusial, dan kita diciptakan supaya kita bisa menjadi wakil (representatif) Tuhan yang memihak Allah dan tidak memihak Iblis. Itu sebabnya hidup manusia tidak mudah. Menjadi manusia sangatlah sulit, penuh dengan resiko yang besar, penuh dengan tantangan yang menakutkan, dan harus menghadapi berbagai bahaya yang sedemikian berat. Tetapi di dalam semua itu ada bahagia yang sedang disediakan bagi kita.

Jika kita tidak mengerti seperti apakah status manusia sebenarnya dan tidak mengerti bahwa status manusia mempunyai resiko yang begitu besar, maka kita akan mempergunakan kebebasan yang ada pada kita dengan sembarangan. Kita juga akan menjadi sembrono di dalam memilih situasi dan kesempatan-kesempatan yang pada akhirnya merongrong hidup kita. Kita akan sembarangan menikmati keadaan seolah-olah kita berotonomi mutlak, sehingga kita tidak lagi bersandar pada Tuhan dan pada akhirnya masuk ke dalam jerat Iblis.

Iblis berusaha menjadikan kita merasa sedemikian mandiri dan sedemikian hebat, sehingga kita bergantung hanya pada diri sendiri dan tidak merasa perlu untuk beriman kepada Tuhan. Namun Firman justru akan menjadi fondasi, cahaya, prinsip, dan titik tolak yang membuat kita menjadi orang beriman dan taat kepada Tuhan. Sangatlah penting firman menjadi dasar kehidupan kita. Sangatlah penting reaksi iman yang berdasarkan firman. Sebagai manusia yang berespons, manusia harus bertanggung jawab kepada Tuhan, karena kita memang diciptakan di dalam status yang sedemikian sulit. Ini adalah fakta yang harus kita hadapi.

Ketika Tuhan menguji manusia, membiarkan Iblis masuk dan mencobai manusia, Ia mau agar kita betul-betul taat kepada-Nya, tanpa perlu dipaksa untuk menjadi pengikut Tuhan. Manusia diberi ujian agar manusia bisa dikokohkan, dan potensi-potensi yang ada sekarang bisa dikonfirmasikan. Itu sebabnya semua potensi kesempurnaan yang ada pada kita perlu diproses menjadi suatu kesempurnaan yang dikonfirmasikan. Maka berbahagialah orang Kristen yang senantiasa menuntut khotbah yang bermutu, buku yang bermutu, pembelajaran yang bermutu, dibandingkan dengan majelis dan pendeta yang tidak pernah lagi belajar dan tidak pernah menuntut diri untuk maju. Celakalah orang yang setelah sekolah theologi merasa dirinya sudah begitu hebat sehingga tidak perlu bertumbuh lagi.

Saya pernah dibuat kagum ketika mendengarkan seorang profesor menerangkan tentang bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan. Setelah mencair, maka karena perak berberat jenis cukup besar, ia akan turun dan kotoran akan naik ke atas. Saat itu, kotoran-kotoran yang sudah naik ke atas disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk kedua kalinya dan disaring kembali. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni dan kotoran-kotoran yang halus bisa disisihkan. Kini perak itu bisa begitu cemerlang bagaikan cermin. Ketika masih kotor sulit untuk bercermin pada perak tersebut, tetapi setelah tujuh kali dimurnikan, orang yang mengolah dapat melihat wajahnya sendiri di permukaan perak itu. Maka selesailah pengujian untuk pemurnian itu, peta teladannya sudah terlihat di permukaan perak tersebut. Puji Tuhan!

Kapankah kita selesai ujian? Ujian itu baru selesai setelah kita bisa merefleksikan gambar Allah (Kristus) di dalam kehidupan kita. Ujian selesai setelah kita bisa memancarkan peta teladan-Nya. Berarti saat itulah perak tersebut sudah murni dan sudah sempurna, sudah dikonfirmasikan kemurniannya. Dari manakah kemurnian perak itu berasal? Dari dalam perak itu sendiri. Tetapi sebelum dimurnikan perak itu masih tercampur dengan segala macam kotoran. Saya mendengar penjelasan ini ketika saya masih sangat muda dan saat saya merenungkan perkataan profesor tersebut, saya menyadari bahwa di dalam diri saya pasti masih ada kotoran-kotoran yang perlu dimurnikan. Itu sebabnya saya sadar bahwa saya masih perlu diuji oleh Tuhan.

Tetapi betapa sulitnya situasi ketika saya harus menghadapi ujian. Bebarapa saat sebelum ujian adalah waktu-waktu yang sangat menegangkan, karena saat itu kita begitu gentar, takut tidak lulus. Sulit untuk seseorang bisa mengatakan, “Ujilah aku!” Orang yang berani berkata demikian menunjukkan bahwa ia sudah betul-betul siap. Sedikit sekali orang Kristen yang berani berdoa kepada Tuhan minta diuji. Saya sendiri gentar untuk berdoa seperti itu, meskipun saya sadar bahwa ujian merupakan keharusan bagi saya untuk bisa menyatakan kemurnian dan mencapai kesempurnaan yang tidak pernah saya sadari. Melalui ujian, Tuhan menutup mulut Iblis dan menyatakan bahwa anak-anak Tuhan beriman kepada Tuhan bukan karena paksaan, tetapi karena kerelaan.

Seringkali kita merasa ujian yang Tuhan berikan belum selesai juga. Itu terjadi karena Tuhan belum melihat peta dan teladan-Nya muncul dan terpancar di dalam diri kita. Kita diciptakan oleh Tuhan dan mengaku sebagai anak Tuhan, tetapi hidup kita justru memancarkan kenajisan Iblis, menyatakan segala ketidakberesan dari kehidupan yang tidak jujur dan tidak taat kepada Allah. Tuhan melihat bahwa kita masih perlu diuji dan diuji lagi, agar kemurnian itu bisa semakin nyata. Dari titip potensi menuju ke titik konfirmasi terdapat proses. Istilah ”sedang diproses” berarti: bersabarlah, jangan mau cepat-cepat selesai. Setiap Minggu, ketika Saudara ke gereja, Saudara sedang mengalami proses. Ketika Saudara sakit, itu pun satu proses. Juga di dalam kegagalan atau ketika Saudara mengalami penipuan, Saudara sedang diproses.

Mungkin ketika setiap Minggu ke gereja, Saudara tidak merasa diporoses sama sekali. Itu mungkin terjadi karena Saudara mendengar khotbah-khotbah yang tidak beres. Akibatnya, Saudara tidak bisa diproses menjadi lebih baik. Kalau Saudara tidak mau datang ke gereja-gereja yang memiliki khotbah-khotbah bermutu, maka Saudara sulit diproses. Seringkali Saudara hanya mau mendengarkan khotbah-khotbah tak bermutu yang hanya mengkhotbahkan doktrin-doktrin yang tidak beres. Khotbah semacam itu tidak akan memproses hidup Saudara secara benar. Akibatnya, Saudara sebenarnya diproses bukan oleh Tuhan. Tuhan mau Saudara mempunyai iman yang berbobot, memiliki substansi yang berbobot dan tidak hanya penuh dengan fenomena permukaan yang tidak ada isinya.

