6 KHOTBAH 2 TIMOTIUS 3:1-17 (MANUSIA LAMA - MANUSIA BARU)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
2 TIMOTIUS 3:1-17 (MANUSIA LAMA - MANUSIA BARU)2 TIMOTIUS 3:1-17 (MANUSIA LAMA - MANUSIA BARU). 2 Timotius 3:1-17 - “(1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! (6) Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, (7) yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. (8) Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. (9) Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang. (10) Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. (11) Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya. (12) Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, (13) sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. (14) Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. (15) Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. (16) Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”.

KHOTBAH 1. 2 TIMOTIUS 3:1-17 (CIRI ORANG KRISTEN PALSU 1) 

 2 Timotius 3: 1: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.”.

1) “Ketahuilah”.

KJV: ‘This know also’ [= Ketahuilah ini juga].

RSV: ‘But understand this’ [= Tetapi mengertilah ini].

NIV: ‘But mark this’ [= Tetapi perhatikanlah ini].

NASB: ‘But realize this’ [= Tetapi sadarilah ini].

Kata ‘ketahuilah’ ada dalam bentuk present imperative.

Lenski: “The present imperative bids Timothy ever to realize what Paul states here.” [= Kata perintah bentuk present meminta Timotius selalu menyadari apa yang Paulus nyatakan di sini.].

2) “bahwa pada hari-hari terakhir”.

Ini tidak menunjuk pada suatu masa jauh di depan, menjelang kedatangan Kristus yang kedua-kalinya, karena jika demikian apa urusannya itu dengan Timotius, dan apa gunanya perintah dalam 2 Timotius 3: 5b - ‘Jauhilah mereka itu!’ untuk Timotius?

Tetapi jelas itu tidak hanya berlaku pada jaman Timotius saja, tetapi terus berlaku sampai saat ini, bahkan sampai Yesus datang kedua-kalinya!

Adam Clarke: “the phrase may mean any future time, whether near or distant.” [= ungkapan itu bisa berarti masa akan datang yang manapun, apakah dekat ataupun jauh.].

Barnes’ Notes: “‘In the last days.’ Under the gospel dispensation; some time in that period during which the affairs of the world will be closed up;” [= ‘Pada hari-hari terakhir’. Di bawah / dalam jaman Injil; beberapa waktu dalam periode itu pada saat urusan-urusan dunia akan berhenti;].

William Hendriksen: “the expression ‘in the last days,’ as here used, cannot be limited to the days which will immediately precede Christ’s second coming. It would have been senseless to tell Timothy to avoid people who would never bother him at all!” [= ungkapan ‘pada hari-hari terakhir’, seperti yang digunakan di sini, tidak bisa dibatasi pada hari-hari yang akan segera mendahului kedatangan Kristus yang kedua-kalinya. Akan merupakan sesuatu yang tak berguna untuk memberitahu Timotius untuk menghindari orang-orang yang tidak pernah akan mengganggunya sama sekali!].

3) “akan datang masa yang sukar.”.

KJV/NKJV/YLT: ‘perilous times’ [= masa yang berbahaya].

RSV: ‘times of stress’ [= masa dari tekanan / ketegangan].

NIV: ‘terrible times’ [= masa yang dahsyat / mengerikan / buruk sekali].

NASB: ‘difficult times’ [= masa yang sukar].

ASV: ‘grievous times’ [= masa yang menyedihkan].

Vincent mengatakan bahwa terjemahan yang hurufiah adalah ‘hard times’ [= masa yang sukar].

Pulpit Commentary: “‘Grievous’ is not a very good rendering. ‘Perilous,’ though in some contexts it is a right rendering, is a little too restricted here. ‘Difficult,’ ‘trying,’ ‘uneasy,’ or the like, is nearer the sense.” [= ‘Menyedihkan’ bukanlah terjemahan yang baik. ‘Berbahaya / membahayakan’, sekalipun dalam beberapa kontext merupakan terjemahan yang benar, agak terlalu ketat di sini. ‘Sukar’, ‘berat’, ‘mengganggu / tidak menyenangkan’ atau yang sejenisnya, lebih dekat dengan artinya.].

Bible Works memberikan kata ‘berbahaya’ sebagai salah satu arti kata Yunani ini, dan menurut saya artinya cocok di sini! Dan karena itu terjemahan dari KJV bisa diterima, sekalipun itu bukan satu-satunya terjemahan yang memungkinkan.

Barnes’ Notes: “‘Perilous times shall come.’ Times of danger, of persecution, and of trial.” [= ‘Masa yang berbahaya akan datang’. Masa dari bahaya, dari penganiayaan, dan dari ujian / pencobaan.].

Barclay: “‘Difficult’ is the Greek word CHALEPOS. It is the normal Greek word for ‘difficult,’ but it has certain usages which explain its meaning here. It is used in Matthew 8:28 to describe the two demoniacs who met Jesus among the tombs. They were violent and dangerous. It is used in Plutarch to describe what we would call an ‘ugly’ wound. It is used by ancient writers on astrology to describe what we would call a ‘threatening’ conjunction of the heavenly bodies. There is the idea of menace and of danger in this word. In the last days, there would come times which would menace the very existence of the Christian Church and of goodness itself, a final tremendous assault of evil before its ultimate defeat.” [= ‘Sukar’ adalah kata Yunani KHALEPOS. Itu adalah kata Yunani yang normal untuk ‘sukar’, tetapi kata itu mempunyai penggunaan-penggunaan tertentu yang menjelaskan artinya di sini. Kata itu digunakan dalam Mat 8:28 untuk menggambarkan dua orang kerasukan setan yang menemui Yesus di antara kuburan-kuburan. Mereka ganas dan berbahaya. Kata itu digunakan oleh Plutarch untuk menggambarkan apa yang kita sebut luka ‘yang buruk’. Kata itu digunakan oleh penulis-penuliskuno tentang ilmu perbintangan untuk menggambarkan apa yang kita sebut posisi yang ‘mengancam’ dari benda-benda di angkasa. Di sana ada gagasan / arti tentang ancaman dan tentang bahaya dalam kata ini. Pada hari-hari terakhir, di sana akan datang masa-masa yang akan mengancam keberadaan dari Gereja Kristen dan kebaikan itu sendiri, suatu serangan terakhir yang sangat hebat / besar dari kejahatan sebelum kekalahan terakhirnya.].

Catatan: saya tak setuju kalau masa itu hanya terjadi menjelang akhir jaman. Kalau memang demikian untuk apa peringatan ini diberikan kepada Timotius?

Bdk. Matius 8:28 - “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu.”.

Kata ‘berbahaya’ di sini menggunakan kata Yunani yang sama dengan ‘sukar’ dalam 2 Timotius 3:1 ini.

Pulpit Commentary: “They are times when a Christian hardly knows which way to turn or what to do. He has to live under a constant sense of hindrance and difficulty of one sort or another.” [= Ada masa-masa / saat-saat pada waktu orang Kristen hampir tak tahu harus pergi kemana dan melakukan apa. Ia harus hidup di bawah perasaan yang terus menerus tentang halangan dan dari sejenis kesukaran atau yang lain.].

Kalau dalam masa yang relatif enak kita sudah tidak setia, bagaimana kiranya pada masa yang sukar??

4) Masa yang sukar / berbahaya ini menunjuk pada masa dimana di dalam gereja ada banyak orang-orang yang brengsek.

Ada penafsir-penafsir yang mengatakan bahwa masa yang sukar ini juga mencakup penganiayaan dari luar gereja, tetapi coba bandingkan dengan 2 Timotius 3: 5: “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.”. Ini menunjukkan bahwa yang melakukan dosa-dosa di bawah ini adalah orang-orang yang mengaku diri sebagai orang Kristen!

Karena itu, saya lebih setuju dengan Calvin maupun Matthew Henry yang menganggap bahwa masa sukar / penuh bahaya ini lebih menunjuk pada kesesatan di dalam gereja dari pada pada penganiayaan dari luar gereja. Beberapa musuh di dalam gereja jauh lebih berbahaya dari pada banyak musuh di luar gereja. Apalagi kalau banyak musuh di dalam gereja.

Kalau gereja penuh dengan orang-orang brengsek maka itu merupakan masa yang sukar / berbahaya. Mengapa? Karena orang-orang yang saleh dalam gereja akan ‘kalah suara’, sehingga gereja akan makin lama makin rusak.

Juga, merupakan hal yang sukar untuk mempertahankan kelurusan hati kita di tengah-tengah orang-orang yang brengsek.

Calvin: “By this prediction he intended still more to sharpen his diligence; for, when matters go on to our wish, we become more careless; but necessity urges us keenly. ... And hence we learn, that, so far from giving way, or being terrified, on account of any difficulties whatsoever, we ought, on the contrary, to arouse our hearts for resistance.” [= Oleh ramalan ini ia bermaksud untuk lebih menajamkan lagi kerajinannya; karena, pada waktu hal-hal berjalan seperti keinginan kita, kita menjadi ceroboh; tetapi kebutuhan mendesak kita dengan keras / hebat. ... Dan karena itu kita belajar, bahwa begitu jauh dari menyerah, atau menjadi takut, karena kesukaran-kesukaran apapun, sebaliknya kita harus membangunkan hati kita untuk pertahanan / perlawanan.].

Calvin: “Under ‘the last days,’ he includes the universal condition of the Christian Church. Nor does he compare his own age with ours, but, on the contrary, informs Timothy what will be the future condition of the kingdom of Christ; for many imagined some sort of condition that would be absolutely peaceful, and free from any annoyance. In short, he means that there will not be, even under the gospel, such a state of perfection, that all vices shall be banished, and virtues of every kind shall flourish; and that therefore the pastors of the Christian Church will have quite as much to do with wicked and ungodly men as the prophets and godly priests had in ancient times. Hence it follows, that there is no time for idleness or for repose.” [= Di bawah ‘hari-hari terakhir’, ia mencakup keadaan Gereja Kristen. Ia tidak membandingkan jamannya dengan jaman kita, tetapi sebaliknya, memberi informasi kepada Timotius tentang apa yang akan merupakan keadaan yang akan datang dari kerajaan Kristus; karena banyak orang membayangkan / mengkhayalkan sejenis keadaan yang damai secara mutlak, dan bebas dari gangguan apapun. Singkatnya, ia memaksudkan bahwa tidak akan ada, bahkan di bawah injil, keadaan sempurna seperti itu, dimana semua kejahatan akan dibuang, dan setiap jenis kebaikan akan tumbuh dengan subur; dan bahwa karena itu pendeta-pendeta dari Gereja Kristen akan sama banyaknya berurusan dengan orang-orang jahat dan tak beriman seperti nabi-nabi dan imam-imam yang saleh dalam jaman kuno. Sebagai akibatnya, maka disana tidak ada waktu untuk kemalasan atau untuk istirahat / ketenangan.].

Kata-kata ini rasanya jelas menunjukkan bahwa Calvin bukan pengikut Postmillenialisme.

J. Vernon McGee: “‘Perilous times shall come,’ which means grievous or desperate times are coming. That doesn’t look like the conversion of the world, does it? It doesn’t appear that the church is going to bring in the Millennium or is going to convert the world. The Bible doesn’t teach that it will. That is the pipe dream of a great many idealists and a great many folk who have lived with their heads ostrich-like in the sand and have never faced reality.” [= ‘Masa yang berbahaya akan datang’, yang berarti masa-masa yang menyedihkan atau membuat putus asa sedang datang. Itu tidak kelihatan seperti pertobatan dari dunia, bukan? Tidak kelihatan bahwa gereja akan membawa masuk Kerajaan 1000 tahun atau akan mempertobatkan dunia. Alkitab tidak mengajar bahwa gereja akan melakukan hal itu. Itu adalah khayalan dari sangat banyak orang-orang yang idealist dan sangat banyak orang yang telah hidup dengan kepala mereka yang seperti kepala burung unta di dalam pasir dan tidak pernah menghadapi realita.] - Libronix.

J. Vernon McGee: “We are, I believe, moving into the last days of the church. My reason for saying this is that the things mentioned in these verses have appeared today. If you look back in the history of the church, you could certainly find some of these things in evidence, but I don’t think you could ever find a period in which all of them are so manifested as they are today. I believe we are now in these ‘perilous’ days which are described in this section. I don’t know how much longer it will last, but I’m sure it’s going to get worse, not better.” [= Kita sedang, saya percaya, bergerak ke dalam hari-hari terakhir dari gereja. Alasan saya untuk mengatakan ini adalah bahwa hal-hal yang disebutkan dalam ayat-ayat ini sekarang telah muncul / terlihat. Jika kamu melihat ke belakang dalam sejarah gereja, kamu pasti bisa mendapati beberapa dari hal-hal ini secara jelas, tetapi saya kira kamu tidak akan pernah bisa menemukan suatu periode dalam mana semua mereka begitu dinyatakan / dimanifestasikan seperti pada saat ini. Saya percaya kita sekarang ada dalam hari-hari yang berbahaya ini, yang digambarkan dalam bagian ini. Saya tidak tahu berapa lama itu akan berlangsung, tetapi saya yakin, itu akan memburuk, bukan membaik.] - Libronix.

Sama seperti Calvin, J. Vernon McGee menggunakan kata-kata Paulus di sini untuk menentang Postmillenialisme. Tetapi dia lebih explicit dari Calvin.

Bible Knowledge Commentary: “As in his previous letter, Paul warned Timothy about the collapse predicted for the last days (cf. 1 Tim 4:1-3), a term which includes the entire period between the first century and Christ’s return. During this interim, according to the prediction, the world will see terrible times of societal degeneration.” [= Seperti dalam suratnya yang terdahulu, Paulus memperingati Timotius tentang keruntuhan yang diramalkan untuk hari-hari terakhir (bdk. 1Timotius 4:1-3), suatu istilah yang mencakup seluruh periode di antara abad pertama dan kembalinya Kristus. Dalam sepanjang masa antara dua saat itu, sesuai dengan ramalan, dunia akan melihat saat-saat yang mengerikan dari kerusakan masyarakat.].

Matthew Henry: “Timothy must not think it strange if there were in the church bad men; for the net of the gospel was to enclose both good fish and bad, Matt 22:47,48. Jesus Christ had foretold (Matt. xxiv.) that there would come seducers, and therefore we must not be offended at it, nor think the worse of religion or the church for it.” [= Timotius tidak boleh merasa aneh jika disana dalam gereja ada orang-orang jahat; karena jala dari injil harus mencakup baik ikan yang baik maupun ikan yang buruk, Mat 22:47,48. Yesus Kristus telah meramalkan (Mat 24) bahwa disana akan datang pembujuk-pembujuk, dan karena itu kita tidak boleh tersandung padanya, ataupun berpikir lebih buruk tentang agama atau gereja untuk itu.].

Catatan: Matius 22:47,48 itu pasti salah, karena ayatnya tidak ada, mungkin yang dimaksudkan adalah Matius 13:47-48 - “(47) ‘Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. (48) Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.”.

Matthew Henry: “Timothy must know that in the ‘last days’ (v. 1), in gospel times, there would come perilous times. Though gospel times were times of reformation in many respects, let him know that even in gospel times there would be perilous times; not so much on account of persecution from without as on account of corruptions within.” [= Timotius harus tahu bahwa pada hari-hari terakhir (2 Timotius 3: 1), dalam jaman injil, di sana akan datang masa yang berbahaya. Sekalipun jaman injil adalah saat-saat reformasi dalam banyak aspek, hendaklah ia tahu bahwa bahkan dalam jaman injil disana akan ada saat-saat yang berbahaya; bukan karena penganiayaan dari luar tetapi lebih karena kerusakan / kejahatan di dalam.].

Matthew Henry: “Note, 1. Sin makes the times perilous. When there is a general corruption of manners, and of the tempers of men, this makes the times dangerous to live in; for it is hard to keep our integrity in the midst of general corruption. 2. The coming of perilous times is an evidence of the truth of scripture-predictions; if the event in this respect did not answer to the prophecy, we might be tempted to question the divinity of the Bible.” [= Perhatikan, 1. Dosa membuat waktu berbahaya. Pada waktu disana ada kerusakan / kejahatan umum dari kelakuan, dan tentang sifat dari manusia, ini membuat waktu yang membahayakan untuk hidup di dalamnya; karena adalah sukar untuk menjaga kelurusan / integritas kita di tengah-tengah kerusakan umum. 2. Kedatangan dari waktu yang membahayakan ini merupakan suatu bukti dari kebenaran ramalan Kitab Suci; seandainya peristiwa dalam hal ini tidak sesuai dengan nubuatnya, kita bisa tergoda untuk mempertanyakan keilahian dari Alkitab.].

The Biblical Illustrator: “Sin makes the times bad: - It is worth our noting that the apostle doth not place the peril and hardness of the last times, in any external calamity or penal evils, as sword, plague, famine, persecution; but in the prodigious sins and enormities of such as profess religion. Sin is the evil of evils, and brings all other evils with it. Let the times be never so miserable, and the Church lie under sad persecutions; yet if they be not sinful times, they are not truly perilous times, but rather purging and purifying times.” [= Dosa membuat masa buruk: - Merupakan sesuatu yang layak diperhatikan bahwa sang rasul tidak menempatkan bahaya dan kekerasan dari masa terakhir, dalam bencana lahiriah atau bencana hukuman apapun, seperti pedang, wabah, kelaparan, penganiayaan; tetapi dalam dosa-dosa dan kejahatan besar yang sangat banyak dari orang-orang yang mengaku beragama. Dosa adalah bencana terburuk dari bencana-bencana, dan membawa semua bencana lain dengannya. Sekalipun masa itu tidak pernah begitu menyedihkan, dan Gereja ada di bawah penganiayaan yang menyedihkan; tetapi jika itu bukan masa yang berdosa, itu bukanlah benar-benar masa yang berbahaya, tetapi lebih merupakan masa penyucian dan pemurnian.].

The Biblical Illustrator: “Fidelity in evil times: - The worse the times we live in are, the greater will our honour be, if we be faithful. ... The Lord hath done more for us of this last age of the world than He ever did for our forefathers, and therefore He expects more from us than He did from them; where He bestows much He looks for much again; where we bestow double cost, we look for a double crop. It is a shame for us if we do not do our work better by sunlight, than others that have had but twilight.” [= Kesetiaan dalam masa yang jahat: - Makin buruk masa dimana kita hidup, makin besar kehormatan kita, jika kita setia. ... Tuhan telah melakukan lebih bagi kita pada jaman terakhir dari dunia dari pada yang pernah Ia lakukan bagi nenek moyang kita, dan karena itu Ia mengharapkan lebih banyak dari kita dari pada Ia mengharapkan dari mereka; dimana Ia memberikan banyak Ia mencari banyak lagi; dimana kita memberikan ongkos ganda, kita mencari hasil / panen ganda. Merupakan sesuatu yang memalukan bagi kita jika kita tidak melakukan pekerjaan kita lebih baik pada cahaya matahari yang terang, dari pada orang-orang lain yang hanya mempunyai cahaya senja.].

5) Kata ‘ketahuilah’ tentu tidak dimaksudkan supaya Timotius hanya tahu akan hal tersebut, tetapi supaya:

a) Kalau Timotius melihat gereja penuh dengan orang-orang brengsek, maka ia tak perlu heran atau kecil hati. Itu memang sudah dinubuatkan, dan pasti akan terjadi. Dan peringatan ini bukan hanya berlaku bagi Timotius, tetapi juga bagi kita. Jadi, kitapun tak perlu heran / kecil hati kalau kita melihat gereja penuh dengan orang-orang brengsek.

b) Timotius harus dengan waspada menjaga kemurnian gereja. Dan jaman sekarangpun, pendeta maupun orang Kristen harus menjaga kemurnian gereja. Memang nubuat ini pasti tergenapi, tetapi jangan biarkan diri saudara menjadi orang-orang yang menggenapinya!

2 Timotius 3: 2-5a: “(2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5a) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.”.

1) “Manusia akan mencintai dirinya sendiri”.

KJV: ‘lovers of their own selves’ [= pecinta-pecinta diri mereka sendiri].

RSV/NASB: ‘lovers of self’ [= pecinta-pecinta diri sendiri].

NIV: ‘lovers of themselves’ [= pecinta-pecinta diri mereka sendiri].

Mengapa ini dikecam / dianggap sebagai dosa? Bukankah kita harus mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri (Matius 22:39)?

Matius 22:39 - “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia SEPERTI DIRIMU SENDIRI.”.

Ya, tetapi yang dimaksud dengan ‘mencintai diri sendiri’ di sini adalah ‘mengasihi diri sendiri dalam arti yang berdosa’, seperti:

a) Mengasihi diri sendiri secara daging / jasmani, bukan secara rohani.

b) Mengasihi diri sendiri dalam arti memuaskan diri sendiri secara daging / memuaskan nafsu.

c) Mengasihi diri sendiri secara egois, sambil mengesampingkan kasih kepada Allah dan sesama manusia.

Barnes’ Notes: “The word here used - PHILAUTOS - does not elsewhere occur in the New Testament. It means a lover of oneself, ‘selfish.’ ... The selfishness which is condemned, ... makes SELF the central and leading object of living; and which tramples on all that would interfere with that.” [= Kata yang digunakan di sini - PHILAUTOS - tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Itu berarti ‘seorang pecinta diri sendiri’, ‘egois’ ... Keegoisan yang dikecam, ... membuat DIRI SENDIRI sebagai pusat dan obyek utama kehidupan; dan yang menginjak-injak semua yang menghalangi hal itu.].

