YESUS KAYA JADI MISKIN, SUPAYA MISKIN JADI KAYA (2 KORINTUS 8:9)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
YESUS KAYA JADI MISKIN, SUPAYA MISKIN JADI KAYA  (2 KORINTUS 8:9)YESUS KAYA JADI MISKIN, SUPAYA MISKIN JADI KAYA  (2 KORINTUS 8:9). 2 Korintus 8:1-9 - “(2 Korintus 8:1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.

Kita baca sekali lagi ay 9nya. 

2 Korintus 8: 9: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.

I) Yesus tadinya kaya.

Charles Hodge mengatakan bahwa kata-kata ‘sekalipun Ia kaya’ mempunyai dua kemungkinan arti:

1) Dulu Yesus kaya, dan ini ditunjukkan misalnya oleh Yohanes 17:5.

Yohanes 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.

2) Pada masa perendahanpun Yesus tetap kaya, karena Ia tetap mempunyai semua hak-hak ilahi.

Hodge memilih arti pertama. Albert Barnes kelihatannya sama dengan Hodge. Lenski kelihatannya memilih yang kedua (lihat kutipan di bawah). Sedangkan Calvin kelihatannya menggabungkan keduanya (lihat kata-kata Calvin di bawah).

Charles Hodge: “Being rich, plou>siov w}n, that is, either, as in our version, Though he was rich, in the possession of the glory which we had with the Father before the world was, John 17:5; or, Being rich in the actual and constant possession of all divine prerogatives. In the latter case, the idea is that our blessed Lord while here on earth, although he had within himself the fullness of the Godhead and the right and power of possession over all things, yet was poor. He did not avail himself of his right and power to make himself rich, but voluntarily submitted to all the privations of poverty. The former interpretation is commonly and properly preferred” (= ‘sekalipun kaya’, PLOUSIOS ON, artinya, atau seperti dalam versi kita, ‘sekalipun Ia kaya’, dalam kepemilikan kemuliaan yang Ia miliki bersama Bapa sebelum dunia ada, Yoh 17:5; atau, kaya dalam kepemilikan yang sungguh-sungguh dan terus menerus dari semua hak-hak ilahi. Dalam kasus yang terakhir, gagasannya adalah bahwa Tuhan kita yang terpuji / diberkati sementara di sini di bumi, sekalipun Ia mempunyai dalam diriNya sendiri kepenuhan keAllahan dan hak dan kuasa kepemilikan atas segala sesuatu, tetapi Ia miskin. Ia tidak memanfaatkan untuk diriNya sendiri hak dan kuasaNya untuk membuat diriNya kaya, tetapi dengan sukarela menyerahkan diri pada semua kekurangan dari kemiskinan. Penafsiran yang lebih dulu / pertama pada umumnya dan secara benar lebih dipilih).

Barnes’ Notes: “He had been rich. Yet not in this world. He did not lay aside wealth here on earth after he had possessed it, for he had none. He was not first rich and then poor on earth, for he had no earthly wealth. ... His family was poor; and his parents were poor; and he was himself poor all his life. This then must refer to a state of antecedent riches before his assumption of human nature; and the expression is strikingly parallel to that in Phil 2:6 ff ... he was rich as the Lord and proprietor of all things. He was the Creator of all (John 1:3; Col. 1:16), and as Creator he had a right to all things, and the disposal of all things” [= Ia dulu kaya. Tetapi bukan dalam dunia ini. Ia tidak mengesampingkan kekayaan di sini di dunia setelah Ia memilikinya, karena Ia tidak mempunyai kekayaan apapun. Ia bukannya mula-mula kaya dan lalu menjadi miskin di bumi, karena Ia tidak mempunyai kekayaan duniawi. ... KeluargaNya miskin; dan orang tuaNya miskin; dan Ia sendiri miskin dalam seluruh hidupNya. Maka, ini harus menunjuk pada suatu keadaan kaya sebelum Ia mengambil hakekat manusia; dan ungkapan ini secara menyolok paralel dengan yang ada dalam Fil 2:6-dst. ... Ia dulunya kaya sebagai Tuhan dan pemilik dari segala sesuatu. Ia adalah sang Pencipta dari segala sesuatu (Yohanes 1:3; Kolose 1:16), dan sebagai Pencipta Ia mempunyai hak atas segala sesuatu, dan untuk memberikan / membagikan segala sesuatu].

