YOHANES 9:1-7 (3 MASALAH PENDERITAAN)
Putratama Kamuri, M.Th.
gadget, otomotif, bisnis |
Alkitab menyatakan secara teologis the problem of evil, kita melihat seolah-olah kejahatan menang dan kebaikan seolah-olah kalah. Mazmur 13 lahir dari pergumulan di dalam hati. Kita mendapati fakta yang dinamakan ketidakadilan dan kita mungkin berkata, di mana Tuhan?. Bagi orang Kristen, “di mana Tuhan?” merupakan keluh kesah, karena faktanya pada saat ada pergumulan yang sulit, maka sulit bagi kita melihat kemuliaan Tuhan, kemenangan Allah.
Bagian firman Tuhan yang kuat membahas tentang problem of evil, yaitu Yohanes 9:1-7. Hal ini dimulai dari mulut orang percaya, para murid bertanya kepada Yesus Kristus, yaitu mengapa ada penderitaan?, apakah hal itu karena dosa?, apakah karena kesalahan orang yang menderita?, atau karena karena kesalahan orang tuanya?.
Tuhan Yesus memberikan perspektif yang baru kepada murid-murid. Hal yang pertama dilakukan adalah mengajak para murid untuk mengakui fakta adanya penderitaan, fakta yang tidak bisa disangkali, pertarungan antara kebenaran dan ketidakbenaran, peperangan keadilan dan ketidakadilan. Meskipun kita tidak melihat pertarungan itu secara nyata tetapi kita akan mengalami penderitaan tersebut dalam pergumulan, salah satu contoh adalah kisah orang buta pada pasal ini. Orang buta ini telah buta sejak lahirnya.
Pada perspektif orang Yahudi, hal ini adalah penderitaan seumur hidup. Jikalau Tuhan Yesus tidak mencelikkan matanya, maka orang buta ini akan menderita secara fisik dan emosional seumur hidupnya. Namun bukan hanya mengalami penderitaan secara fisik dan emosional, seorang yang terlahir buta juga mengalami penderitaan secara spiritual, karena orang buta tidak bisa ke bait suci Allah. Dia dianggap sebagai orang yang berdosa, karena ayah dan ibunya berdosa, atau karena dia sendiri sejak dalam kandungan telah berdosa.
Kebutaan sejak lahir identik dengan keberdosaan, maka hal ini yang membuat para murid otomatis bertanya. Setiap kali orang Israel tidak diberikan kesempatan beribadah kepada Tuhan, mereka akan merasa dibuang oleh Tuhan. Kitab Ratapan lahir ketika orang Israel dibuang ke Babel, penderitaan terbesar bukan karena mereka dibuang ke Babel tetapi karena mereka tidak dapat lagi melihat bait suci Allah, tidak bisa lagi beribadah kepada Allah. Bangsa Israel merasa dibuang oleh Allah. Penderitaan orang buta ini lebih besar daripada penderitaan orang yang dibuang ke Babel.
Orang Israel dibuang ke Babel sehingga mereka tidak bisa beribadah kepada Allah, karena mereka jauh dari rumah Tuhan. Sementara, orang buta ini duduk di depan bait Allah, namun dia tidak bisa menikmati ibadah seperti orang lain. Bangsa Israel adalah bangsa yang begitu religius, tidak bisa beribadah itu merupakan penderitaan. Penderitaan orang buta semakin menjadi-jadi karena semua orang melihat dia adalah orang yang berdosa sejak lahirnya, orang yang dibuang oleh Tuhan, maka penghakiman yang keras akan diberikan kepada dia.
Dia sendiri merasa bersalah dan orang lain datang seolah-olah mengkonfirmasi tanpa kasih, bahwa dia adalah orang berdosa. Penghakiman yang keras adalah dari masyarakat yang terlalu religius, khususnya pada kalangan bangsa Israel, jika terdapat hal yang tidak sesuai standar mereka menghina, ketika mereka bisa mencapai standart mereka sombong, ketika orang lain mencapai standar itu mereka mengatakan bahwa mereka orang munafik. Orang buta ini telah mengusahakan hidupnya dengan minta-minta, banyak orang menghina dia.
Relasi agama dengan struktur masyarakat dan politik pada saat itu sangat kuat, sehingga orang buta ini tertolak oleh keluarga, dan tertolak oleh masyarakat. Faktanya orang buta ini mengalami penderitaan hampir dalam seluruh aspek hidupnya. Yesus tidak menolak penderitaan itu ada, Dia tidak mengatakan salah, hal itu bukan karena dosa, tetapi Yesus diam, maka benar bahwa di satu sisi penderitaan itu ada kaitannya dengan dosa, jika melihat pada Kejadian 3. Penderitaan karena jatuh di dalam dosa melalui Adam dan setelah itu kehidupan manusia penuh dengan penderitaan.
