RAHASIA JAWABAN DOA (MATIUS 5:21-28;YAKOBUS 4:2-3)
Pdt.Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Yakobus 4:2-3: (2) Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. (3) Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
gadget, bisnis, otomotif |
Matius 15:21-28 : (21) Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. (22) Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." (23) Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." (24) Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." (25) Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." (26) Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (27) Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." (28) Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Seorang teman sepelayanan saya suatu hari masuk ke dalam ruang doa kami dan mengungkapkan suatu doa di hadapan Tuhan yang sangat mengagetkan saya. Ia berkata kepada Tuhan :
“Tuhan…mungkin ini terakhir kali saya berbicara dengan-Mu. Saya telah melayani Engkau dengan sungguh-sungguh. Saya telah mengorbankan waktu dan kesibukan-kesibukan saya untuk melayani Engkau, namun hari ini Engkau mengecewakan saya. Engkau tidak mendengar doa saya sehingga nilai yang saya peroleh dalam ujian kali ini sangat minim. Tuhan…maafkan saya karena saya tidak akan melayani Engkau lagi. Selamat tinggal Tuhan! Amin.”
dan benar, sejak hari itu ia mengundurkan diri dari pelayanan sampai saat ini.
Dalam suatu pelayanan konseling, seorang pernah mengungkapkan pada saya tentang kebenciannya yang sangat dalam kepada Tuhan. Ia merasa bahwa Tuhan tidak mengasihinya dan tidak pernah peduli dengan semua doanya yang telah ia panjatkan dengan sungguh-sungguh. Ia pernah berdoa untuk pasangan hidupnya, dan tragisnya adalah ketika hari pernikahannya tinggal seminggu lagi, calon suaminya mengalami suatu kecelakaan yang parah dan berakhir dengan kematiannya.
Dua kisah di atas hanyalah sebagian kecil dari pengalaman orang percaya di mana doanya tidak dijawab oleh Tuhan. Jika kita mau memikirkan hal ini lebih dalam, maka kita akan menemukan beberapa kemungkinan dalam pengalaman doa kita :
1.Semua doa kita dijawab oleh Tuhan
2.Semua doa kita tidak dijawab oleh Tuhan
3.Tidak semua doa kita dijawab oleh Tuhan
Semua doa kita dijawab oleh Tuhan
Ada orang yang berkata bahwa pada prinsipnya semua doa kita dijawab oleh Tuhan. Tidak ada satu doa pun yang tidak dijawab oleh-Nya. Dalam setiap doa kita Tuhan akan selalu memberi tiga jawaban yaitu “Ya”, “Tidak”, dan “Tunggu dulu”. Contohnya jika anda meminta seorang anak kepada Tuhan. Jika Tuhan menjawab “Ya” maka anda akan mendapat anak. Jika Tuhan menjawab “Tidak”, maka anda tidak akan mendapatkan anak, dan jika Tuhan menjawab “Tunggu dulu”, maka sepertinya anda tidak mendapatkan anak tetapi sebenarnya anda belum mendapatkan anak atau akan mendapatkan anak.
Mungkin pendapat ini ada benarnya, namun saya kira ini hanyalah sebuah kebenaran filosofis saja. Secara filosofis “Ya” atau “Tidak” atau “Tunggu dulu” adalah sebuah jawaban, namun secara empiris kita harus akui bahwa jika kita meminta sesuatu kepada Tuhan dan Ia menjawab “Tidak!” maka itu berarti bahwa permintaan kita tidak dikabulkan atau tidak dijawab. Dengan demikian secara empiris, kemungkinan pertama (semua doa kita dijawab oleh Tuhan) kurang tepat atau menjadi tidak mungkin.
Semua doa kita tidak dijawab oleh Tuhan
Kemungkinan kedua adalah “semua doa kita tidak dijawab oleh Tuhan”. Apakah kemungkinan ini mungkin? Mungkin ada yang berpikiran seperti ini, namun saya kira jika kita sungguh-sungguh jujur maka sebenarnya tidak semua doa kita tidak dijawab-Nya. Pasti masih ada doa kita yang dijawab-Nya. Jadi kemungkinan kedua juga menjadi suatu ketidakmungkinan.