Wycliffe: “It is significant that men should be characterized as lovers of self at the beginning of this passage. Then follows (through v. 5) a list of sins flowing from the corrupted hearts that love self rather than God.” [= Adalah penting / patut diperhatikan bahwa orang-orang digambarkan karakternya sebagai pecinta-pecinta diri sendiri pada awal dari pasal ini. Lalu mengikuti (sampai 2 Timotius 3: 5) suatu daftar dosa-dosa yang mengalir dari hati yang rusak / bejat yang mencintai diri sendiri dan bukannya Allah.].

Memang jelas bahwa egoisme seperti ini akan diikuti oleh bermacam-macam dosa yang lain. Karena itu, merupakan sesuatu yang penting untuk membuang egoisme seperti ini dari kehidupan kita. Mintalah ampun atas dosa tersebut kepada Tuhan dan mintalah tolong supaya Tuhan membantu saudara untuk membuang egoisme, dan menanamkan / menumbuhkan dalam diri saudara kasih kepada Tuhan dan sesama.

Calvin: “To spend time in explaining every word would be superfluous; for the words do not need exposition. Only let my readers observe that φιλαυτία, self-love, which is put first, may be regarded as the source from which flow all the vices that follow afterwards. He who loveth himself claims a superiority in everything, despises all others, is cruel, indulges in covetousness, treachery, anger, rebellion against parents, neglect of what is good, and such like.” [= Menghabiskan waktu dengan menjelaskan setiap kata akan menjadi berlebihan / tak berguna; karena kata-kata itu tidak membutuhkan exposisi / penjelasan yang terperinci. Hanya hendaklah para pembacaku memperhatikan bahwa PHILAUTIA, ‘kasih kepada diri sendiri’, yang diletakkan di tempat pertama, bisa dianggap sebagai sumber dari mana mengalir semua kejahatan-kejahatan yang mengikutinya belakangan. Ia yang mengasihi dirinya sendiri mengclaim suatu kesuperioran dalam segala sesuatu, menganggap rendah semua orang-orang lain, kejam, memuaskan diri / menuruti hatinya dalam ketamakan, pengkhianatan, kemarahan, pemberontakan terhadap orang tua, pengabaian dari apa yang baik, dan sebagainya.].

Catatan: saya tak setuju dengan Calvin kalau membahas kata-kata yang berikutnya merupakan sesuatu yang berlebihan atau tidak berguna. Paulus menuliskan kata-kata itu di bawah pengilhaman Roh Kudus, sehingga tidak mungkin itu tidak berguna!

Barclay: “HERE is one of the most terrible pictures in the New Testament of what a godless world would be like, with the terrible qualities of godlessness set out in a ghastly list. Let us look at them one by one. It is no accident that the first of these qualities will be ‘a life that is centred in self.’ The adjective used is PHILAUTOS, which means ‘self-loving.’ Love of self is the basic sin, from which all others flow. The moment anyone makes self-will the centre of life, divine and human relationships are destroyed, and obedience to God and charity to other people both become impossible. The essence of Christianity is not the enthronement but the obliteration of self.” [= Ini adalah salah satu dari gambaran-gambaran yang paling menakutkan dalam Perjanjian Baru tentang bagaimana rupanya suatu dunia yang tak bermoral / tak mempunyai Allah, dengan kwalitet-kwalitet ketidak-bermoralan yang menakutkan ditunjukkan dalam suatu daftar yang menakutkan / sangat buruk. Mari kita melihat mereka satu per satu. Bukan suatu kebetulan bahwa yang pertama dari kwalitet-kwalitet ini adalah ‘suatu kehidupan yang berpusatkan pada diri sendiri’. Kata sifat yang digunakan adalah PHILAUTOS, yang berarti ‘mengasihi diri sendiri’. Kasih kepada diri sendiri adalah dosa dasar, dari mana semua dosa-dosa yang lain mengalir. Saat dimana siapapun membuat kehendak diri sendiri sebagai pusat dari kehidupan, hubungan-hubungan ilahi dan manusia dihancurkan, dan ketaatan kepada Allah dan kasih kepada orang-orang lain keduanya menjadi mustahil. Hakekat dari kekristenan bukanlah penaikan diri sendiri ke takhta, tetapi penghapusan diri sendiri.].

Adam Clarke: “‘Lovers of their own selves.’ ‎PHILAUTOI‎. Selfish, studious of their own interest, and regardless of the welfare of all mankind.” [= ‘Pecinta-pecinta diri mereka sendiri’. PHILAUTOI. Egois, bersungguh-sungguh tentang kepentingan mereka sendiri, dan tidak menghiraukan kesejahteraan dari semua umat manusia.].

Catatan: PHILAUTOI adalah bentuk jamak dari PHILAUTOS.

The Bible Exposition Commentary: “There is an emphasis on love: ‘lovers of their own selves,’ lovers of money (‘covetous’), ‘lovers of pleasures more than lovers of God.’ The heart of every problem is a problem in the heart. God commands us to love Him supremely, and our neighbors as ourselves (Matt 22:34-40); but if we love ourselves supremely, we will not love God or our neighbors. In this universe there is God, and there are people and things. We should worship God, love people, and use things. But if we start worshiping ourselves, we will ignore God and start loving things and using people. This is the formula for a miserable life; yet it characterizes many people today. The worldwide craving for things is just one evidence that people’s hearts have turned away from God.” [= Di sana ada penekanan pada kasih / cinta: ‘Pecinta-pecinta diri mereka sendiri’, pecinta-pecinta uang (‘tamak’), pecinta-pecinta kesenangan lebih dari pecinta-pecinta Allah’. Hati / inti dari setiap problem adalah suatu problem dalam hati. Allah memerintahkan kita untuk paling mengasihi Dia, dan mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri (Matius 22:34-40); tetapi jika kita paling mengasihi diri kita sendiri, kita tidak akan mengasihi Allah atau sesama kita. Dalam alam semesta ini disana ada Allah, dan disana ada orang-orang dan benda-benda. Kita harus menyembah Allah, mengasihi orang-orang, dan menggunakan benda-benda. Tetapi jika kita mulai menyembah diri kita sendiri, kita akan mengabaikan Allah dan mulai mengasihi benda-benda dan menggunakan orang-orang. Ini adalah formula untuk suatu kehidupan yang menyedihkan; tetapi itu menjadi ciri dari banyak orang jaman sekarang. Keinginan-keinginan untuk benda-benda yang meliputi seluruh dunia hanyalah merupakan satu bukti bahwa hati orang-orang telah berbalik dari Allah.].

J. Vernon McGee: “‘Lovers of their own selves’ - self-lovers. This is very much in evidence in our culture today. An article by a newspaper correspondent who had covered Washington, D.C., for many years, noted that the one thing which has characterized Washington for the past twenty years is that those who are in position want the reporters to praise them. In fact, they insist upon it. That is not confined to Washington. Hollywood is probably one of the greatest places for scratching each other’s backs. One actor will publicly say something nice about another, then the other one will return the favor. You find this in every walk of life. Even schools have self–love. If a man boosts a school, then the school boosts him by giving him an honorary degree. Also, you can find this in the churches. Paul goes on to say, in chapter 4, verse 3, that congregations will follow teachers ‘having itching ears.’ These teachers want their ears scratched - they want to be complimented. To be complimented, you have to compliment. So the teachers compliment their congregations and their boards of officers. They don’t tell the people that they are sinners and need a Savior; they tell them how wonderful they are. It is interesting that the love of self characterizes our contemporary society. Probably there has never been a time when it has been so common.” [= ‘Pecinta-pecinta diri mereka sendiri’ - pecinta-pecintadiri sendiri. Ini sangat mudah terlihat dalam kebudayaan kita jaman sekarang. Sebuah artikel oleh seorang wartawan surat kabar yang telah meliput Washington D. C. untuk waktu yang lama, memperhatikan bahwa satu hal yang telah menjadi ciri Washington untuk 20 tahun yang lalu ini adalah bahwa mereka yang mempunyai kedudukan menginginkan para wartawan untuk memuji mereka. Sebenarnya / dalam faktanya, mereka berkeras akan hal itu. Itu tidak terbatas pada Washington. Hollywood mungkin adalah satu dari tempat-tempat terbesar untuk saling menggaruk punggung masing-masing / saling menyenangkan. Satu aktor mengatakan di depan umum sesuatu yang baik tentang aktor yang lain, lalu aktor yang lain itu akan membalas kebaikannya. Engkau menemukan ini dalam setiap perjalanan kehidupan. Bahkan sekolah-sekolah mempunyai kasih pada diri sendiri. Jika seseorang mengangkat suatu sekolah, maka sekolah itu mengangkat dia dengan memberinya suatu gelar kehormatan. Juga, engkau bisa menemukan ini dalam gereja-gereja. Paulus melanjutkan dengan berkata, dalam pasal 4, ayat 3, bahwa jemaat-jemaat akan mengikuti guru-guru / pengajar-pengajar ‘yang mempunyai telinga yang gatal’. Guru-guru / pengajar-pengajar ini ingin telinga mereka digaruk - mereka ingin diberi pujian. Supaya diberi pujian, engkau harus memberi pujian. Maka guru-guru / pengajar-pengajar memberi pujian kepada jemaat-jemaat mereka dan dewan / pengurus mereka. Mereka tidak memberitahu orang-orang bahwa mereka adalah orang-orang berdosa dan membutuhkan seorang Juruselamat; mereka memberitahu mereka betapa hebatnya mereka. Merupakan sesuatu yang menarik bahwa kasih kepada diri sendiri menjadi ciri dari masyarakat jaman sekarang. Mungkin tak ada saat sebelum ini dimana itu telah menjadi begitu umum.] - Libronix.

2) “menjadi hamba uang.”.

KJV: ‘covetous’ [= tamak].

RSV/NIV/NASB: ‘lovers of money’ [= pecinta-pecinta uang].

Yunani: PHILARGUROI.

Barnes’ Notes: “‘Covetous.’ Greek, Lovers of silver; i.e., of money;” [= ‘Tamak’. Yunani, Pecinta-pecintaperak; yaitu, uang;].

Catatan: ARGUROS = perak.

Jangan remehkan dosa tamak / cinta uang ini, karena ini disebut sebagai akar segala kejahatan (1Timotius 6:10). Memang kecintaan pada uang membuat kita jatuh dalam sangat banyak dosa, misalnya:

a) Berani membunuh / merugikan orang lain demi keuntungan kita sendiri.

b) Pelit dalam memberi persembahan.

c) Menggunakan uang gereja untuk kesenangan diri sendiri. Misalnya melalui pesta makan di gereja. Saya tidak anti pesta makan di gereja. Tetapi saya ingin mempertanyakan apa motivasi dari pengadaan pesta itu. Kalau saudara mengusulkan pesta makan di gereja supaya saudara bisa makan tanpa bayar / dibayari oleh gereja, maka itu jelas merupakan hal yang salah, dan merupakan salah satu perwujudan dari cinta uang!

Tidak heran bahwa dalam 1Korintus 5, ini termasuk salah satu dosa untuk mana siasat gerejani / pengucilan bisa dilakukan terhadap seseorang! Tetapi dalam hal ini tentu ketamakan itu harus mempunyai bukti yang kuat.

Bdk. 1Korintus 5:10-11 - “(10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”.

Catatan: terjemahan ‘orang kikir’ / ‘kikir’ dalam 2 Timotius 3:10,11 seharusnya adalah ‘orang tamak’ seperti dalam Kitab Suci bahasa Inggris.

Barclay: “People would become ‘lovers of money’ (PHILARGUROS). We must remember that Timothy’s work lay in Ephesus, perhaps the greatest market in the ancient world. ... Ephesus was the town of a prosperous, materialistic civilization; it was the kind of town where men and women could so easily lose their souls. There is peril when people assess prosperity by material things. It is to be remembered that we may lose our souls far more easily in prosperity than in adversity; and we are on the way to losing our souls when we assess the value of life by the number of things which we possess.” [= Orang-orang akan menjadi ‘pecinta-pecinta uang’ (PHILARGUROS). Kita harus ingat bahwa pekerjaan Timotius terletak di Efesus, yang mungkin adalah pasar terbesar di dunia kuno. ... Efesus adalah kota dari suatu kebudayaan yang makmur dan materialistis; itu adalah jenis kota dimana laki-laki dan perempuan bisa dengan begitu mudah kehilangan jiwa mereka. Ada bahaya pada waktu orang-orang menilai kemakmuran dengan hal-hal yang bersifat materi. Harus diingat bahwa kita bisa kehilangan jiwa kita dengan jauh lebih mudah dalam kemakmuran dari pada dalam kesengsaraan; dan kita ada di jalan menuju kehilangan jiwa kita pada waktu kita menilai nilai kehidupan oleh jumlah hal-hal / benda-benda yang kita miliki.].

Matthew Henry: “Covetousness. Observe, Self-love brings in a long train of sins and mischiefs. When men are lovers of themselves, no good can be expected from them, as all good may be expected from those who love God with all their hearts. When covetousness generally prevails, when every man is for what he can get and for keeping what he has, this makes men dangerous to one another, and obliges every man to stand on his guard against his neighbour.” [= Ketamakan. Perhatikan, Cinta kepada diri sendiri membawa masuk deretan / ekor yang panjang dari dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan. Pada waktu orang-orang adalah pecinta-pecinta diri mereka sendiri, tak ada kebaikan bisa diharapkan dari mereka, seperti semua kebaikan bisa diharapkan dari mereka yang mencintai Allah dengan seluruh hati mereka. Pada waktu ketamakan secara umum menang, pada waktu setiap orang mencari apa yang bisa ia dapatkan dan menjaga apa yang ia punyai, ini membuat orang-orang berbahaya satu terhadap yang lain, dan mewajibkan setiap orang untuk berjaga-jaga terhadap sesamanya.].

J. Vernon McGee: “‘Covetous’ means lovers of money. This follows self-love, because lovers of self become lovers of money. This old nature likes to have a lot of money spent on it. Remember that Paul said in 1 Timothy 6:10, ‘… the love of money is the root of all evil….’ Money itself is not bad. The problems come in our attitude toward our money. Covetousness reveals itself not only in the acquisition of wealth but also in the use of it.” [= ‘Tamak’ berarti pecinta-pecinta uang. Ini mengikuti cinta kepada diri sendiri, karena pecinta-pecinta diri sendiri menjadi pecinta-pecinta uang. Manusia lama ini ingin mempunyai banyak uang untuk dihabiskan / digunakan. Ingat apa yang Paulus katakan dalam 1Timotius 6:10, ‘... cinta uang adalah akar segala kejahatan ...’ Uang itu sendiri tidaklah buruk. Problem-problem datang dalam sikap kita terhadap uang kita. Ketamakan menyatakan dirinya sendiri bukan hanya dalam mendapatkan kekayaan tetapi juga dalam penggunaannya.] - Libronix.

Bdk. 1Timotius 6:6-10 - “(6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. (9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.

Perhatikan kontras antara 2 Timotius 3: 6-8 dengan 2 Timotius 3: 9-10!

Penerapan:

a) Seorang teman bercerita tentang seorang perempuan yang mau selingkuh untuk mewujudkan impiannya, padahal ia kaya.

b) Di internet diberitakan tentang artis-artis yang menjadi pelacur kelas tinggi.

c) Mengapa dunia tidak menangani pemanasan global dengan mengganti bahan bakar minyak dengan yang lain untuk mengurangi pembuangan gas CO2 ke atmosfir? Misalnya mengapa tidak mengganti mobil yang menggunakan BBM dengan mobil yang menggunakan listrik? Hanya karena mobil listrik tak memberi keuntungan sebesar mobil dengan BBM.

d) Penebangan / pembakaran hutan di Indonesia.

e) Pendeta jadi caleg?

KHOTBAH 2. 2 TIMOTIUS 3:1-17 (CIRI ORANG KRISTEN PALSU 2) 

3) “membual”.
KJV: ‘boasters’ [= pembual-pembual].
RSV: ‘proud’ [= sombong].
NIV/NASB: ‘boastful’ [= sombong].
Yunani: ALAZONES, bentuk jamak dari ALAZON.

Adam Clarke: “‘Boasters.’ ‎ALAZONES‎. ... valuing themselves beyond all others.” [= ‘Pembual-pembual’. ALAZONES. ... menilai diri mereka sendiri melebihi semua orang-orang lain.].

Barclay: “‘Braggart’ has an interesting derivation. It is the word ALAZŌN and was derived from the ALĒ, which means ‘a wandering about.’ Originally, the ALAZŌN was a wandering quack. Plutarch uses the word to describe a quack doctor. The ALAZŌN was someone with no qualification at all who travelled round the country with medicines and spells and methods of exorcism which, he claimed, were remedies for all diseases. He boasted of the virtues of these medicines wherever he went. In time, the word went on to widen its meaning until it meant any boastful person.” [= ‘Pembual’ mempunyai asal mula yang menarik. Itu adalah kata ALAZON dan berasal dari kata ALE, yang berarti ‘suatu pengelilingan / pengembaraan’. Mula-mula, kata ALAZON adalah seorang tukang obat yang berkeliling. Plutarch menggunakan kata ini untuk menggambarkan seorang dokter tukang obat. Kata ALAZON adalah seseorang tanpa kwalifikasi / kecakapan sama sekali yang mengelilingi negeri dengan obat-obat dan metode-metode pengusiran setan yang ia claim sebagai pengobatan untuk semua penyakit. Ia membanggakan kebaikan-kebaikan dari obat-obatnya kemanapun ia pergi. Dengan berjalannya waktu, kata itu terus melebarkan artinya sampai itu berarti ‘seadanya pembual’.].

Barclay: “The Greek moralists wrote much about this word. The Platonic Definitions defined the corresponding noun (ALAZONEIA) as ‘The claim to good things which a man does not really possess’. Aristotle (Nicomachean Ethics, 7:2) defined the ALAZŌN as ‘the man who pretends to creditable qualities that he does not possess, or possesses in a lesser degree than he makes out’. The Greek historian Xenophon tells us how Cyrus, the Persian king, defined the ALAZŌN: ‘The name ALAZŌN seems to apply to those who pretend that they are richer than they are or braver than they are, and to those who promise to do what they cannot do, and that, too, when it is evident that they do this only for the sake of getting something or making some gain’ (Cyropoedia, 2:2:12).” [= Pengajar-pengajar moral Yunani menulis banyak tentang kata ini. Definisi Platonik mendefinisikan kata benda yang bersesuaian (ALAZONEIA) sebagai ‘Claim tentang hal-hal baik yang seseorang sebetulnya tidak punyai’. Aristotle (Nicomachean Ethics, 7:2) mendefinisikan ALAZON sebagai ‘orang yang berpura-pura / berlagak mempunyai kwalitet-kwalitet yang layak dipuji yang tidak ia punyai, atau mempunyainya dalam suatu tingkat yang lebih rendah dari pada yang ingin ia buktikan’. Ahli sejarah Yunani Xenophon memberitahu kita bagaimana Koresh, raja Persia, mendefinisikan ALAZON: ‘Sebutan ALAZON kelihatannya digunakan kepada mereka yang berlagak bahwa mereka adalah lebih kaya dari pada mereka sesungguhnya, atau lebih berani dari pada mereka sesungguhnya, dan kepada mereka yang berjanji untuk melakukan apa yang mereka tidak bisa lakukan, dan itu, juga, pada waktu adalah jelas bahwa mereka melakukan ini hanya demi mendapatkan sesuatu atau mendapatkan keuntungan’ (Cyropoedia, 2:2:12).].

Catatan: istilah ‘Platonic Definitions’, yang saya terjemahkan ‘Definisi Platonik’ merupakan sebuah kamus. Lihat di: https://en.wikipedia.org/wiki/Definitions_(Plato)

Barclay: “The world is full of these braggarts to this day - the clever know-alls who deceive people into thinking that they are wise, the politicians who claim that their parties have a programme which will bring in the Utopia and that they alone are born to lead, the people who crowd the pages of advertisements with claims to give beauty, knowledge or health, the people in the Church who have a kind of ostentatious goodness.” [= Dunia ini penuh dengan pembual-pembual ini sampai pada saat ini - orang pandai ‘yang tahu semua’, yang menipu orang-orang ke dalam pemikiran bahwa mereka adalah bijaksana, tokoh-tokoh politik yang mengclaim bahwa partai mereka mempunyai program-program yang akan menghasilkan Utopia dan bahwa mereka saja yang dilahirkan untuk memimpin, orang-orang yang memenuhi halaman-halaman iklan dengan claim-claim untuk memberikan kecantikan, pengetahuan atau kesehatan, orang-orang di dalam gereja yang mempunyai sejenis kebaikan yang bersifat pamer.].

Catatan: Utopia = ‘An ideally perfect place, especially in its social, political, and moral aspects.’ [= Suatu tempat yang sempurna secara ideal, khususnya dalam aspek-aspek sosial, politik, dan moralnya.] - ‘The Free Dictionary’.

