21 PERTANYAAN DAN JAWABAN SEPUTAR NATAL
Pdf.Esra Alfred Soru.
Selama mengasuh Program Tanya Jawab Iman Kristen “KUTAHU YANG KUPERCAYA”, baik saat masih disiarkan di Radio Madika maupun juga saat ini di RRI (Programa 2), saya telah menerima begitu banyak pertanyaan seputar peristiwa Natal. Walaupun pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah saya jawab melalui siaran radio, namun demi penjangkauan yang lebih luas, saya memandang perlu untuk menjawabnya secara tertulis agar dapat menjadi pengetahuan bagi lebih banyak orang Kristen terutama berkaitan dengan momen Natal yang ada di depan kita sekalian. Lewat tulisan ini saya akan menjawab sejumlah pertanyaan seputar peristiwa Natal.
Pertanyaan 1 : Darimana asal kata “Natal”? Dan apa arti kata tersebut?
Jawab : Kata “Natal” berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah “hari kelahiran”. Itulah sebabnya hari ulang tahun sebuah organisasi/lembaga sering disebut sebagai “Dies Natalis”. Jadi setiap hari kelahiran dapat disebut sebagai hari Natal. Itu berarti bahwa semua orang mempunyai hari Natalnya sendiri-sendiri. Jika anda lahir pada tanggal 12 April maka Natal anda adalah 12 April. Jika anda lahir 8 Agustus maka Natal anda adalah 8 Agustus. Kata tersebut akhirnya mengalami penyempitan makna sehingga saat ini jika kita mendengar atau menyebut kata “Natal” biasanya dikaitkan dengan hari kelahiran dari Yesus Kristus.
Pertanyaan 2 : Kapan sebenarnya Yesus dilahirkan? Benarkah Ia dilahirkan tanggal 25 Desember?
Jawab : Kapan sebenarnya Yesus dilahirkan? Apakah Ia memang dilahirkan tanggal 25 Desember? Jawabannya adalah Tidak! Tidak ada satu sumber pun yang mengacu pada tanggal tersebut. Kalau kita membaca Alkitab dengan seksama maka kita mempunyai satu acuan yang baik yakni dalam Lukas 2:8 : “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”. Jadi waktu Yesus dilahirkan bertepatan dengan saatnya para gembala tinggal di padang untuk menjaga kawanan ternak. Dari fakta ini rasanya sulit untuk mengatakan bahwa kelahiran Kristus terjadi pada bulan Desember. Mengapa? Karena bulan Desember adalah musim dingin di Israel. (Catatan : Israel terletak pada garis lintang yang sejajar dengan Jepang dan Korea Selatan). Herlianto dalam website Yayasan Bina Awam (www.yabina.org) berkata :
“Kelihatannya bulan dan tanggal itu (25 Desember) tidak tepat, soalnya pada bulan Desember – Januari, di Palestina, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Lukas 2:8), demikian juga tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh dalam suasana dingin yang mencekam sehingga Maria yang hamil mesti melakukannya”.
Dengan demikian Yesus tidak mungkin lahir pada bulan Desember. Klemens dari Alexandria juga pernah mengatakan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon (20 Mei) namun ini juga bukan suatu kepastian. Lalu bulan apa? Kita memiliki data lain dari Alkitab yakni waktu ketika Zakharia masuk ke Bait Allah dan bertugas di sana. Waktu itu berkisar bulan Siwan (Mei – Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria, maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok Daun yakni di bulan Tishri (September – Oktober). Bulan ini sepertinya lebih dapat diterima daripada bulan Desember meskipun ini bukanlah suatu kepastian.
Kalau memang waktu kelahiran Yesus bukanlah di bulan Desember, lalu mengapa atau darimana munculnya tradisi Natal yang dirayakan tanggal 25 Desember ini? Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas’mengatakan :
“Alasan mengapa Natal sampai dirayakan pada tanggal 25 Desember tetap tidak pasti, tetapi paling mungkin alasannya adalah bahwa orang-orang Kristen mula-mula ingin tanggal itu bertepatan dengan hari raya kafir Romawi yang menandai ‘hari lahir dari matahari yang tak terkalahkan’ ...; hari raya ini merayakan titik balik matahari pada musim dingin, di mana siang hari kembali memanjang dan matahari mulai naik lebih tinggi di langit. Jadi, kebiasaan yang bersifat tradisionil yang berhubungan dengan Natal telah berkembang dari beberapa sumber sebagai suatu akibat dari bertepatannya perayaan kelahiran Kristus dengan perayaan kafir yang berhubungan dengan pertanian dan matahari pada pertengahan musim dingin. ... Tanggal 25 Desember juga dianggap sebagai hari kelahiran dari dewa misterius bangsa Iran, yang bernama Mithra, sang Surya Kebenaran”.
Lalu kalau begitu apakah perayaan Natal ini berbau kekafiran seperti dituduhkan oleh beberapa golongan belakangan ini? (Catatan : Beberapa gereja menolak merayakan Natal karena beranggapan bahwa Natal bersumber dari tradisi kafir). Tentu saja tidak! Harus diingat bahwa perayaan Natal yang bertepatan dengan perayaan kafir itu bukan berarti bahwa umat Kristen waktu itu menyembah dewa-dewa kafir. Sebaliknya justru mereka ingin menjauhkan diri dari kekafiran. Perhatikan kata-kata
Herlianto :
“Pada tahun 274, di Roma dimulai perayaan hari kelahiran matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa Konstantin, banyak orang Kristen Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan ‘kelahiran matahari’ itu menjadi perayaan ‘kelahiran Matahari Kebenaran’ dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan ‘Natal.’ Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember sebagai pengganti tanggal 6 Januari. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang saat itu dijadikan lambang raja Kristen. Perayaan Natal kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain”.(www.yabina.org).
Herlianto melanjutkan :
“Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser tanggal 6 Januari menjadi 25 Desember, dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi. Masa kini umat Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa matahari, dan tanggal 25 Desember pun tidak lagi mengikat, sebab setidaknya umat Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman.
Karenanya Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘from church year Christmas’ menulis :
“...hari raya tentang kelahiran Kristus, hari lahir dari ‘surya kebenaran’ (Mal 4:2) ditetapkan di Roma, atau mungkin di Afrika Utara, sebagai suatu saingan Kristen terhadap hari raya kafir dari surya yang tak terkalahkan pada titik balik matahari. ...”
Demikianlah asal usul perayaan Natal pada tanggal 25 Desember tersebut.
Pertanyaan 3 : Tanggal kelahiran Yesus tidaklah pasti. Apa itu tidak berarti bahwa Allah memang tidak menghendaki kita merayakan Natal?
