MARKUS 12:41-44 (PERSEMBAHAN JANDA MISKIN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Markus 12:41-44 - “(41) Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. (42) Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. (43) Maka dipanggilNya murid-muridNya dan berkata kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (44) Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.’”.
otomotif, gadget, bisnis |
Lukas 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.
Salahkah berkhotbah tentang persembahan?
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Lukas 21:4): “perhaps much of the fault of the stinted givings of Christians lies with the ministers of Christ for not pressing upon them such duties, and such considerations in support of them, frequently enough, urgently enough, lovingly enough” (= mungkin banyak dari kesalahan tentang pemberian yang sedikit-sedikit / terbatas dari orang-orang Kristen terletak pada pelayan-pelayan / pendeta-pendeta dari Kristus karena tidak menekankan kepada mereka kewajiban-kewajiban seperti itu, dan pertimbangan-pertimbangan seperti itu dalam menyokong mereka, dengan cukup sering, dengan cukup mendesak, dengan cukup kasih).
Memang dalam hal ini ada dua extrim yang sama-sama salah:
1. Pendeta-pendeta yang terus menerus membicarakan persembahan (persepuluhan) karena mereka memang tamak dan ingin menguras uang jemaat mereka. Ini tentu saja salah.
2. Pendeta-pendeta yang karena sungkan, atau karena ingin menghindari extrim pada no 1 di atas, lalu tidak pernah membicarakan persembahan (persepuluhan).
I) Letak cerita ini dalam Kitab Suci.
Baik dalam Markus maupun Lukas, cerita tentang persembahan janda miskin ini didahului dengan suatu kecaman dari Tuhan Yesus terhadap ahli-ahli Taurat.
Markus 12:38-40 - “(38) Dalam pengajaranNya Yesus berkata: ‘Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, (39) yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, (40) yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.’”.
Lukas 20:45-47 - “(45) Ketika semua orang banyak mendengarkan, Yesus berkata kepada murid-muridNya: (46) ‘Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, (47) yang menelan rumah janda-janda dan yang mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.’”.
Peletakan seperti ini tentu ada tujuannya, yaitu:
1) Untuk mengkontraskan kesalehan palsu / lahiriah dari ahli-ahli Taurat dengan kesalehan sejati dari janda miskin itu.
Renungkan: kesalehan yang bagaimana yang ada dalam diri saudara?
2) Untuk mengkontraskan ‘perbuatan baik’ yang dipamerkan dari ahli-ahli Taurat dengan perbuatan baik yang tersembunyi dari janda miskin itu (bdk. Matius 6:1-18).
Renungkan: perbuatan baik yang bagaimana yang sering saudara lakukan?
3) Untuk mengkontraskan hati yang dipenuhi dengan keserakahan dari ahli-ahli Taurat yang suka menelan rumah janda-janda (Markus 12:40 Lukas 20:47), dengan hati yang mencintai Tuhan dari janda miskin itu yang menyebabkan ia mau memberikan semua yang ia miliki kepada Tuhan.
Renungkan: hati yang bagaimana yang saudara miliki?
4) Untuk menunjukkan bahwa ditengah-tengah Yudaisme yang bobrok itu, tetap ada orang yang saleh, dan bahwa mata Tuhan memperhatikan orang yang saleh itu!
Karena itu, ditengah-tengah jaman yang rusak ini, bahkan ditengah-tengah banyaknya gereja yang rusak, dan hamba-hamba Tuhan yang sebetulnya adalah nabi palsu, tetaplah menjadi orang kristen yang saleh. Mata Tuhan, yang bisa membedakan gandum dari lalang, akan melihat dan memperhatikan saudara!
II) Pembahasan cerita tentang persembahan janda miskin.
A) Pemberi persembahan dalam Bait Allah.
1) Ini adalah persembahan sukarela, berbeda dengan persembahan persepuluhan, yang merupakan persembahan wajib.
Ada 3 pandangan tentang persembahan ini:
a) Ini adalah persembahan untuk orang miskin (seperti diakonia). Setahu saya, hanya Matthew Henry yang memilih pandangan ini.
b) Ini adalah persembahan untuk Tuhan, yaitu untuk pelayanan di Bait Allah. Ini adalah pandangan dari mayoritas / hampir semua penafsir.
c) Gabungan dari a dan b. Ini pandangan dari Pulpit Commentary.
2) Pemberi persembahan.
a) Orang banyak memberi persembahan.
Markus 12:41a - “Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu”.
b) Banyak orang kaya memberi persembahan besar.