Calvin: “Christ was rich, because he was God, under whose power and authority all things are; and farther, even in our human nature, which he put on, as the Apostle bears witness, (Heb. 1:2; 2:8,) he was the heir of all things, inasmuch as he was placed by his Father over all creatures, and all things were placed under his feet” [= Dulu Kristus kaya, karena Ia adalah Allah, dan segala sesuatu ada di bawah kuasa dan otoritasNya; dan selanjutnya, bahkan dalam hakekat manusia kita yang Ia kenakan / ambil, seperti yang disaksikan oleh sang Rasul (Ibr 1:2; 2:8), Ia adalah pewaris dari segala sesuatu, karena oleh BapaNya Ia diletakkan di atas segala makhluk ciptaan, dan segala sesuatu diletakkan di bawah kakiNya] - hal 290.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “In what ways was Jesus rich? Certainly He was rich in His person, for He is eternal God. He is rich in His possessions and in His position as King of kings and Lord of lords. He is rich in His power, for He can do anything” (= Dalam cara apa Yesus kaya? Jelas Ia kaya dalam pribadiNya, karena Ia adalah Allah yang kekal. Ia kaya dalam kepemilikanNya dan dalam posisiNya sebagai Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuhan. Ia kaya dalam kuasaNya, karena Ia bisa melakukan apapun).

Adam Clarke: “If Jesus Christ, as some contend, were only a mere man, in what sense could he be said to be rich? His family was poor in Bethlehem; his parents were very poor also; he himself never possessed any property among men from the stable to the cross; nor had he anything to bequeath at his death but his peace. And in what way could the poverty of one man make a multitude rich? These are questions which, on the Socinian scheme, can never be satisfactorily answered” (= Jika Yesus Kristus, seperti pendapat beberapa orang, hanya semata-mata manusia saja, dalam arti apa Ia bisa dikatakan sebagai kaya? KeluargaNya di Betlehem miskin; orang tuaNya juga sangat miskin; Ia sendiri tidak pernah memiliki kekayaan apapun di antara manusia sejak dari palungan sampai salib; Ia juga tidak mempunyai apapun untuk diwariskan pada kematianNya kecuali damaiNya. Dan dengan cara apa kemiskinan dari satu orang bisa membuat banyak orang menjadi kaya? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang, berdasarkan pandangan Socinian, tidak pernah bisa dijawab dengan memuaskan).

Encyclopedia Britannica 2009 mengatakan bahwa ajaran Socinian mengikuti seorang Italia yang bernama Laelius Socinus dan keponakannya yang bernama Faustus Socinus (abad 16-17 M.). Para penganut ajaran ini tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah, tetapi hanya sekedar manusia biasa. Mereka juga tidak mempercayai Allah Tritunggal. Jadi, ditinjau dari hal ini, sama seperti Saksi Yehuwa, mereka juga termasuk dalam kelompok Unitarian.

Kalau Yesus memang hanya semata-mata manusia biasa, maka perlu dipertanyakan: dalam arti apa / bagaimana Yesus dikatakan dulunya kaya (KJV/RSV/NIV/NASB: ‘though he was rich’)?

Kitab Suci memang jelas menyatakan, bahwa sekalipun dilahirkan sebagai manusia, tetapi Yesus sungguh-sungguh adalah Allah.

Seandainya saudara bersama-sama dengan gembala-gembala di padang itu datang kepada Yesus yang baru dilahirkan, dan saudara melihat Dia sebagai seorang bayi, bisakah saudara mempercayai bahwa itu adalah Allah sendiri?

II) Yesus menjadi miskin.

1) Arti dari kata ‘miskin’ di sini.

Kata-kata ‘menjadi miskin’ dalam 2Kor 8:9 ini diterjemahkan dari kata Yunani EPTOKHEUSEN, yang jelas berasal dari kata dasar PTOKHOS.

Ada beberapa kata bahasa Yunani yang berarti ‘miskin’:

a) PENES atau PENICHROS yang artinya adalah ‘miskin tetapi masih mempunyai sesuatu’.

b) PTOCHOS yang artinya adalah ‘miskin dalam arti sama sekali tidak punya apa-apa’. Dalam Lukas 16:20 kata ‘pengemis’ yang ditujukan kepada Lazarus itu dalam bahasa Yunaninya adalah PTOCHOS. Perhatikan Luk 16:20-21 ini untuk mendapat gambaran tentang PTOCHOS itu.

Lukas 16:20-21 - “(20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya”.