Jangan heran kalau dosa seperti ini ada dalam gereja, dan bahkan dalam diri hamba-hamba Tuhan! Dalam khotbah, ada banyak hamba-hamba Tuhan yang ‘membual’ dalam arti seperti ini dengan bermacam-macam cara seperti:
a) Memberikan kesaksian-kesaksian yang luar biasa (seperti pergi ke surga dan neraka, melakukan mujijat-mujijat, dsb).
b) Memberikan cerita-cerita / kesaksian-kesaksian supaya mereka terlihat saleh (seperti mereka berkomunikasi dengan Tuhan dengan begitu mudah, keluarga mereka bisa memberi kesaksian kalau mereka taat pada firman Tuhan, dsb), diberkati Tuhan, dan dipakai Tuhan secara luar biasa.
c) Membuat khotbah yang dipenuhi dengan bahasa asli, kadang-kadang ditambahi dengan bahasa Latin atau bahasa-bahasa asing yang lain, TANPA ADA GUNANYA / ALASAN, supaya terlihat hebat dalam bahasa asli Alkitab. Ada yang bahkan sudah pindah agama lain, dan mengaku dulunya dalam Kristen dia hebat dalam bahasa asli dan sebagainya.
d) Pdt. Arminian sok pintar yang membual akan berdebat dengan 3 doktor theologia Calvinist. Kita tunggu saja bagaimana kenyataannya ‘debat kayalan’ tersebut.

4) “menyombongkan diri”.
KJV/NIV: ‘proud’ [= sombong].
RSV/NASB: ‘arrogant’ [= congkak / arogan].
Yunani: HUPEREPHANOI, bentuk jamak dari HUPEREPHANOS.

Perlu diperhatikan bahwa kata ke 3 dan ke 4 ini terjemahannya sering dikacaukan / dicampur-adukkan.

LAI: “membual dan menyombongkan diri”.
KJV: ‘boasters, proud’ [= pembual-pembual, sombong].
RSV: ‘proud, arrogant’ [= sombong, congkak / arogan].
NIV: ‘boastful, proud’ [= suka membual, sombong].
NASB: ‘boastful, arrogant’ [= suka membual, congkak / arogan].

Barclay: “Closely allied with the ‘braggarts,’ but - as we shall see - even worse, are people who are ‘arrogant.’ The word is HUPERĒPHANOS. It is derived from two Greek words that mean ‘to show oneself above.’ The man who is HUPERĒPHANOS, said Theophrastus, the master of the character sketch, has a kind of contempt for everyone except himself. He is the man who is guilty of the ‘sin of the high heart’. He is the man whom God resists, for it is repeatedly said in Scripture that God receives the humble but resists those who are proud, HUPERĒPHANOS (James 4:6; 1 Peter 5:5; Proverbs 3:34).” [= Berhubungan dekat dengan ‘pembual-pembual’ tetapi - seperti akan kita lihat - bahkan lebih buruk, adalah orang-orang yang ‘congkak / arogan’. Kata yang digunakan adalah HUPEREPHANOS. Itu berasal / diturunkan dari dua kata Yunani yang berarti ‘menunjukkan diri sendiri di atas’. Orang yang HUPEREPHANOS, kata Theophrastus, sang guru dari sketsa karakter, mempunyai sejenis kejijikan untuk setiap orang kecuali dirinya sendiri. Ia adalah orang yang bersalah tentang ‘dosa dari hati yang tinggi’. Ia adalah orang yang ditentang Allah, karena dikatakan berulang kali dalam Kitab Suci bahwa Allah menerima orang yang rendah hati tetapi menentang mereka yang sombong, HUPEREPHANOS (Yakobus 4:6; 1Petrus 5:5; Amsal 3:34).].

Yak 4:6 - “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkanNya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: ‘Allah menentang orang yang congkak (Yunani: HUPEREPHANOIS), tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’”.
1Pet 5:5 - “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: ‘Allah menentang orang yang congkak (Yunani: HUPEREPHANOIS), tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’”.
Amsal 3:34 - “Apabila Ia menghadapi pencemooh (LXX: HUPEREPHANOIS), maka Iapun mencemooh, tetapi orang yang rendah hati dikasihaniNya.”.

Barclay: “The difference between the ‘braggart’ and the person who is ‘arrogant’ is this. The ‘braggart’ is a swaggering individual, who tries to bluster a way into power and importance. No one can possibly mistake someone like that. But the sin of the person who is ‘arrogant’ is in the heart. The arrogant person might even seem to be humble; but deep down there is contempt for everyone else. People like that nourish an all-consuming, all-pervading pride; and in their hearts there is a little altar where they bow down before their own images of self.” [= Perbedaan antara ‘pembual’ dan orang yang ‘congkak / arogan’ adalah ini. ‘Pembual’ adalah individu yang berjalan dengan sikap yang angkuh, yang berusaha untuk mendapatkan jalan dengan menggertak kepada kuasa dan kepentingan. Tak seorangpun bisa salah tentang seseorang seperti itu. Tetapi dosa dari orang yang ‘congkak / arogan’ adalah di dalam hati. Orang yang congkak / arogan bisa bahkan kelihatan rendah hati; tetapi jauh di dalam (hati) di sana ada kejijikan terhadap setiap orang lain. Orang-orang seperti itu memelihara / memberi makan suatu kesombongan yang memakan semua, merembes / meliputi semua; dan dalam hati mereka di sana ada sebuah altar / mezbah kecil dimana mereka membungkuk di depan patung diri mereka sendiri.].

Catatan: sebetulnya saya merasa penjelasan Barclay agak aneh. Kalau kata itu berarti ‘menunjukkan diri sendiri di atas’, maka seharusnya itu bukan dosa DI DALAM HATI! Jadi rasanya penjelasan Adam Clarke di bawah ini lebih masuk akal. Tetapi penjelasan Albert Barnes, kelihatannya lebih sejalan dengan penjelasan Barclay.

Adam Clarke: “‘Proud.’ HUPEREEPHANOI‎. ... ‎those who love to make a show - who are all outside; from HUPER‎, above, and PHAINOO‎, to show.” [= ‘Sombong’. HUPEREPHANOI. ... mereka yang senang untuk membuat suatu pertunjukan / pameran - yang semuanya di luar; dari HUPER, ‘di atas’, dan PHAINO, ‘menunjukkan’.].

Barnes’ Notes (tentang Roma 1:30): “‘Proud.’ .... It is an inordinate self-esteem; an unreasonable conceit of one’s superiority in talents, beauty, wealth, accomplishments, etc. (Webster). ... People will be proud where they suppose none are superior; and it is only the religion that reveals a great and infinite God, and that teaches that all blessings are his gift, and that he has given us the station which we occupy, that will produce true humility.” [= ‘Sombong’. ... Itu adalah suatu penghargaan / penilaian diri sendiri yang berlebihan; suatu kesombongan yang keterlaluan tentang kesuperioran seseorang dalam talenta, kecantikan, kekayaan, pencapaian, dsb. (Webster). ... Orang-orang akan jadi sombong pada waktu mereka menganggap tak ada yang superior; dan hanyalah agama yang menyatakan seorang Allah yang agung / besar dan tak terbatas, dan yang mengajar bahwa semua berkat adalah pemberianNya, dan bahwa Ia telah memberi kita tempat yang kita tempati, yang akan menghasilkan kerendahan hati.].

Jamieson, Fausset & Brown kelihatannya sejalan dengan Adam Clarke. Sedangkan A. T. Robertson menggabungkan keduanya.

A. T. Robertson (tentang Roma 1:30): “arrogant in thought and conduct,” [= congkak / arogan dalam pikiran dan tingkah laku,].

5) “pemfitnah”.
KJV: ‘blasphemers’ [= penghujat].
RSV/NIV: ‘abusive’ [= bersifat menghina].
NASB: ‘revilers’ [= pencerca / pemaki].
Yunani: BLASPHEMOI.

Paulus menggunakan kata ini untuk dirinya sendiri, sebelum ia bertobat.
1Timotius 1:13 - “aku yang tadinya seorang penghujat (Yunani: BLASPHEMON) dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.”.

Rasanya terjemahannya adalah ‘penghujat’, karena kalau diterjemahkan ‘pemfitnah’ seperti dalam Kitab Suci Indonesia, nanti bertumpukan dengan ‘suka menjelekkan orang’ dalam 2 Timotius 3: 3. Tetapi kalau diterjemahkan ‘penghujat’ rasanya aneh, karena bagaimana mungkin orang-orang yang mengaku Kristen bisa menghujat (Allah)?

Vincent mengatakan bahwa kata ini lebih baik diterjemahkan ‘railers’ [= pencemooh / pengejek].

Bible Works mengatakan ini adalah kata sifat dan diterjemahkan sebagai ‘blasphemous’ [= cenderung untuk menghujat] atau ‘slanderous’ [= cenderung untuk memfitnah].
Adam Clarke kelihatannya menggabungkan keduanya.

Adam Clarke: “‘Blasphemers.’ BLASPHEEMOI. Those who speak impiously of God and sacred things, and injuriously of men,” [= ‘Penghujat’. BLASPHEEMOI. Mereka yang berbicara secara jahat / tak beriman tentang Allah dan hal-hal yang kudus, dan secara merugikan tentang manusia,].

Barclay: “THESE twin qualities of the braggart and the arrogant person inevitably result in love of insult (BLASPHĒMIA). BLASPHĒMIA is the word which is translated directly into English as ‘blasphemy.’ In English, we usually associate it with insult against God, but in Greek it means insult both against individuals and against God. Pride always gives rise to insult. It encourages disregard of God, thinking that it does not need him and that it knows better than he. It breeds a contempt for others which can result in hurtful actions and in wounding words. ... The insult which comes from anger is bad but is forgivable, for it is delivered in the heat of the moment; but the cold insult which comes from arrogant pride is an ugly and an unforgivable thing.” [= Kedua kwalitet kembar ini tentang pembual dan orang yang sombong secara tak terhindarkan menghasilkan kecintaan pada penghinaan (BLASPHEMIA). BLASPHEMIA adalah kata yang diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa Inggris sebagai ‘blasphemy’ / ‘penghujatan’. Dalam bahasa Inggris, kita biasanya menghubungkannya dengan penghinaan terhadap Allah, tetapi dalam bahasa Yunani itu berarti penghinaan baik terhadap individu / manusia dan terhadap Allah. Kesombongan selalu menimbulkan penghinaan. Itu mendorong terjadinya ketidak-hormatan terhadap Allah, karena berpikir bahwa itu tidak membutuhkanNya dan bahwa itu tahu lebih baik dari Dia. Itu membiakkan suatu kejijikan untuk orang-orang lain yang bisa menghasilkan tindakan-tindakan yang menyakitkan dan kata-kata yang melukai. ... Penghinaan yang datang dari kemarahan adalah buruk tetapi bisa dimaafkan / diampuni, karena itu diberikan pada saat panas; tetapi penghinaan yang dingin yang datang dari kesombongan yang congkak merupakan sesuatu yang buruk dan tak bisa dimaafkan / diampuni.].

Terlihat dengan jelas bahwa dosa yang satu bisa menarik kita kepada dosa yang lain.

6) “berontak terhadap orang tua”.
KJV/NASB: ‘disobedient to parents’ [= tidak taat kepada orang tua].
RSV/NIV: ‘disobedient to their parents’ [= tidak taat kepada orang tua mereka].

Orang Kristen seharusnya taat / hormat kepada orang tua sesuai dengan hukum ke 5, tetapi ternyata dalam gereja muncul orang-orang seperti ini.

Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa kalau orang-orang ini tidak mengormati Bapa yang di surga, apalagi bapa yang di dunia!

Barclay: “People will be ‘disobedient to their parents.’ The ancient world considered duty to parents very important. The oldest Greek laws took away all rights from the man who struck his parents; to strike a father was in Roman law as bad as murder; in the Jewish law, honour for father and mother comes high in the list of the Ten Commandments. It is the sign of a supremely decadent civilization when youth loses all respect for age and fails to recognize the unpayable debt and the basic duty it owes to those who gave it life.” [= Orang-orang akan menjadi ‘tidak taat kepada orang tua mereka’. Dunia kuno menganggap kewajiban terhadap orang tua sangat penting. Hukum-hukum Yunani yang paling kuno mengambil semua hak-hak dari orang yang memukul orang tuanya; memukul seorang ayah dalam hukum Romawi adalah sama buruknya seperti pembunuhan; dalam Hukum Yahudi, hormat untuk bapa dan ibu terdapat di tempat yang tinggi dalam daftar dari 10 hukum Tuhan. Merupakan suatu tanda dari suatu kebudayaan yang sangat merosot pada waktu orang muda kehilangan semua rasa hormat untuk usia dan gagal untuk mengenali hutang yang tak bisa dibayar dan kewajiban dasar yang mereka punyai kepada mereka yang memberinya kehidupan.].

7) “tidak tahu berterima kasih”.
KJV: ‘unthankful’ [= tidak tahu berterima kasih].
RSV/NIV/NASB: ‘ungrateful’ [= tidak tahu berterima kasih].

Ini bisa dilakukan terhadap Tuhan maupun manusia.

Barnes’ Notes: “‘Unthankful.’ see Luke 6:35. The word here used occurs in the New Testament only in these two places. Ingratitude has always been regarded as one of the worst of crimes. It is said here that it would characterize that wicked age of which the apostle speaks, and its prevalence would, as it always does, indicate a decline of religion. Religion makes us grateful to every benefactor - to God, and to man.” [= ‘Tidak tahu berterima kasih’. lihat Luk 6:35. Kata yang digunakan di sini muncul dalam Perjanjian Baru hanya di dua tempat ini. Tidak tahu berterima kasih telah selalu dianggap sebagai salah satu dari kejahatan-kejahatan yang terburuk. Dikatakan bahwa itu akan menjadi ciri jaman yang jahat itu tentang mana sang rasul berbicara, dan kelazimannya menunjukkan, seperti yang selalu dilakukannya, suatu penurunan agama. Agama membuat kita berterima kasih kepada setiap dermawan / penolong - kepada Allah, dan kepada manusia.].

Lukas 6:35 - “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”.

Adam Clarke: “‘Unthankful.’ ‎ACHARISTOI‎. Persons without grace, or gracefulness; who think they have a right to the services of all men, yet feel no obligation, and consequently no gratitude.” [= ‘Tidak tahu berterima kasih’. AKHARISTOI. Orang-orang tanpa kasih karunia, atau ketiadaan kasih karunia; yang berpikir bahwa mereka mempunyai suatu hak pada pelayanan dari semua manusia, tetapi tidak merasakan adanya kewajiban, dan sebagai konsekwensinya tak ada rasa terima kasih.].
Catatan: saya kira kata ‘grace’ di sini artinya bukan ‘kasih karunia’, tetapi mungkin berarti ‘perasaan tentang apa yang benar dan tepat’ (Webster).

Barclay: “People will be ‘thankless’ (ACHARISTOS). They will refuse to recognize the debt they owe both to God and to others. The strange characteristic of ingratitude is that it is the most hurtful of all sins because it is completely blind. ... It is the sign of honour to pay one’s debts; and for everyone there is a debt to God and there are debts to others which must be remembered and repaid.” [= Orang-orang akan menjadi ‘tanpa rasa terima kasih’ (AKHARISTOS). Mereka akan menolak untuk mengakui hutang yang mereka punyai baik terhadap Allah dan orang-orang lain. Ciri yang aneh dari rasa tidak tahu terima kasih adalah bahwa itu adalah yang paling menyakitkan dari semua dosa karena itu adalah sepenuhnya buta. ... Merupakan tanda kehormatan untuk membayar hutang seseorang; dan bagi setiap orang di sana ada suatu hutang kepada Allah dan di sana ada hutang-hutang terhadap orang-orang lain yang harus diingat dan dibayar kembali.].

8) “tidak mempedulikan agama”.
Entah dari mana bisa muncul terjemahan seperti ini! Kalau terjemahan ini benar, maka mereka pasti bukan orang kristen, bahkan orang kristen KTP pun tidak. Tetapi terjemahan ini jelas salah.

KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘unholy’ [= tidak kudus].

Adam Clarke: “‘Unholy.’ ANOSIOI. Without piety; having no heart reverence for God.” [= ‘Tidak kudus’. ANOSIOI. Tanpa kesalehan, tak ada rasa hormat / takut dalam hati bagi Allah.].

Lenski: “Ἀνόσιοι are ‘impious,’ who respect and revere nothing that is sacred.” [= ANOSIOI adalah ‘tidak saleh’, yang tidak menghormati dan takut pada apapun yang keramat.].

Barnes’ Notes (tentang 1Timotius 1:9): “‘For unholy.’ ‘Those who are regardless of duty to God or man,’ Robinson, Lexicon. The word occurs in the New Testament only here, and in 2 Tim 3:2. It has particular reference to those who fail of their duty toward God, and means those who have no piety; who are irreligious.” [= ‘Untuk tidak kudus’. ‘Mereka yang tidak mempedulikan kewajiban kepada Allah atau manusia’. Robinson, Lexicon. Kata itu muncul dalam Perjanjian Baru hanya di sini, dan dalam 2Timotius 3:2. Itu mempunyai hubungan dengan mereka yang gagal berkenaan dengan kewajiban mereka terhadap Allah, dan berarti mereka tidak mempunyai kesalehan; yang tidak religius.].

Barclay: “People will ‘refuse to recognize even the ultimate decencies of life.’ The Greek word is that people will become ANOSIOS. ANOSIOS does not so much mean that they will break the written laws; it means that they will offend against the unwritten laws which are part and parcel of the essence of life. To the Greeks, it was ANOSIOS to refuse burial to the dead; it was ANOSIOS for a brother to marry a sister, or a son a mother. The person who is ANOSIOS offends against the fundamental decencies of life. Such offence can and does still happen. People who are ruled by their passions will gratify them in the most shameless ways. Those who have exhausted the normal pleasures of life and are still unsatisfied will seek their thrills in any new pleasures which are on offer.” [= Orang-orang akan ‘menolak untuk mengakui bahkan kesopanan / standard moral yang paling dasari dari kehidupan’. Kata Yunaninya adalah bahwa orang-orang akan menjadi ANOSIOS. ANOSIOS bukan berarti bahwa mereka akan melanggar hukum-hukum yang tertulis; itu berarti bahwa mereka akan melanggar hukum-hukum yang tidak tertulis yang merupakan bagian dan bungkusan / kelompok dari hakekat dari kehidupan. Bagi orang-orang Yunani, adalah ANOSIOS untuk menolak penguburan terhadap orang mati; adalah ANOSIOS bagi seorang saudara untuk menikahi saudarinya, atau bagi seorang anak laki-laki untuk menikahi ibunya. Orang yang ANOSIOS melanggar kesopanan / standard moral yang dasari dari kehidupan. Pelanggaran seperti itu bisa dan masih terjadi. Orang-orang yang dikuasai oleh nafsu-nafsu mereka akan memuaskannya dengan cara yang paling tidak tahu malu. Mereka yang telah kehabisan kesenangan-kesenangan normal dari kehidupan dan tetap tidak puas, akan mencari kesenangan-kesenangan mereka dalam kesenangan-kesenangan baru apapun yang tersedia.] - Libronix.
Catatan: kalau dalam buku fisiknya, maka kata-kata terakhir itu bukan ‘on offer’ [= tersedia] tetapi ‘abnormal’ [= tidak normal].

Tentang kata-kata Barclay berkenaan dengan seorang anak laki-laki yang menikahi ibunya, bandingkan dengan ayat di bawah ini.

1Korintus 5:1 - “Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya.”.

Tetapi dalam ayat ini rasanya yang dimaksudkan adalah ‘ibu tirinya’. Ruben berzinah dengan Bilha (Kejadian 35:22), dan Absalom memperkosa istri-istri Daud (2Samuel 16:22), merupakan contoh-contoh yang lain.

Alkitab jelas menganggap bahwa homosex dan lesbian merupakan dosa-dosa dari jenis ini.

Bdk. Roma 1:24-28 - “(24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. (25) Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. (27) Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka. (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas:”.

Dan sekarang lihat berita-berita di TV yang menunjukkan betapa banyak orang yang bergembira dan merasa menang pada waktu di negara mereka yang merupakan ‘negara kristen’, pernikahan homosex / lesbian disahkan!!!

9) “tidak tahu mengasihi”.
KJV: ‘Without natural affection’ [= Tanpa perasaan / rasa sayang alamiah].
RSV: ‘inhuman’ [= tidak manusiawi / tak berperasaan / kejam].
NIV: ‘without love’ [= tanpa kasih].
NASB: ‘unloving’ [= tidak mengasihi].

Barnes’ Notes (tentang Roma 1:31): “‘Without natural affections.’ This expression denotes the lack of affectionate regard toward their children. The attachment of parents to children is one of the strongest in nature, and nothing can overcome it but the most confirmed and established wickedness.” [= ‘Tanpa perasaan / rasa sayang alamiah’. Ungkapan ini menunjukkan tidak adanya rasa sayang terhadap anak-anak mereka. Kasih sayang dari orang tua kepada anak-anak adalah salah satu dari yang terkuat dalam alam, dan tak ada apapun bisa mengalahkannya kecuali kejahatan yang paling teguh.].

Barclay: “People will be ‘without human affection’ (ASTORGOS). STORGĒ is the word used especially of ‘family love,’ the love of child for parent and parent for child. If there is no human affection, the family cannot exist. In the terrible times, men and women will be so centred on self that even the closest ties will be nothing to them.” [= Orang-orang akan menjadi ‘tanpa perasaan manusia’ (ASTORGOS). STORGE adalah kata yang digunakan khususnya tentang ‘kasih keluarga’, kasih anak untuk orang tua dan orang tua untuk anak. Jika di sana tidak ada rasa sayang manusia, keluarga tidak bisa ada. Pada saat-saat yang mengerikan, orang laki-laki dan perempuan akan begitu terpusat pada diri sendiri sehingga bahkan hubungan-hubungan yang paling dekat akan tidak ada bagi mereka.].

