AJARAN TENTANG KESELAMATAN DAN CIRI KHAS SOTERIOLOGI REFORMED
Secara singkat soteriologi dapat diartikan sebagai ajaran tentang keselamatan. Dikatakan ajaran karena merupakan gabungan dari dua kata Yunani yaitu Soteria dan kata logos Yakni firman, perkataan, Ajaran yang kemudian diartikan menjadi ilmu (logi).
Kata Soteria sejajar atau sama artinya dengan kata Ibrani dalam PL Yesha/Yasha. Yasha atau Yesha ini “ berarti kebebasan dari suatu yang mengikat atau membatasi dan kemudian berarti pembebasan, pembebasan atau memberikan keluasan dan kelapangan kepada sesuatu”.
Yesha dipakai sebanyak 31 kali dalam PL, antara lain dalam 2 Samuel 22:3 menyelamatkan; 22:36 keselamatan; 22:47 keselamatan. Kata menyelamatkan dan keselamatan dalam tiga ayat diatas menggunakan kata Ibrani Yesha. Kata Ibrani yang lain adalah teshuah artinya keselamatan yang timbul melalui kasih, dan orang yang mendapatkanya merasa aman, lega, stabil. Kata ini dipakai 64 kali dalam kitab Perjanjian Lama.
Istilah-istilah PL diatas memiliki pengertian yang erat dengan istilah yang sangat popular dalam PB yaitu Soteria. Berikut ini beberapa ayat-ayat menggunakan kata Soteria: Luk. 1:64 keselamatan; ay. 77 keselamatan; 19:9 keselamatan; Yohanes 4:22 keselamatan; Kisah Para Rasul 4:12 diselamatkan; 13:26 keselamatan; 13:47 keselamatan; 16:17 keselamatan; Roma 1:16 menyelamatkan; 10:10 diselamatkan; 11:11 keselamatan; 13:11 keselamatan; 2 Korintus 1:6 keselamatan; 6:2 menyelamatkan ; Filipi 1:19 keselamatan; Ibrani 1:14 keselamatan; 2:3,10 keselamatan; 5:9 keselamatan; 6:9 keselamatan; 9:29 keselamatan; I Pet. 1:5,9;10 keselamatan 2 Petrus 3:15 selamat; Yud:3 keselamatan; Why. 7:10; 12:10; 19:1 keselamatan. Kata ini mengandung okunumisasi yang dapat dilihat, di pakai, menyatakan Kristus adalah keselamatan, di dalam Kristus diselamatkan.
Dengan demikian jelas bahwa istilah soteriologi merupakan istilah Alkitab yang mengarahkan kita kedalam pembahasan tentang keselamatan melalui Yesus Kristus, atau dengan kata lain Soteriologi adalah ilmu yang mempelajari tentang prinsip-prinsip keselamatan dalam Yesus Kristus.
Alasan mempelajari soteriologi
1. Karena adanya perbedaan Agama.
Ini timbul karena adanya perbedaan Agama. Di Indonesia sendiri di akui ada 5 Agama. otomatis 5 Agama tersebut mempunyai ajaran yang sangat berbeda, dan mempunyai pemahaman keselamatan dengan berbeda-beda. Begitu pula konsep keselamatan menurut pemahaman ke Kristenan sangant berbeda dengan Agama lain.
2. Karena adanya ajaran yang sesat.
Seperti yang tersebar saat ini mengatakan bahwa Yesus bukan Allah, Yesus adalah manusia. jadi tidak mungkin Yesus menyelamatkan manusia yang berdosa. Dengan alasan inilah kita belajar tentang keselamatan dengan bukti-bukti yang jelas bahwa keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus.
II.LATAR BELAKANG DAN ALASAN KESELAMATAN
Pertanyaan penting yang perlu diajukan agar kita mengerti latar belakang dan alasan dari adanya keselamatan kepada umat manusia. Apa yang menyebabkan keselamatan merupakan kebutuhan yang urgen dari seluruh umat manusia? Dengan demikian pertanyaan ini tidak boleh kita langsung menjawab tanpa mengetahui siapakah Allah? Siapakah manusia? Apa yang terjadi dengan manusia?.
A. ALLAH SANG PENCIPTA
Allah adalah pribadi yang berada sejak kekekalan. Ia adalah oknum yang berdiri sendiri dan tidak bergantung pada apapun tetapi segala sesuatu bergantung pada Allah, bahkan dijadikan segala sesuatu oleh karena Allah. Allah menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada dan “seluruh ciptaan mencerminkan kemuliaan Sang Pencipta (Roma 1:20)”
Dalam Kitab Kejadian 1 menceritakan, Allah menciptakan bumi dan isinya. Kata “menciptakan” menggunakan bahasa Ibrani yaitu Bara bukan Asa.“Bara” berarti menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, Sedangkan “Asa” adalah menjadikan sesuatu dari suatu bahan yang sudah ada. Kata bara sama dengan dalam bahasa Latin creation ex-nihilo (menjadikan dari yang tidak ada menjadi ada). Dalam Kejadian 1 juga diceritakan bahwa langit dan bumi serta isinya di ciptakan-Nya selama enam hari dan diantara semua ciptaan manusia diciptakan paling terakhir dan memiliki status yang sangat tinggi dari semua ciptaan di bumi.
B. SIAPAKAH MANUSIA ?
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah menurut “gambar dan rupa-Nya” Kejadian 1:26. Istilah gambar dan rupa Allah memberikan suatu pengertian bahwa manusia memiliki perbedaan yang jauh dengan makhluk ciptaan Allah yang lain.
Istilah gambar dan rupa Allah memberikan suatu pengertian bahwa manusia memiliki perbedaan yang jauh dengan mahkluk ciptaan Allah yang lain. Perbedaan tersebut dikarenakan manusia memiliki sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifat yang ada pada diri Allah. Hodge mengatakan “ketika Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, Allah menganugerahkan kepada manusia sifat-sifat yang dimiliki Allah sebagi roh”.
Jadi salah satu sifat-sifat Allah yang ada pada manusia adalah manusia memiliki akal budi, hati nurani, kehendak Roh, bersifat moral dll. Manusia adalah makhluk bersifat kerohanian maka manusia memiliki potensi untuk bergaul, berelasi dan berkomunikasi dengan Tuhan. Sebaliknya Tuhan memiliki hubungan istimewa dengan manusia karena antara Tuhan Allah dan manusia memiliki kesamaan sifat. Dengan singkat kita dapat menyimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan segambar dan serupa denga Allah karena dalam diri manusia terdapat sifat-sifat yang juga terdapat dalam diri Allah.
Salah satu sifat Allah yang ada dalam diri manusia yaitu :
1. Allah adalah kasih maka dalam diri manusia ada dorongan untuk mengasihi dan kebutuhan untuk dikasihi.
2. Allah adalah Allah yang memiliki rasio maka manusia memiliki rasio.
3. Allah adalah suci maka manusia memiliki hati nurani sehingga dapat membedakan yang baik dan yang jahat, yang suci dan yang tidak suci. Dan bukan hanya tahu yang baik dan jahat, tahu yang suci dan yang tidak suci tetapi juga bisa hidup menurut kesucian Tuhan.
4. Allah adalah Allah yang memiliki sifat keadilan, maka dalam diri manusiapun terdapat pengertian tentang hukum dan keadilan.
5. Allah adalah kekal, maka dalam hati manusia ada sifat kekekalan.
6. Allah adalah penyang, maka dalam diri manusia ada kerinduan untuk disayangin. Dan lain-lain masih banyak tentang sifat2 Allah.
C. TUJUAN MANUSIA DICIPTAKAN
Catatan Alkitab tentang sejarah penciptaan memberikan keterangan tentang tujuan Allah menciptakan manusia adalah supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung diudara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap diatas bumi (Kejadian 1:26). Ayat 28 untuk menaklukan dan berkuasa dibumi, pasal 2:15 mengandung arti mengusahakan bumi seluruhnya. Dengan demikian ke 3 ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk berkuasa dan melestarikan bumi dan isinya. Manusia di tetapkan menjadi mandataris Allah yang seharusnya menjalankan mandat dari Tuhan Allah di atas bumi ini, tetapi pada kenyataannya manusia tidak dapat hidup berdasarkan tujuan Allah tersebut (Kej 3).
D. MANUSIA JATUH KEDALAM DOSA
Perlu diketahui bahwa kejahatan sudah ada sebelum manusia diciptakan. Sebelum Adam dan Hawa ada, iblis sudah ada dan dia adalah bapa dosa. Dalam cerita manusia di taman Eden, Iblislah yang membujuk manusia untuk melanggar perintah Allah sampai manusia itu sendiri berbuat dosa karena bujukkan Iblis.
Pencobaan harus dibedakan dengan dosa. Yesus sendiri mengalami pencobaan, namun Dia tidak berbuat dosa. Ketika Iblis ingin menjerat kita, iblis selalu memulai dengan pencobaan. Sangat jelas dalam kitab Kej. 3, yang menggambarkan dosa pertama dari manusia. Iblis berbicara melalui seekor ular untuk menyampaikan pencobaannya. Pencobaan iblis memang harus dilihat sebagai pencobaan yang sungguh terjadi, tetapi kita juga mengerti simbolisme pencobaan iblis.
Perlu diketahui bahwa iblis tidak merubah taktinya untuk mejatuhkan manusia ke dalam dosa sampai saat ini, takti yang dilakukan iblis kepada Adam dan Hawa masih dipakai saat ini. Oleh sebab itu kita harus mengerti bahwa salah satu takti iblis menjatuhkan manusia ke dalam dosa adalah diawali dengan pencobaan.
Pada waktu Tuhan menempatkan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa di taman Eden mereka diberikan kebebasan untuk menikmati semua hasil pohon/tanaman dalam taman Eden, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tidak boleh dimakan (Kej. 3:2-3) tetapi mereka melanggarnya. pelanggaran inilah yang disebut dosa.
E. PENGERTIAN DOSA
Istilah dosa muncul sangat banyak dalam Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru :
Istilah dosa dalam Perjanjian Lama
Hatta
Istilah ini berarti mengurangi standard Tuhan Yang Suci. Jadi Allah telah menetapkan standard bagi kita, pada waktu kita lepas, kita turun dari standard yang ditetapkan oleh Allah, itu disebut hatta (dosa). Di dalam hukum-hukum bangsa didunia ahli-ahli hukum telah menetapkan standard dalam bangsanya masing-masing. Barangsiapa yang terbukti melanggar hukum akan dihukum kalau tidak terbukti tidak dihukum walaupun sebenarnya dia salah.
Tetapi Tuhan tidak sedangkal ahli-ahli hukum di dunia ini yang hanya sanggup menilai pelanggaran-pelanggaran yang kelihatan saja. Tuhan menuntut jauh lebih dalam dan lebih lengkap. Bagi Tuhan membenci seseorang dalam hati termasuk sudah membunuh (Mat. 21:22). Dunia hanya menetapkan dosa sebagai suatu perbuatan yang melanggar sesuatu hukum. Tetapi Alkitab langsung melihat kedalam hati dan menilik motivasi dan hati sanubari manusia.
Istlilah hatta ini dipakai sebanyak 580 kali dalam Perjanjian Lama, dan istilah ini merupakan suatu istilah yang dipakai juga untuk menunjukkan kesedihan hati Allah terhadap manusia yang berdosa.
· Avon
Avon adalah suatu guilty (kesalahan) atau suatu hal yang mengakibatkan kita merasa patut di hukum. Ada suatu sifat yang melekat pada diri manusia yakni merasa diri bersalah bila melakukan suatu kesalahan. Hal ini disebabkan oleh fungsi hati nurani. Harimau/macan tidak pernah menyesal dan merasa bersalah bila membunuh manusia karena mereka tidak memiliki hati nurani, hanya manusia yang memiliki hati nurani, oleh sebab itu ketika manusia bersalah dan menyadari kesalahannya maka ia merasa bersalah. Dan manusia telah melakukan kesalahan (Avon) terhadap Allah sehingga manusia itu patut dihukum.
• Pesha
Pesha adalah pelanggaran terhadap suatu batasan. Pelanggaran tersebut mengandung unsur kesengajaan, dimana sudah ada pengetahuan untuk tidak melewati suatu batas tetapi sengaja melewati, hal ini disebut dengan pesha. Demikian pula pelanggaran Adam dan Hawa sudah diberitahu untuk jangan makan buah pohon yang dilarang Tuhan tetapi mereka sengaja melanggar, hal ini disebut pasha.
Tiga istilah dosa diatas disimpulkan bahwa : pertama tidak mencapai atau menyeleweng standar yang Tuhan tetapkan, kedua merupakan suatu hal yang tidak dilakukan tetapi dilakukan sehingga patut dihukum, ke tiga suatu pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja.
Istilah dosa dalam Perjanjian Baru :
• Adika
Adika adalah perbuatan yang tidak benar sama seperti yang dikatakan oleh hukum –hukum dunia tentang orang bersalah. Bila di periksa dipengadilan dan dari hasil pemeriksaan terbukti bersalah maka ia di vonis sebagai yang bersalah, itu adalah adika.
• Hamartia
Hamartia adalah kehilangan, meleset dari target atau sasaran sudah ditetapkan.
Dari kelima istilah diatas. tiga dalam bahasa Ibrani dalam PL dan dua dalam bahasa Yunani dalam PB. Jadi manusia dicipta bukan untuk kebebasan yang tanpa arah tetapi manusia dicipta dengan standard yang sudah ditetapkan.
F. SIFAT DAN AKIBAT DOSA
Sifat dosa :
1. Universal/menyeluruh
Topik ini membawa kita bahwa manusia berdosa seluruhnya tanpa terkecuali. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan langsung tentang sifat menyeluruh dosa manusia, misalnya 1 Raja 8:46; Mazmur 143:3; Amsal 20:9; Pengkh 7:20; Roma 3:1-12,19,20,23; Gal 3:22; Yak 3:2; I Yoh 1:8,10.
2. Dibawah sejak lahir/kandungan
Ayat Alkitab mengajarkan bahwa dosa diwarisi oleh manusia sejak dilahirkan, dan dengan demikian ada dalam natur manusia sejak awal sehingga tidak mungkin bahwa dosa itu adalah hasil tiruan/pengaruh lingkungan saja. Mazmur 51:5; Ayb 14:4; Yohanes 3:6.
Akibat dosa : Kebejatan dan hukuman.
Baiklah kita mempelajari secara terpisah dan berurut tentang kebejatan dan hukuman ini sebagai berikut :
Kebejatan
Kebejatan ialah tidak adanya kebenaran yang semula dan kasih sayang kepada Allah, termasuk pencemaran sifat moral dan kecenderungan untuk melakukan kejahatan. Roma 3:10-18. Ayat diatas mengandung arti bahwa kebejatan/kerusakan moral manusia bersifat total. Tapi perlu diingat bahwa kebejatan yang total jangan salah dimengerti, dengan anggapan bahwa manusia tidak lagi memiliki sifat-sifat manusiawi dalam dirinya.
Tetapi yang dimaksud dengan kebejatan yang total/ menyeluruh adalah setiap orang yang berdosa tidak mampu lagi untuk mengasihi Allah sebagaimana yang dituntut oleh hukum taurat, lebih mengutamakan diri sendiri dan bukan Allah 2 Timotius 3:2-4 orang berdosa menaruh rasa tidak suka kepada Allah dan menjadikan dirinya musuh Allah Rom 8:7. Kebejatan juga menyeluruh berarti bahwa setiap kemampuan di dalam diri orang berdosa ia menjadi kacau dan tercemar (Efesus 4:18).
Ia tidak memiliki pikiran dan persaan, (Roma 7:18). Kebejatan telah merasuki manusia secara meneyluruh, yaitu pikiran, perasaan dan kehendaknya. Kebejatan telah menghasilkan ketidak mampuan rohani yang total di dalam diri orang berdosa sehingga dengan kemauannya sendiri ia tidak bisa mengubah kehidupannya agar menjadikannya sesuai dengan hukum Allah. Kebejatan telah menghasilkan ketidak mampuan rohani yang total di dalam diri orang berdosa sehingga dengan kemauannya sendiri ia tidak bisa merubah kehidupannya agar mejadikannya sesuai dengan hukum Allah.
2. Hukuman
Oleh karena manusia itu telah bejat karena dosa maka ia tidak lagi mencapai sasaran dan standard yang Tuhan inginkan sesuai kesucian dan kekudusan-Nya. Sehinga dalam kehidupan manusia tidak bisa lagi melakukan kesucian dan kekudusan seperti Allah inginkan sehingga dengan demikian berdasarkan sifat keadilan-Nya sehingga manusia patut dihukum , dan salah satu hukuman atas dosa adalah KEMATIAN .
Calvin melihat suatu sasaran dengan mengatakan jika anak panah tidak mengenai sasaran di tengah, jika tidak mengenai sasaran dan itu adalah dosa. Wesleypun juga mengatakan jika dia berusaha mengenai sasaran di tengah, berarti dia tidak berdosa. Tetapi jika dengan sengaja dia mengarahkan anak panah kepinggir dan itu adalah dosa.
Ada tiga jenis sebagai akibat dosa adalah sebagai berikut :
Kematian fisik
Kematian fisik adalah perpisahan antara tubuh dengan jiwa. Dalam Alkitab menuliskan beberapa akibat dosa adalah sbb : Kejadian 2:17; 3:19. Bilangan 27:3, doa Musa Mazmur 90::-11 dan doa Raja Hizkia Yes 38:17-18, mengakui unsur hukuman dalam kematian fisik. Hal yang sama juga berlaku di PB Yoh 8:44 Rom. 4:24-25 ; 5:12-17 ; 6:9-10 ; Gal. 3:13 I Pet 4:6. Tetapi bagi orang percaya kematian fisik tidak lagi merupakan hukuman karena Kristus sudah mengalami kematian sebagai hukuman atas dosa kita. 2 Korintus 5:8 ; Flp. 1:21-23 , 1 Tesalonika 4:13:14.
b. Kematian Rohani
Kematian merupakan terpisahnya persekutuan jiwa dengan Allah. Hukuman yang dinyatakan di taman Eden, telah menimpa umat manusia, terutama kematian rohani Kej :17, Rm. 5:2, Ef. 2:1-5. Dengan kematian rohani manusia tidak lagi menikmati kehadiran dan kebaikan Allah dan juga tidak lagi mengenal dan merindukan Allah. Karena itu manusia perlu dibangkitkan dari kematian Luk 15:32, Yohanes 5:4 ; 8:5 , Efesus 2:5.
c. Kematian Kekal.
Kematian kekal adalah puncak dan kegenapan kematian rohani atau, Kematian kekal adalah terpisahnya jiwa antara Allah. Secara kekal (selama-lamanya), bersama dengan penyesalan yang dalam dan lahiria. Matius 10:28 ; 25:41 2 Tesalonika 1:9, Ibrani 10:31 ; Wahyu. 14:11.
Jadi dosa berasal dari keinginan manusia melawan prinsip dan batasan-batasan yang ditetapkan oleh Tuhan Allah. Dan keberdosaan manusia menjadikan dia patut dihukum berdasarkan keadilan Tuhan, dan hukuman itu akan dijalani untuk selama-lamanya bila ia tidak diselamatkan.
III.SIFAT DARI KESELAMATAN : SEBERAPA PENTINGKAH ?
Pendahuluan
Pertanyaan kita selanjutnya adalah: Kalau kata soteriologi adalah kata-kata, ajaran atau doktrin tentang keselamatan, timbul pertanyaan :’keselamatan apa?’ Ada keselamatan lalu lintas, ada keselamatan melahirkan, keselamatan jalan kaki (slamet gua ngga nginjak gituan) dan lain-lain sebagainya.
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu bertanya pada Alkitab terlebih dahulu.
A. KESELAMATAN DI DALAM ALKITAB
a. Perjanjian Lama
Dalam PL kata keselamatan berasal dari bahasa Ibrani ‘yasha’ (nama Yosua (ibrani) dan Yesus (Aram) = penyelamat Yasha mempunyai arti: lebar, leluasa, kebebasan dari tekanan, pembebasan.
Sepanjang PL kata ini dipergunakan dalam banyak arti.
Kita temukan bahwa kata ini dipakai dalam arti keselamatan dari bahaya-bahaya atau penderitaan, jajahan dan tekanan secara hurufia/sesungguhnya.
1. Keluaran 14:13 : Selamat dari penjajahan Mesir.
2. Keluaran 14:30 TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir.
3. Keluaran 15:2 TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.
4. Ulangan 20:4 20:4 sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu.
5. Hak.3:31 Keselamatan dari tindasan.
6. Mazmur 34:6 Keselamatan dari kesesakan.
7. Mazmur106:10 Keselamatan dari tangan musuh.
8. Yesaya 46:13 Keselamatan dari pembuangan dari Babel.
9. Hosea 1:7 Keselamatan dari kerusakan moral.
10. Maz.28:9 Sebagai berkat bagi umat Allah.
b. Perjanjian Baru
1. Keselamatan dari macam-macam bahaya atau tekanan, atau kesulitan.
Contoh
· Kisah Para Rasul 7:25 Selamat dari aniaya orang Mesir.
· Ibrani 11:7 Selamat dari air bah.
2. Keselamatan dalam arti medis.
· Markus 5:34 Keselamatan dari penyakit.
· Yakobus 5:15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit.
3. Namun di atas semuanya kata keselamatan (Ibr. ‘Yasha’, Yunani ‘soteria’) paling sering digunakan untuk pembebasan atau penjagaan dari seluruh bahaya-bahaya rohanian atau berkat-berkat rohani.
Contoh
· 2 Korintus 7:10 Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini.
· I Tesalonika 5:9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
· Titus 2:11 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.
· Kisah Para Rasul 4:12 keselamatan hanya dalam Yesus Kristus.
· Lukas 19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
· Efesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.
· Kisah Para Rasul 16:30 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?".
