2 TIMOTIUS 2:1-7 (MENYEBARKAN IMAN DAN MEMURIDKAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
2 TIMOTIUS 2:1-7 (MENYEBARKAN IMAN DAN MEMURIDKAN)
2 Timotius 2:1-6 - “(1) Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. (2) Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. (3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (5) Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. (6) Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.”.

2 Timotius 2: 1: Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus..
KJV: Thou therefore, my son, be strong in the grace that is in Christ Jesus. (= Karena itu engkau, anakku, jadilah kuat dalam kasih karunia yang ada dalam Kristus Yesus.).

Barnes’ Notes‘Thou therefore.’ In view of the fact stated in the previous chapter, that many had turned away from the apostle, and had forsaken the paths of truth. ‘Be strong in the grace which is in Christ Jesus;’ ... The meaning is, Be strong, relying on the grace which the Lord Jesus only can impart. (= ‘Karena itu engkau’. Mengingat fakta yang dinyatakan dalam pasal yang terdahulu, bahwa banyak orang telah berbalik dari sang rasul, dan telah meninggalkan jalan kebenaran. ‘Jadilah kuat dalam kasih karunia yang ada dalam Kristus Yesus’; ... Artinya adalah, dengan bersandar pada kasih karunia yang hanya Tuhan Yesus bisa berikan.).

Dalam bahasa Yunani kata-kata ‘jadilah kuat’ adalah ENDUNAMOU, yang merupakan kata perintah bentuk pasif! Jelas bahwa kita tak bisa menjadi kuat dengan usaha / kekuatan sendiri!

Bible Knowledge Commentarybe strong (lit. ‘be empowered’; cf. Eph 6:10).  Yet Timothy’s strength was not his own; it was a divine ‘gift’ (grace, ‎CHARIS‎) found only ‘in Christ’ (Phil 4:13). [= jadilah kuat (secara hurufiah, ‘dikuatkanlah’; bdk. Ef 6:10). Tetapi kekuatan Timotius bukanlah kepunyaannya sendiri; itu adalah suatu ‘karunia’ ilahi (kasih karunia, KHARIS) didapatkan hanya ‘dalam Kristus’ (Fil 4:13)].

Bdk. Efesus 6:10 - “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya.”.

Kata-kata ‘hendaklah kamu kuat’ dalam Efesus 6:10 ini dalam bahasa Yunani adalah ENDUNAMOUSTHE, yang juga merupakan kata perintah bentuk pasif.

Filipi 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
NASB: I can do all things through Him who strengthens me. (= Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang menguatkan aku.).

2Timotius 4:17 - “tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.”.

A. T. Robertson“‘Be strengthened.’ ‎ENDUNAMOU‎. Present passive imperative of ‎ENDUNAMOOO‎. ... ‘Keep on being empowered,’ ‘keep in touch with the power.’ (= ‘Dikuatkanlah’. ENDUNAMOU. Kata perintah bentuk present, pasif, dari ENDUNAMOOO. ... ‘Teruslah dikuatkan’, ‘berhubunganlah terus dengan kuasa’.).

UBS New Testament Handbook Series“‘Be strong’ is an imperative, for which see ‘strength’ and comments in 1 Tim 1:12. The present tense indicates a condition that should be continuous, hence ‘Continue being strong,’ ‘Keep on being strong.’ The passive voice of the imperative may suggest that it is really God who is the source of strength, and therefore it makes possible a translation like ‘Let God make you strong,’ ‘Allow God to strengthen you.’ (= ‘Dikuatkanlah’ merupakan suatu kata perintah, untuk mana lihat ‘kekuatan’ dan komentar dalam 1Tim 1:12. Present tense-nya menunjukkan suatu keadaan yang harus dilakukan terus, karena itu, ‘Teruslah kuat’, ‘Tetaplah kuat’. Bentuk pasif dari kata perintah ini bisa menunjukkan bahwa Allahlah yang sungguh-sungguh merupakan sumber dari kekuatan, dan karena itu memungkinkan suatu terjemahan seperti ‘Biarlah Allah membuatmu kuat’, ‘Ijinkanlah Allah menguatkan kamu’.).
1Tim 1:12 - “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku -”.

Calvin“‘Be strong in the grace.’ ... By this expression he intends to shake off sloth and indifference; for the flesh is so sluggish, that even those who are endued with eminent gifts are found to slacken in the midst of their course, if they be not frequently aroused.” (= ‘Jadilah kuat dalam kasih karunia’. ... Dengan ungkapan ini ia bermaksud untuk menghilangkan kemalasan dan kelalaian / sikap acuh tak acuh; karena daging itu begitu lamban / malas, sehingga bahkan mereka yang diberi dengan karunia-karunia yang menonjol didapati mengendur / melambat di tengah-tengah jalan mereka, jika mereka tidak sering dibangunkan / digerakkan.).

Calvin“Some will say: ‘Of what use is it to exhort a man to be strong in grace, unless free-will have something to do in cooperation?’ I reply, what God demands from us by his word he likewise bestows by his Spirit, so that we are strengthened in the grace which he has given to us. And yet the exhortations are not superfluous, because the Spirit of God, teaching us inwardly, causes that they shall not sound in our ears fruitlessly and to no purpose. Whoever, therefore, shall acknowledge that the present exhortation could not have been fruitful without the secret power of the Spirit, will never support free-will by means of it.” (= Beberapa orang berkata: ‘Apa gunanya untuk mendesak seseorang untuk kuat dalam kasih karunia, kecuali kehendak bebas mempunyai sesuatu untuk dilakukan dalam kerja sama?’. Saya menjawab, apa yang Allah tuntut dari kita oleh firmanNya Ia juga berikan oleh RohNya, sehingga kita dikuatkan dalam kasih karunia yang Ia telah berikan kepada kita. Sekalipun demikian desakan-desakan tidaklah berlebihan / tak berguna, karena Roh Allah, sambil mengajar kita di dalam, menyebabkan sehingga desakan-desakan itu tidak berbunyi di telinga kita tanpa buah dan tanpa guna. Karena itu, siapapun mengakui bahwa desakan ini tidak bisa telah berbuah tanpa kuasa rahasia dari Roh, tidak akan pernah menyokong kehendak bebas dengan cara ini.).

The Biblical Illustrator (New Testament)Strong in Christ Jesus: - When Wingfield expressed his pity for Kirby, who was condemned to die for the truth, the undaunted martyr replied, ‘Fire, water, and sword are in His hands, who will not suffer them to separate me from Him.’ Here was power from on high perfected in human weakness. Nor was it less manifested in another who exclaimed, ‘If every hair on my head were a man, they should suffer death in the faith in which I now stand.’ It was in the exhaustion of age, and after long imprisonment, hardship, and ill treatment, that Latimer, when brought out to be burnt at Oxford, lifted his wrinkled hands towards heaven, and cried, ‘O God, I thank Thee that Thou hast reserved me to die this death.’ (= Kuat dalam Kristus Yesus: - Pada waktu Wingfield menyatakan belas kasihannya untuk Kirby, yang dijatuhi hukuman mati untuk kebenaran, martir yang berani ini menjawab, ‘Api, air, dan pedang ada dalam tanganNya, yang tidak akan membiarkan mereka untuk memisahkan aku dari Dia’. Di sinilah kuasa / kekuatan dari atas disempurnakan dalam kelemahan manusia. Juga itu tidak kurang dinyatakan dalam martir lain yang berseru, ‘Seandainya setiap rambut pada kepalaku adalah seorang manusia, mereka akan mengalami kematian dalam iman dalam mana aku sekarang berdiri’. Adalah dalam usia sangat tua, dan setelah pemenjaraan, penderitaan dan perlakuan buruk yang lama, bahwa Latimer, pada waktu dibawa keluar untuk dibakar di Oxford, mengangkat tangannya yang berkerut ke arah surga, dan berteriak, ‘Ya Allah, aku bersyukur kepadaMu bahwa Engkau telah menyimpan / mencadangkan aku untuk mengalami kematian ini’.).

 2 TIMOTIUS 2:1-7(2)

2 Timotius 2: 2: “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.”.

1) “Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi,”.
Kata-kata ‘di depan banyak saksi’ menunjukkan bahwa Paulus mengajarkan kepada Timotius di depan banyak orang, sehingga mereka bisa menjadi saksi bahwa apa yang Timotius ajarkan memang sesuai dengan ajaran Paulus, dan bukan dari dirinya sendiri.

2) “percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai,”.
KJV/RSV/NASB: ‘faithful men’ (= orang-orang yang setia).
NIV: ‘reliable men’ (= orang-orang yang bisa diandalkan).

John Stott: “Paul proceeds to indicate the kind of ministry for which Timothy will need to strengthen himself by Christ’s grace. So far he has been exhorted to hold the faith and guard the deposit (1:13, 14). He is to do more than preserve the truth, however; he is also to pass it on.” [= Paulus melanjutkan untuk menunjukkan jenis pelayanan untuk mana Timotius akan memerlukan untuk menguatkan dirinya sendiri oleh kasih karunia Kristus. Sejauh ini ia telah didesak untuk memegang iman dan menjaga tanggungan / apa yang dipercayakan kepadanya (1:13,14). Tetapi ia harus melakukan lebih dari pada menjaga / memelihara kebenaran; ia juga harus menyampaikannya.].

William Barclay: “It is not only a privilege to receive the Christian faith; it is a duty to transmit it. All Christians must look on themselves as the link between two generations.” (= Bukan hanya merupakan suatu hak untuk menerima iman Kristen; merupakan suatu kewajiban untuk menyebarkan / meneruskannya. Semua orang Kristen harus memandang diri mereka sendiri sebagai mata rantai / penghubung antara dua generasi.).

William Barclay: “The faith is to be transmitted to faithful men and women who in their turn will teach it to others. The Christian Church is dependent on an unbroken chain of teachers. ... These teachers are to be faithful. The Greek for ‘faithful,’ PISTOS, is a word with a rich variety of closely connected meanings. A person who is PISTOS is someone who is believing, loyal and reliable. All these meanings are there. Falconer said that these believing people are such ‘that they will yield neither to persecution nor to error’. The teachers’ hearts must be so set on Christ that no threat of danger will lure them from the path of loyalty and no seduction of false teaching cause them to stray from the straight path of the truth. They must be steadfast both in life and in thought.” (= Iman harus diteruskan / disebarkan kepada laki-laki dan perempuan yang setia, yang selanjutnya akan mengajarkannya kepada orang-orang lain. Gereja Kristen tergantung pada suatu rantai yang tak terputus dari guru-guru / pengajar-pengajar. ... Guru-guru / pengajar-pengajar ini harus setia. Kata Yunani untuk ‘setia’, PISTOS, adalah suatu kata dengan suatu variasi yang kaya dari arti-arti yang berhubungan dekat. Seseorang yang PISTOS adalah seseorang yang percaya, setia dan bisa diandalkan. Semua arti-arti ini ada di sana. Falconer berkata bahwa orang-orang yang percaya ini adalah begitu rupa ‘sehingga mereka tidak akan menyerah, baik kepada penganiayaan ataupun kepada kesalahan’. Hati dari guru-guru / pengajar-pengajar ini harus ditetapkan kepada Kristus sedemikian rupa, sehingga tak ada ancaman bahaya akan membujuk / memikat mereka dari jalan kesetiaan dan tak ada godaan / bujukan dari ajaran palsu menyebabkan mereka menyimpang dari jalan lurus dari kebenaran. Mereka harus setia baik dalam kehidupan dan dalam pemikiran.).

Calvin: “‘Commit to believing men.’ He calls them believing men, not on account of their faith, which is common to all Christians, but on account of their pre-eminence, as possessing a large measure of faith. We might even translate it ‘faithful men;’ for there are few who sincerely labor to preserve and perpetuate the remembrance of the doctrine intrusted to them. Some are impelled by ambition, and that of various kinds, some by covetousness, some by malice, and others are kept back by the fear of dangers; and therefore extraordinary faithfulness is here demanded.” (= ‘Percayakanlah kepada orang-orang percaya’. Ia menyebut mereka ‘orang-orang percaya’, bukan karena iman mereka, yang merupakan sesuatu yang umum bagi semua orang-orang Kristen, tetapi karena keunggulan mereka, karena mempunyai suatu takaran yang besar dari iman. Kita bahkan bisa menterjemahkannya ‘orang-orang yang setia’; karena hanya ada sedikit orang yang dengan sungguh-sungguh / tulus bekerja untuk menjaga / memelihara dan mengabadikan / menghidupkan terus menerus ingatan tentang ajaran yang dipercayakan kepada mereka. Sebagian orang didorong oleh ambisi, dan itu dari jenis-jenis yang bermacam-macam, sebagian oleh ketamakan, sebagian oleh kedengkian / kebencian, dan yang lain ditahan oleh rasa takut terhadap bahaya; dan karena itu kesetiaan yang luar biasa dituntut di sini.).

Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘yang dapat dipercayai’ adalah PISTOIS, yang bisa diterjemahkan ‘faithful’ (= setia) ataupun ‘believing’ (= percaya).
KJV/RSV/NASB: ‘faithful’ (= setia).
NIV: ‘reliable’ (= dapat dipercayai).

3) “yang juga cakap mengajar orang lain.”.

William Hendriksen: “Timothy’s strength in the sphere of grace will grow if he cultivates the gift which grace has bestowed on him. ... one sure way of being strengthened in grace is to transmit to others the truths which have embedded themselves in one’s heart and have become enshrined in the memory. Accordingly, let Timothy be a teacher. Even more, let him produce teachers!” (= Kekuatan Timotius dalam ruang lingkup kasih karunia akan bertumbuh jika ia mengolah karunia yang telah diberikan oleh kasih karunia kepadanya. ... satu jalan yang pasti untuk dikuatkan dalam kasih karunia adalah dengan meneruskan / menyebarkan kepada orang-orang lain kebenaran-kebenaran yang telah menanamkan diri mereka sendiri dalam hati seseorang dan telah diabadikan dalam ingatan. Sesuai dengan itu, hendaklah Timotius menjadi seorang guru / pengajar. Lebih lagi, hendaklah ia menghasilkan guru / pengajar!).

Matthew Henry: “He must instruct others, and train them up for the ministry, and so commit to them the things which he had heard; and he must also ordain them to the ministry, lodge the gospel as a trust in their hands, and so commit to them the things which he had heard. Two things he must have an eye to in ordaining ministers: - Their fidelity or integrity ..., and also their ministerial ability.” (= Ia harus mengajar orang-orang lain, dan melatih mereka untuk pelayanan, dan dengan demikian mempercayakan kepada mereka hal-hal yang telah ia dengar; dan ia juga harus mentahbiskan mereka untuk pelayanan, meletakkan injil sebagai sesuatu yang dipercayakan dalam tangan mereka, dan dengan demikian mempercayakan kepada mereka hal-hal yang telah ia dengar. Dua hal yang harus ia perhatikan dalam mentahbiskan pelayan-pelayan / pendeta-pendeta: - Kesetiaan atau ketulusan / kelurusan mereka ..., dan juga kemampuan pelayanan mereka.).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The ability to study, understand, and teach the Word of God is a gift of God’s grace. ‘Apt to teach’ is one of God’s requirements for the pastor (1 Tim 3:2; 2 Tim 2:24). ‘Apt to teach’ implies apt to learn; so a steward must also be a diligent student of the Word of God.” [= Kemampuan untuk belajar, mengerti, dan mengajarkan Firman Allah merupakan suatu karunia dari kasih karunia Allah. ‘Cakap mengajar’ adalah salah satu persyaratan Allah untuk pendeta (1Tim 3:2; 2Timotius 2:24). ‘Cakap mengajar’ secara implicit menunjukkan kecakapan untuk belajar; sehingga seorang pelayan juga harus merupakan seorang pelajar yang rajin dari Firman Allah.].

1Timotius 3:2 - “Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,”.

2Timotius 2:24 - “sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar”.

Saya yakin bahwa dalam hal ini sebagian besar pendeta-pendeta / penginjil-penginjil / pengkhotbah-pengkhotbah tidak memenuhi syarat sama sekali! Kebanyakan mereka tidak senang atau tidak mau menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran mereka, untuk belajar! Banyak dari mereka yang terlalu sibuk dengan hal-hal sekunder dalam gereja, sehingga melupakan / mengabaikan hal yang terutama dalam gereja, yaitu belajar dan mengajar!

John Stott: “‘None will ever be a good minister of the Word of God unless he is first of all a scholar.’ (Calvin). Spurgeon had the same conviction. ‘He who has ceased to learn has ceased to teach. He who no longer sows in the study will no more reap in the pulpit.’” [= ‘Tak seorangpun akan pernah menjadi seorang pelayan Firman Allah yang baik kecuali ia pertama-tama menjadi seorang murid / pelajar’. (Calvin). Spurgeon mempunyai keyakinan yang sama. ‘Ia yang telah berhenti untuk belajar telah berhenti untuk mengajar. Ia yang tidak lagi menabur dalam belajar tidak lagi akan menuai di mimbar.’] - ‘Between Two Worlds’, hal 180.

The Biblical Illustrator (New Testament) tentang 2Pet 1:15: “They are dangerous teachers, that never were learners. While they will not be scholars of truth, they become masters of error” (= Mereka adalah guru-guru / pengajar-pengajar yang berbahaya, yang tidak pernah menjadi pelajar-pelajar. Pada waktu mereka tidak mau menjadi pelajar-pelajar dari kebenaran, mereka menjadi guru-guru dari kesalahan).

Bdk. Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan”.

KJV: “Cease, my son, to hear the instruction that causeth to err from the words of knowledge” (= Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran yang menyebabkan kita menyimpang dari kata-kata pengetahuan).

NIV: “Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge” (= Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

NASB: “Cease listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of knowledge” (= Berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

2 TIMOTIUS 2:1-7(3)

2Timotius 2:1-7 - “(1) Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. (2) Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. (3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (5) Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. (6) Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. (7) Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”.

2 Timotius 2: 3-6: “(3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (5) Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. (6) Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.”.

Dalam 4 ayat di atas ini Paulus menggambarkan orang Kristen dengan 3 penggambaran, yaitu sebagai prajurit / tentara (ay 3-4), sebagai olahragawan (2 Timotius 2: 5), dan sebagai petani (2 Timotius 2: 6). Ada persamaan-persamaannya, tetapi juga ada penekanan-penekanan yang berbeda. Kita akan membahasnya satu per satu.

2 Timotius 2: 3: “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.”.

1) “Seorang prajurit / tentara yang baik”.

William Barclay: “He calls Archippus, in whose house a church met, ‘our fellow soldier’ (Philemon 2). He calls Epaphroditus, the messenger of the Philippian church, ‘my fellow-soldier’ (Philippians 2:25). Clearly, in the life of the soldier Paul saw a picture of the life of the Christian.” [= Ia menyebut Arkhipus, dalam rumah siapa suatu gereja bertemu, ‘sesama / rekan tentara kita’ (Filemon 2). Ia menyebut Epafroditus, utusan dari gereja Filipi, ‘sesama / rekan tentaraku’ (Filipi 2:25). Jelas, dalam kehidupan dari tentara / prajurit Paulus melihat gambaran dari kehidupan orang Kristen.].

Filemon 2 - “dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu:”.

Filipi 2:25 - “Sementara itu kuanggap perlu mengirimkan Epafroditus kepadamu, yaitu saudaraku dan teman sekerja serta teman seperjuanganku, yang kamu utus untuk melayani aku dalam keperluanku.”.

Catatan: dalam kedua ayat di atas, untuk kata-kata ‘teman seperjuangan’ KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘fellow soldier’ (= sesama / rekan tentara).

Jelas bahwa kita bukan tentara dalam arti jasmani / sekuler, dan kita juga tidak berperang secara jasmani, tetapi kita adalah tentara rohani, dan melakukan perang rohani.

Bdk. Efesus 6:12 - “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”.

Konsep kita tentang hidup kita, akan sangat berperan dalam membentuk dan mengarahkan kehidupan kita. Kalau kita mempunyai konsep yang Alkitabiah tentang kehidupan kita, yaitu bahwa hidup ini adalah peperangan, maka kita pasti akan serius, mati-matian dan bukannya hidup santai dan bermalas-malasan.

2) “Dari Kristus Yesus”.
Dialah komandan kita (bdk ay 4), dan karena itu Dia harus kita taati dalam segala sesuatu.
Ini akan kita bahas di bawah dalam pembahasan 2 Timotius 2: 4.

3) “Ikutlah menderita”.
KJV: ‘endure hardness’ (= tahanlah kekerasan / kesukaran).
RSV: ‘Share in suffering’ (= Sama-samalah menanggung penderitaan).
NIV: ‘Endure hardship’ (= Tahanlah penderitaan).
NASB: ‘Suffer hardship’ (= Tahanlah penderitaan).

Adam Clarke: “‘Endure hardness.’ He considers a Christian minister under the notion of a soldier, not so much for his continual conflicts with the world, the Devil, and the flesh, for these are in a certain sense common to all Christians, but for the hardships and difficulties to which he must be exposed who faithfully preaches the Gospel of Christ.” [= ‘Tahanlah kekerasan / kesukaran’ (ikutlah menderita). Ia menganggap seorang pendeta Kristen dibawah gagasan dari seorang tentara, tidak sebegitu banyak untuk konflik-konflik yang terus menerus dengan dunia, Iblis, dan daging, karena hal-hal ini dalam arti tertentu adalah umum bagi semua orang-orang Kristen, tetapi lebih untuk kekerasan dan kesukaran terhadap mana ia yang dengan setia mengkhotbahkan Injil Kristus harus terbuka.].

The Biblical Illustrator (New Testament): “Enduring hardness: - It behoves thee not to complain if thou endure hardness; but to complain if thou dost not endure hardness.” (= Menahan kekerasan / kesukaran: - Engkau tidak boleh mengeluh jika engkau menahan kekerasan / kesukaran; tetapi mengeluh jika engkau tidak menahan kekerasan / kesukaran.).

Barnes’ Notes: “Soldiers often endure great privations. Taken from their homes and friends; exposed to cold, or heat, or storms, or fatiguing marches; sustained on coarse fare, or almost destitute of food, they are often compelled to endure as much as the human frame can bear, and often indeed, sink under their burdens, and die. If, for reward or their country’s sake, they are willing to do this, the soldier of the cross should be willing to do it for his Saviour’s sake, and for the good of the human race. Hence, let no man seek the office of the ministry as a place of ease. Let no one come into it merely to enjoy himself. Let no one enter it who is not prepared to lead a soldier’s life and to welcome hardship and trial as his portion. He would make a bad soldier, who, at his enlistment, should make it a condition that he should be permitted to sleep on a bed of down, and always be well clothed and fed, and never exposed to peril, or compelled to pursue a wearisome march. Yet do not some men enter the ministry, making these the conditions?” (= Tentara-tentara sering menahan kekurangan / kemiskinan yang besar. Diambil dari rumah-rumah dan sahabat-sahabat mereka; terbuka terhadap cuaca dingin, atau panas, atau badai, atau berjalan dalam barisan yang melelahkan; disokong dengan makanan kasar, atau hampir tak ada makanan, mereka sering dipaksa untuk menahan sebanyak yang badan manusia bisa menahan, dan bahkan sering ambruk di bawah beban-beban mereka, dan mati. Jika, demi upah atau demi negara mereka, mereka mau melakukan hal ini, tentara dari salib harus mau melakukannya demi Juruselamatnya, dan demi kebaikan umat manusia. Karena itu, janganlah seorangpun mencari jabatan dari pendeta sebagai tempat yang enak / menyenangkan / tenteram. Janganlah seorangpun masuk ke dalamnya semata-mata untuk menikmati dirinya sendiri. Janganlah seorangpun memasukinya yang tidak siap untuk menjalani kehidupan seorang tentara dan menyambut kekerasan dan pencobaan sebagai bagiannya. Ia adalah seorang tentara yang buruk, yang, pada pendaftarannya, memberi suatu persyaratan bahwa ia diijinkan untuk tidur di sebuah ranjang berisi bulu burung, dan selalu dipakaiani dan diberi makan dengan baik, dan tidak pernah terbuka terhadap bahaya, atau terpaksa untuk mengikuti suatu barisan yang melelahkan. Tetapi tidakkah sebagian orang memasuki pelayanan dengan memberi syarat-syarat ini?).

John Stott: “Soldiers on active service do not expect a safe or easy time. They take hardship, risk and suffering as a matter of course. These things are part and parcel of a soldier’s calling. As Tertullian put it in his ‘Address to Martyrs’: ‘No soldier comes to the war surrounded by luxuries, nor goes into action from a comfortable bedroom, but from the makeshift and narrow tent, where every kind of hardness and severity and unpleasantness is to be found.’ Similarly, the Christian should not expect an easy time. If he is loyal to the gospel, he is sure to experience opposition and ridicule. He must ‘share in suffering’ with his comrades-in-arms. The soldier must be willing to concentrate as well as to suffer.” (= Tentara-tentara pada pelayanan aktif tidak mengharapkan saat yang aman dan enak. Mereka menganggap kesukaran dan penderitaan sebagai suatu persoalan biasa. Hal-hal ini adalah bagian dan paket dari panggilan seorang tentara. Seperti Tertullian menyatakannya dalam bukunya yang berjudul ‘Amanat bagi para martir’: ‘Tak ada tentara yang datang pada peperangan dikelilingi oleh kemewahan, atau bertindak dari suatu kamar tidur yang nyaman, tetapi dari tenda sementara dan sempit, dimana setiap jenis kesukaran dan kekerasan dan ketidak-nyamanan ditemukan’ Mirip dengan itu, orang Kristen tidak boleh mengharapkan saat yang enak. Jika ia setia pada injil, ia pasti mengalami oposisi dan ejekan. Ia harus ‘sama-sama menanggung penderitaan’ dengan kawan seperjuangannya. Tentara harus mau untuk berkonsentrasi maupun untuk menderita.).