Apa gunanya kita kelihatan hebat tetapi tidak diproses? Apa gunanya kita memiliki gelar yang tinggi, tetapi tidak ada isi sama sekali? Orang yang mempunyai gelar tetapi tidak mempunyai bobot adalah orang yang rendah dan sangat memalukan. Orang yang mempunyai bobot tetapi tidak punya gelar hanya sayang sedikit, karena kalau Saudara berbobot tetapi tidak bergelar, paling jauh Saudara cuma kurang dihormati orang. Namun setelah Saudara bekerja atau berbicara, orang akan mengerti Saudara betul-betul berbobot atau tidak. Orang yang bergelar tinggi senantiasa diharapkan mampu memberikan gagasan, orang berharap banyak kepadanya. Ketika pada akhirnya bobotnya tidak sedemikian, itu akan menyebabkan semua orang kecewa berat kepadanya. Maka orang yang bergelar tetapi tidak berbobot itu sangat memalukan.

Yesus memiliki lebih dari 265 gelar atau sebutan. Sebenarnya gelar tertinggi yang Yesus miliki adalah Anak Allah yang mahatinggi, tetapi selama di dunia Ia tidak pernah memakai gelar itu sembarangan. Ia lebih suka menggunakan gelar Anak Manusia. Ini salah satu contoh bagaimana Yesus diproses. Ia memiliki gelar tinggi, tetapi tidak sembarangan di dalam mempergunakannya. Ia memakai suatu gelar yang sangat rendah hati.

Tuhan mau menyempurnakan kita dengan mengonfirmasikan kita di dalam titik konsumasi, di mana kita akan memancarkan peta dan teladan Allah yang asli dan sempurna. Jika Saudara mau dikonfirmasikan seperti itu, tidak ada jalan lain kecuali Saudara harus diproses. Satu pertanyaan: apakah orang Kristen mau diproses? Mungkin kita akan menjawab bahwa kita mau diproses, tetapi tidak mau proses yang sulit. Sekarang ini begitu banyak gereja dan pendeta ytang sedang menciptakan orang Kristen instan; semua mau gampang, tidak ada bahan dan isi yang baik. Banyak pendeta mengatakjan, “Saya tidak perlu baca buku apa pun sudah bisa menjadi pendeta.” Pendeta-pendeta ini sedemikian menghina orang yang banyak belajar, dan menganggap diri lebih jenius daripada orang lain. Sebenarnya, ia sedang menyatakan diri sebagai seorang pendeta instan yang rendah dan memalukan sekali. Untuk menutupi keadaannya itulah ia mencoba menyerang mereka yang belajar. Dan akhirnya pendeta sedemikian akan mencetak anggota yang instan juga.

Saya tidak sepertti itu. Saya ingin Saudara mendengar dengan teliti, berbobot, setahap demi setahap. Tidak ada jalan pintas, tidak ada cara instan. Kita harus melangkah satu langkah demi satu langkah mengikuti Yesus. Setiap tahun saya masih harus menghabiskan jutaan rupiah untuk membeli buku, mempelajarinya, dan mengisi diri. Saya masih berada di dalam proses. Sekalipun saya sudah berkhotbah lebih dari 25.000 kali, masih saja harus diproses oleh Tuhan. Sampai suatu saat Ia bisa melihat peta dan teladan diri-Nya nyata di dalam diri saya. Saat itulah ia akan mengatakan puas dan saya bisa menyelesaikan seluruh ujian yang harus saya lewati. Tidak ada teknologi yang bisa menggantikan proses Tuhan di dalam menggarap manusia.

Mengapa di Eropa gereja-gereja yang besar begitu kosong? Mengapa rumah-rumah yang sempit di RRC dipadati lebih dari 100 orang Kristen yang beribadah? Masalahnya adalah orang-orang Kristen di Eropa sedang melarikan diri dari proses, sedangkan orang-orang Kristen di RRC adalah orang-orang yang sedang berada di dalam proses. Gereja ini adalah gereja yang pernah dilatih dan diuji, sedangkan gereja Eropa adalah gereja yang melarikan diri dari latihan dan ujian. Semakin gereja mendapatkan kebebasan politik dan semakin mendapat kebebasan agama dan kelancaran, semakin ia lolos dari proses. Dampaknya akan menghancurkan gereja itu sendiri. Bukan berarti kita harus minta pencobaan dan segala kesulitan, tetapi jika Tuhan memperkenankan hal itu terjadi, marilah kita tidak melarikan diri dan tetap bersyukur kepada Tuhan karena itu berarti Tuhan sedang mempersiapkan gereja ini menjadi gereja yang kuat.

Sejak tahun 1990 hingga sekarang sudah lebih dari 300 gereja yang dibakar dan jumlah ini terus bertambah. Banyak orang menganggap ini adalah kecelakaan dan kesuraman gereja, tetapi saya justru tidak menganggap demikian. Inilah cara Tuhan membentuk gereja di Indonesia. Waktunya sudah tiba untuk gereja mau diproses lebih berat, agar iman kita lebih diteguhkan di atas firman.

BAB 4 : UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN.

KRISTUS DALAM PROSES KRUSIAL (1)

“Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.” (Matius 4:1-11)

“Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.” (Ibrani 5:7-10)

Bagaimana cara Tuhan melatih anak-anak-Nya? Bagaimana cara Allah melatih gereja-Nya? Bagaimana kita bisa menjadi orang Kristen yang mahir? Tidak ada cara lain selain ujian dari Allah, dan sekaligus membiarkan Iblis mencobai manusia. Melalui semua itu Tuhan membentuk kita semakin lama semakin kuat.

Sekarang ini begitu banyak pendeta yang menyediakan limousine bagi anggotanya, Mereka mengatakan, “Mari ikut Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan kelancaran kepadamu!” Inilah pengajaran yang terjadi saat ini, yang berbeda dengan pengajaran Tuhan. Tuhan mengajarkan bahwa setiap kita memerlukan proses; saya perlu proses, Saudara perlu proses, dan di dalam proses unsur yang terpenting adalah: taat. Tidak ada rahasia lain yang menjadikan Saudara disempurnakan oleh Tuhan dan tidak ada rahasia lain yang menjadikan Saudara sukses diproses, kecuali taat. Tuhan meminta kita taat seumur hidup untuk menyenangkan hati-Nya. Tidak ada jalan lain!

Ketika saya berkhotbah di Perth, ada seorang murid yang saya didik di Hongkong dalam sebuah kuliah intensif yang kemudian melanjutkan studi di Amerika dan sekarang menjadi rektor sekolah theologi di Perth, Australia. Ia bertanya kepada saya tentang rahasia konsistensi pelayanan saya selama berpuluh-puluh tahun. Saya menjawab bahwa saya tidak punya rahasia apa-apa, rahasia sejati hanya ada dalam Kitab Suci. Ia menjadi sedemikian ingin tahu. Saya katakan bahwa rahasia itu hanya satu kalimat saja, yaitu: “Selalu hanya menyenangkan Tuhan, dan tidak yang lain.” Ia terheran-heran dan merasa tidak puas. Tiga hari kemudian ketika mengantar saya ke bandara, ia mengatakan bahwa ia sudah memikirkan kalimat itu terus-menerus selama tiga hari, dan akhirnya manyadari bahwa memang tidak ada kalimat yang lebih penting dari kalimat itu. Kalau seumur hidup kita bisa menyenangkan Tuhan dan bukan menyenangkan manusia, kalau seumur hidup Tuhan senang kepada saya sekalipun banyak orang tidak senang kepada saya, itu sungguh merupakan kebahagiaan. Ia berterima kasih untuk apa yang saya katakan kepadanya.

