YOHANES 10:1-30 (YESUS GEMBALA YANG BAIK)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
YOHANES 10:1-30 (YESUS GEMBALA YANG BAIK). Yohanes 10:1-18,26-30 - “(1) ‘Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; (2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. (3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. (5) Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.’ (6) Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. (7) Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. (8) Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. (9) Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. (10) Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; (12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. (13) Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. (14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu. (16) Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. (17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu.’ ... (26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu. (27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. (30) Aku dan Bapa adalah satu.’”.
otomotif, gadget, bisnis |
Penjelasan:
I) Domba sebagai simbol dari orang Kristen; dan Allah / Yesus sebagai Gembalanya.
Mazmur 95:7a - “Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya”.
Yesaya 40:10-11 - “(10) Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tanganNya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payahNya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperolehNya berjalan di hadapanNya. (11) Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya; anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk domba dituntunNya dengan hati-hati”.
Barclay (tentang Yohanes 10:1-6): “In the Old Testament, God is often pictured as the shepherd, and the people as his flock. ‘The Lord is my shepherd, I shall not want’ (Psalm 23:1). ‘You led your people like a flock by the hand of Moses and Aaron’ (Psalm 77:20). ‘We your people, the flock of your pasture, will give thanks to you for ever’ (Psalm 79:13). ‘Give ear, O Shepherd of Israel, you who lead Joseph like a flock’ (Psalm 80:1). ‘For he is our God, and we are the people of his pasture, and the sheep of his hand’ (Psalm 95:7). ‘We are his people, and the sheep of his pasture’ (Psalm 100:3). God’s Anointed One, the Messiah, is also pictured as the shepherd of the sheep. ‘He will feed his flock like a shepherd; he will gather the lambs in his arms, and carry them in his bosom, and gently lead the mother sheep’ (Isaiah 40:11). ... This picture passes over into the New Testament. Jesus is the good shepherd. He is the shepherd who will risk his life to seek and to save the one straying sheep (Matthew 18:12; Luke 15:4). He has pity upon the people because they are as sheep without a shepherd (Matthew 9:36; Mark 6:34). His disciples are his little flock (Luke 12:32). When he, the shepherd, is smitten, the sheep are scattered (Mark 14:27; Matthew 26:31). He is the shepherd of human souls (1 Peter 2:25), and the great shepherd of the sheep (Hebrews 13:20)” [= Dalam Perjanjian Lama, Allah sering digambarkan sebagai gembala, dan bangsa / umat itu sebagai kawanan dombaNya. ‘TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku’ (Mazmur 23:1). ‘Engkau telah menuntun umatMu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun’ (Mazmur 77:21). ‘Maka kami ini, umatMu, dan kawanan domba gembalaanMu, akan bersyukur kepadaMu untuk selama-lamanya’ (Mazmur 79:13). ‘Hai gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan domba’ (Mazmur 80:2). ‘Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaanNya dan kawanan domba tuntunan tanganNya’ (Mazmur 95:7). ‘punya Dialah kita, umatNya dan kawanan domba gembalaanNya’ (Mazmur 100:3). Yang diurapi dari Allah, sang Mesias, juga digambarkan sebagai gembala dari domba-domba. ‘Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya; anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk domba dituntunNya dengan hati-hati’ (Yesaya 40:11). ... Gambaran ini berlanjut ke dalam Perjanjian Baru. Yesus adalah gembala yang baik. Ia adalah gembala yang mau meresikokan nyawaNya untuk mencari dan menyelamatkan satu domba yang tersesat (Matius 18:12; Lukas 15:4). Ia mempunyai belas kasihan kepada orang-orang karena mereka seperti domba tanpa gembala (Matius 9:36; Markus 6:34). Murid-muridNya adalah kawanan kecil domba-dombaNya (Lukas 12:32). Pada waktu Ia, sang gembala, dipukul / dibunuh, domba-domba tercerai-berai (Markus 14:27; Mat 26:31). Ia adalah gembala dari jiwa-jiwa manusia (1Petrus 2:25), dan gembala yang agung dari domba-domba (Ibrani 13:20)].
Matius 18:12 - “‘Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?”.
Lukas 15:4 - “‘Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu SAMPAI IA MENEMUKANNYA?”.
Matius 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”.
Markus 6:34 - “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”.
Lukas 12:32 - “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu”.
Markus 14:27 - “Lalu Yesus berkata kepada mereka: ‘Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai”.
Matius 26:31 - “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai”.
1Petrus 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
Ibrani 13:20 - “Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita”.
II) Domba.
1) Domba sangat tergantung dan membutuhkan gembala. Mengapa?
a) Domba itu bodoh dan sangat mudah tersesat.
Calvin (tentang Yeremia 23:4): “We indeed know that a sheep is a silly animal, and therefore has need of a shepherd to rule and guide it” (= Kita memang tahu bahwa seekor domba adalah seekor binatang yang tolol, dan karena itu mempunyai kebutuhan akan seorang gembala untuk menguasai / mengepalai dan membimbingnya).
William Hendriksen (tentang Yohanes 10): “That sheep have a tendency to wander, and are, therefore in need of a guiding shepherd, is clear from Ps. 119:176; Is. 53:6” (= Bahwa domba mempunyai kecenderungan untuk mengembara, dan karena itu membutuhkan seorang gembala yang membimbing, adalah jelas dari Maz 119:176; Yes 53:6).
Mazmur 119:176 - “Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hambaMu ini, sebab perintah-perintahMu tidak kulupakan”.
Yesaya 53:6 - “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”.
Fred H. Wight: “It is very important that sheep should not be allowed to stray away from the flock, because when by themselves they are utterly helpless. In such a condition, they become bewildered, for they have no sense at all of locality. And if they do stray away, they must be brought back” (= Adalah sangat penting bahwa domba tidak diijinkan untuk mengembara dari / meninggalkan kawanannya, karena pada waktu mereka sendirian mereka sama sekali tak berdaya. Dalam keadaan seperti itu, mereka menjadi bingung, karena mereka tidak mempunyai pengertian / perasaan sama sekali tentang tempat. Dan jika mereka meninggalkan kawanannya mereka harus dibawa kembali) - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 158.
Adam Clarke (tentang Lukas 15:4): “The lost sheep is an emblem of a heedless, thoughtless sinner: one who follows the corrupt dictates of his own heart, without ever reflecting upon his conduct, or considering what will be the issue of his unholy course of life. No creature strays more easily than a sheep; none is more heedless; and none so incapable of finding its way back to the flock, when once gone astray: it will bleat for the flock, and still run on in an opposite direction to the place where the flock is; this I have often noticed” (= Domba yang hilang adalah simbol dari orang berdosa yang tidak memperhatikan / mempedulikan dan tak memikirkan: seseorang yang mengikuti suara hatinya yang rusak, tanpa pernah memikirkan tingkah lakunya, atau mempertimbangkan apa yang akan merupakan hasil dari jalan kehidupannya yang tidak kudus. Tidak ada makhluk yang lebih mudah tersesat dari domba; tidak ada yang lebih tidak memperhatikan; dan tidak ada yang begitu tidak mampu untuk menemukan jalannya kembali kepada kawanan pada saat mereka tersesat: ia akan mengembik untuk kawanan itu tetapi tetap akan berlari ke arah yang berlawanan dari tempat dimana kawanan itu berada; ini telah sering saya perhatikan).
b) Tempat penggembalaan domba di Yudea menyebabkan domba secara mutlak membutuhkan gembala.
Barclay (tentang Yohanes 10): “There is no better loved picture of Jesus than the Good Shepherd. The picture of the shepherd is woven into the language and imagery of the Bible. ... The main part of Judaea was a central plateau, stretching from Bethel to Hebron for a distance of about 35 miles and varying from 14 to 17 miles across. The ground, for most part, was rough and stony. Judaea was, much more a pastoral than an agricultural country and was, therefore, inevitable that the most familiar figure of the Judaean uplands was the shepherd. His life was very hard. No flock ever grazed without a shepherd, and he was never off duty. There being little grass, the sheep were bound to wander, and since there were no protecting walls, the sheep had constantly to be watched. On either side of the narrow plateau the ground dipped sharply down to the craggy deserts and the sheep were always liable to stray away and get lost. The shepherd’s task was not only constant but dangerous, for, in addition, he had to guard the flock against wild animals, especially against wolves, and there were always thieves and robbers ready to steal the sheep” (= Tidak ada gambaran yang dicintai lebih baik tentang Yesus dari pada Gembala yang Baik. Gambaran tentang gembala ditenun / dirangkaikan ke dalam bahasa dan perumpamaan dari Alkitab. ... Bagian besar dari Yudea adalah dataran tinggi di tengah, membentang dari Betel ke Hebron untuk suatu jarak dari kira-kira 35 mil dan lebarnya bervariasi dari 14 sampai 17 mil. Tanahnya, sebagian besar, adalah kasar dan berbatu-batu. Yudea lebih merupakan negara penggembalaan dari pada pertanian, dan karena itu merupakan sesuatu yang tak terhindarkan bahwa gambaran yang paling akrab tentang dataran tinggi Yudea adalah gembala. Kehidupan gembala sangat sukar / berat. Tak ada kawanan domba yang pernah makan rumput tanpa seorang gembala, dan ia tidak pernah bebas tugas. Karena disana hanya ada sedikit rumput, domba-domba harus / terpaksa mengembara, dan karena disana tidak ada tembok yang melindungi, domba-domba harus dijaga terus menerus. Di kedua sisi dari dataran tinggi yang sempit tanahnya turun dengan tajam pada padang gurun yang berbatu-batu dan domba selalu mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengembara / keluar dari kawanan dan hilang. Tugas gembala bukan hanya terus menerus, tetapi juga berbahaya, karena sebagai tambahan, ia harus menjaga kawanan domba itu terhadap binatang-binatang liar, khususnya terhadap serigala-serigala, dan disana selalu ada pencuri-pencuri dan perampok-perampok yang siap untuk mencuri domba).
E. W. Heaton: “Judaea, indeed (wrote George Adam Smith), offers as good ground as there is in all the East for observing the grandeur of the shepherd’s character. On the boundless Eastern pasture, so different from the narrow and dyked hillsides with which we are familiar, the shepherd is indispensable. With us sheep are often left to themselves; but I do not remember ever to have seen in the East a flock of sheep without a shepherd. In such a landscape as Judaea, where a day’s pasture is thinly scatterred over an unfenced tract of country, covered with delusive paths, still frequented by wild beasts, and rolling off into the desert, the man and his character are indispensable” [= Yudea memang (tulis George Adam Smith), menawarkan / memberikan dasar yang baik yang ada di seluruh wilayah Timur untuk mengamati kehebatan / keagungan dari karakter seorang gembala. Di padang rumput Timur yang tak ada batasnya, begitu berbeda dari lereng gunung yang sempit dan mempunyai tanggul dengan mana kita akrab, gembala mutlak diperlukan. Pada kita domba-domba sering dibiarkan sendirian; tetapi saya tidak ingat pernah melihat di Timur suatu kawanan domba tanpa seorang gembala. Di tanah seperti Yudea, dimana padang rumput untuk satu hari tersebar secara tipis atas suatu tanah yang luas tanpa pagar dari negeri, ditutupi dengan jalan-jalan kecil yang cenderung untuk menyesatkan, dan masih tetap sering dikunjungi oleh binatang-binatang liar, dan naik turun menuju (?) padang pasir, orang itu dan karakternya mutlak diperlukan] - ‘Everyday Life in Old Testament Times’, hal 48-49.
Catatan: penulis ini mengutip bagian ini dari buku George Adam Smith yang berjudul ‘The Historical Geography of The Holy Land’, hal 301-dst.
c) Alkitab berulangkali menunjukkan keadaan yang menyedihkan dari domba tanpa gembala.
Matius 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”.
Markus 6:34 - “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka”.
1Raja-raja 22:17 - “Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’”.
William Hendriksen (tentang Markus 6:34): “He sees these people as sheep without a shepherd. To understand what this means one should first read I Kings 22:17; then Ps. 23; then Matt. 9:36; then John 10. ... No animal is as dependent as is a sheep. Without someone to guide it, it wanders, is lost, becomes food for wolves, etc. Without someone to graze it, it starves. Jesus knows that the people are like that: their leaders fail to give them reliable guidance. They do not supply their souls with nourishing food” (= Ia melihat orang-orang ini seperti domba tanpa gembala. Untuk mengerti apa artinya ini orang harus pertama-tama membaca IRaja 22:17; lalu Maz 23; lalu Mat 9:36; lalu Yohanes 10. ... Tak ada binatang yang begitu tergantung seperti seekor domba. Tanpa seseorang untuk membimbingnya, domba itu mengembara, terhilang, menjadi makanan untuk serigala-serigala, dsb. Tanpa seseorang untuk menggembalakannya, ia mati kelaparan. Yesus tahu bahwa orang-orang itu adalah seperti itu: pemimpin-pemimpin mereka gagal untuk memberi mereka bimbingan yang bisa diandalkan. Mereka tidak menyuplai jiwa-jiwa mereka dengan makanan yang bergizi).
William Hendriksen (tentang Mat 9:36): “Jesus sees them as only he, with his marvelously sympathetic heart, is able to see them, namely, as sheep whose shepherd has abandoned them, and who are therefore perishing on the barren, windswept steppe. Such sheep are ‘fatigued and forlorn,’ ‘dejected and deserted.’ They are thoroughly exhausted and are exposed to ravenous beasts, wind and weather, hunger and thirst. What domestic animal is more dependent, hence more helpless when left to itself, than a sheep? Sheep untended, unprotected, and unsought, what a picture of sinners left to themselves or harassed by the rabbis of that day. The people, like sheep, were in need of true guides and shepherds. The figure of sheep without a shepherd is rich in Biblical references. In addition to the passages based on Zech. 13:7, namely, Matt. 26:31 and Mark 14:27, see also Num. 27:17; I Kings 22:17; Ezek. 34; Zech. 10:2; 11:5; and John 10:12. For a more favorable situation - the shepherd seeking his lost sheep and finding it - see on Matt. 18:12–14; cf. Luke 15:3–7” (= Yesus melihat mereka karena hanya Dia, dengan hatiNya yang bersimpati secara mengagumkan, bisa melihat mereka, yaitu, sebagai domba yang gembalanya telah meninggalkan mereka, dan yang karena itu sekarat di padang rumput luas yang berangin dan tandus. Domba-domba seperti itu ‘lelah dan terlantar’, ‘tertekan dan ditinggalkan’. Mereka lelah / kehabisan tenaga sama sekali, dan terbuka terhadap binatang-binatang sangat lapar, angin dan cuaca, lapar dan haus. Binatang peliharaan apa yang lebih tergantung, dan karena itu lebih tak berdaya, pada waktu ditinggalkan pada dirinya sendiri, dari pada seekor domba? Domba yang tidak dirawat / dipelihara, tidak dilindungi, dan tidak dicari, betul-betul suatu gambaran dari orang-orang berdosa yang ditinggalkan pada diri mereka sendiri atau diganggu / dipersulit oleh rabi-rabi dari jaman itu. Orang-orang itu, seperti domba, ada dalam kebutuhan terhadap pembimbing-pembimbing dan gembala-gembala yang benar / sejati. Gambaran tentang domba tanpa gembala sangat banyak dalam referensi-referensi Alkitab. Sebagai tambahan pada text-text yang didasarkan pada Zakh 13:7, yaitu, Matius 26:31 dan Markus 14:27, lihat juga Bilangan 27:17; IRaja 22:17; Yeh 34; Zakh. 10:2; 11:5; dan Yohanes 10:12. Untuk keadaan yang lebih baik / menyenangkan - sang gembala mencari dombanya yang terhilang dan menemukannya - lihat tentang Matius 18:12–14; bdk. Lukas 15:3–7).
Bilangan 27:15-17 - “(15) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: (16) ‘Biarlah TUHAN, Allah dari roh segala makhluk, mengangkat atas umat ini seorang (17) yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat TUHAN jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.’”.
Zakharia 10:2-3,6-9 - “(2) Sebab apa yang dikatakan oleh terafim adalah jahat, dan yang dilihat oleh juru-juru tenung adalah dusta, dan mimpi-mimpi yang disebutkan mereka adalah hampa, serta hiburan yang diberikan mereka adalah kesia-siaan. Oleh sebab itu bangsa itu berkeliaran seperti kawanan domba dan menderita sengsara sebab tidak ada gembala. (3) ‘Terhadap para gembala akan bangkit murkaKu dan terhadap kepala-kepala kawanan kambing Aku akan mengadakan pembalasan, sebab TUHAN semesta alam memperhatikan kawanan ternakNya, yakni kaum Yehuda, dan membuat mereka sebagai kuda keagunganNya dalam pertempuran. ... (6) Aku akan membuat kuat kaum Yehuda, dan Aku menyelamatkan keturunan Yusuf. Aku akan membawa mereka kembali, sebab Aku menyayangi mereka; dan keadaan mereka seakan-akan tidak pernah ditolak oleh Aku, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka, dan Aku akan menjawab mereka. (7) Efraim akan seperti seorang pahlawan, hati mereka akan bersukacita seperti oleh anggur. Anak-anak mereka akan melihatnya, lalu bersukacita dan hati mereka bersorak-sorak karena TUHAN. (8) Aku akan bersiul memanggil mereka dan Aku akan mengumpulkan mereka, sebab Aku sudah membebaskan mereka, dan jumlah mereka menjadi banyak seperti dahulu. (9) Sekalipun Aku telah menyerakkan mereka ke antara bangsa-bangsa, tetapi di tempat-tempat yang jauh mereka akan ingat kepadaKu; mereka akan hidup bersama-sama anak-anak mereka dan mereka akan kembali”.
Catatan: saya hanya memberikan sebagian ayat-ayat referensi yang diberikan oleh William Hendriksen dalam kutipan di atas karena ada yang sudah ada di atas, dan ada yang nanti akan saya bahas di belakang.
d) Domba merupakan binatang yang sama sekali tidak mempunyai alat pertahanan atau cara / jalan untuk lari / menyembunyikan diri terhadap pemangsanya.
Adam Clarke (tentang Lukas 15:4): “No creature is more defenseless than a sheep, and more exposed to be devoured by dogs and wild beasts. Even the fowls of the air seek their destruction. I have known ravens often attempt to destroy lambs by picking out their eyes, in which, when they have succeeded, as the creature does not see whither it is going, it soon falls an easy prey to its destroyer” (= Tidak ada makhluk yang lebih tak mempunyai pertahanan dari pada domba, dan yang lebih terbuka untuk dimangsa oleh anjing-anjing dan binatang-binatang liar. Bahkan burung-burung di udara mencari penghancuran mereka. Saya tahu bahwa burung-burung gagak sering berusaha untuk menghancurkan anak-anak domba dengan mencungkil mata mereka, dalam mana, jika mereka berhasil, karena makhluk itu tak bisa melihat kemana ia pergi, ia dengan cepat menjadi mangsa dari penghancurnya).
e) Adanya pencuri, perampok dan serigala menambah bahaya bagi domba yang tidak punya gembala untuk melindungi dan menjaganya.
Yohanes 10: 8,10,12b: “(8) Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. ... (10) Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. ... (12b) ... ketika melihat serigala datang, ...”.
Calvin (tentang Mazmur 23:4): “As a sheep, when it wanders up and down through a dark valley, is preserved safe from the attacks of wild beasts and from harm in other ways, by the presence of the shepherd alone, so David now declares that as often as he shall be exposed to any danger, he will have sufficient defense and protection in being under the pastoral care of God” (= Sebagaimana seekor domba, pada saat ia mengembara naik turun melalui lembah yang gelap, dijaga aman dari serangan-serangan dari binatang-binatang liar dan dari kerugian / kerusakan dengan cara-cara yang lain, oleh kehadiran dari gembala saja, demikianlah sekarang Daud menyatakan bahwa sesering ia terbuka terhadap bahaya apapun, ia akan mendapat penjagaan dan perlindungan yang cukup pada waktu ia berada dibawah pemeliharaan penggembakaan dari Allah).
Mazmur 23:4 - “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku”.
William Hendriksen (tentang Yohanes 10): “The absolute dependence of sheep upon the shepherd is everywhere implied. The sheep are dependent on him for provision, direction, and protection. The shepherd is ‘all things’ to them. And they place all their confidence in him” (= Ketergantungan mutlak dari domba kepada gembala dinyatakan secara implicit dimana-mana. Domba tergantung kepadanya untuk penyediaan makanan, pengarahan, dan perlindungan. Gembala adalah ‘segala sesuatu / segala-galanya’ bagi mereka. Dan mereka menempatkan seluruh keyakinan mereka dalam dia).
Penerapan: setelah mengetahui keadaan domba dan ketergantungannya yang mutlak kepada gembalanya, pikirkan: kalau ajaran Arminian meletakkan keselamatan akhir dari domba itu pada domba itu sendiri, cocokkah itu? Kalau keselamatan akhir diletakkan pada domba itu sendiri, dan bukan pada gembalanya, domba itu PASTI terhilang!
2) Sekalipun bodoh, tetapi domba selalu mengenali suara gembala dan mengikutinya, dan ia tak mau mengikuti suara orang lain.
Yohanes 10:3-5,8,14,16,27 - “(3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. (5) Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.’ ... (8) Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. ... (14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku ... (16) Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. ... (27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”.
