2 SERI EKSPOSISI 1 PETRUS 4:1-5
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Eksposisi 1 Petrus 4:1-5 (1).
1 Petrus 4: 1: “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa -,”.
otomotif, gadget, bisnis |
1) “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani”.
KJV: ‘Forasmuch then as Christ hath suffered for us in the flesh, arm yourselves likewise with the same mind: for he that hath suffered in the flesh hath ceased from sin’ (= Melihat bahwa Kristus telah menderita untuk kita dalam daging, persenjatailah dirimu sendiri juga dengan pikiran yang sama: karena ia yang telah menderita dalam daging, telah berhenti dari dosa).
NIV: ‘Therefore, since Christ suffered in his body, arm yourselves also with the same attitude, because he who has suffered in his body is done with sin’ (= Karena itu, karena Kristus menderita dalam tubuhNya, persenjatailah dirimu sendiri dengan sikap yang sama, karena ia yang telah menderita dalam tubuhnya sudah selesai dengan dosa).
Catatan:
· Untuk bagian yang saya beri garis bawah ada manuscripts yang berbunyi ‘died’ (= telah mati) / ‘hath suffered death’ (= telah mengalami kematian).
· Untuk bagian yang saya cetak miring:
¨ ada manuscripts yang mengatakan ‘for us’ (= untuk kami / kita).
¨ ada yang mengatakan ‘for you’ (= untukmu).
¨ ada yang menghapus total kata-kata ini (seperti KS Indonesia, RSV, NASB, NIV).
Alan M. Stibbs (Tyndale): “there is quite strong evidence to support the retention of the words ‘for us.’” (= ada bukti yang cukup kuat untuk mendukung dipertahankannya kata-kata ‘for us’ / ‘untuk kita’) - hal 148.
Tetapi Bruce Metzger (hal 604) tidak setuju bahwa kata-kata ini merupakan bagian yang orisinil, dengan alasan:
* manuscripts yang terbaik tak mempunyainya.
* kalau kata-kata itu orisinil, tidak ada alasan mengapa banyak manuscripts membuang / mengubahnya.
Calvin mengatakan bahwa ada 2 hal dalam mana orang kristen harus serupa dengan Kristus, yaitu:
a) Dalam menderita, dicela, dan sebagainya (1 Petrus 4: 1).
Filipi 3:10 - “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya”.
Yohanes 15:20a - “Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu”.
Matius 10:25 - “Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya”.
b) Dalam hidup yang kudus / mematikan daging / dosa (1 Petrus 4: 2).
Roma 6:4 - “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”.
Editor dari Calvin’s Commentary mengatakan (hal 121 footnote) bahwa mulai 3:14-4:6 pokok pembicaraan adalah ‘menderita secara tidak adil’, atau ‘menderita demi kebenaran’. Pada 3:19 Petrus menyimpang dari pokok pembicaraan tersebut, dan sekarang pada Petrus 4:1 ia kembali pada pokok pembicaraan tersebut, dimana ia memerintahkan / menasehatkan kita untuk mau / rela menderita seperti Kristus, dan memikulnya dengan sabar.
Pada waktu kita diperlakukan secara tidak baik, apa maksudnya kalau kita harus sabar?
1. Kalau kita langsung melampiaskan kemarahan / emosi kita misalnya dengan melengos, merengut, berbicara dengan sinis, membanting pintu / barang, membentak, memaki-maki, memukul dan sebagainya, itu jelas bukan sabar. Ini disebut sebagai sikap ‘aggressive’.
2. Kalau kita marah tetapi menahan diri dengan memendam saja semua kemarahan itu, ini merupakan cara yang salah untuk bersabar. Mengapa? Karena kalau kesalahan terhadap kita itu dilakukan terus menerus, maka lambat atau cepat, apa yang dipendam itu akan meledak, dan pada saat itu terjadi, maka manifestasinya akan lebih buruk dari pada kalau kemarahan itu langsung dilampiaskan. Sikap ini disebut ‘non-assertive’ (to assert = menyatakan; non assertive = tidak menyatakan).
3. Kalau kita langsung menyatakan ketidak-senangan kita, tetapi dengan cara baik-baik, maka itulah kesabaran / penguasaan diri yang benar. Sikap ini disebut ‘assertive’.
Di Indonesia jarang ada orang yang bisa melakukan sikap yang ketiga. Biasanya atau yang pertama atau yang kedua.
