ORANG TUA YESUS: YUSUF, MARIA DAN PERTUNANGAN (NATAL MATIUS 1:18-25)

Pdt. Budi Asali, M.Div.
I) ‘Orang tua’ Yesus.

1) Mereka bertunangan (Matius 1: 18).

Matius 1: 18 yang menunjukkan bahwa mereka masih ada dalam keadaan bertunangan / belum menikah, sesuai dengan:

· Matius 1: 20b yang menunjukkan bahwa malaikat itu berkata supaya Yusuf tidak takut mengambil Maria sebagai istri.

· Matius 1: 24 yang menunjukkan ketaatan Yusuf terhadap Firman yang disampaikan oleh malaikat, dimana ia lalu mengambil Maria sebagai istrinya.
ORANG TUA YESUS: YUSUF, MARIA DAN PERTUNANGAN (NATAL MATIUS 1:18-25)
gadget, bisnis, otomotif
Tetapi dalam Matius 1: 19 dimana Yusuf disebut ‘suami’ dan Maria disebut ‘istri’, dan juga dari istilah ‘menceraikan’, kelihatannya mereka sudah menikah.

Hal-hal yang kelihatannya bertentangan ini bisa dimengerti dan diharmoniskan kalau kita mengerti tradisi di tempat itu pada jaman itu.

Dalam tradisi mereka ada beberapa tahap menuju pernikahan:

a) Pertunangan I (engagement).

Pertunangan I ini terjadi pada waktu dua orang yang diper­tunangkan itu masih kecil, dimana mereka dipertunangkan oleh orang tua mereka, dan mereka belum saling kenal. Pertunangan I ini bisa dibatalkan.

b) Pertunangan II (bethrotal).

Pertunangan II ini terjadi setelah dua orang tadi sudah cukup umur. Pada saat pertunangan II ini mereka sudah disebut ‘suami istri’, tetapi mereka belum tinggal bersama dan mereka belum boleh melakukan hubungan sex.

Bandingkan dengan:

· Ulanagan 20:7 - “Dan siapa telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengawininya”.

· Ulangan 22:23-24 - “(23) Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan - jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, (24) maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.

Perhatikan bahwa dalam ay 23nya disebutkan ‘bertunangan’ tetapi dalam ay 24nya disebut sebagai ‘istri’.

Dalam tradisi Yahudi saat itu, pemutusan pertunangan II ini dianggap sebagai perceraian dan dianggap sebagai dosa. Pertunangan II ini hanya berlangsung 1 tahun.

c) Pernikahan.

Pada saat itu, Yusuf dan Maria ada pada masa pertunangan II dan karena itu Matius 1: 18 tidak bertentangan dengan ay 19,20,24.

Spurgeon: “There was no other way of his being born; for had he been of a sinful father, how should he have possessed a sinless nature? He is born of a woman, that he might be human; but not by man, that he might not be sinful” (= Tidak ada jalan lain tentang kelahiranNya; karena seandainya Ia ada dari seorang ayah yang berdosa, bagaimana Ia bisa mempunyai hakekat yang tak berdosa? Ia dilahirkan dari seorang perempuan, supaya Ia bisa menjadi manusia; tetapi bukan oleh laki-laki, supaya Ia bisa tidak berdosa) - ‘A Popular Exposition to the Gospel According to Matthew’, hal 15.

2) Mereka (‘orang tua’ Yesus) adalah orang-orang yang saleh.

a) Yusuf.

Ia adalah seorang yang:

1. Tulus hati (benar), tidak mau mencemarkan nama Maria (Matius 1: 19).

Ada penafsir-penafsir yang beranggapan bahwa Yusuf pasti mendapat penjelasan dari Maria tentang bayi dalam kandungan itu. Juga pada waktu Elisabet menyebut Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ (Luk 1:42-45), itu pasti diceritakan oleh Maria kepada Yusuf. Jadi Yusuf mau menceraikan Maria, karena ia takut untuk mempunyai istri yang bakal melahirkan Mesias / Anak Allah. Ia merasa tak layak jadi suami Maria. Karena itu malaikat mengatakan ‘jangan engkau takut untuk mengambil Maria sebagai isterimu’ (Mat 1:20b) kepada Yusuf.

Tetapi berdasarkan apa yang ada dalam Matius 1: 19 ini menurut saya penafsiran itu tak masuk akal.

Matius 1: 19 (NIV): ‘Because Joseph her husband was a righteous man and did not want to expose her to public disgrace, he had in mind to divorce her quietly’ (= Karena Yusuf suaminya adalah orang yang benar dan tidak mau menyingkapkan dia menjadi aib umum, ia berpikir untuk menceraikannya dengan diam-diam).

Matius 1: 19 (KJV): ‘Then Joseph her husband, being a just man, and not

willing to make her a publick example, was minded to put her away privily’ (= Maka Yusuf suaminya, yang adalah seorang yang benar, dan tidak mau membuatnya sebuah contoh umum / bagi masyarakat, bermaksud untuk menyingkirkannya dengan diam-diam).

Perhatikan bagian yang saya garis bawahi itu dari terjemahan KJV itu. Yusuf sebetulnya berhak, bukan hanya untuk menceraikan Maria, tetapi bahkan membuatnya dijatuhi hukuman mati (bdk. Ulangan 22:23-24 Imamat 20:10 Yohanes 8:5), dan dengan demikian menjadikan Maria contoh bagi masyarakat untuk tidak melakukan perzinahan.