Barclay (tentang Yohanes 10:1-6): “It is strictly true that in this part of the world the sheep know and understand the shepherd’s voice, and that they will never answer to the voice of a stranger. The author and journalist H. V. Morton has a wonderful description of the way in which the shepherd talks to the sheep. ‘Sometimes he talks to them in a loud sing-song voice, using a weird language unlike anything I have ever heard in my life. The first time I heard this sheep and goat language I was on the hills at the back of Jericho. A goat-herd had descended into a valley and was mounting the slope of an opposite hill, when turning round, he saw his goats had remained behind to devour a rich patch of scrub. Lifting his voice, he spoke to the goats in a language that Pan must have spoken on the mountains of Greece. It was uncanny because there was nothing human about it. The words were animal sounds arranged in a kind of order. No sooner had he spoken than an answering bleat shivered over the herd, and one or two of the animals turned their heads in his direction. But they did not obey him. The goat-herd then called out one word, and gave a laughing kind of whinny. Immediately a goat with a bell round his neck stopped eating, and, leaving the herd, trotted down the hill, across the valley, and up the opposite slopes. The man, accompanied by this animal, walked on and disappeared round a ledge of rock. Very soon a panic spread among the herd. They forgot to eat. They looked up for the shepherd. He was not to be seen. They became conscious that the leader with the bell at his neck was no longer with them. From the distance came the strange laughing call of the shepherd, and at the sound of it the entire herd stampeded into the hollow and leapt up the hill after him’ (H. V. Morton, In the Steps of the Master, pp. 154–5). W. M. Thomson in The Land and the Book has the same story to tell. ‘The shepherd calls sharply from time to time, to remind them of his presence. They know his voice, and follow on; but, if a stranger call, they stop short, lift up their heads in alarm, and if it is repeated, they turn and flee, because they know not the voice of a stranger. I have made the experiment repeatedly.’ That is exactly John’s picture. H. V. Morton tells of a scene that he saw in a cave near Bethlehem. Two shepherds had sheltered their flocks in the cave during the night. How were the flocks to be sorted out? One of the shepherds stood some distance away and gave his peculiar call which only his own sheep knew, and soon his whole flock had run to him, because they knew his voice. They would have come for no one else, but they knew the call of their own shepherd. An eighteenth-century traveller actually tells how Palestinian sheep could be made to dance, quick or slow, to the peculiar whistle or the peculiar tune on the flute of their own shepherd. Every detail of the shepherd’s life lights up the picture of the good shepherd whose sheep hear his voice and whose constant care is for his flock” [= Adalah benar secara ketat bahwa dalam bagian dari dunia ini domba-domba mengetahui dan mengerti suara gembala, dan bahwa mereka tidak akan pernah menjawab suara dari seorang asing. Pengarang dan wartawan H. V. Morton mempunyai suatu penggambaran yang luar biasa / sangat indah tentang cara dalam mana gembala berbicara kepada domba-domba. ‘Kadang-kadang ia berbicara kepada mereka dengan suara mendatar, menggunakan suatu bahasa yang aneh yang tidak seperti apapun yang pernah saya dengar dalam hidup saya. Pertama kalinya saya mendengar bahasa domba dan kambing saya berada di bukit-bukit di belakang Yerikho. Seorang gembala kambing telah turun ke dalam suatu lembah dan sedang naik di suatu bukit yang berseberangan, pada waktu berpaling, ia melihat kambing-kambingnya tertinggal di belakang untuk memakan suatu potongan semak kecil yang kaya. Mengangkat suaranya, ia berbicara kepada kambing-kambing dalam bahasa yang pasti digunakan oleh Pan di gunung-gunung Yunani. Itu aneh karena disana tidak ada apapun yang bersifat manusia tentangnya. Kata-kata itu merupakan bunyi-bunyi binatang yang diatur dalam suatu jenis keteraturan. Begitu ia telah berbicara, suatu embikan jawaban bergetar di atas kawanan, dan satu atau dua dari binatang-binatang itu memalingkan kepala mereka ke arahnya. Tetapi mereka tidak mentaatinya. Gembala kambing itu lalu meneriakkan satu kata, dan memberikan suatu jenis tawa dari rengekan. Segera seekor kambing dengan sebuah lonceng mengelilingi lehernya berhenti makan, dan meninggalkan kawanannya, lari menuruni bukit, menyeberangi lembah, dan menaiki lereng yang berseberangan. Orang itu, bersama dengan binatang ini, berjalan terus dan menghilang di balik suatu tonjolan batu karang. Dengan segera suatu kepanikan menyebar di antara kawanan itu. Mereka lupa untuk makan. Mereka mencari sang gembala. Ia tidak terlihat. Mereka menjadi sadar bahwa si pemimpin dengan lonceng di lehernya sudah tidak lagi bersama mereka. Dari jauh datang panggilan tawa yang aneh dari sang gembala, dan pada bunyinya seluruh kawanan berlari ke dalam lembah dan melompat ke bukit mengikuti dia’ {H. V. Morton, ‘In the Steps of the Master’ (Dalam Langkah-langkah Dari Tuan), hal 154–5}. W. M. Thomson dalam ‘The Land and the Book’ (Negara dan Kitab), mempunyai cerita yang sama untuk diceritakan. ‘Gembala memanggil dengan tajam dari waktu ke waktu, untuk mengingatkan mereka tentang kehadirannya. Mereka mengenal suaranya, dan terus mengikuti; tetapi jika seorang asing memanggil, mereka berhenti sebentar, mengangkat kepala mereka dalam ketakutan, dan jika panggilan itu diulang, mereka berbalik dan lari, karena mereka tidak mengenal suara dari seorang asing. Saya telah membuat pengalaman itu berulang kali’. Itu tepat merupakan gambaran dari Yohanes. H. V. Morton menceritakan suatu suasana / pemandangan yang ia lihat dalam sebuah gua dekat Betlehem. Dua gembala telah melindungi kawana mereka dalam gua sepanjang malam. Bagaimana kawanan itu harus disortir? Satu dari gembala-gembala itu berdiri pada jarak tertentu dan memberikan panggilan yang khas yang hanya domba-dombanya sendiri yang tahu / kenal, dan segera seluruh kawanan lari kepadanya, karena mereka mengenal suaranya. Mereka tidak akan datang bagi orang lain manapun, tetapi mereka mengenal panggilan dari gembala mereka sendiri. Seorang pelancong abad 18 sungguh-sungguh menceritakan bagaimana domba-domba Palestina bisa disuruh untuk berdansa, cepat atau lambat, pada siulan khas atau nada khas dari seruling dari gembala mereka sendiri. Setiap detail dari kehidupan gembala menerangi gambaran dari gembala yang baik yang domba-dombanya mendengar suaranya dan yang perhatiannya yang tetap adalah untuk domba-dombanya].
Catatan: saya tidak tahu dengan pasti siapa / apa yang Barclay maksudkan dengan ‘Pan’. Dalam Encyclopedia Britannica 2010 dikatakan bahwa ‘Pan’ adalah nama dari salah satu dewa Yunani.
The Biblical Illustrator (New Testament): “‘Sheep will not follow strangers:’ - A man in India was accused of stealing a sheep. He was brought before the judge, and the supposed owner of the sheep was present. Both claimed the sheep, and had witnesses to prove their claims; so it was not easy to decide to whom the sheep belonged. Knowing the habits of the shepherds and the sheep, the judge ordered the animal to be brought into court, and sent one of the two men into another room while he told the other to call the sheep. But the poor sheep not knowing the voice of the stranger would not go to him. In the meantime, the other man in the adjoining room growing impatient gave a kind of a ‘chuck,’ upon which the sheep bounded away towards him at once. This ‘chuck’ was the way in which he had been used to call the sheep, and it was at once decided that he was the real owner” (= ‘Domba-domba tidak akan mengikuti orang-orang asing’: - Seorang laki-laki di India dituduh mencuri seekor domba. Ia dibawa ke hadapan hakim, dan orang yang dianggap sebagai pemilik domba hadir di sana. Keduanya mengclaim domba itu, dan mempunyai saksi-saksi untuk membuktikan claim mereka; dan dengan demikian tidaklah mudah untuk memutuskan domba itu milik siapa. Karena mengetahui kebiasaan tentang gembala-gembala dan domba, sang hakim memerintahkan binatang itu dibawa ke ruang pengadilan, dan menyuruh satu dari dua orang itu untuk masuk ke dalam ruangan yang lain sementara ia menyuruh orang yang satunya untuk memanggil domba itu. Tetapi domba yang malang itu tidak mengenal suara dari orang asing itu dan karena itu tidak mau pergi kepadanya. Sementara itu, orang satunya dalam ruangan yang berdampingan menjadi tidak sabar dan memberikan sejenis bunyi ayam betina, terhadap mana domba itu segera menuju kepadanya. Bunyi seperti ayam betina ini adalah cara dengan mana ia telah menggunakannya untuk memanggil domba itu, dan segera diputuskan bahwa ia adalah pemilik yang sesungguhnya).
William Hendriksen (tentang Yohanes 10:5): “A normal sheep does not follow a stranger even though the latter may put on the shepherd’s garb, and may try to imitate the shepherd’s call. It has been tried again and again. So also (and much more so!) the true disciple of the Lord ‘does not know’ (refuses to acknowledge) the voice of strangers (cf. II John 10), who come to him with strange philosophy, strange theology, and strange ethics; and, therefore, he does not follow them. He is resolutely determined to follow only the one true shepherd, Jesus, as he speaks in his Word. All others he shuns; in fact, he runs away from them in horror” [= Seekor domba yang normal tidak mengikuti suara dari seorang asing, sekalipun orang itu mengenakan pakaian gembala, dan mencoba untuk meniru panggilan dari gembala. Hal itu telah dicoba berulang-ulang. Demikian juga (dan lebih-lebih demikian!) murid yang sejati dari Tuhan ‘tidak mengenal’ (menolak untuk mengenal / mengakui) suara dari orang-orang asing (bdk. 2Yoh 10), yang datang kepadanya dengan filsafat yang aneh, theologia yang aneh, dan etika yang aneh; dan karena itu, ia tidak mengikuti mereka. Ia dengan tegas menentukan untuk hanya mengikuti satu Gembala yang sejati / benar, Yesus, sebagaimana Ia berbicara dalam FirmanNya. Semua yang lain ia jauhi; dalam faktanya ia lari dari mereka dengan ketakutan] - hal 106.
Catatan: 2Yoh 10 - “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya”. Ayat ini rasanya tidak cocok, karena ini bukan menunjukkan sifat domba, tetapi merupakan perintah kepada domba. Kalau hanya perintah, bukankah bisa saja tidak diikuti? Mungkin yang ia maksudkan adalah 2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Calvin (tentang Yohanes 10:4): “We must attend to the reason why it is said that the sheep follow; it is, because they know how to distinguish shepherds from wolves by the voice. This is the spirit of discernment, by which the elect discriminate between the truth of God and the false inventions of men. So then, in the sheep of Christ a knowledge of the truth goes before, and next follows an earnest desire to obey, so that they not only understand what is true, but receive it with warm affection. And not only does he commend the obedience of the faith, because the sheep assemble submissively at the voice of the shepherd, but also because they do not listen to the voice of strangers, and do not disperse when any one cries to them” (= Kita harus memperhatikan alasan mengapa dikatakan bahwa domba-domba mengikuti; itu adalah karena mereka mengetahui bagaimana membedakan gembala-gembala dari serigala-serigala oleh suara. Ini adalah roh pembedaan, dengan mana orang-orang pilihan membedakan kebenaran dari Allah dan penemuan-penemuan palsu dari manusia. Maka demikianlah, dalam domba-domba Kristus suatu pengetahuan / pengenalan tentang kebenaran berjalan di depan, dan selanjutnya mengikuti suatu keinginan yang sungguh-sungguh untuk mentaati, sehingga mereka bukan hanya mengerti apa yang benar, tetapi menerimanya dengan kasih yang hangat. Dan bukan hanya Ia menghargai / memuji ketaatan dari iman, karena domba-domba berkumpul dengan tunduk pada suara dari gembala, tetapi juga karena mereka tidak mendengar pada suara dari orang-orang asing, dan tidak bubar / tercerai berai pada waktu siapapun berteriak kepada mereka.).
Kalau demikian, mengapa banyak domba bisa dengan mudah menerima ajaran-ajaran yang kacau, bahkan yang sesat? Mengapa banyak domba krasan berada dalam gereja yang ajarannya tidak karuan, dan bahkan sesat? Kemungkinan sangat besar, mereka memang bukan domba-domba yang sejati!
Dan bagaimana dengan domba-domba yang masih baru (orang Kristen yang masih bayi rohani)? Bukankah karena mereka tak terlalu mengerti firman Tuhan, mereka bisa dengan mudah disesatkan? Jawaban saya: mereka mungkin bingung, tetapi kalau mereka orang kristen yang sejati, tak peduli betapapun barunya, tetap Roh Kudus akan membimbing mereka, untuk menjauhi kesesatan. Kalaupun suatu saat mereka menerima suatu ajaran yang salah, lambat atau cepat Roh Kudus akan meluruskan mereka.
Yohanes 14:26 - “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”.
Yohanes 16:12-14 - “(12) Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. (13) Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (14) Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu”.
Matius 24:22,24 - “(22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Yoh 8:31,32,47 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’ ... (47) Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.’”.
2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Bahwa domba-domba selalu mendengarkan suara Kristus merupakan sesuatu yang bisa dijadikan penghiburan bagi pelayan-pelayan firman yang setia.
Calvin (tentang Yohanes 10:8): “if the number of believers is smaller than might be desired, and if out of this small number a large proportion be continually dropping off, faithful teachers have this consolation to support them, that the elect of God, who are Christ’s sheep, listen to them” (= Jika jumlah dari orang-orang percaya lebih kecil dari yang bisa diinginkan, dan jika dari jumlah yang kecil ini suatu bagian yang besar terus menerus berkurang / merosot, guru-guru yang setia mempunyai penghiburan ini untuk menopang mereka, bahwa orang-orang pilihan Allah, yang adalah domba-domba Kristus, mendengarkan mereka).
Catatan: perhatikan bahwa ini berlaku untuk ‘guru-guru yang setia’, yang memang melakukan kewajibannya sebagai guru / gembala, bukan bagi seadanya pendeta yang tidak bertanggung jawab, dengan terus meninggalkan domba-dombanya untuk khotbah keliling untuk mencari uang!
Semua jaminan di atas tak berarti bahwa domba tak mempunyai kewajiban. Bandingkan dengan kata-kata Calvin di bawah ini.
Calvin (tentang Yohanes 10:10): “‘The thief cometh not.’ By this saying, Christ - if we may use the expression - pulls our ear, that the ministers of Satan may not come upon us by surprise, when we are in a drowsy and careless state; for our excessive indifference exposes us, on every side, to false doctrines. For whence arises credulity so great, that they who ought to have remained fixed in Christ, fly about in a multitude of errors, but because they do not sufficiently dread or guard against so many false teachers? And not only so, but our insatiable curiosity is so delighted with the new and strange inventions of men, that, of our own accord, we rush with mad career to meet thieves and wolves. Not without reason, therefore, does Christ testify that false teachers, whatever may be the mildness and plausibility of their demeanour, always carry about a deadly poison, that we may be more careful to drive them away from us” (= ‘Pencuri tidak datang’. Dengan kata-kata ini, Kristus - jika kita boleh menggunakan ungkapan ini - menarik telinga kita, sehingga pelayan-pelayan Setan tidak datang kepada kita secara mengejutkan, pada waktu kita ada dalam keadaan mengantuk / lesu / malas dan ceroboh; karena sikap acuh tak acuh kita yang berlebih-lebihan membuka kita, pada setiap sisi, bagi ajaran-ajaran palsu. Karena dari mana muncul kecenderungan untuk terlalu cepat percaya yang begitu besar, sehingga mereka yang seharusnya tetap terpancang dalam Kristus, lari kesana kemari dalam banyak kesalahan, kecuali mereka tidak secara cukup takut atau berjaga-jaga terhadap begitu banyak guru-guru palsu? Dan bukan hanya demikian, tetapi keingin-tahuan kita yang tak terpuaskan begitu senang dengan penemuan-penemuan yang baru dan aneh dari manusia, sehingga, dari persetujuan kita sendiri, kita berlari cepat-cepat dengan kecepatan penuh yang gila untuk menemui pencuri-pencuri dan serigala-serigala. Karena itu, bukan tanpa alasan Kristus memberi kesaksian, bahwa guru-guru palsu, bagaimanapun kelembutan dan masuk akalnya sikap mereka, selalu membawa suatu racun yang mematikan, supaya kita bisa lebih hati-hati mengusir mereka dari kita).
Calvin (tentang Yohanes 10:1-2): “For if they who are called shepherds attempt to lead us away from Christ, we ought to flee from them, at the command of Christ, as we would flee from wolves or thieves; and we ought not to form or maintain intercourse with any society but that which is agreed in the pure faith of the Gospel. For this reason Christ exhorts his disciples to separate themselves from the unbelieving multitude of the whole nation, not to suffer themselves to be governed by wicked priests, and not to allow themselves to be imposed upon by proud and empty names” (= Karena jika mereka yang disebut gembala-gembala berusaha membimbing kita menjauhi Kristus, kita harus lari dari mereka, pada perintah Kristus, seperti kita lari dari serigala-serigala dan pencuri-pencuri; dan kita tidak boleh membentuk atau memelihara pergaulan / hubungan dengan masyarakat apapun kecuali masyarakat yang setuju / cocok dalam iman yang murni dari Injil. Karena alasan ini Kristus mendesak murid-muridNya untuk memisahkan diri mereka sendiri dari orang banyak yang tidak percaya dari seluruh bangsa, untuk tidak membiarkan diri mereka sendiri diperintah oleh imam-imam yang jahat, dan tidak mengijinkan diri mereka sendiri diperdayakan oleh sebutan-sebutan yang sombong dan kosong).
3) Dua macam domba.
Yohanes 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”.
Calvin (tentang Yohanes 10:8): “here a question arises, When does a person begin to belong to the flock of the Son of God? For we see many who stray and wander through deserts during the greater part of their life, and are at length brought into the fold of Christ. I reply, the word sheep is here used in two ways. When Christ says afterwards, that he has other sheep besides, he includes all the elect of God, who had at that time no resemblance to sheep. ... By nature, we are at the greatest possible distance from being sheep; but, on the contrary, are born lions, tigers, wolves, and bears, until the Spirit of Christ tames us, and from wild and savage beasts forms us to be mild sheep. Thus, according to the secret election of God, we are already sheep in his heart, before we are born; but we begin to be sheep in ourselves by the calling, by which he gathers us into his fold. Christ declares that they who are called into the order of believers are so firmly bound together, that they cannot stray or wander, or be carried about by any wind of new doctrine.” (= di sini suatu pertanyaan muncul, Kapan seseorang mulai termasuk dalam kawanan domba dari Anak Allah? Karena kita melihat banyak orang yang tersesat dan mengembara melalui padang pasir selama bagian yang lebih besar dari kehidupan mereka, dan pada akhirnya dibawa ke dalam kandang Kristus. Saya menjawab, kata ‘domba’ di sini digunakan dalam dua cara. Pada waktu Kristus berkata belakangan bahwa Ia mempunyai domba-domba yang lain, Ia mencakup semua orang-orang pilihan Allah, yang pada saat itu tidak mempunyai kemiripan dengan domba. ... Secara alamiah, kita ada dalam jarak terjauh yang memungkinkan dari keberadaan sebagai domba; tetapi sebaliknya, kita dilahirkan sebagai singa, serigala, dan beruang, sampai Roh Kristus menjinakkan kita, dan dari binatang-binatang yang liar dan buas membentuk kita menjadi domba-domba yang lembut. Jadi, sesuai dengan pilihan rahasia dari Allah, kita sudah adalah domba dalam hatiNya, sebelum kita dilahirkan; tetapi kita mulai menjadi domba dalam diri kita sendiri oleh panggilan, dengan mana Ia mengumpulkan kita ke dalam kandangNya. Kristus menyatakan bahwa mereka yang dipanggil ke dalam kelompok orang-orang percaya diikat dengan begitu teguh / kuat, sehingga mereka tidak bisa tersesat atau mengembara, atau dibawa / dihanyutkan oleh angin manapun dari ajaran yang baru).
4) Domba yang tersesat dan hilang.
Calvin (tentang Yohanes 10:8): “It will perhaps be objected, that even those who had been devoted to Christ frequently go astray, and that this is proved by frequent experience, ... I readily acknowledge that it frequently happens, that they who had belonged to the household of faith are, for a time, estranged; but this is not at variance with Christ’s statement, for, so far as they go astray, they cease, in some respects, to be sheep. What Christ means is simply this, that all the elect of God, though they were tempted to go astray in innumerable ways, were kept in obedience to the pure faith, so that they were not exposed as a prey to Satan, or to his ministers. But this work of God is not less astonishing, when he again gathers the sheep which had wandered for a little, than if they had all along continued to be shut up in the fold. It is always true, and without a single exception, that ‘they who go out from us were not of us, but that they who were of us remain with us to the end,’ (1 John 2:19.)” [= Mungkin akan diajukan keberatan, bahwa bahkan mereka yang telah diserahkan kepada Kristus seringkali tersesat, dan bahwa hal ini dibuktikan oleh pengalaman yang sering terjadi, ... Saya dengan segera mengakui bahwa itu sering terjadi, bahwa mereka yang telah termasuk dalam rumah tangga dari iman, dijauhkan untuk sementara waktu; tetapi ini tidaklah bertentangan dengan pernyataan Kristus, karena sejauh mereka tersesat, mereka berhenti, dalam aspek-aspek tertentu, menjadi domba. Apa yang Kristus maksudkan adalah ini, bahwa semua orang-orang pilihan Allah, sekalipun mereka dicobai untuk tersesat dengan cara-cara yang tak terhitung banyaknya, tetap dijaga dalam ketaatan pada iman yang murni, sehingga mereka tidak terbuka sebagai mangsa bagi Iblis atau pelayan-pelayannya. Tetapi pekerjaan Allah ini tidak kurang mengherankan, pada waktu ia mengumpulkan lagi domba-domba yang telah mengembara untuk waktu yang singkat, dari pada jika mereka selalu terus dikurung dalam kandang. Merupakan sesuatu yang selalu benar, dan tanpa satu perkecualianpun, bahwa ‘mereka yang keluar dari kita, bukanlah dari kita, tetapi mereka yang dari kita tetap bersama kita sampai akhir’, (1Yoh 2:19).].
1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Jadi kesimpulannya, kalau ada domba yang tersesat, ia pasti akan kembali, kalau ia sungguh-sungguh domba. Tetapi kalau ada ‘domba’ yang tersesat dan akhirnya hilang, maka sebetulnya ia bukan domba, dan tidak pernah menjadi domba.
III) Gembala.
1) Gembala dan penggembalaan.
