LALANG DI ANTARA GANDUM (MATIUS 13:24-27,36-41)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Matius 13:24-27,36-39 -“(24) Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kataNya: ‘Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. (25) Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. (26) Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. (27) Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? ... (36) Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-muridNya datang dan berkata kepadaNya: ‘Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.’ (37) Ia menjawab, kataNya: ‘Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; (38) ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. (39) Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. .(40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. (41) Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya.
LALANG DI ANTARA GANDUM (MATIUS 13:24-27,36-41)
gadget, bisnis, otomotif
Pendahuluan.

1) Seperti dalam Matius 13:1-23, lagi-lagi Yesus memberikan pengajaran dalam bentuk perumpamaan (ay 24-30), dan hanya menjelaskan artinya kepada murid-muridNya (ay 37-43), setelah mereka menanyakan arti perumpamaan itu (ay 36-37a).

Matius 13: 24: “Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kataNya: ‘Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.”.

Matius 13: 36-37a: “(36) Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-muridNya datang dan berkata kepadaNya: ‘Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.’ (37a) Ia menjawab, kataNya: ...”.

C. H. Spurgeon: “Possibly, they had made out the mustard seed and the leaven, but the tares remained a puzzle to them. We are not sorry for this, since, through their ignorance, we obtain our Lord’s own interpretation. We should certainly have missed our way without it.” [= Mungkin, mereka telah mengerti tentang perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi (Mat 13:31-35), tetapi perumpamaan tentang lalang tetap menjadi sesuatu yang membingungkan bagi mereka. Kita tidak menyesalkan hal ini, karena melalui ketidak-tahuan mereka, kita mendapat penafsiran Tuhan kita. Kita pasti akan telah tersesat tanpa itu.].

Catatan:

a) Bdk. Mat 13:31-35 - “(31) Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kataNya: ‘Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. (32) Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.’ (33) Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: ‘Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.’ (34) Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikanNya kepada mereka, (35) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: ‘Aku mau membuka mulutKu mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.’”.

b) Jadi, orang bodoh ada gunanya, kalau ia mau bertanya dan mau diajar. Tetapi ada banyak orang bodoh yang sok pintar, ini yang tidak ada gunanya.

Matthew Henry: “Observe, 1. The disciples’ request to their Master to have this parable expounded to them (v. 36); ... the disciples laid hold on the opportunity, and ‘they came to him.’ Note, Those who would be wise for every thing else, must be wise to discern and improve their opportunities, especially of converse with Christ, of converse with him alone, in secret meditation and prayer. It is very good, when we return from the solemn assembly, to talk over what we have heard there, and by familiar discourse to help one another to understand and remember it, and to be affected with it; for we lose the benefit of many a sermon by vain and unprofitable discourse after it. See Luke 24:32; Deut 6:6,7. It is especially good, if it may be, to ask of the ministers of the word the meaning of the word, for ‘their lips should keep knowledge,’ Mal 2:7. Private conference would contribute much to our profiting by public preaching.” [= Perhatikan, 1. Permintaan murid-murid kepada Tuan / Guru mereka supaya perumpamaan ini dijelaskan kepada mereka (ay 36); ... murid-murid menggunakan kesempatan, dan ‘mereka datang kepadaNya’. Perhatikan, Mereka yang mau menjadi bijaksana untuk segala sesuatu yang lain, harus bijaksana untuk melihat dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan mereka, khususnya tentang berbicara dengan Kristus, tentang berbicara dengan Dia sendirian, dalam meditasi dan doa pribadi. Merupakan sesuatu yang sangat baik, pada waktu kita kembali dari kebaktian kudus, untuk membicarakan tentang apa yang telah kita dengar di sana, dan dengan percakapan yang akrab saling menolong untuk mengerti dan mengingatnya, dan untuk dipengaruhi dengannya; karena kita kehilangan manfaat / keuntungan dari banyak khotbah oleh percakapan yang sia-sia dan tak berguna setelahnya. Lihat Luk 24:32; Ul 6:6,7. Merupakan sesuatu yang baik secara khusus, jika bisa, untuk bertanya kepada pelayan-pelayan firman arti dari firman, karena ‘bibir mereka harus memelihara pengetahuan’, Mal 2:7. Pembicaraan pribadi akan memberi banyak kontribusi pada manfaat yang kita peroleh dari pemberitaan / khotbah umum.].

