DOKTRIN KRISTOLOGI
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Daftar Isi Doktrin Kristologi:
A.CHRIST: THE GOD-MAN
B.KESUCIAN KRISTUS
C.The Humiliation Of Christ (Perendahan Kristus)
A.CHRIST: THE GOD-MAN
I) Kristus adalah sungguh-sungguh Allah.Bukti-bukti keilahian Kristus:
1) Kitab Suci secara explicit mengatakan demikian (Yesaya 9:5 Yohanes 1:1 Roma 9:5 Fil 2:5b-7 Titus 2:13 Ibrani 1:8 2Petrus 1:1 1Yohanes 5:20).
Beberapa dari ayat-ayat ini saya jelaskan di bawah ini:
a) Yohanes 1:1.
Mereka mengatakan:
ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat kepada pri-badi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat dari kedua hakekat. Ini sesuai dengan ajaran Reformed.
juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua hakekat tersebut.
Dengan kata lain, hakekat yang satu juga memiliki sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak sesuai dengan ajaran Re-formed
Perkembangan ajaran tentang Communicatio Idiomatum dalam kalangan Lutheran:
(1) Luther dan orang-orang Lutheran yang mula-mula meng-ajarkan adanya pemberian sifat-sifat, baik dari hakekat ma-nusia kepada hakekat ilahi, maupun dari hakekat ilahi kepa-da hakekat manusia.
(2) Orang-orang Lutheran selanjutnya hanyalah menekankan pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk menghindarkan hakekat ilahi menjadi terbatas karena pemberian sifat dari hakekat manusia.
(3) Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang Lutheran membedakan antara operative attributes / sifat-sifat opera-tive (seperti maha kuasa, maha ada, maha tahu) dengan quiescent attributes / sifat-sifat diam (seperti tak terbatas, kekal) dari Allah, dan mereka mengatakan bahwa hanya operative atrributes sajalah yang diberikan dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk meng-hindarkan hakekat manusia menjadi tak terbatas dan kekal karena pemberian sifat dari hakekat ilahi.
Catatan:
Doktrin Lutheran yang salah tentang diri Kristus ini, dimana mereka menganggap bahwa hakekat manusia Yesus itu maha-ada, menyebabkan mereka bisa percaya bahwa dalam Perja-muan Kudus, Yesus hadir secara jasmani.
Keberatan / sanggahan terhadap ajaran Lutheran ini:
(a) Ajaran ini menunjukkan adanya pembauran / percampuran antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam diri Kristus. Hakekat manusia yang mempunyai sifat-sifat ilahi seperti maha ada, maha tahu dsb, tidak lagi bisa disebut sebagai hakekat manusia (perhatikan kutipan dari Charles Hodge di bawah). Jadi jelas bahwa ajaran ini berbau ajaran Eutychia-nism dan jelas bahwa ajaran ini bertentangan dengan Chalcedonian Creed yang mengatakan ‘without confusion, without change’ (= ‘tanpa percampuran, tanpa perubahan’).
Charles Hodge:
"... the properties or attributes of a substance constitute its essence, so that if they be removed or if others of a different nature be added to them, the substance itself is changed. ... If divine attributes be conferred on man, he ceases to be man; and if human attributes be transferred to God, he ceases to be God". (= sifat-sifat dari suatu zat / bahan membentuk hakekatnya, sehingga kalau mereka disingkirkan atau kalau sifat-sifat yang lain ditambahkan kepada mereka, maka zat / bahan itu sendiri berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada manusia, ia berhenti menjadi manusia; dan kalau sifat-sifat manusia diberikan kepada Allah, ia berhenti menjadi Allah) - ‘Sys-tematic Theology’, vol II, hal 390.
(b) Ajaran ini tidak konsekwen, karena kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka sifat-sifat manusia juga harus diberikan kepada hakekat ilahi.
Yohanes 3:13 menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi memberikan predikat ilahi (‘turun dari sorga’). Ayat ini dipakai sebagai dasar (secara salah) oleh orang Lutheran untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia.
Tetapi anehnya, kalau mereka melihat ayat seperti 1Korintus 2:8, yang menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia / The Lord of glory’ ), tetapi memberikan predikat manusia (‘menyalibkan’), mereka tidak mau memakainya sebagai dasar untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat manusia diberikan kepada hakekat ilahi.
Ketidak-konsekwenan yang lain ialah bahwa mereka hanya memberikan sebagian sifat-sifat ilahi kepada hakekat manu-sia. Kalau beberapa sifat hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka konsekwensinya adalah bahwa se-mua sifat-sifat ilahi harus diberikan kepada hakekat manu-sia.
(c) Ajaran ini tidak sesuai dengan gambaran tentang diri Kristus dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci Kristus tidak pernah digambarkan sebagai manusia yang maha tahu / maha ada / maha kuasa. Sebaliknya, Kitab Suci menggam-barkan Yesus sebagai manusia yang terbatas pengetahuan-nya (Mat 24:36), terbatas keberadaannya (tidak bisa ada di lebih dari satu tempat pada saat yang sama), dan lemah (bisa lelah, butuh istirahat, tidur, dsb. Bdk. Yohanes 4:6 Matius 8:24).
(d) Ajaran ini tidak bisa menjelaskan Luk 2:40,52 yang menga-takan bahwa Kristus bertumbuh dalam hikmat dan kekuatan.
Ingat bahwa orang Lutheran beranggapan bahwa Commu-nicatio Idiomatum ini terjadi pada saat yang sama dengan inkarnasi. Dengan demikian, seharusnya manusia Yesus itu sudah maha tahu dan maha kuasa sejak lahir, dan kalau demikian, Ia tidak mungkin bertumbuh dalam hikmat maupun kekuatan.
2) Communicatio Operationum / Apotelesmatum [communication of acts (= pemberian tindakan-tindakan)].
Semua tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:
a) ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b) manusia, seperti makan, minum.
c) gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan dari seluruh pribadi Kristus.
Jadi, pada waktu melihat Kristus makan, kita tak perlu berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa Kristus mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata ‘hakekat ilahiNya mencipta dan mengatur alam semesta’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus mencipta dan mengatur alam semesta’.
Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada tindakan dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan dari tubuh, seperti mencerna makanan.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, me-nulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan / berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’, tetapi ‘Dia / si A berpikir’.
3) Communicatio Charismatum / Gratiarum [communication of gifts (= pemberian karunia-karunia)].
Hakekat manusia dari Kristus, sejak saat pertama keberadaannya, telah diberi bermacam-macam karunia yang mulia.
Misalnya:
a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan LOGOS, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan dan, menurut Louis Berkhof, ‘menjadi object penyembahan’.
Tetapi G. C. Berkouwer mengatakan:
"Reformed theology resisted every form of the deification of the human nature of Christ" (= theologia Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus).
b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis Berkhof, terma-suk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare).
Catatan: Communicatio Charismatum / Gratiarum ini tidak mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!
D) Ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan Personal Union.
Ada 4 golongan ayat-ayat Kitab Suci:
1) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus dengan sebutan yang berlaku untuk seluruh pribadi Kristus, tetapi tidak cocok / berlaku baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk hakekat ilahi saja.
Contoh:
Yohanes 1:29 - Anak Domba Allah.
Yohanes 5:21-23 - Hakim.
Yohanes 9:5 - Terang dunia.
Yohanes 10:9,11 - Pintu, Gembala.
Yohanes 15:1 - Pokok anggur yang benar.
Roma 8:34 - Pembela.
Efesus 4:15 - Kepala Gereja.
Sebutan-sebutan ini tidak ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus sebagai manusia, tetapi kepada seluruh pribadi Kristus (The God- man).
Calvin:
"Let this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of the human" (= biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan hanya tentang hakekat ilahi atau manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.
2) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat ilahi / LOGOS, tetapi ditujukan kepada seluruh pribadi Kristus.
Contoh: Yohanes 8:58.
Sebetulnya kata-kata ‘sudah ada sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum Abraham jadi, hakekat ilahiKu sudah ada’, tetapi Ia berkata ‘sebelum Abraham jadi, Aku (menunjuk pada pribadiNya) sudah ada’.
"We must surely hold that the incarnation meant the adding of something to what the Word was doing, rather than the cessation of most of His activites" (= kita harus berpegang / percaya bahwa inkarnasi berarti penambahan terhadap sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya).
Calvin:
"For even if the Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person, we do not imagine that he was confined therein. Here is something marvelous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin's womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning" (= karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus meme-nuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.
Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yohanes 1:18. Kalau kita melihat kontex Yoh 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-mula (pada mulanya) digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan Allah (ay 1). Setelah itu digambarkan bahwa LOGOS itu berin-karnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan Bapa di surga!
Selanjutnya, dalam membahas ketidakberubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat berinkarnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis (= teori pengosongan diri). Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!
Teori Kenosis ini, berdasarkan Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjuk-kan Yesus tidak maha tahu).
Kesalahan dari Teori Kenosis ini:
a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah (bdk. Mazmur 102:26-28 Mal 3:6 Yakobus 1:17). Allah tidak bisa berhenti men-jadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!
b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.
Dalam tafsirannya tentang Filipi 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan ke-ilahianNya, tetapi menyembunyikannya dari pandangan manusia.
"Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it con-cealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it" (= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari ke-ilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan mengurangi-nya, tetapi dengan menyembunyikannya).
Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.
"This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders" (= ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersem-bunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / per-tunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.
F) Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.
Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manu-siaNya dari surga (berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia datang ke dunia. Jadi hakekat manu-siaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa dengan kita tetapi secara organic tidak berhubungan dengan kita.
Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dasar Kitab Suci pandangan ini:
1) Filipi 2:7 mengatakan bahwa Ia ‘menjadi sama dengan manusia’, bukan ‘menjadi seperti manusia’. Ibrani 2:14-17 juga mengatakan bahwa ‘dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya’.
2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria, dan Kris-tus hanya serupa dengan kita, maka sebetulnya tidak ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita (bdk. Ibrani 2:14-17).
3) Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang keluar dari tunggul Isai’, ‘ta-ruk dari pangkal Isai’ (Yes 11:1,10 Yesaya 4:2 Yesaya 53:2 Yeremia 23:5 Wahyu 5:5 Wahyu 22:16). Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan orga-nic dengan Daud.
4) Ibrani 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku Yehuda’ [Literal: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah]. Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yahuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.
5) Ibrani 2:11 mengatakan:
a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ay 11a: ‘Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
NASB: are all of one Father (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.
NIV: are of the same family (= semua dari satu keluarga).
RSV: have all one origin (= semua mempunyai satu asal mula).
KJV: are all of one (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetul-nya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Ye-sus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Ma-ria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, mengang-gap bahwa kontex menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada Adam, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan kontex ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).
Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!
b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibr 2:11b).
Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.
c) Bdk. juga dengan Ibrani 2:14-17 yang menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia yang sama dengan kita!
