IBADAH, RASA CUKUP DAN CINTA UANG:1 TIMOTIUS 6:6-10

Pdt.Budi Asali, M.Div.
IBADAH, RASA CUKUP DAN CINTA UANG:1 TIMOTIUS 6:6-101Timotius 6:6-10 - “(6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. (9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.

1 Timotius 6: 6: “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar”.

KJV: ‘But godliness with contentment is great gain’ (= Tetapi kesalehan dengan kepuasan adalah keuntungan yang besar).

RSV: ‘There is great gain in godliness with contentment’ (= Di sana ada keuntungan besar dalam kesalehan dengan kepuasan).

NIV: ‘But godliness with contentment is great gain’ (= Tetapi kesalehan dengan kepuasan adalah keuntungan yang besar) .

NASB: ‘But godliness actually is a means of great gain when accompanied by contentment’ (= Tetapi kesalehan sungguh-sungguh merupakan suatu jalan dari keuntungan yang besar pada waktu disertai dengan kepuasan).

1) Lagi-lagi kata yang diterjemahkan ‘ibadah’ dalam Kitab Suci Indonesia, diterjemahkan ‘godliness’ (= kesalehan) oleh semua Kitab Suci bahasa Inggris.

Adam Clarke: “The word ‘godliness,’ ‎EUSEBEIA‎, here, and in several other places of this letter, signifies the true religion, Christianity” (= Kata ‘kesalehan’, EUSEBEIA, di sini, dan di beberapa tempat lain dari surat ini, berarti agama yang benar, kekristenan).

2) ‘rasa cukup’.

Di sini KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘contentment’ (= kepuasan), yang merupakan suatu kata yang lebih positif dari sekedar ‘rasa cukup’. Tetapi kelihatannya terjemahan Kitab Suci Indonesia sebetulnya lebih benar.

Adam Clarke: “the word ‘contentment,’ ‎AUTARKEIA‎, signifies a competency, a sufficiency” (= kata ‘kepuasan’, AUTARKEIA, berarti suatu kecukupan).

Vincent: “‎AUTARKEIA ‎is an inward self-sufficiency, as opposed to the lack or the desire of outward things” (= AUTARKEIA adalah kecukupan diri sendiri secara batin, bertentangan dengan kekurangan atau keinginan terhadap hal-hal lahiriah).

3) Kesalehan dan kepuasan / rasa cukup.

Calvin memberikan dua kemungkinan arti.

Calvin: “‘With sufficiency.’ This may refer either to the disposition of the heart, or to the thing itself. If it be understood as referring to the heart, the meaning will be, that ‘godly persons, when they desire nothing, but are satisfied with their humble condition, have obtained very great gain.’ If we understand it to be ‘sufficiency’ of wealth (and, for my own part, I like this view quite as well as the other,) it will be a promise, like that in the book of Psalms, ‘The lions wander about hungry and famished; but they that seek the Lord shall not be in want of any good thing.’ (Psalm 34:10.)” [= ‘Dengan kecukupan’. Ini bisa menunjuk pada kecondongan hati, atau pada hal itu sendiri. Jika itu dimengerti sebagai menunjuk pada hati, artinya adalah bahwa ‘orang-orang saleh, pada waktu mereka tidak menginginkan apapun, tetapi puas dengan keadaan mereka yang rendah / hina, telah mendapatkan keuntungan yang besar’. Jika kita mengertinya sebagai ‘kecukupan’ dari kekayaan (dan bagi diri saya sendiri, saya menyukai pandangan ini sama seperti yang satunya), itu merupakan suatu janji, seperti janji dalam kitab Mazmur, ‘Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik’ (Maz 34:11)].