KRISTUS : TELADAN SEGALA ZAMAN

Inkarnasi Kristus, merupakan contoh pendidikan Allah kepada manusia. Kita sudah mengetahui bahwa tujuan inkarnasi Kristus adalah untuk menyelamatkan manusia, dan kini kita mau melihat bagaimana Allah menjadikan Anak-Nya yang tunggal ketika berada di dunia ini sebagai contoh bagaimana perlakuan seorang ayah kepada anaknya, perlakuan pemerintah terhadap rakyatnya, dan perlakuan setiap pendidik terhadap anak didiknya.

Sekalipun Ia adalah Anak, Ia tetap harus mempelajari ketaatan melalui penderitaan sampai menjadi sempurna. Tidak ada hak istimewa bagi Anak Allah! Yesus juga harus mengalami segala penderitaan sama seperti Saudara dan saya. Oleh karena itu, ketika anak seorang kepala sekolah mendapatkan hak istimewa, anak ketua yayasan mendapatkan hak istimewa, anak raja atau presiden mendapatkan hak istimewa, itu adalah pelanggaran terhadap firman Tuhan. Ketika saya mempelajari ayat ini dan membandingkannya dengan semua pendidikan dan politik dunia, saya semakin kagum dan hormat kepada Allah. Saya berterima kasih kepada Tuhan yang sudah memberikan contoh kepada saya tentang bagaimana saya harus mendidik anak-anak saya.

Di dalam inkarnasi-Nya, Yesus mengalami dua kali “menjadi”. Pertama, Allah menjadi daging, yaitu ketika Yesus menjelma menjadi manusia; dan kedua, Yesus menjadi sempurna melalui proses. Yang pertama, inkarnasi adalah sebuah pembatasan diri yang merupakan sebuah pengorbanan yang sangat besar. Allah Pencipta langit dan bumi harus datang ke dalam dunia terbatas, hidup hanya di dalam beberapa puluh kilogram daging dan darah, dan berjalan dengan penuh kelelahan di Galilea. Setiap kali Natal tiba, saya selalu terangsang untuk memikirkan kalimat “Allah menjadi manusia.” Dan hal itu tidak kunjung habis sampai saat ini. Bagi saya, Natal adalah waktu untuk saya memberitakan Injil, bukan untuk berfoya-foya dan berpesta. Itulah kesempatan untuk kita bisa merenungkan inkarnasi Kristus. Inkarnasi adalah Kristus datang sebagai manusia, membatasi diri, sehingga tidak ada tempat bagi Dia, bahkan sekadar untuk meletakkan kepala.

Yang kedua, setelah menjadi manusia, Ia juga harus rela menderita lapar, berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam, diejek, dihina, difitnah, diadili, diumpat, dipecut dengan kait-kait yang tajam. Dia datang untuk memakai mahkota duri. Siapakah yang dapat mencintai Saudara lebih dari Yesus Kristus? Tidak ada! Siapakah yang bisa menjadi contoh yang baik bagi hidup Saudara lebih dari Yesus Kristus? Tidak ada!

Ketika Anak Allah datang ke dalam dunia, Ia tetap harus taat dan belajar taat melalui penderitaan. Jika demikian, bolehkah kita mengatakan: “Saya tidak mau penderitaan. Saya mau langsung menuju kesempurnaan, memiliki tubuh rohani yang tidak perlu ujian dan pencobaan. Saya mau langsung sempurna seperti malaikat yang di sorga.” Kita seringkali menyalahkan Tuhan karena menyediakan pohon, ular, dan kebebasan memilih. Kita lupa bahwa jikalau memang Tuhan tidak mau kita dicobai, diuji, dan tidak punya kemungkinan berbuat dosa, dengan mudah Ia bisa menciptakan kita dari batu. Tetapi Tuhan tidak ingin kita seperti itu. Tuhan menciptakan manusia bukan sebagai mesin atau komputer. Ia menciptakan kita menurut peta dan teladan-Nya, yang harus diuji dan harus dicobai. Tidak terkecuali Yesus!

Dunia menjadi kacau karena banyak orang yang meminta hak istimewa. Jika dunia mengerti Alkitab dan mengerti prinsip-prinsip yang kita pelajari di sini, maka dunia akan jauh lebih baik daripada yang terjadi sekarang ini. Prinsip ini harus berlaku untuk semua manusia. Kiranya manusia mau membuka telinga dab mendengar firman Allah. Tidak ada yang bisa membuat dunia lebih baik kecuali kembali kepada firman Tuhan. Tidak ada kesembuhan yang lebih baik kecuali apa yang dikatakan oleh Kitab Suci, yaitu taat kepada Roh Kudus.

Melalui teladan Kristus, kita bisa mempelajari bagaimana proses pengujian itu dilangsungkan. Apa sajakah proses yang harus Kristus alami untuk menuju konfirmasi?

Proses 1 : Penderitaan Kristus

Perlukah Yesus menderita? Perlu! Penderitaan adalah cara terbaik untuk menguji dan menguatkan seseorang untuk mendidik dan mengokohkan seseorang. Pohon yang selalu diterpa angin keras adalah pohon yang berakar dalam. Pohon yang tidak pernah mendapatkan angin ribut biasanya akarnya dangkal. Kalau Saudara berbicara dengan seseorang selama kira-kira setengah jam, maka segera Saudara bisa mengerti seberapa dalam dia mengerti makna kehidupan manusia. Jika Saudara berbicara dengan saya selama setengah jam, saya bisa menduga seberapa banyak kebenaran perenungan yang Saudara alami, seberapa banyak kebenaran perenungan yang Saudara kerjakan, dan seberapa banyak kebenaran yang sudah Saudara sadari. Dari pembicaraan beberapa kalimat saja, sudah langsung bocor kedangkalan atau kedalaman pengertian Saudara.

Proses 2 : Belajar Taat

Tuhan memproses seseorang, dan Yesus Kristus pun harus mengalaminya. Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh Bapa. Berarti Ia sepenuhnya taat kepada Bapa. Jikalau orang Kristen tidak belajar dari Kristus, tidak mungkin ia bisa menjadi anak-anak Allah yang baik, seperti Yesus sebagai Anak Tunggal Bapa yang sempurna. Tuhan Yesus mengatakan bahwa “hendaklah engkau sempurna sama seperti Bapamu sempurna adanya.” Lalu Kristus mengatakan: “Datang dan ikutlah Aku.” Tidak ada tokoh dunia lain yang mengatakan hal seperti itu. Hanya Kristus yang berhak dan sah mengeluarkan kalimat seperti itu, karena Ia sendiri sudah menjalankan ketaatan mengikuti pimpinan Allah secara tuntas sepenuhnya. Kalau Yesus tidak taat sempurna, Ia tidak berhak untuk meminta kita taat kepada-Nya. Puji Tuhan! Yesus hadir dalam sejarah menjadi contoh pendidikan dunia.