6) Yesus disebut sebagai:
keturunan perempuan / Hawa (Literal: seed of the woman) - Kej 3:15.
keturunan Abraham [Literal: your seed (= benihmu)] - Kej 22:18 (bdk. Kis 3:25).
keturunan Daud (Literal: seed of David) - 2Timotius 2:8.
Istilah seed / benih jelas menunjukkan adanya hubungan organic!
7) Dalam Lukas 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal: the fruit of your womb). Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.
8) Dalam Lukas 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengan-dung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Lukas 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kan-dungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:
Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Maha-tinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sen-diri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan janin Yesus itu.
anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus ada-lah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan pengu-dusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengu-dusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir suci.
Bahwa ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:
"being conceived by the power of the Holy Ghost in the womb of the virgin Mary, of her substance" (= dikandung oleh kuasa Roh Kudus dalam rahim perawan Maria, dari zatnya / Maria).
Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed:
"the Son of God, is God and man; God, of the substance of the Father: begotten before the worlds: and man, of the substance of his mother, born in the world" (= Anak Allah, adalah Allah dan manusia; Allah, dari zat Bapa: diperanakkan sebelum alam semesta: dan manusia, dari zat ibuNya, dila-hirkan dalam dunia) - Herman Hoeksema, ‘Reformed Dogmatics’, hal 344.
G) Peranan Roh Kudus dalam inkarnasi.
1) Roh Kuduslah yang menjadikan Maria mengandung (Matius 1:18-20 Lukas 1:34-35). Ini menyebabkan yang lahir bukanlah pribadi manusia, tetapi pribadi Anak Allah [Bdk. Lukas 1:43 dimana Elizabeth menyatakan Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the mother of my Lord’ (NIV)].
Karena itu Maria secara tepat disebut THEOTOKOS (= bunda Allah), bukan sekedar CHRISTOTOKOS (= bunda Kristus).
2) Roh Kudus menguduskan hakekat manusia dari Kristus sejak dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari polusi dosa (Yohanes 3:34 Ibrani 9:14).
Jadi, bahwa Maria mengandung bukan dari seorang laki-laki, masih belum cukup untuk menyebabkan Yesus itu lahir suci, karena Maria juga adalah orang berdosa. Masih dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyucikan bayi Yesus sejak dari saat pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul suci.
Calvin:
"For we make Christ free from all stain not just because he was begotten of his mother without copulation with man, but because he was sanctified by the Spirit that the generation might be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall" (= karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya karena ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:
a) Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan bayi Yesus ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci supaya bisa lahir dan hidup suci.
Karena itu doktrin Immaculate Conception dari Roma Katolik, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup suci tanpa dosa, sama sekali tidak dibutuhkan di dalam gereja.
Catatan:
§ Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab Suci, mengapa dibu-tuhkan waktu 18 abad untuk menemukannya?
§ Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci sama sekali, tetapi juga bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci, seperti: Roma 3:10-12,23 Pengkhotbah 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa semua manusia berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam Kitab Suci hanyalah Yesus saja (Ibrani 4:15 2Korintus 5:21). Kitab Suci tidak pernah mengecualikan Maria!
§ Luk 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya. Kalau memang ia suci murni, me-ngapa ia membutuhkan Juruselamat?
§ Lukas 2:22-24 (bdk. Imamat 12:1-8) menunjukkan bahwa Maria disebut najis (Imamat 12:2), karena melahirkan anak. Ini menye-babkan ia harus mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapus dosa sebagai pendamaian (Imamat 12:8), supaya bisa ditahirkan. Sekalipun ‘kenajisan’ di sini bukan-lah suatu dosa moral, tetapi rasanya sukar diharmoniskan dengan ‘suci murni’.
§ Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut: kalau Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka demikian juga kedua orang tua Maria harus suci supaya Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus suci supaya kedua orang tua Maria bisa suci, dan kalau ini diterukan maka akhirnya Adam dan Hawapun harus suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak logis dan tidak alkitabiah, yang orang Roma Katolik-pun tidak akan mau menerimanya!
b) Kalau memang fakta bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang pera-wan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir suci, dan masih dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu untuk apa Yesus harus dilahirkan dari seorang perawan / perempuan yang me-ngandung tanpa hubungan sex dengan laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja dan ditambah dengan penyu-cian dari Roh Kudus?
Ada beberapa jawaban terhadap pertanyaan ini:
§ Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian dari Roh Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus lahir suci.
§ Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang adalah Allah dan manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama seperti kita. Harus dengan cara yang berbeda supaya cocok dengan ke-wibawaan pribadiNya.
Catatan: jawaban yang kedua ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.
II) Penderitaan Kristus.
A) Kristus menderita sepanjang hidupNya.
1) Ia menderita karena Ia yang suci harus hidup ditengah-tengah orang-orang berdosa (bandingkan dengan Lot dalam 2Petrus 2:7-8).
Penerapan:
Adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang kristen yang bukannya menderita tetapi sebaliknya justru merasa senang kalau bergaul / berkumpul dengan orang-orang yang brengsek! Apakah saudara termasuk orang seperti itu?
2) KetaatanNya menyebabkan Ia menderita (bdk. Yohanes 3:19-20).
Ada banyak ketaatan yang bisa menyebabkan penderitaan bahkan penganiayaan. Misalnya kalau kita mau hidup dan berkata jujur, atau kalau kita menegur orang yang berbuat dosa, dsb. Kristus rela men-derita demi mentaati Firman Tuhan; bagaimana dengan saudara?
3) Ia menderita karena serangan setan (bdk. Lukas 4:1-13, khususnya ay 13).
Ingat bahwa ke-tidak-bisa-berdosa-an Kristus tidak berarti bahwa Ia tidak menderita pada waktu mengalami serangan setan (bdk. Ibr 2:18 - ‘Ia sendiri telah menderita karena pencobaan’)!
4) Ketidak-percayaan / kebencian orang-orang di sekitarNya memberikan penderitaan kepadaNya.
Ketidakpercayaan ini datang dari:
dunia (Yohanes 1:10).
bangsanya (Yohanes 1:11 Yoh 10:20).
orang-orang sekampungnya (Mat 13:53-57).
keluarganya (Yohanes 7:3-5 Markus 3:21).
Yudas Iskariot.
murid-muridNya yang lain.
Hal tersebut lebih-lebih terasa menyakitkan karena Yesus mencintai orang-orang itu dan Ia bahkan datang ke dunia dengan maksud mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan orang-orang itu. Tetapi orang-orang itu ternyata memberikan balasan yang begitu jelek.
Kalau saudara pernah tidak dipercayai oleh orang yang saudara cintai, seperti orang tua saudara, suami / istri / pacar saudara, maka saudara tentu bisa merasakan sakitnya hal itu.
Penerapan:
Demi melayani saudara, Yesus pernah mengalami hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia, saudara harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus melayani Dia?
5) PenderitaanNya makin lama makin hebat dan mencapai puncaknya di kayu salib.
Untuk bisa lebih menyadari penderitaan Kristus di sekitar salib, khu-susnya pada saat pencambukan dan penyaliban, perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:
a) Tentang pencambukan:
William Hendriksen:
"The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death" [= cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].
William Barclay:
"Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it" [= pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan pung-gungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencam-bukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
b) Tentang penyaliban:
Pulpit Commentary:
"Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used" (= paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay:
"When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness" [= ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].
Catatan:
Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
§ tradisi.
§ Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya ta-nganNya, tetapi juga kakiNya.
Alasan saya:
§ penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay (misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas). Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
§ Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.
§ Dalam Lukas 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Selanjutnya Barclay mengutip Klausner sebagai berikut:
"The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds" [= kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].
Barclay lalu mengatakan:
"It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us" (= itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Karena Kristus telah menderita dalam sepanjang hidupNya, jangan mera-sa heran kalau didalam mengikut Kristus saudarapun menderita dalam sepanjang hidup saudara. Kristus berkata: ‘seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya’ (Yohanes 15:20)!
Juga, karena Kristus rela mengalami semua penderitaan itu demi sau-dara, maka saudarapun harus rela mengalami penderitaan demi Kristus!
B) Kristus menderita tubuh dan jiwa.
Seluruh manusia (tubuh dan jiwa) jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan jiwaNya, barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.
Pada waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh BapaNya, itu merupakan pende-ritaan jiwa / rohani.
C) Penderitaan Kristus adalah unik.
1) Karena kesucianNya, Kristus mengalami penderitaan akibat dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa dialami oleh orang lain.
2) Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita sekalian (Yes 53:6,10). Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.
Herman Hoeksema berkata:
"No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One" [= karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena, yang pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.
III) Kematian Kristus.
A) The extent of His death (= luas kematianNya).
Kematian yang dialami oleh Kristus mencakup:
1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa.
2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah. Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Matius 27:46).
Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:
a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
· perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-krosoen), atau,
· doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
· perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan terhadap pandangan ini:
Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yesaya 59:1-2 2Tesalonika 1:9.
b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebut-an ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul ber-bicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.
Keberatan terhadap pandangan ini:
· dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.
· Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostatical / Personal Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin!
· Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Mazmur 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):
"No man can redeem the life of another, or give to God a ran-som for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough" (= tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.
Keberatan terhadap pandangan ini:
Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.
Jawaban atas keberatan ini:
· Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.
· Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.
Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terjadi antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya hubungan / perse-kutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!
Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan derngan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).
Bagusnya pandangan ini:
· Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
· Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan:
Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= penebusan terbatas) dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design (= rencana / tujuan) penebusan Kristus.
· Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.
d) William G.T. Shedd menggabungkan pandangan b) dan c).
Ia berkata sebagai berikut:
"The Logos at this moment did not support and comfort the human soul and body of Jesus. This may be regarded equally as desertion by the Father or by the Logos, because of the unity of essence. ... God the Father deserted the human nature, and God the Logos also deserted it" (= Pada saat ini Logos tidak menopang dan menghibur jiwa dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatu-an hakekat. ... Allah Bapa meninggalkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga meninggalkannya) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.
Keberatan terhadap pandangan Shedd ini sama dengan keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.
Penerapan:
Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasmani maupun rohani ini tak ada gunanya. Mereka akan mengalami kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).
Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami kematian jas-mani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Filipi 1:21).
B) The judicial character of His death (= sifat hukum kematianNya).
1) Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat kecelakaan / pembunuhan (bdk. Yohanes 7:1,19,25-26,30,44 Yohanes 8:59 Mat 12:14-15a).
2) Kristus harus mati karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh penga-dilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang kriminil.
3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh pemerintah Roma, dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati (Lukas 23:4,14,15,22,24).
Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati / dihukum bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus orang lain.
4) Hukuman dari Pontius Pilatus juga adalah hukuman dari Allah, tetapi dasarnya berbeda. Allah memberikan hukuman mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius Pilatus memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut kepada orang-orang Yahudi.
Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius Pilatus berjasa karena membantu terlaksananya rencana Allah tentang penebusan dosa.
5) Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah pemenggalan / perajaman dengan batu, tetapi penyaliban. Ini adalah cara Romawi yang paling hina.
Dengan kematian semacam itu Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul 21:23 Galatia 3:13).
Alasan lain mengapa Kristus harus mati melalui penyaliban adalah bahwa Ia harus mencurahkan darahNya untuk menebus dosa manusia (bdk. Ibrani 9:22) dan untuk menggenapi TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.
Kalau hanya untuk menggenapi Ulangan 21:23 (bdk. Gal 3:13), maka bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gantung, karena itu juga merupakan kematian terkutuk.
Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak mungkin Kristus mati mela-lui hukuman gantung.
IV) Penguburan Kristus.
A) Kematian bukanlah tahap terakhir dari perendahan Kristus. Kata-kata ‘sudah selesai’ tak berhubungan dengan perendahan tetapi dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.
B) Penguburan adalah suatu tahap perendahan.
Ini terlihat dari:
1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur / membusuk.
2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari hukuman dosa (Kej 3:19).
3) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan merupakan perendahan.
C) Penguburan Kristus tidak hanya menunjukkan bahwa Ia betul-betul sudah mati tetapi juga untuk menghilangkan kengerian terhadap kuburan dalam diri orang yang percaya.
Karena itu, kalau saudara betul-betul adalah orang kristen, saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan. Ingat bahwa Kristus sudah pernah masuk ke sana dan bahkan mengalahkanNya!
Catatan:
Calvin menggabungkan kematian dan penguburan Kristus dalam satu tahap perendahan saja.
V) Turun ke neraka / HADES.
A) Arti SHEOL / HADES.
Kata bahasa Ibrani SHEOL / kata bahasa Yunani HADES (dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia orang mati’ atau ‘alam maut’) tidak selalu mempunyai arti yang sama.
1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk pada ‘keadaan kematian / the state of death’ atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’. Misalnya: Mazmur 89:49 Hos 13:14 Kis 2:27.
2) Kalau menunjuk pada tempat, maka SHEOL / HADES berarti:
a) Kuburan (Kej 37:35 Yunus 2:2).
b) Neraka (Mazmur 9:18 Mazmur 49:15 Amsal 15:24 Lukas 16:23).
Perhatikan bahwa dalam ayat-ayat ini ada ancaman kepada orang berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES diartikan sebagai ‘tempat netral’ kemana setiap orang akan pergi setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan ancamannya! Jadi, dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES harus diartikan sebagai ‘neraka’!
B) ‘Turun ke neraka / kerajaan Maut’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
12 Pengakuan Iman Rasuli
1) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.
5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.
7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8) Aku percaya kepada Roh Kudus.
9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10) Pengampunan dosa.
11) Kebangkitan orang mati / daging.
12) Dan hidup yang kekal. Amin.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang kalimat ‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ ini:
1) Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.
2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam Kitab Suci.
3) Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai (secara salah) sebagai dasar dari doktrin ini:
a) Efesus 4:9.
‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena dalam Ef 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kristus bisa naik karena Ia telah turun (bandingkan dengan Yohanes 3:13). Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan sebagai ‘bumi’ (seperti dalam Mazmur 139:15). Dengan demikian Ef 4:9 berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu Ef 4:9 ini sebe-tulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke HADES / ne-raka.
b) 1Petrus 3:18-20.
Bagian ini sering dianggap sebagai bagian yang menunjukkan bahwa Kristus memang turun ke HADES dan bagian ini juga dianggap memberi penjelasan tentang tujuan Kristus pergi ke HADES, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati. Tetapi tafsiran seperti ini bertentangan dengan Mazmur 88:12 yang jelas menunjukkan bahwa tidak ada pemberitaan Injil dalam dunia orang mati!
Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay 18). Dan kata-kata ‘menu-rut Roh’ (ay 18) seharusnya adalah ‘oleh Roh / by the Spirit’, dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.
Penafsiran Reformed yang umum tentang ayat ini adalah: dalam Roh / oleh Roh, Kristus berkhotbah (memberitakan Injil) melalui Nuh kepada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum air bah. Orang-orang ini masih hidup pada saat diinjili, tetapi disebut ‘roh-roh yang ada dalam penjara’ karena pada waktu Petrus menulis suratnya mereka sudah mati (Louis Berkhof).
Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed, mempunyai pandangan / penafsiran yang lain tentang 1Pet 3:18-20 ini. Ia berpendapat bahwa arti ayat ini adalah:
§ Kristus memang pergi kepada roh-roh yang ada dalam penjara (atau kepada roh-roh orang jahat yang menunggu penghakim-an), tetapi:
§ Ia tidak pergi secara pribadi, tetapi melalui Roh Kudus.
§ Ia pergi bukan antara kematian dan kebangkitanNya, tetapi setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.
§ Kristus memang memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada dalam penjara itu, tetapi ini bukanlah pemberitaan Injil yang memungkinkan suatu pertobatan. Ini hanya merupakan peng-umuman / proklamasi tentang kemenangan yang telah Ia dapat-kan.
Yang manapun arti yang benar, tetap tidak menunjukkan bahwa 1Petrus 3:18-20 ini berhubungan dengan kata-kata ‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
c) Mazmur 16:10.
Ini diartikan: ‘Roh / jiwa Kristus ada di neraka / HADES sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang sa-lah, karena apa yang diajarkan oleh ayat ini hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa maut’ (bdk. Kis 2:30-31 dan Kis 13:34-35 dimana Maz 16:10 ini dikutip untuk membuktikan kebangkitan Kristus).
Jadi lagi-lagi terlihat bahwa ayat inipun tidak ada hubungannya dengan turunnya Kristus ke HADES / neraka.
4) Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke HADES’:
a) Berdasarkan arti dari kata HADES di atas, dimana HADES bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan, maka ada orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kubur
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Penafsiran ini tak cocok dengan kontex dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.
b) Ada juga yang beranggapan bahwa Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa kita.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
o antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Lukas 23:43,46). Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka tersebut.
o Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yohanes 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaanNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah selesai, sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.
c) Roma Katolik:
Sesudah mati, Kristus pergi ke LIMBUS PATRUM (= tempat pe-nantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama menan-tikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil kepada mereka dan lalu membawa mereka ke surga.
Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah Mazmur 107:16 Zakharia 9:11.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§ ayat-ayat itu ditafsirkan out of context (= keluar dari kontexnya). Bacalah seluruh kontex dari ayat-ayat itu dan saudara akan melihat bahwa baik Maz 107:16 maupun Zakh 9:11 menunjuk pada pembebasan / pertolongan yang Allah lakukan terhadap orang yang tadinya mengalami penderitaan sebagai hukuman dosa mereka. Jadi, ayat-ayat ini sama sekali tak ada hubungan-nya dengan Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus Patrum.
§ Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah orang percaya; lalu mengapa mesti diinjili lagi?
§ pandangan ini bertentangan dengan 2Raja-raja 2:11 yang me-nyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke Limbus Patrum.
§ apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya untuk mem-bebaskan mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.
d) Lutheran:
‘Turun ke HADES’ merupakan tahap pertama dari pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk menyelesaikan kemenang-anNya atas setan dan untuk menyampaikan hukuman mereka.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§ tidak ada dasar Kitab Sucinya.
§ pemuliaan Kristus baru dimulai pada saat Kristus bangkit.
§ agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa menunjuk pada ‘pemuliaan Kristus’.
e) The church of England:
Tubuh Kristus ada di kuburan, tetapi roh / jiwaNya pergi ke HA-DES, atau, lebih khusus lagi, ke Firdaus, tempat penantian dari roh orang-orang benar dan memberi penjelasan tentang kebenaran.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§ tak ada dasar Kitab Sucinya.
§ orang benar yang sudah mati tak perlu diajar lagi.
§ Firdaus bukanlah tempat penantian orang benar, tetapi Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:
§ membandingkan Lukas 23:43 dengan Lukas 23:46.
§ membandingkan 2Korintus 12:2 dengan 2Korintus 12:4.
§ membandingkan Wahyu 2:7 dengan Wah 22:2,14,19.
f) Calvin:
‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan sete-lah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menun-jukkan penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh Calvin:
§ Kis 2:24 - ‘sengsara maut’ bukan ‘maut’.
§ Yes 53:4 - ‘dipukul dan ditindas oleh Allah’.
Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.
g) Ada juga orang Reformed yang menganggap bahwa ‘turun ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada dalam kuasa maut sampai hari yang ke 3.
‘Westminster Confession of Faith’, chapter VIII, 4 berbunyi sebagai berikut:
"... was crucified, and died, was buried, and remained under the power of death, yet saw no corruption. On the third day He arose from the dead ..." (= ... disalibkan, dan mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...).
Sama seperti penafsiran Calvin, pandangan yang inipun tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka / HADES.
Catatan:
Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah kebangkitanNya, dalam Yoh 20:17 Ye-sus berkata kepada Maria: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa".
Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga.
Jawaban terhadap keberatan ini:
a) Yohanes 20:17 ini tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan Luk 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.
b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau Yesus melarang Maria memegang (dalam arti menyentuh) Dia, karena dalam Matius 28:9 dan Yoh 20:27 Ia mengijinkan diriNya untuk dipegang. Karena itu, kata ‘memegang’ dalam Yoh 20:17 seharusnya diartikan ‘memegang erat-erat / menahan / nggandoli’. Bandingkan dengan terjemahan NASB yang mengatakan "Stop clinging to Me" (= berhentilah berpegang teguh kepadaKu), dan juga terjemahan NIV yang mengatakan "Do not hold on to Me" (= jangan berpegang erat-erat kepadaKu).
c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’ dalam Yoh 20:17a itu, tidak menunjuk pada saat antara kematian dan ke-bangkitan Yesus, tetapi menunjuk pada hari kenaikanNya ke surga. Ini terlihat dengan jelas karena dalam Yoh 20:17b yang berbunyi ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata ‘pergi’ ini jelas menunjuk pada kenaikanNya ke surga.
Jadi kesimpulannya, arti dari Yoh 20:17 adalah: jangan nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus pergi kepada Bapa / naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati Maria yang begitu mencintai Dia, sehingga ingin menahan Dia terus menerus dan tidak mau ber-pisah lagi dengan Yesus. Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yoh 20:17 ini.
Dengan demikian jelaslah bahwa Yoh 20:17 ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.
I) Kebangkitan.
A) Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.
1) Tubuh dan jiwa Kristus bersatu kembali dan Kristus hidup kembali.
