LUKAS 9:22-27 (PENDERITAAN KRISTUS DAN PENDERITAAN ORANG PERCAYA)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
LUKAS 9:22-27 (PENDERITAAN KRISTUS DAN PENDERITAAN ORANG PERCAYA)LUKAS 9:22-27 (PENDERITAAN KRISTUS DAN PENDERITAAN ORANG PERCAYA). Lucas 9:22-27 - “(22) Dan Yesus berkata: ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’ (23) KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (24) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. (25) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (26) Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus. (27) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.’”.

I) Nubuat tentang salib / penderitaan Kristus.

Lukas 9: 22: “Dan Yesus berkata: ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’”.

1) Ini adalah kebenaran yang sampai saat ini ditahan / tak diberitakan oleh Yesus Kristus kepada murid-muridNya.

Dalam Lukas 9:21 Yesus melarang para muridNya untuk memberitakan bahwa Ia adalah Mesias.

Lukas 9:20-21 - “(20) Yesus bertanya kepada mereka: ‘Menurut kamu, siapakah Aku ini?’ Jawab Petrus: ‘Mesias dari Allah.’ (21) Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun.”.

Salah satu kemungkinan mengapa Yesus melarang hal itu adalah karena pengertian mereka yang sangat kurang tentang Mesias. Sekarang dalam Lukas 9: 22 Yesus memberitahu apa yang kurang itu, yaitu bahwa Mesias harus menderita dan mati.

Calvin: “Christ reminds his disciples of what he must suffer, that they also may be prepared to bear the cross; ... And first of all, it was necessary to inform them that Christ must commence his reign, not with gaudy display, not with the magnificence of riches, not with the loud applause of the world, but with an ignominious death.” [= Kristus mengingatkan murid-muridNya tentang apa yang harus Ia derita, supaya mereka juga bisa dipersiapkan untuk memikul salib; ... Dan pertama-tama dari semua, adalah perlu untuk memberi mereka informasi bahwa Kristus harus melanjutkan pemerintahanNya, bukan dengan pameran yang boros / berlebih-lebihan, bukan dengan kekayaan yang megah, bukan dengan pujian / tepuk tangan yang keras dari dunia, tetapi dengan kematian yang hina.].

Pemberitahuan ini perlu, khususnya untuk para murid yang adalah orang-orang Yahudi, yang mempunyai pandangan yang salah dan tidak berdasar tentang Mesias, yaitu bahwa Mesias akan memberikan kemenangan / kebahagiaan duniawi bagi mereka.

Kalau dilihat dari ayat paralelnya dalam Injil Matius maka terlihat bahwa ini adalah untuk pertama kalinya Yesus membicarakan tentang penderitaan dan kematianNya.

Matius 16:21 - “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”.

Injil Markus menambahkan apa yang tak ada dalam Injil-Injil yang lain.

Markus 8:31-32 - “(31) Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. (32) Hal ini dikatakanNya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.”.

KJV: ‘And he spake that saying openly.’ [= Dan Ia mengucapkan kata-kata itu secara terbuka / terus terang.].

Jadi, apa yang merupakan kebenaran, disembunyikan oleh Yesus sampai saat ini. Dalam hal-hal tertentu kita boleh menyembunyikan kebenaran, tetapi kita tidak boleh mengatakan ketidak-benaran!

Mengapa Yesus menyembunyikan kebenaran? Karena tadi belum waktunya bagi mereka untuk tahu hal itu. Kalau saudara memberitakan Injil, dan dari permulaan saudara menceritakan betapa beratnya dan menderitanya hidup orang Kristen itu, maka rasanya mustahil orang itu akan mau jadi Kristen!

Matthew Henry: “Concerning his own sufferings and death, of which he had yet said little. Now that his disciples were well established in the belief of his being the Christ, and able to bear it, he speaks of them expressly, and with great assurance, v. 22. It comes in as a reason why they must not yet preach that he was the Christ, because the wonders that would attend his death and resurrection would be the most convincing proof of his being the Christ of God. It was by his exaltation to the right hand of the Father that he was fully declared to be the Christ, and by the sending of the Spirit thereupon (Acts 2:33); and therefore wait till that is done.” [= Berkenaan dengan penderitaan dan kematianNya sendiri, tentang mana Ia telah berkata hanya sedikit. Sekarang bahwa murid-muridNya telah diteguhkan dengan baik dalam kepercayaan bahwa Ia adalah Kristus, dan bisa menahan / menanggungnya, Ia berbicara tentang hal itu secara explicit, dan dengan kepastian yang besar, ay 22. Itu menjadi alasan mengapa mereka tidak boleh memberitakan bahwa Ia adalah Kristus, karena keajaiban-keajaiban yang akan menyertai kematian dan kebangkitanNya akan menjadi bukti yang paling meyakinkan tentang keberadaanNya sebagai sang Kristus dari Allah. Adalah oleh pemuliaanNya ke sebelah kanan Bapa bahwa Ia dinyatakan secara penuh sebagai Kristus, dan oleh pengutusan Roh dari sana (Kis 2:33); dan karena itu tunggulah sampai itu terjadi.].

Anehnya adalah bahwa Yesus sendiri memberitakan diriNya sebagai Mesias / Kristus, seperti dalam Lukas 4:16-21 Yohanes 4:25-26.

Lukas 4:16-21 - “(16) Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. (17) KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: (18) ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.’ (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepadaNya. (21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: ‘Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.’”.

Yohanes 4:25-26 - “(25) Jawab perempuan itu kepadaNya: ‘Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.’ (26) Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.’”.

Mungkin keanehan ini bisa dijawab sebagai berikut: karena murid-murid masih punya pengertian yang kacau / kurang tentang Mesias, maka mereka dilarang memberitakannya. Tetapi Yesus sendiri, karena punya pengertian yang benar / lengkap tentang diriNya sebagai Mesias, boleh / harus memberitakannya.

2) Penderitaan Kristus itu datang dari Mahkamah Agama Yahudi.

Lukas 9: 22: “Dan Yesus berkata: ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’”.

Lenski (hal 514) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata-kata ‘tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat’ adalah Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi. Yesus ditolak oleh Mahkamah Agama Yahudi, Lembaga tertinggi dalam kalangan agama Yahudi. Tetapi jelas bahwa Ia tidak bersalah.

Leon Morris (Tyndale): “And of the many things he would suffer Jesus speaks only of the final rejection. The word ‘rejected’ seems to be a technical term for rejection after a careful legal scrutiny to see whether a candidate for office was qualified (See LSJ). It implies here that the hierarchy would consider Jesus’ claims but decide against him. The one article in the expression the elders and chief priests and scribes points to the fact that the three formed a single group in the Sanhedrin. There was, of course, only one high priest; the plural signifies all the members of the high-priestly families. It was the nation’s leaders who would be foremost in rejecting him.” [= Dan dari banyak hal yang akan Ia derita Yesus berbicara hanya tentang penolakan akhir. Kata ‘ditolak’ kelihatannya adalah suatu istilah tehnis untuk penolakan setelah suatu penyelidikan hukum yang teliti untuk melihat apakah seorang calon untuk suatu jabatan memenuhi syarat (lihat LSJ). Secara implicit dinyatakan di sini bahwa hirarkhi itu akan mempertimbangkan claim dari Yesus tetapi memutuskan terhadap / menentang Dia. Satu kata sandang tertentu dalam ungkapan ‘tua-tua dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat’ menunjuk pada fakta bahwa ketiganya membentuk suatu kelompok tunggal dalam Sanhedrin. Tentu saja di sana hanya ada satu imam besar; bentuk jamak itu menunjuk kepada semua anggota-anggota dari keluarga imam besar. Adalah pemimpin-pemimpin bangsa itu yang akan menjadi yang terutama / pertama dalam menolak Dia.].

William Hendriksen: “Elders, chief priests, and scribes, the men who were supposed to protect and promote the religious interests of the people, those from whose circles the Sanhedrin was chosen, are actually going to kill Israel’s own Messiah!” [= Tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, orang-orang yang seharusnya melindungi dan memajukan kepentingan agamawi dari bangsa itu, orang-orang itu dari lingkungan mana Sanhedrin dipilih, akan sungguh-sungguh membunuh Mesias dari Israel sendiri!].

Bandingkan dengan ‘bukti kesalahan saya’ yang diberikan oleh Pdt. Sutjipto Subeno, yang mengatakan bahwa saya pasti salah, karena institusi yang menyalahkan saya (GKRI EXODUS) pasti tidak ngawur. Tidak ada kata-kata yang lebih tolol dari ini! Kalau orang bodoh ini mau konsisten dengan kata-katanya, maka ia juga harus menganggap Yesus bersalah, karena Ia dipersalahkan oleh Institusi tertinggi agama Yahudi! Demikian juga dengan Paulus, Stefanus dan sebagainya.

Ini jelas juga bisa terjadi pada jaman sekarang, dan karena itu jangan heran kalau ada gereja-gereja yang kebrengsekan terbesarnya muncul dari sinode / ketua sinodenya!!!

3) Hal ini HARUS terjadi, karena itu adalah rencana Allah.

Wycliffe Bible Commentary: “The Son of man must suffer . . . and be raised the third day. Must (Gr. DEI) denotes logical necessity. Christ was obligated to fulfill the purpose of God as revealed in the Scriptures. This concept appears in the preaching of the early church (Acts 2:23-24; 13:17-34; 17:3; 26:22-23). The death of Jesus was a tragedy, but it was not an accident; for he was fulfilling the purpose of God in redemption.” [= Anak Manusia harus menderita ... dan dibangkitkan pada hari ketiga. ‘Harus’ (Yunani: DEI) menunjukkan keharusan logis. Kristus diwajibkan untuk menggenapi rencana Allah seperti yang dinyatakan dalam Kitab Suci. Konsep ini muncul dalam khotbah / pemberitaan dari gereja mula-mula (Kis 2:23-24; 13:17-34; 17:3; 26:22-23). Kematian Yesus adalah suatu tragedi, tetapi itu bukanlah suatu kecelakaan / kebetulan; karena Ia sedang menggenapi rencana Allah dalam penebusan.].

Kisah Para Rasul  2:23-24 - “(23) Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. (24) Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.”.

Kisah Para Rasul  13:27-29 - “(27) Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat. (28) Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. (29) Dan setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang ada tertulis tentang Dia, mereka menurunkan Dia dari kayu salib, lalu membaringkanNya di dalam kubur.”.

Kisah Para Rasul  17:3 - “Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: ‘Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.’”.

Kisah Para Rasul 26:22-23 - “(22) Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, (23) yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.

Leon Morris (Tyndale): “Matthew and Mark speak of Peter’s rebuke of Jesus, but Luke concentrates on his Lord’s suffering. He reports that Jesus said that he MUST suffer. That is what being Messiah meant. Suffering, for him, was no accident, but a compelling divine necessity.” [= Matius dan Markus berbicara tentang teguran Yesus terhadap Petrus, tetapi Lukas berkonsentrasi pada penderitaan Tuhannya. Ia melaporkan bahwa Yesus berkata bahwa Ia HARUS menderita. Itu adalah apa artinya menjadi Mesias. Penderitaan, bagi Dia, bukanlah kecelakaan / kebetulan, tetapi suatu keharusan ilahi yang memaksa.].

Leon Morris (Tyndale): “He would be killed. Jesus left them in no doubt but that being Messiah meant a cross.” [= Ia akan dibunuh. Yesus tidak meninggalkan mereka dalam keragu-raguan bahwa menjadi Mesias berarti suatu salib.].

4) Yesus Kristus menubuatkan bukan hanya pembunuhan terhadapNya, tetapi juga kebangkitanNya pada hari ketiga.

Lukas 9: 22: “Dan Yesus berkata: ‘Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.’”.

a) Pada hari yang ketiga.

A. T. Robertson: “The third day ... Here in the parallel passage Mark 8:31 has ‘after three days’ ... in precisely the same sense. That is to say, ‘after three days’ is just a free way of saying ‘on the third day’ and cannot mean ‘on the fourth day’ if taken too literally.” [= ‘Hari ketiga’ ... Di sini dalam text paralelnya Mark 8:31 mempunyai ‘sesudah 3 hari’ ... dalam arti yang sama persis. Itu berarti bahwa mengatakan ‘sesudah 3 hari’ hanyalah merupakan cara yang bebas untuk mengatakan ‘pada hari ketiga’ dan tidak bisa berarti ‘pada hari keempat’ jika diartikan secara terlalu hurufiah.].