Barclay (tentang Yohanes 10): “There is no better loved picture of Jesus than the Good Shepherd. The picture of the shepherd is woven into the language and imagery of the Bible. ... The main part of Judaea was a central plateau, stretching from Bethel to Hebron for a distance of about 35 miles and varying from 14 to 17 miles across. The ground, for most part, was rough and stony. Judaea was, much more a pastoral than an agricultural country and was, therefore, inevitable that the most familiar figure of the Judaean uplands was the shepherd. His life was very hard. No flock ever grazed without a shepherd, and he was never off duty. There being little grass, the sheep were bound to wander, and since there were no protecting walls, the sheep had constantly to be watched. On either side of the narrow plateau the ground dipped sharply down to the craggy deserts and the sheep were always liable to stray away and get lost. The shepherd’s task was not only constant but dangerous, for, in addition, he had to guard the flock against wild animals, especially against wolves, and there were always thieves and robbers ready to steal the sheep” (= Tidak ada gambaran yang dicintai lebih baik tentang Yesus dari pada Gembala yang Baik. Gambaran tentang gembala ditenun / dirangkaikan ke dalam bahasa dan perumpamaan dari Alkitab. ... Bagian besar dari Yudea adalah dataran tinggi di tengah, membentang dari Betel ke Hebron untuk suatu jarak dari kira-kira 35 mil dan lebarnya bervariasi dari 14 sampai 17 mil. Tanahnya, sebagian besar, adalah kasar dan berbatu-batu. Yudea lebih merupakan negara penggembalaan dari pada pertanian, dan karena itu merupakan sesuatu yang tak terhindarkan bahwa gambaran yang paling akrab tentang dataran tinggi Yudea adalah gembala. Kehidupan gembala sangat sukar / berat. Tak ada kawanan domba yang pernah makan rumput tanpa seorang gembala, dan ia tidak pernah bebas tugas. Karena disana hanya ada sedikit rumput, domba-domba harus / terpaksa mengembara, dan karena disana tidak ada tembok yang melindungi, domba-domba harus dijaga terus menerus. Di kedua sisi dari dataran tinggi yang sempit tanahnya turun dengan tajam pada padang gurun yang berbatu-batu dan domba selalu mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengembara / keluar dari kawanan dan hilang. Tugas gembala bukan hanya terus menerus, tetapi juga berbahaya, karena sebagai tambahan, ia harus menjaga kawanan domba itu terhadap binatang-binatang liar, khususnya terhadap serigala-serigala, dan disana selalu ada pencuri-pencuri dan perampok-perampok yang siap untuk mencuri domba).
Barclay (tentang Yohanes 10:1-6): “The Palestinian shepherd had different ways of doing things from the shepherds of our country; and, to get the full meaning of this picture, we must look at the shepherd and the way in which he worked. His equipment was very simple. ... He had his sling. The skill of many of the men of Palestine was such that they ‘could sling a stone at a hair, and not miss’ (Judges 20:16). The shepherd used his sling as a weapon of offence and defence; but he made one curious use of it. There were no sheepdogs in Palestine, and, when the shepherd wished to call back a sheep which was straying away, he fitted a stone into his sling and landed it just in front of the straying sheep’s nose as a warning to turn back. He had his staff, a short wooden club which had a lump of wood at the end often studded with nails. ... His staff was the weapon with which he defended himself and his flock against marauding animals and robbers. He had his rod, which was like the shepherd’s crook. With it, he could catch and pull back any sheep which was moving to stray away. At the end of the day, when the sheep were going into the fold, the shepherd held his rod across the entrance, quite close to the ground; and every sheep had to pass under it (Ezekiel 20:37; Leviticus 27:32); and, as each sheep passed under, the shepherd quickly examined it to see if it had received any kind of injury during the day. The relationship between sheep and shepherd is quite different in Palestine. In Britain, the sheep are largely kept for killing, but in Palestine largely for their wool. It thus happens that in Palestine the sheep are often with the shepherd for years, and often they have names by which the shepherd calls them. Usually these names are descriptive, for instance, ‘Brown-leg’, ‘Black-ear’. In Palestine, the shepherd went in front and the sheep followed. The shepherd went first to see that the path was safe, and sometimes the sheep had to be encouraged to follow. A traveller tells how he saw a shepherd leading his flock come to a ford across a stream. The sheep were unwilling to cross. The shepherd finally solved the problem by carrying one of the lambs across. When its mother saw her lamb on the other side she crossed too, and soon all the rest of the flock had followed her” [= Gembala Palestina mempunyai cara-cara yang berbeda untuk melakukan hal-hal dengan gembala-gembala dari negara kita; dan untuk mendapatkan arti sepenuhnya tentang gambaran ini, kita harus memandang kepada gembala dan cara dengan mana ia bekerja. Peralatannya sangat sederhana. ... Ia mempunyai pengumbannya. Keahlian dari banyak orang-orang Palestina adalah sedemikian rupa sehingga mereka ‘bisa mengumban suatu batu pada sehelai rambut, dan tidak luput’ (Hak 20:16). Gembala menggunakan pengumbannya sebagai sebuah senjata untuk menyerang dan bertahan; tetapi ia membuat satu penggunaan yang aneh dengannya. Disana tidak ada anjing yang terlatih untuk menjaga domba di Palestina, dan pada waktu gembala ingin memanggil kembali domba yang menyimpang, ia memasang sebuah batu ke dalam pengumbannya dan mendaratkannya persis di depan hidung domba yang menyimpang itu sebagai suatu peringatan untuk berbalik. Ia mempunyai gadanya, suatu pentungan kayu yang pendek yang mempunyai gumpalan kayu di ujungnya, dan seringkali ditaburi dengan paku-paku. ... Gadanya adalah senjata dengan mana ia mempertahankan dirinya sendiri dan kawanan dombanya terhadap binatang-binatang dan perampok-perampok yang menyerang / merampas. Ia mempunyai tongkatnya, yang adalah seperti bantolan / tongkat gembala yang mempunyai kait di ujungnya. Dengannya, ia bisa menangkap dan menarik kembali domba manapun yang bergerak untuk menyimpang. Pada akhir dari suatu hari, pada waktu domba-domba kembali ke dalam kandang, sang gembala memegang tongkatnya melintang di atas jalan masuk, cukup dekat dengan tanah; dan setiap domba harus lewat di bawahnya (Yeh 20:37; Im 27:32); dan, pada saat setiap domba lewat di bawahnya, sang gembala dengan cepat memeriksanya untuk melihat jika domba itu telah mendapatkan luka apapun pada hari itu. Hubungan antara domba dan gembala sangat berbeda di Palestina. Di Inggris domba pada umumnya dipelihara untuk dibunuh (diambil dagingnya), tetapi di Palestina pada umumnya domba dipelihara untuk bulu / wol mereka. Karena itu yang terjadi di Palestina adalah bahwa domba sering bersama dengan gembalanya sampai bertahun-tahun, dan sering mereka mempunyai nama-nama dengan mana sang gembala memanggil mereka. Biasanya nama-nama itu bersifat menggambarkan, misalnya, ‘Kaki Coklat’, ‘Telinga Hitam’. Di Palestina, gembala berjalan di depan dan domba-domba mengikutinya. Gembala berjalan dulu untuk melihat bahwa jalan itu adalah aman, dan kadang-kadang domba-domba harus didorong untuk mengikuti. Seorang pelancong menceritakan bagaimana ia melihat seorang gembala membimbing kawanan dombanya menyeberangi sebuah sungai di bagian yang dangkal. Domba-domba itu tidak mau menyeberang. Akhirnya sang gembala membereskan problem itu dengan menggendong satu dari anak domba dan menyeberang. Ketika induknya melihat anaknya di seberang, ia menyeberang juga, dan dengan segera semua sisa dari kawanan domba itu mengikutinya].
Hak 20:16 - “Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambutpun”.
KJV: ‘could sling stones at an hair breadth, and not miss’ (= dapat mengumban batu-batu pada lebar dari selembar rambut, dan tidak luput).
RSV/NIV/NASB: ‘could sling a stone at a hair, and not miss’ (= dapat mengumban sebuah batu pada selembar rambut, dan tidak luput).
Yeh 20:37 - “Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembalaKu dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu”.
Yoh 10:4a - “Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia”.
Ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan berkenaan dengan cara penggembalaan di Palestina, yang pasti berhubungan / mempunyai persamaan dengan cara Allah / Yesus menggembalakan kita sebagai domba-dombaNya, yaitu:
a) Perhatian dan penjagaan yang begtiu besar dan teliti, sehingga tak memungkinkan gembala kehilangan dombanya.
b) Hal-hal yang dilakukan gembala untuk mengembalikan domba yang menyimpang / mau tersesat, dengan mengumban batu di depannya, untuk menyuruhnya kembali, atau dengan bantolan tongkat gembalanya, yang menarik domba yang menyimpang untuk kembali. Ini jelas bertentangan dengan teori free will dari Arminianisme, yang mengajarkan bahwa kalau dombanya mau sesat, gembala tak akan memaksa domba untuk tetap tinggal dalam kawanan, tetapi akan mengijinkan dia untuk sesat. Tak ada gembala sebodoh dan segila itu, karena kalau ia bertindak seperti itu, lambat atau cepat, ia akan kehilangan seluruh kawanan dombanya.
Bagaimana kalau toh ada domba yang luput dari perhatian gembala dan lalu hilang / tersesat?
Fred H. Wight: “Being responsible for anything that happens to one of his flock, the Eastern shepherd will spend hours if necessary in traversing the wilderness or mountain side, in search of a sheep that has strayed away and is lost” (= Karena bertanggung jawab untuk apapun yang terjadi pada salah satu dari kawanan dombanya, seorang gembala Timur akan menghabiskan berjam-jam, jika diperlukan, dalam melintasi padang gurun atau lereng gunung, dalam mencari seekor domba yang telah menyimpang dan hilang) - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 162.
Satu hal yang perlu dingat / dicamkan adalah pada saat Allah / Yesus digambarkan sebagai gembala dalam perumpamaan atau allegory, maka jelas bahwa Ia lebih bagus / lebih unggul dari gambaran tentangNya! Jadi, seorang gembala, karena keterbatasannya, bisa saja betul-betul kehilangan dombanya. Tetapi Allah / Yesus sebagai Gembala yang baik tidak mungkin kehilangan yang manapun dari domba-dombaNya.
) Yesus / Allah adalah gembala yang baik.
Yohanes 10:11,14 - “Akulah gembala yang baik”.
Mazmur 23:1 - “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku”.
a) Gembala yang baik mengenal / mengasihi dombanya.
Yohanes 10:14-15 - “(14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu”.
William Hendriksen (tentang Yohanes 10:14-15): “Four times in these two verses the verb ‘know’ (γινώσκω) occurs. ... It is here a knowledge of experience and of loving fellowship. Jesus acknowledges his own (as his true disciples); they acknowledge him (as their Lord). Nothing could be more wonderful! Thus also the Father acknowledges the Son; the Son acknowledges the Father” [= Empat kali dalam dua ayat ini kata kerja ‘tahu / kenal’ (GINOSKO) muncul. ... Di sini itu adalah pengetahuan / pengenalan dari pengalaman dan dari persekutuan yang penuh kasih. Yesus mengakui milikNya (sebagai murid-muridNya yang sejati); mereka mengakui Dia (sebagai Tuhan mereka). Tak ada yang bisa lebih indah! Demikian juga Bapa mengakui Anak; Anak mengakui Bapa] - hal 113.
Barnes’ Notes (tentang Yohanes 10:14-15): “‘Know my sheep.’ Know my people, or my church. The word ‘know’ here is used in the sense of affectionate regard or love. It implies such a knowledge of their wants, their dangers, and their characters, as to result in a deep interest in their welfare. Thus the word ‘knoweth,’ in John 10:15, is in John 10:17 explained by the word ‘loveth.’ Jesus knows the hearts, the dangers, and the wants of his people, and his kindness as their shepherd prompts him to defend and aid them. ‘Am known of mine.’ That is, he is known and loved as their Saviour and Friend. They have seen their sins, and dangers, and wants; they have felt their need of a Saviour; they have come to him, and they have found him and his doctrines to be such as they need, and they have loved him” (= ‘Mengenal domba-dombaKu’. Mengenal umatKu, atau gerejaKu. Kata ‘mengenal / mengetahui’ di sini digunakan dalam arti ‘pandangan / anggapan yang penuh kasih sayang’ atau ‘kasih’. Secara implicit itu menunjuk pada pengenalan sedemikian rupa tentang kebutuhan mereka, bahaya mereka, dan karakter mereka, sehingga menghasilkan suatu perhatian dalam kesejahteraan mereka. Karena itu kata ‘mengenal’ dalam Yoh 10:15, dalam Yoh 10:17 dijelaskan dengan kata ‘mengasihi’. Yesus mengenal hati, bahaya dan kebutuhan dari umatNya, dan kebaikanNya sebagai gembala mereka mendorong Dia untuk mempertahankan dan membantu mereka. ‘Dikenal oleh milikKu / domba-dombaKu’. Artinya, ia dikenal dan dikasihi sebagai Juruselamat dan Sahabat mereka. Mereka telah melihat dosa-dosa, dan bahaya-bahaya, dan kebutuhan-kebutuhan mereka; mereka telah merasakan kebutuhan mereka akan seorang Juruselamat; mereka telah datang kepadaNya, dan mereka telah menemukan Dia dan ajaran-ajaranNya seperti yang mereka butuhkan, dan mereka telah mengasihi Dia).
Arthur W. Pink: “the words ‘know’ and ‘foreknowledge’ when applied to God in the Scriptures, have reference not simply to His prescience (i.e. His bare knowledge beforehand), but to His knowledge of approbation. When God said to Israel, ‘You only have I known of all the families of the earth’ (Amos 3:2), it is evident that He meant, ‘You only had I any favorable regard to.’ When we read in Romans 11:2 ‘God hath not cast away His people (Israel) whom He foreknew,’ it is obvious that what was signified is, ‘God has not finally rejected that people whom He has chosen as the objects of His love’ - cf. Deuteronomy 7:7, 8. In the same way (and it is the only possible way) are we to understand Matthew 7:23. In the Day of Judgment the Lord will say unto many, ‘I never knew you’. Note, it is more than simply ‘I know you not’. His solemn declaration will be, ‘I never knew you’ - you were never the objects of My approbation. Contrast this with I know (love) My sheep, and am known (loved) of Mine’ (John 10:14). The ‘sheep’, His elect, the ‘few’, He does ‘know’; but the reprobate, the non-elect, the ‘many’ He knows not - no, not even before the foundation of the world did He know them - He ‘NEVER’ knew them!” [= Kata-kata ‘tahu’ dan pra-pengetahuan’ pada waktu diterapkan kepada Allah dalam Kitab Suci, berkenaan bukan hanya dengan pra-pengetahuanNya (yaitu semata-mata pengetahuan-lebih-duluNya), tetapi dengan pengetahuan dari penerimaanNya. Pada waktu Allah berkata kepada Israel, ‘Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi’ (Amos 3:2), adalah jelas bahwa Ia memaksudkan, ‘Hanya kamu kepada siapa Aku mempunyai perhatian / kasih yang baik / menyenangkan’. Pada waktu kita membaca dalam Ro 11:2 ‘Allah tidak menolak umatNya (Israel) yang Ia ketahui lebih dulu’, adalah jelas bahwa artinya adalah ‘Allah akhirnya tidak menolak bangsa itu yang telah Ia pilih sebagai obyek kasihNya’ - Ul 7:7-8. Dengan cara yang sama (dan ini adalah satu-satunya cara yang memungkinkan) kita harus mengerti Mat 7:23. Pada hari penghakiman Tuhan akan berkata kepada banyak orang, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’. Perhatikan, itu adalah lebih dari sekedar ‘Aku tidak kenal kamu’. PernyataanNya yang khidmat adalah, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu’ - kamu tidak pernah menjadi obyek dari penerimaanKu. Kontraskan ini dengan ‘Aku mengenal (mengasihi) domba-dombaKu, dan dikenal (dikasihi) oleh milikKu’ (Yoh 10:14). ‘Domba-domba’, orang-orang pilihanNya, ‘orang-orang yang sedikit’, Ia ‘tahu / kenal’; tetapi orang-orang reprobate, orang-orang non pilihan, orang ‘banyak’, Ia tidak tahu / kenal - tidak, bahkan tidak sebelum dunia diciptakan Ia mengenal mereka - Ia TIDAK PERNAH mengenal mereka!] - ‘The Sovereignty of God’, hal 77-78 (AGES).
Amos 3:2 - “‘Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi, sebab itu Aku akan menghukum kamu karena segala kesalahanmu”.
Roma 11:2 - “Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah:”.
Ulangan 7:7-8 - “(7) Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu - bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? - (8) tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpahNya yang telah diikrarkanNya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir”.
Matius 7:23 - “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Yohanes 10:14 - “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku”.
Catatan: kutipan dari A. W. Pink ini tak ada dalam bukunya, tetapi ada dalam software AGES. Dalam bukunya, seluruh pasal tentang ‘The Sovereignty of God in Reprobation’ dihapuskan.
d) Gembala yang baik menyerahkan nyawanya untuk domba-dombanya.
Yohanes 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;”.
1. Perbedaan gembala biasa dan Yesus sebagai Gembala yang baik dalam hal ini.
William Hendriksen berkata bahwa karakter yang sangat indah dari gembala ini ditunjukkan khususnya dalam hal ini, dimana Ia menyerahkan nyawaNya untuk domba-dombaNya. Ini tak bisa diterapkan pada gembala biasa, tak peduli ia sebaik apa. Gembala seperti itu mungkin meresikokan nyawanya dalam mempertahankan domba-dombanya (bdk. 1Sam 17:34-36) tetapi ia tidak sungguh-sungguh menyerahkan nyawanya sebagai korban sukarela. Juga dalam kehidupan biasa, kematian dari sang gembala berarti hilangnya dan bahkan mungkin matinya domba-dombanya juga. Tetapi dalam kasus Yesus sebagai gembala yang baik, penyerahan nyawaNya berarti kehidupan untuk domba-dombaNya!
1Samuel 17:34-36 - “(34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: ‘Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, (35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. (36) Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.’”.
William Hendriksen (tentang Yoh 10:11): “The excellent character of this shepherd is shown especially in this, ‘The good shepherd lays down his life for the sheep.’ In the sense in which this is meant it cannot apply to an ordinary sheep-herder, no matter how good he may be. Such a shepherd may, indeed, ‘risk’ his life in the defence of his sheep (I Sam. 17:34–36), but he does not really ‘lay down’ (τίθησι) his life; i.e., he does not yield his life as a voluntary sacrifice. Also, in ordinary life the death of the herder means loss and possible death for the herd. In this case the death of the shepherd means life (ζωή) for the sheep!” [= ] - hal 110.
Catatan: ini tak saya terjemahkan karena intinya sudah saya berikan di atas.
2. Ini menunjuk pada doktrin ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
William Hendriksen (tentang Yohanes 10:11): “The good shepherd lays down his life ‘for the benefit of’ the sheep, but the only way in which he can benefit the sheep, saving them from everlasting destruction and imparting everlasting life to them, is by dying ‘instead of’ them, as we learn from Matt. 20:28; Mark 10:45, where the preposition ἀντί (‘instead of’, ‘in exchange for’) is used. It is easy to see how by a very gradual transition ‘for the benefit of’ or ‘in behalf of’ may become ‘instead of.’ ... It is for the sheep - only for the sheep - that the good shepherd lays down his life. The design of the atonement is definitely restricted. Jesus dies for those who had been given to him by the Father, for the children of God, for true believers” [= Gembala yang baik memberikan nyawaNya ‘untuk keuntungan dari’ domba-domba, tetapi satu-satunya cara dengan mana Ia bisa menguntungkan domba-domba, menyelamatkan mereka dari kehancuran kekal dan memberikan kehidupan kekal kepada mereka, adalah dengan mati ‘sebagai ganti’ mereka, seperti yang kita pelajari dari Mat 20:28; Mark 10:45, dimana kata depan ἀντί / ANTI (‘sebagai ganti dari’, ‘dalam pertukaran untuk’) digunakan. Adalah mudah untuk melihat bagaimana oleh suatu perubahan yang sangat perlahan-lahan ‘untuk keuntungan dari’ atau ‘untuk kepentingan dari’ bisa menjadi ‘sebagai ganti dari’. ... Adalah untuk domba-domba - hanya untuk domba-domba - bahwa sang gembala memberikan nyawaNya. Rancangan dari penebusan pasti terbatas. Yesus mati untuk mereka yang telah diberikan kepadaNya oleh Bapa, untuk anak-anak Allah, untuk orang-orang percaya yang sejati] - hal 110-111.
Matius 20:28 - “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi (ANTI) banyak orang.’”.
3. Apa tanggapan yang seharusnya ada dalam diri kita berkenaan dengan hal ini.
Calvin (tentang Yohanes 10:12): “how base and shameful is our indolence, if our life is more dear to us than the salvation of the Church, which Christ preferred to his own life!” (= alangkah jelek / hina dan memalukan kelambanan / kemalasan kita, jika hidup kita lebih kita sayangi dari pada keselamatan dari Gereja, yang Kristus dahulukan / utamakan dari hidupNya / nyawaNya sendiri).
Bdk. Kisah Para rasul 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
Karena Allah / Yesus mendapatkan jemaat / gereja dengan mencurahkan darahNya, maka ini merupakan suatu argumentasi bagi orang Kristen / pemimpin-pemimpin gereja untuk menggembalakan kawanan domba Allah!
Penerapan: apakah saudara punya kepedulian terhadap kawanan domba Allah?
e) Kematian Yesus yang adalah gembala, sudah dinubuatkan oleh Zakharia.
Zakh 13:7 - “‘Hai pedang, bangkitlah terhadap gembalaKu, terhadap orang yang paling karib kepadaKu!’, demikianlah firman TUHAN semesta alam. ‘Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai! Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah”.
Bdk. Matius 26:31 - “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai”.
1. “‘Hai pedang, bangkitlah terhadap gembalaKu, ... ‘Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai!” (Zakh 13:7).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Awake. O sword, against my Shepherd ... smite the Shepherd, and the sheep shall be scattered.’ Expounded by Christ as referring to Himself (Matt 26:31-32). What is expressed by the prophet imperatively, ‘Smite,’ is expressed as an assertion by the Lord in quoting it, ‘I will smite the Shepherd, and the sheep of the flock shall be scattered abroad.’ For when God, ‘by his determinate counsel,’ delivered up Jesus to be smitten, He Himself smote Him. Thus Jesus’ form of quotation is the divine commentary on the prophecy. The act of the sword, and of the guilty men who wielded it against Jesus, though they knew it not, and are therefore responsible for the awful sin, is God’s act (Acts 2:23; 3:18; 4:28)” [= ‘Bangunlah, pedang, terhadap gembalaKu ... bunuhlah Gembala, dan domba-domba akan tercerai berai’. Dijelaskan oleh Kristus sebagai menunjuk kepada diriNya sendiri (Mat 26:31-32). Apa yang dinyatakan oleh sang nabi sebagai perintah, ‘Bunuhlah’, dinyatakan sebagai suatu penegasan oleh Tuhan pada waktu mengutipnya, ‘Aku akan membunuh Gembala, dan domba-domba dari kawanan akan tercerai berai secara luas’. Karena pada waktu Allah, ‘oleh rencana yang telah ditentukanNya’, menyerahkan Yesus untuk dibunuh, Ia sendiri membunuhNya. Jadi bentuk kutipan Yesus merupakan tafsiran ilahi tentang nubuat itu. Tindakan dari pedang, dan tentang orang-orang yang bersalah yang memegang dan menggunakannya terhadap Yesus, sekalipun mereka tidak mengetahuinya, dan karena itu bertanggung jawab untuk dosa yang hebat, merupakan tindakan Allah (Kis 2:23; 3:18; 4:28)].
