SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS

Pdt.Budi Asali, M.Div.
SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTISSOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS.
I) Soteriology.

Kata Soteriology berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu:
SOTER = salvation /keselamatan.
LOGOS = word / kata, speech / ucapan, the study of / pelajaran tentang.
Jadi SOTERIOLOGY adalah the study of salvation (pelajaran / doktrin tentang keselamatan).

Soteriology membahas penerapan dari keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus bagi kita. Dalam peninjauannya, penekanan adalah dari sudut Allah dan bukan dari sudut manusia (apa yang Allah lakukan untuk menerapkan keselamatan itu, bukan apa yang manusia lakukan untuk mendapatkan keselamatan itu).

II) Ordo Salutis.

Ordo Salutis adalah kata bahasa latin yang berarti Order of Salvation / urut-urutan keselamatan. Dalam ajaran Reformed, ORDO SALUTISnya adalah sebagai berikut:
Calling & Regeneration.
Conversion (Faith + repentance).
Justification.
Adoption.
Sanctification.
Perseverance.
Glorification.

Dasar Kitab Suci dari ORDO SALUTIS:

Kata ‘Ordo Salutis’ tidak ada dalam Kitab Suci. Juga, dalam Kitab Suci tidak ada bagian / ayat yang menunjukkan Ordo Salutis itu secara lengkap. Tetapi, ini tidak berarti bahwa Ordo Salutis tidak ada dasar Kitab Sucinya!

Ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menunjukkan Ordo Salutis ini sekalipun cuma sebagian-sebagian, misalnya:

Roma 8:29-30 ® Predestination - Calling - Justification - Glorification.

Roma 5:1-2 ® Faith - Justification - Glorification.

Roma 10:17 ® Calling - Faith.

Yohanes 1:12 ® Faith - Adoption.

1Yohanes 3:9 ® Regeneration - Sanctification.

Yohanes 10:10 & Efesus 2:1 menunjukkan bahwa manusia mati secara rohani dan ini secara implicit menunjukkan bahwa harus ada Regeneration lebih dulu, baru manusia bisa beriman.

Yang paling membingungkan adalah yang mana yang lebih dulu, Regeneration atau Calling? Tapi sebelum kita membahas mana yang lebih dulu terjadi, kita harus mengetahui lebih dulu, apakah Calling dan apakah Regeneration itu.

CALLING / PANGGGILAN

Ada macam-macam Calling / panggilan yang kita kenal:

Panggilan untuk percaya / selamat.

Panggilan untuk taat.

Panggilan untuk melayani.

Panggilan untuk memberitakan Injil.

Panggilan untuk menderita.

Panggilan untuk mati.
Yang dibicarakan disini adalah panggilan yang berhubungan dengan kese-lamatan.

Calling / Panggilan ini bisa dibedakan menjadi dua:

1) External Call (Panggilan Luar).

2) Internal Call (Panggilan Dalam / Efektive)

I) External Call (Panggilan Luar).

Kitab Suci tidak pernah memakai istilah ‘External Call’, tetapi dalam Kitab Suci jelas ada panggilan yang tidak berbuah / tidak menghasilkan apa-apa karena tidak ditanggapi oleh yang dipanggil.

Matius 28:19 Kisah Para Rasul 1:8 Kisah Para Rasul 17:18 menunjukkan bahwa Injil itu harus diberitakan kepada semua orang. Ini jelas merupakan panggilan Allah bagi semua orang. Tetapi fakta dari Kitab Suci dan kejadian sehari-hari jelas menunjukkan bahwa ada banyak orang yang menolak panggilan itu.

Matius 22:2-14 (khususnya perhatikan ayat 14!), dan bagian pararelnya yaitu Lukas 14:16-24, jelas menunjukkan adanya orang-orang yang dipanggil, tetapi menolak.

Inilah External Call!

Dalam kebanyakan orang dewasa, External Call ini mendahului Regeneration.

Dalam Kisah Para Rasul  16:14 dikatakan:

"... Lidia turut mendengarkan. ... Tuhan membuka hatinya sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus".

Bahwa Lidia ‘mendengarkan’ menunjukkan bahwa ia menerima External Call, dan setelah itu Tuhan ‘membuka hatinya’ (melahirbarukan dia) sehingga ia ‘memperhatikan’ [NIV/NASB: to respond (= menanggapi)] apa yang dikatakan oleh Paulus.

Dalam pengalaman sehari-hari kita melihat banyak hal yang sama. Banyak orang sudah lama pernah mendengar Injil, tanpa menanggapi Injil itu. Tetapi suatu hari Tuhan melahirbarukan orang itu sehingga orang itu lalu menanggapi Injil itu dan percaya kepada Kristus.

3. Seharusnya, External Call ini tidak termasuk dalam Ordo Salutis, karena Ordo Salutis ini membahas penerapan yang efektif dari keselamatan / penebusan yang dikerjakan oleh Kristus bagi orang-orang pilihan.

4. Ada yang menganggap bahwa External Call bagi orang-orang yang tidak dipilih (non elect) cuma pura-pura saja, bahkan merupakan suatu ejekan atau gurauan dari Allah.

Alasan mereka: Allah memanggil, tetapi Ia sendiri menentukan orang itu binasa; jadi Ia tidak sungguh-sungguh menginginkan orang-orang itu datang / menerima panggilanNya.

Jawab:

a) Ini jelas salah. Allah tidak mungkin pura-pura / munafik.

Allah juga memberikan perintah-perintahNya / hukum-hukumNya, padahal orang dunia tidak mungkin taat (Kejadian 6:5 Kejadian 8:21 Mazmur 58:4 Yesaya 64:6 Yeremia 4:22 Yeremia 13:23 Matius 7:16-18 Yohanes 8:34 Yohanes 15:4-5 Roma 6:16-17,20-21 Roma 7:18-19 Roma 8:7-8 Titus 1:15). Tetapi, toh hukum-hukum Tuhan itu bukan sesuatu yang diberikan secara pura-pura, karena pada waktu manusia tidak mentaatinya, Tuhan menghukum mereka.

b) Manusia tidak bisa mentaati Firman Tuhan / menanggapi panggilan Allah, karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa, dan ini adalah kesalahan manusia sendiri, bukan kesalahan Allah.

c) Kita memang akan selalu kesulitan kalau kita ingin mengharmoniskan Decretive Will of God (Rencana Allah yang kekal), dengan Preceptive Will of God (kehendak Allah yang dinyatakan lewat hukum-hukum / perintah-perintahNya).

Contoh yang menunjukkan bahwa dua hal ini memang bisa bertentangan:

Dalam Keluaran 3:18 Tuhan memerintahkan Firaun untuk melepaskan Israel. Tetapi, Keluaran 3:19 dan Kel 4:21b menunjukkan bahwa Tuhan merencanakan / menentukan bahwa Firaun tidak akan mentaati perintah itu.

Yesaya 6:9-10 menunjukkan bahwa sekalipun Ia, melalui nabi Yesaya, menyerukan kepada Israel untuk bertobat, tetapi Ia sendiri telah menentukan bahwa Israel tidak akan menanggapi seruan itu

5. Pentingnya / arti dari External Call.

a) Menunjukkan Allah sebagai pemerintah yang berdaulat.

Ia mempunyai hak untuk memerintah manusia supaya bertobat / beriman. Sekalipun gara-gara dosa, manusia tidak dapat bertobat / beriman, tetapi Allah tetap mempunyai hak itu. Jadi manusia, tetap ada di bawah Allah! Kalau manusia itu menolak, ia memperbesar dosanya!).

b) Untuk menjaga kebenaran Allah.

Pada waktu Allah nanti menghukum orang itu, orang itu tidak akan mempunyai alasan untuk menyalahkan Allah ataupun membenarkan dirinya sendiri.

Kalau dalam Roma 1:19-20 dikatakan bahwa orang yang menolak wahyu umum dari Allah sudah tidak punya dalih (excuse), apalagi orang yang menolak wahyu khusus (Injil).

c) Menunjukkan kesucian, kebaikan, dan belas kasihan Allah.

Ingat bahwa External Call tetap menawarkan berkat, bukan kutuk. Penolakan manusialah yang menyebabkan dirinya menerima kutuk!

d) Ini adalah cara Allah untuk mengumpulkan orang-orang pilihanNya.

Karena manusia tidak tahu mana yang orang pilihan dan mana yang bukan, maka mereka harus memberitakan Injil kepada semua orang. Ini External Call! Yang termasuk orang pilihan, akan bertobat karena panggilan itu! Jadi untuk orang pilihan, Allah mengubah external call itu menjadi internal call.

II) Internal Call (Panggilan Dalam / Efektive).

1) Dalam Perjanjian Baru, kata ‘Calling’ (yang berhubungan dengan keselamatan), biasanya menunjuk pada Internal Call.

Misalnya: Roma 1:6-7 Roma 8:30 1Korintus 1:9,26 2Petrus 1:10

2) Berbeda dengan External Call yang bisa ditolak, maka Internal Call pasti mempertobatkan orang yang dipanggil. Karena itu Internal Call ini juga disebut Effectual Call (panggilan yang efektif).

3) Hanya Allah yang bisa melakukan Internal Call ini.

Seorang mengatakan:

"Calling is an act of God and of God alone" (= panggilan merupakan tindakan Allah, dan hanya tindakan Allah saja).

Hal ini perlu disadari / diingat baik-baik, khususnya pada waktu memberitakan Injil!

Dalam memberitakan Injil:

argumentasi yang meyakinkan

kata-kata yang indah

khotbah yang menggerakkan hati / emosi

suara yang keras

suara yang lembut

dll.

Tidak akan ada gunanya kalau Allah tidak memakainya dan menjadikannya Internal Call. Ini memang tidak berarti bahwa dalam Pemberitaan Injil kita tidak perlu melakukan yang terbaik, tetapi ini berarti bahwa dalam Pemberitaan Injil, sekalipun kita melakukan yang terbaik, kita tetap harus bersandar pada kuasa dan pekerjaan Tuhan. Karena itu dalam memberitakan Injil kita harus banyak berdoa!

III) Persamaan External Call dan Internal Call.

1) Dua-dua merupakan panggilan dari Allah!

Bukan hanya Internal Call yang datang dari Allah, tetapi juga External Call. Jadi , jangan menganggap remeh dosa dari orang yang menolak External Call, seakan-akan mereka hanya menolak panggilan si pemberita Injil! Itu tetap merupakan penolakan terhadap Allah! (bdk. Lukas 10:16).

2) Dua-dua menggunakan Firman Tuhan.

Firman Tuhan / Injil yang diberitakan adalah External Call. Tetapi suatu saat Allah bisa membuat apa yang sudah pernah didengar seseorang pada masa lalu, menjadi Internal Call. Karena itu, External Call tetap perlu, juga bagi orang yang belum pernah mengalami Regeneration sekalipun. Siapa tahu suatu saat Allah memakai External Call itu dan mengubahnya menjadi Internal Call.

Penerapan: karena itu jangan menjadi kecewa dan putus asa pada waktu saudara memberitakan Injil dan tidak berhasil mempertobatkan seorangpun. Bisa saja suatu waktu kelak penginjilan saudara akan berbuah.

Bisa juga Internal Call itu merupakan Firman Tuhan ‘baru’ bagi orang itu. Jadi bukan External Call yang dijadikan Internal Call, tetapi suatu panggilan baru (orang itu mendengar Firman Tuhan / Injil lagi, yang langsung dipakai oleh Allah menjadi Internal Call).

3) Dua-duanya masuk ke dalam alam sadar manusia.

Berbeda dengan Regeneration yang terjadi dalam Sub-concious life (= alam bawah sadar) dari manusia, maka Calling terjadi dalam alam sadar manusia.

Jadi, kalau ada orang yang bertobat dan datang kepada Tuhan setelah ia mengalami ‘nggeblak’, itu jelas adalah sesuatu yang omong kosong!

Panggilan Allah tidak pernah diberikan pada saat orangnya pingsan / otaknya tidak sadar!

Kalau panggilan Allah terjadi dalam suatu mimpi, maka setelah bangun (orangnya sadar) ia mengingat mimpi itu. Dengan demikian panggilan itu masuk ke alam sadar orang itu.

Dalam kasus orang koma, ada kemungkinan orangnya masih sadar otaknya dan bahkan bisa mendengar pembicaraan yang terjadi di sekelilingnya. Ini disaksikan oleh orang yang pernah mengalami koma tetapi lalu sembuh. Karena itu menginjili orang yang ada dalam keadaan koma bukanlah sesuatu yang mustahil.

REGENERATION

I) Apakah regeneration itu?

A) Arti yang salah dan arti yang benar dari regeneration.

1) Arti yang salah.

a) Regeneration disamakan dengan iman / pertobatan.

Jadi, saat seseorang percaya dan datang kepada Kristus, dianggap sebagai saat ia mengalami Regeneration / Kelahiran Baru. Pengacau-balauan semacam ini sering terjadi pada waktu seseorang menyaksikan pertobatannya, dimana ia berkata: ‘Saya percaya kepada Yesus dan saat itu saya dilahirbarukan’.

Tetapi ini jelas merupakan pengertian yang salah, karena Regeneration harus mendahului iman; dan tanpa Regeneration seseorang tidak mungkin beriman kepada Kristus.

b) Regeneration disamakan dengan perubahan hidup.

Kalau seseorang sudah bisa meninggalkan dosa-dosanya dan mengubah hidupnya ke arah yang positif, maka dikatakan bahwa ia sudah mengalami Regeneration / Kelahiran Baru. Tetapi perubahan hidup / pengudusan terjadi sesudah seseorang beriman, sehingga jelas bahwa Regeneration harus mendahului pengudusan. Disamping itu, kalau perubahan hidup dianggap Regeneration, maka perlu dipertanyakan: Sampai seberapa jauh pengudusan harus terjadi sehingga seseorang bisa dianggap sudah mengalami Regeneration? Tidak ada orang yang bisa menjawab pertanyaan ini.

2) Arti yang benar.

Regeneration adalah pekerjaan penciptaan yang dilakukan Allah dalam diri manusia yang mengubah manusia itu dari keadaan mati secara rohani menjadi hidup secara rohani. Karena itu ada yang menyebut Regeneration sebagai Spiritual Resurrection (= kebangkitan rohani).

B) Dua elemen dalam regeneration.

Louis Berkhof membedakan 2 elemen dalam Regeneration, yaitu:

1) Pembuahan.

Ini menunjuk pada saat pertama penanaman hidup yang baru dalam roh / jiwa manusia.

Analogi dalam dunia jasmani: Pembuahan (saat sperma bertemu dengan sel telur).

Ini bisa disebut Regeneration dalam arti sempit.

Di dalam theologia, kalau dibicarakan tentang Regeneration, biasanya arti inilah yang dimaksudkan.
2) Kelahiran.

Di sini, hidup yang baru yang tadinya ada di dalam, mulai muncul ke permukaan, sehingga bisa disadari oleh orangnya sendiri, bahkan mungkin terlihat oleh orang lain.

Analogi dalam dunia jasmani: Kelahiran (saat bayi keluar dari kandungan).

Ini bisa disebut sebagai Regeneration dalam arti yang luas.
Pembedaan ini sangat penting, karena dalam Kitab Suci ayat-ayat yang berhubungan dengan regeneration, kadang-kadang menunjuk pada regeneration dalam arti pertama, dan kadang-kadang menunjuk pada regeneration dalam arti kedua, sehingga kalau kita tidak membedakan kedua arti itu, kita akan menjumpai hal-hal yang bertentangan dalam Kitab Suci.

C) Sifat-sifat / ciri-ciri dari Regeneration.

1) Monergistic (hanya satu pihak yang bekerja).

Kalau kita meninjau pengudusan, maka jelas bahwa pengudusan bersifat Synergistic (kedua pihak sama-sama bekerja. Ini lawan dari Monergistic), karena sekalipun Allah yang bekerja untuk menguduskan kita, tetapi kita juga ikut bekerja / berusaha dalam pengudusan itu.

Tetapi dalam hal Regeneration, hanya Allah yang bekerja, manusia pasif total, tidak ikut bekerja sama sekali!

Dasar:

Yohanes 1:13 - "orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah".

Ini menunjukkan bahwa dalam persoalan kelahiran baru, hal-hal jasmani (seperti darah, nafsu sex dsb) sama sekali tidak punya peranan. Kelahiran baru merupakan pekerjaan Allah saja!

Yohanes 3:6 - "Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh".

Kalau ayat ini tidak jelas bagi saudara, lihat exposisi Yohanes 3:1-8 di bawah (point II).

‘Dilahirkan’ merupakan kata kerja pasif (apalagi kalau bicara tentang ‘pembuahan’!). Semua manusia pasif pada waktu dilahirkan secara jasmani, dan karena itu pada waktu dilahirkan secara rohani jelas manusia juga pasif.

Mengingat bahwa regeneration merupakan suatu kebangkitan rohani, maka adalah sesuatu yang tidak masuk akal bahwa manusia bekerja sama dengan Allah dalam melakukan regeneration. Ini sama seperti berkata: ’saya ikut bekerja sama dengan Allah untuk membangkitkan diri saya sendiri yang mati!
Keberatan:

Yohanes 3:7 memerintahkan kita untuk dilahirbarukan!

Jawab:

Yohanes 3:7 bukanlah suatu perintah, tetapi menunjukkan bahwa kelahiran baru adalah syarat mutlak untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Illustrasi: kalau mau jadi ABRI, tinggi badan harus 170 cm, usia harus 21 tahun ke atas, berat badan harus diatas 60 kg. Kata ‘harus’ di sini tidak berarti bahwa itu adalah perintah, tetapi menunjukkan bahwa itu adalah syarat!

Penerapan: karena regeneration bukan pekerjaan kita, tetapi pekerjaan Allah, maka pada waktu memberitakan Injil kita tidak bisa memerintahkan seseorang untuk dilahirbarukan!

Ada ajaran-ajaran yang menganggap Regeneration bukan sesuatu yang bersifat monergistic:

a) Roma Katolik.

Gereja Roma Katolik mengajarkan bahwa manusia dilahirbarukan oleh baptisan (karena itu mereka menganggap baptisan sebagai syarat mutlak untuk bisa selamat). Baptisan jelas adalah usaha / tindakan manusia, sehingga dengan demikian jelas bahwa Gereja Roma Katolik menganggap bahwa Regeneration merupakan sesuatu yang bersifat synergistic dan ini jelas salah!!

b) Arminian.

Regeneration merupakan buah dari pilihan manusia yang bekerjasama dengan pengaruh illahi yang menggunakan Firman Tuhan . Manusia bisa menolak atau menerima.

Ini jelas menunjukkan bahwa Regeneration bersifat synergistic dan ini jelas salah!

2) Regeneration terjadi dalam Sub-conscious life (alam bawah sadar) dari manusia. Perhatikan bahwa ‘sub-conscious’ berbeda dengan ‘unconscious’ (tidak sadar). Orang yang berkata bahwa ia berubah (mengalami regeneration) karena ‘nggeblak’ adalah omong kosong!!

Dasar:

Analogi dalam dunia jasmani: bayi tidak menyadari saat ia dilahirkan, apalagi saat pembuahan yang menjadikan dia!

Yohanes 3:8.

3) Regeneration terjadi seketika (instantaneous), bukan merupakan proses!

Dasar:

Analogi: ‘pembuahan’ juga bukan proses, tetapi terjadi seketika.

Batas antara ‘hidup’ dan ‘mati’ hanya satu garis tipis. Jadi, saat melalui garis tipis itu pasti terjadi seketika, bukan proses!
Dari sini jelas bahwa regeneration bukanlah perubahan hidup, karena perubahan hidup adalah suatu proses!

4) Regeneration mempengaruhi seluruh manusia (secara rohani).

Lihat Yeh 36:26-27 Ulangan 30:6.

Ini mencakup:

intellect (secara rohani). Bdk.1Korintus 2:14-15.

will / kehendak (secara rohani). Bdk. Filipi 2:13.

Feeling / emotion / perasaan (secara rohani). Bdk. Matius 5:4 dan 1Petrus 1:8.
Karena itu, maka orang yang sudah mengalami regeneration akan berubah, baik dalam intelek, kehendak maupun perasaan (secara rohani bukan secara jasmani!).

Kalau seseorang berubah hanya sebagian (misalnya hanya intelek saja), maka ia belum mengalami regeneration!

II) Exposisi Yoh 3:1-8.

Cerita dalam Yohanes 3:1-8 ini berhubungan dengan bagian terakhir dari Yoh 2 yaitu Yohanes 2:23-25. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kesia-siaan orang yang menjadi pengikut / murid Kristus (bdk. Yohanes 3:2 - Rabi), hanya karena melihat tanda (bdk. Yoh 3:2b), karena tanpa kelahiran baru semua tidak akan masuk surga. Jadi tujuan cerita ini adalah mengajar bahwa untuk menjadi murid / pengikut Kristus yang sejati, seseorang harus mengalami kelahiran baru.

Yohanes 3: 1-2:

1) Nikodemus disebut sebagai:

Seorang Farisi (Yohanes 3: 1).

Seorang ‘pemimpin agama Yahudi’ (Yohanes 3: 1).
NIV: a member of the Jewish ruling council (= anggota dewan pemerintah Yahudi).

NASB/Lit: a ruler of the Jews (= seorang penguasa Yahudi).

Ini berarti bahwa Nikodemus adalah anggota Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi.