Catatan: saya sendiri lebih setuju dengan pandangan pertama, dan kelihatannya, demikian juga dengan mayoritas (kalau bukannya semua) penafsir.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Wealth does not bring contentment (v. 6). The word ‘contentment’ means ‘an inner sufficiency that keeps us at peace in spite of outward circumstances.’ Paul used this same word later. ‘For I have learned, in whatsoever state I am, therewith to be content’ (Phil 4:11). True contentment comes from godliness in the heart, not wealth in the hand” [= Kekayaan tidak membawa kepuasan (ay 6). Kata ‘kepuasan’ berarti ‘suatu kecukupan batin yang memberi kita damai tak peduli bagaimana keadaan luar / lahiriahnya’. Paulus menggunakan kata yang sama belakangan. ‘Karena aku telah belajar, dalam keadaan apapun aku berada, untuk menjadi puas dengan itu’ (Fil 4:11). Kepuasan yang sejati datang dari kesalehan dalam hati, bukan dari kekayaan di tangan].

Filipi 4:11 - “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan”.

KJV: ‘to be content’ (= untuk menjadi puas).

Orang yang saleh, yang tidak mencintai uang, bisa merasa berkelimpahan dalam keadaan yang miskin / sama sekali tidak kaya.

Bdk. Filipi 4:18 - “Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah”.

Matthew Henry: “wherever there is true godliness, there will be contentment; but those have arrived at the highest pitch of contentment with their godliness are certainly the easiest happiest people in this world. ... Godliness is ever accompanied with contentment in a great or less degree; all truly godly people have learned with Paul, in whatever state they are, to be therewith content, Phil 4:11. They are content with what God allots for them, well knowing that this is best for them” (= dimanapun ada kesalehan yang benar / sungguh-sungguh, di sana akan ada kepuasan; tetapi mereka yang telah mencapai puncak tertinggi dari kepuasan dengan kesalehan mereka pastilah merupakan orang-orang yang paling bahagia dalam dunia ini. ... Kesalehan selalu disertai dengan kepuasan dalam tingkat yang tinggi atau rendah; semua orang-orang saleh yang sungguh-sungguh telah belajar dengan Paulus, dalam keadaan apapun mereka berada, untuk puas dengannya, Fil 4:11. Mereka puas dengan apa yang Allah berikan kepada mereka, karena mengetahui dengan baik bahwa ini adalah yang terbaik bagi mereka).

Filipi 4:11 - “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan”.

KJV: ‘for I have learned, in whatsoever state I am, therewith to be content’ (= karena aku telah belajar, dalam keadaan apapun aku berada, untuk puas dengannya).

4) Kontras dengan ‘rasa cukup’ atau ‘kepuasan’ adalah ketamakan.

Bagi orang yang tamak / cinta uang, kekayaan tidak akan pernah memberikan kepuasan. Ini ditunjukkan oleh Pkh 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia”.

Calvin: “Our covetousness is an insatiable gulf, if it be not restrained; and the best bridle is, when we desire nothing more than the necessity of this life demands; for the reason why we transgress the bounds, is, that our anxiety extends to a thousand lives which we falsely imagine” (= Ketamakan kita merupakan suatu pusaran air yang tak terpuaskan, jika itu tidak dikekang; dan kekang yang terbaik adalah, pada waktu kita tidak menginginkan apapun yang lebih dari yang dituntut oleh kebutuhan dari kehidupan ini; karena alasan mengapa kita melanggar batasan itu adalah bahwa kekuatiran kita meluas pada seribu kehidupan yang secara salah kita khayalkan / bayangkan).

Calvin: “every man swallows up with his wishes his vast possessions, in the same manner as if he had a belly able to contain half of the world. And this is what is said, that, ‘although the folly of the fathers appears in hoping that they will dwell here for ever, nevertheless their posterity approve of their way.’ (Psalm 49:l3.) In order, therefore, that we may be satisfied with a sufficiency, let us learn to have our heart so regulated, as: to desire nothing but what is necessary for supporting life” [= setiap orang menelan dengan keinginan-keinginannya miliknya yang sangat banyak, dengan cara yang sama seakan-akan ia mempunyai perut yang mampu untuk menampung setengah dunia ini. Dan ini yang dikatakan, bahwa ‘sekalipun kebodohan dari nenek moyang terlihat dalam mereka mengharapkan bahwa mereka akan tinggal di sini selama-lamanya, tetapi keturunan mereka menyetujui jalan mereka’ (Maz 49:14). Karena itu, supaya kita bisa dipuaskan dengan kecukupan, hendaklah kita belajar untuk mengatur hati kita sedemikian rupa, sehingga kita tidak menginginkan apapun kecuali yang perlu untuk menopang kehidupan].