The Biblical Illustrator (New Testament): “YOU MUST EXPECT TO FIND ENEMIES AND DIFFICULTIES IF YOU DO WHAT IS RIGHT. Every one was against Daniel because he prayed to God. Every one was against Shadrach, Meshach, and Abednego, because they would not bow down to an idol. But God was on their side. There was once a famous man of God named Athanasius . He was bold enough to maintain the true faith of Christ against Emperors, and Bishops, and he was driven into banishment over and over again. Some of his friends advised him to give in, for, said they, the world is against you; ‘Then,’ answered Athanasius, ‘I am against the world.’” (= ENGKAU HARUS BERHARAP UNTUK BERTEMU MUSUH-MUSUH DAN KESUKARAN-KESUKARAN JIKA ENGKAU MELAKUKAN APA YANG BENAR. Setiap orang menentang Daniel karena ia berdoa kepada Allah. Setiap orang menentang Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, karena mereka tidak mau menyembah kepada suatu patung berhala. Tetapi Allah berada di pihak mereka. Pernah ada seorang yang terkenal dari Allah yang bernama Athanasius. Ia cukup berani untuk mempertahankan iman yang benar tentang Kristus terhadap / menentang kaisar-kaisar, dan uskup-uskup, dan ia dibuang berulang-ulang. Beberapa dari sahabat-sahabatnya menasehatinya untuk menyerah / mengalah, karena, mereka berkata, dunia menentangmu; ‘Maka’, jawab Athanasius, ‘Aku menentang dunia’.).

Pulpit Commentary: “If the heart is divided between the ministry of God’s Word and the enjoyment of an easy life, there will be a constant temptation to avoid those various forms of ‘hardship’ which properly belong to the campaign of the soldiers of Christ. Troubles will be shirked rather than endured; and ministerial duties will be made to stand on one side when they interfere with the inclinations of the moment. Labour will be evaded when the soul calls for ease. The determined struggle, and the sturdy stand against evil, whether in his own heart or in the world around him, will be postponed to a more convenient season, while weak compromises and sinful compliances take their place in the immediate present. At the same time, contradiction and opposition, crooks and crosses of various kinds, untoward events, troubles, disappointments, and difficulties of all sorts, will be met, not in the spirit of Christian fortitude, not in the spirit of Christian meekness and patience, but with petulant complaints, or with roughness and ill temper, as running against the current of the love of ease in the soul. It is, therefore, incumbent upon the servant of God to be wholly given up to the ministry which he has received.” [= Jika hati terbagi antara pelayanan Firman Allah dan penikmatan dari suatu kehidupan yang enak, maka akan ada pencobaan yang terus menerus untuk menghindari berbagai-bagai bentuk kekerasan / kesukaran itu, yang secara tepat termasuk dalam pertempuran / expedisi militer dari tentara-tentara Kristus. Kesukaran-kesukaran akan dielakkan dan bukannya ditahan; dan kewajiban-kewajiban pelayanan akan disingkirkan pada waktu hal-hal itu mengganggu kecondongan hati dari saat itu. Jerih payah akan dihindari pada waktu jiwa menuntut kenyamanan. Pergumulan yang tekun, dan pendirian yang teguh menentang kejahatan, apakah dalam hatinya sendiri atau dalam dunia di sekelilingnya, akan ditunda sampai pada suatu saat yang lebih baik / tidak menyusahkan, sedangkan kompromi-kompromi yang lemah dan sikap menyerah / mengalah yang berdosa mengambil tempat mereka pada saat itu. Pada saat yang sama, kontradiksi dan oposisi, lekukan (?) dan salib-salib dari berbagai-bagai jenis, peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, problem-problem, kekecewaan-kekecewaan, dan kesukaran-kesukaran dari semua jenis, akan dihadapi, bukan dalam roh dari ketabahan Kristen, bukan dalam roh dari kelembutan dan kesabaran Kristen, tetapi dengan keluhan-keluhan yang tidak sabar, atau dengan kekasaran dan sikap hati yang buruk, karena melawan arus dari kasih terhadap kenyamanan dalam jiwa. Karena itu, adalah wajib bagi pelayan Allah untuk diserahkan sepenuhnya kepada pelayanan yang telah ia terima.].

2 Timotius 2: 4: “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”.

1) Terjemahan.

a) ‘memusingkan dirinya’.
KJV: ‘entangleth himself’ (= melibatkan dirinya sendiri).
RSV: ‘gets entangled’ (= terlibat).
NIV: ‘gets involved’ (= terlibat).
NASB: ‘entangles himself’ (= melibatkan dirinya sendiri).

b) ‘dengan soal-soal penghidupannya’.
KJV: ‘with the affairs of this life’ (= dengan urusan-urusan dari kehidupan ini).
RSV: ‘in civilian pursuits’ (= dalam pekerjaan-pekerjaan / kesibukan-kesibukan sipil / non militer).
NIV: ‘in civilian affairs’ (= dalam urusan-urusan sipil / non militer).
NASB: ‘in the affairs of everyday life’ (= dalam urusan-urusan dari kehidupan sehari-hari).

c) ‘komandannya’.
KJV: ‘him who hath chosen him to be a soldier.’ (= ia yang telah memilihnya menjadi seorang tentara).
RSV: ‘the one who enlisted him.’ (= orang yang mendaftarkannya).
NIV: ‘his commanding officer.’ (= pejabat yang berkuasa / berwenang).
NASB: ‘the one who enlisted him as a soldier.’ (= orang yang mendaftarkannya sebagai seorang tentara).

2) “Seorang prajurit yang sedang berjuang”.

The Biblical Illustrator (New Testament): “The Christian must be prepared for trial and conflict: - Some of God’s people seem to forget this. They think they are soldiers on pay days and at reviews: but as soon as the fiery darts begin to fall around them, and the road gets rough and rugged, they fancy they are deserters. A strange mistake this. You are never so much a soldier as when you are marching or fighting. I fear the fault of this mistake lies very much with some of us who may be called recruiting sergeants. In persuading men to enlist we speak much more of the ribbons, the bounty money, and the rewards, than we do of the battle-field and the march. Hence, perhaps, the error. But if we are to blame in this respect our great King is not. The whole of His teaching is in the other direction. He puts all the difficulties fairly before us, and we are exhorted to count the cost, so that we may not be covered with shame at last.” [= Orang Kristen harus siap untuk pencobaan dan konflik: - Sebagian dari umat Allah kelihatannya melupakan hal ini. Mereka mengira mereka adalah tentara pada hari-hari pembayaran / gajian dan pada peninjauan (?): tetapi begitu panah berapi mulai jatuh di sekitar mereka, dan jalanan menjadi berat dan keras, mereka menginginkan mereka adalah desertir / pembelot. Ini adalah suatu kesalahan yang aneh. Kamu tidak pernah menjadi tentara sebegitu banyak seperti pada waktu engkau sedang berbaris atau bertempur. Saya takut kesalahan dari hal ini terletak pada sebagian dari kita yang bisa disebut sersan yang merekrut. Dalam membujuk / meyakinkan orang untuk mendaftar kita berbicara lebih banyak tentang pita hiasan, uang hadiah, dan upah / pahala, dari pada kita berbicara tentang medan pertempuran dan barisan. Mungkin karena itu terjadi kesalahan ini. Tetapi jika kita harus dipersalahkan dalam hal ini, Raja kita tidak boleh dipersalahkan. Seluruh ajaranNya berada dalam arah yang lain. Ia meletakkan semua kesukaran-kesukaran secara jujur di hadapan kita, dan kita didesak untuk menghitung ongkos / harganya, supaya jangan kita ditutupi dengan rasa malu pada akhirnya.].

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
· Matius 10:24-25 - “(24) Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. (25) Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.”.

· Yohanes 15:20 - “Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firmanKu, mereka juga akan menuruti perkataanmu.”.

· Yohanes 16:1-3 - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”.

· Lukas 9:57-58 - “(57) Ketika Yesus dan murid-muridNya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (58) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’”.
·
 Kis 14:21-22 - “(21) Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (22) Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”.
· Kis 20:22-23 - “(22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.”.
· Lukas 14:26-33 - “(26) ‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. (27) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu. (28) Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? (29) Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, (30) sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. (31) Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? (32) Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. (33) Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu.”.

The Biblical Illustrator (New Testament): “THE SOLDIER AFTER HAVING BEEN ENLISTED HAS TO BE DRILLED - that is to say, he has to learn his business. A good soldier is not to be made in a day; there must be time and pains spent upon him; he must be trained and taught, and that very carefully, before he is fit to fight against the enemies of his country. And it is just the same with Christian soldiers. They have to learn to act together, so as to support and help one another in the conflict with evil. And then they have to learn the use of their weapons - of one more especially, which is called the ‘sword of the Spirit.’” (= TENTARA SETELAH DIDAFTARKAN HARUS DILATIH - artinya, ia harus mempelajari urusannya. Seorang tentara yang baik tidak dibuat dalam satu hari; di sana harus ada waktu dan usaha yang dihabiskan untuk dia; ia harus dilatih dan diajar, dan itu dengan sangat hati-hati / teliti, sebelum ia cocok untuk bertempur melawan musuh-musuh dari negaranya. Dan sama halnya dengan tentara-tentara Kristen. Mereka harus belajar untuk bertindak bersama-sama, sehingga menopang dan menolong satu sama lain dalam konflik dengan kejahatan. Dan lalu mereka harus mempelajari penggunaan dari senjata-senjata mereka - tentang satu senjata dengan lebih khusus, yang disebut ‘pedang Roh’).

Efesus 6:17 - “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,”.

Catatan: pendeta-pendeta yang menganggap / memperlakukan pendeta-pendeta lain (yang tidak sesat dalam pandangan mereka) bukannya sebagai rekan seperjuangan tetapi sebagai saingan, harus merenungkan hal ini, dan bertobat!

3) “tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya”.

William Hendriksen: “First, like a soldier on active duty, perhaps even engaged in a campaign, Timothy must perform his task wholeheartedly. If a soldiering person should pursue a business on the side, one that would really absorb his interests, so that he becomes ‘implicated’ in it, he would not be able to really ‘give’ himself to his appointed task as a soldier.” (= Pertama-tama, seperti seorang tentara dalam kewajiban / tugas aktif, mungkin bahkan ikut serta dalam operasi militer, Timotius harus melaksanakan tugasnya dengan segenap hati. Jika seorang tentara mengejar suatu bisnis sebagai pekerjaan sambilan / sampingan, suatu pekerjaan yang akan sungguh-sungguh menyerap perhatiannya, sehingga ia menjadi ‘terlibat’ di dalamnya, ia tidak akan bisa sungguh-sungguh memberikan / menyerahkan dirinya sendiri pada tugas yang ditetapkan baginya sebagai seorang tentara.).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “It is sometimes necessary for a pastor, or a pastor’s wife, to be employed because their church is not able to support them. This is a sacrifice on their part and an investment in the work. But a pastor who is fully supported should not get involved in sidelines that divide his interest and weaken his ministry. I have met pastors who spend more time on their real estate ventures than on their churches.” (= Kadang-kadang perlu bagi seorang pendeta atau seorang istri pendeta, untuk bekerja karena gereja mereka tidak mampu menyokong mereka. Ini merupakan suatu pengorbanan di pihak mereka dan suatu investasi dalam pekerjaan. Tetapi seorang pendeta yang disokong secara penuh tidak boleh terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan sampingan yang membagi perhatiannya dan melemahkan pelayanannya. Saya telah / pernah bertemu dengan pendeta-pendeta yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk usaha-usaha real estate dari pada untuk gereja-gereja mereka.).

