KHOTBAH KISAH PARA RASUL 27:1-44 (JAMINAN ALLAH DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
KHOTBAH KISAH PARA RASUL 27:1-44 (JAMINAN ALLAH DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA)
gadget, otomotif, bisnis
KHOTBAH KISAH PARA RASUL 27:1-44 (JAMINAN ALLAH DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA). Kisah Para Rasul 27:1-44 - “(1) Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar. (2) Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami. (3) Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya. (4) Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus. (5) Dan setelah mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di daerah Likia. (6) Di situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksandria yang hendak berlayar ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu. (7) Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone. (8) Sesudah kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea. (9) Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya: (10) ‘Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.’ (11) Tetapi perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus. (12) Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut. (13) Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta. (14) Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ‘Timur Laut’. (15) Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. (16) Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. (17) Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. (18) Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. (19) Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. (20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. (21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’ (35) Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. (36) Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga. (37) Jumlah kami semua yang di kapal itu dua ratus tujuh puluh enam jiwa. (38) Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu. (39) Dan ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Walaupun mereka tidak mengenal daratan itu, mereka memutuskan untuk sedapat mungkin mendamparkan kapal itu ke situ. (40) Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai. (41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. (42) Pada waktu itu prajurit-prajurit bermaksud untuk membunuh tahanan-tahanan, supaya jangan ada seorangpun yang melarikan diri dengan berenang. (43) Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.”.

I) Paulus berangkat ke Roma (Kisah Para Rasul 27: 1-5).

1) Akhirnya Paulus berangkat ke Roma (Kisah Para Rasul 27: 1).

Kisah Para Rasul 27: 1: “Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar.”.

Ini sesuai dengan Firman Tuhan dalam 23:11 dan ini juga merupakan jawaban doa Paulus dalam Roma 1:10-11. Tetapi Paulus pergi ke Roma sebagai tawanan! Memang Tuhan sering mengabulkan doa kita dengan cara yang berbeda dengan yang kita harapkan.

Penerapan:

a) Kalau saudara berdoa meminta kesucian / kesabaran, jangan kaget atau merasa bahwa Tuhan tidak mendengar doa saudara, kalau saudara ternyata diberi banyak kesukaran. Melalui kesukaran itu Tuhan ingin menyucikan saudara / membuat saudara sabar.

b) Kalau saudara meminta supaya bisa lebih bersandar kepada Tuhan, jangan kaget atau merasa bahwa Tuhan tidak menjawab doa saudara, kalau ternyata Tuhan lalu menghancurkan semua ‘sandaran duniawi’ saudara. Dengan dihancurkannya ‘sandaran duniawi’ saudara, saudara dipaksa untuk belajar bersandar kepada Tuhan.

2) Orang-orang yang ikut dengan Paulus.

Kisah Para Rasul 27: 2-3: “(2) Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami. (3) Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya.”.

a) Lukas.

Ini terlihat dari kata ‘kami’ dalam Kisah Para Rasul 27: 1-3 (ingat Lukas adalah penulis Kisah Rasul). Tadinya kata ‘kami’ ini terhenti dalam 21:18. Tidak diketahui dimana Lukas berada selama lebih dari 2 tahun ini.

b) Aristarkhus (Kisah Para Rasul 27: 2b bdk. 19:29 20:4).

Kisah Para Rasul 19:29 - “Seluruh kota menjadi kacau dan mereka ramai-ramai membanjiri gedung kesenian serta menyeret Gayus dan Aristarkhus, keduanya orang Makedonia dan teman seperjalanan Paulus.”.

Kisah Para Rasul 20:4 - “Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari Derbe, dan Timotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus.”.

Dalam 19:29 ia hampir mati karena Paulus, tetapi ia terus setia dalam mengikut Paulus. Karena itu dalam 19:29 ia disebut sebagai ‘teman seperjalanan Paulus’ dan dalam Filemon 24 Paulus menyebutnya sebagai ‘teman sekerja’, dan dalam Kol 4:10 Paulus menyebutnya sebagai ‘temanku sepenjara’.

