HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG (MENJADI BINTANG-BINTANG YANG BERCAHAYA)
Pdt.Samuel T. Gunawan, M.Th
HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG (MENJADI BINTANG-BINTANG YANG BERCAHAYA) .“(Efesus 5:8) Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, (5:9) karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, (5:10) dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Efesus 5:8-10).
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN TERANG?
Terang menurut Alkitab merupakan metofara yang mengandung berbagai makna, antara lain :
(1) Gambaran dari Karakter Allah sendiri (1 Yohanes 1:5; Yohanes 8:12);
(2) Gambaran dari kebaikan, kebenaran dan keadilan (Efesus 5:8-9);
(3) Gambaran dari sukacita dan berkat (Bandingkan Kejadian 1:3 dab; Ayub 10:22)
(4) Gambaran dari Kekudusan Allah (1 Timotius 6:16), yang digunakan khusus untuk Kristus kemudian diturunkan kepada orang-orang percaya, dan mereka ini bersaksi bagi Dia melalui kekudusan kehidupan mereka dan pemberitaan Injil (lihat Yohanes 1:,9));
(5) Gambaran untuk sesuatu yang tersingkap (1 Kointus :5; Efesus 5:9). Lalu apakah yang dimaksud dengan terang? Kata Yunani “terang (light)” dalam ayat tersebut di atas adalah “φως-phôs” yang berasal dari kata kerja “φαινω-phainô,” yang berarti “menyinarkan dan atau bercahaya”.
Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan terang adalah : (1) Yang menyebabkan segala sesuatu dapat kelihatan; (2) Cerah, tidak gelap, tidak kelam; (3) nyata dan jelas kelihatan. Dengan demikian terang dapat diartikan sebagai : (1) yang menyebabkan segala sesuatu dapat dilihat dengan jelas; (2) Ketiadaan kegelapan.
Kenapa terang itu disebut sebagai ketiadaan kegelapan? Sebab
(1) Kegelapan berarti absennya atau ketiadaan dari terang. Hal ini sama seperti kejahatan yang berarti ketiadaan atau absennya sesuatu yang baik. Kejahatan merupakan kerusakan atau devisiasi (penyimpangan) dari apa yang sebenarnya. Kejahatan ada sebagai kerusakan dari sesuatu yang baik. Demikian juga dengan kegelapan merupakan akibat dari ketiadaan terang.
(2) Kegelapan tidak memiliki esensi dari dirinya sendiri. Kegelapan tidak eksis secara sendirinya, ia ada di dalam sesuatu dan bukan di dalam dirinya sendiri. Misalnya, lubang itu riil, tapi hanya ada dalam sesuatu yang lain. Kita bisa katakan tidak adanya tanah sebagai sebuah lubang, tapi lubang tidak bisa dipisahkan dari tanah. Misalnya, kelapukan pada pohon terjadi karena adanya pohon. Tidak ada kelapukan jika tidak ada pohon. Kebusukan pada gigi hanya dapat terjadi selama gigi itu ada. Demikian juga dengan kegelapan, tidak akan ada kegelapan jika ada terang.
EKSEGESIS DAN ANALISIS TEOLOGIS EFESUS 5:8-10
Rasul Paulus mengatakan, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan” (Efesus 5:8-10). Di dalam ayat-ayat tersebut rasul Paulus mengingatkan orang-orang percaya di Efesus bahwa mereka yang sekarang berbeda dari mereka yang dahulu. Bahwa sejak mereka percaya kepada Yesus Kristus dan menjadi milikNya keadaan mereka benar-benar berubah.
Perbedaan itu menurut Paulus bahkan sangat signifikan, yaitu kontras antara terang dan gelap. Berikut ini eksegesis dan analisis teologisnya :
1. Dalam ayat 8 rasul Paulus menujukkan keberadaan orang-orang percaya pada masa yang lalu, yaitu keadaan sebelum mereka percaya kepada Kristus. Ia mengatakan pada mereka demikian, “ητε γαρ ποτε σκοτος (ête gar pote skotos)” atau dapat diterjemahkan “Kamu memang dahulu adalah kegelapan”. Perhatikanlah susunan kalimat rasul Paulus tersebut. Ia tidak mengatakan “kamu memang dahulu gelap atau berada dalam kegelapan”, tetapi ia mengatakan “kamu adalah kegelapan (ête skotos)”.