Kisah Para rasul 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
Kisah Para rasul 3:18 - “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita”.
Kisah Para rasul 4:28 - “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”.
Bdk. Yohanes 18:11 - “Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan YANG DIBERIKAN BAPA KEPADAKU?’”.
Calvin (tentang Zakh 13:7): “we must especially notice, that it is a sure presage of the people’s ruin and destruction when pastors are taken from them; for when God intends to keep us safe, he employs this instrumentality, that is, he raises up faithful teachers, who rule in his name; and he rules them by his Spirit, and fits them for their rank and station: but when he strikes them, he not only forsakes the people, but also shows that he is the avenger of wickedness, so that the people themselves are destroyed. This is the import of the Prophet’s words. But this, as I have already observed, was fulfilled in Christ; for he accommodated the passage to himself when his disciples fled from him. Though they were but a small flock, being very few in number, yet they were scattered and put to flight. In that case then, as in a mirror, appeared how truly it had been said by Zechariah, that the scattering is nigh when a pastor is smitten” (= kita harus secara khusus memperhatikan, bahwa ini adalah suatu text yang pasti tentang kehancuran bangsa / umat pada waktu pendeta / gembala diambil dari mereka; karena pada waktu Allah bermaksud untuk menjaga kita tetap aman, Ia menggunakan peralatan ini, yaitu, Ia membangkitkan / memunculkan guru-guru yang setia, yang memerintah / mengepalai dalam namaNya; dan Ia memerintah / mengepalai mereka oleh RohNya, dan menyesuaikan mereka untuk kedudukan dan tempat kewajiban mereka: tetapi pada waktu Ia membunuh mereka, Ia bukan hanya meninggalkan bangsa / umatNya, tetapi juga menunjukkan bahwa Ia adalah pembalas dendam dari kejahatan, sehingga bangsa / umat itu sendiri dihancurkan. Ini adalah arti dari kata-kata sang nabi. Tetapi ini, seperti sudah saya perhatikan / tinjau, digenapi dalam Kristus; karena menyesuaikan text itu dengan diriNya sendiri pada waktu murid-muridNya lari dari Dia. Sekalipun mereka hanyalah suatu kawanan yang kecil, karena jumlahnya sangat sedikit, tetapi mereka dicerai-beraikan dan lari. Maka dalam kasus itu, seperti dalam sebuah cermin, terlihat betapa secara benar telah dikatakan oleh Zakharia, bahwa pencerai-beraian itu dekat pada waktu seorang pendeta / gembala dibunuh).
Matthew Henry: “Of the dispersion of the disciples thereupon: ‘Smite the Shepherd, and the sheep shall be scattered.’ This our Lord Jesus himself declares to have been fulfilled when ‘all his disciples were offended because of him’ in the night wherein he was betrayed, Matt 26:31; Mark 14:27. They all ‘forsook him and fled.’ The smiting of the Shepherd is the scattering of the sheep. They were ‘scattered every one to his own, and left him alone,’ John 16:32. Herein they were like timorous sheep; yet the Shepherd thus provided for their safety, for he said, ‘If you seek me, let these go their way.’” (= Tentang penyebaran dari murid-murid oleh sebab hal itu: ‘Bunuhlah Gembala, san domba-domba akan tercerai berai’. Ini Tuhan Yesus sendiri nyatakan sebagai telah digenapi pada waktu ‘semua murid-muridNya kecewa karena Dia’ pada malam dimana Ia dikhianati, Mat 26:31; Mark 14:27. Mereka semua ‘meninggalkan Dia dan lari’. Pembunuhan Gembala adalah pencerai-beraian domba-domba. Mereka ‘tercerai berai masing-masing ke tempat / rumahnya sendiri, dan meninggalkan Dia sendirian’, Yoh 16:32. Di sini mereka adalah seperti domba-domba yang takut; tetapi Gembala karena itu sang Gembala memelihara keamanan mereka, karena Ia berkata ‘Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi’).
Matius 26:31 - “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai”.
Markus 14:27 - “Lalu Yesus berkata kepada mereka: ‘Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai”.
Yohanes 16:32 - “Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku”.
Yohanes 18:8-9 - “(8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’ (9) Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.
2. “Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah” (Zakh 13:7).
Matthew Henry: “These words, ‘I will turn my hand upon the little ones,’ may be understood either as a threatening (as Christ suffered, so shall his disciples, they shall ‘drink of the cup that he drank of’ and be ‘baptized with the baptism that he was baptized’ with) or as a promise that God would gather Christ’s scattered disciples together again, and he should give them the meeting in Galilee. Though the little ones among Christ’s soldiers may be dispersed, they shall rally again; the lambs of his flock, though frightened by the beasts of prey, shall recover themselves, shall be gathered in his arms and laid in his bosom. Sometimes, when the sheep are scattered and lost in the wilderness, yet the little ones, which, it was feared, would be a prey (Num 14:31), are brought in, are brought home, and God turns his hand upon them” [= Kata-kata ini, ‘Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah / kecil’ bisa dimengerti atau sebagai suatu ancaman(sebagaimana Kristus menderita, begitu juga murid-muridNya, mereka akan ‘meminum cawan yang Ia minum’ dan ‘dibaptis dengan baptisan dengan mana Ia dibaptis’) atau sebagai suatu janji bahwa Allah akan mengumpulkan kembali murid-murid Kristus yang tercerai berai, dan Ia akan memberi mereka pertemuan di Galilea. Sekalipun orang-orang yang kecil / lemah di antara tentara-tentara Kristus bisa tersebar, mereka akan berkumpul lagi; anak-anak domba dari kawananNya, sekalipun ditakuti oleh binatang-binatang pemangsa, akan memulihkan diri sendiri, akan dikumpulkan dalam lenganNya dan diletakkan di dadaNya. Kadang-kadang, pada waktu domba-domba tercerai berai dan hilang di padang gurun, tetapi anak-anak kecil, yang ditakutkan akan menjadi mangsa (Bilangan 14:31), dibawa masuk, dibawa pulang, dan Allah mengenakan tanganNya terhadap mereka].
Markus 10:38-39 - “(38) Tetapi kata Yesus kepada mereka: ‘Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?’ (39) Jawab mereka: ‘Kami dapat.’ Yesus berkata kepada mereka: ‘Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima”.
Adam Clarke (tentang Matius 20:22): “Baptism among the Jews, as it was performed in the coldest weather, and the persons were kept under water for some time, was used not only to express death, but the most cruel kind of death” (= Baptisan di antara orang-orang Yahudi, karena itu dilaksanakan dalam cuaca yang paling dingin, dan orang-orang dijaga untuk tetap di bawah air untuk suatu waktu, digunakan bukan hanya untuk menyatakan kematian, tetapi jenis kematian yang paling kejam).
Bilangan 14:29-35 - “(29) Di padang gurun ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepadaKu. (30) Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun! (31) Tentang anak-anakmu yang telah kamu katakan: Mereka akan menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk, supaya mereka mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu. (32) Tetapi mengenai kamu, bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini, (33) dan anak-anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai bangkai-bangkaimu habis di padang gurun. (34) Sesuai dengan jumlah hari yang kamu mengintai negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari padamu: (35) Aku, TUHAN, yang berkata demikian. Sesungguhnya Aku akan melakukan semuanya itu kepada segenap umat yang jahat ini yang telah bersepakat melawan Aku. Di padang gurun ini mereka akan habis dan di sinilah mereka akan mati.’”.
Catatan: saya menganggap text ini tidak cocok untuk digunakan dalam hal seperti ini.
Calvin (tentang Zakh 13:7): “Some consider that the little ones would be exposed to many evils, because the Lord would ever hold his rod in his hand to chastise them. But the Prophet, I have no doubt, meant what is far different, - that God would show mercy to them, when the body of the people had been as it were torn into many parts. For all the godly might have been wholly dejected when their shepherds were taken away, and when the people were become like a straying flock. God then comes to their aid, and testifies that his hand would be extended over the miserable and the poor ones, who had been almost overwhelmed by a mass of evils. This passage is also very serviceable to us in the present state of the Church: for we see how God has lately cut off many pastors, so that what is called the Church is become like a mutilated body. We also see that God often deprives of good and faithful pastors those who have abused his truth, or with impious contempt rejected it. We might then in this case be terrified and cast off all hope of salvation, were we not to remember what Zechariah teaches us here, even that though the Church were contemptible in the world, and though the faithful were few in number, and all of them exposed to calamities, yet God’s hand will be over them, so as to gather for himself again a Church from the torn members” (= Beberapa / sebagian orang menganggap bahwa orang-orang / domba-domba yang kecil akan terbuka terhadap banyak bencana, karena Tuhan akan selalu memegang tongkatNya di tanganNya untuk menghajar mereka. Tetapi saya tidak meragukan bahwa sang nabi memaksudkan apa yang sangat berbeda, - bahwa Allah akan menunjukkan belas kasihan kepada mereka, pada waktu tubuh dari umat / bangsa itu seakan-akan telah dicabik-cabik menjadi banyak bagian. Karena semua orang-orang saleh bisa telah patah hati sepenuhnya pada waktu gembala mereka diambil, dan pada waktu umat / bangsa itu menjadi seperti kawanan domba yang tersesat. Lalu Allah datang menolong mereka, dan menyaksikan bahwa tanganNya akan diulurkan kepada domba-domba yang menyedihkan dan malang, yang telah hampir diliputi oleh bencana-bencana yang banyak sekali. Text ini juga sangat berguna bagi kita dalam keadaan saat ini dari Gereja: karena kita melihat bagaimana Allah belakangan telah membunuh banyak pendeta-pendeta, sehingga apa yang disebut Gereja menjadi seperti tubuh yang dimutilasi. Kita juga melihat bahwa Allah sering mencabut / menghilangkan pendeta-pendeta yang baik dan setia dari mereka yang telah menyalah-gunakan kebenaranNya, atau dengan kejijikan yang jahat menolaknya. Maka dalam kasus ini kita bisa menjadi takut dan membuang semua pengharapan tentang keselamatan, seandainya kita tidak mengingat apa yang Zakharia ajarkan kepada kita di sini, yaitu bahwa sekalipun Gereja dianggap menjijikkan dalam dunia, dan sekalipun orang-orang yang beriman / setia sangat sedikit jumlahnya, dan semua mereka terbuka terhadap bencana-bencana, tetapi tangan Allah akan ada di atas mereka, untuk mengumpulkan kembali bagi diriNya suatu Gereja dari anggota-anggota yang dicabik-cabik).
Adam Clarke: “‘And I will turn mine hand upon the little ones.’ I will take care of the little flock, and preserve them from Jewish malice and Gentile persecution. And so this little flock was most wondrously preserved, and has been increasing from year to year from that time to the present day” (= ‘Dan Aku akan mengenakan tanganKu terhadap orang-orang yang kecil / lemah’. Aku akan memperhatikan / menjaga kawana yang kecil, dan memelihara / melindungi mereka dari kejahatan orang-orang Yahudi dan penganiayaan orang-orang non Yahudi. Dan demikianlah kawanan kecil ini dipelihara / dilindungi secara paling ajaib, dan telah meningkat dari tahun ke tahun sejak saat itu sampai hari ini).
Catatan: aneh juga orang Arminian ini bisa memberi komentar seperti ini?
Kesimpulan: sekalipun secara teoretis pada saat gembala mati / dibunuh maka domba-domba tercerai berai, tetapi dalam kasus Yesus dibunuh, domba-domba yang tercerai berai semuanya dikumpulkan kembali, dan tak satupun yang hilang! Ini jelas merupakan argumentasi untuk mendukung keselamatan yang tidak bisa hilang!
3) Yesus / Allah sebagai gembala yang baik versus ‘orang upahan’.
Yohanes 10:11-13 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; (12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. (13) Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu”.
Calvin (tentang Yohanes 10:12-13): “By ‘hirelings’ we are to understand those who retain the pure doctrine, and who proclaim the truth, as Paul says, to serve a purpose rather than from pure zeal. Though such persons do not serve Christ faithfully, yet we ought to hear them; for Christ wished that the Pharisees should be heard, because they sat in Moses’ seat, (Matthew 23:2;) and, in like manner, we ought to give such honor to the Gospel, as not to shrink from its ministers, though they be not good men” [= Dengan ‘orang-orang upahan’ kita harus memaksudkan mereka yang mempertahankan ajaran yang murni, dan yang memberitakan kebenaran, seperti Paulus katakan, untuk melayani / mencapai suatu tujuan dan bukannya dari semangat yang murni. Sekalipun orang-orang seperti itu tidak melayani Kristus dengan setia, tetapi kita harus mendengarkan mereka; karena Kristus ingin bahwa orang-orang Farisi didengar, karena mereka telah menduduki kursi Musa (Mat 23:2); dan, dengan cara yang sama, kita harus memberikan penghormatan seperti itu kepada Injil, dan tidak mundur dari pelayan-pelayannya, sekalipun mereka bukanlah orang-orang yang baik].
Matius 23:1-3 - “(1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-muridNya, kataNya: (2) ‘Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya”.
Catatan: tentu saja ajaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini harus didengar selama mereka memberikan ajaran yang benar. Text ini harus diperhatikan bersama-sama dengan text lain seperti Mat 16:6,12 - “(6) Yesus berkata kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’ ... (12) Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksudNya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki”.
Barnes’ Notes (tentang Yohanes 10:12-13): “The word translated ‘hireling’ is often employed in a good sense; but here it denotes one who is unfaithful to his trust; and especially those ministers who preach only for support, and who are unwilling to encounter any danger or to practice any self-denial for the welfare of the church of God. They are those who have no boldness in the cause of their Master, but who, rather than lose their reputation or place, would see the church corrupted and wasted by its spiritual foes” (= Kata yang diterjemahkan ‘orang upahan’ sering digunakan dalam arti yang baik; tetapi di sini itu menunjukkan seseorang yang tidak setia pada hal yang dipercayakan kepadanya; dan khususnya pendeta-pendeta / pelayan-pelayan itu, yang berkhotbah hanya untuk sokongan, dan yang tidak mau menghadapi bahaya apapun atau mempraktekkan penyangkalan diri apapun untuk kesejahteraan gereja Allah. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai keberanian dalam perkara dari Tuan mereka, tetapi yang, dari pada kehilangan reputasi atau tempat mereka, lebih memilih untuk melihat gereja dirusak / dijadikan buruk dan dibuang-buang oleh musuh-musuh rohaninya).
Kalau Yesus mengecam orang-orang upahan, yang tidak mempunyai perhatian kepada domba-domba itu, dan tak peduli pada keselamatan dari domba-domba itu, maka jelas Ia sebagai Gembala yang baik akan mempunyai sifat yang kontras dengan mereka yang Ia kecam. Kalau Ia rela menyerahkan nyawaNya untuk domba-dombaNya, adalah sangat tidak masuk akal kalau Ia membiarkan mereka terhilang dengan cara apapun!
Saya berpendapat bahwa ‘orang upahan’ dalam Yohanes 10:12-13 ini tidak terlalu berbeda dengan gembala-gembala yang jahat / brengsek, yang dikecam oleh Allah dalam Perjanjian Lama. Ada 2 text Perjanjian Lama, yang berkenaan dengan hal ini, yang akan saya bahas di sini:
a) Yeh 34:1-31 - “(1) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, YANG TERSESAT TIDAK KAMU BAWA PULANG, YANG HILANG TIDAK KAMU CARI, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman. (5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-dombaKu berserak (6) dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, TANPA SEORANGPUN YANG MEMPERHATIKAN ATAU YANG MENCARINYA. (7) Oleh sebab itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: (8) Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-dombaKu menjadi mangsa dan menjadi makanan bagi segala binatang di hutan, lantaran yang menggembalakannya tidak ada, oleh sebab gembala-gembalaKu tidak memperhatikan domba-dombaKu, melainkan mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-dombaKu tidak digembalakannya - (9) oleh karena itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: (10) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-dombaKu dari mereka dan akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-dombaKu. Gembala-gembala itu tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan domba-dombaKu dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya. (11) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu DAN AKAN MENCARINYA. (12) Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah AKU AKAN MENCARI DOMBA-DOMBAKU DAN AKU AKAN MENYELAMATKAN MEREKA DARI SEGALA TEMPAT, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. (13) Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu. (14) Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel. (15) Aku sendiri akan menggembalakan domba-dombaKu dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH. (16) YANG HILANG AKAN KUCARI, YANG TERSESAT AKAN KUBAWA PULANG, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. (17) Dan hai kamu domba-dombaKu, beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba, dan di antara domba jantan dan kambing jantan. (18) Apakah belum cukup bagimu bahwa kamu menghabiskan padang rumput yang terbaik? Mesti pulakah kamu injak-injak padang rumput yang lain-lain dengan kakimu? Belum cukup bahwa kamu minum air yang jernih? Mesti pulakah yang tinggal itu kamu keruhkan dengan kakimu? (19) Apakah domba-dombaKu seharusnya memakan rumput yang sudah diinjak-injak kakimu dan meminum air yang sudah dikeruhkan kakimu? (20) Oleh sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH terhadap mereka. Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan menjadi hakim di antara domba yang gemuk dengan domba yang kurus; (21) oleh karena semua yang lemah kamu desak dengan lambungmu dan bahumu serta kamu tanduk dengan tandukmu, sehingga kamu menghalau mereka ke luar kandang, (22) maka Aku akan menolong domba-dombaKu, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa dan Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba. (23) Aku akan mengangkat satu orang gembala atas mereka, yang akan menggembalakannya, yaitu Daud, hambaKu; dia akan menggembalakan mereka, dan menjadi gembalanya. (24) Dan Aku, TUHAN, akan menjadi Allah mereka serta hambaKu Daud menjadi raja di tengah-tengah mereka. Aku, TUHAN, yang mengatakannya. (25) Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka dan Aku akan meniadakan binatang buas dari tanah itu, sehingga mereka dapat diam di padang gurun dengan aman tenteram dan dapat tidur di hutan-hutan. (26) Aku akan menjadikan mereka dan semua yang di sekitar gunungKu menjadi berkat; Aku akan menurunkan hujan pada waktunya; itu adalah hujan yang membawa berkat. (27) Pohon-pohon di ladang akan memberi buahnya dan tanah itu akan memberi hasilnya. Mereka akan hidup aman tenteram di tanahnya. Mereka akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku mematahkan kayu kuk mereka dan melepaskan mereka dari tangan orang yang memperbudak mereka. (28) Mereka tidak lagi menjadi jarahan bagi bangsa-bangsa dan binatang liar tidak akan menerkam mereka, sehingga mereka akan diam dengan aman tenteram dengan tidak dikejutkan oleh apapun. (29) Aku akan mendirikan bagi mereka suatu taman kebahagiaan, sehingga di tanah itu tidak seorangpun akan mati kelaparan dan mereka tidak lagi menanggung noda yang ditimbulkan bangsa-bangsa. (30) Dan mereka akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka dan mereka, kaum Israel, adalah umatKu, demikianlah firman Tuhan ALLAH. (31) Kamu adalah domba-dombaKu, domba gembalaanKu, dan Aku adalah Allahmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’”.
Catatan: ‘Daud’ dalam ay 23-24 jelas menunjuk kepada Yesus. Ingat bahwa Yehezkiel hidup pada abad ke 6 S. M., jauh setelah jaman Daud. Jadi, ini tidak mungkin menunjuk kepada Daud secara hurufiah, tetapi pasti merupakan suatu nubuat tentang Yesus sebagai Gembala yang baik, yang menggantikan gembala-gembala yang brengsek itu.
William Hendriksen (tentang Yohanes 10): “The allegory recorded in John 10:1–18 may be regarded as the fulfillment of Ezek. 34:23. Jesus is himself the good shepherd, just as had been predicted!” (= Alegori yang dicatat dalam Yohanes 10:1-18 bisa dianggap sebagai penggenapan dari Yeh 34:23. Yesus sendiri adalah Gembala yang baik, seperti telah diramalkan).
1. Kalau ada domba hilang, apakah ini adalah kesalahan dombanya?
Pulpit Commentary (tentang Yeh 34): “III. Christians SHOULD BEHAVE AS A FLOCK. 1. They should follow the Shepherd. Christianity is walking in the footsteps of Christ (John 12:26). We cannot expect the grace of Christ if we wander from him” [= III. Orang-orang Kristen HARUS BERKELAKUAN SEBAGAI SUATU KAWANAN. 1. Mereka harus mengikuti sang Gembala. Kekristenan adalah berjalan dalam langkah-langkah kaki dari Kristus (Yoh 12:26). Kita tidak bisa mengharapkan kasih karunia dari Kristus jika kita menyimpang dariNya].
Catatan: saya yakin penulis ini adalah seorang Arminian; dan kata-kata ini salah total! Dalam seluruh text Yeh 34 ini penekanannya adalah tanggung jawab dari gembalanya dan bukan dari dombanya! Juga, ‘kasih karunia’ adalah sesuatu dalam diri Allah yang menyebabkan Ia memberikan yang baik kepada yang tidak layak mendapatkannya. Kalau domba itu harus ikut Kristus dulu, dan tidak menyimpang, baru bisa mengharapkan kasih karunia Kristus, itu bukan kasih karunia!
2. Gembala-gembala ini seharusnya bertanggung jawab atas domba-domba mereka.
Ibrani 13:17 - “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, SEBAGAI ORANG-ORANG YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATASNYA. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu”.
Pulpit Commentary (tentang Yeh 34): “The shepherd is higher in mental power than his sheep. Great intellectual gifts bring with them a sort of pastoral responsibility in regard to weaker minds” (= Gembala lebih tinggi dalam pikiran dari pada domba-dombanya. Karunia-karunia intelektual yang besar membawa bersama mereka sejenis tanggung jawab penggembalaan berkenaan dengan pikiran yang lebih lemah).
Pulpit Commentary (tentang Yeh 34): “Shepherds denounced. I. Their Responsibility. Ezekiel now turns from the people to their leaders. Theirs is the greatest guilt. They were placed in positions which led to much being expected of them” (= Gembala-gembala dicela. I. Tanggung jawab mereka. Sekarang Yehezkiel berbalik dari bangsa / umat kepada pemimpin-pemimpin mereka. Kesalahan mereka adalah yang terbesar. Mereka ditempatkan dalam posisi yang membimbing pada banyaknya hal yang diharapkan dari mereka).
Jadi jelas bahwa kalau ada domba hilang, gembala adalah yang paling bersalah!