Jabatan / kedudukan Nikodemus ini sengaja disebutkan untuk:

a) Menunjukkan kepada orang-orang Yahudi bahwa ada orang Farisi / Sanhedrin yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah (bdk. Yoh 7:50,51 19:39). Hal ini penting supaya merekapun mau percaya kepada Yesus.

b) Menunjukkan bahwa kalau orang seperti ini saja tidak mengerti (bdk. ay 10), apalagi yang lain.

c) Menunjukkan bahwa kalau orang seperti ini saja membutuhkan kela- hiran baru, apalagi yang lain (Ingat: orang Farisi sangat menekankan kesucian).

Penerapan: Kalau saudara adalah orang yang merasa diri saudara baik / saleh, maka sadarilah bahwa tanpa kelahiran baru, bagaimanapun salehnya saudara hidup, saudara tidak akan masuk surga!

d) Menunjukkan bahwa jabatan / kedudukan sering menjadi halangan bagi seseorang untuk datang kepada Kristus (bdk. Yohanes 3: 2 - ‘datang pada waktu malam’).

Penerapan: Kalau jabatan / kedudukan / pekerjaan saudara menghalangi saudara untuk datang / mendekat kepada Tuhan dan hidup bagi Tuhan, maka saudara sudah menyalahgunakan jabatan / kedudukan / pekerjaan saudara itu!

2) Nikodemus datang kepada Yesus pada waktu malam (Yohanes 3: 2).

a) Ini tidak boleh dialegorikan (= diartikan sebagai lambang) sebagai berikut: Nikodemus datang dari kegelapan rohaninya kepada Yesus yang adalah Terang dunia. Ingat bahwa bagian ini merupakan suatu historical narrative (= cerita sejarah), sehingga kata ‘malam’ harus diartikan secara hurufiah.

b) Mengapa Ia datang pada waktu malam?

mungkin sekali karena takut diketahui orang Farisi / anggota Sanhedrin yang lain. Nikodemus disebut lagi dalam Yohanes 7:50-52 dan Yohanes 19:39 dan secara implicit selalu menunjukkan bahwa dia ikut Yesus dengan takut-takut. Jadi mungkin sekali di sini ia datang pada waktu malam juga karena takut.

ada juga yang berpendapat bahwa ia datang pada waktu malam karena kalau siang / pagi selalu ada banyak orang mengikuti Yesus sehingga tidak bisa berbicara secara pribadi / dengan tenang.
Kalau ini alasannya untuk datang pada waktu malam, maka tentu saja ia tidak bisa disalahkan.

3) Kata-kata Nikodemus (Yohanes 3: 2).

a) ‘Rabi / Guru’.

Bahwa Nikodemus, yang adalah seorang pengajar (Yohanes 3: 10), mau menyebut Yesus, yang tidak pernah belajar (bdk. Yoh 7:15 - artinya Yesus tidak pernah masuk ‘sekolah theologia’ saat itu), sebagai ‘guru’, menunjukkan:

kerendahan hati Nikodemus!
Kerendahan hati adalah sesuatu yang sangat penting dalam belajar Firman Tuhan!

ketundukannya kepada Allah.
Kata-kata ‘guru yang diutus Allah’ menunjukkan hal itu! Jadi sekalipun Yesus tidak pernah belajar (dalam ‘sekolah theologia’ saat itu), tetapi karena Nikodemus tahu / yakin bahwa Allah yang mengutus Yesus sebagai guru, maka ia mau belajar kepada Yesus!

Penerapan:

Maulah mendengarkan semua hamba Tuhan yang betul-betul adalah hamba Tuhan, tidak peduli apakah ia masih muda, sekolahnya kurang tinggi, orangnya tidak terlalu pandai, dsb.

Tetapi, sebutan ini juga menunjukkan bahwa pengenalan Nikodemus terhadap Yesus ini masih kurang, karena ia hanya mengenali Yesus sebagai guru, bukan / belum sebagai Allah / Mesias.

Renungkan: sampai dimana pengenalan saudara terhadap Yesus?

b) ‘Kami tahu’.

Kata ’kami’ menunjuk pada Nikodemus dan grupnya. Tetapi anehnya, yang lain tidak mau diajar oleh Yesus! Banyak orang yang hanya tahu tentang Yesus tetapi tidak mau datang kepada Yesus!

c) ‘tanda-tanda’.

Ini menunjuk pada tanda yang Yesus lakukan dalam Yoh 2:1-11,23. Nikodemus melihat Yesus melakukan tanda, dan itu mendorongnya untuk datang kepada Yesus, belajar dari Yesus, dan akhirnya percaya kepada Yesus! Ini reaksi yang benar dari orang yang melihat tanda! (kontras dengan orang-orang dalam 2:23-25).

d) ‘Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah, sebab tidak ada seorang-pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya’ (ay 2b).

Kata-kata ini tidak sepenuhnya / selalu benar karena:

orang yang diutus Allah belum tentu bisa mengadakan mujijat (bdk. Yohanes 10:41).

orang yang bisa mengadakan mujijat belum tentu diutus Allah (bdk. Ulangan 13:1-3 Matius 7:22-23 Matius 24:24 2Tesalonika 2:9 Wahyu 13:11-18 Wahyu 16:13-14). Juga bandingkan dengan tukang sihir Mesir yang meniru tanda yang dibuat Musa (Kel 7:22 8:7).
Penerapan:

Kalau saudara adalah orang yang tergila-gila pada tanda / mujijat, maka renungkan baik-baik ayat-ayat tersebut di atas sebelum saudara disesatkan oleh nabi-nabi palsu yang bisa melakukan mujijat!

Yohanes 3: 3:

1) Yesus menjawab Nikodemus.

Yesus selalu mau meluangkan waktu untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada siapa saja yang mau mendengar, sekalipun orang itu mempunyai kelemahan-kelemahan (seperti datang pada malam dsb)!

Penerapan:

Maukah saudara mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada orang lain? Atau saudara lebih mempersoalkan kelemahan-kelemahannya? Atau saudara acuh tak acuh?

2) Apa hubungannya kata-kata Nikodemus dalam ay 2 dengan jawaban Yesus dalam ay 3?

Mungkin Yesus sudah tahu bahwa Nikodemus bermaksud bertanya tentang Kerajaan Allah, dan karena itu Yesus mendahuluinya dengan memberi syarat untuk bisa masuk Kerajaan Allah.

Dengan demikian Yesus mengatakan: sekalipun engkau menganggap Aku sebagai guru, tetapi kalau engkau tidak mengalami kelahiran baru, engkau tidak akan masuk Kerajaan Allah.

3) ‘Sesungguhnya’.

NASB: Truly, truly.

KJV: Verily, verily.

Kata bahasa Yunaninya adalah AMEN, AMEN.

Ini dianggap sebagai suatu sumpah, dan tujuannya untuk membangkitkan perhatian yang serius dalam diri Nikodemus.

Penerapan:

Jangan memberitakan Injil / Firman Tuhan dengan cara guyonan. Usahakanlah untuk melakukan hal itu dengan serius, supaya orang yang saudara injili itu juga mendengar dengan serius! Memang lelucon dalam khotbah kadang-kadang diperlukan, supaya orang kafir / orang kristen KTP / orang kristen yang masih bayi mau mendengar. Tetapi terlalu banyak lelucon bisa menyebabkan para pendengar kehilangan keseriusannya! Ingat bahwa kita dipanggil untuk menjadi pemberita Injil / Firman Tuhan, bukan untuk menjadi pelawak!

4) ‘dilahirkan kembali’.

a) Ada 2 alasan mengapa Yesus mempersoalkan kelahiran baru kepada Nikodemus di sini:

Karena Nikodemus adalah orang Farisi yang keistimewaannya adalah melahiriahkan agama / menekankan hal-hal lahiriah, maka Yesus justru menekankan kelahiran baru!

Karena orang Yahudi saat itu menganggap orang non Yahudi yang dibaptis (masuk ke Yudaisme) sebagai anak yang baru lahir. Tetapi Yesus berkata bahwa semua orang (termasuk orang Yahudi) harus mengalami kelahiran baru, dan kelahiran baru itu adalah pekerjaan Allah / Roh Kudus (jadi bukan karena baptisan yang merupakan pekerjaan manusia).

Penerapan:

Dalam memberitakan Injil, kita harus menyelidiki kesalahan utama dari orang itu, lalu ‘menyerangnya’ di situ! Jadi jangan asal ‘menembak’!

b) NIV/NASB/KJV: born again (= dilahirkan lagi).

RSV: born anew (= dilahirkan sekali lagi).

Footnote NIV/RSV: born from above (= dilahirkan dari atas).

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘kembali’ dalam Kitab Suci Indonesia adalah ANOTHEN yang bisa berarti:

from above (= dari atas).
Contoh: Matius 27:51 Markus 15:38 Yakobus 1:17 Yak 3:15,17 Yohanes 3:31 Yohanes 19:11,23.

again (= lagi).
Contoh: Galatia 4:9.

from the first / beginning (= dari semula).
Contoh: Lukas 1:3 (‘dari asal mulanya’); Kisah Para Rasul  26:5 (‘sudah lama’).

Arti ke 3 dianggap tak mungkin, atau dianggap menjadi sama dengan arti ke 2 (dilahirkan dari semula = dilahirkan kembali / lagi).

Argumentasi yang mendukung arti ke 2:

Calvin mengatakan bahwa jawaban Nikodemus dalam ay 4 menunjukkan bahwa yang dimaksud dalam ay 3 adalah born again (= dilahirkan lagi).

Argumentasi yang mendukung arti ke 1:

Dalam Kitab Suci kata ANOTHEN hampir selalu diterjemahkan from above (= dari atas). Satu-satunya yang diterjemahkan again (= lagi) adalah Galatia 4:9.

Terjemahan from above (= dari atas) cocok dengan konsep Yohanes tentang kelahiran baru yang selalu menekankan kelahiran dari Allah / Roh Kudus (Yohanes 1:13 1Yohanes 2:29 3:9 4:7 5:1,4,18).
Ada juga orang yang menggabungkan arti ke 1 dan ke 2, karena kelahiran dari atas / Allah memang merupakan kelahiran kembali / lagi.

c) Kelahiran baru.

Karena manusia itu rusak secara total (Total Depravity), maka yang dibutuhkan bukanlah proses pembetulan sedikit demi sedikit bagian-bagian yang salah dalam hidup kita (seperti yang dilakukan semua agama lain), tetapi kelahiran baru.
Illustrasi: pakaian yang sobek memang bisa ditambal, tetapi kalau pakaian itu hancur, atau sudah memet, maka tidak mungkin bisa ditambal lagi, tetapi harus diganti baru!

Kelahiran baru merupakan peristiwa / pekerjaan Roh Kudus yang berlangsung seketika, dimana Ia menghidupkan kembali manusia yang tadinya mati dalam dosa. Orang yang sudah mengalami kelahiran baru, pasti akan mengalami pembaharuan dalam seluruh segi kehidupannya (Catatan: ini merupakan buah dari kelahiran baru).
Bandingkan dengan kata-kata seorang Pendeta Liberal (Pdt. Samuel Tjahyadi) sebagai berikut:

"Kelahiran kembali sebagai karya Roh Kudus adalah mengenakan manusia yang baru dan menanggalkan manusia yang lama. Ini adalah suatu proses yang terus menerus, suatu pergumulan yang berlangsung seumur hidup kita. Kelahiran kembali berarti bahwa kita senantiasa bergumul melawan dosa, belajar menyangkal diri, makin lama makin disucikan, mengangkat salib dan mengikut Yesus".

Komentar terhadap kata-kata tersebut:

ia mencampur adukkan / menyamakan kelahiran baru dengan pengudusan. Kita tidak perlu merasa heran kalau ia mendefinisikan kelahiran baru seperti itu, karena orang Liberal selalu berusaha untuk membuang hal-hal yang bersifat supranatural (seperti kelahiran baru).

sekalipun ia mengatakan bahwa kelahiran baru adalah ‘karya Roh Kudus’, tetapi ia lalu menggambarkan kelahiran baru sebagai tindakan kita (pergumulan melawan dosa, menyangkal diri, dsb). Dengan demikian ada kontradiksi dalam ajarannya.

kelahiran baru jelas bukan proses, tetapi merupakan peristiwa yang terjadi seketika.
Kelahiran baru adalah sesuatu yang harus terjadi lebih dulu sebelum seseorang bisa mengerti dan menerima Injil dan percaya kepada Kristus.
Calvin:

"We must always keep in remembrance the design of Christ, which we have already explained; namely that he intended to exhort Nicodemus to newness of life, because he was not capable of receiving the Gospel, until he began to be a new man" (= kita harus selalu mengingat tujuan Kristus yang sudah kami jelaskan, yaitu bahwa Ia bermaksud untuk mendesak Nikodemus pada pembaharuan hidup, karena ia tidak mampu menerima Injil sampai ia mulai menjadi manusia yang baru).

Karena itu, maka kelahiran baru menjadi syarat mutlak supaya orang bisa selamat / masuk surga (ay 3,5).
Adam Clarke:

"Every man must have 2 births, one from heaven, the other from earth - one of his body, the other of his soul: without the first he cannot see nor enjoy this world, without the last he cannot see nor enjoy the kingdom of God" (= setiap manusia harus mempunyai 2 kelahiran, satu dari surga, yang lain dari bumi - satu untuk tubuhnya, yang lain untuk jiwanya: tanpa yang pertama ia tidak bisa melihat maupun menikmati dunia ini, tanpa yang terakhir ia tidak dapat melihat maupun menikmati Kerajaan Allah).

Juga ada orang yang mengatakan: kalau kita dilahirkan 2 x maka kita hanya akan mati 1 x, tetapi kalau kita dilahirkan hanya 1 x maka kita akan mati 2 x!

Renungkan: berapa kali saudara pernah dilahirkan? Sudahkah saudara mengalami kelahiran baru?

5) ‘Melihat Kerajaan Allah’.

kata ‘melihat’ dalam ay 3 sebetulnya sama saja dengan kata ‘masuk’ dalam ay 5. Kalau melihat saja tidak bisa apalagi masuk.

Kata ‘Kerajaan Allah’ di sini diartikan bermacam-macam:

surga.

gereja.

kehidupan rohani.

keselamatan / hidup kekal (bdk. Markus 9:43,45,47).

Ay 4:

Ada beberapa penafsiran dari kata-kata Nikodemus ini:

1) Ada yang menganggap bahwa Nikodemus mengira bahwa dalam ay 3 Yesus memaksudkan kelahiran jasmani. Jadi pertanyaan ini betul-betul menunjukkan kebodohan Nikodemus.

2) Ada juga yang menganggap bahwa jawaban Nikodemus ini hanya menunjukkan betapa tidak masuk akalnya kelahiran baru itu bagi Nikodemus.

Saya lebih setuju pada pandangan ke 2 ini.

Ay 5:

1) ‘Dilahirkan dari air dan Roh’.

‘Dilahirkan dari Roh’ jelas menunjuk pada kelahiran baru, tetapi apa artinya ‘dilahirkan dari air’?

Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:

a) ‘Air’ menunjuk pada baptisan (bdk. Efesus 5:26 Titus 3:5).

Ini terbagi lagi menjadi 2 golongan:

Mereka yang menganggap bahwa ini adalah dasar dari ajaran yang mengatakan bahwa baptisan itu melahirbarukan dan menyelamatkan seseorang.

Mereka yang menganggap bahwa baptisan hanya merupakan tanda lahiriah dari kasih karunia rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri seseorang. Jadi baptisan dipercaya bukan sebagai cara untuk mendapatkan kelahiran baru, tetapi hanya merupakan tanda lahiriah dan peneguhan / pengesahan dari kelahiran baru.
Keberatan terhadap ajaran ini:

khusus untuk yang no 1, perlu diingat bahwa baptisan jelas bukan merupakan syarat untuk selamat, dan baptisan juga tidak menjamin keselamatan. Ini terlihat dari:

penjahat yang bertobat di kayu salib tidak pernah dibaptis, tetapi toh selamat (Lukas 23:42-43).

ada orang-orang yang dibaptis, tetapi tidak selamat karena tidak sungguh-sungguh percaya (bdk. Kis 8:13-23).

ada orang-orang yang mengalami kelahiran baru sebelum baptisan (Kis 10:44-48).
Baptisan kristen belum ada pada saat itu. Sukar dibayangkan bahwa Yesus berbicara kepada Nikodemus tentang sesuatu yang saat itu belum ada.
b) ‘Air’ menunjuk pada Roh Kudus.

Calvin menafsirkan bahwa kata ‘air dan Roh’ artinya adalah ‘air, yaitu Roh Kudus’. Jadi, kata bahasa Yunani KAI yang biasanya diterjemahkan and (= dan), oleh Calvin diartikan ‘yaitu’ (seperti dalam Roma 1:5).

Sebuah kamus Yunani - Inggris yang disusun oleh Barclay M. Newman, Jr. mengatakan bahwa KAI bisa diartikan sebagai:

- and (= dan).

- also (= juga).

- but (= tetapi).

- even (= bahkan, yaitu).

- that is (= yaitu).

- namely (= yaitu).

Jadi jelas bahwa ditinjau dari sudut bahasa Yunani, penafsiran Calvin bukannya tanpa dasar.

c) ‘Air’ menunjuk pada purification (= penyucian).

Alasan / dasar pandangan ini:

dalam Perjanjian Lama, air sering menunjuk pada pembasuhan dan penyucian dari polusi dosa (Yeh 36:25 Zakh 13:1).

dalam baptisan Yohanes, air juga melambangkan penyucian dosa (Markus 1:4 Lukas 3:3).

dalam baptisan Yesus, air juga dianggap melambangkan penyucian dosa (Yohanes 3:22-26).
d) Leon Morris (NICNT) memberikan penafsiran yang menarik tentang bagian ini sebagai berikut:

Ia mengatakan bahwa kata-kata:

- water (= air).

- rain (= hujan).

- dew (= embun).

- drop (= tetes).

sering digunakan untuk menunjuk pada male semen (= air mani laki-laki).

Kalau disini air diartikan seperti itu, maka ada 2 kemungkinan:

‘dilahirkan dari air’ menunjuk pada kelahiran jasmani, sedangkan ‘dilahirkan dari Roh’ menunjuk pada kelahiran baru / rohani. Jadi maksud ay 5 itu adalah: setelah mengalami kelahiran jasmani, kita harus mengalami kelahiran rohani, baru bisa selamat.

‘air dan Roh’ digabung dan dianggap menunjuk pada spiritual seed (= benih rohani), sehingga istilah ‘air dan Roh’ sebetulnya sama saja dengan ‘Roh’ (bdk. ay 6,8).
Leon Morris lebih condong pada arti ke 2 ini.

Yohanes 3: 6:

1) ‘Daging’ dan ‘roh’.

a) Kata ‘daging’ (bahasa Yunani: SARX) menunjuk pada manusia (bukan hanya tubuhnya, tetapi juga termasuk jiwa / rohnya). Kadang-kadang, kata ‘daging’ ini digunakan tanpa mengandung arti negatif seperti dalam Yohanes 1:14. Tetapi disini kata ‘daging’ itu jelas mengandung arti negatif (seperti dalam Yohanes 6:63). Jadi artinya adalah: manusia yang dikuasai dosa.

b) Sedangkan kata ‘roh’ yang dikontraskan dengan daging, jelas menunjuk pada manusia yang dikuasai oleh Roh Kudus.

2) Clarke mengatakan bahwa ay 6 ini diucapkan oleh Yesus untuk menjawab kata-kata Nikodemus dalam Yohanes 3: 4. Jadi seakan-akan Yesus berkata: seandainya seseorang bisa masuk ke dalam rahim ibunya untuk dilahirkan kembali, itu tidak ada gunanya, karena ia tetap akan lahir sebagai ‘daging’, yaitu manusia yang dikuasai oleh dosa.

Ada agama-agama yang percaya / mengajarkan bahwa kalau seseorang hidup jelek, maka ia bisa memperbaikinya dalam hidup / reinkarnasi yang akan datang. Tetapi ingat kata-kata Yesus disini: apa yang dilahirkan dari daging adalah daging! Karena itu, andaikata reinkarnasi itu memang ada (Catatan: ingat bahwa kekristenan menolak adanya reinkarnasi - bdk. Ibr 9:27 yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali), tidak peduli berapa ribu kali seseorang dilahirkan kembali (oleh manusia), ia akan tetap lahir sebagai ‘daging’!

Seorang yang bernama Hoskyns mengatakan:

"There is no evolution from flesh to spirit" (= tidak ada evolusi dari daging menjadi roh).

Memang, tanpa kelahiran baru dari Roh Kudus, tidak ada harapan bagi manusia, baik dalam hal memperbaiki diri, maupun dalam hal keselamatan / masuk surga!

3) Ada juga yang berpendapat bahwa ay 6 ini diucapkan oleh Yesus karena orang Yahudi beranggapan bahwa kelahiran mereka sebagai orang Yahudi secara otomatis menyebabkan mereka masuk Kerajaan Allah / selamat. Jadi dengan kata-kata ini Yesus mengatakan bahwa orang Yahudipun lahir sebagai daging / manusia yang dikuasai oleh dosa, dan membutuhkan kela-hiran baru dari Roh Kudus supaya bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah.

4) Yohanes 3: 6 ini juga menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir, sudah adalah ‘daging’, yaitu manusia yang dikuasai oleh dosa (bdk. Ayub 14:4 25:4 Mazmur 51:7 58:4).

Penerapan:

Ini perlu diingat oleh setiap orang tua! Anak / cucu saudara, sekalipun lucu dan mungil dan kelihatan tanpa dosa, tetapi ia tetap adalah orang berdosa yang dikuasai dosa, yang membutuhkan kelahiran baru dari Roh Kudus, dan iman kepada Yesus Kristus, supaya bisa diselamatkan dari murka Allah. Karena itu banyaklah mendoakan keselamatannya dan memberitakan Injil kepadanya!