Matius 16:21 - “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”.

Markus 8:31 - “Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.”.

Secara sama, istilah ‘3 hari 3 malam’, juga mempunyai arti yang sama.

Matius 12:40 - “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”.

Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang percaya pada Rabu Agung, dan bukannya Jumat Agung!

b) Dengan menambahkan kata-kata ‘dan dibangkitkan pada hari ketiga’, Yesus memberikan penghiburan kepada mereka, supaya tidak terlalu sedih / tertekan oleh pemberitaan bahwa Mesias harus menderita, mati dan sebagainya.

Leon Morris (Tyndale): “But the cross is not the whole story. On the third day the Son of man will be raised. The resurrection was as certain as the crucifixion.” [= Tetapi salib bukanlah seluruh cerita. Pada hari ketiga Anak Manusia akan dibangkitkan. Kebangkitan adalah sama pastinya seperti penyaliban.].

Calvin: “But as the bare mention of the cross must, of necessity, have occasioned heavy distress to their weak minds, he presently heals the wound by saying, that ‘on the third day he will rise again from the dead.’ And certainly, as there is nothing to be seen in the cross but the weakness of the flesh, till we come to his resurrection, in which the power of the Spirit shines brightly, our faith will find no encouragement or support. In like manner, all ministers of the Word, who desire that their preaching may be profitable, ought to be exceedingly careful that the glory of his resurrection should be always exhibited by them in connection with the ignominy of his death.” [= Tetapi karena semata-mata penyebutan tentang salib harus / pasti, telah menyebabkan kesedihan yang berat pada pikiran mereka yang lemah, Ia segera menyembuhkan luka itu dengan mengatakan bahwa ‘pada hari ketiga Ia akan bangkit kembali dari orang mati’. Dan pastilah, karena di sana tidak ada apapun yang bisa dilihat dalam salib kecuali kelemahan daging, sampai kita datang pada kebangkitanNya, dalam mana kuasa Roh bersinar dengan terang, iman kita tidak akan mendapatkan penguatan hati atau dukungan. Dengan cara yang sama, semua pelayan-pelayan dari Firman, yang menginginkan bahwa pemberitaan mereka bisa bermanfaat, harus sangat berhati-hati sehingga kemuliaan dari kebangkitanNya harus selalu ditunjukkan oleh mereka berhubungan dengan kehinaan dari kematianNya.].

Bagi Yesus, kebangkitan adalah sama pastinya seperti penderitaan, salib dan kematian. PemuliaanNya adalah sama pastinya seperti perendahanNya. Ini juga berlaku bagi kita.

Roma 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.”.

2Korintus 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.”.

Mengapa demikian? Karena memang apa yang Kristus alami merupakan pola dari apa yang orang-orang percaya akan alami.

1Korintus 15:20-23 - “(20) Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. (21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milikNya pada waktu kedatanganNya.”.

Karena itu, pada saat saudara menderita, dianiaya, dihina, direndahkan oleh karena Kristus, tetaplah setia kepada Tuhan. Pemuliaan / kemuliaan di surga menantikan saudara! Sebaliknya, kalau dalam hidup ini yang saudara cari hanyalah kesenangan-kesenangan dan berkat-berkat duniawi saja, maka tidak akan ada pemuliaan / kemuliaan di surga bagi saudara!

II) Penolakan Petrus terhadap salib / penderitaan Kristus.

Bagian ini tidak ada dalam Injil Lukas, tetapi ada dalam Injil Matius dan Markus.

Matius 16:22-23 - “(22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: ‘Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.’ (23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ‘Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.’”. Bdk. Mark 8:32b-33.

1) Reaksi Petrus.

Dalam Injil Matius / Markus, setelah Yesus Kristus mengucapkan kata-kata ini, maka Petrus menegur Yesus.

Matius 16:22 - “Tetapi Petrus menarik Yesus Kristus ke samping dan menegor Dia, katanya: ‘Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.’”.

IVP Bible Background Commentary: “The New Testament writers took some Old Testament texts as referring to the Messiah’s suffering, but most Jewish people in the first century did not recognize these texts as referring to the Messiah, who was to reign as king. Most Jewish people believed in the resurrection of all the righteous dead at the end of the age and the inauguration of a kingdom under God’s appointed ruler afterward.” [= Penulis-penulisPerjanjian Baru mengerti beberapa text Perjanjian Lama sebagai menunjuk pada penderitaan sang Mesias / Kristus, tetapi kebanyakan orang-orang / bangsa Yahudi pada abad pertama tidak mengenali text-text ini sebagai menunjuk kepada sang Mesias, yang harus memerintah sebagai raja. Kebanyakan orang Yahudi percaya pada kebangkitan dari semua orang benar yang mati pada akhir jaman dan pelantikan dari suatu kerajaan di bawah penguasa yang ditetapkan oleh Allah setelahnya.].

Biarpun dalam Perjanjian Lama memang sudah ada nubuat tentang penderitaan, penyaliban, dan kematian Mesias, tetapi tidak ada nubuat yang menunjukkan bahwa yang akan melakukan semua itu terhadap sang Mesias itu adalah tokoh-tokoh agama yang hidup pada jamanNya, yaitu ahli-ahli Taurat, tua-tua, dan imam-imam kepala.

Calvin (tentang Matius 16:22): “It is a proof of the excessive zeal of Peter, that he reproves his Master; ... so completely are men hurried on and driven headlong by inconsiderate zeal, that they do not hesitate to pass judgment on God himself, according to their own fancy.” [= Ini adalah suatu bukti tentang semangat yang berlebih-lebihan dari Petrus, sehingga ia menegur Tuan / Gurunya; ... begitu orang-orang pergi cepat-cepat dan didorong sepenuhnya oleh semangat yang ceroboh / kurang dipertimbangkan, sehingga mereka tidak ragu-ragu untuk menyampaikan penghakiman pada Allah sendiri, sesuai dengan khayalan mereka sendiri.].

The Biblical Illustrator (tentang Matius 16:22): “In passing from ignorance to knowledge there must be a little contention. This the crucial time - ‘I must speak of My sufferings.’ He enters upon the process. St. Peter spoils it. His rashness would not let him learn. Christian progress meets hindrances from two sources: (1) From the wickedness of the wicked; (2) from the immature goodness of the good.” [= Dalam berpindah dari ketidak-tahuan menuju pengetahuan di sana harus ada sedikit perdebatan / perbantahan. Ini adalah saat yang penting / menentukan - ‘Aku harus berbicara tentang penderitaan-penderitaanKu’. Ia memasuki proses itu. Santo Petrus merusakkannya / membuang-buangnya. kegegabahannya tidak membiarkan dia belajar. Kemajuan Kristen menemui halangan-halangan dari dua sumber: (1) Dari kejahatan dari orang jahat; (2) dari kebaikan yang tidak matang dari orang baik.].

Karena itu, hati-hatilah kalau menerima / mendengar ‘suatu ajaran yang baru’. Hati-hati untuk tidak secara gegabah menerimanya, tetapi juga untuk tidak secara gegabah menolaknya. Semua ajaran baru harus diperiksa benar tidaknya menggunakan Firman Tuhan.

Bible Knowledge Commentary (tentang Matius 16:21-26): “Peter, hearing these words, took the Lord aside and began to rebuke Him. ... Peter could not understand how Jesus could be Messiah and yet die at the hands of the religious leaders. Peter probably was so shocked to hear Jesus speak of His death that he failed to hear Him mention His resurrection.” [= Petrus, setelah mendengar kata-kata ini, menarik Yesus ke samping dan mulai menegur Dia. ... Petrus tidak bisa mengerti bagaimana Yesus bisa adalah Mesias tetapi mati dalam tangan dari pemimpin-pemimpin agamawi. Petrus mungkin begitu kaget mendengar Yesus berbicara tentang kematianNya sehingga ia gagal untuk mendengar Dia menyebutkan kebangkitanNya.].

Penerapan:

a) Pada waktu orang mendengar Injil, ia bisa begitu kaget mendengar bahwa kita bisa selamat HANYA oleh iman, sehingga ia gagal mendengar bahwa kita tetap harus taat sebagai bukti dari iman / keselamatan kita, atau sebagai perwujudan kasih kita kepada Allah.

b) Pada waktu orang mendengar ajaran Reformed tentang penentuan segala sesuatu termasuk dosa, ia bisa menjadi begitu kaget sehingga:

1. Gagal untuk mendengar bahwa semua dosa tetap merupakan tanggung jawab kita yang melakukannya.

2. Gagal untuk mendengar bahwa Reformed tidak mengajarkan bahwa Allah menciptakan dosa.

Karena itu, pada waktu mendengar firman, dengarlah semua sampai selesai!!!

The Bible Exposition Commentary (tentang Matius 16:21-28): “What was Peter’s mistake? He was thinking like a man, for most men want to escape suffering and death. He did not have God’s mind in the matter. Where do we find the mind of God? In the Word of God. Until Peter was filled with the Spirit, he had a tendency to argue with God’s Word. Peter had enough faith to confess that Jesus is the Son of God, but he did not have the faith to believe that it was right for Jesus to suffer and die. Of course, Satan agreed with Peter’s words, for he used the same approach to tempt Jesus in the wilderness (Matt 4:8-10).” [= Apa kesalahan Petrus? Ia sedang berpikir seperti seorang manusia, karena kebanyakan orang ingin lolos dari penderitaan dan kematian. Ia tidak mempunyai pikiran Allah dalam persoalan ini. Dimana kita mendapatkan pikiran Allah? Dalam Firman Allah. Sampai Petrus dipenuhi dengan Roh, ia mempunyai suatu kecenderungan untuk berargumentasi dengan Firman Allah. Petrus mempunyai iman yang cukup untuk mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, tetapi ia tidak mempunyai iman untuk percaya bahwa adalah benar bagi Yesus untuk menderita dan mati. Tentu saja, Iblis setuju dengan kata-kata Petrus, karena ia menggunakan pendekatan yang sama untuk mencobai Yesus di padang gurun (Matius 4:8-10).].

Matius 4:8-10 - “(8) Dan Iblis membawaNya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepadaNya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepadaNya: ‘Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.’ (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

2) Sikap Yesus terhadap reaksi Petrus.

Matius 16:23 - “Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ‘Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.’”.

The Biblical Illustrator (tentang Matius 16:23): “‘Satan:’ - Christ looked for the moment through Peter, and saw behind him His old enemy, cunningly making use of the prejudices and impulsive honesty of the undeveloped apostle. It was the old temptation back again, that was now presented through Peter - the temptation to avoid suffering, persecution, bitter hate, scorn and murder; and instead, to erect a secular throne that would in pomp surmount all other thrones upon the earth. The Saviour’s spirit was roused when He met His old foe in such circumstances, looking from behind the battlements of the loving but disconcerted heart of the chief of the apostles. Hence He spoke decidedly and strongly.” [= ‘Iblis’: - Kristus melihat sejenak melalui Petrus, dan melihat di belakang dia musuh lamaNya, secara licik menggunakan prasangka dan kejujuran yang impulsif dari rasul yang belum berkembang / belum matang. Itu adalah pencobaan lama yang kembali lagi, yang sekarang diberikan melalui Petrus - pencobaan untuk menghindari penderitaan, penganiayaan, kebencian yang pahit, celaan dan pembunuhan; dan alih-alih, mendirikan suatu takhta sekuler yang dalam kemegahan akan melampaui semua takhta lain di bumi. Roh sang Juruselamat dibangkitkan pada waktu Ia menemui musuh lamaNya dalam keadaan seperti itu, melihat dari balik tembok benteng dari hati yang mengasihi tetapi bingung dari kepala rasul-rasul. Maka Ia berbicara secara pasti / jelas dan kuat / keras.].

Bible Knowledge Commentary (tentang Matius 16:21-26): “Peter’s rebuke, however, brought a rebuke from the Lord, for Peter was playing the role of Satan. Jesus directly addressed Satan, who was seeking to use Peter as his instrument. Jesus had previously told Satan to get away from Him (4:10); He now repeated that order. Peter was trying to keep the Lord from dying, but that was a primary reason why Jesus came into the world. Trying to thwart the Crucifixion, as Satan had earlier tried to do (4:8-10), resulted from not thinking from God’s viewpoint.” [= Tetapi teguran Petrus membawa suatu teguran dari Tuhan, karena Petrus sedang memainkan peranan dari Iblis. Yesus secara langsung berbicara kepada Iblis, yang sedang berusaha untuk menggunakan Petrus sebagai alatnya. Sebelumnya Yesus telah memberitahu Iblis untuk pergi / enyah dariNya (4:10); sekarang Ia mengulangi perintah itu. Petrus sedang berusaha untuk menjaga Tuhan dari kematian, tetapi itu adalah alasan utama mengapa Yesus datang ke dalam dunia. Mencoba untuk menghalangi / menggagalkan Penyaliban, seperti yang lebih dulu telah Iblis coba (4:8-10), dihasilkan dari ‘tidak berpikir dari sudut pandang Allah’.].