Dalam keluarga / persahabatan, kita harus mengijinkan dan bahkan mendorong orang untuk melakukan sikap ketiga ini. Dan ini jelas tidak akan terjadi, kalau kita tidak mau mendengar apa yang dikatakan orang itu kepada kita. Misalnya ia baru mau menjelaskan / menyatakan pandanganya, kita langsung menyela dengan kata-kata ‘tutup mulut!’, atau ‘sudah, aku tak mau dengar!’, atau ‘jangan membantah!’. Dengan melakukan hal seperti itu, maka lain kali orang itu akan makin segan untuk bersikap ‘assertive’.
2) “kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian”.
a) Persatuan dengan Kristus membuat kita harus membuang dosa.
Jay E. Adams mengatakan bahwa kata-kata ‘Jadi, karena’ pada awal ay 1, menunjukkan adanya hubungan yang dekat antara text ini dengan text sebelumnya. Pada text sebelumnya (3:21-22), Petrus berbicara tentang baptisan. Baptisan mempersatukan orang percaya dengan Kristus, sehingga orang percaya diidentikkan dengan Kristus. Karena itu, kalau Kristus telah mati dalam daging (artinya bukan ‘berhenti berbuat dosa’, tetapi ‘tidak berbuat dosa’), demikian juga dengan orang percaya.
Bdk. Petrus 4: 1: “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa”.
Jay E. Adams: “If we have been identified with Christ by baptism, and Christ has suffered (died) in the flesh, so have we. Arming ourselves with that thought can help us to part ways with sin and strike out on new paths of righteousness for His Name’s sake” [= Jika kita telah dijadikan identik dengan Kristus oleh baptisan, dan Kristus telah menderita (mati) dalam daging, demikian juga kita. Dengan mempersenjatai diri kita sendiri dengan pemikiran itu bisa menolong kita untuk berpisah dengan dosa dan menempuh jalan kebenaran yang baru demi NamaNya] - hal 122.
Jay E. Adams: “While we live in the flesh, we need no longer follow the flesh” (= Sementara kita hidup dalam daging, kita tidak perlu mengikuti daging) - hal 124.
2Timotius 2:19b - “‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.
b) Penderitaan Kristus bagi kita menyebabkan kita harus membuang dosa.
Alexander Nisbet mengatakan bahwa penekanan bagian ini adalah supaya orang-orang percaya membuang perbudakan dari dosa. Alasan yang diberikan di sini adalah: karena Kristus telah menderita bagi kita. Ini harus menjadi senjata bagi kita dalam menghadapi pencobaan. Jadi, Kristus mati bagi kita bukan hanya untuk menyelamatkan kita, tetapi juga supaya kita maju dalam pengudusan.
Bandingkan dengan:
Roma 6:6 - “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa”.
2Korintus 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
c) Bagian ini juga menunjukkan bahwa pada saat orang Kristen menderita, matanya harus diarahkan kepada penderitaan Kristus.
Pulpit Commentary: “To gain the blessed fruit of suffering, the eye of the suffering Christian must be fixed upon the suffering Lord” (= Untuk mendapatkan buah yang diberkati dari penderitaan, mata dari orang Kristen yang menderita harus diarahkan dengan tetap kepada Tuhan yang menderita) - hal 177.
Ibrani 12:2-4 - “(2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah”.
d) Dari kata-kata ini, khususnya dari kata ‘mempersenjatai’, ada 2 hal yang bisa didapatkan:
1. Ada pertempuran / peperangan yang harus dilakukan dalam membuang dosa.
Ini bukan merupakan hal yang mudah, alamiah, otomatis, dan sebagainya. Sebaliknya, kita harus bertempur / berjuang mati-matian untuk bisa membuang dosa.
2. Pikiran (yang Alkitabiah) bisa digunakan sebagai senjata dalam pertempuran / peperangan itu. Bdk. Efesus 6:17b - “... pedang Roh, yaitu firman Allah”.
3) “karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa”.
Kata ‘barangsiapa’ ini salah; TB2-LAI menterjemahkan ‘siapa’ dan sama salahnya.
Penterjemahan ‘barangsiapa’ / ‘siapa’ ini memastikan bagian ini menunjuk kepada manusia secara umum, dan tidak mungkin menunjuk kepada Kristus. Padahal sebetulnya belum tentu demikian.
KJV: ‘for he that hath suffered in the flesh hath ceased from sin’ (= karena ia yang telah menderita dalam daging telah berhenti dari dosa).
