KEPEMIMPINAN KRISTEN MENURUT ALKITAB (YESUS DAN MUSA)

KEPEMIMPINAN KRISTEN MENURUT ALKITAB (YESUS DAN MUSA)
Alkitab juga mempunyai model kepemimpinannya sendiri. Model kepemimpinan ini dapat kita jumpai dalam bagian Alkitab yaitu perjanjian lama dan perjanjian baru. keduanya mempunyai corak yang berbeda, PL dengan model teokratis dan PB dengan sentriesnya adalah pelayanan Yesus. 

KEPEMIMPINAN PERJANJIAN LAMA

Model kepemimpinan dalam Alkitab Perjanjian Lama didasarkan pada Alkitab Ibrani atau bagian Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ada sejumlah model yaitu: nabi, hakim, raja dan imam. Model kepemimpinan dalam Perjanjian Lama pada awalnya yaitu zaman Musa identik dengan kepemimpinan para nabi. 

Hal ini dikarenakan adanya peran yang penting dari seorang nabi dalam umat Israel. Peranan tersebut dapat dilihat melalui pemaknaan dari sosok nabi itu sendiri. Haag mengartikan nabi dalam Alkitab sebagai berikut:"Melihat dalam akar kata Yunaninya yaitu profetes maka nabi dapat diartikan sebagai seorang penyalur perintah dari Tuhan." 

Bagi Haag nabi dapat dikatakan sebagai jabatan. Nabi secara langsung menjadi seorang pemimpin sebab ia harus menyuarakan suara Tuhan kepada umat Israel sekaligus mengarahkan mereka seturut dengan perintah Tuhan. Setiap nabi memiliki model kepemimpinan yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh konteks yang berbeda yang dihadapi oleh nabi tersebut. Pada umumnya konteks itu menyangkut pergumulan umat Israel. Upaya, aksi dan sikap nabi dalam menjalankan tugasnya di tengah konteks itu adalah gambaran dari model kepemimpinan dari nabi itu. 

Selain dari pada kepemimpinan yang dinampakkan oleh para nabi dapat dilihat juga model kepemimpinan dari raja-raja Israel. Contoh dari mereka adalah raja Saul, Daud, Salomo, Hizkia dll. Ranoh dalam tulisannya memperlihatkan bahwa sebagian besar model yang dinampakan oleh raja-raja tersebut adalah model kepemimpinan kharismatik. 

Kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang karena kharisma yang ada dalam dirinya maka orang lain mau mengikutinya. Para pemimpin model ini memiliki penampilan yang selalu mempesona dan memukau para pengikut maupun orang lain yang ada di sekitarnya. Demikian hal yang dimiliki oleh seorang raja-raja Israel saat itu dikarenakan oleh kharisma seorang raja maka banyak orang mengikutinya. 

KEPEMIMPINAN PERJANJIAN BARU 

Model kepemimpinan dalam Perjanjian Baru didasarkan pada bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Dalam Perjanjian Baru model kepemimpinan tidak hanya dominan ditampakkan oleh pelayan Tuhan (misalnya para rasul) tetapi juga ditampakkan oleh orang-orang yang memiliki status dalam masyarakat (misalnya raja, orang-orang Farisi dan Saduki).

Kata ‘pemimpin’ dalam bahasa Yunani diterjemahkan dari kata benda: hodegos (=pemimpin, penuntun, pembimbing). Dalam bentuk kata kerja dipakai kata: hodegein (memimpin, menuntun, membimbing). Dalam Perjanjian Baru kata hodegos dan hodegein dipakai secara bervariasi. Pada satu pihak kedua kata itu dipakai dalam pengertian yang negatif. Namun di pihak lain, kedua kata itu juga dipakai dalam arti yang positif. Penulis Injil Yohanes menyatakan bahwa apabila Roh Kebenaran itu datang Ia memimpin (hodegesei) kamu ke dalam seluruh kebenaran, Yohanes. 16:13). 

