IMAN YANG BERDASAR PADA WAHYU ALLAH (AYUB 11:7-9;YESAYA 40:18)

Pdt. Esra Alfred Soru, MPdK
Apa itu wahyu Allah? Wahyu Allah adalah penyataan diri Allah yang memungkinkan manusia mengenal Allah. Alkitab menggambarkan Allah sebagai Allah yang tidak bisa dikenali.
IMAN YANG BERDASAR PADA WAHYU ALLAH
gadget, bisnis, otomotif
Ayub 11:7-9 – (7) Dapatkah engkau memahami Hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit-- apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati-- apa yang dapat kau ketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera

Yesaya 40:18 - Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?

Mazmur 139:6, 17 – (6) Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya (17) Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

Satu-satunya cara untuk bisa manusia mengenal Allah adalah jikalau Allah sendiri yang berinisiatif untuk mewahyukan diri-Nya / memperkenalkan diri-Nya kepada manusia.

Henry C. Thiessen : Ini (wahyu) merupakan tindakan Allah untuk membuka tabir tentang diri-Nya atau mengkomunikasikan kebenaran kepada pikiran”. (Teologi Sistematik; hal. 11)

Abraham awalnya adalah orang kafir lalu dia menjadi beriman/percaya kepada Allah. Mengapa dia bisa percaya/beriman kepada Allah? Karena Allah berulang kali mewahyukan / menyatakan diri-Nya / berfirman kepada Abraham.

Sewaktu ia masih berada di Ur Kasdim di Mesopotamia.

Kisah Para Rasul 7:2-3 – (2) “….Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham ketika ia masih di Mesopotamiasebelum ia menetap di Haran, (3) dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.

Note : Ur ada di wilayah Mesopotamia (negara Irak sekarang).

Setelah ia berada di Haran (Kejadian 12:1-4)

Kejadian 12:1 - Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;…”

Setelah ia sampai di Sikhem di Kanaan.

Kejadian 12:6-7 – (6) Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. (7) Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." …”

Setelah Lot pindah ke Sodom.

Kejadian 13:14 – Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada AbramPandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, …”

Dan masih beberapa kali lagi. (Kejadian 15:1-17; 17:1-27; 18:1-33; 22:1-19)

Kejadian 15:1 - Kemudian atanglah firman TUHAN kepada Abramd dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

Kejadian 17:1 – “…. maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.

Kejadian 18:1 - Kemudian TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, …”

Kejadian 22:1 - Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."

Melalui penyataan diri-Nya kepada Abraham inilah membuat Abraham dapat mengenal Allah, beriman / percaya kepada-Nya. Atau bisa juga dikatakan bahwa melalui penyataan diri Allah ini, Allah memberikan banyak bukti sehingga Abraham bisa beriman atau percaya kepada-Nya. Itu berarti bahwa iman / percayanya Abraham diletakkan di atas dasar wahyu / penyataan diri Allah. Mengapa Abraham bisa percaya? Dan mengapa imannya itu adalah iman yang benar? Karena iman itu berdasar pada wahyu Allah.

Ini mengajarkan kepada kita bahwa iman yang benar, iman yang sejati memang harus menemukan dasarnya di dalam wahyu Allah dan bukan di luar itu. Nah, kekristenan mengenal adanya 2 macam wahyu yakni wahyu Allah secara umum (di mana Ia menyatakan diri-Nya lewat penciptaan dan pemeliharaan alam semesta, juga lewat hati nurani) dan wahyu Allah secara khusus yakni lewat Yesus Kristus dan Kitab Suci. 

Dan karena segala sesuatu tentang Yesus Kristus diketahui hanya lewat Alkitab saja, maka boleh dikatakan bahwa bagi kita saat ini, Alkitab harus menjadi landasan bagi iman kita karena Alkitab adalah wahyu khusus dari Allah untuk kita. Memang pada zaman Abraham, Allah memberikan wahyu kepada dia lewat penampakan-penampakan atau sejumlah pengalaman supra natural, tetapi itu disebabkan karena pada zaman Abraham belum ada Kitab Suci/Alkitab. Pada saat Kitab Suci sudah selesai ditulis, maka wahyu sudah berhenti, Allah tidak lagi memberikan wahyu baru.

Wahyu 22:18-19 – (18) “…."Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. (19) Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini."

Ini tentu tidak berarti bahwa Allah tidak bisa berbicara langsung kepada orang-orang tertentu pada zaman ini. Kalau Allah mau tentu saja bisa tetapi ingat bahwa pada umumnya Allah tidak menggunakan cara itu. Karena itu berhati-hati dengan orang-orang yang mengaku selalu mendapatkan suara Tuhan. Ini bukan pola yang umum. Ia telah menyatakan diri-Nya lewat Kitab Suci dan karena itu maka Kitab Suci menjadi sarana resmi bagi kita untuk mengenal Allah dan beriman kepada-Nya.