3. Gembala-gembala brengsek dalam Yeh 34 ini tidak bertanggung jawab atas domba-dombanya, dan ini dikecam oleh Tuhan. Dan dalam kasus domba hilang, Tuhan bukan mengecam dombanya, tetapi gembalanya.
Yeh 34:2-9 jelas menunjukkan betapa tidak bertanggung jawabnya gembala-gembala brengsek itu berkenaan dengan domba-domba yang seharusnya merupakan tanggung jawab mereka. Mereka hanya mencari kesenangan dan keuntungan diri mereka sendiri, mereka tak peduli apapun tentang domba-domba mereka, dan mereka menggunakan domba-domba itu hanya untuk keuntungan mereka sendiri. Domba yang sakit tidak mereka obati, dan yang hilang tidak mereka cari!
Semua ini dikecam secara sangat keras oleh Tuhan! Biarlah ini menjadi peringatan bagi gembala-gembala yang hanya mencari keuntungan dari jemaat, tetapi sebetulnya tidak mempunyai kepedulian terhadap jemaatnya (sekalipun ketidak-pedulian ini sering disamarkan)!
4. Yesus / Allah menggantikan para gembala brengsek itu.
Pulpit Commentary (tentang Yeh 34): “THE APPOINTMENT OF THE SHEPHERD. He is set up by God. God sent Christ. It is God’s will that his scattered sheep should be restored. That was stated earlier (see vers. 11,12). Now we see how it is to be done. Christ is to be the new Shepherd who will seek and find the lost sheep. He comes to us thus with all the authority of his Father” [= PENETAPAN SANG GEMBALA. Ia dimunculkan / ditempatkan oleh Allah. Allah mengutus Kristus. Adalah kehendak Allah bahwa domba-dombaNya yang tercerai berai dipulihkan. Itu dinyatakan lebih awal (lihat ay 11,12). Sekarang kita melihat bagaimana itu dilakukan. Kristus harus menjadi Gembala yang baru yang akan mencari dan menemukan domba yang terhilang. Jadi / maka, Ia datang kepada kita dengan semua otoritas dari BapaNya].
Barnes’ Notes (tentang Yeh 34:11): “Yahweh is the shepherd of His people. He will do all which the shepherds should have done and did not” (= Yahweh adalah Gembala umatNya. Ia akan melakukan semua yang seharusnya telah dilakukan gembala-gembala tetapi tidak mereka lakukan).
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yeh 34:4): “Contrast the love of the good Shepherd, who went into the wilderness after that one of the 100 sheep which was lost, and never gave up until He found it (Luke 15:4)” [= Kontraskan kasih dari gembala yang baik, yang pergi ke dalam padang gurun untuk mencari satu dari 100 domba yang terhilang, dan tidak pernah menyerah sampai Ia menemukannya (Luk 15:4)].
Lukas 15:4 - “‘Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu SAMPAI IA MENEMUKANNYA?”.
Matthew Henry (tentang Yeh 34): “How much concerned God is for the flock; he speaks as if he were the more concerned for them because he saw them thus neglected, for with him the fatherless finds mercy. ... let the poor sheep hear it and take the comfort of it. Note, Though magistrates and ministers fail in doing their part, for the good of the church, yet God will not fail in doing his; he will take the flock into his own hand rather than the church shall come short of any kindness he has designed for it. The under-shepherds may prove careless, but the chief Shepherd ‘neither slumbers nor sleeps.’ They may be false, but God abides faithful” [= Betapa banyak perhatian / kepedulian Allah untuk kawanan domba; Ia berbicara seakan-akan Ia lebih peduli kepada mereka karena Ia melihat mereka diabaikan seperti itu, karena dengan Dia anak yatim menemukan belas kasihan. ... hendaklah domba-domba yang malang mendengarnya dan mendapatkan penghiburan darinya. Perhatikan, Sekalipun hakim-hakim (?) dan pendeta-pendeta gagal melakukan bagian mereka, untuk kebaikan gereja, tetapi Allah tidak akan gagal melakukan bagianNya; Ia akan mengambil kawanan domba itu ke dalam tanganNya sendiri dari pada gereja itu akan kekurangan kebaikan apapun yang telah Ia rancangkan untuknya. Gembala bawahan akan terbukti ceroboh, tetapi Gembala Kepala ‘tidak terlelap atau tertidur’. Mereka bisa / mungkin palsu, tetapi Allah tetap setia].
Mazmur 121:3-5 - “(3) Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. (4) Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. (5) Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu”.
Matthew Henry (tentang Yeh 34): “God will gather his sheep together that were scattered, and bring those back to the fold that had wandered from it: ‘I, even I, who alone can do it, will do it, and will have all the glory of it. I will both search my sheep and find them out (v. 11) as a shepherd does (v. 12), and bring them back as he does the stray-sheep, upon his shoulders, from all the places where they have been scattered in the cloudy and dark day.’ There are cloudy and dark days, windy and stormy ones, which scatter God’s sheep, which send them hither and thither, to divers and distant places, in quest of secresy and safety. But, (1.) Wherever they are the eye of God will find them out; for his eyes run to and fro through the earth, in favour of them. I will seek out my sheep; and not one that belongs to the fold, though driven ever so far off, shall be lost. The Lord knows those that are his; he knows their work and where they dwell (Rev 2:13), and where they are hidden. (2.) When his time shall come his arms will fetch them home (v. 13): I will bring them out from the people. God will both incline their hearts to come by his grace and will by his providence open a door for them and remove every difficulty that lies in the way” [= Allah akan mengumpulkan domba-dombaNya yang tercerai berai, dan membawa mereka yang telah mengembara kembali kepada kawanan: ‘Aku, bahkan Aku, yang sendirian bisa melakukannya, akan melakukannya, dan akan mendapatkan semua kemuliaan tentangnya. Aku akan mencari domba-dombaKu dan menemukan mereka (ay 11) seperti yang seorang gembala lakukan (ay 12), dan membawa mereka kembali seperti yang ia lakukan terhadap domba yang tersesat, di atas bahunya, dari semua tempat dimana mereka telah disebarkan dalam hari yang berawan dan gelap’. Ada hari-hari yang berawan dan gelap, hari-hari yang berangin dan berbadai, yang menyebarkan domba-domba Allah, yang mengirim mereka kesana kemari, ke tempat-tempat yang bermacam-macam dan jauh, dalam pencarian akan kerahasiaan (?) dan keamanan. Tetapi, (1.) Dimanapun mereka berada mata Allah akan menemukan mereka; karena ‘mataNya menjelajah bumi’ untuk kepentingan mereka. Aku akan mencari domba-dombaKu; dan tak seekorpun yang termasuk dalam kawanan, sekalipun pergi begitu jauh, akan terhilang. Tuhan mengenal mereka yang adalah milikNya; Ia mengenal / mengetahui pekerjaan mereka dan dimana mereka tinggal (Wah 2:13), dan dimana mereka tersembunyi. (2.) Pada saat waktuNya tiba lenganNya akan menjemput mereka pulang (ay 13): Aku akan membawa mereka keluar dari bangsa-bangsa. Allah akan mencondongkan hati mereka untuk datang oleh kasih karuniaNya dan dengan ProvidensiaNya akan membuka suatu pintu untuk mereka dan menyingkirkan setiap kesukaran yang ada di jalan].
Yeh 34:11-13: “(11) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu dan akan mencarinya. (12) Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-dombaKu dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. (13) Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu”.
2Taw 16:9 - “Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.’”.
Wahyu 2:13 - “Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada namaKu, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepadaKu, juga tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam”.
Pulpit Commentary (tentang Yeh 34): “The shepherds lost them; God seeks them. God himself desires that the lost should be restored. For he values them as the farmer values his flock. It is not a matter of indifference to God that souls should perish. He does not leave the sheep to come home, prepared to welcome them on their return; he seeks them. He does not only hold himself ready to welcome the returning penitent. He goes forth to seek him” (= Gembala-gembala kehilangan mereka; Allah mencari mereka. Allah sendiri menginginkan bahwa yang hilang harus dikembalikan. Karena Ia menilai / menghargai mereka seperti petani / peternak menilai / menghargai kawanannya. Bukanlah suatu persoalan ketidak-pedulian bagi Allah bahwa jiwa-jiwa binasa. Ia tidak meninggalkan / membiarkan domba-domba untuk pulang, siap untuk menyambut mereka pada waktu pada kepulangan mereka; Ia mencari mereka. Ia tidak hanya siap untuk menyambut kembalinya orang berdosa yang menyesal. Ia pergi untuk mencari mereka).
The Biblical Illustrator (Old Testament) (tentang Yeh 34): “Vers. 11-19. I, even I, will both search My sheep, and seek them out. - The flock sought and found: - Is the Great Shepherd to leave the stray sheep to wander and perish? or is He to pity and reclaim them? ... We may look to this truth, first, in its simplest aspect. The soul, as we have already noted, is ever and anon manifesting some undefined longing after its lost portion in God. But it has in itself a hopeless moral inability to return. It cannot retrace its lost way. Alas! often there is rather the plunging deeper and deeper amid the pathless wilds of ruin, till, in addition to inability, there is added disinclination to be restored to the long lost fold. The sheep, rather than return to the Shepherd, will go roaming in search of other pastures - increasing its mournful distance from the fold, and bringing it only into more perilous vicinity to the lions’ dens and the mountains of the leopards. How, then, can the sinner be reclaimed? It is manifest that by no self-originated effort can he return. If saved, it must be by another. Himself he cannot, - himself he will not save. Omnipotence alone can bring it back. ... The soul, the true casket of lost treasures, by reason of its own sad principle of moral gravitation, sinks easily downward. But it is He alone who ‘taketh up the waters in the hollow of His hand’ that can rescue it from the depths of ruin and despair. Here, then, is the Gospel’s glorious history of the restoration of the wanderers. ... God’s grace and compassion are further manifested in His untiring love and patience in the pursuit of the lost, till restoration and safety be ensured. In other words, we have to admire, not only His free grace and His sovereign grace, but what the old writers call His irresistible grace. ‘Thus saith the Lord God, Behold I, even I, will both search My sheep and seek them out.’ He will not only search for them, but He will search till He discover them. ‘He goeth after that which was lost until He find it.’ ... His omniscient eye follows every wanderer. Those whom He has marked for His own He will, without fail, bring home. Not one can elude His pursuit, nor evade His loving scrutiny” [= Ay 11-19. Aku, bahkan Aku sendiri, akan mencari domba-dombaKu, dan mencari mereka. - Kawanan dicari dan ditemukan: - Apakah Gembala yang Agung akan membiarkan domba yang sesat mengembara dan binasa? atau apakah Ia berbelas kasihan dan memperoleh mereka kembali? ... Kita bisa melihat pada kebenaran ini, pertama-tama, dalam aspeknya yang paling sederhana. Jiwa, seperti telah kami perhatikan, selalu dan segera memanifestasikan kerinduan tertentu yang tak bisa dijelaskan setelah bagiannya yang hialng dari Allah. Tetapi ia mempunyai dalam dirinya sendiri suatu ketidakmampuan moral yang tanpa harapan untuk kembali. Ia tak bisa melacak jalannya yang hilang. Aduh! yang sering terjadi disana adalah terceburnya makin lama makin dalam di tengah-tengah daerah liar tanpa jalan dari kehancuran, sampai, sebagai tambahan pada ketidak-mampuan, disana ditambahkan keseganan untuk dipulihkan / dikembalikan kepada kandang yang sudah lama hilang. Domba, bukannya kembali kepada Gembala, akan pergi mengembara untuk mencari padang rumput yang lain - menambah jaraknya yang menyedihkan dari kawanan, dan membawanya hanya ke dalam daerah sekitar yang lebih berbahaya pada sarang-sarang singa dan gunung-gunung dari macan tutul. Lalu, bagaimana orang berdosa bisa diperoleh kembali? Adalah jelas bahwa tak ada usaha yang muncul dari dirinya sendiri dengan mana ia bisa kembali. Jika diselamatkan, itu harus oleh yang lain. Ia sendiri tidak bisa, - dirinya sendiri ia tidak mau menyelamatkan. Hanya kemahakuasaan yang bisa membawanya kembali. ... Jiwa, kotak yang benar dari harta yang terhilang, oleh alasan dari prinsipnya sendiri yang menyedihkan dari gravitasi moral, tenggelam ke bawah dengan mudah. Tetapi adalah Ia sendiri yang yang ‘mengambil air dalam lekuk tanganNya’ yang bisa menolongnya dari kedalaman kehancuran dan keputus-asaan. Maka di sini, adalah sejarah yang mulia dari Injil tentang pemulihan / pengembalian dari para pengembara. ... Kasih karunia dan belas kasihan Allah dimanifestasikan lebih jauh dalam kasih dan kesabaranNya yang tak kenal lelah dalam pengejaran dari yang terhilang, sampai pemulihan / pengembalian dan keamanan dipastikan. Dengan kata lain, kita harus mengagumi, bukan hanya kasih karuniaNya yang cuma-cuma dan kasih karuniaNya yang berdaulat, tetapi apa yang penulis-penulis kuno sebut kasih karuniaNya yang tak bisa ditolak. ‘Demikianlah firman Tuhan Allah, Lihatlah Aku, bahkan Aku sendiri akan mencari domba-dombaKu dan mencari mereka’ (ay 11 KJV). Ia bukan hanya mencari mereka, tetapi Ia akan mencari sampai Ia menemukan mereka. ‘Ia mencari yang terhilang sampai Ia menemukannya’. ... MataNya yang mahatahu mengikuti setiap pengembara. Mereka yang telah Ia tandai sebagai milikNya akan Ia bawa pulang tanpa gagal. Tak satupun bisa menghindarkan diri dari pengejaranNya, ataupun menghindari kecermatanNya yang penuh kasih].
b) Yeremia 23:1-6 - “(1) ‘Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaanKu hilang dan terserak!’ - demikianlah firman TUHAN. (2) Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: ‘Kamu telah membiarkan kambing dombaKu terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN. (3) Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing dombaKu dari segala negeri ke mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. (4) Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan TIDAK HILANG SEEKORPUN, demikianlah firman TUHAN. (5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN - keadilan kita”.
Text ini sangat mirip dengan Yeh 34 di atas, yaitu tentang gembala-gembala yang brengsek, yang tak mempedulikan domba-domba yang dipercayakan kepada mereka, dan membiarkannya tercerai berai / hilang. Tuhan mengecam mereka, dan menggantikan mereka, dan mencari dan mengumpulkan domba-domba itu kembali.
Matthew Henry (tentang Yer 23): “Here is a word of comfort to the neglected sheep. Though the under-shepherds take no care of them, no pains with them, but betray them, the chief Shepherd will look after them. ‘When my father and my mother forsake me, then the Lord taketh me up.’ Though the interests of God’s church in the world are neglected by those who should take care of them, and postponed to their own private secular interests, yet they shall not therefore sink. God will perform his promise, though those he employs do not perform their duty” (= Di sini ada suatu kata-kata penghiburan bagi domba yang dilalaikan / diabaikan. Sekalipun gembala-gembala bawahan itu tidak mempedulikan / memelihara / menjaga mereka, tak mempunyai perhatian kepada mereka, tetapi menyesatkan mereka, Gembala kepala akan mencari mereka. ‘Pada waktu ayahku dan ibuku meninggalkan aku, maka Tuhan mengambil / menerima aku’. Sekalipun kepentingan dari gereja Allah dalam dunia dilalaikan / diabaikan oleh mereka yang seharusnya memelihara / mengurus mereka, dikebelakangkan / dikalah-pentingkan terhadap kepentingan-kepentingan duniawi dan pribadi mereka, tetapi bukannya karena itu mereka akan tenggelam. Allah akan melaksanakan / menggenapi janjiNya, sekalipun mereka yang Ia pekerjakan tidak melaksanakan kewajiban mereka).
Mazmur 27:10 - “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku”.
NIV: ‘receive’ (= menerima).
KJV/RSV/NASB: ‘take up’ (= menerima / mengambil / mengumpulkan).
NKJV: ‘take care’ (= memelihara / menjaga).
Calvin (tentang Yeremia 23:4): “He confirms the promise, for he would give them faithful and true pastors, who would perform their office as it behoved them; for it would not be enough that the sheep should be restored to their folds, except they were fed. We indeed know that a sheep is a silly animal, and therefore has need of a shepherd to rule and guide it. God then intimates by these words, that after he had collected his flock into the fold it would be the object of his constant care; for he would appoint pastors, who would discharge their office in a far different way from wolves and sacrilegious robbers” [= Ia meneguhkan janji, karena Ia akan memberi mereka gembala-gembala / pendeta-pendeta yang setia dan benar, yang akan melaksanakan kewajiban mereka seperti yang mereka perlukan (?); karena tidaklah cukup bahwa domba-domba harus dikembalikan kepada kandang mereka, kecuali mereka diberi makan. Kita memang tahu bahwa seekor domba adalah seekor binatang yang tolol, dan karena itu mempunyai kebutuhan akan seorang gembala untuk menguasai / mengepalai dan membimbingnya. Maka Allah mengisyaratkan dengan kata-kata ini, bahwa setelah Ia sudah mengumpulkan kawananNya ke dalam kandang, itu merupakan obyek dari perhatianNya yang terus menerus; karena Ia akan menetapkan / mengangkat gembala-gembala / pendeta-pendeta, yang akan melaksanakan kewajiban mereka dengan cara yang jauh berbeda dari serigala-serigala dan perampok-perampok yang duniawi].
Tetapi dalam pembahasan Yeremia 23:1-6 ini ada dua hal yang berbeda dengan Yeh 34, dan ingin saya tekankan di sini:
1. Yeremia 23: 3 mengatakan bahwa hanya ‘sisa-sisa’ domba yang dikumpulkan.
Ay 3: “Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing dombaKu dari segala negeri ke mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak.”.
Mengapa hanya sisa-sisa yang dikumpulkan? Apakah hanya sisanya yang ditemukan dan itu berarti ada domba-domba yang hilang? Calvin menjawab dengan komentar di bawah ini.
Calvin (tentang Yeremia 23:3): “‘I will gather,’ he says, not the flock, but ‘the remnant of the sheep.’ God intimates here that he would be so merciful as to receive unto favor, not all indiscriminately, but a small number, constituting the elect. And hence Paul carefully distinguished between the people and the remnant of grace, or the gratuitous remnant; for Christ appeared by his coming to have abolished the covenant by which God had adopted the children of Abraham, but Paul does not admit this. Now, if any one objects and says that the greater part of the people had been cut off, this he allows; but he says that the covenant remains valid in the remnant, ... God then has ever been the preserver of his Church; and thus his gratuitous adoption, by which he had chosen the seed of Abraham, never fails. But this adoption is effectual only as to the remnant” (= ‘Aku akan mengumpulkan’, Ia berkata, bukan kawanan domba, tetapi ‘sisa dari domba-domba’. Di sini Allah menunjukkan bahwa Ia akan begitu berbelas kasihan sehingga menerima pada kebaikanNya, bukan semua tanpa pandang bulu, tetapi sejumlah kecil, yang membentuk orang-orang pilihan. Dan karena itu Paulus membedakan dengan hati-hati antara bangsa itu dan sisa dari kasih karunia, atau sisa yang bersifat kasih karunia; karena kelihatannya Kristus, oleh kedatanganNya telah menghapuskan perjanjian dengan mana Allah telah mengadopsi anak-anak Abraham, tetapi Paulus tidak menerima ini. Sekarang, jika siapapun keberatan dan mengatakan bahwa bagian terbesar dari bangsa itu telah dipotong, ini ia akui; tetapi ia berkata bahwa perjanjian itu tetap sah dalam diri dari sisa itu, ... Maka Allah selalu adalah penjaga dari GerejaNya; dan demikianlah adopsiNya yang penuh kasih karunia, dengan mana Ia telah memilih benih / keturunan Abraham, tidak pernah gagal. Tetapi adopsi ini efektif hanya berkenaan dengan sisa).
Bdk. Yesaya 10:20-22 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa. (22) Sebab sekalipun bangsamu, hai Israel, seperti pasir di laut banyaknya, namun hanya sisanya akan kembali. TUHAN telah memastikan datangnya kebinasaan dan dari situ timbul keadilan yang meluap-luap”.
Roma 11:1-6 - “(1) Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umatNya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. (2) Allah tidak menolak umatNya YANG DIPILIHNYA. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: (3) ‘Tuhan, nabi-nabiMu telah mereka bunuh, mezbah-mezbahMu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.’ (4) Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? ‘Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagiKu, yang tidak pernah sujud menyembah Baal.’ (5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal SUATU SISA, MENURUT PILIHAN KASIH KARUNIA. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
Catatan: Jadi, kalau ada yang hilang, mereka bukan orang-orang pilihan. Yang tersisa, seberapapun sedikitnya, itulah ‘sisa’ menurut pilihan kasih karunia!
Calvin (tentang Yeremia 23:3): “The scattering then of the people into various lands was the purgation of the Church, according to what God says, that he would separate the refuse and the chaff from the wheat in chastising his people; for as the chaff and the refuse are blown here and there when the wheat is winnowed, and the wheat only remains and is afterwards laid up in the granary; so when God drove his people away into various lands, he then purged his Church” (= Maka pencerai-beraian dari bangsa itu ke bermacam-macam negara merupakan penyucian dari Gereja, sesuai dengan apa yang Allah katakan, bahwa Ia akan memisahkan sampah dan sekam dari gandum dalam penghajaran umat / bangsaNya; karena seperti sekam dan sampah ditiup kesana kemari pada saat gandum ditampi, dan hanya gandum yang tertinggal dan setelah itu diletakkan dalam lumbung; demikianlah pada saat Allah mengusir umat / bangsaNya ke berbagai negara, maka Ia menyucikan GerejaNya).
2. Yohanes 10: 4 mengatakan secara explicit bahwa tak ada seekor dombapun yang hilang.
Yohanes 10: 4: “Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN”.
Clarke tidak memberi komentar yang berarti tentang gembala yang akan mencari domba dan tidak akan ada seekorpun yang hilang (ay 4).
Barnes’ Notes (tentang Yeremia 23:4): “‘Neither shall they be lacking.’ Not one sheep shall be missing or lost” (= ‘Mereka tidak akan kurang / absen / hilang’. Tak seekor dombapun akan absen atau hilang).