Tetapi bukan hanya itu yang terjadi, karena kalau hanya itu yang terjadi, maka dalam 1Kor 15:20,23 Kol 1:18 Wah 1:5 Yesus tidak bisa dikatakan sebagai yang sulung / yang pertama bangkit dari anta-ra orang mati, karena ada banyak orang yang pernah dibangkitkan sebelum kebangkitan Kristus, yaitu:
anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh Elia (1Raja-raja 17:17-24).
anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh Elisa (2Raja-raja 4:18-37).
mayat yang terkena tulang Elisa (2Raja-raja 13:21).
anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus (Markus 5:21-43).
anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus (Lukas 7:11-17).
Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus (Yohanes 11:1-44).
mayat-mayat orang kudus yang bangkit pada waktu Yesus mati (Matius 27:52-53).
2) Terjadi perubahan pada tubuh Kristus dimana Ia diangkat ke suatu posisi yang lebih tinggi. Dengan demikian ada perbedaan kwalitet antara tubuh Yesus sebelum dan sesudah kebangkitan.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Luk 24:16 Yoh 20:14,15 Yohanes 21:4 menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus sering tidak dikenali.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya seba-gai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah mengatakan bahwa kata ‘God / Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam Yoh 1:1 ini tidak mem-punyai definite article / kata sandang (Inggris: ‘the’ ) dan karena itu harus diartikan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’ yang lebih rendah dari YEHOVAH, yang adalah Allah yang sesungguhnya.
Terhadap penafsiran orang-orang Saksi Yehovah ini perlu kita tunjukkan bahwa dalam Titus 2:13 dan Ibrani 1:8 kata ‘Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article / kata sandang.
b) Titus 2:13 (NIV): ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jadi terlihat dengan jelas bahwa di sini Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘our great God and Savior’ (= Allah kita yang besar dan Juruselamat kita).
c) Filipi 2:6-7 berbunyi sebagai berikut:
"... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia".
Sebetulnya istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi di sini saya akan menjelaskan hal-hal lain sehingga ayat ini menjadi dasar yang lebih kuat lagi bagi keilahian Kristus.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah mengatakan bahwa kata ‘God / Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam Yoh 1:1 ini tidak mem-punyai definite article / kata sandang (Inggris: ‘the’ ) dan karena itu harus diartikan bahwa Yesus adalah ‘allah kecil’ yang lebih rendah dari YEHOVAH, yang adalah Allah yang sesungguhnya.
Terhadap penafsiran orang-orang Saksi Yehovah ini perlu kita tunjukkan bahwa dalam Titus 2:13 dan Ibrani 1:8 kata ‘Allah’ yang ditujukan kepada Yesus dalam bahasa Yunaninya menggunakan definite article / kata sandang.
b) Titus 2:13 (NIV): ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jadi terlihat dengan jelas bahwa di sini Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘our great God and Savior’ (= Allah kita yang besar dan Juruselamat kita).
c) Filipi 2:6-7 berbunyi sebagai berikut:
"... Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia".
Sebetulnya istilah ‘dalam rupa Allah’ dan ‘kesetaraan dengan Allah’ sudah secara jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi di sini saya akan menjelaskan hal-hal lain sehingga ayat ini menjadi dasar yang lebih kuat lagi bagi keilahian Kristus.
Kata-kata ‘walaupun dalam rupa Allah’ dalam Filipi 2:6 diterjemahkan ‘being in the form of God’ oleh KJV.
Kata ‘being’ itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa berubah (‘It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed’ ).
Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh kata HUPARCHON yang ada dalam bentuk present participle. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (= past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada ‘continuance of being’ (= keberadaan yang terus-menerus). Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah secara terus-menerus dan hal ini tidak bisa berubah.
Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6 Mazmur 102:26-28 Yakobus 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjuk-kan bahwa Ia tidak sempurna!
o Juga kalau ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang hamba’ diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekwensinya, ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah.
o Disamping itu kata ‘rupa’ dalam ay 6 itu (KJV: form) dalam bahasa Yunaninya adalah MORPHE, dan seorang penafsir mengatakan bahwa kata MORPHE ini adalah ‘not a mere external resemblance, but a deep, real, inner conformity’ (= bukan semata-mata suatu kemiripan lahiriah / luar, tetapi suatu persesuaian / kecocokan di dalam yang mendalam dan sungguh-sungguh).
d) 2Petrus 1:1 (NASB): "... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ" (= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
2) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus (Yesaya 9:5 Yeremia 23:5-6 Yeremia 33:14-16 Matius 1:23 2Timotius 1:10 Ibr 1:8,10).
a) Yes 9:5 jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah menyerang ayat ini dengan ber-kata bahwa Kristus hanya disebut ‘Allah yang perkasa’, sedangkan YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai ‘Allah yang mahakuasa’ (Ibrani: EL SHADDAI) seperti dalam Keluaran 17:1.
Untuk menjawab serangan ini kita bisa melihat Yesaya 10:21 yang menyebut Allah / YAHWEH / YEHOVAH dengan sebutan ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
b) Yeremia 23:5-6 dan Yeremia 33:14-16 juga jelas merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata TUHAN tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi orang-orang Saksi Yehovah karena dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci sebutan ‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan sebutan ‘EL / ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau sebutan THEOS (bahasa Yunani), bisa diguna-kan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hak 16:23-24 1Raja-raja 18:27 Mazmur 82:1,6 Kis 28:6). Tetapi sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk siapapun / apapun selain Allah! Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah YAHWEH / YEHOVAH, itu pasti menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
c) Dalam Matius 1:23 Yesus disebut dengan istilah ‘Immanuel’, yang artinya adalah God with us (= Allah dengan kita).
d) Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus’ / ‘Peno-long’ ditujukan kepada Allah (Yesaya 43:3,11 Yesaya 45:15 Yeremia 14:8 Hosea 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Titus 1:4 Titus 2:13 Tit 3:6 2Petrus 1:11 2Petrus 2:20 2Petrus 3:18).
e) Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
3) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:
a) Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1 Yohanes 8:58 Yohanes 10:10 Yohanes 17:5 Ibrani 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wahyu 22:13).
Kata ‘being’ itu dalam bahasa Yunani adalah HUPARCHON dan ini menggambarkan seseorang sebagaimana adanya secara hakiki dan hal itu tak bisa berubah (‘It describes that which a man is in his very essence and which cannot be changed’ ).
Ketidak-bisa-berubahan ini ditunjukkan oleh kata HUPARCHON yang ada dalam bentuk present participle. Ini aneh dan kontras sekali dengan penggunaan bentuk-bentuk aorist (= past / lampau) pada kata-kata setelahnya, dan ini menunjuk pada ‘continuance of being’ (= keberadaan yang terus-menerus). Karena itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu ‘being in the form of God’, maka itu berarti bahwa Yesus adalah Allah secara terus-menerus dan hal ini tidak bisa berubah.
Allah memang mempunyai sifat tidak bisa berubah (Mal 3:6 Mazmur 102:26-28 Yakobus 1:17), karena kalau Ia bisa berubah, itu menunjuk-kan bahwa Ia tidak sempurna!
o Juga kalau ay 7 yang mengatakan ‘mengambil rupa seorang hamba’ diartikan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia, maka konsekwensinya, ay 6 yang mengatakan bahwa Yesus ada ‘dalam rupa Allah’ haruslah diartikan bahwa Yesus betul-betul adalah Allah.
o Disamping itu kata ‘rupa’ dalam ay 6 itu (KJV: form) dalam bahasa Yunaninya adalah MORPHE, dan seorang penafsir mengatakan bahwa kata MORPHE ini adalah ‘not a mere external resemblance, but a deep, real, inner conformity’ (= bukan semata-mata suatu kemiripan lahiriah / luar, tetapi suatu persesuaian / kecocokan di dalam yang mendalam dan sungguh-sungguh).
d) 2Petrus 1:1 (NASB): "... by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ" (= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
2) Kitab Suci memberikan nama-nama ilahi untuk Yesus (Yesaya 9:5 Yeremia 23:5-6 Yeremia 33:14-16 Matius 1:23 2Timotius 1:10 Ibr 1:8,10).
a) Yes 9:5 jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat itu Ia disebut sebagai ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
Tetapi orang-orang Saksi Yehovah menyerang ayat ini dengan ber-kata bahwa Kristus hanya disebut ‘Allah yang perkasa’, sedangkan YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai ‘Allah yang mahakuasa’ (Ibrani: EL SHADDAI) seperti dalam Keluaran 17:1.
Untuk menjawab serangan ini kita bisa melihat Yesaya 10:21 yang menyebut Allah / YAHWEH / YEHOVAH dengan sebutan ‘Allah yang perkasa’ (Ibrani: EL GIBOR).
b) Yeremia 23:5-6 dan Yeremia 33:14-16 juga jelas merupakan nubuat tentang Kristus, dan dalam ayat-ayat itu Kristus disebut sebagai ‘TUHAN keadilan’, dimana kata TUHAN tersebut dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YEHOVAH. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting dalam menghadapi orang-orang Saksi Yehovah karena dalam ayat-ayat ini Yesus Kristus disebut dengan sebutan YAHWEH / YEHOVAH.
Perlu diketahui bahwa dalam Kitab Suci sebutan ‘ADONAI’ (= Tuhan / Lord) bisa digunakan untuk seseorang yang bukan Allah (Misalnya dalam Yes 21:8). Demikian juga dengan sebutan ‘EL / ELOHIM’ [= Allah / God(s)], atau sebutan THEOS (bahasa Yunani), bisa diguna-kan untuk menunjuk kepada dewa dan bahkan manusia (Misalnya: Kel 4:16 Kel 7:1 Kel 12:12 Kel 20:3,23 Hak 16:23-24 1Raja-raja 18:27 Mazmur 82:1,6 Kis 28:6). Tetapi sebutan YAHWEH / YEHOVAH (= TUHAN / LORD) tidak pernah digunakan untuk siapapun / apapun selain Allah! Karena itu, kalau Yesus disebut dengan istilah YAHWEH / YEHOVAH, itu pasti menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri.
c) Dalam Matius 1:23 Yesus disebut dengan istilah ‘Immanuel’, yang artinya adalah God with us (= Allah dengan kita).
d) Dalam Perjanjian Lama, sebutan ‘Juruselamat’ dan ‘Penebus’ / ‘Peno-long’ ditujukan kepada Allah (Yesaya 43:3,11 Yesaya 45:15 Yeremia 14:8 Hosea 13:4), tetapi dalam Perjanjian Baru, sebutan itu ditujukan kepada Yesus (2Tim 1:10 Titus 1:4 Titus 2:13 Tit 3:6 2Petrus 1:11 2Petrus 2:20 2Petrus 3:18).
e) Dalam Ibr 1:8,10 Allah menyebut Yesus / Anak dengan sebutan ‘Allah’ dan ‘Tuhan’.
3) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat ilahi seperti:
a) Kekal (Mikha 5:1b Yoh 1:1 Yohanes 8:58 Yohanes 10:10 Yohanes 17:5 Ibrani 1:11-12 Wah 1:8,17-18 Wahyu 22:13).
