PAULUS: DUA PILIHAN, MATI, HIDUP DAN KEINGINAN (FILIPI 1:20-26)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

PAULUS: DUA PILIHAN, MATI, HIDUP DAN KEINGINAN (FILIPI 1:20-26). Filipi 1:20-26 - “(Filipi 1:20) Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. (21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (22) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. (23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik; (24) tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. (Filipi 1:25) Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, (Filipi 1:26) sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.”.
PAULUS: DUA PILIHAN, MATI, HIDUP DAN KEINGINAN (FILIPI 1:20-26)
otomotif, gadget
Pendahuluan: 

Ada suatu peribahasa yang berbunyi: Bagaikan makan buah simalakama; dimakan mati ibu, tak dimakan mati bapak. Ini menggambarkan seseorang yang sedang berada di persimpangan jalan, sedangkan kedua pilihan / kemungkinan yang akan terjadi, kedua-duanya jelek dan merupakan bencana yang besar!

Tetapi, hal seperti ini tidak mungkin dialami oleh orang Kristen yang sejati. Roma 8:28 memberikan jaminan bahwa Tuhan hanya akan memberikan hal-hal yang membawa kebaikan bagi kita, sehingga jelas bahwa Tuhan tidak mungkin meletakkan kita pada suatu keadaan di mana hanya ada dua pilihan / kemungkinan, dan kedua-duanya jelek!

Tetapi, kita bisa ada dalam suatu situasi di mana semua kemungkinan / pilihan KELIHATANNYA jelek!

I) Dua pilihan bagi Paulus.

Saat itu Paulus sedang ada di dalam penjara, dan ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu: ia akan dihukum mati, atau ia akan dibiarkan hidup / dibebaskan.

Kalau kita menyoroti kedua kemungkinan ini secara negatif, maka kedua-duanya kelihatannya jelek:

A) Kalau ia mati, itu berarti ia dihukum mati. Itu sesuatu yang menakutkan. Mungkin ia akan menjadi tontonan dan pembicaraan orang banyak. Itu merupakan sesuatu yang memalukan. Di samping itu, musuh-musuhnya pasti akan bersukacita. Ini merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

B) Kalau ia dibiarkan hidup, sebagai seorang rasul, ia pasti akan menginjil lagi. Maka jelas bahwa segala penolakan, permusuhan, kebencian, bahkan penganiayaan, akan ia terima lagi. Ini lagi-lagi merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan!

Tetapi, sekarang, mari kita lihat bagaimana Paulus sendiri menyoroti kedua kemungkinan tersebut:

1) Mati adalah keuntungan (Filipi 1: 21).

Ay 21: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”.

Mengapa? Karena itu berarti ia akan diam bersama-sama dengan Kristus (Filipi 1: 23).

Ay 23: “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik;”.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kata-kata Paulus ini:

a) Paulus yakin bahwa orang Kristen yang mati akan langsung masuk surga, bukannya ‘tidur’ dahulu, atau masuk tempat penantian!

Hal ini juga terlihat dalam 2Korintus 5:8 di mana Paulus berkata: “tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.”.

NIV/NASB: ‘at home with the Lord’ [= di rumah bersama Tuhan].

Interlinear: ‘to come home to the Lord’ [= pulang ke rumah kepada Tuhan].

Seorang penafsir mengomentari ayat ini sebagai berikut:

“This would be an immediate union with Christ, directly after death. No mention here of an intermediate state of unconsciousness or sleep of the soul in which Christ’s presence would not be experienced; and also no thought that he would be with Christ only after the resurrection.” [= Ini merupakan persatuan langsung dengan Kristus, segera setelah kematian. Di sini tidak disebutkan tentang keadaan tidak sadar atau jiwa yang tidur di mana kehadiran Kristus tidak akan dialami; dan juga tidak ada pemikiran bahwa ia akan bersama dengan Kristus hanya setelah kebangkitan orang mati.].

b) Paulus yakin akan keselamatannya, karena ia beriman. Ini menyebabkan ia tidak takut mati. Ia yakin bahwa kapan pun ia mati, ia akan pergi ke surga!