Jawab : Jika memang tanggal kelahiran Yesus tidak pasti, apakah itu sebagai bukti bahwa Allah tidak menghendaki kita merayakan Natal seperti ang dikatakan kaum anti Natal? Menurut saya tidak! Kita memang tidak tahu kapan persisnya Yesus dilahirkan. Tidak ada orang yang tahu dengan pasti tanggal dan bulan kelahiran Kristus, dan mungkin bahkan tahun kelahiran-Nya. Tetapi itu belum bisa dijadikan suatu bukti bahwa Ia tidak menghendaki kita merayakan/memperingati kelahiran Kristus tersebut. Memang kadang-kadang Allah mengatur sesuatu supaya tidak diketahui oleh manusia, dan Ia melakukan ini karena Ia tidak menghendaki manusia untuk berurusan dengan hal itu. Misalnya dalam persoalan kubur dari Musa. Ini sengaja disembunyikan, karena mungkin Allah tahu bahwa seandainya bangsa Israel tahu tempat itu, mereka mungkin akan melakukan penyembahan terhadapnya. Tetapi tidak selalu seperti itu. Dalam PL Allah memperkenalkan nama-Nya kepada Musa (Keluaran 3:14-15), dan ini jelas menunjukkan bahwa pada saat itu Allah menghendaki orang-orang Israel untuk menggunakan nama itu asal tidak dengan sembarangan. Tetapi Allah mengatur sehingga zaman sekarang tidak ada orang yang tahu bagaimana mengucapkan nama Allah tersebut. Akibatnya, zaman sekarang orang Kristen menyebut-Nya sebagai TUHAN, LORD, YEHOVAH, YAHWEH, dsb, yang merupakan sebutan-sebutan yang belum tentu benar. Sebenarnya, tanpa dijelaskanpun, ‘fakta sudah berbicara sendiri’ bahwa Natal memang tidak terjadi pada tanggal 25 Desember. Fakta zaman sekarang di mana banyak orang sudah merayakan Natal pada awal Desember, dan ada orang-orang yang masih merayakan Natal pada bulan Januari dan bahkan Februari, sudah menunjukkan kepada siapapun yang tidak membutakan dirinya, bahwa Kristus tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember, dan bahwa kita tidak mengetahui tanggal kelahiran-Nya. Tetapi kalau itu dirasa kurang cukup, maka dalam merayakannya, kita bisa menjelaskan hal itu kepada jemaat dan khususnya anak-anak Sekolah Minggu, bahwa itu sebetulnya bukan tanggal kelahiran yang sebenarnya, dan dengan demikian kita bukan mendustai orang sebagaimana tuduhan Brian Schwertley salah seorang yang anti Natal. Kita mungkin sering mendengar tentang orang kuno yang tidak mengetahui tanggal kelahirannya sendiri, dan karena itu keluarganya menciptakan tanggal kelahiran baginya, dan merayakannya setiap tahun pada tanggal tersebut. Apakah ini merupakan dusta? Mengapa keluarga tersebut tetap merayakan hari ulang tahun dari orang itu padahal mereka tidak mengetahui tanggal sebenarnya? Saya kira, karena kecintaan mereka terhadap orang itu, sehingga mereka ingin menunjukkan kasih yang khusus terhadap orang itu sedikitnya satu kali setahun. Hal ini tidak terlalu berbeda dengan Natal! Yang penting bukan saat kelahiran Kristus, tetapi fakta bahwa Ia sudah lahir untuk kita. Kita ingin membalas kasih-Nya sedikitnya sekali setahun, dengan merayakan hari kelahiran-Nya, pada hari yang kita sendiri tentukan. Lukas 1:13-14 mengatakan : Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Jika banyak orang bisa bersukacita atas kelahiran Yohanes Pembaptis yang hanyalah seorang utusan, mengapa tidak kita bersukacita atas kelahiran Dia yang dibicarakan dan disaksikan Yohanes yang olehnya Yohanes berkata membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak?
Pertanyaan 4 : Pada tanggal 25 desember umat Kristen merayakan hari kelahiran Yesus. Waktu kelahiran Yesus Herodes membunuh anak-anak di bawah 2 tahun karena ia takut kedudukannya sebagai raja digantikan. Berarti 25 desember kita merayakan kelahiran Yesus dan merayakan kematian bayi-bayi yang dibunuh Herodes. Mohon tanggapan bapak!
Jawab : Tentang Yesus tidak dilahirkan 25 Desember (telah dijelaskan di atas). Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa pembunuhan anak-anak oleh Herodes dan kelahiran Yesus tidak terjadi pada waktu yang sama. Dasarnya adalah :
(1) Herodes menyuruh membunuh anak-anak di bawah 2 tahun. Artinya, dalam perhitungan Herodes, Yesus sudah dilahirkan sekitar 2 tahun yang lalu. Jika waktunya bertepatan pasti Herodes akan menyuruh membunuh anak-anak yang berumur 1 atau 2 hari bukan 2 tahun.
(2) Sebelum membunuh anak-anak itu, Herodes mendapat informasi kelahiran Yesus dari para Majus sedangkan para Majus sendiri bertemu dengan Yesus bukan pada hari Yesus dilahirkan tetapi sudah lewat mungkin beberapa bulan bahkan mungkin 1 tahun. Ini nampak dari Matius 2:11 yang berkata : Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mengapa di rumah dan bukan di kandang? Jika mereka menjumpai Yesus pada hari di mana Ia dilahirkan, tentunya mereka akan menemukan Dia dalam kandang seperti yang dialami para gembala. Mereka bertemu di Yesus di rumah sebagai bukti bahwa mereka tidak bertemu Yesus pada hari di mana Ia dilahirkan tetapi sudah lewat beberapa saat karena tentu Yusuf dan maria tidak tetap tinggal di kandang. Mereka harus pindah ke rumah. Selain itu dari segi bahasa, Matius 2:11 berkata : Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu..” Kata ”Anak” di sini memakai bahasa Yunani ”Paidion” yang berarti ”the young child” (KJV, ASV, BBE), ”the child” (DRB, ESV, CEV) atau ”The little child” (Darby). Jadi sepertinya kata itu menunjuk pada anak yang sudah cukup besar (1-5 tahun). Ini jelas berbeda dengan yang dijumpai oleh para gembala. Luk 2:16 : ”Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi (bukan anak/child) itu, yang sedang berbaring di dalam palungan”. Kata ”bayi” di sini memakai bahasa Yunani ”brephos” (bukan paidion) yang oleh ALT, ESV, ISV diterjemahkan sebagai ”baby”, oleh KJV, Bishops, LITV diterjemahkan sebagai ”Babe” dan oleh Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari diterjemahkan sebagai ”bayi” yang jelas menunjuk pada anak yang baru lahir.
Itu berarti bahwa para Majus tidak tidak menjumpai Yesus pada saat Yesus dilahirkan. Dan dengan demikian maka jelas Herodes yang membunuh anak-anak setelah mendengar informasi dari para Majus tidak membunuh mereka tepat pada hari kelahiran Yesus. Maka kita yang merayakan hari kelahiran Kristus tidak dapat dianggap juga merayakan kematian bayi-bayi itu karena harinya berbeda. Tetapi andaikata itu terjadi pada saat yang sama pun, bagi saya yang kita rayakan adalah hari kelahiran Kristusnya bukan merayakan kematian anak-anak itu. Saya berikan contoh untuk memperjelasnya. Tanggal 25 Desember beberapa tahun yang lalu, saat orang Kristen merayakan Natal, terjadilah tsunami di aceh. Apakah itu berarti bahwa kita merayakan hari kelahiran Kristus dan juga merayakan tsunami? Tentu tidak! Kita bersedih dan berduka karena tsunami tetapi sukacita dalam natal tidak boleh dianggap bersukacita juga atas para korban tsunami. Jadi andaikata peristiwa kelahiran Kristus dan pembunuhan anak-anak terjadi pada hari yang sama, tetap tidak bisa dianggap kita merayakan kematian anak-anak itu. Apalagi kalau harinya memang beda.
Pertanyaan 5 : Berapakah jumlah orang majus yang datang mencari Yesus? Banyak yang bilang 3 orang tetapi saya baca di Alkitab, tidak dijelaskan berapa jumlah mereka. Mohon penjelasan!
Jawab : Matius 2:1 mengatakan bahwa : Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem”. Dari ayat ini jelas bahwa Alkitab tidak mengatakan jumlah dari orang majus itu. Tetapi dari penggunaan bentuk jamak “orang-orang majus” berarti jumlah mereka lebih dari satu. Banyak orang menafsirkan jumlah orang-orang majus ini 3 orang berdasarkan jumlah persembahan (mas, mur dan kemenyan) tetapi jelas jumlah persembahan tidak menentukan jumlah pemberi. Apakah jika di suatu tempat kedukaan terpampang 1 buah krans bunga saja dari sebuah instansi membuktikan bahwa instansi itu hanya terdiri dari 1 orang? Jelas tidak bukan? Apakah 10 orang tidak bisa bersama-sama memberikan 1 buah persembahan? Apakah 100 orang tidak bisa memberikan 10 buah persembahan secara bersama-sama? Jadi jumlah pemberian tidak membuktikan jumlah pemberi. Karena itu mas, mur dan kemenyan tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa jumlah orang majus yang mencari Yesus adalah 3 orang. Dari banyak sumber dapat diketahui bahwa orang majus ini berjalan berkelompok dengan jumlah anggota antara 3-12 orang. Karena Alkitab tidak memberitahu kita berapa jumlah mereka maka kita tidak tahu. Mungkinkah mereka berjumlah 3 orang? Mungkin saja tetapi tidak ada kepastian.
Pertanyaan 6 : Siapakah nama orang-orang majus itu? Mengapa Alkitab tidak memberitahu kita nama-nama mereka?
Jawab : Saya pun tidak tahu siapa nama mereka karena memang Alkitab tidak memberitahu hal itu. Lalu mengapa Alkitab tidak memberitahukan nama mereka, saya juga tidak tahu. Memang ada tradisi-tradisi tertentu yang menyebutkan nama-nama mereka. Tradisi abad 6 mengatakan bahwa ada 3 orang Majus dan nama mereka adalah Bithisarea, Melichior, dan Gathaspa. Tradisi Armenia abad 14 mengatakan bahwa ketiga orang Majus itu adalah 3 orang raja, masing-masing bernama Gasper (raja Arab), Melkhior (raja Persia) dan Balthazar (raja India). Tetapi ini hanya tradisi. Alkitab tidak mengatakan siapa nama-nama mereka. Jadi jawaban paling aman adalah ”Tidak tahu!”