Markus 12:41b - “Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar”.
c) Seorang janda miskin memberi 2 peser / 1 duit.
Markus 12:42 - “Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit”.
Ada beberapa hal tentang janda miskin ini:
1. Ia adalah seorang janda, berarti suaminya sudah mati atau menceraikan dia.
2. Ia miskin dan tak punya siap-siapa.
3. Ia tetap cinta Tuhan, dan ini terbukti dari:
a. Ia tetap berbakti di Bait Allah.
Renungkan: andaikata saudara miskin (tidak punya kendaraan, tidak punya uang becak / taxi / bemo), dan saudara tidak punya siapa-siapa untuk menyertai / mengantarkan saudara ke gereja, apakah saudara tetap mau berbakti kepada Tuhan di gereja?
b. Ia tetap memberi persembahan.
Yang ia berikan memang hanya sangat sedikit. Ada 2 cara yang bisa kita gunakan untuk memperkirakan besarnya uang yang ia persembahkan:
Cara pertama, kata ‘peser’ menterjemahkan kata bahasa Yunani LEPTA yang merupakan mata uang terkecil saat itu. Kalau di Indonesia mata uang terkecil adalah Rp 50, maka persembahan yang ia berikan adalah Rp 100. Kalau dihitung dalam dolar Amerika, maka yang ia berikan sama dengan 2 sen dolar, dan dengan kurs dolar saat ini yang sekitar Rp 8.500 per dolar, itu sama dengan Rp 170.
Cara kedua, kata ‘duit’ menterjemahkan kata bahasa Yunani KODRANTES, yang nilainya adalah 1/4 assarius. Sedangkan 1 assarius nilainya adalah 1/16 dinar. Dan 1 dinar adalah upah buruh kasar dalam 1 hari (bdk. Matius 20:2). Jadi uang yang ia persembahkan itu besarnya sama dengan 1/64 upah buruh kasar dalam 1 hari. Kalau di Indonesia upah buruh kasar per hari adalah Rp 40.000, maka persembahan janda miskin itu kira-kira Rp 600.
Yang manapun dari 2 cara memperkirakan di atas yang kita pakai, kesimpulannya tetap sama yaitu bahwa janda miskin itu memberi hanya sedikit, bahkan sangat sedikit, tetapi itu adalah semua yang ia miliki. Tetapi, sekalipun ia hanya bisa memberi sedikit, ia tetap memberi. Ia tidak mau datang kepada Tuhan dengan tangan hampa.
Persembahan janda miskin ini mirip dengan persembahan dari jemaat-jemaat / gereja-gereja Makedonia.
Bdk. 2Korintus 8:1-5 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami”.
Kontras dengan janda ini, ada orang-orang yang menggunakan ibadah / gereja sebagai sumber keuntungan.
1Timotius 6:5 - “percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan”.
Misalnya:
· ada orang yang pergi ke gereja hanya karena mendapat sumbangan Diakonia. Perhatikan: saya tidak menyalahkan adanya orang-orang yang menerima bantuan diakonia! Saya menyalahkan orang-orang yang motivasinya untuk pergi ke gereja, hanya untuk mendapatkan bantuan diakonia.
· ada orang yang pergi ke gereja hanya untuk mencari pekerjaan atau untuk kepentingan bisnis.
· ada majelis / pengurus gereja yang, dengan berkedokkan rapat / pelayanan, sering menggunakan uang gereja untuk berpesta pora / piknik dsb.
Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, bertobatlah dan tirulah teladan janda miskin ini, yang datang ke Bait Allah untuk memberi, bukan untuk menerima!
c. Ia mempersembahkan semua yang ia miliki.
Ini terlihat dari Mark 12:44b.
Markus 12:44 - “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.’”.
Ini juga ditunjukkan dari perbedaan kata ‘miskin’ yang digunakan oleh Lukas dalam Lukas 21:2 dan Lukas 21:3. Dalam Lukas 21:2 Lukas menggunakan kata PENIKHROS, yang berarti ‘miskin tetapi masih mempunyai sesuatu’, tetapi dalam Lukas 21:3, setelah janda itu memberikan semuanya, Lukas menggunakan kata PTOKHOS, yang berarti ‘miskin dalam arti tak punya apa-apa’.