Dari pemakaiannya itu maka nyata bahwa kata kerja: memimpin, menuntun, membimbing, memiliki beberapa arti antara lain: menunjukkan jalan terutama berjalan di depan, menuntun, membimbing, mengambil langkah awal, mempengaruhi orang dengan pandangan dan tindakan, memprakasai, bertindak lebih dahulu, memelopori, mengarahkan pikiran atau mendapat, menggerakkan orang lain dengan pengaruhnya, dll. 

PEMIMPIN YANG MENGUBAH KOMUNITAS . 

Pemimpin yang benar-benar berhasil adalah pemimpin yang menghasilkan dampak bagi komunitasnya. Tentunya dampak yang diharapkan dari sebuah kepemimpinan adalah dampak yang positif. Dalam hal ini kita berbicara tentang dampak itu adalah dampak yang mengubah komunitas. Dari pernyataan itu juga dapat kita ketahui bahwa pemimpin diharapkan memberi dampak yang baik yaitu mengubah komunitas, dari komunitas atau organisasi yang mempuyai kekurangan menjadi organisasi yang sempurna. 

Dampak perubahan inilah yang diharapkan dengan adanya pemimpin. seperti bangsa ini juga mempunyai pengharapan yang seperti itu. Setiap pergantian pemimpin, bangsa ini selalu berharap bahwa pemimpin mendatang akan dapat membawa perubahan, membawa dampak yang positif bagi bangsa ini, menuju bangsa Indonesia yang maju dan sejahtera. 

Tetntunya untuk suatu tujuan yang besar yang seperti ini dibutuhkan lebih dari kepemimpinan yang biasa dan pemimpin yang biasa. Harus ada kepemimpinan yang luarbiasa dan juga pemimpin yang luar biasa untuk dapat memberi dampak dan membuat perubahan dalam sebuah komunitas. 

Ada banyak hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang ingin membuat dan memberi dampak bagi komunitas, terlebih lagi bagi pemimpin Kristen dalam komunitas gereja, harus ada banyak hal Alkitabiah yang harus dimiliki. Harus ada sesuatu yang lebih yang harus dimiliki bagi seorang pemimpin (pemimpin Kristen) yang ingin memberi dampak dan membuat perubahan dalam komunitasnya. 

Perubahan menrupakan suatu hal yang tidak disukai kebanyakan manusia. mengapa demikian, karena banyak orang sudah terbuai dengan kenyaman yang ada padanya. Realita menunjukkan bahwa manusia membenci perubahan. namun disadari atau tidakharus diakui bahwa perubahan adala sumber dari kemajuan. Tentunya perubahan yang kita bicarakan adalah perubahan dari hal negative menuju hal positive. 

Mengapa kita harus berubah? Kita harus selalu berubah kearah yang lebih baik supaya kehidupan kita semakin baik. organisasi pun perlu perubahan didalamnya. Sering kita jumpai bahwa ada organisasi yang penuh dengan masalah dan dari dulu tidak ada perubahan didalamnya. Dalam kondisi yang seperti inilah dibutuhkan perubahan dalam organisasi untuk membawa organisasi menuju kearah yang lebih baik. 

Memang bukan merupakan hal yang mudah bagi kita untuk membuat perubahan kalau kita sudah ada didalam yona aman kita tetapi perubahan itu perlu untuk membawa kedalam kesuksesan kepemimpinan kita. tokoh-tokoh dalam Alkitab juga membawa dampak dan perubahan dalam kepemimpinannya sebut saja Musa, dia membawa perubahan dalam hal mental kepada orang Israel. Bukan hal yang mudah bagi Musa untuk membawa perubahan bagi orang Israel, dibutuhkan hal-hal kusus untuk membawa perubahaan bagi mereka. 

Yesus Kristus pun demikian. Dia membawa perubahan didalam hati dan diri murid-murid, terlebih dia juga membawa perubahan didalam adat dan istiadal Yahudi yang membuat diri-Nya mengalami penolakan. Selalu ada resiko didalam setiap perubahan. tetapi jika kita berhasil maka kita akan menecap hasil dari perubahan yang ada. Pada bagian ini kita akan melihat dua tokoh pemimpin fenomenal dalam Alkitab itu, bagaimana mereka memimpin dan membuat perubahan. 