Pulpit Commentary: “‘Without natural affection’ (ἄστοργοι); as in Rom. 1:31, ... The verb στέργω is ‘to love,’ used primarily of the natural affection of parents to their children and children to their parents. And στοργή is that natural love. These persons were without this στοργή, ... and so, according to St. Paul’s judgment in 1 Tim. 5:8, were ‘worse than infidels.’” [= ‘Tanpa perasaan sayang alamiah’ (ASTORGOI); seperti dalam Ro 1:31, ... Kata kerja STERGO artinya ‘mengasihi’, digunakan terutama tentang perasaan alamiah dari orang tua kepada anak-anak mereka dan anak-anak kepada orang tua mereka. Dan STORGE adalah kasih alamiah itu. Orang-orang ini tidak mempunyai STORGE ini, ... dan karena itu, menurut penilaian Santo Paulus dalam 1Tim 5:8, adalah ‘lebih buruk dari orang kafir’.].

Catatan: STERGO adalah kata kerjanya dan STORGE adalah kata bendanya.
1Timotius 5:8 - “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”.

Adam Clarke: “‘Without natural affection.’ ‎ASTORGOI‎. Without that affection which parents bear to their young, and which the young bear to their parents. An affection which is common to every class of animals; consequently, men without it are worse than brutes.” [= ‘Tanpa perasaan / rasa sayang alamiah’. ASTORGOI. Tanpa rasa sayang itu, yang orang tua punyai terhadap anak-anak mereka, dan yang orang-orang muda punyai terhadap orang tua mereka. Suatu perasaan yang umum bagi setiap golongan binatang; dan sebagai akibatnya, orang-orang tanpa ini adalah lebih buruk dari binatang-binatang.].

KHOTBAH 3. 2 TIMOTIUS 3:1-17 (CIRI ORANG KRISTEN PALSU 3)

10) “tidak mau berdamai”.
KJV: ‘trucebreakers’ [= pelanggar gencatan senjata].
RSV: ‘implacable’ [= tidak bisa ditenangkan / tak berbelas-kasihan / bersifat tidak mengampuni].
NIV: ‘unforgiving’ [= bersifat tidak mengampuni].
NASB: ‘irreconcilable’ [= tak bisa didamaikan].

Dari mana bisa terjadi perbedaan terjemahan-terjemahan seperti ini? Kata ini bisa ditinjau dari beberapa sudut, sehingga semua terjemahan di atas memang memungkinkan.

Perhatikan komentar / tafsiran dari beberapa penafsir di bawah ini.

Wycliffe mengatakan bahwa terjemahan yang benar adalah ‘implacable’ [= tidak bisa ditenangkan / tak berbelas-kasihan / bersifat tidak mengampuni].

Jamieson, Fausset & Brown juga mengatakan bahwa terjemahan yang benar dari kata Yunani ASPONDOI yang digunakan di sini adalah ‘implacable’, sedangkan terjemahan ‘trucebreakers’ [= pelanggar gencatan senjata / perjanjian] seperti dalam KJV, dalam bahasa Yunani adalah ASUNTHETOI.

Tetapi Adam Clarke mengatakan bahwa kata Yunani ASPONDOI yang digunakan di sini berasal dari kata ‘A’ yang berarti ‘tidak’, dan kata SPONDEE, yang berarti ‘suatu pencurahan’, yang menunjuk pada ‘suatu perjanjian’ karena dalam membuat perjanjian, ada upacara pencurahan anggur dan darah. Jadi, kata ASPONDOI berarti orang yang tidak mau terikat oleh perjanjian. Mereka mau / berani menjanjikan apapun, karena mereka tidak pernah bermaksud untuk melaksanakan apa yang dijanjikan.

Adam Clarke: “‘Truce-breakers.’ ASPONDOI‎. From A‎, the alpha negative, and SPONDEE‎, a libation, because in making treaties libations both of blood and wine were poured out. The word means those who are bound by no promise, held by no engagement, obliged by no oath; persons who readily promise anything, because they never intend to perform.” [= ‘Pelanggar gencatan senjata’. ASPONDOI. Dari A, alfa negatif / tidak, dan SPONDE, suatu penuangan cairan, karena dalam membuat perjanjian-perjanjian baik darah dan anggur dicurahkan. Kata itu berarti mereka yang tidak diikat oleh janji apapun, tidak ditahan oleh janji apapun, tidak diikat oleh sumpah apapun; orang-orang yang dengan siap / segera menjanjikan apapun, karena mereka tak pernah bermaksud untuk melakukannya.].

Sedangkan Albert Barnes mengatakan bahwa ASPONDOI memang berarti ‘tanpa perjanjian’, dan ini menunjuk kepada orang yang menentang perjanjian. Tetapi ia berkata bahwa ini bisa menunjuk kepada 2 golongan orang, yaitu:
a) Orang yang tidak menghargai perjanjian (ini seperti pandangan Clarke di atas).
b) Orang yang tidak mau didamaikan dengan orang lain pada waktu terjadi perbedaan. Ini menjadi seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia dan NASB.

Barnes’ Notes: “‘Trucebreakers.’ The same word in Rom 1:31, is rendered ‘implacable;’ see the notes at that verse. It properly means ‘without treaty;’ that is, those who are averse to any treaty or compact. It may thus refer to those who are unwilling to enter into any agreement; that is, either those who are unwilling to be reconciled to others when there is a variance - IMPLACABLE; or those who DISREGARD treaties or agreements. In either case, this marks a very corrupt condition of society. Nothing would be more indicative of the lowest state of degradation, than that in which all compacts and agreements were utterly disregarded.” [= ‘Pelanggar gencatan senjata’. Kata yang sama dalam Ro 1:31, diterjemahkan ‘implacable’ (tak bisa ditenangkan / tak berbelas kasihan); lihat catatan pada ayat itu. Itu secara tepat berarti ‘tanpa perjanjian’; artinya, mereka yang menolak / menentang perjanjian apapun. Jadi itu bisa menunjuk kepada mereka yang tidak mau masuk ke dalam perjanjian apapun; artinya, atau mereka yang tidak mau diperdamaikan dengan orang-orang lain pada waktu di sana ada perbedaan / pertengkaran - TAK BISA DITENANGKAN / TAK BERBELAS KASIHAN; atau mereka yang TIDAK MEMPEDULIKAN perjanjian-perjanjian. Dalam kasus yang manapun, ini menandai suatu keadaan masyarakat yang jahat / rusak. Tak ada apapun yang lebih menunjukkan keadaan degradasi yang terendah, dari pada keadaan itu dalam mana semua perjanjian sama sekali tak dipedulikan.].

Barnes’ Notes (tentang Roma 1:31): “‘Implacable.’ This word properly denotes those who will not be reconciled where there is a quarrel; or who pursue the offender with unyielding revenge. It denotes an unforgiving temper; and was doubtless common among the ancients, as it is among all pagan people. The aborigines of America have given the most striking manifestation of this that the world has known. It is well known that among them, neither time nor distance will obliterate the memory of an offence; and that the avenger will pursue the offender over hills and streams, and through heat or snow, happy if he may at last, though at the expiration of years, bury the tomahawk in the head of his victim, though it may be at the expense of his own life.” [= ‘Tak bisa ditenangkan / diperdamaikan’. Kata ini secara tepat menunjukkan mereka yang tidak mau diperdamaikan dimana disana ada suatu pertengkaran; atau yang mengejar si pelanggar dengan balas dendam yang tidak mau mundur. Itu menunjukkan suatu temperamen yang tidak mengampuni; dan tak diragukan merupakan sesuatu yang umum di antara orang-orang kuno, sebagaimana itu umum di antara orang-orang kafir. Orang-orang pribumi Amerika telah memberikan perwujudan yang paling menyolok tentang ini yang pernah dikenal oleh dunia. Merupakan sesuatu yang terkenal bahwa di antara mereka, baik waktu maupun jarak tidak akan menghapuskan ingatan tentang suatu pelanggaran; dan bahwa sang pembalas dendam akan mengejar si pelanggar melewati bukit-bukit dan sungai-sungai, dan melalui panas atau salju, bahagia jika ia akhirnya, sekalipun pada akhir dari tahun-tahun, menguburkan tomahawk di kepala korbannya, sekalipun dengan pengorbanan nyawanya sendiri.].

Catatan: dalam Roma 1:31 ada problem text (lihat Jamieson, Fausset & Brown), karena itu ada terjemahan-terjemahan yang tidak mempunyai kata ini.

William Barclay: “People will be implacable in their hatreds (ASPONDOS). SPONDĒ is the word for a truce or an agreement. ASPONDOS can mean two things. It can mean that someone is so bitter as to be completely unable to come to terms with the person with whom he or she has quarrelled. Or it can mean being so dishonourable as to break the terms of an agreement. In either case, the word describes a certain harshness of mind which separates people from their neighbours in unrelenting bitterness. It may be that, since we are only human, we cannot live entirely without differences with one another; but to perpetuate these differences is one of the worst - and also one of the most common - of all sins. When we are tempted to do so, we should hear again the voice of our blessed Lord saying on the cross: ‘Father, forgive them.’” [= Orang-orang akan menjadi tidak berbelas kasihan dalam kebencian mereka (ASPONDOS). SPONDE adalah kata untuk suatu gencatan senjata atau suatu perjanjian. ASPONDOS bisa berarti dua hal. Itu bisa berarti bahwa seseorang adalah begitu pahit sehingga sama sekali tidak bisa sampai pada syarat-syarat (perjanjian) dengan orang dengan siapa ia telah bertengkar. Atau itu bisa berarti begitu tidak terhormat sehingga melanggar syarat-syarat dari suatu perjanjian. Dalam kasus manapun, kata itu menggambarkan suatu kekerasan pikiran tertentu yang memisahkan orang-orang dari sesama mereka dalam kepahitan yang tak henti-hentinya.Memang bisa bahwa, karena kita hanyalah manusia, kita tak bisa hidup sepenuhnya tanpa perbedaan-perbedaan satu dengan yang lain; tetapi mengabadikan perbedaan-perbedaan ini adalah salah satu dari yang terburuk - dan juga salah satu dari yang paling umum - dari semua dosa-dosa. Pada waktu kita dicobai untuk melakukan demikian, kita harus mendengar lagi suara Tuhan kita yang diberkati / terpuji yang berkata pada salib: ‘Bapa, ampunilah mereka’.].

The Bible Exposition Commentary: “‘Trucebreakers’ (2 Timotius 3:3) describes people who will not try to agree. They are unyielding and irreconcilable and must have their own way.” [= ‘Pelanggar gencatan senjata’ (2 Timotius 3:3) menggambarkan orang-orang yang tidak mau berusaha untuk setuju. Mereka tidak menyerah dan tidak bisa didamaikan dan harus mendapatkan keinginan mereka.].

Penerapan:

1. Apakah saudara adalah orang yang memegang janji?
Bdk. Mazmur 15:1-4 - “[(1) Mazmur Daud.] TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus? (2) Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, (3) yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; (4) yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;”.

Perhatikan bahwa yang saya garis bawahi itu merupakan salah satu syarat dari orang yang boleh diam di rumah Tuhan. Tetapi Paulus mengatakan bahwa ternyata ‘melanggar perjanjian’ menjadi ciri dari orang di dalam gereja!

2. Apakah saudara adalah orang yang tidak mau didamaikan dengan orang dengan siapa saudara bertengkar? Orang Kristen seharusnya menjadi pembawa / pembuat damai.
Matius 5:9 - “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”.
Dan karena itu orang Kristen itu sendiri harus mau berdamai dengan orang lain. Kalau saudara sudah mau berdamai, tetapi ‘lawan’ saudara tidak mau, itu bukan salah saudara.

Roma 12:18 - “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.

11) “suka menjelekkan orang”.
KJV: ‘false accusers’ [= penuduh-penuduh palsu].
RSV: ‘slanderers’ [= pemfitnah-pemfitnah].
NIV: ‘slanderous’ [= bersifat memfitnah].
NASB: ‘malicious gossips’ [= gosip-gosip yang jahat].

Kata Yunani yang digunakan adalah DIABOLOI, yang merupakan kata bentuk jamak dari DIABOLOS. Dari kata DIABOLOS ini diturunkan kata bahasa Inggris ‘devil’ {= setan / iblis}], yang berarti ‘an accuser / a slanderer’ [= seorang penuduh / pemfitnah], yang merupakan gelar untuk setan / iblis (muncul dalam Wah 12:9).

Wahyu 12:9 - “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis (Yunani: DIABOLOS) atau Satan (Yunani: SATANAS), yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”.

Bandingkan dengan Roh Kudus yang disebut PARAKLETOS (Yoh 14:16 Yoh 14:26 Yohanes 15:26 Yoh 16:7), yang bisa diartikan ‘Pembela’.

Kalau saudara suka memfitnah / menjelekkan orang, maka ingat bahwa itu pekerjaan Iblis!

Adam Clarke: “‘False accusers.’ ‎DIABOLOI‎. Devils; but properly enough rendered false accusers, for this is a principal work of the Devil. Slanderers; striving ever to ruin the characters of others.” [= ‘Penuduh-penuduh palsu’. DIABOLOI. Iblis-iblis; tetapi secara cukup tepat diterjemahkan penuduh-penuduh palsu, karena ini adalah pekerjaan utama dari Iblis. Pemfitnah-pemfitnah; selalu berusaha untuk menghancurkan karakter dari orang-orang lain.].

Barnes’ Notes: “‘False accusers.’ Margin, ‘makebates.’ The word ‘makebate’ means one who excites contentions and quarrels. Webster. The Greek here is DIABOLOI ‎- ‘devils’ - the primitive meaning of which is, ‘calumniator, slanderer, accuser;’ compare the notes at 1 Tim 3:11, where the word is rendered ‘slanderers.’” [= ‘Penuduh-penuduh palsu’. Catatan tepi, ‘makebates’. Kata ‘makebate’ berarti seseorang yang membangkitkan pertikaian dan pertengkaran. Webster. Kata Yunaninya di sini adalah DIABOLOI - ‘Iblis-iblis’ - arti primitif darinya adalah, ‘Pemfitnah, penuduh’; bandingkan dengan catatan pada 1Tim 3:11, dimana kata itu diterjemahkan ‘pemfitnah-pemfitnah’.].

Barnes’ Notes (tentang 1Timotius 3:11): “‘Not slanderers.’ compare Titus 2:3, ‘Not false accusers.’ The Greek word is ‎DIABOLOUS ‎- ‘devils.’ It is used here in its original and proper sense, to denote a ‘calumniator,’ ‘slanderer,’ or ‘accuser.’ It occurs in the same sense in 2 Tim 3:3, and Titus 2:3. Elsewhere in the New Testament, it is uniformly rendered ‘devil’ (compare notes, Matt 4:1), and is given to Satan, the prince of the fallen angels (Matt 9:34), by way of eminence, as ‘the accuser;’ compare notes on Job 1:6-11, and Rev 12:10.” [= ‘Bukan pemfitnah’. bdk. Tit 2:3, ‘bukan penuduh palsu’. Kata Yunaninya adalah DIABOLOUS - ‘iblis-iblis’. Kata itu digunakan di sini dalam arti yang orisinil dan tepat, untuk menunjuk kepada seorang pemfitnah atau penuduh. Kata itu muncul dengan arti yang sama dalam 2 Timotius 3:3, dan Tit 2:3. Di tempat lain dalam Perjanjian Baru, kata itu secara seragam diterjemahkan ‘iblis’ (bandingkan catatan, Mat 4:1), dan diberikan kepada Setan / Iblis, pangeran dari malaikat-malaikat yang jatuh (Matius 9:34), sebagai yang paling utama, seperti ‘si penuduh / pendakwa’; bandingkan catatan tentang Ayub 1:6-11, dan Wahyu 12:10.].

Ayub 1:6-11 - “(6) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (7) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.’ (8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.’ (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’”.

Wahyu 12:10 - “Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ‘Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapiNya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.”.

Matthew Henry: “The times are perilous when men are false accusers one of another, DIABOLOI - devils one to another, having no regard to the good name of others, or to the religious obligations of an oath, but thinking themselves at liberty to say and do what they please, Ps 12:4.” [= Masa adalah berbahaya pada waktu orang-orang adalah penuduh-penuduh palsu satu terhadap yang lain, DIABOLOI - iblis-iblis satu terhadap yang lain, tak mempedulikan nama baik dari orang-orang lain, atau pada kewajiban-kewajiban agamawi dari suatu sumpah, tetapi menganggap diri mereka sendiri bebas untuk mengatakan dan melakukan apa yang mereka senangi / inginkan, Maz 12:5.].
Maz 12:5 - “dari mereka yang berkata: ‘Dengan lidah kami, kami menang! Bibir kami menyokong kami! Siapakah tuan atas kami?’”.

Barclay: “IN these terrible days, people will be ‘slanderers.’ The Greek for ‘slanderer’ is DIABOLOS, which is precisely the English word ‘devil.’ The devil is the patron saint of all slanderers, and of all slanderers he is chief. There is a sense in which slander is the most cruel of all sins. If our possessions are stolen, we can set to and build up our fortunes again; but, if our good name is taken away, irreparable damage has been done. It is one thing to start an evil and untrue report on its malicious way; it is entirely another thing to stop it. ... Many men and women, who would never dream of stealing, think nothing of - even find pleasure in - passing on a story which ruins someone else’s good name, without even trying to find out whether or not it is true. There is slander enough in many churches to make the recording angel weep as he records it.” [= Dalam / pada hari-hari yang mengerikan ini, orang-orang akan menjadi ‘pemfitnah-pemfitnah’. Kata Yunani untuk ‘pemfitnah’ adalah DIABOLOS, yang secara persis adalah kata bahasa Inggris untuk ‘devil’ / ‘Iblis’. Iblis adalah orang kudus pelindung dari semua pemfitnah, dan dari semua pemfitnah ia adalah kepala / pemimpin. Di sana ada suatu arti dalam mana fitnah adalah yang paling kejam dari semua dosa. Jika milik kita dicuri, kita bisa mulai dan membangun kekayaan kita lagi; tetapi jika nama baik kita diambil, kerusakan yang tak bisa diperbaiki telah dilakukan. Memulai suatu laporan / desas desus yang jahat dan tidak benar pada jalannya yang jahat merupakan sesuatu yang sepenuhnya berbeda dengan menghentikannya. ... Banyak orang-orang laki-laki dan perempuan, yang tidak pernah bermimpi tentang mencuri, tidak berpikir apapun tentang, bahkan mendapatkan kesenangan dalam, menyampaikan suatu cerita yang menghancurkan nama baik seorang lain, bahkan tanpa berusaha untuk mengetahui apakah itu benar atau tidak. Ada cukup banyak fitnah dalam banyak gereja-gereja untuk membuat malaikat pencatat menangis pada waktu ia mencatatnya.].

‘Memfitnah’ ini merupakan salah satu dosa untuk mana seseorang seharusnya dikucilkan dari gereja. Ini sudah bisa terlihat dari 2 Timotius 3: 5: “Jauhilah mereka itu!”. Juga bisa terlihat dari text di bawah ini.

Bdk. 1Korintus 5:10-11 - “(10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”.

Tetapi agak repot juga mengucilkan / memberlakukan siasat gerejani terhadap seseorang yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam gerejanya, sekalipun ia secara terang-terangan terus menerus memfitnah, seperti dalam kasus Suhento Liauw yang terus menerus memfitnah Calvin sebagai pembunuh Servetus, dan macam-macam fitnahan busuk lainnya. Bukan saja ia tidak dikucilkan, tetapi ia bahkan menjadi teladan bagi jemaat dan murid-muridnya, untuk juga memfitnah Calvin / para Calvinist / Calvinisme!

Juga repotnya, orang Kristen seringkali / pada umumnya bukannya mengucilkan orang yang memfitnah / menyebarkan gosip, tetapi sebaliknya mereka senang mendengarnya.

Bagi saudara yang senang mendengar gossip / fitnah, ingat bahwa orang yang sekarang ini memfitnah / menggosip orang lain kepada saudara, suatu hari bisa saja memfitnah / menggosip saudara kepada orang lain!

12) “tidak dapat mengekang diri”.
KJV: ‘incontinent’ [= tanpa penguasaan diri].
RSV: ‘profligates’ [= diserahkan sepenuhnya pada ketidak-bermoralan].
NIV/NASB: ‘without self-control’ [= tanpa penguasaan diri].

Clarke mengatakan bahwa kata Yunani yang digunakan adalah AKRATEIS, yang berasal dari 2 kata Yunani, yaitu ‘A’, yang berarti ‘tidak’, dan KRATOS, yang berarti ‘power’ [= kekuatan / kuasa]. Jadi, orang ini tidak mempunyai kekuatan untuk menguasai dirinya / nafsunya. Ini bisa terjadi dalam banyak hal / keinginan, seperti sex, makan, amarah, bersenang-senang, tidur, main handphone, dan sebagainya.

Bahkan hal-hal yang baik, atau hal yang dalam dirinya sendiri bukan dosa, tetapi kalau dilakukan secara berlebihan, menjadi dosa. Misalnya olah raga, main HP, jalan-jalan, shopping, makan, dan sebagainya. Karena itu semua keinginan kita harus dikendalikan, supaya tidak melampaui batas.