Catatan: Psalm 49:13 seharusnya dalam Kitab Suci Indonesia adalah Maz 49:14, tetapi Maz 49:14 terjemahannya sama sekali berbeda.

Mazmur 49:14 - “Inilah jalannya orang-orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang-orang yang gemar akan perkataannya sendiri. Sela”.

KJV: ‘This their way is their folly: yet their posterity approve their sayings. Selah’ (= Jalan mereka ini adalah kebodohan mereka: tetapi keturunan mereka menyetujui kata-kata mereka, Sela).

1 Timotius 6: 7: “Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar”.

KJV: ‘For we brought nothing into this world, and it is certain we can carry nothing out’ (= Karena kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini, dan adalah pasti kita tidak bisa membawa apa-apa keluar).

RSV: ‘for we brought nothing into the world, and we cannot take anything out of the world’ (= karena kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini, dan kita tidak bisa membawa apa-apa keluar dari dunia ini).

NIV: ‘For we brought nothing into the world, and we can take nothing out of it’ (= Karena kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini, dan kita tidak bisa membawa apa-apa keluar darinya).

NASB: ‘For we have brought nothing into the world, so we cannot take anything out of it either’ (= Karena kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia ini, maka kita juga tidak bisa membawa apapun keluar darinya).

KJV adalah satu-satunya yang menambahkan kata-kata ‘it is certain’ (= adalah pasti), tetapi ini dianggap sebagai suatu penambahan.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘And it is certain.’ So C Vulgate. Delta ‘it is true.’ But ‘Aleph (a) A G g omit ‘and it is certain;’ then translate, ‘We brought nothing into the world (to teach us), that neither can we carry anything out’ (Job 1:21; Eccl 5:15). Nature strips man in returning, as in entering” [= ‘Dan adalah pasti’. Demikianlah C Vulgate. Delta ‘adalah benar’. Tetapi ‘Aleph (a) A G g menghapuskan ‘dan adalah pasti’; lalu menterjemahkan, ‘Kita tidak membawa apapun ke dalam dunia ini (untuk mengajar kita), sehingga kita juga tidak bisa membawa apapun keluar’ (Ayub 1:21; Pkh 5:15). Alam menelanjangi manusia pada waktu kembali / keluar seperti pada waktu masuk].

Ayub 1:21 - “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

Pkh 5:14-15 - “(14) Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya. (15) Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?”.

1 Timotius 6: 8: “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah”.

Calvin: “‘Having food and raiment.’ When he mentions ‘food and raiment,’ he excludes luxuries and overflowing abundance; for nature is content with a little and all that goes beyond the natural use is superfluous. Not that to use them more largely ought to be condemned on its own account, but lusting after them is always sinful” (= ‘Mempunyai makanan dan pakaian’. Pada waktu ia menyebutkan ‘makanan dan pakaian’, ia mengeluarkan kemewahan dan kelimpahan; karena alam puas dengan yang sedikit dan semua yang melampaui penggunaan alamiah adalah berlebihan / tak berguna. Bukan bahwa menggunakan hal-hal itu pada umumnya harus dikecam dalam dirinya sendiri, tetapi sangat menginginkan hal-hal itu selalu merupakan dosa).

