SURAT FILEMON (KAJIAN MODEL KEPEMIMPINAN PAULUS)

SURAT FILEMON (KAJIAN MODEL KEPEMIMPINAN PAULUS)
Pendahuluan.

Di dalam surat Paulus kepada Filemon ini,  terlihat ada 3 (tiga) tujuan Paulus menulis surat ini. 

Pertama, Paulus ini menulis dengan tujuan menunjukan kepada pembaca bagaimana Paulus menggunakan otoritas kerasulan dan dorongan pastoralnya.

Ke dua: Paulus menulis surat ini dengan tujuan mengurus persoalan khusus tentang hambanya Filemon yaitu Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan diri dapat dihukum mati, Paulus tidak mau hal itu terjadi kepada Onesimus maka Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon dan memohon kepada Filemon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah bukan lagi sebagai budak melainkan teman seiman dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana Filemon akan menerima Paulus sendiri.  

Ini menunjukan bagaimana kekristenan menjadikan budak dan pemilik budak, kaya dan miskin, menjadi saudara dan saudari! Kebenaran ini akan, pada waktunya, secara radikal mengubah kekaisaran Romawi. 

Ke tiga, Paulus menulis surat ini dengan tujuan menunjukakan keyakinan Paulus bahwa Paulus akan dibebaskan dari penjara Roma dan kembali ke Asia Kecil.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa tujuan surat Filemon ini yaitu mengajak pembaca untuk menggunakan otoritas kerasulan dan dorongan pastoralnya seperti Rasul Paulus dan menunjukan bagaimana kekristenan menjadikan budak dan pemilik budak, kaya dan miskin, menjadi saudara dan saudari bukan dengan kekerasan atau dengan membedakan orang yang rendah dan orang yang memiliki kedudukan tinggi atau melakukan tindakan-tindakan jahat yang lain.

KAJIAN EKSEGESE SURAT FILEMON

Dalam bagian ini penulis mengeksegese beberapa kata penting untuk mendapatkan kajian yang mendalam sehingga dapat memahami model kepemimpinan Paulus berdasarkan surat Filemon.

Frase “Kebebasan Penuh”

Frase “kebebasan penuh” dalam bahasa aslinya memakai kata παρρησια (parrhesia) dari kata benda parrhsi,an (parresia) dengan kasus (noun accusative feminine singular), yaitu kata benda yang bersifat menuduh dan bentuk tunggal feminim,. yang memiliki arti yaitu kebebasan dan keberanian.  Sedangkan dalam KJV kata saya mempunyai kebebasan penuh memakai kata “I could be bold” artinya yaitu saya mempunyai keberanian (saya berani). Sedangkan dalam BIS kata kebebasan penuh memakai kata bisa saja. Kata kebebasan dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti keadaan bebas, kemerdekaan.

Dapat diartikan bahwa frase kebebasan penuh ini merupakan kata benda yang digunakan oleh Paulus untuk menyatakan kepada Filemon bahwa sesungguhnya Paulus memiliki kebebasan dan keberanian atau otoritas sebagai wakil Kristus yang berkuasa.

Paulus memiliki otoritas dihadapan sesama manusia ataupun Tuhan, untuk memberikan perintah tentang apapun juga kepada Filemon. Tetapi dia tidak menggunakan hal demikian, melainkan menggunakan kepemimpinan kasih dengan berbicara kepada Filemon sebagai teman/sahabat.

Paulus mempergunakan kepada kepemimpinan atau hak kerasulannya hanya sebagai cara untuk mengingatkan bahwa ada otoritasnya untuk menegaskan perintah kepada Filemon agar melaksanakan apa yang Paulus inginkan. Akan tetapi Paulus lebih memilih mengajukan permintaan berdasarkan kasih.  Paulus mau Filemon menyadari dan merenungkan nasihat yang diberikannya.

Jadi seorang pemimpin yang baik tidak menggunakan otoritas yang diberikan Allah kepadanya untuk memerintah sewenang-wenang atau memerintah sesuka hati, melainkan mengajukan permintaan kepada seseorang berdasarkan kasih.

Kata “Memerintahkan”

Kata memerintahkan dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti yaitu memberikan perintah, menyuruh melakukan sesautu.  Dalam bahasa Yunani kata memerintahkan memakai kata evpita,ssein dari kata dasar evpita,ssw. Dari kasus (verb infinitive present active). Kasus ini merupakan kata kerja yang bersifat terus menerus dilakukan. Memiliki arti memesan, dan memerintahkan. Dalam NIV kata memerintahkan memakai kata “orde” yang memiliki arti berkesan.