Luk 24:32 - “Kata mereka seorang kepada yang lain: ‘Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?’”.

Ul 6:6-7 - “(6) Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, (7) haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”.

Mal 2:7 - “Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam.”.

2) Hubungan perumpamaan ini dengan perumpamaan tentang seorang penabur.

Pulpit Commentary: “The parable of the tares. Matthew only. The parable of the sower dealt with the first reception of the gospel; this deals with the after-development.” [= Perumpamaan tentang lalang. Hanya dalam Matius. Perumpamaan tentang seorang penabur berkenaan dengan penerimaan pertama dari injil; yang ini berkenaan dengan perkembangan setelahnya.].

Pulpit Commentary: “The parable of the soils showed the various results of sowing the same good seed according to the various conditions of soil on which the seed fell; now this parable of the tares disregards differences of soil, but treats of different kinds of seed sown by different hands. Thus it introduces us to something worse than the failure of good work, to the existence of evil influences in the world.” [= Perumpamaan tentang tanah menunjukkan bermacam-macam hasil dari penaburan benih baik yang sama terhadap bermacam-macam kondisi dari tanah dimana benih itu jatuh; sekarang perumpamaan tentang lalang ini mengabaikan perbedaan-perbedaan tanah, tetapi mempersoalkan jenis-jenis benih yang berbeda yang ditaburkan oleh tangan-tangan yang berbeda. Jadi perumpamaan ini memperkenalkan kepada kita sesuatu yang lebih buruk dari pada kegagalan dari pekerjaan yang baik, kepada keberadaan dari pengaruh-pengaruh yang jahat di dunia.].

3) Beberapa hal lain tentang perumpamaan ini.

Pulpit Commentary: “The aim of this parable is to prevent over-sanguine expectations as to the purity of the society of believers, and to hinder rash attempts to purify it by merely external processes.” [= Tujuan dari perumpamaan ini adalah untuk mencegah pengharapan-pengharapan yang kelewat optimist berkenaan dengan kemurnian dari masyarakat dari orang-orang percaya, dan untuk mencegah usaha-usaha yang ceroboh / sembrono untuk memurnikannya dengan semata-mata proses lahiriah.].

Pulpit Commentary: “The divisions of the parable are - (1) The fact of tares being present as well as good seed, and its cause (vers. 24–28a). (2) Although there is the natural desire to gather out the tares at once, yet, on account of the impossibility of doing so without destroying some of the good seed, this must not be attempted. At the proper time full separation shall be made by the proper agents (vers. 28b–30).” [= Pembagian-pembagian dari perumpamaan itu adalah - (1) Fakta bahwa lalang itu ada bersama-sama dengan benih yang baik, dan penyebabnya (ay 24-28a). (2) Sekalipun di sana ada keinginan yang alamiah / wajar untuk segera mengumpulkan lalang itu, tetapi karena kemustahilan untuk melakukan itu tanpa menghancurkan sebagian dari benih yang baik, hal ini tidak boleh dilakukan. Pada saat yang tepat pemisahan sepenuhnya akan dilakukan oleh agen-agen yang tepat (ay 28b-30).].

I) Penaburan benih gandum.

Ay 24: “Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kataNya: ‘Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.”.

1) Orang yang menaburkan.

Matius 13: 37: “Ia menjawab, kataNya: ‘Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia;”.

a) Memang, tujuan utama Yesus datang ke dunia ini adalah untuk mati menebus dosa kita.

Yoh 12:24-27 - “(24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (25) Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (26) Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayanKu akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. (27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.

1. ‘Apakah yang akan Kukatakan? Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini?’.

Ini menunjukkan pergumulan Yesus, mirip dengan yang terjadi di Taman Getsemani (Mat 26:39-42). Ia bergumul apakah harus meminta supaya Bapa menyelamatkan Dia dari kematian yang harus segera terjadi.

2. ‘Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.’.

Kata ‘tidak’ sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang benar adalah ‘Tetapi untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini’.

Jadi ay 27 ini menunjukkan bahwa sekalipun Kristus mengalami pergumulan, tetapi akhirnya Kristus berserah pada kehendak BapaNya.