Pertanyaan 7 : Sebenarnya orang-orang majus itu berasal dari daerah mana dan siapakah mereka sesungguhnya?
Jawab : Tidak banyak keterangan dari Alkitab tentang orang-orang majus ini kecuali informasi bahwa mereka berasal dari Timur (Matius 2:1). Banyak penafsir setuju bahwa “Timur” di sini menunjuk kepada bagian timur dari Yudea yang menunjuk kepada daerah Persia dan Arabia (Kej 25:6). Sebagian menganggapnya daerah Mesopotamia dan Babilonia. Kata “Majus” ini adalah kata yang sulit dipahami dalam pengertian kita saat ini. Alkitab-Alkitab bahasa Inggris menyebutnya ‘wise man’ (orang bijaksana). Kata ini dalam bahasa Yunaninya adalah ‘magoi’. Dalam perkembangan di kemudian hari kata ini sering dihubungkan dengan kata ‘magician’ yang dapat berarti tukang sihir. Namun sesungguhnya arti kata ini tidaklah sesempit pengertian masa kini. J.J. de Heer berkata : “Pada aslinya kata itu berarti imam-imam di Persia, ... ‘. (Tafsiran Alkitab Injil Matius; hal. 22). Homer A. Kent, Jr juga memberikan keterangan : “Orang-orang Majus (magoi) aslinya merupakan kasta imamat di kalangan orang Persia dan Babilonia (band. Daniel 2:2, 48; 4:6-7; 5:7). Nama ini kemudian oleh orang Yunani dikenakan pada semua ahli sihir atau dukun (Kisah Para Rasul 8:9; 13:8). Matius menggunakan kata ini dalam arti yang lebih baik untuk mengacu pada tokoh-tokoh terhormat dari agama Timur”. (The Wycliffe Bible Commentary; hal. 25). Dalam Albert Barnes’ Notes on the Bible juga dicatat bahwa : “Orang-orang ini adalah ahli-ahli filsafat, imam-imam atau ahli-ahli perbintangan. Mereka hidup terutama di daerah Persia dan Arabia. Mereka adalah orang-orang terpelajar di daerah timur yang mahir dalam astronomi, agama dan obat-obatan. Dengan demikian kita mengerti bahwa orang-orang Majus ini adalah para imam, orang-orang terpelajar/terhormat, orang-orang kaya dan berkedudukan tinggi yang sangat pandai dalam hal-hal agama, pengobatan dan perbintangan. Perhatikan juga keterangan William Barclay berikut ini : “Para Majus adalah orang-orang yang mengetahui filsafat, ilmu kedokteran dan ilmu alam. Mereka juga mampu menafsirkan mimpi serta meramalkan hal-hal yang akan terjadi….orang Majus adalah orang yang baik dan suci, yang selalu berusaha mencari kebenaran”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari- Matius; hal. 40). Selanjutnya Herodotus memberikan keterangan lebih rinci tentang orang-orang Majus ini bahwa : “Mereka aslinya berasal dari sebuah suku bangsa Medi. Bangsa Medi adalah sebagian dari kekaisaran Persia. Bangsa Medi pernah mencoba untuk menggulingkan kuasa Persia dan menggantikannya dengan kuasa Media. Usaha ini gagal. Sejak saat itu bangsa Majus tidak pernah lagi mempunyai keinginan atau ambisi untuk memiliki kekuasaan dan Prestise. Dan selanjutnya mereka memilih menjadi imam saja. Di tengah-tengah bangsa Persia para Majus tersebut berfungsi persis sama seperti fungsi orang-orang Lewi di tengah-tengah bangsa Israel. Mereka menjadi guru dan pembimbing para raja Persia. Di Persia tidak ada persembahan yang dapat dipersembahkan kecuali kalau ada orang Majus yang hadir dalam upacara itu. Jadi orang Majus dianggap sebagai orang suci dan orang yang bijaksana” (ibid : 39). Orang-orang Yahudi percaya bahwa mereka adalah imam-imam dalam kerajaan Syeba dan Arabia yang adalah keturunan Abraham dari Ketura dan mereka mengajar atas nama Allah yang telah mereka terima dari tradisi lisan Abraham (Kejadian 25:6). Sangat mungkin mereka ini sudah memiliki hubungan dengan orang-orang Yahudi dalam pembuangan, atau dengan nubuat dan pengaruh Daniel, sehingga mereka memiliki nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenai Mesias. (The Wycliffe Bible Commentary; hal. 25).
Pertanyaan 8 : Sebenarnya bintang apakah yang dilihat oleh orang-orang majus itu sehingga mereka mengikutinya dan membawa mereka sampai bertemu dengan Yesus?
Jawab : Sudah terdapat banyak usaha untuk menjelaskan bintang Natal/bintang Betlehem ini secara ilmiah. (1) Ada yang berkata bahwa ini adalah konyungsi planet yakni situasi dimana beberapa planet berada dalam satu garis dengan bulan yang terlihat dari bumi sehingga terlihat beda dengan bintang-bintang pada umumnya. Namun persoalannya adalah karena konyungsi planet bersifat tetap untuk jangka waktu lama, tentu agak kurang cocok dengan apa yang dilihat orang majus. (2) Kepler pernah mengatakan bahwa bintang ini adalah “Supernova”. Supernova adalah planet yang meledak dan kehabisan energi sampai akhirnya meredup. Ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1604 di mana sementara Kepler, mengamat-amati hubungan Jupiter dan Saturnus yang terdapat dalam konstelasi Sagitarius di langit, tiba-tiba muncul sebuah bintang secerah Jupiter, yang tampak di antara Jupiter dan Saturnus. Kepler menghitung bahwa kejadian ini terjadi setiap hampir 800 tahun sekali. Berarti 2 kejadian sebelumnya terjadi sekitar tahun 7 SM. Ia lalu menulis sebuah buku berjudul De Stella Nova in Pede Serpentarti dan menghubungkan supernova ini dengan tahun kelahiran Kristus seperti perhitungan Laurence Suslyga bahwa Kristus lahir di tahun 4 SM. Tahun 1614 Kepler mempublikasikan kesimpulannya bahwa supernova yang kelihatan tahun 1604 juga adalah supernova yang tampak di tahun 7 atau 6 SM dan dikenal sebagai bintang Betlehem. Kepler percaya bahwa supernova itu sengaja "ditempatkan" Tuhan untuk memimpin orang-orang Majus untuk berjumpa dengan Yesus. Terhadap pendapat ini Herlianto berkata bahwa : “Kelihatannya supernova juga tidak cocok, karena supernova sekalipun bisa meledak dan kelihatan sangat terang dan bisa berlangsung beberapa minggu, data Alkitab tidak menunjukkan adanya bintang yang sinarnya sangat terang, kecuali bahwa bintang itu seakan-akan petunjuk arah”. (www.yabina.org) (3) Ada juga yang berkata bahwa bintang itu adalah sebuah meteor yakni benda langit yang juga mengelilingi matahari, tetapi ketika dekat dengan bumi ia bisa tertarik gaya tarik bumi sehingga ketika memasuki atmosfir bumi ia terbakar karena gesekan dengan udara dan terlihat seperti bola api. Ada yang berkeberatan dengan pandangan semacam ini dengan alasan bahwa meteor biasa jatuhnya cepat sehingga tidak cocok dengan apa yang dilihat orang Majus yang seakan-akan berhenti di atas Betlehem. (4) Pandangan lain tentang bintang Betlehem ini yang paling banyak diterima adalah bahwa itu adalah sebuah komet yang kemudian hari disebut komet Halley berdasarkan penemunya yakni Edmond Halley. Tentang ini Herlianto memberi penjelasan :“Komit adalah benda langit yang mengelilingi matahari melalui lintas edar berbentuk parabola, dan bila sedang mendekati bumi maka akan kelihatan berekor (bintang berekor) dan akan kelihatan bergerak ke arah yang berlawanan dengan ekornya sehingga terlihat menunjuk arah tertentu. Komit bila terlihat di bumi bisa berlangsung selama beberapa minggu. Kemungkinannya, komitlah yang dilihat orang majus, apalagi kala itu kehadiran komit dipercaya sebagai pertanda adanya peristiwa besar di bumi, seperti bencana atau kelahiran atau kematian orang besar. Pada waktu Julius Caezar meninggal tercatat terlihat komit selama seminggu. Kemungkinan bintang itu komet memang besar, karena dalam Matius 2:1-10, terlihat bahwa bintang itu menunjuk suatu arah, berpindah tempat dan terlihat selama beberapa hari”. (ibid). Herlianto melanjutkan : “Komit itu muncul pada akhir tahun 1758 sampai Maret 1759. Komit itu mulai tercatat oleh astronom Cina pada tahun 239sM (Encarta), dan terakhir terlihat pada tahun 1986. Dari beberapa kehadiran komit yang kemudian dinamakan Halley itu lamanya berkisar 75 sampai 79 tahun. Dengan mengambil median 77, dihitung dari tahun 239sM, kemungkinan besar pada tahun-tahun sekitar 8 SM komit Halley mendekati dan terlihat di bumi dan berada di atas Yudea di hari kelahiran Yesus. Namun juga ada yang menolak dugaan ini dengan alasan bahwa : “Catatan mengenai penampakan komet tidak cocok dengan kelahiran Tuhan. Misalnya, Komet Halley tampak pada tahun 11 S.M., tetapi hari Natal yang pertama terjadi sekitar tahun 7 sampai 5 SM”. (Artikel ©Hx'02). Kalau begitu bintang apakah yang dilihat orang-orang Majus itu? Kita memang tidak dapat mengetahuinya dengan pasti dan itu tidaklah penting. Satu hal yang pasti adalah apa pun bintang itu, Allah telah memakainya sedemikian rupa untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dalam artikel ©Hx'02 kembali dikatakan bahwa : “Tuhan telah sering menggunakan cahaya surgawi yang istimewa untuk membimbing umat-Nya, seperti kemuliaan yang memenuhi Kemah Suci (Keluaran 40:34-38) dan Bait Suci (1 Raja-raja 8:10) dan cahaya yang menyinari Rasul Paulus (Kisah Para Rasul 9:3). Tanda-tanda yang menunjukkan kehadiran Tuhan seperti itu dikenal sebagai Kemuliaan Shekinah, atau tempat tinggal Tuhan. Cahaya istimewa ini adalah manifestasi yang tampak dari keagungan Tuhan. Beberapa penjelasan para ahli astronom di atas mengenai Bintang Betlehem sangat bermacam-macam, tetapi semuanya itu menuju kepada satu kesimpulan saja. Satu hal yang dapat kita simpulkan bahwa munculnya Bintang Betlehem tersebut adalah salah satu kasih karunia Allah untuk menyambut datangnya Juruselamat dunia yang turun ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus”.