Semua agama di luar Kristen mengandalkan perbuatan baik, atau iman + perbuatan baik. Ini menyebabkan mereka (ditinjau dari sudut agama mereka sendiri), tidak mungkin bisa yakin akan keselamatan mereka. Persoalan mereka adalah: mereka tidak bisa tahu berapa banyak dosa ataupun perbuatan baik yang telah mereka lakukan.

Tetapi kekristenan merupakan satu-satunya agama yang hanya mengandalkan iman (bdk. Efesus 2:8-9). Karena itulah maka dalam kekristenan ada keyakinan keselamatan yang tidak bisa diberikan oleh agama lain.

Penerapan: Apakah saudara yakin bahwa saudara akan masuk surga kapan pun saudara mati? Kalau saudara betul-betul percaya bahwa Yesus telah mati di salib untuk membayar SEMUA hutang dosa saudara, maka adalah aneh / tidak masuk akal kalau saudara masih takut akan masuk neraka! Kalau memang semua dosa saudara sudah dibayar oleh Kristus, lalu dosa yang mana yang akan menyebabkan saudara masuk neraka?

c) Paulus siap untuk mati.

Ada banyak orang-orang Kristen yang yakin akan keselamatannya, dan memang benar-benar sudah diselamatkan, tetapi tidak siap untuk mati. Mengapa? Karena mereka masih kurang mentaati Tuhan, dan di samping itu, mereka masih kurang / belum melayani Tuhan / belum pernah membawa jiwa kepada Tuhan!

Illustrasi: perhatikan kata-kata dari lagu ini:

Bila jiwaku dipanggil-Nya, layakkah ku nampak sriNya?

B’lum seorang yang kubawa, rahmatHu tersia-sialah

Skarang pulang ku tak sesal, karna jiwaku tlah slamat

Hanya hatiku sedih b’rat, kerjaanku b’lum berbuah

Ref: Belum selesai kerjaku, kutak layak nampak Hu

B’lum seorang yang kubawa, tangan hampa pulangkah?

Tetapi, Paulus tidak seperti itu. Ia sudah hidup secara maximal bagi Tuhan. Ini terlihat dari ay 20b dimana ia berkata: “seperti sediakala ... Kristus dengan nyata dimuliakan”. Karena itu ia betul-betul siap untuk mati. Kalau saat itu ia mati, ia tak akan menyesali karena masih kurang bekerja dan hidup bagi Tuhan. Ia takkan malu bertemu Tuhan!

Penerapan: Bagaimana dengan saudara? Saudara mungkin sudah selamat, dan kalau mati, saudara yakin masuk surga. Tetapi sudahkah saudara siap untuk mati dan bertemu Tuhan? Sudahkah saudara hidup dan bekerja secara maximal bagi Tuhan? Sudahkah saudara rajin dalam memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar saudara? Sudah berapa jiwa yang saudara bawa kepada Tuhan?

d) Paulus berkata bahwa mati itu suatu keuntungan.

Setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh, sebetulnya bisa mengatakan hal itu, karena kalau kita mati, kita akan ke surga di mana tidak ada lagi penderitaan, air mata, dosa, setan dsb.

Tetapi sering kali kita ingin mati dengan suatu sikap yang egois. Kita ingin mati hanya karena kita ingin terbebas dari penderitaan di dunia ini! Keinginan kita untuk mati didasarkan atas cinta kita pada diri kita sendiri! Tidak demikian dengan Paulus! Ia menganggap mati sebagai keuntungan karena cintanya kepada Kristus. Karena itu, ia ingin mati, karena ia tahu bahwa kalau ia mati, ia akan bersama-sama dengan Kristus (Filipi 1:  23).