· 16:31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
Jadi secara singkat ayat-ayat ini bisa kita definisikan secara teologis apa itu keselamatan, yaitu karya anugerah Allah yang melaluinya Ia membebaskan orang-orang berdosa, yang beriman dan percaya pada Injil, dari dosa dan akibatnya; membawa mereka masuk dalam hubungan yang baru dan benar dengan diriNya; serta menganugerahkan kepada mereka kekayaan kasih dan anugerahNya.
Berdasarkan pembahasan kita maka jelaslah yang kita maksudkan dengan keselamatan yang dipelajari dalam soteriologi adalah keselamatan dalam Yesus Kristus. Dalam pembahasan soterologi kita telah membahas tentang dosa dan akibatnya maka kita tidak perlu lagi membicarakannya, tetapi baiklah kita langsung mengarahkan perhatian kita kepada penebusan melalui darah Tuhan Yesus dan ketunggalan keselamatan di dalam Dia.
1. Keselamatan hanya melalui darah Tuhan Yesus Kristus
Penggenapan penebusan berkenan dengan apa yang sering kali disebut dengan pendamaian, Dan tidak ada pembahasan pendamaian yang dapat diarahkan secara tepat tanpa menelusuri sumbernya di dalam kebebasan dan kedaulatan kasih Allah. Alkitab mengatakan bahwa: Yoh. 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Disini kita memperoleh pewahyuan yang ultimat dan dengan demikian mendapat pikiran manusia yang ultimat pula. Kita tidak dapat dan tidak berani melangkah melampauhi hal ini.
Sangat penting untuk menggarisbawahi konsep kasih yang berdaulat ini. Sungguh Allah adalah kasih! Kasih bukanlah sesuatu kasih yang angin-anginan; kasih Allah bukanlah merupakan sesuatu dimana Allah bisa memilih untuk berjati diri seperti itu atau tidak. Ia adalah kasih, dan hal itu bersifat keharusan, melekat, dan kekal. Seperti Allah adalah Roh, dan Allah juga adalah terang, maka Ia adalah kasih.
Tetapi perlu disadari bahwa, bukan sesuatu keharusan bagi Allah untuk mengasihi manusia berdosa. Dengan kata lain jika Allah tidak menyediakan keselamatan bagi manusia berdosa tentu tidak ada oknum atas siapapun yang berhak menuntutnya. Hanyalah kerena tekad baik dari kehendak-Nya yang bebas dan berdaulat, suatu tekat yang terpancar dari kedalam kebajikan dasarnya sendiri, Ia memilih kita menjadi ahli waris Allah.
Mengapa harus melalui pengorbanan Yesus ada keselamatan ?
Pernyataan “kasih Allah merupakan penyebab sumber perdamaian, harus ditegaskan sebagai suatu pernyataan yang pasti. Tetapi pertanyaannya sekarang mengapa harus melalui Yesus Kristus adanya keselamatan/pendamaian? Atau mungkin kita terdorong untuk bertanya mengapa harus melalui pengorbanan darah Tuhan yang mulia?.
Anselmus dari Canterbury bertanya : “ mengapa Allah tidak merealisasikan maksudnya kepada manusia hanya melalui dengan otoritas kehendak dan firman kuasa-Nya. Jika kita mengatakan tidak bisa berarti kita menyangkali kekuasaan-Nya. Jika kita mengatakan Ia bisa melakukan, tetapi Ia tidak mau, apakah hal itu tidak menyangkali hikmat-Nya.
Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan seperti itu menyebabkan kita kehilangan suatu hal yang penting dalam penafsiran karya penebusan Kristus dan kehilangan visi tentang beberapa hal yang berkenan dengan kemuliaan-Nya. Lalu pertanyaan sekarang mengapakah Allah menjadi manusia? Mengapa setelah menjadi manusia Ia harus mati? Mengapa didalam hal kematian-Nya Ia rela mati terkutuk di kayu salib ?.
Berhubungan pertanyaan diatas dua pandangan terkenal yaitu
· Pandangan Agustinus dan Thomas aquinas mengatakan.
Berpegang bahwa Allah dapat memberikan pengampunan dosa dan menyelamatkan orang percaya tanpa pendamaian melalui penumpahan darah cara lain terbuka bagi Allah karena tidak ada hal yang mustahil bagi-Nya, demikian kata mereka. Menurut mereka, cara pengorbanan Anak Allah merupakan cara yang Allah pilih didalam hikmat dan kedaulatan-Nya.
Karena cara ini merupakan cara yang paling banyak bermanfaat dan cara dimana Anugerah Allah dinyatakan dengan lebih luar biasa. Maka sekalipun Allah dapat menyelamatkan tanpa penumpahan darah, tetapi berkenan keputusan kedaulatan-Nya , Ia tidak melakukan penyelamatan dengan cara lain selain pengorbanan Yesus Kristus, oleh sebab itu bisa kita katakan dengan tegas bahwa keselamatan hanya didalam Yesus Kristus.
· Pandangan kaum protestan.
Pandangan ini disebut sebagai pandangan bahwa sekalipun bukan merupakan keharusan mutlak bagi Allah untuk menyelamatkan, namun karena keselamatan itu telah ditetapkan maka merupakan suatu keharusan bagi-Nya untuk menjamin keselamatan melalui pencurahan darah Yesus di kayu salib.
Jadi kedua pandangan diatas pada dasarnya mengarahkan kita hanya pada satu keyakinan iman bahwa hanya pengorbanan dan penumpahan darah Kristus penebus dosa manusia diwujudkan. Dengan demikian kita dapat menjawab pertanyaan : mengapa harus melalui pengorbanan darah Yesus Kristus ada penyelesaian dosa? Jawabannya adalah: Karena itulah satu-satunya cara yang sudah ditetapkan Allah berdasarkan tekad baik-Nya demi penyelamatan kita.
Hanya ada satu keselamatan Yesus Kristus.
Tentang keselamatan janganlah kita terpikat dengan tawaran-tawaran diluar yang sering menawarkan bahwa keselamatan bukan di dalam Yesus Kristus. Seperti pemahaman Agama Islam dan Budha mengatakan keselamatan dapat diperoleh jika memenuhi syarat seperti :
Konsep keselamatan menurut Islam
Dalam agama Islam kita mendapatkan bahwa keselamatan atau hidup yang dapat diperkenankan allah, jika kita dengan tekun menjalankan 5 jalan perbuatan yang diwajibkan:
a. Melakukan sunat
b. Melakukan sholat
c. Melakukan amal
d. Melakukan perjalanan naik haji
e. Melakukan puasa
b. Konsep keselamatan menurut Agama Budha
Dalam agama Budha kita mendapatkan bahwa Nirwana dicapai dengan 8 jalan perbuatan:
a. Pandangan yang benar
b. Niat yang benar
c. Bicara yang benar
d. Perilaku yang benar
e. Penghidupan yang benar
f. Usaha yang benar
g. Ingatan yang benar
h. Pemusatan pikiran yang benar
c. Konfusius
Dalam ajaran Konfusius ajaran perbuatan sangat menonjol. Karena memang ajaran ini sangat bersifat etis. Manusia harus begini dan begitu supaya hidupnya selaras dengan jalannya alam semesta.
Jadi dari beberapa pemahaman tentang keselamatan ini, dengan tegas bahwa keselamatan hanya didalam Yesus Kristus. Sebab Yesus sendiri berkata : Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Kemudian petrus dan Yohanes menegaskan dihadapan Mahkama Agama bahwa : Kis 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. “Jadi Ayat-ayat ini menujukan ketunggalan keselamatan didalam Yesus Kristus.
Diingatkan walaupun kita tinggal ditengah-tengah agama yang berbeda-beda dan suatu tradisi antara masa pemberitaan injil tetapi, kitapun harus mempertahankan sifat keesaan dan ketunggalan dari keselamatan yang digenapkan melalui darah Yesus Kristus. Kita percaya Tuhan Yesus bukan hanya karena Ia adalah saleh, Guru yang Agung, atau manusia yang sempurna, tetapi lebih dari itu, kita percaya, karena Yesus adalah satu-satunya Juruselamat dunia. Dan hanya Yesus yang layak disebut juruselamat karena Yesus memiliki syarat dan kualifikasi sebagai Juruselamat.
B. SYARAT-SYARAT YESUS KRISTUS SEBAGAI JURUSELAMAT
1. Hanya Yesus yang di utus Menjadi Juruselamat
Secara Spritual yang disebut utusan adalah malaikat-malaikat, dan dalam PL yang disebut utusan adalah nabi-nabi. Kata nabi dalam bahasa ibrani adalah navi yang berarti utusan Allah yang menyampaikan Nubuatan atau pesan Allah kepada umatNya. Dan juga kata Ibrani Navi sama artinya dalam bahasa Yunani Apostolos yang berarti Rasul. Jadi baik malaikat, nabi dan rasul disebut sebagai utusan Allah.
BACA JUGA: 8 KEUNIKAN TEOLOGI REFORMED
Tetapi perlu diingat baik-baik bahwa baik malaikat-malaikat, nabi-nabi dan rasul-rasul tidak pernah sekalipun berkata bahwa mereka adalah juruselamat, tetapi mereka hanya utusan-utusan yang hanya bertugas menyampaikan berita/firman Allah. Dalam sejarah agama-agama lain juga tidak pernah seorangpun dari antara pemimpin/pendiri agama didunia berani berkata bahwa mereka adalah juruselamat, kenapa tidak ada yang mengaku sebagai juruselamat ? Karena dalam diri mereka ada suatu kesadaran bahwa mereka tidak layak dan tidak diutus menjadi seorang juruselamat.
Jadi dari apa yang telah kita bicarakan hanya ada satu-satunya Yesus yang berani mengatakan : Yoh 12:47 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Maka sangatlah jelas dari ayat ini, bahwa Yesus bukan utusan seperti para nabi tetapi Yesus benar-benar diutus menjadi Juruselamat Dunia.maka hal ini tidak ada dalam pendiri2 agama didunia ini. Jadi syarat pertama mengapa hanya Yesus satu-satunya Juruselamat dunia? Karena hanya Yesus yang di utus menjadi Juruselamat
2. Hanya Yesus satu-satunya yang berinkarnasi
Kata Inkarnasi berasal dari kata kranal yakni tubuh, daging dan kata inkarnal yang berarti menjadi , masuk kedalam tubuh/daging. Yesus berinkarnasi menjadi daging artinya : Yesus yang adalah Allah yang bersifat Roh dan mulia, telah mengenakan tubuh manusia yang hina.
Tindakan inkarnasi ini merupakan sikap kepedulian dan perendahan diri Allah demi menyelamatkan umat manuisa dari dosa. Manusia jatuh kedalam dosa bersama-sama dngan Adam artinya kejatuhan manusia mewakili kejatuhan seluruh umat manusia, sebab Adam adalah seorang manusia yang telah membawa keturunannya jatuh kedalam dosa dan semua orang menjadi bersalah.
Agar manusia kembali benar maka harus ada lagi seorang manusia yang sanggup mengembalikan manusia ke dalam sataus tidak bersalah, namun ternyata keturunan Adam tidak didapati lagi yang benar karena semuanya sudah berdosa. Berdasarkan manausia tidak didapati yang benar maka , Allah didalam Kristuslah yang telah melakukan perwakilan dengan cara menjelma/inkarnasi menjadi manusia Yoh 1:14.
Yesus adalah 100% Allah dan 100 % manusia, dan tidak ada yang seperti Yesus dalam sejarah yang memiliki Kemanusiaan dan Kealahan yang sempurna , hanya Yesus , inilah yang menjadi syarat yang kedua dari pernyataan yag diupenuhi-Nya sebagai Juruselamat dunia.
3. Hanya Yesus satu-satunya yang tidak berdosa.
Tubuh jasmani-Nya dikandung oleh Roh Kudus, lahir dari anak dara maria Mat. 1:18, maka Yesus disebut Kudus Lukas 1:35. Sepanjang masa Ia menjadi Anak Manusia yang tidak berdosa , Yesus pernah menentang mereka yang mencari-cari kesalahan Yesus Alkitab mencatat, “siapakah diantara kamu yang dapat membuktikan Aku berbuat dosa? “ Yoh. 8:46. dan kalimat ini hanya bisa layak diucapkan oleh orang yang tidak berdosa seperti Yesus. Pada kenyataannya sampai hari ini setiap orang yang berusaha membuktikan dosa Yesus pasti gagal, karena Yesus memang tidak berdosa.
Alkitab tercatat bukti-bukti bahwa Yesus tidak berdosa :
· Pilatus yang mengadili Yesus pernah tiga kali memberikan kesaksian kepada massa “Aku tidak mendapati kesalahan apapun dari pada-Nya. Yoh. 18:19, 38-40; 19:1-6.
· Yudas yang menjual Tuhan Yesus, takkala melihat Tuhan Yesus dijatuhkan hukuman mati, yudas sangat menyesal dan mengembalikan uang 30 keping perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua dan Yudas berkata : “Aku telah berdosa karena telah menyerahkan orang yang tak bersalah” Mat. 27:3,4.
· Penyamun yang diats kayu salib , takkala melihat keesaan Tuhan Yesus yang tersalib dan mendengar doa syafaat dari Tuhan Yesus yang memohonkan agar Allah mengampuni dosa manusia, ia berkata : orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah Lukas 23:41.
· Ketika kepala pasukan apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya : Sungguh Orang ini adalah Orang benar. Lukas 23:47.
4. Hanya Yesus satu-satunya yang mati menggantikan dosa manusia.
Karena Yesus adalah mutlak suci tanpa dosa, maka ia dapat mati menggantikan dosa manusia. Yesus menyerahkan nyawa-Nya sebagai tesbusan banyak orang Mat. 26:28. Kematian Yesus adalah kemataian yang bersifat subsitusi yaitu kematian yang bersifat menggantikan orang lain, yang seharusnya kita yang mati karena dosa-dosa kita. Tetapi Yesus mengambil alih untuk menebus dosa-dosa kita, supaya kita di dalam Yesus Kristus. II Kor. 5:21.
5. Hanya Yesus yang sungguh-sungguh bangkit mengalahkan maut.
Kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian merupakan bukti bahwa Yesus tidak berdosa, dan maut tidak membelenggu-Nya dalam kematian. Kis 2:24, Roma 1:4.
6. Hanya Yesus satu-satunya yang memiliki hidup yang tidak berkesudahan.
Untuk mengegenapkan pekerjaan penebusan, dengan rela Tuhan Yesus disalibkan, tetapi karena kesuscian-Nya maka pada hari yang ketiga Yesus mengalahkan maut, bangkit dari kematian I Kor . 15:3,4 ; Ibrani 2: 14. Ia hidup senantiasa menjadi pengantara manusia Ibrani 7:25.
Keselamatan merupakan hal yang penting bagi semua manusia karena berhubungan dengan kekekalan, antara hidup dan mati manusia dimasa yang akan datang, maka keselamatan didalam Yesus Kristus menjadi kabar yang sangat penting. Sebab hanya ada satu keselamatan didunia ini yaitu di dalam Yesus Kristus.
Kalau kita meneliti seksama dalam sejarah manusia tidak ada keselamatan selain Yesus, maka sangat jelas kitab suci mengatakan, Dan keselamatan tidak ada didalam siapapun juga selain didalam Dia (Yesus) sebab dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan Kis 4:12.
C. MENGAPA KESELAMATAN TIDAK BISA HILANG?
Keselamatan tidak bisa hilang karena ada jaminan-jaminan dari Kristus sendiri. Tuhan Yesus berjanji bahwa orang yang percaya kepadaNya, tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Kalau keselamatan bisa hilang berarti Tuhan Yesus ingkar janji. Yohanes 12:47 Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.
Tuhan Yesus juga menjamin dalam Yohanes 10:28-30: "dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tanganKu. Aku dan Bapa adalah satu". Kalau keselamatan bisa hilang berarti ada kekuatan yang lebih berkuasa dari Kristus dan Bapa sehingga melepaskan orang percaya dari tangan Allah.
IV.TEORI KESELAMATAN DALAM SEJARAH GEREJA
Dalam pembahasan ini bukan dalam arti kita mempelajari tokoh-tokoh dalam sejarah gereja, tetapi kita mempelajari tentang teori-teori tentang penebusan menurut para bapak gereja dalam sejarah.
— Irenius 130-202 AD
Beliau adalah uskup dari Iyons, di Smirna Asia kecil. Dia seorang murid Polycarpus. Beliau adalah seorang penginjil dan pengarang dan dialah yang menetapkan kitab-kitab PB sebagai canon.
Adapun teorinya tentang keselamatan yaitu :
v Tuhan Yesus dengan darah-Nya sendiri telah menebus kita.
v Yesus benar-benar Anak Allah yang telah menyelamatkan kita melalui diri-Nya sendiri.
v Seorang yang telah jatuh kedalam kuasa dosa, tak mungkin ia dapat menyelamatkan dirinys sendiri atau dengan kata lain mendapat keselamatan.
v Yesus mendamaikan kita dengan diri-Nya sendiri, melalui darah-Nya menebus kita.
v Yesus disebut Juruselamat karena Yesus menyelamatkan orang dalam keadaan berdosa.
v Tentang keselamatan bukan berdasarkan pada banyak bicara tentang Hukum Taurat, tetapi dengan cara yang sederhana yaitu percaya atau beriman dalam Yesus Kristus. Yes. 10:22,23 ; Rom. 9:28.
— Origen 135-254 AD
Ia lahir dari Afrika utara Alexandria.
Ayahnya adalah seorang martir pada masa aniaya Septimus pada tahun 202 AD. Ia juga adalah seorang Dosen teologi dan bahkan ahli teologi serta Rektor sekolah Alkitab, ahli tafsir. Beliau adalah pengarang sistematika teologi, ia yang mula-mula menetapkan doktrin teologi tentang manusia, dosa, malaikat, Allah, Eskatologi dll.
Pengajarannya tentang keselamatan adalah :
Perjanjian Allah dengan manusia berdasrkan darah Kristus. Dan keselamatan manusia bukan karena usaha manusia melainkan berdasarkan pada Yesus. Pendapat Origen tentang darah Yesus adalah : Tebusan Kristus adalah untuk membayar kepada setan, ia tidak menerima pendapat yang mengatakan bahwa bagaimana Allah membaya tebusan kepada Allah. Tetapi pendapat Origen ini tidak berdasarkan Alkitab , dan teori tersebut ditentang oleh Athansius, yang mengatakan : Tebusan Kristus sdalah membayar kepada Allah yang adil.
— Agustinus 354-430 AD
Ia adalah uskup dari Hipo. Ia adalah ahli hukum dan pengarang banyak buku.
Pengajarannya tentang keselamatan :
1) Kematian Yesus Kristus adalah untuk semua orang dan semua manusia dapat di selamatkan berdasarkan pada Kristus Yesus.
2) Kematian dan penebusan Yesus adalah untuk membayar pada Allah yang adil, dan teorinya ini diterima oleh Gereja Roma Katolik dan Protestan sebagai Doktrin yang ortodoks.
Dan perlu diingat juga bahwa Agustinus adalah penganut perdestinasi yang percaya bahwa Allah telah menetapkan sebagian orang untuk diselamatkan didalam Yesus Kristus.
— Anselmus 1033-1109 AD
Ia adalah seorang uskup dari Italia. Banyak mengarang buku teologia, secara ilmiah menerangkan teori keselamatan dalam sejarah gereja.
Pengajarannya dalam keselamatan adalah :
1) Sengsara Tuhan Yesus tidak sama dengan sengsara manusia akibat dosa. Sengsara Yesus adalah untuk memenuhi tuntutan keadilan Allah bagi manusia yang berdosa, dan sengsara manusia akibat dosa sendiri.
2) Yesus dapat menebus dosa manusia dan anugerahnya diberikan atas orang yang percaya pada Yesus.
3) Tebusan Tuhan Yesus membayar kepada Allah dan bukan kepada setan.
4) Tebusan dibayar untuk orang yang ditentukan oleh Allah untuk memperoleh keselamatan yaitu mereka yang ditentukan untuk selamat. Teori ini di terima oleh John Calvin.
— Peter Albert 1079-1142 AD
Ia adalah merupakan ahli pikir dari Prancis, dan juga ahli teologi, ia bersekolah di Paris, ia mempelajari teologi secara logika.
Teorinya tentang penebusan adalah :
Pemberontakkan manusia harus diatasi dan bukannya memperbaiki murka Allah atau meredakannya.
Dalam penebusan, Allah dengan kasihnya mengatasi pemberontakkan manusia, dan kuasa kasih Allah mengatasi pemberontakkan manusia.
Ia menyinggung juga tentang dosa, ia mengatakan segala yang bertentangan dengan hati nurani itu adalah dosa, juga ia mengatakan ketidakpercaya kepada Tuhan Yesus adalah dosa.
Hukuman atas dosa disebabkan Yesus sendiri telah menanggung dosa kita. 2 Petrus 2:24.
Jadi pendapat diatas berbicara :
v Kematian Kristus dengan kasih Allah untuk mengatasi pemberontakkan manusia dalam haati nurani.
v Jika kita mendapatkan penebusan selain pekerjaan Kristen perlu juga ditambah dengan babtisan dan pertobatan.
— Cocinius 1539-1604
Ia adalah seorang Prancis di Siena. Dia adalah anak yatim piatu dan dengan keresponden ia belajar hukum, teologi, filsafat dia belajar teologia Alberd dan di kembangkan, ia banyak mengarang buku-buku dan banyak menyinggung anti katolik. Di ingat ia hidup sesudah reformasi.
Teorinya tentang penebusan :
Dosa manusia seperti penyakit dan hati manusia cenderung pada kejahatan maka dipisahkan dari Allah.
Allah mengampuni manusia seperti ayah yang mengampuni anak dengan kasihnya, hanya jika manusia bertobat ia akan pasti diampuni oleh Allah.
— Marthin Luther 1483-1546
Ia adalah seorang Jerman, dididik menjadi pastor dan profesor teologia dan melalui study Alkitab dari kitab Roma, Mazmur, Galatia, dan Ibrani yang diajarkan. Dia menemukan kebenaran bahwa manusia di benarkan oleh iman. Jasanya adalah bahwa pada tanggal 31 Okt 1517 ia mengadakan reformasi memprotes Roma katolik, dan pada tahun 1537 ia menterjemahkan Alkitab kedalam bahasa Jerman. Marthin Luther banyak mengarang buku mengenai penebusan oleh darah Yesus Kristus.