Calvin (tentang Yohanes 10:8): “For it is no light consolation, and no small ground of confidence, when we know that Christ, by his faithful protection, has always guarded his sheep, amidst the various attacks and crafty devices of wolves and robbers, so that there never was one of them that deserted him. ... Christ declares that they who are called into the order of believers are so firmly bound together, that they cannot stray or wander, or be carried about by any wind of new doctrine.” (= Karena bukanlah suatu penghiburan yang ringan, dan bukanlah dasar keyakinan yang kecil, pada waktu kita tahu bahwa Kristus, oleh perlindunganNya yang setia, telah selalu menjaga domba-dombaNya, di tengah-tengah serangan-serangan yang bervariasi dan muslihat-muslihat yang licik dari serigala-serigala dan perampok-perampok, sehingga di sana tidak pernah ada satu dari mereka yang meninggalkan Dia. ... Kristus menyatakan bahwa mereka yang dipanggil ke dalam golongan dari orang-orang percaya dengan begitu teguh dibatasi / dikelilingi bersama-sama, sehingga mereka tidak bisa tersesat atau mengembara, atau dibawa oleh angin apapun dari pengajaran / doktrin yang baru).
Apa yang paling perlu ditekankan / disoroti tentang Yeh 34 dan Yer 23 berkenaan dengan hal ini, adalah bahwa gembala-gembala brengsek yang tak mempedulikan domba-dombanya, dan membiarkan domba-dombanya terserak dan hilang, dikecam oleh Tuhan, dan Tuhan lalu menggantikan mereka menggembalakan dan mencari domba-domba yang hilang. Mungkinkah dalam Tuhan menggembalakan domba-domba itu, Ia lalu kehilangan satupun dari domba-domba itu? Kalau mungkin, bukankah Ia melakukan kesalahan yang sama dengan gembala-gembala brengsek yang Ia kecam dan gantikan itu?
5) Pencarian domba yang hilang.
Lukas 15:1-7 - “(1) Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. (2) Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: ‘Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.’ (3) Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: (4) ‘Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun DAN PERGI MENCARI YANG SESAT ITU SAMPAI IA MENEMUKANNYA? (5) Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, (6) dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangga serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. (7) Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.’”.
Matthew Henry (tentang Luk 15:1-7): “The parable of the lost sheep. Something like it we had in Matt 18:12. There it was designed to show the care God takes for the preservation of saints, as a reason why we should not offend them; here it is designed to show the pleasure God takes in the conversion of sinners, as a reason why we should rejoice in it” (= Perumpamaan tentang domba yang hilang. Sesuatu yang seperti itu kita punyai dalam Mat 18:12. Di sana itu dirancang untuk menunjukkan perhatian / kepedulian yang Allah miliki bagi pemeliharaan / penjagaan orang-orang kudus, sebagai alasan mengapa kita tidak boleh menjadi batu sandungan bagi mereka; di sini itu dirancang untuk menunjukkan kesenangan yang Allah miliki dalam pertobatan dari orang-orang berdosa, sebagai suatu alasan mengapa kita harus bersukacita di dalamnya).
Matius 18:12-14 - “(12) ‘Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? (13) Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. (14) Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.’”.
William Hendriksen (tentang Lukas 15:3-4): “Since the country through which Jesus was passing was a region where the shepherd tending his sheep was not an unfamiliar sight, Jesus made use of this fact in order to illustrate what, according to God’s will, must be done with a lost sheep. Must it be ignored, neglected, despised, as was the attitude of Pharisees toward the people whom they regarded as wayward and lost? Was that the way a good shepherd dealt with a lost sheep? Besides, many people in the audience - and presumably especially the Pharisees and scribes - were familiar with precious Old Testament passages concerning the shepherd and his sheep; for example: ‘Jehovah is my shepherd; I shall not lack’ (Ps. 23:1); ‘He will feed his flock like a shepherd; he will gather the lambs in his arms, carry them in his bosom, and will gently lead those that have their young’ (Isa. 40:11); ‘I myself will be the shepherd of my sheep … I will seek that which was lost’ (Ezek. 34:15, 16). So Jesus says, ‘What man of you, if he has a hundred sheep and has lost one of them, does not … go after the lost sheep?’ He means, ‘Every good shepherd would do this.’ Moreover, his search would not be halfhearted, not merely a token search. No, he would leave behind the ninety-nine and look for that one lost sheep until he finds it!” [= Karena negeri melalui mana Yesus lewat adalah suatu daerah dimana gembala menggembalakan domba-dombanya bukanlah suatu pemandangan yang asing, Yesus menggunakan fakta ini untuk mengilustrasikan apa, sesuai dengan kehendak Allah, yang harus dilakukan dengan seekor domba yang hilang. Haruskah ia tak dipedulikan, diabaikan, dipandang rendah / hina, seperti sikap orang-orang Farisi terhadap orang-orang yang mereka anggap sebagai tidak taat / suka melawan dan terhilang? Apakah itu jalan / cara dari gembala yang baik menangani seekor domba yang hilang? Disamping itu, banyak orang dalam kalangan pendengar - dan rupanya terutama orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat - akrab dengan text-text yang berharga dari Perjanjian Lama berkenaan dengan gembala dan domba-dombanya: Yehovah adalah gembalaku; aku tak akan kekurangan’ (Mazmur 23:1); ‘Ia akan memberi makan / menggembalakan kawanan dombaNya seperti seorang gembala; ia akan mengumpulkan anak-anak domba di lenganNya, menggendong mereka di dadaNya, dan akan dengan lembut membimbing mereka yang mempunyai anak’; (Yes 40:11); ‘Aku sendiri akan menjadi gembala atas domba-dombaKu ... Aku akan mencari yang terhilang’ (Yeh 34:15,16). Maka Yesus berkata, ‘Yang mana dari kamu, jika ia mempunyai seratus ekor domba dan kehilangan satu dari mereka, tidak ... mencari domba yang hilang itu?’. Ia memaksudkan, ‘Setiap gembala yang baik akan melakukan hal ini’. Lebih lagi, pencariannya tidak akan dengan setengah hati, tidak semata-mata suatu pencarian yang tidak sungguh-sungguh. Tidak, ia akan meninggalkan yang 99 dan mencari satu domba yang hilang itu sampai ia menemukannya!].
Yesaya 40:11 - “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya dan menghimpunkannya dengan tanganNya; anak-anak domba dipangkuNya, induk-induk domba dituntunNya dengan hati-hati”.
Lenski (tentang Luk 15): “Now it is simply a fact that every one of these men, even if he had as many as a hundred sheep, and only one of them got lost by straying away, would never think that the one does not matter, seeing he still has as many as ninety-nine, or that the exertion of seeking and finding that one lost sheep, seeing it is only one, would be too much to undertake, considering also that despite all effort it might even after all not be found. Nothing of the kind! Invariably, as the present tenses state, in every case like that the man leaves his ninety-nine behind in the wilderness and goes after the lost till he finds it” (= Itu benar-benar merupakan suatu fakta bahwa setiap orang dari orang-orang ini, bahkan jika ia mempunyai domba sebanyak 100 ekor, dan hanya satu dari mereka yang hilang karena tersesat, tidak pernah berpikir bahwa satu tidak jadi soal, karena melihat bahwa ia tetap mempunyai sebanyak 99 ekor, atau bahwa pengerahan tenaga / usaha untuk mencari dan menemukan, mengingat bahwa itu hanya satu, tidak akan terlalu banyak diusahakan, juga dengan pertimbangan bahwa sekalipun dilakukan semua usaha bisa saja bahwa akhirnya domba itu tidak ditemukan. Tidak yang seperti itu! Selalu, seperti yang dinyatakan oleh tensa-tensa present, dalam setiap kasus seperti itu orang itu meninggalkan 99 miliknya di belakang di padang gurun dan mencari yang hilang sampai ia menemukannya).
Jadi, bagaimana ajaran Arminian, yang mengatakan bahwa orang kristen yang sejati bisa meninggalkan iman, terhilang, dan binasa selama-lamanya, bisa sesuai dengan bagian Firman Tuhan ini?
6) Yesus harus mengumpulkan domba-domba lain.
Yohanes 10: 16: “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu HARUS Kutuntun juga dan mereka AKAN mendengarkan suaraKu dan mereka AKAN menjadi satu kawanan dengan satu gembala.”.
a) Terjemahan.
1. Kesalahan terjemahan KJV.
Perhatikan bagian yang saya beri garis bawah tunggal dan garis bawah ganda.
Kitab Suci Indonesia: “kandang ... kawanan”.
KJV: ‘fold ... fold’ (= kandang ... kandang).
RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘fold ...flock’ (= kandang ... kawanan).
Kata pertama memang ‘fold’ (= kandang), tetapi kata kedua seharusnya ‘flock’ (= kawanan). KJV menyamakan keduanya menjadi ‘fold’, padahal kata Yunani yang digunakan berbeda. Yang pertama adalah AULES dan yang kedua adalah POIMNE.
Yang ada dalam kandang ini adalah orang-orang Yahudi Kristen, sedangkan yang ‘bukan dari kandang ini’ adalah orang-orang non Yahudi yang masih kafir, tetapi merupakan orang-orang pilihan (karena disebut ‘domba’). Yesus akan menuntun mereka, dan mereka pasti akan mendengarkan suaraNya dan akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Jadi mereka pasti akan menjadi orang-orang Kristen, dan pasti selamat!
2. Kesalahan terjemahan Kitab Suci Indonesia.
Yohanes 10: 16a: “Ada lagi padaKu domba-domba lain”.
KJV: ‘And other sheep I have’ (= Dan Aku punya domba-domba lain).
RSV/NIV/NASB ≈ KJV.
b) Beberapa komentar dari para penafsir.
Pulpit Commentary: “There may be many folds, that is, many visible Churches, but there is but one flock” (= Di sana bisa ada banyak kandang, yaitu banyak Gereja-gereja yang kelihatan, tetapi di sana hanya ada satu kawanan).
William Hendriksen: “Not all the sheep belong to the fold of Israel. The good shepherd also has other sheep. He has them even now because they have been given to him by the Father in the decree of predestination from eternity (6:37, 39; 17:6, 24). That is also the reason why even before they are gathered out they can be called his sheep” [= Tak semua domba termasuk dalam kandang Israel. Gembala yang baik itu juga mempunyai domba-domba lain. Ia mempunyai / memiliki mereka bahkan pada saat ini, karena mereka telah diberikan kepadaNya oleh Bapa dalam dekrit / ketetapan predestinasi dari kekekalan (6:37,39; 17:6,24). Itu juga merupakan alasan mengapa bahkan sebelum mereka dikumpulkan mereka bisa disebut dombaNya] - hal 113.
Barnes’ Notes (tentang Yohanes 10:14-15): “‘Other sheep.’ There are others who shall be members of my redeemed church. ‘I have.’ This does not imply that they were then his friends, but that they would be. There were others whom it was his purpose and intention to call to the blessings of the gospel and salvation. The purpose was so sure, and the fact that they would believe on him so certain, that he could use the present tense as if they were already his own. This purpose was in accordance with the promise (Isa 53:11), ‘He shall see of the travail of his soul, and shall be satisfied.’ An instance of a parallel expression occurs in Acts 18:10, ‘I have much people in this city’ (Corinth). That is, it was the purpose of God to bless the preaching of Paul, and give him many souls as the seals of his ministry. It was so certain that they would believe in the Saviour, that it could be spoken of as if it were already done. This certainty could have existed only in consequence of the intention of God that it should be so. It did not consist in any disposition to embrace the gospel which was foreseen, for they were the most corrupt and licentious people of antiquity, and it must have been because God meant that it should be so. Declarations like these are full proof that God has a plan in regard to the salvation of men, and that the number is known and determined by him. Learn: 1. that it is not a question of chance or uncertainty whether men shall be saved. 2. that there is encouragement for preaching the gospel. There are those whom God means to save, and if he intends to do it it will be done” [= ‘Domba-domba lain’. Ada orang-orang lain yang akan menjadi anggota-anggota dari gerejaKu yang ditebus. ‘Aku mempunyai’. Ini tidak berarti bahwa pada saat itu mereka adalah sahabat-sahabatNya, tetapi bahwa mereka akan menjadi sahabat-sahabatNya. Di sana ada orang-orang lain yang merupakan rencana dan maksudNya untuk panggil kepada berkat dari injil dan keselamatan. RencanaNya adalah begitu pasti, dan fakta bahwa mereka akan percaya kepadaNya begitu pasti, sehingga Ia bisa menggunakan tensa present seakan-akan mereka sudah adalah milikNya. Rencana ini sesuai dengan janji (Yes 53:11), ‘Ia akan melihat penderitaan jiwanya, dan akan puas / dipuaskan’. Suatu contoh dari ungkapan yang paralel muncul dalam Kis 18:10, ‘banyak umatKu di kota ini.’ (Korintus). Artinya, merupakan rencana Allah untuk memberkati pemberitaan Paulus, dan memberinya banyak jiwa-jiwa sebagai meterai pelayanannya. Adalah begitu pasti bahwa mereka akan percaya kepada sang Juruselamat, sehingga itu bisa diucapkan seakan-akan itu sudah terjadi. Kepastian ini hanya bisa ada sebagai konsekwensi dari maksud Allah bahwa itu harus demikian. Itu tidak terdiri dari kecenderungan apapun untuk mempercayai injil, yang dilihat lebih dulu, karena mereka adalah orang-orang kuno yang paling jahat dan tak bermoral, dan itu harus demikian karena Allah memaksudkannya bahwa itu harus demikian. Pernyataan-pernyataan seperti ini adalah bukti penuh bahwa Allah mempunyai suatu rencana berkenaan dengan keselamatan manusia, dan bahwa jumlah itu diketahui dan ditentukan olehNya. Pelajarilah: 1. bahwa itu bukanlah merupakan persoalan kebetulan atau ketidak-pastian apakah orang-orang akan diselamatkan. 2. bahwa di sana ada dorongan / penguatan semangat untuk memberitakan Injil. Di sana ada mereka yang Allah maksudkan untuk menyelamatkan, dan jika Ia bermaksud untuk melakukannya, itu akan terjadi].
Yesaya 53:11 - “Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul”.
William Hendriksen: “A very great truth is proclaimed here, namely, that the flock of Christ will no longer be almost confined to believers from among the Jews. A new period is dawning. ... The church is going to become international. ... Note that he does not lead the sheep of heathendom into the fold of Israel; but he gathers together the sheep of Israel and the sheep of heathendom as one flock! ... The good shepherd ‘must’ lead them. THIS IS THE ‘MUST’ OF PREDESTINATION, of prophecy, and of inner compulsion, rolled into one” [= Suatu kebenaran yang sangat besar / agung diberitakan di sini, yaitu, bahwa kawanan domba Kristus tidak akan lebih lama lagi hampir dibatasi pada orang-orang percaya dari kalangan orang-orang Yahudi. Suatu periode / jaman yang baru sedang muncul. ... Gereja sedang menjadi internasional. ... Perhatikan bahwa Ia tidak membimbing domba-domba dari kekafiran ke dalam kandang Israel; tetapi Ia mengumpulkan domba-domba dari Israel dan domba-domba dari kekafiran sebagai satu kawanan domba! ... Gembala yang baik ‘harus’ membimbing mereka. INI MERUPAKAN ‘KEHARUSAN’ DARI PREDESTINASI, dari nubuat, dan dari dorongan dari dalam / hati, dikumpulkan menjadi satu] - hal 113-114.
Calvin: “‘And I have other sheep.’ Though some refer this indiscriminately to all, both Jews and Gentiles, who were not yet disciples of Christ, yet I have no doubt that he had in his eye the calling of the Gentiles. ... For this reason he calls those sheep which had not the same mark, but belonged to a different class, ‘other sheep.’ In short, the meaning is, that the pastoral office of Christ is not confined within the limits of Judea, but is far more extensive. Augustine’s observation on this passage is undoubtedly true, that, as there are many wolves within the Church, so there are many sheep without. ... Yet I acknowledge that Augustine’s statement applies in this respect, that Christ gives the name of ‘sheep’ to unbelievers, who in themselves were the farthest possible from being entitled to be called ‘sheep.’ And not only does he point out, by this term, what they will be, but rather refers this to the secret election of God, because we are already God’s sheep, before we are aware that He is our shepherd. In like manner, it is elsewhere said that we were enemies, when he loved us, (Romans 5:10;) and for this reason Paul also says that we were known by God, before we knew him, (Galatians 4:9.)” [= ‘Dan Aku mempunyai domba-domba lain’. Sekalipun sebagian orang menghubungkan ini secara tidak pandang bulu kepada semur orang, baik Yahudi dan non Yahudi, yang bukanlah / belum merupakan murid-murid Kristus, tetapi saya tak meragukan bahwa di mataNya Ia mempunyai panggilan kepada orang-orang non Yahudi. ... Karena alasan ini Ia menyebut mereka ‘domba’ yang tidak mempunyai tanda yang sama, tetapi termasuk pada suatu golongan yang berbeda, ‘domba-domba lain’. Singkatnya, artinya adalah, bahwa kewajiban penggembalaan Kristus tidaklah terbatas di dalam batasan-batasan dari Yudea, tetapi jauh lebih luas. Pengamatan Agustinus tentang text ini tak diragukan adalah benar, bahwa, seperti di sana ada banyak serigala-serigala di dalam Gereja, demikian juga di sana ada banyak domba di luar. ... Tetapi saya mengakui bahwa pernyataan Agustinus berlaku dalam hal ini, bahwa Kristus memberi sebutan ‘domba’ kepada orang-orang yang tidak percaya, yang dalam diri mereka sendiri ada dalam kemungkinan terjauh dari berhak untuk disebut ‘domba’. Dan bukan hanya Ia menunjukkan, dengan istilah ini, mereka akan menjadi apa, tetapi lebih menghubungkan ini dengan pemilihan rahasia dari Allah, karena kita sudah adalah domba-domba Allah, sebelum kita sadar bahwa Ia adalah Gembala kita. Dengan cara yang serupa, dikatakan di tempat lain bahwa kita adalah musuh-musuh / seteru-seteru, pada waktu Ia mengasihi kita, (Ro 5:10); dan untuk alasan ini Paulus juga mengatakan bahwa kita dikenal oleh Allah, sebelum kita mengenal Dia (Gal 4:9).].
Roma 5:10 - “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Galatia 4:9 - “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?”.
Calvin: “‘Them also I must bring.’ He means that the election of God will be secure, so that nothing of all that he wishes to be saved shall perish. For the secret purpose of God, by which men were ordained to life, is at length manifested in his own time by the calling, - the effectual calling, when he regenerates by his Spirit, to be his sons, those who formerly were begotten of flesh and blood” (= ‘Mereka juga harus Aku bawa’. Ia memaksudkan bahwa pemilihan Allah akan pasti / aman / terjamin, sehingga tidak ada dari semua yang Ia ingin selamatkan akan binasa. Karena rencana rahasia Allah, dengan mana orang-orang ditentukan untuk hidup yang kekal, pada akhirnya dimanifestasikan, pada saatNya, oleh panggilan, - panggilan efektif, pada saat Ia melahir-barukan oleh RohNya, untuk menjadi anak-anakNya, mereka yang dulunya dilahirkan dari daging dan darah).
Bdk. Yohanes 1:12-13 - “(12) Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya; (13) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah”.
Calvin: “‘And they shall hear my voice.’ We must observe the way in which the flock of God is gathered. It is, when all have one shepherd, and when his voice alone is heard. These words mean that, when the Church submits to Christ alone, and obeys his commands, and hears his voice and his doctrine, then only is it in a state of good order. If Papists can show us that there is any thing of this sort among them, let them enjoy the title of The Church, of which they vaunt so much. But if Christ is silent there, if his majesty is trodden under foot, if his sacred ordinances are held up to scorn, what else is their unity but a diabolical conspiracy, which is worse and far more to be abhorred than any dispersion? Let us therefore remember that we ought always to begin with the Head. Hence also the Prophets, when they describe the restoration of the Church, always join David the king with God; as if they said, that there is no Church where Christ does not reign, and that there is no kingdom of God, but where the honor of shepherd is granted to Christ” [= ‘Dan mereka akan mendengarkan suaraKu’. Kita harus memperhatikan cara dengan mana kawanan domba Allah dikumpulkan. Itu adalah, pada waktu semua mempunyai satu Gembala, dan pada waktu suaraNya saja didengarkan. Kata-kata ini berarti bahwa, pada waktu Gereja tunduk hanya kepada Kristus, dan mentaati perintah-perintah / hukum-hukumNya, dan mendengar suaraNya dan doktrin / ajaranNya, maka hanya pada saat itu gereja ada dalam keadaan yang baik. Jika pengikut-pengikut Paus (orang Katolik) bisa menunjukkan kepada saya bahwa di sana ada apapun dari jenis ini di antara mereka, biarlah mereka menikmati gelar / sebutan ‘Gereja’, tentang mana mereka menyombongkan diri dengan begitu banyak. Tetapi jika Kristus berdiam diri di sana, jika keagunganNya diinjak-injak di bawah kaki, jika peraturan-peraturanNya yang kudus diangkat / ditegakkan untuk dicemoohkan / dipandang hina, apakah kesatuan mereka selain suatu persekongkolan yang sangat jahat / dari setan, yang lebih buruk dan jauh lebih menjijikkan dari pada penyebaran apapun?Karena itu hendaklah kita ingat bahwa kita harus selalu mulai dengan sang Kepala. Karena itu juga nabi-nabi, pada waktu mereka menggambarkan pemulihan dari Gereja, selalu menggabungkan Daud sang raja dengan Allah; seakan-akan mereka berkata, bahwa di sana tidak ada Gereja dimana Kristus tidak memerintah, dan bahwa di sana tidak ada kerajaan Allah, kecuali dimana kehormatan dari sang Gembala diberikan kepada Kristus].
Catatan: Calvin menerapkan ini kepada Gereja Roma Katolik, tetapi tentu tidak berarti hanya bisa diterapkan kepada mereka. Gereja manapun, dimana Firman Tuhan diabaikan, dan Kristus tidak dihormati (kecuali hanya pura-pura), bukanlah gereja Tuhan!
7) Yesus dan orang-orang yang bukan domba.
Yohanes 10:25-26: “(25) Yesus menjawab mereka: ‘Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama BapaKu, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, (26) tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu.”.
Adam Clarke: “‘Ye are not of my sheep.’ Ye have not the disposition of those who come unto me to be instructed and saved” (= ‘Kamu bukanlah domba-dombaKu’. Kamu tidak mempunyai kecenderungan dari mereka yang datang kepadaKu untuk diajar dan diselamatkan).
Catatan: perhatikan:
a) Adam Clarke tidak membahas kata-kata ‘karena’ dalam bagian ‘karena kamu bukanlah domba-dombaKu’. Mengapa tak dibahas, padahal kata itu sangat penting, dan menunjuk pada predestinasi? Bandingkan dengan komentar William Hendriksen di bawah.
b) Terhadap komentar Clarke, yang adalah seorang Arminian ini, perlu dipertanyakan: Bukankah Arminianisme percaya bahwa semua orang, sejak lahir sedang diberi kasih karunia yang sama dari Allah? Lalu mengapa ada orang yang ‘tidak mempunyai kecenderungan untuk datang kepada Kristus’ dan ada ‘yang mempunyainya’? Jadi, perbedaan dalam diri orang-orangnya yang membuat pembedaan mengapa yang satu menjadi domba / orang percaya dan yang lain tidak? Bukankah ini mengarah pada ajaran sesat ‘keselamatan karena perbuatan baik’?