Matthew Henry: “Bringing her to punishment is here called making her a public example; which shows what is the end to be aimed at in punishment - the giving of warning to others” (= Membawanya kepada hukuman di sini disebut membuatnya sebagai contoh umum / bagi masyarakat; yang menunjukkan apa tujuan yang dituju dalam hukuman itu - pemberian peringatan bagi yang lain).

Tetapi Yusuf tak mau melakukan hal itu. Kalaupun Yusuf tak mau mengusahakan hukuman mati untuk Maria, ia sebetulnya bisa merusak nama baik Maria (Perhatikan bagian yang saya garis bawahi dari terjemahan NIV di atas). Dan memang sakit hati karena merasa dikhianati oleh pacar / tunangan adalah sesuatu yang sangat sering menyebabkan seseorang lalu merusak nama baik pacar / tunangan yang tadinya ia cintai, apalagi kalau ia sudah mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya itu. Tetapi Yusuf, sekalipun merasa dikhianati dan sudah mengambil keputusan untuk menceraikan Maria, tidak mau mencemarkan nama Maria. Karena itulah maka ia bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Seandainya Yusuf itu tukang gossip / fitnah seperti banyak orang Kristen jaman sekarang, mungkin Maria akan begitu stress sehingga keguguran! Dan kalau demikian, tidak akan ada Juruselamat bagi saudara dan saya!

Penerapan: apakah saudara sering merusak nama baik seseo­rang melalui penyebaran gossip / fitnah?

Bdk. Matius 10:27 - “Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah”.

Ayat ini berlaku untuk firman Tuhan! Tetapi banyak orang memberlakukannya untuk gossip / fitnah!

2. Tidak gegabah.

Ini terlihat dari Matius 1: 20 dimana ia ‘mempertimbangkan’ maksudnya untuk menceraikan Maria.

Penerapan: apakah saudara sering melakukan hal-hal ter­tentu dengan gegabah / tidak berpikir panjang? Mungkin dalam hal melampiaskan emosi / kemarahan saudara, atau dalam hal membeli barang, atau dalam hal menerima / menolak suatu ajaran / praktek. Kalau ya, perhatikanlah Amsal 19:2b yang berbunyi: ‘orang yang terge­sa-gesa akan salah langkah’.

Matthew Henry: “While he thought on these things and knew not what to determine, God graciously directed him what to do, ... Note, Those who would have direction from God must think on things themselves, and consult with themselves. It is the thoughtful, not the unthinking, whom God will guide. When he was at a loss, and had carried the matter as far as he could in his own thoughts, then God came in with advice” (= Sementara ia memikirkan hal-hal ini dan tidak tahu apa yang harus ia putuskan, Allah dengan murah hati mengarahkan dia pada apa yang harus ia lakukan, ... Perhatikan, Mereka yang menginginkan petunjuk dari Allah harus memikirkan sendiri tentang hal-hal itu, dan berkonsultasi dengan diri mereka sendiri. Adalah orang-orang yang berpikir, bukan orang-orang yang tak berpikir, yang akan dibimbing oleh Allah. Pada waktu ia sedang tidak mengerti, dan telah membawa persoalan itu sejauh mungkin dalam pikirannya sendiri, maka Allah datang dengan nasehat).

3. Ia percaya pada Firman Tuhan, yang disampaikan malaikat Tuhan kepadanya melalui mimpi (Matius 1: 20-24).

Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:

a. Ia mendapat petunjuk dari Tuhan melalui mimpi; ini terjadi pada saat yang paling genting.

Jamieson, Fausset & Brown: “As he brooded over the matter alone, in the stillness of the night, his domestic prospects darkened and his happiness blasted for life, his mind slowly making itself up to the painful step, yet planning how to do it in the way least offensive - at the last extremity the Lord Himself interposes” (= Sementara ia memikirkan persoalan itu sendirian, dalam keheningan malam, prospek rumah tangganya menggelap dan kebahagiaan hidupnya hancur, pikirannya secara perlahan-lahan memutuskan langkah yang menyakitkan, tetapi merencanakannya untuk melakukannya dengan cara yang paling tidak menyakitkan hati - pada kebutuhan / bahaya extrim yang terakhir, Tuhan sendiri campur tangan).

b. Tidak semua / sembarang mimpi bisa dianggap sebagai petunjuk dari Tuhan!

Calvin: “we must understand that dreams of this sort differ widely from natural dreams; for they have a character of certainty engraven on them, and are impressed with a divine seal, so that there is not the slightest doubt of their truth. ... the dreams which come from God are accompanied by the testimony of the Spirit, which puts beyond a doubt that it is God who speaks” (= kita harus mengerti bahwa mimpi dari jenis ini sangat berbeda dengan mimpi biasa; karena mimpi ini mempunyai sifat yang pasti terukir padanya, dan dibuat menjadi berkesan dengan suatu meterai ilahi, sehingga tidak ada keraguan sedikitpun tentang kebenarannya. ... mimpi yang datang dari Allah disertai oleh kesaksian Roh, yang membuat orangnya tidak ragu-ragu bahwa Allahlah yang berbicara) - hal 96-97.

c. Sekalipun Allah tidak / jarang menggunakan cara memimpin seperti ini pada jaman sekarang, tetapi Ia tetap bisa dan mau memimpin kita.