Jadi kegelapan yang Paulus maksudkan disini adalah seluruh keberadaan (eksistensi) mereka, yaitu hakikat atau diri mereka, yaitu seluruh hidup dan pekerjaan mereka. Dimasa lalu, eksistensi mereka, yaitu hidup dan pekerjaan mereka adalah kegelapan, yang memimpin kepada kematian (bandingkan Efesus 2:1-2). Itulah eksistensi mereka di masa lalu.
2. Namun keadaan mereka sekarang menurut rasul Paulus sudah sangat berbeda dari keadaan mereka di masa lalu. Perhatikan rasul Paulus mengatakan demikian, “νυν δε φως εν κυριω (nun de phôs en kuriô)” atau dapat diterjemahan “tetapi sekarang (kamu) adalah terang di dalam Tuhan”. Jadi disini rasul Paulus menegaskan keadaan mereka yang telah berubah bahwa mereka bukan lagi kegelapan, tetapi terang (phôs). Perhatikan disini Paulus tidak mengatakan bahwa mereka “berasal dari terang” atau “milik terang”, atau “berada dalam terang”, tetapi “kamu adalah terang (ête phôs).
Frase rasul Paulus “kamu adalah terang” tersebut, sesuai dengan pernyataan Yesus kepada murid-muridNya dalam Matius 5:14, ketika Ia mengatakan “kamu adalah terang dunia”. Dengan demikian frase“ête phôs” bukan saja hendak mengatakan bahwa mereka berada dalam terang atau diterangi oleh terang, tetapi yang dimaksud ialah bahwa mereka adalah terang karena keberadaan mereka “di dalam Tuhan (en Kuriô). Jadi eksistensi mereka sebagai terang tidak lepas dari kesatuan mereka dengan Kristus. 3. Karena eksistensi mereka sekarang ini adalah terang di dalam Tuhan, maka rasul Paulus mengingatkan bahwa mereka harus hidup sebagai “anak-anak terang (tekna photos)”.
Frase “τεκνα φωτος (tekna photos) atau “anak-anak terang” adalah frase yang banyak digunakan dalam Perjanjian Baru, misalnya dalam 1 Tesalonika 5:5; Lukas 16:8; Yohanes 12:36). Jadi menurut rasul Paulus, hidup sebagai anak-anak terang merupakan tugas dan panggilan bagi orang orang-orang percaya. Karena untuk maksud itulah mereka telah dipindahkan dari kuasa kegelapan dan ditempatkan di dalam kerajaan terang (Bandingkan Kolose 1:12-13).
Hidup sebagai anak-anak terang berbeda dengan hidup di dalam kegelapan, “karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9). 4. Ayat 9 ini adalah suatu paranthese dimana “γαρ (gar) yang diterjemahkan “karena’ tidak memberikan motivasi tetapi mempunyai arti eksplikatif.
Jadi secara harafiah frase “ο γαρ καρπος του πνευματος εν παση αγαθωσυνη και δικαιοσυνη και αληθεια (ho gar karpos tou pneumatos en pasê agathôsunê kai dikaiosunê kai alêtheia)” dapat ditejemahkan “Karena buah terang ialah (“εν-en”) segala macam kebaikan dan keadilan dan kebenaran”. Dalam ayat tersebut Kata “εν - en” dalam ayat tersebut dapat berarti “ialah atau terdiri dari”.
Kata “παση αγαθωσυνη - pasê agathôsunê” berarti “segala macam atau berbagai kebaikan”). Ketiganya, yaitu kebaikan, keadilan, dan kebenaran, tidak ada pada manusia lama hanya pada manusia baru, karena dianugerahkan Allah kepadanya. Kontras dengan manusia baru, maka manusia lama hidup didalam kegelapan, yang mana perbuatannya ialah : percabulan, kecemaran. Keserakahan, dan kejahatan-kejahatan lainnya (bandingkan Efesus 5:3-5).
Jadi sini jelaslah Paulus maksudkan bahwa kebaikan, keadilan, dan kebenaran adalah buah (akibat/hasil) dari kehidupan orang-orang percaya yang telah diubahkan (kehidupan baru) di dalam Kristus, sebagaimana percabulan, kecemaran. Keserakahan, dan berbagai kejahatan sebagai akibat dari kegelapan (kehidupan lama). 5. Karena itulah dalam ayat 10 lebih lanjut rasul Paulus meminta kepada mereka untuk menguji keberadaan mereka sekarang ketika ia mengatakan, “ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”.