5) Ay 6b: Orang yang dilahirkan oleh Roh, bukan lagi ‘daging’ (manusia yang dikuasai dosa), tetapi ‘roh’ (manusia yang dikuasai oleh Roh Kudus). Ini jelas menunjukkan bahwa orang yang sudah mengalami kelahiran baru pasti mengalami penyucian / pengudusan.

Kalau saudara menganggap diri saudara sudah lahir baru / selamat, pikirkanlah: apakah saudara sudah mengalami pengudusan dalam hidup saudara? Kalau tidak, saudara mempunyai anggapan yang salah tentang keselamatan saudara!

Yohanes 3: 7:

1) Kalau dalam ay 3 Yesus menyebut ‘seorang’, dalam ay 5 juga ‘seorang’, dalam ay 6 ‘apa’, maka dalam ay 7 Yesus menggunakan kata ‘kamu’.

Ini menunjukkan bahwa dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan, kita harus mempribadikan pemberitaan itu, sehingga orang yang mendengar itu sadar / tahu bahwa Firman itu betul-betul untuk dia.

2) Kata ‘harus’ (must) dalam ay 7 tidak boleh diartikan seakan-akan ay 7 ini adalah suatu perintah! (bdk. Yohanes 3:14 12:34).

Yohanes 3: 7 ini bukanlah suatu perintah, tetapi hanya menunjukkan bahwa kelahiran baru merupakan syarat mutlak yang sudah ditetapkan Allah supaya orang bisa selamat / masuk surga.

William Hendriksen:

"It does not refer to the realm of moral duty, but to that of the divine decree" (= itu tidak menunjuk pada kewajiban moral, tetapi pada ketetapan ilahi).

Illustrasi: Kata-kata ‘untuk bisa jadi tentara tingginya harus 170 cm’, tentu tidak memerintahkan seseorang supaya tingginya menjadi 170 cm. Ini hanya merupakan syarat bagi setiap orang yang mau menjadi tentara.

Kelahiran baru adalah pekerjaan Roh Kudus secara mutlak, dan tidak ada hal apapun yang bisa dilakukan oleh manusia supaya hal itu bisa terjadi [bandingkan dengan buku tulisan Billy Graham yang berjudul ‘How to be born again’ (= bagaimana caranya supaya dilahirkan kembali) yang jelas menunjukkan pengertiannya yang salah tentang kelahiran baru!], dan juga tidak ada hal yang kita lakukan dalam peristiwa kelahiran baru itu! Sama seperti kita tidak melakukan apapun pada saat kita dilahirkan secara jasmani, maka kitapun tidak melakukan apapun pada saat kita dilahirkan kembali oleh Roh Kudus!

Karena itu tidak mungkin hal ini diperintahkan kepada kita! (beda dengan kepenuhan Roh Kudus, yang sekalipun merupakan pekerjaan Roh Kudus, tetapi ada hal-hal yang bisa kita lakukan supaya hal itu terjadi. Karena itu, hal itu diperintahkan (Efesus 5:18).

Catatan: kelahiran baru memang tidak diperintahkan, tetapi ‘percaya kepada Yesus’ adalah sesuatu yang diperintahkan kepada manusia!

Yohanes 3: 8:

1) Terjemahan ay 8.

Kata ‘angin’ dalam ay 8a berasal dari kata bahasa Yunani PNEUMA. Kata ini memang bisa berarti ‘roh, nafas, angin’. Mengapa bisa demikian? Karena kalau nafas hilang, orangnya mati, nyawa / rohnya hilang. Juga nafas adalah udara yang bergerak / angin. Karena itu digunakan 1 istilah / kata untuk menyatakan ke 3 hal tersebut.

Ada yang berpendapat bahwa kata PNEUMA dalam ay 8a ini harus tetap diterjemahkan ‘roh’, dengan alasan bahwa kata PNEUMA muncul 370 x dalam Perjanjian Baru, dan tidak pernah diartikan ‘angin’ (kata ‘angin’ dalam Perjanjian Baru biasanya berasal dari kata bahasa Yunani yang lain, yaitu ANEMOS). Jadi menurut mereka ay 8a seharusnya diterjemah-kan ‘The Spirit breathes where He wills’ (= Roh bernafas / menghirup / bertiup kemana Ia mau).

Keberatan terhadap pendapat ini:

Kata-kata ‘demikian halnya’ pada awal ay 8b jelas menunjukkan suatu perbandingan. Adalah aneh untuk membandingkan ‘pekerjaan Roh Kudus’ dengan ‘pekerjaan Roh Kudus’. Lebih logis kalau kita memban-dingkan ‘apa yang dilakukan oleh angin’ dengan ‘apa yang dilakukan oleh Roh’.
Illustrasi: tidak ada orang yang berkata: kamu itu bodoh seperti orang bodoh! Tetapi orang mungkin akan berkata: kamu itu bodoh seperti keledai.

dalam Ibrani 1:7, yang merupakan kutipan dari Mazmur 104:4, kata ‘badai’ (diterjemahkan ‘winds’ oleh NIV / NASB), dalam bahasa Yunaninya adalah PNEUMATA (bentuk plural dari PNEUMA).
Jadi, kalau dikatakan bahwa dalam Perjanjian Baru kata bahasa Yunani PNEUMA tidak pernah diterjemahkan sebagai ‘angin’, itu jelas merupakan pernyataan yang salah.

Kata kerjanya, yaitu PNEO (= blow / bertiup) keluar 5 x dalam Perjanjian Baru, yaitu Matius 7:25,27 Lukas 12:55 Yohanes 6:18 Kisah Para Rasul 27:40 Wahyu 7:1.

Juga dalam Septuaginta / LXX, kata PNEUMA sering digunakan untuk menunjuk pada ‘angin’.
2) Ay 8 mengajarkan beberapa hal tentang kelahiran baru:

a) Kedaulatan Roh Kudus dalam bekerja / melahirbarukan.

Bahwa Roh Kudus bekerja / melahirbarukan sesukaNya, dinyatakan dengan kata-kata ‘angin bertiup kemana ia mau’.

b) Pekerjaan Roh Kudus dalam kelahiran baru itu tidak terlihat dan bersifat misterius. Ini dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau tidak tahu dari mana ia datang, atau kemana ia pergi’. Bdk. Pengkhotbah 11:5.

c) Sekalipun kelahiran baru itu tidak terlihat dan bersifat misterius, tetapi buahnya terlihat! Ini dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau mendengar bunyinya’.

d) Kelahiran baru tidak bisa ditahan.

Sama seperti angin tak bisa ditahan, demikian juga pekerjaan Roh Kudus dalam melahirbarukan tidak bisa ditahan. Kalau Roh Kudus mau melahirbarukan seseorang, Ia pasti berhasil.

Ini tercakup dalam point ke 4 dari 5 point Calvinisme, yaitu Irresistible Grace (= kasih karunia yang tidak bisa ditahan / ditolak).

Penerapan: Kita harus bersyukur dan memuji Tuhan atas hal ini, karena seandainya kita bisa menolak pekerjaan Roh Kudus dalam melahirbarukan kita, maka kita, sebagai orang berdosa yang condong kepada dosa, pasti menolak kelahiran baru itu!

sampai sini

III) Regeneration dan Firman Tuhan.

Yang dipersoalkan ialah apakah Allah menggunakan Firman Tuhan pada saat Ia melakukan Regeneration? Atau, dengan kata lain: apakah Regeneration itu langsung (tanpa menggunakan Firman Tuhan), atau tidak langsung (menggunakan Firman Tuhan)?

Pertanyaan ini perlu diperjelas maksudnya:

a) Yang dimaksud dengan Regeneration disini adalah Regeneration dalam arti sempit / arti pertama!

b) Yang dimaksud dengan Firman Tuhan disini bukanlah ‘creative word’ dari Allah (bdk. Kejadian 1:3 Mazmur 33:6-9). Pada umumnya dipercaya bahwa dalam melaksanakan Regeneration Allah menggunakan ‘creative word’, misalnya dengan berkata: hiduplah!

Yang dimaksud dengan Firman Tuhan disini adalah pemberitaan Injil / Firman Tuhan dari Kitab Suci!

Jawab atas pertanyaan ini:

Allah tidak memakai Firman Tuhan dalam melaksanakan Regeneration! Allah bekerja langsung!

Dasar:

1) Regeneration adalah sesuatu yang terjadi dalam alam bawah sadar manusia. Manusia pasif total! Jadi, jelas tanpa penggunaan Firman Tuhan, karena kalau pakai Firman Tuhan, tak mungkin manusia pasif total, dan pasti terjadi dalam alam sadar!

2) Kitab Suci membedakan pengaruh / pekerjaan Roh Kudus dan pengaruh itu harus ada, supaya orangnya bisa menanggapi Firman Tuhan.

Kis 16:14 (NASB): ‘Lidya ......was listening, and the Lord opened her heart to respond to the things spoken by Paul’

Keberatan terhadap pandangan ini: Yakobus 1:18 dan 1Petrus 1:23 jelas menunjukkan bahwa Firman Tuhan dipakai dalam pelaksanaan regeneration.

Jawab:

Baik Yakobus 1:18 maupun 1Petrus 1:23 menunjuk pada regeneration dalam arti luas, yang mencakup conversion (faith and repentance), sehingga jelas Firman Tuhan dipakai dalam pelaksanaannya.

III)Perlunya regeneration.

1) Yohanes 3:3,5,7 jelas menunjukkan perlunya regeneration, karena tanpa itu tidak ada orang bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga!

2) Manusia mati secara rohani / Total Depravity, sehingga tanpa regenera-tion manusia tak mungkin mengerti / menghargai Injil, beriman, taat, dsb.

Efesus 2:1 Yohanes 10:10 manusia = mati rohani

Yeremia 6:10 1Korintus 2:14 tak akan menghargai Firman Tuhan

1Yohanes 5:1 tak mungkin berman tanpa alami Regeneration

1Yohanes 2:29 1Yohanes 3:9 1Yohanes 4:7 1Yohanes 5:18 Efesus 2:10 tak bisa taat tanpa Regeneration.

IV) Regeneration dan tanggung jawab manusia.

Sekalipun regeneration adalah pekerjaan Allah saja (monergistic), manusia pasif total, dan karena itu kita tak bisa menyuruh seseorang supaya ia dilahirkan kembali, tetapi, bagaimanapun juga itu tak berarti bahwa orang itu tak punya tanggung jawab sama sekali! Orang itu tak boleh menolak untuk percaya kepada Kristus, dengan alasan ia belum mengalami Regeneration!

John Murray:

"We never know that we are regenerated until we repent and believe" (= Kita tidak pernah tahu bahwa kita dilahirbarukan sampai kita bertobat dan percaya) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 199.

Jadi, orang itu tetap punya tanggung jawab untuk percaya kepada Yesus!

John Murray mengatakan lagi:

"Just as the unknown purposes of God are the rule of our conduct nor the grounds upon which we act, so the inscrutable operations of God are not the rule or ground of our action, but his revealed will. The rule for us in every case is the revealed will presented to our consciousness, not his mysterious operations below the level of consciousness" (= Sama seperti tujuan / maksud / rencana Allah yang tidak diketahui bukanlah merupakan peraturan / kaidah dari tingkah laku kita ataupun dasar tindakan kita, begitu juga pekerjaan Allah yang tidak dapat dimengerti bukanlah peraturan / kaidah ataupun dasar tindakan kita, tetapi kehendakNya yang dinyatakan. Peraturan / kaidah bagi kita dalam setiap kasus adalah kehendakNya yang dinyatakan yang diberikan kepada kesadaran kita, bukan pekerjaanNya yang misterius yang ada di bawah tingkat kesadaran kita) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 199.

Jadi, kesimpulannya:

Karena Regeneration adalah sesuatu yang tak kita sadari, itu tak boleh dijadikan dasar kehidupan kita. Dasar kehidupan kita adalah kehendak Allah yang dinyatakan dalam Kitab Suci, dan disitu jelas diperintahkan kepada kita untuk percaya kepada Yesus. Jadi, kita bertanggung jawab untuk melakukan hal itu, tanpa mempersoalkan apakah kita sudah mengalami Regeneration atau tidak!

 Regeneration & Calling
Dalam pelajaran-pelajaran yang lalu kita sudah belajar tentang:

1) Calling (= panggilan):

external.

internal / effectual.
2) Regeneration (= kelahiran baru):

dalam arti luas.

dalam arti sempit.

3) Baik Internal Calling, maupun regeneration dalam arti sempit, mendahului hal-hal yang lain dalam Ordo Salutis (Order of Salvation):

regeneration & calling.

conversion (faith & repentance).

justification.

adoption.

sanctification.

perseverance.

glorification.
Dalam pelajaran hari ini, yang akan kita pelajari adalah: yang mana lebih dulu terjadi, regeneration (dalam arti sempit) atau calling (internal)?

Tentang hal ini, tidak ada kesatuan pendapat di antara orang-orang Reformed! Ada beberapa pandangan:

A) Ada yang mencampuradukkan regeneration dengan calling:

Pada abad ke 17, effectual calling disamakan dengan regeneration, atau setidaknya regeneration dianggap termasuk dalam effectual calling. Tetapi pandangan seperti ini jelas salah, karena regeneration jelas sekali berbeda dengan effectual calling.

Dasarnya:

regeneration terjadi pada sub-conscious life (alam bawah sadar), sedangkan calling terjadi pada conscious life (alam sadar).

regeneration terjadi di dalam, sedangkan calling datang dari luar.
B) Calling mendahului regeneration:

John Murray memberikan teori sebagai berikut:

Allah memberikan Call. Tetapi, manusia ada dalam keadaan mati rohani / mati di dalam dosa, sehingga tidak mungkin bisa mengerti, apalagi menanggapi panggilan Allah itu (Yoh 6:44,65 Roma 8:8 1Kor 1:18,23 1Korintus 2:14).

John Murray:

"It is the glory of the gospel of God’s grace that it provides for this incongruity. God’s call, since it is effectual, carries with it the operative grace whereby the person called is enabled to answer the call and to embrace Jesus Christ as he is freely offered in the gospel. God’s grace reaches down to the lowest depths of our need and meets all the exigencies of the moral and spiritual impossibility which inheres in our depravity and inability. And that grace is the grace of regeneration" (= Adalah kemuliaan dari Injil dari kasih karunia Allah bahwa Injil itu menyediakan untuk ketidakcocokan itu. Panggilan Allah, karena panggilan itu effektif, membawa dengannya kasih karunia untuk mencapai apa yang diinginkan dengan mana orang yang dipanggil dimampukan untuk menjawab panggilan itu dan menerima Yesus Kristus sebagaimana Ia ditawarkan dengan cuma-cuma dalam Injil. Kasih karunia Allah menggapai ke bawah kepada kebutuhan kita yang paling bawah / dalam dan memenuhi semua kebutuhan darurat dari ketidakmungkinan moral dan rohani yang melekat / mnenjadi sifat dalam kebejadan dan ketidakmampuan kita. Dan kasih karunia itu adalah kasih karunia kelahiran baru) - ‘Redemption Accomplished and Applied’, hal 96.

Catatan: Yang ia maksud dengan incongruity / ketidakcocokan itu adalah bahwa ada panggilan tetapi manusia tidak bisa menanggapi panggilan itu.

Dari kata-kata itu jelas bahwa Murray berpendapat bahwa pada waktu Allah memberi panggilan, karena Ia tahu bahwa manusia yang mati rohani itu tidak mampu mengerti / menjawab panggilan itu, maka Ia juga memberikan suatu kasih karunia yang menyertai panggilan itu, supaya manusia itu bisa mengerti dan menanggapi panggilan itu. Dan kasih karunia itu adalah regeneration

Kesimpulannya: sekalipun regeneration letaknya berdekatan sekali (mepet / dempet) dengan calling, tetapi bagaimanapun calling tetap mendahului regeneration.

Dasar Kitab Suci:

1) Roma 8:28-30.

Perhatikan khususnya Roma 8: 30. Ayat itu menunjukkan sebagian dari Ordo Salutis, yaitu calling, justification / pembenaran, dan glorification (pemuliaan).

Jadi ayat itu dimulai dengan calling dan diakhiri dengan glorification. Kalau glorification adalah tahap yang terakhir dari Ordo Salutis, maka rasanya aneh kalau calling bukanlah tahap pertama dari Ordo Salutis.

Keberatan saya: sekalipun argumentasi ini masuk akal, tetapi jelas tidak mutlak / tidak pasti benar.

2) Seluruh penerapan penebusan terjadi sesuai dengan Rencana Allah yang kekal. Dalam Perjanjian Baru, ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita dipanggil sesuai dengan Rencana Allah yang kekal (Roma 8:28-30 2Timotius 1:9). Tetapi anehnya, tidak ada ayat yang menunjukkan bahwa kita dilahirbarukan sesuai dengan Rencana Allah yang kekal (padahal regenerationpun pasti terjadi sesuai dengan Rencana Allah).

Jadi, rupanya, untuk menunjukkan bahwa seluruh penerapan penebusan terjadi sesuai dengan Rencana Allah, maka ditekankan bahwa tahap I, yaitu calling, terjadi sesuai dengan Rencana Allah.

3) Dalam Kitab Suci, calling ditekankan sebagai tindakan Allah, dengan mana orang berdosa dipindahkan dari gelap ke dalam terang, atau dibawa kepada persekutuan dengan Kristus, atau dibawa ke dalam kerajaan Allah dsb (1Korintus 1:9 Ef4:4 1Tes2:12 1Petrus 2:9).

Ini menimbulkan kesan bahwa callinglah yang mengawali segala sesuatu sehingga keselamatan bisa menjadi milik kita.

Tanggapan saya:

Saya berpendapat bahwa argumentasi-argumentasi ini masih kurang kuat sehingga tidak meyakinkan. Karena itu, saya lebih condong pada pandangan di bawah ini, yaitu regeneration harus mendahului calling.

C) Regeneration mendahului calling:

1) Fakta menunjukkan bahwa di antara regeneration dan iman bisa terjadi selang waktu (gap).

Misalnya: seseorang sudah tertarik pada Firman Tuhan dan sudah mencari Firman Tuhan, tetapi belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Ini menunjukkan bahwa sekalipun ia belum beriman tetapi ia sudah mengalami kelahiran baru.

Kalau Calling mendahului regeneration (seperti teori John Murray di atas), maka Calling pasti berimpit dengan regeneration, dan karena calling itu adalah effectual call, maka pasti akan ditanggapi secara langsung oleh orang yang menerima call itu. Jadi, kesimpulannya, 3 hal ini yaitu calling, regeneration dan iman, pasti berimpit menjadi satu, sehingga tidak memungkinkan adanya gap di antara regeneration dan iman.

Jadi, jelaslah bahwa teori ini (calling mendahului regeneration), bertentangan dengan fakta.

2) Kalau calling mendahului regeneration, maka sebetulnya calling itu diberikan pada saat orang itu masih mati secara rohani. Sekalipun regeneration langsung mengikuti calling, tetapi bagaimanapun juga, callingnya terjadi lebih dulu, sehingga calling itu tetap diberikan kepada orang yang mati secara rohani, yang tak mungkin bisa menanggapi calling tsb, sehingga calling itu harus dianggap sebagai external calling. Kalau setelah itu lalu terjadi regeneration sehingga orang itu lalu hidup secara rohani, maka barulah orang itu bisa menanggapi, dan baru saat itulah callingnya bisa disebut internal calling.

Karena itulah saya berpendapat bahwa bagaimanapun juga regeneration harus mendahului calling, sehingga pada waktu calling itu diberikan, orang yang dipanggil itu sudah hidup secara rohani, sehingga ia bisa mendengar, mengerti dan menanggapi calling tersebut.

Dengan demikian, maka Ordo Salutis yang saya terima adalah sebagai berikut:

1) Regeneration.

2) Calling.

3) Conversion (faith & repentance).

4) Justification.

5) Adoption.

6) Sanctification.

7) Perseverance.
8) Glorification.

 CONVERSION

(FAITH & REPENTANCE)
Dalam pelajaran ini, saya terpaksa harus tetap menggunakan bahasa Inggris untuk istilah ‘conversion’ dan ‘repentance’.

Persoalannya adalah: dua istilah itu kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, maka terjemahannya adalah sama, yaitu ‘pertobatan’, padahal sebetulnya dua istilah itu mempunyai arti yang berbeda.

I) Kata bahasa asli yang menunjuk pada ‘conversion’:

A) Bahasa Ibrani (Perjanjian Lama).

1) NACHAM.

Kata ini bertujuan untuk menyatakan perasaan yang mendalam, dan sebetulnya bisa menunjuk baik pada kesedihan, maupun pada penghiburan. Tetapi kalau kata ini digunakan untuk menunjuk pada conversion, maka jelas kata ini menunjuk pada kesedihan, dan biasanya disertai dengan adanya perubahan rencana dan tindakan untuk masa yang akan datang.

Dalam Kitab Suci bahasa Inggris biasanya diterjemahkan ‘to repent’ (= bertobat), tetapi dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘menyesal’.

Kata ini tidak dipakai untuk manusia saja, tetapi juga untuk Allah.

Contoh: Kejadian 6:6-7 Keluaran 32:14 1Samuel 15:11.

2) SHUBH.

Artinya: ‘to turn, to turn about, to return’ (= berbelok, berpaling, kembali).

William G.T. Shedd mendefinisikan conversion sebagai berikut:

"It is turning towards a certain point and away from a certain point" (= itu adalah berbelok menuju titik tertentu dan meninggalkan titik tertentu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 529.