Ia bukan hanya tidak mempunyai rumah, tetapi juga tidak mempunyai uang untuk membeli makanan atau obat / perban untuk mengobati / membalut luka-lukanya.

Pulpit Commentary (tentang Matius 5:3):

· “PTOCHOS, in classical and philosophical usage, implies a lower degree of poverty than PENES (2Cor 9:9)” [= PTOCHOS, dalam penggunaan klasik dan filosofis, menunjukkan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dari PENES (2Kor 9:9)] - hal 147.

· “The PENES may be so poor that he earns his bread by daily labour; but the PTOCHOS is so poor that he only obtains his living by begging ... The PENES has nothing superfluous, the PTOCHOS has nothing at all” (= Orang yang PENES adalah orang yang miskin sehingga ia mendapatkan roti / makanannya melalui kerja keras setiap hari; tetapi orang yang PTOCHOS adalah orang yang begitu miskin sehingga ia hanya mendapatkan penghidupannya melalui pengemisan ... Orang yang PENES tidak mempunyai apapun secara berlebihan, orang yang PTOCHOS sama sekali tidak mempunyai apapun) - hal 147.

2) Kapan Yesus menjadi miskin.

Pulpit Commentary: “‘Became poor.’ The aorist implies the concentration of his self-sacrifice in a single act” (= ‘Menjadi miskin’. Bentuk aorist / lampau secara tak langsung menunjuk pada konsentrasi dari pengorbanan diriNya sendiri dalam satu tindakan).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The tense of the verb indicates that it is His incarnation, His birth at Bethlehem, that is meant here. He united Himself to mankind and took on Himself a human body. He left the throne to become a servant. He laid aside all His possessions so that He did not even have a place to lay His head” (= Tensa dari kata kerja ini menunjukkan bahwa inkarnasinyalah, kelahiranNya di Betlehem, yang dimaksudkan di sini. Ia menyatukan diriNya sendiri dengan umat manusia dan mengambil pada diriNya sendiri suatu tubuh manusia. Ia meninggalkan takhta untuk menjadi seorang pelayan / hamba. Ia mengesampingkan semua milikNya sehingga Ia bahkan tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepalaNya).

Charles Hodge: “The reference in ejptw>ceuse, he became poor, is not to what our Lord did while he was on earth, but to what he did when he came into the world” (= Penyebutan EPTOKHEUSE, ‘Ia menjadi miskin’, bukanlah menunjuk pada apa yang Tuhan kita lakukan pada waktu Ia akan di bumi, tetapi pada apa yang Ia lakukan pada waktu Ia datang ke dalam dunia).

Jadi, Natal adalah saat dimana Kristus yang kaya, menjadi miskin, karena kita!

3) Dalam arti apa Yesus menjadi miskin.

Matthew Henry: “for your sakes he became poor; not only did become man for us, but he became poor also. He was born in poor circumstances, lived a poor life, and died in poverty” (= demi engkau Ia menjadi miskin; bukan hanya Ia menjadi manusia bagi kita, tetapi Ia menjadi miskin juga. Ia dilahirkan dalam keadaan miskin, hidup dalam kehidupan yang miskin, dan mati dalam kemiskinan).

Barnes’ Notes: “His whole life was a life of poverty. He had no home; Luke 9:58. He chose to be dependent on the charity of the few friends that he drew around him, rather than to create food for the abundant supply of his own needs. He had no farms or plantations; he had no splendid palaces; he had no money hoarded in useless coffers or in banks; he had no property to distribute to his friends. His mother he commended when he died to the charitable attention of one of his disciples (John 19:27), and all his personal property seems to have been the raiment which he wore, and which was divided among the soldiers that crucified him” [= Seluruh hidupNya merupakan hidup yang miskin. Ia tidak mempunyai rumah; Luk 9:58. Ia memilih untuk menjadi tergantung pada sedikit sahabat yang Ia kumpulkan di sekitarNya, dari pada menciptakan makanan untuk suplai yang berlimpah-limpah untuk kebutuhanNya sendiri. Ia tidak memiliki ladang / pertanian atau perkebunan; Ia tidak mempunyai istana-istana yang indah; Ia tidak mempunyai uang yang ditimbun dalam peti simpanan yang sia-sia atau di bank; Ia tidak mempunyai milik / kekayaan untuk dibagikan kepada sahabat-sahabatNya. IbuNya Ia titipkan pada waktu Ia mati kepada perhatian yang murah hati dari salah satu muridNya (Yohanes 19:27), dan semua milik pribadiNya kelihatannya hanyalah pakaian yang Ia kenakan, dan yang dibagikan di antara para tentara yang menyalibkanNya].