Teorinya dalam penebusan adalah :
v Nilai darah Yesus Kristus untuk penebusan merupakan:
ü Pernyataan kasih Allah yang sempurna.
ü Penghentian murka Allah.
ü Pendamaian orang percaya dengan Allah.
ü Kuasa dosa dan hukum yang dapat ditebus oleh Yesus adalah satu-satunya yang dapat melaksanakan penebusan.
v Menitik beratkan pada anugerah Allah atas orang yang percaya.
v Setiap orang percaya akan menikmati Anugerah Allah.
v Penebusan yang digenapkan oleh Tuhan Yesus seluruhnya untuk kita. Dengan iman kita dapat memperoleh dengan penebusan.
v Penebusan adalah merupakan kehendak Allah dan merupakan cara Allah untuk menyelamatkan manusia Ibr. 10:7-20.
v Yang dapat diselamatkan oleh Tuhan Yesus adalah orang berdosa yang beriman, bukan orang berkelakukan baik atau mempunyai jasa. Sebab Yesus datang untuk menebus dan menyelamatkan orang berdosa yang tak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
— John Calvin
Ia berasal dari Prancis dan lahir 10 Juli 1509, di Noyan. Pada usia 14 tahun ia masuk universitas di Paris, ia adalah seorang ahli hukum dan filsuf yang baik pada umur 26 tahun.
Teorinya tentang penebusan :
Manusia semuanya jatuh secara total dalam dosa, dan sifat manusia sudah rusak, penuh tipu, tak mampu berbuat sedikitpun kebaikan.
Yesuslah satu-satunya jalan bagi orang berdosa untuk dapat diselamatkan. Yesus adalah penyelamat, pencipta keselamatan, penyempurnaan keselamatan, pelaksanaan keselamatan.
Tugas penyelamat diberikan Allah kepada Yesus, dan oleh darahnya sendiri Ia melakukan penebusan.
Cara penebusan Kristus adalah dengan cara penggantian, yaitu yang tidak berdosa mengganti yang berdosa, yang tidak benar diganti yang benar.
5 Prinsip predistinasi dari John Calvin
v Manusia telah rusak secra total, jatuh dalam dosa.
v Pilihan Allah pada manusia adalah berdasarkan kedaulatan Allah yang mutlak tanpa syarat.
v Penebusan Kristus hanya berlaku atas orang yang menerima keselamatan itu.
v Anugerah Allah itu mempunyai akibat, yaitu panggilan Allah senantiasa mendatangkan kehendak dari orang yang dipilih untuk menerima panggilan Allah itu.
v Sorang yang sudah diselamtakan mungkin akan jatuh kedalam dosa lagi, tetapi pasti ia akan bangkit kembali, sebab itu seorang yang telah menerima hidup yang kekal tak mungkin akan binasa selama-lamanya , sekali ia diselamtkan akan selamanya diselamtkan.
— Jacob Arminius 1560-1609 AD
Ia adalah seorang Belanda, telah bersekolah di universitas Asterdam di Holand dan Geneva ia belajar teologi. Ia juga menentang ajaran Calvin tentang :
Anugerah Allah dan keselamatan untuk seluruh umat manusia.
Kehendak manusia yang bebas (Fee Will). Allah tak membatasi kehendak manusia dan bila teori prestinasi Calvin benar, yaitu bahwa manusia jatuh dan rusak total, maka akan timbul seolah-olah Allah adalah pencipta dosa.
5 Gagasan Arminius
— Allah melalui Kristus menghendaki agar orang percaya pada Kristus selamat, dan hal ini ditetapkan Allah sebelum Ia menciptakan manusia dan orang yang tak mau percaya dan tak mau menerima keselamatan ini, akan mendapat hukuman Yohanes 3:36.
— Kristus mati adalah seluruh umat manusia, tetapi hanya orang percaya dapat menikmati dan memperoleh keselamatan dan orang yang tak percaya tidak akan menerima pengampunan dosa. Yoh 3:36 ; I Yohanes 2:2.
— Manusia tidak mempunyai iman untuk diselamatakan dan juga tidak mempunyai daya yang bebas, dia juga tidak mempunyai daya yang bebas untuk memilih kebaikan, karena manusia berada dalam ketidak percayaan dan berdosa. Bila ia menerima hidup baru dan kekal, ia harus melalui Roh Kudus, dalam Kristus. Yohanes 15:5.
— Tanpa Anugerah manusia tidak dapat berbuat apa-apa tetapi kehendak Allah dapat ditolak oleh kehendak bebas manusia Kis 7:51.
— Siapa yang dengan iman bersatu dengan Kristus dan mempunyai bagian dalam Roh hidup Yesus, mereka akan memperoleh tenaga untuk melawan setan, dosa,dunia, dan nafsu diri. Jika manusia dapat melawan hal ini itu karena Anugerah Allah.
— John Watson 1850-1907 AD
Ia adalah seorang pendeta dari scotlandia, dari prebyterian Church. Ia mengatakan bahwa : Kristus melalui kematian-Nya menjadi penebus satu-satunya untuk dosa-dosa manusia, dibawah tuntutan keadilan Allah yang suci itu supaya semua orang yang bertobat dari dosanya dengan sungguh-sungguh hati karena percaya penebusan Kristus mendapat pendamaian dengan Allah, membenarkan dari segala hukuman dosa dan memperoleh hidup yang kekal.
Jadi dari beberapa Ahli teologi dalam sejarah gereja yang mempaparkan teorinya tentang keselamatan/penebusan dalam Kristus, jangan kita berpegang satu doktrin. Tetapi marilah kita belajar dari bebrapa Ahli teologi tentang pemahaman keselamatan itu, dan sesuatu yang berkenan kepada Allah dan tidak bertentangan dengan Alkitab kita dapat menerapkannya dalam menguatkan iman kekristenan. Dan sesuatu ajaran teologi dari bapak-bapak gereja yang tidak berkenan kepada Allah dan menentang Alkitab maka kita perlu waspada dalam ajaran tersebut.
V.PERNYATAAN ALKITAB KESELAMATAN HANYA OLEH ANUGERAH
MENGAPA ?
Pendahuluan
Diselamatkan oleh anugerah adalah suatu konsep dalam teologi Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan manusia adalah pemberian Allah. Dalam konsep ini, keselamatan manusia tidak ditentukan oleh perbuatan yang dilakukannya, melainkan berdasarkan anugerah dari Allah. Konsep ini terdapat di dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus yang ada di Alkitab Perjanjian Baru. Dalam sejarah kekristenan selanjutnya konsep ini banyak diperdebatkan, khususnya mengenai kontribusi manusia dalam mengusahakan keselamatannya. Tokoh-tokoh Kristen seperti Agustinus dan Martin Luther banyak memberi kontribusi dalam perkembangan konsep ini.
Mungkin kita berpikir bahwa konsep keselamatan oleh Anugerah, adalah mutlak konsep PB atau lebih tepat adalah teologi Rasul Paulus. Tetapi sesungguhnya dugaan seperti ini adalah keliru, sebab baik PL maupun PB sama-sama memberikan tekanan tentang penyelamatan adalah anugerah Allah.
Latar belakang
Kata 'anugerah' berasal dari istilah kharis yang diterjemahkan sebagai "kasih karunia". Di dalam Perjanjian Baru kata ini bermakna, "kemurahan hati Allah yang tidak pantas diterima oleh orang yang layak dihukum". Istilah ini dipakai untuk mengungkapkan sikap Allah yang menyediakan keselamatan bagi manusia. Dengan demikian keselamatan bukan berdasarkan kebaikan manusia tetapi semata-mata berdasarkan kehendak Allah sendiri. Kehendak Allah ini salah satunya tercermin dalam tema pendamaian yang sangat menonjol dalam narasi-narasi Alkitab.
• Arti Anugerah Dalam PL
Dalam PL tidak hanya menggunakan satu kata untuk menjelaskan satu konsep anugerah, melainkan beberapa kata yang dipakai untuk menjelaskan konsep anugerah, dan pengertian-pengertiannya saling berkaitan arti yang penuh dalam PB. Salah satu wujud kasih karunia Allah yang tergambar di dalam Perjanjian Lama adalah tawaran pendamaia atas pelanggaran manusia dalam kisah penciptaan.
Kita dapat mengetahui kata anugerah dalam PL
1. Kata Anugerah dalam PL “KHEN”
Kata kerjanya adalah ‘Khanan” yang artinya “membongkok” dan “merendahkan diri” yang meliputi pengertian menurunkan perhatian atau kasih Yeremia 22:23 ; Hbk. 21:23. Istilah KHEN ini digunakan dalam beberapa Alkitab untuk menggambarkan secara menakjubkan kasih karunia Allah kepada manusia. Misalnya :
v Keluaran 33:13 Musa memohon rahmat Ilahi yang penuh bagi umat Allah sesudah pemberontakkan Israel waktu Taurat diberikan.
v Kel 34:6-8 Allah memperpanjang Anugerah-Nya dalam memberikan Taurat pada kali yang kedua. Hal ini menujukkan pemberian tanpa pamrih dari Allah kepada manusia.
v Yeremia 31:2 disini Anugerah ditunjukkan dalam rangka peninjauan kebelakang kepada pembebasan Israel oleh Allah dalam ujian-ujian hidup dalam perjalanan ke Negeri perjanjian.
v Zkh 12:10 dalam menubuatkan masa depan pertobatan dan pembaharuan Israel dinyatakan sebagai masa anugerah atau masa penuangan anugerah.
v Ayb 33:24, Maz 26:12b, Keluaran 33:19, merupakan ayat penting dekat pengertiannya dengan penebusan dosa. Ayat-ayat lain misalnya Ayb. 9:1,15 dan banyak lagi ayat-ayat di Maz memberikan indikasi kaitan istilah dengan dosa.
KHEN mengandung beberapa pengertian
v Pemberian yang Cuma-Cuma dari Allah kepada manusia yaitu sesuatu yang tidak disangka-sangka dan tidak ada kelayakan dari si penerima
v Istilah ini cenderung membicarakan pembebasan dari kesulitan hidup sehari-hari
v Ada juga pengertian penebusan dosa kedalam hidup kekal.
2. “KHESED” dalam PL
Arti KHESED dalam PL sama dengan arti dalam PB KHARIS artinya Anugerah. Beberapa ayat atau ajaran PL yang melibatkan kata Khesed sbb:
a. Persekutuan dengan Allah dalam PL dimungkinkan karena kasih setia Allah yang kekal dan tahan unji Maz 5:6-8 ; 36:8 ; 48:8-10.
b. Keampunan dosa manusia disebabkan oleh Khesed Allah Bil. 14:29 ; Dan. 9:4, 15, 18 ; Maz. 51:3.
c. Pujian sering ditunjukkan kepada Allah karena anugerah-Nya . II Taw. 5:3 ; Maz. 3:11.
d. Pemeliharaan dunia tidak dapat dipisahkan dari khesed Allah. Mazmur 93;18 ; 42:9 ;94;18 ; 119:76-77 ; Ayb. 37:10-13 ; Dan. 1:9 ; Est. 2:9,17 ; Ratapan 3:22.
Kesimpulan tentang konsep anugerah dalam PL.
— Khen adalah suatu sikap tanpa pamrih oleh Allah kepada manusia, terutama hubungan dengan berkat-berkat pembebasan secara jasmaniah maupun rohaniah.
— Khesed adalah kasih setia yang teguh antara dua kelompok yang mempunyai hubungan kekeluargaan dan khususnya dalam perjanjian-perjanjian Allah dimana Allah terlibat dengan umat-Nya, sedangkan Khesed Allah sebagai jaminan yang kokoh.
Adapun pernyataan anugerah lainnya dalam PL yaitu : Cara utama Allah dalam menyatakan anugerah-Nya dalam PL dapat dilihat dalam pengalam Nuh (Khen Kej. 6:8) ; pengalaman Abraham (Khen Kej. 18:3, Khesed Kej. 32:10,) Yusuf (Khesed 39:21 ; 43:29) Israel sebagai umat (Khesed Kel 15:13 ; Musa. Kel. 33;11-17)
Peranan Iman
Dalam rangka keselamatan jelas bahwa dalam PL, keselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan sebagai tanggapan terhadap iman. Dalam tiap-tiap periode ternyata manusia tidak berdaya sama sekali sehingga untuk diselamatkan ia bergantung kepada anugerah Allah. Dalam hala ini mendapatkan tempat yang utama Kej 15:6. ia beriman kepada Allah, dan sebagai pemberian-Nya adalah anugerah keselamatan, Mazmur 26:1 ; 4:6 ; 78:7.
Allah Juruselamat sebagai sasaran Iman
Allah juga diketahui sebagai sasaran Juruselamat, I Sam. 2:1 ; II Sam. 22:3 ; Maz. 119:123. bahkan Ia dinyatakan sebagai sumber keselamatan satu-satunya.
Maka dengan demikian :
1) Allah menunjukkan melalui bapak-bapak beriman dan melalui janji-janji-Nya, bahwa manusia deselamatkan karena Anugerah-Nya.
2) Allah membuat janji-janji dengan manusia agar ada persekutuan antara Allah dengan ciptaan-Nya, itu juga adalah anugerhnya . Allah juga menyediakan sarana untuk keselamatan kekal manusia.
• Arti Anugerah dalam PB
Kata 'anugerah' berasal dari istilah kharis yang diterjemahkan sebagai "kasih karunia". Di dalam Perjanjian Baru kata ini bermakna, "kemurahan hati Allah yang tidak pantas diterima oleh orang yang layak dihukum". Yohanes membuka injilnya dengan mengidentifikasi Yesus sebagai pembawa anugerah Yohanes 1:17.
Penggunaan kata Kharis dalam PB sbb :
ü Arti kharis berhubungan dengan sukacita dan kepuasan serta keindahan terlibat dalam dalam PB yaitu Lukas. 44:22 ; Efesus. 4:29.
ü Arti perbuatan baik, kasih, karunia, simpati, terdapat dalam beberapa ayat juga, KPR. 7:10,46 ; 11:23.
ü Arti yang berhubungan dengan Allah menyatakan kasih-Nya tanpa disebabkan kebaikan, terlihat dalam KPR. 11:23 ; Roma. 11:6 ; II Kor. 4:15 ; 6:1 ; II Tes. 1:2
ü Penggunaan dalam pengucapan syukur seperti dalam I Tim. 1:12 ; II Tim 1:3 ; I Kor. 10:3
ü Arti yang menyatakan faedah-faedah (berkat2) yang bersumber kepada anugerah keselamatan dalam Yesus Kristus. Meliputi :
a. Meliputi anugerah keselamatan oleh Yesus I Pet. 1:10,13 ; II Kor. 8:9.
b. Meliputi pribadi Kristus sebagai wujud Anugerah kebenaran. Yoh. 1;18 ; I Kor. 15:8-10.
c. Meliputi seluruh kondisi keselamatan seseorang Rom. 5:2 ; I Pet. 5:12.
d. Meliputi juga berkat-berkat sementara didunia ini II Kor. 9:8.
Kesimpulan istilah Anugerah Dalam PB :
ü Konsep anugerah dalam PB dipertinggi Juruselamat Yesus Kristus.
ü Anugerah adalah pemberian Allah secara Cuma-Cuma melalui pengorbanan Yesus Kristus II Kor. 8:9 ; Rom. 6:11 ; 25:11 ; Ef. 2:8.
Istilah 'pendamaian' adalah suatu proses untuk meluruskan situasi yang tidak adil atau kacau. Sering kali 'pendamaian' dengan 'pengampunan' dipahami dalam pengertian yang sama, sebab keduanya sama-sama mengarah kepada kedamaian. Kata 'pengampunan' adalah tindakan memberi ampun secara khusus, di mana ada seseorang menyesal dan yang lain memaafkan. Baik 'pertobatan' atau pun 'pengampunan' merupakan dua sisi dari satu proses, di mana pelaku tindak kejahatan mengakui kesalahannya, sebaliknya korban tindakan itu memberi ampun.
Kata "pendamaian" terdapat dalam Matius 5:24 dan 1 Kor.7: 11, yang menggambarkan relasi antara manusia dengan Allah. Dalam bahasa Yunani yaitu katal-lage (kata benda), kalasso (kata kerja) menggambarkan suatu tindakan Allah yang hendak mendamaikan umat manusia atau kosmos dengan diri-Nya sendiri. Manusia tidak berperan aktif dalam proses pendamaian Allah, sebab pendamaian oleh Allah merupakan karunia bagi manusia.
Perubahan dari hasil proses pendamaian merupakan suatu pembaruan yang total dan hanya dapat diwujudkan oleh Allah. Paulus menekankan pendamaian di dalam 2 Kor. 5: 19-21, bahwa Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya melalui Kristus. Allah telah membuat Kristus yang tidak berdosa menjadi penanggung dosa manusia, supaya manusia dibenarkan oleh iman di dalam Dia.
Peristiwa keselamatan Allah di Salib dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan tindakan pendamaian sepihak oleh Allah. Melalui Kristus sebagai perantara,Allah telah mendamaikan seluruh dunia dengan diri-Nya (2 Kor. 5: 18-19). Pendamaian Allah di dalam Kristus memengaruhi relasi orang secara individu dengan Allah, tingkah laku seseorang, dan juga relasi seseorang dengan yang lainnya. Pendamaian mengarah kepada suatu perubahan yang lebih baik di dalam relasi manusia.
Pandangan Paulus Di Dalam Surat Roma
Anugerah merupakan ciri utama dalam teologi Paulus. Paulus dalam Surat Roma mengatakan bahwa manusia yang berdosa "telah diselamatkan dengan cuma-cuma melalui anugerah" (Roma 4:16). Akan tetapi, manusia harus merespons anugerah Allah tersebut bagi dirinya sendiri melalui iman. Melalui penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa "karena anugerah oleh iman" (Efesus 2:8), maka manusia diselamatkan.
Paulus menghubungkan konsep anugerah Allah itu dengan Taurat. Menurut Paulus, Taurat juga mengungkapkan anugerah Allah (Roma 7:12). Anugerah Allah menggenapi apa yang yang tidak dapat diperbuat oleh manusia melalui Taurat. Persamaan antara anugerah dan Taurat adalah keduanya merupakan suatu sarana keselamatan dari Allah.
Di Dalam Surat Korintus
Anugerah Allah tidak hanya terdapat di dalam Surat Roma saja, melainkan juga di dalam Surat I dan II Korintus. Dalam 1 Korintus 1:4 tertulis bahwa augerah Allah mendukung dan membimbing setiap manusia dalam perkataan dan perbuatannya. Anugerah Allah juga yang memberi kekuatan bagi orang-orang Kristen untuk menjalani kehidupan yang saling melayani kepada sesama manusia. Dengan demikian, konsep keselamatan oleh anugerah berkaitan juga dengan dimensi keselamatan di kehidupan sehari-hari.
Paulus mengatakan bahwa Allah melalui Yesus Kristus telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya. Yesus memenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mewujudkan perdamaian yang direncanakan oleh Allah. Ketidaktaatan manusia telah digantikan oleh ketaatan-Nya. Segala sengsara yang seharusnya dialami oleh manusia telah diderita oleh Yesus Kristus. Dia telah memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi manusia. Surat 2 Korintus 5:20 tertulis bahwa "berilah dirimu didamaikan dengan Allah".
Ada persoalan dalam kalimat tersebut. Paulus menggunakan kata kerja pasif, seolah-olah inisiatif pendamaian berasal dari manusia dengan cara menghentikan kebencian dan permusuhan. Paulus menegaskan bahwa manusia membutuhkan pendamaian Allah karena adanya perseturuan antara Allah dan manusia. Roma 5:1-10 tertulis bahwa "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!".
Pendamaian Allah sudah ada sebelum manusia berusaha mendapatkannya. Perseteruan antara Allah dan manusia merupakan akibat dari keberdosaan manusia itu sendiri. Perseteruan itu menggambarkan karakter manusia yang memberontak terhadap Allah dan itulah sebabnya manusia dipandang sebagai seteru yang membutuhkan pendamaian. Pemulihan hubungan yang berseteru ini tidak hanya sebagai cara manusia memandang Allah, tetapi juga cara Allah memandang manusia. Perseteruan juga menggambarkan kebencian Allah terhadap dosa atau pemberontakan manusia.
• Pelagius
v Perdebatan Antara Agustinus dan Pelagius, ttg konsep diselamatkan karena anugerah.
v Pelagius meyakini bahwa karya pencarian manusia dalam memilih dan mencari Allah memiliki peran yang sangat penting. Meskipun karya Allah memegang peranan,tetapi itu bukanlah semuanya. Pelagius menyangkal bahwa dosa diturunkan dari Adam, sebaliknya manusia terlahir tanpa dosa. Akibat dari dosa manusia pertama bukan karunia keselamatan, melainkan pemberian teladan yang baik yaitu Kristus, hukum, dan pernyataan umum. Manusia dapat berusaha sendiri untuk menjadi sempurna. Ada tujuh pokok ajaran Pelagius:
v Pertama, Adam diciptakan untuk mati dan akan mati sekalipun ia tidak berdosa. Kematian bukanlah akibat dosa.
v Kedua, kejatuhan Adam ke dalam dosa hanya dia sendiri dan tidak mempunyai akibat bagi keturunannya.
v Ketiga, anak-anak yang dilahirkannya tidak berdosa.
v Keempat, anak-anak yang tidak dibaptiskan dan meninggal pada masa bayi tetap memperoleh keselamatan.
v Kelima, manusia mati bukan karena kejatuhan Adam ke dalam dosa dan manusia bangkit di antara orang mati bukan didasarkan kepada kebangkitan Yesus Kristus.
v Keenam, hukum taurat dapat memimpin orang ke dalam Kerajaan Surga sama seperti Injil.
v Ketujuh, sebelum Kristus ada orang yang berdosa.
