MATIUS 13:31-35, 44-58 (BIJI SESAWI)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
BACAAN: MATIUS 13:31-35, 44-58.
Matius 13:31-35.

1) Matius 13: 31-32: ‘sesawi’ bisa menjadi pohon. Yang dimaksud dengan ‘sesawi’ di sini bukanlah sesawi yang kita kenal. Ini betul-betul bisa menjadi pohon setinggi 10-15 kaki (3 - 4½ meter).
MATIUS 13:31-35, 44-58 (BIJI SESAWI)
gadget, bisnis, otomotif
2) Matius 13: 31-32: biji kecil bisa menjadi pohon yang besar dengan dahan-dahan sehingga burung-burung bisa bersarang padanya. Artinya: Berita Injil kelihatannya remeh dan sederhana, tetapi bisa menimbulkan akibat yang luar biasa yaitu menyelamatkan dan mengubah hidup seseorang.

Contoh: 2 Raja-raja 5:3 Yohanes 1:41.

Kalau kita ingin memberitakan Injil, setan selalu berusaha mengecilkan hati kita sehingga kita menganggap kata-kata kita akan sia-sia. Pada saat seperti itu kita harus ingat akan perumpamaan ini supaya kita tetap memberitakan Injil.

Jangan baru mau memberitakan Injil kalau sudah bisa berkhotbah dengan baik. Kata-kata yang sederhana seperti ‘dalam Yesus ada damai’ atau ‘dalam Yesus ada pengampunan / keselamatan’ bisa dipakai oleh Allah dengan hebat!

3) Matius 13: 31-32: biji sesawi.

Matius 13: 33: ragi.

Dua perumpamaan ini artinya sama, tetapi William Hendriksen mengatakan bahwa perumpamaan tentang biji sesawi menekankan outward growth (= pertumbuhan di luar / lahiariah), sedangkan perumpamaan tentang ragi menekankan inward growth (= pertumbuhan di dalam).

4) Kedua perumpamaan ini diberikan oleh Yesus kepada murid-muridNya supaya mereka tidak kecewa atau kecil hati melihat permulaan perkembangan Injil.

5) Matius 13: 34-35.

Matius 13: 35 dikutip dari Mazmur 78:2.

Dalam Kitab Suci Indonesia ay 35 berbeda dengan Mazmur 78:2, tetapi dalam NIV sama.

Matius 13:44-46

1) Kedua perumpamaan di sini artinya sama dan mempunyai hanya 1 arti / penekanan / tujuan, yaitu: kita harus memilih / mengutamakan Kerajaan Surga / keselamatan / Yesus dari pada dunia / segala sesuatu.

Bandingkan dengan:
Matius 19:21-22 dimana pemuda kaya memilih dunia / kekayaan.
Lukas 14:33.
Filipi 3:4-8.

Penerapan:

Renungkan dalam hidup saudara! Apakah Yesus / keselamatan / Kerajaan Surga lebih penting bagi saudara dibandingkan dengan uang / dunia / kesenangan dsb?

2) Karena kedua perumpamaan ini tujuannya hanya satu, maka detail-detail yang tak sesuai dengan tujuan perumpamaan harus diabaikan. Contoh:

Matius 13: 44,46: ‘membeli’. Ini tidak berarti kita harus membeli keselamatan. Allah memberikan keselamatan dengan cuma-cuma (Yesaya 55:1 Roma 3:23-24).

Matius 13: 44: orang itu menemukan harta tetapi diam-diam saja (tak memberitahukan orang lain). Ini tentu tak boleh diartikan bahwa orang Kristen tak perlu memberitakan Injil.

Hal-hal seperti ini tak sesuai dengan tujuan perumpamaan dan karena itu harus diabaikan.

Matius 13:47-50

1) Perumpamaan ini sama artinya / tujuannya dengan perumpamaan tentang lalang di antara gandum.

2) Jaring tidak bisa membedakan ikan yang baik dan ikan yang tidak baik. Tetapi nelayan bisa membedakannya. Pendeta / Majelis tidak bisa membedakan orang kristen KTP dengan orang kristen yang sejati, tetapi nanti kedua golongan ini akan dipisahkan. Tak ada gunanya saudara ikut terjaring, kalau saudara adalah orang kristen KTP. Toh nanti saudara akan dibuang. Bdk. 2Timotius 2:19 Yohanes 10:27.

Matius 13:51-52

1) Matius 13: 51: pengertian adalah sesuatu yang penting!