Tentu saja, tidak seadanya titik dalam kehidupan lama harus ditinggal-kan! Hanya titik-titik yang menurut Kitab Suci adalah salahlah yang harus ditinggalkan. Juga, kita tidak menuju pada seadanya titik, tetapi pada titik yang benar menurut Kitab Suci.

Penerapan:

Kalau saudara sudah mengalami conversion, maka saudara pasti mengalami 2 hal ini: saudara meninggalkan titik tertentu, dan saudara berpaling menuju titik tertentu

Misalnya:

Berpaling dari berhala atau agama lain kepada Yesus / kekristenan.

Berpaling dari diri sendiri kepada Allah dan kemuliaanNya.

Berpaling dari dosa pada kekudusan.

Berpaling dari usaha diri sendiri untuk masuk surga pada pene-busan yang Kristus lakukan.
Ada orang yang hanya berpaling menuju titik tertentu, tetapi ia tidak mau meninggalkan titik tertentu. Misalnya:

ia menjadi orang yang beragama kristen, pergi ke gereja dsb, tetapi ia tidak mau melepaskan agama yang lama / berhala.

sekarang ia berusaha melakukan kebaikan tertentu, tetapi ia tidak mau membuang dosa.
Ini bukan conversion yang sejati!

BACA JUGA: AJARAN TENTANG KESELAMATAN DAN CIRI KHAS SOTERIOLOGI REFORMED

Ada juga orang yang meninggalkan titik tertentu, tetapi ia tidak berpa-ling menuju titik tertentu. Misalnya: ia membuang dosa-dosa tertentu / berusaha menyucikan dirinya, tetapi tetap tidak mau ikut / datang kepada Yesus.

Contoh yang lebih specific:

pencuri yang ‘bertobat’, tetapi tidak mau datang kepada Kristus!

meninggalkan berhala, tetapi tidak mau jadi kristen.
Ini juga bukan conversion yang sejati!

B) Bahasa Yunani (Perjanjian Baru):

1) METANOIA.

Kata ini sebetulnya merupakan gabungan dari dua buah kata bahasa Yunani, yaitu META dan NOUS.

META = ‘after, behind, change’ (= setelah, belakang, perubahan).

NOUS = ‘mind, reason, understanding’ (= pikiran, akal, pengertian).

Dari arti dua kata itu, maka bisa kita dapatkan bahwa METANOIA mencakup banyak hal / arti, yaitu:

a) Adanya pengetahuan, yang tadinya tak ada.

Misalnya:

pencuri yang ‘bertobat’ hanya karena dihajar orang banyak. ‘Pertobatannya’ itu sama sekali tidak berhubungan dengan pengetahuan Firman Tuhan, dan karena itu tidak bisa dikatakan sebagai suatu conversion!

Orang yang ‘nggeblak’ atau mengalami Toronto Blessing, lalu bertobat. Ini juga tidak berhubungan dengan pengetahuan Firman Tuhan / Injil, sehingga tidak bisa disebut sebagai conversion.
Renungkanlah: apakah conversion saudara berhubungan dengan pengetahuan Firman Tuhan / Injil?

b) Adanya perubahan pikiran / pandangan akibat adanya pengeta-huan yang baru itu

Misalnya: dulu saudara menganggap Allah itu tidak mencintai saudara. Tetapi saudara lalu mendapatkan pengertian yang baru, yang menunjukkan betapa Allah itu mencintai saudara sehingga Ia rela menjadi manusia dan mati untuk saudara. Pengetahuan yang baru ini menyebabkan saudara lalu berubah pandangan tentang diri Allah, dan saudara menganggap bahwa Allah itu mengasihi saudara
SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS

Penerapan: apakah pandangan saudara tentang Yesus, gereja, dan Kitab Suci, mengalami perubahan? Dari acuh tak acuh menjadi rindu, dari dingin menjadi cinta, dari tidak peduli menjadi peduli, dari meremehkan menjadi mementingkan dsb? Kalau saudara hanya sekedar pergi ke gereja, dibaptis, melayani Tuhan dan bahkan menjadi pendeta, tetapi pandangan saudara tentang hal-hal itu sama sekali tidak berubah, maka saudara belum mengalami conversion!

c) Adanya penyesalan sebagai akibat adanya perubahan pikiran / pandangan itu

Misalnya: saudara menyesal bahwa dulu saudara begitu acuh / dingin terhadap Yesus. Saudara menyesal bahwa hidup saudara yang lalu saudara jalani dengan cara yang menyakiti hati Tuhan.

d) Adanya perubahan tingkah laku yang terjadi karena semua hal di atas. Kalau saudara sama sekali tak mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang positif, maka saudara belum pernah mengalami conversion!

Dari semua ini jelaslah bahwa METANOIA melibatkan:

a) Pikiran / intellect (bdk. 2Timotius 2:25).

b) Perasaan / emotion (bdk. 2Korintus 7:10).

c) Kehendak / will (bdk. Kisah Para Rasul 8:22).

Ini mengakibatkan perubahan hidup!

2) EPISTROPHE (kata benda) / EPISTREPHO (kata kerja).

Arti: ‘to turn, to turn back, to return’ (= berbelok, berbalik / berputar, kembali).

Contoh:

kata bendanya muncul dalam Kisah Para Rasul 15:3.

kata kerjanya muncul dalam Kisah Para Rasul 3:19. Tetapi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
NIV: ‘repent, then, and turn to God’ (= jadi bertobatlah, dan kembalilah kepada Allah).

NASB: ‘repent, therefore, and return’ (= karena itu bertobatlah, dan kembalilah).

3) METAMELEIA (?) / METAMELOMAI.

Arti: ‘to regret / to be sorry, to change one’s mind’ (= menyesal, mengubah pikiran).

Kata ini menekankan pertobatan dan bersifat retrospective (= memandang ke belakang / masa lalu).

Contoh:

Mat 21:30 - ‘menyesal’ (untuk NIV/RSV/KJV: Matius 21:29).

Matius 21:32 - ‘menyesal’.

Matius 27:3 - ‘menyesallah’.

2Korintus 7:10 - ‘disesalkan’.

Ibrani 7:21 - ‘menyesal’.

II) Hal-hal yang perlu diketahui tentang conversion.

1) Conversion terjadi di alam sadar (conscious life), dan ini merupakan perbedaannya dengan regeneration / kelahiran baru, yang terjadi di alam bawah sadar (sub-conscious life).

2) Conversion dalam arti yang sebenarnya / ketat, hanya bisa terjadi 1 x.

3) Conversion mencakup 2 hal:

a) Repentance (= Pertobatan): ini lebih bersifat retrospective (= melihat ke belakang / masa lalu).

b) Faith (= Iman): ini lebih bersifat prospective (= melihat ke depan / masa yang akan datang).

Catatan: Dua hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam pelajaran-pelajaran yang akan datang.

4) Conversion dilakukan oleh:

a) Allah.

Dasar Kitab Suci: Mazmur 85:5 Yeremia 31:18 Rat 5:21 Kis 11:18 2Timotius 2:25.

Allah memakai:

hukum, untuk mengerjakan repentance (bdk. Roma 3:20).

Injil, untuk mengerjakan iman (bdk. Roma 10:13-15,17).
b) Manusia.

Manusia bekerja sama dengan Allah dalam terjadinya conversion.

Kalau dalam regeneration, manusia pasif secara mutlak, maka dalam conversion manusia boleh dikatakan aktif dan pasif! Karena apa? Karena sekalipun manusia bekerja sama dengan Allah, tetapi manusia hanya bisa bekerja sama kalau Allah lebih dulu bekerja. Dan manusia itu bisa dan mau bekerja sama itupun juga karena pekerjaan Allah

Keaktifan manusia dalam conversion bisa terlihat dari:

Dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani SHUBH digunakan:

74 x menunjuk pada tindakan manusia.

15 x menunjuk pada tindakan Allah.
Dalam Perjanjian Baru, conversion digunakan:

26 x menunjuk pada tindakan manusia.

2-3 x menunjuk pada tindakan Allah.
Ayat-ayat Kitab Suci seperti: Yes 55:7 Yeremia 18:11 Yehezkiel 33:11 Yeh 18:23,32 Kis 2:38 Kis 17:30.

III) Macam-macam conversion.

1) National conversion (= pertobatan nasional).

Misalnya: pertobatan Niniwe dalam Yunus 3:10.

Pertobatan nasional seperti ini tidak berarti bahwa semua individu betul-betul bertobat.

Pertobatan seperti ini biasanya terjadi karena adanya seorang pemimpin yang rohani. Dan biasanya, kalau pemimpin yang rohani itu mati, maka orang-orangnya kembali ke dalam dosa / meninggalkan Tuhan.

Contoh: Hizkia membawa orang-orang Yehuda kembali kepada Tuhan (2Raja-raja 18). Tetapi, setelah Hizkia mati dan digantikan oleh Manasye, maka seluruh Yehuda kembali meninggalkan Tuhan (2Raja-raja 21).

Hal yang serupa terjadi berulang-ulang dalam kitab Hakim-hakim.

2) Temporary conversion (= pertobatan sementara).

Semua orang yang kelihatannya sudah mengalami conversion, tetapi yang lalu murtad, termasuk golongan ini.

Contoh: Mat 13:20-21 1Tim 1:19-20 2Tim 2:17-18 2Tim 4:10 Ibr 6:4-6 1Yoh 2:19.

Ini tidak berarti bahwa orang yang mengalami conversion jenis ini harus / pasti akan murtad! Bisa saja ia bertahan sampai mati di dalam gereja / lingkungan kekristenan, tetapi tetap tidak akan selamat, karena ini bukan conversion yang sejati!

3) Repeated conversion (= pertobatan berulang-ulang).

Orang yang sudah mengalami conversion, lalu jatuh dalam dosa lagi, lalu bertobat lagi

Contoh: Lukas 22:32 Wah 2:5,16,21,22 Wahyu 3:3,19.

Dalam arti yang sebenarnya, ini bukan conversion, karena conversion tak bisa terulang!

Louis Berkhof: "It should be understood, however, that conversion in the strictly soteriological sense of the word is never repeated" (= Bagaimanapun harus dimengerti bahwa pertobatan dalam arti soteriologi yang ketat, tidak pernah terulang) - ‘Systematic Theology’, hal 484.

Penerapan: dalam KKR, sering ada calling bagi orang yang mau percaya dan terima Yesus. Banyak orang yang setiap kali ada calling (di KKR manapun) untuk terima Yesus, lalu maju ke depan. Tindakan seperti ini justru menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai keyakinan dan belum mengalami conversion yang sejati

4) True conversion (= pertobatan yang benar / sejati).

ini terjadi karena adanya regeneration / kelahiran baru.
Seseorang mengatakan:

"A conversion that is not rooted in regeneration is no true conversion" (= suatu pertobatan yang tidak berakar dalam kelahiran baru, bukanlah pertobatan yang sejati / benar).
harus ada perubahan pikiran, pandangan, keinginan dan kemauan

ada keyakinan bahwa hidup yang lama itu salah, dan ada perubahan dalam seluruh jalan kehidupan.

FAITH (= IMAN).

I) Object dari iman.

1) Secara umum, object dari iman adalah Kitab Suci.

Orang Kristen yang sejati harus percaya pada Kitab Suci. Dengan kata lain, Kitab Suci harus menjadi dasar iman orang kristen.

Ini disebabkan karena:

Kitab Suci adalah firman Allah.

Allah itu setia dan benar, sehingga tidak mungkin berdusta / menga-takan sesuatu yang salah / tidak benar.
Banyak orang yang dasar imannya bukan Kitab Suci, seperti:

a) Roma Katolik menjadikan gereja sebagai dasar iman.

Karena itu, mereka punya banyak doktrin / dogma yang tidak berdasarkan Kitab Suci, tetapi tetap mereka terima sebagai kebenaran dan mereka imani, karena itu merupakan keputusan-keputusan sidang gereja.

Contoh: doktrin tentang api pencucian, Maria yang lahir dan hidup tanpa dosa, Maria yang diangkat ke surga, doa kepada Maria dsb. Semua ini sama sekali tidak mempunyai dasar Kitab Suci tetapi tetap dipercaya oleh orang Katolik.

b) Rationalists menjadikan ratio (= akal / pikiran) sebagai dasar iman.

Ini makin lama makin banyak dalam kalangan orang liberal, yang menolak bagian-bagian Kitab Suci yang mereka anggap tidak masuk akal.

c) Juga banyak orang kristen yang menjadikan khotbah pendetanya / aliran gerejanya sebagai dasar iman. Artinya, mereka mempercayai secara membuta apapun yang dikatakan pendetanya / aliran gerejanya, tanpa peduli apakah hal itu sesuai Kitab Suci atau tidak!

d) Ada lagi orang kristen yang menggunakan pengalaman sebagai dasar iman. Orang-orang ini menganggap bahwa pengalaman seseorang harus juga menjadi pengalaman orang yang lain. Jadi kalau ada orang mengalami kesembuhan secara mujijat, maka orang yang lain juga harus mengalami hal yang sama

Tetapi, dasar / object iman yang benar adalah Kitab Suci!

Louis Berkhof:

"Tertullian stressed the fact that faith accepts a thing on authority, and not because it is warranted by human reason" (= iman menerima sesuatu berdasarkan otoritas, dan bukan karena hal itu dibenarkan oleh akal manusia) - ‘Systematic Theology’, hal 496.

"Christian faith in the most comprehensive sense is man’s persuasion of the truth of Scripture on the basis of the authority of God" (= iman kristen dalam arti yang paling luas adalah kepercayaan manusia pada kebenaran Kitab Suci berdasarkan otoritas Allah) - ‘Systematic Theology’, hal 501.
Dasar Kitab Suci untuk mengatakan bahwa iman harus berdasarkan Kitab Suci / Firman Tuhan: Yohanes 6:45 Yohanes 17:20 Yohanes 20:31 Roma 10:17.

2) Secara khusus, object dari iman adalah:

a) Pekerjaan / karya keselamatan Kristus.

Ini mencakup inkarnasi, kehidupanNya yang suci, kematianNya di salib untuk menebus dosa manusia, kebangkitanNya dari antara orang mati, kenaikanNya ke surga.

Jadi, orang kristen yang sejati harus percaya bahwa Kristus memang sudah melakukan / mengalami hal-hal itu.

b) Diri Kristus sendiri

Tidak cukup saudara hanya percaya tentang hal-hal tertentu yang Kristus lakukan; saudara juga harus percaya kepada Kristus!

Cobalah renungkan, apakah selama ini saudara hanya sekedar percaya tentang apa yang Kristus lakukan, atau apakah saudara sudah betul-betul percaya kepada Kristus?

Dasar Kitab Suci:

ad a) Yohanes 20:31 Roma 10:9 dan 1Yohanes 5:1 mengatakan bahwa kita harus ‘percaya bahwa ...’. Ini jelas menunjukkan bahwa kita harus mempercayai suatu informasi / ajaran tentangKristus, yaitu karya keselamatan yang Ia lakukan.

ad b) Yohanes 3:15,16,18 Yohanes 6:40 Kisah Para Rasul 16:31 Kis 20:21 dan banyak ayat Kitab Suci yang lain menunjukkan dengan jelas bahwa kita harus percaya kepada Kristus!

Karena itu, maka dalam Pemberitaan Injil, Paulus selalu menekankan pemberitaannya pada diri Kristus dan karya keselamatanNya (bdk. 1Korintus 1:22-23 1Korintus 2:2 1Korintus 15:3-4).

Penerapan: apakah saudara juga memberitakan Injil dengan cara yang sama?

Ada orang yang percaya pada object umum (Kitab Suci) dulu, dan setelah itu baru percaya kepada object khusus (Kristus). Ada juga yang sebaliknya.

II) Terjadinya iman.

1) Iman adalah pemberian Allah (Mat 11:25-27 Mat 16:17 Yohanes 6:44,65 Yohanes 12:32 Yohanes 17:6 Kisah Para Rasul 11:18 1Korintus 12:3 Efesus 2:8-9 Filipi 1:29).

Hanya kalau iman adalah pemberian Allah, maka keselamatan / pembenaran kita bisa disebut sebagai anugerah gratis / cuma-cuma dari Allah (bdk. Roma 3:24).

Ada illustrasi yang sangat populer yang sering dipakai dalam penginjilan: ada orang yang mau memberikan uang (simbol dari Allah yang mau memberi keselamatan), kepada seorang pengemis (simbol dari orang berdosa). Tetapi supaya uang itu menjadi miliknya, pengemis itu harus mau mengulurkan tangannya (simbol dari iman).

Kesalahan illustrasi ini adalah: iman tidak digambarkan sebagai pemberian Allah, dan manusia sendiri bisa beriman
SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS
Komentar Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed, tentang illustrasi ini: "The natural man has no hand whereby he is able to accept the salvation of God in Christ Jesus" (= manusia duniawi tidak mempunyai tangan dengan mana ia dapat menerima keselamatan Allah dalam Yesus Kristus) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 479.

Ada 3 macam ajaran tentang hal ini:

a) Ajaran Pelagianisme.

Manusia sendiri, tanpa pertolongan Allah, bisa beriman (bahkan bisa selamat tanpa Kristus!). Ajaran ini sudah dari dulu dikecam sebagai ajaran sesat!

b) Ajaran Arminianisme / Semi-Pelagianisme.

Manusia sendiri memang tidak bisa beriman. Tetapi Allah sudah memberi kasih karunia kepada semua manusia, sehingga semua manusia sudah diangkat ke suatu keadaan dimana mereka sekarang bisa memilih, apakah mereka mau beriman atau tidak.

Ini bertentangan dengan komentar Calvin tentang Yohanes 6:37 dimana ia berkata:

"Faith is not a thing which depends on the will of men" (= iman bukanlah sesuatu yang tergantung pada kehendak manusia).

Jadi, dalam Arminianisme keselamatan seseorang tergantung kepada orang itu sendiri, bukan tergantung kepada Allah.

Dan Arminianisme juga mengajarkan bahwa kalau orang itu mau beriman, maka itu merupakan tindakan yang baik, yang layak mendapatkan pahala. Semua ini jelas sekali bertentangan dengan Ef 2:8-9!

c) Ajaran Calvinisme / Reformed.

Manusia tidak bisa melakukan kebaikan apa-apa, dan juga tidak bisa beriman [Ini termasuk dalam doktrin Total Depravity (= kebejatan total) atau Total Inability (= ketidakmampuan total)]. Tetapi, kepada orang-orang pilihanNya, Allah memberikan kasih karunia, dengan melahir-barukan mereka, memanggil mereka [effectual calling (= panggilan efektif)], dan memberikan iman kepada mereka (Filipi 1:29 Kisah Para Rasul 11:18), sehingga mereka beriman dan diselamatkan.

Jadi, Allah bukan sekedar memberikan kemampuan untuk beriman, tetapi memberikan iman itu sendiri kepada orang pilihanNya.

Dalam komentarnya tentang Yohanes 6:45, Calvin berkata:

"He gives to them not only the choice of believing, but faith itself" (= Ia memberi kepada mereka bukan hanya pemilihan untuk percaya tetapi iman itu sendiri).

Jadi, kalau dalam Arminianisme, pemberian kasih karunia Allah itu sekedar memungkinkan keselamatan semua manusia, maka dalam Calvinisme / Reformed, pemberian kasih karunia Allah itu memastikan keselamatan orang pilihan.

Jadi, dalam ajaran Calvinisme / Reformed, keselamatan manusia sepenuhnya tergantung kepada Allah dan sepenuhnya merupakan anugerah cuma-cuma dari Dia (bdk. Roma 3:24)! Dan karena itu, kalau kita bisa dan mau beriman (bdk. Filipi 2:13), sebetulnya tidak ada sedikitpun kebaikan dalam tindakan itu, karena semua itu dari Allah!

Kata-kata Archbishop William Temple dikutip oleh John Stott sebagai berikut:

"All is of God. The only thing of my very own which I contribute to my redemption is the sin from which I need to be redeemed" (= Semua dari Allah. Satu-satunya hal dari diriku sendiri yang aku sumbangkan pada penebusanku adalah dosa dari mana aku perlu ditebus) - ‘The Preacher’s Portrait’, hal 44-45.

Penerapan:

Sebetulnya kita tidak lebih baik dari orang lain! Tetapi Allah memilih kita dan menganugerahkan iman kepada kita sehingga kita selamat. Semua ini seharusnya membuat kita senantiasa:

mengucap syukur kepadaNya dan memuji Dia.

mengasihi Dia dengan segenap hati, pikiran dan jiwa.

mengutamakan Dia di atas segala-galanya.

rela berkorban untuk Dia.

mau menyangkal diri dan hidup bagi Dia.
Sudahkah saudara melakukan semua ini? Maukah saudara melakukan-nya?

2) Iman adalah aktivitas manusia

Sekalipun iman adalah pemberian dari Tuhan, tetapi Tuhan tidak beriman untuk kita. Kita sendirilah yang beriman! Dan karena itu maka iman disebut sebagai aktivitas manusia (bukan ‘usahamanusia’ - Efesus 2:8-9).

Dasar Kitab Suci bahwa iman adalah aktivitas manusia:

a) Tuhan memerintahkan kita supaya beriman (Yohanes 6:29 Kis 16:31 1Yohanes 3:23).