Calvin dan Alexander Nisbet menolak kalau bagian ini dikatakan menunjuk kepada Kristus, dan menganggap bahwa bagian ini menunjuk secara umum kepada semua orang percaya. Dan Calvin menyamakan bagian ini dengan Roma 6:7 - “Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa”.
Tetapi Editor dari Calvin’s Commentary menganggap bahwa bagian ini menunjuk kepada Kristus, dan kata-kata ‘berhenti berbuat dosa’ ia artikan ‘tidak berdosa’.
Tetapi boleh dikatakan semua penafsir mengikuti jejak Calvin dengan menganggap bahwa anak kalimat ini menunjuk kepada orang percaya, bukan kepada Kristus.
Jay E. Adams: “he says Christ’s death means that He is done with sins (never again must He bear them to a cross and die for them). So too, he continues, you who have died (in Christ) have come to a parting of the ways with sin ... That is the message of verse 1” [= ia berkata kematian Kristus berarti bahwa Ia telah selesai dengan dosa (Ia tidak pernah harus memikulnya lagi pada kayu salib dan mati untuk mereka). Demikian juga, ia melanjutkan, kamu yang telah mati (dalam Kristus) telah sampai pada suatu perpisahan dengan dosa. ... Itu adalah pesan / berita dari ayat 1] - hal 122.
Matthew Henry: “The word ‘flesh’ in the former part of the verse signifies Christ’s human nature, but in the latter part it signifies man’s corrupt nature” (= Kata ‘daging’ dalam bagian permulaan dari ayat itu menunjukkan hakekat manusia dari Kristus, tetapi pada bagian yang belakangan itu menunjukkan hakekat dari manusia yang rusak / jahat).
Pulpit Commentary: “Some, again, understand this clause of Christ: but this seems a mistake. The apostle spoke first of the Master; now he turns to the disciple” (= lagi-lagi, sebagian orang menganggap anak kalimat ini berbicara tentang Kristus; tetapi ini kelihatannya merupakan suatu kesalahan. Sang rasul berbicara pertama-tama tentang Tuan / Gurunya; sekarang ia berpindah / berbelok kepada murid) - hal 170.
Barnes’ Notes: “To ‘suffer in the flesh’ is to die. The expression here has a proverbial aspect, and seems to have meant something like this: ‘when a man is dead, he will sin no more;’ referring of course to the present life. So if a Christian becomes dead in a moral sense - dead to this world, dead by being crucified with Christ ... he may be expected to cease from sin. The reasoning is based on the idea that there is such a union between Christ and the believer that his death on the cross secured the death of the believer to the world. Compare 2 Tim. 2:11; Col. 2:20; 3:3.” (= ‘Menderita dalam daging’ artinya mati. Ungkapan di sini mempunyai aspek pepatah, dan kelihatannya berarti seperti ini: ‘pada waktu seseorang mati, ia tidak akan berbuat dosa lagi’; tentu saja menunjuk pada kehidupan sekarang ini. Jadi, jika seorang Kristen menjadi mati dalam arti moral - mati terhadap dunia ini, mati dengan disalibkan dengan Kristus ... ia bisa diharapkan untuk berhenti dari dosa. Pemikirannya didasarkan pada gagasan bahwa ada suatu persatuan sedemikian rupa antara Kristus dengan orang percaya sehingga kematianNya pada kayu salib memastikan kematian dari orang percaya bagi dunia. Bandingkan 2Timotius 2:11; Kolose 2:20; 3:3).
2Timotius 2:11 - “Benarlah perkataan ini: ‘Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia”.
Kolose 2:20 - “Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia”.
Kolose 3:3 - “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah”.
Bandingkan juga dengan Galatia 2:20 - “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku”.
Wycliffe Bible Commentary: “He who has shared Christ’s cross no longer is alive to the pull of sin through the ordinary human desires, but is alive only to the pull of God’s will (Gal 6:14)” [= Ia yang telah ikut mengalami salib Kristus tidak lagi hidup bagi tarikan dari dosa melalui keinginan-keinginan manusia biasa, tetapi ia hidup hanya bagi tarikan dari kehendak Allah (Galatia 6:14)].
Galatia 6:14 - “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia”.
1 Petrus 4: 2: “supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah”.
1) Pulpit Commentary mengatakan (hal 170) bahwa 1 Petrus 4: 2 ini berhubungan dengan ay 1a bukan dengan ay 1b. Jadi, ay 1b seakan-akan diletakkan dalam tanda kurung.
1 Petrus 4: 1-2: “(1) Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, [- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa -,] (2) supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”.