Matthew Henry: “Extraordinary direction like this we are not now to expect; but God has still ways of making known his mind in doubtful cases, by hints of providence, debates of conscience, and advice of faithful friends; by each of these, applying the general rules of the written word, we should, therefore, in all the steps of our life, particularly the great turns of it, such as this of Joseph’s, take direction from God, and we shall find it safe and comfortable to do as he bids us” (= Pengarahan yang luar biasa seperti ini tidak boleh kita harapkan sekarang; tetapi Allah tetap mempunyai cara-cara untuk menyatakan pikiranNya dalam kasus-kasus yang meragukan, oleh petunjuk-petunjuk dari providensia, perdebatan hati nurani, dan nasehat dari teman-teman yang setia; karena itu, dengan menerapkan peraturan umum dari firman tertulis pada setiap hal-hal ini, kita harus, dalam semua langkah dari kehidupan kita, khususnya pada belokan / perubahan yang besar darinya, seperti dalam kasus Yusuf ini, mendapatkan pimpinan dari Allah, dan kita akan mendapatkan bahwa apa yang Ia minta dari kita adalah aman dan menyenangkan / enak untuk dilakukan).

d. Kata-kata malaikat dalam mimpi itu sebetulnya amat tidak masuk akal. Coba renungkan: andaikata saudara menjadi Yusuf, dimana tunangan saudara tahu-tahu menjadi hamil, apakah saudara bisa mem-percayai kata-kata malaikat yang menyatakan bahwa kehamilan itu dari Roh Kudus (Matius 1: 20b)? Hebatnya, Yusuf percaya pada Firman Tuhan yang disampaikan oleh malaikat itu.

Penerapan: Tuhan sering memberi Firman yang sukar diterima oleh akal. Misalnya:

· bahwa Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk menda-tangkan kebaikan bagi anak-anakNya (Ro 8:28). Kadang-kadang tidak terlalu sukar mempercayai hal ini, tetapi kadang-kadang problem yang kita alami begitu banyak, berat dan membingungkan, dan bahkan kelihatannya berakibat negatif terhadap diri kita dan kerohanian kita. Pada saat seperti itu Roma 8:28 kelihatannya amat tidak masuk akal. Maukah saudara tetap mempercayainya?

· bahwa Ia selalu mau mengampuni dosa kita yang percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat kita (1Yohanes 1:9). Kadang-kadang tidak sukar bagi kita untuk percaya pada hal ini. Tetapi pada saat-saat tertentu, misalnya pada waktu kita melakukan dosa yang sangat hebat / terkutuk, atau pada saat kita melakukan dosa yang sama berulang-ulang hingga ribuan kali (karena itu merupakan kelemahan kita), maka sukar bagi kita untuk percaya bahwa Allah tetap mau mengampuni dosa itu. Pada saat seperti itu maukah saudara percaya pada Firman yang ‘tak masuk akal’ itu?

4. Ia taat pada Firman Tuhan (Matius 1: 24-25).

Hal-hal yang perlu disoroti tentang ketaatannya:

a. Ia taat secara langsung / tidak menunda (Matius 1: 24).

Renungkan: apakah saudara juga selalu taat secara lang­sung, atau apakah saudara sering menunda ketaatan sauda­ra? Mungkin dalam hal menyerahkan diri untuk dibaptis, atau dalam hal melayani Tuhan / memberitakan Injil, atau dalam hal memberikan persembahan persepuluhan?

b. Yusuf menikah dengan Maria.

Kata-kata dalam Matius 1: 24 akhir yang mengatakan bahwa Yusuf ‘mengambil Maria sebagai istrinya’, jelas menunjuk pada per-nikahan Yusuf dan Maria. Ini perlu ditekankan untuk mengha-dapi ajaran gila dari Pdt. Yusuf Roni, yang begitu menekankan keperawanan abadi dari Maria, sehingga mengatakan bahwa Yusuf dan Maria tidak pernah menikah, dan bahkan menantang pendengarnya untuk menunjukkan di Kitab Suci bagian mana Yusuf dan Maria pernah menikah! Rupa-rupanya dia tidak pernah membaca bagian Kitab Suci ini!

c. Ia tidak malu mengambil Maria sebagai istri, padahal Maria sudah mengandung sebelum mereka menikah, dan Maria tidak mengandung dari dia. Apakah ia tidak mempertimbangkan apa kata para tetangga, keluarga, dan teman kalau mereka melihat bahwa Maria melahirkan anak sekalipun baru menikah selama 5 bulan?

Renungkan: apakah saudara sering tidak mentaati Firman Tuhan karena malu? Apakah saudara sering tidak memberita-kan Injil karena malu?

d. Ia rela untuk tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir (Matius 1: 25). Tidak adanya persetubuhan sampai Yesus lahir merupakan sesuatu yang penting karena perempuan yang mela­hirkan Yesus haruslah seorang perawan. Bandingkan Matius 1: 23 dengan Yes 7:14. Dan ‘menikah, tetapi tidak bersetubuh’ jelas merupakan sesuatu pengorbanan! Tetapi Yusuf rela mengalami semua itu!

Renungkan: apakah saudara mau mentaati Firman Tuhan kalau hal itu membutuhkan pengorbanan? Apakah saudara tetap ke gereja sekalipun hujan? Apakah saudara tetap ke gereja kalau tidak ada kendaraan sehingga harus mengeluarkan ongkos taxi?

e. Ia menamakan anak itu Yesus sesuai dengan Firman yang disampaikan oleh malaikat (Matius 1: 23-25).

b) Maria.

Ia mau dipakai oleh Tuhan untuk mengandung dan melahirkan Yesus (Lukas 1:38), padahal jelas semua ini akan menimbulkan salah penger-tian dari banyak orang, termasuk dari Yusuf, dan bahkan pasti akan menimbulkan banyak ejekan dan hinaan kepadanya. Ini menunjukkan kerelaan Maria dalam berkorban bagi Tuhan.