Lukas 9:58 - “Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’”.

Lukas 2:6-7 - “(6) Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, (7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”.

Lukas 2:21-24 - “(21) Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibuNya. (22) Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan, (23) seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: ‘Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah’, (24) dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati”.

Seharusnya persembahannya adalah seekor domba dan seekor burung merpati / tekukur. Tetapi bagi orang miskin yang tidak mampu mempersembahkan seekor domba, maka domba itu digantikan dengan seekor burung merpati / tekukur juga, sehingga ia harus membawa 2 ekor burung merpati / tekukur!

Bdk. Imamat 12:6-8 - “(6) Bila sudah genap hari-hari pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan. (8) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia.’”.

Lenski: “He laid aside the use of his divine attributes, their constant use and not their possession, ... In his ministry he made some use of his omnipotence, and his omniscience, namely in the miracles, which shows that he retained the possession. ... He emptied himself ... of the use and not, as the Kenoticists claim, of the possession. Christ was and remained God, blessed forever (Rom. 9:5) during the entire state of humiliation” [= Ia mengesampingkan penggunaan dari sifat-sifat ilahiNya, penggunaan terus menerus dari sifat-sifat itu dan bukan kepemilikan dari sifat-sifat itu, ... Dalam pelayananNya Ia membuat beberapa penggunaan dari kemahakuasaanNya, dan kemahatahuanNya, yaitu dalam mujijat-mujijat, yang menunjukkan bahwa Ia tetap mempertahankan kepemilikan dari sifat-sifat itu. ... Ia mengosongkan diriNya sendiri ... dari penggunaan sifat-sifat itu dan bukan, seperti yang diclaim oleh penganut teori Kenosis, dari kepemilikan sifat-sifat itu. Dulu Kristus adalah Allah, dan tetap adalah Allah, dipuji sampai selama-lamanya (Ro 9:5) dalam sepanjang keadaan perendahanNya] - hal 1138.

Roma 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.

Jadi, jangan pernah lupakan bahwa sekalipun Ia menjadi miskin, Ia tetap kaya! Sekalipun pada Natal Ia menjadi manusia yang rendah dan hina, tetapi Ia tetap adalah Allah sendiri. Yesus Kristus setelah inkarnasi, adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia!

4) Puncak kemiskinanNya/ Yesus.

Adam Clarke: “for your sakes he became poor - he emptied himself, and made himself of no reputation, and took upon himself the form of a servant, and humbled himself unto death, even the death of the cross” (= demi engkau Ia menjadi miskin - Ia mengosongkan diriNya sendiri, dan membuat diriNya sendiri tidak dianggap, dan mengambil bagi diriNya sendiri bentuk dari seorang hamba, dan merendahkan diriNya sampai mati, bahkan mati di kayu salib).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “His ultimate experience of poverty was when He was made sin for us on the cross. Hell is eternal poverty, and on the cross Jesus Christ became the poorest of the poor” (= Pengalaman puncakNya tentang kemiskinan adalah pada waktu ia dibuat menjadi dosa bagi kita di kayu salib. Neraka adalah kemiskinan kekal, dan pada kayu salib Yesus Kristus menjadi yang termiskin dari orang miskin).

Filipi 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.

Ini memang merupakan tujuan inkarnasi / kelahiranNya sebagai manusia. Ia menjadi manusia dengan tujuan untuk mati di kayu salib menebus dosa-dosa kita. Natal ada supaya Jum’at Agung bisa ada.

III) Tujuan Yesus Kristus.

2 Korintus 8: 9: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.

1) Kontext menunjukkan bahwa tujuan Yesus adalah supaya kita mau memberi kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan.

2 Korintus 8:1-9 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.

Ia dijadikan teladan. Tetapi jangan jadikan Yesus sebagai teladan kalau saudara belum menjadikan Dia sebagai Juruselamat dalam hidup saudara! Point ini akan saya bahas secara lebih terperinci dalam khotbah minggu depan.

2) ‘oleh karena kamu ... supaya kamu menjadi kaya’ (2 Korintus 8: 9).

2 Korintus 8: 9: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.

a) Ini tidak mungkin mengajarkan theologia kemakmuran kepada kita.

Alasannya: 

1. Kaya yang dimaksudkan adalah kaya dalam arti rohani.

Perhatikan bahwa jemaat Korintus dikatakan kaya, juga dalam arti rohani.