Adam Clarke: “‘Incontinent.’ AKRATEIS‎. From A‎, the alpha negative, and KRATOS‎, power. Those who, having sinned away their power of self-government, want strength to govern their appetites; especially those who are slaves to uncleanness.” [= ‘Tanpa penguasaan diri’. AKRATEIS. Dari A, alpha negatif / tidak, dan KRATOS, kuasa. Mereka yang, telah berdosa dengan membuang kuasa mereka untuk pemerintahan diri sendiri, kekurangan kekuatan untuk memerintah nafsu makan mereka; khususnya mereka yang adalah budak-budak dari kecemaran.].

Barnes’ Notes: “‘Incontinent.’ 1 Cor 7:5. Literally, ‘without strength;’ that is, without strength to resist the solicitations of passion, or who readily yield to it.” [= ‘Tanpa penguasaan diri’. 1Kor 7:5. Secara hurufiah, ‘tanpa kekuatan’; artinya, tanpa kekuatan untuk menahan godaan dari nafsu, atau yang dengan segera / siap menyerah kepadanya.].

1Korintus 7:5 - “Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.”.
KJV: ‘for your incontinency’ [= untuk ketidak-mampuanmu untuk mengontrol].
RSV: ‘through lack of self-control’ [= melalui kurangnya penguasaan diri].
NIV/NASB: ‘because of your lack of self-control’ [= karena kurangnya penguasaan dirimu].

Barclay: “People will be ‘ungovernable in their desires’ (AKRATĒS). The Greek verb KRATEIN means ‘to control.’ It is possible to reach a stage when, far from controlling a habit or desire, a person becomes a slave to it. That is the inevitable way to ruin, for no one can take control of anything without first taking control of self.” [= Orang-orang akan menjadi ‘tidak bisa diperintah / dikendalikan dalam keinginan-keinginan mereka’ (AKRATĒS). Kata kerja Yunani KRATEIN berarti ‘mengontrol /mengendalikan’. Adalah mungkin untuk mencapai suatu tingkat pada waktu, jauh dari penguasaan / pengendalian suatu kebiasaan atau keinginan, seseorang menjadi seorang budak darinya. Itu adalah suatu jalan yang tak terhindarkan pada kehancuran, karena tak seorangpun bisa mengendalikan apapun tanpa pertama-tama mengendalikan dirinya sendiri.].

13) “garang”.
KJV/RSV: ‘fierce’ [= ganas / galak].
NIV/NASB: ‘brutal’ [= brutal / kejam].

Clarke mengatakan bahwa kata Yunani yang digunakan adalah ANEEMEROI, yang berasal dari 2 kata Yunani, yaitu ‘A’, yang berarti ‘tidak’, dan HEEMEROS, yang berarti ‘mild’ / ‘gentle’ [= lembut]. Jadi, arti katanya adalah ‘tidak lembut’, atau ‘garang’ / ‘galak’.

Adam Clarke: “‘Fierce.’ ‎ANEEMEROI‎; From A‎, the alpha negative, and HEEMEROS, mild or gentle. Wild, impetuous, whatever is contrary to pliability and gentleness.” [= ‘Ganas / galak’. ANEMEROI; Dari A, alpha negatif / tidak, dan HEMEROS, moderat atau lembut. Liar, tidak sabar / bergerak dengan kekuatan dan kecepatan yang besar, apapun yang bertentangan dengan kelunakan dan kelembutan.].

Matthew Henry: “‎When men have no government of themselves and their own appetites: not of their own appetites, for they are incontinent; not of their own passions, for they are fierce; when they have no rule over their own spirits, and therefore are like a city that is broken down, and has no walls; they are soon fired, upon the least provocation.” [= Pada waktu orang-orang tidak mempunyai pemerintahan atas diri mereka sendiri dan nafsu makan / keinginan mereka sendiri: tidak tentang nafsu makan / keinginan mereka sendiri, karena mereka tidak punya penguasaan diri; tidak tentang nafsu mereka sendiri, karena mereka ganas / galak; pada waktu mereka tidak punya peraturan atas roh / kecenderungan mereka sendiri, dan karena itu seperti sebuah kota yang roboh, dan tidak mempunyai tembok; mereka segera / cepat menyala / meledak, karena provokasi yang terkecil.].
Bdk. Amsal 25:28 - “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.”.

Barclay: “People will be ‘savage.’ The word is ANĒMEROS and would be more fittingly applied to a wild animal than to a human being. It denotes a savagery which has neither sensitivity nor sympathy. People can be savage in rebuke and savage in pitiless action. Even a dog may show signs of being sorry when it has hurt its owner; but there are people who, in their treatment of others, can be lost to human sympathy and feeling.” [= Orang-orang akan menjadi ‘liar / ganas / buas’. Kata itu adalah ANĒMEROS dan akan secara lebih tepat diterapkan pada seekor binatang liar dari pada kepada seorang manusia. Itu menunjukkan suatu keliaran / keganasan yang tidak mempunyai kepekaan ataupun simpati. Orang-orang bisa ganas dalam mengkritik / memarahi dan ganas dalam tindakan tanpa belas kasihan. Bahkan seekor anjing bisa menunjukkan tanda-tanda penyesalan pada waktu ia telah menyakiti pemiliknya; tetapi disana ada orang-orang yang, dalam perlakuan mereka terhadap orang-orang lain, bisa tidak peka / dikeraskan terhadap simpati dan perasaan manusia.].

14) “tidak suka yang baik”.
KJV: ‘despisers of those that are good’ [= pemandang rendah tentang hal-hal yang baik].
RSV/NASB: ‘haters of good’ [= pembenci-pembenci dari yang baik].
NIV: ‘not lovers of the good’ [= bukan pecinta-pecinta dari yang baik].

Adam Clarke: “‘Despisers of those that are good.’ APHILAGATHOI‎. Not lovers of good men. ... Those who do not love the good must be radically bad themselves.” [= ‘Pemandang rendah tentang hal-hal yang baik’. APHILAGATHOI. Bukan pecinta-pecinta dari orang-orang yang baik. ... Mereka yang tidak mengasihi orang-orang yang baik, pasti mereka sendiri adalah buruk secara radikal.].

Barnes’ Notes: “‘Despisers of those that are good.’ In Titus 1:8, it is said of a bishop that he must be ‘a lover of good men.’ This, in every condition of life, is a virtue, and hence, the opposite of it is here set down as one of the characteristics of that evil age of which the apostle speaks.” [= ‘Pemandang rendah tentang hal-hal yang baik’. Dalam Titus 1:8, dikatakan tentang seorang uskup bahwa ia harus adalah ‘seorang pecinta dari orang-orang yang baik’. Ini, dalam setiap sikon kehidupan, adalah suatu sifat baik, dan karena itu, kebalikannya di sini dituliskan sebagai satu dari ciri-ciri dari jaman yang jahat itu tentang mana sang rasul berbicara.].

Titus 1:8 - “melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri”.
KJV: ‘a lover of good men’ [= seorang pecinta orang-orang yang baik].

Barclay: “IN these last terrible days, people will come ‘to have no love for good things or good persons’ (APHILAGATHOS). There can come a time in life when the company of good people and the presence of good things is simply an embarrassment. Those who feed their minds on cheap literature can in the end find nothing in the great classics. Their mental palate loses its taste. Finding even the presence of good people something which is best avoided is a true sign of having reached the very depths.” [= Pada hari-hari terakhir yang mengerikan ini, orang-orang akan ‘tidak mempunyai kasih untuk hal-hal yang baik atau orang-orang yang baik (APHILAGATHOS). Akan datang suatu masa dalam kehidupan pada waktu kumpulan / hubungan dengan orang-orang baik dan kehadiran dari hal-hal yang baik merupakan hal yang memalukan. Mereka yang memberi makan pikiran mereka dengan literatur murahan pada akhirnya tidak bisa menemukan apapun dalam literatur klasik yang agung. Rasa kecap mental mereka kehilangan rasanya. Menemukan bahkan dalam kehadiran dari orang-orang baik sesuatu yang sebaiknya dihindari adalah suatu tanda yang benar dari telah tercapainya kedalaman yang sangat dalam.].

KHOTBAH 4. 2 TIMOTIUS 3:1-17 (ORANG KRISTEN YANG "NIKAH SIRI") 

15) “suka mengkhianat”.
KJV: ‘Traitors’ [= Pengkhianat-pengkhianat].
RSV/NIV/NASB: ‘treacherous’ [= bersifat mengkhianat].

The Bible Exposition Commentary: “‘Traitors’ (2 Timotius 3:4) describes people who betray others and cannot be trusted. Neither friendship nor partnership makes any difference to them; they lie and break their promises whenever doing so helps them get their own way.” [= ‘Pengkhianat-pengkhianat’ (2 Timotius 3:4) menggambarkan orang-orang yang mengkhianati orang-orang lain dan tidak bisa dipercaya. Baik persahabatan maupun hubungan rekan tidak membuat perbedaan bagi mereka; mereka berdusta dan melanggar janji-janji mereka pada waktu melakukan itu menolong mereka untuk mendapatkan keinginan mereka.].

Adam Clarke: “‘Traitors.’ PRODOTAI‎. From PRO‎, before, and DIDOOMI‎, to divide up. Those who deliver up to an enemy the person who has put his life in their hands; such as the Scots of 1648, who delivered up into the hands of his enemies their unfortunate countryman and king, Charles the First; a stain which no lapse of ages can wipe out.” [= ‘Pengkhianat-pengkhianat’. PRODOTAI. Dari PRO, di hadapan, dan DIDOMI, membagi-bagikan. Mereka yang menyerahkan kepada seorang musuh orang yang telah meletakkan nyawanya dalam tangan mereka; seperti orang-orang Skotlandia dari tahun 1648, yang menyerahkan ke dalam tangan dari musuh-musuhnya rekan senegara dan raja mereka yang malang / sial, Charles yang pertama; suatu noda yang tak bisa dihapuskan dengan lewatnya jaman-jaman.].

Barnes’ Notes: “‘Traitors.’ This word is used in the New Testament only here and in Luke 6:16; Acts 7:52. It means any one who betrays - whether it be a friend or his country. TREASON has been in all ages regarded as one of the worst crimes that man can commit.” [= ‘Pengkhianat-pengkhianat’. Kata ini digunakan dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan dalam Lukas 6:16; Kis 7:52. Itu berarti siapapun yang mengkhianat - apakah yang dikhianati itu seorang sahabat atau negaranya. PENGKHIANATAN dalam semua jaman telah dianggap sebagai salah satu dari kejahatan-kejahatan terburuk yang orang bisa lakukan.].

Pulpit Commentary: “It does not mean traitors to their king or country, but generally betrayers of the persons who trust in them, and of the cause of the trust committed to them; perhaps specially, as Bishop Ellicott suggests, of their brethren in times of persecution.” [= Itu tidak berarti pengkhianat-pengkhianat terhadap raja atau negara mereka, tetapi secara umum pengkhianat-pengkhianat terhadap orang-orang yang mempercayai mereka, dan tentang perkara yang dipercayakan kepada mereka; mungkin secara khusus, seperti diusulkan oleh Uskup Ellicott, tentang saudara-saudara mereka pada masa penganiayaan.].

Catatan: kalau ditinjau dari kata yang digunakan, tentu itu bisa menunjuk pada pengkhianat terhadap raja / negara. Tetapi apakah itu ada dalam pikiran Paulus pada waktu ia menuliskan hal ini, itu sukar untuk diketahui.

Barclay: “People will be ‘treacherous.’ The Greek word (PRODOTĒS) means nothing less than a ‘traitor.’ We must remember that this was written just at the beginning of the years of persecution, when it was becoming a crime to be a Christian. ... There were those who would revenge themselves on an enemy by informing against him. What Paul is thinking of here is more than faithlessness in friendship - although that in all truth is wounding enough - he is thinking of those who, to pay back an old score, would inform against the Christians to the Roman government.” [= Orang-orang akan menjadi ‘bersifat mengkhianat’. Kata Yunani PRODOTES berarti tidak kurang dari ‘seorang pengkhianat’. Kita harus mengingat bahwa ini ditulis pada awal dari tahun-tahun penganiayaan, pada waktu merupakan suatu tindakan kriminal untuk menjadi seorang Kristen. ... Di sana ada mereka yang mau membalas dendam mereka sendiri kepada seorang musuh dengan memberikan informasi terhadap / menentang dia. Apa yang Paulus sedang pikirkan di sini adalah lebih dari sekedar ketidak-setiaan dalam persahabatan - sekalipun itu sebenarnya sudah cukup melukai - ia sedang berpikir tentang mereka yang, untuk membalas dendam lama, akan memberikan informasi terhadap / menentang orang-orang Kristen kepada pemerintah Romawi.].

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

Matius 24:10 - “dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.”.
KJV: ‘shall betray one another’ [= akan mengkhianati satu sama lain].

Matius 10:21 - “Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.”.
KJV/RSV: ‘deliver up’ [= menyerahkan].
NIV/NASB: ‘betray’ [= mengkhianati].

Kalau dilihat kontextnya, yaitu Matius 10:21-25, maka tindakan menyerahkan / mengkhianati ini berurusan dengan agama / kepercayaan kepada Yesus. Jadi, seseorang yang percaya kepada Yesus dikhianati / diserahkan oleh keluarganya sendiri.

Tetapi pengkhianatan tentu juga bisa terjadi dalam hal-hal lain, seperti dalam urusan negara, cinta / pacaran / pernikahan, bisnis dan sebagainya.

Kalau saudara dikhianati, jangan terlalu heran, karena Yesus juga dikhianati. Seorang murid tidak lebih dari Gurunya, dan seorang hamba tidak lebih dari Tuannya (Matius 10:24), bukan?

16) “tidak berpikir panjang”.
KJV: ‘heady’ [= gegabah].
RSV/NASB: ‘reckless’ [= sembrono].
NIV: ‘rash’ [= terburu-buru / kurang berpikir / gegabah].

Adam Clarke: “‘Heady.’ PROPETEIS‎. From PRO‎, forward, and PIPTOO‎, to fall; headstrong, precipitate, rash, inconsiderate.” [= ‘Gegabah’. PROPETEIS. Dari PRO, ke depan, dan PIPTO, jatuh; sukar dikekang / keras kepala, tergesa-gesa, gegabah, tak peduli orang lain.].

Barnes’ Notes: “‘Heady.’ The same word in Acts 19:36, is rendered RASHLY. It occurs only there and in this place in the New Testament. It properly means ‘falling forwards; prone, inclined, ready to do anything; then precipitate, headlong, rash.’ It is opposed to that which is deliberate and calm, and here means that men would be ready to do anything without deliberation, or concern for the consequences. They would engage in enterprises which would only disturb society, or prove their own ruin.” [= ‘Gegabah’. Kata yang sama dalam Kis 19:36, diterjemahkan ‘dengan terburu-buru’. Kata itu muncul hanya di sana dan di tempat ini dalam Perjanjian Baru. Itu secara tepat berarti ‘jatuh ke depan; condong, cenderung, siap melakukan apapun; lalu tergesa-gesa, tak berpikir panjang, gegabah’. Kata itu dipertentangkan dengan apa yang dipikirkan / dipertimbangkan baik-baik dan tenang, dan di sini berarti bahwa orang-orang akan siap untuk melakukan apapun tanpa pertimbangan, atau kepedulian terhadap konsekwensi-konsekwensinya. Mereka akan terlibat dalam usaha-usaha yang hanya akan mengganggu masyarakat, atau menyebabkan kehancuran mereka sendiri.].

Kisah Para Rasul 19:36 - “Hal itu tidak dapat dibantah, karena itu hendaklah kamu tenang dan janganlah terburu-buru bertindak.”.

Barclay: “The word is PROPETĒS, precipitate or reckless. It describes the person who is swept on by passion and impulse to such an extent that he or she is totally unable to think sensibly. Far more harm is done from lack of thought than by almost anything else. Time after time, we would be saved from hurting ourselves and from wounding other people if we would only stop to think.” [= Kata yang digunakan adalah PROPETĒS, cepat-cepat / terburu-buru atau ceroboh. Itu menggambarkan seseorang yang digerakkan oleh nafsu dan dorongan hati yang tiba-tiba (impulsif) sampai pada taraf dimana dia sama sekali tidak mampu berpikir dengan penilaian yang baik. Jauh lebih banyak luka / kerugian yang terjadi karena kurangnya pemikiran dari pada hampir apapun juga. Seringkali /berulang-ulang, kita akan diselamatkan dari melukai / merugikan diri kita sendiri dan melukai orang-orang lain seandainya kita mau berhenti untuk berpikir.].

Bdk. Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.”.

Contoh:

a) Orang Kristen yang ‘nikah siri’!

b) Cepat-cepat kawin, tanpa pemikiran yang cukup, dan masa pacaran yang cukup untuk bisa mengenal orang yang akan dikawini, merupakan suatu tindakan terburu-buru / ceroboh.

c) Mau melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum, seperti dalam urusan dengan narkoba, karena sangat membutuhkan uang, juga jelas merupakan suatu tindakan terburu-buru / ceroboh.

d) Khususnya pada saat sedang marah, depresi dsb, dari pada cepat-cepat memutuskan / melakukan sesuatu, yang nantinya akan kita sesali, sebaiknya kita tidak melakukan apa-apa, sampai kemarahan atau depresi itu mereda, dan ada kesempatan untuk berpikir secara waras, baru kita memutuskan / melakukan sesuatu!

e) Kita bisa gegabah / tidak berpikir panjang bukan hanya dalam tindakan / keputusan, tetapi juga dengan kata-kata / janji / nazar / sumpah. Herodes dan Yefta (Mat 14:7 Hak 11:30-31) adalah contoh orang yang terburu-buru dengan kata-kata / janji / nazar / sumpahnya.

Bdk. Amsal 29:20 - “Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.”.

Pkh 5:1,3,4 - “(1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit. ... (3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. (4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.”.

17) “berlagak tahu”.
KJV: ‘highminded’ [= sombong / arogan].
RSV: ‘swollen with conceit’ [= membengkak dengan pikiran yang terlalu tinggi tentang diri sendiri].
NIV/NASB: ‘conceited’ [= berpikir terlalu tinggi tentang diri sendiri].

Adam Clarke: “‘High-minded.’ ‎TETUPHOOMENOI‎. From ‎TUPHOS‎, smoke; the frivolously aspiring; those who are full of themselves, and empty of all good.” [= ‘Sombong / arogan’. TETUPHOMENOI. Dari TOPHOS, ‘asap’; berambisi secara bodoh; mereka yang penuh dengan diri mereka sendiri, dan kosong dari semua hal-hal yang baik.].

Barnes’ Notes: “‘High-minded.’ Literally, ‘puffed up;’ compare the notes at 1 Tim 3:6, where the same word is rendered ‘lifted up with pride.’ The meaning is, that they would be inflated with pride or self-conceit.” [= ‘Sombong / arogan’. Secara hurufiah, ‘membengkak / penuh dengan kesombongan’; bandingkan dengan catatan pada 1Tim 3:6, dimana kata yang sama diterjemahkan ‘ditinggikan dengan kesombongan’. Artinya adalah, bahwa mereka akan menggelembung dengan kesombongan atau pikiran yang terlalu tinggi akan dirinya sendiri.].

1Timotius 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.”.
KJV: ‘lifted up with pride’ [= ditinggikan dengan kesombongan].

Catatan: Dalam 1Tim 3:6, ini merupakan syarat dari penatua / penilik jemaat. Jadi, jangan mengangkat seseorang yang baru bertobat untuk menjadi penatua, supaya jangan orang itu menjadi sombong.

Barclay: “People will be ‘inflated with conceit’ (TETUPHŌMENOS). The word is almost exactly the English ‘swollen-headed.’ They will be inflated with a sense of their own importance. There are still church officials whose main thought is their own dignity; but Christians are the followers of the one who was meek and lowly in heart.” [= Orang-orang akan ‘menggelembung dengan penilaian yang berlebihan tentang diri sendiri’ (TETUPHŌMENOS). Mereka akan menggelembung dengan suatu perasaan / pemikiran tentang betapa pentingnya diri mereka sendiri. Di sana tetap ada pejabat-pejabat gereja yang pemikiran utamanya adalah kewibawaan mereka sendiri; tetapi orang-orang Kristen adalah pengikut-pengikut dari ‘orang’ yang adalah lemah lembut dan rendah hati.].

Matius 11:29 - “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.

Seseorang bisa congkak / sombong dalam banyak hal:

a) Dalam hal-hal sekuler, seperti kekayaan, kepandaian, bentuk tubuh / wajah, dan sebagainya.

b) Dalam urusan iman / kerohanian.
1Korintus 10:12 - “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
Bandingkan dengan Petrus yang begitu yakin tidak akan menyangkal Yesus sekalipun harus mati, tetapi akhirnya menyangkal Yesus 3 x!

Tetapi dalam hal ini harus dibedakan antara ‘yakin’, yang merupakan sesuatu yang baik, dengan ‘sombong’ atau mempunyai keyakinan berlebihan yang tidak pada tempatnya tentang dirinya sendiri, yang merupakan sesuatu yang salah.