Penerapan: Tuhan tidak bisa dan tidak mau memakai orang yang tidak mau berkorban bagi Dia. Kalau saudara merasa sukar / berat untuk berkorban bagi Tuhan, renungkan penderitaan dan pengorbanan yang Yesus sudah lakukan bagi sauda­ra pada waktu Ia menebus dosa saudara di atas kayu salib. Kalau Ia sudah berkorban seperti itu bagi saudara, sudah seharusnya saudarapun mau berkorban bagi Dia!

c) Yusuf dan Maria adalah orang-orang yang saleh, tapi mereka sama sekali bukan orang suci!

Kitab Suci memang sering menceritakan tentang orang yang saleh, yang bahkan dikatakan tidak bercela, seperti Nuh (Kejadian 6:9), Ayub (Ayub 1:1,8 2:3), Zakharia dan Elisabet (Lukas 1:6), dsb. Tetapi kalau Kitab Suci mengatakan bahwa mereka itu saleh, maksudnya bukanlah bahwa mereka itu suci / tanpa dosa, tetapi saleh dalam perbandingan dengan orang-orang lain. Tetapi kalau kehidupan mereka dibanding-kan dengan kehidupan Yesus, atau dengan Firman Tuhan, maka jelas bahwa mereka adalah orang-orang yang berdosa, sesuai dengan ayat-ayat seperti:

· Pengkhotbah 7:20 - “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!”.

· Roma 3:10-12,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.

Tetapi perlu diketahui bahwa tentang Yusuf maupun Maria, Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa mereka itu suci atau tidak bercela.

Orang sering menganggap bahwa Maria harus suci supaya Yesus bisa lahir suci. Tetapi ini salah karena:

1. Kesucian Yesus terjadi karena pekerjaan Roh Kudus (lihat point II, 4 di bawah), bukan karena kesucian Maria.

2. Kalau supaya Yesus suci Maria harus suci, maka konsekwensinya adalah: supaya Maria suci, kedua orang tua Maria harus suci. Dan supaya kedua orang tua Maria harus suci, maka keempat kakek nenek Maria juga harus suci. Kalau ini diteruskan, akhirnya Adam dan Hawapun juga harus suci! Ini jelas adalah hal yang ber-tentangan dengan Kitab Suci, yang orang Katolikpun pasti tidak mau menerimanya. Tetapi kalau mereka menolak ini, mereka menjadi tidak konsisten.

d) Ketaatan mereka menyebabkan penderitaan tetapi dari situ timbul kemuliaan / kebahagiaan (bdk. Lukas 1:46-49). Kehidupan Kristus sendiri juga demikian. Ia harus melalui penderi­taan dan salib, dan setelah itu baru timbul kebangkitan dan kemuliaan. Itu juga jalan yang harus kita tempuh. Ketaatan dan pelayanan yang harus kita lakukan demi Tuhan pasti membawa penderitaan, tapi akhirnya membawa kemuliaan bagi kita. Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:

· Roma 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.

· 2Kor 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.

Kalau dalam 2Korintus 4:17 Paulus menyebutkan ‘penderitaan ringan’, itu bukan karena penderitaannya betul-betul ringan (bdk. 2Kor 1:8b-9a yang menunjukkan hebatnya penderitaan Paulus), tetapi hanya dalam perbandingan dengan besarnya kemuliaan yang menantikan dia.

Penerapan:

· Semua ini menunjukkan bahwa ajaran Theologia Kemakmuran dan sejenisnya yang banyak diajarkan oleh gereja-gereja / pendeta-pendeta jaman sekarang, adalah tidak benar. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa kalau kita ikut Yesus maka kita akan jadi kaya, sukses, bebas dari semua problem, dsb.

· Kalau saudara banyak mengalami penderitaan, janganlah kecewa dan putus asa. Bertekunlah dan bersabarlah dalam menghadapi kesukaran itu, karena ada saatnya kemuliaan yang Tuhan janjikan akan menjadi milik saudara.

3) Kehidupan mereka setelah kelahiran Yesus.

Mereka hidup seperti suami istri biasa, dan mereka pasti juga melakukan hubungan sex dan memperoleh anak-anak dari pernikahan itu. Ini terlihat dari:

a) Matius 1: 24-25 mengatakan bahwa mereka tidak bersetubuh ‘sampai Yesus lahir’. Secara implicit ini menunjukkan bahwa setelah Yesus lahir, mereka melakukan persetubuhan itu.

Illustrasi: kalau dikatakan bahwa anak saudara libur sampai tanggal 5 Januari 1997, maka itu berarti bahwa setelah itu mereka tidak lagi libur.

Tasker (Tyndale): “The prima facie meaning of this verse would seem to be that after Mary’s firstborn son was born Joseph had normal sexual intercourse with her; and, as McNeile points out, the Greek construction used here ‘always implies in the New Testament that the negatived action did, or will, take place after the point of time indicated by the particle’” (= Arti yang utama / kuat dari ayat ini kelihatannya adalah bahwa setelah kelahiran anak sulung Maria, Yusuf melakukan hubungan sex yang normal dengannya; dan seperti ditunjukkan oleh McNeile, konstruksi bahasa Yunani yang digunakan di sini “selalu menunjukkan dalam Perjanjian Baru bahwa tindakan yang bertentangan terjadi, atau akan terjadi setelah saat yang ditunjukkan oleh kata ‘sampai’”) - ‘The Gospel According to St. Matthew’, hal 36.