Kata-kata ini menunjukkan bahwa Yesus datang untuk mati! Ini tujuan utama kedatangan Yesus pada Natal!

Bdk. Mat 20:28 - “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

b) Tetapi tujuan lain adalah untuk memberitakan Injil!!

Karena itu dalam perumpamaan ini Anak Manusia (Yesus) digambarkan sebagai orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.

Bdk. Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.

Kalau Yesus itu jelas sekali banyak memberitakan Injil, mengapa sangat jarang orang Kristen yang mau memberitakan Injil? Saya membuat seri khotbah tentang penginjilan pribadi (Argumentasi dan Theologia dalam Memberitakan Injil), dan itu termasuk salah satu yang paling sedikit penontonnya!!! Semua orang Kristen harus memberitakan Injil (Mat 28:19 Kis 1:8), tetapi mayoritas yang sangat besar dari orang-orang Kristen mengabaikan perintah Yesus ini!

C. H. Spurgeon: “He came to this world on purpose to sow the kingdom of heaven in it. All the grace, and truth, and spiritual life among us is of his sowing.” [= Ia datang ke dunia ini dengan tujuan untuk menabur kerajaan surga dalam dunia ini. Semua kasih karunia, dan kebenaran, dan kehidupan rohani di antara kita adalah dari penaburanNya.].

Calvin: “when Christ says, not that the ministers of the word sow, but that he alone sows, this is not without meaning; for though this cannot be supposed to be restricted to his person, yet as he makes use of our exertions, and employs us as his instruments, for cultivating his field, so that He alone acts by us and in us, he justly claims for himself what is, in some respects, common to his ministers. Let us, therefore, remember, that the Gospel is preached, not only by Christ’s command, but by his authority and direction; in short, that we are only his hand, and that He alone is the Author of the work.” [= Pada waktu Kristus berkata, bukan bahwa pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dari firman menabur, tetapi bahwa Ia sendiri yang menabur, ini bukanlah tanpa arti; karena sekalipun ini tidak bisa dianggap sebagai dibatasi pada pribadiNya, tetapi karena Ia menggunakan usaha kita, dan menggunakan kita sebagai alat-alatNya, untuk mengerjakan ladangNya, sehingga Ia saja yang bertindak oleh kita dan di dalam kita, Ia secara benar mengclaim untuk diriNya apa yang dalam beberapa aspek, dilakukan secara sama oleh pendeta-pendeta / pelayan-pelayanNya. Karena itu, hendaklah kita ingat bahwa Injil dikhotbahkan / diberitakan, bukan hanya oleh perintah Kristus, tetapi oleh otoritas dan pengarahanNya; singkatnya, bahwa kita hanyalah tanganNya, dan Ia saja yang merupakan Pencipta dari pekerjaan itu.].

Bahwa Yesus memang juga menaburkan benih yang baik menggunakan manusia, terlihat dari ayat-ayat ini:

Matius 4:19 - “Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.’”.

Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

2) Orang itu menabur di ladangnya.

Matius 13: 38a: “ladang ialah dunia.”.

Ini merupakan ayat yang bisa digunakan untuk menghadapi serangan agama lain bahwa Injil / Yesus itu hanya untuk Israel. ‘Ladang’ ialah ‘dunia’!

Tetapi sebetulnya ini merupakan sesuatu yang sangat membingungkan, karena lalang dan gandum yang mirip itu ada di ladangnya, sehingga ladang kelihatannya lebih cocok untuk menunjuk kepada ‘gereja’.

Juga dalam ay 24 Yesus memulai perumpamaan ini dengan mengatakan ‘Hal Kerajaan Surga itu seumpama ...’. Dan Yesus juga berkata dalam Matius 13: 41: “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya.”.

Dan istilah ‘Kerajaan surga’ sering menunjuk pada gereja. Karena itu ada macam-macam penafsiran tentang hal ini.

Pulpit Commentary: “‘In his field;’ ‘the world’ (ver. 37). Not exactly the Church, i.e. the Church upon earth, but the world so far as it is the sphere of the Church’s missionary activity, even the physical world so far as it becomes the scene of Divine sowing of the gospel.” [= ‘Di ladangnya’; ‘dunia’ (ay 37). Sama sekali bukan Gereja, yaitu Gereja di bumi, tetapi dunia sejauh itu merupakan ruang lingkup dari aktivitas misionaris Gereja, bahkan dunia fisik sejauh itu menjadi tempat dari penaburan Ilahi dari injil.].