Matthew Henry: “Now many would have been ready to censure this poor widow, and to think she did ill; why should she give to others, when she had little enough for herself? ... It is so rare a thing to find any that would not blame this widow, that we cannot expect to find any that will imitate her; and yet our Saviour commends her, and therefore we are sure that she did very well and wisely” (= Banyak orang siap untuk mengkritik janda miskin ini, dan berpikir kalau ia melakukan sesuatu yang buruk; mengapa ia harus memberikan kepada orang-orang lain, pada saat ia mempunyai cukup sedikit untuk dirinya sendiri? ... Merupakan sesuatu yang jarang untuk menemukan siapapun yang tidak menyalahkan janda ini, sehingga kita tidak bisa mengharapkan untuk menemukan siapapun yang mau menirunya; tetapi Juruselamat kita memujinya, dan karena itu kita yakin bahwa ia bertindak dengan sangat baik dan bijaksana).
Catatan: di atas sudah saya katakan bahwa setahu saya Matthew Henry adalah satu-satunya penafsir yang menganggap bahwa ini merupakan persembahan untuk orang miskin. Karena itu ia mengatakan ‘memberikan kepada orang-orang lain’.
B) Sikap Yesus terhadap persembahan dan pemberi persembahan.
1) Yesus memperhatikan persembahan dan pemberi persembahan.
Markus 12:41 - “Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar”.
Ingatlah ini selalu pada saat saudara mau memberi persembahan! Saudara mungkin percaya bahwa Tuhan memperhatikan bagaimana kita mendengarkan Firman Tuhan / khotbah, bagaimana kita berdoa, bagaimana kita memuji Dia melalui nyanyian, tetapi apakah saudara sadar bahwa Dia juga memperhatikan saudara, pada saat saudara memberi persembahan? Banyak orang Kristen yang pada saat acara persembahan, asal memberi, sebagai suatu rutinitas / keharusan, karena tidak sadar bahwa Tuhan memperhatikan tindakannya itu!
The Biblical Illustrator (New Testament): “Jesus beheld men at the treasury. He still directs His eye thither; not that He needs man’s gifts; but deeds and gifts test man’s love” (= Yesus melihat orang-orang pada peti persembahan. Ia tetap mengarahkan mataNya ke sana; bukan karena Ia membutuhkan pemberian manusia; tetapi karena tindakan-tindakan dan pemberian-pemberian menguji kasih manusia).
Matthew Henry: “Our Lord Jesus takes notice of what we contribute to pious and charitable uses; whether we give liberally or sparingly; whether cheerfully or with reluctance and ill-will” (= Tuhan Yesus kita memperhatikan apa yang kita sumbangkan pada penggunaan-penggunaan yang saleh dan murah hati; apakah kita memberi dengan royal atau dengan hemat / pelit; apakah dengan sukacita atau dengan segan dan ketidak-senangan).
Adam Clarke: “Christ observes all men and all things: all our actions are before his eyes; what we do in public and what we do in private are equally known unto him. ... Christ sees all the motives which lead men to perform their respective actions; and the different motives which lead them to perform the same action: he knows whether they act through vanity, self-love, interest, ambition, hypocrisy, or whether through love, charity, zeal for his glory, and a hearty desire to please him” (= Kristus memperhatikan semua orang dan segala sesuatu: semua tindakan kita ada di hadapan mataNya; apa yang kita lakukan di depan umum dan apa yang kita lakukan sendirian sama-sama diketahuiNya. ... Kristus melihat semua motivasi yang membimbing manusia untuk melakukan tindakan-tindakan masing-masing; dan motivasi-motivasi yang berbeda yang membimbing mereka untuk melakukan tindakan yang sama: Ia tahu apakah mereka bertindak karena kesombongan, kasih kepada diri sendiri, kepentingan, ambisi, kemunafikan, atau apakah karena kasih, kemurahan hati, semangat untuk kemuliaanNya, dan suatu keinginan yang sungguh-sungguh untuk menyenangkan Dia).
a) Ini menunjukkan bahwa Tuhan menganggap persembahan itu penting, dan orang Kristen diharapkan / diharuskan untuk memberi persembahan!
Pulpit Commentary: “GOD’S PEOPLE ARE EXPECTED TO BE GIVERS. Many have a singular objection to insistence upon that. They willingly listen to words of solace; they rejoice in descriptions of heaven; they are not reluctant to hear the errors of their theological antagonists exposed and rebuked: but the duty of Christian giving is scarcely so popular with them” (= Umat Allah diharapkan untuk menjadi pemberi-pemberi. Banyak orang mempunyai suatu keberatan yang aneh pada desakan terhadap hal itu. Mereka mau mendengar kata-kata penghiburan; mereka bersukacita dalam penggambaran tentang surga; mereka tidak segan untuk mendengar kesalahan-kesalahan dari musuh-musuh theologia mereka disingkapkan dan dicela: tetapi kewajiban dari pemberian orang Kristen jarang menjadi populer dengan mereka).