2 Korintus 8: 6-7: “(6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini”.

2. Dalam arti jasmani, jemaat-jemaat / gereja-gereja Makedonia yang Paulus bicarakan justru sangat miskin. Tetapi mereka kaya dalam arti rohani, yaitu dalam kemurahan.

2 Korintus 8: 1-2: “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan”.

b) Arti dari kata ‘miskin menjadi kaya’ bagi kita.

1. Ini menunjukkan bahwa dulu kita adalah miskin (dalam arti rohani).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Why did He do it? That we might become rich! This suggests that we were poor before we met Jesus Christ and we were totally bankrupt. But now that we have trusted Him, we share in all of His riches! We are now the children of God, ‘heirs of God, and joint-heirs with Jesus Christ’ (Rom 8:17)” [= Mengapa Ia melakukan hal itu? Supaya kita bisa menjadi kaya! Ini menunjukkan secara tidak langsung bahwa dulu kita adalah miskin sebelum kita bertemu Yesus Kristus dan kita bangkrut secara total. Tetapi sekarang setelah kita mempercayai Dia, kita mengambil bagian dalam semua kekayaanNya! Kita sekarang adalah anak-anak Allah, ‘pewaris-pewaris dari Allah, dan pewaris-pewaris bersama-sama Yesus Kristus’ (Ro 8:17)].

Roma 8:17 - “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia”.

Bdk. Efesus 2:1-3 - “(1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.

Seandainya Yesus tak pernah menjadi miskin karena kita, kita tidak akan dibuat menjadi kaya, dan akan selama-lamanya tetap miskin. Dengan kata lain, seandainya Natal (dan Jum’at Agung) tidak ada, kita akan miskin (rohani) selama-lamanya.

Charles Hodge: “Unless he had submitted to all the humiliation of his incarnation and death, we should forever have remained poor, destitute, of all holiness, happiness and glory” (= Kecuali Ia telah tunduk / menyerah pada semua perendahan dari inkarnasi dan kematianNya, kita harus selama-lamanya tetap miskin, melarat, dalam semua kekudusan, kebahagiaan dan kemuliaan).

Jangan sepelekan keadaan miskin ini dengan berkata: “Tak jadi soal aku miskin secara rohani asal aku kaya secara jasmani”. Kalau saudara berkata seperti itu, itu sama dengan mengatakan “Tak apa-apa menjadi orang kaya yang bodoh, atau menjadi orang kaya dalam cerita Lazarus dan orang kaya”.

Lukas 12:16-21 - “(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.

Lukas 16:19-26 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.

2. Sekarang, kita (orang Kristen) kaya (secara rohani).

Tak ada penafsir yang begitu gila sehingga menafsirkan bahwa orang Kristen harus kaya secara jasmani! Semua menafsirkan kaya secara rohani.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Might be rich.’ - in heavenly glory, and in all other things that are really good for us” (= ‘Bisa menjadi kaya’. - dalam kemuliaan surgawi, dan dalam semua hal-hal lain yang betul-betul baik untuk kita).

Adam Clarke: “for your sakes he became poor ... that ye, through his poverty - through his humiliation and death, might be rich - might regain your forfeited inheritance, and be enriched with every grace of his Holy Spirit, and brought at last to his eternal glory” (= oleh karena kamu Ia menjadi miskin ... supaya kamu, melalui kemiskinanNya - melalui perendahan dan kematianNya, bisa menjadi kaya - bisa mendapatkan kembali warisanmu yang hilang, dan diperkaya dengan setiap kasih karunia dari Roh Kudusnya, dan akhirnya dibawa pada kemuliaan kekalNya).

Calvin (tentang Lukas 2:7): “When he was thrown into a stable, and placed in a manger, and a lodging refused him among men, it was that heaven might be opened to us, not as a temporary lodging, but as our eternal country and inheritance, and that angels might receive us into their abode” (= Ketika Ia dilemparkan ke dalam sebuah kandang, dan diletakkan dalam sebuah palungan, dan tempat penginapan menolak Dia di antara manusia, itu adalah supaya surga bisa terbuka bagi kita, bukan sebagai penginapan sementara, tetapi sebagai negeri dan warisan kekal kita, dan supaya malaikat-malaikat bisa menerima kita ke dalam tempat tinggal mereka).