C. H. Spurgeon: “‘The field is the world,’ including the church; but the field is not the church exclusively: for ‘the good seed’, or ‘the children of the kingdom’, is much the same as the church; and the evil seed are persons who mingle with the people of God, and live together with them in necessary association in the great field of the world.” [= ‘Ladang ialah dunia’, termasuk / mencakup gereja; tetapi ladang bukan hanya gereja: karena ‘benih yang baik’, atau ‘anak-anak kerajaan’, adalah sama dengan gereja; dan benih yang jahat adalah orang-orang yang bercampur dengan umat Allah, dan hidup bersama-sama dengan mereka dalam pergaulan yang dibutuhkan dalam ladang yang besar dari dunia.].

Calvin: “It is an appropriate comparison, when the Lord calls the Church his field, for believers are the seed of it; and though Christ afterwards adds that the field is the world, yet he undoubtedly intended to apply this designation, in a peculiar manner, to the Church, about which he had commenced the discourse. But as he was about to drive his plough through every country of the world, so as to cultivate fields, and scatter the seed of life, throughout the whole world, he has employed a synecdoche, to make the world denote what more strictly belonged only to a part of it.” [= Merupakan suatu perbandingan yang tepat pada waktu Tuhan menyebut Gerejanya sebagai ladangNya, karena orang-orang percaya adalah benih darinya; dan sekalipun setelah itu Kristus menambahkan bahwa ladang adalah dunia, tetapi tak diragukan bahwa Ia bermaksud untuk menerapkan sebutan ini, dengan suatu cara yang khusus, kepada Gereja, tentang mana Ia telah memulai pembicaraan / pengajaran. Tetapi karena Ia akan membajak melalui setiap negara di dunia, sehingga mengolah ladang-ladang, dan menyebarkan benih kehidupan, di seluruh dunia, ia telah menggunakan suatu synecdoche, untuk membuat dunia menunjuk apa yang secara ketat cocok hanya pada suatu bagian darinya.].

3) Yang ditaburkan: benih yang baik.

Matius 13: 38b: “Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan”.

Pulpit Commentary: “‘Good seed;’ ‘the sons of the kingdom’ (ver. 38); i.e. the seed represents, not good or bad doctrine as such, but persons.” [= ‘Benih yang baik’; ‘anak-anak kerajaan’ (ay 38); artinya benih mewakili bukan doktrin / ajaran yang baik atau buruk, tetapi orang-orang.].

Jadi, berbeda dengan perumpamaan tentang seorang penabur, dimana benih itu diartikan sebagai ‘firman Allah’ (Lukas 8:11b), maka dalam perumpamaan ini benih menunjuk kepada orang-orang.

Arti ini lagi-lagi sangat sangat memusingkan, karena bagaimana menabur orang-orang dalam dunia kalau bukan melalui penyebaran firman / injil? Ini menyebabkan akhirnya dalam penafsirannya banyak penafsir yang tetap mengarahkan hal ini pada pemberitaan Injil.