Pertanyaan 9 : Mungkinkah dalam zaman modern ini ada orang yang lahir dari seorang perawan lagi seperti Yesus?
Jawab : Tidak mungkin ! Peristiwa kelahiran yang ajaib seperti Yesus itu hanya bisa terjadi 1 kali dalam sejarah. Sebelum Yesus tidak ada, dan setelah Yesus tidak akan ada. Kalau anda bertanya pada saya mengapa tidak mungkin ada lagi? Saya akan mengajukan pertanyaan kembali pada anda “untuk apa perlu ada lagi kelahiran seperti Yesus? Jelas Yesus lahir dari perawan karena berkaitan dengan rencana penyelamatan manusia. Ia harus menjadi Juruselamat manusia dan karenanya Ia harus terbebas dari dosa asal yang diturunkan dari hasil perkawinan seorang laki-laki dan perempuan. Karenanya Ia perlu lahir dari seorang perawan saja. Spurgeon berkata : Tidak ada jalan lain tentang kelahiranNya; karena seandainya Ia ada dari seorang ayah yang berdosa, bagaimana Ia bisa mempunyai hakekat yang tak berdosa? Ia dilahirkan dari seorang perempuan, supaya Ia bisa menjadi manusia; tetapi bukan oleh laki-laki, supaya Ia bisa tidak berdosa (‘A Popular Exposition to the Gospel According to Matthew’, hal 15). Nah kalau ada orang yang lahir dari perawan saat ini, kita bertanya, untuk kepentingan apa? Jelas kelahiran dari perawan, sepanjang konsep Alkitab, berkaitan dengan masalah dosa asal. Tidak ada alasan lain selain itu. Karena Alkitab menyaksikan bahwa semua orang berdosa dan Kristus adalah satu-satunya manusia yang tak berdosa dan itu penting bagi pekerjaan penyelamatan-Nya dan pekerjaan itu sudah selesai, maka saya yakin tidak akan ada lagi kasus kelahiran dari perawan seperti yang dialami oleh Yesus.
Pertanyaan 10 : Saya pernah membaca di majalah bahwa ada seorang perempuan perawan yang hamil tanpa pernah berhubungan seks sama sekali dengan seorang laki-laki. Bagaimana hal ini dilihat dalam kaitan dengan kelahiran Kristus? Tidakkah fakta itu menghancurkan keunikan dari kelahiran Kristus?
Jawab : Saya akui bahwa seorang perempuan perawan bisa saja hamil tanpa berhubungan seks. Apa ini bertentangan dengan penjelasan saya sebelumnya? Tidak! Pertanyaan sebelumnya kan berbunyi “Mungkinkah dalam zaman modern ini ada orang yang lahir dari seorang perawan lagi seperti Yesus? Jadi penekanan pertanyaan sebelumnya adalah “seperti Yesusnya”. Kalau seperti Yesus, saya yakin tidak mungkin ada tapi kalau sekedar hamil tanpa hubungan seks mungkin bisa saja terjadi. Saya juga pernah membaca sebuah majalah yang menceritakan tentang seorang perempuan muda pernah hamil tanpa pernah melakukan hubungan seks. Penelitian para dokter menjelaskan bahwa itu terjadi di kolam renang. Seorang pria melepaskan spermanya dan spermanya bergerak dengan cepat dan masuk melalui alat kelamin si wanita dan terjadilah pembuahan sehingga wanita itu jadi hamil. Jadi dia hamil memang tanpa hubungan seks tetapi tetap terjadi pembuahan (pertemuan sperma dan sel telur). Ini berbeda dengan kasus Yesus. Alkitab berkata bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus membuahi Maria (tidak ada pertemuan sperma dan sel telur) melainkan Roh Kudus membuat sebuah mujizat sehingga terjadi kehamilan tanpa proses biologis. Dengan demikian kehamilan Maria tetap adalah satu-satunya peristiwa di dalam sejarah dan karena itu keunikan Kristus dalam hal kelahirannya tetap dipertahankan.
Pertanyaan 11 : Di Matius 1:18 dikatakan bahwa Yusuf dan Maria masih bertunangan tetapi di ayat 19 dikatakan bahwa Yusuf adalah suami Maria dan karenanya Yusuf mau menceraikan Maria isterinya itu. Tidakkah ini saling bertentangan? Jadi yang benar mereka adalah tunangan ataukah suami isteri?
Jawab : Baiklah kita perhatikan ayat-ayat ini. Matius 1:18 : Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Jadi Yusuf dan Maria dikatakan masih bertunangan. Sekarang perhatikan Matius 1:19 : Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Jadi Yusuf dikatakan sebagai suami Maria. 2 ayat ini kelihatannya bertentangan namun sebenarnya ini bisa dimengerti dan diharmoniskan kalau kita mengerti tradisi di tempat itu pada jaman itu. Dalam tradisi mereka ada beberapa tahap menuju pernikahan (1) Pertunangan I (engagement). Pertunangan I ini terjadi pada waktu dua orang yang dipertunangkan itu masih kecil, di mana mereka dipertunangkan oleh orang tua mereka, dan mereka belum saling kenal. Pertunangan I ini bisa dibatalkan. (2) Pertunangan II (bethrotal). Pertunangan II ini terjadi setelah dua orang tadi sudah cukup umur. Pada saat pertunangan II ini mereka sudah disebut ‘suami istri’, tetapi mereka belum tinggal bersama dan mereka belum boleh melakukan hubungan seks. Bandingkan dengan ayat-ayat berikut. Ul 20:7 - “Dan siapa telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengawininya”. Ulangan 22:23-24 - “(23) Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan - jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, (24) maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kau hapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”. Perhatikan bahwa dalam ay 23nya disebutkan ‘bertunangan’ tetapi dalam ay 24nya disebut sebagai ‘istri’. Dalam tradisi Yahudi saat itu, pemutusan pertunangan II ini dianggap sebagai perceraian dan dianggap sebagai dosa. Pertunangan II ini hanya berlangsung 1 tahun. (3) Pernikahan. Nah, pada saat itu, Yusuf dan Maria ada pada masa pertunangan II jadi mereka dapat disebut sebagai suami-isteri. Karena itu ay 18 tidak bertentangan dengan ay 19 maupun ayat 20 dan 24.