Penerapan: jadilah orang yang setia, baik kepada Tuhan, maupun kepada manusia (asal itu bukan setia dalam kesalahan!). Jangan biarkan kesukaran / bahaya membuat sauda¬ra tidak setia.

3) Route yang dilewati Paulus.

Kisah Para Rasul 27: 2-6: “(2) Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami. (3) Pada keesokan harinya kami singgah di Sidon. Yulius memperlakukan Paulus dengan ramah dan memperbolehkannya mengunjungi sahabat-sahabatnya, supaya mereka melengkapkan keperluannya. (4) Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus. (5) Dan setelah mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampailah kami di Mira, di daerah Likia. (6) Di situ perwira kami menemukan sebuah kapal dari Aleksandria yang hendak berlayar ke Italia. Ia memindahkan kami ke kapal itu.”.

Adramitium (Kisah Para Rasul 27: 2) - Sidon (Kisah Para Rasul 27: 3) - menyusur pantai Siprus dan mengarungi laut di depan Kilikia & Pamfilia (ay 4,5a) - Mira, di daerah Likia (Kisah Para Rasul 27: 5b) - naik kapal ke Italia (Kisah Para Rasul 27: 6) - dst.

Seorang penafsir yang bernama Ironside mengatakan bahwa ini adalah pasal Kitab Suci yang harus dipelajari dengan melihat peta. Ia mengatakan bahwa beberapa waktu yang lalu sebuah grup kecil ‘freethinkers’ [= pemikir bebas] di Scotlandia memutuskan untuk membuktikan ketidak-tepatan Kitab Suci sehingga dengan demikian mereka bisa membuktikan bahwa Kitab Suci bukanlah Firman Allah. Seorang anggota diperintahkan untuk pergi ke Asia Minor dan Eropa Selatan dan pulau-pulau di Laut Tengah, dan mengunjungi semua tempat yang disebut oleh Lukas dalam perjalanan missionaris rasul Paulus. Orang itu bernama Sir Wm. Ramsay. Akhirnya ia melihat bahwa Kisah Rasul ternyata sangat akurat, dan ia justru menjadi orang kristen, dan ia lalu menulis buku-buku untuk mempertahankan Kitab Suci.

II) Badai (Kisah Para Rasul 27: 4-20).

1) Sekalipun perjalanan Paulus ke Roma adalah kehendak Tuhan, itu tidak berarti jalannya mulus. Sebaliknya ia terkena badai (Kisah Para Rasul 27: 4,7,14-dst) yang pasti membuatnya sangat menderita.

Kisah Para Rasul 27: 4,7,14: “(4) Oleh karena angin sakal kami berlayar dari situ menyusur pantai Siprus. ... (7) Selama beberapa hari berlayar, kami hampir-hampir tidak maju dan dengan susah payah kami mendekati Knidus. Karena angin tetap tidak baik, kami menyusur pantai Kreta melewati tanjung Salmone. ... (14) Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ‘Timur Laut’.”.

Penerapan: kalau saudara mengalami penderitaan, jangan cepat-cepat berpikir bahwa saudara tidak berjalan sesuai kehendak Tuhan! Memang bisa saja penderitaan itu merupakan hajaran dari Tuhan karena saudara menyimpang dari jalanNya, tetapi bisa juga merupakan serangan setan justru karena saudara berjalan sesuai kehendak Tuhan! Sebaliknya, kalau saudara tidak mengalami penderitaan, dan bahkan mengalami banyak hal-hal yang menyenangkan, jangan terlalu cepat menganggap bahwa saudara diberkati Tuhan. Itu bisa merupakan ‘berkat setan’!

2) Nasehat Paulus (Kisah Para Rasul 27: 9-10).

a) Dalam Kisah Para Rasul 27: 9 dikatakan bahwa waktu puasa sudah lampau.

Kisah Para Rasul 27: 9: “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya:”.

NIV: ‘by now it was after the Fast’ [= sekarang sudah lewat hari puasa].

Footnote NIV: That is, the Day of Atonement (YOM KIPPUR) [= yaitu hari raya Pendamaian (YOM KIPPUR)].