Seseorang bisa menganggap bahwa persembahan bukanlah sesuatu yang penting, karena:
1. Ia beranggapan bahwa Allah maha kaya dan tidak membutuhkan persembahan kita.
Jawaban terhadap anggapan ini:
a. Sekalipun Allah tidak membutuhkan apapun dari kita, tetapi Ia senang menerima pemberian yang baik dari kita sebagai anak-anakNya (2Kor 9:7), karena itu menunjukkan kasih kita kepadaNya. Kalau saudara mempunyai anak, dan anak itu lalu memberi saudara kado, saudara juga senang bukan?
2Korintus 9:7 - “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.
b. Allah menghendaki bahwa kebutuhan gereja (baik untuk hamba Tuhan, para full-timer, acara-acaranya, dll) harus diberikan oleh anggota-anggotanya!
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Bilangan 18:21 - “Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan”.
Mal 3:8-10 - “(8) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! (10) Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan”.
Catatan: kata ‘menipu’ diterjemahkan ‘rob’ (= merampok) dalam KJV/RSV/NIV/NASB. NASB memberikan terjemahan alternatif di catatan kakinya, yaitu ‘defraud’ (= menipu / menggelapkan uang).
1Korintus 9:4-14 - “(4) Tidakkah kami mempunyai hak untuk makan dan minum? (5) Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas? (6) Atau hanya aku dan Barnabas sajakah yang tidak mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan? (7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu”.
Galatia 6:6 - “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu”.
2. Adanya ayat-ayat yang seakan-akan menunjukkan bahwa persembahan itu tidak penting. Misalnya:
1Samuel 15:22 - “Tetapi jawab Samuel: ‘Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan”.
Mazmur 51:18-19 - “(18) Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. (19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.
Pengkhotbah 4:17 - “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat”.
Mikha 6:6-8 - “(6) ‘Dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? (7) Berkenankah Tuhan kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?’ (8) ‘Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?’”.
Markus 12:33 - “Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan”.
Jawab: Ayat-ayat ini hanya menunjukkan bahwa:
· Persembahan tidak bisa menggantikan ketaatan kita kepada Tuhan ataupun digunakan untuk menebus dosa kita
· Tuhan tak mau menerima persembahan dari orang-orang yang tetap memelihara dosanya.
Tetapi ayat-ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa persembahan kita tidak penting bagi Tuhan.
Bdk. Yesaya 43:22-24 - “(22) ‘Sungguh, engkau tidak memanggil Aku, hai Yakub, dan engkau tidak bersusah-susah karena Aku, hai Israel. (23) Engkau tidak membawa domba korban bakaranmu bagiKu, dan tidak memuliakan Aku dengan korban sembelihanmu. Aku tidak memberati engkau dengan menuntut korban sajian atau menyusahi engkau dengan menuntut kemenyan. (24) Engkau tidak membeli tebu wangi bagiKu dengan uang atau mengenyangkan Aku dengan lemak korban sembelihanmu. Tetapi engkau memberati Aku dengan dosamu, engkau menyusahi Aku dengan kesalahanmu”.
Persembahan merupakan:
a. Pengakuan bahwa apa yang kita miliki / terima datang dari Tuhan.
b. Tanda syukur kepada Tuhan atas apa yang telah Ia berikan kepada kita.
c. Tanda kasih kita kepada Tuhan.
d. Perwujudan dari keinginan kita untuk menggunakan milik kita untuk kemuliaan Tuhan.
Karena itu jelaslah bahwa persembahan itu penting, dan kalau seseorang tidak mau memberi persembahan, itu menunjukkan bahwa 4 hal di atas ini tidak ada dalam dirinya, dan itu tentu merupakan sesuatu yang sangat jelek. Karena itu, kalau selama ini saudara menganggap bahwa persembahan itu tidak penting, bertobatlah!
The Biblical Illustrator (New Testament): “Consider what Christ gave for you, and be ashamed that you should give Him so little in return” (= Pertimbangkan / renungkan apa yang Kristus berikan untukmu, dan merasa malulah karena engkau membalasNya begitu sedikit).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Have you of your abundance or of your penury cast into the treasury? If Christ gave Himself for you, is it unreasonable that He should ask you for your money?” (= Apakah engkau memasukkan ke dalam peti persembahan dari kelimpahanmu atau dari kemiskinanmu? Jika Kristus memberikan diriNya sendiri untuk kamu, apakah tidak masuk akal bahwa Ia meminta uangmu?).