Pertanyaan 12 : Darimana asal usul Santa Claus dan apa hubungannya dengan Natal? Bolehkah perayaan Natal diisi dengan acara Santa Claus?
Jawab : Sekarang ini Natal hampir-hampir diidentikkan dengan Santa Claus. Di mana-mana (toko, jalan, mall, TV, dll) orang-orang dengan kostum Santa Claus bermunculan. Bahkan tidak jarang dihadirkan dalam gereja. Ada juga radio Kristen tertentu yang membuat acara khusus jumpa Santa Claus. Siapakah Santa Claus ini? Dia tidak pernah muncul di Alkitab dalam cerita-cerita Natal. Tetapi mengapa begitu populer? Encyclopedia Britannica 2000 mengatakan bahwa : ‘Santa Claus’ berasal dari St. Nicholas, yang keberadaannya tidak dibuktikan oleh dokumen sejarah manapun. Jadi tidak ada yang pasti yang kita ketahui tentang hidupnya. Menurut tradisi, ia dilahirkan di kota Lycia pelabuhan kuno di Patara (Asia Kecil), dan waktu muda berkelana ke Palestina dan Mesir. dan sekembalinya ke Myra menjadi uskup Lycia (abad-4). Ia dipenjara pada masa pemerintahan kaisar Diocletian, tetapi lalu dibebaskan pada masa pemerintahan kaisar Konstantine yang Agung, dan menghadiri Sidang Gereja Nicea (tahun 325 M.). Setelah kematiannya ia dikuburkan di Myra, dan pada tahun 1087M seseorang mencuri jenazahnya dan membawanya ke Bari, Italia. Ini menjadikan dia populer di Eropa dan Bari menjadi tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang berziarah. Mengapa Nicholas kemudian terkenal dan melegenda? Nicholas terkenal sebagai menggambarkan uskup yang ramah yang suka menolong anak dan orang miskin dengan membagikan hadiah-hadiah. Reputasi Nicholas berkenaan dengan kedermawanan dan kebaikannya menyebabkan munculnya dongeng-dongeng berkenaan dengan mujizat-mujizat yang dilakukannya terhadap orang-orang yang miskin/tidak bahagia, bahkan mujizat kebangkitan orang mati. Legenda ini kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan lebih terkenal di Belanda dengan nama SINTERKLAAS. Di Belanda, cerita tentang Sinterklaas ini akhirnya berkembang sehingga lebih berbau takhyul dan dongeng. Sinterklaas digambarkan sebagai orang tua berjanggut putih panjang berpakaian uskup menaiki kuda yang bisa terbang ke atap rumah dibantu budaknya Swarte Piet (Pit Hitam). Sinterklaas datang pada tanggal 5 Desember malam ke rumah-rumah untuk memberi hadiah bagi anak-anak yang baik melalui cerobong asap. Cerita Sinterklaas ini makin menjadi-jadi ketika bercampur baur dengan dongeng ‘pemberi hadiah’ kafir yang sudah ada sebelumnya, seperti Befana (Roma), Berchta & Knecht Ruprecht (Jerman), Odin (Norwegia) yang memiliki kekuatan sihir yang menghukum anak-anak nakal & menghadiahi anak-anak yang baik, dan biasa menaiki kereta terbang yang ditarik rusa kutub hingga Sinterklaas akhirnya sering digambarkan naik kereta terbang ditarik rusa kutub (dongeng kafir). Legenda Nicholas/Sinterklaas ini kemudian dibawa pada abad-17 ke koloni baru di New Amsterdam (sekarang New York) di benua Amerika dan kemudian dikenal sebagai Santa Claus yang merupakan orang gemuk berjanggut putih memakai mantel dan kerpus berwarna merah yang menaiki kereta ditarik 8 rusa kutub yang bisa terbang. Legenda Santa Claus ini mencapai bentuknya pada abad-19 yang kemudian dirayakan dengan pemberian hadiah di malam Natal (24 malam). Legenda Santo Nicholas ini di dirayakan sebagai Pere Noel di Perancis, Julenisse di Skandinavia, Father Christmas di Inggris. Figur rusa ke-9 dinamakan Rudolph yang memiliki hidung merah mengkilat diperkenalkan pada tahun 1939. Dari semua ini kita bisa melihat bahwa cerita SINTERKLAAS atau SANTA CLAUS ini jelas-jelas merupakan sesuatu yang salah, karena bukan hanya tidak ada urusannya sama sekali dengan Natal, tetapi bahkan bersifat dusta / takhyul / dongeng. Ir. Herlianto berkata : “Sekalipun Santa Klaus dianggap sebagai lambang semangat memberi hadiah khususnya untuk anak-anak, namun karena sifat pencampurannya dengan cerita-cerita magis kafir, misalnya kehadiran Santa Klaus yang penuh mujizat dan naik kereta ditarik rusa terbang, dan peri bertongkat sihir dalam perayaan ‘Magic Christmas’, banyak juga yang mempersoalkannya sebagai tidak sesuai dengan semangat Natal dan mempromosikan ketamakan dan komersialisasi yang telah dimanipulasikan oleh para pengusaha mainan anak-anak, makanan & minuman, dan hiburan. (www.yabina.org). Ia melanjutkan : “Gambaran ‘Sinterklaas’ yang juga populer di Indonesia juga bukan contoh baik bagi anak-anak karena dinilai banyak orang sebagai rasist, Orang tua kulit putih yang pengasih dan budak kulit hitam yang kejam yang suka mencambuki anak-anak nakal. Karena sejarah kehidupan Nicholas tidak jelas, Paus Paulus VI menanggalkan perayaan Santo Nicholas dari kalender resmi gereja Roma Katolik pada tahun 1969. (www.yabina.org). Melihat cerita Santa Claus seperti ini maka menurut saya Santa Claus / Sinterklaas, baik gambarnya, patung / bonekanya, beserta lagu-lagunya, harus disingkirkan dari perayaan Natal. Gereja atau lembaga Kristen tidak boleh memasukan dongeng Santa Claus ini dalam perayaan Natal. Tidak perlu berpakaian Santa Claus dalam perayaan Natal, tidak perlu membuat drama Natal yang menghadirkan tokoh Santa Claus, tidak perlu mengadakan acara-acara SBSC (“SEMALAM BERSAMA SANTA CLAUS”) atau “JUMPA SANTA CLAUS” untuk anak Sekolah Minggu (apalagi dipungut tiket). Bagi para orang tua, saran saya tidak perlu mengantar anak saudara untuk hadir dalam acara-acara seperti itu. Semua itu hanya mendidik anak Sekolah Minggu atau anak saudara untuk mempercayai dongeng yang tidak ada kaitan dengan Natal. Ini semua adalah praktek yang salah harus dibuang dari perayaan Natal. Ini fokus yang salah dalam perayaan Natal.
Pertanyaan 13 : Apakah salah jika kita mengajarkan kepada anak tentang Santa Claus? Intinya adalah pesan moral yang mau disampaikan kepada anak agar rajin berdosa, rajin sekolah dan baik dengan teman, dll?
Jawab : Sudah saya jelaskan bahwa cerita tentang Santa Claus yang hadir pada saat Natal hanyalah dongeng yang telah bercampur dengan berbagai cerita dongeng kafir lainnya. Karenanya bagi saya tetaplah salah kalau kita mengajar anak kita tentang Santa Claus. Memang pelajaran moral bisa saja ditarik dari sebuah kisah dongeng sekalipun seperti cerita tentang Malin Kundang, Sampuraga dan cerita-cerita rakyat lainnya tetapi melihat pengaruhnya yang sangat besar dan sering dihadirkannya Santa Claus dalam perayaan Natal tentu saja dapat membuat anak yakin seolah-olah Santa Claus itu memang benar-benar ada. Jika ingin memberikan pelajaran moral kepada anak saudara, mengapa harus dari Santa Claus? Bukankah Alkitab penuh dengan cerita-cerita yang sarat pelajaran moralnya? Jadikanlah kisah-kisah Alkitab sebagai pelajaran moral bagi anak-anak saudara. Saya kira itu jauh lebih baik daripada cerita Santa Claus.
Pertanyaan 14 : Apa artinya mas, kemenyan dan mur yang dipersembahkan orang Majus kepada bayi Yesus.