A. T. Robertson: “Joseph lived in continence with Mary till the birth of Jesus. Matthew does not say that Mary bore no other children than Jesus. ‘Her firstborn’ is not genuine here, but is a part of the text in Luke 2:7. The perpetual virginity of Mary is not taught here. Jesus had brothers and sisters and the natural meaning is that they were younger children of Joseph and Mary and not children of Joseph by a previous marriage” (= Yusuf hidup dalam pertarakan dengan Maria sampai kelahiran Yesus. Matius tidak mengatakan bahwa Maria tidak melahirkan anak-anak selain Yesus. Kata-kata ‘yang sulung’ di sini tidak merupakan bagian asli / orisinil, tetapi merupakan bagian dari text dalam Lukas 2:7. Keperawanan abadi dari Maria tidak diajarkan di sini. Yesus mempunyai saudara-saudara laki-laki dan perempuan dan arti yang wajar adalah bahwa mereka adalah anak-anak yang lebih muda dari Yusuf dan Maria dan bukan anak-anak Yusuf dari pernikahan sebelumnya) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 1, hal 12-13.

Catatan: A. T. Robertson memberikan penafsiran berdasarkan versi KJV, yang mempunyai tambahan kata-kata ‘yang sulung’.

Matius 1: 25 (KJV): ‘And knew her not till she had brought forth her firstborn son: and he called his name JESUS’ (= Dan tidak mengenalnya sampai ia telah melahirkan anaknya yang sulung: dan ia menamakanNya Yesus).

Jawaban dari pihak Katolik:

Kata ‘until’ / ‘sampai’ tak selalu diartikan demikian.

1Korintus 15:25 - “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya”.

Ini tentu tak berarti bahwa setelah Allah meletakkan semua musuh Yesus di bawah kakiNya, Yesus berhenti memerintah sebagai Raja.

1Timotius 4:13 - “Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar”.

Ini juga tentu tak berarti bahwa pada saat Paulus datang, Timotius tak perlu lagi bertekun membaca Kitab Suci.

Jawaban balik dari saya:

Kalaupun kata ‘until’ bisa digunakan seperti itu, tentu juga bisa digunakan seperti yang saya berikan di atas, seperti dalam:

Matius 2:15 - “dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu.’”.

Di sini jelas bahwa Yusuf dan Maria tidak terus tinggal di sana setelah Herodes mati.

Matius 11:13 - “Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes”.

Catatan: kata Yunani yang digunakan untuk kata ‘hingga’ dalam kedua ayat di atas ini sama dengan yang digunakan untuk kata ‘sampai’.

b) Lukas 2:7 mengatakan bahwa Yesus adalah ‘anak sulung’.

Memang bisa saja bahwa Yesus adalah anak sulung dan sekaligus anak tunggal. Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa kata ‘sulung’ tidak harus diartikan bahwa ada adik-adiknya. Artinya hanyalah bahwa ‘tidak ada yang dilahirkan oleh ibunya sebelum dia’. Jadi bisa saja anak tunggal. Tetapi Matius 13:55-56 menceritakan adanya saudara-saudara Yesus, sehingga penafsiran yang logis adalah bahwa saudara-saudara Yesus itu adalah anak-anak Yusuf dan Maria setelah kelahiran Yesus, seperti yang dikatakan oleh A. T. Robertson di atas.

Mazmur 69 jelas adalah mazmur tentang Mesias (baca seluruh mazmur itu), dan dalam ay 9 dikatakan: “Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku”. Ayat ini terbagi dalam 2 bagian paralel dan sama artinya. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa ‘saudara-saudaraku’ adalah ‘anak-anak ibuku’.

c) Hubungan sex antara suami istri adalah sesuatu yang diha­ruskan oleh Tuhan (Amsal 5:18,19 1Kor 7:3-5). Jadi, tidak mungkin Tuhan menyuruh Yusuf menikahi Maria tetapi mela­rangnya bersetubuh dengan Maria sampai selama-lamanya.

d) Keperawan Maria hanya dibutuhkan sampai Yesus lahir, tetapi setelah itu tidak dibutuhkan lagi. Dan tidak ada satu ayatpun yang mendukung doktrin keperawanan abadi dari Maria. Ini hanyalah suatu dogma yang muncul dari orang-orang yang sentimentil!

II) Kelahiran / Inkarnasi Tuhan Yesus.

1) Inkarnasi berbeda dengan reinkarnasi.

Kekristenan percaya adanya inkarnasi, yaitu pada waktu Yesus yang adalah Allah itu menjadi manusia. Tetapi kekristenan menolak adanya reinkarnasi, karena hal itu jelas bertentangan dengan Ibrani 9:27 yang berbunyi: “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, ...”.

Kalau reinkarnasi itu memang ada, maka manusia tidak mungkin ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, tetapi banyak kali.

Saya pernah membaca di surat kabar tentang suatu keluarga yang mempunyai anak kecil. Mula-mula anak kecil itu normal, tetapi setelah ia mulai bisa bicara, maka ia mulai berbicara tentang masa lalunya, baik tempat tinggalnya, namanya, kematiannya, dsb. Mula-mula orang tuanya tidak menggubris hal itu, tetapi karena anak itu terus berbicara tentang hal itu, mereka menjadi penasaran dan lalu menyelidiki ke tempat yang diceritakan oleh anak kecil itu. Ternyata memang cerita anak itu benar. Sekarang pertanyaannya: apakah peristiwa ini membuktikan adanya reinkarnasi? Saya berpendapat jawabannya adalah ‘tidak’! Mungkin se-kali orang yang mati itu mempunyai kuasa gelap / kerasukan setan, dan pada waktu ia mati, setannya pindah kepada anak kecil itu, sehingga segala informasi tentang orang yang mati itu lalu dimiliki oleh anak kecil itu.