Kalau janda miskin itu bisa memberi dengan kasih sebesar itu, padahal pada saat itu Kristus belum mati disalib, maka seharusnya kita, yang hidup setelah terjadinya kematian Kristus di kayu salib untuk menebus dosa kita, bisa memberi dengan kasih yang lebih banyak lagi!
Lagu: PPK no 230 berjudul “NYAWAKU DIBERIKAN”.
NyawaKu dibrikan, darahKu tercurah.
Kau dapat tebusan, dari mati bangkitlah.
NyawaKu dibrikan bagimu. Apa kaubri padaKu?
NyawaKu dibrikan bagimu. Apa kaubri padaKu?
Ku disengsarakan, dengan amat keji.
‘gar kau dilepaskan, dari celaka pedih.
Ku disengsarakan bagimu, apa kaubri padaKu?
Ku disengsarakan bagimu, apa kaubri padaKu?
b) Pada saat Tuhan melihat, Ia bukan hanya melihat secara lahiriah / hal-hal yang terlihat oleh manusia, tetapi Ia juga melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh mata manusia.
Markus 12:44 - “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.’”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “In that court of the temple called the court of the women, there stood thirteen vessels, shaped liked trumpets, to receive offerings. Shaped like trumpets! surely a sarcasm is lurking here. As the rich man drops in much, the clash of it sets the trumpet blowing, and all the temple knows what a liberal man is passing by. But two mites would cause the trumpet to sound very faintly, if at all. Yet Love can see love, and will honour it. Christ views it not relatively to what it will buy, but to the love that gave it” (= Di pelataran Bait Allah ada ruangan yang disebut ruangan perempuan, di sana berdiri 13 tempat / bejana, berbentuk seperti terompet, untuk menerima persembahan. Berbentuk seperti terompet! pasti ada suatu sindiran yang bersembunyi di sini. Pada waktu orang kaya memasukkan / menjatuhkan banyak, bunyinya membunyikan terompet, dan seluruh Bait Allah tahu orang murah hati sedang lewat. Tetapi 2 peser akan menyebabkan terompet berbunyi sangat kecil, jika ada. Tetapi Kasih bisa melihat kasih, dan akan menghormatinya. Kristus melihatnya bukan secara relatif berkenaan dengan apa yang bisa dibeli dengannya, tetapi melihat pada kasih yang memberikannya).
Catatan: ingat bahwa pada jaman itu belum ada uang kertas. Semua uang berbentuk koin dari logam, ada yang dari emas, perak, tembaga dan sebagainya. Karena itu, pada waktu dimasukkan ke dalam peti persembahan berbentuk terompet itu, koin logam itu menimbulkan bunyi.
2) Yesus juga memperhatikan persembahan dari orang miskin.
Lukas 21:2 - “Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu”.
Biasanya orang Kristen / hamba Tuhan hanya memperhatikan persembahan dari orang kaya, tetapi ayat ini secara explicit menunjukkan bahwa Yesus juga memperhatikan persembahan dari orang miskin!
3) Yesus menilai / membandingkan orang-orang yang memberi persembahan.
Markus 12:43-44 - “(43) Maka dipanggilNya murid-muridNya dan berkata kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (44) Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.’”.
Kalau manusia menilai orang yang memberi persembahan, maka pada umumnya mereka menilai berdasarkan besarnya persembahan yang diberikan. Tetapi Tuhan tidak menilai seperti manusia. Dalam menilai, Tuhan memperhatikan:
a) Sisa uang saudara.
Markus 12:44 - “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.’”.
Yang dimaksud dengan ‘sisa’, bukan hanya ‘sisa’ di dompet saudara, tetapi juga ‘sisa’ di rumah, di bank dsb.
Kalau saudara memberikan Rp 10 juta, tetapi saudara memiliki sisa bermilyar-milyar rupiah, maka pemberian saudara itu tidak terlalu ada artinya di hadapan Tuhan!
Tetapi janda miskin itu memberikan semuanya sehingga tak tersisa apapun padanya!