1. Musa 

BAGAIMANA MUSA MEMIMPIN 

Tentunya keberhasilan Musa dalam memimpin bangsa Israel bukan semata-mata karena kecakapan Musa dalam memimpin, tetapi ada Allah yang senangtiasa membantu Musa dalam memimpin bangsa Israel. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Musa pribadi mempunyai kecakapan tersendiri dalam memimpin bangsa Israel. 

Selain cakap dalam memimpin, dia juga mempunyai karakter yang baik yang sangat membantu dalam kepemimpinannya menghadapi bangsa Israel yang tegar tengkuk. Perpaduan antara karakter dengan model kepemimpinan yang dimiliki Musa membuatnya berhasil memimpin bangsa Israel. Lalu mengapa Musa dikatakan mampu mengubah bangsa Israel? Perubahan yang bagaimanakah yang dia buat diantara bangsa Israel? 

Musa berhasil mengubah mentalitas budak yang dimiliki bangsa Israel. Meskipun perjuangan untuk membebaskan bangsa Israel dari mentalitas budak sangatlah sulit tetapi nyatanya Musa berhasil memberi rasa percaya kepada bangsa Israel untuk bangsa itu bebas dari perbudakan (Keluaran 4:31). 

Perubahan selanjutnya yang di buat oleh Musa adalah dia membuat system organisasi yang baik diantara bangsa Israel. Atas nasihat Yitro, meretuanya dia membuat perubahan ditubuh organisasi bangsa itu, dengan dia memberi otoritas kepada hakim-hakim untuk menhhakimi bangsa itu (keluaran 18 :13-27). Minimal perubahan yang seperti itulah yang saya dapatkan dari kepemimpinan Musa. 

Satu hal penting yang mebuat musa berhasil dalam kepemimpinannya adalah dia mendasarkan kepemimpinan yang dilakuknnya berdasarkan panggilan Allah. Seperti yang sudah kita singgung diatas bahwa pemimpina Kristen adalah seorang yang telah dipanggil oleh Allah sebagai pemimpin. Musa adalah pemimpin Kristen, dia mendapatkan panggilan untuk memimpin bangsa itu ketika pristiwa horeb (Keluaran 3:1 – 4:17). 

Ini merupakan suatu kunci sukses yang dimiliki Musa. Mengapa panggilan itu sangat penting bangi pemimpin Kristen? Karena melalui panggilan itu kita mendapat restu sekaligus mandate dari Allah. Tanpa sebuah panggilan kepemimpinan yang kita lakukan bukanlah kepemimpinan Kristen. Panggilan merupakan suatu pembeda antara kepemimpnian Kristen dengan kepemimpinan biasa. Jadi, bahwa kunci keberhasilan dan perubahan yang dimiliki Musa adalah karena Musa berjalan atas dasar panggilan Tuhan. 

Diatas disinggung juga bahwa kunci keberhasilan Musa adalah perpaduan antara karakter dengan model kepemimpinannya. Lalu karakter apa yang dimiliki Musa? 

A. Sabar 

Dalam memimpin bangsa Israel, mulai dari akan keluar dari Mesir, dalam perjalanan ke kanaan hinga sampai di kanaan, satu hal yang dapat kita pahami, bahwa Musa mempunyai karakter kesabaran ekstra. Bagaimana tidak, Tuhan sendiri dalam firman-Nys mengatakan “Lagi firman TUHAN kepada Musa:”Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah bagsa yang tegar tengkuk.” ”(Keluaran 32:9) tegar tnegkuk mempunyai arti susah di atur, tidak mau mendengar orang lain. Bayangkan sampai Tuhan sendiri mengakui bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. 

Dalam upaya pembebasan bangsa Israel yang pertama, yaitu ketika pertama kali Musa menghadap Firaun, bangsa ini sudah menunjukan tanda-tanda tegar tengkuknya dengan mengatakan “…Kiranya Tuhan memperhatikan perbuatanmu dan menghukum kamu, karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami”(Keluaran 5:21). 