• Agustinus
Komentar Agustinus tentang ajaran pelagius
Pernyataan Pelagius tidak serupa dengan pernyataan Agustinus yang mengatakan bahwa Manusia diciptakan oleh Allah dengan karunia-karunia adikodrati. Karunia-karunia itu hilang ketika Adam jatuh ke dalam dosa. Pemikiran Augustinus didasari oleh perkataan Paulus dalam surat Roma 13:13-14 yang tertulis, "kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya".
Berdasarkan surat Paulus tersebut, muncul pemikiran Agustinus bahwa manusia memiliki kebebasan kehendak. Kejahatan merupakan prinsip negatif dan sebuah keadaan yang terpisah dari Allah. Kejahatan adalah suatu keadaan yang tadinya baik berubah menjadi keadaan yang rusak atau tidak baik. Kehendak bebas hilang dan Adam serta keturunannya dikuasai oleh dosa. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Manusia hanya dapat diselamatkan oleh rahmat Allah saja. Peristiwa kejatuhan Adam ke dalam dosa, seluruh manusia berada dalam keadaan berdosa. Allah akan memilih orang-orang yang akan menerima karunia-Nya. Dosa bukanlah ciptaan Allah dan tidak bersifat kekal. Dosa muncul karena manusia telah menyalahgunakan kehendak bebas.
Oleh karena itu, setiap manusia bertanggungjawab atas perbuatannya dan manusia membutuhkan kasih karunia Allah yakni pertolongan batin dari Roh Kudus, agar manusia bisa hidup dengan baik. Allah memberi kasih karunia-Nya (atau Roh Kudus) kepada manusia yang merespon Injil dengan imannya. Iman merupakan karunia Allah dan hasil pekerjaan rahmat-Nya. Keselamatan merupakan sebuah karunia Allah.
Namun, Allah tidak memberikan karunia itu kepada semua orang. Allah memberikan karunia itu hanya kepada orang-orang yang menjadi umat pilihan-Nya saja. Karunia itu tidak ada terkait dengan kehendak atau usaha seseorang (Roma .9:16). Kasih karunia Allah berupa pertolongan batin dari Roh Kudus, agar manusia bisa hidup sebagai orang Kristen. Allah memberi kasih karunia-Nya kepada manusia yang merespon Injil dengan imannya.
Iman merupakan karunia Allah dan hasil pekerjaan rahmat-Nya. Keselamatan merupakan sebuah karunia Allah. Namun, Allah tidak memberikan karunia itu kepada semua orang. Allah memberikan karunia itu hanya kepada orang-orang yang menjadi umat pilihan-Nya saja. Karunia itu tidak ada terkait dengan kehendak atau usaha seseorang (Rom.9:16).
Ajaran Pelagius ditentang keras oleh Augustinus, Uskup Hippo-Regius, namun Pelagius tidak mau sehingga ia diekskomunikasikan. Augustinus menentang ajaran Pelagius dengan mengatakan bahwa manusia mati karena dosa-dosanya. Akhirnya, ajaran gereja kemudian adalah semi pelagianisme yang mengajarkan bahwa walaupun manusia sakit, manusia masih bisa berbuat baik tetapi ia membutuhkan bantuan Allah. Anugerah melaksanakan iman dan kehendak ke arah kemurnian
• Pandangan Semi Pelagianisme
Meskipun Pelagius mendapat penolakan dari Agustinus, tetapi ada juga orang-orang yang meyakini pemikiran Pelagius meskipun tidak semua sekitarnya diterima. Pada zaman modern, orang tersebut dianggap sebagai kelompok yang menganut semi pelagianisme. Tokoh yang penting dalam semi pelagianisme adalah Yohanes Cassian dan Vincent dari Lerins.
Paham ini mengajarkan bahwa walaupun manusia sakit, manusia masih bisa berbuat baik tetapi ia membutuhkan bantuan Allah. Komunitas semi Pelagiusmenganut setengah ajaran Agustinus dan setengah. Ajaran Pelagius. Komunitas semi pelagianisme sependapat dengan Agustinus mengenai dosa warisan. Meskipun demikian, komunitas ini menolak pandangan Agustinus mengenai dosa dan anugerah.Komunitas ini menolak pandangan mengenai keterikatan kehendak secara penuh mengenai pekerjaan dari kuasa anugerah yang tidak tertahankan dan mengenai predestinasi.
Cassian mengatakan bahwa kehendak bebas yang terdapat pada manusia tidak dihapuskan semuanya. Dosa Adam memang diwariskan kepada generasi berikutnya dalam pengertian seperti seseorang mewariskan kesakitan sebagai akibatnya kehendak bebas menjadi lemah. Allah memberikan kepada manusia sebagai permulaan dari kehendak yang bijak.
Cassian menilai pandangan Agustinus bahwa konsep anugerah tidaklah mesti mendahului kehendak bebas. Oleh karena manusia tetap mempunyai kehendak bebas, meskipun kehendak itu dilemahkan akibat dosa. Cassian mengatakan bahwa kehendak bebas memiliki inisiatif pertama untuk datang kepada Allah. Kehendak manusia bebas memilih untuk menghargai atau pun menolak anugerah Allah. Dengan kata lain,
Cassian ingin mengatakan bahwa anugerah Allah dan kehendak bebas manusia haruslah bekerja sama. Selain Cassian, ada juga Vincent yang menolak pandangan Agustinus. Vincent menilai pandangan Agustinus melalui konsep tradisi dengan berkata, "iman yang telah dipercayai di mana-mana. Hal itulah yang benar dan katolik, sebagaimana nama itu sendiri dan alasan dari sesuatu menjelaskan dan mencakup segala universalitas".
Komunitas semi pelagianisme mengajarkan dan menjanjikan bahwa di dalam lingkungan persekutuan mereka terdapat anugerah Allah yang bersifat pribadi, yang besar, khusus, tanpa bekerja, tanpa upaya, bahkan walaupun mereka tidak memintanya maka orang akan mendapat dispensasi dari Allah berupa pemeliharaan melalui perlindungan para malaikat.
Komunitas ini mengakui keputusan Caesarius dari Arles bahwa melalui dosa Adam, maka ia dan cucu-cucunya mengalami kerusakan jiwa dan tubuh. Dosa dan kematian berasal dari ketidaktaatan Adam atas perintah Allah. Sebagai akibatnya, kehendak bebas manusia dilemahkan begitu rupa, sehingga tidak mungkin lagi atas inisiatif sendiri seseorang dapat mengasihi dan percaya kepada Allah sebagaimana seharusnya.
Melalui dirinya sendiri, manusia tidak dapat memperoleh anugerah Allah. Anugerah melaksanakan iman dan kehendak ke arah kemurnian. Dalam konteks ini "anugerah" mengacu pada infusi Roh Kudus dan Karya-Nya. Kehendak disediakan oleh Tuhan. Iman menjadikan manusia mengiakan pemberitaan Injili. Iman menggerakkan hati manusia untuk datang pada baptisan yang memulihkan kehendak bebas. Orang yang dibaptis juga berada dalam situasi membutuhkan bantuan yang terus menerus dari anugerah Ilahi. Tanpa bantuan ini orang yang dibaptis tidak dapat bertekun dalam jalan-jalan yang baik atau mencapai akhir yang dikehendaki.
• Marthin Luther
• Pandangan Pada Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan, anugerah dipandang sebagai suatu substansi adikodrati yang dicurahkan oleh Allah ke dalam jiwa manusia. Manusia membutuhkan anugerah karena adanya jurang pemisah dan tak terjembatani antara Allah dan manusia. Tidak ada jalan lain bagi manusia untuk mencapai Allah karena adanya jurang tersebut. Jurang pemisah antara Allah dan manusia dapat terjembatani bila ada sesuatu yang layak dan mampu membuat manusia diterima oleh Allah. Hal yang mampu menjembatani Allah dan manusia itu adalah anugerah.
• Pandangan Martin Luther Masa Reformasi
Martin Luther merupakan salah satu tokoh reformasi yang menyuarakan pemikiran mengenai "diselamatkan melalui anugerah"
Teorinya tentang keselamatan manusia karena anugera Allah dapat kita lihat :
Martin Luther mengatakan bahwa inti dari kepercayaan Kristen adalah manusia yang terbatas dapat memiliki hubungan dengan Allah. Hal tersebut berhubungan dengan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan oleh manusia supaya dirinya dapat selamat, yakni memiliki hubungan dengan Allah. Bagaimana manusia sebagai individu dapat masuk ke dalam suatu hubungan dengan Allah? Bagi Luther, anugerah Allahadalah yang memungkinkan manusia diselamatkan. Anugerah Allah itu bagi Luther terhubung dengan kebenaran Allah.
Pemikiran Luther tersebut dipengaruhi pengalaman pribadinya, yakni ketika Luther pada awalnya berpikir bahwa manusia sesungguhnya tidak dapat memenuhi persyaratan untuk diselamatkan. Karena itu, selalu ada yang harus dilakukan oleh manusia untuk memenuhi syarat supaya mendapat keselamatan. Luther menafsirkan "kebenaran Allah" sebagai kebenaran yang "menghukum". Akan tetapi, pada waktu kemudian, Luther menemukan arti baru mengenai "kebenaran Allah", yakni sebagai suatu kebenaran yang "diberikan" Allah kepada orang berdosa.
Allah bukanlah seperti "hakim" yang keras dan selalu memberikan ganjaran kepada setiap manusia sesuai dengan perbuatan baikmanusia. Sebaliknya, Allah dipahami sebagai Allah yang Maha Pemurah dan penuh rahmat sehingga memberikan keselamatan kepada orang yang berdosa melalui anugerah.
Iman dalam pemikiran Luther mempunyai peran yang sangat penting terkait dengan ajaran mengenai pembenaran. Ada tiga pokok mengenai iman:
v Pertama, iman mempunyai rujukan yang pribadi.
v Kedua, iman menyangkut kepercayaan pada janji-janji Allah.
v Ketiga, iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus.
Ajaran mengenai pembenaran oleh iman menegaskan bahwa Allah menganugerahkan pengampunan kepada manusia, di mana pengampunan itu tidak dibeli dan dapat diperoleh oleh semua manusia terlepas dari kekayaan atau pun kondisi sosial yang dimilikinya. Melalui anugerah Allah, orang percaya dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatannya sendiri tanpa harus menyandarkan diri pada imam atau gereja.
Luther mengalami permasalahan di dalam dirinya sendiri. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat memenuhi persyaratan untuk keselamatan. Dia tidak mempunyai kemampuan yang diperlukan supaya dirinya dapat diselamatkan. Dirinya tidak layak menerima karunia keselamatan dari Allah, melainkan hukuman.
Pembenaran sebagai suatu perbuatan manusia berdosa sebelum dirinya diselamatkan. Awalnya Luther mengartikan "Kebenaran" sebagai kebenaran yang " menghukum ". Namun, pemikiran tersebut berubah, di mana Allah dari Injil bukanlah hakim yang keras yang memberikan ganjaran kepada setiap individu sesuai dengan perbuatan baiknya. Sebaliknya, Dia adalah Allah yang pemurah dan penuh rahmat yang memberikan kebenaran kepada manusia sebagai anugerah.
Ide pemikiran Luther mengenai pembenaran sebagai anugerah didasarkan dari pemikiran Paulus bahwa apabila manusia mengandalkan kekuatannya sendiri di hadapan Allah, maka manusia itu akan binasa untuk selama-lamanya. Paulus menyuarakan supaya manusia menghentikan usaha menyelamatkan diri sendiri dan manusia mulai berserah kepada kasih karunia-Nya.
Pembenaran sebagai anugerah diberikan oleh Allah kepada semua manusia. Namun, manusia hanya dapat memperolehnya melalui iman. Iman mempunyai rujukan yang pribadi. Iman terkait dengan kepercayaan pada janji-janji Allah. Iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus. Melalui anugerah Allah, orang percaya dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatannya sendiri tanpa harus menyandarkan diri kepada imam dan gereja.
Peran iman dalam pembenaran semakin diperjelas oleh Luther melalui pernyataannya bahwa kalau kamu mempunyai iman yang benar, di mana Kristus adalah Juruselamatmu, maka saat itu juga kamu telah menggapai Allah yang rahmani karena iman menuntun kamu masuk serta membuka hati dan kehendak Allah sehingga kamu akan melihat anugerah yang murni dan kasih yang melimpah.
• Kesimpulan keselamatan oleh anugerah
Dari pembahasan tentang pernyataan yang merupakan keselamatan hanya oleh anugerah dapat terjawab bahwa: Karena yang menjadi inisiator dari keselamatan (anugerah) itu adalah Allah sendiri. Tidak ada sedikitpun sembangsih manusia dalam mengadakan keselamatan itu. Semuanya hanya semata-mata dari Yesus keselamatan itu yakni anugerah keselamatan yang sesungguhnya tidak pantas diterima oleh mausia sekaligus tidak bisa ia adakan sendiri. Anugerah itu diperoleh didalam Yesus Kristus dengan iman. Manusia tidak perlu melakukan apapun untuk pengadaan keselamatan itu, tetapi hanya menerima anugerah dengan iman.
Jadi Allah adalah sumber dan pemberi anugerah dan manusia sebagai penerima. Satu hal pertanyaan yang harus dijawab adalah kalau keselamatan adalah anugerah Allah semata dan tidak ada sedikitpun usaha manusia, mengapa orang Kristen dianjurkan berbuat baik ? Jawabannya adalah : perbuatan baik yang dilakukan oleh orang Kristen bukan lagi untuk mencari/mendapatkan keselamatan tetapi merupakan buah dari keselamatan.
Perbuatan baik kita bukan lagi untuk menyogok Yesus supaya menganugerahi keselamatan tetapi untuk memuliakan Yesus yang sudah menganugerahi keselamatan serta sebagai ungkapan syukur dan kasih kita kepadanya. Seorang yang sungguh dan percaya telah menerima anugerah keselamatan pasti tidak malas berbuat kebajikan. Dan bila ada orang yang mengaku orang percaya tetapi tidak ada motivasi berbuat baik maka ia adalah orang yang menipu dirinya sendiri dan belum menikmati anugerah Allah serta memahaminya secara tepat.
VI. CIRI KHAS SOTERIOLOGI REFORMED
Anthony Hoekema Menyebut 5 penekanan dalam soteriologi Reformed:
1) Walaupun manusia harus mengambil keputusan, namun faktor utama yang menentukan siapa yang diselamatkan dari dosa adalah kedaulatan anugrah Allah.
2) Akar penerapan keselamatan adalah ketetapan kekal Allah, berdasarkan kerelaan kehendak-Nya, bukan berdasarkan kebaikan manusia yang dipilih-Nya.
3) Semua orang dengan sungguh-sungguh dipanggil untuk menerima Injil, namun anugerah Allah bersifat partikuler (tertentu) yaitu yang dikaruniakan kepada kaum pilihan Allah.
4) Itu berarti bahwa Allah tidak akan membiarkan kaum pilihan-Nya kehilangan keselamatan mereka. Karena itu jaminan rohani orang-orang percaya tergantung terutama kepada pegangan Allah terhadap mereka, dan bukannya atas pegangan mereka kepada Allah.
5) Dalam penerapan keselamatan memang kehendak dan karya manusia memainkan peranan, tetapi penerapan itu terutama adalah karya Roh Kudus. Kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Di dalam beberapa aspek keselamatan (pertobatan, iman, pengudusan progresif, dan ketekunan). Allah berkarya dan kita berkarya. Pengudusan kita misalnya pada saat yang sama adalah seratus persen karya Allah juga seratus persen karya kita (lih Filipi 2:2:12-13).
BEBERAPA PANDANGAN LAIN MENGENAI SOTERIOLOGI
Di samping pandangan Reformed ada beberapa pandangan lain :
1) Pandangan Lutheran : walaupun orang Lutheran tahu bahwa pelaksanaan subyektif dari karya penebusan dalam hati orang berdosa adalah karya anugerah Ilahi, namun mereka memberikan tekanan utama pada apa yang dilakukan dipihak manusia dan bukan pada apa yang dilakukan pada pihak Tuhan. Walaupun mereka tahu bahwa iman mula-mula adalah anugerah Tuhan, mereka menjadikan iman (sebagai prinsip aktif dalam diri manusia dan sebagai tindakan manusia) sebagai faktor yang paling menentukan dalam urutan keselamatan mereka.
Itulah akibat dari kenyataan bahwa dalam reformasi Lutheran doktrin pembenaran karena iman sangat ditekankan. Kaum Lutheran mengambil titik berangkatnya dari kenyataan bahwa di dalam Kristus, Allah diperdamaikan dengan dunia, panggilan, iluminasi, pertobatan dan kelahiran kembali sesungguhnya hanya merupakan persiapan, bukan berkat-berkat perjanjian anugerah.
Dalam hal ini manusia diberikan iman yang menyelamatkan yang olehnya manusia memperoleh pengampunan atau pembenaran yang secara obyektif diberikan dalam Kristus, diadopsi sebagai anak Allah, disatukan dengan Kristus dan menerima roh pembaharuan dan penyucian, prinsip-prinsip yang taat. Jika manusia terus percaya, ia akan mendapatkan damai dan sukacita, hidup dan keselamatan, tetapi jika ia tidak beriman lagi semua ini akan meragukan, tidak pasti, dan mungkin tidak berguna lagi.
2) Pandangan Roma Katolik: seorangpun dapat dibenarkan tanpa anugerah Ilahi. Kehendak bebas tidak ditiadakan sesudah jatuh ke dalam dosa. Jadi manusia ada kemungkinan dan keharusan untuk kerjasama dengan anugerah Allah. Seseorang harus mengamini anugerah dan bekerjasama dengannya, baru seseorang dibenarkan. Pembenaran ini adalah pengampunan dosa dan juga pengudusan dan pembaharuan dari batin manusia melalui menerima secara sukarela anugerah dan karunia-karunia. Pembenaran adalah satu proeses penyucian dan pembenaran.
Pembenaran tidak diberikan, tetapi diterima oleh anugerah dan juga oleh persiapan. Pembenaran bertumbuh oleh perbuatan-perbuatan baik. Ukuran dari pengampunan dosa berhubungan dengan derajat dimana dosa sesungguhnya diatasi. Anugerah terikat kepada sakramen-sakramen. Anugerah adalah obyektif, dan dalam kerjasama manusia dengan anugerah menjadi subyektif. Akibatnya bahwa tidak ada kepastian tentang keselamatan. Anugerah pembenaran dapat hilang, bukan saja tentang ketidak-percayaan tetapi juga oleh dosa yang mendatangkan maut.
3) Pandangan Armenian : keselamatan adalah karya Allah, namun bergantung pada sikap dan pekerjaan manusia. Allah membuka kemungkinan keselamatan bagi manusia tetapi bergantung kepada manusia apakah ia mau meningkatkan kemungkinan itu. Menurut Armenian manusia secara naturnya tidak mengalami kerusakan total.
Kendatipun natur manusia terluka dan rusak sebagai akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia masih mampu oleh naturnya melakukan apa yang secara spiritual baik dan dapat berbalik kepada Allah. Akan tetapi karena dibengkokkan oleh Iblis dan juga oleh kelambanan natur manusia yang berdosa. Allah memberikan pertolongan kepada manusia. Ia mencurahkan anugerah yang cukup pada semua manusia untuk memampukan mereka, jika mereka memilih untuk itu, untuk memperoleh kepenuhan berkat rohani dan dengan demikian menerima keselamatan.
Menurut Armenian pengampunan dosa didasarkan pada jasa Kristus, tetapi penerimaan oleh Tuhan bersandar pada ketaatan manusia pada hukum atau ketaatan pada Injil. Iman bukan saja membenarkan, tetapi juga melahirbarukan orang berdosa. Akan tetapi, anugerah Allah selalu dapat diterima dan ditolak.
Wesleyan Armenian atau Armenian Injili berbeda sedikit dengan Armenianisme abad ke-17, dan lebih dekat dengan Calvinisme dari pada Armenian yang asli, tetapi mereka tidak konsisten. Menurut mereka kesalahan dosa Adam dijatuhkan pada seluruh keurunannya, tetapi juga semua manusia dibenarkan dalam Kristus dan dengan demikian kesalahan itupun segera disingkirkan, pada waktu ia dilahirkan.
Mereka mengakui keseluruhan kerusakan moral manusia dalam keadaan naturnya, tetapi juga berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang tetap ada dalam keadaan natur, sebab ada penerapan universal dari karya Kristus melalui Roh Kudus, yang olehnya orang berdosa dimungkinkan bekerja sama dengan anugerah Allah. Mereka mengajarkan doktrin kesempurnaan Kristen atau penyucian secara keseluruhan dalam hidup dimasa sekarang.
Konsep Paradoks
Kalau kita berbicara tentang kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia, maka menemukan suatu paradoks, yaitu suatu kombinasi dari dua pemikiran yang tampaknya berkontradiksi satu sama lain. (Hoekma, hlm. 16). Tetapi kedua-duanya harus dipertahankan, karena dua-duanya diajarkan oleh Alkitab:
1) Kedaulatan Allah : Amsal 21:1; Efesus. 1:11; Roma 9:21
2) Tanggung jawab manusia : Yohanes 3:36; Matius 16:27; Wahyu. 22:12
Hoekma (hlm. 17) menunjuk kepada dua nas dimana kedua aspek itu muncul bersamaan: Lukas 22:22 dan Kis. 2:23.Karena kedua aspek ini diajarkan oleh Alkitab, kita harus menegaskan baik kedaulatan Allah maupun tanggung jawab manusia; baik anugerah Allah yang berdaulat maupun partisipasi aktif kita di dalam proses keselamatan (Hoekma, hal. 19).
Catatan: ordo salutis di artikel ini dianut oleh John Calvin, John Murray, dan James M.Boice
I. Panggilan
Pada umumnya panggilan dibedakan dua macam : panggilan Injil, dan panggilan efektif. Panggilan injil berarti bahwa semua orang yang mendengar Injil sungguh-sungguh dipanggil untuk percaya kepada Kristus. Sedangkan panggilan efektif berarti bahwa panggilan Injil itu hanya menjadi efektif atau hanya berhasil dalam kehidupan orang-orang pilihan.