Pada saat yang sama Tuhan Yesus juga memperbaiki pandangan yang salah, bahwa tidak semua penderitaan itu karena dosa secara individu, terdapat penderitaan karena musibah, karena dikerjakan orang lain bukan karena dia pribadi melakukan dosa. Tuhan Yesus memberikan juga pandangan yang baru, agar pada saat kita ini membacanya dan melihat fakta penderitaan, pergumulan, dan seolah-olah kejahatan atau sesuatu yang tidak baik menang, kita tidak menjadi putus asa.
Terdapat perbedaan jelas antara bersedih, berduka dan putus asa. Kita bersedih dan berduka menyatakan emosi yang tidak baik, kita merasakan ada hal yang tidak beres, namun orang yang bersedih tidak kehilangan fondasi untuk berharap. Berbeda dengan putus asa, putus asa bukan hanya sekedar sedih, tetapi ketika seseorang itu begitu bersedih mereka tidak lagi memiliki fondasi untuk berharap sehingga kehidupannya hancur begitu saja. Yesus membawa kita melihat dari Yohanes 9:1-7, fakta-fakta yang baru, bukan berfokus kepada penderitaan, dukacita, tetapi pada saat yang sama kita tidak berputus asa. Maka kita akan memikirkan 3 hal dari ayat ke 3 hingga ke 7, yaitu:
Pertama, kejahatan dari penderitaan tidak menyatakan bahwa Tuhan tidak ada. Pergumulan yang begitu hebat bagi kita secara personal atau dalam kehidupan bangsa ini, membuat kita sulit melihat akan Allah hadir dalam kehidupan kita secara personal atau dalam bangsa kita. Pemazmur berkata bahwa ketika dia bergumul, dia masuk dalam bayang-bayang maut. Namun hal ini tidak membuktikan bahwa Tuhan tidak ada, namun sebaliknya hal itu sebagai petunjuk bahwa Tuhan hadir. Kita tidak dapat mendefinisikan kejahatan jika tidak ada kebaikan, demikian pula negasi dari kata adil, kita harus mengerti dahulu apa itu adil baru kemudian kita mengatakan tidak adil.
Cara pandang kita sering kali berfokus pada penderitaan, dan hal yang selalu kurang, dan kita tidak pernah mensyukuri yang baik, telah Allah berikan. Dengan melihat kepada kebaikan Tuhan, dan pada saat kita bergumul, kita melihat kebaikan Tuhan. Kita bisa berkata bahwa kondisi ekonomi tidak baik karena kondisi ekonomi sebelumnya baik. Ketika kondisi yang baik itu diambil oleh Tuhan, kita baru bertanya dimana Tuhan?.
Allah ada dan Allah mengerjakan sesuatu, Allah hadir dalam kehidupan kita buktinya yaitu ada kebaikan. Kebaikan itu harus merujuk kepada Pribadi yang murni baik yaitu Allah. Kapan terakhir kita mensyukuri kebaikan Allah?, kita sering kali mengeluh karena yang baik itu hilang. Ayub mengatakan bahwa Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang mengambil, terpujilah nama Tuhan. Dalam the problem of evil, Allah tetap ada, karena ini adalah petunjuk kepada kita bahwa ada begitu banyak kebaikan yang diberikan Allah kepada kita.
Kedua, penderitaan justru akan menyatakan kemahakuasaan dan kemuliaan Tuhan. Hal inilah yang akan menjadi pengharapan bagi orang percaya. Penderitaan, kebutaan orang ini tidak di luar kontrol Tuhan. Yesus berkata bahwa bukan karena dia, bukan karena orang tuanya, tetapi karena ada pekerjaan-pekerjaan Allah, hal ini berbicara bahwa terdapat tujuan Allah. Yesus tidak mengatakan bahwa Allah sengaja membutakan matanya, tetapi sejak kejatuhan manusia dalam dosa, banyak hal yang hancur dalam kehidupan manusia, termasuk natural seseorang terlahir buta dan Allah mengizinkan hal itu.
Galatia 4:4, ketika Allah mengutus Mesias datang, hal ini merupakan karya Allah untuk menegaskan siapakah Kristus di dalam manusia. Allah mengizinkan kebutaan secra natural hal itu terjadi, tetapi tepat pada waktunya, Mesias datang untuk menaklukkan kejahatan, sesuatu yang buruk, penderitaan, dan kemudian menyatakan kemuliaan melaluinya. Allah bukan hanya hadir tetapi Allah juga bekerja. Pekerjaan-pekerjaan ini dinyatakan di dalam dia. Kebutaan orang ini berbeda dengan kebutaan Bartimeus. Bartimeus orang yang telah beriman baru kemudian Tuhan Yesus datang dan membuat mujizat (Markus 10:46-52).