Mikha 5:1b, yang jelas merupakan suatu nubuat tentang Kristus, mengatakan ‘yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala’.
Yoh 1:1 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu sudah ada ‘pada mulanya’.
Yohanes 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih dari 2000 tahun sebelum Kristus lahir.
Yohanes 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus ‘datang’. Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’ tetapi ‘datang’, karena ‘datang’ menun-jukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
Yohanes 17:5 mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum dunia ada.
Ibrani 1:11-12.
Perhatikan kata-kata ‘semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan’.
Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibrani 1:8-9 (di-hubungkan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibrani 1:10), dan Ibr 1:8 berkata ‘tentang Anak’.
· Wahyu 1:8 dan Wahyu 22:13 menyebut Yesus sebagai Alfa dan Omega (huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’, dan Wahyu 22:13 juga mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang terkemudian’, dan semua ini jelas menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Lalu Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia hidup sam-pai selama-lamanya.
b) Suci / tak berdosa (2Kor 5:21 Ibrani 4:15).
c) Mahakuasa.
Mujijat-mujijat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dsb, menunjukkan kemaha-kuasaanNya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:
Yohanes 8:58 mengatakan bahwa Yesus sudah ada sebelum Abraham, padahal Abraham hidup lebih dari 2000 tahun sebelum Kristus lahir.
Yohanes 10:10, dan banyak ayat Kitab Suci yang lain, mengatakan bahwa Yesus ‘datang’. Ini menunjuk pada saat kelahiran Yesus. Tidak dikatakan ‘dilahirkan’ tetapi ‘datang’, karena ‘datang’ menun-jukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
Yohanes 17:5 mengatakan bahwa Yesus memiliki kemuliaan di hadapan hadirat Allah sebelum dunia ada.
Ibrani 1:11-12.
Perhatikan kata-kata ‘semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada. ... tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan’.
Bahwa bagian ini menunjuk kepada Yesus adalah sesuatu yang jelas, karena Ibr 1:10-12 merupakan sambungan dari Ibrani 1:8-9 (di-hubungkan oleh kata ‘dan’ pada awal Ibrani 1:10), dan Ibr 1:8 berkata ‘tentang Anak’.
· Wahyu 1:8 dan Wahyu 22:13 menyebut Yesus sebagai Alfa dan Omega (huruf pertama dan terakhir dalam abjad Yunani), dan Wah 1:17 dan Wah 22:13 mengatakan bahwa Ia adalah ‘Yang Awal dan Yang Akhir’, dan Wahyu 22:13 juga mengatakan bahwa Yesus adalah ‘Yang pertama dan Yang terkemudian’, dan semua ini jelas menunjukkan bahwa Ia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Lalu Wah 1:18 mengatakan bahwa Ia hidup sam-pai selama-lamanya.
b) Suci / tak berdosa (2Kor 5:21 Ibrani 4:15).
c) Mahakuasa.
Mujijat-mujijat yang Ia lakukan, seperti membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, memberi makan 5000 orang lebih dengan 5 roti dan 2 ikan, menenangkan badai, mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, mengusir setan, dsb, menunjukkan kemaha-kuasaanNya.
Memang nabi-nabi dan rasul-rasul tertentu juga melakukan banyak mujijat, tetapi ada beberapa perbedaan:
Tidak ada nabi / rasul yang bisa melakukan mujijat sesuai kehen-daknya sendiri, tetapi Kristus bisa (Yohanes 5:21).
Nabi melakukan mujijat bukan dengan kuasanya sendiri tetapi de-ngan kuasa Allah, sedangkan rasul juga demikian karena mereka melakukan mujijat dengan menggunakan nama Yesus. Tetapi Yesus melakukan mujijat dengan kuasaNya sendiri (bdk. Yohanes 10:18), dan Ia tidak pernah menggunakan nama orang lain untuk melaku-kan mujijat.
Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehe-bat yang Yesus lakukan (Yoh 15:24).
d) Mahatahu (Matius 9:4 Matius 12:25 Yohanes 2:24-25 Yohanes 6:64).
e) Mahaada.
Tidak ada seorangpun pernah melakukan mujijat sebanyak / sehe-bat yang Yesus lakukan (Yoh 15:24).
d) Mahatahu (Matius 9:4 Matius 12:25 Yohanes 2:24-25 Yohanes 6:64).
e) Mahaada.
Ini terlihat dari Yoh 1, yang mula-mula menyatakan bahwa Firman / Yesus itu pada mulanya bersama-sama dengan Allah (Yoh 1:1), tetapi lalu menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu lalu menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Tetapi anehnya Yoh 1:18 mengatakan bahwa Firman / Yesus itu masih ada di pangkuan Bapa (Yoh 1:18 NIV: "... but God the only Son, who is at the Father’s side ...").
Kemahaadaan Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Mat 18:20 dan Mat 28:20b. Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!
f) Tidak berubah (Ibrani 13:8).
4) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
a) Penciptaan (Yohanes 1:3,10 Kolose 1:16 Ibr 1:2,10).
b) Pengampunan dosa (Matius 9:2-7).
c) Penghancuran segala sesuatu (Ibrani 1:10-12).
d) Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).
e) Penghakiman pada akhir jaman (Matius 25:31-32 Yoh 5:22,27).
Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa?
Kemahaadaan Yesus juga jelas terlihat dari janji yang Ia berikan dalam Mat 18:20 dan Mat 28:20b. Dengan adanya janji seperti itu, kalau Ia tidak mahaada, maka Ia pasti adalah seorang pendusta!
f) Tidak berubah (Ibrani 13:8).
4) Kitab Suci menunjukkan bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan ilahi seperti:
a) Penciptaan (Yohanes 1:3,10 Kolose 1:16 Ibr 1:2,10).
b) Pengampunan dosa (Matius 9:2-7).
c) Penghancuran segala sesuatu (Ibrani 1:10-12).
d) Pembaharuan segala sesuatu (Fil 3:21 Wah 21:5).
e) Penghakiman pada akhir jaman (Matius 25:31-32 Yoh 5:22,27).
Bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah sendiri. Mengapa?
Jumlah manusia yang pernah hidup dalam dunia ini sejak dari jaman Adam dan Hawa sampai kedatangan Kristus yang kedua-kalinya adalah begitu banyak.
Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan adil?
Kalau Kristus bukanlah Allah sendiri, bagaimana mungkin Ia bisa menghakimi begitu banyak manusia itu dengan adil?
Karena ada begitu banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan dalam menjatuhkan hukuman kepada orang-orang berdosa (ingat bahwa neraka bukanlah semacam ‘masyarakat komunis’ dimana hukuman semua orang sama), seperti:
§ banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosa-nya sedikit tentu tidak bisa disamakan hukumannya dengan orang yang dosanya banyak.
o tingkat dosanya.
Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hu-kumannya (bdk. Kel 21:12 dan Kel 22:1).
o tingkat pengetahuannya.
Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki sese-orang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Lukas 12:47-48).
o kesengajaannya.
Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukum-annya (Kel 21:12-14).
o pengaruh dosa yang ditimbulkan.
Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).
o apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.
Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Mazmur 35:19 Mazmur 69:5 Mazmur 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai / mencari dosa, seperti Mazmur 4:3.
§ banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Orang yang dosa-nya sedikit tentu tidak bisa disamakan hukumannya dengan orang yang dosanya banyak.
o tingkat dosanya.
Misalnya, dosa membunuh dan mencuri tentu tidak sama hu-kumannya (bdk. Kel 21:12 dan Kel 22:1).
o tingkat pengetahuannya.
Makin banyak pengetahuan Firman Tuhan yang dimiliki sese-orang, makin berat hukumannya kalau ia berbuat dosa (Lukas 12:47-48).
o kesengajaannya.
Dosa sengaja dan tidak sengaja tentu juga berbeda hukum-annya (Kel 21:12-14).
o pengaruh dosa yang ditimbulkan.
Kalau seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi dalam gereja berbuat dosa, maka pengaruh negatif yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada kalau orang kristen biasa berbuat dosa. Dan karena itu hukumannya juga lebih berat. Hal ini bisa terlihat dari kata-kata Yesus yang menunjukkan bahwa para ahli Taurat pasti akan menerima hukuman yang lebih berat (Mark 12:40b Luk 20:47b).
o apa yang menyebabkan seseorang berbuat dosa.
Seseorang yang mencuri tanpa ada pencobaan yang terlalu berarti tentu lebih berat dosanya dari pada orang yang mencuri karena membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang hampir mati. Hal ini bisa terlihat dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang-orang yang melakukan dosa tanpa sebab / alasan, seperti dalam Mazmur 35:19 Mazmur 69:5 Mazmur 119:78,86. Juga dari ayat-ayat Kitab Suci yang mengecam orang yang mencintai / mencari dosa, seperti Mazmur 4:3.
Demikian juga pada saat mau memberi pahala kepada orang-orang yang benar, pasti ada banyak hal yang harus dipertimbang-kan, seperti:
banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.
jenis perbuatan baik yang dilakukan.
besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus berkata bahwa janda yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persem-bahan besar, karena janda itu memberikan seluruh nafkahnya (Lukas 21:1-4).
motivasinya dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.
Untuk bisa melakukan semua hal-hal di atas ini dengan benar / adil, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri! Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!
5) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:
a) Penghormatan (Yohanes 5:23).
b) Kepercayaan (Yohanes 14:1).
c) Pengharapan (1Korintus 15:19).
d) Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tri-tunggal (Matius 28:19 2Kor 13:13).
6) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yoh 10:30 dan Yoh 14:7-11, jelas menunjukkan keilahian Yesus.
7) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yohanes 14:7-10 Yoh 15:23 Matius 26:63-64).
Catatan:
Pengakuan sebagai Anak Allah, tidak perlu dan tidak boleh dibeda-kan dengan pengakuan sebagai Allah. Untuk itu lihat Yohanes 5:18 yang berbunyi: "Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah".
Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendusta. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi pengakuan tersebut!
Ada seorang penulis buku yang menggunakan hal ini untuk membuktikan keilahian Yesus dengan cara sebagai berikut:Keterangan:
Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu.
Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR.
Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar.
Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta).
Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.
Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:
(1) Yesus adalah pendusta / orang tolol.
(2) Yesus adalah orang gila.
(3) Yesus betul-betul adalah Allah / Anak Allah.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
C.S. Lewis berkata:
"A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldn’t be a great moral teacher. He’d either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or something worse" (= seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu maupun sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).
Banyak orang yang mempercayai Yesus hanya sebagai nabi, orang yang baik / saleh, dsb, tetapi mereka tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi penjelasan di atas ini menunjukkan bahwa tidak ada kemungkinan bahwa Ia adalah nabi atau orang baik. Atau Ia adalah Allah sendiri, atau Ia adalah orang yang sangat brengsek!
8) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Matius 8:28-32).
9) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.