Tidak semua doa kita dijawab oleh Tuhan
Jika kemungkinan pertama dan kedua menjadi tidak mungkin, maka satu-satunya kemungkinan yang mungkin adalah kemungkinan ketiga yakni bahwa tidak semua doa kita dijawab oleh Tuhan. Tidak semua doa kita dijawab oleh Tuhan sama juga dengan tidak semua doa kita tidak dijawab oleh Tuhan. Jadi ada yang dijawab dan ada yang tidak. Dan inilah yang sering dialami oleh orang percaya dalam pengalaman doanya.
Mengapa tidak semua doa kita dijawab oleh Tuhan? Mengapa Ia menjawab sebagian doa kita dan tidak menjawab sebagian yang lain? Bukankah Ia sendiri yang mengajarkan kita tentang doa? Bukankah Ia sendiri yang menjaminkan jawaban doa bagi setiap orang yang memohon kepada-Nya?
Berikut ini kita akan melihat beberapa alasan yang menyebabkan ada doa kita yang tidak dijawab oleh Tuhan :
I. ALASAN INTERNAL
Alasan internal adalah alasan yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Jadi dengan kata lain ada sesuatu dari dalam diri kita yang membuat Allah tidak berkenan menjawab doa kita. Apakah itu? Yakobus berkata bahwa hal itu adalah kesalahan yang kita lakukan dalam dan dengan doa kita.
“Kamu menginginkan sesuatu tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh, kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yakobus 4:2-3)
Jadi menurut Yakobus, ada dua hal yang menyebabkan kita tidak memperoleh apa-apa yaitu pertama : karena kita tidak berdoa dan kedua : karena kita salah berdoa dan penyebab kedua inilah yang akan dibicarakan dalam konteks pembahasan kita.
Kita salah berdoa. Atau doa kita salah. Maksudnya ada yang tidak beres atau ada ketidakberesan dalam doa kita. Hal inilah yang menyebabkan doa kita tidak dijawab oleh Tuhan. Lalu apa yang salah dengan doa kita? Saya mencatat beberapa kesalahan yang sering kita lakukan dalam doa kita dan hal inilah yang menjadi penghambat bagi jawaban doa kita :
Kesalahan dalam sifat doa
Kesalahan yang sering kita buat dalam doa-doa kita adalah kesalahan dalam sifat doa. Sifat doa yang sesungguhnya seperti yang diajarkan Yesus dalam “Doa Bapa Kami” adalah sebuah permintaan akan apa yang kita butuhkan dan bukan apa yang kita inginkan. Salah satu contohnya adalah “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” Jelas ini adalah sebuah permintaan akan kebutuhan dan bukan sekedar keinginan saja.
Sesungguhnya ada perbedaan yang sangat hakiki antara apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan. Apa yang kita butuhkan pastilah kita inginkan, tetapi apa yang kita inginkan belum tentu (bahkan hampir pasti tidak) kita butuhkan. Kebutuhan bersifat mendesak, sedangkan keinginan tidak. Kebutuhan, jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan berbagai persoalan yang sifatnya esensial, sedangkan keinginan tidak demikian.
Jika kita berbicara tentang masalah keinginan, maka biarkanlah saya bertanya satu hal “apakah anda ingin mempunyai mobil?” Jika “ya” maka jawablah juga pertanyaan berikut ini “apakah anda membutuhkan mobil itu sekarang?” Kalau kita mau jujur, siapakah di antara kita yang tidak ingin mempunyai mobil, rumah mewah, pesawat pribadi dan lain-lain? Tetapi pertanyaan bagi kita sekarang adalah “apakah kita membutuhkan semua yang kita inginkan itu?” Jadi jelaslah bahwa apa yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan. Namun demikian tanpa kita sadari bahwa sering doa yang kita panjatkan kepada Bapa di sorga lebih banyak berisi keinginan-keinginan kita daripada kebutuhan-kebutuhan kita.
Seorang teman saya sangat memahami perbedaan antara apa yang ia inginkan dan apa yang ia butuhkan. Banyak orang hendak memberi kepadanya, namun yang menjadi ukuran baginya untuk menerima atau menolak pemberian itu adalah masalah kebutuhan. Pernah seseorang hendak menyumbangkan sebuah sepeda motor untuknya, namun ia menolak dan berkata “saya sangat menghargai pemberian ini, namun maafkan saya karena saya belum dapat menerimanya. Saya kira saya belum membutuhkan sepeda motor saat ini.