Calvin: “We must now inquire what he means by the wheat, and what by the tares. These terms cannot be explained as referring to doctrine, as if the meaning had been that, when the Gospel is sown, it is immediately corrupted and adulterated by wicked inventions; for Christ would never have forbidden them to labor strenuously to purge out that kind of corruption. With respect to morals, those faults of men which cannot be corrected must be endured; but we are not at liberty to extend such a toleration to wicked errors, which corrupt the purity of faith. Besides, Christ removes all doubt, by saying expressly, that the tares are the children of the wicked one. And yet it must also be remarked, that this cannot be understood simply of the persons of men, as if by creation God sowed good men and the devil sowed bad men. I advert to this, because the present passage has been abused by the Manicheans, for the purpose of lending support to their notion of two principles. But we know that whatever sin exists, either in the devil or in men, is nothing else than the corruption of the whole nature. As it is not by creation that God makes his elect, who have been tainted with original sin, to become a good seed, but by regenerating them through the grace of his Spirit; so wicked men are not created by the devil, but, having been created by God, are corrupted by the devil, and thrown into the Lord’s field, in order to corrupt the pure seed.” [= Sekarang kita harus menanyakan apa yang Ia maksudkan dengan gandum, dan apa yang Ia maksudkan dengan lalang. Istilah-istilah ini tidak bisa dijelaskan sebagai menunjuk pada doktrin / ajaran, seakan-akan artinya adalah bahwa, pada waktu Injil ditaburkan, itu segera dirusak dan dicampur / dipalsukan oleh penemuan-penemuan yang jahat; karena Kristus tidak akan pernah telah melarang mereka untuk berjerih payah dengan sekuat tenaga untuk memurnikan jenis kerusakan itu. Berkenaan dengan moral, kesalahan-kesalahan dari orang-orang yang tidak bisa diperbaiki harus ditahan; tetapi kita tidak mempunyai kebebasan untuk memperluas toleransi seperti itu pada kesalahan-kesalahan / kesesatan-kesesatan yang jahat, yang merusak kemurnian dari iman. Disamping, Kristus menyingkirkan semua keraguan, dengan mengatakan secara explisit, bahwa lalang adalah anak-anak dari si jahat. Tetapi juga harus diperhatikan bahwa ini tidak bisa dimengerti hanya tentang pribadi-pribadi manusia, seakan-akan oleh penciptaan Allah menabur orang-orang baik dan setan menabur orang-orang jahat. Saya mengomentari / merujuk pada hal ini, karena text ini telah disalah-gunakan oleh orang-orang Manichean, untuk tujuan memberikan dukungan pada pandangan / kepercayaan mereka tentang dua prinsip / sumber utama. Tetapi kita tahu bahwa dosa apapun yang ada, atau dalam diri setan atau manusia, bukan lain dari kerusakan dari seluruh hakekat. Seperti bukanlah oleh penciptaan bahwa Allah membuat orang-orang pilihanNya, yang telah dipengaruhi / dirusak dengan dosa asal, untuk menjadi benih yang baik, tetapi dengan melahir-barukan mereka melalui kasih karunia dari Roh; demikian juga orang-orang jahat tidak dibuat oleh setan, tetapi, setelah diciptakan oleh Allah, dirusak oleh setan, dan dibuang ke dalam ladang Tuhan, untuk merusak benih yang murni.].

Catatan: Manicheanisme mengajarkan dualisme, yang mengajarkan adanya dua kekuatan kekal, baik dan jahat, yang ada dari kekekalan, dan sama-sama tak bisa saling mengalahkan.

William Hendriksen: “‘the good seed, these are the sons of the kingdom,’ meaning that the sons of the kingdom, those who gladly own Jesus as their Lord and King, are those in whom the good seed of the gospel bears fruit (see on verses 19 and 23).” [= ‘benih yang baik, ini adalah anak-anak kerajaan’, berarti bahwa anak-anak kerajaan, mereka yang dengan senang hati mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Raja mereka, adalah mereka dalam siapa benih yang baik dari injil menghasilkan buah (lihat tentang ay 19 dan 23).].

Catatan: William Hendriksen bahkan kembali pada perumpamaan tentang seorang penabur, dimana benih adalah firman.

II) Penaburan benih lalang.

Matius 13: 25: “Tetapi pada waktu (semua) orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.”.

1) Pada waktu orang-orang tidur.

a) Ada penafsir-penafsir yang tidak menganggap ‘tidur’ ini sebagai suatu kelalaian.

Pulpit Commentary: “‘But while men slept.’ Not in the explanation. If more than merely a part of the necessary framework of the story, it points to the secrecy with which the devil works.” [= ‘Tetapi pada waktu semua orang tidur’. Tak ada dalam penjelasannya. Jika itu lebih dari semata-mata suatu bagian yang perlu dalam kerangka cerita, itu menunjuk pada kerahasiaan dengan mana setan bekerja.].

D. A. Carson: “‘Sleeping’ (v. 25) does not imply that the servants were neglectful but that the enemy was stealthy and malicious.” [= ‘Tidur’ (ay 25) tidak menunjukkan bahwa pelayan-pelayan itu lalai tetapi bahwa sang musuh bersifat rahasia dan jahat.].