Kata “ujilah” atau “dokimazontes” adalah bentuk partisif, berasal dari kata “dokimazein” yang berarti “mencoba, menyelidiki, atau menguji”. Kata “dokimazein” misalnya dipakai pada saat mengguji sesuatu dengan api (1 Korintus 3:13; 1 Petrus 1:7), atau mencona sesuatu dengan bereksprimen (Lukas 14:9), atau menyelidiki dengan jalan atau cara tertentu (1 Yohanes 4:1; 1 Timotius 3:10).
Kata ““dokimazein” ini sering juga berarti “memilih mengambil keputusan, menyetujui, menganggap baik (Roma 12:2; 14:22; 1 Korintus 11:28). Ketika rasul Paulus meminta orang-orang percaya di Efesus untuk “uji apa yang berkenan kepada Tuhan”, maka yang ia maksudkan adalah menguji dan juga memilih dalam arti mengambil keputusan dengan kriteria “euareston tôi kuriôi (berkenan kepada Tuhan)”.
Jadi apa yang mereka uji dan pilih sebagai hasil keputusan mereka harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Disini rasul Paulus mengingatkan mereka bahwa ada batas dari apa yang berkenan kepada Tuhan dan apa yang Ia kehendaki. Sebagai anak-anak terang, mereka sendiri harus menentukan tindakan yang benar dan bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat (lakukan).
BAGAIMANA KITA MENJADI TERANG?
Pertanyaan penting berikutnya adalah “bagaimanakah agar kita menjadi terang?”. Berdasarkan eksegesis dan analisis teologis di atas, berikut beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sehingga kita benar-benar terang yang bercaha di depan orang.
1. Kita menjadi terang karena kesatuan kita dengan Kristus.
Orang-orang yang percaya kepada Kristus berarti telah diselamatkan. Artinya mereka sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yohanes 5:24) dan dari kegelapan kepada terang (Yohanes 8:12). Mari kita perhatikan kedua ayat tersebut. Yesus mengatakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yohanes 5:24).
Disini Yesus dengan jelas mengajarkan bahwa orang-orang percaya yang telah memilki hidup yang kekal tidak akan dihukum karena dosa-dosanya, karena secara permanen ia telah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup. Kata Yunani untuk “berpindah” adalah “metabebēken” yang berasal dari kata kerja “metabainō” yang berarti “menyeberang”.
Kata kerja ini memakai bentuk perfect tense yang mendeskripsikan kegiatan di waktu lampau dengan hasil yang tetap ada sampai sekarang. Tindakan ini digambarkan sebagai sesuatu yang final dan tidak bisa dibatalkan lagi. Seperti seorang yang telah membakar jembatan setelah ia menyeberanginya, maka tidak mungkin bagi orang percaya sejati akan menyeberang kembali dari kehidupan kepada maut.
Selanjutnya, dalam Yohanes 8:12 dikatakan “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kataNya: ‘Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Ketika Yesus berkata “I am the light of the world (Akulah terang dunia. KJV)” atau dalam kata Yunani “egô eimi to phôs tou kosmou” (akulah terang bagi manusia yang ada di dunia)” maka yang Yesus maksudkan adalah bahwa hanya Dia yang dapat memberi terang pada semua orang di dunia yang gelap ini.
Kata Yunani “φως-phôs” yang diterjemahkan dengan "terang", berasal dari kata kerja “φαινω-phainô, yang berarti “menyinarkan” dan senantiasa berhubungan dengan berkas-berkas cahaya. Sedangkan kata “dunia” adalah Yunani “kosmos” yaitu umat manusia di dunia. Tuhan Yesus menyatakan dirinya dengan kalimat “Akulah (ego eime) terang dunia ”. Ayat ini sesuai dengan Yohanes 1:4-5 yang menulis “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”.
Orang Kristen disebut sebagai terang karena persatuannya dengan Kristus (union of Christ). Di luar Kristus semua manusia berada dalam kegelapan. Untuk mendapatkan terang maka setiap orang harus datang kepada Kristus dan menerimaNya. Hanya melalui Tuhan Yesus, orang berdosa dan terhilang dapat datang kepada Allah (Yohanes 14: 1; 2 Korintus 4: 4), dan menemukan jalan mereka ke kehidupan yang benar (Efesus 5:8-9).
