BAGI YANG TAK PUNYA UANG: YESAYA 55:1-2

Pdt.Budi Asali, M.Div.
BAGI YANG TAK PUNYA UANG: Yesaya 55:1-2. Yesaya 55:1-2 - “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.”.
BAGI YANG TAK PUNYA UANG: Yesaya 55:1-2 - Pdt.Budi Asali, M.Div
gadget, education, insurance
Pendahuluan: Beberapa waktu yang lalu di koran diberitakan adanya ‘perusahaan’ yang mengajak orang untuk menanamkan uang dengan keuntungan 300 % dalam beberapa hari. Kalau saudara menerima ajakan seperti itu, apakah saudara tidak curiga? Saya yakin, kalau saudara bukan orang bodoh, saudara pasti curiga. Mengapa? Karena itu adalah cara mendapatkan uang / keuntungan yang terlalu enak / gampang, dan kalau terlalu enak / gampang maka biasanya ada udang di balik batu. Kekristenan juga sering dicurigai / tidak dipercaya karena jalannya dianggap terlalu enak / gampang! Dalam hal apa terlalu enak / gampang? Dalam hal mendapatkan keselamatan. Dalam persoalan ini, kristen bertentangan dengan semua agama lain dan sekte. Tetapi sebelum saya membicarakan prinsip kristen dan agama-agama lain dan sekte-sekte, saya ingin membahas adanya 3 golongan manusia.

I) 3 golongan manusia.

1) Orang yang tidak merasa butuh keselamatan.

Yesaya 55: 1: ‘Ayo, hai semua orang yang haus’.

KJV: ‘Ho, every one that thirsteth’ (= Hai / Ayo, setiap orang yang haus).

Calvin memberikan alasan mengapa kata ‘Ho’ / ‘Ayo’ di gunakan.

Calvin: “for so great is the sluggishness of men that it is very difficult to arouse them. They do not feel their wants, though they are hungry; nor do they desire food, which they greatly need; and therefore that indifference must be shaken off by loud and incessant cries” (= karena begitu besar kemalasan / kelambanan manusia sehingga begitu sukar untuk membangunkan mereka. Mereka tidak merasakan kebutuhan mereka, sekalipun mereka lapar; juga mereka tidak menginginkan makanan, yang sangat mereka butuhkan; dan karena itu sikap acuh tak acuh itu harus disingkirkan oleh teriakan yang keras dan tak henti-hentinya) - hal 156.

Saya tidak tahu apakah penafsiran Calvin tentang kata ‘Ho’ / ‘Ayo’ ini bisa dibenarkan atau tidak, tetapi saya tahu / yakin bahwa memang ada banyak orang yang tidak merasakan kebutuhan akan keselamatan.

Mengapa orang tidak merasa haus / merasa membutuhkan keselamatan?

a) Mereka mabuk oleh hal-hal duniawi, seperti kesenangan, pesta, sex, pacaran, uang, hobby, dsb. Orang kaya lebih rawan terhadap hal-hal ini, karena dengan uangnya ia bisa menikmati banyak hal-hal duniawi, sehingga tidak merasakan kebutuhan rohaninya. Dan karena itu Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk surga.

Matius 19:23-24 - “(23) Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (24) Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.’”.

b) Mereka terobsesi oleh problem / penderitaan duniawi, sehingga sama sekali tidak memikirkan kebutuhan rohaninya. Orang miskin lebih rawan terhadap hal ini.

c) Mereka berpikir bahwa kematian itu masih jauh, dan karenanya sekarang ini tidak perlu memikirkan kehidupan setelah kematian. Orang muda rawan terhadap pemikiran ini.

2) Orang yang merasa butuh keselamatan, tetapi merasa dirinya mampu mengusahakan keselamatan itu (Yesaya 55: 2a).

Yesaya 55: 2a: “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

Mereka mengira bahwa dengan membeli sesuatu / makanan mereka bisa menjadi kenyang. Ini merupakan gambaran dari orang-orang yang mengusahakan sendiri keselamatannya, dengan berbuat baik dsb, dan mengira bahwa ini bisa menyelamatkan mereka.

Orang-orang yang berusaha dengan kekuatannya sendiri ini memang bisa saja merasa bahwa mereka berhasil.