Dalam urusan yakin masuk surga, karena iman kepada Kristus, ini bukan sombong. Ini seharusnya ada dalam diri semua orang kristen yang sejati.
Juga dalam hal yakin akan kebenaran dari ajaran yang ia anut, ini seharusnya ada dalam diri semua orang kristen yang sejati.

c) Dalam kekudusan; menganggap diri suci, seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus.

Bdk. Lukas 18:9-12 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.”.

d) Dalam kemampuan / karunia pelayanan.
Bdk. Roma 12:3-8 - “(3) Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. (4) Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, (5) demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. (6) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”.

Dalam urusan antara kemampuan / karunia dan pelayanan, ada 2 extrim yang sama-sama harus diwaspadai / dihindari:
1. Orang yang mempunyai kemampuan, tetapi merasa tidak mampu (minder / rendah diri).
Jangan minder dan jangan terlalu cepat berkata bahwa saudara tidak bisa / tidak berkarunia dalam suatu pelayanan. Seringkali suatu karunia baru terlihat setelah dicoba dalam pelayanan.
2. Orang yang tidak mempunyai kemampuan, tetapi merasa mampu (GR)!
Banyaknya orang-orang seperti ini, yang terjun dalam pelayanan, dimana mereka tidak mempunyai karunia, lebih merusak gereja dari pada memperbaikinya!

KHOTBAH 5. 2 TIMOTIUS 3:1-17 (GEREJA YANG KUDUS DAN AM)

18) “lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.”.
Kata-kata ‘menuruti’ (2 x) dan ‘hawa nafsu’ ini salah terjemahan! Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Alkitab-Alkitab bahasa Inggris.
KJV: ‘lovers of pleasures more than lovers of God;’ [= pecinta-pecinta dari kesenangan-kesenangan lebih dari pada pecinta-pecinta Allah;].
RSV/NIV/NASB: ‘lovers of pleasure rather than lovers of God’ [= pecinta-pecinta dari kesenangan dan bukannya pecinta-pecinta Allah].

Pulpit Commentary: “‘Pleasure’ is a word used in Scripture to denote, not lawful and wise enjoyment, but a carnal sensuousness which often leads to sensuality. We see what an absorbing power pleasure is, and how by degrees it destroys the sense of duty and ignores the voice of conscience.” [= ‘Kesenangan’ adalah suatu kata yang digunakan dalam Kitab Suci untuk menunjukkan, bukan penikmatan yang sah dan bijaksana, tetapi suatu pemuasan daging yang sering membimbing /membawa pada pemuasan nafsu daging yang berlebih-lebihan. Kita melihat bagaimana kesenangan itu merupakan suatu kuasa yang menyerap / memakan habis (perhatian, waktu dsb), dan bagaimana secara bertahap itu menghancurkan perasaan akan tanggung jawab dan mengabaikan suara dari hati nurani.].

Matthew Henry: “‎When men are generally ‘lovers of pleasure more than lovers of God.’ When there are more epicures than true Christians, then the times are bad indeed. God is to be loved above all. That is a carnal mind, and is full of enmity against him, which prefers any thing before him, especially such a sordid thing as carnal pleasure is.” [= Pada waktu orang-orang pada umumnya adalah ‘pecinta-pecinta kesenangan lebih dari pecinta-pecinta Allah’. Pada waktu di sana ada lebih banyak orang-orang yang membaktikan dirinya pada kesenangan-kesenangan dari pada orang-orang Kristen yang sejati, maka saat itu memang betul-betul buruk. Allah harus dicintai lebih dari semua. Merupakan suatu pikiran yang bersifat daging, dan yang penuh dengan permusuhan terhadap Dia, yang lebih memilih apapun lebih dari Dia, khususnya suatu hal yang kotor / buruk seperti kesenangan daging.].

Adam Clarke: “‘Lovers of pleasures more than lovers of God.’ This is nervously and beautifully expressed in the Greek, ‎PHILEEDONOI ‎‎MALLON ‎‎EE ‎‎PHILOTHEOI‎, lovers of pleasure rather than lovers of God; i.e. pleasure, sensual gratification, is their god; and this they love and serve; God they do not.” [= Ini secara kuat dan indah dinyatakan dalam bahasa Yunani, PHILEEDONOI MALLON EE PHILOTHEOI, pecinta-pecinta dari kesenangan-kesenangan dan bukannya pecinta-pecinta dari Allah; artinya kesenangan, pemuasan daging / sex, adalah dewa / allah mereka; dan ini mereka cintai dan layani; Allah tidak (mereka cintai dan layani).].

Pulpit Commentary: “It represents a dissipated class under a Christian profession, who have no serious pursuits, and prefer the friendship of the world to the friendship of God.” [= Itu mewakili suatu golongan yang memuaskan diri di bawah suatu pengakuan Kristen, yang tidak mempunyai pengejaran / perjuangan untuk mencapai sesuatu, dan lebih memilih persahabatan dengan dunia dibandingkan persahabatan dengan Allah.].

Kesenangan ini bisa berupa hobby, olah raga, makan, piknik, nonton TV, shopping, chatting melalui WA, dan sebagainya. Jadi, bahkan kalau kesenangan itu dalam dirinya sendiri bukan dosa, tetapi kalau hal itu disenangi / diutamakan lebih dari Allah, itu sudah menjadi allah lain, dan jelas merupakan dosa!

Perwujudannya juga bisa bermacam-macam seperti:
a) Piknik sehingga tidak ke gereja.
b) Shopping sehingga tidak ikut Pemahaman Alkitab.
c) Nonton TV sehingga tidak bersaat teduh.
d) Terus menghabiskan waktu untuk main handphone sehingga menjadikan hidupnya tidak berguna sama sekali bagi Tuhan!
e) Menggunakan uang untuk kesenangan sendiri sehingga tidak memberikan persembahan persepuluhan.
f) Royal dalam hal uang kalau itu untuk menyenangkan diri sendiri (baik dalam hal makan, jalan-jalan ke luar kota / luar negeri, beli barang yang menyenangkan diri sendiri dsb), tetapi pelit dalam memberi persembahan untuk Tuhan!

William Hendriksen: “They are ‘pleasure-loving rather than (or more than) God-loving.’ This definitely does not mean that they also love God to some extent. It means that they do not love God at all (for ‘rather than’ or ‘more than’ in this sense see also John 3:19; 12:43; Acts 4:19; 17:11; I Tim. 1:4; cf. somewhat similar idioms in Luke 15:7; 18:14). Not only does one find these people outside of the church. They have infiltrated the church (and not only the church, see verse 6). And even should they be excommunicated, they will still pretend to be eminent Christians.” [= Mereka adalah ‘pecinta kesenangan dan bukannya (atau ‘lebih dari’) pecinta Allah’. Ini jelas bukan berarti bahwa mereka juga mencintai Allah sampai pada tingkat tertentu. Ini berarti bahwa mereka tidak mencintai Allah sama sekali (untuk ‘bukannya’ atau ‘lebih dari’ dalam arti ini lihat juga Yoh 3:19; 12:43; Kis 4:19; 17:11; 1Tim 1:4; bdk. ungkapan yang agak mirip dalam Luk 15:7; 18:14). Bukan hanya orang bisa menemui orang-orang seperti ini di luar gereja. Mereka telah memasuki / menyusup ke dalam gereja (dan bukan hanya gereja, lihat 2 Timotius 3: 6). Dan sekalipun mereka seharusnya dikucilkan / disiasat gerejani, mereka akan tetap berpura-pura menjadi orang-orang Kristen yang menonjol.].

Yohanes 3:19 - “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.”.

Yohanes 12:43 - “Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah.”.

Kis 4:19 - “Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab mereka: ‘Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.”.
NIV: “But Peter and John replied, ‘Judge for yourselves whether it is right in God’s sight to obey you rather than God.” [= Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab, ‘Nilailah untuk dirimu sendiri apakah itu benar dalam pandangan Allah untuk mentaati kamu lebih dari Allah.].

Kis 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.
NIV: “Now the Bereans were of more noble character than the Thessalonians, for they received the message with great eagerness and examined the Scriptures every day to see if what Paul said was true.” [= Orang-orang Berea lebih mulia karakternya dari orang-orang Tesalonika, karena mereka menerima pesan / berita itu dengan kesungguhan yang besar dan memeriksa Kitab Suci setiap hari untuk melihat apakah yang Paulus katakan itu benar.].

1Timotius 1:4 - “ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.”.

NIV: ‘nor to devote themselves to myths and endless genealogies. These promote controversies rather than God’s work - which is by faith.’ [= atau membaktikan diri mereka sendiri pada dongeng-dongengdan silsilah-silsilah yang tak ada akhirnya. Ini memajukan kontroversi-kontroversi lebih dari pekerjaan Allah - yang adalah oleh iman.].

Lukas 15:7 - “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.’”.
NIV: ‘I tell you that in the same way there will be more rejoicing in heaven over one sinner who repents than over ninety-nine righteous persons who do not need to repent.’ [= Aku memberitahumu dengan cara yang sama di sana akan ada lebih banyak sukacita di surga atas satu orang berdosa yang bertobat dari atas 99 orang benar yang tidak membutuhkan pertobatan,].

Lukas 18:14 - “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.

NIV: “I tell you that this man, rather than the other, went home justified before God. For everyone who exalts himself will be humbled, and he who humbles himself will be exalted.” [= Aku memberitahumu bahwa orang ini, lebih dari yang lain itu, pulang ke rumah (sebagai orang yang) dibenarkan di hadapan Allah. Karena setiap orang yang meninggikan dirinya sendiri akan direndahkan, dan ia yang merendahkan dirinya sendiri akan ditinggikan.].

Pulpit Commentary: “II. HERE IS A WRONG OBJECT. Pleasure - instead of God. What a contrast! We find that there is sometimes an æsthetic sensuousness that finds pleasure in immoral ‘art’ - where God is not, where there is no reverence, no righteousness, no purity, no goodness. And men worship before the shrine of pleasure till they become idolaters, worshipping worldly applause, fleshly satisfaction, and carnal joy. There is a pleasure that is lawful and healthful; without it brain and body, mind and heart, suffer; but it must ever be subordinated to an earnest life and a godly devotion, or we become ‘lovers of pleasure more than lovers of God.’” [= II. DI SINI ADA SUATU OBYEK YANG SALAH. Kesenangan - dan bukannya Allah. Betul-betul suatu kontras! Kami mendapati bahwa di sana kadang-kadang ada suatu pemuasan yang berhubungan dengan keindahan yang menemukan kesenangan dalam ‘seni’ yang tidak bermoral - dimana Allah tidak ada, dimana di sana tidak ada rasa hormat, tidak ada kebenaran, tidak ada kemurnian, tidak ada kebaikan. Dan manusia menyembah di hadapan kuil dari kesenangan sampai mereka menjadi penyembah-penyembah berhala, menyembah pujian / tepuk tangan duniawi, pemuasan yang bersifat daging, dan sukacita daging. Di sana ada suatu kesenangan yang sah dan sehat; tanpa mana otak dan tubuh, pikiran dan hati, menderita; tetapi itu harus selalu ditundukkan pada suatu kehidupan yang sungguh-sungguh dan suatu pembaktian yang saleh, atau kita menjadi ‘pecinta-pecinta kesenangan lebih dari pecinta-pecinta Allah’.].

Barclay: “They will be ‘lovers of pleasure rather than lovers of God.’ Here, we come back to where we started: such people place their own wishes in the centre of life. They worship self instead of God.” [= Mereka akan menjadi ‘pecinta-pecinta kesenangan dari pada pecinta-pecinta Allah’. Di sini, kita kembali pada tempat dimana kita mulai: orang-orang seperti itu menempatkan keinginan-keinginan mereka sendiri di pusat kehidupan mereka. Mereka menyembah diri sendiri, dan bukannya Allah.].

John Stott: “notice at once the first and the last phrases used. The first says that they are ‘lovers of self’ (PHILAUTOI) and the last (4) that they are not, as they should be, ‘lovers of God’ (PHILOTHEOI). Indeed four of the nineteen expressions are compounded with ‘love’ (PHIL-), suggesting that what is fundamentally wrong with these people is that their love is misdirected. Instead of being first and foremost ‘lovers of God’, they are ‘lovers of self’, ‘lovers of money’ (NEB: ‘men will love nothing but money and self’) and ‘lovers of pleasure’ (4).” [= perhatikan sekaligus frasa pertama dan terakhir yang digunakan. Yang pertama mengatakan bahwa mereka adalah ‘pecinta-pecinta diri sendiri’ (PHILAUTOI) dan yang terakhir (2 Timotius 3: 4) bahwa mereka bukanlah, seperti seharusnya, ‘pecinta-pecinta Allah’ (PHILOTHEOI). Dalam faktanya 4 dari 19 ungkapan digabungkan dengan ‘cinta’ (PHIL-), yang secara tak langsung menunjukkan bahwa apa yang salah secara dasari dengan orang-orang ini adalah bahwa cinta mereka salah arah. Alih-alih menjadi pertama-tama dan terutama ‘pecinta-pecinta Allah’, mereka adalah ‘pecinta-pecinta diri sendiri’, ‘pecinta-pecinta uang’ (NEB: ‘orang-orang akan tidak mencintai apapun selain uang dan diri sendiri’) dan ‘pecinta-pecinta kesenangan’ (2 Timotius 3: 4).].

The Bible Exposition Commentary: “‘Lovers of pleasures more than lovers of God’ does not suggest that we must choose between pleasure and God; for when we live for God, we enjoy the greatest pleasures (Ps 16:11). The choice is between loving pleasure or loving God. If we love God, we will also enjoy fullness of life here and forever; but the pleasures of sin can only last for a brief time (Heb 11:25). No one can deny that we live in a pleasure-mad world; but these pleasures too often are just shallow entertainment and escape; they are not enrichment and true enjoyment.” [= Kata-kata ‘pecinta-pecinta kesenangan-kesenangan lebih dari pada pecinta-pecinta Allah’ tidak mengusulkan / menyatakan secara tak langsung bahwa kita harus memilih antara kesenangan dan Allah; karena pada waktu kita hidup untuk Allah, kita menikmati kesenangan-kesenangan yang terbesar (Maz 16:11). Pilihannya adalah antara mencintai kesenangan atau mencintai Allah. Jika kita mencintai Allah, kita juga akan menikmati kepenuhan dari kehidupan di sini dan untuk selama-lamanya; tetapi kesenangan-kesenangan dari dosa hanya bisa berlangsung untuk suatu waktu yang singkat (Ibr 11:25). Tak seorangpun bisa menyangkal bahwa kita hidup dalam suatu dunia yang gila kesenangan; tetapi terlalu sering kesenangan-kesenangan ini hanya merupakan hiburan yang dangkal dan pelarian (dari kenyataan / kebosanan); mereka bukanlah sesuatu yang memperkaya dan penikmatan yang benar.].

Mazmur 16:11 - “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa.”.
KJV: ‘Thou wilt shew me the path of life: in thy presence is fulness of joy; at thy right hand there are pleasures for evermore.’ [= Engkau akan menunjukkan kepadaku jalan kehidupan: dalam kehadiranMu ada kepenuhan dari sukacita; di tangan kananMu ada kesenangan-kesenangan untuk selama-lamanya.].

Ibrani 11:24-25 - “(24) Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, (25) karena IA LEBIH SUKA MENDERITA SENGSARA DENGAN UMAT ALLAH DARI PADA UNTUK SEMENTARA MENIKMATI KESENANGAN DARI DOSA.”.

Lenski: “‘Rather’ means that in place of a love and liking for God, a love and liking for pleasure, their own pleasure as they want it, wholly control them. Beyond all question that is the mark of the world of men today. How it invades the membership of the church we see on every hand.” [= ‘Lebih dari’ berarti bahwa di tempat dari suatu cinta dan kesukaan untuk Allah, suatu cinta dan kesukaan untuk kesenangan, kesenangan mereka sendiri seperti yang mereka inginkan, sepenuhnya mengendalikan mereka. Tak diragukan bahwa itu adalah tanda dari dunia orang-orang jaman sekarang. Bagaimana itu menginvasi anggota-anggota gereja kita lihat di setiap sisi.].

Saya kutip dari tulisan saya sendiri tentang sejarah dari John Calvin:

Dalam pertemuan Calvin dengan Farel, secara naluri Farel merasakan bahwa Calvin memang disediakan Allah untuk meneruskan dan menyelamatkan reformasi di Geneva.

Mula-mula Calvin menolak permintaan Farel untuk menetap di Geneva, dengan alasan bahwa ia masih muda, ia masih perlu belajar, dan juga rasa takut dan malunya yang alamiah yang menyebabkan ia tidak cocok untuk melayani banyak orang. Tetapi semua alasan ini sia-sia.

Philip Schaff mengatakan:
“Farel, ‘who burned of a marvelous zeal to advance the Gospel,’ threatened him with the curse of Almighty God if he preferred his studies to the work of the Lord, and of his own interest to the cause of Christ. Calvin was terrified and shaken by these words of the fearless evangelist, and felt ‘as if God from on high had stretched out his hand’. He submitted, and accepted the call to the ministry, as teacher and pastor of the evangelical Church of Geneva.” [= Farel, ‘yang berapi-api dengan semangat yang mengagumkan terhadap kemajuan Injil,’ mengancamnya dengan kutuk dari Allah yang mahakuasa kalau ia mengutamakan pelajarannya lebih dari pekerjaan Tuhan dan kesenangannya sendiri lebih dari aktivitas / gerakan Kristus. Calvin sangat ketakutan dan gemetar karena kata-kata dari penginjil yang tak kenal takut ini, dan merasa ‘seakan-akan Allah dari atas mengulurkan tanganNya’. Ia tunduk / menyerah, dan menerima panggilan pelayanan, sebagai guru dan pendeta dari gereja injili di Geneva.] - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 348.

Catatan: penulis bagian ini seharusnya bukan Philip Schaff, tetapi anaknya, yaitu David Schaff.

Dr. W. F. Dankbaar menceritakan hal ini sebagai berikut:
“Calvin menampik dan berkata, bahwa bukan itu rencananya. Ia ingin belajar lebih banyak lagi dan ia mau menulis. Untuk pekerjaan praktis, ia merasa diri tidak sanggup. Lebih dulu ia harus memperdalam ilmunya. Yang perlu baginya ialah: ketenangan hidup dan pikiran. Lalu ia meminta: ‘Kasihanilah saya dan biarkanlah saya mengabdikan diri saya kepada Tuhan dengan cara lain’. Tiba-tiba meloncatlah Farel. Dibekuknya bahu Calvin lalu berteriak dengan suara yang gemuruh: ‘Hanya ketenanganmu yang saudara pentingkan? Kalau begitu, saya atas nama Allah yang Mahakuasa menyatakan di sini: kehendakmu untuk belajar adalah alasan yang dibuat-buat. Jika saudara menolak menyerahkan diri saudara untuk bekerja dengan kami - Allah akan mengutuk saudara, sebab saudara mencari diri sendiri, bukan mencari Kristus!’. Calvin gemetar. Ini bukan Farel lagi yang bicara, ini adalah suara Tuhan. ‘Saya merasa disergap, tidak hanya karena permintaan dan nasehat, melainkan karena dalam kata-kata Farel yang sangat mengancam itu seolah-olah Allah dari surga meletakkan tanganNya dengan paksa di atasku’. Terlalu besar kuasa itu rasanya, lalu iapun menyerah.” - ‘Calvin, Jalan Hidup dan Karyanya’, hal 41-42.

Kalau ‘kesenangan terhadap belajar firman’ saja bisa dikecam / dikutuk seperti itu, pikirkan, bagaimana dengan kesenangan-kesenangan duniawi yang lain???

19) “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.”.
KJV: ‘Having a form of godliness, but denying the power thereof’ [= Mempunyai suatu bentuk dari kesalehan, tetapi menyangkal kekuatannya]. NIV/NASB mirip dengan KJV.
RSV: ‘holding the form of religion but denying the power of it’ [= memegang bentuk dari agama tetapi menyangkal kekuatannya].

Dari bagian ini terlihat bahwa yang digambarkan / dinubuatkan oleh Paulus di sini adalah orang yang secara lahiriah adalah orang Kristen, bukan orang kafir!

Pulpit Commentary: “Ver. 5. - The relation of the apostasy to the Christian profession. I. THE EXTERNAL FORM OF PIETY IS TO EXIST UNDER THE APOSTASY. ‘Having a form of godliness.’ The picture is that of a Christianized paganism in the Church. There was to be a scrupulous regard for all ritualistic regularity; an outward show of devoutness under strict forms, and the mask of godliness over all to cover a heart in secret enslaved by sin.” [= 2 Timotius 3: 5. - Hubungan kemurtadan dengan pengakuan Kristen. I. BENTUK LAHIRIAH DARI KESALEHAN AKAN ADA DI BAWAH KEMURTADAN. ‘Mempunyai suatu bentuk kesalehan’. Gambarannya adalah gambaran tentang suatu ‘kekafiran yang dikristenkan’ dalam Gereja. Di sana akan ada suatu ketaatan / kepedulian yang teliti untuk semua kebiasaan yang bersifat upacara; suatu pertunjukan lahiriah tentang pembaktian di bawah bentuk-bentuk yang ketat, dan topeng kesalehan atas semua untuk menutupi suatu hati, yang secara diam-diam diperbudak oleh dosa.].