2) ‘Ahli Taurat’ di sini artinya berbeda dengan biasanya. Di sini artinya adalah orang yang sudah belajar / menerima Firman Tuhan / Injil dari Yesus, dan jelas di sini menunjuk kepada murid-murid Yesus sendiri.

3) ‘Tuan rumah yang mengeluarkan harta’ menunjuk kepada pemberitaan Firman Tuhan / Injil.

Jadi setelah murid-murid belajar Firman Tuhan / Injil, sekarang mereka harus menjadi pemberita Firman Tuhan / Injil. Semua orang kristen juga harus demikian. Setelah saudara belajar Firman Tuhan / Injil, saudara harus memberitakannya.

4) ‘harta baru dan lama’ menunjuk pada pemberitaan Firman Tuhan yang harus bervariasi. Misalnya:
doktrin dan hal-hal praktis.
exposisi dan topikal.
teguran dan penghiburan.
penginjilan dan pengajaran untuk pertumbuhan / penyucian.

Kalau bagi pengajar diharuskan untuk mengajar dengan bervariasi, maka bagi jemaat tentu juga harus mendengar ajaran yang bervariasi. Jangan hamnya mau mendengar Firman Tuhan kalau themanya menyenangkan saudara.

Matius 13:53-58

1) Bagian ini paralel dengan Markus 6:1-6. Tetapi dengan Lukas 4:16-30, ada yang menganggap paralel, ada yang menganggap tidak paralel.

2) Yesus berkhotbah di tempat asalnya (Matius 13: 54).

Ini merupakan tindakan yang berani, karena tempat asal adalah tempat yang paling sukar!

Penerapan:

Kita juga harus memberitakan Injil di rumah kita, kepada keluarga, pembantu rumah tangga dan sebagainya.

3) ‘Takjub’ (Matius 13: 54b). Bukan karena indahnya khotbah Yesus, tetapi mereka heran dari mana kuasa Yesus, yang adalah anak tukang kayu itu, mendapatkan hikmat dan kuasa. Jadi mereka sebetulnya tidak peduli pada Firman Tuhannya. Memang manusia sering takjub pada hal-hal yang salah dan ini menyebabkan mereka tak peduli pada Firman Tuhan! Misalnya: takjub pada kepandaian / karunia / kharisma dari pendeta / pengkhotbah, bisa menyebabkan kita tidak mempedulikan Firman Tuhan yang ia beritakan.

4) Matius 13: 55-56: pikiran ini (dimana mereka menyoroti Yesus dari sudut manusia) sudah ada dalam pikiran mereka sebelum Yesus mulai berbicara. Prasangka ini menjadi penghalang di dalam mereka mendengar Firman Tuhan!

Penerapan:
buang semua prasangka pada saat saudara mau mendengar Firman Tuhan.
jangan menilai pendeta secara lahiriah.

5) Matius 13: 57: Yesus ditolak dimana Ia sangat dikenal (secara daging).

Karena itu tak perlu heran kalau Yesus ditolak oleh orang yang kristen sejak kecil, karena mereka kenal Yesus secara daging.


6) Matius 13: 57: kata-kata Yesus ini tidak mutlak, tetapi pada umumnya memang demikian. Hubungan dekat (darah) dengan seorang hamba Tuhan bisa menyebabkan kita menolak Firman Tuhan yang ia sampaikan.

7) Matius 13: 58:

Iman bukan syarat mutlak terjadinya mujijat (bdk. Matius 8:23-27 dimana murid-murid tidak beriman tetapi mengalami mujijat. Juga Matius 11:20-24!). Tetapi mengapa di sini kelihatannya iman menjadi syarat terjadinya mujijat? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan:

a) Di sinipun mujijat terjadi, tetapi tidak banyak (Matius 13: 58 bdk. Markus 6:5).

b) Ada 2 macam ketidakpercayaan:

· ketidakpercayaan seperti dalam Markus 9:23-24 dimana orangnya ingin percaya, tetapi tetap masih ragu-ragu. Orang seperti ini bisa mengalami mujijat.

· ketidakpercayaan yang keras kepala (stubborn unbelief) seperti dalam Matius 12:24 Matius 13:54-57 dan sebagainya. Yang ini sukar sekali atau bahkan tidak bisa mengalami mujijat!

Kesimpulan: sekalipun iman bukan syarat mutlak terjadinya mujijat, tetapi tetap ada hubungannya dengan terjadinya mujijat.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post