Ketika saya mempelajari firman Tuhan dan mengerti prinsip-prinsipnya, maka saya juga tidak memberikan hak istimewa kepada anak-anak saya. Saya tidak pernah memperkenankan anak dan istri saya ikut menghitung uang persembahan atau terlibat di dalam kebendaharaan. Karena itu keluarga Stephen Tong bersih. Saya orang yang suka mengoleksi barang yang bermutu, maka saya tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menuduh saya memakai uang gereja untuk membeli ini dan itu. Tetapi saya tahu ada pendeta yang “bisnis gereja,” yang mengambil persembahan perpuluhan untuk keperluan pribadi, sehingga tabungannya di bank sampai bermilliar rupiah. Itu bukan pendeta, itu perampok rohani! Kalau Saudara mengikuti satu gereja, jangan asal ikut saja, perhatikan akta atau tata gerejanya. Siapa yang akan mengelola uang gereja, dikemanakan dan dipakai untuk apa uang gereja tersebut? Kalau tidak, Saudara pikir Saudara sedang memberikan persembahan kepada Tuhan, padahal persembahan Saudara itu sedang dicuri oleh para perampok rohani itu, sehingga Saudara ikut berdosa bersama dengan dia. Akibat kecerobohan Saudara, uang yang seharusnya untuk pekerjaan Tuhan sekarang beralih ke tempat yang tidak seharusnya, bahkan dipakai untuk mendukung pengajaran yang tidak bertanggung jawab.

Seringkali mereka berdalih bahwa itu adalah prinsip Alkitab, konsep suku Lewi. Tetapi perhatikan, suku Lewi adalah satu suku, bukan satu orang, yang menerima perpuluhan dari sebelas suku, sehingga suku Lewi sendiri akan menerima 110 persen. Dari situ suku Lewi sendiri harus memberikan perpuluhan, sehingga penghasilan suku Lewi kira-kira sama dan setara dengan suku lainnya. Tetapi sekarang, perpuluhan ribuan orang untuk satu atau dua orang. Itu adalah persampokan dan sangat tidak alkitabiah! Cara mencomot Alkitab untuk membenarkan perbuatan-perbuatan yang tidak benar dosanya sangat besar. Kalau pendeta-pendeta seperti ini tidak bertobat, mereka pasti akan dihukum oleh Tuhan.

Proses 3 : Menjadi Sempurna

Ketika berada di dalam dunia, Tuhan Yesus mengatakan bahwa serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Yesus tidak meminta hak istimewa. Ia begitu taat kepada Bapa untuk diuji supaya menjadi sempurna di dalam proses. Untuk tujuan itu, Bapa mengizinkan Anak diuji oleh-Nya dan dicobai oleh Iblis.

MERENUNGKAN KEMENANGAN KRISTUS

Seperti yang telah kita singgung di depan, ujian dan pencobaan bisa terjadi pada satu peristiwa yang sama. Di bawah kedaulatan-Nya, Allah mengizinkan Iblis ikut campur mengacaukan, menggoda, dan mencobai manusia untuk berbuat dosa. Oleh karena itu, manusia berada di dalam keadaan yang sangat berbahaya. Kita melihat ini dari Matius 4:1-11. Yesus bukannya tersesat ke padang gurun untuk dicobai Iblis, tetapi Roh Allah yang memimpin Dia ke situ. Yesus bukannya tidak taat, berjalan sendiri semaunya, sehingga pada akhirnya tersesat ke padang gurun dan dicobai Iblkis. Yesus justru dicobai di padang gurun karena Roh Kudus yang memimpoin-Nya ke sana, dan Roh Kudus adalah Roh yang diberikan kepada mereka yang taat kepada Allah (Kisah Para Rasul 5:32). Yesus taat pada pimpinan Roh Kudus, dan kebanyakan manusia tidak pernah menyangka adanya satu kemungkinan yang sedemikian mengherankan, yaitu Roh Allah memimpin Yesus untuk dicobai oleh Iblis.

Adegan ketika Yesus dibawa untuk bertemu Iblis merupakan satu adegan yang menarik sekali. Adegan ini dimulai dengan munculnya Iblis dan diakhiri dengan munculnya malaikat. Sebenarnya di padang gurun ini sudah ada “persiapan” dari dua macam roh, yaitu Iblis dan malaikat. Allah telah meletakkan Yesus di antara kedua roh itu. Hal yang sama dialami pula oleh Adam ketika ia berada di taman Eden, di mana di sana juga ada Iblis dan ada malaikat. Bedanya, kisah Adam dimulai dengan setan yang menggoda dan diakhiri oleh malaikat yang menutup pintu; kisah Yesus dimulai dengan Iblis yang menggoda dan diakhiri dengan malaikat yang melayani Dia. Ketika Iblis menggoda Adam, Adam gagal. Ketika Iblis menggoda Yesus, Yesus menang.

Dalam kedua peristiwa ini munculnya malaikat selalu di belakang. Di dalam setiap ujian atau pencobaan, sepertinya Tuhan melepaskan Saudara berjuang sendiri. Terkadang Saudara tidak mengerti mengapa Tuhan membiarkan Saudara mengalami kesulitan dan mengapa di dalam kesulitan-kesulitan seperti ini malaikat tidak datang membantu. Mengapa bukan Tuhan yang muncul tetapi justru Iblis yang muncul? Tetapi Tuhan akan menjawab bahwa cara Tuhan memberikan ujian dan membiarkan pencobaan kepada Saudara adalah berdasarkan kedaulatan dan bijaksana-Nya, dan baru pada akhirnya Saudara akan mengerti.

Jika Adam diuji dan dicobai di taman Eden yang indah, maka Tuhan Yesus justru diuji dan dicobai di padang belantara yang gersang. Adam dicobai sebelum dosa masuk ke dalam dunia, Yesus dicobai ketika dosa sudah masuk ke dalam dunia dan sedang terus-menerus merongrong dunia. Ketika Adam dicobai, ia sudah terlebih dahulu diberi peringatan oleh Allah, tetapi ketika Yesus dicobai Ia tidak diberi peringatan apa-apa, kecuali Ia sudah membaca Kitab Suci dengan begitu saksama. Yesus selalu menjadi contoh untuk bagaimana mengatasi pencobaan.

Jikalau Saudara belajar seperti Tuhan Yesus, menyimpan firman Tuhan secara teliti dan sempurna di dalam hati Saudara, Saudara bisa terhindar dan menang dari pencobaan. “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” (Mazmur 119:9). Yesus menjadi contoh bagi para pemuda-pemudi. Mengapa Saudara tidak bisa mengalahkan pencobaan? Karena tidak ada firman yang Saudara simpan di dalam hati Saudara.

BAB 4 : UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN

KRISTUS DALAM PROSES KRUSIAL (2)

Alkitab menegaskan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis di sepanjang kehidupan-Nya di dunia ini. Yesus tidak hanya dicobai di padang belantara saja. Ibrani 4:15 menegaskan bahwa Yesus dicobai seperti semua kelemahan kita, hanya saja Ia tidak berdosa. Saya percaya Yesus dicobai dalam segala hal, seperti seks, keuangan, makanan, nama besar, kedudukan, kuasa dan lain-lain. Tidak semua dicatat, karena jika demikian Alkitab akan lebih banyak bercerita tentang Iblis ketimbang bicara tentang kebenaran Allah. Apa yang dicatat ini merupakan prinsip yang harus dimengerti untuk semua hal.