Adam Clarke: “It is well remarked by Grotius, on this passage, that the legionary soldiers among the Romans were not permitted to engage in husbandry, merchandise, mechanical employments, or anything that might be inconsistent with their calling. Many canons, at different times, have been made to prevent ecclesiastics from intermeddling with secular employments. He who will preach the Gospel thoroughly, and wishes to give full proof of his ministry, had need to have no other work. He should be wholly in this thing, that his profiting may appear unto all. There are many who sin against this direction. They love the world, and labour for it, and are regardless of the souls committed to their charge. But what are they, either in number or guilt, compared to the immense herd of men professing to be Christian ministers, who neither read nor study, and consequently never improve? These are too conscientious to meddle with secular affairs, and yet have no scruple of conscience to while away time, be among the chief in needless self-indulgence, and, by their burdensome and monotonous ministry, become an incumbrance to the church! Do you inquire: In what sect or party are these to be found? I answer: In ALL. Idle drones, - ... disgrace every department in the Christian Church. They cannot teach because they will not learn.” (= Dikatakan dengan baik oleh Grotius, tentang text ini, bahwa tentara-tentara dari legiun-legiun / pasukan-pasukan di antara orang-orang Romawi tidak diijinkan untuk terlibat dalam pertanian / peternakan, perdagangan, pekerjaan-pekerjaan mekanis / mesin, atau apapun yang bisa tidak konsisten dengan panggilan mereka. Banyak peraturan-peraturan, pada jaman yang berbeda-beda, telah dibuat untuk mencegah pendeta / pastor dari percampuran dengan pekerjaan-pekerjaan sekuler. Ia yang mau mengkhotbahkan Injil secara sepenuhnya, dan berharap untuk memberikan bukti penuh dari pelayanannya, tidak boleh mempunyai pekerjaan lain. Ia harus berada secara penuh dalam hal ini, supaya kegunaannya bisa terlihat kepada semua orang. Ada banyak orang yang berdosa terhadap peraturan ini. Mereka mencintai dunia ini, dan berjerih payah untuknya, dan tidak mempunyai kepedulian terhadap jiwa-jiwa yang diserahkan pada tanggung jawab mereka. Tetapi apakah mereka itu, dalam jumlah atau kesalahan, dibandingkan dengan kumpulan besar manusia yang mengaku sebagai pendeta-pendeta Kristen, yang tidak membaca ataupun belajar, dan karena itu tidak pernah maju / bertambah baik? Orang-orang ini terlalu berhati-hati untuk bercampur dengan urusan-urusan sekuler, tetapi tidak mempunyai keberatan hati nurani untuk menghabiskan / membuang waktu, menjadi di antara kepala dalam pemuasan diri sendiri yang tidak perlu, dan oleh pelayanan mereka yang membebani dan monoton, menjadi suatu rintangan / beban bagi gereja! Apakah engkau bertanya: Dalam sekte atau kelompok / golongan mana orang-orang ini ditemukan? Saya menjawab: Dalam SEMUA kelompok / golongan. Pemalas-pemalas yang menganggur, - ... memalukan / menodai setiap departemen dalam Gereja Kristen. Mereka tidak bisa mengajar karena mereka tidak mau belajar.).

John Stott: “what is forbidden the good soldier of Jesus Christ is not all ‘secular’ activities, but rather ‘entanglements’ which, though they may be perfectly innocent in themselves, may hinder him from fighting Christ’s battles. This counsel applies specially to the Christian minister or pastor. He is called to devote himself to teaching and tending Christ’s flock, and there are other Scriptures besides this one to say that if possible he should not have the additional burden of having to get his living in some ‘secular’ employment.” (= apa yang dilarang bagi tentara yang baik dari Yesus Kristus bukanlah semua aktivitas sekuler, tetapi ‘keterlibatan-keterlibatan’ yang, sekalipun dalam dirinya sendiri hal-hal itu bisa tak berdosa secara sempurna, tetapi hal-hal itu bisa menghalanginya untuk bertempur dalam pertempuran-pertempuran Kristus. Nasehat ini diterapkan khususnya kepada pendeta atau gembala Kristen. Ia dipanggil untuk membaktikan dirinya sendiri kepada pengajaran dan perawatan / pemeliharaan kawanan domba Kristus, dan ada ayat-ayat lain dari Kitab Suci disamping yang satu ini yang mengatakan bahwa jika mungkin ia tidak boleh mempunyai beban tambahan tentang harus mendapatkan nafkahnya dalam suatu pekerjaan ‘sekuler’.).

Catatan: sayang sekali Stott tidak memberikan ayat-ayat referensi yang dia bicarakan.

John Stott: “It is true that the apostle himself had often earned his keep by his tent-making. Yet he made it plain that in his case the reason was personal and exceptional, namely to ‘make the gospel free of charge’ and so put no possible ‘obstacle in the way of the gospel of Christ’ (1 Cor. 9:18, 12). He still asserted the principle for himself and for every minister, by command of the Lord, that ‘those who proclaim the gospel should get their living by the gospel’ (1 Cor. 9:14). Indeed, he clearly expected this to be the general rule. And this needs to be remembered in our day when ‘auxiliary’, ‘supplementary’ and ‘part-time’ ministries are increasing, in which the pastor continues his trade or profession and exercises his ministry in his spare time. Such ministries can hardly be said to contravene Scripture. Yet they are difficult to reconcile with the apostle’s injunction to avoid entanglements. In the Church of England service for the ordination of presbyters the Bishop exhorts the candidates in these words: ‘Consider how studious ye ought to be in reading and learning the Scriptures … and for this selfsame cause how ye ought to forsake and set aside (as much as you may) all worldly cares and studies, … give yourselves wholly to this Office, … apply yourselves wholly to this one thing, and draw all your cares and studies this way.’” [= Memang benar bahwa sang rasul sendiri sering telah mendapatkan nafkahnya dengan pembuatan tendanya. Tetapi ia membuatnya jelas bahwa dalam kasus ini alasannya adalah pribadi dan merupakan perkecualian, yaitu untuk ‘membuat injil itu gratis’ dan dengan demikian tidak meletakkan kemungkinan ‘halangan dalam jalan dari injil Kristus’ (1Kor 9:18,12). Ia tetap menegaskan prinsip untuk dirinya sendiri dan untuk setiap pendeta, dengan perintah dari Tuhan, bahwa ‘mereka yang memberitakan injil harus mendapatkan nafkahnya oleh injil’ (1Kor 9:14). Bahkan, ia dengan jelas mengharapkan ini sebagai peraturan umum. Dan ini perlu diingat pada jaman kita pada saat pelayanan ‘pembantu’, ‘tambahan’ dan ‘paruh waktu’ sedang bertambah, dalam mana sang pendeta melanjutkan perdagangannya dan pekerjaannya dan menjalankan pelayanannya pada waktu luangnya. Pelayanan seperti itu tak bisa dikatakan bertentangan dengan Kitab Suci. Tetapi pelayanan-pelayanan seperti itu sukar diperdamaikan dengan perintah sang rasul untuk menghindari keterlibatan-keterlibatan. Dalam kebaktian Gereja Inggris untuk pentahbisan penatua-penatua sang Uskup mendesak para calon dengan kata-kata ini: ‘Pertimbangkan / renungkan betapa kamu harus rajin dalam membaca dan belajar Kitab Suci ... dan untuk alasan yang sama betapa kamu harus meninggalkan dan mengesampingkan (sebanyak kamu bisa) semua perhatian dan pelajaran duniawi, ... serahkan dirimu sendiri sepenuhnya untuk Jabatan / Tugas ini, ... gunakanlah dirimu sendiri sepenuhnya untuk satu hal ini, dan tariklah semua perhatian dan pelajaranmu ke jalan ini / dengan cara ini’.].

Bandingkan dengan text-text di bawah ini:
· Kis 18:1-3 - “(1) Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. (2) Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. (3) Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.”.
· 1Kor 9:7-18 - “(7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. (15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada...! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga! (16) Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. (17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. (18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”.
· 2Kor 11:7-9 - “(7) Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma? (8) Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu! (9) Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorangpun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian.”.

2 TIMOTIUS 2:1-7(4)

2Timotius 2:1-7 - “(1) Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. (2) Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. (3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (5) Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. (6) Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. (7) Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”.

John Stott: “The application of this verse is wider than to pastors, however. Every Christian is in some degree a soldier of Christ, even if he is as timid as Timothy. For, whatever our temperament, we cannot avoid the Christian conflict. And if we are to be good soldiers of Jesus Christ, we must be dedicated to the battle, committing ourselves to a life of discipline and suffering, and avoiding whatever may ‘entangle’ us and so distract us from it.” (= Tetapi, penerapan dari ayat ini lebih luas dari kepada pendeta-pendeta. Setiap orang Kristen dalam tingkat tertentu adalah seorang tentara Kristus, bahkan jika ia sama penakutnya seperti Timotius. Karena, apapun temperamen kita, kita tidak bisa menghindari konflik Kristen. Dan jika kita mau menjadi tentara-tentara yang baik dari Yesus Kristus, kita harus didedikasikan pada pertempuran, menyerahkan diri kita sendiri pada suatu kehidupan dari disiplin dan penderitaan, dan menghindari apapun yang bisa ‘melibatkan’ kita dan dengan demikian menyimpangkan kita darinya.).

Catatan: bagi orang awam, sekalipun hidupnya juga harus diserahkan kepada Kristus sepenuhnya, tentu ia tidak mungkin untuk meninggalkan pekerjaan ‘sekuler’nya. Tetapi pekerjaan itu tetap harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, dan bukan sekedar untuk mencari uang / kekayaan.

Calvin: “‘The condition of military discipline is such, that as soon as a soldier has enrolled himself under a general, he leaves his house and all his affairs, and thinks of nothing but war; and in like manner, in order that we may be wholly devoted to Christ, we must be free from all the entanglements of this world.’ ... By ‘the affairs of life’, he means the care of governing his family, and ordinary occupations; as farmers leave their agriculture, and merchants their ships and merchandise, till they have completed the time that they agreed to serve in war. We must now apply the comparison to the present subject, that every one who wishes to fight under Christ must relinquish all the hindrances and employments of the world, and devote himself unreservedly to the warfare.” (= ‘Syarat dari disiplin militer adalah sedemikian, sehingga begitu seorang tentara telah mendaftarkan dirinya sendiri di bawah seorang jendral, ia meninggalkan rumahnya dan semua urusan-urusannya, dan tidak memikirkan apapun kecuali peperangan; dan dengan cara yang sama, supaya kita bisa sepenuhnya dibaktikan kepada Kristus, kita harus bebas dari semua keterlibatan dari dunia ini’. ... Dengan ‘urusan-urusan dari kehidupan’ ia memaksudkan perhatian untuk memerintah keluarganya, dan pekerjaan-pekerjaan / kesibukan-kesibukan biasa; seperti petani-petani meninggalkan pertaniannya, dan pedagang-pedagang meninggalkan kapal-kapal dan barang-barang dagangan mereka, sampai mereka telah menyelesaikan waktu yang telah mereka setujui untuk melayani dalam peperangan. Sekarang kita harus menerapkan perbandingan dengan pokok sekarang ini, bahwa setiap orang yang ingin bertempur di bawah Kristus harus melepaskan semua rintangan-rintangan dan pekerjaan-pekerjaan dari dunia, dan membaktikan dirinya sendiri tanpa batasan pada peperangan.).

Bdk. Lukas 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu.”.
Matius 4:18-20 - “(18) Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. (19) Yesus berkata kepada mereka: ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.’ (20) Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.”.

Calvin: “Here Paul speaks to the pastors of the Church in the person of Timothy. The statement is general, but is specially adapted to the ministers of the word. First, let them see what things are inconsistent within their office, that, freed from those things, they may follow Christ. Next, let them see, each for himself, what it is that draws them away from Christ; that this heavenly General may not have less authority over us than that which a mortal man claims for himself over heathen soldiers who have enrolled under him.” (= Di sini Paulus berbicara kepada pendeta-pendeta dari Gereja dalam diri dari Yakobus. Pernyataannya adalah umum, tetapi secara khusus disesuaikan dengan pelayan-pelayan dari firman. Pertama, hendaklah mereka melihat hal-hal apa yang tidak konsisten di dalam jabatan / tugas mereka, supaya, dengan dibebaskan dari hal-hal itu, mereka bisa mengikuti Kristus. Selanjutnya, hendaklah mereka melihat, masing-masing bagi dirinya sendiri, apa yang menarik mereka menjauhi Kristus; supaya Jendral surgawi ini tidak mempunyai otoritas yang kurang atas kita dari pada apa yang diclaim oleh manusia yang fana bagi dirinya sendiri atas tentara-tentara kafir yang telah mendaftar di bawahnya.).

The Biblical Illustrator (New Testament): “A soldier always: - You cannot be a saint on Sundays and a sinner in the week; you cannot be a saint at church and a sinner in the shop; you cannot be a saint in Liverpool and a sinner in London. You cannot serve God and Mammon. You are a soldier everywhere or nowhere, and woe to you if you dishonour your King.” (= Selalu seorang tentara: - Kamu tidak bisa menjadi seorang kudus pada hari Minggu dan seorang berdosa dalam minggu itu; kamu tidak bisa menjadi seorang kudus di gereja dan seorang berdosa di toko; kamu tidak bisa menjadi seorang kudus di Liverpool dan seorang berdosa di London. Kamu tidak bisa melayani Allah dan Mammon / dewa uang. Kamu adalah seorang tentara dimana-mana atau tidak dimanapun, dan celakalah kamu jika kamu mempermalukan Rajamu.).