Catatan: saya tidak percaya bahwa Yesus memang sedang bicara dengan Iblis. Karena kalau demikian ada 2 kemungkinan: 1. Petrus dirasuk Iblis, dan ini mustahil karena tak ada orang percaya bisa dirasuk Iblis. 2. Petrus hanya digoda Iblis, dan adalah aneh kalau Tuhan ‘menengking’ setan / Iblis yang menggoda. Dalam kasus Ia sendiri digodai Iblis, Iblis ditengking bukan karena menggoda, tetapi karena bersikap kurang ajar dalam menyuruh Yesus menyembahnya. Dan hal lain yang harus ditambahkan adalah: dalam kasus Yesus penengkingan bisa dilakukan karena godaannya merupakan godaan yang bersifat supranatural. Dalam kasus Petrus ini, kalau memang ada godaan Iblis, paling-paling ia hanya menggoda secara natural. Dan dalam Alkitab tidak ada godaan natural yang dihadapi dengan penengkingan! Memang banyak orang menengking setan dari gereja pada waktu ada acara gereja, tetapi bagi saya ini merupakan kekonyolan!

Bdk. Yakobus 4:7-8 - “(7) Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (8) Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!”.

Jadi, saya berpendapat bahwa di sini Yesus hanya menyebut Petrus sebagai ‘Iblis’, karena ia berpikir seperti Iblis.

IVP Bible Background Commentary (tentang Mat 16:23): “Jesus identifies Peter with Satan because he speaks the same temptation: the kingdom without the cross (4:9-10).” [= Yesus menyamakan Petrus dengan Iblis karena ia mengucapkan pencobaan yang sama: kerajaan tanpa salib (4:9-10).].

The Biblical Illustrator (tentang Mat 16:23): “Satan now tries to hinder Christ through the blind love of Peter. Is not the Church of Christ often hindered now by pleadings of love, by those who say: ‘This be far from thee. Save thyself.’” [= Sekarang Iblis berusaha mencegah Yesus melalui cinta buta dari Petrus. Tidakkah Gereja Kristus sekarang sering mencegah dengan permohonan kasih, oleh mereka yang berkata: ‘Jauhlah hal ini dari engkau. Selamatkanlah dirimu sendiri’.].

The Biblical Illustrator (tentang Matius 16:23): “‘Satan:’ - Good men often do the devil’s work, though they know it not.” [= ‘Iblis’: - Orang-orang baik sering melakukan pekerjaan setan, sekalipun mereka tidak mengetahuinya.].

Matthew Poole: “Peter, thou thinkest that by this discourse thou showest some kindness unto me, like a friend, but thou art in this an adversary to me; for so the word ‘Satan’ doth signify, and is therefore ordinarily applied to the devil, who is the grand adversary of mankind.” [= Petrus, engkau berpikir bahwa oleh pembicaraan ini engkau menunjukkan suatu kebaikan kepadaKu, seperti seorang sahabat, tetapi dalam hal ini engkau adalah seorang musuh / lawan bagi Aku; karena demikianlah kata ‘Iblis’ berarti, dan karena itu biasanya kata ini diterapkan kepada setan, yang adalah musuh besar / utama dari umat manusia.].

Catatan: kata Satan / SATANAS memang berarti ‘adversary’ [= musuh].

Yesus menghardik Petrus dengan keras. Padahal dikatakan dalam Alkitab bahwa Ia tidak mematahkan buluh yang terkulai dan sebagainya.

Mat 12:20 - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.”. Bdk. Yesaya 42:3.

Lalu, mengapa Ia menghardik Petrus dengan begitu keras?

Calvin: “How comes it that he who so mildly on all occasions guarded against breaking even a bruised reed, (Isaiah 42:3,) thunders so dismally against a chosen disciple? The reason is obvious, that in the person of one man he intended to restrain all from gratifying their own passions. Though the lusts of the flesh, as they resemble wild beasts, are difficult to be restrained, yet there is no beast more furious than the wisdom of the flesh. It is on this account that Christ reproves it so sharply, and bruises it, as it were, with an iron hammer, to teach us that it is only from the word of God that we ought to be wise.” [= Bagaimana bisa terjadi bahwa Ia yang pada semua peristiwa dengan begitu lembut menjaga terhadap putusnya bahkan suatu buluh yang patah terkulai, (Yes 42:3), mengguntur dengan begitu menakutkan terhadap seorang murid pilihan? Alasannya jelas, bahwa dalam diri dari satu orang Ia bermaksud untuk mengekang semua orang dari memuaskan emosi / kasih / nafsu mereka sendiri. Sekalipun nafsu dari daging, karena itu menyerupai binatang liar, sukar untuk dikekang, tetapi di sana tidak ada binatang yang lebih garang dari pada hikmat dari daging. Karena inilah Kristus menegur dengan begitu tajam, dan seakan-akan meremukkannya dengan palu besi, untuk mengajar kita bahwa hanya dari firman Allah kita harus menjadi bijaksana.].

Saya sendiri tidak melihat bagaimana teguran keras bisa dihubungkan dengan memutuskan buluh yang patah terkulai. Pada saat ini Petrus sedang berdosa, tetapi bukan ‘patah terkulai’. Berbeda dengan setelah penyangkalan yang Petrus lakukan, ia pada saat itu memang ‘patah terkulai’. Dan pada saat itu Kristus menangani dia dengan sangat berbeda.

Lukas 22:60-62 - “(60) Tetapi Petrus berkata: ‘Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.’ Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. (61) Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: ‘Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.’ (62) Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.”.

Yohanes 21:15-17 - “(15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’ (16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’ (17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.”.

III) Ajaran Yesus selanjutnya tentang salib / penderitaan bagi orang percaya.

1) Lukas 9: 23: “KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”.

a) Mengapa Yesus Kristus tahu-tahu bicara tentang memikul salib?

Calvin (tentang Matius 16:24): “As Christ saw that Peter had a dread of the cross, and that all the rest were affected in the same way, he enters into a general discourse about bearing the cross, and does not limit his address to the twelve apostles, but lays down the same law for all the godly.” [= Karena Kristus melihat bahwa Petrus mempunyai rasa takut terhadap salib, dan bahwa semua sisanya dipengaruhi dengan cara yang sama, Ia memasuki suatu percakapan umum tentang memikul salib, dan tidak membatasi percakapannya pada 12 rasul, tetapi meletakkan / menentukan hukum yang sama untuk semua orang saleh.].

Matthew Henry: “Concerning their sufferings for him. So far must they be from thinking how to prevent his sufferings that they must rather prepare for their own.” [= Berkenaan dengan penderitaan mereka bagi Dia. Begitu jauh mereka seharusnya dari berpikir bagaimana untuk mencegah penderitaanNya sehingga mereka sebaliknya harus mempersiapkan untuk penderitaan mereka sendiri.].

Bandingkan ini dengan banyak gereja yang ajarannya justru membuang salib, dan menekankan bahwa kalau kita ikut Kristus semua jadi lancar. Semua penyakit pasti sembuh, semua problem pasti beres, kita pasti jadi kaya, dan sebagainya.

b) Perhatikan kata ‘mau’.

Lukas 9: 23: “KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”.

Betul-betul tolol bahwa dari kata ‘mau’ di sini Lenski menganggap bahwa Yesus Kristus tidak mengajarkan Irresistible Grace [= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak]!

Lenski: “‘Christ does not pull his sheep by a rope; in his army are none but volunteers.’ E. Frommel. Jesus knows of no irresistible grace but only of the grace which draws the will and wins it for himself. And this grace excludes no one - TIS is like a blank space into which you are invited to write your name, no matter who you may be.” [= ‘Kristus tidak menarik dombaNya dengan sebuah tali; dalam pasukannya tidak ada orang kecuali sukarelawan’. E. Frommel. Yesus tidak mengenal kasih karunia yang tidak bisa ditolak tetapi hanya kasih karunia yang menarik kemauan / kehendak dan memenangkannya untuk diriNya sendiri. Dan kasih karunia ini tidak mengeluarkan siapapun - kata Yunani TIS (=anyone / siapapun / setiap orang) adalah seperti suatu spasi / tempat kosong ke dalam mana engkau diundang untuk menuliskan namamu, tak peduli siapapun engkau adanya.] - hal 517.

Apakah Yunus pergi ke Niniwe sebagai seorang sukarelawan?

Bagaimana Lot dan keluarganya meninggalkan Sodom?

Kej 19:15-16 - “(15) Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: ‘Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.’ (16) Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana.”.

Bdk. Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

c) Yesus mengatakan kata-kata ini kepada ‘mereka semua’ (Lukas 9: 23).

Lukas 9: 23: “KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”.

Catatan: Kata ‘mereka’ seharusnya tidak ada.

A. T. Robertson: “Jesus wanted all (the multitude with his disciples, as Mark 8:34 has it) to understand the lesson of self-sacrifice. They could not yet understand the full meaning of Christ’s words as applied to his approaching death of which he had been speaking. But certainly the shadow of the cross is already across the path of Jesus as he is here speaking. ... The cross was a familiar figure in Palestine. It was rising before Jesus as his destiny. Each man has his own cross to meet and bear.” [= Yesus ingin semua orang (orang banyak bersama murid-muridNya, seperti Markus 8:34 mempunyainya) untuk mengerti pelajaran dari pengorbanan diri sendiri. Mereka belum bisa mengerti arti sepenuhnya dari kata-kata Kristus seperti yang diterapkan pada kematianNya yang mendekat tentang mana Ia telah berbicara. Tetapi pasti bayangan dari salib sudah melintang di jalan Yesus pada waktu Ia sedang berbicara di sini. ... Salib adalah suatu gambaran yang akrab di Palestina. Itu muncul di depan Yesus sebagai takdirNya. Setiap orang harus menemui dan memikul salibnya sendiri.].

Markus 8:34 - “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-muridNya dan berkata kepada mereka: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”.

Bukan hanya Yesus, tetapi juga orang-orang kristen harus mengalami salib. Tadi dalam Lukas 9: 22 Yesus berkata bahwa Ia sendiri yang akan mengalami salib. Sekarang Ia mengatakan bahwa setiap pengikutNya harus mengalami salib! Ini ciri khas orang kristen sejati! Kalau dalam hidup saudara tidak ada salib, mungkin sekali saudara bukan orang kristen yang sejati!

d) ‘Menyangkal diri’ dan ‘memikul salib’.

Kedua hal ini merupakan 2 hal yang harus dilakukan oleh orang yang mengikut Kristus.

Lukas 9: 23: “KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”.

1. ‘Menyangkal diri’ berarti ‘tidak mencari kesenangan / kemuliaan diri sendiri, tetapi kesenangan / kemuliaan Tuhan’.

Ini tidak berarti bahwa kita lalu tidak mempedulikan kesehatan kita dan sebagainya. Ini berarti bahwa kita tidak lagi berusaha mencari hal-hal yang menyenangkan diri kita sendiri, atau yang mengenakkan diri kita sendiri, tetapi sebaliknya kita akan mencari hal-hal yang menyenangkan Tuhan!

Pertama-tama ini harus diterapkan kepada hamba-hamba Tuhan, yang ‘melayani’ demi kesenangan / kekayaan / kemuliaan dirinya sendiri / gerejanya sendiri! Selanjutnya, ini juga harus diterapkan kepada seadanya orang Kristen, baik dalam hal melayani, maupun dalam hal kehidupan. Yang harus dicari bukan kesenangan / kemuliaan diri sendiri tetapi kesenangan / kemuliaan Tuhan.

Penerapan: pada waktu saudara mempunyai 2 pilihan: yang satu enak / mudah tetapi bertentangan dengan Firman Tuhan, sedangkan yang satunya sukar / berat tetapi sesuai dengan Firman Tuhan, maka yang mana yang saudara pilih? Bandingkan dengan doa Yesus di taman Getsemani.