Dalam Ibrani 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus me-nyembah Anak / Yesus.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah (Matius 14:33 Matius 28:9,17 Yohanes 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Matius 4:10).
Perhatikan juga bahwa:
rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).
malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wahyu 19:10 Wah 22:8-9).
banyaknya perbuatan baik yang dilakukan.
jenis perbuatan baik yang dilakukan.
besarnya pengorbanan pada waktu melakukan perbuatan baik. Yesus berkata bahwa janda yang memberi 2 peser memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persem-bahan besar, karena janda itu memberikan seluruh nafkahnya (Lukas 21:1-4).
motivasinya dalam melakukan perbuatan baik itu, dsb.
Untuk bisa melakukan semua hal-hal di atas ini dengan benar / adil, maka Hakim itu haruslah seseorang yang maha tahu, maha bijaksana dan maha adil, dan karena itu Ia harus adalah Allah sendiri! Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang-orang yang percaya bahwa Yesus akan menjadi Hakim pada akhir jaman, tetapi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah sendiri!
5) Kitab Suci memberikan kehormatan ilahi kepada Yesus seperti:
a) Penghormatan (Yohanes 5:23).
b) Kepercayaan (Yohanes 14:1).
c) Pengharapan (1Korintus 15:19).
d) Penyejajaran namaNya dengan pribadi-pribadi lain dari Allah Tri-tunggal (Matius 28:19 2Kor 13:13).
6) KesatuanNya dengan Bapa seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat seperti Yoh 10:30 dan Yoh 14:7-11, jelas menunjukkan keilahian Yesus.
7) Yesus sendiri mengakui bahwa Ia adalah Allah / Anak Allah (Yoh 5:23 Yoh 10:30 Yohanes 14:7-10 Yoh 15:23 Matius 26:63-64).
Catatan:
Pengakuan sebagai Anak Allah, tidak perlu dan tidak boleh dibeda-kan dengan pengakuan sebagai Allah. Untuk itu lihat Yohanes 5:18 yang berbunyi: "Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah".
Memang kalau seseorang mengaku bahwa dirinya adalah Allah / Anak Allah, itu tidak / belum berarti bahwa ia memang betul-betul adalah Allah. Bisa saja bahwa ia adalah seorang pendusta. Tetapi Yesus bukan hanya mengaku bahwa diriNya adalah Allah / Anak Allah, tetapi Ia juga rela mati demi pengakuan tersebut!
Ada seorang penulis buku yang menggunakan hal ini untuk membuktikan keilahian Yesus dengan cara sebagai berikut:Keterangan:
Yesus mengaku sebagai Allah / Anak Allah, dan Ia mau mati untuk pengakuan itu.
Ada 2 kemungkinan tentang pengakuan itu, yaitu: TIDAK BENAR atau BENAR.
Kalau pengakuan itu TIDAK BENAR, maka ada 2 kemungkinan lagi yaitu: Yesus TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar, atau Yesus TIDAK TAHU bahwa pengakuanNya tidak benar.
Kalau Yesus tahu bahwa pengakuannya tidak benar, maka Ia pasti adalah seorang PENDUSTA, bahkan ORANG TOLOL (karena Ia mau mati untuk suatu dusta).
Kalau Yesus tidak tahu bahwa pengakuanNya tidak benar, maka Ia pasti adalah ORANG GILA, karena hanya orang gila yang tidak mengerti apa yang Ia sendiri katakan.
Kalau pengakuan Yesus tersebut adalah BENAR, maka Yesus adalah ALLAH / ANAK ALLAH.
Jadi sekarang, hanya ada beberapa pilihan untuk saudara:
(1) Yesus adalah pendusta / orang tolol.
(2) Yesus adalah orang gila.
(3) Yesus betul-betul adalah Allah / Anak Allah.
Yang mana yang menjadi pilihan saudara?
C.S. Lewis berkata:
"A man who was merely a man and said the sort of things Jesus said wouldn’t be a great moral teacher. He’d either be a lunatic ... or else he’d be the Devil of Hell. You must make your choice. Either this man was, and is, the Son of God, or else a madman or something worse" (= seseorang yang adalah semata-mata seorang manusia dan mengucapkan hal-hal seperti yang Yesus katakan, bukanlah seorang guru moral yang agung. Atau ia adalah seorang gila ... atau ia adalah Iblis dari Neraka. Kamu harus menentukan pilihanmu. Atau orang ini adalah Allah, baik dulu maupun sekarang, atau ia adalah orang gila atau sesuatu yang lebih jelek lagi).
Banyak orang yang mempercayai Yesus hanya sebagai nabi, orang yang baik / saleh, dsb, tetapi mereka tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi penjelasan di atas ini menunjukkan bahwa tidak ada kemungkinan bahwa Ia adalah nabi atau orang baik. Atau Ia adalah Allah sendiri, atau Ia adalah orang yang sangat brengsek!
8) Setan mengakui bahwa Yesus adalah Allah / Anak Allah dan setan tunduk kepada Yesus (Matius 8:28-32).
9) Kitab Suci memerintahkan penyembahan terhadap Yesus.
Dalam Ibrani 1:6 Allah sendiri berkata bahwa malaikat-malaikat harus me-nyembah Anak / Yesus.
Yesus sendiri mau disembah dan disebut Tuhan / Allah (Matius 14:33 Matius 28:9,17 Yohanes 9:38 Yoh 20:28), padahal Yesus sendiri berkata bahwa kita hanya boleh menyembah Allah (Matius 4:10).
Perhatikan juga bahwa:
rasul-rasul menolak sembah (Kis 10:25-26 Kis 14:14-18).
malaikatpun menolak sembah, dan berusaha mengalihkan sembah itu kepada Allah (Wahyu 19:10 Wah 22:8-9).
Herodes dihukum mati oleh Tuhan karena menerima penghormatan ilahi (Kis 12:20-23).
Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?
II) Kristus adalah sungguh-sungguh manusia.
Bukti-bukti kemanusiaan Kristus:
1) Ia disebut ‘orang / seorang manusia’ (Yohanes 8:40 Kis 2:22 Roma 5:15 1Korintus 15:21).
2) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Matius 24:44).
3) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia / daging (Yohanes 1:14 1Timotius 3:16 Ibr 2:14 1Yohanes 4:2).
Semua ayat-ayat ini sebetulnya terjemahan hurufiahnya menggunakan kata ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), dan karena itu kata ‘daging’ ini bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia, tetapi pada seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia.
4) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:
a) Mempunyai tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.
Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Mat 26:26,28 Lukas 24:39 Ibrani 2:14.
Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:
ayat-ayat seperti (Matius 26:38 Matius 27:50 Lukas 23:46 Yohanes 11:33 Yohanes 12:27 Yoh 13:21 1Yohanes 3:16).
Dalam Matius 26:38 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUCHE).
Dalam Matius 27:50 dan Lukas 23:46, kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
Dalam Yohanes 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’.
Dalam Yohanes 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.
Dalam Yohanes 13:21 terjemahan hurufiahnya adalah: ‘was troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).
Dalam 1Yohanes 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘jiwa’.
o adanya pikiran manusia (Matius 24:36 Luk 2:40,52), perasaan manusia (Matius 8:10 Matius 9:36 Mat 26:37,38 Markus 3:5 Markus 6:6 Lukas 7:9 Yohanes 11:33,35 Yohanes 12:27), dan kehendak manusia (Mat 26:39). Ini semua jelas menunjukkan adanya jiwa / roh manusia.
b) Mengalami pertumbuhan / perkembangan (Luk 2:40,52).
c) Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa), seperti: lahir (Lukas 2:7), lapar (Matius 4:2), haus (Yohanes 4:7 Yohanes 19:28), letih (Yohanes 4:6), tidur (Matius 8:24), penderitaan (Ibr 2:10,18 Ibrani 5:8), dan mati (Yohanes 19:30).
5) Ayat-ayat seperti Roma 8:3 Fil 2:7-8 Ibrani 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.
Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:
1) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia ber-dosa. Untuk ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia!
2) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:
a) Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
b) Tanpa menggunakan perempuan, tetapi menggunakan laki-laki - yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.
c) Tanpa menggunakan laki-laki, tetapi menggunakan perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.
d) Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.
Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia bukan-lah manusia yang sejati.
Catatan:
Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh meng-gunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk mem-buktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh meng-gunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk mem-buktikan bahwa Ia bukanlah Allah!
Orang-orang Saksi Yehovah sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus bukanlah Allah.
Misalnya:
Matius 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.
Karena itu, kalau Yesus menerima sembah, dan bahkan menerima sebutan Tuhan / Allah bagi diriNya, maka hanya ada 2 pilihan: atau Dia adalah orang yang kurang ajar / nabi palsu, atau Dia adalah Allah sendiri! Yang mana yang saudara pilih?
II) Kristus adalah sungguh-sungguh manusia.
Bukti-bukti kemanusiaan Kristus:
1) Ia disebut ‘orang / seorang manusia’ (Yohanes 8:40 Kis 2:22 Roma 5:15 1Korintus 15:21).
2) Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Matius 24:44).
3) Kitab Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia / daging (Yohanes 1:14 1Timotius 3:16 Ibr 2:14 1Yohanes 4:2).
Semua ayat-ayat ini sebetulnya terjemahan hurufiahnya menggunakan kata ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), dan karena itu kata ‘daging’ ini bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia, tetapi pada seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia.
4) Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:
a) Mempunyai tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.
Bahwa Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh ayat-ayat seperti Mat 26:26,28 Lukas 24:39 Ibrani 2:14.
Bahwa Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:
ayat-ayat seperti (Matius 26:38 Matius 27:50 Lukas 23:46 Yohanes 11:33 Yohanes 12:27 Yoh 13:21 1Yohanes 3:16).
Dalam Matius 26:38 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUCHE).
Dalam Matius 27:50 dan Lukas 23:46, kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
Dalam Yohanes 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’.
Dalam Yohanes 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.
Dalam Yohanes 13:21 terjemahan hurufiahnya adalah: ‘was troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).
Dalam 1Yohanes 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘jiwa’.
o adanya pikiran manusia (Matius 24:36 Luk 2:40,52), perasaan manusia (Matius 8:10 Matius 9:36 Mat 26:37,38 Markus 3:5 Markus 6:6 Lukas 7:9 Yohanes 11:33,35 Yohanes 12:27), dan kehendak manusia (Mat 26:39). Ini semua jelas menunjukkan adanya jiwa / roh manusia.
b) Mengalami pertumbuhan / perkembangan (Luk 2:40,52).
c) Mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal melakukan dosa), seperti: lahir (Lukas 2:7), lapar (Matius 4:2), haus (Yohanes 4:7 Yohanes 19:28), letih (Yohanes 4:6), tidur (Matius 8:24), penderitaan (Ibr 2:10,18 Ibrani 5:8), dan mati (Yohanes 19:30).
5) Ayat-ayat seperti Roma 8:3 Fil 2:7-8 Ibrani 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.