Dari konteks secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa “evpita,ssein” merupakan suatu perintah dari seseorang yang memiliki posisi lebih tinggi. Disini Paulus menjelaskan bahwa sesaui dengan wibawa apostolis yang Paulus miliki, Paulus sebenarnya dapat memberi petunjuk pada Filemon untuk melakukan apa yang harus Filemon lakukan tetapi, Paulus mengajukan permohonannya seungguh-sungguh secara pribadi. Paulus tidak mengambil sikap otoriter sekalipun sebenarnya Paulus memiliki kebebasan untuk melakukan apa saja.

Rainer menjelaskan bahwa dengan cara yang sangat baik Paulus menekankan kepada Filemon untuk melaksanakan kewajiban yang diberikan kepada setiap orang Kristen terkhusus kepada Filemon dan juga Onesimus.

Paulus telah mengajarkan sikap seorang pemimpin yang baik kepada Filemon. Paulus telah mengajarkan sikap hidup orang percaya kepada Tuhan bahwa sekalipun memiliki kebebasan penuh di dalam Tuhan, orang percaya tidak boleh memerintah sesuka hati atau memaksa seseorang untuk melakukan hal dengan sewenang-wenang. Paulus mengajarkan orang percaya untuk memerintah dengan kasih yaitu dengan cara memohon agar seseorang melakukan hal yang benar.

Hal yang sangat menarik yang disampaikan Tu’u ia mengatakan bahwa “mengajar itu tidaklah hanya melakukan dengan kata-kata yang lancar dan fasih seperti seorang guru di dalam kelas. Mengajar dapat dilakukan dengan cara hidup, cara berbuat, cara berprilaku. Pengajaran yang paling kuat serta besar pengaruhnya adalah pengajaran melalui contoh atau teladan hidup.

Jadi menjadi seorang pemimpin yang baik tidak hanya memerintah sewenang- wenangnya atau mengajar sesuka hatinya tetapi juga dengan teladan hidup yang baik, rendah hati, atau mengampuni dan memiliki belaskasihan kepada sesama.

Frase “Aku memintanya”

Kata meminta dalam kamus bahasa Indonesia memiliki arti yaitu: memohon.

Dalam bahasa Yunani frase “aku memintanya” parakalw/. (parakalo). Dari kasus verb indicative present active orang pertama tunggal. Kasus ini menandakan sifat yang terus menerus dilakukan. Yang memiliki arti yaitu meminta dan memohon. Dalam KJV kata meminta memakai kata “appeal” artinya mendekati, memohon. Dapat diartikan bahwa Paulus dengan terus menerus memberikan permohonan kepada Filemon untuk menerima kembali Onesismus budaknya itu. 

Paulus mengajukan permohonan ini bukan bertujuan memaksakan kehendaknya, melainkan Paulus menginginkan agar Filemon secara tanpa paksa mengambil keputusan untuk melakukan perbuatan kasih (Filemon 1: 14). Kasih disini dapat menunjuk pada kasih Paulus kepada Onesimus dan juga kasih Paulus kepada Filemon yang disebutkan di Filemon 1: 5 dan 7 dapat juga menunjuk kepada kasih Kristiani yang merupakan ciri khas dalam hubungan dengan semua orang percaya.

Dalam surat Roma 15:7 ditegaskan: sebab itu terimalah satu dengan yang lain, sama seperti Kristus telah menerima kita. dalam Roma 14: 1-3 ditekankan pentingnya menerima mereka yang lemah imannya, sebagaimana Allah telah menerima mereka. Penerimaan dengan penuh kemurahan ini juga harus diberlakukan kepada Onesimus, budak yang telah melarikan diri dari Filemon dari tuannya itu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik dalam memberikan perintah atau permohonan, melakukan sesuatu bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi melakukan sesuatu demi kasih kepada Allah tetapi juga kepada sesama.

Frase “Tanpa persetujuanmu”

Kata persetujuan dalam bahasa Yunani memakai kata hvqe,lhsa (gnoomee). Dengan kasus (verb indicative aorist active orang pertama tunggal), dari kata dasar qe,lw (gelo) yang memiliki arti keinginan. Kasus verb indicative aorist active ini merupakan kata kerja yang bersifat terus menerus dilakukan. Dalam NKJV memakai kata consent yang memiliki arti persetujuan.