Menurut beberapa teolog seperti Van Genderen/ Velema (hlm 527) dan Berkhof (hlm. 101-105) menyebut panggilan secara umum, atau panggilan realis. Panggilan datang kepada manusia melalui penyataan umum seperti penciptaan, pemeliharaan dan pemerintahan dunia ini).
Panggilan ini tidak membawa manusia kepada keselamatan. Allah menyatakan diri kepada semua orang ini yang disebut penyataan umum, dan juga Allah menyatakan secara khusus hanya bagi orang yang percaya kepada-Nya sebagai Allah yang penuh anugrah. Pemeliharaan Allah menciptakan kemungkinan untuk memberikan anugrah-Nya, dan karya penebusan Kristus membuat dunia ini, menjadi dunia baru dimana terdapat kebenaran ( 2 Petrus 3:13).
Dalam doktrin soteriologi yang dibicarakan adalah bukan panggilan umum, melainkan panggilan Injil dan panggilan efektif.
1 Panggilan Injil
Dalam panggilan injil ini semua orang harus mendengar injil yaitu injil Yesus Kristus bukan kepada sejumlah orang tertentu. Hal ini sesuai dengan amanat agung : pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku (Matius 28:19). Kita sebagai pemberita Injil tidak boleh membedakan orang yang satu harus mendengar Injil, yang lain tidak. Kita berupaya supaya semua orang harus mendengar Injil.
Walaupun Allah telah memilih sejumlah besar dari umat manusia untuk diselamatkan, namun pemberitaan injil tidak boleh dibatasi kepada sejumlah orang tertentu. Dalam hal pemberitaan injil kita tidak boleh memandang muka. Dalam pemberitaan Injil Allah yang mengerjakan pertobatan dan iman, tetapi kita wajib menjelaskan injil kepada semua orang, mengundang mereka untuk menerima Yesus, supaya dosa mereka diampuni dan mereka menerima hidup yang kekal.
Hoekema memberikan definisi mengenai panggilan Injil yakni: penawaran keselamatan dalam Kristus kepada orang-orang, yang dibarengi dengan undangan untuk menerima Kristus dalam pertobatan dan iman, agar mereka boleh menerima pengampunan atas dosa-dosa dan kehidupan kekal.[7]
Panggilan injil ini bersifat universal, sehingga semua orang yang mendengar injil sungguh-sungguh diundang untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Ada 2 nas yang sering disebut tentang ini yakni: Matius 22:1-14 dan Lukas 14:16-24 yaitu perumpamaan tentang perjamuan kamin. Yang diperdebatkan dalam ke-2 nas ini adalah apakah kedua perumpamaan ini merupakan dua versi dari satu perumpamaan yang berbeda-beda. Jelas bahwa perbedaan antara kedua perumpaan ini cukup besar.
Dalam kedua perumpamaan ini, ada orang dipanggil atau diundang datang tetapi mereka menolak panggilan itu. Kelompok pertama ini menunjuk kepada orang Yahudi yang menolak Yesus. Kelompok kedua yang diundang adalah orang-orang yang dianggap rendah (miskin, cacat, buta,lumpuh, semua orang yang dijumpainya dijalan). Kelompok ketiga hanya disebutkan di Lukas 14:23, melambangkan orang-orang bukan Yahudi yang akan dijangkau oleh Injil kemudian mereka berada diluar kota. Sedangkan kelompok kedua berada di dalam kota).
Dari beberapa ayat ini menunjukkan bahwa semua orang dipanggil walaupun hanya sebagian yang meresponi panggilan itu. Jadi, kalau kita memberitakan injil, kita memberitakan kepada semua orang yang kita jumpai. Dan kita betul-betul mempunyai keinginan supaya semua orang yang mendengarkan injil itu akan bertobat dan percaya kepada Yesus, sehingga mereka diselamatkan.
Bukti-bukti Alkitab menjelaskan bahwa Allah sangat serius keselamatan semua orang yang mendengarkan injil : Yehezekiel 18:23; 33:11, Matius 23:37, 2 Petrus 3:9; 2 Korintus 5:20. melalui ayat ini jangan melarang kita mengambil kesimpulan bahwa injil hanya ditawarkan kepada kaum pilihan dan bukan kepada orang-orang yang tidak dipilih, tetapi beberapa ayat ini menunjukkan bahwa panggilan injil kepada semua orang.
Antara doktrin pemilihan dengan panggilan injil seakan-akan paradoks bagi pikiran kita, namun kita tetap mempertahankan sebab dua-duanya ajaran alkitab. Hoekma menekankan bahwa kita harus menghindari solusi yang rasionalis[8].
Kalau kita kita mencari solusi dari paradoks ini maka kita mengabaikan salah satu dari kebenaran ini:
1) Kalau kita mengabaikan doktrin pemilihan, kita mengorbankan panggilan injil. Kedua ajaran ini harus tetap dipertahankan karena ajaran alkitab
2) Kalau Armenian mengutamakan pangilan Injil yang ditawarkan kepada semua orang, maka memperlemah kedaulatan Allah.
Kedua solusi ini tidak bisa diterima, sebab tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Logika kita harus takluk kepada hikmat Allah dan apa yang tertulis di dalam Alkitab.
2 Panggilan efektif
Panggilan efektif ini menurut orang Semi-Pelagian dan Armenian menyatakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk meresponi secara positif kepada panggilan injil. Pernyataan ini menunjukkan bahwa hasil panggilan Injil mutlak tergantung kepada kehendak manusia. ketika manusia mendengar Injil dan mengambil keputusan untuk bertobat dan percaya atau tidak percaya, bukan karena Allah yang berdaulat.
Pendapat ini Agustinus (354-430) tidak menyetujui. Agustinus berpendapat bahwa bahwa kemampuan untuk menerima panggilan Injil terdapat dalam anugrah Allah yang berdaulat, bukan kehendak manusia. alasannya karena manusia telah mengalami kerusakan total ketika jatuh ke dalam dosa, itulah yang menyebabkan tidak memiliki kemampuan untuk menerima Injil dan menjadi percaya kepada Yesus dengan kekuatannya sendiri.
Dalam katekismus Heidelberg minggu ke-3 dijelaskan bahwa kita begitu rusak, sehingga kita sama sekali tidak sanggup untuk berbuat apa pun yang baik, dan hanya cenderung pada yang jahat saja, kecuali kita dilahirkan kembali oleh Roh Allah. Roh Kudus harus membuka hati untuk mendengar Injil, hanya dengan demikian panggilan Injil dapat menjadi efektif atau berhasil.
1. Panggilan efektif menurut Alkitab
Paulus menulis bahwa manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah ( 1 Korintus. 2:14). Manusia itu harus dilahirkan kembali dahulu, sehingga dia menjadi manusia rohani. Respons terhadap panggilan Injil tidak mungkin kalau manusia tidak diperbaharui lebih dahulu.
Manusia duniawi itu hanya mengikuti keinginan daging yang adalah seteru Allah (Roma 8:7). Manusia yang belum dilahirkan kembali itu adalah mati karena palanggaran dan dosa-dosa (efesus 2:1,5). Sehingga dia mati secara rohani. Kita harus lahir dari atas, atau dilahirkan dari air dan Roh (Yohanes 3:3,5) dan kita harus ditarik oleh Bapa (Yohanes 6:44), dan dihidupkan bersama-sama dengan Kristus (Efesus 2:4-5) oleh kasih karunia Allah.
Bukti Alkitab yang menunjukkan kata ‘panggilan’ atau ‘memanggil’ menunjuk kepada panggilan efektif yaitu panggilan yang diterima oleh manusia dan membuat dia bertobat dan menjadi percaya.
Bukti Alkitab yang dimaksud adalah sbb:
· 1 Korintus 1:22-24 : Kristus yang disalibkan adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah untuk mereka yang dipanggil. Mereka yang dipanggil itu tidak menganggap suatu kebodohan. Mereka telah dipanggil secara efektif. Dalam Matius 22:1-14 kata panggilan Injil yang ditujukan kepada semua orang tetapi hanya menjadi efektif bagi orang pilihan.
· Roma 8:28-30 : mereka yang dipanggil sesuai rencana Allah (ay. 28) yang mengasihi Dia. mereka yang dipanggil-Nya dalam ayat 30 menunjuk kepada panggilan efektif, karena mereka juga dibenarkan-Nya dan dimuliakan-Nya
· Hoekma menyebut beberapa nas Alkitab selain kedua ayat di atas : 1 Korintus 1:9; Roma. 1:7; 9:23-24; Galatia 1:15; Efesus 4:1,4; 1 Petrus 2:9; 2 Petrus 1:10; Yudas 1;Wahyu 17:14.
2. Panggilan efektif menurut pengakuan iman Reformed
Dalam pengakuan iman Reformed menjelaskan mereka yang diselamatkan oleh Kristus, Allah memutuskan untuk memberikan orang-orang pilihan itu kepada-Nya untuk memanggil serta menarik mereka dengan efektif oleh Firman dan pada persekutuan dengan Roh-Nya.
Sejak semula orang-orang kepunyaan-Nya telah dipilih-Nya dalam Kristus, demikian juga mereka dipanggil-Nya secara efektif dalam hidup ini. Dia mengaruniakan kepada mereka iman dan pertobatan, dan setelah melepaskan mereka dari kuasa kegelapan memindahkan mereka ke dalam kerajaan Anak-nya. Hal ini jelas bahwa panggilan hanya menjadi efektif dalam kehidupan orang-orang yang dipilih, hanya oleh karena kasih karunia saja.
3. Defenisi Panggilan efektif
Menurut Hoekma defenisi panggilan efektif adalah : tindakan Allah yang berdaulat melalui Roh Kudus-Nya dimana Dia memampukan pendengar panggilan Injil untuk meresponi panggilan-Nya dengan pertobatan, iman, dan ketaatan.
4. Panggilan efektif dan pemilihan
Orang-orang yang dipanggil secara efektif adalah orang-orang pilihan. Mereka telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4) untuk menjadi percaya dan hidup kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya.
Hubungan antara panggilan efektif dan pemilihan menjadi jelas dalam Matius 22:14 “sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih”. Kita sudah melihat bahwa panggilan yang dimaksudkan dalam nas ini adalah panggilan yang ditujukan kepada semua orang. banyak orang mendengar pemberitaan injil, tetapi hanya sebagian yang meresponi secara positif terhadap panggilan injil itu.
Latar belakang kedua reaksi yang berbeda ini adalah pemilihan Allah. Dalam kehidupan orang pilihan Allah mengerjakan jawaban positif terhadap panggilan Injil. Itulah karya Allah semata-mata. Sedangkan penolakan panggilan Injil disebabkan oleh ketidakpercayaan manusia sendiri. Panggilan efektif merupakan anugrah Tuhan. Penolakan Injil adalah kesalahan manusia sendiri.
Kesimpulan dari Matius 22:14 menurut Van Genderen/Velema adalah :
a. Pemilihan tidak membatasi atau memperlemah panggilan
b. Panggilan dimaksudkan Allah secara serius. Karena itu menolak panggilan Injil merupakan kesalahan manusia. Jadi bukan Allah yang dipersalahkan kalau manusia tidak menjadi percaya. Lihat Yohanes 5:39-40 “kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh itu; “kamu tidak mau (Mat. 23:27); karena kamu menolaknya (Kisah Para Rasul 13:46).
Banyak orang yang dipanggil oleh pelayanan Injil tidak datang dan tidak bertobat. Kesalahannya tidak dapat ditimpahkan kepada Injil, atau kepada Kristus dan juga kepada Allah yang memanggil orang melalui injil dan bahkan memberikan karunia kepada mereka yang dipanggil-Nya. Kesalahan terletak dalam diri mereka. Sebagai bukti kita dapat melihat perumpamaan tentang benih (Matius 13:1-23; Markus 4:1-20; Lukas 8:4-15).
c. Pemilihan dan panggilan tidak terjadi bersamaan waktu. Sejumlah besar manusia dipilih sejak kekal, sedangkan panggilan terjadi dalam hidup ini. Tetapi kita dipanggil dahulu, dan baru dari respons yang positif terhadap panggilan itu kita bisa menarik kesimpulan bahwa kita ternyata dipilih sejak kekal.
5. Penginjilan dan kedaulatan Allah
Dalam buku Penginjilan dan Kedaulatan Allah, yang ditulis Packer menjelaskan bahwa kedaulatan Allah dalam memilih dan memanggil secara efektif tidak berarti mengabaikan tugas penginjilan. Dalam kedaulatan Allah justru menentukan bahwa orang yang dipilih akan dipanggil secara efektif melalui pemberitaan Injil oleh hamba Tuhan dan orang Kristen. Menurut Packer “kedaulatan Allah justru menjadi dorongan yang kuat untuk memberitakan Injil.
Kesimpulan yang diambil ada dalam bab 4:
1) Kedaulatan Allah tidak mengurangi sama sekali kewajiban kita untuk memberitakan Injil (Rm. 10:12-14; Matius 22:1-14) Allah mengutus kita sebagai mata rantai yang penting dalam rencana-Nya untuk menyelamatkan orang pilihan. Kaum pilihan diselamatkan melalui tindakan orang-orang Kristen yang mengundang mereka. Dengan demikian penginjilan mutlak perlu. Selain ayat di atas ayat lain yang dipakai oleh Packer (Lukas 13:3,5; Kolose 1:28; Yohanes 6:37-40; Yeh. 18:31; 5:40).
2) Kedaulatan Allah dalam anugrah memberikan satu-satunya pengharapan atas keberhasilan dalam penginjilan. Jadi penginjilan bukan usaha yang sia-sia sebab manusia tidak mampu bertobat dan percaya denga kekuatannya karena dosa ( 1Korintus 2:14; Roma 8:7-8; Ef:1-2; 2 Korintus 4:4) kita diselamtkan oleh anugrah (Filipi 1:29; Efesus 2:8; Kisah Para Rasul 5:31; 11:18; Kolose 1:13) tidak mungkin pemberitaan injil tidak berhasil dan sia-sia (Yesaya 55:10-11).
6. Tujuan panggilan efektif
Menurut Hoekma (hlm. 124) tujuan panggilan efektif ini menunjuk kepada apa yang disebutkan dalam alkitab yakni dipanggil :
· Ke dalam persekutuan dengan Yesus Kristus ( 1 Korintus 2:9)
· Kepada hidup yang kekal (1 Timotius 6:12)
· Kepada kerajaan dan kemuliaan Allah ( 1 Tesalonika 2:12)
· Kepada hidup yang kudus ( 1 Tesalonika 4:7)
· Kepada penderitaan karena hidup kudus ( 1 Ptr. 2:21)
· Kepada kebebasan Kristen ( Galatia 5:13)
· Untuk memperoleh hadiah yaitu keselamatan ( Flilipi 3:14)
7.Dalam panggilan efektif tidak ada kerjasama antara Allah dan manusia.
Apakah panggilan efektif ini memperlakukan kita sebagai robot atau sebagai pribadi? [11] bukankah manusia terlibat dalam proses keselamatan? Untuk menjawab menjawab pertanyaan ini, kita harus menyadari ketidakmampuan rohani dari manusia yang berada dalam dosa yang telah rusak total. Itu berarti bahwa kebebasan sejati (kehendak bebas) tidak ada lagi. Hoekma membahas pokok ini dalam bukunya Manusia: Ciptaan menurut gambar Allah hlm. 293-314. kebebasan sejati ini telah hilang ketika manusia jatuh ke dalam dosa.
Agustinus membedakan empat macam situasi dalam kehidupan umat manusia:
1. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, dia diciptakan baik, dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Efesus 4:24). Waktu itu manusia berada dalam kondisi Bisa tidak berdosa. Di sini kebebasan sejati.
2. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, mereka menjadi budak dosa dan masuk ke dalam kondisi “tidak bisa tidak berdosa”. Hoekema menunjuk kepada Yohanes 8:34 ‘setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa’ dan roma 6:6,7,19,20 “dahulu kamu memang hamba dosa”
3. Ketika sudah dilahirkan kembali, orang tersebut dimampukan untuk berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman, dan untuk melakukan apa yang benar-benar menyenangkan dalam pandangan Allah. orang yang telah lahir baru itu berada dalam kondisi ‘bisa tidak berdosa’ dia bukan lagi budak dosa (Yohanes 8:36) jadi apabila anak itu dimerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka ( Galatia 5:1,16; 2 Korintus 3:17; Rm. 6:4,6,14,18,22). Jadi seorang Kristen yang mengalami proses pembaharuan di dalam kehidupan sekarang ini, benar-benar bebas secara total[12].
4. Suatu hari kelak, pada saat kita dimuliakan dan disempurnakan, kita akan bebas secara sempurna. Itulah kondisi “tidak bisa berdosa”. Pada saat itu semua semua dosa, penyakit, kelemahan, bahkan kematian tidak ada lagi ( 1 Korintus 15:42-43; wahyu 21:14). Situasi itulah yang disebut Paulus ‘kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah (Roma 8:21), dan pengangkatan sebagai anak yaitu pembebasan tubuh kita (Roma 8:23).
II. Kelahiran Kembali
Kelahiran kembali (regenerasi) tidak disebut sebagai pokok tersendiri. Dalam pembahasan panggilan efektif juga diberi perhatian kepada kelahiran kembali. Panggilan efektif dan kelahiran kembali merupakan dua aspek dari keselamatan yang menunjuk kepada dua hal yang sama. Namun karena Alkitab menekankan pokok ini maka kelahiran kembali harus dibedakan dengan panggilan efektif.
2.1 Apa itu kelahiran kembali
Kelahiran kembali yang dimaksud dalam doktrin Soteriologi diberi dua arti yang berbeda:
Permulaan kehidupan rohani yang baru, yang ditanamkan dalam diri kita oleh Roh Kudus membuat kita bertobat dan percaya.
Manifestasi pertama dari hidup yang telah ditanamkan atau hasil dari regenerasi itu (buah Roh).
Dalam pengertian kedua ini, kalahiran kembali bukan saja menunjuk kepada perkembangan kehidupan yang baru. Kelahiran kembali tidak berbeda jauh dengan pengudusan, menurut Calvin meliputi konversi. Karena itu Haak membahas kelahiran kembali dibahas di bawah aspek pengudusan.
Defenisi kelahiran kembali dalam arti yang lebih sempit itu dapat dirumuskan sebagai berikut: karya Roh Kudus yang mula-mula membawa orang-orang ke dalam kesatuan yang hidup dengan Kristus, mengubah hati mereka yang dulunya mati secara rohani, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk bertobat dari dosa, mempercayai Injil dan melayani Tuhan.
Defenisi ini menegaskan kita harus bertitik tolak dari situasi kerusakan total manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, dan ketidakmampuannya untuk hidup bergaul dengan Tuhan. Kebebasan sejati yang telah hilang dipulihkan kembali, sehingga manusia yang mati dalam dosa, menjadi hidup hidup secara rohani lagi dan dimampukan lagi untuk mengasihi dan melayani Allah.
2.2 Ajaran Alkitab mengenai kelahiran kembali
Dalam PL kita sudah belajar tentang kelahiran kembali sebagai perubahan radikal yang hanya dapat disebabkan oleh Allah saja (Ulangan 30:6; Allah harus menyunati bangsa Israel dan hati keturunan mereka, sehingga mereka dapat mengasihi Allah dengan segenap hati mereka;Yeremia 31:33 ‘Aku akan menaruh taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah dengan segenap hati mereka; Yeh.36: 26 ‘hati yang baru, roh yang baru, menjauhkan dari tubuh hati yang keras).
Dalam PB pengajaran kelahiran kembali kita lebih banyak mendapatkan nas yang menjelaskan tentang kelahirran kembali:
Matius 15:13 “setiap tanaman yang ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya”,
Yohanes 3:3-8 ‘Jika seorang tidak dilahirkan kembali (dari atas’ anothen), ia tidak mendapat kerajaan Allah. Artinya peristiwa itu adalah tunggal (Aorist), dan kita bersifat pasif. Dalam kelahiran natural kita secara total pasif. Demikian juga dengan kelahiran rohani kita. Dalam ayat 5 ‘jika seorang tidak dilahirkan kembali ia tidak masuk ke dalam kerajaan Allah’. Air merujuk kepada pemurnian rohani bukan kepada baptisan, seperti dalam PL.
Dilahirkan dari Roh artinya pelaku kelahiran baru ini adalah Roh Kudus. kelahiran kembali mutlak perlu untuk semua orang. Dalam Titus 3:5 Paulus menggunakan kata Palingenesia (permandian kelahiran kembali), kata ini merujuk kepada awal kehidupan rohani baru. Pembaharuan rohani yang dikerjakan Roh Kudus menjadi nyata dalam proses pengudusan.
Paulus juga memakai istilah-istilah lain untuk kelahiran kembali : Pertama, Allah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, walaupun kita telah mati karena dosa (Efesus 2:5; bnd.Kolose 2:13). Kedua, orang-orang yang percaya kepada Kristus disebut ciptaan baru (2 Korintus 5:17; Galatia 6:15). Kemudian Petrus dan Yakobus menyatakan Allah yang melahirkan kita kembali, oleh Firman Allah yang hidup dan yang kekal (1 Petrus 1:23) dan yang menjadikan kita oleh Firman kebenaran (Yakobus 1:18). Allah telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati ( 1 Petrus 1:3).
Dalam surat 1 Yohanes menjadi jelas bahwa kelahiran kembali akan menjadi nyata dalam kehidupan dan perbuatan-perbuatan kita: berbuat kebenaran (1 Yohanes 2:29), tidak berbuat dosa lagi (1 Yohanes 3:9) yaitu tidak akan terus menerus hidup dalam dosa, mengasihi saudara (1 Yohanes 4:7), memiliki iman (1 Yohanes 5:1) dalam arti iman merupakan bukti yang kelihatan dari regenerasi yaitu percaya bahwa Yesus adalah Kristus, mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4), kita dilindungi Allah (1 Yohanes 5:18) sehingga kita tidak akan berpaling dari iman dan dari anugrah.