Leon Morris (Tyndale): “The follower of Jesus must ‘deny himself’ (not just his sins, himself; he cannot be self-centred). There is nothing self-indulgent about being a Christian.” [= Pengikut Yesus harus ‘menyangkal dirinya sendiri’ (bukan hanya dosa-dosanya, dirinya sendiri; ia tidak bisa egois / berpusatkan diri sendiri). Di sana tidak ada sikap memuaskan keinginan sendiri tentang menjadi seorang Kristen.].

2. ‘memikul salib’.

Apa artinya ‘memikul salib’?

Lenski: “It is a mistake to call all our suffering a cross. The wicked have many sorrows (Ps. 32:10) but no crosses. The cross is that suffering alone which results from our faithful connection with Christ (6:22).” [= Merupakan sesuatu yang salah untuk menyebut SEMUA penderitaan kita suatu salib. Orang jahat mempunyai banyak kesedihan (Maz 32:10) tetapi tak ada salib. Salib adalah penderitaan itu saja yang dihasilkan dari hubungan kita yang setia dengan Kristus (6:22).] - hal 518.

Mazmur 32:10 - “Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingiNya dengan kasih setia.”.

KJV: ‘sorrows’ [= kesedihan].

Lukas 6:22 - “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.”.

‘Memikul salib’ berarti ‘menderita demi Tuhan’. Itu bisa terjadi baik karena pelayanan / pemberitaan Injil, maupun ketaatan / kesetiaan kita kepadaNya.

Tetapi sekalipun pelayanan selalu menimbulkan kesukaran / salib, kita justru harus melakukannya DENGAN BAIK, kalau kita ingin menang!

Anonymous: “Life is like a game of tennis; the player who serves well seldom loses.” [= Hidup / Kehidupan itu seperti suatu permainan tenis; pemain yang melakukan servis dengan baik jarang kalah.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 602.

Catatan: Kata ‘serve’ bisa diartikan ‘melayani’, tetapi bisa juga diartikan ‘melakukan servis’. Jadi di sini ada suatu permainan kata. Kalau dalam permainan tenis orang yang melakukan servis dengan baik jarang kalah. Kalau dalam hidup kristen, orang yang melayani dengan baik jarang kalah.

Ada 3 hal yang ingin saya bahas tentang salib / ‘memikul salib’:

a. Salib yang kelihatannya tidak menyenangkan itu, sebetulnya berguna bagi kita. Bandingkan dengan Paulus dengan duri dalam dagingnya.

2Korintus 12:7-10 - “(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

THE CROSS [= SALIB]

“God laid upon my back a grievous load, [= Allah meletakkan di punggungku suatu beban yang menyedihkan,]

A heavy cross to bear along the road. [= Suatu salib yang berat untuk dipikul di sepanjang jalan.]

I staggered on, and lo! one weary day, [= Aku terhuyung-huyung, dan lihatlah! suatu hari yang melelahkan / membosankan,]

An angry lion sprang across my way. [= Seekor singa yang marah meloncat di jalanku.]

I prayed to God, and swift at His command [= Aku berdoa kepada Allah, dan segera atas perintahNya]

The cross became a weapon in my hand [= Salib itu menjadi sebuah senjata di tanganku]

It slew my raging enemy, and then [= Itu membunuh musuhku yang marah / mengamuk, dan lalu]

Became a cross upon my back again. [= Menjadi sebuah salib di punggungku lagi.]

I reached a desert. O’er the burning track [= Aku mencapai suatu padang gurun. Di atas jalan yang membakar]

I persevered, the cross upon my back. [= Aku bertekun, salib pada punggungku.]

No shade was there, and in the cruel sun [= Tidak ada bayang-bayang di sana, dan di terik matahari yang kejam]

I sank at last, and thought my days were done. [= Akhirnya aku jatuh / ambruk, dan berpikir hari-hariku sudah berakhir.]

But lo! the Lord works many a blest surprise - [= Tetapi lihatlah! Tuhan mengerjakan banyak kejutan yang menyenangkan - ]

The cross became a tree before my eyes! [= Salib itu menjadi sebuah pohon di depan mataku!]

I slept; I woke, to feel the strength of ten. [= Aku tidur; aku bangun, merasa kekuatan dari sepuluh orang.]

I found the cross upon my back again. [= Aku mendapati salib itu di punggungku lagi.]

And thus through all my days from then to this, [= Dan demikianlah di sepanjang hari-hariku sejak saat itu sampai sekarang,]

The cross, my burden, has become my bliss. [= Salib, bebanku, telah menjadi kebahagiaanku.]

Nor ever shall I lay the burden down, [= Tidak pernah lagi aku meletakkan / menurunkan bebanku,]

For God some day will make the cross a crown!” [= Karena suatu hari Allah akan membuat / menjadikan salib itu sebuah makhkota!] - ‘Streams in the Desert’, vol 3, February 22.

b. Kita selalu menganggap salib kita terlalu berat, dan kita menginginkan salib orang lain yang kelihatannya lebih ringan. Tetapi Tuhan tahu salib mana yang paling cocok untuk kita.

Fred Bauer: “A story is told about a weary housewife who once complained to God about the weight of her cross. ‘It is simply too much for me to bear.’ she cried. The Lord was sympathetic. ‘Give me your cross,’ He said, ‘and I’ll put it in a sack with all the other crosses people have to carry. Then you can choose another one.’ She readily agreed, but each cross she drew from the bag was too heavy. Finally, near the bottom, she found one much lighter than all the rest. ‘I’ll take this one, Lord,’ she said, satisfied at last. ‘Fine,’ He answered, ‘but you should know that’s the very cross you had before.’” [= Diceritakan sebuah cerita tentang seorang istri / ibu rumah tangga yang satu kali mengeluh kepada Allah tentang beratnya salibnya. ‘Itu jelas terlalu banyak / berat bagiku untuk dipikul’, teriaknya. Tuhan bersimpati. ‘Berikan salibmu kepadaKu’, Ia berkata, ‘dan Aku akan meletakkannya di dalam sebuah karung / kantong bersama dengan semua salib-salib yang lain yang harus dipikul orang-orang. Lalu kamu bisa memilih sebuah salib yang lain’. Ia setuju dengan segera, tetapi setiap salib yang ia tarik dari kantong itu terlalu berat. Akhirnya, dekat dengan dasar dari kantong itu, ia menemukan satu salib yang jauh lebih ringan dari pada semua sisanya. ‘Aku akan mengambil yang ini, Tuhan’, katanya, puas pada akhirnya. ‘Baik’, Ia menjawab, ‘tetapi kamu harus tahu bahwa itu adalah salib yang kamu punyai sebelumnya’.] - ‘Daily Devotional’, (back cover).

c. Tak ada salib, tak ada makhkota!

English Proverb: “No cross, no crown.” [= Tak ada salib, tak ada makhkota.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 143.

Spurgeon: “There are no crown-wearers in heaven who were not cross-bearers here below.” [= Di sana tidak ada pemakai-pemakai makhkota di surga yang dulunya bukan pemikul-pemikul salib di sini di bawah.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 145.

Kedua hal di atas ini (menyangkal diri dan memikul salib) khususnya harus mau dilakukan / dialami oleh orang-orang beragama lain yang mau menjadi orang Kristen. Mereka harus meninggalkan agama lamanya, dan itu mungkin sekali melibatkan pengejekan, pengucilan, penderitaan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan terhadap diri mereka. Tanpa kerelaan untuk menyangkal diri dan memikul salib, mereka tidak mungkin bisa mengikut Yesus.

Tetapi jelas bahwa ini juga berlaku untuk orang-orang kristen lama. Banyak bos / perusahaan mengharuskan pegawai bekerja pada hari Sabat. Kalau saudara bekerja di mall, toko itu dilarang tutup pada hari Minggu. Jadi, peraturan / ketetapan seperti ini mengharuskan orang-orang Kristen untuk melanggar Firman Tuhan. Dan bagi orang Kristen, dalam persoalan seperti ini berlaku Kis 5:29 - “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”. Tetapi kalau kita menolak untuk bekerja pada hari Sabat, tentu bisa ada konsekwensi yang tidak menyenangkan, yaitu dipecat dari pekerjaan! Ini termasuk memikul salib! Beranikah dan maukah saudara memikul salib demi Tuhan?

Matthew Henry: “We must accustom ourselves to all instances of self-denial and patience, v. 23. This is the best preparative for martyrdom. We must live a life of self-denial, mortification, and contempt of the world; we must not indulge our ease and appetite, for then it will be hard to bear toil, and weariness, and want, for Christ. We are daily subject to affliction, and we must accommodate ourselves to it, and acquiesce in the will of God in it, and must learn to endure hardship. We frequently meet with crosses in the way of duty; and, though we must not pull them upon our own heads, yet, when they are laid for us, we must take them up, carry them after Christ, and make the best of them.” [= Kita harus membiasakan diri kita sendiri pada semua kejadian tentang penyangkalan diri dan kesabaran, ay 23. Ini adalah persiapan terbaik untuk kematian syahid. Kita harus menjalani suatu kehidupan dari penyangkalan diri, pematian diri sendiri, dan sikap memandang rendah / hina terhadap dunia; kita tidak boleh memuaskan kenyamanan dan nafsu makan kita, karena jika demikian akan sukar untuk memikul pergumulan / pelayanan yang melelahkan, dan kelelahan, dan kekurangan, demi Kristus. Setiap hari kita menjadi sasaran dari penderitaan, dan kita harus menyesuaikan diri kita sendiri dengannya, dan diam / menerima dalam kehendak Allah di dalamnya, dan harus belajar untuk menahan kesukaran. Kita sering bertemu dengan salib-salib dalam jalan kewajiban; dan sekalipun kita tidak boleh menarik mereka pada kepala kita sendiri, tetapi pada waktu mereka diletakkan bagi kita, kita harus mengambil mereka, memikul mereka di belakang Kristus, dan membuat yang terbaik dari mereka.].

C. H. Spurgeon: “The promise of the old covenant was prosperity, but the promise of the new covenant is adversity.” [= Janji dari perjanjian lama adalah kemakmuran, tetapi janji dari perjanjian baru adalah kesengsaraan.] - ‘Morning and Evening’, Jan 22, evening.

Charles Haddon Spurgeon:

“The path of sorrow, and that path alone,

Leads to the land where sorrow is unknown.”

[= Jalan kesedihan, dan jalan itu saja,

Membimbing ke tanah / negeri dimana kesedihan tidak dikenal.] - ‘Climbing the Heights’, February 27.

e) ‘Setiap hari’.

Lukas 9: 23: “KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”.

Lukas adalah satu-satunya yang memberikan kata ‘setiap hari’! Tetapi kata-kata ‘setiap hari’ (daily) ini diperdebatkan keasliannya, karena banyak manuscripts tak mempunyainya.

Adam Clarke: “‘Daily.’ KATH' HEEMERAN is omitted by many reputable MSS., versions, and fathers. It is not found in the parallel places, Matt. 16:24; Markus 8:34.” [= ‘Setiap hari’. KATH’ HEMERAN dihapuskan oleh banyak manuscript-manuscript yang mempunyai nama baik, versi-versi dan bapa-bapa. Itu tidak ditemukan dalam tempat-tempat paralelnya, Matius 16:24; Mark 8:34.].

Tetapi KJV/RSV/NIV/NASB semua mempunyainya.

Jadi, bukan hanya kadang-kadang, tetapi setiap saat, sejak mulai ikut Kristus sampai mati, kita harus menyangkal diri dan memikul salib.

Leon Morris (Tyndale): “Luke tells us that this is not something that can be finished and got out of the way: it must be done ‘daily’ (cf. 1 Cor. 15:31).” [= Lukas memberitahu kita bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dan keluar dari jalan: itu harus dilakukan setiap hari (bdk. 1Kor 15:31).].

1Korintus 15:31 - “Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.”.

Alangkah enaknya kalau kata-kata ‘setiap hari’ diganti dengan ‘kadang-kadang’, apalagi diganti dengan ‘sehari’! Tetapi itu bukan apa yang Yesus ajarkan!!!

2) Lukas 9: 24: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”.

a) Persoalan bahasa asli Perjanjian Baru dan bahasa yang digunakan Yesus.

Lenski (hal 519) membicarakan perkiraan bahwa dalam faktanya untuk kata ‘nyawa’, Yesus menggunakan kata Ibrani NEPHESH, yang oleh Lukas lalu dituliskan dengan kata Yunani PSUKHE. Tetapi Lenski lalu mengatakan bahwa tak seorangpun tahu apakah Yesus memang menggunakan kata NEPHESH ini. Yang ada pada kita hanyalah kata Yunani PSUKHE, dan kita harus menafsirkan berdasarkan hal ini.