Yohanes 20:30-31 – (30) Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, (31) tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan mu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

Roma 10:17 - Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus

Jadi jelas bahwa iman seorang Kristen yang sejati haruslah berdasar atas wahyu Allah dalam hal ini adalah Alkitab sebagai Firman Tuhan. Kita tidak boleh mendasarkan iman kita pada hal yang lain selain dari Kitab Suci saja (Sola Scriptura). Hal ini bukan berarti bahwa kita mengesampingkan unsur rasio, pengalaman dan tradisi melainkan semua ini diletakkan di bawah otoritas Kitab Suci. Sebuah penalaran rasio, pengalaman dan tradisi hanya boleh diterima sepanjang itu cocok dengan Kitab Suci. Jikalau tidak, maka serasional apapun penalaran itu, sespektakuler apapun pengalaman itu dan sekuat apapun tradisi itu, itu harus dibuang.

Millard J. Erickson : Bila Alkitab dijadikan sumber utama dari pemahaman teologis kita, maka kita tidak mengesampingkan semua sumber lainnya sama sekali…akan tetapi sumber-sumber masukan lainnya itu tidaklah sepenting Alkitab. (Teologi Kristen; Vol.1; hal. 43)

Jadi sebuah penalaran rasio harus dibuang kalau tidak sesuai Alkitab. Saya akan berikan contoh dari sebuah cara berpikir silogisme yakni suatu cara berpikir untuk mengambil kesimpulan berdasarkan premis-premis yang ada. 

Premis Mayor : Allah tidak bisa/pernah lapar.

Premis Minor : Yesus bisa/pernah lapar.

Kesimpulan : Yesus bukan Allah.

Premis Mayor : Allah tidak bisa/pernah tidur.

Premis Minor : Yesus bisa/pernah tidur.

Kesimpulan : Yesus bukan Allah.

Perhatikan bahwa kesimpulan yang diambil dari premis-premis ini sangat rasional / masuk akal tetapi bagaimanapun juga ini harus ditolak / dibuang karena tidak Alkitabiah/sesuai dengan Kitab Suci. Alkitab menyatakan bahwa Yesus itu Allah-Manusia dan karena itu ada hal-hal yang menunjukkan kemanusiaan-Nya, dan ada hal-hal yang menunjukkan keilahian-Nya.

Sebuah pengalaman juga harus dibuang kalau ternyata pengalaman itu tidak sesuai Alkitab. Misalnya pengalaman bertemu orang yang sudah mati. Walaupun pengalaman ini benar-benar dialami, tetapi jelas Ini tidak sesuai dengan Alkitab. Alkitab menyatakan bahwa secara umum, orang yang sudah mati tidak akan kembali lagi dan dengan demikian tidak ada roh gentayangan.

Ayub 7:9-10 - “Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga rang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembalio”..

Pengkhotbah 9:5-6 - “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap. Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari 

Demikian juga sebuah tradisi harus dibuang kalau tidak sesuai Alkitab. Misalnya tradisi peringatan hari ke 40 bagi orang yang meninggal dunia di mana arwah orang mati dipercaya baru sungguh-sungguh meninggikan dunia pada hari ke 40 itu setelah sebelumnya mengembara ke mana-mana. Ini jelas salah, karena Alkitab mengajarkan bahwa setelah mati orang langsung menuju surga/neraka.

Lukas 23:43 - Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

Lukas 6:22-23 – (22) Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat e pangkuan Abrahamk. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, …”

Jadi segala sesuatu harus kembali pada Alkitab. Iman kita hanya berdasarkan wahyu khusus Allah saja yakni Alkitab. Jika demikian kebenarannya maka ada 2 hal yang penting bagi kita :

I. KITA HARUS RAJIN MENCARI DAN MENGISI DIRI DENGAN KITAB SUCI/FIRMAN ALLAH.

Ingat bahwa kepercayaan terhadap Alkitab sebagai Firman Allah dan bahwa itu adalah sarana yang Allah berikan untuk mengenal Dia dan beriman akan sia-sia kalau tidak disertai dengan perwujudan yang sejalan dengan kepercayaan itu. Kalau kita memang yakin akan hal itu maka kita harus mengejar / mencarinya Firman Tuhan secara mati-matian sama seperti orang yang mengejar harta terpendam.

Amsal 2:1-5 – (1) Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, (2) sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, (3) ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, (4) jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, (5) maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah

Pikirkan ini! Apakah sekian lama saudara sudah mencari firman Tuhan sama seperti orang mencari harta terpendam? Ada banyak orang mati-matian di dalam mengejar harta dunia ini (uang, kekayaan, dll) tetapi mereka sama sekali acuh tak acuh terhadap firman Tuhan. Orang seperti ini jangan mimpi untuk bisa beriman dengan baik dan mengenal Allah dengan baik. 