Pulpit Commentary: “The class referred to were strangers to experimental religion, which they dishonoured by saying one thing with their lips and an other thing with their lives.” [= Golongan yang dibicarakan adalah orang-orang asing terhadap pengalaman agamawi, yang mereka permalukan dengan mengatakan satu hal dengan bibir mereka, dan hal yang lain dengan kehidupan mereka.].

Dan ini yang justru sangat membahayakan! Ini jauh lebih berbahaya dari pada orang jahat yang sama sekali bukan kristen!

Matthew Henry: “Two traitors within the garrison may do more hurt to it than two thousand besiegers without.” [= Dua pengkhianat di dalam pos tentara bisa melakukan lebih banyak kerugian kepadanya dari pada 2000 pengepung di luar.].

Ini bukan hanya lebih membahayakan bagi orang kristen yang sungguh-sungguh, tetapi juga lebih membahayakan bagi orang-orang munafik ini sendiri.

Pulpit Commentary: “Such a repudiation involves graver sin and deeper condemnation than if they had never known the truth or heard of the way of life.” [= Penyangkalan seperti ini melibatkan dosa yang lebih serius / membahayakan dan hukuman yang lebih dalam dari pada jika mereka tidak pernah mengetahui kebenaran atau mendengar jalan kehidupan.].

Bdk. 2Petrus 2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.

Karena itu:

a) Sekalipun nubuat ini harus digenapi, usahakanlah supaya jangan saudara yang menggenapi nubuat ini!

b) Kalau di dalam gereja, saudara menjumpai banyak orang-orang brengsek seperti ini, yang rasanya memuakkan bagi saudara, jangan heran, karena ini memang sudah dinubuatkan. Kalau orang-orang brengsek seperti ini tidak ada dalam gereja, kita justru harus heran, karena itu berarti nubuat Paulus salah / tidak tergenapi!

c) Juga jangan lalu keluar dari gereja dengan alasan orang-orang kristen brengsek semua. Jelas tak semua orang Kristen brengsek. Juga kalau saudara keluar dari gereja dengan alasan seperti itu, pikirkan: apakah di luar gereja orang-orangnya (orang-orang dunia) nggak brengsek?

Pulpit Commentary: “The hypocrite’s garb. ‘Having a form of godliness, but denying the power thereof.’ There may be conscious and unconscious hypocrisy. Either way godliness is ‘feigned.’” [= Pakaian / penyamaran orang munafik. ‘Mempunyai suatu bentuk kesalehan, tetapi menyangkal kekuatannya’. Di sana ada kemunafikan yang sadar dan tak sadar. Yang manapun, kesalehan ‘dilakukan secara pura-pura’.].
Catatan: kalau kesesatan, saya setuju ada orang yang sesat secara sadar, dan ada yang secara tak sadar. Tetapi kemunafikan rasanya mustahil. Bagaimana orang bisa tak sadar kalau ia sedang berpura-pura / bersandiwara??

Adam Clarke: “They have religion in their creed, but none in their hearts.” [= Mereka mempunyai agama dalam Credo / Pengakuan Iman mereka, tetapi tidak dalam hati mereka.].

Penerapan:

Banyak orang kristen yang mengucapkan 12 Pengakuan Iman Rasuli dari minggu ke minggu, khususnya kata-kata ‘Gereja yang kudus dan am’, tetapi sesungguhnya mereka membenci gereja lain / menganggap gereja lain sebagai saingan! Dalam arti sebenarnya ada gereja-gereja yang mengucilkan gereja mereka sendiri dari gereja-gereja lain, yang TIDAK mereka anggap sesat. Inilah credo yang hanya di mulut, tetapi tidak di hati!

Banyak ‘hamba-hamba Tuhan’ yang kelihatannya berkobar-kobar tetapi sebetulnya menjadikan gereja sebagai suatu bentuk bisnis!

The Biblical Illustrator: “Ver. 5. - Having a form of godliness, but denying the power - Form and power of godliness: - This form is a profession of religion; the outward appearance of piety; the external performance of holy duties. Its power is the inward experience of its saving efficacy; that is attested by a holy, heavenly walk. This power is denied, not merely by the declaration of the lips, but by all those actions which are inconsistent with it, and which prove that we do not feel its influence.” [= 2 Timotius 3: 5. - Mempunyai suatu ‘bentuk’ kesalehan, tetapi menyangkal ‘kuasa’nya - ‘Bentuk’ dan ‘kuasa’ dari kesalehan: - ‘Bentuk’ ini adalah suatu pengakuan agamawi; penampilan kesalehan secara lahiriah; pelaksanaan lahiriah dari kewajiban-kewajiban kudus. ‘Kuasa’nya adalah pengalaman di dalam / batin dari kemujaraban penyelamatannya; itu diteguhkan kebenarannya oleh suatu kehidupan yang kudus dan surgawi. ‘Kuasa’ ini disangkal, bukan semata-mata oleh pernyataan bibir, tetapi oleh semua tindakan-tindakan yang tidak konsisten dengannya, dan yang membuktikan bahwa kita tidak merasakan pengaruhnya.].

The Biblical Illustrator: “I. A FORM OF GODLINESS IS ABSOLUTELY NECESSARY IF WE WOULD BE SAVED. We are unequivocally commanded to assume the form of godliness; to testify by external acts our allegiance to the Lord; and to attend on those ordinances and sacraments which He surely did not appoint that we might with impunity neglect them. Say not that you secretly and in your hearts worship and love Him. It is impossible that there should be internal piety without some outward manifestation of it. If ‘with the heart man believeth unto righteousness, with the lips confession will be made to salvation.’ ... II. BUT THIS FORM IS INSUFFICIENT, UNLESS IT BE UNITED WITH THE POWER OF GODLINESS. ... III. YET NOTWITHSTANDING THE CLEAR EVIDENCE OF THIS TRUTH, THESE ARE MANY WHO SATISFY THEMSELVES WITH THE FORM WITHOUT THE POWER OF GODLINESS.” [= I. SUATU ‘BENTUK’ KESALEHAN ADALAH MUTLAK PERLU JIKA KITA MAU DISELAMATKAN. Kita jelas diperintahkan untuk mengambil ‘bentuk’ dari kesalehan; untuk menyaksikan kesetiaan kita kepada Tuhan oleh tindakan-tindakan lahiriah; dan untuk memperhatikan upacara-upacara dan sakramen-sakramen yang jelas Ia tetapkan bukan supaya bisa kita abaikan tanpa hukuman. Jangan berkata bahwa kamu secara diam-diam dan dalam hatimu menyembah / berbakti dan mengasihi Dia. Adalah mustahil bahwa di sana ada kesalehan di dalam / batin tanpa perwujudan lahiriah darinya. Jika ‘dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan’ (Ro 10:10). ... II. TETAPI ‘BENTUK’ INI TIDAKLAH CUKUP, KECUALI ITU DIPERSATUKAN DENGAN ‘KUASA’ DARI KESALEHAN. ... III. TETAPI SEKALIPUN ADA BUKTI YANG JELAS TENTANG KEBENARAN INI, ADA BANYAK ORANG YANG MEMUASKAN DIRI MEREKA SENDIRI DENGAN ‘BENTUK’ TANPA ‘KUASA’ DARI KESALEHAN.].

The Biblical Illustrator: “Hence observe - that a man may have a form of godliness, and yet live in all manner of wickedness. ... But yet the form of godliness may stand with the power of ungodliness. A man may be a glorious professor in the highest form, and yet a puny in the form of grace. He may be a blazing comet for profession, and yet be a devil incarnate in life and conversation.” [= Jadi perhatikanlah - bahwa seseorang bisa mempunyai suatu ‘bentuk’ kesalehan, tetapi hidup dalam semua cara kejahatan. ... Tetapi ‘bentuk’ kesalehan bisa ada bersama dengan ‘kuasa’ dari ketidak-salehan. Seseorang bisa adalah seorang pengaku dalam ‘bentuk’ yang tertinggi, tetapi lemah / kecil dalam ‘kuasa’ dari kasih karunia. Ia bisa menjadi suatu komet yang terang untuk pengakuan, tetapi merupakan setan / iblis yang berinkarnasi dalam kehidupan dan percakapan.].

Contoh:
1. Ada seorang pengacara Kristen ditanya, bagaimana bisa jadi pengacara dan orang Kristen sekaligus? Ia menjawab, hari Minggu, jadilah orang Kristen, hari Senin - Sabtu jadilah setan!
2. Ada kata-kata yang ditujukan kepada seorang pengusaha Kristen: hari Senin - Sabtu tipu manusia, hari Minggu tipu Tuhan.
KALAU INI MEMANG BENAR, maka ini merupakan contoh-contoh dari orang-orang yang menggenapi bagian nubuat Paulus ini.

The Biblical Illustrator: “(a) Some come by the form of godliness in an hereditary way. Their ancestors were always godly people, and they almost naturally take up with the professions of their fathers. This is common, and where it is honest, it is most commendable. BUT REMEMBER, NOT GENERATION, BUT REGENERATION, MAKES THE CHRISTIAN.” [= (a) Beberapa / sebagian orang datang pada ‘bentuk’ dari kesalehan itu dengan cara yang bersifat menurun. Nenek moyang mereka selalu adalah orang-orang saleh, dan mereka hampir secara alamiah mengambil pengakuan-pengakuan dari bapa-bapa / nenek moyang mereka. Ini merupakan sesuatu yang umum, dan dimana itu jujur, itu paling patut mendapat pujian. TETAPI INGATLAH, BUKAN KELAHIRAN, TETAPI KELAHIRAN BARU / KEMBALI, MEMBUAT ORANG KRISTEN.].

The Biblical Illustrator: “(c) So have I seen the form of godliness taken up on account of friendships. Many a time courtship and marriage have led to a formal religiousness, lacking heart.” [= (c) Demikian juga saya sudah melihat ‘bentuk’ kesalehan diambil karena persahabatan. Banyak kali pacaran dan pernikahan telah membimbing pada suatu kerelijiusan lahiriah, tanpa disertai hati.].

The Biblical Illustrator: “(f) From the days of Iscariot until now, some have taken up the form of godliness to gain thereby. To make gain of godliness is to imitate the son of perdition.” [= (f) Dari jaman Iskariot sampai sekarang, beberapa / sebagian orang telah mengambil ‘bentuk’ dari kesalehan untuk mendapatkan keuntungan darinya. Membuat keuntungan dari kesalehan berarti meniru anak kebinasaan.].

Catatan: istilah ‘the son of perdition’ [= anak kebinasaan] diambil dari Yoh 17:12 versi KJV/RSV/NASB.

The Biblical Illustrator: “Nobody can do so much damage to the Church of God as the man who is within its walls, but not within its life.” [= Tak seorangpun bisa membuat begitu banyak kerusakan pada Gereja Allah seperti orang yang berada di dalam tembok-temboknya, tetapi tidak di dalam kehidupannya.].

The Biblical Illustrator: “1. I suppose that one, at anyrate, of the main examples of this ‘form’ was participation in the simple worship of the primitive Church. And although the phrase by no means refers merely to acts of worship, still that is one of the main fields in which this evil is manifest. Many of us substitute outward connection with the Church for inward union with Jesus Christ. ... Let us be very sure that we do not substitute Church membership, coming to chapel, going to prayer-meeting,teaching in Sunday schools, reading devout books, and the like, for the inward submission to the power.” [= 1. Saya menganggap bahwa bagaimanapun, salah satu dari contoh-contoh utama dari ‘bentuk’ ini adalah partisipasi dalam kebaktian yang sederhana dari Gereja primitif. Dan sekalipun ungkapan ini sama sekali tidak semata-mata menunjuk pada tindakan berbakti, tetap itu adalah salah satu dari bidang-bidang utama dalam mana kejahatan ini diwujudkan. Banyak dari kita menggunakan hubungan lahiriah dengan Gereja untuk menggantikan persatuan batin dengan Yesus Kristus. ... Hendaklah kita sangat pasti bahwa kita tidak menggunakan keanggotaan Gereja, kehadiran di kapel, kepergian ke persekutuan doa, pengajaran di Sekolah Minggu, pembacaan buku-buku rohani, dan sebagainya, untuk menggantikan ketundukan batin pada ‘kuasa’nya.].

KHOTBAH 6. 2 TIMOTIUS 3:1-17 (PERINTAH MENJAUHI ORANG KRISTEN PALSU)

2 Timotius 3: 5b: “Jauhilah mereka itu!”.

1) Orang-orang yang digambarkan dalam 2 Timotius 3: 2-5a itu sudah ada pada jaman Timotius, tetapi akan makin lama makin banyak / hebat.

Dari kata-kata ‘Jauhilah mereka itu!’ Calvin mengatakan bahwa ini bukannya akan terjadi lama setelah itu, tetapi terjadi pada jaman mereka sendiri. Ia lalu berkata di bawah ini.

Calvin: “So then, from the very beginning of the gospel, the Church must have begun to be affected by such corruptions.” [= Jadi, dari sejak awal dari injil, Gereja harus / pasti telah mulai dipengaruhi oleh kerusakan-kerusakan seperti itu.].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Turn away’ - implying that some of such characters, forerunners of the last days, were already in the Church.” [= ‘Berbaliklah’ - secara implicit menunjukkan bahwa beberapa dari karakter-karakter seperti itu, pendahulu-pendahulu dari hari-hari terakhir, sudah ada dalam Gereja.].


Bible Knowledge Commentary: “Though these characteristics are cataloged under the auspices of a prediction about ‘the last days,’ it is clear that Paul considered them to be already present in Ephesus. Though they would intensify with time, Timothy had to beware of such people and ‘have nothing to do with them.’” [= Sekalipun orang-orang dengan ciri-ciri khusus seperti itu digolongkan di bawah tanda-tanda dari suatu ramalan tentang ‘hari-hari terakhir’, adalah jelas bahwa Paulus menganggap mereka sudah hadir / ada di Efesus. Sekalipun mereka akan lebih banyak / lebih hebat dengan berjalannya waktu, Timotius harus berhati-hati terhadap orang-orang seperti itu dan ‘tidak berurusan dengan mereka / menjauhi mereka’.].

2) Paulus memerintahkan Timotius untuk menjauhi orang-orang seperti itu.

The Biblical Illustrator: “1. You see the precept before us requires us to form a judgment of the character of others. You must do so, or you cannot obey this precept. Elsewhere you are forbidden to judge, but you are to bring into harmony that prohibition with this direction. You are to do both. ... 2. By the text, too, we are required to act upon an unfavourable judgment when that judgment is unfavourable. You decide that certain persons have the form of godliness, but are denying the power, and from such you are to turn away.” [= 1. Kamu melihat bahwa perintah di depan kita ini menuntut kita untuk membentuk suatu penghakiman tentang karakter orang-orang lain. Kamu harus melakukan demikian, atau kamu tidak bisa mentaati perintah ini. Di tempat lain kamu dilarang untuk menghakimi, tetapi kamu harus mengharmoniskan larangan itu dengan perintah ini. Kamu harus melakukan keduanya. ... 2. Oleh text ini, juga, kita dituntut untuk bertindak berdasarkan suatu penghakiman yang negatif / tidak menyenangkan, pada waktu penghakiman itu negatif / tidak menyenangkan. Kamu memutuskan bahwa orang-orang tertentu mempunyai bentuk dari kesalehan, tetapi sedang menyangkal kuasanya, dan dari orang-orang seperti itu kamu harus menjauhkan diri.].

Bandingkan dengan:

Matius 7:1-2 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”.

Yohanes 7:24 - “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.’”.

J. Vernon McGee: “‘From such turn away’ means that the believer is to avoid them. Let me ask you a question: If you are in a dead, cold, liberal church, and you are a true believer, what are you doing there when the Word of God says to avoid those things? All across this country there are wonderful pastors who are faithfully preaching the Word of God. Why aren’t you supporting and standing with these fine men?” [= ‘Berbaliklah dari orang-orang seperti itu’ berarti bahwa orang percaya harus menghindari mereka. Biarlah aku menanyakan kamu suatu pertanyaan: Jika kamu ada dalam suatu gereja yang mati, dingin, liberal, dan kamu adalah seorang percaya yang sungguh-sungguh, apa yang sedang kamu lakukan di sana pada waktu Firman Allah mengatakan untuk menghindari hal-hal ini? Di seluruh negara ini ada pendeta-pendeta yang sangat bagus yang dengan setia mengkhotbahkan / memberitakan Firman Allah. Mengapa kamu tidak sedang mendukung dan berdiri bersama orang-orang yang sangat bagus ini?] - Libronix.

Catatan: ini tentu tak hanya berlaku untuk gereja-gereja Liberal, tetapi untuk semua gereja yang kita ketahui sebagai gereja yang sesat / mati! Saya tak habis pikir mengapa gerangan orang tetap mau pergi ke suatu gereja, yang pendetanya memang menjadikan gereja itu sebagai cara untuk mencari duit! Jelas bahwa orang-orang seperti ini tidak peduli pada kebenaran!

Bdk. 1Korintus 5:1-13 - “(1) Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. (2) Sekalipun demikian kamu sombong. Tidakkah lebih patut kamu berdukacita dan menjauhkan orang yang melakukan hal itu dari tengah-tengah kamu? (3) Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir, aku - sama seperti aku hadir - telah menjatuhkan hukuman atas dia, yang telah melakukan hal yang semacam itu. (4) Bilamana kita berkumpul dalam roh, kamu bersama-sama dengan aku, dengan kuasa Yesus, Tuhan kita, (5) orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan. (6) Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? (7) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. (8) Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran. (9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.”.

Ini menunjukkan orang kristen yang sejati harus mengucilkan mereka. Cuma repotnya, kalau orang-orang itu yang mayoritas, bagaimana bisa orang kristen yang sejati mengucilkan mereka? Kalau saya, saya akan dirikan gereja baru.

Barnes’ Notes: “‘From such turn away.’ Have no contact with them as if they were Christians; show no countenance to their religion; do not associate with them; compare 2 John 10:11 ; see the notes at 2 Cor 6:17.” [= ‘Dari orang-orang seperti itu berbaliklah’. Jangan mempunyai kontak dengan mereka seakan-akan mereka adalah orang-orang Kristen; jangan memberi muka / menunjukkan dukungan / toleransi pada ‘agama’ mereka; jangan bergaul dengan mereka; bdk. 2Yoh 10-11; lihat catatan pada 2Kor 6:17.].

Mari kita memperhatikan ayat-ayat yang dijadikan referensi oleh Albert Barnes.

a) 2Yoh 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.

Kata-kata ‘memberi salam’ (2 x) oleh KJV diterjemahkan ‘bid him God speed’ [= kiranya Allah memberi kesuksesan kepadamu]. - https://en.wiktionary.org/wiki/Godspeed

Ini merupakan suatu wish / pengharapan supaya orang itu mendapatkan kesejahteraan, nasib baik, sukses, dan sebagainya. Mungkin mirip dengan kata-kata ‘God bless you’ [= kiranya Allah memberkatimu]. Jadi, hati-hati dalam menuliskan GBU / JCBU dsb!!! Jangan menujukannya kepada orang yang saudara tahu merupakan seorang sesat / nabi palsu!

1. 2 Timotius 3: 10: “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya.”.

Wycliffe Bible Commentary: “‘Neither bid him God speed.’ Do not say a greeting of sympathy.” [= ‘jangan mengatakan semoga Allah memberi kesuksesan kepadamu’. Jangan mengatakan suatu salam dari simpati.].

Barnes’ Notes: “This cannot mean that no acts of kindness, in any circumstances, were to be shown to such persons; but that there was to be nothing done which could be fairly construed as encouraging or countenancing them as ‘religious teachers.’ The true rule would seem to be, in regard to such persons, that, so far as we have contact with them as neighbors, or strangers, we are to be honest, true, kind, and just, but we are to do nothing that will countenance them as religious teachers. We are not to attend on their instruction, Prov. 19:27; we are not to receive them into our houses, or to entertain them as religious teachers; we are not to commend them to others, or to give them any reason to use our names or influence in propagating error. ... To do that, to meet such persons with a friendly greeting, would be construed as countenancing their doctrine, and as commending them to others; and hence it was forbidden that they should be entertained as such.” [= Ini tidak berarti bahwa tidak ada tindakan kebaikan, dalam keadaan / sikon apapun, boleh ditunjukkan kepada orang-orang seperti itu; tetapi bahwa tidak boleh ada apapun yang bisa ditafsirkan / dianalisa secara jujur / adil sebagai menyemangati atau menyetujui / mendukung mereka sebagai ‘guru-guru / pengajar-pengajar agamawi’. Peraturan yang benar kelihatannya adalah, berkenaan dengan orang-orang seperti itu, bahwa, sejauh kita berhubungan dengan mereka sebagai sesama / tetangga, atau orang asing, kita harus jujur, benar, baik, dan adil, tetapi kita tidak boleh melakukan apapun yang akan menyetujui / mendukung mereka sebagai guru-guru / pengajar-pengajar agamawi. Kita tidak boleh mendengarkan / memperhatikan instruksi mereka, Amsal 19:27; kita tidak boleh menerima mereka ke dalam rumah kita, atau menghibur / memberi keramahan kepada mereka sebagai guru-guru / pengajar-pengajar agamawi; kita tidak boleh merekomendasikan mereka kepada orang-orang lain, atau memberi mereka alasan apapun untuk menggunakan nama atau pengaruh kita dalam menyebarkan kesalahan. ... Melakukan hal itu, menemui orang-orang seperti itu dengan sapaan yang ramah, akan ditafsirkan sebagai menyetujui / mendukung ajaran mereka, dan sebagai merekomendasikan mereka kepada orang-orang lain; dan karena itu dilarang bahwa mereka dihibur / diberi keramahan seperti itu.].

Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.”.

KJV: “Cease, my son, to hear the instruction that causeth to err from the words of knowledge.” [= Berhentilah, anakku, untuk mendengar instruksi yang menyebabkan menyimpang dari kata-kata pengetahuan.].

Catatan: dalam Alkitab versi KJV, kata-kata ‘that causeth’ dicetak dengan huruf miring, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu tidak ada dalam bahasa aslinya.

Barnes’ Notes: “The word used expresses the common form of salutation, as when we wish one health, success, prosperity, Matt. 26:49; Acts 15:23; 23:26; James 1:1. It would be understood as expressing a wish for success in the enterprise in which they were embarked; and, though we should love all people, and desire their welfare, and sincerely seek their happiness, yet we can properly wish no one success in career of sin and error.” [= Kata yang digunakan menyatakan / menunjukkan bentuk salam yang umum, seperti pada waktu kita mengharapkan kesehatan, kesuksesan, kemakmuran / keberhasilan seseorang, Mat 26:49; Kis 15:23; 23:26; Yak 1:1. Itu akan dimengerti sebagai menyatakan suatu harapan untuk kesuksesan dalam usaha dalam mana mereka memulai perjalanan; dan, sekalipun kita harus mengasihi semua orang, dan menginginkan kesejahteraan mereka, dan dengan tulus mengusahakan kebahagiaan mereka, tetapi kita tidak bisa mengharapkan secara benar kesuksesan siapapun dalam karir / pekerjaan dari dosa dan kesalahan.].

Matius 26:49 - “Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: ‘Salam Rabi,’ lalu mencium Dia.”.

Kisah Para Rasul 15:23 - “Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya: ‘Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain.”.

Kisah Para Rasul 23:26 - “‘Salam dari Klaudius Lisias kepada wali negeri Feliks yang mulia.”.

Yakobus 1:1 - “Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.”.

Adam Clarke: “Give him no entertainment as an evangelical teacher. Let him not preach under your roof.” [= Jangan memberinya penghiburan / keramahan seperti seorang guru / pengajar injili. Jangan biarkan / ijinkan ia berkhotbah di bawah atapmu.].

Adam Clarke: “‘Neither bid him God speed.’ ‎KAI ‎‎CHAIREIN ‎‎AUTOO ‎‎MEE ‎‎LEGETE‎. And do not say, ‘Health to him’ - do not salute him with ‘Peace be to thee’! The usual salutation among friends and those of the same religion in the east is, ‘Salam aleekum’, ‘Peace be to you;’ which those of the same religion will use among themselves, but never to strangers, except in very rare cases. This is the case to the present day; and, from what John says here, it was a very ancient custom. We have often seen that ‘peace’ among the Hebrews comprehended every spiritual and temporal blessing.” [= ‘Jangan mengharapkan Allah memberi kesuksesan kepadanya’. KAI ‎‎CHAIREIN ‎‎AUTOO ‎‎MEE ‎‎LEGETE‎. Dan jangan berkata, ‘Kesehatan baginya’ - jangan memberi salam kepadanya dengan kata-kata ‘Shalom bagimu’! Salam yang biasa / umum di antara sahabat-sahabat dan mereka dari agama yang sama di Timur adalah, ‘Salam aleekum’, ‘Damai bagimu’; yang digunakan oleh mereka dari agama yang sama di antara mereka sendiri, tetapi tidak pernah kepada orang-orang asing, kecuali dalam kasus-kasus yang sangat jarang. Ini adalah kasus / keadaannya sampai pada saat ini; dan, dari apa yang Yohanes katakan di sini, itu merupakan suatu tradisi yang sangat kuno. Kita telah sering melihat bahwa ‘damai’ (SHALOM) di antara orang-orang Ibrani mencakup setiap berkat rohani dan sementara.].

Penerapan: karena itu jangan latah / sembarangan menggunakan kata ‘shalom’!!! Itu sangat berbeda dengan salam kita pada umumnya, seperti halo, hai, apa kabar dsb!

Adam Clarke: “The words mean, according to the eastern use of them, ‘Have no religious connection with him, nor act toward him so as to induce others to believe you acknowledge him as a brother.’” [= Kata-kata itu berarti, menurut penggunaan mereka di Timur, ‘Jangan mempunyai hubungan agamawi dengan dia, ataupun bertindak terhadapnya sehingga membimbing orang-orang lain untuk percaya bahwa engkau mengakui dia sebagai seorang saudara’.].

Penerapan: Jadi jelas, jangan berfoto berdua dengan seorang yang saudara ketahui adalah seorang nabi palsu dan lalu memasukkannya ke face book! Ini jelas akan menyebabkan orang-orang percaya bahwa saudara menganggap nabi palsu itu sebagai saudara seiman! Kalau mau melakukan yang seperti itu boleh, asal saudara berpose dengan MENGACUNGKAN TINJU SAUDARA kepada nabi palsu itu!

Matthew Henry mengatakan bahwa mungkin ‘Ibu yang terpilih’ kepada siapa rasul Yohanes menujukan surat ini (2Yoh 1) adalah seseorang yang sangat ramah dalam menerima tamu / hamba Tuhan. Tetapi karena yang sedang dibicarakan di sini adalah nabi-nabi palsu, maka rasul Yohanes melarangnya menerima tamu yang seperti itu.

Matthew Henry (tentang 2Yoh 10): “‘Support them not: ... Do not welcome them into your family. ... Doubtless such may be relieved in their pressing necessities, but not encouraged for ill service. Deniers of the faith are destroyers of souls;” [= ‘Jangan mendukung / menyokong mereka: ... Jangan menyambut mereka ke dalam keluargamu. ... Tak diragukan bahwa orang-orang seperti itu boleh diringankan dalam kebutuhan-kebutuhan mereka yang menekan, tetapi tidak menyemangati untuk pelayanan yang buruk / jahat / tidak sehat. Penyangkal-penyangkal iman adalah penghancur-penghancur jiwa-jiwa.].

Jamieson, Fausset & Brown: “The greeting forbidden in the case of such is that usual among Christian brethren: not a mere formality, but a token of Christian brotherhood.” [= Salam yang dilarang dalam kasus ini adalah salam yang biasa / umum di antara saudara-saudara Kristen: bukan semata-mata salam formalitas, tetapi suatu tanda dari persaudaraan Kristen.].

Jamieson, Fausset & Brown: “True love is combined with hearty separation from all that is false, whether persons or doctrines. Misbelief destroys faith, the source of love, so love itself: therefore love abhors it as overthrowing Christianity, the center of love’s affection.” [= Kasih yang sejati / benar digabungkan dengan pemisahan yang tulus / sungguh-sungguh dari semua yang palsu / salah, apakah orang-orang atau ajaran-ajaran. Kepercayaan yang salah menghancurkan iman, sumber dari kasih, jadi menghancurkan kasih itu sendiri; karena itu kasih membencinya sebagai membalikkan / menghancurkan kekristenan, pusat dari perasaan kasih.].

Penerapan: Ini harus sangat diperhatikan oleh ‘orang-orang kristen’ bodoh yang sok kasih, yang selalu melarang orang mengeluarkan kata-kata keras terhadap nabi-nabi palsu!

Barclay: “HERE, we see very clearly the danger which John saw in these false teachers. They are to be given no hospitality; and the refusal of hospitality would be the most effective way of stopping their work. John goes further; they are not even to be given a greeting on the street. This would be to indicate that to some extent you had sympathy with them. It must be made quite clear to the world that the Church has no tolerance for those whose teaching destroys the faith. ... When the saintly Polycarp, the second-century Bishop of Smyrna, met the heretic Marcion, Marcion said: ‘Do you recognize me?’ ‘I recognize Satan’s first-born,’ answered Polycarp. It was John himself who fled from the public baths when Cerinthus, the heretic, entered them. ‘Let us hurry away in case the building should collapse on us,’ he said, ‘because Cerinthus, the enemy of truth, is here.’” [= Di sini, kita melihat dengan sangat jelas BAHAYA YANG YOHANES LIHAT dalam guru-guru / pengajar-pengajar palsu ini. Mereka tidak boleh diberi keramahan dalam menerima tamu; dan penolakan keramahan itu akan merupakan cara yang paling efektif untuk menghentikan pekerjaan mereka. Yohanes berjalan lebih jauh; mereka bahkan tidak boleh diberi salam di jalan. Ini akan menunjukkan bahwa sampai tingkat tertentu engkau bersimpati dengan mereka. Harus dibuat menjadi jelas kepada dunia bahwa Gereja tidak mempunyai toleransi untuk mereka yang ajarannya menghancurkan iman. ... Ketika orang kudus Polycarp, uskup dari Smirna pada abad kedua, bertemu dengan orang sesat Marcion, Marcion berkata: ‘Apakah engkau mengenali aku?’ ‘Aku mengenali anak sulung Iblis’, jawab Polycarp. Adalah Yohanes sendiri yang lari dari kamar mandi umum pada waktu Cerinthus, orang sesat, memasukinya. ‘Marilah kita cepat-cepat dalam kasus bangunan ini roboh menimpa kita’, katanya, ‘karena Cerinthus, musuh dari kebenaran, ada di sini’.].

Jelas dari cerita tentang rasul Yohanes maupun Polycarp terlihat bahwa dalam kasus-kasus seperti ini rasa sungkan orang Timur harus dibuang! Kita sering melanggar ayat ini, karena rasa sungkan orang Timur! Dalam kasus seperti ini, maupun dalam banyak kasus-kasus lain, saudara harus memilih antara sungkan kepada nabi palsu / orang sesat, atau sungkan kepada Tuhan!

2. 2 Timotius 3: 11: “Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.”.

Wycliffe Bible Commentary: “‘Partaker.’ One who fellowships. The one who bids God speed actually fellowships in the work of the antichrist.” [= ‘Pengambil bagian’. Orang yang bersekutu. Orang yang mengucapkan kata-kata ‘kiranya Allah memberi kesuksesan kepadamu’ sungguh-sungguh bersekutu dalam pekerjaan dari anti Kristus.].

Jamieson, Fausset & Brown: “you wish him it while opposing Christ; so you identify yourself as ‘having communion with (KOINONEI) his evil deeds.’ We cannot have communion with saints and with Antichrist at once.” [= kamu mengharapkannya sementara ia menentang Kristus; maka kamu menganggap dirimu sebagai ‘mempunyai persekutuan dengan (KOINONEI) tindakan-tindakan jahatnya’. Kita tidak bisa mempunyai persekutuan dengan orang-orang kudus dan dengan Anti Kristus sekaligus.].

Matthew Henry (tentang 2Yoh 11): “Favour and affection partake of the sin. We may be sharers in the iniquities of others. How judicious and how cautious should the Christian be! There are many ways of sharing the guilt of other people’s transgressions; it may be done by culpable silence, indolence, unconcernedness, private contribution, public countenance and assistance, inward approbation, open apology and defence.” [= Kebaikan dan kasih mengambil bagian dari dosanya. Kita bisa menjadi pengambil-pengambil bagian dalam kejahatan-kejahatan orang-orang lain. Betapa orang Kristen harus bijaksana dan hati-hati! Di sana ada banyak cara / jalan untuk mengambil bagian dari pelanggaran-pelanggaran orang-orang lain; itu bisa dilakukan dengan ke-diam-an yang patut dipersalahkan, kemalasan, ketidak-pedulian, kontribusi / sumbangan pribadi, persetujuan dan pertolongan umum, persetujuan / pengakuan di dalam hati, apologia dan pembelaan terbuka.].

Adam Clarke: “‘Is partaker of his evil deeds.’ He that acts toward him as if he considered him a Christian brother, and sound in the faith, puts it in his power to deceive others, by thus apparently accrediting his ministry. No sound Christian should countenance any man as a Gospel minister, who holds and preaches erroneous doctrines; especially concerning the Lord Jesus. Nor can any Christian attend the ministry of such teachers without being criminal in the sight of God. He who attends their ministry is, in effect, bidding them God speed;” [= ‘Adalah pengambil bagian dalam tindakan-tindakan jahatnya’. Ia yang bertindak terhadapnya seakan-akan ia menganggapnya sebagai seorang saudara Kristen, dan sehat dalam iman, meletakkannya dalam kuasanya untuk menipu orang-orang lain, dengan demikian jelas menyokong pelayanannya. Tak ada orang Kristen yang sehat boleh menyetujui / menyokong siapapun sebagai seorang pelayan Injil, yang memegang dan memberitakan ajaran-ajaran yang salah; khususnya berkenaan dengan Tuhan Yesus. Juga orang Kristen manapun tidak bisa menghadiri pelayanan dari guru-guru seperti itu tanpa menjadi seorang kriminal dalam pandangan Allah. Ia yang menghadiri pelayanan mereka, sebetulnya sedang mengucapkan kepada mereka kata-kata yang mengharapkan Allah membuat mereka sukses;].

b) 2Korintus 6:14-17 - “(14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: ‘Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu. (17) Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.”.

Barnes’ Notes (tentang 2Korintus 6:17): “‘Come out from among them.’ That is, from among idolaters and unbelievers; from a frivolous and vicious world. These words are taken, by a slight change, from Isa 52:11. ... Paul, therefore, applies the words here with great beauty and force to illustrate the duty of Christians in separating themselves from a vain, idolatrous, and wicked world. ‘And be ye separate.’ Separate from the world, and all its corrupting influences. ... ‘And touch not the unclean thing.’ In Isaiah, ‘touch no unclean thing;’ that is, they were to be pure, and to have no connection with idolatry in any of its forms. So Christians were to avoid all unholy contact with a vain and polluted world. The sense is, ‘Have no close connection with an idolater, or an unholy person. Be pure; and feel that you belong to a community that is under its own laws, and that is to be distinguished in moral purity from all the rest of the world.’ ‘And I will receive you.’ That is, I will receive and recognize you as my friends and my adopted children. This could not be done until they were separated from an idolatrous and wicked world. The fact of their being received by God, and recognized as his children, depended on their coming out from the world.” [= ‘Keluarlah dari antara mereka’. Yaitu, dari antara penyembah-penyembah berhala dan orang-orang yang tidak percaya; dari suatu dunia yang tidak karuan dan jahat / kejam. Kata-kata ini diambil, dengan sedikit perubahan, dari Yes 52:11. ... Karena itu, Paulus menerapkan kata-kata di sini dengan keindahan dan kekuatan yang besar untuk menjelaskan kewajiban orang-orang Kristen dalam memisahkan diri mereka sendiri dari suatu dunia yang sia-sia, menyembah berhala, dan jahat. ‘Dan pisahkanlah dirimu dari mereka’. Pisahkanlah dirimu dari dunia dan semua pengaruh merusaknya. ... ‘Dan janganlah menjamah apa yang najis’. Dalam Yesaya, ‘jangan menyentuh hal / benda yang najis’ (KJV); artinya, mereka harus murni, dan tidak mempunyai hubungan dengan penyembahan berhala dalam bentuk yang manapun. Demikian juga orang-orang Kristen harus menghindari semua kontak yang tidak kudus dengan suatu dunia yang sia-sia dan tercemar / kotor. Artinya adalah, ‘Jangan mempunyai hubungan yang dekat dengan seorang penyembah berhala, atau orang yang tidak kudus. Jadilah murni; dan rasakanlah bahwa kamu termasuk pada suatu masyarakat yang ada di bawah hukumnya sendiri, dan itu harus dibedakan dalam kemurnian moral dari semua sisa dunia’. ‘Dan Aku akan menerima kamu’. Artinya, Aku akan menerima kamu dan mengakui kamu sebagai sahabat-sahabatKu dan anak-anak adopsiKu. Ini tidak bisa dilakukan sampai mereka terpisah dari suatu dunia yang menyembah berhala dan jahat. Fakta bahwa mereka diterima oleh Allah, dan diakui sebagai anak-anakNya, tergantung pada keluarnya mereka dari dunia.].

Yesaya 52:11 - “Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! Keluarlah dari tengah-tengahnya, sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah TUHAN!”.

Adam Clarke: “‘From such turn away’ - not only do not imitate them, but have no kind of fellowship with them; they are a dangerous people, and but seldom suspected, because their outside is fair.” [= ‘Dari orang-orang seperti itu berbaliklah’ - bukan hanya jangan meniru mereka, tetapi jangan mempunyai jenis persekutuan dengan mereka; mereka adalah orang-orang yang berbahaya, tetapi jarang dicurigai, karena secara lahiriah mereka baik / bagus.].
6 KHOTBAH 2 TIMOTIUS 3:1-17 (MANUSIA LAMA - MANUSIA BARU)
Pulpit Commentary: “We ought to withdraw from their fellowship, avoid all familiarity with them, hold no terms with the enemies of Christ and his kingdom.” [= Kita harus menarik diri dari persekutuan mereka, menghindari semua keakraban dengan mereka, tidak mempunyai hubungan dengan musuh-musuh Kristus dan KerajaanNya.] - hal 46.

Penerapan: orang seperti Hai-hai di face book, seharusnya dijauhi oleh orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh, tetapi kelihatannya banyak orang Kristen yang mau berteman dengan pemfitnah sesat dan penghujat seperti dia. Demikian juga dengan pemfitnah seperti Suhento Liauw! Dimana otoritas dari firman Tuhan dalam diri orang-orang yang mau berteman dengan orang seperti itu?

3) Apakah tindakan menjauhi orang-orang jahat seperti itu merupakan kemunafikan yang sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat pada jaman Yesus?

Menurut saya, sama atau tidak, itu tergantung pada motivasi kita dalam menjauhi orang-orang seperti itu.

a) Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus menjauhi karena mereka merasa diri mereka sendiri benar, dan mereka lebih baik dari orang-orang lain.

Lukas 18:9 - “Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:”.

b) Kita menjauhi orang-orang seperti itu, karena:

1. Kita mentaati perintah Tuhan; bukan karena kita merasa diri lebih baik dari mereka.

Memang kita seharusnya lebih baik dari mereka, tetapi kalau kita bisa lebih baik dari mereka, itu karena kasih karunia Allah, bukan karena diri kita sendiri.

2. Kita tidak mau orang menganggap semua orang Kristen adalah seperti orang-orang itu. Jadi, kita menjauhi untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa tidak semua orang Kristen seperti itu, dan orang Kristen yang sejati tidak setuju / tidak mendukung sikap hidup yang seperti itu.

3. Kita tidak mau ketularan sikap / kehidupan mereka yang buruk; dan inipun karena Tuhan memerintahkannya.

1Korintus 15:33 - “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”.

Juga, dalam kita menjauhi orang-orang seperti itu, ada perbedaan dengan tindakan menjauhi yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus. Perbedaannya adalah:

a. Kita menjauhi setelah kita menginjili / menasehati mereka terlebih dulu.

Titus 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.”.

(1) Tindakan menasehati ini mungkin tidak selalu bisa dilakukan, tetapi sedapat-dapatnya harus diusahakan.

(2) Ayat ini menunjukkan bahwa pengucilan / siasat gerejani bisa dilakukan bukan hanya terhadap orang-orang Kristen yang melakukan dosa-dosa moral, tetapi juga terhadap orang-orang Kristen yang mempunyai kepercayaan / ajaran yang sesat (perhatikan kata ‘bidat’ dalam Titus 3:10 itu!).

b. Yang kita jauhi bukanlah seadanya orang jahat, tetapi orang jahat yang secara lahiriah adalah orang Kristen.

1Korintus 5:9-11 - “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.”.

John Stott: “Not that he was to avoid all contact with sinners, for Jesus himself had been ‘the friend of publicans and sinners’, and if Timothy were to shun association with them he would have to go right out of the world (cf. 1 Cor. 5:9–12). Paul means rather that within the church, for he has been giving a description of ‘a kind of heathen Christianity’, Timothy was to have nothing to do with what might be called ‘religious sinners’. Indeed, one could go further. Anybody whom the Book of Common Prayer terms ‘an open and notorious evil liver’ should be disciplined, and, if he remains unrepentant, excommunicated (cf. 1 Cor. 5:5, 13).” [= Bukan bahwa ia harus menghindari semua kontak / hubungan dengan orang-orang berdosa, karena Yesus sendiri adalah ‘sahabat dari pemungut-pemungut cukai dan orang-orang berdosa’, dan seandainya Timotius harus menolak / menghindari hubungan dengan mereka ia akan harus keluar dari dunia ini (bdk. 1Korintus 5:9-12). Tetapi Paulus memaksudkan bahwa di dalam gereja, karena ia telah memberikan suatu penggambaran dari ‘sejenis kekristenan kafir’, Timotius tidak boleh berurusan / berhubungan dengan apa yang bisa disebut ‘orang-orang berdosa yang religius’. Memang, kita bisa berjalan lebih jauh. Siapapun yang ‘the Book of Common Prayer’ sebut ‘seorang yang hidup jahat secara terbuka / terang-terangan dan terkenal buruk’ harus didisiplin, dan jika ia tetap tidak bertobat, dikucilkan (bdk. 1Kor 5:5,13).].

Catatan: kalau mau tahu tentang ‘the Book of Common Prayer’ lihat link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Book_of_Common_Prayer

6 KHOTBAH 2 TIMOTIUS 3:1-17 (MANUSIA LAMA - MANUSIA BARU)
Next Post Previous Post