Ingat bahwa bukan kata-kata Yesus yang sesungguhnya Ia ucapkan yang menjadi patokan kita, karena kita tidak mengetahui apa yang Ia katakan. Yang ada pada kita hanyalah tulisan dalam Alkitab (Perjanjian Baru), yang ada dalam bahasa Yunani, dan itu yang harus menjadi patokan kita!

Catatan: kalau orang-orang Yahwehisme katakan bahwa Perjanjian Baru asli itu bahasa Ibrani maka itu adalah suatu penipuan / dusta!!! Tak ada satupun naskah / manuscript Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani. Kalau mereka tunjukkan Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani, itu adalah terjemahan, bukan naskah!!!

Pembahasan seperti ini penting menghadapi kelompok Yahweh-isme yang menganggap bahwa Yesus dalam faktanya berbicara dalam bahasa Ibrani, dan karena itu Ia dianggap pasti menggunakan nama ‘Yahweh’. Kita tidak tahu faktanya. Yang ada pada kita hanyalah Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani sebagai bahasa aslinya, dan di sana tidak ada nama ‘Yahweh’!

Catatan: saya sendiri yakin Yesus tak pernah menggunakan nama YHWH itu, karena seandainya Ia menggunakan, maka para murid pasti tahu bagaimana pengucapan nama itu, dan kalau para murid tahu, maka generasi-generasi orang Kristen selanjutnya pasti juga akan tahu, dan kitapun pasti juga akan tahu. Tetapi kenyataannya, saat ini tak ada orang yang tahu bagaimana pengucapan yang benar dari nama YHWH itu. Memang kalangan Yahwehisme sering bersikap sok tahu, tetapi itu sekedar adalah suatu bualan!

b) Apa arti dari PSUKHE?

I. Howard Marshall: “The word ψυχή (1:46; 2:35; 6:9; et al.) can mean ‘soul’ or ‘life’, and often the two meanings run into each other.” [= Kata ψυχή (PSUKHE) (1:46; 2:35; 6:9; dll.) bisa berarti ‘jiwa’ atau ‘nyawa / hidup / kehidupan’, dan sering kedua arti saling berpapasan / bertemu.]. - ‘The Gospel of Luke’ (Libronix).

c) Ini diucapkan Yesus untuk orang yang tidak mau menyangkal diri, tetapi sebaliknya, hidup untuk dirinya sendiri. Yang mau menyelamatkan nyawa, justru akan kehilangan nyawa.

‘Menyelamatkan nyawa’ berarti mencari aman, tidak mau menghadapi resiko demi Kristus, tidak mau berkorban bagi Kristus. Resiko ini bisa ada dalam bentuk kerugian uang, kehilangan pekerjaan, kehilangan teman, masuk penjara atau bahkan betul-betul kehilangan nyawa. Kalau ketidak-mauan berkorban ini ada secara mutlak, maka ini jelas menunjukkan orang itu adalah orang yang tidak cinta kepada Tuhan sama sekali, dan itu bukan orang Kristen. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan!

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Matius 16:25): “A suffering and dying Messiah liketh you ill; but what if His servants shall meet the same fate? They may not; but who follows Me must be prepared for the worst.” [= Kamu tidak menyenangi Mesias yang menderita dan mati; tetapi bagaimana jika pelayan-pelayanNya akan menemui nasib yang sama? Mereka bisa tidak menemui nasib yang sama; tetapi siapa yang mengikut Aku harus mempersiapkan untuk yang terburuk.].

Pulpit Commentary: “The martyr, then, is the type of the true Christian. Christ (ver. 22) predicts his own fate. And immediately afterwards (ver. 23) he announces to all that whosoever will come after him must, through the gate of suffering, pass into glory; must ‘deny himself, take up his cross daily, and follow him.’ This is the essence of martyrdom. The martyr is not necessarily one who is burned at the stake, or slain by the sword, or left to rot in damp prison-cells; he is one who, in will, surrenders the life to God, and daily bears the cross of Jesus.” [= Jadi, martir adalah model dari orang Kristen yang benar. Kristus (ay 22) meramalkan nasibNya sendiri. Dan langsung setelah itu (Lukas 9: 23) Ia mengumumkan kepada semua bahwa siapapun akan mengikutiNya harus, melalui pintu gerbang penderitaan, masuk ke dalam kemuliaan; harus ‘menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Dia’. Ini adalah hakekat dari kemartiran. Martir tidak harus adalah orang yang dibakar di tiang hukuman, atau dibunuh oleh pedang, atau dibiarkan membusuk dalam ruangan penjara yang lembab; ia adalah orang yang, dalam kemauan, menyerahkan nyawa kepada Allah, dan setiap hari memikul salib Yesus.] - hal 246.

d) ‘Kehilangan nyawanya’.

Kata bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan ‘destroy’ / ‘kill’ [= menghancurkan / membunuh], yang merupakan kebalikan dari ‘menyelamatkan’. Jadi, orang yang ingin menyelamatkan nyawanya, justru menghancurkan / membunuh nyawanya!

e) Perbandingan ‘kehilangan nyawa’ dan ‘menyelamatkan nyawa’.

Lenski: “On the one hand, the gain is only temporal and a delusion whereas the loss is irreparable; on the other hand, the loss is only minor whereas the gain is immense and eternal. We cannot have both, only one of the alternatives can be ours.” [= Di satu sisi, keuntungan hanyalah bersifat sementara dan merupakan suatu tipuan sedangkan kerugian / kehilangannya tidak bisa diperbaiki; di satu sisi, kerugian / kehilangannya hanyalah minor / kecil sedangkan keuntungannya adalah sangat besar dan bersifat kekal. Kita tidak bisa mendapatkan keduanya, hanya satu dari pilihan-pilihan itu bisa menjadi milik kita.] - hal 520.

Norval GeldenHuys (NICNT): “Everyone who tries selfishly to secure for himself pleasure and happiness in life will in fact doom his life to failure - he will never find real joy or full life. He commits spiritual suicide. But he who lays his life upon the altar in the service of Christ, who strives for His honour and for the extension of His kingdom, while keeping self in the background, will spontaneously find true joy and life - here and hereafter.” [= Setiap orang yang mencoba secara egois untuk memastikan bagi dirinya sendiri kesenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan dalam faktanya akan menentukan / memastikan kehidupannya dalam kegagalan - ia tidak akan pernah mendapatkan sukacita yang sejati atau kehidupan yang penuh. Ia melakukan bunuh diri rohani. Tetapi ia yang meletakkan hidupnya di mezbah dalam pelayanan Kristus, yang berjuang untuk kehormatanNya dan untuk perluasan dari KerajaanNya, sambil menjaga dirinya sendiri di latar belakang, akan secara spontan / dengan sendirinya mendapati sukacita yang sejati dan kehdupan - di sini dan selanjutnya / di alam baka.].

f) ‘karena Aku’.

Adanya kata-kata ‘karena Aku’ harus ditekankan. Dalam Markus 8:35 dikatakan “karena Aku dan karena Injil”.

Mark 8:35 - “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”.

Jadi, bukan seadanya orang yang rela / berani kehilangan nyawa yang dipuji dan diberi upah, tetapi hanya yang berani / rela kehilangan nyawa demi Kristus / Injil.

Ada banyak contoh tentang orang yang berani mati demi suatu hal tertentu. Hal tertentu itu ada yang buruk / sangat buruk, dan ada yang baik, tetapi tetap bukan demi / untuk Kristus!

1. Para pemadam kebakaran yang berani kehilangan nyawanya dalam menolong orang. Ingat kasus WTC yang ditabrak pesawat, ribuan anggota pemadam kebakaran mati karena tertimpa gedung yang runtuh itu.

2. Orang-orang Islam extrim yang mau mengorbankan nyawa dengan melakukan pemboman bunuh diri.

3. Tentara Jepang yang melakukan Kamikaze. Mereka rela kehilangan nyawanya, demi negara dan bangsanya.

4. Ada lagi orang-orang yang rela mati demi kesesatan, seperti misalnya Servetus yang dihukum mati pada jaman Calvin.

Pulpit Commentary: “Remember, self-sacrifice may be a power for evil as well as good. The devil’s martyrs far outnumber God’s martyrs. For what is evil, or for ends that are ‘not of the Father, but of the world,’ persons spend themselves with a zeal and persistence which may well put Christians to shame. Self-consecration is not necessarily a Christian virtue. It is the character of the alliance into which the soul enters which makes the virtue. ‘He that loseth his life for my sake the same shall save it.’” [= Ingat, pengorbanan diri sendiri bisa merupakan suatu kekuatan untuk kejahatan maupun untuk kebaikan. Martir-martir setan jauh lebih banyak dari martir-martir Allah. Untuk apa yang adalah jahat, atau untuk tujuan yang ‘bukan dari Bapa, tetapi dari dunia’, orang-orang menghabiskan diri mereka sendiri dengan suatu semangat dan ketekunan yang bisa secara benar memalukan orang-orang Kristen. Pembaktian diri sendiri tidak harus adalah suatu kebaikan / potensi / keberanian Kristen. Itu adalah karakter dari suatu persekutuan ke dalam mana jiwa masuk yang membuat kebaikan / potensi /keberanian itu. ‘Ia yang kehilangan nyawanya demi Aku, orang itu akan menyelamatkannya’.] - hal 247.

Jangan rela / berani kehilangan nyawa demi hal-hal duniawi yang konyol! Tetapi kalau saudara harus kehilangan nyawa demi Kristus / Injil, relalah mengalaminya! Dengan demikian, saudara justru akan menyelamatkan nyawa saudara (mendapat hidup kekal)!

Awas, ini bukan berarti kita selamat / mendapat hidup yang kekal karena rela kehilangan nyawa karena Kristus. Kita selamat / mendapat hidup yang kekal hanya karena iman, tetapi orang yang sungguh-sungguh beriman, harus rela kehilangan nyawa demi Kristus!

g) Kata-kata ini lebih hidup / berarti untuk orang-orang kristen abad 1-3, yang boleh dikatakan menghadapi penganiayaan dan ancaman kematian terus menerus karena Kristus. Tetapi kata-kata ini tetap relevan untuk jaman sekarang.

Matthew Henry: “We must prefer the salvation and happiness of our souls before any secular concern whatsoever.” [= Kita harus lebih memilih keselamatan dan kebahagiaan dari jiwa kita di depan persoalan / kepentingan sekuler apapun.].

3) Lukas 9: 25: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”.

J. C. Ryle: “We learn, for another thing, from our Lord’s words in this passage, the unspeakable value of the soul. A question is asked, which admits of only one answer - ‘What is a man advantaged if he gain the whole world and lose himself, or be cast away?’” [= Kita belajar, untuk suatu hal lain, dari kata-kata Tuhan kita dalam text ini, nilai yang tak terkatakan dari jiwa. Suatu pertanyaan ditanyakan, yang mengijinkan hanya satu jawaban - ‘Apa gunanya / untungnya seseorang jika ia mendapatkan seluruh dunia dan kehilangan dirinya sendiri, atau dibuang?’] - ‘Luke’ (Libronix).