The Biblical Illustrator (New Testament): “the Christian’s dangers arise not only from his sins, but also from the ordinary affairs of daily life. These are more especially meant in the text. And what snare can be greater? Actual sin we may generally know to be sin. But in the affairs of this life, our daily occupations and our lawful enjoyments, it is often hard to find where the entanglement begins. If as moralists say and as experience proves, the difference between things lawful and unlawful is frequently one of degree, it must require both an enlightened conscience and much self-examination to ascertain the middle path of safety.” (= bahaya-bahaya bagi orang Kristen muncul bukan hanya dari dosa-dosanya, tetapi juga dari urusan-urusan biasa dari kehidupan sehari-hari. Hal-hal ini dimaksudkan secara lebih khusus dalam text ini. Dan jerat apa yang bisa lebih besar? Dosa-dosa yang aktual / sungguh-sungguh biasanya kita ketahui sebagai dosa. Tetapi dalam urusan-urusan dari kehidupan ini, pekerjaan-pekerjaan sehari-hari kita dan penikmatan kita yang sah, seringkali sukar untuk menemukan dimana keterlibatan mulai. Jika seperti para tokoh moral katakan dan seperti pengalaman membuktikan, perbedaan antara hal-hal yang sah dan tidak sah seringkali adalah dalam persoalan tingkatan, itu pasti memerlukan hati nurani yang diterangi dan banyak pemeriksaan diri sendiri / introspeksi untuk memastikan jalan keamanan di tengah-tengah.).

4) “supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya”.

Matthew Henry: “The great care of a soldier should be to please his general; so the great care of a Christian should be to please Christ, to approve ourselves to him. The way to please him who hath chosen us to be soldiers is not to entangle ourselves with the affairs of this life, but to be free from such entanglements as would hinder us in our holy warfare.” (= Perhatian besar dari seorang tentara harus untuk menyenangkan jendralnya; begitu juga perhatian besar dari seorang Kristen harus untuk menyenangkan Kristus, membuat diri kita disetujui olehNya. Jalan / cara untuk menyenangkan Dia yang telah memilih kita sebagai tentara-tentara adalah dengan tidak melibatkan diri kita sendiri dengan urusan-urusan dari kehidupan ini, tetapi untuk bebas dari keterlibatan-keterlibatan seperti itu karena akan menghalangi kita dalam peperangan kudus kita.).

Pulpit Commentary: “His sole motive is to please the Master who enrolled him in this service. It is not to please himself, or to please men by seeking ease, or emolument, or social position, but to please the Lord Jesus Christ” (= Satu-satunya motivasi adalah untuk menyenangkan Tuan yang telah mendaftarkannya dalam pelayanan ini. Bukan untuk menyenangkan dirinya sendiri, atau untuk menyenangkan orang-orang dengan mencari kenyamanan, atau honorarium, atau kedudukan sosial, tetapi untuk menyenangkan Tuhan Yesus Kristus).

Galatia 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”.

2 Timotius 2: 5: “Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.”.
KJV: ‘And if a man also strive for masteries, yet is he not crowned, except he strive lawfully.’ (= Dan jika seorang manusia juga berjuang untuk kemenangan, tetapi ia tidak dimahkotai, kecuali ia berjuang dengan sah.).
RSV: ‘An athlete is not crowned unless he competes according to the rules.’ (= Seorang atlet tidak dimahkotai kecuali ia bertanding / berlomba sesuai dengan peraturan-peraturan.).
NIV: ‘Similarly, if anyone competes as an athlete, he does not receive the victor’s crown unless he competes according to the rules.’ (= Secara mirip, jika siapapun bertanding / berlomba sebagai seorang atlet, ia tidak menerima mahkota pemenang kecuali ia bertanding / berlomba menurut peraturan-peraturan.).
NASB: ‘Also if anyone competes as an athlete, he does not win the prize unless he competes according to the rules.’ (= Juga jika siapapun bertanding / berjuang sebagai seorang atlet, ia tidak memenangkan hadiah kecuali ia bertanding / berlomba menurut peraturan-peraturan.).

Bible Knowledge Commentary: “The thought here is similar to 1 Cor 9:24-27 (and Heb 12:1-2).” [= Pemikiran di sini serupa dengan 1Kor 9:24-27 (dan Ibr 12:1-2)].

1Kor 9:24-27 - “(24) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! (25) Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. (26) Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (27) Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.”.

Ibrani 12:1-2 - “(1) Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. (2) Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.”.

Calvin: “And if any one strive. He now speaks of perseverance, that no man may think that he has done enough when he has been engaged in one or two conflicts. ... If any man, therefore, wearied with the conflict, immediately withdraw from the arena to enjoy repose, he will be condemned for indolence instead of being crowned. Thus, because Christ wishes us to strive during our whole life, he who gives way in the middle of the course deprives himself of honor, even though he may have begun valiantly. To strive lawfully is to pursue the contest in such a manner and to such an extent as the law requires, that none may leave off before the time appointed.” (= ‘Dan jika siapapun berjuang’. Sekarang ia berbicara tentang ketekunan, supaya tak seorangpun bisa berpikir bahwa ia telah melakukan cukup pada waktu ia telah terlibat dalam satu atau dua pertempuran. ... Karena itu, jika siapapun bosan dengan pertempuran, dan dengan segera menarik diri dari arena / gelanggang untuk menikmati istirahat / kesenangan, ia akan dikecam untuk kemalasan dan bukannya dimahkotai. Maka, karena Kristus ingin kita berjuang dalam sepanjang hidup kita, ia yang menyerah di tengah jalan menghilangkan kehormatan dari dirinya sendiri, sekalipun ia mungkin telah memulai dengan berani. Berjuang secara sah / menurut hukum berarti mengikuti pertandingan dengan cara sedemikian rupa dan sampai pada tingkat sedemikian rupa seperti yang dituntut oleh hukum, supaya tak seorangpun bisa berhenti sebelum waktu yang ditentukan.).

Catatan: pada bagian awal dari kutipan ini, sekalipun kata-kata Calvin benar, tetapi tak sesuai dengan ayat itu, yang menekankan ketaatan pada peraturan-peraturan, dan bukannya ketekunan, sekalipun harus diakui bahwa dalam pertandingan / perlombaan, ketekunan juga jelas harus ada.

John Stott: “Paul now turns from the image of the Roman soldier to that of the competitor in the Greek games. In no athletic contest of the ancient world (any more than of the modern) was a competitor giving a random display of strength or skill. Every sport had its rules, always for the contest itself and sometimes for the preparatory training as well. Every event had its prize also, and the prizes awarded at the Greek games were evergreen wreaths, not gold medals or silver trophies. But no athlete, however brilliant, was ‘crowned’ unless he had competed ‘according to the rules’. ‘No rules, no wreath’ was the order of the day. The Christian life is regularly likened in the New Testament to a race, NOT IN THE SENSE THAT WE ARE COMPETING AGAINST EACH OTHER ..., but in other ways, in the strenuous self-discipline of training (1 Cor. 9:24–27), in laying aside every hindrance (Heb. 12:1, 2) and here in keeping the rules.” [= Sekarang Paulus berpindah dari gambaran dari seorang tentara Romawi kepada petanding / pelomba dalam pertandingan-pertandingan Yunani. Tak ada pertandingan atletik dalam dunia kuno (maupun dalam dunia modern) ada seorang pelomba / petanding yang memberikan suatu pertunjukan sembarangan dari kekuatan atau keahlian. Setiap jenis olah raga mempunyai peraturan-peraturannya sendiri, selalu untuk pertandingan itu sendiri dan kadang-kadang juga untuk latihan persiapan. Setiap pertandingan mempunyai hadiahnya juga, dan hadiah yang diberikan pada pertandingan-pertandingan Yunani adalah lingkaran-lingkaran bunga yang selalu hijau, bukan medali emas atau piala perak. Tetapi tidak ada atlet, bagaimanapun hebatnya, dimahkotai kecuali ia telah bertanding ‘menurut peraturan-peraturan’. ‘Tak ada peraturan-peraturan, tak ada lingkaran bunga’ adalah hukum / syarat dari jaman itu. Kehidupan Kristen dalam Perjanjian Baru biasanya disamakan dengan suatu perlombaan, BUKAN DALAM ARTI BAHWA KITA BERLOMBA / BERSAING SATU SAMA LAIN ..., tetapi dengan cara-cara lain, dalam disiplin diri sendiri yang keras dari latihan (1Kor 9:24-27), dalam menyingkirkan setiap halangan (Ibrani 12:1-2) dan di sini, dalam mentaati peraturan-peraturan.].

Catatan: yang saya beri garis bawah ganda, justru merupakan sesuatu yang sangat banyak terjadi dalam dunia Kristen saat ini. Betul-betul merupakan sesuatu yang memalukan kalau pendeta / pelayan yang satu menganggap pendeta / pelayan yang lain sebagai saingan, dan bukan sebagai rekan! Siapapun yang menganggap gereja / pendeta / pelayan lain sebagai saingan jelas tidak mempunyai motivasi untuk memuliakan Allah dalam pelayan maupun hidupnya!

Bdk. 1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”.
Kalau makan dan minum saja harus untuk kemuliaan Allah, apalagi pelayanan!

John Stott: “The context requires that competing ‘according to the rules’ has a wider application than to our moral conduct, however. Paul is describing Christian service, not just Christian life. He seems to be saying that rewards for service depend on faithfulness. The Christian teacher must teach the truth, building with solid materials on the foundation of Christ, if his work is to endure and not be burned up (cf. 1 Cor. 3:10–15).” [= Tetapi kontext menuntut bahwa pertandingan / perlombaan ‘menurut peraturan-peraturan’ mempunyai penerapan yang lebih luas dari pada tingkah laku kita. Paulus sedang menggambarkan pelayananKristen, bukan hanya kehidupan Kristen. Kelihatannya ia mengatakan bahwa pahala-pahala untuk pelayanan tergantung pada kesetiaan. Pengajar Kristen harus mengajar kebenaran, membangun dengan bahan-bahan yang padat / keras / kokoh di atas fondasi dari Kristus, jika pekerjaannya mau bertahan dan bukannya terbakar habis (bdk. 1Kor 3:10-15).].

1Korintus 3:10-15 - “(10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”.

Penerapan: sebagai contoh dari pendeta-pendeta / pengkhotbah-pengkhotbah yang membangun dengan kayu, rumput kering dan jerami, adalah mereka yang tak pernah mau mengajar hal-hal yang sukar, khususnya yang bersifat doktrinal.

The Biblical Illustrator (New Testament): “Lawful strife: - We gather from this figure that in spiritual things there is a striving lawfully and a striving unlawfully, and that the prize is not necessarily given to him who wins the race, if he has not complied with certain rules laid down. I think, then, we may say that there are three distinct ways of striving. 1. There is an unlawful striving after unlawful objects. 2. An unlawful striving after lawful objects. 3. A lawful striving after lawful objects.” (= Perjuangan yang sah / sesuai dengan hukum: - Kita mengumpulkan dari gambaran ini bahwa dalam hal-hal rohani di sana ada suatu perjuangan yang sah dan suatu perjuangan yang tidak sah, dan bahwa hadiah tidak harus diberikan kepada dia yang memenangkan perlombaan, jika ia tidak tunduk / mengikuti peraturan-peraturan tertentu yang diberikan. Maka / karena itu, saya berpikir, kita bisa berkata bahwa di sana ada tiga cara yang berbeda dari perjuangan. 1. Ada suatu perjuangan yang tidak sah untuk mengejar tujuan-tujuan yang tidak sah. 2. Suatu perjuangan yang tidak sah untuk mengejar tujuan-tujuan yang sah. 3. Suatu perjuangan yang sah untuk mengejar tujuan-tujuan yang sah.).