Jikalau Alkitab menyarankan orang untuk mencari firman Tuhan sama seperti mencari harta terpendam, coba pikirkan hal ini! Kalau saudara tahu bahwa di suatu tempat ada harta terpendam, apakah saudara akan menunda dalam mencari / menggalinya karena ada tamu, ada undangan pernikahan, ada arisan, ada kesibukan? Tidak bukan? Tetapi mengapa untuk mencari firman Tuhan orang selalu banyak alasan? Coba bandingkan berapa banyak waktu yang saudara habiskan untuk mencari dan mendengarkan firman Tuhan dengan nonton Sinetron?

Perhitungan orang kebanyakan selama 1 bulan.

Jikalau ia rajin ke gereja tanpa absen selama 1 bulan tanpa ada kegiatan rohani lainnya selama minggu itu maka ia menghabiskan waktu 80 menit untuk mendengar firman Tuhan (@ 20 menit) atau 1 jam 20 menit. (Itu pun tidak jelas apa yang dia pahami). 

Jikalau dia menonton 2 sinetron saja (misalnya “Safa dan Marwah” & “Cinta dan Anugerah”) maka dalam 1 hari dia menghabiskan waktu 2,5 jam (“Safa dan Marwah” = 1 jam; “Cinta dan Anugerah” = 1,5 jam). Maka dalam 1 bulan ia menghabiskan 75 jam. 

Dari perbandingan ini jelas bahwa kebanyakan orang menghabiskan begitu banyak waktu untuk hal-hal duniawi dan memberikan waktu yang sangat sedikit untuk belajar firman Tuhan.

Ingat juga bahwa di dalam hal mencari dan mengisi diri dengan firman Tuhan, kita membutuhkan pengorbanan :

Amsal 23:23 - “Belilah kebenarandan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian”.

‘Membeli kebenaran’ berarti kita harus rela mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan kebenaran. Pengorbanan itu bisa berupa uang di mana saudara mungkin harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk sewa taksi / ojek / dobel kendaraan untuk mencari pengajaran firman Tuhan yang baik. Saudara mungkin harus mengeluarkan uang untuk membeli buku rohani / CD khotbah. Kebanyakan orang kristen lebih mau mengeluarkan uang untuk membeli koran / majalah / kaset dan CD lagu, dari pada untuk membeli buku rohani / kaset dan CD khotbah! Mungkin juga untuk membayar biaya Seminar rohani, dll. Maukah saudara?

Pengorbanan itu bisa berupa waktu dan tenaga di mana saudara mungkin harus rela dan mau menempuh jarak jauh untuk belajar firman Tuhan. Kalau saudara bisa menghadiri undangan pernikahan di tempat yang jauh, tetapi tidak mau datang ke gereja yang sekalipun jauh tetapi ajarannya bagus, maka sebenarnya saudara lebih mengutamakan manusia dari pada Tuhan! Saudara juga harus mengorbankan ‘waktu bekerja’ untuk mencari firman Tuhan, dengan catatan saudara bukanlah seorang pegawai, tetapi bekerja sendiri (dokter, toko, dsb). Saudara juga harus menyisihkan waktu untuk bersaat teduh/membaca Alkitab, dll. Maukah saudara?

Pengorbanan itu bisa berupa pikiran. Saudara juga harus mau untuk memeras otak pada waktu belajar firman Tuhan. Banyak orang Kristen yang dalam bekerja mau memeras otak, dan dalam pelajaran sekolah mau belajar dengan serius / mempelajari hal-hal yang sukar, tetapi keberatan untuk mendengar khotbah yang sukar! Bukankah ini merupakan pengutamaan hal jasmani di atas hal rohani? Ingat bahwa tentang belajar FT, Alkitab memakai kata “meneliti” dan “merenungkan”

Yakobus 1:25 - Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, …dan ia bertekun di dalamnya, …”

Ezra 7:10 - Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN ….”

Mazmur 1:2 - tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

Meneliti ini berarti bukan sekedar membacanya tetapi mempelajari dengan lebih dalam. Ini bisa saudara lakukan dengan mendengar khotbah yang baik, mengikuti Pemahaman Alkitab yang bermutu, mengikuti seminar-seminar rohani, dll. Merenungkan berarti kita menghayatinya secara mendalam. Perlu juga ditekankan bahwa pengisian diri dengan Firman Tuhan ini harus dilakukan dengan tekun, dan tidak boleh ada saat-saat di mana kita merasa sudah cukup mengerti Firman Tuhan dan lalu berhenti mengisi diri dengan Firman Tuhan.

Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan”.