J. C. Ryle: “The possession of the whole world, and all that it contains, would never make a man happy. Its pleasures are false and deceptive. Its riches, rank, and honors, have no power to satisfy the heart. So long as we have not got them they glitter, and sparkle, and seem desirable. The moment we have them we find that they are empty bubbles, and cannot make us feel content. And, worst of all, when we possess this world’s good things, to the utmost bound of our desire, we cannot keep them. Death comes in and separates us from all our property forever. Naked we came upon earth, and naked we go forth, and of all our possessions we can carry nothing with us. Such is the world, which occupies the whole attention of thousands! Such is the world, for the sake of which millions are every year destroying their souls! The loss of the soul is the heaviest loss that can befall a man. The worst and most painful of diseases - the most distressing bankruptcy of fortune - the most disastrous shipwrecks - are a mere scratch of a pin compared to the loss of a soul. All other losses are bearable, or but for a short time, but the loss of the soul is for evermore. It is to lose God, and Christ, and heaven, and glory, and happiness, to all eternity. It is to be cast away forever, helpless and hopeless in hell! What are we doing ourselves? Are we losing our souls? Are we, by wilful neglect or by open sin - by sheer carelessness and idleness, or deliberate breach of God’s law - compassing our own destruction? These questions demand an answer. The plain account of many professing Christians is this, that they are daily sinning against the sixth commandment. They are murdering their own souls!” [= Kepemilikan dari seluruh dunia, dan semua yang tercakup di dalamnya, tidak akan pernah membuat seseorang bahagia. Kesenangan-kesenangannya adalah palsu dan bersifat menipu. Kekayaannya, kedudukannya, kehormatannya, tidak mempunyai kuasa untuk memuaskan hati. Selama kita tidak / belum mendapatkan mereka, mereka gemerlapan dan berkilau, dan kelihatannya menarik. Pada saat kita mendapatkan / memiliki mereka kita mendapati bahwa mereka adalah gelembung-gelembung yang kosong, dan tidak bisa membuat kita merasa puas. Dan, yang terburuk dari semua, pada waktu kita memiliki hal-hal baik dari dunia ini, sampai pada batasan tertinggi dari keinginan kita, kita tidak bisa mempertahankan / terus memiliki mereka. Kematian datang dan memisahkan kita dari semua milik kita selama-lamanya. Dengan telanjang kita datang ke dalam dunia, dan dengan telanjang kita meninggalkannya, dan dari semua milik kita, kita tidak bisa membawa apapun bersama kita. Demikianlah dunia ini, yang mengambil seluruh perhatian dari ribuan orang! Demikianlah dunia ini, demi siapa / apa jutaan orang setiap hari menghancurkan jiwa mereka! Kehilangan jiwa adalah kehilangan terberat yang bisa menimpa seseorang. Penyakit yang paling buruk dan paling menyakitkan - kebangkrutan yang paling menyedihkan - kecelakaan kapal yang paling mendatangkan malapetaka - adalah semata-mata suatu goresan dari sebuah benda tajam yang kecil dibandingkan dengan kehilangan dari suatu jiwa. Itu berarti kehilangan Allah, dan Kristus, dan surga, dan kemuliaan, dan kebahagiaan, sampai seluruh kekekalan. Itu berarti dibuang selama-lamanya, tak berdaya dan tanpa pengharapan dalam neraka! Apa yang kita sendiri sedang lakukan? Apakah kita sedang kehilangan jiwa kita? Apakah kita, oleh pengabaian yang disengaja atau oleh dosa yang terbuka - oleh kecerobohan dan kemalasan belaka, atau pelanggaran sengaja dari hukum Allah - sedang mengusahakan kehancuran kita sendiri? Pertanyaan-pertanyaan ini menuntut suatu jawaban. Pernyataan yang jelas tentang banyak orang-orang yang mengaku Kristen adalah ini, bahwa mereka setiap hari sedang berdosa terhadap hukum keenam. Mereka sedang membunuh jiwa mereka sendiri!] - ‘Luke’ (Libronix).

The Bible Exposition Commentary: “If a person owned the whole world, he would still be too poor to buy back a lost life.” [= Seandainya seseorang memiliki seluruh dunia, ia tetap akan terlalu miskin untuk membeli kembali suatu jiwa yang terhilang.].

Barnes’ Notes (tentang Matius 16:26): “if the soul is lost, nothing can be given in exchange for it, or that it can never afterward be saved. There is no redemption in hell.” [= jika jiwa hilang, tak ada apapun bisa diberikan dalam pertukaran untuknya, atau bahwa jiwa itu tidak pernah bisa diselamatkan setelahnya. Di sana tidak ada penebusan dalam neraka.].

4) Lukas 9: 26: “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”.

a) “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu,”.

‘Malu karena Aku’ sangat memungkinkan khususnya untuk orang-orang Yahudi pada saat itu. Mengapa? Karena orang-orang Yahudi mempunyai pandangan bahwa Mesias akan datang sebagai raja duniawi yang penuh dengan kemegahan, dan akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Kalau orang-orang Yahudi tertentu, seperti para murid Yesus, mempercayai Yesus sebagai Mesias, maka ini bisa menyebabkan mereka diejek, karena mereka mempunyai Mesias yang hina, yang sama sekali berbeda dengan Mesias yang diharapkan oleh orang-orang Yahudi.

J. C. Ryle: “There are many ways of being ashamed of Christ. We are guilty of it whenever we are afraid of letting men know that we love His doctrines, His precepts, His people, and His ordinances. We are guilty of it when ever we allow the fear of man to prevail over us, and to keep us back from letting others see that we are decided Christians. Whenever we act in this way, we are denying our Master, and committing a great sin. The wickedness of being ashamed of Christ is very great. It is a proof of unbelief. It shows that we care more for the praise of men whom we can see, than that of God whom we cannot see. It is a proof of ingratitude. It shows that we fear confessing Him before man who was not ashamed to die for us upon the cross. Wretched indeed are they who give way to this sin. Here, in this world, they are always miserable. A bad conscience robs them of peace. In the world to come they can look for no comfort. In the day of judgment they must expect to be disowned by Christ to all eternity, if they will not confess Christ for a few years upon earth.” [= Ada banyak cara untuk malu karena Kristus. Kita bersalah tentangnya kapanpun kita takut untuk membiarkan orang-orang tahu bahwa kita mencintai ajaran-ajaranNya, perintah-perintahNya, umatNya, dan peraturan-peraturanNya. Kita bersalah tentangnya kapanpun kita mengijinkan rasa takut manusia mengalahkan kita, dan menahan kita untuk membiarkan orang-orang lain melihat bahwa kita adalah orang-orang Kristen yang tak akan berubah. Kapanpun kita bertindak dengan cara ini, kita sedang menyangkal Tuan / Guru kita, dan sedang melakukan suatu dosa besar. Kejahatan tentang menjadi malu karena Kristus adalah sangat besar. Itu merupakan suatu bukti dari ketidak-percayaan. Itu menunjukkan bahwa kita lebih peduli untuk pujian manusia yang bisa kita lihat, dari pada pujian dari Allah yang tidak bisa kita lihat. Itu merupakan suatu bukti dari rasa tidak tahu terima kasih. Itu menunjukkan bahwa kita takut mengakui di depan manusia Dia, yang tidak malu untuk mati bagi kita di atas kayu salib. Memang sangat buruk mereka yang menyerah pada dosa ini. Di sini, di dunia ini, mereka selalu sengsara. Suatu hati nurani yang buruk merampok damai mereka. Dalam dunia yang akan datang mereka tidak bisa melihat penghiburan. Pada hari penghakiman mereka harus mengharapkan untuk disangkal oleh Kristus sampai pada kekekalan, jika mereka tidak mau mengakui Kristus untuk beberapa tahun di bumi.] - ‘Luke’ (Libronix).

J. C. Ryle: “Let us resolve never to be ashamed of Christ. Of sin and worldliness we may well be ashamed. Of Christ and His cause we have no right to be ashamed at all. Boldness in Christ’s service always brings its own reward. The boldest Christian is always the happiest man.” [= Hendaklah kita memutuskan untuk tidak pernah malu karena Kristus. Tentang dosa dan keduniawian kita bisa secara benar malu. Tentang Kristus dan perkaraNya kita tidak mempunyai hak untuk malu sama sekali. Keberanian dalam pelayanan Kristus selalu membawa pahalanya sendiri. Orang Kristen yang paling berani selalu adalah orang yang paling bahagia.] - ‘Luke’ (Libronix).

b) “Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”.

Bandingkan Lukas 9: 26 ini dengan ayat paralelnya dalam Matius 16:27 - “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan BapaNya diiringi malaikat-malaikatNya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”.

1. Ayat-ayat ini jelas membicarakan kedatangan Yesus yang keduakalinya.

Dalam menyangkal diri / memikul salib, penting bagi kita untuk memandang ke depan pada kedatangan Yesus yang keduakalinya!

2. ‘Ia akan membalas’.

KJV/NIV: ‘he shall / will reward’ [= Ia akan memberi upah].

Ini menunjuk kepada:

a. Pahala.

Ini tergantung perbuatan kita. Kita selamat atau tidak, memang hanya tergantung pada apakah kita beriman atau tidak. Tetapi pahala / tingkat di surga tergantung kehidupan, ketaatan dan pelayanan kita! Tetapi bagaimanapun harus kita ingat bahwa kalau kita bisa taat, melayani Tuhan dsb, itu semua karena kasih karunia Tuhan. Jadi sebetulnya kita tetap tidak layak untuk menerima pahala. Itu tetap merupakan anugerah dari Tuhan!

b. Hukuman.

Ada yang menganggap bahwa ayat ini hanya menunjuk pada pahala saja, tetapi ada juga yang menganggap bahwa ayat ini menunjuk baik pada pahala maupun pada hukuman.

Norval GeldenHuys (NICNT): “Even though Jesus is to enter upon the way of suffering and death, as recently predicted by Him, He proclaims just as clearly that He will eventually be revealed in glory with the Father and the holy heavenly beings as final Conqueror, and will appear as the divine Judge of the World (cf. Dan. 7:13 and Matt. 26:64). Then He, the Glorified One, will decide the eternal destiny of all; and those who have rejected Him through love of the world or of their own honour, their own convenience or anything else, will receive eternal condemnation as their self-chosen portion. From Jesus they can expect nothing but the sorrowful words: ‘I never knew you.’” [= Sekalipun Yesus akan masuk pada jaman penderitaan dan kematian, seperti yang baru saja Ia ramalkan, Ia memberitakan dengan sama jelasnya bahwa akhirnya Ia akan dinyatakan dalam kemuliaan dengan Bapa dan makhluk-makhluk surgawi yang kudus sebagai Pemenang akhir, dan akan muncul sebagai Hakim ilahi dari Dunia (bdk. Dan 7:13 dan Mat 26:64). Maka Ia, Orang Yang Dimuliakan, akan memutuskan nasib kekal dari semua; dan mereka yang telah menolak Dia melalui cinta kepada dunia atau kehormatan mereka sendiri, kesenangan / kenyamanan mereka sendiri atau apapun yang lain, akan menerima penghukuman sebagai bagian yang mereka pilih sendiri. Dari Yesus mereka tidak bisa mengharapkan apapun kecuali kata-kata yang menyedihkan: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’.].

Daniel 7:13-14 - “(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya. (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”.

Matius 26:64 - “Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’”.

c) Hubungan Lukas 9: 23,24,25,26.

Lukas 9: 23-26: “(23) KataNya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (24) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. (25) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (26) Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaanNya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.”.

Jelas ada hubungan yang sangat dekat antara ‘tidak malu karena Yesus dan FirmanNya’ dan ‘memikul salib’ dalam Lukas 9: 23, dan juga dengan ‘kehilangan nyawanya’ dalam ay 24. Kelihatannya kontext menunjukkan bahwa kalau kita malu karena Yesus dan FirmanNya, maka kita akan terhindar dari pemikulan salib (Lukas 9: 23), dan kalau kita ‘menyelamatkan nyawa kita’ (Lukas 9: 24a), maka kita bisa mendapat seluruh dunia / menjadi kaya (ay 25). Tetapi kerugiannya adalah ‘kita sesungguhnya kehilangan nyawa’ (Lukas 9: 24), kita membinasakan / merugikan diri sendiri (Lukas 9: 25), dan Anak Manusia akan malu terhadap diri kita pada kedatanganNya yang keduakalinya nanti (Lukas 9: 26). Timbanglah sendiri, antara keuntungan dan kerugiannya, dan putuskanlah yang mana yang akan saudara ikuti.

5) Lukas 9: 27: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.’”.

a) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati”.

KJV: ‘which shall not taste of death,’ [= yang tidak akan mengecap / merasakan kematian,].

Vincent: “‘Taste of death.’ The word taste, in the sense of experience, is often used in Classical Greek; as, to taste of ‘toils, of sorrow, of freedom,’ but never of ‘death.’ The phrase, ‘taste of death,’ is common in Rabbinical writings. In the New Testament only here and Heb 2:9, used of Christ.” [= ‘Mengecap / mengalami kematian’. Kata ‘mengecap’, dalam arti pengalaman, sering digunakan dalam Yunani klasik; seperti, mengecap ‘pertempuran / pekerjaan berat, kesedihan, kebebasan /kemerdekaan’, tetapi tidak pernah ‘kematian’. Ungkapan ‘mengecap kematian’ umum dalam tulisan-tulisan rabi-rabi. Dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan Ibr 2:9, digunakan tentang Kristus.].

Ibrani 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”.