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Paul sometimes used athletic illustrations in his writings - wrestling, boxing, running, and exercising. The Greeks and the Romans were enthusiastic about sports, and the Olympic and Isthmian games were important events to them. Paul had already urged Timothy to exercise like an athlete (1 Tim 4:7-8). Now Paul admonished him to obey the rules. A person who strives as an athlete to win a game and get a crown must be careful to obey all the rules of the game. In the Greek games in particular, the judges were most careful about enforcing the rules. Each competitor had to be a citizen of his nation, with a good reputation. In his preparations for the event, he had to follow specific standards. If an athlete was found defective in any matter, he was disqualified from competing. If, after he had competed and won, he was found to have broken some rule, he then lost His crown. Jim Thorpe, a great American athlete, lost his Olympic medals because he participated in sports in a way that broke an Olympic rule.” [= Paulus kadang-kadang menggunakan ilustrasi atletik dalam tulisan-tulisannya - gulat, tinju, lari, dan latihan. Orang-orang Yunani dan Romawi sangat antusias tentang olah raga, dan pertandingan-pertandingan Olympiade dan Isthmian merupakan peristiwa-peristiwa / pertandingan-pertandingan yang penting bagi mereka. Paulus telah mendesak Timotius untuk berlatih seperti seorang atlet (1Tim 4:7-8). Sekarang Paulus menesehatinya untuk mentaati peraturan-peraturan. Seseorang yang berjuang sebagai seorang atlet untuk memenangkan suatu pertandingan / permainan dan mendapatkan mahkota, harus hati-hati untuk mentaati semua peraturan-peraturan dari pertandingan / permainan. Dalam pertandingan-pertandingan Yunani khususnya, hakim-hakim / wasit-wasit hati-hati / teliti tentang penegakan peraturan-peraturan. Setiap pelomba / petanding harus adalah warga negara dari bangsa itu, dengan reputasi yang baik. Dalam persiapannya untuk pertandingan itu, ia harus mengikuti standard-standard khusus / tertentu. Jika seorang atlet ditemukan cacat dalam persoalan apapun, ia didiskwalifikasi dari pertandingan. Jika, setelah ia bertanding / berlomba dan menang, ia didapati telah melanggar peraturan, maka ia kehilangan mahkotanya. Jim Thorpe, seorang atlet besar Amerika, kehilangan medali-medali Olympiade-nya karena ia ikut serta dalam olah raga dengan suatu cara yang melanggar suatu peraturan Olympiade.].

Contoh orang yang didiskwalifikasi karena melanggar peraturan pertandingan:
1) Atlet yang didapati menggunakan steroid.
2) Pelari maraton Olympiade, yang berada paling depan sampai sekitar 50 meter dari garis finish, tetapi lalu ambruk. Lalu ada beberapa orang memapah dia sampai masuk garis finish. Sudah tentu dia didiskwalifikasi!
3) Petinju yang berhasil memukul KO lawannya, tetapi memukul dengan cara yang terlarang, atau memukul pada bagian terlarang, atau memukul setelah bel berbunyi.
4) ‘Pertandingan’ di Atlas Fitness Center, dimana orang yang lari di treadmill, pada saat sudah tak kuat lagi, meneruskan lari sambil berpegangan pada pegangan di bagian depan treadmill itu.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “From the human point of view, Paul was a loser. There was nobody in the grandstands cheering him, for ‘all they which are in Asia’ had turned away from him (2 Tim 1:15). He was in prison, suffering as an evildoer. Yet, Paul was a winner! He had kept the rules laid down in the Word of God, and one day he would get his reward from Jesus Christ. Paul was saying to young Timothy, ‘The important thing is that you obey the Word of God, no matter what people may say. You are not running the race to please people or to get fame. You are running to please Jesus Christ.’” [= Dari sudut pandang manusia, Paulus adalah orang yang kalah. Tidak ada seorangpun di tribun bersorak mendukungnya, karena ‘semua mereka yang ada di Asia’ telah meninggalkannya / berbalik dari dia (2Timotius 1:15). Ia ada di dalam penjara, menderita sebagai seorang penjahat / pelaku kejahatan. Tetapi, Paulus adalah seorang pemenang! Ia telah memelihara / mentaati peraturan-peraturan yang diberikan dalam Firman Allah, dan suatu hari ia akan mendapatkan pahalanya dari Yesus Kristus. Paulus sedang berkata kepada Timotius yang masih muda, ‘Hal yang penting adalah bahwa engkau mentaati Firman Allah, tak peduli apa yang orang-orang katakan. Engkau tidak sedang berlari untuk menyenangkan orang-orang atau untuk mendapatkan kemasyhuran / kepopuleran. Engkau sedang berlari untuk menyenangkan Yesus Kristus’.].

Bdk. Galatia 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”.

Jelas bahwa ada peserta-peserta pertandingan / perlombaan yang dianggap menang oleh manusia, tetapi dianggap kalah oleh Tuhan, dan sebaliknya! Penulis ini menganggap Paulus menang, karena ia berjuang sambil mentaati Firman Tuhan! Kata-kata yang saya beri garis bawah ganda merupakan sesuatu yang penting, karena kalau kita berjuang sambil mentaati Firman Tuhan, pasti akan muncul banyak orang yang mengkritik tindakan kita itu! Ini tidak boleh kita pedulikan!

Bdk. 1Kor 4:1-5 - “(1) Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. (2) Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. (3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”.

Catatan: bagian yang saya beri garis bawah tunggal salah terjemahan.
NIV: ‘My conscience is clear, but that does not make me innocent.’ (= Hati nuraniku bersih, tetapi itu tidak membuat aku tak berdosa.).
Tetapi yang menjadi penekanan saya adalah bagian yang saya beri garis bawah ganda.

Jadi, dari semua ini bisa disimpulkan dua hal yang penting:

1) Paulus menggambarkan pelayanan / kehidupan Kristen sebagai suatu pertandingan / perlombaan. Tetapi itu bukan berarti kita bertanding / bersaing dengan sesama orang Kristen / pelayan Tuhan!

2) Dalam pertandingan, kalau kita ingin menang, kita harus mentaati Firman Tuhan.

a) Pertama-tama, ini mensyaratkan pendeta-pendeta untuk banyak belajar Firman Tuhan, karena kalau tidak, bagaimana ia tahu apakah perjuangannya sesuai dengan Firman Tuhan atau tidak?

b) Banyak orang Kristen / pendeta, demi suksesnya suatu pelayanan, melanggar Firman Tuhan, baik secara sadar / sengaja atau secara tidak sadar / tidak sengaja.

c) Contoh pelanggaran dalam kehidupan / pelayanan:

1. Gereja / pendeta yang tidak mau memberitakan hal-hal yang tidak menyenangkan orang, baik dalam hal moral maupun doktrinal. Dengan cara ini mereka mungkin sekali akan mengumpulkan banyak orang, dan kelihatan menang, tetapi sebetulnya mereka kalah!

Bdk. 2Timotius 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”.

2. Gereja / pendeta yang memberikan janji-janji kosong (dusta) untuk menyenangkan orang.

3. Gereja / pendeta yang menjadikan gereja / pendeta lain (yang tidak sesat) sebagai saingan.

4. Gereja / pendeta yang membagi-bagi sembako dengan tujuan / motivasi untuk mengumpulkan banyak orang!

5. Gereja / pendeta yang mau menyumbang agama lain demi mendapatkan ijin gereja. Ini sama dengan memperluas dan mempermulus jalan ke neraka!

Catatan: lucunya, atau ironisnya, mereka tak akan mau menyumbang gereja lain (yang baik) yang betul-betul membutuhkan bantuan. Alangkah bertentangannya hal ini dengan praktek gereja-gereja abad pertama. Bdk. Ro 15:25-26 - “(25) Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus. (26) Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem.”. Bdk. juga dengan 2Kor 8.

6. Gereja / pendeta yang menerapkan praktek-praktek dan politik duniawi / sekuler yang bertentangan dengan Firman Tuhan dalam gereja. Misalnya, kalau ada suatu konflik, yang dibela adalah orang yang kaya / berkedudukan tinggi / dekat dengan dia / ‘lebih berguna’ bagi gereja.

7. Gereja / pendeta yang mempraktekkan kediktatoran.
Hanya Yesus yang adalah Raja / Tuhan dalam gereja, dan manusia boleh berkuasa / memerintah gereja hanya sebagai suatu badan (majelis), dan bukan satu manusia secara pribadi!

8. Gereja / pendeta yang mau memberkati pernikahan kristen dengan non Kristen karena takut kehilangan jemaat yang mau menikah itu.

9. Gereja / pendeta yang takut menjalankan siasat gerejani karena takut kehilangan jemaat yang seharusnya disiasat itu.

10. Gereja / pendeta yang takut menjalankan Firman Tuhan yang manapun karena takut / sungkan kepada manusia, siapapun adanya manusia itu.

2 TIMOTIUS 2:1-7(5)

2Timotius 2:3-7 - “(3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (5) Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. (6) Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. (7) Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”.

2 Timotius 2: 6: “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.”.

John Stott: “If the athlete must play fair, the farmer must work hard. He ‘toils’ at his job, as the verb indicates. Hard work is indeed indispensable to good farming. This is particularly so in developing countries before mechanization arrives. In such circumstances successful farming depends as much on sweat as on skill. However poor the soil, inclement the weather, or disinclined the farmer, he must keep at his work. ... Unlike the soldier and the athlete the farmer’s life is ‘totally devoid of excitement, remote from all glamour of peril and of applause’. Yet the first share of the crops goes to the hardworking farmer. He deserves it. His good yield is due as much to his toil and perseverance as to anything else. That is why a sluggard never makes a good farmer, as the book of Proverbs insists. He always loses his harvest, either because he is asleep when he ought to be reaping, or because he was too lazy to plough the previous autumn, or because he has allowed his fields to become overgrown with nettles and thorns (Pr. 10:5; 20:4; 24:30, 31).” [= Jika sang olahragawan harus bermain dengan fair / jujur, sang petani harus bekerja keras. Ia berjerih payah pada pekerjaannya, seperti ditunjukkan oleh kata kerjanya. Kerja keras memang sangat diperlukan bagi pertanian yang baik. Khususnya ini adalah demikian di negara-negara berkembang sebelum datangnya mekanisasi. Dalam keadaan seperti itu pertanian yang sukses tergantung secara sama pada keringat seperti pada keahlian. Bagaimanapun buruknya tanah dan cuaca, atau bagaimanapun segannya sang petani, ia harus tetap bekerja. ... Berbeda dengan prajurit dan olahragawan, kehidupan sang petani adalah ‘sama sekali tidak memiliki kegembiraan, jauh dari semua glamor / pesona dari bahaya dan dari tepuk tangan / sorakan’. Tetapi bagian pertama dari panen pergi kepada petani yang bekerja keras. Ia layak mendapatkannya. Hasilnya yang baik disebabkan sama banyaknya oleh jerih payah dan ketekunannya sama seperti oleh apapun yang lain. Ini sebabnya seorang pemalas tidak pernah menjadi seorang petani yang baik, seperti kitab Amsal berkeras. Ia selalu kehilangan panennya, atau karena ia tidur pada waktu ia seharusnya menuai, atau karena ia terlalu malas untuk membajak pada musim gugur sebelumnya, atau karena ia mengijinkan ladangnya dipenuhi dengan rumput liar dan duri (Amsal 10:5; 20:4; 24:30,31).].

Amsal 10:5 - “Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.”.
Amsal 20:4 - “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.”.
Amsal 24:30-31 - “(30) Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. (31) Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh.”.