Bandingkan dengan terjemahan NIV dan NASB berikut ini :

NIV : “Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge” (= Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

NASB: “Cease listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of knowledge” (= Berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan tersesat dari kata-kata pengetahuan).

Jadi, boleh dikatakan bahwa ayat ini memastikan kesesatan seseorang, yang sekalipun sudah banyak belajar dan mengerti Kitab Suci, tetapi lalu berhenti belajar Kitab Suci! Coba pikirkan bahwa seorang bayi / anak yang setelah makan banyak dan bertumbuh menjadi besar, lalu berhenti makan, pasti akan mati juga kan?

II. KITA HARUS MENGHARGAI DAN MENINGGIKAN OTORITAS KITAB SUCI LEBIH DARI APAPUN.

Jikalau iman kita harus berdasarkan wahyu Allah dalam hal ini adalah Kitab Suci maka kita juga harus mau menghargai dan meninggikan otoritas Kitab Suci lebih dari apapun. Lebih daripada hukum / undang-undang negara. Lebih daripada perintah / larangan orang tua, sekolah, suami / istri, pendeta / majelis / gereja, boss, dsb.

Kisah Para Rasul 5:29 - Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ".

Kita juga harus meninggikan otoritas Kitab Suci dalam mendengar suatu ajaran. Ingat, zaman sekarang ini muncul berbagai macam pengajaran dan praktek/fenomena yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci seperti bahas roh populer saat ini, tumbang dalam roh, Toronto Blessing, paham Pluralisme agama, dll. Ingat, jangan mempercayai suatu ajaran apapun dari pendeta / tokoh manapun kalau ajaran itu tidak mempunyai dasar Kitab Sucinya apalagi bertentangan dengan Kitab Suci. Ada banyak orang / pendeta / pengkhotbah yang mempunyai nama besar tetapi mengajarkan sesuatu yang tidak mempunyai dasar Alkitab bahkan bertentangan dengan Alkitab. Misalnya :

Kenneth Hagin - Manusia bisa berdiri di hadapan Allah tanpa merasa lebih rendah (Zoe: The God-Kind of Life, 1989, 35).

Benny Hinn - Adam sebagai Superman pertama yang bisa terbang, karena untuk berkuasa atas burung Adam juga harus bisa melakukan apa yang dilakukan oleh burung. Bahkan Adam dalam seketika bisa berada di bulan (Praise the Lord program, TBN, 26/12/1991).

Kenneth Copeland- Ketika orang percaya membaca Alkitab di mana Yesus berkata ‘Aku adalah’, mereka dapat berkata ‘aku juga’ (“Believer Voice of Victory”, TBN, 9/7/87).

Pdp. Dolf Mailangka : “Ada seorang anak yang boleh dikatakan ‘bodoh’ tetapi setelah dilayani dengan perjamuan kudus yang benar anak tersebut menjadi pandai. Dan akhirnya anak tersebut menjadi dosen di Amerika. ... otak yang pas-pasan bisa menjadi cemerlang oleh karena kuasa Perjamuan Kudus” (‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 39).

Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Ada beberapa orang bersaksi anaknya ditabrak mobil truk tidak mati, ada yang diseret mobil tidak mati karena telah diurapi dengan minyak urapan”. (‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 15).

Dr. Eben Nuban Timo - Yesus tidak datang kepada rakyat sebagai orang yang serba tahu. Ia bersifat terbuka kepada mereka, bahkan ia belajar juga dari mereka. Dalam pertemuan dengan rakyat, Yesus siap membaharui, bahkan juga mengubah pendapat dan pandangannya yang semula keliru terhadap orang lain. …” (Yesus dan Orang Lain – Pos Kupang, 2 Agustus 2008).

dan masih banyak lagi yang aneh-aneh! Banyak orang salah dalam hal ini, karena mereka menerima / menelan begitu saja ajaran dari pendeta / tokoh tertentu atau dogma gerejanya, padahal tidak ada dasar Kitab Sucinya. Orang yang menghargai otoritas Kitab Suci tidaklah boleh demikian. Kita harus meneladani orang-orang Kristen di Berea :

Kisah Para Rasul 17:11 - Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.

Karena itu jangan lekas-lekas bilang “Amin!” kalau ada pengkhotbah yang bertanya kepada Anda “Amin?!” Pikirkan dulu dan bandingkan dulu dengan Kitab Suci baru dan kalau cocok dengan Kitab Suci barulah bilang “Amin!” Dan karena itu maka belajar Kitab Suci itu sangat penting. Ingat, iman kita harus berdasar pada wahyu Allah yakni Kitab Suci. Karena itu belajarlah Alkitab sungguh-sungguh dan hargailah otoritasnya dalam hidup saudara. IMAN YANG BERDASAR PADA WAHYU ALLAH.  AMIN!
Next Post Previous Post