Perintah Tuhan ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tanggung jawab untuk beriman kepada Yesus! Di sini terlihat perbedaan antara iman dan kelahiran baru. Kelahiran baru merupakan pekerjaan Roh Kudus secara mutlak, dan dalam peristiwa kelahiran baru itu kita pasif total! Kelahiran baru bukanlah tindakan ataupun tanggung jawab kita, dan karena itu Tuhan tidak pernah memberikan perintah kepada kita supaya dilahirbarukan! Karena itu pada waktu rasul-rasul memberitakan Injil, mereka menyuruh orang percaya kepada Yesus, bertobat dan dibaptis, tetapi mereka tidak pernah menyuruh siapapun untuk dilahirbarukan!

b) Dalam Kitab Suci, ‘iman / percaya’ ditunjukkan dengan bermacam-macam penggambaran / istilah, seperti:

memandang / berpaling (Yesaya 45:22).

menerima (Yohanes 1:12) atau mengundang / membukakan pintu (Wahyu 3:20).
Catatan: Istilah ‘menerima / mengundang Yesus’ sebetulnya sama dengan ‘percaya kepada Yesus’! Jadi, dalam pemberitaan Injil, jangan membedakan dua istilah ini dengan menyuruh orang untuk percaya kepada Yesus dan menerima / mengundang Yesus, seakan-akan percaya kepada Yesus saja belum cukup untuk menyelamatkan dia.

makan / minum (Yohanes 4:13-14 6:54 7:37-39).

datang (Matius 11:28 Yohanes 5:40 6:37,44,65 7:37).

ikut (Matius 4:19).
Perhatikan bahwa semua penggambaran / istilah ini merupakan tindakan yang aktif! Ini jelas menunjukkan bahwa iman adalah suatu tindakan aktif / aktivitas dari manusia!

Hubungan kedua hal di atas:

A) Bagaimanapun juga kita harus memandang iman terutama sebagai pemberian Allah, bukan sebagai aktivitas manusia, karena manusia hanya bisa beriman, kalau Allah memberikan iman itu kepadanya.

Louis Berkhof:

"They (the reformers) regarded faith, primarily as a gift of God and only secondarily as an activity of man in dependence on God" [= mereka (tokoh-tokoh reformasi) menganggap iman terutama sebagai pemberian Allah dan baru setelah itu sebagai aktivitas manusia dalam ketergantungannya kepada Allah] - ‘Systematic Theology’, hal 497.

B) Kalau Allah memberikan iman kepada seseorang, bisakah orang itu lalu menolak pemberian itu, sehingga ia tidak diselamatkan?

Arminianisme menjawab : bisa!

Tetapi Calvinisme / Reformed menjawab: tidak! Ini dinyatakan oleh point ke 4 dari 5 perbedaan utama antara Calvinisme dan Arminianisme, yaitu Irresistible Grace (= kasih karunia yang tidak bisa ditahan / ditolak).

Alasannya:

Allah hanya memberikan iman kepada orang yang telah Ia pilih untuk diselamatkan (Predestinasi). Kalau orang itu bisa menolak iman yang Allah berikan, maka itu berarti Predestinasi / Rencana Allah itu bisa gagal, padahal Kitab Suci berkata bahwa Predestinasi / Rencana Allah itu tidak mungkin berubah / gagal (Ayub 42:2 Mazmur 33:10-11 Yesaya 14:24,26,27 Yesaya 46:10-11).
Bandingkan dengan Kis 13:48b yang mengatakan: ‘semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya’!

Allah hanya memberikan iman kepada orang yang telah Ia lahir barukan. Dan orang yang telah dilahirbarukan, jelas telah mengalami pembaharuan dalam kemauan / kehendaknya, sehingga tidak mungkin ia menolak iman yang Allah berikan kepadanya.

Allah hanya memberikan iman kepada orang yang Ia panggil dengan effectual / internal calling (= panggilan efektif / di dalam). Sesuai dengan namanya, maka panggilan ini pasti efektif / pasti berhasil mempertobatkan orang yang dipanggil itu. Jadi, tidak mungkin orang itu menolak panggilan ini!

Juga, kalau kita melihat pada Roma 8:29-30, maka kita bisa melihat adanya ‘rantai keselamatan’ yang tidak mungkin terputuskan! Orang yang Allah tentukan untuk selamat, akhirnya pasti dimuliakan! Jadi, tak mungkin ia menolak iman yang Allah berikan kepadanya!
Tetapi ada satu hal lain yang menarik yang bisa didapatkan dari ayat ini, yaitu bahwa Ro 8:29-30 ini menggunakan kata-kata kerja dalam bentuk lampau (past tense).

NIV: "For those God foreknew he also predestined to be conformed to the likeness of his Son, that he might be the firstborn among many brothers. And those he predestined, he also called; those he called, he also justified; those he justified, he also glorified".

Memang tidak aneh kalau ‘foreknew’ (= diketahui lebih dulu) dan ‘predestined’ (= dipredestinasikan) ada dalam bentuk lampau, karena itu memang terjadi pada masa yang lampau, tetapi mengapa ‘called’ (= dipanggil), ‘justified’ (= dibenarkan), dan ‘glorified’ (= dimuliakan), juga ada dalam bentuk lampau? Loraine Boettner memberikan penafsiran yang menarik tentang hal ini dimana ia berkata: "Paul has cast the verse in the past tense because with God the purpose is in principle executed when formed, so certain is it of fulfillment" (= Paulus telah melemparkan ayat itu ke dalam past tense karena dengan Allah, maksud / tujuan / rencana itu pada dasarnya dilaksanakan pada saat dibentuk, begitu pastinya penggenapan tujuan itu) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 85-86. Jadi, ayat ini menjamin keberhasilan dari Predestinasi maupun panggilan effektif dari Allah.

III) Macam-macam iman:

1) Historical faith (= iman yang bersifat sejarah).

Ini tidak berarti bahwa orang itu hanya menerima kejadian / fakta sejarah dalam Kitab Suci.

Ini juga bukan iman yang didasarkan atas kesaksian sejarah.

Ini adalah jenis iman dimana pemiliknya menerima / mempercayai kebenaran Kitab Suci / Injil dengan cara yang sama seperti ia menerima / mempercayai pelajaran sejarah. Ia mempercayai Yesus sama seperti ia mempercayai Napoleon atau Hitler dalam sejarah.

Iman seperti ini hanya bersangkutan dengan pengertian intelektual belaka, dan sama sekali tidak berakar dalam hati, dan sama sekali tidak mempunyai tujuan moral / rohani (tidak ada tujuan untuk hidup lebih suci / mendekat kepada Allah).

Iman seperti ini jelas tidak bisa menyelamatkan!

Iman seperti ini bisa dihasilkan oleh tradisi (lahir dalam keluarga kristen), pendidikan, pendapat umum, pemikiran bahwa ajaran Kitab Suci itu indah, dsb.
2) Miraculous faith (= iman yang bersifat mujijat).

Ini adalah iman dimana seseorang itu percaya bahwa ia akan bisa melakukan atau mengalami suatu mujijat, atau iman yang ditimbulkan karena orangnya melihat terjadinya suatu mujijat (bdk. Yohanes 11:45).

Iman seperti ini jelas tidak bisa menyelamatkan!
Ingat bahwa kita diselamatkan kalau kita percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat yang telah mati dan bangkit untuk kita, bukan karena kita sekedar percaya bahwa Kristus bisa melakukan mujijat.

Karena itu, dalam memberitakan Injil / betrsaksi, janganlah menonjol-kan Kristus sekedar sebagai penyembuh penyakit / pelaku mujijat / penolong secara jasmani! Tonjolkan Dia sebagai penolong secara rohani / Juruselamat dosa, melalui kematianNya di kayu salib dan kebangkitanNya dari antara orang mati! Ingat bahwa nama ‘Yesus’ diberikan ‘karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’ (Matius 1:21).

Iman mujijat ini bisa saja disertai oleh iman yang sejati, seperti dalam kasus Matius 8:5-13. Tetapi bisa juga tidak!

3) Temporary / temporal faith (= iman sementara).

Ini adalah iman dari orang yang digambarkan oleh Yesus sebagai tanah yang berbatu-batu (Matius 13:20-21).

Ada beberapa ciri dari iman ini:

Iman ini timbul karena orangnya mendengar Firman Tuhan (Matius 13:20), tetapi Firman Tuhan ini hanya merupakan external calling (= panggilan luar) dari Allah.

Emosi dari orangnya terlibat (Matius 13:20 - ‘menerimanya dengan gembira’). Terlibatnya emosi adalah sesuatu yang baik, kalau intelek dan kehendak ikut terlibat. Tetapi kalau hanya emosi saja yang terlibat, maka ini jelas bukan iman yang sejati.

Tujuan orangnya dalam percaya / ikut Yesus adalah: hanya menerima hal-hal yang enak-enak saja, seperti pengampunan dosa, menjadi anak Allah, menerima berkat Tuhan, masuk surga, dsb
R. L. Dabney:

"The tendency of human selfishness is ever to degrade Christ’s sacrifice into a mere expedient for bestowing impunity" (= kecondongan dari keegoisan manusia adalah selalu merendahkan pengorbanan Kristus menjadi semata-mata suatu jalan yang berguna untuk memberikan kebebasan dari hukuman) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 601.

"No one rises above the faith of the stony-ground hearer, until he desires and embraces Christ as a deliverer from depravity and sin as well as hell" (= tidak seorangpun mempunyai iman yang melebihi iman dari pendengar golongan tanah berbatu, sampai ia menginginkan dan memeluk Kristus sebagai seorang pembebas dari kebejadan dan dosa maupun dari neraka) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 601.

Iman ini hanya bersifat sementara; pada saat ada penganiayaan / penderitaan karena imannya, maka orangnya segera murtad (Mat 13:21)! Kalaupun ternyata iman ini bisa bertahan sampai orangnya mati, jelas bahwa orangnya tidak akan selamat karena iman seperti ini.

Tidak akan ada buah dalam kehidupan orang yang mempunyai iman seperti ini (Mat 13:20-21).

Contoh iman jenis ini: 1Timotius 1:19-20 2Timotius 2:17-18 1Yohanes 2:19.
4) True saving faith (= iman yang menyelamatkan yang benar)

Iman ini berakar dalam hidup yang sudah dilahirbarukan, yang dalam Mat 13:8,23 digambarkan sebagai ‘tanah yang baik’.

Iman ini timbul karena internal / effectual calling (= panggilan di dalam / effektif).

Ada buah dalam kehidupan orang itu (Matius 13:8,23), yang menunjuk-kan bahwa orang itu menerima Kristus bukan hanya sebagai pembe-bas dari hukuman, tetapi juga sebagai pembebas dari perhambaan dosa / penyuci kehidupan kita.

Iman seperti ini pasti akan bertahan sampai mati, atau sampai Kristus datang kedua kalinya (bdk. Yohanes 8:31-32 1Yohanes 2:19). Semua orang yang murtad pasti tidak mempunyai iman jenis ini!

IV) Elemen-elemen iman yang benar:

Perlu diingat bahwa iman merupakan aktivitas dari seluruh manusia, bukan dari sebagian manusia. Karena itu, iman yang benar mempunyai elemen-elemen sebagai berikut:

1) NOTITIA.

Kata bahasa Latin ini artinya sama dengan kata bahasa Inggris 'notice', yang berarti ‘informasi’.

a) Ini merupakan elemen intelektual.

Supaya seseorang bisa disebut beriman, maka harus ada informasi yang disampaikan kepada orang itu dan harus ada pengertian yang benar tentang informasi itu.

b) Yang dimaksud dengan informasi bukanlah seluruh Kitab Suci atau ajaran-ajaran yang sukar dari Kitab Suci seperti doktrin Allah Tritunggal dsb, tetapi ajaran dasar kekristenan / Injil.

Dari sini terlihat pentingnya ajaran tentang:

dosa dan hukumannya.

keadilan dan kasih Allah.

Yesus Kristus, khususnya tentang:

keilahianNya dan kemanusiaanNya.

kematianNya untuk menebus semua dosa kita, yaitu dosa asal, dosa lalu dan dosa yang akan datang

kebangkitanNya dari antara orang mati.

keselamatan hanya karena iman, bukan karena perbuatan baik.

hubungan antara iman dan perbuatan baik.
Tetapi, berapa banyaknya informasi yang dibutuhkan, tidak bisa diketahui / ditentukan dengan tepat.

Louis Berkhof:

"It is impossible to determine with precision just how much knowledge is absolutely required in saving faith" (= adalah tidak mungkin untuk menentukan dengan tepat berapa banyak pengetahuan yang dibutuhkan secara mutlak dalam iman yang menyelamatkan) - ‘Systematic Theology’, hal 504.

Ada hal-hal yang pasti harus ada, misalnya orang itu harus tahu bahwa:

Yesus adalah Allah yang telah menjadi manusia.

Yesus mati disalib untuk menebus dosanya.

Yesus bangkit dan menang atas dosa, maut, dan iblis.

Ia diselamatkan dengan beriman, bukan dengan berbuat baik.
Tetapi ada juga hal-hal lain yang belum tentu harus diketahui oleh orang itu, seperti:

Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga.
Dalam hidup saya sendiri, pada waktu saya mula-mula percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saya, saya belum tahu bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga dan saya menyangka bahwa ada banyak jalan ke surga. Tetapi saat itu saya sudah mempunyai keyakinan bahwa dengan saya percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat saya, saya sudah selamat. Beberapa saat setelah itu barulah saya mendengar dan mengerti bahwa Yesus bukanlah salah satu jalan ke surga, tetapi satu-satunya jalan ke surga.

Yesus mati untuk semua dosa (dosa asal, dosa yang lalu, yang sekarang dan yang akan datang).
Cukupkah bagi seseorang untuk tahu dan percaya bahwa Yesus mati untuk menebus dosanya, atau haruskah ia tahu dan percaya juga bahwa Yesus mati untuk menebus semua dosanya, termasuk dosa yang akan datang? Saya tidak yakin apa jawab atas pertanyaan ini.

Tetapi kalau saudara memberitakan Injil, maka jelas bahwa saudara harus memberitakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga dan bahwa Yesus menebus semua dosa kita.

sampai sini

c) Dasar Kitab Suci:

pada pelajaran tentang CONVERSION, kita telah melihat bahwa CONVERSION melibatkan tambahan pengetahuan (lihat pada kata Yunani METANOIA). Karena iman tercakup di dalam CONVERSION, maka tidak bisa tidak, iman juga harus melibatkan tambahan pengetahuan.

Ayat-ayat seperti Matius 13:23 Yohaes 6:45 17:20 20:31 Roma 10:13-15,17 menunjukkan secara jelas bahwa iman tidak mungkin bisa ada tanpa adanya tambahan pengetahuan / informasi dari FT.

Ayat-ayat seperti Matius 13:10-17 2Korintus 3:14 2Korintus 4:4 menunjukkan bahwa kalau pikiran seseorang tumpul / dibutakan / tak diberi pengetahuan oleh Tuhan, maka orang itu tak mungkin bisa beriman.

d) Penerapan: harus adanya NOTITIA dalam iman yang benar menyebabkan:

kita bisa mengechek apakah seseorang itu sungguh-sungguh beriman atau tidak, dari pengetahuannya.
Kalau ia mempunyai pengetahuan yang benar, maka mungkin (tetapi belum tentu) ia adalah orang yang sungguh-sungguh beriman [tergantung apakah elemen iman yang ke 2 (ASSENSUS) dan ke 3 (FIDUCIA) ada padanya atau tidak].

Tetapi, kalau ia tidak mempunyai pengetahuan, atau kalau ia mempunyai pengetahuan yang salah (misalnya kalau ia mengira bahwa dengan dibaptis, rajin ke gereja, taat dsb ia bisa diselamatkan) maka ia pasti bukan orang yang sungguh-sungguh beriman.

Catatan: pada waktu mengecheck iman seseorang menggunakan cara ini, kita harus berhati-hati, karena ada orang yang sekalipun mempunyai pengetahuan yang benar, tetapi tidak bisa menjelaskannya / mengungkapkannya, sehingga seolah-olah ia tidak mempunyai pengetahuan yang benar, atau seolah-olah ia mempunyai pengetahuan yang salah.

Pemberitaan Injil, yang merupakan penyampaian informasi, adalah sesuatu yang sangat penting! Tanpa ini, orang-orang disekeliling saudara tak bisa mendapatkan NOTITIA sehingga tak bisa beriman kepada Yesus!
Gereja yang hanya mengajarkan moral / etika, akan menyebabkan jemaatnya tidak mempunyai NOTITIA, dan karena itu hanya akan menghasilkan orang-orang kristen KTP!

Demikian juga dengan gereja yang hanya menekankan emosi yang berkobar-kobar, atau yang menyuruh jemaatnya untuk percaya tanpa mengerti apa-apa, hanya bisa menghasilkan orang kristen KTP!

Karena itu, kita semua harus memberitakan Injil, baik secara massal maupun secara pribadi!

PI kepada orang yang tidak / belum bisa mengerti, seperti orang gila, orang idiot, anak kecil yang belum bisa mengerti, adalah sesuatu yang sia-sia, karena informasi itu bukan hanya perlu untuk disampaikan kepada mereka, tetapi juga harus dimengerti oleh mereka!

PI tidak bisa digantikan dengan:

doa untuk pertobatan orang lain
Sekalipun doa untuk pertobatan orang lain itu adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi ini hanya bisa berguna kalau dibarengi dengan PI kepada orang itu! Doa tanpa PI, tak akan menyebabkan orangnya mendapatkan NOTITIA, dan karena itu tak memungkinkannya untuk percaya kepada Yesus.

kesalehan hidup.
Sama seperti doa untuk pertobatan orang lain, kesalehan hidup juga adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi ini juga hanya bisa berguna kalau dibarengi dengan PI kepada orang itu! Hidup saleh tanpa PI, juga tak menyebabkan orang itu mendapat NOTITIA, dan karena itu tak memungkinkannya untuk percaya kepada Yesus.

Karena itu, kita harus menghindari Social Gospel (Injil Sosial), yaitu cara 'penginjilan' yang di-pakai oleh gereja-gereja yang liberal, dimana mereka pergi ke panti-panti asuhan, atau daerah yang terkena bencana alam dsb, tetapi mereka hanya memberikan bantuan sosial saja (makanan, pakaian, uang), dan mereka tidak memberitakan Injil. Orang-orang yang mereka layani, akan merasa senang dan menganggap orang kristen itu baik, tetapi mereka tidak mendapatkan NOTITIA dan karena itu mereka tak bisa percaya kepada Yesus, dan tak akan diselamatkan!

Gereja / orang kristen mempunyai tugas utama untuk PI, bukan untuk menjadi Sinterklaas!

PI dengan Injil yang miring (Yesus ditekankan bukan sebagai Juruselamat dan Tuhan, tetapi sebagai dokter, pemberi berkat / kekayaan, penolong) akan memberikan NOTITIA yang salah, dan karena itu akan menghasilkan iman yang salah, yang dalam arti yang sebenarnya bukanlah iman.

2) ASSENSUS.

Kata bahasa Latin ini artinya sama dengan kata bahasa Inggris ‘assent’, yang berarti ‘persetujuan’.

Ini juga merupakan suatu elemen yang harus ada pada iman yang sejati! Jadi, tak cukup seseorang hanya mendengar dan mengerti Injil! Ia juga harus menyetujui Injil itu!

Dasar KS:

KS sering menggunakan istilah bahasa Yunani PISTEUO HOTI yang berarti ‘believe that’ (= percaya bahwa).

Contoh: Yohanes 20:31 Roma 10:9 1Yohanes 5:1

Ini jelas menunjukkan suatu persetujuan terhadap informasi / Injil yang telah didengar dan dimengerti!

ASSENSUS ini mencakup 2 hal:

a) Intellectual assent (= persetujuan intelek).

Ini berarti bahwa secara logika / intelektual orang itu harus mengakui kebenaran dari Injil.

Kalau secara logika saja ia tak bisa menerima kebenaran Injil, maka jelas ia tak bisa dikatakan sebagai orang yang percaya.

Disamping itu, kalau kita berkata bahwa seseorang itu percaya, maka jelas yang dimaksudkan adalah seluruh orang itu percaya, berarti termasuk akal / pikirannya.

b) Emotional assent ( = persetujuan emosi).

Kalau memang seluruh orang itu percaya, maka tentu tak cukup hanya logika / akalnya saja yang menyetujui kebenaran Injil. Perasaannyapun harus ikut terlibat!

Misalnya:

ia merasa bahwa dirinya adalah orang berdosa yang harus dihukum oleh Tuhan.

ia merasa akan kasih Allah dalam pengorbanan Kristus.

ia merasa berminat terhadap Kristus.

ia merasa bahwa Kristus bisa memenuhi kebutuhan rohaninya.

ia merasa yakin (mantap) akan kebenaran Injil.
Dasar KS:

Roma 10:10 - percaya dalam hatimu

Kisah Para Rasul 2:37 (NIV) - ‘cut to the heart’ (= teriris hatinya)

3) FIDUCIA.

Kata bahasa Latin ini mempunyai arti yang sama dengan kata bahasa Inggris ‘fiducial’ atau ‘trust’ (to trust = mempercayakan diri)

a) Ini adalah elemen kehendak dari iman.

Jadi, iman yang sejati tak hanya menyangkut intelek dan emosi, tetapi juga menyangkut kehendak / kemauan seseorang.