John Stott: “To what kind of harvest is the apostle referring? Two applications are more obviously biblical than others. First, holiness is a harvest. True, it is ‘the fruit (or ‘harvest’) of the Spirit’, in that the Spirit is himself the chief farmer who produces a good crop of Christian qualities in the believer’s life. But we have our part to play. We are to ‘walk by the Spirit’ and ‘sow to the Spirit’ (Gal. 5:16; 6:8), following his promptings and disciplining ourselves, if we would reap the harvest of holiness. Many Christians are surprised that they are not noticeably growing in holiness. Is it that we are neglecting to cultivate the field of our character? ‘Whatever a man sows, that he will also reap’ (Gal. 6:7). As Bishop Ryle emphasizes again and again in his great book entitled ‘Holiness,’ there are ‘no gains without pains’. For example: ‘I will never shrink from declaring my belief that there are no spiritual gains without pains. I should as soon expect a farmer to prosper in business who contented himself with sowing his fields and never looking at them till harvest, as expect a believer to attain much holiness who was not diligent about his Bible-reading, his prayers, and the use of his Sundays. Our God is a God who works by means, and He will never bless the soul of that man who pretends to be so high and spiritual that he can get on without them.’ As Paul puts it here, it is ‘the hardworking farmer’ who has the first share of the crop. For holiness is a harvest. Secondly, the winning of converts is a harvest too. ‘The harvest is plentiful,’ Jesus said, referring to the many who are waiting to hear and receive the gospel (Mt. 9:37; cf. Jn. 4:35; Rom. 1:13). Now in this harvest it is of course ‘God who gives the growth’ (1 Cor. 3:6, 7). But again we have no liberty to be idle. Further, both the sowing of the good seed of God’s word and the reaping of the harvest are hard work, especially when the labourers are few. Souls are hardly won for Christ, not by the slick, automatic application of a formula, but by tears and sweat and pain, especially in prayer and in sacrificial personal friendship. Again, it is ‘the hardworking farmer’ who can expect good results.”[= Jenis panen apa yang ditunjuk oleh sang rasul? Dua penerapan secara jelas adalah lebih Alkitabiah dari pada yang lain. Pertama, kekudusan adalah suatu panen. Memang benar, itu adalah ‘buah (atau ‘panen’) dari Roh’, dalam hal bahwa Roh itu sendiri adalah sang petani utama / kepala yang menghasilkan panen yang baik dari sifat-sifat Kristen dalam kehidupan orang percaya. Tetapi kita mempunyai bagian kita untuk dilakukan. Kita harus ‘berjalan oleh Roh’ dan ‘menabur bagi Roh’ (Gal 5:16; 6:8), mengikuti dorongan / desakanNya dan pendisiplinan diri kita sendiri, jika kita mau menuai panen kekudusan. Banyak orang-orang Kristen heran bahwa mereka tidak bertumbuh secara nyata dalam kekudusan. Apakah itu karena kita sedang mengabaikan untuk mengusahakan ladang karakter kita? ‘Apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya’ (Gal 6:7). Seperti yang ditekankan oleh Uskup Ryle berulang-ulang dalam bukunya yang hebat yang berjudul ‘Holiness’ (= Kekudusan), di sana ‘tidak ada keuntungan / perolehan tanpa rasa sakit / penderitaan’. Sebagai contoh: ‘Saya tidak akan pernah mundur dari pernyataan kepercayaan saya bahwa di sana tidak ada keuntungan / perolehan rohani tanpa rasa sakit / penderitaan. Saya harus secara sama mengharapkan seorang petani untuk berhasil dalam usahanya, yang merasa puas dengan dirinya sendiri dengan menabur di ladangnya dan tidak pernah memperhatikannya sampai musim menuai, seperti mengharapkan seorang percaya untuk mencapai banyak kekudusan, yang tidak rajin tentang pembacaan Alkitabnya, doa-doanya, dan penggunaan hari-hari Minggunya. Allah kita adalah Allah yang bekerja dengan cara-cara / jalan-jalan, dan Ia tidak akan pernah memberkati jiwa dari orang itu yang menganggap diri begitu tinggi dan rohani, sehingga ia bisa berhasil / maju tanpa hal-hal itu.’ Seperti Paulus nyatakan di sini, adalah ‘petani yang bekerja keras’ yang mendapatkan bagian pertama dari panen. Karena kekudusan adalah suatu panen. Kedua, pemenangan dari petobat-petobat juga adalah suatu panen. ‘Panennya banyak’, kata Yesus, sambil menunjuk kepada orang banyak yang sedang menunggu untuk mendengar dan menerima injil (Matius 9:37; bdk. Yohanes 4:35; Roma 1:13). Dalam panen ini tentu saja ‘Allahlah yang memberi pertumbuhan’ (1Kor 3:6-7). Tetapi lagi-lagi kita tidak mempunyai kebebasan untuk menjadi malas. Selanjutnya, baik menaburkan benih yang baik dari firman Allah dan menuai panen adalah pekerjaan yang berat, khususnya kalau pekerja hanya sedikit. Jiwa-jiwa tidak dimenangkan untuk Kristus, bukan oleh penerapan yang curang / licik dan otomatis dari suatu formula, tetapi oleh air mata dan keringat, khususnya dalam doa dan dalam persahabatan pribadi yang bersifat pengorbanan. Lagi-lagi, adalah ‘petani yang bekerja keras’ yang bisa mengharapkan hasil yang baik.].

Galatia 5:16 - “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”.

Galatia 6:7-8 - “(7) Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (8) Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”.
Matius 9:37 - “Maka kataNya kepada murid-muridNya: ‘Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.”.
Yohanes 4:35 - “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.”.
Roma 1:13 - “Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu - tetapi hingga kini selalu aku terhalang - agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain.”.
1Korintus 3:6-7 - “(6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.”.

Barclay: “It is not the lazy farmer, but the farmer who works hard, who must be the first to receive the share of the fruits of the harvest. What then are the characteristics of the farmer which Paul would wish to see in the life of the Christian? (1) Often, farmers must be content, first to work and then to wait. More than any other worker, farmers have to learn that there is no such thing as quick results. Christians too must learn to work and to wait. Often, they must sow the good seed of the word into the hearts and minds of their hearers and see no immediate result. Teachers often have to teach and see no difference in those they teach. Parents often have to seek to train and guide, and see no difference in the children. It is only when the years go by that the result is seen; ... The farmer has learned to wait with patience, and so must the Christian teacher and the Christian parent. (2) One special thing characterizes the farmer - and that is a readiness to work at any hour. At harvest time, we can see farmers at work in their fields as long as the last streak of light is left; they know no hours. Neither must the Christian. The trouble with so much Christianity is that it is spasmodic. But, from dawn to sunset, Christians must always be working at their challenge of being Christians.” [= Bukanlah petani yang malas, tetapi petani yang bekerja keras, yang harus pertama-tama menerima bagian dari buah / hasil dari panen. Lalu apa karakteristik dari petani yang Paulus ingin lihat dalam kehidupan orang Kristen? (1) Seringkali, petani-petani harus puas, pertama-tama bekerja dan lalu menunggu. Orang-orang Kristen juga harus belajar untuk bekerja dan untuk menunggu. Seringkali, mereka harus menabur benih yang baik dari firman ke dalam hati dan pikiran dari pendengar-pendengar mereka dan tidak langsung melihat hasilnya. Pengajar-pengajar sering harus mengajar dan tidak melihat perbedaan dalam diri yang mereka ajar. Orang tua sering harus berusaha untuk melatih dan membimbing, dan tidak melihat perbedaan dalam anak-anak. Hanyalah pada saat tahun-tahun berlalu maka hasilnya terlihat; ... Petani telah belajar untuk menunggu dengan sabar, dan pengajar Kristen dan orang tua Kristen juga harus begitu. (2) Satu hal khusus menjadi ciri / karakter dari petani - dan itu adalah kesediaan untuk bekerja kapanpun. Pada musim menuai, kita bisa melihat petani-petani bekerja di ladang mereka selama lintasan terakhir dari terang / cahaya masih ada; mereka tidak mengenal jam / waktu. Orang Kristen juga harus demikian. Problem dengan begitu banyak kekristenan adalah bahwa itu bersifat tak tetap / sementara. Tetapi, dari matahari terbit sampai terbenam, orang-orang Kristen harus selalu bekerja sesuai dengan tantangan mereka sebagai orang-orang Kristen.].

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “A farmer needs patience. ‘See how the farmer waits for the land to yield its valuable crop and how patient he is for the fall and spring rains’ (James 5:7, NIV). A pastor friend of mine often reminds me, ‘The harvest is not the end of the meeting - it is the end of the age.’” [= Seorang petani membutuhkan kesabaran. ‘Lihatlah bagaimana petani menunggu supaya tanah / ladang menghasilkan hasil / panen yang berharga dan bagaimana sabarnya ia untuk hujan musim gugur dan hujan musim semi’ (Yakobus 5:7, NIV). Seorang pendeta sahabat saya sering mengingatkan saya, ‘Panen bukanlah akhir dari pertemuan - itu adalah akhir jaman’.].

Yakobus 5:7 - “Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.”.

Saya berpendapat kata-kata terakhir dari kutipan di atas sangat indah, dan sangat perlu dicamkan senantiasa. Kita sering menilai apakah pelayanan kita berhasil atau tidak, pada akhir dari pelayanan itu, apakah itu adalah Kebaktian, Pemahaman Alkitab, KKR, Seminar, acara debat, dan sebagainya. Kalau yang datang banyak, dan mereka memperhatikan dengan baik, dan ada pertobatan-pertobatan, kita menganggap pelayanan itu berhasil / sukses. Tetapi kalau yang datang sedikit, dan mereka tidak mendengar dengan baik, dan tak ada pertobatan-pertobatan, maka kita menilai pelayanan itu gagal. Tetapi sebetulnya kata-kata di ataslah yang benar. Panen tidak terlihat pada akhir dari pertemuan / acara. Panen yang sebenarnya baru diketahui / terlihat pada akhir jaman!

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Something else is true in this image of the farmer: The spiritual leaders who share the Word with the people are the first ones to enjoy its blessings. The preacher and the teacher always get more out of the sermon or lesson than do the hearers because they put much more into it. They also get great joy out of seeing planted seeds bear fruit in the lives of others. Farming is hard work, and it can have many disappointments; but the rewards are worth it.” (= Sesuatu yang lain adalah benar dalam gambaran dari petani: Pemimpin-pemimpin rohani yang membagikan Firman dengan orang-orang / jemaat adalah orang-orang yang pertama yang menikmati berkat-berkatanya. Pengkhotbah dan pengajar selalu mendapatkan lebih banyak dari khotbah atau pelajaran dari pada pendengar-pendengar mendapatkannya, karena mereka menghabiskan / memasukkan jauh lebih banyak ke dalamnya. Mereka juga mendapatkan sukacita yang besar karena melihat benih-benih yang ditanam menghasilkan buah dalam kehidupan-kehidupan dari orang-orang lain. Pertanian adalah pekerjaan yang berat, dan itu bisa menghasilkan kekecewaan-kekecewaan; tetapi upah / pahalanya layak untuk itu.).

Saya belajar dari buku-buku tafsiran / theologia, lalu menyusunnya menjadi suatu khotbah, dan mengkhotbahkannya, dan memasukkannya ke web, dan banyak orang mendengarnya, dan mempelajarinya dari web kami. Tetapi saya adalah orang yang mendapat paling banyak dibandingkan dengan para pendengar dan pembaca, bahkan dibandingkan dengan mereka yang bukan hanya membaca / mempelajari, tetapi lalu juga mengkhotbahkannya. Mengapa? Karena saya memasukkan tenaga, waktu, pikiran paling banyak. Dalam membaca dan mempelajari buku-buku itu, saya mendapatkan lebih banyak pengetahuan, baik yang positif / baik maupun yang negatif / salah, dan saya menyaringnya, sehingga otomatis saya mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari pada pendengar khotbah saya dan pembaca tulisan saya.

The Bible Exposition Commentary: New Testament: “‘A farmer deserves his share of the harvest.’ ‘The hardworking farmer should be the first to receive a share of the crops’ (2 Tim 2:6, NIV). Paul is stating here that a faithful pastor ought to be supported by his church. The same idea is found in 1 Cor 9:7, where Paul used a soldier, a farmer, and a herdsman to prove his point: ‘The laborer is worthy of his reward’ (1 Tim 5:18). Paul deliberately gave up his right to ask for support so that nobody could accuse him of using the Gospel for personal gain (1 Cor 9:14ff). But this policy is not required for all of God’s servants. As a local church grows and progresses, the people ought to faithfully increase their support of their pastors and other staff members. ‘If we have sown spiritual seed among you, is it too much if we reap a material harvest from you?’ (1 Cor 9:11, NIV). It is sad to see the way some local churches waste money and fail to care for their own laborers. God will honor a church that honors His faithful servants.” [= ‘Seorang petani layak mendapatkan bagiannya dari panen’. Petani yang bekerja keras harus yang pertama menerima suatu bagian dari hasil / panen’ (2Tim 2:6, NIV). Paulus menyatakan di sini bahwa seorang pendeta yang setia harus disokong oleh gerejanya. Gagasan yang sama ditemukan dalam 1Kor 9:7, dimana Paulus menggunakan seorang tentara, seorang petani, dan seorang gembala untuk membuktikan maksudnya: ‘Pekerja patut / layak mendapatkan upahnya’ (1Tim 5:18). Paulus secara sengaja menyerahkan / membuang haknya untuk meminta sokongan sehingga tak seorangpun bisa menuduhnya menggunakan Injil untuk keuntungan pribadi (1Kor 9:14-dst). Tetapi kebijaksanaan ini tidak dituntut dari semua pelayan-pelayan Allah. Pada waktu gereja lokal bertumbuh dan maju, orang-orang / jemaat harus dengan setia menaikkan sokongan mereka untuk pendeta-pendeta mereka dan anggota-anggota staf / pegawai yang lain. ‘Jika kami telah menaburkan benih rohani di antara kamu, apakah terlalu banyak jika kami menuai panen materi dari kamu?’ (1Korintus 9:11, NIV). Merupakan sesuatu yang menyedihkan untuk melihat cara beberapa gereja lokal menghabiskan / memboroskan uang dan gagal untuk memperhatikan / memelihara pekerja-pekerja mereka sendiri. Allah akan menghormati suatu gereja yang menghormati pelayan-pelayanNya yang setia.].

Bdk. 1Korintus 9:7-14 - “(7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”.

Bdk. 1Timotius 5:18 - “Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.