Jamieson, Fausset & Brown: “Since this sowing could only be ‘while men slept,’ no blame seems intended, and certainly none is charged upon ‘the servants:’ it is probably just the dress of the parable.” [= Karena penaburan ini hanya bisa ada ‘pada waktu orang-orang tidur’, kelihatannya tak dimaksudkan untuk menyalahkan, dan pastilah tak ada tuduhan terhadap ‘pelayan-pelayan’; itu mungkin hanyalah pakaian / hiasan dari perumpamaan.].

b) Ada penafsir-penafsir yang menganggap ‘tidur’ ini sebagai suatu kelalaian.

C. H. Spurgeon: “The servants are all too apt to sleep. There is a season when nature requires them to do so, and there are other times when sinful sloth persuades them to the same indulgence. Good, easy men, they cannot believe that anyone would do harm to their master’s field; besides, watching and driving away trespassers is unpleasant work. ‘Heresy-hunting’ is the nickname for watchfulness. ‘Rigid Puritanism’ is the contemptuous title for careful discipline. ‘Bigotry’ is the title by which faithfulness is described.” [= Semua pelayan-pelayan terlalu condong untuk tidur. Di sana ada suatu waktu yang cocok pada saat alam menuntut mereka tidur, dan di sana ada waktu-waktu yang lain pada waktu kemalasan yang berdosa membujuk mereka pada pemuasan nafsu yang sama. Orang-orang yang baik dan santai, mereka tidak bisa percaya bahwa siapapun akan melakukan hal yang buruk pada ladang tuan mereka; disamping, berjaga-jaga dan mengusir pelanggar-pelanggar merupakan pekerjaan yang tidak menyenangkan. ‘Pemburu bidat’ adalah julukan untuk sikap berjaga-jaga. ‘Puritanisme yang kaku’ adalah gelar yang menjijikkan untuk disiplin yang teliti / hati-hati. ‘Kefanatikan’ adalah gelar dengan mana kesetiaan digambarkan.].

Adam Clarke: “‘But while men slept.’ When the professors were lukewarm, and the pastors indolent, his enemy came and sowed tares, ‎zizania‎, degenerate, or bastard wheat. The righteous and the wicked are often mingled in the visible church. Every Christian society, how pure soever its principles may be, has its bastard wheat - those who bear a resemblance to the good, but whose hearts are not right with God. He who sows this bastard wheat among God’s people is here styled God’s enemy; and he may be considered also as sower of them who permits them to be sown and to spring up through his negligence. Woe to thee indolent pastors, who permit the souls under their care to be corrupted by error and sin!” [= ‘Tetapi pada waktu orang-orang tidur’. Pada waktu profesor-profesor / pengaku-pengaku suam-suam kuku, dan pendeta-pendeta / gembala-gembala malas, musuhnya datang dan menabur lalang, ZIZANIA, gandum yang rusak, atau yang menyerupai gandum. Orang-orang besar dan orang-orang jahat sering bercampur dalam gereja yang kelihatan. Setiap masyarakat Kristen, bagaimanapun murninya prinsip-prinsipnya, mempunyai gandum rusaknya - orang-orang yang mempunyai kemiripan dengan orang-orang yang baik, tetapi yang hatinya tidak benar dengan Allah. Ia yang menabur gandum rusak di antara umat Allah di sini disebut musuh Allah; dan ia bisa dianggap juga sebagai penabur dari mereka yang mengizinkan mereka untuk ditaburkan dan bertumbuh melalui kelalaiannya. Celakalah pendeta-pendeta / gembala-gembala yang malas, yang mengizinkan jiwa-jiwa di bawah pemeliharaan mereka untuk dirusak oleh kesalahan / kesesatan dan dosa!].

2) Datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum.

Matius 13: 25b: “datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu,”.

Matius 13: 39a: “Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis.”.

a) Datanglah musuhnya (Iblis).

Kata-kata Calvin di atas, bahwa dalam menabur benih gandum Yesus menggunakan pelayan-pelayanNya sebagai alat-alatNya, juga berlaku untuk penaburan benih lalang oleh setan. Dia punya banyak pekerja-pekerja yang bekerja di bawah pengarahannya.

2 Korintus 11:4,13-15 - “(4) Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. ... (13) Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. (14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.”.