Adanya elemen ini dalam iman yang sejati menyebabkan adanya tindakan sehingga:

ada kontak langsung antara orang itu dengan Yesus

orang yang beriman itu akan bersandar kepada Yesus saja dalam hal keselamatan rohaninya.

kalau orang itu bersandar kepada Yesus dan kepada sesuatu / seseorang yang lain (perbuatan baiknya sendiri, agama lain, Maria dsb), maka ia tidak bisa disebut sebagai orang beriman!

kalau orang itu bersandar kepada Yesus dalam hal jasmani (penyakit, problem dsb), tetapi tidak dalam keselamatan rohani, maka ia jelas juga bukan orang yang beriman.
Illustrasi populer yang menunjukkan perbedaan to believe (= percaya) dan to trust (= mempercayakan diri) adalah illustrasi tentang Penyeberang air terjun Niagara. Orang yang ‘sekedar percaya’ (believe) bahwa penyeberang itu bisa menyeberangi air terjun Niagara sambil membawa seseorang di atas kereta dorong, tidak akan mau / tidak akan berani duduk di atas kereta dorong itu. Tetapi orang yang ‘mempercayakan dirinya’ (trust) kepada orang itu, akan mau / berani duduk di atas kereta dorong itu.

b) Dasar KS:

KS sering menggunakan kata bahasa Yunani PISTEUO (= believe / percaya), yang diikuti dengan kata depan EN / EIS / EPI (= in / kepada).
Jadi, jelas bahwa orang yang betul-betul beriman, tidak hanya percaya sesuatu tentang Yesus, tetapi juga percaya kepada Yesus!

Iman pada saat terakhir.

J. C. Ryle:

"I know that people are fond of talking about deathbed evidences. They will rest on words spoken in the hour of fear and pain and weakness, as if they might take comfort in them about the friends they lose. But I am afraid in ninety-nine cases out of a hundred such evidences are not to be depended on. I suspect that, with rare exceptions, men die just as they have lived" (= ) - ‘Holiness’, hal 40.

 Justification / pembenaran

I) Istilah Kitab Suci dan artinya.

Kata bahasa Ibrani untuk ‘to justify’ (= membenarkan) adalah HITSDIK, dan kata bahasa Yunaninya adalah DIKAIOO, yang pada umumnya berarti ‘menyatakan secara hukum bahwa keadaan seseorang sesuai dengan tuntutan hukum’ (Kel 23:7 Ulangan 25:1 Amsal 17:15 Yesaya 5:23 Matius 12:37 Kisah Para Rasul 13:39 Roma 5:1,9 Roma 8:30,33 1Korintus 6:11 Galatia 2:16 Galatia 3:11).

Jadi arti ‘membenarkan’ bukanlah ‘menjadikan hidup orang itu menjadi benar’.

II) Doktrin justification dalam sejarah.

1) Sebelum Reformasi.

Beberapa bapa gereja sudah berbicara tentang pembenaran oleh iman, tetapi jelas bahwa mereka belum mempunyai pengertian yang jelas tentang justification dan hubungannya dengan iman. Juga, mereka tidak membedakan secara jelas antara regeneration dan justification. Pandangan yang umum adalah bahwa regeneration terjadi pada saat baptisan dan mencakup pengampunan dosa. Bahkan Agustinus kelihatannya tidak mempunyai pengertian yang tepat tentang justification sebagai suatu tindakan hukum (legal act), yang membedakannya dengan proses pengudusan (sanctification).

Pencampuradukkan antara justification dan sanctification berlanjut terus sampai Abad pertengahan (middle ages), yaitu tahun 500M-1450 M. Para ahli theologia abad pertengahan (scholastics) mengajarkan bahwa justification mencakup 2 elemen, yaitu:
orangnya diampuni dosanya.

orangnya dibuat menjadi benar.
Thomas Aquinas, yang ajarannya lalu diterima oleh Gereja Roma Katolik, mengajarkan bahwa kasih karunia dimasukkan ke dalam manusia dengan mana hidupnya dijadikan benar, dan karena itu dosanya lalu diampuni. Ini jelas sudah merupakan ajaran sesat keselamatan / pembenaran karena perbuatan baik.

Louis Berkhof mengutip Council of Trent, Chapter XVI, Canon IX, yang berbunyi sebagai berikut:

"If any one saith that by faith alone the impious is justified is such wise as to mean, that nothing else is required to co-operate in order to the obtaining of the grace of justification, and that it is not in any way necessary, that he be prepared and disposed by the movement of his own will: let him he anathema" (= ) - ‘Systematic Theology’, hal 512.

Juga, sekalipun beberapa ahli theologia abad pertengahan menganggap justification sebagai tindakan sesaat dari Allah, tetapi yang lain beranggapan bahwa justification merupakan suatu proses.

2) Setelah Reformasi.

Doktrin justification adalah pinsip yang besar dari Reformasi.

a) Tentang sifat (nature) dari justification, para tokoh Reformasi membetulkan kesalahan para ahli theologia abad pertengahan / Roma Katolik yang mencampuradukkan justificationdengan sanctification. Ini mereka lakukan dengan menekankan:

Sifat hukum dari justification.

Justification sebagai tindakan Allah yang mengampuni kita dan membenarkan kita, tetapi tidak mengubah kita (Catatan: Allah memang akan mengubah hidup orang yang sudah dibenarkan, tetapi ini termasuk sanctification, bukan justification).
Para tokoh Reformasi itu juga menolak progressive justification dan menganggap bahwa justification bukanlah suatu proses tetapi tindakan sesaat.

b) Tentang dasar dari justification, para tokoh Reformasi menolak ajaran Thomas Aquinas / Roma Katolik yang mengajarkan bahwa kasih karunia dimasukkan ke dalam manusia dengan mana hidupnya dijadikan benar, dan karena itu dosanya lalu diampuni. Para tokoh Reformasi menggantikan ajaran tersebut dengan mengajarkan bahwa dasar dari justification adalah kebenaran dari Yesus Kristus yang diperhitungkan pada diri kita.

c) Tentang cara / jalan (means) untuk mendapatkan justification, para tokoh Reformasi menekankan bahwa manusia dibenarkan secara cuma-cuma oleh iman hanya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.

III) Sifat dari justification.

Louis Berkhof memberikan definisi dari justification sebagai berikut:

"Justification is a judicial act of God, in which He declares, on the basis of the righteousness of Jesus Christ, that all the claims of the law are satisfied with respect to the sinner" (= ) - ‘Systematic Theology’, hal 513.

Berbeda dengan regeneration, conversion, dan sanctification dimana Allah bertindak untuk memperbaharui orang berdosa, maka dalam justification ini Allah hanya memberikan pernyataan secara hukum bahwa manusia itu dibenarkan. Justification itu sendiri tidak mengubah kehidupan dari orang berdosa itu.

Justification mencakup pengampunan dosa dan diterimanya orang itu oleh Allah (Roma 5:1-10).

Beberapa point di bawah ini membedakan justification dan sanctification:

1) Justification menyingkirkan guilt of sin dan menjadikan orang berdosa itu anak Allah (apa ini bukan adopsi? check pelajaran tentang adopsi); sedangkan sanctification menyingkirkan pollution of sin dan memperbaharui / menyucikan orang berdosa itu hari demi hari sehingga makin lama makin menyerupai gambar Allah.

2) Justification terjadi di luar manusia yang berdosa itu, yaitu di pengadilan Allah, dan tidak mengubah kehidupan orang berdosa itu; sedangkan sanctification terjadi dalam diri orang berdosa itu dan secara perlahan / bertahap mempengaruhi seluruh hidupnya.

3) Justification merupakan tindakan sesaat dan terjadi hanya satu kali saja secara lengkap / penuh (complete). Karena itu Louis Berkhof berkata:

"There is no more or less in justification; man is either fully justified, or he is not justified at all" (= tidak ada lebih atau kurang dalam pembenaran; atau manusia itu dibenarkan sepenuhnya, atau tidak sama sekali) - ‘Systematic Theology’, hal 513.

Sedangkan sanctification merupakan suatu proses yang terus menerus, yang tidak akan pernah selesai dalam hidup ini.

IV) Elemen-elemen dari justification (= pembenaran).

a) Elemen negatif.

Ini menunjuk pada pengampunan dosa dari orang yang percaya, yang didasarkan pada penebusan oleh Kristus di kayu salib (ketaatan pasif dari Kristus).

Pengampunan dosa ini mencakup semua / segala dosa (bdk. Yeh 36:25 Kol 2:13 Tit 2:14 1Yoh 1:7,9), dan ini harus diartikan sebagai dosa yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang, tanpa kecuali.

Louis Berkhof: “The pardon granted in justification applies to all sins, past, present, and future, and thus involves the removal of all guilt and of every penalty” (= Pengampunan yang diberikan dalam pembenaran berlaku bagi semua dosa, yang lalu, sekarang, dan akan datang, dan mencakup penghapusan semua kesalahan dan setiap hukuman) - ‘Systematic Theology’, hal 514.

Charles Hodge: “The sins which are pardoned in justification include all sins, past, present, and future. It does indeed seem to be a solecism that sins should be forgiven before they are committed. Forgiveness involves remission of penalty. But how can a penalty be remitted before it is incurred? This is only an apparent difficulty arising out of the inadequacy of human language. The righteousness of Christ is a perpetual donation. It is a robe which hides, or as the Bible expresses it, covers from the eye of justice the sins of the believer. They are sins; they deserve the wrath and curse of God, but the necessity for the infliction of that curse no longer exists. The believer feels the constant necessity for confession and prayer for pardon, but the ground of pardon is ever present for him to offer and plead. So that it would perhaps be a more correct statement to say that in justification the believer receives the promise that God will not deal with him according to his transgressions, rather than to say that sins are forgiven before they are committed” (= Dosa-dosa yang diampuni dalam pembenaran mencakup semua dosa, yang lalu, sekarang dan yang akan datang. Kelihatannya memang merupakan sesuatu yang salah bahwa dosa diampuni sebelum dosa itu dilakukan. Pengampunan mencakup pembatalan / pengampunan hukuman. Tetapi bagaimana suatu hukuman bisa dibatalkan / diampuni sebelum hal itu ada? Ini hanya kelihatannya saja merupakan suatu problem, yang muncul karena ketidak-cukupan bahasa manusia. Kebenaran Kristus merupakan sumbangan yang kekal / terus-menerus. Itu merupakan jubah yang menyembunyikan, atau seperti Alkitab menyatakannya, menutupi dari mata keadilan dosa-dosa orang yang percaya. Mereka itu adalah dosa-dosa; mereka layak mendapat murka dan kutukan dari Allah, tetapi keharusan untuk memberikan kutukan itu sudah tidak ada lagi. Orang percaya merasakan kebutuhan yang terus-menerus untuk pengakuan dan doa untuk pengampunan, tetapi dasar dari pengampunan selalu ada baginya untuk dipanjatkan dan dimohonkan. Sehingga mungkin merupakan pernyataan yang lebih benar untuk mengatakan bahwa dalam pembenaran orang percaya menerima janji bahwa Allah tidak akan memperlakukan dia menurut pelanggaran-pelanggarannya, dari pada mengatakan bahwa dosa-dosa diampuni sebelum mereka dilakukan) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 163-164.

John Murray: “there is a remission of all sin, past, present, and future in justification. If this is so, how are we to explain the need and fact of continued remission of sin? Perhaps the most satisfactory and proper way to express the distinction is that the judicial condemnation of all sin is removed in justification. Judicial wrath does not rest upon any justified person for sin that resides in him or which he continues to commit. This, however, does not make unreal the sin he commits nor does it eliminates the displeasure of God. All sin is the contradiction of God and so he must react against it with displeasure; he cannot be complacent to it. The relationship of God to the justified differs, however. And because of that new relationship, expressed particularly in that of Fatherhood, it is the fatherly displeasure in the recurrent remission that is administered in response to repentance and confession. ‘God doth continue to forgive the sins of those that are justified; and, although they can never fall from the state of justification, yet they may, by their sins, fall under God’s fatherly displeasure, and not have the light of His countenance restored unto them, until they humble themselves, confess their sins, beg pardon, and renew their faith and repentance’ (Confession of Faith XI, v). Justification immediately and permanently changes the relation to God and to law and justice. It includes remission of the penalty of all sin, that is, it removes judicial, penal condemnation for past, present and future sins. God is no longer a condemning Judge but a loving Father. Nevertheless they by their sins fall under his fatherly displeasure and so they need daily forgiveness - the removal of this displeasure and restoration to the light of the divine countenance” [= ada pengampunan terhadap semua dosa, yang lalu, sekarang dan akan datang dalam pembenaran. Jika demikian halnya, bagaimana kita menjelaskan tentang kebutuhan dan fakta tentang pengampunan dosa yang terus-menerus? Mungkin cara yang paling memuaskan dan benar untuk menyatakan perbedaan ini adalah bahwa penghukuman / pernyataan bersalah yang berhubungan dengan pengadilan dari semua dosa disingkirkan dalam pembenaran. Kemurkaan yang berhubungan dengan pengadilan tidak tinggal pada orang yang dibenarkan yang manapun untuk dosa yang tinggal dalam dia atau yang terus ia lakukan. Tetapi bagaimanapun hal ini tidak membuat dosa yang ia lakukan itu tidak nyata, dan tidak menghapuskan ketidak-senangan Allah. Semua dosa bertentangan dengan Allah, dan dengan demikian Ia harus bereaksi menentangnya dengan ketidak-senangan; Ia tidak bisa merasa puas / senang terhadapnya. Tetapi hubungan Allah dengan orang yang dibenarkan, berbeda. Dan karena hubungan yang baru itu, yang dinyatakan secara khusus dalam keBapaan, maka adalah ketidak-senangan yang bersifat kebapaan yang dibangkitkan dan adalah ketidak-senangan yang bersifat kebapaan yang dihapuskan dalam pengampunan yang berulangkali yang diberikan sebagai tanggapan terhadap pertobatan dan pengakuan dosa. ‘Allah terus-menerus mengampuni dosa-dosa dari mereka yang telah dibenarkan; dan meskipun mereka tidak akan pernah terjatuh dari status pembenaran ini, tetapi mereka, oleh dosa-dosanya, bisa jatuh ke bawah ketidak-senangan yang bersifat kebapaan dari Allah, dan sinar wajahNya tidak akan dipulihkan kepada mereka, sampai mereka merendahkan diri, mengaku dosa-dosa mereka, memohon pengampunan, serta memperbaharui iman dan pertobatan mereka’ (Pengakuan Iman Westminster XI, v). Pembenaran secara langsung dan secara permanen mengubah hubungan terhadap Allah, hukum dan keadilan. Itu mencakup pengampunan / penghapusan dari semua dosa, yaitu, itu menghapus hukuman yang bersifat pengadilan untuk dosa-dosa yang lalu, sekarang dan akan datang. Allah bukan lagi merupakan seorang Hakim yang menyalahkan / menghukum tetapi seorang Bapa yang mengasihi. Tetapi bagaimanapun oleh dosa mereka mereka jatuh di bawah ketidak-senangan yang bersifat kebapaan dan dengan demikian mereka membutuhkan pengampunan setiap hari - penghapusan dari ketidak-senangan ini dan pemulihan kepada terang dari persetujuan / perkenan ilahi”] - ‘Collected Writings of John Murray’, vol II, hal 218-219.

Louis Berkhof: “Believers continue to sin after they are justified, ... the justified man remains a sinner, though a justified sinner” (= Orang-orang percaya terus berbuat dosa setelah mereka dibenarkan, ... orang yang dibenarkan tetap adalah orang berdosa, sekalipun orang berdosa yang dibenarkan) - ‘Systematic Theology’, hal 514.

b) Elemen positif.

Kebenaran Kristus diperhitungkan (imputed) kepada kita yang percaya, dan ini didasarkan secara lebih khusus pada ketaatan aktif (kesucian hidup) dari Kristus.

B. B. Warfield: “The theological use of the term ‘imputation’ is probably rooted in the employment of the verb IMPUTO in the Vulgate to translate the Greek verb LOGIZESTHAI in Ps. 32:2. This passage is quoted by Paul in Rom. 4:8 and made one of the foundations of his argument that, in saving man, God sets to his credit a righteousness without works” [= Penggunaan theologis dari istilah ‘imputation / tindakan memperhitungkan’ mungkin berasal mula dari penggunaan kata kerja IMPUTO dalam Vulgate (Kitab Suci berbahasa Latin) untuk menterjemahkan kata Yunani LOGIZESTHAI dalam Maz 32:2. Ayat ini dikutip oleh Paulus dalam Ro 4:8 dan dijadikan salah satu fondasi dari argumentasinya bahwa, dalam menyelamatkan manusia, Allah memberikan untuk keuntungan manusia suatu kebenaran tanpa perbuatan baik] - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 262.

B. B. Warfield: “In the developed theology thus brought into the possession of the Church, three several acts of imputation were established and expounded. These are the imputation of Adam’s sin to his posterity; the imputation of the sins of His people to the Redeemer; the imputation of the righteousness of Christ to His people. ... That the sin of Adam was so set to the account of his descendants that they have actually shared in the penalty which was threatened to it; and that the sins of His people were so set to the account of our Lord that He bore them in His own body on the tree, and His merits are so set to their account that by His stripes they are healed, the entirety of historical orthodox Christianity unites in affirming” (= Dalam theologia yang sudah berkembang yang menjadi milik Gereja, ada tiga tindakan perhitungan yang ditetapkan dan diuraikan. Mereka adalah perhitungan dosa Adam kepada keturunannya; perhitungan dosa-dosa umatNya kepada sang Penebus; perhitungan kebenaran Kristus kepada umatNya. ... Bahwa dosa Adam begitu ditetapkan pada tanggungan / rekening dari keturunannya sehingga mereka betul-betul ikut mendapatkan hukuman yang diancamkan terhadap dosa itu; dan bahwa dosa-dosa umatNya begitu ditetapkan pada tanggungan / rekening dari Tuhan kita sehingga Ia memikul mereka dalam tubuhNya sendiri di kayu salib, dan kebaikanNya begitu ditetapkan pada tanggungan / rekening mereka sehingga oleh bilur-bilurNya mereka disembuhkan, seluruh Kekristenan yang orthodox dalam sejarah bersatu dalam menegaskan / mengesahkan) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 263,264.

John Murray: “If we say that the trespass of Adam is imputed to posterity, all we can strictly and properly be regarded as meaning is that the sin of Adam is reckoned by God as the sin also of posterity. ... The parallel to the imputation of Adam’s sin is the imputation of Christ’s righteousness” (= Jika kita berkata bahwa pelanggaran Adam diperhitungkan kepada keturunannya, yang kita maksudkan secara ketat dan benar adalah bahwa dosa Adam diperhitungkan oleh Allah juga sebagai dosa dari keturunannya. ... Hal yang paralel dengan perhitungan dosa Adam adalah perhitungan kebenaran Kristus) - ‘The Imputation of Adam’s Sin’, hal 72,76.

Dalam Kitab Suci elemen positif ini sering digambarkan dengan pemberian ‘jubah / pakaian kebenaran’ (bdk. Maz 132:9,16 Yes 61:10 Zakh 3:1-5 Mat 22:11 Wah 3:18).

c) Elemen positif dan negatif ditinjau bersama-sama.

Zakh 3:4b jelas menunjukkan adanya elemen negatif dan elemen positif dalam ‘justification’ (= pembenaran).

Zakh 3:4b - “Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! (ini elemen negatif) Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta (ini elemen positif)”.

Juga Kis 26:18b - “supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu memperoleh pengampunan dosa (ini elemen negatif) dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (ini elemen positif)”.

Charles Hodge: “Our justification as a whole is sometimes referred to the blood of Christ, and sometimes to his obedience. This is intelligible because the crowning act of his obedience, and that without which all else had been unavailing, was his laying down his life for us. It is, perhaps, more correct to say that the righteousness of Christ, including all He did and suffered in our stead, is imputed to the believer as the ground of his justification, and the consequences of this imputation are, first, the remission of sin, and secondly, the acceptance of the believer as righteous” (= Pembenaran kita secara keseluruhan kadang-kadang dihubungkan dengan darah Kristus, dan kadang-kadang dengan ketaatanNya. Ini bisa dimengerti karena tindakan puncak dari ketaatanNya, tanpa hal mana semua yang lain adalah sia-sia / tak berguna, adalah penyerahan nyawaNya bagi kita. Mungkin lebih benar untuk berkata bahwa kebenaran Kristus, termasuk semua yang Ia lakukan dan derita untuk menggantikan kita, diperhitungkan kepada orang percaya sebagai dasar pembenarannya, dan konsekwensi dari perhitungan ini pertama-tama adalah pengampunan dosa, dan kedua adalah penerimaan orang percaya sebagai orang benar) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 161-162.

Satu hal yang ingin saya tambahkan di sini adalah: jika manusia membenarkan orang berdosa / jahat, maka itu merupakan hal yang jahat di mata Tuhan (Amsal 17:15 Yesaya 5:23). Allah sendiri mengampuni dan membenarkan orang berdosa (Ro 4:5,22-25 bdk. Roma 3:19-24), tetapi ini bisa terjadi hanya karena penebusan dosa dan kehidupan yang benar yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Seandainya tidak ada penebusan dosa dan kehidupan yang benar yang dilakukan oleh Yesus Kristus, maka pengampunan dan pembenaran terhadap orang berdosa akan merupakan suatu ketidak-adilan dan ketidak-benaran yang bertentangan dengan keadilan dan kesucian Allah. Tetapi karena adanya penebusan dosa dan kehidupan yang benar yang dilakukan oleh Yesus Kristus, Allah bisa melakukan hal ini, dan keadilan / kebenaran tetap dipenuhi. Bdk. Ro 5:17-19.

Seseorang yang tak dikenal (anonymous) berkata:

“The holiness of God excuses no sin, but the love of God forgives all sin through Christ” (= Kekudusan / kesucian Allah tidak memaafkan / mengabaikan / mengampuni dosa, tetapi kasih Allah mengampuni semua dosa melalui Kristus) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 409.

4) Syarat atau cara / jalan (means) untuk mendapatkan justification.