2. Kita adalah terang karena identitas kita dalam Kristus (Matius 5:13-16).
Ayat-ayat dalam Matius 5:13-16 ini ditujukan kepada murid-murid Kristus, dan hari ini ayat ini ditujukan bagi semua orang percaya. Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas transformatif yang secara metaforis dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia (Matius 5:13,14).
Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada dunia ini. Lebih jauh, implikasi ini bukan sekedar penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan memberi solusi dalam masalah-masalah seperti: masalah kenakalan remaja, penyimpangan dan kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, aborsi, perusakan lingkungan, korupsi, dan lain sebagainya.
Secara khusus pada saat ini kita akan membicarakan kualitas transformatif ”terang”. Orang-orang yang percaya kepada Kristus sekarang ini disebut sebagai anak-anak terang, karena mereka sudah berpindah dari kegelapan kepada terang (1 Petrus 2:9). Dalam Efesus 5:8-10 dikatakan, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang (For ye were sometimes darkness, but now are ye light in the Lord: walk as children of light), karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Orang-orang percaya ini berbagi tempat dalam terang kerajaan Allah (Kolose 1:12) dan bahkan menjadi terang di dunia yang gelap ini.
Yesus menyebut para muridNya sebagai terang, ketika Ia berkata dalam Matius 5:14a “kamu adalah terang dunia (You are the light of the world)”. Perhatikan bahwa dalam ayat ini Yesus tidak mengatakan “kamu akan menjadi terang dunia”, tetapi “kamu adalah terang dunia”. Dengan demikian identitas orang percaya itu jelas bahwa mereka itu adalah terang di dalam Kristus. Perhatikanlah bahwa di dalam ayat-ayat ini, Kristus tidak mengatakan bahwa murid-muridNya adalah pelita ataupun lilin, apalagi lilin kecil, melainkan terang dunia (the light in the world).
Nampaknya selama ini banyak orang Kristen telah dibodohi ketika dikatakan bahwa mereka adalah lilin-lilin (kecil) yang menerangi dunia ini. Alkitab tidak menyebutkan bahwa orang percaya adalah lilin, melainkan bintang-bintang yang bercahaya di dunia (the stars shining in the world). Ada perbedaan yang signifikan antara lilin yang menerangi dan bintang yang menerangi dunia. Pertama, bintang menghasilkan cahaya sendiri, sedangkan lilin harus dinyalakan baru bisa menghasilkan cahaya. Kedua, cahaya lilin akan memudar dan padam, sedang bintang tidak akan memudar cahayanya. Ketiga, lilin merupakan hasil kreasi manusia, sedangkan bintang-bintang merupakan kreasi Allah.
Itulah sebabnya, Rasul Paulus mengatakan, “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15). Ketika Yesus menyatakan bahwa Ia adalah terang dunia (Yohanes 8:12), Ia kemudian menyatakan dirinya sebagai bintang fajar yang gilang gemilang (Wahyu 22:16). Kemudian Ia juga menyatakan bahwa murid-muridNya adalah terang dunia (Matius 5:14a), dan menurut rasul Paulus, yaitu bintang-bintang yang menerangi dunia (Filipi 2:15: bandingkan juga Daniel 12:3).
3. Kita adalah terang yang bercahaya di depan orang lain dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Setiap orang Kristen perlu menjadi terang di setiap aspek kehidupan dan di pilar-pilar yang menopang suatu masyarakat.
Setidaknya ada tujuh pilar utama yang menopang masyarakat, yaitu : (1) Pilar spiritual dan sosial; (2) Pilar ekonomi dan bisnis; (3) Pilar politik, hukum dan pemerintahan; (4) Pilar pendidikan dan olah raga; (5) Pilar seni dan budaya; (6) Pilar media dan teknologi; dan (7) Pilar keluarga dan rumah tangga.
Tuhan Yesus mengatakan, “Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Matius 5:14b-15). Hal ini dikatakannya untuk menegaskan kepada para muridNya fungsi mereka sebagai terang. Melalui perbuatan-perbuatan baik orang-orang yang tidak percaya akan melihat terang Kristus di dalam kita.
BACA JUGA: 4 TANDA ANAK-ANAK TERANG MENURUT ALKITAB
Itulah sebabnya Yesus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Kata Yunani “kalá erga” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral, kualitas dan manfaat. Perbuatan baik adalah cermin dari kualitas hidup seseorang. Kehidupan yang baru dalam Kristus dimaksudkan untuk menghasilkan perbuatan baik yang bermanfaat bagi kehidupan.