Seorang pengkhotbah juga harus lebih banyak berkhotbah tentang Yesus Kristus, bukan berkhotbah tentang Iblis, karena kita dipanggil untuk memberitakan firman Tuhan bukan untuk memberitakan rahasia Iblis. Maka ketika saya mendengar seorang pendeta yang terus-menerus berkhotbah tentang Iblis, saya mempertanyakan panggilannya. Tidak banyak tempat Alkitab mencatat tentang Iblis mencobai Yesus. Tempat-tempat di mana dinyatakan Iblis mencobai Yesus harus menjadi representasi dari prinsip bagaimana Iblis menggoda manusia. Tetapi saya percaya ketika Yesus telah memberikan roti kepada lima ribu orang dan orang memaksa Yesus untuk menjadi raja, itu juga merupakan satu cobaan bagi Yesus, yaitu cobaan untuk memiliki kuasa yang besar dan kedudukan yang tinggi. Tetapi Alkitab tidak memunculkan kata Iblis, sekalipun itu memang satu pendobaan. Berkali-kali Yesus dicobai oleh Iblis. Ia dicobai seumur hidup, tetapi terus menang.


Berkenaan dengan itu ada pertanyaan yang muncul, yaitu: “Ketika Yesus berada di dalam dunia, apakah ia bisa jatuh ke dalam dosa?” Jawabnya, secara ontologis tidak bisa, tetapi secara logis bisa. Ontologis adalah sesuatu yang betul-betul ada, realitas sejati. Jadi, mungkin atau tidak mungkin? Jawabnya, mungkin dan tidak mungkin. Secara sejarah dan fakta realitas Yesus tidak pernah jatuh ke dalam dosa, namun secara logika Yesus bisa jatuh ke dalam dosa. Jika Yesus tidak mungkin jatuh ke dalam dosa, maka pencobaan itu hanyalah suatu sandiwara yang tidak ada maknanya sama sekali, dan hanya menjadi suatu sandiwara untuk menghibur kita ketika kita dicobai. Sebaliknya, jika Yesus bisa jatuh ke dalam dosa, betapa bahayanya kondisi ini, karena keselamatan seluruh umat pilihan digantungkan kepada-Nya! Pertanyaan ini memang tidak bisa dijawab secara tuntas saat ini. Ia mungkin lapar, mungkin sakit, mungkin menderita kesulitan, bahkan bukan saja mungkin, tetapi sudah mengalaminya. Ia pernah dihina, pernah letih dan kelelahan, pernah diperlakukan seperti seorang penjahat, dipaku di atas kayu salib. Ketika di Getsemani, Ia menjadi sedemikian takut. Semua ini merefleksikan bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia. Ia betul-betul hidup dalam kondisi sebagai manusia.

Kalau Yesus tidak bisa jatuh, maka semua ujian itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu tipuan yang tidak bermakna apa-apa bagi kita. Tetapi jika Yesus mungkin berbuat dosa, berarti keselamatan Allah bisa gagal dan bisa batal. Hal itu juga tidak mungkin. Tetapi yang jelas, Ibrani 4:15 mengatakan bahwa Ia telah dicobai, namun tidak berbuat dosa. Ini adalah fakta yang nyata. Berarti Yesus sungguh-sungguh menang. Oleh karena itu, kemenangan Yesus adalah kemenangan faktual, kemenangan historis, yang bisa menjadi contoh bagi setiap kita masing-masing.

Bagaimana Ia bisa menang dan bagaimana pencobaan itu menerpa Dia? (Lihat Matius 4:1-11). Pencobaan yang Tuhan Yesus alami dan rahasia kemenangan-Nya adalah:

1. Jenis pencobaan : Urgensi kebutuhan materi.

Rahasia kemenangan : Taat di dalam penderitaan.

Berulang kali kita jatuh ke dalam dosa karena kita terjepit ingin mendapatkan penyelesaian dari problema materi. Karena keinginan untuk mendapatkan uang atau mendapatkan makanan sekarang juga, akibatnya kita menerobos dan tidak mau menunggu kehendak Tuhan. Kita langsung mau mendapatkan materi itu sekarang juga. Pada saat itulah kita jatuh ke dalam pencobaan. Urgensi materi merupakan satu kesulitan yang di waktu-waktu tertentu bisa mengakibatkan kita gagal, dan Iblis seringkali menggunakan hal ini.

Setelah Yesus berpuasa 40 hari maka Ia pun menjadi lapar, dan itu merupakan satu urgensi. Seringkali kita mengatakan, “Sudah, tidak usah bicara agama, ini masalah perut, sangat urgen.” Maka Iblis datang dan mulai memasang jeratnya. Dia memancing: “Kalau Engkau Anak Allah, tentu bisa mengubah batu ini jadi roti.” Ini cara menipu anak kecil, tetapi kita juga sering jatuh dengan godaan seperti ini. “Kalau kamu dewasa, pasti bisa melakukan....” atau “Kalau kamu jantan, tentu bisa melakukan.....” atau “Kalau kamu pandai, pasti kamu mau makan.....” Ketika kita didesak di dalam urgensi, momen-momen itu menyebabkan kita sangat mudah jatuh ke dalam dosa. Semua urgensi memang adalah suatu desakan waktu, tetapi kita harus selalu sadar bahwa di dalam desakan waktu itu kita memiliki status yang sangat krusial, yaitu di antara Allah dan Iblis. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dan bertanggung jawab di hadapan Truhan. Sekalipun Yesus adalah Anak Allah, Ia tidak sewenang-wenang di dalam keadaan urgen dari kelaparan-Nya. Ia rela taat di dalam apa yang harus diderita-Nya.

Kiranya penderitaan ini boleh kita ukur dalam-dalam di dalam hati kita. Mengapa banyak orang Kristen gagal? Mengapa banyak gereja tidak bisa dibangunkan? Karena kita selalu gagal dan selalu berkompromi ketika berada di dalam urgensi. Yesus tidak berkompromi, Ia belajar taat sampai mati. Tidak ada dorongan yang lebih besar bagi hidup kita daripada contoh yang diberikan oleh Anak Allah. Tidak ada kuasa yang lebih besar untuk membangunkan gereja selain kita kembali mengabdikan diri kepada firman dan prinsip firman Tuhan yang benar.

Ketika Iblis mengatakan, “Jikalau Engkau adalah Anak Allah, jadikanlah batu-batu ini roti,” maka Yesus menjawab: “Manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Istilah “saja” menunjukkan bahwa memang manusia masih memerlukan roti, Yesus tidak sok rohani. Ia tidak menolak dan berpandangan bahwa manusia hidup tidak perlu roti lagi. Tetapi bukan hanya roti saja. Hidup dari roti saja tidak cukup, manusia harus hidup bersandarkan pada firman Allah. Ketika saya mempelajari ayat ini saya malu. Yesus menuntut kita menerima “setiap” firman yang keluar dari mulut Allah, bukan hanya sebagian, tetapi harus tuntas dan mendalam. Berarti Tuhan ingin kita betul-betul belajar firman dan betul-betul bertanggung jawab.