Dan satu hal yang memusingkan adalah: bukan hanya pekerja-pekerja setan itu jauh lebih banyak dari pekerja-pekerja Tuhan, tetapi juga pada umumnya pekerja-pekerja setan jauh lebih rajin dari pekerja-pekerja Tuhan.

Biarlah hal ini direnungkan oleh orang-orang Kristen yang tidak pernah melayani Tuhan!

b) Menaburkan benih lalang di antara gandum.

Yang dalam Alkitab kita disebut ‘lalang’ itu bukanlah apa yang biasa kita kenal sebagai ‘lalang’. Ini adalah suatu tanaman yang tidak kita kenal, yang memang sangat mirip dengan gandum, dan baru terlihat bedanya kalau sudah mengeluarkan bulir-bulirnya.

Ini sama dengan yang diterjemahkan ‘sesawi’ dalam Matius 13:31 jelas juga bukan ‘sesawi’ yang biasa kita makan, karena dikatakan bahwa ‘sesawi’ itu ‘menjadi pohon dan burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya’ (ay 32).

D. A. Carson: “What he sowed was zizania (‘weeds’) - almost certainly bearded darnel (lolium temulentum), which is botanically close to wheat and difficult to distinguish from it when the plants are young. The roots of the two plants entangle themselves around each other; but when the heads of grain appear on the wheat, there is no doubt which plant is which (v. 26). This weed the enemy sowed ‘among the wheat’; the Greek suggests thorough distribution.” [= Apa yang ia taburkan adalah ZIZANIA (‘rumput liar’) - hampir pasti ‘bearded darnel’ (LOLIUM TEMULENTUM), yang dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dekat dengan gandum dan sukar dibedakan darinya pada waktu tanaman itu masih muda. Akar-akar dari kedua tanaman saling membelit satu dengan yang lain; tetapi pada waktu bulir-bulir muncul pada gandum, di sana tidak ada keraguan tentang perbedaan kedua tanaman itu (ay 26). Rumput liar ini yang ditaburkan sang musuh ‘di antara gandum’; kata Yunaninya menunjukkan pendistribusian yang menyeluruh.].

Matius 13: 26-27: “(26) Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. (27) Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?”.

Jewish New Testament Commentary: “‘Weeds,’ Greek zizanion, transliterating Hebrew zonin, a poisonous rye-grass which looks like wheat until the heads appear. Judaism understands zonin to be not a different plant from wheat but a degenerate form of it.” [= ‘Lalang / rumput liar’, Yunani ZIZANION, mentransliterasikan kata Ibrani ZONIN, sejenis rumput beracun yang kelihatan seperti gandum sampai bulir-bulir muncul. Yudaisme menganggap ZONIN bukan sebagai suatu tanaman yang berbeda dari gandum tetapi suatu bentuk yang rusak darinya.].

The Bible Exposition Commentary: “Satan cannot uproot the plants (true Christians), so he plants counterfeit Christians in their midst ... wherever Christ sows a true Christian, Satan comes and sows a counterfeit.” [= Iblis tidak bisa mencabut tanaman-tanaman (orang-orang Kristen yang sejati), maka ia menanam orang-orang Kristen palsu / tiruan di tengah-tengah mereka ... dimanapun Kristus menabur seorang Kristen yang sejati, Iblis datang dan menabur seorang Kristen palsu / tiruan.].

C. H. Spurgeon: “The devil is the sower of evil men. There were none such till he came into Paradise; but now they are everywhere, not only in the field of the world, but in the garden of the church.” [= Setan adalah penabur dari orang-orang yang jahat. Di sana tidak ada orang jahat sampai ia datang ke Firdaus; tetapi sekarang mereka ada dimana-mana, bukan hanya dalam ladang dari dunia, tetapi di kebun dari gereja.].

Catatan: saya kira yang ia maksudkan dengan Firdaus adalah Eden.

Lenski (tentang ay 38): “Not until after Christ had sown did the devil do this sowing. And that explains why the two kinds of sons are always found side by side.” [= Tidak sampai setelah Kristus telah menabur setan melakukan penaburan ini. Dan itu menjelaskan mengapa kedua jenis anak selalu ditemukan berdampingan.].

Bdk. 1Yoh 3:10 - “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.”.