Dapat diartikan bahwa kata persetujuan di sini dipakai oleh Paulus untuk menyatakan bahwa dalam memberikan perintah, Paulus sama sekali tidak memaksakan Filemon untuk melakukan apa yang Paulus katakan melainkan Paulus memberikan kesempatan agar Filemom berpikir dan dapat mengambil keputusan yang terbaik. Paulus sama tidak membuat keputusan sendiri melainkan Paulus menekankan bahwa Paulus tidak mau melakukan sesuatu tanpa persetujuan dari Filemon. Dalam bagian ini kata “Paulus memberikan perintah” lebih kepada Paulus memberikan motivasi kepada Filemon untuk melakukan tindakan kasih.

Jadi berdasarkan beberapa pandangan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memotivasi seseorang untuk melakukan tindakan kasih bukan memerintah.

Frase “Mungkin karena itulah dia dipisahkan sejak dari padamu”

Frase “Mungkin karena itulah dia dipisahkan sejak dari padamu” dalam NIV menggunakan kata (perhaps the reason he was separated from you) yang artinya barangkali itulah alasan ia dipisahkan dari kamu. Kata mungkin disini dalam bahasa Yunani memakai kata “ταχα” (Tacha) dari kata dasar ταχα (tacha) yang memiliki arti yaitu barangkali, mungkin. 

Dengan kasus adverb from yang merupakan kata keterangan. Sedangkan kata dipisahkan memakai kata evcwri,sqh (echooristhe) dari kata dasar cwri,zw (corizo) yang memiliki arti yaitu memisahkan.  Dengan kasus verb indicative aorist passive orang ketiga tunggal kasus verb indicative aorist passive ini merupakan kata kerja yang bersifat pasif. Kata kerja ini, merupakan suatu pentunjuk akan Allah sebagai sumber kejadian yang sesungguhnya. Bob utley mengemukakan bahwa frase ini bisa dipahami dalam dua cara:

(1) dalam pengertian rencana Allah yang telah ditakdirkan (catatan pnggir NASB memiliki pararel Alkitab Kejadian 45:5,8) atau (2) bahwa sebuah kesempatan untuk keselamatannya dan untuk pelayanan Filemon bagi Kristus dan persahabatannya dengan Paulus (lih. Filemon 1: 16). ay 16 “bukan lagi sebagai hamba melainkan sebagai saudara.

Jadi Frase “Mungkin karena itulah ia dipisahkan sejak dari padamu” merupakan suatu pernyataan akan pandangan yang beranggapan dapat dimengerti tindakan dan karya Allah dalam setiap situasi dan kehidupan. Paulus menghimbau Filemon untuk melihat peristiwa Onesimus dari sisi rencana Allah. Paulus mengajak Filemon untuk berpikir positif adalah, Allahlah yang punya rencana di balik semua kejadian yang dialami oleh Filemon dan juga Onesismus. Mungkin Onesimus terpisah untuk sementara waktu dari Filemon supaya Filemon memiliki Onesimus untuk selama-lamanya.

Jadi, seorang pemimpin harus bisa melihat semua kejadian atau masalah yang terjadi dalam kehidupan ini, sebagai rencana Allah. Dengan demikian pemimpin dapat berpikir positif dan dapat mencari solusi yang terbaik dari masalah yang sedang terjadi. Sehingga tidak saling menyalahkan atau saling membenci dapat bersama-sama mencari solusi dari masalah tersebut.

Kata “Tanggungkanlah” dan “Aku akan membayarnya”

Kata tanggungkanlah dalam NKJ memakai kata (put that on my account) yang memiliki arti tanggung jawab ku. Sedangkan kata tanggungkanlah/menanggung dalam bahasa Yunani memakai kata evllo,ga (Ellogeoo) merupakan (verb imperative present active orang kedua tunggal) dari kata dasar evlloge,w (ellogeoo) yang memiliki arti yaitu tanggung jawab seseorang.

