3 ARTI DARI ORANG YANG LEMAH LEMBUT (MATIUS 5:5)
Pdt. Benyamin F. Intan, Ph.D.
"Penekanan pada istilah “lemah-lembut” terletak pada sikap orang itu, bukan pada apa yang ia miliki. Tidak peduli apakah orang itu lemah atau kuat, yang disorot adalah sikapnya. Orang yang memilih untuk berserah kepada Allah daripada mengandalkan kekuatan sendiri tergolong lemah-lembut. Orang yang tidak menyalahgunakan kekuasaannya untuk menekan orang lain juga layak dikategorikan sebagai orang yang lemah-lembut.
BACA JUGA: MATIUS 5:1-12 (KHOTBAH YESUS DI BUKIT)
Kita melihat dua anak laki-laki Harun yang baru saja menjadi imam, ketika mempersembahkan korban bakaran dengan memakai api asing di hadapan Tuhan! Lalu Tuhan membunuh mereka dan Harun berdiam diri setelah Tuhan membunuh kedua anaknya. Daud adalah orang yang begitu lemah lembut. Ketika Daud berbuat dosa, Tuhan memberikan tiga pilihan, dan dia harus pilih salah satu.
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi”(Matius 5:5). Apa artinya kata lemah lembut? Pasti bukan orang yang baik hati, perasaannya halus, bicaranya tenang, atau sabar. Ini semua bukan lemah lembut.
Orang yang lemah lembut itu bukan berarti lembek atau lamban. Kita melihat ini semua adalah pekerjaan Roh Kudus, dikatakan ayat sebelumnya, orang yang miskin rohani. Sehingga lemah lembut di sini juga berarti secara rohani.
bisnis, asuransi, otomotif |
Bicara tentang sembilan macam buah roh, salah satunya adalah lemah lembut. Ini adalah sifat dalam diri Yesus. Dalam Matius 11:29, Tuhan Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”. Kita melihat dalam dua ucapan bahagia, miskin rohani, berdukacita, ini artinya hanya relasi kita dengan Allah. Tetapi kita juga bicara tentang relasi manusia dengan manusia. Apa artinya orang yang lemah lembut?
Ada 3 (tiga) arti dari orang yang lemah lembut di Matius 5:5, yaitu:
1. Pertama, orang yang lemah lembut artinya orang yang rendah hati. Kita lihat miskin di hadapan Allah, adalah orang yang berdukacita menangisi dosa-dosanya di hadapan Allah. Setelah orang miskin di hadapan Allah, dia menangisi kemiskinannya kemudian menjadi orang yang mengosongkan dirinya. Sehingga pembenaran diri tidak ada lagi. Roh Kudus akan memimpin orang yang lemah lembut ini menjadi orang yang rendah hati.
Dua kata lemah lembut dan rendah hati, dipakai tidak terpisahkan dengan Tuhan Yesus. Paulus dalam Efesus 4:2, ketika kita menjalankan pelayanan kepada Tuhan, kita harus menjalankannya dengan rendah hati dan lemah lembut. Jadi dua hal ini saling mengisi, orang lemah lembut adalah orang yang rendah hati, dan orang yang rendah hati adalah orang yang lemah lembut. Tuhan Yesus lemah lembut dan rendah hati, artinya Ia memiliki penyangkalan diri yang luar biasa. Dalam Filipi 2:6-7, Ia yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Artinya Ia adalah Allah oknum kedua, yang rela menanggung hukuman kekal. Ia begitu rendah hati dan lemah lembut. Kita melihat Paulus, ia juga begitu lemah lembut dan rendah hati, ia berkata, untuk menginjili orang Yunani, saya menjadi seperti orang Yunani. Ini adalah penyangkalan diri. Dalam Roma 9:3, ia mengatakan, “Aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani”. Ini mirip seperti Musa, biarlah demi keselamatan bangsa Israel, namaku rela dihapus dari buku kehidupan.
Meskipun memang yang menanggung dosa hanya Tuhan Yesus, bukan Paulus atau Musa. Tuhan Yesus mengutip dari mazmur 37:11, “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”. Rendah hati di sini artinya lemah lembut. Kita melihat Musa, ia dikatakan sebagai orang yang paling lemah lembut di seluruh bumi. Dalam arti rendah hati. Ia juga adalah seorang pangeran, tetapi demi membela bangsanya ia membunuh orang Mesir.