2) Inkarnasi berbeda dengan kelahiran, sekalipun inkarnasi terjadi melalui kelahiran.

Perbedaannya adalah:

a) Inkarnasi adalah tindakan aktif; kelahiran adalah tindakan pasif.

b) Inkarnasi menunjukkan pre-existence (= keberadaan sebelum­nya); ke-lahiran tidak.

3) Pada saat inkarnasi, Allah menjadi manusia.

Perlu kita ingat bahwa kata ‘menjadi’ ini bisa digunakan dalam 2 arti:

a) Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.

b) Kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 dan selanjutnya saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.

Kalau kita berbicara tentang ‘Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manusia pada diriNya. Karena itu kita mempercayai bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, atau dengan kata lain, Ia adalah 100 % Allah dan 100 % manusia. Ini memang merupakan sesuatu yang melampaui akal kita, tetapi perlu kita ingat bahwa Yesus / Allah memang melampaui akal kita. Ajaran tentang Allah (Kristologi maupun doktrin Allah Tritunggal) yang masuk akal dan bisa dimengerti sepenuhnya, justru adalah ajaran yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin otak / akal kita yang terbatas bisa mengerti sepenuhnya Allah yang tidak terbatas? 

4) Yesus dilahirkan oleh Maria yang mengandung dari Roh Kudus (ay 18, 21,25). Beberapa hal yang perlu dibahas:

a) Dalam Matius 1: 23 versi KJV/RSV dikatakan ‘a virgin’ (= seorang perawan), tetapi yang benar adalah seperti dalam NIV/NASB, yaitu ‘the virgin’ (= sang perawan).

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Behold, a virgin.’ - it should be ‘the virgin’ (hee parthenos, exactly as in the Hebrew, haa`almaah); meaning that particular virgin destined to this unparalleled distinction” [= ‘Lihatlah, seorang perawan’. - itu seharusnya adalah ‘sang perawan’ (HEE PARTHENOS, persis seperti dalam bahasa Ibrani, haa`almaah); yang berarti perawan yang khusus / tertentu yang ditentukan pada pembedaan yang tidak ada taranya ini].

b) Yesus memang adalah anak Maria, tetapi Ia bukanlah anak Yusuf. Kalau Ia adalah anak Yusuf dan Maria, maka:

· Ia bukanlah Allah dan manusia, tetapi manusia biasa.

· pastilah Ia lahir sebagai orang yang berdosa, dan kalau Ia berdosa maka Ia tidak bisa menebus dosa kita.

Karena itu, doktrin Kristen tentang ‘Virgin Birth’ (= kelahiran Yesus dari seorang perawan) adalah doktrin dasar yang sangat penting dan harus dipertahankan. Tetapi sekarang banyak gereja / pendeta Liberal yang sudah meninggalkan doktrin ini, padahal dengan meninggalkan doktrin ini, mereka sudah meninggalkan kekristenan.

Contoh: William Barclay yang memberikan komentar sebagai berikut : “This passage tells us how Jesus was born by the action of the Holy Spirit. It tells us what we call the Virgin Birth. This is a doctrine which presents us with many difficulties; and our Church does not compel us to accept it in the literal and the physical sense. This is one of the doctrines on which the Church says that we have full liberty to come to our own conclusion. ... what it stresses is not so much that Jesus was born of a woman who was a virgin, as that the birth of Jesus is the work of the Holy Spirit” (= Text ini memberi tahu kita bagaimana Yesus dilahirkan oleh tindakan dari Roh Kudus. Ini memberi tahu kita tentang apa kita sebut kelahiran dari perawan. Ini adalah ajaran yang memberikan kepada kita banyak kesukaran; dan gereja kami / kita tidak memaksa kita untuk menerimanya dalam arti hurufiah dan fisik. Ini adalah salah satu dari ajaran-ajaran tentang mana Gereja mengatakan bahwa kita mempunyai kebebasan penuh untuk menyimpulkannya sendiri. ... apa yang ditekankannya bukanlah bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perempuan yang adalah seorang perawan, tetapi bahwa kelahiran Yesus merupakan pekerjaan dari Roh Kudus) - ‘The Gospel of Mathhew’, hal 20.

Ini jelas merupakan penafsiran sesat yang sama sekali tidak meng-hargai otoritas Kitab Suci, dan ini menunjukkan kesesatan William Barclay! Gereja manapun yang tidak mengharuskan doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan, adalah gereja yang sesat!

c) ‘Maria mengandung dari Roh Kudus’ bukan berarti bahwa Allah / Roh Kudus melakukan hubungan sex dengan Maria dan menyebabkannya mengandung melalui hubungan sex itu. Dalam dongeng-dongeng kafir kita sering membaca tentang dewa yang berhubungan sex dengan manusia sehingga mempunyai anak. Tetapi kekristenan tidak meng-ajarkan hal seperti itu. ‘Maria mengandung dari Roh Kudus’, artinya Roh Kudus melakukan suatu mujijat sehingga perawan Maria itu mengandung tanpa hubungan sex dengan siapapun.

d) Bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, ini belum menjamin bahwa Yesus bisa lahir suci (Yohanes 3:6 Ayub 25:4). Yesus bisa suci karena sejak saat pertama Ia ada dalam kandungan Maria, Roh Kudus sudah menguduskanNya / menyucikanNya dan Roh Kudus terus menjaga / menguasai Dia sehingga Dia tidak bisa ber­buat dosa (Yesaya 11:2 Lukas 1:35 Yohanes 1:14 Yohanes 3:34 Ibrani 9:14).