The Biblical Illustrator (New Testament): “JESUS ESTIMATES GIFTS CHIEFLY BY WHAT IS RETAINED. This principle alone accounts for the higher worth of the widow’s gift” (= Yesus menilai pemberian terutama dari apa yang ditahan. Prinsip ini saja menyebabkan nilai yang lebih tinggi dari pemberian janda itu).
BACA JUGA: YESUS PENOLONG YANG SEJATI (MATIUS 14:22-33)
Alan Cole (Tyndale): “it is well to remember that the Lord measures giving, not by what we give, but by what we keep for ourselves; and the widow kept nothing, but gave all” (= adalah baik untuk mengingat bahwa Tuhan menilai pemberian, bukan oleh apa yang kita berikan, tetapi oleh apa yang kita tahan untuk diri kita sendiri; dan janda ini tidak menahan apapun, tetapi memberikan semuanya) - hal 196.
b) Ada atau tidaknya pengorbanan di dalam pemberian saudara itu.
Mengapa Tuhan memperhatikan ada atau tidaknya pengorbanan? Karena ini merupakan ukuran ada atau tidaknya kasih dalam hati si pemberi! Makin besar kasih seseorang kepada Tuhan, makin besar ia mau berkorban pada waktu memberi kepada Tuhan.
BACA JUGA: KAYA DALAM KEBAIKAN (2 KORINTUS 8:1-12)
Orang-orang kaya dalam cerita ini memberi dari kelimpahannya (ay 44a), sehingga mereka boleh dikatakan tidak mengorbankan apa-apa. Tetapi janda miskin itu memberikan semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya (ay 44b).
Markus 12:44 - “Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.’”.
Padahal kalau kita perhatikan ia mempunyai 2 peser, sehingga ia bisa saja memberikan hanya 1 peser!
Bible Knowledge Commentary: “She could have kept back one coin for herself. A Rabbinic rule stating that an offering of less than two lepta was not acceptable related to charitable gifts and does not apply here” (= Ia bisa menahan satu koin untuk dirinya sendiri. Suatu peraturan rabi yang menyatakan bahwa suatu persembahan yang kurang dari 2 lepta tidak bisa diterima berkenaan dengan pemberian sedekah dan tidak berlaku di sini).
Catatan: saya beranggapan peraturan rabi itu peraturan yang gila!
Tetapi ia memberikan kedua peser yang ia miliki itu, dan ini menyebabkan ia harus berpuasa untuk hari itu, kecuali kalau ada orang yang memberinya uang / makanan. Ini jelas merupakan pemberian yang disertai pengorbanan!
William Barclay: “Real generosity gives until it hurts” (= Kedermawanan yang benar / sungguh-sungguh memberi sampai terasa sakit) - ‘The Gospel of Mark’, hal 302.
William Barclay: “Giving does not begin to be real giving until it hurts” (= Memberi belum bisa disebut betul-betul memberi sampai itu menyakitkan) - ‘The Gospel of Luke’, hal 255.
Catatan: yang ia maksudkan dengan ‘menyakitkan’ tentu bukannya bahwa kita memberi dengan berat hati / terpaksa, tetapi bahwa pemberian itu membawa pengorbanan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Give till you feel it: - A religion which costs nothing is good for nothing. Like a certain kind of faith which we read of, ‘it is dead, being alone.’ How much meaning was conveyed in the reply which one man made to another who offered to contribute a small amount to some benevolent object, and said, ‘I can give this and not feel it!’ ‘Would it not be better for you, my friend, to increase it to such an amount that you will feel it?’ So in every case. A person should feel what he does, and should do what he will be likely to feel, or morally there will be but very little good resulting from it” (= Berilah sampai engkau merasakannya: - Suatu agama yang tidak mengeluarkan ongkos tidak baik untuk apapun. Seperti suatu jenis iman tentang mana kita membaca ‘itu adalah mati, karena sendirian’. Betapa banyak arti yang disampaikan dalam jawaban yang diberikan seseorang kepada orang lain yang menawarkan untuk menyumbangkan sejumlah kecil uang untuk suatu tujuan yang penuh kebajikan, dan berkata, ‘Aku bisa memberi ini dan tidak merasakannya!’ ‘Apakah tidak lebih baik untukmu, sahabatku, untuk menaikkannya ke suatu jumlah tertentu sehingga engkau merasakannya?’ Demikianlah dalam setiap kasus. Seseorang harus merasa apa yang ia lakukan, dan harus melakukan apa yang sangat memungkinkannya untuk merasakannya, atau secara moral hanya ada sedikit hal baik yang dihasilkannya).