Calvin: “we may not be surprised to find tares frequently growing in the Lord’s field, since Satan is always on the watch to do mischief.” [= kita tidak perlu / boleh heran / kaget kalau menemukan lalang sering tumbuh di ladang Tuhan, karena Iblis selalu berjaga-jaga untuk melakukan kerusakan.].

BACA JUGA: MATIUS 13:24-30,36-43 (LALANG DAN GANDUM TUMBUH BERSAMA-SAMA)

C. H. Spurgeon: “‘His enemy came’: we know who the enemy is. His time for work is in the night. He sleeps not when watchmen are steeped in slumber; but then is he specially active. Quietly, cunningly, without observation, that malicious one sowed the darnel, the bastard wheat; a something so like wheat that no one could tell the difference till they began to ripen. He brought in those who loved ‘modern thought’, and worldly amusements, who were by their talk Christian, and by their boasts profoundly spiritual; and having introduced them cunningly, he departed. He might have been suspected had he lingered upon the scene of his craft; and so he ‘went his way’ to do the like elsewhere. His dear children all declared that he did not exist, but was a mere myth; and as he had gone away, many concluded that they were right. Satan is not omnipresent, but this he cunningly turns into an advantage, for he can often do more by his absence than by his presence. A known devil is only half a devil.” [= ‘Datanglah musuhnya’: kita tahu siapa sang musuh ini. Waktunya untuk bekerja adalah pada malam hari. Ia tidak tidur pada waktu penjaga-penjaga tidur nyenyak; tetapi pada waktu itu ia aktif secara khusus. Dengan tenang, dengan licik, tanpa ada yang memperhatikan, si jahat itu menaburkan lalang, yang menyerupai gandum; sesuatu yang begitu mirip dengan gandum sehingga tak seorangpun bisa memberitahu perbedaannya sampai mereka mulai matang. Ia membawa masuk orang-orang yang mencintai ‘pemikiran modern’, dan hiburan-hiburan duniawi, yang adalah orang-orang Kristen dari kata-kata mereka, dan orang-orang yang sangat rohani dari pembanggaan mereka; dan setelah memperkenalkan mereka dengan licik, ia pergi. Ia mungkin akan telah dicurigai seandainya ia berlama-lama di tempat dari tipu muslihatnya; dan demikianlah ‘ia pergi’ untuk melakukan hal yang sama di tempat lain. Semua anak-anaknya yang kekasih menyatakan bahwa ia tidak ada, tetapi hanya semata-mata suatu dongeng; dan karena ia telah pergi, banyak orang menyimpulkan bahwa mereka benar. Iblis tidak maha ada, tetapi ini secara licik ia balikkan untuk suatu keuntungan, karena ia sering bisa melakukan lebih oleh ke-absen-annya dari pada oleh kehadirannya. Seorang setan yang diketahui / dikenal adalah hanya setengah setan.].

3) Lalu pergi.

Barnes’ Notes: “‘And went his way.’ There is something very expressive in this. He knew the soil; he knew how the seed would take root and grow. He had only to sow the seed and let it alone. So Satan knows the soil in which he sows his doctrine. He knows that in the human heart it will take deep and rapid root. It needs but little culture. Grace needs constant attendance and care. Error, and sin, and hypocrisy are the native products of the human heart, and, when left alone, start up with deadly luxuriancy.” [= ‘Dan ia pergi’. Di sana ada sesuatu yang sangat berarti dalam hal ini. Ia tahu tanah itu; ia tahu bagaimana benih akan berakar dan bertumbuh. Ia hanya perlu untuk menabur dan membiarkannya. Demikianlah Iblis tahu tanah dalam mana ia menaburkan ajarannya. Ia tahu bahwa dalam hati manusia itu akan berakar dalam dan cepat. Itu membutuhkan sedikit pengolahan / pemeliharaan. Kasih karunia membutuhkan pemeliharaan dan perhatian terus menerus. Kesalahan / kesesatan, dan dosa, dan kemunafikan adalah hasil-hasil alamiah dari hati manusia, dan pada waktu dibiarkan sendiri, mulai dengan pertumbuhan kuat yang mematikan.]. LALANG DI ANTARA GANDUM (MATIUS 13:24-27,36-41)

-bersambung-

Next Post Previous Post