Karena itu jelas bahwa Maria tidak harus suci supaya Kristus suci. Kesucian Kristus disebabkan oleh pekerjaan Roh Kudus, bukan oleh kesucian Maria!

5) Kelahiran Yesus dari perawan Maria merupakan penggenapan dari Yes 7:14.

a) Ada yang berpendapat (misalnya Calvin) bahwa kelahiran Kristus adalah satu-satunya penggenapan Yesaya 7:14 dan ada pula yang ber-anggapan bahwa Yes 7:14 mempunyai 2 penggenapan; yang pertama dalam kelahiran anak Yesaya (Yesaya 8:3-4) dan yang kedua dalam kelahiran Yesus Kristus. Saya setuju dengan pandangan Calvin.

b) Ada yang menganggap bahwa Yesaya 7:14 tidak mengatakan ‘perawan’ tetapi ‘perempuan muda’. Tetapi Calvin membantah anggapan ini dan menganggapnya tidak meyakinkan, dan Calvin menambahkan:

· Yesaya menyebut hal itu sebagai ‘tanda’, yaitu mujijat. Kalau itu hanya berupa seorang perempuan muda yang akan mengandung dan melahirkan, lalu dimana mujijatnya?

· Juga, mengapa hanya dikatakan bahwa seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan, tanpa disebutkan laki-laki atau suaminya? Ini pasti menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ‘perawan’ bukan ‘perempuan muda’.

6) Saat dan tempat kelahiran Kristus tidak diketahui dengan pasti.

Saat dan tempat kelahiran Kristus tidak penting. Yang penting adalah fakta bahwa Yesus Kristus, Juruselamat dunia, sudah lahir! Karena itu janganlah fanatik dengan tanggal 25 Desember pada waktu saudara merayakan Natal.

III) Tujuan kedatangan Tuhan Yesus.

Ada banyak tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia, seperti memberitakan Injil / Firman Tuhan, memberikan teladan hidup, dsb.

Tetapi tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia ini dinyatakan dalam ay 21b: “... Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka”. Ada 2 hal yang perlu disoroti / ditekankan:

1) Kata ‘Dia’ yang saya garis bawahi dalam bahasa Yunaninya ditekankan. Mengapa perlu ditekankan? Mungkin karena Tuhan tahu bahwa orang sering mengganti Yesus dengan hal-hal yang berhubungan dengan Yesus, seperti gereja, baptisan, perbuatan baik, dan sebagainya. Tidak, semua itu tidak bisa menyelamatkan! Hanya Dia, Yesus, yang bisa menyelamatkan kita dari dosa / hukuman dosa! Secara tidak langsung ini juga menunjukkan bahwa kalau Yesus tidak datang, maka umat manusia tidak akan bisa selamat.

2) Kata-kata ‘dari dosa mereka’, menunjukkan bahwa dalam beriman kepada Yesus, saudara harus percaya kepadaNya sebagai Juruselamat dosa, bukan sekedar sebagai pelaku mujijat, teladan, pemberi berkat, penyembuh penyakit dsb.

Bdk. 1Korintus 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”.

Demikian juga dalam penginjilan, hal inilah yang harus saudara tekankan! Kalau dalam penginjilan saudara terus berbicara tentang kesembuhan ilahi / mujijat, maka saudara akan menghasilkan ‘petobat’ yang hanya percaya kepada Yesus sebagai dokter / penyembuh / pelaku mujijat. Itu tidak menyelamatkan dia! Tetapi kalau dalam penginjilan saudara menceritakan kematian Kristus untuk menebus dosa, maka saudara akan menghasilkan petobat sejati yang betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dosa.

Sekarang mari kita bahas Matius 1: 21 ini:

a) Nama ‘Yesus’.

Firman Tuhan menyuruh Yusuf menamai Anak itu Yesus, karena ‘Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’ (Matius 1: 21).

‘Yesus’ artinya sama dengan ‘Yosua’, yang berarti ‘Yahweh adalah keselamatan’.

William Barclay: “Jesus is the Greek form of the Jewish name Joshua, and Joshua means Jehovah is salvation” (= Yesus adalah bentuk Yunani dari nama Yahudi Yosua, dan Yosua berarti ‘Yehovah adalah keselamatan’) - hal 19.

Pulpit Commentary: “‘Jesus.’ It is the Greek form of the familiar ‘Joshua;’ but it has a significance and a history. It is really Hoshea, or Hoshua, ‘the Helper,’ with the name of God added as a prefix, Je-hoshua, shortened to Joshua. So it means in full, ‘God our helper.’ But, in the dream, a very full translation of the name was given. It was said to declare Messiah’s mission to be ‘saving the people from their sins,’ and ‘from their sins’ is designedly set in contrast with ‘from their troubles,’ so that the moral and spiritual character of the mission should be made quite plain. ... It is the fact that our supreme need arises out of our sins that decides the sphere of the Divine helping” (= ‘Yesus’. Ini merupakan bentuk Yunani dari nama ‘Yosua’ yang begitu dikenal; tetapi nama itu mempunyai arti dan sejarah. Sebetulnya itu adalah Hosea, atau Hosua, ‘sang Penolong’, dengan nama Allah ditambahkan sebagai awalan, Ye-hosua, disingkat / dipendekkan menjadi Yosua. Jadi artinya secara lengkap, ‘Allah penolong kita’. Tetapi dalam mimpi, diberikan suatu terjemahan yang sangat lengkap / penuh dari nama itu. Diucapkan untuk menyatakan missi Mesias sebagai ‘menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’, dan kata-kata ‘dari dosa mereka’ secara sengaja dikontraskan dengan ‘dari kesukaran mereka’, sehingga sifat moral dan rohani dari missi itu dibuat jadi jelas. ... Fakta bahwa kebutuhan kita yang tertinggi muncul dari dosa-dosa kita yang menentukan ruang lingkup / bidang dari pertolongan Ilahi) - hal 28.