Pada hari itu, yang jatuh pada tanggal 10 bulan ke 7, orang-orang Yahudi diharuskan berpuasa (Im 16:29).

Memang setelah lewat hari itu, angin menjadi keras.

b) Paulus, yang banyak pengalaman dalam berlayar dan terkena badai (bdk. 2Kor 11:25b), lalu menasehati untuk tidak meneruskan perjalanan (Kisah Para Rasul 27: 10).

Kisah Para Rasul 27: 10: “‘Saudara-saudara, aku lihat, bahwa pelayaran kita akan mendatangkan kesukaran-kesukaran dan kerugian besar, bukan saja bagi muatan dan kapal, tetapi juga bagi nyawa kita.’”.

Sekalipun Paulus yakin bahwa pergi ke Roma itu merupakan kehen¬dak Tuhan, Paulus tetap berusaha untuk mencari jalan yang terbaik / teraman!

Penerapan: kalau saudara melakukan kehendak Tuhan, seperti pergi ke gereja, memberitakan Injil, dsb, jangan lalu sengaja mencari / menabrak bahaya dengan pemikiran bahwa Tuhan pasti akan melindungi saudara karena saudara sedang melakukan kehendakNya! Ini bukan beriman, tetapi mencobai Tuhan! Jadi, sekali-pun sedang melakukan kehendak Tuhan, saudara wajib mencari jalan yang terbaik dan teraman, asalkan itu bukan jalan yang berdosa!

3) Perwira lebih percaya kepada nakhoda dan jurumudi kapal, dan kebanyakan dari mereka ingin berlayar terus (Kisah Para Rasul 27: 11-12), sehingga akhirnya nasehat Paulus diabaikan.

Kisah Para Rasul 27: 11-12: “(11) Tetapi perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus. (12) Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut.”.

Kita tidak bisa terlalu menyalahkan perwira itu, karena tindakannya untuk lebih menuruti nakhoda dan jurumudi adalah sesuatu yang logis. Tetapi bagaimanapun juga, ia sudah memilih jalan yang salah!

4) Pada waktu mereka salah jalan, mula-mula kelihatannya enak, lancar / sukses (Kisah Para Rasul 27: 13), tetapi lalu bencana datang (Kisah Para Rasul 27: 14-20).

Kisah Para Rasul 27: 13-20: “(13) Pada waktu itu angin sepoi-sepoi bertiup dari selatan. Mereka menyangka, bahwa maksud mereka sudah tentu akan tercapai. Mereka membongkar sauh, lalu berlayar dekat sekali menyusur pantai Kreta. (14) Tetapi tidak berapa lama kemudian turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin ‘Timur Laut’. (15) Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan. Karena itu kami menyerah saja dan membiarkan kapal kami terombang-ambing. (16) Kemudian kami hanyut sampai ke pantai sebuah pulau kecil bernama Kauda, dan di situ dengan susah payah kami dapat menguasai sekoci kapal itu. (17) Dan setelah sekoci itu dinaikkan ke atas kapal, mereka memasang alat-alat penolong dengan meliliti kapal itu dengan tali. Dan karena takut terdampar di beting Sirtis, mereka menurunkan layar dan membiarkan kapal itu terapung-apung saja. (18) Karena kami sangat hebat diombang-ambingkan angin badai, maka pada keesokan harinya mereka mulai membuang muatan kapal ke laut. (19) Dan pada hari yang ketiga mereka membuang alat-alat kapal dengan tangan mereka sendiri. (20) Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami.”.

Penerapan: kalau saudara berjalan di luar kehendak Tuhan, memang bisa saja hidup saudara kelihatan lancar dan sukses (bdk. Yunus 1:3,5b). Tetapi lambat atau cepat, bencana akan datang, kalau bukan di dunia ini pasti di hadapan pengadilan Tuhan! Karena itu jangan menjadikan enak atau tidaknya hidup saudara sebagai standard untuk mengukur benar atau tidaknya hidup saudara di hadapan Tuhan. Standard yang benar adalah Kitab Suci / Firman Tuhan!