Charles Hodge: “Believers are made rich in the possession of that glory which Christ laid aside, or concealed. ... So that our Lord says, ‘The glory which thou gavest me, I have given them,’ John 17:22. Hence believers are said to be glorified with Christ and to reign with him. Romans 8:17. The price of this exaltation and everlasting blessedness of his people was his own poverty. It is by his poverty that we are made rich” (= Orang-orang percaya dibuat menjadi kaya dalam kepemilikan dari kemuliaan itu, yang Kristus kesampingkan, atau sembunyikan. ... Sehingga Tuhan kita berkata, ‘Kemuliaan yang Engkau berikan kepadaKu, telah Aku berikan kepada mereka’, Yoh 17:22. Karena itu orang-orang percaya dikatakan akan dimuliakan bersama Kristus dan memerintah bersama Dia. Roma 8:17. Harga dari pemuliaan dan keadaan diberkati yang kekal dari umatNya ini adalah kemiskinanNya. Karena kemiskinanNyalah kita dibuat menjadi kaya).

Yohanes 17:22 - “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu”.

Roma 8:17 - “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia”.

Matthew Henry: “for your sakes he became poor; not only did become man for us, but he became poor also. He was born in poor circumstances, lived a poor life, and died in poverty; and this was for our sakes, that we thereby might be made rich, rich in the love and favour of God, rich in the blessings and promises of the new covenant, rich in the hopes of eternal life, being heirs of the kingdom” (= demi kita Ia menjadi miskin; bukan hanya Ia menjadi manusia untuk kita, tetapi Ia menjadi miskin juga. Ia dilahirkan dalam keadaan miskin, hidup dalam kehidupan yang miskin, dan mati dalam kemiskinan; dan ini adalah demi kita, supaya olehnya kita bisa dibuat menjadi kaya, kaya dalam kasih dan kebaikan Allah, kaya dalam berkat-berkat dan janji-janji dari perjanjian yang baru, kaya dalam pengharapan tentang hidup kekal, karena kita adalah pewaris-pewaris dari kerajaan).

c) Siapa yang menjadi kaya oleh kemiskinan Yesus? 

2 Korintus 8: 9: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.

Ayat ini menunjukkan bahwa yang dibuat menjadi kaya (secara rohani) oleh kemiskinan Yesus itu hanyalah orang-orang yang mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, dan ini jelas menunjuk kepada orang-orang Kristen saja!

Charles Hodge: “Ye know, says Paul, as all Christians must know, the grace, i.e. the unmerited, spontaneous love of our Lord Jesus Christ” (= Engkau tahu, kata Paulus, seperti semua orang Kristen harus tahu, kasih karunia, yaitu kasih yang tak layak didapatkan dan tak diminta dari Tuhan kita Yesus Kristus).

Semua orang yang tidak percaya / orang non kristen, apakah ia kafir total atau orang kristen KTP, adalah orang miskin (secara rohani), dan hanya kalau seseorang datang kepada Kristus, dengan percaya dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka Ia dijadikan kaya (secara rohani)!

Wahyu 3:17-18 - “(17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa (secara jasmani), dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang (secara rohani), (18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya (secara rohani), dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat”. Bdk. Wah 3:20.

Catatan: kata-kata yang ada dalam kurung saya tambahkan sebagai penjelasan.

1Korintus 1:5 - “Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan”.

Kesimpulan / penutup.

Pada Natal yang pertama, Yesus yang kaya menjadi manusia yang miskin, dan lalu bahkan mati di salib. Tujuannya supaya kita yang miskin secara rohani menjadi kaya secara rohani.

Kalau di sini ada orang-orang yang belum percaya, saya bertanya: apakah saudara menyadari bahwa saudara miskin secara rohani, dan kalau itu dibiarkan, itu akan membawa saudara ke neraka selama-lamanya? Percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, dan saudara akan dijadikan kaya secara rohani. Saudara dipastikan tidak akan pergi ike neraka tetapi akan pergi ke surga pada saat saudara mati. Maukah saudara percaya kepada Dia, yang sudah berNatal bagi saudara?


Bagi saudara yang sudah menjadi orang kristen yang sejati, selalulah sadar bahwa dulu saudara miskin secara rohani, dan seandainya Yesus tidak menjadi miskin karena saudara, saudara akan selama-lamanya miskin rohani dalam neraka! Bukan karena kebaikan saudara bahwa saudara diselamatkan, tetapi hanya karena kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus. Karena itu, selalulah mengasihi Dia, dan hidup bagi Dia.

Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.
-AMIN-
Next Post Previous Post