2) Kata-kata ‘waktu yang sisa’ secara implicit menunjukkan waktu yang hanya tinggal sedikit, dan juga menunjukkan bahwa pembuangan dosa itu merupakan sesuatu yang mendesak, dan tidak boleh ditunda-tunda.
3) Mortification dan Vivification.
a) Keinginan manusia dan kehendak Allah.
1. Kata-kata ‘keinginan manusia’ oleh KJV diterjemahkan ‘the lusts of men’ (= nafsu-nafsu manusia).
Matthew Henry: “The lusts of men are the springs of all their wickedness, James 1:13-14. Let occasional temptations be what they will, they could not prevail, were it not for men’s own corruptions” (= Nafsu-nafsu manusia merupakan sumber dari semua kejahatan mereka, Yakobus 1:13-14. Biarlah pencobaan-pencobaan sekali-sekali melakukan apa yang mereka mau, mereka tidak bisa menang, seandainya itu bukan karena kejahatan manusia sendiri).
Yakobus 1:13-14 - “(13) Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Pencobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. (14) Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”.
2. Kata ‘kehendak Allah’ di sini tidak boleh diartikan ‘Rencana Allah yang tersembunyi’, tetapi ‘kehendak Allah yang dinyatakan’ yaitu ‘Firman Tuhan’. Dan pengudusan memang merupakan kehendak Allah (1Tesalonika 4:3).
Matthew Henry: “All good Christians make the will of God, not their own lusts or desires, the rule of their lives and actions” (= Semua orang-orang kristen yang baik / saleh membuat kehendak Allah, dan bukannya nafsu atau keinginan mereka sendiri, sebagai peraturan dari kehidupan dan tindakan mereka).
Bdk. 2Korintus 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
b) Kontras antara keinginan / nafsu manusia dengan kehendak Allah.
Calvin: “We ought further to notice the contrast between God’s will and the covetings or lusts of men” (= Selanjutnya, kita harus memperhatikan kontras antara kehendak Allah dan keinginan-keinginan atau nafsu-nafsu manusia) - hal 122.
2 hal ini memang kontras, dan karena itu kita juga harus bersikap kontras terhadap kedua hal ini. Yang satu harus dimatikan, yang lain harus ditumbuhkan / dikuatkan
c) Mortification dan Vivification.
Kata-kata ‘jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia’ menunjukkan suatu tindakan menghancurkan / mematikan dosa (mortification), sedangkan kata-kata ‘tetapi menurut kehendak Allah’ menunjukkan suatu tindakan menghidupkan hal-hal yang baik dalam diri kita (vivification).
Calvin: “he includes here the two things in which renovation consists, the destruction of the flesh and the vivification of the spirit. The course of good living is thus to begin with the former, but we are to advance to the latter” (= ia memasukkan di sini 2 hal dalam mana pembaharuan terdiri, tindakan menghancurkan daging dan tindakan menghidupkan roh. Jalan dari kehidupan yang baik adalah mulai dengan yang pertama, tetapi kita harus maju kepada yang kedua) - hal 122.
Catatan: saya agak tak setuju dengan kata-kata yang saya garis-bawahi itu. Menurut saya kita harus melakukannya secara serentak / bersama-sama.
Mematikan dosa harus dilakukan bukan hanya dengan tidak menuruti tarikan dari dosa, tetapi bahkan dengan melakukan tindakan yang sebaliknya. Misalnya ada godaan untuk sombong, kita tak cukup hanya berusaha untuk tidak sombong, tetapi kita seharusnya bahkan melakukan hal-hal yang akan menyebabkan kita direndahkan.
Menghidupkan / menumbuhkan / menguatkan hal-hal yang baik, dilakukan dengan belajar Firman Tuhan, berdoa, melayani, berbakti, memberi persembahan, dan sebagainya.
Kehidupan rohani seseorang tidak mungkin bisa bertumbuh / berhasil hanya dengan melakukan salah satu hal ini. Kalau saudara hanya melakukan yang pertama, maka tanpa yang kedua saudara tak akan mempunyai kekuatan untuk membuang / mematikan dosa. Sebaliknya, kalau saudara hanya melakukan yang kedua, maka dosa-dosa yang tidak saudara matikan akan merusak hal kedua ini. Doa menjadi sukar, hati menjadi tidak bersemangat dalam pelayanan, belajar Firman Tuhanpun akan jadi malas atau tidak akan mendapat apa-apa dari Tuhan, dan sebagainya.