Konfusius adalah seorang guru filsafat yang sangat agung di dalam sejarah. Namun jika perkataan Yesus ini kita bandingkan dengan pengajaran Konfusius, “Seorang gentleman hidup bukan mencari makan tetapi mencari kebenaran,” maka kita melihat adanya perbedaan yang besar. Pertama, Konfusius mengatakan seolah-olah orang yang hebat tidak akan mencari makanan. Itu tidak benar! Yang benar adalah “tidak mencari makanan saja.” Dalam hal ini perkataan Konfusius kurang mencapai kesempurnaan pertanggungjawaban hidup. Kedua, ketika Konfusius mengajarkan perlunya kebenaran, ia tidak bisa memberikan pengenalan apa itu kebenaran, sedangkan Yesus langsung menegaskan bahwa kebenaran itu adalah setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Dalam hal ini, kembali Konfusius kurang mencapai ketuntasan pengertian sumbernya. Kebenaran bukan berasal dari hasil pemikiran para filsuf. Kebenaran bukan berasal dari para pendidik yang menulis buku-buku dan buah pikiran para filsuf. Kebenaran sejati adalah perkataan yang diwahyukan, diinspirasikan oleh Roh Kudus di dalam Kitab Suci. Yesus berkata bahwa kita harus bersandar pada setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah sendiri.

Ketika Iblis berkata: “Jika Engkau Anak Allah...” Yesus tidak mau dijebak dengan perkataan ini. Yesus menjawab: “manusia hidup....” Ia tidak mau dipermainkan oleh keraguan, seolah-olah Iblis mempertanyakan dan menuntut bukti bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tuntutan keraguan itu tidak memancing Yesus untuk “membuktikan” kebenaran. Anak Allah adalah Anak Allah, tidak perlu ditambah dengan perkataan : “jika...” Iman Kristen sangat berbeda dari ajaran agama lain yang begitu banyak mengandung keraguan, mungkin ini dan mungkin itu. Kekristenan memberikan kepastian dan tidak berdiri di atas keraguan.

Yesus menjawab “manusia,” karena Ia mengerti bahwa Iblis sedang mempermainkan suatu jebakan yang sangat canggih. Perkataan Iblis merupakan satu usaha untuk mencobai Allah, padahal di dalam Yakobus 1:13 jelas dikatakan bahwa Allah tidak mencobai dan tidak dicobai. Prinsip ini sudah diketahui Yesus. Iblis berani mencobai Yesus ketika Ia sedang berinkarnasi tetapi walaupun Yesus sedang berinkarnasi bukan berarti Ia tidak lagi menjadi Anak Allah dan boleh dicobai. Saat itu memang Yesus sedang menjadi manusia dan Ia menjawab sebagai manusia. Ketika itu Iblis langsung sadar bahwa ia sudah kalah dan caranya gagal. Maka ia segera berganti arah, memakai cara Yesus untuk mencobai Yesus kembali. Teknik Iblis sangat canggih. Pertempuran antara Yesus dan Iblis di bagian ini bisa menjadi satu bijaksana untuk mengerti teknik peperangan. Ketika Yesus menjawab Iblis, Ia tidak menjawab berdasarkan opini-Nya sendiri atau berdasarkan interpretasi firman yang semaunya, tetapi Ia langsung mengutip firman Tuhan. Jangan anggap semua pendirian para teolog cukup kuat melawan Iblis. Tidak! Yang cukup untuk melawan kekuatan Iblis tanpa kompromi hanya satu, yaitu firman Tuhan yang murni.

2. Jenis pencobaan : Interpretasi firman yang salah.

Rahasia kemenangan : Pengenalan akan firman Tuhan secara menyeluruh.

Karena Yesus memakai firman, maka sekarang Iblis juga memakai cara yang sama untuk menghantam Yesus. Iblis membawa Yesus ke atas bubungan Bait Allah dan memerintahkan Yesus untuk terjun, karena Alkitab mengatakan: “Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” (ayat 6). Berarti sekarang Iblis juga sedang memakai Kitab Suci. Jadi, silahkan Saudara sekarang lebih peka dan berhati-hati. Tidak semua yang membawa dan memakai Kitab Suci pasti malaikat, mungkin Iblis! Jangan Saudara kira semua pengkhotbah yang banyak buka Alkitab sana-sini pasti setia kepada Tuhan. Belum tentu!

Di mimbar sebuah gereja di Riverside, Amerika, pernah satu kali ada tulisan: “Bapak Pendeta, tolong khotbahkan Yesus kepada kami, karena sudah satu tahun ini kami tidak pernah mendengar nama itu disebut lagi dari mimbar ini.” Pendeta Liberal memakai Alkitab, tetapi kemudian mengkhotbahkan masalah sosial, masalah seksual, masalah politik, hak asasi manusia, tetapi tidak satu kali pun mengkhotbahkan Yesus yang mati dan bangkit demi menebus dosa manusia. Kalau Saudara melihat orang membawa Alkitab yang mengaku sebagai siswa-siswa Alkitab, yang sebenarnya adalah Saksi Yehovah, terus memakai Alkitab tetapi justru paling melawan firman Tuhan, maka mereka sebenarnya lebih jahat daripada orang kafir.

Iblis memakai Alkitab justru untuk menjatuhkan Yesus. Yesus tidak mau berdebat dan berargumen tentang interpretasi firman dengan Iblis, tetapi langsung menjawab lagi dengan firman Tuhan: “Ada pula tertulis: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (ayat 7). Istilah “pula” menunjukkan bahwa pengertian menyeluruh terhadap seluruh Alkitab secara utuh sangatlah penting. Tidak cukup hanya tahu satu ayat, namun kemudian pengertiannya bertentangan dengan ayat yang lain. Semua bidat dan ajaran sesat selalu mulai dengan comot-comot Alkitab tanpa mengerti pengertian Alkitab secara keseluruhan. Saya minta Saudara belajar baik-baik dan mau mengerti seluruh Alkitab secara komprehensif (menyeluruh dan tuntas). Kita tidak boleh mengerti Alkitab hanya dalam kepingan-kepingan dan hanya sebagian saja. Cara mengambil kepingan-kepingan seperti itu adalah cara Iblis.

Yesus menjawab seperti itu karena Iblis memang sengaja memberikan satu lowongan yang ia sendiri tidak mau membuktikannya. Jika Yesus menuruti apa yang Iblis minta, lalu minta Ia jatuh malaikat-malaikat begitu sibuk menjaga dan menatang-Nya, maka bukankah hal itu tentu memberikan kegemparan yang luar biasa? Bukankah itu merupakan suatu demo kehebatan Yesus yang penuh dengan segala mujizat? Tetapi, apakah Tuhan sama dengan pemain sulap yang sedang mengisi kebutuhan orang-orang yang rasa ingin tahunya tinggi? Apakah Tuhan hanya mau mengisi Saudara yang ingin menonton suatu demo yang hebat? Tidak! Yesus berkata: “Jangan mencobai Tuhanmu!”

Ketika saya berusia 17 tahun, saya mengira istilah “Tuhan” ini menunjuk kepada diri Yesus sendiri, seolah-olah Ia mau mengatakan kepada Iblis untuk tidak mencobai diri-Nya. Namun ternyata tidak demikian, karena melalui jawaban-Nya ini Yesus justu menegaskan posisi kemanusiaan-Nya. Berarti kalau Yesus disuruh untuk melompat, itu satu pencobaan terhadap Tuhan. Di sini Yesus mau menegaskan bahwa sebagai manusia Ia harus berjalan baik-baik, tidak loncat-loncat dari bubungan. Kalau Ia meloncat dengan sembarangan, itu sama dengan mencobai Tuhan. Tidak mau bekerja lalu setiap hari beli lotere itu mencobai Tuhan; tidak mau belajar tetapi mau lulus ujian, itu mencobai Tuhan; tidak mau memelihara badan, setiap hari minum-minuman keras atau makan segala yang berbahaya bagi tubuh, lalu ketika sakit mengatakan Tuhan tidak memeliharanya, itu mencobai Tuhan. Yang disebut “mencobai Tuhan” adalah tidak mau berjalan secara normal, tetapi minta Tuhan menyatakan mujizat kepada Saudara yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu Yesus menegaskan: “Jangan mencobai Tuhan!”