Jawab : Banyak orang menafsirkan mas, kemenyan dan mur ini secara alegori. (Catatan : Alegori adalah suatu bentuk penafsiran yang mencoba merohanikan segala sesuatu di dalam Alkitab yang sebenarnya tidak mempunyai makna rohani). Mereka lalu mengatakan bahwa mas sering diartikan sebagai simbol kerajaan. Jadi ini menyatakan bahwa Yesus adalah Raja. Mur sering digunakan untuk merempah-rempahi orang mati dan karenanya menyatakan bahwa Yesus datang untuk mati. Kemenyan sering dipakai oleh imam dan dengan demikian menyatakan Yesus sebagai imam. Tafsiran seperti ini kelihatannya menarik tetapi jelas tidak tepat. Cerita tentang orang majus adalah sebuah historical narrative (cerita sejarah) dan karenanya tidak boleh dialegorikan seperti itu. Kalau begitu bagaimana kita harus menafsirkan mas, mur dan kemenyan dari para majus itu? Tafsiran yang benar adalah bahwa mas, mur dan kemenyan merupakan hasil-hasil terbaik dari negeri Timur (tempat asal orang-orang majus) itu. Jadi mereka datang mencari Yesus dengan mempersembahkan hasil-hasil terbaik dari negeri mereka untuk raja yang baru lahir itu.
Pertanyaan 15 : Bagaimana Yesus bisa disebut Anak Daud padahal Dia tidak ada hubungan darah dengan Daud ?
Jawab : ‘Anak Daud’ adalah sebuah gelar yang diberikan kepada Yesus Kristus dan gelar ini berkaitan erat dengan gelar Mesias. Orang Yahudi percaya bahwa Mesias yang akan datang itu adalah keturunan Daud. Yohanes 7:42 : “Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." Jadi gelar ‘Anak Daud’ yang dikenakan pada Yesus untuk membuktikan bahwa sesungguhnya Ia adalah Mesias yang dijanjikan di dalam PL itu. Tetapi benarkah Mesias (Kristus) adalah keturunan Daud? Perhatikan sejumlah ayat ini. Yeremia 23:5 : “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri”. Ayat ini jelas adalah nubuatan tentang Mesias. (Band. Yeremia 33:15). 2 Samuel 7:16 : “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya." Jelas janji ini diberikan bukan dalam kaitan dengan Salomo karena kerajaan yang dipimpin Salomo tidak kokoh selama-lamanya. Ini jelas menunjuk pada sebuah kerajaan rohani yang dibawa dan dipimpin oleh Mesias sendiri dan dengan demikian Ia adalah keturunan Daud. Pada waktu malaikat memberitakan kelahiran Yesus kepada Maria, ia berkata bahwa : “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya” (Lukas 1:32). Zakharia yang dipenuhi Roh Kudus menyanyikan nyanyian pujian yang berbunyi demikian : "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu…” (Lukas 1:68-69). Jadi jelas bahwa Kitab Suci sendiri bersaksi Yesus adalah keturunan Daud dan dengan demikian mempunyai hubungan darah dengan Daud.
Pertanyaan 16 : Kalau memang Yesus bisa dikandung dari pekerjaan Roh Kudus lewat seorang perawan, mengapa bukan melalui perawan yang belum ada tunangan saja? Mengapa Yusuf dilibatkan sedangkan ia tidak punya fungsi apa-apa untuk menghadirkan Yesus di dalam kandungan Maria?
Jawab : Memang Yusuf tidak mempunyai fungsi apa-apa untuk menghadirkan bayi Yesus dalam kandungan Maria. Itu murni pekerjaan Roh Kudus. Tetapi bahwa Yusuf dihadirkan dalam kisah Natal oleh Allah tentu ada tujuannya. Kalau begitu apa tujuannya? Ingat bahwa Mesias yang akan datang yang dijanjikan dalam PL haruslah keturunan Daud dan karenanya Yesus haruslah lahir dari jalur keturunan Daud. Yesus lahir dari Maria dan sebenarnya Maria sendiri adalah keturunan Daud (lihat silsilah Yesus yang ditulis oleh Lukas yang memang ditulis dari jalur Maria). Kalau begitu sebenarnya Yesus sudah memenuhi syarat dari jalur Maria. Namun status Maria sebagai seorang wanita mungkin saja akan dipersoalkan dalam budaya paternalistik Yahudi yang sangat menekankan pentingnya laki-laki. Dan itu tentu berdampak pada pengakuan kemesiasan diri-Nya. Itulah sebabnya Yusuf dilibatkan dalam kisah Natal di mana ia pada akhirnya menerima Yesus sebagai anaknya yang sah (walau bukan secara biologis) di mana Yusuf sendiri adalah keturunan Daud sebagaimana kesaksian Matius 1:20 : “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Dalam tradisi Yahudi seorang anak memperoleh hak penuh sebagai anak apabila seorang laki-laki menerimanya sebagai anak dan mau memberikan satu nama kepadanya. Karena itu sewaktu Yusuf menerima Yesus sebagai anaknya, Yesus benar-benar adalah anaknya secara legal/yuridis. Jadi dari jalur yang sebenarnya (Maria) Yesus adalah keturunan Daud, dari sudut pandang yuridis, Ia juga adalah keturunan Daud dari Yusuf. Ini adalah argumentasi tak tergoyahkan bagi orang Yahudi yang tidak mengakui kemesiasan Yesus. Jadi intinya adalah bahwa Yusuf dipakai oleh Allah untuk memberikan legalitas terhadap kemesiasan Yesus sebagai seorang keturunan Daud.
Pertanyaan 17 : Apakah Kristen Tauhid (Unitarian) Frans Donald juga merayakan Natal? Kalau mereka merayakan Natal, bukankah Natal adalah kehadiran pribadi kedua dari Allah Tritunggal dalam sejarah manusia?
Jawab : Tidak! Pihak Unitarian (Frans Donald) sama sekali menolak perayaan Natal bahkan menentang perayaan Natal. Frans Donald dalam bukunya “Kasus Besar Yang Keliru” (hal.17) mengatakan : “Apakah penting merayakan hari kelahiran Yesus Kristus, sementara tidak ada satu pun ayat di Alkitab yang mengajarkan untuk merayakan hari kelahiran Yesus, dan tidak ada perintah di Alkitab yang memerintahkan atau menyuruh kita untuk memperingati hari kelahiran Yesus? Benarkah tradisi Natal merupakan ajaran dari Tuhan atau sekedar perintah dan ajaran manusia belaka? Ada tertulis dalam I Korintus 11:24-26, yang Yesus inginkan dari para pengikutnya adalah mengadakan peringatan akan kematiannya, bukan kelahirannya”. Jadi menurut Frans Donald, Alkitab tidak pernah memerintahkan kita untuk merayakan Natal. Namun satu hal yang tidak disadari oleh Frans Donald adalah bahwa tidak ada 1 ayat Kitab Suci pun yang melarang kita untuk merayakan Natal. Ayat 1 Korintus 11:24-26 berisi perintah untuk memperingati kematian Kristus tetapi bukan berisi larangan untuk memperingati kelahiran-Nya. Harus diakui bahwa perayaan Natal yang dilakukan oleh orang Kristen memang merupakan tradisi, tetapi saya berpendapat bahwa tradisi tidak salah selama tradisi itu tidak bertentangan dengan Kitab Suci dan selama tradisi itu tidak kita paksakan/haruskan kepada orang-orang lain. Bukankah dalam gereja ada banyak hal-hal yang tidak diperintahkan, dan hanya bersifat tradisi, misalnya penggunaan 12 Pengakuan Iman Rasuli dan Doa Bapa Kami dalam banyak gereja-gereja Protestan, pendeta memakai toga; paduan suara juga demikian. Lalu adanya salib di gereja. Siapa yang menyuruh memasang tanda salib itu? Dan bagaimana bentuk salib Yesus? Berbentuk tiang tegak saja, atau berbentuk seperti huruf X, Y, T? Atau seperti yang biasa kita kenal? Kita bahkan tidak tahu dengan pasti bagaimana bentuk salib yang digunakan terhadap Yesus! Memang ada orang-orang yang melarang adanya salib di gereja, tetapi mereka juga tidak mempunyai dasar untuk melarang, selama salib itu tidak disembah. Adanya pengedaran kantong kolekte; siapa yang memerintahkan praktek ini? Dalam Bait Allah, tidak ada hal seperti itu, karena mereka menggunakan peti persembahan, dan orang yang mau mempersembahkan, mempersembahkan ke dalam peti tersebut. (Band. Lukas 21:1-2). Juga doa dengan menutup mata, tunduk kepala, dan sebagainya. Sakramen dan pemberkatan pernikahan hanya boleh dilayani oleh pendeta, upacara pemberkatan nikah harus dilakukan di gereja, adanya kebaktian tutup peti waktu kematian, kebaktian penghiburan, dan kebaktian / upacara penguburan pada saat ada orang Kristen yang meninggal dunia. Semua ini tidak pernah diperintahkan, tetapi juga tidak dilarang, dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci. Jadi saya berpendapat perayaan Natal, dan hari-hari raya Kristen yang lain juga demikian. Biar pun tidak ada ayat yang memerintahkan merayakan Natal tetapi juga tidak ada ayat yang melarangnya bukan ? Keberatan Frans Donald yang lain terhadap perayaan Natal adalah karena dikatakan Natal berasal dari kekafiran. (“Kasus Besar Yang Keliru”, hal.21-22). Saya kira keberatan tersebut menunjukkan bahwa Frans Donald kurang memahami latar belakang/sejarah Natal yang berkaitan dengan upacara kekafiran itu. Di bagian pertama tulisan ini sudah saya jelaskan bahwa memang benar tanggal 25 Desember adalah hari kelahiran Dewa Matahari (Ra) tetapi perayaan Natal yang ditepatkan pada tanggal 25 Desember bukan bertujuan untuk orang Kristen terlibat kekafiran melainkan untuk menjauhkan orang Kristen dari budaya kafir tersebut. Perayaan Natal tanggal 25 Desember itu adalah sebuah perayaan tandingan terhadap hari raya Saturnalia (hari kelahiran Dewa Matahari). Silahkan baca kembali bagian pertama tulisan saya ini (Pertanyaan 1).