Calvin: “They may, indeed, imagine that they are full, when they are swelled with vain confidence, but are like persons who, in consequence of being swollen with wind, do not perceive their hunger. Yet it would be better for them to be sore pressed by hunger and thirst, that it might lead them to call on the Lord with earnestness of heart” [= Mereka bisa saja berkhayal / mengira bahwa mereka kenyang, pada waktu mereka membengkak / menggelembung / dipenuhi kesombongan karena keyakinan yang sia-sia, tetapi mereka seperti orang yang, karena dipenuhi oleh angin (kembung), tidak merasa lapar. Tetapi jauh lebih baik bagi mereka untuk ditekan secara berat oleh rasa lapar dan haus, supaya itu bisa memimpin mereka untuk berseru kepada Tuhan dengan kesungguhan hati] - hal 158.

3) Orang yang merasa butuh keselamatan dan merasa dirinya sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk mengusahakan keselamatan.

II) Kristen vs agama-agama lain dan sekte-sekte.

Fritz Ridenour: “Many religions and cults admit the problem of sin, but their solution is always different from Christianity’s. While Christianity says that the only salvation from sin is faith in Jesus Christ and His atoning death on the cross, other religions seek salvation through good works or keeping rules and laws” (= Banyak agama dan sekte mengakui problem dosa, tetapi cara pemecahan / penyelesaian mereka selalu berbeda dengan cara pemecahan / penyelesaian dari kekristenan. Sementara kekristenan mengatakan bahwa satu-satunya keselamatan dari dosa adalah iman kepada Yesus Kristus dan kematianNya yang menebus di kayu salib, agama-agama lain mencari keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik atau dengan memelihara / mentaati peraturan-peraturan dan hukum-hukum) - ‘So What’s the Difference?’, hal 17.

Lihat Yesaya 55: 1-2a: “(1) Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! (2) Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

Calvin berpendapat bahwa ‘air’, ‘roti’, ‘anggur’ dan ‘susu’ menunjuk kepada segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupan rohani. E. J. Young mengatakan bahwa kata-kata itu menyimbolkan ‘berkat rohani’. Yang manapun yang benar dari kedua penafsiran tersebut di atas, jelas bahwa ‘keselamatan’ tercakup dalam kata-kata itu. Selanjutnya ay 1-2a menunjukkan adanya 2 cara untuk mendapatkan keselamatan / berkat rohani itu.

1) Dengan ‘uang pembayaran’ (Yesaya 55: 2a).

Yesaya 55: 2a: “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

‘Uang pembayaran’ ini menunjuk pada usaha manusia / perbuatan baik manusia. Ini merupakan prinsip semua agama lain / sekte.

Calvin: “by the word ‘money’ he denotes all the industry, study, or labour which belongs to man. Not that God values a single farthings all our idle attempts to worship him, but because labours foolishly undertaken are reckoned valuable by the judgment of the flesh” (= dengan kata ‘uang’ ia menunjuk pada semua kerajinan, tindakan belajar, atau jerih payah manusia. Bukan bahwa Allah menghargai sepeserpun semua usaha yang tak berharga / sia-sia dari kita untuk menyembahNya, tetapi karena jerih payah yang dilakukan secara bodoh dianggap berharga oleh penilaian daging) - hal 158.

Di bawah ini saya menunjukkan bahwa agama-agama lain di dunia ini memang menekankan perbuatan baik / usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan. Untuk menunjukkan hal itu, saya akan membahas secara singkat prinsip keselamatan dari agama-agama besar dalam dunia:

a) Yudaisme / agama Yahudi.

Fritz Ridenour (tentang ajaran Yudaisme / agama Yahudi tentang ‘keselamatan’): “Anyone, Jew or not, may gain salvation through commitment to the one God and moral living” (= Siapapun, orang Yahudi atau bukan, bisa mendapatkan keselamatan melalui komitmen kepada satu Allah dan hidup yang bermoral) - ‘So What’s the Difference’, hal 63.

b) Agama Hindu.

Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama Hindu): “Man is justified through devotion, meditation, good works and self-control” (= Manusia dibenarkan melalui pembaktian, meditasi, perbuatan baik dan penguasaan diri sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 82.

c) Agama Buddha.

Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam agama Buddha): “Man is saved by self-effort only” (= Manusia diselamatkan hanya oleh usaha sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 92.

Subhadra Bhiksu: A Buddhist Catechism: “No one can be redeemed by another. No God and no saint is able to shield a man from the consequences of evil doings. Every one of us must become his own redeemer” (= Tak seorangpun bisa ditebus oleh orang lain. Tidak ada Allah dan tidak ada orang suci yang bisa membentengi seorang manusia dari konsekwensi dari tindakan jahat. Setiap orang dari kita harus menjadi penebusnya sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 590.

d) Agama Islam.

Fritz Ridenour (tentang ajaran Islam tentang ‘keselamatan’): “Man earns his own salvation, pays for his own sins” (= Manusia memperoleh keselamatannya sendiri, membayar untuk dosa-dosanya sendiri) - ‘So What’s the Difference’, hal 72.