Juga pristiwa di Masa dan Meriba. Ketika orang Israel merasa kehausan, dengan gampangnya mereka mengatakan : “mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” (Keluaran 17:3) dan masih ada pristiwa lain yang menguji kesabaran Musa. Dan ajaibnya Musa memiliki kesabaran yang tinggi untuk mengatasi bangsa Israel. Kesabaran yang dimimliki Musa membuatnya berhasil dalam memimpin bangsa itu. Seandainya Musa tidak mempunyai kesabaran yang ekstra, saya tidak yakin Musa berhasil memimpin bangsa yang tegar tengkuk itu. 

B. Keintiman kepada Allah. 

Sebagai seorang pemimpin, Musa mempunyai kesadaran bahwa dia tidak dapat melakukan tugasnya dengan kekuatannya sendiri. Maka dari itu Musa selalu dekat kepada Tuhan dan menyerahkan segala masalah-masalah yang di hadapi kepada Tuhan. Bahkan, karena keintiman yang kuat dengan Tuhan, di katakan dalam Keluaran 33:11 bahwa Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka, seperti seorang teman. 

Keintiman merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh pemimpin Kristen. Dengan banyaknya kesibukan, pelayanan, pekerjaan, apakah pemimpin Kristen masih dapat merasakan keintiman bersama Tuhan. 

Allah menghargai persahabatan yang intim dan benar. Model persahabatan yang intim inilah yang dipakai oleh Musa dalam membangun kehidupan spiritualitasnya. Musa memposisikan dirinya sebagai sahabat Tuhan, demikian pula Tuhan, Dia memposisikan diri-Nya kepada Musa juga sebagai sahabat. Persekutuan Musa dengan Tuhan adalah persekutuan yang tidak berhingga dimana tidak ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak ada sesuatu yang terselubung. 

Masih banyak lagi karakter baik yang dimiliki oleh musa yang membuatnya berhasil dalam memimpin bangsa Israel. 

Dalam kepemimpinannya musa menerapkan prinsip yang diajarkan Yitro kepadanya. Ia (Musa) mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan menetapkan management terapan sesuai dengan nasihat Yitro. Naishat-nasihat Yitro masih relevan untuk diterapkan dalam pelajaran kepemimpinan sampai masa kini. Berikut adalah beberapa prinsip penting yang diwariskan Yitro. 

· Bertindaklah bijaksana. 

· Kerjakan prioritas. (Keluaran 18: 19-22) 

· Delegasikan otoritas. 

· Pimpinlah jalannya organisasi. 

Dan musa menerapkan model kepemimpinan yang Yitro ajarkan kepadanya. Selain itu musa juga selalu menyerahkan segala permasalahan yang dialami kepada Tuhan. Hal-hal ini lah yang dimiliki oleh Musa sehingga dia berhasil dalam membawa perubahan bagi bangsanya. 

2. Yesus Kristus. 

YESUS, KEPEMIMPINAN YANG CHAORDIC 

Sebuah buku yang berjudul “Cara Yesus Memimpin” yang dikarang oleh Gray Goodell, mengatakan bahwa Yesus memimpin dengan gaya Chaordic. Chaordic (kacau tapi teratur ) adalah sikap seorang, organisasi,komunitas, atau system mandiri manapun yang secara harmonis mencampurkan karakteristik keteraturan dengan kekacauan. 

Dari segi kebahasaan sendiri kacau dan teratur sendiri memiliki arti yang berlawanan. Tetapi yang dimaksud kacau tetapi teratur adalah melangkah dalam kekacauan orang lain untu meneladankan, membimbing, dan mudah-mudahan membantu membawakan atau membentuk keteraturan. 

Jadi yang Yesus lakukan sebagai pepmimpin adalah turun dari jabatan seorang pemimpin dan mau menyela dalam kekacauan murid-murid pada waktu itu. Gaya kepemimpinan ini jelas sanggat berbeda dengan adat dan tradisi pada saat itu. Dan perubahan inilah yang Tuhan bawa di tengah muridnya dan ditengah tradisinya. Inti dari kepemimpinan yang Tuhan kerjakan adalah berusaha merobohkan dinding yang ada antara Tuan dengan hamba, imam dengan orang awam, dan atasan dengan bawahan. 