Pertanyaan 18 : Adakah ayat-ayat Alkitab yang minimal dapat dipakai untuk mendukung bolehnya perayaan natal?
Jawab : Ada! 1Korintus 6:12 : “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”. Juga 1 Kor 10:23 : “‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun”. John Calvin mengomentari ayat-ayat ini dengan berkata : “di sini ia membicarakan tentang hal-hal lahiriah, yang Allah tinggalkan pada pemilihan bebas dari orang-orang percaya” sedangkan dalam Pulpit Commentary dikatakan demikian : “Dengan ‘segala sesuatu’, tentu saja, hanya dimaksudkan ‘segala sesuatu yang bukannya baik ataupun buruk dalam diri mereka sendiri’ Jadi ayat ini berhubungan dengan hal-hal yang tidak diperintahkan ataupun dilarang oleh Tuhan. Hal-hal seperti ini boleh dilakukan dengan 2 syarat : (1) Hal itu berguna / membangun. Contoh yang salah misalnya tidur sepanjang hari; ini jelas tidak berguna. (2) Hal itu tidak memperhamba kita. Contoh yang salah misalnya rokok, ganja, atau bahkan makan berlebihan, dan sebagainya; ini jelas memperbudak. Nah, ayat-ayat di atas bisa mendukung pelaksanaan hal-hal yang tidak diperintahkan, tetapi juga tidak dilarang oleh Kitab Suci, selama hal-hal itu berguna / membangun. Sekarang, kalau kita menerapkan pada perayaan Natal, maka jelas bahwa perayaan Natal tidak memperhamba, tetapi justru berguna dan membangun. Apa gunanya dan dalam hal apa perayaan Natal itu membangun? (1) Natal berguna untuk pemberitaan Injil. Banyak orang yang tidak pernah ke gereja, tetapi mau ke gereja pada hari Natal, dan ini merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk memberitakan Injil kepada mereka. Karena itu seharusnya khotbah-khotbah Natal berisi pemberitaan Injil kepada para pendengarnya. Bahkan dalam gereja-gereja yang tidak injili, sekalipun khotbahnya tidak memberitakan Injil, tetapi pada perayaan Natal tetap ada lagu-lagu Natal yang injili, dan pembacaan ayat-ayat yang bersifat penginjilan, sehingga Injil tetap diberitakan pada Natal. Mengapa kita harus membuang perayaan Natal, kalau itu memang menyebabkan penyebaran Injil? Bahkan kartu Natal, yang dianggap sebagai pemborosan, dan memang bisa merupakan pemborosan, bisa diarahkan pada penginjilan, yaitu kalau kita memilih kartu Natal yang kata-katanya mengandung Injil, atau menuliskan kata-kata yang bersifat penginjilan. Saudara juga bisa menggunakan HP saudara untuk mengirimkan sms yang bukan hanya berisikan kata-kata ‘Selamat Hari Natal’ tetapi juga kata-kata / ayat-ayat yang bersifat penginjilan. Karena itu Natal jelas bermanfaat. (2) Untuk mengingatkan jemaat akan kasih Allah. Perenungan tentang Allah yang mau menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, membuat kita bisa merasakan kasih Allah kepada kita. Dan ini bisa menyegarkan iman orang-orang Kristen, dan mengembalikan mereka pada kasih mereka yang semula kepada Allah. (3) Untuk sarana persekutuan, dan lebih mendekatkan jemaat satu sama lain. Saya tidak anti pesta Natal, selama tidak keterlaluan / terlalu mewah, karena saya berpendapat hal itu bisa mempererat persekutuan antar jemaat. Dalam PL juga ada pesta-pesta yang ditetapkan oleh Tuhan, lalu mengapa dalam PB kita tidak boleh mengadakan pesta kalau hal itu memang berguna? Jadi, rayakanlah Natal dengan pesta, tetapi aturlah sedemikian rupa, supaya pesta itu menjadi sesuatu yang memajukan persekutuan di antara jemaat.
BACA JUGA: KELAHIRAN YESUS DARI PERAWAN MARIA
Pertanyaan 19 : Natal adalah saat di mana Allah menjelma menjadi manusia. Memangnya mengapa Allah harus menjadi manusia?
Jawab : Benar, Natal adalah saat di mana Allah menjelma menjadi manusia. Bahasa teologianya adalah “inkarnasi” (masuk ke dalam daging). Yohanes 1:14 berkata : “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita…”. Lalu mengapa Allah harus menjelma menjadi manusia? Alkitab mengatakan kepada kita bahwa upah dari dosa adalah maut (Roma 6:23). Artinya semua manusia yang berdosa pasti akan mengalami kematian (Band. Kejadian 2:17). Nah, jika Allah mau menyelamatkan manusia, Ia tidak mungkin menyelamatkan manusia begitu saja. Ia adalah Allah yang adil dan karenanya dosa tetap harus dihukum dan hukumannya adalah kematian/maut. Tetapi kalau manusia berdosa yang harus menerima hukuman mati itu sendiri maka sama dengan mereka tidak diselamatkan. Supaya mereka diselamatkan maka harus ada yang mati menggantikan manusia berdosa dan itu adalah Allah sendiri. Nah, berhubung Allah tidak bisa mati maka Ia perlu menjelma menjadi manusia terlebih dahulu supaya bisa mati. Dan memang Ia akhirnya mati disalibkan dan oleh kematian-Nya itu kita manusia berdosa diselamatkan. Charles Ryrie berkata : “Meskipun dalam Alkitab ada banyak alasan yang dinyatakan untuk inkarnasi, tetapi yang paling penting adalah Ia ingin menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Matius 1:21). Untuk melaksanakan hal ini harus terjadi inkarnasi yaitu Allah yang menjelma dalam daging. Allah telah menyatakan bahwa hukuman dosa ialah maut. Berhubung Allah tak dapat mati, maka harus terjadi suatu inkarnasi agar ada tabiat/sifat manusia yang bisa mengakibatkan kematian dan dengan demikian membayar hukuman dosa’ (Teologi Dasar : Buku 2; hal. 22)
Pertanyaan 20 : Bagaimana mungkin Allah berubah menjadi manusia? Bukankah salah satu sifat Allah adalah tidak berubah?
Jawab : Siapa yang bilang bahwa waktu Natal (inkarnasi) Allah berubah menjadi manusia? Ini pandangan yang salah! Allah tidak pernah berubah menjadi manusia. Yang benar adalah Allah mengambil rupa manusia. Artinya, sewaktu Allah menjadi manusia, Ia sama sekali tidak kehilangan sebagian/seluruh keallahan-Nya. Jadi Ia tetap adalah Allah. Seseorang berkata : “Inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu”. Pdt. Budi Asali berkata : “Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti : (1) kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi. (2) kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta. Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manusia pada diriNya”. Jadi Allah menjadi manusia berarti bahwa Allah mengambil hakikat manusia (tubuh & jiwa) tanpa mengalami perubahan dalam hakikat-Nya, tanpa kehilangan sifat-sifatNya, tanpa menghentikan / mengurangi kegiatan-Nya. Leon Morris berkata : “Kita harus berpegang / percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya”. Karena itu inkarnasi tidak berarti bahwa Allah telah berubah menjadi manusia. Ia tetap Allah tetapi sekarang mengambil rupa manusia sama seperti kita dan karenanya Ia mempunyai 2 tabiat (ilahi dan manusiawi). Doktrin Kristologi ortodoks percaya bahwa Yesus adalah 100% Allah, 100% manusia. Allah yang sejati dan manusia yang sejati.