Sebaiknya sumbangkanlah sepeda motor itu kepada orang yang membutuhkannya…” Demikian juga pernah ada seseorang yang datang padanya dan hendak menyumbangkan sebuah rumah berlantai dua kepadanya, namun ia menolak dengan halus dan berkata bahwa saat ini ia belum membutuhkan rumah sebesar itu. Kembalilah dua tahun lagi siapa tahu saya sudah membutuhkannya.
Tuhan berjanji bahwa Ia akan menjawab doa-doa kita, namun persoalannya adalah apakah yang kita minta itu adalah kebutuhan kita ataukah hanya sekedar keinginan? Kalau sekian lama doa kita tidak dijawab, mungkinkah kita salah dalam sifat doa kita?
Kesalahan dalam sasaran doa
Di dalam “Doa Bapa Kami” dikatakan “Bapa kami yang di sorga…”. Ini berarti bahwa alamat doa yang benar adalah kepada Bapa di sorga.
Mungkin anda berkata bahwa anda telah sering berdoa kepada Bapa di sorga dan tak pernah salah dalam alamat doa itu, namun tunggu dulu. Masalahnya sekarang bukanlah pada apa yang anda ucapkan tetapi pada bagaimana atau apa motivasi hati anda ketika anda berdoa. Adakalanya mulut kita mengeluarkan kalimat “Bapa di sorga…” namun maksud hati kita tidaklah demikian.
Seorang anak dijanjikan oleh neneknya sebuah sepeda. Namun karena neneknya lupa akan janji itu, suatu kali ketika anak ini hendak makan, ia berdoa demikian “Bapa di sorga berkatilah makanan saya ini, dan juga tolong ingatkan nenek akan janjinya untuk memberi saya sepeda (dengan suara yang nyaring dan keras). Ibunya yang mendengar doanya berkata “Nak, kenapa harus berdoa keras-keras. Tuhan kan tidak tuli” “Betul mama, Tuhan memang tidak tuli tapi nenek kan tuli” Jawabnya.
Kisah ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa adakalanya mulut kita mengucapkan kalimat doa ”Bapa di sorga…” namun sebenarnya sasaran doa itu bukanlah kepada-Nya melainkan kepada orang lain. Kadang mulut kita mengucapkan “Bapa di sorga…” namun maksud hati adalah menyindir orang lain, menegur orang lain atau mengumumkan sesuatu.
Saya pernah memecat seorang pekerja gereja karena alasan moral. Saya melarangnya untuk berkhotbah. Dengan demikian honor bulanannya pun dihentikan. Suatu kali ketika saya bertugas ke luar kota, majelis memintanya untuk berkhotbah lebih dari satu kali, namun honornya pun tetap tidak diberikan. Karena itu pada suatu hari minggu ketika ia diminta untuk berdoa syafaat, ia berdoa demikian “Tuhan…tolonglah Engkau sadarkan gembala dan majelis-majelis di gereja ini agar mereka tidak menahan hak-hak orang miskin…”. Saya tahu bahwa ia sementara menyindir dan menegur kami lewat doanya karena kami tidak membayar honornya padahal ia telah diminta untuk berkhotbah beberapa kali. Ini namanya berdosa waktu berdoa.
Doa yang benar adalah doa yang ditujukan pada alamat yang benar. Ditujukan pada Bapa di sorga dari hati kita. Jika doa kita salah alamat, maka jangan heran jika doa kita tidak dijawab oleh Tuhan. Adakah alamat doamu sudah benar?
Kesalahan dalam waktu doa
Kesalahan lain yang sering kita buat dalam doa kita sehingga doa kita tidak dijawab Tuhan adalah kesalahan dalam waktu doa itu. Maksudnya meliputi dua hal, Pertama : kita mendoakan hal-hal yang seharusnya belum perlu kita doakan, Kedua : kita mengharapkan jawaban dari doa itu secepat mungkin. Contohnya seperti seorang anak kelas tiga SD yang sangat setia berdoa siang dan malam agar Tuhan memberinya jodoh. Ini adalah doa yang salah waktu sebab belum saatnya anak kelas tiga SD berdoa untuk masalah jodoh. Itulah sebabnya doa seperti tidak akan dijawab oleh Tuhan. Masalah dalam hal ini bukanlah Tuhan tidak mampu menjawab, tetapi tidak mau menjawabnya sebab menjawab doa yang terlalu cepat sama dengan mencelakakan si pendoa.