III) Jaminan Allah dan tanggung jawab manusia (Kisah Para Rasul 27: 21-44).

1) Allah mengirim malaikat yang memberikan Firman Tuhan yang menjamin keselamatan (jasmani) semua mereka, kecuali kapalnya (Kisah Para Rasul 27: 21-24).

Kisah Para Rasul 27: 21-24: “(21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.”.

Kisah Para Rasul 27: 24: ‘... oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau’. Terjemahan Kitab Suci Indonesia ini kurang tepat.

NIV: ‘and God has graciously given you the lives of all who sail with you’ [= dan Allah dengan murah hati telah memberikan kepa¬damu nyawa semua orang yang berlayar dengan engkau].

Secara implicit ini memang menunjukkan bahwa orang-orang itu selamat (secara jasmani) karena Paulus.

Beberapa hal yang bisa dipelajari:

a) Firman Tuhan ini akhirnya menjadi kenyataan (Kisah Para Rasul 27: 41,43-44).

Kisah Para Rasul 27: 41,43-44: “(41) Tetapi mereka melanggar busung pasir, dan terkandaslah kapal itu. Haluannya terpancang dan tidak dapat bergerak dan buritannya hancur dipukul oleh gelombang yang hebat. ... (43) Tetapi perwira itu ingin menyelamatkan Paulus. Karena itu ia menggagalkan maksud mereka, dan memerintahkan, supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat, (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat.”.

Kisah Para Rasul 27: 41 menunjukkan kalau kapalnya hancur, dan Kisah Para Rasul 27: 43-44 menunjukkan kalau orang-orangnya semuanya selamat.

Dalam badai, 276 orang (Kisah Para Rasul 27: 37), sebagian dengan berenang sebagian dengan naik kayu pecahan kapal, bisa selamat semua, jelas merupakan suatu mujijat!

b) Salah jalannya mereka tidak membubarkan Rencana Allah bahwa Paulus harus tiba di Roma dengan selamat dan memberitakan Injil di sana. Ini menunjukkan bahwa kesalahan / dosa manusia tidak bisa membatalkan / membelokkan Rencana Allah!

Penerapan: kalau kita percaya bahwa Allah pasti merencanakan yang terbaik untuk kita, maka adalah suatu hiburan bagi kita, bahwa di tengah segala kegagalan, kelemahan, kebodohan, dan dosa kita, Rencana Allah yang terbaik itu tidak pernah berubah!

Tetapi awas, jangan ajaran ini menyebabkan saudara berani ber¬buat dosa. Perhatikan bahwa sekalipun Rencana Allah tidak berubah, tetapi gara-gara mereka salah jalan mereka betul-betul mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti:

1. Kerugian besar:

a. Membuang muatan (Kisah Para Rasul 27: 18).

b. Membuang alat-alat kapal (Kisah Para Rasul 27: 19).

c. Membuang muatan gandum (Kisah Para Rasul 27: 38).

d. Kapal hancur (Kisah Para Rasul 27: 41).

2. Putus harapan (Kisah Para Rasul 27: 20).

3. Terpaksa berenang dalam badai (Kisah Para Rasul 27: 43-44).

c) Bahwa semua orang di kapal itu selamat (secara jasmani) karena adanya Paulus menunjukkan bahwa kadang-kadang kebersamaan dengan orang kristen bisa menyebabkan seseorang ikut mendapat berkatnya! Misalnya Laban yang ikut mendapat berkat Yakub dan Potifar yang ikut mendapat berkat Yusuf. Tetapi pada saat yang sama perlu juga diingat bahwa kalau setan menyerang orang kristen itu, maka orang yang bersama dengan dia juga bisa ikut terkena serangan setan itu!

d) Keselamatan jasmani ada bedanya dengan keselamatan rohani.

Dalam persoalan keselamatan secara jasmani seseorang bisa nunut orang lain, tetapi dalam persoalan keselamatan rohani tidak! Tidak peduli saudara berasal dari keluarga kristen atau bahkan keluarga pendeta, kalau saudara sendiri tidak percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, saudara tidak akan selamat, tetapi sebaliknya akan masuk ke neraka.