Karena itu, kedua hal ini harus dilakukan bersama-sama.
Eksposisi 1 Petrus 4:1-5(2)
1 Petrus 4: 3: “Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang”.
1) “Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
a) Perbedaan terjemahan.
KJV: ‘For the time past of our life may suffice us to have wrought the will of the Gentiles’ (= Untuk kehidupan kita di masa lalu sudah cukup bagi kita untuk mengerjakan kemauan dari orang-orang non Yahudi).
1. Kitab Suci Indonesia menuliskan ‘kamu’, tetapi KJV menuliskan ‘us’ (= kita).
Perbedaan Kitab Suci Indonesia dan KJV terjadi karena perbedaan manuscripts. Ada manuscripts yang menuliskan ‘us’ (= kita) dan ada yang menuliskan ‘you’ (= kamu), dan ada yang menghapus kata ini sama sekali.
2. Kitab Suci Indonesia menuliskan ‘orang-orang yang tidak mengenal Allah’, sedangkan RSV/KJV/NASB menuliskan ‘Gentiles’ (= orang-orang non Yahudi).
NIV: ‘pagans’ (= orang-orang kafir).
Lit: ‘nations’ (= bangsa-bangsa).
Secara hurufiah ini memang menunjuk kepada orang-orang non Yahudi.
Orang-orang Yahudi hidup seperti orang-orang non Yahudi padahal Allah telah memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain. Orang kristen juga sering seperti itu.
b) Ini merupakan alasan lain mengapa orang-orang kristen harus membuang dosa, yaitu karena dahulu mereka telah cukup lama hidup di dalamnya.
Barnes’ Notes: “They have spent sufficient time in this hopeless experiment. Life is short. Man has no time to waste. He may soon die - and at whatever period of life anyone may be who is living in sin, we may say to him that he has already wasted enough of life; he has thrown away enough of probation in a fruitless attempt to find happiness where it can never be found. For any purpose whatever for which anyone could ever suppose it to be desirable to live in sin, the past should suffice. But why should it ever be deemed desirable at all? The fruits of sin are always disappointment, tears, death, despair” (= Mereka telah menghabiskan cukup waktu dalam experimen yang tidak mempunyai pengharapan ini. Hidup itu pendek. Manusia tidak punya waktu untuk dibuang-buang / disia-siakan. Ia bisa mati dengan cepat - dan pada periode kehidupan yang manapun seseorang berada, yang sedang hidup dalam dosa, kita bisa berkata kepadanya bahwa ia telah cukup membuang-buang kehidupannya; ia telah cukup membuang masa percobaan dalam usaha yang tidak berbuah untuk mencari kebahagiaan dimana itu tidak pernah bisa ditemukan. Untuk tujuan apapun, untuk mana siapapun bisa menganggapnya sebagai sesuatu yang menarik untuk hidup dalam dosa, masa lalu seharusnya sudah cukup. Tetapi mengapa itu harus dianggap menarik? Buah dari dosa selalu adalah kekecewaan, air mata, kematian dan keputus-asaan).
Calvin: “the memory of our past life ought to stimulate us to repentance. ... it ought to be the sharpest goad to make us run on well, when we recollect that we have been wandering from the right way the greatest part of our life” (= ingatan tentang kehidupan yang lalu seharusnya merangsang / mendorong kita kepada pertobatan. ... itu seharusnya menjadi galah rangsang / tongkat penghalau yang paling tajam untuk membuat kita lari / berjalan terus dengan baik, pada waktu kita mengingat kembali bahwa kita telah mengembara dari jalan yang benar dalam sebagian besar dari kehidupan kita) - hal 123.
Tetapi yang sering terjadi adalah sebaliknya. Pada waktu orang kristen memandang ke belakang, mereka mengingat hal-hal berdosa yang menyenangkan yang dulu ada dalam kehidupan mereka dan mereka berharap bisa kembali kepada hal-hal itu.
Misalnya: piknik pada hari Minggu, berzinah, teman-teman yang kafir / brengsek, pacar yang tidak seiman, cara kerja yang bertentangan dengan Firman Tuhan, kesenangan-kesenangan yang bersifat dosa, dsb.
Ini seperti:
1. Orang-orang Israel yang ingin kembali ke Mesir.
Bilangan 11:4-6 - “(4) Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta berkata: ‘Siapakah yang akan memberi kita makan daging? (5) Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. (6) Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.’”.