Ambil contoh seperti ini. Anda adalah seorang konglomerat, dan anda mempunyai seorang anak berusia lima tahun. Suatu hari sang anak meminta mobil pribadi pada anda. Apakah anda mengabulkannya? Jika anda mengabulkannya maka anda adalah ayah yang gila. Sekalipun anda sanggup membelikan sepuluh mobil baginya, anda tentu belum mau membelikannya sebab mengabulkan permohonan seperti itu sama dengan mencelakakan anak anda.
Demikian juga Allah. Terhadap doa anak-anak-Nya yang belum tepat waktu, Ia biasanya tidak menjawab atau mengabulkannya sebab Ia tidak menginginkan anak-anak-Nya mengalami “kecelakaan”.
Jika sampai saat ini ada doa anda yang belum dijawab oleh Tuhan, cobalah koreksi doa itu. Adakah doamu salah waktu? Adakah doa itu terlalu cepat didoakan? Atau mungkin doa itu tidak terlalu cepat didoakan tetapi anda mengharapkan jawabannya secepat mungkin?
II. ALASAN EKSTERNAL.
Jika alasan internal berbicara tentang adanya sesuatu dari dalam diri kita sendiri yang menyebabkan doa kita tidak dijawab oleh Tuhan, maka alasan eksternal berbicara tentang adanya sesuatu dari luar diri kita yang membuat doa kita tidak dijawab oleh Tuhan. Apakah penyebab yang berasal dari luar diri kita? Penyebab dari luar kita itu adalah Tuhan sendiri. Maksudnya adalah bahwa Tuhan dengan sungguh-sungguh sadar memilih untuk tidak menjawab doa kita karena alasan-alasan tertentu dari diri-Nya sendiri. Alasan-alasan tertentu itu antara lain :
Tuhan mau menguji sejauh mana iman, ketekunan dan kesungguhann kita di dalam bermohon kepada-Nya.
Contoh tentang seorang perempuan kafir dari Kanaan (Matius 15:21-28) mungkin dapat menjelaskan ide ini. Perempuan ini datang memohon kepada Yesus agar Yesus mau menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan. Namun apakah reaksi Yesus? Alkitab berkata :
“Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya…” (Matius 15: 23)
Mungkin kediaman Yesus ini adalah tantangan yang paling besar dari sebuah doa. Lebih menyakitkan lagi para murid meminta agar Yesus mengusir perempuan ini, dan Yesus berkata :
“…Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”
dan selanjutnya Ia berkata pula bahwa :
“…Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”
Sepintas lalu Yesus kelihatan sebagai seorang yang sadis dan tak berbelaskasihan, namun jika kita dapat memahami hati-Nya yang penuh kasih, sesungguhnya tidak demikianlah Ia. Ia melakukan dan mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu bukan karena Ia tidak berkenan mengabulkan permohonan perempuan itu melainkan karena Ia sementara memberikan ujian iman dan kesungguhan kepadanya. Apakah perempuan itu sungguh-sungguh mengharapkan pertolongan-Nya? Apakah ia tetap akan bertahan dalam permohonan itu walau situasi dan kondisi tidak memungkinkan? Dan cerita itu mengisahkan bahwa perempuan itu tidak bergeser sedikit pun dari permohonannya kepada Yesus.
Ketika Yesus berkata bahwa Ia datang hanya untuk domba-domba yang hilang dari umat Israel, perempuan ini tidak mundur malahan ia mendekat dan menyembah Yesus seraya berkata “Tuhan, tolonglah aku” (ayat 25). Ketika Yesus berkata bahwa tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya pada anjing, perempuan ini tidak tersinggung dan pergi tetapi ia membenarkan kata Yesus dengan berkata “Benar Tuhan, namun anjing itu makan dari remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (ayat 27). Karena kesungguhan hatinya, imannya dan ketekunannya maka Yesus memujinya “Hai ibu, besar imanmu..” (ayat 28) dan permohonannya pun dikabulkan.
Kadang pengalaman semacam ini juga yang kita alami dalam doa-doa kita. Kita mungkin saja telah berdoa dan Tuhan hanya berdiam diri saja. Sepertinya Ia tidak mempedulikan doa kita sama sekali, namun sebenarnya Ia sementara memberikan ujian iman, ketekunan dan kesungguhan kepada kita. Apakah kita tetap memohon kepada-Nya dengan penuh iman dan kesungguhan walau-pun sepertinya doa kita tidak didengar? Atau apakah kita cepat putus asa dan bergeser dari permohonan itu.