KJV: ‘taste death’ [= mengecap / mengalami kematian].

b) “sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.’”.

Mat 16:28b - “sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.’”.

Mark 9:1b - “sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.’”.

1. Berbeda dengan Lukas 9: 26, Lukas 9: 27 pasti tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya! Mengapa? Karena kalau ayat ini diartikan menunjuk pada kedatangan yang keduakalinya, itu berarti bahwa kata-kata Yesus ternyata tidak tergenapi.


Apakah kalau kita mengatakan seperti ini kita hanya mencocok-cocokkan Alkitab? Ada 2 jawaban yang saya berikan:

a. Orang yang mempercayai Alkitab memang harus menafsir dengan menyesuaikan dengan ayat-ayat lain, supaya semua menjadi harmonis. Orang-orang yang anti Alkitab, melakukan sebaliknya, mereka menafsir sedemikian rupa sehingga terjadi sebanyak mungkin kontradiksi!

William G. T. Shedd: “One or the other view of the Scriptures must be adopted; either that they were originally inerrant and infallible, or that they were originally errant and fallible. The first view is that of the church in all ages: the last is that of the rationalist in all ages. He who adopts the first view, will naturally bend all his efforts to eliminate the errors of copyists and harmonize discrepancies, and thereby bring the existing manuscripts nearer to the original autographs. By this process, the errors and discrepancies gradually diminish, and belief in the infallibility of Scripture is strengthened. He who adopts the second view, will naturally bend all his efforts to perpetuate the mistakes of scribes, and exaggerate and establish discrepancies. By this process, the errors and discrepancies gradually increase, and disbelief in the infallibility of Scripture is strengthened.” [= Salah satu dari pandangan-pandangan tentang Kitab Suci ini harus diterima; atau Kitab Suci orisinilnya itu tidak bersalah, atau Kitab Suci orisinilnya itu bersalah. Pandangan pertama adalah pandangan dari gereja dalam segala jaman: pandangan yang terakhir adalah pandangan dari para rasionalis dalam segala jaman. Ia yang menerima pandangan pertama, secara alamiah akan berusaha untuk menyingkirkan kesalahan-kesalahan dari para penyalin dan mengharmoniskan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian, dan dengan itu membawa manuscript itu lebih dekat kepada autograph yang orisinil. Melalui proses ini, kesalahan-kesalahan dan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian berkurang secara bertahap, dan kepercayaan terhadap ketidakbersalahan Kitab Suci dikuatkan. Ia yang menerima pandangan yang kedua, secara alamiah akan berusaha untuk mengabadikan / menghidupkan terus-menerus kesalahan-kesalahan dari ahli-ahli Taurat / para penyalin, dan melebih-lebihkan dan meneguhkan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian itu. Melalui proses ini, kesalahan-kesalahan dan ketidaksesuaian-ketidaksesuaian bertambah secara bertahap, dan ketidak-percayaan kepada ketidakbersalahan Kitab Suci dikuatkan.] - ‘Calvinism: Pure and Mixed’, hal 137.

E. J. Young: “It is perfectly true that if we begin with the assumption that God exists and that the Bible is His Word, we shall wish to be guided in all our study by what the Scripture says. It is equally true that if we reject this foundational presupposition of Christianity we shall arrive at results which are hostile to supernatural Christianity. If one begins with the presuppo-sitions of unbelief, he will end with unbelief’s conclusions. If at the start we have denied that the Bible is God’s Word of if we have, whether consciously or not, modified the claims of the Scriptures, we shall come to a position which is consonant with our starting point. He who begins with the assumption that the words of the Scriptures contain error will never, if he is consistent, come to the point of view that the Scripture is the infallible Word of the one living and eternal God. He will rather conclude with a position that is consonant with his starting point. If one begins with man, he will end with man. All who study the Bible must be influenced by their foundational presuppositions.” [= Adalah sesuatu yang benar bahwa jika kita mulai dengan anggapan bahwa Allah ada dan bahwa Alkitab adalah FirmanNya, kita akan ingin untuk dipimpin dalam seluruh pelajaran kita oleh apa yang Kitab Suci katakan. Juga adalah sesuatu yang sama benarnya bahwa jika kita menolak anggapan dasar dari kekristenan ini, maka kita akan sampai pada hasil yang bermusuhan terhadap kekristenan yang bersifat supranatural. Jika seseorang mulai dengan anggapan dari orang yang tidak percaya, ia akan berakhir dengan kesimpulan dari orang yang tidak percaya. Jika sejak awal kita telah menolak bahwa Alkitab adalah Firman Allah, atau jika kita, secara sadar atau tidak, mengubah claim / tuntutan dari Kitab Suci, kita akan sampai pada suatu posisi yang sesuai dengan titik awal kita. Ia yang mulai dengan anggapan bahwa kata-kata dari Kitab Suci mengandung kesalahan tidak akan pernah, jika ia konsisten, sampai pada pandangan bahwa Kitab Suci adalah Firman yang tak bersalah dari Allah yang hidup dan kekal. Sebaliknya ia akan menyimpulkan dengan suatu posisi yang sesuai dengan titik awalnya. Jika seseorang mulai dengan manusia, ia akan berakhir dengan manusia. Semua yang mempelajari Alkitab pasti dipengaruhi oleh anggapan dasarnya.] - ‘Thy Word Is Truth’, hal 187.

b. Ada argumentasi yang sangat kuat untuk mendukung bahwa kata-kata ini tidak menunjuk pada PAROUSIA / kedatangan Kristus yang keduakalinya.

Leon Morris (Tyndale): “it is not clear what the coming of the kingdom of God means in this context. Some maintain that Jesus is referring to the PAROUSIA and that he was mistaken. But this does not fit the language used. If some will not die ‘before’ (or ‘until’, as GNB heōs an) the event in question, the implication seems to be that they will die after it, which is impossible of the PAROUSIA.” [= tidak jelas apa arti ‘kedatangan kerajaan Allah’ dalam kontext ini. Sebagian mempertahankan bahwa Yesus sedang menunjuk pada PAROUSIA dan bahwa Ia salah. Tetapi ini tidak cocok dengan bahasa / kata-kata yang digunakan. Jika beberapa / sebagian tidak akan mati ‘sebelum’ (atau ‘sampai’, seperti GNB HEOS AN) peristiwa yang dipertanyakan, secara implicit kelihatannya adalah bahwa mereka akan mati setelahnya, yang adalah mustahil tentang PAROUSIA.].

Norval GeldenHuys (NICNT): “Nor yet did He mean His coming and the Final Judgment, for the words ‘of a truth … shall in no wise taste of death till …’ might imply that the few who will see the revelation of the divine dominion, will nevertheless still die, and this cannot happen any more after His coming.” [= Juga Ia tidak memaksudkan kedatanganNya dan Penghakiman Akhir, karena kata-kata ‘sesungguhnya ... tidak akan mengecap / merasakan kematian sampai ...’ secara implicit bisa menunjukkan bahwa beberapa orang yang akan melihat penyataan / wahyu tentang penguasaan ilahi, bagaimanapun akan mati, dan ini tidak bisa terjadi setelah kedatanganNya.].

2. Karena kedatangan Yesus yang keduakalinya ‘masih lama’, maka Yesus memberikan sesuatu bagi mereka supaya mereka bisa ‘mencicipi’ berkat dan kemuliaan yang akan dialami pada saat Yesus datang keduakalinya. ‘Icip-icip’ itu berupa: ada di antara mereka yang tidak akan mati sebelum melihat Yesus datang sebagai raja dalam kerajaanNya.

Persoalannya: apa arti dari kata-kata ‘melihat kerajaan Allah’ itu? Ada bermacam-macam penafsiran:

a. Kata-kata itu menunjuk pada ‘transfigurasi’ (pemuliaan / perubahan bentuk / rupa) yang terjadi dalam Lukas 9:28-36 (persis text setelah text yang sedang kita bahas).

Orang-orang yang menerima pandangan ini beralasan bahwa dalam ketiga kitab Injil (Matius, Markus, Lukas), kata-kata Yesus dalam Lukas 9: 27 langsung disusul dengan cerita tentang ‘transfigurasi’(perubahan bentuk / rupa yang dialami Yesus).

J. C. Ryle: “These words are interpreted two ways. Some think that they mean ‘They shall not die till they see the Church of Christ established and settled on earth.’ This is a very unsatisfactory explanation. The right view appears to be that which connects the verse with the transfiguration, and regards the glorious vision of the kingdom, which the transfiguration supplied, as the fulfilment of the promise of the verse. This is the view of Jerome, Hilary, Chrysostom, Theophylact, and many more.” [= Kata-kata ini ditafsirkan dengan dua cara. Sebagian orang berpikir bahwa kata-kata itu berarti ‘Mereka tidak akan mati sampai mereka melihat Gereja Kristus ditegakkan / didirikan dan diteguhkan di bumi’. Ini adalah suatu penjelasan yang sangat tidak memuaskan. Pandangan yang benar kelihatannya adalah pandangan yang menghubungkan ayat itu dengan transfigurasi (perubahan bentuk / rupa), dan menghormati penglihatan kerajaan yang mulia, yang diberikan oleh transfigurasi, sebagai penggenapan dari janji dari ayat ini. Ini adalah pandangan dari Jerome, Hilary, Chrysostom, Theophylact dan banyak lagi.] - ‘Luke’ (Libronix).

Bible Knowledge Commentary (tentang Mat 16:28): “The explanation is found in the following event, the transfiguration (17:1-8).” [= Penjelasannya ditemukan dalam peristiwa yang mengikutinya, transfigurasi / perubahan bentuk / rupa (17:1-8).].

The Bible Exposition Commentary (tentang Mat 16:28): “This statement would be fulfilled within a week on the Mount of Transfiguration, described in the next chapter.” [= Pernyataan ini akan digenapi dalam satu minggu pada Gunung dari Transfigurasi / perubahan bentuk / rupa, digambarkan dalam pasal selanjutnya.].

Wilmington’s Bible Handbook (tentang Mat 16:28): “16:28 probably refers to the Transfiguration (17:1-2).” [= 16:28 mungkin menunjuk pada transfigurasi (17:1-2).].

Keberatan: sangat aneh bahwa banyak penafsir mengambil pandangan ini padahal transfigurasi (perubahan bentuk / rupa) itu terjadi hanya sekitar 1 minggu (bdk. Mat 17:1 Luk 9:28) setelah Yesus mengucapkan kata-kata ini. Dari kata-kata Yesus dalam Lukas 9: 27 ini yang mengatakan ‘di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum ...’ secara implicit bisa disimpulkan bahwa di antara mereka pasti sudah banyak, bahkan mayoritas dari mereka, yang mati, barulah peristiwa itu terjadi. Jadi, rasanya mustahil kalau itu menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi hanya sekitar 1 minggu setelah itu.

Knox Chamblin menambahkan bahwa peristiwa transfigurasi itu juga tidak mungkin disebut sebagai ‘kedatangan’ Yesus!

b. Penglihatan Yohanes di pulau Patmos (Wahyu 1:9-16).

Saya pernah membaca ada pandangan ini tetapi saya tak bisa menemukan siapa yang mempunyai pandangan ini. Mungkin ada yang memberikan pandangan-pandangan yang ada, dan salah satunya adalah pandangan ini, sekalipun orang itu sendiri tak menyetujuinya.

Keberatan: saat ini mungkin hanya rasul Yohanes yang tertinggal / masih hidup di antara mereka. Tetapi keberatannya tetap ada, yaitu bisakah penglihatan seperti itu disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai raja dalam kerajaanNya’?

c. Kematian, kebangkitan, kenaikan Yesus ke surga, dan turunnya Roh Kudus. Ada yang menambahkan pemberitaan Injil kepada dunia / bangsa-bangsa lain.

Calvin (tentang Mat 16:28): “By the ‘coming of the kingdom of God’ we are to understand the manifestation of heavenly glory, which Christ began to make at his resurrection, and which he afterwards made more fully by sending the Holy Spirit, and by the performance of miracles; for by those beginnings he gave his people a taste of the newness of the heavenly life, when they perceived, by certain and undoubted proofs, that he was sitting at the right hand of the Father.” [= Dengan ‘kedatangan dari kerajaan Allah’ kita harus mengerti manifestasi dari kemuliaan surgawi, yang Kristus mulai buat pada kebangkitanNya, dan yang belakangan Ia buat dengan lebih penuh dengan mengirimkan Roh Kudus dan dengan pelaksanaan dari mujijat-mujijat; karena oleh permulaan-permulaan itu Ia memberi umatNya suatu cicipan dari pembaharuan dari kehidupan surgawi, pada waktu mereka mengerti, oleh bukti-bukti yang pasti dan tak diragukan, bahwa Ia sedang duduk di sebelah kanan Bapa.].