Bilangan 11:18 - “Tetapi kepada bangsa itu haruslah kaukatakan: Kuduskanlah dirimu untuk besok, maka kamu akan makan daging; sebab kamu telah menangis di hadapan TUHAN dengan berkata: Siapakah yang akan memberi kami makan daging? Begitu baik keadaan kita di Mesir, bukan? - TUHAN akan memberi kamu daging untuk dimakan”.
Bilangan 21:5 - “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’”.
2. Istri Lot memandang pada apa yang telah ia tinggalkan (Kejadian 19:26).
Karena itu ada peringatan dalam Lukas 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.
2) “Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang”.
Macam-macam dosa yang dibicarakan adalah:
a) ‘rupa-rupa hawa nafsu’.
KJV: ‘lasciviousness’ (= hal-hal yang menimbulkan nafsu berahi / gairah, atau hal-hal yang kotor, kecerobohan).
RSV: ‘licentiousness’ (= ketidak-bermoralan).
NIV: ‘debauchery’ (= penyimpangan moral / pemuasan nafsu, khususnya secara sexuil).
NASB: ‘sensuality’ (= kesenangan untuk memuaskan diri secara daging / sexuil).
b) ‘keinginan’.
KJV/NASB: ‘lusts’ (= nafsu-nafsu).
RSV: ‘passions’ (= nafsu-nafsu).
NIV: ‘lust’ (= nafsu).
Alexander Nisbet: “strong and burning desires which are in unrenewed hearts after more and more wickedness, especially their sinful pleasures” (= keinginan-keinginan yang kuat dan membakar di dalam hati yang belum diperbaharui yang mengejar kejahatan yang makin lama makin banyak, khususnya kesenangan-kesenangan mereka yang berdosa)- hal 157.
c) ‘kemabukan’.
KJV: ‘excess of wine’ (= anggur yang berlebihan).
RSV/NIV/NASB: ‘drunkenness’ (= kemabukan).
Orang Kristen tidak dilarang untuk minum anggur / minuman keras. Yang dilarang adalah minum terlalu banyak sehingga mabuk. Tetapi ‘terlalu banyak’ merupakan sesuatu yang relatif, karena itu berbeda untuk:
· setiap orang. Ada yang bisa minum bir beberapa botol tanpa menjadi mabuk, ada juga yang menjadi mabuk biarpun minum hanya sedikit / ½ gelas.
· keadaan yang berbeda. Dalam keadaan perut kenyang, kita tak terlalu mudah mabuk. Tetapi dalam keadaan perut kosong, kita jauh lebih mudah untuk mabuk.
Jadi, orang Kristen harus sangat waspada terhadap minuman keras, karena kita seringkali tak menyadari bahwa kita sudah minum terlalu banyak.
Khususnya kalau saudara adalah seorang gadis, saya sangat tidak menganjurkan saudara untuk minum minuman keras bersama seorang laki-laki, apalagi pada waktu berduaan saja. Ini bisa menjadi bencana, pada saat saudara menjadi mabuk. Jangan sungkan untuk menolak ajakan untuk minum minuman keras! Kalau seseorang mendesak saudara untuk minum minuman keras, ia tidak menghormati saudara dan tak menghargai hak asazi saudara, dan adalah bodoh untuk merasa sungkan terhadap orang yang tak menghormati saudara!
Sekarang, dengan adanya narkotika, keadaan bisa menjadi semakin berbahaya. Seorang laki-laki dengan mudah bisa memasukkan obat tertentu ke dalam minuman / makanan seorang gadis, yang akan membuatnya pingsan atau lemas, dan lalu menyetubuhinya.
d) ‘pesta pora’.
KJV: ‘revellings’ (= kesuka-riaan).
RSV: ‘revels’ (= kesuka-riaan).
NIV: ‘orgies’ (= pesta pora yang gila-gilaan).
NASB: ‘carousals’ (= pesta minum yang meriah).
Matthew Henry: “It is a Christian’s duty not only to abstain from what is grossly wicked, but also from those things that are generally the occasions of sin, or carry the appearance of evil. Excess of wine and immoderate feasting are forbidden as well as lust and idolatry” (= Merupakan suatu kewajiban orang Kristen bukan hanya untuk menjauhkan diri dari apa yang jelas-jelas jahat, tetapi juga dari hal-hal yang pada umumnya menyebabkan terjadinya dosa, atau membawa rupa / penampilan dari kejahatan. Anggur yang berlebihan dan pesta yang tidak wajar / melewati batas, dilarang, sama seperti nafsu dan penyembahan berhala).
e) ‘perjamuan minum’.