1 Timotius 6: 9: “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan”.

Calvin: “‘They who wish to be rich.’ After having exhorted him to be content, and to despise riches, he now explains how dangerous is the desire of having them, and especially in the ministers of the Church, of whom he expressly speaks in this passage. Now the cause of the evils, which the Apostle here enumerates, is not riches, but an eager desire of them, even though the person should be poor. And here Paul shews not only what generally happens, but what must always happen; for every man that has resolved to become rich gives himself up as a captive to the devil. Most true is that saying of the heathen poet, - ‘He who is desirous of becoming rich is also desirous of acquiring riches soon.’ ... This is, indeed, a universal evil; but in the pastors of the Church it is more easily seen; for they are so maddened by avarice, that they stick at nothing, however foolish, whenever the glitter of gold or silver dazzles their eyes” [= ‘Mereka yang ingin kaya’. Setelah mendesak mereka untuk puas, dan untuk meremehkan kekayaan, sekarang ia menjelaskan betapa berbahayanya keinginan untuk mendapatkan kekayaan, dan khususnya dalam diri pendeta-pendeta dari Gereja, tentang siapa ia secara explicit berbicara dalam text ini. Sekarang penyebab dari kejahatan-kejahatan yang disebutkan sang Rasul di sini, bukanlah kekayaan, tetapi suatu keinginan yang sangat besar terhadap kekayaan, sekalipun orang itu miskin. Dan di sini Paulus menunjukkan bukan hanya apa yang pada umumnya terjadi, tetapi apa yang selalu harus terjadi; karena setiap orang yang memutuskan untuk menjadi kaya menyerahkan dirinya sendiri sebagai tawanan kepada setan. Sangat benar / tepat pepatah dari penyair kafir, - ‘Ia yang ingin menjadi kaya, juga ingin mendapatkan kekayaan dengan cepat / segera’. ... Ini memang merupakan kejahatan universal; tetapi dalam diri pendeta-pendeta dari Gereja itu terlihat dengan lebih mudah; karena mereka begitu dibuat menjadi gila / liar oleh ketamakan, sehingga mereka tidak melekat pada apapun / tidak segan-segan pada apapun (?), betapapun tololnya, pada waktu kilauan dari emas dan perak mempesona / menyilaukan mata mereka].

Bdk. Amsal 28:20 - “Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman”.

KJV: ‘shall not be innocent’ (= tidak akan tidak bersalah).
RSV/NIV/NASB: ‘will not go unpunished’ (= tidak akan pergi tanpa dihukum).

Kelihatannya kedua terjemahan memungkinkan.

Matthew Henry: “Those that will be rich (that set their hearts upon the wealth of this world, and are resolved right or wrong, they will have it), fall into temptation and a snare, v. 9. It is not said, those that are rich, but those that will be rich, that is, that place their happiness in worldly wealth, that covet it inordinately, and are eager and violent in the pursuit of it. Those that are such fall into temptation and a snare, unavoidably; for, when the devil sees which way their lusts carry them, he will soon bait his hook accordingly” [= Mereka yang ingin menjadi kaya (yang mengeset hati mereka pada kekayaan dari dunia ini, dan memutuskan untuk mendapatkannya dengan cara yang benar ataupun salah), jatuh ke dalam pencobaan dan suatu jerat, ay 9. Tidak dikatakan ‘mereka yang kaya’, tetapi ‘mereka yang ingin menjadi kaya’, yaitu, mereka yang menempatkan kebahagiaan mereka dalam kekayaan duniawi, yang menginginkannya secara berlebihan, dan dengan sangat ingin dan keras dalam mengejarnya. Mereka yang seperti itu jatuh ke dalam pencobaan dan suatu jerat, secara tak terhindarkan; karena, pada waktu setan melihat jalan kemana nafsu mereka membawa mereka, ia akan segera mengumpani pancingnya sesuai dengannya].

1 Timotius 6: 10: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.

Calvin menganggap bahwa kata-kata ini tidak boleh dimutlakkan. Tidak semua dosa betul-betul muncul dari cinta uang.