Ada banyak doa yang tidak dijawab oleh Tuhan bukan karena Ia tidak mampu atau tidak mau menjawab tetapi karena tidak ada ketekunan, iman dan kesungguhan dalam diri si pendoa. Ada banyak doa yang tidak dikabulkan bukan karena Tuhan tidak peduli tetapi karena anak-anak-Nya tidak lulus dalam ujian iman, ketekunan dan kesungguhan. Adakah engkau mengalami-nya?
Tuhan mau memperlakukan kita sebagai orang dewasa
Alasan lain yang membuat Allah tidak menjawab doa kita adalah karena Ia mau memperlakukan kita sebagai orang yang dewasa di dalam iman.
Pada waktu saya masih bayi, ketika menangis ibu langsung menghampiri dan memenuhi kebutuhan saya. Sedikit teriakan berarti kehadiran ibu. Namun keadaan semacam ini tentulah berbeda ketika saya sudah dewasa. Tidak semua permintaan saya langsung dikabulkan. Demikian juga yang dilakukan oleh Tuhan kepada kita. Pada saat iman kita masih kanak-kanak, maka setiap doa kita langsung dijawab oleh-Nya, tetapi keadaan semacam ini tidak bisa berlangsung secara terus menerus. Ia perlu melatih iman kita agar lebih dewasa, dan salah satu caranya adalah dengan tidak menjawab doa kita, atau menjawabnya namun membutuhkan tenggang waktu yang sangat lama.
Dengan tidak menjawab doa kita, maka kita akan belajar suatu hal bahwa di dalam doa bukanlah kehendak kita yang terjadi tetapi kehendak Tuhanlah yang terjadi. Bukan Tuhan yang harus mengikuti kita tetapi kitalah yang harus mengikuti Dia. Orang yang masih kanak-kanak di dalam hal iman memang perlu langsung dijawab doanya agar melalui itu kepercayaannya kepada Tuhan dapat bertumbuh, tetapi orang yang dewasa imannya tidak lagi menggantungkan imannya pada jawaban doa melainkan pada kehendak dan hati Allah.
Tuhan lebih tahu dan merancangkan yang terbaik bagi kita
Kadang pula Tuhan memilih untuk tidak menjawab doa kita sebab Ia tahu bahwa doa kita keliru dan dapat saja menyebabkan bencana bagi kita jika Ia mengabulkan permohonan kita itu.
Legenda raja Midas menceritakan bahwa raja Midas ini adalah seorang yang sangat gemar terhadap emas. Karena itu ia pergi ke sebuah gua dan bertapa di sana serta memohon pada dewa agar ia dapat membuat emas dengan cara menyentuh barang apa saja. Singkat cerita permohonannya pun dikabulkan.
Ia pulang ke rumahnya dengan senang hati, dan ketika jarinya menyentuh kursi, maka kursi pun berubah menjadi emas, demikian juga dengan meja, pintu, tempat tidur, dll. Setelah puas melihat semuanya, maka ia pun mulai merasa lapar. Ketika hendak makan, makanannya berubah menjadi emas. Ketika hendak minum, air pun berubah menjadi emas. Bingunglah ia karena ia tak bisa makan dan minum. Di sela-sela kebingungannya muncullah Puteri kesayangannya yang langsung memeluknya maka seketika itu juga Puterinya berubah menjadi emas. Maka sekarang sadarlah raja Midas bahwa apa yang ia per oleh dari dewa bukanlah berkat tetapi bencana.
Jika Tuhan mau menjawab dan mengabulkan seluruh permohonan kita, maka hal itu dapat membawa bencana bagi kita. Itulah sebabnya Tuhan begitu selektif di dalam menjawab doa anak-anak-Nya. Jika jawaban doa itu dapat mencelakakan anak-Nya, maka Ia pasti tidak akan menjawabnya.
Jika doa Anda tidak dijawab oleh Tuhan, mungkin saja Tuhan sementara merancangkan sesuatu yang lebih indah bagi Anda, dan Ia akan memberikan semuanya itu sesuai kehendak dan rencana-Nya itu.
AMIN