The Biblical Illustrator (New Testament): “A missionary, in a report of his field of labour says: ‘I can imagine someone saying, as he reads this report, ‘Well, I will give £5 to the cause; I can give that, and not feel it.’ But suppose, my Christian brother, you were to give £20, and feel it?’ There is vast meaning in the advice, ‘Give till you feel it.’ It is by this principle that churches are founded, and gospel institutions sustained. If this rule were to be put in operation everywhere, there would hardly be a feeble church in our land, or a church in debt, or a sanctuary out of repair, or a minister half-sustained, or a true cause of charity without adequate support” (= Seorang misionaris, dalam suatu laporan tentang ladang pekerjaannya berkata: “Aku bisa membayangkan seseorang berkata, pada waktu ia membaca laporan ini, ‘Aku akan memberi £5 kepada perkara / urusan ini; aku bisa memberikannya, dan tidak merasakannya’. Tetapi seandainya / sekiranya, saudara Kristenku, engkau memberi £20, dan merasakannya?” Ada arti yang luas / sangat banyak dalam nasehat, ‘Berilah sampai kamu merasakannya’. Adalah oleh prinsip ini gereja-gereja didirikan, dan lembaga-lembaga injil ditopang / disokong. Jika peraturan ini dilaksanakan dimana-mana, hampir tidak ada gereja yang lemah di negara kita, atau suatu gereja yang berhutang, atau suatu tempat kudus yang tak bisa diperbaiki, atau seorang pendeta yang disokong setengah, atau suatu perkara kemurahan hati tanpa dukungan yang cukup).
Anonymous: “Giving until it hurts is not a true measure of charity. Some are more easily hurt than others” (= Memberi sampai terasa sakit bukanlah ukuran yang benar dari amal / kemurahan hati. Sebagian orang lebih mudah merasa sakit dari pada yang lain) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 69.
Cara penilaian seperti ini menyebabkan Yesus menilai bahwa janda miskin itu memberi lebih banyak dari semua orang kaya itu.
Markus 12:43 - “Maka dipanggilNya murid-muridNya dan berkata kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “THERE MAY BE MORE SPLENDOUR IN SOME OBSCURE THING we never stop to notice, and would not care for if we did, THAN THERE IS IN THE THINGS THAT DAZZLE OUR SIGHT AND CAPTIVATE OUR HEARTS” (= Bisa ada lebih banyak kemegahan dalam hal-hal tidak dikenal untuk mana kita tidak pernah akan berhenti untuk memperhatikan, dan tak akan mempedulikannya seandainya kita berhenti, dari pada kemegahan dalam hal-hal yang mempesonakan / menyilaukan pandangan kita dan memikat hati kita).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Covetousness cornered: - A gentleman called upon a rich friend for a contribution to some charitable object. ‘Yes, I must give you my mite,’ said the rich man. ‘Do you mean the widow’s mite?’ asked his friend. ‘Certainly,’ was the reply. ‘I shall be satisfied with half as much as she gave. How much are you worth?’ ‘Seventy thousand dollars.’ ‘Give me, then, your cheque for thirty-five thousand; that will be half as much as the widow gave, for she, you know, gave all that she had, even all her living.’ The rich man was cornered. Covetous people often try to shelter themselves behind the widow’s mite; but it is a dangerous refuge” (= Ketamakan dipojokkan: - Ada seseorang yang datang kepada seorang teman yang kaya untuk suatu sumbangan bagi suatu tujuan amal / yang murah hati. ‘Ya, aku harus memberimu peserku’, kata orang kaya itu. ‘Maksudmu peser dari si janda?’ tanya temannya. ‘Tentu’, jawabnya. ‘Aku akan puas dengan setengah dari apa yang ia berikan. Berapa nilaimu?’ ‘70.000 dolar’. ‘Kalau begitu, berilah aku cekmu senilai 35.000 dolar; itu akan merupakan setengah dari apa yang diberikan si janda, karena ia, engkau tahu, memberikan semua yang ia miliki, bahkan seluruh nafkahnya’. Orang kaya itu terpojok. Orang tamak sering mencoba untuk menyembunyikan diri mereka sendiri dibalik peser si janda; tetapi itu adalah tempat perlindungan yang berbahaya).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Jesus did not disparage the other gifts; He simply indicated their true relative value, and attached to the widow’s His highest commendation” (= Yesus tidak meremehkan pemberian-pemberian yang lain; Ia hanya menunjukkan nilai relatif mereka yang benar, dan melekatkan pada pemberian janda itu pujiannya yang tertinggi).