Empat puluh tahun pertama ia hidup sebagai seorang pangeran. Empat puluh tahun kedua, ia hidup sebagai penggembala domba. Ketika ia dipanggil Tuhan, ada semak berduri yang bernyala oleh api, tapi tidak hangus. Ia mendekati semak duri itu dan di situ Tuhan memanggil dia. Tuhan mau menyampaikan bahwa Musa bagaikan semak duri yang bisa terbakar dan tidak ada artinya. Sekarang engkau lihat semak duri ini akan menampakkan satu cahaya kemuliaan dari Tuhan. Dan kemuliaan itu bukan berasal dari Musa. Itu sebabnya semak duri itu tidak terbakar. Musa akan dipakai luar biasa oleh Tuhan, tapi harus tetap rendah hati.
Tuhan yang memakai Musa, dan Musa adalah orang yang paling rendah hati dari semua manusia di muka bumi ini. Ketika satu hari gembala-gembala Abraham dan Lot berkelahi, dan sebenarnya di belakangnya adalah tuannya. Akhirnya mereka konflik dan menyatakan harus berpisah. Ketika berpisah, Abraham mengatakan jika Lot ke kiri maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan maka aku ke kiri. Ini ciri orang yang rendah hati. Ada seorang yang bernama Harold Ockenga, jika kita tahu sekolah teologi bernama Gordon Conwell Theological Seminary.
Sekolah ini memakai nama Gordon dan Conwell, tapi tidak ada nama Ockenga. Padahal dia termasuk salah satu pendirinya. Kita juga tahu Fuller Theological Seminary, juga tidak ada nama dia, padahal dia adalah salah satu pendirinya. Lalu Billy Graham yang waktu itu hanya berkhotbah kepada massa 3.000 orang. Ockenga undang dia untuk berkhotbah di Park Street waktu gereja itu berusia 150 tahun. Ockenga berkata kepada Billy Graham, engkau harus berkhotbah di sini, saya akan mengadakannya di Boston Common.
Itu satu tempat yang dekat sekali dengan gereja Park Street, dan akhirnya yang hadir begitu banyak, sampai mencapai 50.000 orang. Sejak itu massa yang hadir dalam khotbah Billy Graham tidak pernah kurang dari itu. Itu karena Ockenga, dia adalah orang yang bekerja di belakang layar. Ketika dia sudah sekarat dan hampir mati, maka satu per satu majelis dan tua-tua datang kepada dia dan menyampaikan perkataan terakhir, “Harold jika engkau bertemu Tuhan Yesus, katakanlah saya adalah hamba yang setia”.
Semua bicara perkataan yang sama, sampai pada orang yang terakhir, seorang tua-tua yang paling tua di situ, dia mengatakan, “Harold, ketika engkau menghembuskan nafas terakhir, lalu bertemu dengan Tuhan Yesus, maka katakanlah perkataan ini: “Tuhan kasihanilah saya”. Lalu Harold menganggukkan kepala dan air mata mengalir. Mengapa harus berkata Tuhan kasihanilah saya? Tuhan berkata kepada Yosua, engkau sudah tua dan lanjut umur. Tapi masih banyak daerah yang belum dimenangkan olehmu. Artinya Tuhan mau mengatakan kepada Yosua bahwa pekerjaannya selama ini tidak efektif. Kita sering berpikir berapa yang kita sudah dapat, tapi tidak pernah berpikir berapa yang sudah hilang!
2.Kedua, apa arti kata lemah lembut di sini? Jikalau seseorang rendah hati, pasti akan bisa mengontrol dan menguasai dirinya sendiri. Dalam Galatia 5:23, ada kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ada sembilan buah Roh dan penguasaan diri adalah salah satunya. Jadi setiap orang Kristen harus memiliki itu, kita tidak bisa memilih karena itu hanya satu buah. Maka itu berarti satu dengan yang lain tidak saling bertentangan. Tetapi justru memiliki kaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.
Penguasaan diri itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang menguasai hati dan pikiran kita. Maka ketika kita berpikir, berbicara dan bertindak akan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Ini artinya penguasaan diri. Ketika kita melihat pembuangan di Babel, ada para pemuda bernama Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka bisa mengendalikan diri dan tidak mau menajiskan diri dengan santapan dan minuman raja. Bagaimana makanan dan minuman raja bisa menajiskan mereka?