William Hendriksen: “Jesus says to the Jews ‘You do not believe’ what these works so clearly teach. That failure to believe, that open hostility, is their sin. For this they - and they alone - are fully responsible. Nevertheless, there is also the factor of divine predestination: ‘you do not believe because you are not of my sheep.’ The sheep of the good shepherd are those who had been given to him by the Father (10:29; cf. 6:39,44). They listen to the shepherd’s voice and follow him (Yohanes 10:3,4)” [= Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi ‘Kamu tidak percaya’ apa yang dengan begitu jelas diajarkan oleh pekerjaan-pekerjaan ini. Kegagalan untuk percaya itu, permusuhan terbuka itu, adalah dosa mereka. Karena ini mereka - dan hanya mereka - bertanggung jawab secara penuh. Tetapi, disana juga ada faktor dari predestinasi ilahi: ‘kamu tidak percaya karena kamu bukanlah domba-domba-Ku’. Domba-domba dari gembala yang baik adalah mereka yang telah diberikan kepada-Nya oleh Bapa (Yohanes 10:29; bdk. 6:39,44). Mereka mendengarkan suara dari gembala dan mengikutinya (Yohanes 10:3,4)] - hal 121.
Catatan: bagian yang saya beri garis bawah tunggal mungkin menunjuk pada Yohanes 10:37-38.
Yohanes 10:37-38 - “(37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’”.
Yohanes 10:29 - “BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Yoh 6:39,44 - “(39) Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”.
Yohanes 10:3-4 - “(3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya”.
William Hendriksen: “Returning to the angle of the divine decree, note the following: Whereas all men have sinned in Adam, lie under the curse, and are deserving of everlasting death, no one can ever charge God with injustice for having left some to perish, while he chose others out of this mass of corruption to be his own. We confess, of course, that it is not possible for us to harmonize the two lines which run parallel in Scripture (and sometimes, as here, even in one verse: 10:26!): human responsibility, on the one hand, and divine predestination, on the other. To deny either is foolish. Both lines are clearly drawn by Jesus, by John (and by Scripture in general; cf. Luke 22:22; Acts 2:23), and this again and again. Not only that, but the factor of divine predestination is more basic than that of human responsibility; more basic in this sense, that those who listen to Christ’s voice and follow him (trust in him and obey him), do so because they were given and drawn; and those who are not able to listen to him and to follow him remain in this state of inability because it has not pleased God to rescue them from the condition into which they, by their own guilt, have plunged themselves. Note the causal connection: ‘but you do not believe because you are not of my sheep.’ God is not obliged to save those who have brought destruction upon themselves! Besides, it must ever be borne in mind that on their part inability and ill will go hand in hand! Hence, in this entire representation God remains holy as well as sovereign, and it is man upon whom all the blame rests” [= Kembali pada sudut dari ketetapan ilahi, perhatikan yang berikut ini: Mengingat semua manusia telah berdosa dalam Adam, ada di bawah kutuk, dan layak mendapatkan kematian kekal, tak seorangpun bisa pernah menuduh Allah dengan ketidak-adilan karena telah membiarkan / meninggalkan sebagian untuk binasa, sementara Ia memilih yang lain dari masa kejahatan ini untuk menjadi milikNya. Kami mengakui, tentu saja, bahwa adalah tidak mungkin bagi kami untuk mengharmoniskan dua garis yang berjalan paralel dalam Kitab Suci (dan kadang-kadang, seperti di sini, bahkan dalam satu ayat: 10:26!): tanggung jawab manusia, di satu sisi, dan predestinasi ilahi, di sisi yang lain. Menyangkal yang manapun adalah bodoh. Kedua garis itu secara jelas digambarkan oleh Yesus, oleh Yohanes (dan oleh Kitab Suci secara umum: bdk. Lukas 22:22; Kisah Para Rasul 2:23), dan ini berulang-ulang. Bukan hanya itu, tetapi faktor dari predestinasi ilahi adalah lebih mendasar dari pada faktor tanggung jawab manusia; lebih mendasar dalam arti ini, bahwa mereka yang mendengar kepada suara Kristus dan mengikutiNya (mempercayai Dia dan mentaati Dia), melakukan itu karena mereka diberikan dan ditarik; dan mereka yang tidak bisa mendengar Dia dan mengikut Dia tetap tinggal dalam keadaan ketidak-mampuan ini karena tidak memperkenan Allah untuk menolong mereka dari keadaan ke dalam mana mereka, oleh kesalahan mereka sendiri, telah menceburkan diri mereka sendiri. Perhatikan hubungan yang bersifat menyebabkan: ‘tetapi kamu tidak percaya karena kamu bukanlah domba-dombaKu’. Allah tidak wajib untuk menyelamatkan mereka yang telah membawa kehancuran kepada diri mereka sendiri! Disamping itu, harus dicamkan dalam pikiran bahwa pada bagian mereka, ketidak-mampuan dan kehendak jahat berjalan bersama-sama! Jadi, dalam seluruh penggambaran ini, Allah tetap kudus maupun berdaulat, dan adalah manusia atas siapa semua kesalahan berada] - hal 121-122.
Lukas 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.
Kisah Para rasul 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”.
Calvin (tentang Yohanes 10:26): “‘Because you are not of my sheep.’ He assigns a higher reason why they do not believe either in his miracles or in his doctrine. It is, because they are reprobate” (= ‘Karena kamu bukanlah domba-dombaKu’. Ia memberikan alasan yang lebih tinggi mengapa mereka tidak percaya, atau pada mujijat-mujijatNya atau pada ajaranNya. Itu adalah karena mereka adalah reprobate / orang-orang yang ditentukan untuk binasa).
Catatan: kalau ada alasan yang lebih tinggi, maka harus ada alasan yang lebih rendah. Mereka tidak mau percaya, merupakan alasan yang lebih rendah. Tetapi mengapa mereka tidak mau percaya? Ini jawaban Arminian. Alasan yang lebuh tinggi menjawab: karena mereka bukan domba-domba Kristus, atau, karena mereka bukan orang-orang pilihan Allah! Ini jawaban Calvinist.
Calvin (tentang Yohanes 10:26): “he affirms that the gift of believing is a special gift. And, indeed, before that men know God, they must first be known by him, as Paul says, (Galatians 4:9.) On the other hand, those to whom God does not look must always continue to look away from him. If any one murmur at this, arguing that the cause of unbelief dwells in God, because he alone has power to make sheep; I reply, He is free from all blame, for it is only by their voluntary malice that men reject his grace. God does all that is necessary to induce them to believe, but who shall tame wild beasts? This will never be done, till the Spirit of God change them into sheep. They who are wild will in vain attempt to throw on God the blame of their wildness, for it belongs to their own nature. In short, Christ means that it is not wonderful, if there are few who obey his Gospel, because all whom the Spirit of God does not subdue to the obedience of faith are wild and fierce beasts” [= Ia menegaskan bahwa karunia percaya merupakan karunia khusus. Dan memang, sebelum manusia mengenal Allah, mereka harus lebih dulu dikenal olehNya, seperti Paulus katakan, (Gal 4:9). Di sisi lain, mereka kepada siapa Allah tidak memandang, pasti selalu terus menerus memalingkan muka dari Dia. Jika ada siapapun yang bersungut-sungut tentang hal ini, berargumentasi bahwa penyebab dari ketidak-percayaan ada di dalam Allah, karena Ia sendiri yang mempunyai kuasa untuk membuat domba, saya menjawab, Ia bebas dari semua kesalahan, karena, adalah hanya karena kejahatan sukarela mereka, maka manusia menolak kasih karuniaNya. Allah melakukan semua yang perlu untuk membujuk / menyebabkan mereka untuk percaya, tetapi siapa akan menjinakkan binatang liar? Ini tidak akan pernah dilakukan, sampai Roh Allah mengubah mereka menjadi domba-domba. Mereka yang liar akan dengan sia-sia berusaha untuk melemparkan kepada Allah kesalahan dari ke-liar-an mereka, karena itu termasuk dalam sifat dasar mereka. Singkatnya, Kristus memaksudkan bahwa bukanlah sesuatu yang luar biasa, jika di sana ada sedikit yang mentaati InjilNya, karena semua yang Roh Allah tidak tundukkan pada ketaatan dari iman adalah binatang-binatang liar dan galak].
Catatan: pada bagian yang saya garis-bawahi, Calvin bukannya menunjukkan bahwa ia tidak mempercayai Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), tetapi jelas bahwa berbicara dari sudut pandang manusia.
Galatia 4:9 - “Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?”.
VI) Keamanan domba.
1) Yohanes 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Catatan: penekanan tentang keamanan domba ada pada Yohanes 10: 28-29, tetapi saya tetap membahas ay 27, untuk melihat kontextnya.
a) Yohanes 10: 27: “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,”.
Adam Clarke (tentang Yohanes 10:27): “‘My sheep hear my voice.’ But ye will not hear: - my sheep follow me; but ye will neither follow nor acknowledge me. Any person who reads without prejudice may easily see, that our Lord does not at all insinuate that these persons could not believe, because God had made it impossible to them but simply because they did not hear and follow Christ, which the whole of our blessed Lord’s discourse proves that they might have done. The sheep of Christ are not those who are included in any eternal decree, to the exclusion of others from the yearnings of the bowels of eternal mercy; but they are those who hear, believe in, follow, and obey the Saviour of the world” (= ‘Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu’. Tetapi kamu tidak mau mendengar: - domba-dombaKu mengikut Aku; tetapi kamu tidak mau mengikut ataupun mengakui Aku. Orang manapun yang membaca tanpa prasangka bisa dengan mudah melihat, bahwa Tuhan kita sama sekali tidak menunjukkan secara implicit bahwa orang-orang ini tidak bisa percaya, karena Allah telah membuatnya mustahil bagi mereka tetapi hanya karena mereka tidak mendengar dan mengikut Kristus, yang seluruh percakapan Tuhan kita buktikan bisa mereka lakukan. Domba-domba Kristus bukanlah mereka yang tercakup dalam ketetapan kekal manapun, dengan pengeluaran dari orang-orang lain dari kerinduan dari batin dari belas kasihan kekal; tetapi mereka adalah orang-orang yang mendengar, percaya kepada, mengikuti, dan mentaati sang Juruselamat dunia).
Tanggapan saya:
Adam Clarke menggunakan ayat sama sekali tidak cocok sehingga memunculkan ajaran seperti ini. Ayat ini tidak menjelaskan sama sekali apa sebabnya seseorang percaya atau tidak percaya kepada Kristus.
William Hendriksen (tentang Yohanes 10:27): “Very clearly, people cannot make themselves sheep (6:39,44; 10:29); sheep do not hear a voice unless that voice has gone forth first of all; and sheep do not follow unless the shepherd has first pushed them out of the fold and has gone on ahead of them (10:3,4). Again, it is because the good shepherd gives to the sheep everlasting life that they never perish and that no one snatches them out of his hand. The sheep are not passive. Indeed not! They listen; they follow. But the action results from the gift. They themselves are the gift of the Father to the Son. That thought is stressed in this very context (verse 29)” [= Sangat jelas, orang-orang tidak bisa membuat diri mereka sendiri menjadi domba (6:39,44: 10:29); domba-domba tidak mendengar suara kecuali suara itu telah keluar lebih dulu; dan domba tidak mengikuti kecuali Gembala mendorong mereka keluar dari kandang dan berjalan di depan mereka (Yohanes 10:3,4). Juga adalah karena Gembala yang baik memberikan kepada domba-domba hidup yang kekal maka mereka tidak binasa dan tak seorangpun merebut mereka dari tanganNya. Domba-domba tidak pasif. Memang tidak! Mereka mendengar; mereka mengikut. Tetapi tindakan itu merupakan hasil / akibat dari pemberian / anugerah. Mereka sendiri adalah pemberian dari Bapa kepada Anak. Pemikiran itu ditekankan dalam kontext ini (ay 29)] - hal 122.
Yohanes 6:39,44 - “(39) Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.
Yohanes 10:3-4 - “(3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya”.
Yohanes 10: 29: “BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Calvin (tentang Yohanes 10:27): “‘My sheep hear my voice.’ He proves by an argument drawn from contraries, that they are not sheep, because they do not obey the Gospel. For God effectually calls all whom he has elected, so that the sheep of Christ are proved by their faith. And, indeed, the reason why the name of sheep is applied to believers is, that they surrender themselves to God, to be governed by the hand of the Chief Shepherd, and, laying aside the fierceness of their nature, become mild and teachable. It is no small consolation to faithful teachers, that, though the greater part of the world do not listen to Christ, yet he has his ‘sheep whom he knows, and by whom he is also known.’ Let them do their utmost to bring the whole world into the fold of Christ; but when they do not succeed according to their wish, let them be satisfied with this single consideration, that they who are sheep will be gathered by their agency” [= ‘Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu’. Ia membuktikan oleh suatu argumentasi yang ditarik / diambil dari kebalikannya, bahwa mereka bukanlah domba-domba, karena mereka tidak mentaati Injil (ay 26). Karena Allah secara efektif memanggil semua orang yang telah Ia pilih, sehingga domba-domba Kristus dibuktikan oleh iman mereka. Dan memang, alasan mengapa sebutan ‘domba’ diterapkan kepada orang-orang percaya, adalah bahwa mereka menyerahkan diri mereka sendiri kepada Allah, untuk diperintah oleh tangan dari sang Gembala Kepala, dan setelah menyingkirkan kebuasan dari sifat dasar mereka, mereka menjadi lembut dan bisa diajar. Bukanlah penghiburan yang kecil bagi guru-guru yang setia, bahwa sekalipun bagian yang lebih besar dari dunia tidak mendengar kepada Kristus, tetapi Ia mempunyai ‘domba-dombaNya yang Ia kenal dan oleh siapa Ia juga dikenal’. Hendaklah mereka melakukan yang sekuatnya untuk membawa seluruh dunia ke dalam kandang dari Kristus; tetapi pada waktu mereka tidak berhasil sesuai keinginan mereka, hendaklah mereka puas dengan satu pertimbangan ini, bahwa mereka yang adalah domba-domba akan dikumpulkan oleh perantaraan mereka].
b) Yohanes 10: 28-29: “(28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”.
Ada beberapa kata-kata / istilah yang harus diperhatikan / ditekankan dari ayat ini, yaitu:
1. Hidup yang kekal. Kalau keselamatan bisa hilang (kalau orangnya meninggalkan iman / murtad), maka ‘hidup’ yang diberikan pada saat seseorang percaya kepada Kristus itu bukanlah hidup yang kekal, tetapi hidup yang bersyarat. Ia hidup, asal meninggalkan iman / murtad.
2. Pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya. Ini lagi-lagi suatu jaminan, yang luar biasa kuatnya.
3. Seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu.
Ini pasti mencakup setan, atau nabi-nabi palsu yang merupakan alat setan, atau orang manapun yang digunakan oleh setan, untuk mendesak kita / memancing kita, sehingga kita meninggalkan iman / murtad. Kalau demikian, lalu bagaimana mungkin orang percaya yang sejati bisa meninggalkan iman / murtad?
4. Seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Seakan-akan tanganNya sendiri masih kurang kuat untuk menjaga orang-orang percaya, Ia menambahkan bahwa tangan Bapa juga menjaga sehingga tak ada yang bisa merebut dari tangan Bapa. Jadi, dua tangan Yang Mahakuasa menggenggam orang-orang percaya sehingga tidak mungkin ada yang bisa merebut orang percaya.
Adam Clarke: “‘They shall never perish.’ Why? Because they hear my voice, and follow me; therefore I know, I approve of and love them, and give them eternal life. They who continue to hear Christ’s voice, and to follow him, shall never perish. They give themselves up to God - believe so on Jesus that he lives in their hearts: God hath given unto them eternal life, and this life is in his Son; and he that hath the Son hath life, 1 John 5:11-12. Now it is evident that only those who have Christ living in and governing their souls, so that they possess the mind that was in him, are his sheep - are those that shall never perish, because they have this eternal life abiding in them: therefore to talk of a man’s being one of the elect - one that shall never perish - one who shall have eternal life - who shall never be plucked out of the hand of God, etc., while he lives in sin, has no Christ in his heart, has either never received or fallen away from the grace of God, is as contrary to common sense as it is to the nature and testimonies of the Most High. Final perseverance implies final faithfulness - he that endures to the end shall be saved - he that is faithful unto death shall have a crown of life. And will any man attempt to say that he who does not endure to the end, and is unfaithful, shall ever enter into life?” (= ‘Mereka tidak akan pernah binasa’. Mengapa? Karena mereka mendengar suaraKu, dan mengikut Aku; karena itu Aku mengenal, Aku mengakui / menyetujui dan mengasihi mereka, dan memberikan mereka hidup yang kekal. Mereka yang terus menerus mendengar suara Yesus, dan mengikutiNya, tidak akan pernah binasa. Mereka memberikan diri mereka sendiri kepada Allah - percaya sedemikian rupa kepada Yesus sehingga Ia hidup dalam hati mereka: Allah telah memberikan kepada mereka hidup yang kekal, dan hidup itu ada di dalam AnakNya; dan ia yang mempunyai Anak mempunyai hidup, 1Yoh 5:11-12. Sekarang adalah jelas bahwa hanya mereka yang mempunyai Kristus hidup dalam jiwa mereka dan memerintahnya, sehingga mereka memiliki pikiran yang ada di dalam Dia, adalah domba-dombaNya - adalah mereka yang tidak akan pernah binasa, karena mereka mempunyai hidup yang kekal ini tinggal di dalam mereka: karena itu berbicara tentang seseorang yang adalah salah satu dari orang-orang pilihan - seseorang yang tak akan pernah binasa - seseorang yang akan mempunyai hidup yang kekal - yang tidak akan pernah direbut dari tangan Allah, dsb., sementara ia hidup dalam dosa, tidak mempunyai Kristus dalam hatinya, sebagai atau tidak pernah menerima atau jatuh dari kasih karunia Allah, sama bertentangannya dengan akal sehat seperti dengan sifat dan kesaksian dari Yang Mahatinggi. Ketekunan akhir secara implicit menunjuk pada kesetiaan akhir - ia yang bertahan / bertekun sampai akhir akan selamat - ia yang setia sampai mati akan mempunyai mahkota kehidupan. Dan akankah orang manapun mencoba untuk mengatakan bahwa ia yang tidak bertahan sampai akhir, dan yang tidak setia, akan pernah masuk ke dalam hidup?).
Catatan:
a. Bagian yang saya beri garis bawah tunggal jelas-jelas merupakan penafsiran yang membengkokkan arti, karena Yohanes 10: 28 ini merupakan janji Kristus yang memberikan jaminan kepada domba-domba / orang-orang percaya, tetapi Adam Clarke membelokkan ke arah tanggung jawab dari orang Kristen / domba itu! Disamping itu, Calvinist tak pernah percaya bahwa orang pilihan bisa percaya lalu tak bertekun sampai akhir. Kalau percayanya sungguh-sungguh, pasti ia bertekun sampai akhir, tetapi Tuhan yang menolong dia untuk bisa bertekun sampai akhir.
b. Tentang bagian yang saya beri garis bawah ganda, saya betul-betul tidak mengerti bagaimana bagian seperti ini tahu-tahu bisa muncul dalam penafsiran tentang ayat ini, karena bagian itu jelas membicarakan orang yang tidak percaya, yang sama sekali tidak dibicarakan oleh ayat ini!
Barclay (tentang Yohanes 10:22-28): “The words and deeds of Jesus were a continuous claim to be the Anointed One of God. But the great majority of the Jews had not accepted that claim. As we have seen, in Palestine the sheep knew their own shepherd’s special call and answered it; these were not of Jesus’ flock. In the Fourth Gospel, there is behind it all a doctrine of predestination: things were happening all the time as God meant them to happen. John is really saying that these Jews were predestined not to follow Jesus. Somehow or other the whole New Testament keeps two opposite ideas in balance - the fact that everything happens within the purpose of God and yet in such a way that human free will is responsible. These people had made themselves such that they were predestined not to accept Jesus; and yet, as John sees it, that does not make them any the less to be condemned. But though most did not accept Jesus, some did; and to them Jesus promised three things. (1) He promised ‘eternal life.’ He promised that if they accepted him as Master and Lord, if they became members of his flock, all the littleness of earthly life would be gone and they would know the splendour and the magnificence of the life of God. (2) He promised a ‘life that would know no end.’ Death would be not the end but the beginning; they would know the glory of indestructible life. (3) He promised a ‘life that was secure.’ Nothing could snatch them from his hand. This would not mean that they would be saved from sorrow, from suffering and from death; but that in the sorest moment and the darkest hour they would still be conscious of the everlasting arms underneath and about them. Even in a world crashing to disaster, they would know the serenity of God” [= Kata-kata dan tindakan-tindakan Yesus adalah / merupakan suatu claim yang terus menerus sebagai Orang yang Diurapi dari / oleh Allah. Tetapi sebagian besar dari orang-orang Yahudi tidak menerima claim itu. Seperti yang telah kita lihat, di Palestina domba-domba mengenal panggilan khas dari gembala mereka sendiri dan menjawabnya; orang-orang ini bukanlah kawanan domba Yesus. Dalam Injil yang keempat, di sana di belakang itu semua ada doktrin tentang predestinasi: hal-hal terjadi selalu sebagaimana Allah memaksudkan mereka untuk terjadi. Yohanes sesungguhnya sedang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi ini dipredestinasikan untuk tidak mengikut Yesus. Dengan satu atau lain cara seluruh Perjanjian Baru menjaga / memelihara dua gagasan yang berlawanan dengan seimbang - fakta bahwa segala sesuatu terjadi dalam rencana Allah tetapi dengan suatu cara sehingga kehendak bebas manusia bertanggung jawab. Orang-orang ini telah membuat diri mereka sendiri sedemikian rupa sehingga mereka dipredestinasikan untuk tidak menerima Tuhan; tetapi, sebagaimana Yohanes melihatnya, itu tidak membuat mereka tidak dihukum. Tetapi sekalipun kebanyakan tidak menerima Yesus, beberapa / sebagian menerimaNya; dan bagi mereka Yesus menjanjikan tiga hal. (1) Ia menjanjikan ‘hidup yang kekal’. Ia menjanjikan bahwa jika mereka menerimaNya sebagai Guru / Tuan dan Tuhan, jika mereka menjadi anggota-anggota dari kawanan dombaNya, semua keremehan dari kehidupan duniawi akan hilang dan mereka akan mengenal kemegahan dan keindahan dari kehidupan dari Allah. (2) Ia menjanjikan suatu ‘kehidupan yang tidak mengenal akhir’. Kematian bukanlah akhir tetapi permulaan; mereka akan mengenal kemuliaan dari kehidupan yang tidak bisa binasa. (3) Ia menjanjikan ‘kehidupan yang aman’. Tak ada apapun yang bisa merebut mereka dari tanganNya. Ini tidak berarti bahwa mereka akan diselamatkan dari kesedihan, dari penderitaan dan dari kematian; tetapi bahwa pada saat yang paling menyakitkan / menyedihkan dan saat yang paling gelap, mereka akan tetap sadar tentang lengan yang kekal di bawah dan di sekeliling mereka. Bahkan dalam suatu dunia yang hancur menjadi bencana, mereka akan tahu ketenangan / ketenteraman dari Allah] - hal 72-73.