BACA JUGA: KARAKTER DAN PENDERITAAN
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat iman sejati dalam diri Bartimeus, baru kemudian dia memohon belas kasihan Tuhan dan Tuhan Yesus membuat mukjizat. Yohanes 9:1-41, membicarakan orang yang sama sekali tidak beriman, dia belum percaya dan mengenal Yesus tetapi anugerah, belas kasihan Tuhan Yesus Kristus mendahului imannya. Injil Yohanes menyatakan bahwa orang buta ini adalah bukan hanya objek belas kasihan Tuhan tetapi orang ini adalah tempat Allah menyatakan diri-Nya. Ini adalah tanda untuk memberikan petunjuk kepada orang itu maupun kita saat ini, siapa Yesus Kristus.
Mazmur 146 mengatakan bahwa hanya Allah yang dapat mencelikkan mata orang buta, bagi orang Israel pada saat itu hanya satu orang yang bisa mencelikkan mata orang buta yaitu Allah. Yesaya 29; 35; 42, kita dapat melihat bahwa yang mencelikkan mata yang buta, merupakan karya Mesias, tidak ada nabi yang dapat mengerjakan hal tersebut, sehingga ini merupakan tanda definitif jikalau ada seseorang yang mengerjakan hal ini adalah Mesias pada zaman itu. Ketika Yesus menyembuhkan mata orang buta ini pada Yohanes 9:35-38, orang yang tidak mengenal Yesus kemudian berubah melalui mukjizat ini.
Anugerah Allah mendahului imannya kepada anugerah yang lain. Pengakuan iman dan tindakan orang buta ini sama seperti yang dilakukan Tomas. Tomas membutuhkan bukti, dan kemudian menyatakan iman bahwa Engkau adalah Tuhanku dan Allahku, dan Tomas sujud menyembah. Ketika Allah mengizinkan bangsa, keluarga, pekerjaan kita menghadapi penderitaan dan pergumulan, Allah bukan hanya hadir, tetapi Dia bertindak dalam konteks penderitaan tersebut untuk menyatakan Diri-Nya bagi kita. Di mana Tuhan?, bisa ditafsirkan secara positif, bahwa kita rindu untuk berjumpa dengan Tuhan, agar Tuhan menyatakan diri kepada kita, dan semakin mengenal Tuhan.
Ditengah-tengah pergumulan seperti ini, ini menjadi panggilan bagi kita untuk datang dan semakin mencari Tuhan, karena sedekat apa pun kita kepada Tuhan, kita tidak akan tuntas untuk mengerti kehendak Tuhan. Penderitaan adalah bukti Allah bekerja dan menyatakan diri kepada kita, sehingga respon pertama yang kita lakukan adalah mencari pengetahuan, pengenalan akan Dia dan melalui kita Dia menyatakan kemuliaan-Nya.
Kejahatan dan kegelapan tidak mungkin menang hanya karena Allah tampak diam, Allah akan menyatakan kemenangan-Nya suatu saat nanti. Allah yang kita miliki adalah Allah yang hidup, baik, dan berdaulat, maka suatu saat kejahatan, ketidakadilan akan ditaklukkan. Kita memerlukan iman kepada Allah yang baik, berdaulat, dan ini yang membuat kita datang berdoa kepada Tuhan dengan iman.
Ketiga, Allah yang hadir dan memakai penderitaan sebagai panggilan orang percaya untuk bertindak dalam ketidakadilan itu. Kita tidak hanya dipanggil untuk berdoa, kita dipanggil terlibat di dalam situasi tersebut. Yohanes 9: 4 dan 5 kita dapat melihat konteks tersebut. Yesus adalah terang dunia, namun ketika terang itu pergi, bukan berarti bahwa terang itu tidak ada, karena terang itu dinyatakan melalui kita. Mengerjakan pekerjaan Allah sebagai terang yang berdiri di tengah kegelapan, Dia hadir di tengah dunia ini untuk aktif memerangi kegelapan. “Kita harus”, bukan merupakan saran tetapi suatu keharusan untuk memerangi kegelapan, kita tidak boleh diam.
Kristus, Terang yang telah menyelamatkan masih terus bekerja hingga hari ini. Pengharapan itu tetap ada, ketika Tuhan Yesus meludah ke tanah dan menggosokkan ke mata orang buat itu. Ludah bagi orang Yahudi dan bangsa-bangsa di sekitarnya merupakan hal yang najis. Namun bagi orang Israel, sesuatu yang najis di tangan orang yang memiliki otoritas yang besar dapat ditransformasi menjadi berkat bagi manusia.
Tuhan Yesus membongkar cara pikir orang jaman itu dengan melakukan apa yang ada dalam pikiran mereka sekaligus. Tuhan Yesus memiliki otoritas atas segala sesuatu, ketika kita diutus ke dalam tempat yang sulit, maka kita berpengharapan kepada Allah yang berotoritas itu dan diminta untuk taat. YOHANES 9:1-7 (3 MASALAH PENDERITAAN). AMIN.