Tentang syarat atau cara / jalan (means) untuk mendapatkan justification, para tokoh Reformasi menekankan bahwa manusia dibenarkan secara cuma-cuma hanya oleh iman kepada Yesus Kristus (Ro 3:24,27-28 Gal 2:16 Ef 2:8-9 Fil 3:9).

Charles Hodge: “Faith is the condition of justification. ... God does not impute the righteousness of Christ to the sinner, until and unless, he (through grace), receives and rests on Christ alone for his salvation” [= Iman adalah syarat dari pembenaran. ... Allah tidak memperhitungkan kebenaran Kristus kepada orang berdosa, sampai dan kecuali, ia (melalui kasih karunia), menerima dan bersandar hanya kepada Kristus untuk keselamatannya] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 118.

Charles Hodge: “Faith is the condition on which God promises in the covenant of redemption, to impute unto men the righteousness of Christ. As soon, therefore, as they believe, they cannot be condemned. They are clothed with a righteousness which answers all the demands of justice” (= Iman adalah syarat di atas mana Allah menjanjikan dalam perjanjian penebusan, untuk memperhitungkan kepada manusia kebenaran Kristus. Karena itu, begitu mereka percaya, mereka tidak dapat dihukum / dinyatakan bersalah. Mereka diberi pakaian dengan suatu kebenaran yang memenuhi semua tuntutan keadilan) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 105.

William G. T. Shedd: “Faith unites with Christ, and union with Christ results in justification” (= Iman mempersatukan dengan Kristus, dan persatuan dengan Kristus menghasilkan pembenaran) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 538.

Herman Bavinck: “The righteousness which justifies us, therefore, is not to be separated from the person of Christ. It does not consists of a material or spiritual gift which Christ can grant us apart from Himself or which we can accept and receive apart from the person of Christ. There is no possibility of sharing in the benefits of Christ without being in the fellowship with the person of Christ, and the latter invariably brings the benefits with it. In order to stand before the judgment of God, to be acquitted of all guilt and punishment, and to share in the glory of God and eternal life, we must have Christ, not something of Him, but Christ Himself” (= Karena itu, kebenaran yang membenarkan kita tidak boleh dipisahkan dari pribadi Kristus. Itu tidak terdiri dari karunia yang bersifat materi atau rohani yang bisa diberikan oleh Kristus kepada kita terpisah dari diriNya sendiri, atau yang bisa kita terima terpisah dari pribadi Kristus. Tidak ada kemungkinan untuk ikut mendapatkan manfaat dari Kristus tanpa berada dalam persekutuan dengan pribadi Kristus, dan persekutuan dengan pribadi Kristus selalu membawa manfaat itu dengannya. Untuk bisa berdiri di depan penghakiman Allah, dan dibebaskan dari semua kesalahan dan hukuman, dan ikut mendapatkan kemuliaan Allah dan hidup yang kekal, kita harus memiliki Kristus, bukan sesuatu dari Dia, tetapi Kristus sendiri) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 454-455.

Beberapa hal yang perlu disoroti tentang pembenaran oleh iman:

a) Karena semua orang berdosa / tidak benar (bdk. Ro 3:10,23), maka semua orang membutuhkan ‘justification’ (= pembenaran). Bahwa dalam Kitab Suci dikatakan ada orang benar, seperti Nuh (Kej 6:9 7:1) dan Ayub (Ayub 1:1,8 2:3), maka ini tidak menunjukkan bahwa mereka suci / tak membutuhkan ‘justification’ / ‘pembenaran’ (bdk. Kej 9:21 dimana Nuh mabuk dan Ayub 13:26 dimana Ayub berbicara tentang kesalahan pada masa mudanya), tetapi menunjuk pada ‘kebenaran relatif’ (dibandingkan dengan orang-orang lain), atau pada ‘pembenaran oleh iman’.

b) Iman yang menyebabkan kita dibenarkan adalah iman kepada Kristus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Dasar Kitab Suci:

· Ro 3:25 - ‘karena iman dalam darahNya’ [NIV: ‘through faith in his blood’ (= melalui iman dalam darahNya)]

· Ro 5:9 - ‘dibenarkan oleh darahNya’.

· nama ‘Yesus’ diberikan ‘karena Dialah yang menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’ (Mat 1:21).

Karena itu kalau seseorang percaya kepada Yesus sekedar sebagai dokter / penyembuh, pelaku mujijat, penolong dari problem duniawi, pemberi kekayaan, dsb, ia belum dibenarkan. Bdk. 1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Charles Hodge menuliskan suatu petunjuk / pengarahan kuno bagi orang yang mengunjungi orang sakit (mungkin yang dimaksud adalah orang yang sakit berat dan hampir mati), yang berbunyi sebagai berikut:

“Dost thou believe that thou canst not be saved, but by the death of Christ? The sick man answereth, Yes. Then let it be said unto him, Go to, then, and whilst thy soul abideth in thee, put all thy confidence in this death alone, place thy trust in no other thing, commit thyself wholly to this death, cover thyself wholly with this alone, cast thyself wholly on this death, wrap thyself wholly in this death. And if God would judge thee, say, Lord, I place the death of our Lord Jesus Christ between me and thy judgment; and otherwise I will not contend, or enter into judgment with thee. And if He shall say unto thee, that thou art a sinner, say, I place the death of our Lord Jesus Christ between me and my sins. If He shall say unto thee, that thou hast deserved damnation, say, Lord, I put the death of our Lord Jesus Christ between thee and all my sins; and I offer his merits for my own, which I should have, and have not. If He say that He is angry with thee: say, Lord, I place the death of our Lord Jesus Christ between me and thy anger” (= Apakah engkau percaya bahwa engkau tidak bisa diselamatkan, kecuali oleh kematian Kristus? Orang sakit itu menjawab: ‘Ya’. Lalu biarlah dikatakan kepadanya: ‘Kalau demikian, pergilah kepadaNya, dan sementara jiwamu masih tinggal di dalam kamu, letakkanlah seluruh keyakinanmu pada kematian ini saja, janganlah menempatkan kepercayaanmu pada hal yang lain, serahkanlah / percayakanlah dirimu sepenuhnya pada kematian ini, tutupilah dirimu sepenuhnya dengan kematian ini saja, lemparkanlah dirimu sepenuhnya pada kematian ini, bungkuslah dirimu sepenuhnya dalam kematian ini. Dan jika Allah menghakimimu, katakanlah: Tuhan, aku meletakkan kematian Tuhan kami Yesus Kristus antara aku dan penghakimanMu; dan kalau tidak aku tidak akan melawan atau masuk ke dalam penghakiman dengan Engkau. Dan jika Ia berkata kepadamu bahwa engkau adalah orang berdosa, katakanlah: Aku meletakkan kematian Tuhan kami Yesus Kristus antara Engkau dan dosa-dosaku; dan aku mempersembahkan jasa / kebaikanNya untuk diriku sendiri, yang seharusnya aku miliki tetapi aku tidak memilikinya. Jika Ia berkata bahwa Ia marah kepadamu: katakan: Tuhan, aku menempatkan kematian Tuhan kami Yesus Kristus antara aku dan kemarahanMu) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 154-155.

c) Ditinjau sebagai cara untuk mendapatkan ‘justification’ (= pembenaran), maka ‘faith’ / ‘iman’ bertentangan dengan ‘works’ / ‘perbuatan baik’ (Gal 5:2-4), dan karenanya sekalipun kita diperintahkan untuk beriman kepada Kristus (Yohanes 6:29 Kis 16:31 1Yoh 3:23a), tetapi ‘faith’ / ‘iman’ tetap tidak bisa dianggap sebagai ‘works’ / ‘perbuatan baik’. Juga perlu diingat bahwa ‘faith’ / ‘iman’ adalah pemberian Allah (Fil 1:29 Ef 2:8-9).

Doktrin ‘justification by works’ (= pembenaran oleh perbuatan baik) merupakan ajaran sesat yang bertentangan dengan ayat-ayat seperti Kis 13:38-39 Roma 3:20 Ro 4:2 Roma 10:3-4 Gal 2:16,21 Galatia 3:10-12 Galatia 5:4 Efesus 2:8-9 Filipi 3:9, dan karenanya harus ditentang.

Cynddylan Jones mengomentari Ef 2:8-9 sebagai berikut:

“You might as well try to cross the Atlantic in a paper boat as to get to heaven by your own good works” (= Kamu bisa mencoba menyeberangi Lautan Atlantik dalam sebuah perahu kertas sama seperti kamu mau ke surga dengan perbuatan-perbuatan baikmu sendiri).

Martin Luther: “The most damnable and pernicious heresy that has ever plagued the mind of men was the idea that somehow he could make himself good enough to deserve to live with an all-holy God” (= Ajaran sesat yang paling terkutuk dan jahat / merusak yang pernah menggoda pikiran manusia adalah gagasan bahwa entah bagaimana ia bisa membuat dirinya sendiri cukup baik sehingga layak untuk hidup dengan Allah yang mahasuci) - Dr. D. James Kennedy, ‘Evangelism Explosion’, hal 31-32.

Pembenaran oleh perbuatan baik ini bukan hanya bertentangan dengan hukum Tuhan / Firman Tuhan tetapi juga bertentangan dengan hukum negara / hukum duniawi. Contoh: seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan satu minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus kesalahannya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!

Juga perlu dicamkan bahwa baptisan dan pengakuan dosa termasuk dalam ‘perbuatan baik’, dan karenanya tidak boleh dianggap sebagai hal yang bisa menyebabkan kita dibenarkan atau sebagai syarat mutlak bagi pembenaran.

Sedangkan doktrin ‘justification by faith alone’ (= pembenaran karena iman saja) jelas merupakan doktrin yang Alkitabiah dan Injili, yang didukung oleh ayat-ayat seperti Roma 3:24,27-28 Galatia 2:16 Efesus 2:8-9 Filipi 3:9.

Memang dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang seolah-olah mengajarkan ‘pembenaran / keselamatan karena perbuatan baik’, seperti Matius 7:21 Mat 25:31-46 Yohanes 5:29. Juga dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang seolah-olah mengajarkan ‘pembenaran / keselamatan karena iman dan perbuatan baik’, seperti Yak 2:21-22,24-25.

Tetapi kalau kita menafsirkan bahwa ayat-ayat ini betul-betul menunjukkan bahwa kita dibenarkan / diselamatkan karena perbuatan baik kita atau karena iman dan perbuatan baik kita, maka ayat-ayat ini akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa perbuatan baik kita tidak bisa membenarkan / menyelamatkan diri kita dan juga bertentangan dengan ayat-ayat yang menunjukkan pembenaran / keselamatan karena iman saja.

Ayat-ayat seperti itu ada dalam Kitab Suci karena iman selalu menghasilkan perbuatan baik, atau dengan kata lain, perbuatan baik adalah bukti dari iman (Yak 2:17,26), dan karenanya juga merupakan bukti dari pembenaran / keselamatan. Tetapi apa yang menyebabkan kita dibenarkan, tetap adalah iman saja.

Herman Bavinck: “This righteousness of Christ is so perfect and adequate that it requires no completion or supplementation of our own. As a matter of fact it can in no way be increased or amplified by us, for it is an organic whole. ... This righteousness has not been put together from piece or fragments. You either have all of it or none of it. We cannot get a part of it and fill in the rest ourselves” (= Kebenaran Kristus adalah begitu sempurna dan mencukupi sehingga itu tidak membutuhkan pelengkapan / penyempurnaan atau penambahan dari kebenaran kita sendiri. Dalam faktanya, itu tidak bisa dinaikkan atau dikuatkan dengan cara apapun oleh kita, karena itu merupakan suatu kesatuan organik yang utuh. ... Kebenaran ini tidak dikumpulkan dari potongan atau pecahan-pecahan. Atau engkau memiliki seluruhnya atau tidak sama sekali. Kita tidak bisa mendapatkan sebagian darinya dan melengkapi / menyempurnakan sendiri sisanya) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 453.

d) Apakah ajaran ‘pembenaran oleh iman saja’ ini merupakan ajaran yang berbahaya, karena bisa menyebabkan seseorang berbuat dosa seenaknya sendiri?

John Murray: “It is an old and time-worn objection that this doctrine ministers to licence and looseness. Only those who know not the power of the gospel will plead such misconception. Justification is by faith alone, but not by a faith that is alone. ... Faith alone justifies but a justified person with faith alone would be a monstrosity which never exists in the kingdom of grace. ... faith without works is dead (cf. James 2:17-20). No one has entrusted himself to Christ for deliverance from the guilt of sin who has not also entrusted himself to him for deliverance from the power of sin” [= Merupakan keberatan yang sudah lama dan usang bahwa doktrin ini menyebabkan / mendukung kebebasan yang berlebihan dan kelonggaran (untuk berbuat dosa). Hanya mereka yang tidak mengenal kuasa injil yang akan menyatakan konsep salah seperti itu. Pembenaran adalah oleh iman saja, tetapi bukan oleh iman yang ada sendirian. ... Iman saja membenarkan, tetapi seseorang yang dibenarkan yang hanya mempunyai iman merupakan suatu hal yang mengerikan yang tidak pernah ada dalam kerajaan kasih karunia. ... iman tanpa perbuatan adalah mati (bdk. Yakobus 2:17-20). Tidak seorangpun yang telah mempercayakan dirinya kepada Kristus untuk pembebasan dari kesalahan dari dosa yang tidak juga mempercayakan dirinya kepadaNya untuk pembebasan dari kuasa dosa] - ‘Redemption accomplished and applied’, hal 131.

Charles Hodge: “the very act of faith which secures our justification, secures also our sanctification. It cannot secure the one without securing also the other. ... If we are justified, we are sanctified. He, therefore, who lives in sin, proclaims himself an unbeliever” (= tindakan iman yang menjamin pembenaran kita, juga menjamin pengudusan kita. Itu tidak bisa menjamin yang satu tanpa menjamin juga yang lainnya. ... Jika kita dibenarkan, kita dikuduskan. Karena itu, ia yang hidup di dalam dosa, memproklamasikan dirinya sendiri sebagai orang yang tidak percaya) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 171.

Ajaran yang bagaimanapun benarnya bisa ditanggapi secara salah. Adanya tanggapan yang salah tidak boleh menyebabkan kita mengubah ajaran itu. Perlu saudara pikirkan bahwa kalau saudara mengubah ajaran ‘pembenaran karena iman saja’ menjadi ‘pembenaran karena perbuatan baik’ atau ‘pembenaran karena iman dan perbuatan baik’, maka itu bukan saja berarti bahwa saudara mengajarkan ajaran sesat, tetapi juga bahwa ajaran itu akan menimbulkan akibat negatif yang lain, seperti tidak adanya keyakinan keselamatan, dan karenanya tidak adanya damai dan sukacita. Karena itu kita harus mempertahankan ajaran yang benar yaitu ‘pembenaran karena iman saja’, dan kalau ada orang yang menanggapi secara salah, biarlah orang itu bertanggung jawab sendiri kepada Tuhan!

V) Saat seseorang dibenarkan (the time of justification).

Ada 3 teori tentang kapan seseorang dibenarkan:

1) Kita (orang pilihan) dibenarkan sejak kekekalan.

Ini sering disebut dengan istilah ‘justification from eternity’ (= pembenaran sejak kekekalan).

Louis Berkhof: “the advocates of a justification from eternity also speak of a justification by faith. But in their representation this can only mean that man by faith becomes conscious of what God has done in eternity” (= para pendukung dari pembenaran sejak kekekalan ini juga berbicara tentang pembenaran oleh iman. Tetapi dalam gambaran mereka, ini hanya bisa berarti bahwa manusia oleh iman menjadi sadar tentang apa yang Allah telah lakukan dalam kekekalan) - hal 519.

Dasar yang dipakai:

a) Kitab Suci berbicara tentang kasih karunia atau belas kasihan Allah yang ada sejak kekekalan (Maz 25:6 Mazmur 103:17).

Jawab: bahwa Allah mempunyai kasih karunia / kasih atau belas kasihan sejak kekekalan, tidak berarti bahwa hal itu diwujudkan dengan memberikan justification (= pembenaran) pada saat itu. Itu diwujudkan dengan melakukan election / pemilihan, rencana penebusan, dsb.

b) Dalam rencana penebusan, dosa-dosa orang pilihan diperhitungkan kepada Kristus, dan kebenaran Kristus diperhitungkan kepada orang-orang pilihan, dan orang-orang pilihan dibenarkan.

Jawab:

Ini mencampuradukkan justification (= pembenaran) dengan election / eternal decree (= pemilihan / ketetapan kekal) atau mencampuradukkan Rencana Allah dan pelaksanaan dari Rencana Allah tersebut. Dalam kekekalan Allah hanya menetapkan hal-hal itu, tetapi pelaksanaan dari hal-hal itu itu belum terjadi pada saat itu.

Louis Berkhof: “If this justification in the intention of God warrants our speaking of a justification from eternity, then there is absolutely no reason why we should not speak of a creation from eternity as well” (= Jika pembenaran dalam maksud Allah ini membenarkan kita untuk berbicara tentang pembenaran sejak kekekalan, maka tidak ada alasan sama sekali mengapa kita tidak harus berbicara juga tentang penciptaan sejak kekekalan) - hal 519.

2) Kita (orang pilihan) dibenarkan pada saat kebangkitan Kristus.

Dasar pandangan ini:

a) Pada saat Kristus mati dan bangkit semua tuntutan hukum untuk orang-orang pilihan sudah dipuaskan, dan karena itu pada saat itu orang-orang pilihan sudah dibenarkan.

Jawab:

Louis Berkhof: “But here too careful distinction is required. Even though it be true that there was an objective justification of Christ and of the whole body of Christ in His resurrection, this should not be confounded with the justification of the sinner of which Scripture speaks. It is not true that when Christ rendered full satisfaction to the Father for all His people, their guilt naturally terminated. A penal debt is not like a pecuniary debt in this respect. Even after the payment of a ransom, the removal of guilt may depend on certain conditions, and does not follow as a matter of course. The elect are not personally justified in the Scriptural sense until they accept Christ by faith and thus appropriate His merits” (=) - hal 519-520.

Ini membingungkan. Perbedaan objective justification dan subjective justification (hal 517) membingungkan.

b) Roma 4:25 - “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”.

BACA JUGA: PEMBENARAN: KARAKTERISTIKNYA

NIV: ‘He was delivered over to death for our sins and was raised to life for our justification’ (= Ia diserahkan kepada kematian untuk dosa-dosa kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita).

Jawab: ini bisa diartikan bahwa kebangkitan Kristus terjadi supaya kita bisa dibenarkan. Jadi tak berarti bahwa pembenarannya terjadi pada saat kebangkitan Kristus.

Bavinck kelihatannya percaya pandangan no 1 atau 2 atau both!

Our Reasonable Faith, hal 459.

3) Kita dibenarkan pada saat kita beriman kepada Kristus.

‘Westminster Confession of Faith’, chapter XI, no 4:

“God did, from all eternity, decree to justify all the elect, and Christ did, in the fulness of time, die for their sins, and rise again for their justification: nevertheless, they are not justified, until the Holy Spirit doth, in due time, actually apply Christ unto them” (= Sejak kekekalan Allah telah menetapkan untuk membenarkan semua orang-orang pilihanNya, dan Kristus, setelah genap waktunya, telah mati bagi dosa-dosa mereka, dan telah bangkit kembali bagi pembenaran mereka; meskipun demikian, mereka masih belum dibenarkan, sampai pada saat Roh Kudus, pada saat yang tepat, betul-betul menerapkan Kristus kepada mereka).

 Sanctification

J. C. Ryle:

"Sound Protestant and evangelical doctrine is useless if it is not accompanied by a holy life. It is worse than useless: it does positive harm. It is despised by keensighted and shrewd men of the world, as an unreal and hollow thing, and brings religion into contempt" (= ) - ‘Holiness’, bagian ‘Introduction’.

"Let us not expect too much from our own hearts here below. At our best we shall find in ourselves daily cause for humiliation, and discover that we are needy debtors to mercy and grace every hour. The more light we have, the more we shall see our own imperfection. Sinners we were when we began, sinners we shall find ourselves as we go on: renewed, pardoned, justified, yet sinners to the very last" (= ) - ‘Holiness’, hal 31.

"Many appear to forget that we are saved and justified as sinners, and only sinners, and that we never can attain to anything higher, if we live to the age of Methuselah. Redeemed sinners, justified sinners and renewed sinners doubtless we must be - but sinners, sinners, sinners, we shall be always to the very last" (= ) - ‘Holiness’, hal 113.

Allah menghendaki pengudusan kita (1Tesalonika 4:3).

J. C. Ryle:

"A truly sanctified person may be so clothed with humility that he can see in himself nothing but infirmity and defects" (= ) - ‘Holiness’, hal 18.

Bdk. Matius 25:37 - domba tak merasa berbuat baik.

J. C. Ryle:

"A ‘saint’, in whom nothing can be seen but worldliness or sin, is a kind of monster not recognized in the Bible" (= ) - ‘Holiness’, hal 19.

Doa adalah cara / jalan untuk mendapatkan sanctification.

Matius 6:13 Matius 26:41.

Sanctification tak berarti bebas dari inward spiritual conflict. bdk. Galatia 5:17.

Sanctification tidak membenarkan manusia, tetapi menyenangkan Allah.

J. C. Ryle:

"He and sin must quarrel, if he and God are to be friends" (= ) - ‘Holiness’, hal 68.

J. C. Ryle:

"A single day in hell will be worse than a whole life spent in carrying the cross" (= ) - ‘Holiness’, hal 75.

I) Apakah mortification itu?