Padahal makanan waktu itu memang bisa daging kuda atau babi, dan juga bisa minuman anggur. Tapi mengapa itu semua menajiskan, padahal itu adalah satu buah yang tidak mungkin bisa menajiskan. Mengapa Daniel memutuskan tidak makan dan minum anggur ? Karena saat itu makanan dan minuman itu sebelum diberikan kepada mereka, diberikan kepada berhala terlebih dulu. Dipercaya tanpa makanan dan minuman itu mereka tidak mungkin bisa menjadi pintar dan hebat.
Tetapi Daniel tidak mau menajiskan dirinya, maka dia menolak dan minta diberikan hanya sayur dan air putih selama 10 hari. Akhirnya setelah 10 hari maka dilihat bahwa Daniel dan teman-temannya malah punya kekuatan yang jauh lebih baik. Lemah lembut itu mengendalikan diri. Dengan kata lain lemah lembut itu sabar. Tapi William Barclay mengatakan lemah lembut bukan hanya sekedar sabar, tapi lemah lembut juga harus juga memiliki kemarahan Tuhan.
Maka lemah lembut itu bukan hanya sekedar self-control, tetapi juga God control. Ini berarti ketika kita melihat satu dosa, orang yang lemah lembut itu akan memiliki amarah Tuhan. Kita melihat Musa adalah orang yang paling lemah lembut. Tetapi ketika dia turun dari gunung setelah menerima dua loh batu dan melihat bangsa Israel sedang menyembah anak lembu emas. Maka Musa melemparkan dua loh batu itu sampai hancur! Amarah Musa di sini adalah amarah yang kudus dan benar. Orang yang lemah lembut bukan hanya memiliki self-control tapi God control.
Mempunyai amarah Tuhan. Kita juga melihat Daud dan Goliat. Eliab, kakaknya menghina Daud. Tapi bagi Daud itu masalah kecil. Soal tersinggung dan masalah pribadi lainnya, Daud tidak marah. Tetapi ketika Daud mendengar Goliat melecehkan umat pilihan Tuhan. Daud marah, dia berkata, “Siapa orang Filistin yang tidak bersunat itu, berani menantang Allah!” Daud begitu marah! Kita melihat orang yang lemah lembut itu bisa menguasai diri, sampai ketika dia melihat dosa, maka dia tidak bisa lagi sabar! Kemarahan itu bukan masalah pribadi.
Ketika kita melayani, masalah pribadi adalah masalah kedua. Kita harus menjadi orang yang bisa mengendalikan diri. Tetapi ketika marah itu adalah marah kepada dosa, maka di situ kita marah! Jadi lemah lembut di sini artinya menguasai diri, juga bukan hanya self-control tetapi God control.
3,Ketiga, yang pertama lemah lembut artinya rendah hati. Kedua, lemah lembut berarti menguasai diri, bukan hanya menguasai diri tetapi juga memiliki amarah Tuhan! Ketiga orang yang lemah lembut itu adalah orang yang berserah kepada Tuhan. Kita melihat jika kita ada dalam God control, ketika Tuhan marah, maka kita harus marah! Maka apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, kita berserah kepada Tuhan.
Catatan:
"Penekanan pada istilah “lemah-lembut” terletak pada sikap orang itu, bukan pada apa yang ia miliki. Tidak peduli apakah orang itu lemah atau kuat, yang disorot adalah sikapnya. Orang yang memilih untuk berserah kepada Allah daripada mengandalkan kekuatan sendiri tergolong lemah-lembut. Orang yang tidak menyalahgunakan kekuasaannya untuk menekan orang lain juga layak dikategorikan sebagai orang yang lemah-lembut.
Pada dasarnya orang yang lemah-lembut adalah orang yang kuat untuk mengendalikan kekuatannya. Ia tidak diperbudak oleh kekuatannya. Dalam kaitan dengan mereka yang tidak memiliki kekuatan apa pun, kelemah-lembutan berarti kesediaan yang tulus untuk menantikan pertolongan Tuhan. Tidak mengomel dan mengumpat di tempat sunyi, tidak mengutuk maupun menyimpan kepahitan di dalam hati. Hanya berserah saja."