Spurgeon: “Christians often want to die when they have any trouble. Ask them why, and they tell you, ‘Because we would be with the Lord.’ We fear it is not so much because they are longing to be with the Lord as because they desire to get rid of their troubles; else they would feel the same wish to die at other times when not under the pressure of trial. They want to go home, not so much for the Savior’s company, as to be at rest. Now it is quite right to desire to depart if we can do it in the same spirit that Paul did, because to be with Christ is far better, but the wish to escape from trouble is a selfish one. Rather let your care and wish be to glorify God by your life here as long as He pleases, even though it be in the midst of toil and conflict and suffering, and allow Him to say when ‘it is enough.’” [= Orang-orang Kristen sering ingin mati pada waktu mereka mendapatkan kesukaran / problem apapun. Tanyakan mereka mengapa, dan mereka akan memberitahu kamu, ‘Karena kami ingin bersama Tuhan’. Kami kuatir bahwa bukan karena mereka rindu untuk bersama Tuhan tetapi karena mereka ingin bebas dari kesukaran / problem mereka; kalau tidak mereka akan merasakan keinginan yang sama untuk mati pada saat-saat lain ketika tidak berada di bawah tekanan dari pencobaan / ujian. Mereka ingin pulang, bukan untuk bersama sang Juruselamat, tetapi untuk beristirahat. Adalah cukup benar untuk menginginkan untuk pergi jika kita bisa melakukannya dalam roh yang sama seperti yang Paulus lakukan, karena bersama Kristus adalah jauh lebih baik, tetapi keinginan untuk lolos dari kesukaran / problem adalah keinginan yang egois. Dari pada seperti itu, hendaklah perhatian dan keinginanmu adalah untuk memuliakan Allah dengan hidupmu di sini selama Ia berkenan, sekalipun itu ada di tengah-tengah kerja keras dan konflik dan penderitaan, dan ijin kan Dia untuk mengatakan kapan ‘itu sudah cukup’.] - ‘Morning & Evening’, May 2, morning.

2) Hidup adalah Kristus (Filipi 1:  21).

Ay 21: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”.

Artinya: Kristus adalah segala-galanya dalam hidupnya! Dan karena itu:

a) Ia mau supaya hidupnya memuliakan Kristus (Filipi 1: 20).

Filipi 1:  20: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.”.

Bagaimana dengan hidup saudara? Apakah saudara hidup untuk kemuliaan diri saudara sendiri? Atau untuk kemuliaan gereja saudara? Atau kemuliaan aliran saudara? Atau betul-betul untuk kemuliaan Kristus?

b) Bagi dia, hidup berarti bekerja memberi buah (Filipi 1: 22)!

Ay 22: “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.”.

Ia bukan orang yang asal bekerja / melayani! Ia ingin bekerja memberi buah!

Illustrasi: Ada 2 golongan penunggang kuda. Golongan pertama adalah penunggang kuda sungguhan. Ada pergerakan dan betul-betul ada kemajuan. Golongan kedua adalah penunggang kuda goyang (kuda-kudaan yang bagian bawahnya diberi lengkungan seperti kursi goyang). Ada pergerakan, tetapi tidak ada kemajuan sama sekali!

Orang Kristen pun bisa terbagi dalam 2 golongan. Ada yang melayani dan menghasilkan buah. Tetapi ada juga yang kelihatannya banyak aktivitas, tetapi tak ada buahnya sama sekali!


Karena itu, renungkanlah pelayanan saudara selama ini! Adakah buahnya? Kalau tidak ada buahnya, itu bisa disebabkan oleh hidup yang kotor, kurang berdoa, atau cara pelayanan yang salah. Maukah saudara membereskan hal-hal itu?

Tetapi pada saat yang sama kita juga harus menyadari bahwa apa yang kelihatan sebagai buah kadang-kadang ternyata bukan buah. Sebaliknya apa yang kelihatan tanpa buah, kadang-kadang ternyata buahnya muncul belakangan, atau buahnya ada tetapi tak terlihat.

c) Ia ingin supaya melalui hidupnya, jemaat bertambah maju dalam iman (Filipi 1: 25).