TERANG YANG BERCAHAYA BAGI ORANG LAIN
Tuhan yang telah menyelamatkan menginginkan kita melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik di semua aspek kehidupan kita dan di semua pilar masyarakat. Ini berarti kita yang adalah terang menjadi alat Tuhan untuk menerangi dunia ini dengan perbuatan-perbuatan baik yang berkenan kepada Tuhan atau sesuai dengan kehendak Tuhan.
Pernyataan klasik tentang keselamatan hanya “karena kasih karunia oleh iman” adalah frase Yunani “tê gar khariti este sesôsmenoi dia tês pisteôs” yang diterjemahkan “Sebab adalah karena kasih karunia kamu telah diselamatkan melalui iman”, langsung diikuti oleh pernyataan ini “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10).
Frase Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini adalah “ergois agathois” diterjemahkan “perbuatan-perbuatan yang baik”. Kata “agathois” berasal dari kata “agathos” yaitu kata Yunani biasa untuk menerangkan gagasan yang “baik” sebagai kualitas jasmani atau moral. Kata ini dapat berarti “baik, mulia, patut, yang terhormat, dan mengagumkan”.
Jadi perbuatan baik (agothos) dapat didefinisikan sebagai perbuatan-perbuatan yang dilakukan dalam Allah seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 321. Perbuatan-perbuatan itu bisa juga dikategorikan sebagai pekerjaan iman (1 Tesalonoka 1:3). Lawan dari perbuatan baik (agathos) adalah perbuatan tidak baik (phaulos), yaitu perbuatan-perbuatan yang tidak ada harganya dihadapan Tuhan. Perbuatan-perbuatan semacam itu bisa juga disebut perbuatan-perbuatan yang mati atau perbuatan kedagingan. Bahaya menghasilkan perbuatan kedagingan adalah kesia-siaan (1 Korintus 15:58), kehampaan (1 Timotius 6:20; 2 Timotius 2:16), dan tidak berguna (Galatia 4:9; Titus 3:9; Yakobus 1:26).
Perbuatan-perbuatan jahat tidak memenuhi standar, dan karena itu dikarakterisasi sebagai kayu, jerami, dan limbah kayu, benda-benda yang kecil nilainya maupun kegunaannya. Itulah perbuatan-perbuatan semacam itu dihasilkan oleh tenaga kedagingan, terlepas dari kuasa Roh. Karya-karya pelayanan juga bisa menjadi buruk jika dilakukan dengan motivasi yang salah. Hidup orang percaya akan direfleksikan pada penghakiman ini (1 Korintus 3:12-15).
BACA JUGA: SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS
Kristus berkata, “Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:17-18). Ketika kita diselamatkan, Allah mengubah kita dari orang berdosa menjadi orang benar, dari orang jahat menjadi orang kudus, dari musuh Allah menjadi anak-anak Allah. Ia memberi kita hidup yang kekal yang menghasilkan buah-buah yang baik dan memuliakanNya.
Hidup baru dalam Kristus adalah akar sedang perbuatan-perbuatan baik adalah buah-buahnya. Karena terang menurut rasul Paulus bahwa “terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:9). Akhirnya, Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita adalah terang yang bercahaya bagaikan bintang-bintang, “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15)! Amin!
REFERENSI: HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG (MENJADI BINTANG-BINTANG YANG BERCAHAYA Abineno, J.L.Ch. 2012. Tafsiran Alkitab: Surat Efesus. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta. Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta. Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2008. New Dictionary Of Theology. Jilid 1 & 2, terjemahaan, Penerbit Literatur SAAT : Malang. Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 3. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta. Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta. Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah, Penerbit Momentum : Jakarta. Howard Clark, ed. 2010. The Learning Bible Contemporary English Version. Dicetak dan diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia : Jakarta. Ladd, Geoge Eldon, 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 2, terjemahan Penerbit Kalam Hidup : Bandung. Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang. Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. Ryken, Leland, James C. Wilhoit, Tremper Longman III, editor., 2002. Kamus Gambaran Alkitab. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta. Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang. Wiersbe, Warren W., 1993. Kaya Dalam Kristus: Tafsiran Surat Efesus. Terjemahan, Penerbit Kalam Hidup : Bandung. Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.