Catatan: kata ‘to earn’ sebetulnya berarti ‘memperoleh karena telah melakukan sesuatu’.

e) Dalam agama-agama lain secara umum.

Fritz Ridenour: “Many religions and cults admit the problem of sin, but their solution is always different from Christianity’s. While Christianity says that the only salvation from sin is faith in Jesus Christ and His atoning death on the cross, other religions seek salvation through good works or keeping rules and laws” (= Banyak agama dan sekte mengakui problem dosa, tetapi solusi mereka selalu berbeda dengan solusi dari kekristenan. Sementara kekristenan mengatakan bahwa satu-satunya keselamatan dari dosa adalah iman kepada Yesus Kristus dan kematianNya yang menebus di salib, agama-agama lain mencari keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baik atau pemeliharaan peraturan-peraturan dan hukum-hukum) - ‘So What’s the Difference’, hal 17.

f) Agama Katolik.

Dalam persoalan ini Roma Katolik termasuk dalam kategori agama lain, karena dalam Roma Katolik:

1. Baptisan dianggap mutlak perlu untuk keselamatan, padahal baptisan jelas termasuk perbuatan baik / ketaatan.

2. Dipercaya adanya Mortal sin (= dosa besar / mematikan) dan Venial sin (= dosa kecil / remeh). Mortal sin dianggap bisa menghancurkan keselamatan seseorang. Jadi, supaya tetap selamat seseorang harus menjauhi mortal sin. Lagi-lagi terlihat bahwa ketaatan seseorang punya andil dalam keselamatannya.

Bahwa Katolik menekankan pentingnya perbuatan baik untuk keselamatan / masuk surga, juga bisa terlihat dari kutipan-kutipan di bawah ini:

a. Fritz Ridenour: “Roman Catholicism teaches that faith is just the beginning of salvation, so the believer must constantly work throughout his life to complete the process” (= Roma Katolik mengajar bahwa iman hanyalah permulaan dari keselamatan, sehingga orang percaya harus terus menerus bekerja dalam sepanjang hidupnya untuk melengkapi proses itu) - ‘So What’s the Difference’, hal 41.

b. Fritz Ridenour: “The Catholic believes that good works are necessary for salvation” (= Orang Katolik percaya bahwa perbuatan baik perlu untuk keselamatan) - ‘So What’s the Difference’, hal 45.

c. Fritz Ridenour (tentang keselamatan dalam Roma Katolik): “Salvation is secured by faith plus good works - as channeled through the Roman Catholic Church” (= Keselamatan dipastikan oleh iman ditambah perbuatan baik - seperti yang disalurkan melalui Gereja Roma Katolik) - ‘So What’s the Difference’, hal 45-46.

Dalam kristen (yang Alkitabiah dan Injili), kita bisa selamat hanya karena iman / percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan sama sekali bukan karena perbuatan baik kita. Jadi, dalam kekristenan, sekalipun perbuatan baik itu harus dilakukan, tetapi perbuatan baik itu sama sekali tidak punya andil dalam menyelamatkan kita / membawa kita ke surga.

Prinsip kristen ini sesuai dengan Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Cynddylan Jones mengomentari Efesus 2:8-9 sebagai berikut: “You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).

Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

2) Dengan cuma-cuma / gratis (Yesaya 55: 1); ini merupakan prinsip kekristenan.

Yesaya 55: 1: “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!”.

Wahyu 22:17b - “barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”.

John Henry Jowett tentang Yesaya 55:1-7: “The refreshing waters are offered to ‘everyone’ that is thirsty. ... And the waters may be ours ‘without money and without price.’ ... No, we are asked to pay nothing, and for the simple reason that we ‘have nothing wherewith to pay.’ The reviving grace is given to us ‘freely,’ and all that we have to present is our thirst. And yet we spend and spend, we labour and labour, but we buy no bread of contentment, and the waters of satisfaction are far away. The satisfying bread cannot be bought; it can only be begged” (= Air yang menyegarkan ditawarkan kepada ‘setiap orang’ yang haus. ... Dan air itu bisa menjadi milik kita ‘tanpa uang dan tanpa harga / pembayaran’. ... Tidak, kita tidak diminta untuk membayar apa-apa, dan itu disebabkan karena alasan yang sederhana yaitu bahwa kita ‘tidak mempunyai apapun dengan mana kita bisa membayar’. Kasih karunia yang menghidupkan diberikan kepada kita ‘dengan cuma-cuma’, dan semua yang harus kita berikan adalah kehausan kita. Tetapi kita terus menghabiskan uang dan kita terus berjerih payah, tetapi kita tidak membeli roti kepuasan, dan air kepuasan berada jauh dari kita. Roti yang memuaskan tidak bisa dibeli; itu hanya bisa diminta / diterima melalui pengemisan) - ‘Springs of Living Water’, August 6.