Kesimpulan: kelahiran kembali merupakan suatu perubahan radikal dari kematian rohani menjadi hidup secara rohani yang : dikerjakan oleh Roh Kudus (kita sepenuhnya pasif), merupakan anugrah Allah yang berdaulat, terjadi di dalam persekutuan dengan Kristus.
2.3 Kelahiran kembali bersifat Supra-Natural
Menurut Grudem apa persis yang terjadi di dalam kelahiran kembali bersifat supranatural. Dia menunjuk kepada Yohanes 3:8 “angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau kemana ia pergi. Demikian halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.
Meskipun kelahiran kembali bersifat supra-natural namun ada beberapa ciri khasnya:
1. Kelahiran kembali bukan suatu proses yang berlanjut seumur hidup.
Alasan : karena kelahiran kembali bukanlah seperti pengudusan yang berlanjut seumur hidup, tetapi kelahiran kembali hanya terjadi sekali,[17] Sebab kelahiran kembali terjadi secara seketika bagi orang percaya.
2. Kelahiran kembali mempengaruhi keseluruhan pribadi, maksudnya: bukan saja hati kita dan roh kita yang dahulu mati, melainkan kita sebagai pribadi yang utuh (dahulu mati karena pelanggaran dan dosa-dosa Efesus 2:1). Kemudian Allah menghidupkan kita menyangkut keseluruhan pribadi bersama dengan Kristus (efesus 2:5). Pemberian hati yang baru berarti pusat dari seluruh aktivitas manusia diperbaharui (seluruh hidup manusia diperbaharui).
2.4 Kelahiran kembali dan hubungannya dengan doktrin-doktrin lain
kelahiran kembali sangat berhubungan erat dengan panggilan efektif karena kedua-duanya menunjuk kepada permulaan hidup yang baru dan merupakan karya Allah semata-mata. Hoekema mengatkan kedua hal ini identik sebab mendeskripsikan perubahan dari kematian rohani kepada kehidupan rohani[18]. Sedangkan Berkhof berpendapat bahwa panggilan efektif kadang-kadang mengikuti kelahiran kembali
2.5 Kelahiran kembali dan pemberitaan Injil
Dalam pemberitaan Injil kita tidak menyuruh orang untuk lahir kembali, karena dalam kelahiran kembali manusia pasif, namun kita tetap memanggil orang untuk bertobat dan percaya kepaya Yesus. Menurut hoekema kelahiran kembali dikejarkan langsung Roh Kudus di dalam diri kita tanpa perantara dan juga tanpa pemberitaan Injil. Yang disebabkan oleh pemberitaan Injil adalah kelahiran kembali dalam arti luas yaitu manisfestasi pertama dari kehidupan rohani baru.
Dalam Pasal-pasal ajaran Dodrech III/IV :17, menjelaskan karya Allah yang supranatural dan ajaib olehnya kita dilahirkan kembali, tetapi tidak mencegah kita untuk meniadakan pemakaian Injil yang telah ditentukan Allah itu menjadi benih kelahiran kembali dan makanan bagi jiwa. Jadi, Roh Kudus memakai Firman Allah untuk mengerjakan kelahiran kembali, dengan kata lain Roh Kudus memakai Firman sebagai sarana.
Hal ini menjadi dorongan yang kuat untuk tetap memberitakan Injil, walaupun pemberitaan Injil tidak dapat menuntut kelahiran kembali dari para pendengar, namun harus memangil pendengar untuk beriman kepada Injil dan bertobat dari dosa, sambil kita percaya bahwa Allah akan memberikan kepada para pendengar kemampuan untuk bertobat dan percaya.[20]
III.Konversi (Iman dan pertobatan)
Konversi merupakan suatu bukti yang kelihatan dan regenerasi dan mencakup dua aspek keselamatan yang sangat berkaitan erat, yaitu pertobatan dan iman.
Konversi adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang telah mengalami regenerasi dimana dia berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman.
Dalam Konversi ada dua hal :
Menjauhkan diri dari dosa yaitu iluminasi pada pikiran dimana dosa dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya; penyesalan yang sungguh atas dosa; pengakuan yang rendah hati akan dosa; membenci dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya.
Mengarahkan diri kepada Allah dalam pelayanan artinya kembali kepada Allah dengan iman bahwa Dia akan mengampuni dosa kita; sukacita yang penuh di dalam Allah melalui Kristus; kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaan di dalam melayani Allah.
Konversi : Karya Allah dan aktivitas manusia
Di dalam konversi kita menemukan suatu paradoks yang tidak dapat diselesaikan dengan akal budi orang percaya tetapi tidak boleh dihilangkan, sebab di dalam konversi ada karya Allah dan aktivitas manusia. Di bagian ini kita akan menemukan penjelasan dengan memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab.
Konversi sebagai karya Allah:
Iman : Tidak ada seorang (Yoh. 6:65); semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya (Kisah Para Rasul 13:48); tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: Yesus adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus (I Korintus 12:3); sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah (Efesus 2:8); kepada kamu dikaruniakan... untuk percaya kepada Kristus (Flp. 1:29); Yesus adalah pencipta dan penyempurnaan iman kita (Ibrani 12:2); setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah ( I Yohanes 5:1). Jadi iman kita menyatakan bahwa kita telah diperanakan oleh Allah dan masih berada di dalam kondisi itu.
Pertobatan : Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajahMu bersinar, maka kami akan selamat (Mzm. 80:3,8,20); Bawa aku kembali, supaya aku berbalik, sebab Engkaulah TUHAN Allahku (Yeremia 31:18); Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali ((Yeremia 31:18)); di luar kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5); untuk memberikan pertobatan dan pengampunan dosa kepada Israel (Kis. 5:31); Kis. 11:18; 2 Tim. 2:25.
Konversi sebagai aktivitas manusia.
Iman : supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:31) percayalah kepada Tuhan Yesus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahngmu (Kisah Para Rasul 16:9); sebab jika kamu...percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Rm. 10:9); jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus (Rm. 10:17); dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia : iman kita (I Yohanes 5:4).
Pertobatan : baik orang fasik meninggalkan jalannya....baik ia kembali kepada Tuhan, maka Dia akan mengasihinya (Yes. 55:7); Bertobatlah, bertobatlah dalam hidupmu yang jahat itu (Yes. 33:11); Bertobatlah, sebab kerajaan Sorga sudah dekat (Matius 4:17); bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu di baptis (Kis. 2:38); karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan (Kisah Para Rasul 3:19); maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa dimana-mana semua mereka harus bertobat (Kisah Para Rasul 17:30); bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah (Kisah Para Rasul 26:20).
Kedua hal ini terdapat suatu paradoks sebab Allah harus membuat kita bertobat dan percaya dan disisi lain kita juga harus bertobat dan percaya. Para pemberita Injil harus orang-orang yang mendengarkan pemberitaannya untuk bertobat dan percaya, dan sekaligus kita harus menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang dapat bertobat dan percaya, kalau Allah tidak mengaruniakannya (Yohanes 6:65).
Dalam ajaran Dodrech III/IV :12, menekankan karya Allah dalam kelahiran kembali, juga mengungkapkan aktivitas manusia dalam pertobatan dan iman mereka: ‘kehendak yang telah diperbaharui tidak hanya digerakkan dan di dorong Allah karena setelah digerakkan Allah maka kehendak itu sendiri juga bergerak. Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa oleh karunia yang telah diterimanya, manusia sendiri percaya dan bertobat.
Hoekema membedakan beberapa jenis konversi
1.Konversi sejati, hanya dapat terjadi satu kali dalam kehidupan seseorang misalnya Rasul Paulus.
2.Koversi nasional, artinya seluruh bangsa (Israel) kembali kepada Allah, misalnya: bangsa Israel di bawah pimpinan Hizkia dan Yosia, dan bangsa Niniwe. Konversi ini tidak berarti bahwa setiap anggota bangsa itu bertobat.
3. Konvensi sementara, yaitu konversi yang tidak sejati, seperti dalam perumpamaan penabur benih (mat. 13:20-21)
Konversi kedua, yaitu seseorang percaya sejati yang jatuh dalam dosa tertentu atau hanya menjadi orang Kristen nominal untuk sementara waktu, yang kemudian kembali lagi kepada Allah, yang kaya akan rahmat, sesuai dengan rencana pemilihan yang tidak berubah-rubah, tidak menjauhkan sama sekali Roh Kudus dari orang-orang milik-Nya, bahkan mereka tidak sampai jatuh ke dalam dosa yang menyedihkan.
Iman
Dalam pengkuan iman wesminter pada bab 14 membahas iman yang menyelamatkan : iman yang dianugrahkan membuat orang-orang terpilih sanggup menjadi percaya demi keselamatan jiwanya. Dengan Roh Kudus bekerja di dalam hati setiap orang terpilih juga lewat pekerjaan pelayanan Firman. Melalui pelayanan Firman serta doa maka iman bertambah besar dan kuat.
Pada Katekismus Heidelberg (minggu 25) menjelaskan bahwa iman yang membuat kita mendapat bagian dalam Kristus dan segala anugerah-Nya, datang dari Roh kudus yang bekerja menciptakan iman itu di dalam hati kita melalui pemberitaan Injil yang kudus dan yang menguatkannya melalui penerimaan sakramen.
Dengan iman yang menyelamatkan secara umum kita percaya bahwa apa pun yang dinyatakan dalam Firman adalah benar (Yohanes 2:22; 4:50; 5:46-47; 12:38; Kisah Para Rasul 24:14). Dengan iman yang menyelamatkan secara khusus kita menyambut dan meraih Kristus serta bertumpu pada Dia demi pembenaran, pengudusan, dan kehidupan kekal yang diperoleh melalui perjanjian anugerah (Yohanes 1:12; Kis. 15:11; 16:31; Galatia 2:20).
Pentingnya iman
Iman merupakan aspek yang esensial dari konversi, bersamaan dengan pertobatan, keduanya merupakan keharusan dalam keselamatan. tanpa iman kata penulis kitab Ibrani mustahil orang dapat berkenaan kepada Allah (Ibrani. 11:6) iman merupakan karya luar biasa yang dituntut Allah dari diri kita (Yohanes 6:29); iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan (Ibrani 11:1) (bnd. Yoh. 3:23; Yohanes 20:31; Rm. 10:9; 1 Petrus 1:5; Galatia 5:6; Kis. 2:44)
Dalam PL ada tiga kata yang paling umum dipakai untuk iman adalah[26]
He’emin : menyebabkan untuk mendukung, menyebabkan menjadi teguh, mempercayakan diri kepada seseorang (Kej. 15:6)
Batach : yakin, bersandar, mempercayai (Mzm. 25:2; 13:6a; 84:13; Ams. 16:20; Yes. 26: 3-4)
Chasah : mencari perlindungan (Mzm. 2:12; 25:20; 31:2; 57:2; 91:4).
Menurut Paulus zaman PB dapat di cirikhaskan sebagai zaman dimana iman itu telah datang (Gal. 3:25). Maksud Paulus bahwa objek dari iman kita adalah Yesus Kristus, telah menyatakan diri-Nya.
Kata pistis secara umum dipakai dalam arti iman yang dengannya kita mempercayai (lih. Kis. 11:24; Rm. 3:28; Ef. 2:8). Namun kata pistis kadang-kadang dapat berarti iman yang diyakini yaitu isi dari apa yang dipercayai (lih. Yud. 3; Gal. 1:23; 1 Tim. 4:1).
Kata pisteuein memiliki arti :
1) berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Mat. 24:23)
2) menerima pesan Allah (Kis. 24:14)
3) menerima Yesus sebagai Mesias (Yoh. 3:16).
Jadi, iman bukan saja berarti mempercayai kebenaran yang disampaikan oleh para rasul atau orang lain, melainkan juga suatu kepercayaan pribadi kepada Kristus sebagai juruselamat.
iman menurut Alkitab
Iman merupakan inti dari kehidupan umat Allah baik di dalam PL maupun PB[27] (lih. Kej. 3:15; Ibr. 11:4-7). Abraham adalah bapa semua orang percaya yang tidak bersunat dan yang bersunat (Rm. 4:11-12), dan mereka yang hidup dari iman adalah anak-anak Ambraham (Gal. 3:7). Iman juga memainkan peran yang penting dalam kitab Mazmur dan kitab nabi-nabi. Dalam PL iman adalah mengucapkan Amin kepada Allah, sedangkan di dalam PB iman adalah mengucapkan Amin kepada Injil.
Kata Pisteuein hampir 100 kali di dalam Injil Yohanes. Penekanannya lebih kepada iman yang menyelamatkan (Yoh. 3:16,18,36; 6:47; 7:8; 11:25-26). Artinya mengakui Yesus Kristus sebagai juruselamat yang diutus oleh Bapa ke dalam dunia, berserah kepada-Nya dan mempercayai-Nya
Iman dalam Kisah Rasul adalah pertama, penerimaan terhadap kesaksian rasuli tentang Kristus. Kedua, kepercayaan secara pribadi kepada Kristus untuk keselamatan.
Bagi Paulus iman adalah : Pertama, kita hanya dibenarkan oleh iman (Rm. 3:28). Kedua, kesatuan kita dengan Kristus dialami dan dipertahankan melalui iman (Efesus 3:17). Ketiga, iman harus menyatakan dirinya di dalam kasih dan kehidupan yang benar (Galatia. 5:6).
Yakobus menekankan “iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak. 2:26).
Penulis Ibrani mau menghindari bahwa para pembaca suratnya akan menjadi murtad dan kembali kepada hukum taurat tanpa Kristus. Teladan-teladan pahlawan iman merupakan dorongan bagi mereka untuk berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang telah diwajibkan bagi kita (Ibrani. 12:1). Di dalam kitab Ibrani iman digambarkan sebagai dinamika kehidupan Kristen, yang dengannya kita mampu untuk bertekun sampai akhir.
Dalam surat Petrus “iman dikaikan dengan pengharapan” (1 Ptr. 1:5,21)
Yohanes menekankan bahwa iman sejati membawa serta pengetahuan ( 1 Yohanes. 5:13)
Kesimpulan : keselamatan hanya di dapatkan melalui iman yang hidup pada Kristus.
Di samping deskripsi-deskripsi iman yang disebutkan di atas kita dapat menyebutkan deskripsi-deskripsi yang berikut ini: “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita liha”. Menurut Hoekema kata yang diterjemahkan dengan “dasar” (hupostasis) artinya surat bukti hak milik, dan kata yang diterjemahkan dengan “bukti” (elenchos) berarti bukti yang meyakinkan tentang realitas yang tidak realitas. Dengan iman seperti itu kita dapat bertekun melawan segala cobaan.
Deskripsi-deskripsi lain yang Hoekma sebut :
§ Tindakan untuk datang kepada Yesus (Yohanes. 6:37)
§ Memakan Kristus (Yohanes.6:51) artinya menerima segala sesuatu dari Kristus
§ Meminum Kristus (Yohanes. 4:14), Kehausan rohani kita telah terpuaskan untuk selama-lamanya
§ Tinggal di dalam Kristus (Yohanes. 15:5). Yaitu berdiam di dalam Kristus, bersandar kepada-Nya, mendapatkan kekuatan dari-Nya, dan hidup dalam persekutuan terus menerus.
Dalam beberapa deskrispsi ini, jelas bahwa iman tidak bersifat sementara, dan melibatkan seluruh kehidupan kita. Ini berarti melebihi intelektual seseorang.
Konsep iman
Iman yang menyelamatkan dapat didefenisikan sebagai suatu respon terhadap panggilan Allah melalui penerimaan akan Kristus dengan keseluruhan pribadi yaitu dengan keyakinan yang pasti mengenai kebenaran Injil dan penyerahan penuh keyakinan pada Allah di dalam Kristus tentang keselamatan kita, serta dengan komitmen sejati kepada Kristus dan untuk melayani-Nya.
Aspek-aspek dari iman yang tidak bisa dipisahkan namun dapat dibedakan:
§ Pengetahuan (knowledge) maksudnya bahwa tidak mungkin kita mempercayai seseorang yang kita tidak kenal atau kita tidak ketahui sama sekali, artinya yang kita percayai kita tahu. Walaupun kita tidak bisa memahami Allah sampai tuntas, kita bisa mengenal Allah dan mendapat pengetahuan tentang keselamatan yang sedang dikerjakan oleh Allah.
Konsep pengetahuan tentang iman berbeda dengan pengetahuan di dalam sains matematika. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa tanpa iman mustahil terdapat iman yang sejati. Untuk itu kita harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui siapa yang kita percaya dan apa yang telah Kristus lakukan bagi kita.
Hal yang harus disadari adalah Allah tidak terbatas, dan karena iman mempercayai Allah dan karya keselamatan dari-Nya, maka pengetahuan yang tercakup di dalam iman bukanlah pemahaman secara total, artinya Allah tidak dapat dipahami sampai tuntas.
§ Persetujuan (assent) : maksudnya suatu tindakan yang dengannya secara teguh menerima bahwa ajaran Firman Allah adalah benar. Persetujuan seperti ini harus melibatkan keseluruhan diri kita, kita menerima sebagai hal yang benar apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita mengenai dosa, Kristus, keselamatan, dan tujuan Allah bagi hidup kita. Jika pengetahuan yang terlibat di dalam iman kita tidak mencakup adanya persetujuan ini, maka iman kita bukanlah iman yang sejati.
§ Kepercayaan (trust). Aspek ini adalah puncak dari iman. Bahwa iman sejati meliputi kepercayaan adalah hal yang sudah jelas kata-kata yang dipergunakan untuk iman di dalam Alkitab, dari gambaran-gambaran yang dipergunakan Alkitab untuk mendeskripsikan iman, dan dari natur tindakan-tindakan yang terlibat di dalam iman.
Iman adalah berpaling dari diri sendiri, dan bersandar secara penuh kepada Kristus untuk keselamatan. Hal sama dijelaskan dalam katekismus Heidelberg Minggu ke-7, iman adalah kepercayaan yang teguh yang dikerjakan dalam hatiku oleh Roh Kudus, melalui Injil. Isinya adalah bahwa pengampunan dosa dan kebenaran serta keselamatan yang kekal telah dikeruniakan tidak hanya kepada orang lain saja, tetapi juga kedaku, oleh rahmat Tuhan semata-mata, hanya berdasarkan jasa-jasa Kristus saja.
Kepastian keselamatan.
Kepastian keselamatan tidak terletak dalam iman atau perbuatan kita, “meskipun kita melakukan perbuatan baik, kita tidak menjadikan dasar keselamatan kita, sebab kita tidak dapat melakukan satu perbuatan pun yang tidak tercemar oleh kedagingan kita dan patut mendapat hukuman” jadi, kita akan selalu bimbang, terombang ambing, tanpa kepastian, dan hati nurani kita yang malang akan tersiksa secara terus menerus jika tidak didasarkan pada jasa dari penderitaan dan kematian juruselamat kita (PGIB).
Hal yang sama ditekankan dalam KH minggu 23 “layaklah imanku membuat Allah berkenan kepadaku? Tidak, melainkan hanya pelaksanaan pelunasan oleh Kristus, kebenaran-Nya dan kesucian-Nya semata-mata merupakan kebenaranku dihadapan Allah. Namun tanpa iman tidak mungkin kuterima dan kuraih semuanya.
Kalau seseorang diselamatkan oleh anugerah, maka dapat meyakini akan keselamatan dirinya, walaupun dia mungkin tidak selalu memiliki keyakinan itu secara penuh. Karena itu kepastian keselamatan bukan saja mungkin tetapi juga merupakan esensi dari iman dan bukan sesuatu yang ditambahkan kepada iman. Calvin tidak menyangkal bahwa orang-orang percaya mungkin kekurangan kepastian keselamatan. Tetapi mereka harus berjuang melawan keraguan dan mendapatkan kepastian yang semakin besar.
Dalam hal ini Calvin tidak sependapat dengan Katholik Roma yang menyatakan bahwa orang percaya tidak dapat memiliki kepastian keselamatan kecuali dengan wahyu khusus. Karena tidak seorang pun yang dapat mengetahui dengan kepastian iman, yang tidak dapat salah, bahwa dirinya telah mendapatkan anugerah Allah. Menanggapi hal ini berkouwer menyatakan penolakan Katolik Roma terhadap kepastian keselamatan adalah konsisten dengan konsep mereka tentang natur keselamatan yaitu melihat keselamatan sebagai upaya bersama Allah dengan manusia. Pernyataan ini dikutip dari tulisan Hoekema (hlm.207).
Tentang kepastian keselamatan kita melihat apa yang diajarkan oleh Alkitab:
§ Secara ideal iman seharusnya membawa serta keyakinan di dalamnya. Lihat Ibrani 11:1 “menurut ayat ini membawa kepastian akan keselamatan yang diharapkan, 1 Yohanes. 5:13 “supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal”,
§ Orang-orang percaya sejati suatu waktu dapat saja kekurangan keyakinan. Lihat Lukas 12:28 “hai orang yang kurang percaya”, Lukas 17:5 “tambahkan iman kami”, Markus 9:24 “ tolonglah aku yang tidak percaya ini” Ibrani 3:12 yang dibicarakan dalam ayat ini bahwa orang percaya terkadang dapat saja tidak memiliki kepastian penuh akan keselamatan, dan bahwa mereka dapat kehilangan rasa kepastian setelah menikmatinya untuk suatu waktu.
§ Perlu memupuk kepastian keselamatan. Lihat 2 Petrus 2:1-10 “karena itu saudara-saudara, berusahalah sungguh-sungguh supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.