2) Paulus menasehati mereka berdasarkan Firman Tuhan yang ia teri¬ma.

Paulus percaya penuh akan Firman Tuhan yang telah ia terima itu (Kisah Para Rasul 27: 22,25,34b).

Kisah Para Rasul 27: 22,25,34b: “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. ... (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. ... (34b) Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.

Tetapi itu tidak menyebabkan Paulus hanya berdi¬am diri, beriman, berdoa saja! Paulus menasehati mereka berda¬sarkan Firman Tuhan yang ia terima (Kisah Para Rasul 27: 21,22).

Kisah Para Rasul 27: 21-22: “(21) Dan karena mereka beberapa lamanya tidak makan, berdirilah Paulus di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Saudara-saudara, jika sekiranya nasihatku dituruti, supaya kita jangan berlayar dari Kreta, kita pasti terpelihara dari kesukaran dan kerugian ini! (22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini.”.

a) Kisah Para Rasul 27: 21b diucapkan bukan karena Paulus bawel, tetapi supaya nasehat selanjutnya (ay 22-26) diperhatikan.

b) Kisah Para Rasul 27: 22 versi Indonesia menunjukkan bahwa mereka harus tabah dalam kesukaran. Tetapi KJV memberikan terjemahan hurufiah: ‘to be of good cheer’ [= bergembira]. Bandingkan dengan Kisah Para Rasul 27: 20 yang mengatakan ‘putuslah segala harapan kami’.

Memang tetap tabah dan bergembira merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menghadapi kesukaran!

Amsal 18:14 - “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?”.

Amsal 24:10 - “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.”.

3) Sekalipun ada Firman Tuhan yang menjamin keselamatan mereka, tetapi Paulus tetap memberikan nasehat supaya Firman Tuhan itu terjadi.

a) Kisah Para Rasul 27: 26: Paulus menasehati mereka untuk mendamparkan kapal di salah 1 pulau. Perhatikan kata ‘namun’ dan ‘harus’ (Kisah Para Rasul 27: 26).

Kisah Para Rasul 27: 26: “Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’”.

b) Kisah Para Rasul 27: 31: Paulus menasehati perwira dan prajurit untuk tidak membi¬arkan anak-anak kapal melarikan diri.

Kisah Para Rasul 27: 31: “Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’”.

c) Kisah Para Rasul 27: 33-34: Paulus menasehati mereka untuk makan.

Kisah Para Rasul 27: 33-34: “(33) Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.

Perhatikan bahwa sekalipun ia yakin akan keselamatan mereka (Kisah Para Rasul 27: 34b), ia tetap berkata ‘Hal itu perlu untuk keselamatanmu’ (Kisah Para Rasul 27: 34a).

Catatan: Kisah Para Rasul 27: 35: “Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan.”.

Kisah Para Rasul 27: 35 itu adalah makan biasa (ini juga tradisi Yesus bdk. Matius 14:19), bukan Perjamuan Kudus. Ingat bahwa mereka adalah orang kafir sehingga tidak mungkin Paulus mengajak mereka menga¬dakan Perjamuan Kudus.

Kesimpulan / penutup.

Sekalipun ada janji Tuhan dan kita percaya janji itu, itu tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha supaya janji itu tergenapi! Dua hal ini bukannya bertentangan tetapi saling melengkapi!

PENUTUP:

1) Janji bahwa Allah akan mencukupi hidup kita (Matius 6:25-34) tidak berarti bahwa kita tidak perlu bekerja untuk mencari nafkah (bdk. 2Tes 3:10b) ataupun mengatur pengeluaran kita dengan bijaksana.

2) Janji bahwa orang kristen tidak akan kehilangan keselamatannya (Yohanes 10:27-29 Roma 5:9-10 1Korintus 1:8-9 2Korintus 1:21-22 Filipi 1:6 1Yohanes 2:18-19), tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk setia, untuk memelihara keselamatan dan menjauhi hal-hal yang membinasakan (bdk. Wah 2:10b).

-AMIN-
Next Post Previous Post