c) Motivasi dalam memberi.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Motives also differ, often as much as coins. Some give from necessity. Some give from a sense of honesty; if they did not give, debt and dishonour must ensue. Some give with pride and self-righteousness even before God. Some give from habit acquired from youth. Some give with holy love and joy, as a blessed privilege and rich delight: thus did the widow; so also have many done till now” (= Motivasi-motivasi juga berbeda, seringkali sama banyaknya dengan koinnya. Sebagian orang memberi karena keharusan. Sebagian orang memberi dari suatu perasaan kejujuran / ketulusan; jika mereka tidak memberi, hutang dan ketidak-hormatan pasti terjadi. Sebagian orang memberi dengan kebanggaan dan sikap merasa diri sendiri benar, bahkan di hadapan Allah. Sebagian orang memberi dari kebiasaan yang didapatkan dari masa muda. Sebagian orang memberi dengan kasih yang kudus dan sukacita, sebagai suatu hak yang diberkati / terpuji dan kesenangan yang kaya: demikianlah yang dilakukan janda ini; demikian juga banyak orang telah melakukannya sampai sekarang).
Penutup.
1) Cerita ini ditulis dengan tujuan untuk:
a) Membesarkan hati orang miskin yang dalam memberi untuk Tuhan hanya bisa memberi sedikit. Manusia boleh jadi meremehkan pemberian seperti itu, tetapi Tuhan tidak!
b) Mengingatkan orang kaya untuk tidak cepat puas kalau sudah memberi dalam jumlah besar atau sudah memberi lebih banyak dari orang lain.
Pikirkanlah apakah dalam persembahan yang besar itu ada kasih dan pengorbanan?
Catatan: hati-hati dengan 2Korintus 9:7 - “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”. Adalah salah untuk menafsirkan bahwa 2Kor 9:7 ini menunjukkan bahwa tidak apa-apa memberi sedikit (padahal mampu memberi banyak), asal kita memberi dengan rela.
2) Cerita ini bisa juga diterapkan dalam hal-hal lain yang dipersembahkan kepada Tuhan seperti waktu, tenaga, pikiran, karunia, dan bahkan anak!
Saudara yang ‘kaya’ dalam hal-hal ini, dituntut memberi sampai ada pengorbanan. Saudara yang ‘miskin’ dalam hal-hal ini, jangan minder dalam memberikan sekalipun hanya sedikit!
Tentang persembahan anak ada cerita sebagai berikut:
The Biblical Illustrator (New Testament): “The widow’s gift of her sons: - The eldest son of a widowed mother went out to missionary work in Western Africa. In a short time he filled a missionary’s grave. There was another son left at home, and he came to his mother and said, ‘Mother, let me go, and I will take my stand by my brother’s grave. I will preach to my brother’s people. I will tell them of my brother’s God.’ He went, and it was not long before there were two graves in that heathen land, and the brothers were sleeping side by side; ... The news came to the mother, and the story said she wept sore. Her mourning friends tried to comfort her, ‘Oh,’ she said ‘you do not understand my grief. I am not mourning because two of my lads have filled a missionary’s grave in Africa. I grieve because I have not a third son to die in the same cause.’” [= Pemberian anak-anak janda. - Anak laki-laki tertua dari seorang ibu yang menjanda pergi ke pekerjaan misionaris di Afrika Barat. Dalam waktu yang singkat ia mengisi suatu kuburan misionaris (mati). Ada seorang anak laki-laki yang lain yang tertinggal di rumah, dan ia datang kepada ibunya dan berkata: ‘Ibu, biarlah aku pergi, dan aku akan mengambil tempat di dekat kuburan saudaraku. Aku akan berkhotbah kepada umat dari saudaraku. Aku akan menceritakan mereka tentang Allah dari saudaraku’. Ia pergi, dan tak lama kemudian ada dua kuburan di negeri kafir itu, dan kedua saudara itu tidur berdampingan; ... Kabar itu sampai kepada sang ibu, dan ceritanya mengatakan bahwa ia menangis dengan penuh kesedihan. Teman-temannya yang berkabung mencoba untuk menghiburnya, ‘Oh’, katanya, ‘engkau tidak mengerti kesedihanku. Aku tidak berkabung karena 2 dari anak-anakku telah mengisi suatu kuburan misionaris di Afrika. Aku sedih karena aku tidak mempunyai anak laki-laki ketiga untuk mati untuk perkara yang sama’.].
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-