BACA JUGA: IMPLIKASI PRAKTIS PENYERTAAN KRISTUS DALAM HADAPI MASA SULIT (FILIPI 4:4-7)

William Hendriksen: “Clearly verses 26 and 27 belong together. If verse 26 has reference to a great happening in the history of redemption, namely, Christ’s second coming, verse 27 cannot very well indicate an event entirely different in character. ... In a statement both startling and significant - hence, ‘I tell you truly’ (cf. 12:44 and 21:32) - Jesus regards the entire state of exaltation, from his resurrection to his second coming, as a unit. In verse 26 he refers to its final consummation; in verse 27, to its beginning. He is saying that some of those whom he is addressing (see verse 23) are going to be witnesses of that beginning. They are going to see ‘the kingdom of God’; that is, they are going to be witnesses of its powerful manifestation, its coming ‘with power’ (Mark 9:1). The reference is in all probability to Christ’s glorious resurrection, an act of power (John 10:18b; Rom. 1:4; I Cor. 6:14), his return in the Spirit on the day of Pentecost, when Christ’s followers would receive power (Acts 1:8), and in close connection with that event, Messiah’s coronation in heaven, his exaltation to ‘the Father’s right hand … far above every principality and authority and power’ (Eph. 1:20, 21).” [= Jelas Lukas 9: 26 dan Lukas 9: 27 harus bersama-sama. Jika ay 26 mempunyai hubungan dengan suatu kejadian yang besar dalam sejarah penebusan, yaitu kedatangan Kristus yang keduakalinya, Lukas 9: 27 tidak bisa dengan benar menunjukkan suatu peristiwa yang sepenuhnya berbeda dalam karakternya. ... Dalam suatu pernyataan yang mengejutkan dan penting - karena itu, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya’ (bdk. 12:44 dan 21:32) - Yesus menganggap seluruh keadaan pemuliaan, dari kebangkitanNya sampai pada kedatanganNya yang kedua, sebagai satu kesatuan. Dalam Lukas 9: 26 Ia menunjuk pada perwujudan / penyempurnaan akhirnya; dalam Lukas 9: 27, pada permulaannya. Ia sedang berkata bahwa beberapa dari mereka kepada siapa Ia berbicara (lihat Lukas 9: 23) akan menjadi saksi-saksi dari permulaan itu. Mereka akan melihat ‘kerajaan Allah’; artinya, mereka akan menjadi saksi-saksi dari manifestasinya yang hebat, kedatangannya ‘dengan kuasa’ (Markus 9:1). Ini paling mungkin berhubungan dengan kebangkitan yang mulia dari Kristus, suatu tindakan kuasa (Yoh 10:18b; Roma 1:4; 1Korintus 6:14), kedatanganNya kembali dalam diri Roh pada hari Pentakosta, pada waktu para pengikut Kristus akan menerima kuasa (Kis 1:8), dan dalam hubungan yang dekat dengan peristiwa itu, penobatan / pemahkotaan Mesias di surga, pemuliaanNya di ‘sebelah kanan Bapa ... jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan’ (Efesus 1:20,21).] - hal 501.

Bdk. Markus 9:1 - “KataNya lagi kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.’”.

Matthew Henry: “They saw the kingdom of God when the Spirit was poured out, when the gospel was preached to all the world and nations were brought to Christ by it; they saw the kingdom of God triumph over the Gentile nations in their conversion, and over the Jewish nation in its destruction.” [= Mereka melihat kerajaan Allah pada waktu Roh dicurahkan, pada waktu injil diberitakan kepada seluruh dunia dan bangsa-bangsa dibawa kepada Kristus olehnya; mereka melihat kerajaan Allah menang atas bangsa-bangsa non Yahudi dalam pertobatan mereka, dan atas bangsa Yahudi dalam penghancurannya.].

Barnes’ Notes (tentang Matius 16:28): “To encourage them, he assured them that, though his kingdom was now obscure and despised - though he was cast out and little known - yet the time was near when he would be regarded in a different manner, and his kingdom be established with great power. This cannot refer to the end of the world, and there is no need of referring it to the destruction of Jerusalem. ... The meaning evidently is, ‘till they shall see my kingdom,’ i.e., my church, now small, feeble, and despised, greatly enlarged, established, and spreading with great rapidity and extent. All this was accomplished. All these apostles, except Judas, lived to see the wonders of the day of Pentecost; some of them, John particularly, saw the Jewish nation scattered, the temple destroyed, the gospel established in Asia, Rome, Greece, and in a large part of the known world.” [= Untuk menguatkan hati mereka, Ia meyakinkan mereka bahwa sekalipun kerajaanNya sekarang kabur dan dihina / direndahkan - sekalipun Ia dibuang dan tak dikenal - tetapi saatnya sudah dekat pada waktu Ia akan dipandang dengan suatu cara yang berbeda, dan kerajaanNya akan diteguhkan dengan kuasa yang besar. Ini tidak bisa menunjuk pada akhir dari dunia, dan di sana tidak ada kebutuhan untuk menunjukkannya pada kehancuran Yerusalem. ... Artinya jelas adalah, ‘sampai mereka akan melihat kerajaanKu’, yaitu gerejaKu, sekarang kecil, lemah, dan dihina, sangat diperbesar, diteguhkan dan menyebar dengan kecepatan dan keluasan yang besar. Semua ini tercapai / tergenapi. Semua rasul-rasul ini, kecuali Yudas, hidup untuk melihat keajaiban-keajaiban pada hari Pentakosta; beberapa dari mereka, khususnya Yohanes, melihat bangsa Yahudi tersebar, Bait Suci dihancurkan, injil diteguhkan di Asia, Roma, Yunani, dan di bagian besar dari dunia yang dikenal.].

Catatan: agak aneh kalau di atas Barnes mengatakan ini tidak menunjuk pada kehancuran Yerusalem, tetapi di bawah ia mengatakan itu termasuk.

Keberatan: sekalipun peristiwa kematian Yesus - Pentakosta terjadi lebih kurang ½ tahun setelah Yesus mengucapkan Lukas 9:27 / Matius 16:28, dan pada saat itu memang sudah ada yang mati (yaitu Yudas Iskariot), tetapi yang mati baru satu, sehingga rasanya tetap tidak cocok dengan Lukas 9:27 / Mat 16:28 yang secara implicit menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka sudah mati, baru peristiwa itu akan terjadi.

Tetapi bagaimanapun, ini merupakan pandangan dari mayoritas penafsir. Dan karena beberapa penafsir menggabungkan penginjilan kepada semua bangsa ke dalam pandangan ini, maka pandangan ini memang memungkinkan.

d. Kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M.

Keberatan: peristiwa ini memang terjadi kurang lebih 40 tahun setelah Yesus mengucapkan Lukas 9:27 / Matius 16:28, sehingga saat itu sudah banyak dari mereka yang mati. Tetapi bisakah kehancuran Yerusalem disebut sebagai ‘kedatangan Anak Manusia sebagai Raja dalam kerajaanNya’?

Norval GeldenHuys (NICNT): “The Saviour declares with emphasis that some of those who are listening to Him at that moment, will yet see a mighty revelation of the kingly rule of God before they die. Note that the Lord says there will only be ‘some’. So this means that most of His hearers will already be dead before that special revelation of the divine rule in action. From this it follows that the Saviour does not mean His resurrection or ascension, or the outpouring of the Holy Ghost, for all this took place within a few months. Nor yet did He mean His coming and the Final Judgment, for the words ‘of a truth … shall in no wise taste of death till …’ might imply that the few who will see the revelation of the divine dominion, will nevertheless still die, and this cannot happen any more after His coming. So the Lord referred to a special event which would take place during a period when the generation then living was at the point of passing away. And there was precisely such an event - the destruction of Jerusalem and the downfall of the Jewish national existence in Palestine in A.D. 70 (about forty years after Jesus’ words were uttered). In an unparalleled manner God revealed His kingly dominion over the unbelieving Jewish nation in that execution of judgment. ... Indeed, the execution of this judgment upon the Jewish people was so terrible that the Saviour, who had foreseen all this only too clearly, saw in it a foreshadowing of the Final Judgment at His coming (cf. the prophetic address in Matthew 24, Mark 13, Luke 21).” [= Sang Juruselamat menyatakan dengan penekanan bahwa beberapa dari mereka yang sedang mendengar Dia pada saat itu, akan melihat suatu penyataan / wahyu yang hebat tentang pemerintahan kerajaan dari Allah sebelum mereka mati. Perhatikan bahwa Tuhan berkata di sana hanya akan ada ‘beberapa’. Jadi, ini berarti bahwa kebanyakan dari para pendengarNya akan sudah mati sebelum penyataan / wahyu khusus tentang pemerintahan ilahi itu terjadi. Akibatnya sang Juruselamat tidak memaksudkan kebangkitan atau kenaikanNya, atau pencurahan Roh Kudus, karena semua ini terjadi dalam beberapa bulan. Juga Ia tidak memaksudkan kedatanganNya dan Penghakiman Akhir, karena kata-kata ‘sesungguhnya ... tidak akan mengecap / merasakan kematian sampai ...’ secara implicit bisa menunjukkan bahwa beberapa orang yang akan melihat penyataan / wahyu tentang penguasaan ilahi, bagaimanapun akan mati, dan ini tidak bisa terjadi setelah kedatanganNya. Jadi Tuhan menunjuk pada suatu peristiwa khusus yang akan terjadi pada suatu masa dimana generasi yang hidup pada saat itu mau mati. Dan di sana ada suatu peristiwa yang persis seperti itu - penghancuran Yerusalem dan kejatuhan dari keberadaan bangsa Yahudi di Palestina pada tahun 70 M. (sekitar 40 tahun setelah kata-kata Yesus diucapkan). Dengan suatu cara yang tak ada bandingannya Allah menyatakan penguasaan kerajaanNya atas bangsa Yahudi yang tidak percaya dalam pelaksanaan penghakiman itu. ... Memang, pelaksanaan dari penghakiman atas bangsa Yahudi ini begitu mengerikan sehingga sang Juruselamat, yang telah melihat lebih dulu semua ini dengan begitu jelas, melihat di dalamnya suatu bayangan lebih dulu dari Penghakiman Akhir pada kedatanganNya (bdk. kata-kata nubuatan dalam Mat 24, Mark 13, Lukas 21).].

Catatan: kalau kita melihat nubuat Yesus dalam Mat 24, Markus 13, Lukas 21, maka memang kata-kata dalam nubuat itu sebagian menunjuk pada penghancuran Yerusalem tahun 70 M. dan sebagian menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, dan kadang-kadang menunjuk pada keduanya. Jadi, memang sangat mungkin untuk mengatakan bahwa penghancuran Yerusalem ini merupakan bayangan lebih dulu dari Penghakiman Akhir pada saat kedatangan Kristus yang keduakalinya.

Norval GeldenHuys (NICNT): “Just as surely as Jesus’ words in connection with the judgment of the Jewish people were fulfilled, so surely will His words with regard to the Final Judgment at His second coming be fulfilled.” [= Sama pastinya seperti kata-kata Yesus berhubungan dengan penghakiman dari bangsa Yahudi digenapi, begitu juga pastinya kata-kataNya berkenaan dengan Penghakiman Akhir pada kedatanganNya yang kedua akan digenapi.].

Kesimpulan: sukar untuk menentukan pandangan yang benar dalam hal ini! Bagi saya pandangan c. atau d. adalah yang paling memungkinkan.

Kesimpulan / Penutup.

Yesus menubuatkan kematian dan kebangkitanNya, juga memberitakan bahwa para pengikutNya harus memikul salib, menyangkal diri dan sebagainya. Semua ini menunjukkan bahwa mengikut Yesus itu berat. Tetapi Ia mengakhiri kontext ini dengan memberikan janji tentang kedatanganNya yang keduakalinya, dan juga cicipan tentang hal itu. Biarlah kita mengikut Dia / tetap mengikut Dia, sambil mengarahkan mata pada kedatanganNya yang keduakalinya! Kiranya Tuhan memberkati saudara sekalian.

-AMIN-
Next Post Previous Post