Catatan: sekalipun kata-kata dari kutipan di atas ini benar, saya tidak yakin bahwa itu cocok sebagai tafsiran dari 2Tim 2:6 ini, karena kalau demikian, maka ‘panen’ harus diartikan sebagai uang! Tetapi untuk 1Kor 9:7-14 dan 1Tim 5:18 itu memang cocok.

2 Timotius 2: 7: “Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”.
KJV: ‘Consider what I say; and the Lord give thee understanding in all things’ (= Renungkan apa yang aku katakan; dan Tuhan memberimu pengertian dalam segala sesuatu).
RSV: ‘Think over what I say, for the Lord will grant you understanding in everything’ (= Pertimbangkan / pikirkan apa yang aku katakan, karena Tuhan akan memberimu pengertian dalam segala sesuatu).
NIV: ‘Reflect on what I am saying, for the Lord will give you insight into all this’ (= Pikirkan apa yang aku katakan, karena Tuhan akan memberimu pengertian ke dalam semua ini).
NASB: ‘Consider what I say, for the Lord will give you understanding in everything’ (= Pertimbangkan apa yang aku katakan, karena Tuhan akan memberimu pengertian dalam segala sesuatu).


Adam Clarke: “‘And the Lord give thee understanding.’ But instead of ‎DOOEE ‎he give, ACDEFG, several others, besides versions and fathers, have ‎DOOSEI‎, he will give.” (= ‘Dan Tuhan memberimu pengertian’. Tetapi alih-alih DOOEE ‘Ia memberi’, ACDEFG, beberapa yang lain, disamping versi-versi dan bapa-bapa, mempunyai DOOSEI, ‘Ia akan memberi.’.).
KJV menterjemahkan bagian ini dalam present tense, tetapi RSV/NIV/NASB menterjemahkannya dalam future tense. Ini disebabkan adanya manuscript-manuscript yang berbeda.

Adam Clarke: “Consider thou properly, and God will give thee a proper understanding of all things that coucern thy own peace, and the peace and prosperity of his church. Think as well as read.” (= Pertimbangkanlah dengan benar, dan Allah akan memberimu pengertian yang benar tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan damaimu sendiri, dan damai dan kemakmuran dari gerejaNya. Berpikirlah dengan sama baiknya seperti membaca.).

John Stott: “This verse concludes the first paragraph of the chapter. There is an important biblical balance here. If Timothy is to know and understand the truth, not least as expressed in the metaphors Paul has just employed, two processes will be necessary, the one human and the other divine. Timothy himself must ‘think over’ or ‘reflect on’ (NEB) the apostle’s teaching, listening to it carefully and applying his mind to it. For then the Lord will grant him understanding in everything. According to this better text, which the RSV follows, what Paul here expresses is a promise, and not merely a wish. There are at least two important implications of this combination of human study and divine illumination for anybody who wants to inherit the promised gift of understanding from the Lord. First, if we are to receive understanding from the Lord, we must consider what THE APOSTLE is saying. This is a good example of Paul’s self-conscious apostolic authority. He commands Timothy to ponder his teaching and promises that the Lord will grant him ‘understanding in everything’ if he does so. He sees nothing anomalous about claiming that his teaching as an apostle merits careful study, or that it can be interpreted by the Lord alone, or that this is the way for Timothy to grow in understanding. It is clear evidence that Paul believed his teaching to be not his own but the Lord’s. Indeed, in the following verses, almost imperceptibly, he equates ‘my gospel’ (8) with ‘the word of God’ (9). Secondly, if we are to receive understanding from the Lord, we must CONSIDER what the apostle is saying. Some Christians never get down to any serious Bible study. The reason may of course be purely ‘carnal’, namely that they are too lazy. Alternatively, it may be ‘spiritual’ (though I fear I would have to call it ‘pseudo-spiritual’), namely that they believe understanding will come to them from the Holy Spirit and not from their own studies (which is a totally false antithesis). So all they do is to skim through some Bible verses in a haphazard and desultory fashion, hoping (and even praying) that the Holy Spirit will show them what it all means. But they do not obey the apostle’s command, ‘Think over what I say.’ Others are very good at Bible study. They are ‘hardworking farmers’, as it were. They use their minds and grapple with the text of Scripture. They compare versions, consult concordances and pore over commentaries. But they forget that it is the Lord alone who imparts understanding, and that he imparts it as a gift. So we must not divorce what God has joined together. For the understanding of Scripture a balanced combination of thought and prayer is essential. We must do the considering, and the Lord will do the giving of understanding.” [= Ayat ini menyimpulkan paragraf pertama dari pasal ini. Ada suatu keseimbangan Alkitabiah yang penting di sini. Jika Timotius mau mengetahui dan mengerti kebenaran, tidak kurang seperti dinyatakan dalam kiasan-kiasan yang baru Paulus gunakan, diperlukan dua proses, yang satu manusiawi dan yang lain ilahi. Timotius sendiri harus ‘memikirkan’ atau ‘mempertimbangkan’ (NEB) ajaran sang rasul, mendengarnya dengan teliti dan menerapkan pikirannya kepadanya. Karena pada saat itulah Tuhan akan memberinya pengertian dalam segala sesuatu. Menurut text yang terbaik, yang diikuti oleh RSV, apa yang Paulus nyatakan di sini adalah suatu janji, dan bukan semata-mata suatu keinginan / harapan. Ada sedikitnya dua pengertian / maksud dari kombinasi dari pembelajaran manusiawi dan pencerahan ilahi untuk siapapun yang ingin mewarisi karunia pengertian yang dijanjikan dari Tuhan. Pertama, jika kita mau menerima pengertian dari Tuhan, kita harus mempertimbangkan apa yang SANG RASUL katakan. Ini adalah suatu contoh yang baik tentang kesadaran Paulus akan otoritas rasulinya sendiri. Ia memerintahkan Timotius untuk merenungkan ajarannya dan menjanjikan bahwa Tuhan akan memberinya ‘pengertian dalam segala sesuatu’ jika ia melakukan demikian. Ia tidak melihat apapun yang aneh tentang tindakan mengclaim bahwa ajarannya sebagai seorang rasul layak untuk dipelajari dengan teliti, atau bahwa itu bisa ditafsirkan oleh Tuhan saja, atau bahwa ini adalah jalan bagi Timotius untuk bertumbuh dalam pengertian. Ini adalah bukti yang jelas bahwa Paulus percaya ajarannya sebagai bukan ajarannya sendiri tetapi ajaran Tuhan. Memang, dalam ayat-ayat berikutnya, hampir secara tak terlihat / terasa, ia menyamakan ‘injilku’ (ay 8) dengan ‘firman Allah’ (ay 9). Kedua, jika kita mau menerima pengertian dari Tuhan, kita harusMEMPERTIMBANGKAN / MEMIKIRKAN apa yang sang rasul katakan. Sebagian / beberapa orang-orang Kristen tidak pernah mulai mempertimbangkan pembelajaran Alkitab yang serius apapun. Alasannya tentu bisa semata-mata ‘daging’, yaitu bahwa mereka adalah terlalu malas. Sebagai pilihan yang lain, itu bisa adalah ‘rohani’ (sekalipun saya takut saya harus menyebutnya ‘rohani palsu’), yaitu bahwa mereka percaya pengertian akan datang kepada mereka dari Roh Kudus dan bukan dari pembelajaran mereka sendiri (yang merupakan suatu kontras / pertentangan yang salah secara total). Maka semua yang mereka lakukan adalah membaca sepintas lalu beberapa ayat Alkitab dengan suatu cara yang serampangan dan acak / tak berketentuan / meloncat-loncat, sambil berharap (dan bahkan berdoa) bahwa Roh Kudus akan menunjukkan kepada mereka apa arti dari semuanya. Tetapi mereka tidak mentaati perintah sang rasul, ‘Pikirkanlah / pertimbangkanlah apa yang aku katakan’. Orang-orang lain sangat baik dalam pembelajaran Alkitab. Mereka seakan-akan adalah ‘petani-petani yang bekerja keras’. Mereka menggunakan pikiran mereka dan berjuang dengan text dari Kitab Suci. Mereka membandingkan versi-versi, memeriksa konkordansi dan membaca dengan rajin buku-buku tafsiran. Tetapi mereka lupa bahwa adalah Tuhan saja yang memberi pengertian, dan bahwa Ia memberikannya sebagai suatu karunia. Jadi kita tidak boleh menceraikan / memisahkan apa yang telah Allah persatukan. Untuk mengerti Kitab Suci suatu kombinasi yang seimbang dari pikiran dan doa adalah penting / hakiki. Kita harus melakukan pemikiran / pertimbangan, dan Tuhan akan melakukan pemberian pengertian.].

Bdk. 2 Timotius 2: 8-9: “(8) Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. (9) Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.”.

Bdk. Lukas 24:45 - “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.”.
Perhatikan adanya 3 faktor dalam ayat ini yang membuat seseorang bisa mengerti Kitab Suci, yaitu:
1. Pikiran.
2. Kitab Suci.
3. Pembukaan pikiran oleh Tuhan.

Kesimpulan / ringkasan tentang ketiga gambaran, yaitu prajurit, olahragawan, dan petani:

John Stott: “So far, then, we have looked at the first three metaphors with which Paul illustrates the duties of the Christian worker. By them he has isolated three aspects of wholeheartedness which should be found in Timothy, and in all those who like Timothy seek to pass on to others ‘the good deposit’ they have themselves received: the dedication of a good soldier, the law-abiding obedience of a good athlete and the painstaking labour of a good farmer. Without these we cannot expect results. There will be no victory for the soldier unless he gives himself to his soldiering, no wreath for the athlete unless he keeps the rules, and no harvest for the farmer unless he toils at his farming.” (= Maka, sejauh ini, kita telah melihat pada 3 kiasan pertama dengan mana Paulus mengilustrasikan kewajiban-kewajiban dari pekerja Kristen. Oleh mereka ia telah memisahkan 3 aspek dari kesepenuh-hatian yang harus ditemukan dalam diri Timotius, dan dalam diri semua mereka yang seperti Timotius berusaha untuk menyampaikan kepada orang-orang lain ‘deposit yang baik’ yang telah mereka terima sendiri: dedikasi dari seorang prajurit yang baik, ketaatan yang tunduk pada hukum dari olahragawan yang baik dan jerih payah yang sungguh-sungguh dari seorang petani yang baik. Tanpa hal-hal ini kita tidak bisa mengharapkan hasil-hasil. Di sana tidak ada kemenangan untuk prajurit kecuali ia menyerahkan dirinya pada keprajuritannya, tak ada rangkaian / mahkota bunga untuk olahragawan kecuali ia mentaati peraturan-peraturan, dan tak ada panen untuk petani kecuali ia berjerih payah pada / di pertaniannya).

William Barclay: “One thing remains in all three pictures. The soldier is upheld by the thought of final victory. The athlete is upheld by the vision of the crown. The farmer is upheld by the hope of the harvest. Each submits to the discipline and the toil for the sake of the glory which will come in the end. It is the same with the Christian. The Christian struggle is not without a goal; it is always going somewhere. Christians can be certain that after the effort of the Christian life there comes the joy of heaven; and the greater the struggle, the greater the joy.” (= Satu hal tersisa dalam ketiga gambaran. Prajurit dikuatkan oleh pemikiran tentang kemenangan akhir. Olahragawan dikuatkan oleh penglihatan tentang mahkota. Petani dikuatkan oleh pengharapan tentang panen. Masing-masing tunduk pada disiplin dan jerih payah demi kemuliaan yang akan datang pada akhirnya. Itu adalah sama dengan orang Kristen. Perjuangan orang Kristen bukanlah tanpa tujuan; itu selalu pergi / menuju suatu tempat. Orang-orang Kristen bisa yakin / pasti bahwa setelah usaha dari kehidupan Kristen di sana datang sukacita dari surga; dan makin hebat / besar perjuangannya, makin besar sukacitanya.).

Bandingkan dengan:
· Roma 8:18 - “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.”.
· 2Korintus 4:17 - “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.”.

John Stott (tentang 2 Timotius 2:8-13): “So far we may summarize his theme by the epigram ‘nothing that is easy is ever worth while’, or rather the reverse ‘nothing that is worth while is ever easy’. No soldier, athlete or farmer expects results without labour or suffering.” (= Sejauh ini kita bisa meringkas themanya dengan pernyataan pendek ‘tak ada apapun yang mudah yang berharga’, atau lebih baik sebaliknya, ‘tak ada yang berharga yang mudah’. Tak ada prajurit, olahragawan atau petani mengharapkan hasil tanpa jerih payah atau penderitaan.).2 TIMOTIUS 2:1-7 (MENYEBARKAN IMAN DAN MEMURIDKAN). https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post