Keberatan terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:
1) Ada orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia ber-dosa. Untuk ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia. Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia!
2) Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah mencipta manusia dengan 4 cara:
a) Tanpa menggunakan laki-laki ataupun perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
b) Tanpa menggunakan perempuan, tetapi menggunakan laki-laki - yaitu pada waktu Ia menciptakan Hawa.
c) Tanpa menggunakan laki-laki, tetapi menggunakan perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan manusia Yesus.
d) Dengan menggunakan laki-laki dan perempuan - yaitu pada waktu Ia menciptakan semua manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.
Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia bukan-lah manusia yang sejati.
Catatan:
Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai / diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh meng-gunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk mem-buktikan bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh meng-gunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk mem-buktikan bahwa Ia bukanlah Allah!
Orang-orang Saksi Yehovah sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus bukanlah Allah.
Misalnya:
Matius 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah.
Yohanes 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada Allah.
Ibrani 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tak perlu belajar.
Matius 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yakobus 1:13).
Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa, juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tak perlu berdoa.
III) Pentingnya keilahian Kristus.
1) Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.
Ini penting karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.
2) Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai penebusan yang tak terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa menebus seorang manusia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Mazmur 49:8-9. Tetapi karena dalam Kitab Suci bahasa Indonesia ada kesalahan penterjemahan, maka di sini saya memberikan terjemahan NIV.
Ps 49:6-7 (NIV): "No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough" (= tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau mem-berikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sa-ngat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
3) Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus hanya seorang manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.
IV) Pentingnya kemanusiaan Yesus.
1) Yang berbuat dosa adalah manusia, dan karena itu hukumannya harus ditanggung oleh seorang manusia. Karena itulah Kristus harus menjadi seorang manusia yang sama seperti kita (Roma 8:3 Ibr 2:14-17) yang mem-punyai tubuh dan jiwa / roh (pikiran, perasaan, kehendak).
Gregory Nazianzus:
"For that which is not taken up is not healed" (= karena apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan).
Cyril of Alexandria:
"That which is not assumed is not saved" (= apa yang tidak diambil, tidak diselamatkan).
Tetapi Kristus haruslah menjadi seorang manusia yang suci, karena kalau Ia sendiri berdosa, Ia tidak bisa menebus dosa kita (Ibrani 7:26-27).
2) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia (1Timotius 2:5).
3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka (Ibr 2:17-18 Ibrani 4:15).
William G.T. Shedd:
"Previous to the assumption of a human nature, the Logos could not experience a human feeling because he had no human heart, but after the assumption he could; previous to the incarnation, he could not have a finite perception because he had no finite intellect, but after this event he could; ... The unincarnate Logos could think and feel only like God; he had only one form of consciousness. The incarnate Logos can think and feel either like God, or like man; he has two modes or forms of consciousness" (= sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami perasaan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarnasi, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.
Matthew Poole memberikan komentar tentang Ibrani 2:18 sebagai berikut:
"He had the mercies of God before, and as if that were not enough, the tempted nature of man, to soften his heart to pity his brethren in their suffering and temptations" (= sebelumnya Ia sudah mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai, untuk melunakkan / melembutkan hatinya supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan me-reka).
4) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Matius 11:29 Yohanes 13:14-15 Fil 2:5-8 Ibr 12:2-4 1Petrus 2:21).
Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat Dia dan meneladaniNya.
V) Kristus: 1 person / pribadi dengan 2 natures / hakekat.
A) Istilah ‘Person’ dan ‘Nature’.
1) Mengapa digunakan istilah-istilah seperti ‘person’ (= pribadi) dan ‘nature’ (= hakekat), padahal istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Kitab Suci?
Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yohanes 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:
"And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God" (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mem-pertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyu-sunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).
Herman Bavinck mengatakan sebagai berikut:
"It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it" (= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti priba-di, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara ber-tahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digu-nakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.
Bavinck melanjutkan lagi:
"There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confession. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us" (= pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 322.
2) Arti dari person dan nature.
Pada waktu LOGOS / Anak Allah berinkarnasi, Ia tidak mengambil pribadi manusia, tetapi hakekat manusia (yang lalu mendapat kepri-badiannya dari LOGOS).
Kalau demikian, bisakah kita berkata bahwa Yesus tidak mengambil seluruh manusia, karena yang Ia ambil adalah manusia tanpa kepriba-dian? Kalau memang LOGOS tidak mengambil seluruh manusia, bukankah itu berarti bahwa Ia tidak menebus seluruh manusia? Kalau Ia tidak mengambil kepribadian manusia, bukankah itu berarti bahwa kepribadian kita tidak ditebus?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu mengerti ten-tang arti / definisi dari istilah ‘person / pribadi’ dan ‘nature / hekekat’.
a) Human nature adalah substance / essence (= hakekat) dari manu-sia. Tidak ada perbedaan antara human nature yang satu dengan human nature yang lain. Semua manusia mempunyai human na-ture yang sama.
b) Human nature sudah merupakan seluruh manusia, tidak ada sedi-kitpun yang kurang.
c) Human person (= pribadi manusia) adalah human nature yang sudah dipribadikan. Karena itu, human person yang satu berbeda dengan human person yang lain.
Beberapa kutipan kata-kata William G. T. Shedd::
"Personality is not an integral and essential part of a nature, but is, as it were, the terminus to which it tends" (= Kepribadian bukanlah meru-pakan bagian yang perlu untuk melengkapi dan bukan bagian yang pokok / hakiki dari suatu hakekat, tetapi merupakan terminal yang dituju oleh hakekat itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 287.
III) Pentingnya keilahian Kristus.
1) Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.
Ini penting karena kalau Ia jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.
2) Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai penebusan yang tak terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa menebus seorang manusia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia yang lain. Hal ini dinyatakan dalam Mazmur 49:8-9. Tetapi karena dalam Kitab Suci bahasa Indonesia ada kesalahan penterjemahan, maka di sini saya memberikan terjemahan NIV.
Ps 49:6-7 (NIV): "No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough" (= tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau mem-berikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sa-ngat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
3) Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus hanya seorang manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.
IV) Pentingnya kemanusiaan Yesus.
1) Yang berbuat dosa adalah manusia, dan karena itu hukumannya harus ditanggung oleh seorang manusia. Karena itulah Kristus harus menjadi seorang manusia yang sama seperti kita (Roma 8:3 Ibr 2:14-17) yang mem-punyai tubuh dan jiwa / roh (pikiran, perasaan, kehendak).
Gregory Nazianzus:
"For that which is not taken up is not healed" (= karena apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan).
Cyril of Alexandria:
"That which is not assumed is not saved" (= apa yang tidak diambil, tidak diselamatkan).
Tetapi Kristus haruslah menjadi seorang manusia yang suci, karena kalau Ia sendiri berdosa, Ia tidak bisa menebus dosa kita (Ibrani 7:26-27).
2) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia (1Timotius 2:5).
3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan dicobai dan bisa menolong mereka (Ibr 2:17-18 Ibrani 4:15).
William G.T. Shedd:
"Previous to the assumption of a human nature, the Logos could not experience a human feeling because he had no human heart, but after the assumption he could; previous to the incarnation, he could not have a finite perception because he had no finite intellect, but after this event he could; ... The unincarnate Logos could think and feel only like God; he had only one form of consciousness. The incarnate Logos can think and feel either like God, or like man; he has two modes or forms of consciousness" (= sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami perasaan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum inkarnasi, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.
Matthew Poole memberikan komentar tentang Ibrani 2:18 sebagai berikut:
"He had the mercies of God before, and as if that were not enough, the tempted nature of man, to soften his heart to pity his brethren in their suffering and temptations" (= sebelumnya Ia sudah mempunyai belas kasihan Allah, dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang Ia mempunyai hakekat manusia yang telah dicobai, untuk melunakkan / melembutkan hatinya supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan me-reka).
4) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia (Matius 11:29 Yohanes 13:14-15 Fil 2:5-8 Ibr 12:2-4 1Petrus 2:21).
Kalau Ia tetap sebagai Allah, maka Ia tidak bisa menjadi teladan bagi manusia, karena manusia tak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi manusia, maka manusia bisa melihat Dia dan meneladaniNya.
V) Kristus: 1 person / pribadi dengan 2 natures / hakekat.
A) Istilah ‘Person’ dan ‘Nature’.
1) Mengapa digunakan istilah-istilah seperti ‘person’ (= pribadi) dan ‘nature’ (= hakekat), padahal istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Kitab Suci?
Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yohanes 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:
"And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God" (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mem-pertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyu-sunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana).
Herman Bavinck mengatakan sebagai berikut:
"It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it" (= Jelaslah bahwa pengakuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti priba-di, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara ber-tahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digu-nakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.
Bavinck melanjutkan lagi:
"There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confession. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us" (= pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah dari para penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 322.
2) Arti dari person dan nature.
Pada waktu LOGOS / Anak Allah berinkarnasi, Ia tidak mengambil pribadi manusia, tetapi hakekat manusia (yang lalu mendapat kepri-badiannya dari LOGOS).
Kalau demikian, bisakah kita berkata bahwa Yesus tidak mengambil seluruh manusia, karena yang Ia ambil adalah manusia tanpa kepriba-dian? Kalau memang LOGOS tidak mengambil seluruh manusia, bukankah itu berarti bahwa Ia tidak menebus seluruh manusia? Kalau Ia tidak mengambil kepribadian manusia, bukankah itu berarti bahwa kepribadian kita tidak ditebus?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu mengerti ten-tang arti / definisi dari istilah ‘person / pribadi’ dan ‘nature / hekekat’.
a) Human nature adalah substance / essence (= hakekat) dari manu-sia. Tidak ada perbedaan antara human nature yang satu dengan human nature yang lain. Semua manusia mempunyai human na-ture yang sama.
b) Human nature sudah merupakan seluruh manusia, tidak ada sedi-kitpun yang kurang.
c) Human person (= pribadi manusia) adalah human nature yang sudah dipribadikan. Karena itu, human person yang satu berbeda dengan human person yang lain.
Beberapa kutipan kata-kata William G. T. Shedd::
"Personality is not an integral and essential part of a nature, but is, as it were, the terminus to which it tends" (= Kepribadian bukanlah meru-pakan bagian yang perlu untuk melengkapi dan bukan bagian yang pokok / hakiki dari suatu hakekat, tetapi merupakan terminal yang dituju oleh hakekat itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 287.