BACA JUGA: MATIUS 5:1-12 (KHOTBAH YESUS DI BUKIT)
Kita melihat dua anak laki-laki Harun yang baru saja menjadi imam, ketika mempersembahkan korban bakaran dengan memakai api asing di hadapan Tuhan! Lalu Tuhan membunuh mereka dan Harun berdiam diri setelah Tuhan membunuh kedua anaknya. Daud adalah orang yang begitu lemah lembut. Ketika Daud berbuat dosa, Tuhan memberikan tiga pilihan, dan dia harus pilih salah satu.
Hukuman yang pertama, 3 tahun kelaparan; hukuman yang kedua, 3 bulan kamu lari dari musuh. Hukuman yang ketiga, 3 hari pedang Tuhan berupa penyakit sampar. Daud sangat sedih ketika harus memilih di antara 3 hukuman itu. Maka Daud mengatakan bahwa dia memilih hukuman yang langsung dari Tuhan. Lebih baik saya berada di dalam tangan Tuhan, daripada saya berada di dalam tangan manusia. Lalu ada satu kalimat, karena ketika Tuhan menghukum saya, di situ saya melihat juga kasih sayang-Nya yang besar.
Tuhan di dalam keadilan dan penghakiman-Nya, di situ juga kita melihat cinta kasih-Nya yang besar. Dalam Wahyu 3:19, Tuhan berkata, “Barang siapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” Ketika kita melihat hajaran dan teguran Tuhan, di situ juga kita harus melihat cinta kasih Tuhan. Ini yang diimani oleh raja Daud. Bapak gereja Agustinus mengatakan satu kalimat, “No love without justice”.
Tidak ada kasih tanpa keadilan Tuhan, karena justru di dalam keadilan-Nya kita melihat kasih-Nya. Murka Tuhan adalah ukuran dari cinta kasih-Nya. Orang semacam ini adalah orang yang lemah lembut, orang yang berserah kepada Tuhan. Ketika kita mendapat ujian yang begitu berat, di situ akan terlihat apakah kita orang yang lemah lembut atau bukan! Dalam Galatia 6:1a, “Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut”.
Ini artinya kita harus memadukan amarah dan kasih Tuhan. Sehingga tanggung jawab kita adalah bahwa orang harus dikembalikan kepada jalan yang benar. Kita harus marah karena keadilan Tuhan, tetapi kita harus mengasihi orangnya. Seperti ketika Yusuf yang melihat Maria sudah hamil, maka dia berpikir untuk menceraikan Maria, ini adalah keadilan, dan dicatat ‘dengan diam-diam’.
Karena jika dia umumkan, maka Maria langsung dirajam dengan batu! Mengapa diam-diam? Karena dia ingin pertobatan! Sekalipun, Maria mungkin akan menikah dengan orang lain, Maria harus diberi kesempatan. Ini memadukan cinta kasih dan keadilan Tuhan. Mengapa kita berserah kepada Tuhan? Karena kita sudah memiliki bumi, kita pasti ada di dalam langit dan bumi yang baru. Ketika kita diperlakukan tidak adil, kita harus tetap berserah kepada Tuhan.
Mengapa? Karena kita memiliki bumi. Ini artinya, kita akan memerintah bersama dengan Kristus, di dalam langit dan bumi yang baru. Dalam Ibrani 10:34, “Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya”.
Ketika kita mengalami ketidakadilan, bukan hanya karena Allah itu kasih dan adil. Tetapi juga karena kita telah memiliki langit dan bumi yang baru. Kita akan hidup dan memerintah bersama dengan Kristus di dalam langit dan bumi yang baru. Orang yang lemah lembut adalah orang yang rendah hati, yang mau menyangkal diri dan berserah kepada Tuhan.
Penutup:
Ada konsekuensi manis bagi yang lemah-lembut. Mereka akan mewarisi bumi (Matius: 5b). Ini merupakan kutipan dari Mazmur 37:11: “Tetapi orang-orang yang rendah hati (lit. “lemah-lembut”) akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” Terlepas dari apakah ayat ini dipahami secara hurufiah atau figuratif, inti poin yang ingin disampaikan adalah pembalikan keadaan. Orang yang lemah-lembut sekarang mungkin terlihat lemah. Orang yang mengalah sekarang mungkin dianggap kalah. Namun, di kemudian hari, dalam kerajaan Allah yang semakin luas dan pasti, orang-orang yang lemah-lembut dan mengalah ini yang justru akan mendapatkan tempat terhormat. Soli Deo Gloria.