Dalam masa pelayanan-Nya, Yesus memberikan pesan yang paling keras kepada para pemimpin agama pada waktu itu, yang mana mereka jelas-jelas hidup dalam eksklusivisme religious, dan menjauhkan diri dari umat, sehingga hal inilah yang membuat hati Yesus sedih karena umat-Nya seperti domba tanpa gembala (Markus 6:34). Dalam kepemimpinan-Nya, yesus jauh dari sikap egosentris dan eksklusivisme, dan yang dia lakukan justru dia berani turun dan berada diantara orang-orang. 

Sejak awal, Yesus meneladankan cara memimpin yang Chaordic, berada diantara, (berani turun dan membaur), bukan memimpin di ruang atau tempat yang tinggi. Dia yang adalah Allah mau ber-inkarnasi sebagai tindakan merendahkan diri dengan rela (2 korintus 8:9) dan mengosongkan diri (kenosis) (Flp 2), turun dari surga dan mau bergabung, mau hidup diantara umat manusia. 

Bagi saya, gaya kepemimpinan yang seperti inilah yang mampu membawa perubahan pada waktu itu dan sampai dengan saat ini. Yesus yang mau mengajar di tepi danau, di atas bukit dan berbaur dengan masyarakat membuat dampak yang luar biasa pada jamannya sehingga makin banyak orang-orang menerima berita sukacita. 

Gereja akan menjadi berkembang jika para pemimpinnya mempunyai gaya kepemimpinan seperti Yesus, dan bukan hanya duduk di konsisturi dan berdiri dimimbar, tetapi mau menyelami kehidupan dan hidup diantara jemaat. Namun sayangnya, banyak hamba Tuhan yang sudah memiliki ribuan jemaat dan yang belum memiliki banyak jemaat mengalami kesulitan dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang Yesus lakukan. 

Saya pribadi bersyukur karena bangsa ini memiliki gaya kepemimpinan yang hampir sama dengan Tuhan Yesus, dengan gaya kepemimpinan yang berani turun dan berani berada diantara masyarakat. Saya yakin apa yang dikerjakan presiden kita dengan gaya kepemimpinannya akan menimbulkan dampak yang besar bagi rakyat Indonesia.

PENUTUP /KESIMPULAN 

Dalam hal ini kita belajar dari 2 tokoh Alkitab yang terkenal dengan kepemimpinannya yang menghasilkan dampak bagi komunitasnya yaitu Musa dan Yesus Kristus. Musa yang memimpin atas dasar panggilan dan penyertaan Tuhan membuatnya berhsil dalam kepemimpinannyamemimpin bangsa Israel, meskipun dia sendiri tidak masuk ke tanah perjanjian. 

Karakter baik yang ada padanya memudahkan dia dalam memimpin bangsa itu. Juga kita belajar dari Tuhan Yesus dengan gaya kepemimpinannya yang Chaordic, yang mau turun dan mengerti kondisi sebenarnya disekitarnya. Dengan gaya kepemimpinan-Nya, banyak dampak dan perubahan yang Dia buat semasa pelayanan-Nya didunia. 

Kedua tokoh ini meneladankan kepada kita, calon pemimpin masa depan untuk dapat menjadi dampak dam membawa perubahan yang baik didalam komunitas yang akan kita pimpin suatu saat nanti kelak. Musa mengajar kepada kita untuk berjalan atas dasar panggilan dan penyertaan TUHAN, dan Yesus sendiri mengajar kepada kita untuk kita dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan-Nya. Dua hal itu adalah suatu kunci bagi kita untuk membuat/ memberi dampak dan perubahan kepada komunitas kita. KEPEMIMPINAN KRISTEN MENURUT ALKITAB (YESUS DAN MUSA).
Next Post Previous Post