Iblis langsung sadar ia kembali menelan kekalahan. Ia memakai ayat Alkitab, tetapi ia tidak tahu bahwa Yesus jauh lebih menguasai Alkitab, daripada dia. Mengapa banyak orang Kristen Protestan yang ditipu oleh orang Kristen yang tidak bertanggung jawab? Mengapa banyak orang Kristen Injili, Pentakosta, mudah ditarik oleh bidat Saksi Yehovah? Semua itu karena Saudara kurang mengerti Alkitab dibandingkan dengan musuh-musuh Kekristenan ini, sehingga ketika mereka membaca Alkitab, Saudara terkejut dan terheranb-heran. Saudara merasa mereka begitu hebat sedangkan Saudara sendiri tidak tahu apa-apa, sehingga Saudara dengan mudah masuk ke dalam tipuan mereka. Yesus tidak mudah ditipu seperti itu. Ia lebih mengerti firman Tuhan dibandingkan musuh-Nya. Itu rahasia-Nya!

3. Jenis pencobaan : Kekuasaan dan materi.

Rahasia kemenangan : Mengenal siapa Pemilik sesungguhnya.

Kemudian Iblis membawa Yesus ke tempat yang lebih tinggi lagi. Sekarang tidak usah loncat-loncatan, tetapi ada satu tawaran yang lebih menarik. Semua kerajaan dunia dengan segala kemegahannya ditawarkan. Ini bukan masalah urgen, tetapi masalah masa depan. Bukan persoalan terjepit dan mendesak, tetapi suatu kelimpahan. Bisa untuk seumur hidup! Semua kerajaan, semua kemuliaan, semua takhta akan diberikan kepada Yesus, hanya dengan satu syarat saja. Sangat mudah, hanya menyembah satu kali.

Yesus tidak berkata, “Wah, tawaran menarik, saya pikir dulu ya.” Tidak! Ia menjawab: “Enyahlah Iblis! Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Ketika mendengarkan jawaban itu, Iblis pun meninggalkan Yesus.

Merngapa Yesus tidak menyembah Iblis? Ketika Iblis mengatakan, “Aku akan berikan semua kepada-Mu,” Yesus tidak mudah dijebak. Semua itu bukan milik Iblis, itu adalah milik Allah, milik-Nya sendiri, Iblis tidak mempunyai apa-apa dan tidak berhak memberikan apa-apa kepada Yesus. Memang saat itu Yesus sebagai manusia, tetapi bukan berarti Iblis berhak mengambil alih milik Allah dan memberikan kepada-Nya. Iblis merasa semua sudah berada di tangannya (1 Yohanes 5:13). Ia memang memiliki hak sementara atas dunia ini, tetapi ia tidak bisa memiliki sertifikat hak milik. Jika Saudara bisa dipengaruhi oleh banyak orang kaya dan mengubah prinsip pelayanan Saudara, Saudara salah karena semua kekayaan itu bukan milik mereka, tetapi hanya sementara saja dipercayakan kepada mereka. Semua kuasa seberapa besarnya tetap hanyalah kuasa sementara yang dipinjamkan Tuhan kepada mereka. Jika saatnya sudah tiba, maka Tuhan akan menarik semua itu kembali.

Ketika semua talenta, kecantikan, kekayaan berada di tangan Saudara, Tuhan mau menguji bagaimanakah Saudara mempergunakannya, apakah itu dipakai untuk kemuliaan Tuhan ataukah dipakai untuk berbuat dosa. Iblis tidak berhak memberikan semua kerajaan dunia, karena sebenarnya itu bukan miliknya.

Yesus tidak mau menyembah Iblis karena hak penyembahan hanya ada pada Allah. Itu adalah hak kekekalan. Semua harta dan keindahan dunia ini hanyalah hak sementara. Keduanya sangat berbeda. Jika Yesus menyembah Iblis, maka itu sama dengan memberikan hak kekekalan yang seharusnya ada pada Allah. Itu berarti Yesus menjual hak sulung kepada Iblis.

Satu kali ada seorang pendeta yang setelah berkhotbah diajak oleh seorang anak muda yang kaya naik mobil Cabriolet mewah. Anak itu membawanya ke depan s ebuah gedung yang sangat megah berlantai 48 dan mengatakan bahwa gedung itu milik ayahnya, lalu ke sebuah bank yang besar di dalam sebuah kompleks eksekutif yang mewah dan memberi tahu bahwa bank itu juga milik ayahnya. Setelah itu anak orang kaya tadi membawa si pendeta ke sebuah department store yang sangat besar, restoran mewah dan memberitahukan bahwa semua itu milik ayahnya. Setelah si pemuda tadi selesai memperlihatkan semua kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya, pendeta itu meminta agar mereka pulang melalui jalan pantai. Sesampainya di pantai, pendeta itu meminta anak itu melihat ke seluruh lautan yang luas dan besar sekali, dan mengatakan bahwa itu milik Bapanya. Kemudian mereka melewati gunung yang tinggi dan sekali lagi si pendeta mengatakan bahwa semua itu juga milik Bapanya. Anak itu heran karena siapakah yang bisa mempunyai laut dan gunung. Ternyata Bapa itu adalah Bapa di sorga. Jangan sombong! Baru punya beberapa gedung saja sudah sombong. Allah memiliki seluruh dunia dan alam semesta ini. Biarlah semua orang hebat dan semua orang kaya tidak menjadi hambatan untuk pertumbuhan iman kita dan pengenalan kita akan Tuhan. Semua itu milik Bapa kita yang untuk sementara dititipkan kepada kita.


Dunia ini untuk sementara memang diserahkan kepada Iblis, tetapi dunia ini bukan milik Iblis. Namun seringkali Iblis terlalu merasa bahwa semua itu miliknya, maka ia memakai semua harta benda milik Allah untuk membentuk persahabatan dengan dirinya. Ia selalu ,memberikan berbagai hadiah bagi orang yang mau dekat dan bersahabat dengannya, padahal hadiah itu sebenarrnya bukan milik dia. Saya tidak setuju jika seseorang mempergunakan uang milik umum untuk mendapatkan nama besar atau nama harum bagi dirinya sendiri. Banyak orang kalau pakai uang sendiri kikirnya luar biasa, tetapi kalau pakai uang kantor, uang orang lain, atau uang gereja, besar hati luar biasa. Itu dosa ganda! Iblis memakai harta benda yang bukan miliknya lalu membuat perdagangan rohani dengan Tuhan Yesus.