Rainer mengemukakan bahwa kata menanggung adalah suatu istilah khusus dari dunia hukum yang berarti “menanggungkan sesuatu kedalam nota” ada beberapa penafsir yang secara salah beranggapan bahwa dalam hal ini Paulus dianggap hanya bergurau saja tetapi, Filemon 1: 9 menggaris bawahi kesungguhan Paulus untuk membayar ganti rugi bagi anak rohaninya yaitu Onesimus (Filemon 1: 10). 

Kata membayar memakai kata avpoti,sw (apotino) dari kasus verb indicative future active orang pertama tunggal yang memiliki arti yaitu membeyar kerusakan itu (membuat ganti rugi). Kasus (verb indicative future active) ini merupakan kata kerja yang menyatakan masa yang akan datang dan kata kerja yang bersifat terus menerus dilakukan (aktiv). artinya saya akan membayar kembali.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kontek ini Paulus menunjukan kesungguhanya untuk bertnggung jawab atas kerugian Filemon. Tidak ada unsur bercanda dari Paulus melainkan dengan wibawahnya Paulus ingin menanggung semua kerugian Filemon yang disebabkan oleh Onesimus, dengan menggunakan kesungguhannya untuk membayar utang Onesimus kepada Filemon.

Pemimpin yang baik tidak hanya sekedar memberi nasihat atau saran kepada bawahan atau orang yang dipimpin melainkan seorang pemimpin harus siap berkorban bagi orang yang dipimpin. Seorang pemimpin tidak memandang jabatanya untuk kemuliaan diri sendiri melainkan untuk melayani Tuhan (2 Korintus 11-12; 1 Korintus 15:10).

Frase “Dengan percaya kepada ketaatanmu”

Frase “dengan percaya kepada ketaatanmu” dalam NIV menggunakan kata (Confident of your obedience) yang memilki arti yaitu “yakin akan ketaatanmu” kata percaya dalam bahasa Yunani memakai kata Pepoiqw.j (peipoqos). Dari kata dasar pei,qw (peiqo) yang memiliki arti yaitu meyakinkan.  Dengan kasus (verb participle perfect active nominative masculine singular). Kasus ini, merupakan kata kerja yang menyempurnakan bentuk tunggal yang bersifat terus menerus dilakukan (aktive).

Jadi dapat diartikan bahwa dalam kontek ini Paulus yakin bahwa Filemon akan melakukan apa yang dipesankan oleh Paulus oleh karena ketaatannya kepada Kristus. Kata ketaatanmu dalam bahasa Yunani memakai kata u`pakoh/| (hypakoee) dari kata dasar u`pakoh, (hypakoee) yang memiliki arti yaitu ketaatan. Dengan kasus noun dative feminine singular. Kasus ini merupakan kata benda feminim bentuk tunggal.  Dalam kamus besara bahasa Indonesia (KBBI) ketaatan dari kata dasar taat, memiliki arti yaitu tunduk dan patuh.

Dari penjelasaan di atas dapat disimpulkan bahwa Paulus menjelaskan dalam suatu pandangan kebelakang, kepada apa yang telah Paulus sampaikan, bahwa Paulus yakin akan ketaatan Filemon. Paulus berbicara mengenai ketaatan iman, ketaatan iman ini tertuju kepada ketaatan Filemon kepada Allah (Roma 6:16) kepada Injil (Roma 10:16) kepada Kristus (2 Korintus 10:5) dan kepada kehendak Allah (Roma 15:18 dan 10:16). Paulus percaya bahwa Filemon akan mematuhi, menaati apa yang di sampaikan oleh Paulus karena ketaatan Paulus kepada Allah.

Jadi seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang percaya bahwa orang dipimpin oleh iman, memiliki kemampuan dan yakin bahwa orang tersebut mau melakukan perinta yang diberikan oleh karena ketaatannya kepada Allah.

Frase “Aku tahu”

Kata “tahu” dalam bahasa Yunani memakai kata eivdw.j (eldos) yang memiliki arti yaitu mengetahui. Dengan kasus (verb participle perfect active nominative masculine). Kata kerja ini merupakan kata kerja menyempurnakan bersifat aktive (terus menerus dilakukan). Dalam NIV memakai kata “knowing” yang memiliki arti yaitu pengetahuan.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa Paulus dalam hal ini tidak hanya sekedar yakin bahwa Filemon akan mendengarkan perkataannya tetapi Paulus juga memiliki pengetahuan tentang Filemon kepada Allah terlihat dari ketaatan Filemon dalam penerimaan para hamba Tuhan di rumahnya dan tindakannya dalam melakukan kehendak Allah.(Filemon 1: 4-7).Jadi, seorang pemimpin tidak hanya sekedar yakin dan percaya pada bawahannya bahwa mereka akan melakukan apa yang dipesankan/diperintahkan tetapi, pemimpin harus mencari tahu latarbelakang kehidupan bawahan atau orang-orang yang dipimpin.