Kesimpulan :Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa secara ideal iman seharusnya membawa kepastian yang penuh akan keselamatan, meskipun bahwa orang-orang percaya dapat saja untuk suatu waktu kekurangan kepastian ini, karena itu, kita harus berupaya memelihara kepastian keselamatan yang semakin besar dan berdoa agar kita dapat membedakan dengan semakin jelas kesaksian Roh yang meneguhkan bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Keyakinan tentang keselamatan juga ditekankan dalam pengakuan-pengakuan iman Reformed “ barang siapa memiliki Yesus Kristus oleh iman mempunyai kepastian keselamatan. Hal sama ditekankan dalam ajaran Dordrech : kepastian itu tidak timbul dari salah satu penyataan khusus, yang berlangsung tanpa atau di luar Firman tetapi dari kepercayaan kepada janji Allah yang telah dinyatakan-Nya dengan begitu berlimpah dalam Firman-Nya demi penghiburan kita, dan dari kesaksian Roh Kudus yang bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah dan ahli waris kerajaan Allah.
Iman sebagai alat
Dalam PGIB menjelaskan “kita tidak beranggapan seolah-seolah iman sendirilah yang membenarkan kita dalam arti yang sesungguhnya, sebab iman itu hanya alat yang dengannya kita memeluk Kristus yang adalah kebenaran kita. Maksud iman hanya sekedar alat adalah menunjukan bahwa bukan iman kita yang menyelamatkan kita, melainkan Kristus sendiri. Kristus adalah keselamatan kita, sedangkan iman alat yang membuat kita tetap berada bersama Dia dalam persekutuan dengan-Nya.
Hal ini ditambahkan Van Genderen/Velema bahwa iman adalah alat, karena bukan iman itu sendiri yang menyelamatkan kita, namun tidak berati bahwa iman itu kosong. Iman bukan alat mekanis melainkan alat untuk berhubungan dengan Allah. Dalam hubungan itu seorang percaya menyangkal dirinya dan hidup dari apa yang Allah berikan kepadanya melalui Kristus. Karena itu iman sangat penting sebab syarat untuk memegang anugerah Allah dan oleh iman yang dianugerahkan kita memperoleh kebenaran Kristus.
BACA JUGA: KONVERSI: IMAN DAN PERTOBATAN
Menurut Reymond, fungsi iman ini menyatakan tiga hal:
· Iman bersifat anugerah yang menyelamatkan, pemberian (Kisah Para Rasul 13:46-48; 16:14; Efesus 2:8; Filipi 1:29)
· Iman itu berhadapan dengan menaati hukum (taurat). Untuk mendapatkan keselamatan, kita tidak mengharapkan sedikit pun dari usaha kita sendiri (menaati hukum taurat), tetapi kita mengharapkan segala sesuatu dari Kristus saja (Roma. 3:20-22, 28; 4:5,14; 10:4; Galatia 2:16, 3:11; Filipi 3:9).
· Iman merupakan respon yang satu-satunya terhadap panggilan Allah yang sesuai dengan anugerah Allah. (Roma 4:16; 11:6; Galatia 5:4).
Pertobatan
Pertobatan adalah tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa dan berkehendak yang baru.
Dalam pertobatan meliputi tiga aspek yaitu: Pertama, pikiran (intelektual) : yang menunjuk kepada pengenalan akan Allah, kesadaran akan dosa, dan pemahaman akan karya keselamatan Allah. Kedua, emosi atau perasaan : sukacita ( 2 Kor. 7:10) karena pengampunan dosa dan ketaatan kepada kehendak Allah. Ketiga, kehendak : menunjuk kepada perubahan dalam tujuan dan motivasi kita[24].
Pertobatan yang sejati melibatkan komitmen total, seperti yang dijelaskan dalam Matius 10:37-39 “Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya, atau anaknya laki-laki atau perempuan, atau tidak memikul salibnya, atau mempertahankan nyawanya...... lebih dari pada-KU ia tidak layak bagi-Ku.
Pertobatan sejati juga dapat kita lihat pada penyesalam Petrus (Matius. 26:75) dia menangis dengan sedih. Penyesalan ini membawa kepada pengampunan dan pemulihan. Sedangkan penyesalan Yudas membuat dia menggantung diri (Mat. 27:3-5). Kedua penyesalan ini ada perbedaan, karena dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan sedangkan dukacita dari dunia menghasilkan kematian ( 2 Korintus. 7:10).
Pertobatan sejati sangat perlu sebab tanpa pertobatan dan penyesalan iman kita bersifat dangkal. Meskipun pertobatan dan penyesalan bukan cara untuk melunasi dosa sebab yang melanasi dosa adalah tindakan Allah di dalam Kristus, namun penyesalan itu sangat perlu bagi semua orang berdosa karena tanpa itu tidak seorang pun dapat mengharapkan pengampunan. Tentang ini dalam PIW XV:4 : menjelaskan sebagaimana dosa yang paling kecil pun patut di ganjar dengan hukuman kekal, begitu pula dosa yang paling besar pun tidak dapat mendatangkan hukuman kematian kekal atas orang-orang yang sungguh-sungguh menyesal.
3.1. Hubungan pertobatan dengan iman
Pada pembahasan konversi sebelumnya telah dijelaskan bahwa pertobatan dan iman berkaitan erat, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan sebab pertobatan dan iman adalah hasil dari kelahiran kembali. Meskipun demikian kita harus tetap membedakan.
Menurut Hoekema yang dikutip dari tulisan John Murray menyatakan “iman yang memimpin kepada keselamatan adalah iman yang menyesali dosa-dosanya, dan pertobatan yang membawa kepada kehidupan adalah pertobatan yang mempercayai Allah”. Tidak mungkin kita percaya tanpa adanya pertobatan, dan tidak mungkin juga kita bertobat tanpa percaya kepada Yesus Kristus.
3.2. Jenis kata pertobatan dalam Alkitab.
Dalam PL dua kata yang dipakai untuk pertobatan:
Nicham : Menyesal. Kata ini sering dipakai untuk suatu perubahan dalam rencana-rencana Allah (Kej. 6:6-7; Keluaran 32:12,14; Hab. 2:18 (berbelas kasihan), tetapi kadang-kadang juga dipakai untuk mendeskripsikan penyesalan atas dosa di dalam diri manusia; Ayub. 42:6; Yeremia 31:19.
Shubh : berbalik, Pergi kearah yang berlawanan. Pertobatan berarti perubahan dalam arah dari jalan yang salah ke jalan yang benar ( I Raj. 8:35; Ayub. 36:10; Maz. 51:15; Mal. 3:7)
Dalam penjelasan nas ini jelas bahwa dalam pertobatan ini hati kita terlibat, bnd. Yoel 2:12-13: “berbalik kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.
Dalam PB pertobatan terutama dijelaskan dengan memakai dua kata:
· Metanoia (pertobatan) 22 kali dan Metanoeo (bertobat) 34 kali. Ini menunjuk kepada suatu perubahan pikiran hati. Hoekma menekankan bahwa Metanoia mencakup suatu perubahan dari suatu pribadi secara utuh seperti perubahan pikiran, perasaan, kehendak dan di kelakuan (lih. Matius. 3:2; 4:17; Luk. 24:46-47; Kis. 17:30.
· Epistrepho (dari kata epistrophe hanya dipakai satu kali, Kis. 15:3). Strepho artinya berputar kembali atau berbalik arah (lih. Kis. 15:19; 26:18; 1 Tesalonika 1:9; 1 Ptr. 2:25.
Di samping kedua kata ini masih ada kata lain kadang-kadang digunakan yaitu metamelomai yang berarti mengubah keputusan (mat. 21:30,32) atau menyesal yang tidak membawa kepada kehidupan (Ma. 27:3).
3.2 Pertobatan sehari-hari
Dalam tulisan Calvin dia menjelaskan tentang pertobatan yang berkelanjutan (lih. Matius. 16:24, Rm. 12:2). Fakta ini mempunyai 3 implikasi :
Ada perbedaan pertobatan awal dan pertobatan yang berlanjut disepanjang hidup kita.
Pertobatan sehari-hari ini (berlanjut) secara mendasar sama dengan aspek pengudusan progresif yang berlajut terus dalam kehidupan ini.
Pertobatan sehari-hari tidak pernah sempurna dikerjakan oleh kita. Katekismus Heidelberg menjelaskan “bahkan orang yang paling suci pun selama hidup di dunia ini, baru berada pada taraf permulaan ketaatan. Kita terus menerus membutuhkan pengampunan untuk dosa-dosa kita, dan untuk ketidak-sempurnaan pertobatan kita. Di sini menjadi nyata bahwa kita tidak diselamatkan oleh perbuatan kita, tetapi karena kasih karunia Allah yang melimpah (efesus. 2:7-9).
IV. PEMBENARAN.
Martin Luther sangat bergumul dengan kalimat keadilan Allah, karena dia berpikir bahwa keadilan itu bersifat penghukuman. Dia tidak percaya bahwa keadilan itu dapat menyelamatkan orang seperti yang tertulis dalam Mazmur 31:2 “luputkanlah aku oleh karena keadilanmu. Setelah Luther membaca dan memahami Roma 1:16-17 (sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis : orang benar akan hidup oleh iman), ia menjadi sadar bahwa kebenaran Allah bukanlah keadilan yang menghukum orang-orang berdosa, melainkan suatu kebenaran yang Allah berikan kepada orang-orang berdosa yang membutuhkannya, dan yang dapat mereka terima dengan iman.
1. Istilah pembenaran dalam Alkitab
Istilah Ibrani untuk kata membenarkan adalah hitsdig dari kata tsadag artinya menjadikan benar atau berbalik kepada kebenaran (Dan. 12:3). Kata ini juga dipakai dalam pengertian forensik atau legal, yaitu menyatakan atau mendeklarasikan secara Yudisial bahwa seseorang adalah sesuai dengan hukum misalnya: Ulangan 25:1 “Apabila ada perselisihan.....maka hakim membenarkan pihak yang benar dan menyatakan salah pihak yang bersalah.
Dalam PL terdapat juga istilah keadilan Allah. inilah keadilan yang menghukum, misalnya : Mzm. 7:12; 11:5-7; Dan. 9:14. keadilan Allah juga dipakai dalam doa sebagai dasar memohon pertolongan dan keselamatan (Mzm. 31:2; 71:2; 143:1,11). Keadilan Allah berarti Tuhan selalu melakukan apa yang dikatakan-Ny, dan setia terhadap Firman-Nya ( 1 Samuel 15:29; Mzm. 89:35). Jadi apa yang dikatakan Allah baik hukuman maupun janji-Nya selalu Dia lakukan.
Istilah Yunani kata membenarkan adalah dikaioo artinya menyatakan atau mendeklarasikan seseorang sebagai yang benar ( Lukas 18:14; Kis. 13:39). Dalam tulisan-tulisan Paulus kata ini berarti menyatakan orang-orang berdosa benar ( Roma 4:5). Selain kata dikaioo, dalam PB kita menemukan kata dikaiosune yang artinya kebenaran (Roma 3:21-22), atau keadilan (Roma 3:25-26).
Kata ini menunjuk kepada aktivitas Allah untuk membenarkan orang-orang berdosa (Roma 3:21-22), dan juga menunjuk kepada keadilan Allah artinya Allah selalu bertindak sesuai dengan sifat-Nya sebagai Allah yang adil. Allah tetap adil ketika Dia membenarkan orang-orang berdosa, dan Dia menempati janji-Nya mengenai keselamatan. jadi, anugerah-Nya tidak menggantikan keadilan, melainkan anugerah itu direalisasikan melalui keadilan Allah.
Kebenaran yang dikerjakan Kristus, yang diperhitungkan kepada orang-orang berdosa yang percaya kepada-Nya.
Keadilan Allah, selalu melakukan apa yang Dia katakan atau janjikan.
Kebenaran yang dilakukan oleh Kristus, menaati kehendak Allah secara sempurna, dan juga harus dilakukan oleh setiap orang percaya.
1 Dasar Alkitab
Pembenaran karena iman dengan jelas diajarkan di dalam PB, tetapi juga sebelumnya sudah dijelaskan di dalam PL. Di dalam PL ayat yang paling menonjol adalah dalam Kejadian 15:6 “lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Abraham dibenarkan karena iman. Memang Abraham belum dapat percaya kepada Yesus yang telah menjadi manusia, tetapi dia sudah percaya kepada Mesias yang akan datang.
Paulus mengutip Kejadian 15:6 di dalam Roma 4:3,22 dan Galatia 3:6 untuk menunjukkan bahwa Abraham, bapa orang percaya, dibenarkan oleh iman dan bukan oleh perbuatan. Yakobus juga menggunakan Kejadian 15:6 di dalam Yakobus 2:23, merujuk kepada pembenaran atas Abraham, meskipun tujuan Yakobus mengutip bagian ini berbeda dengan tujuan Paulus.
Walaupun pembenaran karena iman belum diajarkan secara jelas dalam PL, namun pengampunan dosa nyata sekali dalam PL. Misalnya : Mazmur 10 3:8-12, dikatakan Allah tidak melakukan kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi kasih setia-Nya besar sekali, dan Dia menjauhkan pelanggaran kita dari pada kita. Dalam Mazmur ini, kata pembenaran tidak dipakai, tetapi pembenaran itu dengan jelas diajarkan dalam Mikha 7:18-19; Yesaya 53:6,11.
Dalam PB pembenaran karena iman jelas sekali diajarkan Paulus dalam Roma 3:21-28. tentang ini Hoekema menyimpulkan sebagai berikut:[39]
Pembenaran berakar di dalam PL (21) : yang disaksikan dalam kitab Taurat dan kitab para nabi. Maksud Paulus adalah alkitab PL.
Pembenaran ini diterima manfaatnya dengan iman (ay,22): kebenaran ini merupakan karunia Allah yang diterima oleh iman.
Keharusan, pembenaran ini ditekankan dalam ayat 22b-23. dalam ayat 23 dua hal yang ditekankan : (1) semua orang telah berbuat dosa (hemarton) kata ini berbetuk aorist :telah berbuat dosa. Kata ini menggambarkan situasi semua orang sekarang akibat pelanggaran Adam dan Hawa. (2) terus menerus kehilangan atau kekurangan kemuliaan Allah (husterountai) kata ini berbentuk present tense. Maksudnya kekurangan di dalam mempermuliakan Allah dengan cara menjalankan kehendak-Nya secara tidak sempurna.
Dasar bagi pembenaran adalah karya pendamaian Yesus Kristus. Ada dua kata yang perlu perhatian khusus yakni (1) pertama, apolutrosis artinya penebusan (ay. 24), yang diartikan membeli kembali budak dan memberikannya kemerdekaan melalui pembayaran sejumlah tebusan. Gambaran ini yang diterapkan kepada karya Kristus. (2) hilasterion diterjemahkan pendamaian artinya Kritus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya (ay.25) keadilan dari pembenaran kita.
Keadilan Allah tidak dikorbankan. Allah melakukan segala sesuatu dengan adil dan benar. Tidak ada pertentangan dengan anugerah-Nya. Allah menyediakan korban oleh anugerah-Nya dan Kristus menanggung hukuman atas dosa-dosa kita . ayat 25 menjelaskan dosa-dosa orang percaya pada zaman PL dapat secara adil dibiarkan (tidak dihukum) dengan memandang kepada pengorbanan yang akan dilakukan Kristus. Ayat 26, menjelaskan saat ini Allah dapat secara adil membenarkan orang berdosa karena Kristus telah secara sempurna memenuhi tuntutan keadilan Allah bagi umat-Nya.
Hoekema menyimpulkan pembahasan ini dengan mengatakan bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan (Rm. 3:28). Nas-nas lain yang mendukung kesimpulan ini : Galatia 2:16 dan Filipi 2:8b-9. maka kebenaran Allah yang kita peroleh melalui iman merupakan harta yang tidak ternilai sehingga segala hal yang dibandingkan dengannya dilihat sebagai kerugian.
Bagaimana dengan ajaran Yakobus tentang pembenaran? Ketika kita membandingkan perkataan Yakobus (2:14-16) dengan ajaran Paulus, maka terdapat kontrakdiksi yang nyata diantara mereka. Paulus berkata tidak seorang pun dibenarkan oleh karena melakukan hukum taurat sedangkan Yakobus berkata manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Untuk memahami perbedaan ini dan bukan pertentangan kita harus memperhatikan dua hal yakni latar belakang kedua surat dan arti yang diberikan kepada istilah iman dan perbuatan.
Pertama, Masalah yang dihadapi Paulus adalah ia harus menjelaskan kepada orang-orang Kristen bukan Yahudi bahwa iman dalam Yesus sudah cukup, dan bahwa mereka tidak boleh berpikir bahwa sebagai ganti perbuatan penyembahan berhala, mereka memerlukan perbuatan-perbuatan berdasarkan hukum taurat untuk mendapatkan keselamatan (seperti yang dilakukan Paulus sendiri sewaktu dia masih menjadi seorang Farisi).
Sedangkan masalah yang dihadapi Yakobus adalah sedang menghadapi orang-orang yang cenderung berpendapat bahwa kepercayaan kepada kebenaran kekristenan secara intelektual semata-mata sudah mencukupi untuk mendapatkan keselamatan. Perhatikan Yakobus 2:24 ”apa gunanya jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman pada hal ia tidak mempunyai perbuatan?.
Kedua, iman menurut Paulus adalah penerimaan Injil dan penyerahan pribadi kepada Dia yang diberitakan. Sedangkan perbuatan baginya adalah perbuatan-perbuatan untuk melakukan hukum taurat yang menjadi dasar kemegahan terhadap hasil pekerjaan yang baik. Sedangkan iman menurut Yakobus adalah ketika mengutip Kejadian 5:16 adalah iman yang disempurnakan, sedangkan perbuatan yang ia maksud adalah perbuatan mengasihi sebagai seorang Kristen atau perbuatan yang menggenapi hukum utama yaitu tentang mengasihi sesama.
Ketika Yakobus berkata bahwa seseorang tidak dapat dibenarkan oleh iman yang tidak memiliki perbuatan, maka dia sebenarnya tidak menyatakan sesuatu yang berbeda dari Paulus karena Paulus sendiri menyatakan pemikirannya di banyak bagian lain misalnya Galatia 5:6. Maksud yang disampaikan Yakobus
Baik Paulus maupun Yakobus pasti akan menyetujui pendapat Calvin “hanya iman saja yang membenarkan, akan tetapi iman yang membenarkan itu bukanlah iman yang tanpa perbuatan.
2 Pandangan Katolik Roma tentang pembenaran
pembenaran bukan deklarasi (seorang percaya dinyatakan benar), melainkan suatu penamaan anugerah yang mengakibatkan suatu perubahan di dalam natur rohani dan moral manusia dan bukan suatu deklarasi, dimana Allah mengimputasikan kebenaran Kristus kepada orang percaya.
Iman tidak memiliki signifikansi di dalam pembenaran, tetapi menempati tempat lebih rendah. Bagi mereka Roma 3:28, Trent menyatakan kita dapat dibenarkan melalui iman dalam pengertian bahwa iman disini adalah awal dari keselamatan manusia, dasar dan sumber dari semua pembenaran. Jadi pembenaran bukan melalui iman melainkan jika seseorang menerima anugerah yang ditanamkan melalui sakramen baptisan.
Anugerah pembenaran ini masih dapat hilang. Yang menyebabkan bisa hilang bukan hanya karena ketidak percayaan, tetapi juga oleh setiap dosa maut (dosa yang sangat parah melanggar perintah Allah dan yang disengaja). Dengan melakukan dosa seperti ini , maka orang tersebut telah mati dari kedudukannya sebagai anak Allah karena kasih Allah telah dipadamkan olehnya.
Pembenaran memampukan orang percaya mendapatkan pahala untuk menjadikan dia berhak memperoleh kehidupan yang kekal. Pandangan ini bertentangan dengan ajaran Alkitab dalam Roma 4:5-6 “bahwa manusia dibenarkan karena kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepadanya. Demikian juga dalam Efesus 2:8-9 “karena kasih karunia kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita....
3. Konsep Pembenaran.
Pembenaran dapat didefenisikan sebagai tindakan anugerah dan yudisial Allah yang dengannya Dia menyatakan orang-orang berdosa yang percaya sebagai benar berdasarkan kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada mereka, mengampuni semua dosa mereka, mengadopsi mereka sebagai anak-anak-Nya dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka.
Dalam doktrin pembenaran ada beberapa hal yang penting:
Doktrin pembenaran mempresaposisikan adanya pengakuan atas realitas mengenai murka Allah. Allah yang kita hadapi adalah Allah yang kudus, yang pasti Allah pasti murka terhadap dosa kita(Hab. 1:13); murka Allah ada di atas orang-orang yang tidak taat kepada Anak (Yohanes 3:36), Paulus mengatakan pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai (Ef. 2:3, 5:6); karena murka ini kita jauh dari Allah (Kol. 1:21); berada dibawah kutuk Allah (Gal. 3:10).
Pembenaran merupakan suatu tindakan deklaratif dan yudisial Allah dan bukan merupakan suatu proses. Dengan deklarasi ini kita diselamatkan dari murka Allah, dan diperdamaikan dengan-Nya (Kolose 1:21-22).
Pembenaran diterima hanya oleh iman, dan tidak pernah merupakan pahala bagi perbuatan kita (Roma 3:28). Walaupun masih ada dosa dan kecenderungan untuk berdosa, namun kepastian akan pembenaran kita tidak ditiadakan. Dan pembenaran yang telah kita terima dengan iman mempunyai implikasi bahwa kita tidak mengalaminya secara aktual, (Pendapat Hendrikus Berkhof dalam tulisan Hoekema hlm. 242), tetapi yang diperhitungkan kepada kita kebenaran secara sempurna, akan dialami di saat kita membiarkan diri kita diberitahu yaitu sebagai suatu perasaan yang terbebaskan, sukacita dan jaminan, walaupaun kita belum benar secara sempurna.
pembenaran berakar dalam kesatuan dengan Kristus.
Pembenaran didasarkan kepada karya substitusi (penggantian) Kristus bagi kita. Ini melibatkan tindakan Kristus mengambil tempat kita dan menanggung bagi kita murka Allah terhadap dosa-dosa kita yang sebenarnya kita yang menanggung. Hal ini telah diajarkan di Yesaya 53 “Tuhan telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian; Yes, 53:12; Ibr, 9:28; 1 Petrus 2:24; Matius 20:28; 2 Kor. 5:21; Galatia 3:13.