Mengapa Yesus tidak menyembah Iblis? Bukankah kalau Yesus menyembah Iblis tidak perlu ada penginjilan lagi, karena seluruh dunia dan seluruh umat langsung menjadi milik Yesus? Jika Yesus menyembah Iblis, seluruh dunia akan menjadi milik Yesus, tetapi Yesus sendiri juga menjadi milik Iblis karena sudah menyembah kepadanya. Ini satu kerugian yang tak terhingga besarnya. Setiap kali Saudara mendapatkan keuntungan yang luar biasa, tetapi harus dengan mengkompromikan dan menjual diri ke tangan Iblis, sebenarnya Saudara bukan untung tetapi sangat rugi. Pada saat itu Saudara sudah menjual hak kesulungan Saudara sendiri. Maka Yesus segera mengusir Iblis pergi dan menegaskan bahwa manusia hanya boleh bersembah sujud kepada Allah. Maka Iblis pun pergi.

Sebagai umat manusia kita juga memnderita sengsara. Kita harus mengalami kesulitan karena kita tidak lepas dari status antara. Kita juga tidak terlepas dari proses yang ditetapklan Allah. Kita perlu kembali pada prinsip bahwa melalui penderitaan kita belajar ketaatan, melalui ketaatan kita mencapai kesempurnaan. Di dalam proses ini, penderirtaan dan ketaatan menjadi sarana konfirmasi.

Sebagai orang Kristen kita harus selalu sadar bahwa penderitaan datang melalui empat penyebab: (1) Penderitaan datang dari dunia yang sudah dikutuk. Sejak Adam dan hawa jatuh ke dalam dosa, dunia ini sudah dikutuk, sehingga penderitaan tiba kepada manusia. (2) Penderitaan datang sebagai pembalasan keadilan Allah untuk menghukum manusia yang sudah berbuat dosa. (3) Penderitaan datang dengan maksud Allah untuk melatih, menguji dan menguatkan anak-anak-Nya. (4) Penderitaan datang dari Iblis untuk memaksa orang-orang yang cinta Tuhan.

Oleh karena itu, setiap kali Saudara mengalami penderitaan, jangan terlalu cepat menganggap itu sebagai ujian dari Allah. Tidak tentu! Jika penderitaan yang Saudara terima adalah karena dosa Saudara sendiri, maka Saudara tidak boleh menyebut itu sebagai ujian dari Allah. Saudara harus bertobat! Kecuali apabila Saudara tidak berbuat dosa, maka penderitaan yang Saudara terima boleh Saudara pandang sebagai ujian dari Allah, dan di dalamnya kadang-kadang ada pencobaan. Lalu bagaimanakah Saudara memenangkan ujian dan pencobaan itu?

SAUDARA PUN MUNGKIN MENANG

Kita bisa memenangkan ujian dan pencobaan dengan mengikuti jejak kaki Tuhan Yesus. Untuk itu kita perlu melihat empat prinsip dari Yesus:

1. Bersandar pada pimpinan Roh Kudus. Saudara bisa menang atas pencobaan jika Saudara tidak bersandar pada diri Saudara sendiri. Kita perlu terus sadar dan terus hidup di dalam pimpinan Roh Kudus. Jika Saudara bersandar pada diri sendiri, maka Saudara sudah masuk ke dalam jerat Iblis, karena Iblis paling suka jika manusia hidup bersandar pada dirinya sendiri, dan hidup seperti itu adalah hidup yang paling sulit.

2. Bersandar pada status asli manusia. Kita bisa memenangkan ujian dan pencobaan dengan cara memelihara status asli kita sebagai manusia. Kita tidak boleh bergeser dari status kita sebagai manusia. Iblis mau Saudara ikut seperti dia, jatuh ke atas, sehingga Saudara akan meninggalkan status Saudara sebagai manusia dan mau menjadi anak Allah dengan hak istimewa. Saudara kemudian dijatuhkan sehingga Saudara akan lebih mencintai dunia materi ketimbang kedudukan saudara sendiri sebagai manusia.

Tuhan Yesus menang karena Dia terus memelihara status manusia. Status manusia yang Yesus tegakkan kembali adalah: (1) Manusia tidak boleh mencobai Allah, manusia harus berbakti kepada Allah; (2) Manusia harus bersandar pada firman Allah bukan pada materi, sikap urgensi, dan pancingan dunia ini; (3) Manusia harus taat mutlak kepada Allah. Inilah tugas manusia di dalam berespons kepada hak dan otoritas Allah.

3. Bersandar pada firman. Yesus tidak pernah dikalahkan Iblis karena Dia terus berpegang dan bersandar pada firman. Setiap kali dicobai Yesus tidak menjawab dengan semua teori dunia atau teori filsuf-filsuf yang terkenal. Yesus mengalahkan semua pencobaan hanya dengan satu cara, yaitu : kembali pada firman Allah. Yesus mengerti Firman secara komprehensif, secara total, dan tuntas, bukan secara kepingan-kepingan atau fragmental. Belajar dan mengerti firman Tuhan secara komprehensif menjadi tuntutan mutlak bagi anak-anak Allah untuk bisa melawan godaan Iblis.

4. Bersandar hanya pada kesetiaan pada Allah. Yesus menang karena Ia setia hanya kepada Tuhan dan tidak bercabang hati. Yang dikehendaki hanyalah menyenangkan Dia. Tuhan menuntut kita untuk hidup hanya menyenangkan hati Allah, tidak ada yang lain.

Saya tidak mengerti apa yang menjadi pencobaan terbesar bagi Saudara. Saya juga tidak tahu apa yang menjadi ujian Saudara yang terbesar. Tetapi saya tahu, tidak ada pencobaan dan ujian yang lebih besar daripada kesanggupan kita untuk menanggung dan melewatinya, karena Tuhan sudah memberikan potensi di dalam hidup Saudara. Seringkali kita tidak menyadari potensi ini. Puji Tuhan! Tuhan tidak meninggalkan Saudara. Ketika Saudara merasa sepertinya tangan Allah lepas, janganlah lupa bahwa mata-Nya begitu tajam memperhatikan Saudara.

Ketika seorang anak kecil baru belajar berjalan, pada mulanya ia dituntun oleh ibunya, tetapi kemudian dilepaskan untuk anak itu belajar berjalan. Pada saat dilepas, mata ibu semakin tajam memperhatikan anaknya. Ia tidak dibiarkan begitu saja.

Di dalam ujian terkadang sepertinya Tuhan membiarkan Saudara seorang diri, tetapi sebenarnya tidak demikian. Seperti itulah Tuhan mendidik saya, dan demikian pula saya mendidik anak saya. Pada saat-saat tertentu saya melepaskan anak saya seolah-olah saya tidak menjaganya, padahal saat itu saya justru semakin cermat memperhartikan bahaya apa yang mungkin tiba kepada dia, atau dia mungkin akan kompromi di bagian mana, dan pada saat-saat tertentu ketika perlu, di luar pengetahuannya saya melakukan proteksi.

Terkadang Tuhan sepertinya membiarkan kita berjalan sendiri, tetapi sesungguhnya Tuhan tidak meninggalkan kita. Ia tidak membuang kita. Maukah Saudara meyakini hal ini? Sekalipun awan gelap mengelilingi Saudara, matahari tetap bersinar di atas awan yang gelap tersebut. Biarlah Saudara belajar seperti Yesus Kristus, dari penderitaan belajar taat, dan dari taat menjadi sempurna. UJIAN, PENCOBAAN, & KEMENANGAN
-AMIN-
Next Post Previous Post