Dari ekesegese di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik tidak menggunakan otoritas yang diberikan Allah kepadanya untuk memerintah sewenang- wenang atau memerintah sesuka hati, melainkan mengajukan permintaan kepada seseorang berdasarkan kasih. 

Pemimpin yang baik akan memberikan teladan hidup yang baik, rendah hati, mau mengampuni dan memilkik belas kasihan kepada sesama. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memotivasi seseorang melakukan tindakan kasih bukan memerintah. Seorang pemimpin harus bisa melihat semua kejadian atau masalah yang sedang terjadi dalam kehidupann ini, sebagai rencana Allah. 

Dengan demikian pemimpin dapat berfikir positif dan dapat mencari solusi yang terbaik dari masalah yang sedang terjadi sehingga tidak saling menyalahkan atau saling membenci satu dengan yang lain. Seorang pemimpin tidak hanya sekedar memberi nasehat atau saran kepada bawahan atau orang yang dipimpin melainkan seorang pemimpin harus siap berkorban bagi orang yang dipimpin. 

Seorang pemimpin tidak memandang jabatan untuk kemuliaan diri sendiri melainkan untuk melayani Tuhan (2 Korintus 11-12; 1 Korintus 15:10). Pemimpin juga harus percaya bahwa orang yang dipimpin memiliki iman, memiliki kemampuan dan yakin bahwa orang tersebut mau melakukan perintah yang diberikan oleh karena ketaatannya kepada Allah. Tetapi tidak hanya sekedar yakin dan percaya melainkan pemimpin juga tau kehidupan bawahannya atau orang-orang yang dipimpin.

MODEL KEPEMIMPINAN PAULUS

Pada bagian ini penulis akan memamparkan pendapat sejumlah penulis buku tentang model kepemimpinan Paulus khususnya di dalam gereja TUHAN.

Kepemimpinan Kasih

Paulus adalah contoh pemimpin yang menggunakan kepemimpianan kasih sehingga dalam pelayanan-pelayanan yang Paulus lakukan boleh menjadi berkat. Dalam Filemon 1: 8-14 ini, merupakan pernyataan Paulus kepada Filemon bahwa Paulus sebenarnya memiliki kebebasan penuh dalam memerintahkan Filemon. Tetapi Paulus tidak menggunakan hal demikian, melainkan menggunakan kepemimpinan kasih dengan berbicara kepada Filemon sebagai teman/sahabat. Paulus mempergunakan kepemimpinannya atau hak kerasulannya hanya sebagai cara untuk mengingatkan bahwa ada otoritasnya untuk menegaskan perintah kepada Filemon.


Dalam memberikan perintah, Filemon bukan dengan kekerasan melainkan dengan lemah lembut, Paulus hanya berpesan kepada Filemon dan pesan ini dilakukan secara terus menerus ini mengandakan bahwa Paulus bukanlah pemimpinan yang otoriter melainkan Pualus menghargai pendapat Filemon (Filemon 1: 14) menjelaskan bahwa “tanpa persetujuanmu” ini bukti bahwa Paulus bukanlah pemimpin yang mengambil keputusan sendiri.

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menggunakan tipe kepemimpinan kasih yaitu kepemimpinan yang tidak memaksakan kehendak sendiri, kepemimpinan yang menhargai pendapat orang lain dalam mendelegasikan tugas , pemimpin tidak memaksa tapi memohon.

Berpikir positif di Tengah Masalah

Pemimpin yang dapat berfikir positif ditengah-tengah masalah sangat dibutuhkan oleh setiap orang percaya. Berfikir adalah merupakan aktivitas psikis yang internasional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problem (masalah) yang harus dipecahkan.

Dengan demikian bahwa dalam berfikir itu seseorang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi.