Matthew Henry: “Jesus is the same name with Joshua, the termination only being changed, for the sake of conforming it to the Greek” (= Yesus adalah nama yang sama dengan Yosua, hanya akhirannya diganti, untuk menyesuaikannya dengan bahasa Yunani).

Catatan:

· Dalam Kis 7:45 dan Ibrani 4:8 muncul nama ‘Yosua’, tetapi sebetulnya dalam bahasa Yunani ini adalah ‘Yesus’. Ini menunjukkan bahwa Yosua (Ibrani) = Yesus (Yunani).

· Bilangan 13:16 - “Itulah nama orang-orang yang disuruh Musa untuk mengintai negeri itu; dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua”. ‘Yosua’ di sini seharusnya adalah ‘Yehosua’.

b) ‘Menyelamatkan’.

Artinya adalah:

1. Menebus dari dosa, mengampuni dosa, membebaskan dari hukuman.

2. Membebaskan dari perhambaan dosa (Yohanes 8:34-36 1Petrus 2:24).

Dengan demikian kita yang tadinya tidak bisa berbuat baik, sekarang bisa berbuat baik. Dengan kata lain, kita mengalami pengudusan.

Matthew Henry: “Christ came to save his people, not in their sins, but from their sins; to purchase for them, not a liberty to sin, but a liberty from sins, to redeem them from all iniquity (Titus 2:14); and so to redeem them from among men (Rev. 14:4) to himself, who is separate from sinners” [= Kristus datang untuk menyelamatkan umatNya, bukan dalam dosa mereka, tetapi dari dosa mereka; untuk membeli bagi mereka, bukan suatu kebebasan untuk berbuat dosa, tetapi suatu kebebasan dari dosa, untuk menebus mereka dari semua kejahatan (Titus 2:14); dan dengan demikian menebus mereka dari antara manusia (Wahyu 14:4) bagi diriNya sendiri, yang terpisah dari orang-orang berdosa].

Titus 2:13-14 - “(13) dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, (14) yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.

Orang Kristen yang sejati harus mengalami kedua hal di atas ini. Tetapi jaman sekarang banyak orang kristen yang yakin kalau dosanya sudah diampuni, tetapi hidupnya sama sekali tidak berubah. Kalau saudara adalah orang seperti itu ingatlah bahwa Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17,26)! Juga perhatikan kutipan-kutipan kata-kata J. C. Ryle dalam bukunya yang berjudul ‘Holiness’ (= kekudusan) di bawah ini:

· “A ‘saint’, in whom nothing can be seen but worldliness or sin, is a kind of monster not recognized in the Bible” (= ‘orang kudus’, dalam diri siapa tidak terlihat apapun kecuali keduniawian atau dosa, adalah sejenis monster yang tidak dikenal dalam Alkitab) - hal 19.

· “I do not understand how a man can be a true believer unto whom sin is not the greatest burden, sorrow and trouble” (= Aku tidak mengerti bagaimana seseorang bisa adalah orang percaya yang sejati kalau bagi dia dosa bukanlah beban, kesedihan dan kesukaran yang terbesar) - hal 38, kata-kata ini dikutip J. C. Ryle dari John Owen.

· “I fear it is sometimes forgotten that God has married together justification and sanctification. They are distinct and different things, beyond question, but one is never found without the other. All justified people are sanctified, and all sanctified are justified. What God has joined together let no man dare to put asunder” (= Aku takut bahwa kadang-kadang dilupakan kalau Allah telah mengawinkan pembenaran dan pengudusan. Tidak usah diragukan bahwa mereka memang adalah 2 hal yang berbeda, tetapi yang satu tidak pernah ada tanpa yang lain. Semua orang yang dibenarkan juga dikuduskan, dan semua yang dikuduskan juga dibenarkan. Apa yang telah dipersatukan Allah jangan ada yang berani menceraikannya) - hal 46.

· “He and sin must quarrel, if he and God are to be friends” (= Ia dan dosa harus bertengkar, kalau ia mau berteman dengan Allah) - hal 68.

c) ‘UmatNya’.

Ini tidak bisa diartikan orang Yahudi saja, tetapi harus diartikan ‘orang pilihan Allah dari semua bangsa’. Yesus memang tidak datang hanya untuk bangsa Yahudi saja. Ini terlihat dengan jelas dari ayat-ayat seperti Kej 12:3 Matius 28:19 Kis 1:8 Kisah Para Rasul 10:34-35 Roma 11:11-24.

d) Cara Yesus Kristus menyelamatkan.

Ia menyelamatkan kita dari dosa dengan jalan mati di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Karena Ia mau mati inilah maka Ia harus dilahirkan / berinkarnasi sebagai manusia.

“YESUS Kristus MATI SUPAYA KITA BISA HIDUP”.

“ANAK ALLAH MENJADI MANUSIA SUPAYA MANUSIA BISA MENJADI ANAK ALLAH”.

ORANG TUA YESUS: YUSUF, MARIA DAN PERTUNANGAN (NATAL MATIUS 1:18-25).-AMIN- 
Next Post Previous Post