Archbishop William Temple, yang dikutip oleh John Stott, berkata sebagai berikut: “All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed” (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.

Mengapa keselamatan bisa cuma-cuma? Roma 3:23-24 - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.

Juga perhatikan, bahwa sebelum Yesaya 55:1 yang berbicara tentang keselamatan yang cuma-cuma ini, terdapat Yes 53, yang menubuatkan penderitaan dan kematian Kristus untuk menebus dosa umat manusia. Memang, andaikata tidak ada Yes 53, tidak bisa ada Yes 55:1. Dengan kata lain, andaikata tidak ada penebusan yang dilakukan oleh Kristus di atas kayu salib, maka tidak mungkin bisa ada keselamatan yang diberikan secara gratis / cuma-cuma.

Anonymous: “Salvation is free for you because someone else paid” (= Keselamatan itu gratis bagimu karena seorang lain telah membayarnya) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 587.

Donald Lester: “We are saved by someone doing for us what we cannot do for ourselves” (= Kita diselamatkan oleh seseorang yang melakukan bagi kita apa yang tidak bisa kita lakukan untuk diri kita sendiri) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 589.

Ini yang menyebabkan orang sering berkata dengan sinis: Kok enak, kita yang dosa, Yesus yang memikul dosanya. Jalan yang terlalu gampang / enak ini dicurigai! Kalau manusia menawarkan apa yang terlalu enak / gampang, maka itu mungkin sekali perlu dicurigai. Tetapi kalau Tuhan menawarkan apa yang terlalu enak / gampang, saudara tidak perlu curiga. Mengapa? Karena Tuhan itu memang baik dan penuh kasih / kasih karunia! Adanya kasih karunia ini menyebabkan Ia mau memberikan yang baik kepada orang-orang yang tidak layak menerimanya!

Illustrasi: Seorang penginjil memberitakan Injil kepada seorang pekerja tambang. Pada waktu pekerja tambang itu mendengar bahwa untuk bisa diselamatkan ia hanya perlu percaya kepada Yesus, ia berkata: ‘Hanya percaya dan saya selamat? Kok gampang sekali?’. Penginjil itu lalu bertanya: ‘Dimana kamu bekerja?’. Pekerja tambang itu menjawab: ‘Puluhan atau bahkan ratusan meter di bawah permukaan tanah’. Penginjil itu bertanya lagi: ‘Wah, tentu sukar sekali bagi kamu untuk turun ke sana lalu naik lagi ke atas’. Pekerja itu menjawab: ‘Tidak sukar sama sekali. Karena perusahaan saya telah memasang sebuah lift, dan saya hanya tinggal masuk ke dalam lift itu dan lift itu akan membawa saya naik atau turun’. Lalu penginjil itu berkata: ‘Sama seperti perusahaanmu sudah bersusah payah memasang lift, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya, demikian juga Kristus sudah bersusah payah, menderita dan mati di kayu salib untuk menyediakan keselamatan bagimu, sehingga sekarang bagi kamu tinggal gampangnya. Kamu hanya perlu masuk ke dalam Yesus / percaya kepada Yesus, dan Yesus akan mengangkat kamu ke surga!’.

III) Pemilihan dan konsekwensinya.

1) Orang yang termasuk golongan 1, mungkin tidak akan beragama. Kalaupun mereka beragama, mereka tidak akan bersikap serius dengan agamanya. Kalau saudara adalah orang seperti ini, saya ingin memberitahu beberapa hal:

a) Saudara adalah orang berdosa.

Roma 3:23 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

b) Allah itu suci sehingga membenci dosa, dan juga adil sehingga pasti menghukum orang berdosa.

Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”.

c) Lambat atau cepat, saudara akan mati, dan harus mempertanggung-jawabkan dosa-dosa saudara di hadapan Allah.

Ibrani 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi”.

2Korintus 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.

Karena itu:

1. Kalau saudara adalah orang kaya yang mabuk oleh kesenangan-kesenangan duniawi sehingga tidak mempedulikan keselamatan, maka nasib saudara akan menjadi seperti orang kaya dalam cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Lukas 16:19-26).