KJV: ‘banquetings’ (= perjamuan / pesta makan).
RSV/NIV: ‘carousing’ (= pesta minum).
NASB: ‘drinking parties’ (= pesta minum).
Barnes’ Notes: “‘Banquetings’. The word used here POTOS occurs nowhere else in the New Testament. It means properly drinking; an act of drinking; then a drinking bout; drinking together. The thing forbidden by it is an assembling together for the purpose of drinking. There is nothing in this word referring to eating, or to banqueting, as the term is now commonly employed. The idea in the passage is, that it is improper for Christians to meet together for the purpose of drinking - as wine, toasts, etc. The prohibition would apply to all those assemblages where this is understood to be the main object. It would forbid, therefore, an attendance on all those celebrations in which drinking toasts is understood to be an essential part of the festivities, and all those where hilarity and joyfulness are sought to be produced by the intoxicating bowl. Such are not proper places for Christians” (= ‘Perjamuan / pesta makan’. Kata yang digunakan POTOS yang tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Itu secara benar berarti minum; suatu tindakan minum; lalu suatu pertandingan minum / saat minum; minum bersama. Hal yang dilarang olehnya adalah suatu pertemuan untuk tujuan minum. Tidak ada dalam kata ini yang menunjuk pada makan, atau pada perjamuan makan, seperti istilah ini sekarang digunakan. Gagasan dari text ini adalah bahwa merupakan sesuatu yang tidak cocok / benar bagi orang-orang Kristen untuk bertemu untuk tujuan minum, seperti anggur, toast, dsb. Larangan ini bisa diterapkan pada semua perkumpulan dimana hal ini dimengerti sebagai tujuan utama. Karena itu, ini melarang kehadiran di semua perayaan dalam mana minum dimengerti sebagai bagian penting dari perayaan, dan semua perayaan dimana kegembiraan dan kesukacitaan dicari / diusahakan untuk dihasilkan oleh mangkuk / cangkir minuman yang memabukkan. Perayaan seperti itu bukan merupakan tempat yang benar bagi orang-orang Kristen).
Catatan: sekarang ada pertemuan yang lebih membahayakan dan lebih salah lagi, yaitu bertemu untuk tujuan nyabu / menggunakan narkoba!
f) ‘penyembahan berhala yang terlarang’.
KJV/NASB: ‘abominable idolatries’ (= penyembahan berhala yang menjijikkan).
RSV: ‘lawless idolatry’ (= penyembahan berhala yang melawan hukum).
NIV: ‘detestable idolatry’ (= penyembahan berhala yang menjijikkan).
Barnes’ Notes: “‘And abominable idolatries’. Literally, unlawful idolatries; that is, unlawful to the Jews, or forbidden by their laws. Then the expression is used in the sense of wicked, impious, since what is unlawful is impious and wrong. That the vices here referred to were practiced by the pagan world is well known. ... That many who became Christians were guilty of them before their conversion is clear from this passage. The fact that they were thus converted shows the power of the gospel, and also that we should not despair in regard to those who are indulging in these vices now. They seem indeed almost to be hopeless, but we should remember that many who became Christians when the gospel was first preached, as well as since, were of this character. If they were reclaimed ... we should believe that those who are living in the same manner now may also be recovered” (= ‘Dan penyembahan berhala yang menjijikkan’. Secara hurufiah, ‘penyembahan berhala yang tidak sah’; yaitu, tidak sah bagi orang-orang Yahudi, atau dilarang oleh hukum-hukum mereka. Lalu ungkapan ini digunakan dalam arti ‘jahat’, ‘tidak saleh’ dan ‘salah’. Bahwa kejahatan yang dibicarakan di sini dipraktekkan oleh dunia kafir, merupakan sesuatu yang sudah terkenal. ... Bahwa banyak orang yang menjadi orang Kristen yang bersalah dalam hal ini sebelum pertobatan mereka, adalah jelas dari text ini. akta bahwa mereka kemudian bertobat menunjukkan kuasa dari injil, dan juga bahwa kita tidak boleh putus asa berkenaan dengan mereka yang memuaskan nafsu mereka dalam kejahatan ini sekarang. Mereka kelihatannya hampir tidak ada harapan, tetapi kita harus ingat bahwa banyak orang yang menjadi orang Kristen pada waktu Injil pertama-tama diberitakan, dan juga sejak saat itu, adalah dari karakter ini. Jika mereka bisa diperoleh kembali ... kita harus percaya bahwa mereka yang sekarang hidup dengan cara yang sama, juga bisa dimenangkan).
otomotif, gadget, bisnis |
Jay E. Adams: “all these words in Peter’s list are in the plural, denoting the frequent, repetitive nature of these offenses and the fact that they took various forms” (= semua kata-kata dalam daftar Petrus ini ada dalam bentuk jamak, menunjukkan sifat sering dan berulang-ulang dari pelanggaran-pelanggaran ini dan fakta bahwa mereka mempunyai bermacam-macam bentuk) - hal 125.