Kebenaran Kristus diperhitungkan (logizomai) kepada kita. Ini disebut pengimputasian. imputasi adalah istila legal atau yudisial yang artinya mengakui suatu hal sebagai berlaku bagi orang lain. Kata ini digunakan dalam tiga hubungan di dalam PB, yakni pengimputasian dosa Adam kepada keturunannya (Roma. 5:12-21, pengimputasian umat Allah kepada Kristus (2 Korintus :21), dan pengimputasian kebenaran Kristus kepada umat-Nya ( 1Korintus 1:30).
Di dalam pembenaran kasih karunia dan keadilan Allah dinyatakan bersama-sama. Alkitab sering menyatakan kedua aspek ini misalnya Habakuk 3:20; Roma 11:22; 1 Yohanes 1:9; Roma 3:24-26 “ keadilan Allah telah dipuaskan secara sempurna oleh pendamaian Kristus” dan di kayu salib keadilan dan kasih Allah dinyatakan secara bersama-sama.
Pembenaran memiliki sisi negatif (pengampunan dosa) dan sisi positif (pengadopsian kita sebagai sebagai anak-anak Allah dan penerimaan oleh kita untuk memiliki hidup yang kekal).
Pembenaran memiliki implikasi eskatologi artinya keputusan yang akan dijatuhkan Allah kepada kita di hari penghakiman telah dinyatakan kepada kita pada saat ini. Kita yang percaya kepada Kristus telah berpindah dari kematian kepada Kehidupan (Yohanes 5:24; Roma 8:23; Yohanes 11:25-26).
Pembenaran yang telah diterima tidak akan hilang.
Pembenaran harus dibedakan (bukan dipisahkan) dari pengudusan
Pembenaran menghapus kesalahan dosa, sedangkan pengudusan menghapus pencemaran dosa dan memampukan orang percaya untuk bertumbuh di dalam keserupaan di dalam Kristus
Pembenaran diluar diri orang percaya, sedangkan pengudusan terjadi di dalam diri orang percaya dan bersifat progresif.
Pembenaran terjadi satu kali untuk selamanya, sedangkan pengudusan merupakan suatu proses yang berkelanjutan sepanjang hidp.
Pembenaran adalah karya Allah semata, sedangkan pengudusan (progresif) manusia menjadi aktif
Pembenaran sudah sempurna sedangkan pengudusan selama dalam hidup ini belum sempurna
V. PENGADOPSIAN KITA MENJADI ANAK-ANAK ALLAH.
Menurut Hoekema pengadopsian ini sebagai sisi positif dari pembenaran , sehingga ia membahas dalam topik pembenaran. Sisi positif ini dijelaskan dengan membedakan ketaatan Kristus yang pasif (ketaatan penderitaan), dan ketaatan Kristus yang aktif (ketaatan memenuhi hukum taurat). [43] melalui ketaatan-Nya yang pasif Ia telah menanggung dosa dan kutuk bagi kita (Galatia 3:13; Rm.3:24-26; 5:8-10), dengan demikian Kristus mengerjakan pengampunan bagi dosa kita.
Sedangkan ketaatan aktif-Nya kita diberikan hak untuk diadopsi sebagai anak-anak Allah, dan melalui ketaatan aktif ini kita diperhitungkan pembenaran bagi kita (Roma 5:18-19; Filipi 3:8-9; 2Korintus 5:21; 1 Korintus 1:30).
Dasar Alkitab bagi doktrin adopsi ini : Efesus 1:5-6; Yohanes 1:12; Roma 8:14-17; 9:8; Galatia 3:26; 1 Yohanes 3:1-2 Melalui adopsi orang tebusan diangkat menjadi anak-anak Tuhan Allah yang Mahakuasa.[44] Mereka diperkenalkan sebagai keluarga Allah dan mendapat bagian di dalamnya. Ayat yang menyatakan secara tegas sifat khusus dari adopsi ini adalah Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
Sebagaimana halnya dengan pembenaran, kebenaran tentang adopsi pantas untuk disampaikan kepada orang yang sudah percaya maupun yang belum percaya. Kepada mereka yang telah percaya, kebenaran ini mempertegas kembali status dan relasi mereka yang baru dengan Tuhan. Dengan status sebagain anak-anak Allah ini mereka mendapatkan rasa aman dan damai bersama Allah. Dan kepada mereka yang belum percaya, kebenaran ini memberikan jaminan kepada mereka bahwa mereka akan diberi kuasa menjadi anak-anak Allah jika mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat satu-satunya.
Manfaat-manfaat pengapdosian kita menjadi anak-anak Allah adalah
Kita memiliki hak untuk datang menghadap takhta anugerah dengan keberanian (Ibrani 4:16; 1 Yoh. 5:14)
Kita menikmati berkat perlindungan dan pemeliharaan Allah (Matius 6:25-34; 1 Petrus 5:7)
kesulitan-kesulitan yang masih kita lalui bukan lagi merupkan hukuman atas dosa-dosa kita, melainkan disiplin dari Bapa (Ibrani 12:5-11)
Kita dimeteraikan oleh Roh Kudus dan dengan demikian kita dijaga oleh kuasa Allah ( 2 Korintus 1:22; Efesus 1:13; 4:30)
VI.PENGUDUSAN
Pengudusan adalah sebagai karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggungjawab kita untuk berpartisipasi, yang dengan Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang diperkenan oleh Allah.
Konsep pengudusan ini dalam Teologi Reformed pada umumnya menegaskan bahwa pengudusan berlanjut sepanjang hidup orang percaya (pengudusan progresif), hal mana berbeda dari pembenaran yang merupakan tindakan defenitif Allah dan hanya terjadi sekali untuk selamanya.
Pengertian pengudusan progresif adalah karya yang penuh anugerah dari Roh Kudus, yang melibatkan tanggung jawab kita untuk berpartisipasi, yang dengannya Roh Kudus melepaskan kita dari pencemaran dosa, memperbaharui keseluruhan natur kita menurut gambar Allah, dan memampukan kita untuk menjalankan kehidupan yang berkenan oleh Allah.
Walaupun dalam PB sering mendeskripsikan pengudusan progresif tetapi juga terdapat suatu pengertian dimana para penulis melukiskan pengudusan sebagai suatu tindakan Allah yang defenitif, yang terjadi pada saat kita percaya kepada Yesus Kristus. Pernyataan ini kita dapat melihat dalam 1 Kor. 1:2, kata Yunani yang Yunani yang dipakai adalah perfect tense yang menggambarkan suatu tindakan yang telah selesai tetapi dengan hasil yang berkelanjutan..
Pengudusan definitif disetararakan dengan pembenaran sebagai suatu tindakan Allah. Misalnya 1 Korintus 6:11 “kamu telah memberi dirimu dibaptis, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan” Ketiga kata kerja ini adalah aorist tense yang biasanya mendeskripsikan tindakan yang instan, sebagaimana orang percaya ini telah dibenarkan sekali untuk selamanya pada suatu waktu tertentu, kata Paulus juga terdapat suatu pengertian bahwa mereka telah dikuduskan sekali untuk selamanya. bnd. Kisah Para Rasul 20:32; Roma 6:1-11.
Melalui Roma 6:2 dapat kita defeniskan pengudusan defenitif yaitu : seseorang yang telah berada di dalam Kristus telah membuat suatu pemutusan hubungan terhadap wilayah dimana dosa berkuasa dan tidak dapat ditarik kembali, sebab jika kita berada di dalam Kristus manusia lama kita telah disalibkan bersama dengan-Nya, sehingga dosa tidak berkuasa atas diri kita, karena kita sekarang berada di bawah tahta anugerah
Dalam doktrin pengudusan ini ada tiga tahap yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Kelahiran kembali merupakan awal proses pengudusan. Melalui kelahiran kembali terjadi suatu perubahan yang membuat kita menjadi kudus (pengudusan defenitif).
b. Pengudusan progresif. Tahap kedua ini adalah proses yang tidak pernah selesai sebelum berpaling dari tubuh ini. Sebab dosa masih ada dalam hidup orang percaya (Roma 3:22-23; Mazmur. 19:12; 143:2; Yesaya 64:6; Yakobus 3:2; 1 Yohanes 1:8), karena itu kita harus mematikan dalam diri kita segala sesuatu yang duniawi.
c. Pengudusan diselesaikan pada saat meninggalkan tubuh yang fana ini. Atau pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali.
Setelah kita melihat tahap-tahap dalam pengudusan, maka yang menjadi pertanyaan dengan cara bagaimana kita dikuduskan? Kita di kuduskan melalui :
a. Persekutuan dengan Kristus (Roma 6:1-11; Kolose 3:1; Efesus 15-16; dll)
b. sarana kebenaran, misalnya Yohanes 17:17 “ kuduskanlah mereka dalam kebenaran.
c. Iman. Oleh iman kita berpegang terus kepada kesatuan kita dengan Kristus, kemudian oleh iman juga yakin bahwa kita tidak akan dikuasai oleh dosa lagi (Rm. 6:14), serta oleh iman yakin bahwa Roh Kudus menolong kita untuk hidup bagi Allah (Roma 8:13; Galatia 5:16,22-23 dll).
1 Konsep Alkitab tentang kekudusan
Dalam PL kita melihat apa yang diajarkan mengenai kekudusan. Kata utama kudus dalam bahasa Ibrani adalah qadosh. Pengertian mendasar dari kata ini adalah memisahkan dari hal-hal lainnya, yaitu menempatkan sesuatu atau seseorang dalam lingkungan atau kategori yang terpisah dari yang biasa atau duniawi.
Kekudusan umat Allah dalam PL biasanya didefenisikan dalam istilah-istilah seremonial: kekudusan dideskripsikan sebagai cara dimana imam-imam harus dipisahkan untuk pelayanan khusus mereka atau cara yang dengannya umat Allah harus menyucikan diri mereka melalui ketaatan seremonial tertentu.
Pada kitab Mazmur dan kitab nabi-nabi mendeskripsikan kekudusan umat Allah terutama di dalam pengertian etis, seperti melakukan hal yang benar, berbicara yang benar, bertindak secara adil,mencintai kemurahan, dan hidup dalam kerendahan hati bersama Allah. (Mazmur. 15:1-2; Mik. 6:8). Jadi yang terkandung dalam kata qadosh adalah bahwa umat Allah dipisahkan untuk melayani Allah dan bahwa mereka harus menghindari segala sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah.
Dalam PB kata kudus dalam bahasa Yunani adalah hagios. Kata ini sering dipakai untuk mendeskripsikan pengudusan orang-orang percaya, seperti di Efesus 5:25-26 “Kristus telah mengasihi jemaat dan menyerahkan diri-Nya bagi-Nya untuk menguduskan-Nya. Dalam pengertian ini kekudusan memiliki dua arti : pertama, pemisahan dari perbuatan-perbuatan dosa dari dunia saat ini. Kedua, pengudusan bagi pelayanan kepada Allah.
2. Pertanyaan mengenai perfeksionisme
Pada bagin pengudusan telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengudusan merupakan suatu proses yang tidak akan pernah diselesaikan dalam hidup ini. Tetapi sejumlah aliran Kristen meyakinidak bahwa orang-orang Kristen bisa mencapai kesempurnaan dalam kehidupan sekarang ini. Denominasi yang mengajarkan pandangan ini, misalnya Wesleyan Methodist Church, Free Methodist Church dll.
Pertanyaan apakah yang diajarkan kelompok ini dengan pengertian “kesempurnaan (perfection)” yaitu :
suatu karya personal dan defenitif dari anugerah pengudusan Allah yang dengannya perang di dalam diri seseorang akan berhenti dan hatinya akan sepenuhnya terlepas dari pemberontakan menjadi kasih yang sepenuh hati kepada Allah dan sesama. Kemudian terjadi kematian total terhadap dosa dan pembaharuan menyeluruh di dalam gambar Allah.
Suatu pengalaman berbeda dan terjadi setelah pembenaran yaitu bahwa seseorang bisa saja tidak dikuduskan secara menyeluruh sampai bertahun-bertahun setelah pembenaran. Maka di gereja ini yang mengajarkan ini ada dua jenis orang Kristen : orang –orang percaya yang hanya dibenarkan, dan orang-orang percaya yang sekaligus dibenarkan dan dikuduskan.
Pengalaman seketika yang diterima dengan iman. Orang-orang percaya mampu untuk menyatakan sejenis kesempurnaan Kristen : suatu kehidupan yang mengasihi Allah dan sesama dengan sepenuh hati.
Meliputi penghancuran natur berdosa kita. Semua dosa dalam batin kita disingkirkan (John Wesley). Kita dijadikan bebas dari dosa asal .
Dosa- yang tidak ada lagi dalam kehidupan seseorang yang telah dikuduskan secara total adalah pelanggaran-pelanggaran yang disengaja terhadap hukum taurat yang diketahui (John Wesley). Implikasinya adalah hanya jika kita mengenali sesuatu sebagai dosa maka itu dosa, dan jika kita melakukan dosa tanpa sadar itu bukanlah dosa.
Dasar bagi ajaran perfeksionisme:
Contoh-contoh dari Alkitab yang dianggap sebagai orang-orang sempurna misalnya : Nuh, Ayub, Zakharia dan elisabet, Natanael, 1 Kor. 2:6 (mereka telah matang), Filipi 3:15 “kita yang sempurna”, keberatan : Ayub telah dengan menyesal duduk dalam debu dan abu (Ayub 42:6), Nuh telah mabuk (Kej. 9) . mereka yang sempurna (Flp. 3:15) justru harus menyadari bahwa mereka belum memperoleh kesempurnaan
1 Yohanes 3:9; 5:18 “tidak berbuat dosa lagi. Maksud ayat ini dia tidak hidup lagi di dalam dosa, atau menggambarkan suatu ideal (bukan suatu fakta), atau tidak memberontak terhadap Allah.
1 Tes. 5:23 “menguduskan kamu seluruhnya” . maksudnya supaya tak bercacat dihadapan Allah Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus dengan semua orang kudus-Nya. Doa ini mengimplikasikan bahwa kesempurnaan mereka tidak akan sempurna sampai Kristus datang kembali.
Matius 5:48 : “haruslah kamu sempurna”, Kolose 1:28 “ untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan “. Maksud dalam Matius 5:48 sempurna dalam arti matang, untuk menunjukkan keserupaan kita dengan Allah. Di sini Yesus menunjukkan suatu kematangan Kristen yang ideal di dalam kasih bahkan kepada musuh.
Argumentasi terhadap pandangan perfeksionisme (ajaran Wesleyan)
Melemahkan defenisi mengenai dosa. Dosa adalah setiap hal yang tidak sesuai dengan pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Sedangkan pandangan Wesleyan, dosa adalah suatu pelanggaran secara sengaja terhadap hukum taurat yang diketahui. Defenisi ini bertentangan dengan ajaran Alkitab seperti dalam Mazmur 19:13 “siapa yang mengetahui kesesatan”, 1 Korintus 4:4 “sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu” jadi dosa yang disengaja dengan yang tidak disengaja adalah tetap dosa.
Melemahkan konsep tentang kesempurnaan. Sebab menurut Wesleyan kesempurnaan yang dapat dicapai dalam hidup ini, tidak melenyapkan ketidaktahuan, dan kesalahan, dan kekeliruan lainnya. Pandangan ini tidak dapat disebut kesempurnaan, karena sempurna berarti seluruh totalitas kehidupan tidak ada kesalahan atau cacat cela.
Mengklaim bahwa natur keduniawian, terhapus di dalam pengudusan menyeluruh. Karena dalam Galatia 5:16-17 menyatakan orang percaya memiliki pergumulan terus melawan kedagingan atau natur dosa. Demikian dalam Kolose 3:5; 2 Kor. 7:1; Roma. 7:7; Yakobus 1:14; 1 Petrus 2:11; 1 Yohanes 2:16.
Ajaran Wesleyan mengenai pengudusan menyeluruh merupakan anugerah kedua setelah pembenaran. Ajaran ini sangat ditentang oleh Alkitab sebab dalam 1 Kor. 1:30 menjelaskan bahwa pembenaran dan pengudusan defenitif terjadi pada waktu bersamaan. Tetapi pengudusan progresi berlanjut seumur hidup. Jadi pengudusan bukanlah anugerah kedua setelah pembenaran. Tetapi yang diperhatikan setelah pengudusan adalah pembaharuan, pertumbuhan, terus menerus (Roma. 12:2; Efesus. 4:15; 1 Petrus 2:2; 2 Petrus. 3:18).
Ajaran Alkitab yang berlawanan dengan pandangan Wesleyan :
Tidak seorang pun bisa mengklaim dirinya bebas dari dosa )1 Raja-raja 8:46; Mzm. 103:3; Amsal 20:9; Roma 3;23; Yakobus 1:8.) orang-orang percaya harus mengakui dosa dan berdoa memohon pengampunan (Ayub. 42:6; Mzm. 32:5; 130:3-4; Yesaya. 6:5; 64:6; Dan. 9:15-16; Mik. 7:18-19; 1 Timotius. 1:15; 1 Yoh. 1:9).
Dalam 1 Yohanes 1:9 kalimat kita mengakui itu adalah bentuk present artinya mengakui dosa terus menerus, maka Ia setia dan adil....di dalam diri orang percaya tetap ada pergumulan antara keinginan daging dengan keinginan roh (Galatia 5:16-17,24; Roma 6:12.
3. Pengudusan dan Hukum Taurat
Hoekema mengatakan banyak orang Kristen mengklaim bahwa ketika seseorang menjadi orang percaya, dia tidak lagi memiliki keterkaitan apa pun dengan hukum Taurat. dasar pemikiran ini terdapat dalam Roma 6:14 “....kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah kita tidak lagi berada di bawah hukuman karena kegagalan kita untuk menaati hukum Taurat. Hal ini ditambahkan Van Brugen “kita tidak berada di bawah kutuk atau hukuman kekal. Kemudian Paulus menunjukkan Di Galatia 3:10-14 dalam pengertian bahwa orang-orang percaya tidak perlu lagi melakukan keseluruhan hukum Taurat untuk mendapatkan keselamatan, sebab orang-orang percaya telah dibebaskan.
Akan tetapi dalam pengertian lain orang-orang percaya tidak dibebaskan dari hukum Taurat. Mereka harus secara mendalam memperhatikan ketaatan terhadap hukum Taurat sebagai perwujudan rasa syukur mereka kepada Allah karena karunia keselamatan yang telah diberikan-Nya (Keluaran 20:2); kemudian Mazmur mengungkapkan kesukaan orang-orang percaya yaitu hukum Taurat ( 1;2; 19:8-9; 119:35), dalam Mazmur ini Taurat berarti memberi bimbingan bagi kehidupan orang percaya.
Hal yang sama ditekankan dalam PB misalnya Matius 5:19 “siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam kerajaan sorga. Kemudian Roma 8:3-4 “hukum Taurat masih berlaku untuk orang-orang Kristen dan Roma 13:8-10 “kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Jadi bagi orang-orang percaya, ketaatan terhadap hukum Taurat merupakan ungkapan kasih Kristen dan jalan menuju kemerdekaan Kristen. Ini sama artinya dengan hidup menurut Roh. Hukum Taurat merupakan salah satu sarana terpenting yang dengannya Allah menguduskan kita.
VII. KETEKUNAN ORANG KUDUS
Sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan. Ini merupakan penjelasan yang paling sederhana dan singkat mengenai ketekunan orang kudus. Ketekunan orang kudus adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang percaya, yang oleh anugerah Allah bekerja di dalam hati orang percaya sejak awal dan terus menerus bekerja sampai proses keselamatan selesai dengan sempurna. Dengan demikian, seseorang yang telah mendapatkan anugerah keselamatan tidak akan pernah kehilangan keselamatannya (Yohanes. 10:28). Sebab Roh Kuduslah yang bekerja sejak awalnya, dan terus menerus bekerja memelihara hatinya hingga keselamatannya sempurna.
Pengajaran mengenai kenyataan “sekali diselamatkan, tetap diselamatkan” merupakan salah satu pengajaran Alkitab yang paling agung. Pengajaran ini memberi sukacita karena kita mengetahui bahwa kita diselamatkan untuk selama-lamanya.
Namun doktrin ketekunan orang kudus jangan disalah mengeri bahwa setiap orang yang mengaku beriman di dalam Kristus dan menerima-Nya sebagai orang percaya di dalam persekutuan orang kudus, dijamin di dalam kekekalan mendapatkan jaminan keselamatan yang kekal.
Sebab Alkitab sendiri telah memberikan peringatan akan bahaya kemurtadan. “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” (Ibrani 6:4-6)
Mereka dapat dipersamakan seperti perumpamaan benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, yaitu orang yang menerima firman dengan sukacita dan masih terus bersukacita untuk waktu tertentu. Namun sesungguhnya imannya tidak pernah berakar di dalam Kristus. Imannya hanya sampai pada taraf persetujuan pemikiran. Ia setuju pada fakta bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, namun imannya tidak sampai bersandar sepenuhnya kepada Kristus.
VIII. PEMULIAAN
Pemuliaan adalah fase terakhir dari penerapan penebusan. Fase ini menyempurnakan seluruh proses yang dimulai dengan panggilan efektif dan merupakan akhir dari seluruh proses penebusan. Pemuliaan berarti tercapainya tujuan akhir dari setiap umat pilihan Allah yang telah dipilih seturut maksud kekal Bapa, dan melingkupi penggenapan penebusan yang dijamin dan kerjakan oleh karya pengorbanan Kristus.
Pemuliaan merupakan puncak dan kesempurnaan penebusan dari keseluruhan pribadi, yaitu ketika integritas tubuh dan roh umat Allah telah diubahkan seturut gambar dari Penebus yang telah bangkit, yang telah ditinggikan dan dipermuliakan. Hal itu terjadi ketika setiap tubuh kehinaan mereka diubah seperti tubuh kemuliaan Kristus.