2. Kalau saudara adalah orang miskin / menderita, yang hanya memikirkan penderitaan duniawi saudara, maka kalau dibandingkan dengan cerita dalam Luk 16:19-26 tadi, maka nasib saudara akan lebih buruk, baik dari Lazarusnya maupun dari orang kayanya, karena di dunia saudara mengalami nasib dari Lazarus, sedangkan setelah mati saudara akan mengalami nasib dari orang kaya.

3. Kalau saudara adalah orang yang masih muda, jangan berpikir bahwa kematian itu masih lama. Tidak kurang orang yang mendadak mati pada waktu masih muda, baik karena kecelakaan, pembunuhan, bencana alam, penyakit, dsb. Karena itu janganlah mengabaikan keselamatan sekalipun saudara masih muda.

Calvin: “there is no man who is not in want of those ‘waters,’ and to whom Christ is not necessary; and therefore he invites all indiscriminately, without any respect of persons” (= tidak ada manusia yang tidak berada dalam keadaan butuh akan ‘air’ itu, dan bagi siapa Kristus itu tidak diperlukan; dan karenanya Ia mengundang semua orang tanpa membeda-bedakan, tanpa memandang orang) - hal 156.

2) Orang yang termasuk golongan 2 mungkin sekali akan masuk dalam agama-agama lain di luar kristen atau sekte-sekte, yang semuanya menekankan perbuatan baik untuk bisa selamat.

Kalau saudara termasuk golongan ini, maka perhatikan ay 2 dimana Yesaya / Tuhan menegur orang yang menolak pemberian cuma-cuma dari Allah tetapi berjerih-payah untuk hal-hal yang tidak berguna (dalam soal rohani / keselamatan).

Yesaya 55: 2a: “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?”.

E. J. Young: “By means of a question the prophet, or rather God through the prophet, causes men to see the vanity of rejecting the free gift of salvation and seeking to labour to obtain it by their own efforts” (= Dengan menggunakan suatu pertanyaan, sang nabi, atau lebih tepat Allah melalui sang nabi, membuat manusia melihat kesia-siaan dari penolakan pemberian keselamatan secara cuma-cuma dan berusaha untuk bekerja untuk mendapatkannya dengan usaha mereka sendiri) - hal 375.

Perhatikan juga kata-kata ‘sesuatu yang bukan roti’ dan ‘sesuatu yang tidak mengenyangkan’dalam Yesaya 55: 2 itu, yang menunjukkan bahwa orang-orang ini tertipu.

E. J. Young: “In seeking to purchase bread they are deceived, for what they obtain is not bread”(= Dalam berusaha membeli roti mereka tertipu, karena apa yang mereka dapatkan bukanlah roti) - hal 376.

Bandingkan dengan:

a) Amsal 14:12 yang mengatakan: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut”.

b) Yesaya 64:6 - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin”.

3) Orang yang termasuk golongan ke 3 mempunyai kemungkinan besar untuk menjadi kristen / percaya kepada Kristus.

Mengapa saya katakan ‘kemungkinan besar’ dan bukannya ‘pasti’ menjadi kristen / percaya kepada Kristus? Karena bisa saja seseorang sadar dirinya berdosa, membutuhkan keselamatan, dan ia tidak mampu mengusahakannya sendiri, tetapi karena ia tidak pernah mendengar Injil, maka ia cuma bisa putus asa dalam keadaannya yang tanpa harapan itu.


Karena itu, kalau di sini ada orang yang seperti itu, saya ingin memberi tahu saudara 3 hal:

a) Pada saat Kristus menderita dan mati di kayu salib, Ia sudah memikul hukuman dari semua dosa saudara, baik yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Karena itulah maka di kayu salib Ia bisa berkata ‘Sudah selesai’ (Yohanes 19:30).

b) Dalam Lukas 5:31b-32 Kristus sendiri berkata: “(31b) Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; (32) Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”.

Kata-kata ini tidak berarti bahwa di dunia ini ada orang benar. Bdk. Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

Jadi, yang dimaksud dengan ‘orang benar’ dalam Lukas 5:32 itu adalah adalah orang berdosa yang mengira dirinya adalah orang benar. Sedangkan yang dimaksud dengan ‘orang berdosa’ adalah orang berdosa yang sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa.

c) Dalam Yohanes 6:37b Yesus berkata: “barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”.

Karena itu, saudara tidak perlu putus asa dengan keadaan saudara. Di dalam diri saudara sendiri tidak ada harapan. Di dalam usaha saudara sendiri juga tidak ada harapan. Tetapi dalam Kristus ada pengharapan! Karena itu datanglah kepada Kristus, percayalah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara, maka saudara akan menerima pengampunan dosa dan keselamatan / hidup yang kekal. Maukah saudara? 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN- 
Next Post Previous Post