1 Petrus 4: 4: “Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu”.
1) “Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama”.
KJV: ‘excess of riot’ (= kehidupan yang tidak dikekang secara berlebihan).
RSV: ‘wild profligacy’ (= ketidak-bermoralan yang liar).
NIV: ‘flood of dissipation’ (= banjir dari pemuasan nafsu).
NASB: ‘excess of dissipation’ (= pemuasan nafsu yang berlebihan).
Matthew Henry: “the temper and behaviour of true Christians seem very strange to ungodly men. That they should despise that which every one else is fond of, that they should believe many things which to others seem incredible, that they should delight in what is irksome and tedious, be zealous where they have no visible interest to serve, and depend so much upon hope, is what the ungodly cannot comprehend” (= karakter dan kelakuan dari orang Kristen yang sungguh-sungguh kelihatan sangat aneh bagi orang-orang jahat. Bahwa mereka meremehkan apa yang disenangi semua orang, bahwa mereka percaya banyak hal yang bagi banyak orang kelihatan tak masuk akal, bahwa mereka senang apa yang menjengkelkan dan membosankan, bersemangat dimana mereka tidak mempunyai kepentingan yang terlihat untuk dilayani, dan bergantung begitu banyak pada pengharapan, adalah apa yang orang-orang jahat tak bisa mengerti).
Barnes’ Notes: “they sometimes regard the conduct of Christians as amiable weakness; sometimes as superstition; sometimes as sheer folly; sometimes as madness; and sometimes as sourness and misanthropy. In all respects they esteem it strange” (= mereka kadang-kadang menganggap kelakuan dari orang-orang kristen sebagai kelemahan yang ramah; kadang-kadang sebagai takhyul; kadang-kadang sebagai semata-mata kebodohan; kadang-kadang sebagai kegilaan; dan kadang-kadang sebagai kemasaman dan kebencian kepada manusia lain. Dalam segala hal, mereka menilai itu aneh).
2) “dan mereka memfitnah kamu”.
KJV: ‘speaking evil of you’ (= berbicara jelek / jahat tentang kamu).
RSV: ‘they abuse you’ (= mereka memperlakukan dengan kejem / keji).
NIV: ‘they heap abuse on you’ (= mereka menumpuk caci maki kepada kamu).
NASB: ‘they malign you’ (= mereka memfitnah kamu).
Calvin mengatakan bahwa karena orang-orang kristen hidup berbeda dengan dunia maka orang-orang non kristen memfitnah dengan mengatakan bahwa orang kristen sengaja memisahkan diri mereka dari dunia.
Matthew Henry: “the best actions of religious people cannot escape the censures and slanders of those who are irreligious” (= tindakan-tindakan terbaik dari orang-orang yang religius tidak bisa menghindari kritikan dan fitnahan dari mereka yang tidak religius).
Jamieson, Fausset & Brown: “However, there is no Greek ‘of you;’ simply ‘blaspheming.’ It seems always used, either directly or indirectly, of impious reviling against God, Christ, the Holy Spirit, or the Christian religion; not merely against men as such” (= Tetapi, dalam Yunaninya tidak ada kata ‘kamu’; hanya ‘menghujat’. Ini kelihatannya selalu digunakan, langsung atau tidak langsung, tentang caci maki yang jahat terhadap Allah, Yesus Kristus, Roh Kudus, atau agama Kristen; tidak semata-mata terhadap manusia / orang Kristen).
1 Petrus 4: 5: “Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati”.
1) Dengan kata-kata ini Petrus menghibur orang kristen yang mengalami fitnahan dalam ay 4 tadi. Hiburannya adalah: Kristus akan menghakimi orang-orang kafir yang memfitnah mereka itu.
2) Mereka harus mempertanggung-jawabkan fitnahan / kata-kata mereka.
Yudas 1:15 - “hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan.’”.
Matius 12:33-37 - “(33) Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. (34) Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (35) Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. (36) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. (Matius 12:37) Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.’”
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America