Filipi 1:  25: “Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,”.
PAULUS: DUA PILIHAN, MATI, HIDUP DAN KEINGINAN (FILIPI 1:20-26)
business
Hamba Tuhan / guru sekolah minggu yang tidak menggunakan hidupnya untuk menumbuhkan iman jemaat / anak-anaknya, adalah nabi palsu!

Tetapi saudara pun, sekalipun saudara adalah jemaat biasa, harus berusaha supaya melalui hidup saudara, saudara bisa menumbuhkan iman jemaat yang lain. Misalnya: dengan sharing (pernahkah saudara sharing?), dengan menasehati jemaat lain, dengan mengajak mereka datang ke Bible Study dsb.

Kesimpulan:

1. Dua kemungkinan ini, kedua-duanya adalah berkat bagi Paulus! Ia sampai bingung harus memilih yang mana (Filipi 1: 22b).

Ay 22b: “Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.”.

Jadi, sekalipun kelihatannya kedua-duanya jelek, tetapi kalau disoroti secara benar, pasti tidak mungkin kedua-duanya jelek!

2. Paulus siap untuk keduanya! Tetapi ia tetap berusaha untuk memilih yang terbaik. Ingat bahwa kepercayaan terhadap Roma 8:28, tidak berarti bahwa kita boleh bersikap apatis!

II) Pilihan / keinginan Paulus.

Pertimbangan Paulus:

1) Mati adalah keuntungan. Ini bagi Paulus sendiri! (Filipi 1: 21,23).

2) Hidup / tinggal di dunia itu lebih perlu. Ini bagi gereja! (Filipi 1: 24).

Paulus betul-betul mati bagi dirinya sendiri. Keputusannya untuk memilih, didasarkan atas keuntungan Kristus / gereja, bukan atas kepentingan / kesenangan pribadinya! Dan karena itu ia memilih untuk hidup.

William Hendriksen berkata: “The need of the church weighs heavier with him than the desire of his own soul.” [= Kebutuhan gereja lebih berat baginya dari pada keinginannya sendiri.].

Karena ia yakin bahwa ia memilih yang terbaik, maka ia juga yakin bahwa pilihannya itulah yang akan terjadi (Filipi 1: 25-26).

Filipi 1: 25-26: “(25) Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, (26) sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.”.

Ingat bahwa ini hanyalah keyakinan Paulus sendiri, bukan wahyu yang Tuhan berikan kepada Paulus.

Tetapi rupa-rupanya keyakinan Paulus ini betul-betul terwujud (Catatan: ada pro dan kontra tentang hal ini!). Orang-orang yang percaya bahwa keinginan / keyakinan Paulus ini akhirnya menjadi kenyataan, mendasarkannya pada kenyataan bahwa dalam surat-surat Paulus, ada cerita-cerita /pengalaman-pengalaman Paulus yang tidak ada dalam Kisah Rasul (Misalnya: Titus 1:5 Titus 3:12 1Timotius 1:3 2Timotius 4:13,20). Ini menyebabkan mereka mengambil kesimpulan bahwa Paulus akhirnya dibebaskan dari penjara Roma, dan Paulus lalu melakukan perjalanan misionaris yang ke 4, di mana ia mengalami hal-hal tersebut, dan bahkan mengunjungi Filipi lagi!

Penutup.

Kalau saudara menghadapi persimpangan jalan, di dalam saudara memilih, saudara harus melakukan 2 hal ini:

1) Percaya bahwa Allah akan mengatur segala sesuatu untuk kebaikan saudara.

2) Menentukan pilihan saudara bukan berdasarkan kesenangan / keuntungan pribadi, tetapi berdasarkan keuntungan Kristus / Kerajaan Allah / Gereja.

Maukah saudara melakukan itu?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-000-
Next Post Previous Post