Paulus adalah pemimpin yang dapat berfikir positif ditengah-tengah masalah yang Paulus hadapi dan juga orang-orang yang Paulus pimpin. Filemon 1: 15-16, dalam ayat ini, ada kalimat “Mungkin Onesimus Terpisah untuk sementara waktu supaya kamu memiliki Onesimus untuk selama-lamanya”. Paulus menghimbau Filemon untuk melihat peristiwa Onesimus dari sisi rencana Allah. Paulus mengajak Filemon untuk berfikif positif, bahwa Allahlah yang punya rencana dibalik semua kejadian yang dialami oleh Filemon dan juga Onesimus.

Memimpin Dengan Penuh Tanggung Jawab

Pemimpin yangn baik dan bijaksana tidak han ya sekedar dapat berfikir positif ditengah-tengah masalah tetapi, pemimpin yang baik dan bijaksana adalh pemimpin yang bertanggung jawab.


Rasul Paulus adalah contoh pemimpin yang bertanggung jawab (ayat 18-19). Dalam ini menjelaskan bahwa Paulus siap membayar kerugian Filemon oleh karena Onesimus hambanya itu. Artinya bahwa Paulus tidak hanya sekedar memerintahkan Filemon untuk menerima kembali Onesimus tetapi, dengan tindakan Paulus mengajar Filemon bahwa sebagai seorang pemimpin harus siap berkorban untuk satu tujuan yaitu mendapatkan sebuah perubahan, baik dalam diri seseorang, organisasi dll.

Memimpin Dengan Penuh Kepercayaan

Untuk mencapai satu tujuan yang baik dalam sebuah organisasi, gereja, dll, diperlukan kerja sama antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin. Dan sebagai seorang pemimpin harus menyadari bahwa orang yang kita pimpin memiliki lelebihan atau kemampuan. Dengan begitu, maka timbul kepercayaan dalam diri pemimpin untuk mendelegasikan tugas kepada bawahannya.

Paulus adalah contoh pemimpin yang percaya kepada bawahannya (Filemon 1: 21) dalam ayat ini menjelaskan bahwa Paulus berbicara mengenai ketaatan iman, ketaatan iman ini tertuju kepada Allah (Roma 6:16) kepada Injil (Roma 10:16) kepada Kristus “2 Korintus 10:5) dan kepada kehendak Allah (Roma 15:18 dan 16:19). Dalam konteks ini Paulus menunjuk kepada ketaatan Filemon sehubungan dengan melaksanakan kehendak Allah, yang terwujud dalam penerimaan kembali Onesimus dalam kasih sebagai saudara. 

Rasul Paulus percaya bahwa Filemon akan melakukan apa yang diperintahkan Paulus untuk menerima kembali Onesimus budaknya itu, oleh karena ketaatan kepada Allah. Dalam bagian ini juga Paulus secara tidak langsung mengajak Filemon menanggapi secara Kristen masalah yang mempunyai dampak sosial. Bagaimana seseorang menerima saudara/saudari dalam Kristus bukanlah masalah biasa, melainkan memerlukan tindakan yang mungkin jauh mengatasi kebiasaan dan hukum duniawi, karena hidup dalam Kristus adalah tatanan baru.

RANGKUMAN

Surat Paulus kepada Filemon menjelaskan beberapa “model kepemimpinan Paulus”. Model kepemimpinan Paulus adalah model kepemimpinan yang patut ditiru dalam kehidupan setiap orang percaya.

1. Paulus mengajarkan bahwa sebagai seorang pemimpin tidak boleh memerintah sewenang-wenang kepada bawahan, sekalipun memiliki kebebasan penuh dalam Kristus. Melainkan memohon dengan kasih (ayat 8-14),

2. Paulus mengajarkan bahwa pemimpin harus berpikir positif dalam menghadapi masalah (Filemon 1: 15-16),

3. Paulus mengajarkan seorang pemimpin harus bertanggung jawab (Filemon 1: 18-19),

4. Seorang pemimpin harus memiliki kepercayaan kepada orang yang dipimpin bahwa, orang tersebut akan melakukan apa yang diperintahkan (Filemon 1: 21)

Jadi sebagai orang percaya hendaklah menggunakan model kepemimpinan Paulus dalam memimpin, karena ini merupakan kehendak Allah bagi setiap orang percaya. Dengan menggunakan model kepemimpinan Paulus dapat mempengaruhi orang yang dipimpin untuk semakin dekat kepada Allah.CIRI KHAS SURAT FILEMON (MODEL KEPEMIMPINAN PAULUS).  David Susilo Pranoto 
Next Post Previous Post