Calvin: “He simply meant, that innumerable evils arise from it; ... And, indeed, we may most truly affirm, as to the base desire of gain, that there is no kind of evils that is not copiously produced by it every day; such as innumerable frauds, falsehoods, perjury, cheating, robbery, cruelty, corruption in judicature, quarrels, hatred, poisonings, murders; and, in short, almost every sort of crime” (= Ia sekedar memaksudkan bahwa tak terhitung kejahatan muncul darinya; ... Dan memang, kita bisa menegaskan dengan benar, berkenaan dengan keinginan yang jahat akan keuntungan, bahwa tidak ada jenis kejahatan yang tidak dengan berlimpah-limpah dihasilkan olehnya setiap hari; seperti penggelapan, kepalsuan / dusta, sumpah palsu, penipuan, perampokan, kekejaman, korupsi / kejahatan dalam pengadilan, pertengkaran, kebencian, tindakan meracuni, pembunuhan yang tak terhitung banyaknya; dan singkatnya, hampir setiap jenis kejahatan).

Matthew Henry: “The apostle affirms that the love of money is the root of all evil, v. 10. What sins will not men be drawn to by the love of money? Particularly this was at the bottom of the apostasy of many from the faith of Christ; while they coveted money, they erred from the faith, they quitted their Christianity, and pierced themselves through with many sorrows. Observe, (1.) What is the root of all evil; the love of money: people may have money, and yet not love it; but, if they love it inordinately, it will push them on to all evil. (2.) Covetous persons will quit the faith, if that be the way to get money: ... Demas hath forsaken me, having loved this present world, 2 Tim 4:10. For the world was dearer to him than Christianity” [= Sang rasul menegaskan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan, ay 10. Dosa-dosa apa yang tidak akan menarik manusia kepadanya oleh cinta uang? Ini khususnya yang menjadi dasar dari kemurtadan dari banyak orang dari iman kepada Kristus; pada waktu mereka menginginkan uang, mereka menyimpang dari iman, mereka meninggalkan kekristenan, dan menusuk / menyakiti diri mereka sendiri dengan banyak kesedihan. Perhatikan, (1.) Apa yang merupakan akar dari segala kejahatan; cinta uang: orang bisa mempunyai uang tetapi tidak mencintainya; tetapi jika mereka sangat mencintainya, itu akan mendorong mereka pada semua kejahatan. (2.) Orang-orang yang tamak akan meninggalkan iman, jika itu merupakan jalan untuk mendapatkan uang: ... Demas telah meninggalkan aku, karena mencintai dunia yang sekarang ini, 2Tim 4:10].

Tentang contoh Demas ini perhatikan bebarapa ayat di bawah ini.

Kolose 4:14 - “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas”.

Filemon 24 - “dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku”.

2Timotius 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.

Jadi, kalau dalam dua ayat yang pertama Demas menyertai Paulus dalam pelayanannya, maka dalam 2Tim 4:10 Demas meninggalkan Paulus karena kecintaannya pada dunia!

Contoh lain: pemuda kaya, orang kaya yang bodoh, istri Lot, Akhan dan sebagainya.

Bible Knowledge Commentary: “Eager for money, they wandered from the faith. This may mean that they had fallen into heretical teaching (cf. 2 Tim 2:17-18) or simply that their spiritual fruitfulness had been choked off (cf. Luke 8:14) by their concern for riches” [= Sangat ingin akan uang, mereka menyimpang dari iman. Ini bisa berarti bahwa mereka telah jatuh ke dalam pengajaran yang sesat (bdk. 2Timotius 2:17-18) atau sekedar bahwa keberbuahan mereka secara rohani telah dicekik (bdk. Luk 8:14) oleh perhatian mereka pada kekayaan].

2Timotius 2:17-18 - “(17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang”.

Lukas 8:14 - “Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan KEKAYAAN dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang”.

Catatan: saya tidak setuju dengan penggunaan 2Tim 2:17-18, karena sama sekali tak ada petunjuk bahwa Himeneus dan Filetus jatuh ke dalam pengajaran sesat karena uang.

-o0o-
Next Post Previous Post