Dalam Roma 8:13 ini istilah mortification ini digambarkan dengan kata-kata ‘mematikan perbuatan-perbuatan tubuh’.

1) ‘Tubuh’.

Kata ‘tubuh’ dalam ay 13b artinya sama dengan kata ‘daging’ dalam ay 13a.

Jadi, ‘perbuatan tubuh / daging’ ini bisa disamakan dengan ‘kehidupan manusia lama’, yang menunjuk pada semua dosa dalam hidup kita.

2) ‘Mematikan’ (= to mortify).

a) ‘To mortify sin’ (= mematikan dosa) tidak berarti menutup-nutupi dosa, berpura-pura saleh, kesalehan lahiriah dsb.

John Owen:

"When a man on some outward respects forsakes the practice of any sin, men perhaps may look on him as a changed man. God knows that to his former iniquity he hath added cursed hypocrisy, and is got in a safer path to hell than he was in before. He hath got another heart than he had, that is more cunning; not a new heart, that is more holy" (= Pada waktu seseorang kelihatan dari luar meninggalkan praktek dari suatu dosa, mungkin orang akan melihatnya sebagai orang yang tetah berubah. Tetapi Allah tahu bahwa terhadap dosanya yang semula ia telah menambahkan kemunafikan yang terkutuk, dan ia telah mencapai jalan yang lebih aman menuju neraka dari pada sebelumnya. Ia telah mendapatkan hati yang lain yang lebih licik dari hatinya semula, bukan hati yang baru, yang lebih suci / kudus) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 25.

Mortification bukan cuma kesalehan di luar yang disebabkan karena karakter / kepribadian yang tenang, tidak mudah marah, sopan dsb. Kalau hatinya tetap penuh dengan kebencian, iri hati, percabulan dsb, maka di sini tidak ada mortification.

Penerapan:

Apakah saudara hanya mempunyai kesalehan lahiriah (seperti pergi ke gereja, dibaptis, dsb), tetapi mempunyai hati yang tidak percaya dan jahat?

Artinya sama dengan ‘menyalibkan manusia lama’ / membuang dosa / semua yang tak sesuai dengan Firman Tuhan / kehendak Allah, bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga di dalam hati.
Memang manusia lama ini sudah disalibkan dengan Kristus (Roma 6:6). Ini dimulai pada saat kelahiran baru (Roma 6:3-5). Tetapi ini harus dilanjutkan / ditingkatkan sampai pada kesempurnaan. Sekalipun memang dalam dunia ini kita tidak akan bisa mencapai kesempurnaan, tetapi itu harus menjadi tujuan kita.

II) Siapa yang harus melakukan mortification?

1) Orang yang diberi kewajiban ini adalah ‘kamu’ (Roma 8:13), yaitu orang kristen di Roma kepada siapa Paulus menuliskan surat ini. Ini terlihat lebih jelas lagi dari Kolose 3:5, karena kalau dilihat Kolose 3:1-4 terlihat bahwa ini ditujukan kepada orang percaya.

2) Ada bahayanya kalau kita menyuruh orang yang belum percaya untuk melakukan mortification, yaitu ia tidak akan datang kepada Yesus, sebaliknya merasa diri bisa melakukan perbaikan hidup. Dan pada saat ia gagal melakukan mortification itu, ia bisa berpandangan bahwa kekristenan itu salah, membuang dosa itu sia-sia dsb. Ini menyebabkan ia makin menyerah kepada dosa.

Karena itu, terhadap orang yang belum percaya, kita hanya menginjilinya menyuruhnya datang kepada Yesus, sedangkan terhadap orang percaya kita menyuruhnya melakukan mortification.

II) Mengapa kita harus terus-menerus melakukan mortification?

1) Karena dosa terus bertindak dalam diri kita menghasilkan perbuatan daging.

John Owen:

"When sin lets us alone we may let sin alone; but as sin is never less quiet than when it seems to be most quiet, and its waters are for the most part deep when they are still, so ought our contrivances against it to be vigorous at all times and in all conditions, even where there is least suspicion" (= kalau dosa membiarkan kita / tak mengganggu kita, maka kita boleh membiarkan dosa; tetapi karena dosa itu tidak pernah diam, dan airnya biasanya dalam pada waktu sedang tenang, maka usaha kita menentangnya harus bersemangat setiap saat dan dalam setiap kondisi, bahkan pada saat ada kecurigaan yang paling kecil) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 11.

2) Dosa bukan hanya akan terus bekerja / bertindak, tetapi kalau didiamkan / kalau tidak terus dimatikan, dosa itu akan melahirkan dosa-dosa yang hebat, yang oleh Owen dikatakan sebagai ‘cursed, scandalous, soul-destroying sins’ (= dosa-dosa terkutuk, memalukan, mernghancurkan jiwa).

John Owen:

"Every unclean thought or glance would be adultery if it could; every covetous desire would be oppression, every thought of unbelief would be atheism, might it grow to its head" (= setiap pikiran / pandangan mata yang najis akan menjadi perzinahan kalau memungkinkan; setiap keinginan yang tamak akan menjadi penindasan, setiap pikiran tentang ketidakpercayaan akan menjadi atheisme, kalau hal itu bisa tumbuh sampai puncaknya) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 12.

Bandingkan dengan:

Ibrani 3:13. Galatia 5:19-21.

1Sam 11 Daud mula-mula melihat Batsyeba, tetapi lalu berzinah dengan Batsyeba, membunuh Uria dsb.
John Owen:

"It is modest, as it were, in its first motions and proposals, but having once got footing in the heart by them, it constantly makes good its ground, and presseth on to some farther degrees in the same kind" (= pada gerakan dan usul mula-mula dosa itu sopan, tetapi sekali mendapat tempat berpijak dalam hati kita, dosa itu merperkokoh posisinya, dan terus menekan ke tingkat yang lebih jauh) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 12.

Penerapan:

Kalau perzinahan itu mau menguasai saudara bisa saja mula-mula ia datang dengan sopan, dan mengajak saudara untuk ‘mengagumi keindahan ciptaan Tuhan’, tetapi lalu membawa saudara ke dalam perzinahan dalam hati (Matius 5:28), dan akhirnya ke dalamn perzinahan fisik. Karena itu hati-hatilah dengan ‘sikap sopan’ dari dosa pada waktu ia pertama kali datang kepada saudara!

John Owen menambahkan sebagai berikut:

"One lust, or a lust in one man, may receive many accidental improvements, heightenings, and strengthenings, which may give it life, power, and vigour, exceedingly above what another lust hath, or the same lust (that is, of the same kind and nature) in another man" [= Satu nafsu, atau suatu nafsu dalam satu orang, bisa menerima kemajuan, peningkatan dan penguatan, yang memberinya hidup, kekuatan, dan semangat yang jauh melebihi yang dipunyai oleh nafsu yang lain, atau nafsu yang sama (yaitu, nafsu dari jenis dan sifat yang sama) dalam diri orang lain] - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 29.

John Owen juga memberi petunjuk tentang dosa yang sudah berkembang sampai pada taraf berbahaya:

a) Kalau dosa itu sudah mendarah daging untuk waktu yang lama.

Renungkan: apa dosa / kelemahan saudara yang sudah ada sejak kecil? Zinah? Sombong? Dusta? Pemarah? Pendendam? Malas? Suka ngaret?

b) Kalau kita menyetujui dosa itu, dan tak ada usaha untuk membunuhnya, atau usaha untuk membenarkan diri sekalipun ada dosa.

c) Atau kalau kita hibur diri bahwa untuk dosa inipun Kristus sudah mati dan tebus, lalu kita teruskan dosa itu.

bdk. Naaman dalam 2Raja-raja 5:18 - mau teruskan masuk ke kuil Rimon bersama rajanya, dan minta Tuhan ampuni.

bdk. Yudas 4: 'menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu!

bdk. Roma 6:1-2.
d) Kalau kita senang / mencintai dosa itu (sekalipun kita tak melakukannya).

3) Dosa memberikan banyak hal negatif.

a) John Owen:

"Every unmortified sin will certainly do two things: - [1] It will weaken the soul, and deprive it of its vigour. [2] It will darken the soul, and deprive it of its comfort and peace" [= Setiap dosa yang tidak dimatikan pasti akan melakukan 2 hal: (1) Dosa itu akan melemahkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan semangat / kekuatannya.(2) Dosa itu akan menggelapkan jiwa, dan mencabut / menghilangkan penghiburan dan damai darinya] - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 22.

Contoh:

Daud dalam Mazmur 38:4,9 Mazmur 40:13 (KJV: I am not able to look up).

Juga 1Yohanes 2:15 1Yohanes 3:17 - kehilangan kasih Allah.

Tentang ‘kehilangan damai’ lihat:

Imamat 26:17b,36-37a Amsal 28:1.

1Raja2 8:38 - ‘apa yang merisaukan hatinya sendiri’ ® jelas menunjukkan bahwa dosa menghancurkan damai / sukacita.
Illustrasi:

Ini seperti tanaman yang ditanam tanpa disiangi tanahnya, sehingga tumbuh banyak semak, rumput dsb disekelilingnya. Tanaman itu mungkin saja bisa tetap hidup, tetapi tidak akan bagus / sehat.

Sebaliknya, ada janji yang diberikan kalau kita melakukan kewajiban ini, yaitu: ‘Engkau akan hidup’ (Roma 8:13).

Hidup disini dikontraskan dengan ‘mati’ dalam ay 13a atau ‘kebinasaan’ dalam Galatia 6:8.

Mungkin kata ‘hidup’ ini tidak hanya menunjuk pada hidup yang kekal, tetapi juga pada kehidupan rohani yang kuat, penuh semangat dan sukacita. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam 1Tesalonika 3:8 - ‘Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri’. Tentu maksud Paulus bukan sekedar ‘hidup kekal biasa’ tetapi hidup rohani yang penuh sukacita.

Jadi yang dijanjikan di dalam Roma 8:13 ini adalah: ‘Kamu akan mempunyai kehidupan rohani yang baik, bersemangat / kuat, dan menyenangkan saat ini, dan kamu akan menerima hidup kekal nanti’.

b) Doa yang tidak dijawab

Hosea 5:13-15 - tidak dilepaskan dari penderitaan, sekalipun berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan, sampai mereka mengaku bersalah (Hosea 5:15 bdk. Zakharia 7:8-14).

Bdk. Juga Yohanes 9:31 Yesaya 59:1-2 Yesaya 1:15 Amsal 1:24-28.

c) Dosa sebabkan pelayanan kita tak diberkati / sia-sia.

Pelayanan tergantung pada doa. Kalau doa tak dijawab (no b) di atas, maka jelas pelayanan akan sia-sia.

Bdk. juga 1Korintus 15:58 2Timotius 2:20-22.

d) Dosa menyebabkan kita dikeraskan hatinya (Ibrani 3:12-13).

Kita menjadi tak takut kepada Allah, remehkan / kecilkan dosa itu dsb.

e) Adanya hukuman / hajaran Tuhan (Mazmur 89:31-33).

Bdk. Yunus ditelan ikan.

4) Dosa menyedihkan / mendukakan Roh Kudus (Efesus 4:30).

III) Bagaimana caranya melakukan mortification?

1) Cara melakukan kewajiban itu adalah: ‘melalui Roh Kudus’.

John Owen:

"Mortification from a self-strength, carried on by ways of self-invention, unto the end of a self-righteousness, is the soul and substance of all false religion in the world" (= tindakan mematikan dosa dengan kekuatan sendiri, dilakukan dengan cara-cara yang ditemukan sendiri, menuju kebenaran diri sendiri, adalah jiwa dan zat / inti dari semua agama palsu dalam dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 7.

Dalam melakukan mortification ini harus ada kesadaran mendalam bahwa kita tidak mampu, dan hanya Roh Kudus yang mampu. Ini membuat kita harus bersandar kepada Dia dengan banyak berdoa! Tetapi bahwa Roh Kudus yang menguduskan kita dan mematikan dosa dalam diri kita, tidak berarti bahwa kita tak perlu berbuat apa-apa. Pengudusan / mortification termasuk synergistic, yaitu suatu hal yang terjadi karena kerja sama dua pihak, yaitu Allah / Roh Kudus dan manusia!

John Owen:

"He works in us and with us, not against us or without us" (= Ia bekerja di dalam kita dan bersama kita, bukan menentang kita atau tanpa kita) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 20.

2) Kita tak boleh mengecilkan / meremehkan dosa itu. Kita harus mempunyai pengertian yang benar tentang kesalahan, bahaya, dan jahatnya dosa itu. Tidak adanya hal ini menyebabkan kita terus ada dalam dosa itu. Contoh:

2Raja2 5:18 - Naaman adalah contoh orang yang meremehkan dosa.

Amsal 7:23b - tidak sadar bahwa hidupnya terancam.
Bdk. juga dengan Roma Katolik yang mengajarkan tentang venial sins (= dosa kecil), yang bahkan tidak perlu diakui.

Kita memang percaya adanya tingkat-tingkat dosa, tetapi kita tidak percaya adanya dosa yang boleh diremehkan! Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya adalah maut. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menimbulkan murka Allah / menjauhkan manusia dari Allah. Setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, menyebabkan Kristus harus mati di atas kayu salib.

3) Kita tak boleh melakukan mortification itu hanya pada dosa-dosa tertentu saja, tetapi pada semua dosa (bdk. 2Korintus 7:1 - marilah kita menyucikan diri dari semua pencemaran jasmani dan rohani). Mengapa?

biasanya orang memilih untuk membunuh dosa yang menyebabkan hidupnya tidak damai, tidak enak, dsb, tetapi membiarkan dosa yang tidak menyebabkan hal-hal itu. Ini menunjukkan bahwa mortification yang ia lakukan didasarkan pada self-love (= kasih pada diri sendiri)!

Bisa saja dosa-dosa yang mau kita buang itu tidak bisa mati, justru karena adanya dosa-dosa yang kita biarkan.

Allah sering menghukum satu dosa dengan membiarkan orang itu jatuh ke dalam dosa-dosa lain (Mazmur 81:12-13 Roma 1:24,26,28). Jadi, dosa yang satu bisa berhubungan dengan dosa yang lain.

dosa yang dibiarkan itu akan merusak persekutuan kita dengan Allah, dan rusaknya persekutuan dengan Allah ini menyebabkan kita tidak punya kekuatan untuk membuang dosa yang ingin kita buang.
Renungkan: dosa apa yang saudara biarkan dalam diri saudara?

4) Mortification harus dilakukan dengan terus menerus memerangi / melemahkan dosa itu. Jangan hanya kadang-kadang, karena pada saat kita berhenti memeranginya, ia bertumbuh / menguat.

John Owen:

"Cease not a day from this work; be killing sin or it will be killing you" (= jangan berhenti satu haripun dari pekerjaan ini; bunuhlah dosa atau dosa itu akan membunuhmu) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 9.

Tujuannya supaya dosa terus berkurang dalam kekuatannya, maupun dalam seringnya muncul dalam diri kita. Dosa, khususnya yang telah lama dipelihara dan menjadi kuat, harus dilemahkan / diperangi terus menerus ® ini yang disebut menyalibkan daging dengan segala keinginannya (Galatia 5:24).

Perlu juga diketahui bahwa kalau seseorang disalibkan, maka biasanya mula-mula ia berontak, berteriak dsb, tetapi lama-kelamaan akan melemah dan mati. Demikian juga pada waktu kita menyalibkan dosa, maka sering terjadi bahwa dosa itu lalu justru kelihatan tambah hebat.

Catatan:

Makin hebatnya dosa pada saat kita melakukan mortification sering membuat kita putus asa, merasa gagal / sia-sia, sehingga kita berhenti menyalibkan dosa itu, tetapi kalau penyaliban itu diteruskan, maka dosa itu akan melemah dan mati.

5) Melakukan hal-hal yang ‘tidak menyenangkan’ / bertentangan dengan dosa itu.

Contoh:

kalau saudara suka ngaret, maka janganlah sekedar datang persis pada waktunya, tetapi datanglah kepagian, bahkan sangat kepagian. Ini adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan bagi sifat ngaret itu!

kalau saudara medit / kikir, justru berikan uang kepada gereja / orang yang layak dibantu.

kalau saudara sering tidak memberikan persembahan persepuluhan, justru berikan persembahan perlimaan, sekaligus untuk membayar hutang saudara kepada Tuhan!

kalau saudara tamak, justru tolak tawaran bisnis, sekalipun sebetulnya memungkinkan untuk menerimanya!

kalau saudara selalu hidup dengan pengelihatan / logika, justru saudara harus berusaha untuk hidup dengan iman (bdk. 2Korintus 5:7).

kalau saudara sombong / senang dianggap hebat / disanjung, justru buatlah supaya saudara direndahkan. Misalnya: pada waktu berkumpul kumpul dengan teman-teman yang kaya, saudara pakai pakaian sederhana / murah, tanpa perhiasan. Atau dengan berani bertanya (sekalipun akan dianggap bodoh) pada waktu ada sesuatu yang tidak saudara mengerti dalam pembicaraan.

kalau TV menjadi ‘allah lain’ dalam hidup saudara, maka saudara harus dengan sengaja tidak menonton acara yang saudara senangi sekalipun sebetulnya ada waktu untuk menontonnya.

kalau saudara tidak bisa bersekutu, justru harus mengadakan waktu untuk bersekutu.

kalau saudara malas melayani, justru saudara harus meminta pelayanan yang merepotkan!

kalau saudara membenci / mendendam kepada seseorang, saudara justru harus mendoakan dia dan melakukan sesuatu yang baik kepadanya (Matius 5:44).

kalau saudara senang memfitnah / menjelekkan orang, saudara justru harus membicarakan kebaikan orang.

kalau saudara senang bersungut-sungut, saudara justru harus memuji Tuhan / bersyukur kepada Tuhan.

kalau pikiran saudara sering kotor / cabul, saudara justru harus mengisinya dengan hal-hal yang baik, seperti Firman Tuhan (bdk. Filipi 4:8).

kalau saudara mempunyai keinginan menyeleweng, saudara justru harus mendekat kepada istri saudara dan menunjukkan kasih saudara kepadanya.
Renungkan:

Kelemahan apa yang ada pada diri saudara, dan hal apa yang bertentangan dengannya yang harus saudara lakukan?

6) Menjauhi pencobaan yang membawa kita pada dosa itu.

Perlu juga diketahui bahwa kalau dosa itu digambarkan seperti tanaman yang menghasilkan buah yang pahit / beracun, maka tidak cukup bagi kita untuk menghancurkan buahnya, tetapi seluruh tanaman beserta akarnya!

Pertama-tama kita harus mengenali dosa apa yang ada dalam diri kita, lalu kita harus mempelajari cara-caranya / siasat yang ia pakai dalam mengalahkan kita, situasi apa yang menguntungkan dia, dsb. Jadi, kita betul-betul seperti perang, dimana kita harus menyelidiki kekuatan dan kelemahan dan taktik dari musuh kita.

John Owen:

"This is a folly that possesses many who have yet a quick and living sense of sin. They are sensible of their sins, not of their temptations, - are displeased with the bitter fruit, but cherish the poisonous root" (= ini adalah kebodohan yang merasuk / menguasai banyak orang yang mempunyai perasaan yang cepat dan hidup tentang dosa. Mereka peka terhadap dosa mereka, tidak terhadap pencobaan mereka; tidak senang dengan buah yang pahit, tetapi menyayangi / memelihara / memberi makan akar yang beracun) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, ‘Temptation and Sin’, hal 118.

Adalah sesuatu yang kurang ajar kalau kita berdoa supaya ‘jangan dibawa ke dalam pencobaan’ (Mat 6:13a), tetapi kita terus menerus menyenangi dan mendatangi pencobaan!

Penerapan:

kalau kelemahan saudara adalah perzinahan, maka saudara harus menjauhi film yang merangsang, buku / bacaan yang porno / membangkitkan nafsu, dan juga teman-teman yang omongannya erotis / cabul / membangkitkan nafsu, lebih-lebih teman yang mengajak untuk berzinah.

kalau kelemahan saudara adalah dalam hal menonton TV, sumbangkan TV saudara ke gereja!

BACA JUGA: 1 YOHANES 3:11-18 (KASIH KEPADA SESAMA ADALAH BUKTI KESELAMATAN)

kalau kelemahan saudara adalah merokok, jauhi teman yang merokok.
Renungkan:

Apa kelemahan saudara, dan apa yang harus saudara lakukan untuk menjauhkan pencobaan yang menarik saudara ke dalam dosa itu?

7) Menghidupkan manusia baru (vivification).

Kalau mortification adalah mematikan manusia lama, maka vivification adalah menghidupkan manusia baru. Kalau mortification adalah sesuatu yang negatif, maka vivification adalah sesuatu yang positif. Kalau mortification adalah berusaha untuk berhenti berbuat dosa, maka vivification adalah berusaha berbuat baik.

Bdk. Kolose 3:5-17! Bagian ini mengandung mortification maupun vivification! Kedua hal ini harus dilakukan secara serentak!

Contoh dari vivification:

berbakti dengan rajin.
Saudara hanya boleh tidak datang dalam kebaktian kalau saudara sakit, atau hujan begitu lebat sampai banjir 3 meter!

belajar Firman Tuhan melalui Pemahaman Alkitab, cassette khotbah, buku makalah!.
Berdoa, secara pribadi maupun dalam Persekutuan Doa di gereja.

Melayani / memberitakan Injil.

Melakukan semua hal yang baik / sesuai dengan Firman Tuhan, seperti menolong orang, mengasihi istri, mentaati suami, dsb.
SOTERIOLOGY DAN ORDO SALUTIS.
AMIN-

Next Post Previous Post