Catatan: bahkan orang Liberal seperti Barclay tak bisa menghindari dorongan / arah dari text ini pada doktrin tentang predestinasi dan keselamatan yang tidak bisa hilang!
Hanya bagian yang saya garis-bawahi kelihatannya menunjuk pada ‘Conditional Election’ (= Pemilihan yang bersyarat), dan kalau memang demikian, itu salah.
William Hendriksen: “That life is salvation full and free, ... And it never ends. The sheep shall certainly never perish; i.e., they shall never enter the state of wrath, the condition of being banished forever from the presence of the God of love. And no one shall snatch them out of my hand (symbolizing my power).’ Some commentators insist that when Jesus states, ‘They shall certainly never perish, and no one shall snatch them out of my hand,’ he does not really mean this. They are so sure that believers may, after all, be lost, that they are unwilling to do justice even to the plain sense of Scripture. But it must be borne in mind, as has been shown previously ... that in the Fourth Gospel the idea of predestination (and at times also its corollary: the perseverance of the saints, their being guarded by the power of God, so that they keep clinging to him to the very end) is constantly stressed (see 2:4; 4:34; 5:30; 6:37,39,44,64; 7:6,30; 8:20; 13:1; 18:37; 19:28). Hence, it is utterly futile to deny this or to seek refuge in a passage which, considered merely on the surface, may seem to be in conflict with this consistent teaching. Thus, 15:6 is often pressed into service by those who deny what John so clearly emphasizes; ... The basis of man’s salvation rests forever in God, not in man! That point is not grasped by those who teach that man is able, after all, to tear himself loose from the power of God. Thus, in essence, God is dethroned, and the comfort of the assurance of salvation is lost” [= Kehidupan itu adalah keselamatan yang penuh dan cuma-cuma, ... Dan itu tidak pernah berakhir. Domba-domba pasti tidak akan pernah binasa; artinya mereka tidak akan pernah masuk ke dalam keadaan kemurkaan, keadaan dibuang selama-lamanya dari hadirat dari Allah dari kasih. Dan tak seorangpun akan merebut mereka dari tanganKu (menyimbolkan kuasaKu)’. Beberapa penafsir berkeras bahwa pada waktu Yesus menyatakan, ‘Mereka pasti tidak akan pernah binasa, dan tak seorangpun akan merebut mereka dari tanganKu’, Ia tidak sungguh-sungguh memaksudkan ini. Mereka begitu pasti bahwa orang-orang percaya bagaimanapun juga bisa terhilang, dan mereka tidak mau melakukan keadilan bahkan pada arti yang jelas dari Kitab Suci. Tetapi harus dicamkan, seperti telah ditunjukkan sebelumnya ... bahwa dalam Injil keempat gagasan tentang predestinasi (dan kadang-kadang juga akibatnya yang wajar: ketekunan orang-orang kudus, bahwa mereka dijaga oleh kuasa Allah, sehingga mereka terus berpegang erat-erat kepada Dia sampai akhir) ditekankan terus menerus (lihat 2:4; 4:34; 5:30; 6:37,39,44,64; 7:6,30; 8:20; 13:1; 18:37; 19:28). Jadi, merupakan sesuatu yang sama sekali sia-sia untuk menyangkal ini atau untuk mencari perlindungan dalam suatu text yang, dipertimbangkan semata-mata pada permukaannya, bisa kelihatan bertentangan dengan pengajaran yang konsisten ini. Demikianlah, 15:6 sering dipaksakan untuk kegunaan ini oleh mereka yang menyangkal apa yang Yohanes tekankan dengan begitu jelas; ... Dasar dari keselamatan manusia selama-lamanya berada pada Allah, bukan pada manusia! Point / pokok ini tidak dimengerti oleh mereka yang mengajarkan bahwa, bagaimanapun juga manusia bisa melepaskan dirinya sendiri dari kuasa Allah. Jadi, pada hakekatnya, Allah diturunkan dari takhta, dan penghiburan tentang keyakinan keselamatan hilang] - hal 123.
Catatan: Yohanes 15:6 - “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar”.
Contoh dari penafsir yang dimaksudkan oleh Hendriksen adalah Lenski. Perhatikan tafsirannya di bawah ini.
Lenski: “However weak the sheep are, under Jesus they are perfectly safe. Yet a believer may after all be lost (15:6). Our certainty of eternal salvation is not absolute. While no foe of ours is able to snatch us from our Shepherd’s hand, we ourselves may turn from him and may perish willfully of our own accord” [= Bagaimanapun lemahnya adanya domba-domba itu, di bawah Yesus mereka aman secara sempurna. Tetapi bagaimanapun juga seorang percaya bisa terhilang (Yoh 15:6). Kepastian kita tentang keselamatan kekal tidaklah mutlak. Sementara tidak ada musuh kita yang bisa merebut kita dari tangan Gembala kita, kita sendiri bisa berpaling / berbalik dari Dia dan bisa binasa dengan sengaja dari kehendak kita sendiri].
Catatan: penggunaan Yohanes 15:6 jelas merupakan sesuatu yang sangat tidak masuk akal, karena ‘ranting yang tidak tinggal di dalam Kristus / pokoknya’ jelas menunjuk kepada orang kristen KTP!
Calvin (tentang Yohanes 10: 28-29): “‘And they shall never perish.’ It is an inestimable fruit of faith, that Christ bids us be convinced of our security when we are brought by faith into his fold. But we must also observe on what foundation this certainty rests. It is because he will be a faithful guardian of our salvation, for he testifies that our salvation is in ‘his hand.’ And if this were not enough, he says that they will be safely guarded by the power of his Father. This is a remarkable passage, by which we are taught that the salvation of all the elect is not less certain than the power of God is invincible. Besides, Christ did not intend to throw this word foolishly into the air, but to give a promise which should remain deeply fixed in their minds; and, therefore, we infer that the statement of Christ is intended to show that the elect are absolutely certain of their salvation. We are surrounded, indeed, by powerful adversaries, and so great is our weakness, that we are every moment in imminent danger of death; but as He who ‘keeps what we have committed to him’ (2 Timothy 1:12) is greater or more powerful than all, we have no reason to tremble as if our life were in danger” [= ‘Dan mereka tidak akan pernah binasa’. Ini adalah buah dari iman yang tak ternilai, bahwa Kristus meminta kita untuk yakin tentang keamanan kita pada saat kita dibawa oleh iman ke dalam kandangNya. Tetapi kita juga harus memperhatikan pada dasar apa kepastian ini berada. Itu adalah karena Ia mau menjadi seorang penjaga yang setia dari keselamatan kita, karena Ia menyaksikan bahwa keselamatan kita ada dalam ‘tanganNya’. Dan seandainya ini tidak cukup, Ia berkata bahwa mereka akan dijaga dengan aman oleh kuasa dari BapaNya (ay 29). Ini merupakan text yang luar biasa, oleh mana kita diajar bahwa keselamatan dari semua orang-orang pilihan sama pastinya dengan bahwa kuasa Allah adalah tak terkalahkan. Disamping, Kristus tidak bermaksud untuk melemparkan firman ini secara bodoh di udara, tetapi untuk memberikan suatu janji yang harus tetap dipancangkan secara mendalam dalam pikiran mereka; dan karena itu, kami menyimpulkan bahwa pernyataan Kristus ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa orang-orang pilihan pasti secara mutlak tentang keselamatan mereka. Kita memang dikelilingi oleh musuh-musuh yang kuat, dan begitu besar kelemahan kita, sehingga kita setiap saat ada di dekat bahaya kematian; tetapi karena Ia yang ‘memelihara apa yang telah kita percayakan kepadaNya’ (2Tim 1:12) lebih besar dan lebih berkuasa dari semua, kita tidak mempunyai alasan untuk gemetar seakan-akan kehidupan kita ada dalam bahaya].
2Timotius 1:12 - “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
Calvin: “Hence, too, we infer how mad is the confidence of the Papists, which relies on free-will, on their own virtue, and on the merits of their works. Widely different is the manner in which Christ instructs his followers, to remember that, in this world, they may be said to be in the midst of a forest, surrounded by innumerable robbers, and are not only unarmed and exposed as a prey, but are aware that the cause of death is contained in themselves, so that, relying on the guardianship of God alone, they may walk without alarm. In short, our salvation is certain, because it is in the hand of God; for our faith is weak, and we are too prone to waver. But God, who has taken us under his protection, is sufficiently powerful to scatter, with his breath alone, all the forces of our adversaries. It is of great importance for us to turn our eye to this, that the fear of temptations may not dismay us; for Christ even intended to point out the way in which sheep are made to live at ease in the midst of wolves” [= Jadi, kita juga menyimpulkan betapa gilanya keyakinan dari para pengikut Paus (orang Katolik), yang bersandar pada kehendak bebas, pada kebaikan mereka sendiri, dan pada jasa-jasa dari pekerjaan / perbuatan baik mereka. Sangat berbeda cara dengan mana Kristus mengajar para pengikutNya, untuk mengingat bahwa, dalam dunia ini, mereka bisa dikatakan berada di tengah-tengah suatu hutan, dikelilingi oleh perampok-perampok yang tak terhitung banyaknya, dan bukan hanya tidak bersenjata dan terbuka sebagai mangsa, tetapi sadar bahwa penyebab dari kematian ada dalam diri mereka sendiri, sehingga hanya dengan bersandar pada penjagaan dari Allah saja mereka bisa berjalan tanpa rasa takut. Singkatnya, keselamatan kita itu pasti, karena itu ada dalam tangan Allah; karena iman kita itu lemah, dan kita terlalu condong untuk ragu-ragu / goncang. Tetapi Allah, yang telah membawa kita ke bawah perlindunganNya, berkuasa secara cukup untuk mencerai-beraikan, dengan nafasNya saja, semua kekuatan-kekuatan dari musuh-musuh kita. Merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kita untuk mengarahkan mata kita pada hal ini, supaya rasa takut dari pencobaan tidak mencemaskan kita; karena Kristus bahkan bermaksud untuk menunjukkan jalan / cara dalam mana domba-domba dibuat untuk hidup dengan tenang di tengah-tengah serigala].
Catatan: Katolik dalam hal ini tak beda dengan Arminianisme!
William Hendriksen: “Viewing all the sheep as one flock, Jesus refers to them as ‘that which my Father has given me.’ On this gift of the Father to the Son see also 6:37,39,44. One holds on to a gift, especially if it be a gift from One so dear as is the Father to the Son. That explains verse 28: ‘no one shall snatch them out of my (the Son’s) hand.’ But it also explains verse 29: a father will certainly cherish and protect that which he, in incomprehensible love, has given to his son. Note also that in this case what the Father gave to the Son remains the possession of the Father (is now the possession of both). ... True believers are never lost. They are the objects of God’s very special care, which rests upon his Predestinating Love” [= Memandang semua domba-domba sebagai satu kawanan, Yesus menunjuk kepada mereka sebagai ‘itu yang BapaKu telah berikan kepadaKu’. Tentang pemberian dari Bapa kepada Anak ini lihat juga 6:37,39,44. Seseorang memegang erat-erat suatu pemberian, khususnya jika itu adalah suatu pemberian dari seseorang yang begitu dikasihi seperti Bapa terhadap Anak. Itu menjelaskan ay 28: ‘tak seorangpun akan merebut mereka dari tanganKu (tangan Anak)’. Tetapi itu juga menjelaskan ay 29: seorang bapa pastilah akan menghargai dan melindungi apa yang ia, dalam kasih yang melampaui akal, telah berikan kepada anaknya. Perhatikan juga bahwa dalam kasus ini apa yang Bapa berikan kepada Anak tetap merupakan milik Bapa (sekarang menjadi milik dari keduanya). ... Orang-orang percaya yang sejati tidak pernah terhilang. Mereka adalah obyek dari pemeliharaan khusus dari Allah, yang berdasarkan pada KasihNya yang mempredestinasikan] - hal 124-125.
William Hendriksen: “‘No one is able to snatch.’ This ‘no one’ (think of the ‘wolf’ of 10:12) must be permitted to stand in all its absoluteness. Neither satan, nor the clever false prophet, nor the powerful persecutor, nor anyone else shall ever be able to snatch any sheep of the flock out of the hand of the Father! Cf. I Pet. 1:4,5” [= ‘Tak seorangpun bisa merebut’. Kata-kata ‘tak seorangpun’ ini (pikirkan tentang serigala dari 10:12) harus diijinkan untuk berdiri / berada dalam semua kemutlakannya. Tidak Iblis, atau nabi palsu yang pandai, atau penganiaya yang berkuasa, atau siapapun yang lain, akan pernah bisa merebut domba manapun dari kawanan dari tangan Bapa! Bdk. 1Petrus 1:4,5] - hal 125.
1Petrus 1:3-5 - “(3) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmatNya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, (4) untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. (5) Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”.
Barnes’ Notes: “It would be impossible for any language to teach more explicitly that the saints will persevere” (= Adalah mustahil bagi bahasa manapun untuk mengajar dengan lebih explicit bahwa orang-orang kudus akan bertekun).
3) Janji dalam Yohanes 10: 28-29 dan persyaratan ‘asal tidak murtad / meninggalkan iman’.
Arminianisme mengaminkan janji dalam Yohanes 10: 28-29 ini, TETAPI memberikan syarat, yaitu asalkan domba / orang Kristen itu tidak murtad / meninggalkan iman! Lihat tafsiran Lenski di atas.
Biasanya terhadap argumentasi menggunakan Yohanes 10: 28-29 untuk menekankan doktrin ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) ini, orang Arminian menjawab, memang tidak ada yang bisa merebut orang percaya dari tangan Bapa dan Anak, tetapi orang percaya itu bisa keluar sendiri dengan sukarela (karena kehendaknya sendiri) dari tangan Yesus maupun tangan Bapa yang menggenggamnya. Lucu sekali! Lalu apa alasannya yang menyebabkan orang percaya itu mau keluar? Kalau karena godaan setan, maka itu tetap berarti bahwa setan bisa merebut orang percaya dari tangan Yesus dan Bapa! Dan kalau itu benar, lalu apa artinya jaminan yang Yesus berikan di sini? Semua menjadi tidak ada harganya sedikitpun! Ini merupakan sesuatu yang harus dicamkan. Kalau semua janji Tuhan dalam Injil diberi persyaratan ‘asal orang percaya itu tidak mundur / murtad’, maka janji itu menjadi tidak ada harganya sama sekali.
BACA JUGA: PENGGEMBALAAN TUHAN SEMPURNA (MAZMUR 23:1-6)
Robert Louis Dabney: “I am well aware that the force of these and all similar passages has been met, by asserting that in all gospel promises there is a condition implied, viz: That they shall be fulfilled, provided the believer does not backslide, on his part, from his gospel privileges. But is this all which these seemingly precious words mean? Then they mean nothing. To him who knows his own heart, what is that promise of security worth, which offers him no certainty to secure him against his own weakness? ‘All his sufficiency is of God.’ See also Rom. 7:21. If his enjoyment of the promised grace is suspended upon his own perseverance in cleaving to it, then his apostasy is not a thing possible, or probable, but certain. There is no hope in the gospel” (= Saya sadar bahwa kekuatan dari text-text ini dan text-text yang serupa telah dijawab dengan menegaskan bahwa dalam semua janji-janji Injil secara implicit ada suatu syarat, yaitu: bahwa janji-janji itu akan digenapi, asal orang percaya itu tidak mundur, dari hak-hak injil. Tetapi apakah ini arti dari semua kata-kata yang berharga itu? Maka janji-janji itu tidak berharga apa-apa. Bagi dia yang mengenal hatinya sendiri, apa nilai dari janji keamanan itu, yang tidak menawarkan kepadanya kepastian untuk mengamankan dia terhadap kelemahannya sendiri? ‘Semua kecukupannya adalah dari Allah’. Lihat juga Ro 7:21. Jika kemungkinan menikmati kasih karunia yang dijanjikan itu tergantung pada ketekunannya dalam berpegang kepadanya, maka kemurtadannya bukan hanya mungkin terjadi, tetapi pasti terjadi. Maka tidak ada pengharapan dalam injil) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 693-694.
Catatan:
2Kor 3:5b - “kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah”.
KJV: ‘our sufficiency is of God’ (= kecukupan kami adalah dari Allah).
Roma 7:21 - “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku”.
Dabney lalu menambahkan: “And when such a condition is thrust into such a promise as that of Jno. 10:27: ‘None shall pluck them out of My hand,’ provided they do not choose to let themselves be plucked away; are we to suppose that Christ did not know that common Bible truth, that the only way any spiritual danger can assail any soul successfully, is by persuasion: that unless the adversary can get the consent of the believer’s free will, he cannot harm him? ... Surely Jesus knew this; and if this supposed condition is to be understood, then this precious promise would be but a worthless and pompous truism. ‘Your soul shall never be destroyed, unless in a given way,’ and that way, the only and the common way, in which souls are ever destroyed. ‘You shall never fall, as long as you stand up.’” (= Dan pada saat persyaratan seperti itu dimasukkan ke dalam suatu janji seperti Yohanes 10:27: ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu’, asalkan mereka tidak memilih untuk membiarkan diri mereka direbut; apakah kita menganggap bahwa Kristus tidak tahu akan kebenaran umum dari Alkitab, bahwa satu-satunya jalan melalui mana bahaya rohani bisa menyerang jiwa dengan sukses, adalah melalui bujukan: bahwa kecuali sang musuh / setan bisa mendapatkan persetujuan dari kehendak bebas orang percaya, ia tidak bisa menyakiti / merugikannya? ... Jelas Yesus mengetahui hal ini; dan jika syarat ini ada dalam janji itu, maka janji yang berharga itu menjadi tak berharga dan hanya merupakan suatu kebenaran yang dibesar-besarkan. ‘Jiwamu tidak akan pernah dihancurkan, kecuali dengan cara tertentu’, dan cara itu adalah satu-satunya cara dan merupakan cara yang umum, melalui mana jiwa-jiwa dihancurkan. ‘Engkau tidak akan pernah jatuh, selama engkau berdiri’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 694.
Catatan: ayat yang dimaksud sebetulnya bukan Yohanes 10:27 tetapi Yohanes 10:28.
Mungkin kata-kata Dabney ini agak sukar dimengerti oleh orang kristen yang tidak terbiasa dengan bahasa theologia. Karena itu saya mencoba untuk menjelaskannya dengan kata-kata saya sendiri di bawah ini.
Kejatuhan manusia selalu terjadi karena adanya bujukan setan yang lalu dituruti oleh manusia. Jadi ini merupakan jalan yang umum untuk jatuh, bahkan merupakan jalan satu-satunya untuk jatuh. Yesus sendiri pasti mengetahui hal ini. Dan karena itu Ia tidak mungkin memberikan janji sebagai berikut: ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu, asalkan mereka tidak menyerah pada bujukan setan’. Perkecualian yang Ia berikan justru merupakan jalan yang umum, atau bahkan jalan satu-satunya, bagi manusia untuk jatuh. Dengan memberikan perkecualian seperti ini, maka janji itu menjadi tidak ada harganya.
Saya ingin memberikan 2 Ilustrasi berkenaan dengan hal ini:
a) Ada seseorang yang berlatih angkat besi dengan maksud mengikuti suatu kejuaraan angkat besi. Lalu ada seorang pelatih angkat besi yang melatihnya, dan memberinya jaminan sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti menang, asalkan waktu mengangkat barbel, engkau bertekun sehingga barbel itu naik ke atas’. Bukankah ini suatu lelucon? Semua lifter gagal dalam kejuaraan angkat besi, karena mereka tidak berhasil mengangkat barbelnya. Dengan demikian jaminan yang ia berikan merupakan jaminan yang kosong / tak ada harganya sama sekali.
b) Ada seorang pelatih sirkus yang melatih orang untuk berjalan di atas tali. Dan ia memberikan jaminan kepada orang yang ia latih dengan kata-kata sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti bisa sampai ke seberang, asal engkau tidak kehilangan keseimbanganmu’. Semua orang tahu bahwa seorang yang berjalan di atas tali akan gagal sampai ke seberang kalau ia kehilangan keseimbangannya. Itu jalan yang umum yang menyebabkan seseorang tidak sampai ke seberang. Kalau pelatih itu memberikan jaminan, dengan hal itu sebagai perkecualian, maka jaminan yang ia berikan menjadi tidak ada harganya!
Demikian juga adanya perkecualian / persyaratan yang diberikan oleh orang Arminian terhadap janji-janji dari Injil, menyebabkan janji-janji Injil itu kosong dan tak berguna.
Penutup.
Dabney menambahkan lagi: “the promise in Jer. 32:40, ... most expressly engages God to preserve believers from this very thing - their own backsliding. Not only does He engage that He will not depart from them, but ‘He will put His fear in their heart, so that they shall not depart from Him.’” (= janji dalam Yeremia 32:40, ... dengan cara yang paling jelas mengikat Allah dengan janji untuk menjaga orang-orang percaya justru dari hal yang satu ini - kemunduran mereka sendiri. Ia bukan hanya berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka, tetapi ‘Ia akan menaruh rasa takutNya dalam hati mereka, sehingga mereka tidak akan meninggalkan Dia’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 694.
Yeremia 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu”.
Inilah ajaran Reformed! Allah bukan hanya berjanji untuk menyelamatkan, tetapi juga berjanji akan menolong mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan murtad!
Loraine Boettner: “The saints in heaven are happier but no more secure than are true believers here in this world” (= Orang-orang kudus di surga lebih bahagia, tetapi tidak lebih aman, dari pada orang-orang percaya yang sejati di sini di dunia ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-