Pertanyaan 21 : Dalam kisah Natal di Alkitab Yusuf memang diceritakan, tetapi anehnya ia sama sekali tidak mengeluarkan 1 kata pun. Ada nyanyian pujian Maria tetapi tidak ada nyanyian pujian Yusuf. Lalu teladan apakah yang dapat kita tiru dari Yusuf ini?
Jawab : Yusuf pasti pernah mengeluarkan kata-kata dalam kisah Natal. Ia tidak bisu. Hanya saja Alkitab tidak mencatat kata-katanya. Saya juga tidak tahu mengapa Alkitab tidak mencatat 1 kalimat pun yang keluar dari mulut Yusuf. Mungkin karena ia memang bukan tokoh utama dalam cerita kelahiran Yesus. Meskipun demikian itu tidak berarti bahwa kita bisa meneladani Yusuf? Bahkan menurut saya begitu banyak teladan dan sikap positif yang dapat kita pelajari darinya. Yusuf memberikan teladan kepada kita bukan dari kata-katanya melainkan dari perbuatannya. Beberapa hal yang dapat dicatat adalah (1) Yusuf adalah seorang yang tulus hatinya. Alkitab mengatakan bahwa Yusuf adalah seorang yang tulus hatinya (benar), tidak mau mencemarkan nama Maria (Mat 1:19). Ayat ini dalam Alkitab NIV berbunyi sebagai berikut : ‘Because Joseph her husband was a righteous man and did not want to expose her to public disgrace, he had in mind to divorce her quietly’ (Karena Yusuf suaminya adalah orang yang benar dan tidak mau menyingkapkan dia menjadi aib umum, ia berpikir untuk menceraikannya dengan diam-diam). Dalam KJV dikatakan : ‘Then Joseph her husband, being a just man, and not willing to make her a public example, was minded to put her away privily’ (Maka Yusuf suaminya, yang adalah seorang yang benar, dan tidak mau membuatnya sebuah contoh umum / bagi masyarakat, bermaksud untuk menyingkirkannya dengan diam-diam). Perhatikan bagian yang saya garis bawahi itu dari terjemahan KJV itu. Yusuf sebetulnya berhak, bukan hanya untuk menceraikan Maria, tetapi bahkan membuatnya dijatuhi hukuman mati (bdk. Ulangan 22:23-24 Imamat 20:10 Yohanes 8:5), dan dengan demikian menjadikan Maria contoh bagi masyarakat untuk tidak melakukan perzinahan. Tetapi Yusuf tak mau melakukan hal itu. Kalaupun Yusuf tak mau mengusahakan hukuman mati untuk Maria, ia sebetulnya bisa merusak nama baik Maria (perhatikan bagian yang saya garis bawahi dari terjemahan NIV di atas). Dan memang sakit hati karena merasa dikhianati oleh pacar / tunangan adalah sesuatu yang sangat sering menyebabkan seseorang lalu merusak nama baik pacar / tunangan yang tadinya ia cintai, apalagi kalau ia sudah mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya itu. Tetapi Yusuf, sekalipun merasa dikhianati dan sudah mengambil keputusan untuk menceraikan Maria, tidak mau mencemarkan nama Maria. Karena itulah maka ia bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Seandainya Yusuf itu tukang gossip / fitnah seperti banyak orang Kristen zaman sekarang, mungkin Maria akan begitu stress sehingga keguguran! Dan kalau demikian, tidak akan ada Juruselamat bagi saudara dan saya! (2) Yusuf tidak gegabah. Ini terlihat dari Mat1: 20 di mana ia ‘mempertimbangkan’ maksudnya untuk menceraikan Maria. (3) Yusuf percaya pada Firman Tuhan. Ia percaya kepada Firman Tuhan yang disampaikan malaikat Tuhan kepadanya melalui mimpi (Matius 1: 20-24). Sebenarnya kata-kata malaikat dalam mimpi itu amat tidak masuk akal. Coba renungkan, andaikata saudara menjadi Yusuf, di mana tunangan saudara tiba-tiba menjadi hamil, apakah saudara bisa mempercayai kata-kata malaikat yang menyatakan bahwa kehamilan itu dari Roh Kudus (Mat 1:20b)? Hebatnya, Yusuf percaya pada Firman Tuhan yang disampaikan oleh malaikat itu. (4) Yusuf taat pada Firman Tuhan (Mat 1: 24-25). Hal-hal yang perlu disoroti tentang ketaatannya antara lain bahwa ia taat secara langsung / tidak menunda (Matius 1:24), juga ia menikah dengan Maria. Kata-kata dalam Matius 1:24 akhir yang mengatakan bahwa Yusuf ‘mengambil Maria sebagai istrinya’, jelas menunjuk pada pernikahan Yusuf dan Maria. Ia juga tidak malu mengambil Maria sebagai istri, padahal Maria sudah mengandung sebelum mereka menikah, dan Maria tidak mengandung dari dia. Apakah ia tidak mempertimbangkan apa kata para tetangga, keluarga, dan teman kalau mereka melihat bahwa Maria melahirkan anak sekalipun baru menikah selama 5 bulan? Selain itu ia juga rela untuk tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir (Matius 1: 25). Tidak adanya persetubuhan sampai Yesus lahir merupakan sesuatu yang penting karena perempuan yang melahirkan Yesus haruslah seorang perawan. (Band Matius 1:23 dan Yesaya 1:14). Dan ‘menikah, tetapi tidak bersetubuh’ jelas merupakan sesuatu pengorbanan! Tetapi Yusuf rela mengalami semua itu! Yusuf juga menamakan anak itu Yesus sesuai dengan Firman yang disampaikan oleh malaikat (Matius 1:23-25). Semua ini membuktikan bahwa Yusuf adalah orang yang taat kepada Firman Tuhan. Jadi meskipun Yusuf tidak mengeluarkan 1 kata pun dalam kisah Natal tetapi teladan yang ia berikan sangat banyak dan berguna bagi kita saat ini.
Penutup
Demikianlah jawaban-jawaban yang dapat saya berikan bagi pertanyaan-pertanyaan seputar Natal. Semoga apa yang saya jelaskan dapat berarti dan menambah pengetahuan bagi saudara semua tentang peristiwa Natal. Mari kita merenung sejenak lewat sebuah puisi indah :
Tuhan,…terima kasih untuk hariMu yang indah/ Matahari baru terbit, natal kini menghampiri lagi/ Saat manis yang selalu kukenang/ Saat kasih membungkus rasa/ Berkumpul bersama teman, sahabat serta sanak famili/ Tertawa dan bercanda dalam gerai suka yang membalut/ Sejenak duka terlupakan
Di sudut sebuah ruang/ Tampak nyala lilin redup diiringi samar kidung Natal/ Membuat terpana yang memandang tak bergeming/ Sulit dilukis kata, sulit digambarkan rasa/ Tak mampu menyentuh/ Hanya nurani yang berbisik lirih/ Semoga Natal tahun depan kita masih bisa bersama dalam potret realita/ Dalam keharuman aroma Natal yang syahdu/ Menyongsong kelahiran Sang Juru Selamat dengan sejuta damai berbingkai ketulusan hati.
Kelahiran-Mu sungguh berarti/ Membuat segala sesuatu berjiwa/ Segala sesuatu terasa hidup/ Seakan ikut berbicara tentang hasrat seorang insan yang mengasihi-Mu/ Menemukan kembali saat terindah dalam hidup ini/ Yang tak mudah mendapatkan kebahagiaan dalam diri sendiri/ Tapi juga tak mungkin menemukan di tempat lain/ Hanya sujud menghampiri-Mu lewat sepenggal doa yang tak terucap namun bergumam dalam sukma.
Selamat Natal 25 Desember 2021 yang membawa makna tersendiri dalam hati. Selamat tahun baru 1 Januari 2022 yang membuat kita makin menyadari arti dari kehidupan kita di mata Tuhan dan sesama.21 PERTANYAAN DAN JAWABAN SEPUTAR NATAL