"When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant. This human nature is capable of becoming a human person but as yet is not one. It requires to be personalized, in order to be a self-conscious individual man. A human person is a fractional part of a specific human nature or substance which has been separated from the common mass, and formed into a distinct and separate individual, by the process of generation. Prior to this separation and formation, this fractional portion of the common human nature has all the qualities of the common mass of which it is a part, but it is not yet individualized. It is potentially, not actually personal. It has all the properties that subsequently appear in the particular individual formed of it" [= Pada waktu kita berbicara tentang suatu hakekat manusia, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, ratio, moral dan rohani. Hakekat manusia ini bisa (mempunyai kemampuan) menjadi pribadi manusia tetapi belum / bukan merupa-kan pribadi manusia. Hakekat manusia itu perlu dipribadikan supaya menjadi seorang manusia tersendiri yang sadar. Seorang pribadi manusia adalah sebagian kecil dari hakekat atau zat manusia tertentu yang telah dipisahkan dari seluruh massa, dan dibentuk menjadi pribadi tersendiri yang berbeda dan terpisah, oleh proses kelahiran. Sebelum pemisahan dan pembentukan ini, bagian kecil dari seluruh hakekat manusia itu, mempunyai semua sifat-sifat dari seluruh massa dari mana ia merupakan bagian, tetapi ia belum dipribadikan. Ia berpotensi untuk menjadi pribadi, tetapi ia tidak / belum sungguh-sungguh merupakan pribadi. Ia mempunyai semua sifat-sifat yang sesudah itu muncul dalam pribadi tertentu yang dibentuk darinya] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289-290.
"A lump of clay has all the properties of matter that belong to the vessel of honor and dishonor. But it has not as yet the individual form of the vessel. An act of the potter must intervene, whereby a piece of clay is separated from the lump and moulded into a particular vase having its own peculiar shape and figure. In like manner, human nature as an entire whole existing in Adam possessed all the elementary properties that are requisite to personality, though it was not yet personalized" (= segumpal tanah liat mempunyai semua sifat-sifat dari bahan / zat yang dimiliki oleh bejana yang terhormat dan tak terhormat. Tetapi gumpalan tanah liat itu belum mempunyai bentuk dari bejana itu. Suatu tindakan dari penjunan harus ikut campur, dengan mana segumpal tanah liat itu dipisahkan dari seluruh gumpalan dan dibentuk menjadi suatu jambangan tertentu yang mempunyai ben-tuknya yang khas. Demikian juga, hakekat manusia sebagai suatu keseluruhan yang ada di dalam Adam mempunyai semua sifat-sifat dasar yang diperlukan untuk kepribadian, sekalipun hakekat manu-sia itu belum dipribadikan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 290-291.
"The difference, then, between nature and person is virtually that between substance and form" (= Jadi, perbedaan sebenarnya antara hakekat dan pribadi adalah perbedaan antara zat dan bentuk) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 291.
"Still another point of difference between a ‘nature’ and a ‘person’ is the fact that a nature can not be distinguished from another nature, but a person can be from another person" (= perbedaan lain lagi antara ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ adalah fakta bahwa suatu hakekat tidak bisa dibedakan dari hakekat yang lain, sedangkan suatu pribadi bisa dibe-dakan dari pribadi yang lain) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 294.
Catatan:
Catatan:
Dalam Kristologi, saya berpendapat bahwa istilah ‘nature’ itu harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!
William G. T. Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad 19, me-ngatakan:
"When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant" (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
Charles Hodge juga mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari bebe-rapa kutipan di bawah ini:
"By ‘nature’, in this connection is meant substance. In Greek the correspond-ing words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA and SUBSTANTIA" (= yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theolo-gy’, vol II, hal 387.
"... we are taught that the elements combined in the constitution of his person, namely, humanity and divinity, are two distinct natures, or substances" (= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pem-bentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua natures atau zat / bahan / hakekat yang berbeda) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 388.
"... the elements united or combined in his person are two distinct substances, humanity and divinity; that He has in his constitution the same essence or substance which constitutes us men, and the same substance which makes God infinite, eternal, and immutable in all his perfections" (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat / bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga dalam pem-bentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat / bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang mem-buat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
"That in his person two natures, the divine and the human, are inseparably united; and the word nature in this connection means substance" (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature berarti zat / bahan / hakekat) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 391.
William G. T. Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad 19, me-ngatakan:
"When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant" (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
Charles Hodge juga mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari bebe-rapa kutipan di bawah ini:
"By ‘nature’, in this connection is meant substance. In Greek the correspond-ing words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA and SUBSTANTIA" (= yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theolo-gy’, vol II, hal 387.
"... we are taught that the elements combined in the constitution of his person, namely, humanity and divinity, are two distinct natures, or substances" (= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pem-bentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua natures atau zat / bahan / hakekat yang berbeda) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 388.
"... the elements united or combined in his person are two distinct substances, humanity and divinity; that He has in his constitution the same essence or substance which constitutes us men, and the same substance which makes God infinite, eternal, and immutable in all his perfections" (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat / bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga dalam pem-bentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat / bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang mem-buat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
"That in his person two natures, the divine and the human, are inseparably united; and the word nature in this connection means substance" (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature berarti zat / bahan / hakekat) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 391.
Kesimpulan dari semua ini:
Karena person / pribadi adalah nature / hakekat yang sudah dibentuk / dipribadikan, maka sebetulnya person / pribadi tidak memiliki kelebihan zat dibandingkan dengan nature / hakekat. Ingat bahwa ‘pembentukan’ bukanlah penambahan zat!
Sama seperti segumpal tanah liat, yang sudah dibentuk menjadi jambangan / gelas, tidak mempunyai kelebihan zat dibandingkan dengan saat gumpalan tanah liat itu belum dibentuk, demikian juga person / pribadi tidak mempunyai kelebihan zat dibanding-kan dengan nature / hakekat.Dari illustrasi gambar ini terlihat dengan jelas bahwa perbedaan antara nature dan person, tidak terletak pada perbedaan zat / hakekat, tetapi pada pembentukan (nature - belum dibentuk; person - sudah dibentuk).
Dengan demikian, pada waktu Yesus mengambil human nature / hakekat manusia, Ia sebetulnya sudah mengambil seluruh manu-sia, tanpa ada yang kurang sedikitpun.
B) Hypostatical / personal Union (= persatuan pribadi).
1) Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Tetapi Ia hanya merupakan 1 pribadi.
Dasar dari pandangan ini:
Dalam Kitab Suci sering ditunjukkan akan adanya lebih dari 1 pribadi dalam diri Allah. Misalnya:
a) Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak (Kejadian 1:26).
b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain (Mazmur 2:7).
c) Adanya saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu (Matius 3:17 Yoh 17:23-24).
d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain (Yoh 14:26 Yohanes 15:26 Yohanes 17:3).
Tetapi hal-hal tersebut tidak pernah terjadi pada waktu Kitab Suci menggambarkan Yesus Kristus. Jadi jelaslah bahwa berbeda dengan Allah Tritunggal yang memiliki lebih dari 1 pribadi, Yesus Kristus hanya memiliki 1 pribadi saja!
2) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah Allah Anak yang jelas merupakan ‘seseorang’ yang berpribadi. Jadi pada saat itu Ia adalah 1 pribadi dengan 1 hakekat, yaitu hakekat ilahi. Pada saat Ia berinkarnasi, Ia tidak mengambil ‘pribadi manusia’ karena ini akan menimbulkan ada-nya 2 pribadi seperti yang diajarkan oleh Nestorianism. Yang diambil olehNya adalah hakekat manusia. Hakekat manusia dan hakekat ilahi bersatu dalam pribadi Anak Allah sehingga setelah inkarnasi, Yesus adalah 1 pribadi dengan 2 hakekat (ilahi dan manusia).
Ada yang beranggapan bahwa Logos mengambil ‘pribadi manusia’, karena yang diambil itu terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, yang mencakup pikiran, perasaan, dan kehendak, dan ini merupakan ciri-ciri dari seorang pribadi. Tetapi ini tidak benar, karena sekalipun Logos itu mengambil tubuh manusia dan jiwa / roh manusia, yang mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak, tetapi semua itu belum dipribadikan / tidak specific (= tertentu).
Jadi, pikirannya belum tertentu (pandai atau bodoh), perasaannya belum tertentu (halus atau kasar), kehendaknya belum tertentu (keras atau tidak). Bahkan tubuhnyapun belum tertentu (tinggi atau pendek, berkulit putih atau kuning atau hitam, bermata biru atau coklat, berambut pirang atau hitam, dsb). Dengan demikian ini bukan pribadi manusia, tetapi hakekat manusia.
Tetapi pada saat pertama Logos mengambil hakekat manusia itu, maka hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari Logos, sehingga menjadi manusia tertentu.
3) Hakekat manusia itu tidak pernah ada terpisah dari pribadi Allah Anak. Hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari pribadi Allah Anak dan selalu ada di dalam pribadi Allah Anak itu. Bahkan antara kematian dan kebangkitan Yesuspun, hakekat manusia itu tak terpisah dengan LOGOS / Allah Anak, karena sekalipun hakekat manusia itu terpecah (roh pisah dengan tubuh), tetapi LOGOS / Allah Anak yang maha ada itu tetap bersatu baik dengan tubuh (yang ada di kuburan) maupun dengan roh (yang ada di surga).
4) Dalam Personal Union (= persatuan pribadi) ini terjadi suatu persatuan, bukan suatu percampuran (mixture / confusion), antara hakekat manusia dan hakekat ilahi. Jadi, baik hakekat manusia maupun hakekat ilahi tetap mempunyai / mempertahankan sifat-sifat-nya sendiri-sendiri. Mereka berbeda, tetapi bersatu dalam diri Yesus Kristus.
5) Akibat adanya 2 hakekat dalam pribadi Yesus Kristus ini maka:
a) Kristus mempunyai 2 macam kesadaran, yaitu ilahi dan manusia. Kadang-kadang Ia berpikir dan merasa sebagai Allah, dan kadang-kadang sebagai manusia.
Contoh:
· kesadaran ilahi: Matius 8:26 Yohanes 8:58 Yoh 11:44.
· kesadaran manusia: Mat 24:36 Matius 26:37-38 Yoh 11:35 Yohanes 19:28.
Tetapi harus diingat bahwa dalam setiap contoh-contoh itu, adalah pribadi yang sama yang berpikir / mempunyai kesadaran.
b) Kristus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan manusia. Tetapi karena kehendak manusia yang ada dalam diri Yesus adalah suci, maka tidak ada pertentangan / konfrontasi antara kehendak ilahi dan kehendak manusia dalam diri Yesus. Karena itu, sekalipun ada 2 kehendak, selalu hanya menghasilkan satu tindakan (bdk. Matius 26:36-46).
Illustrasi / analogi:
Illustrasi / analogi yang paling cocok untuk menjelaskan Personal Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa pada manusia (Catatan: ini hanya berlaku untuk orang yang percaya pada Dicho-tomy, bukan pada Trichotomy!).
Pada manusia, tubuh dan jiwa membentuk 1 pribadi.
Pada Yesus Kristus, hakekat manusia dan Allah Anak membentuk 1 pribadi.
Pada manusia, kepribadian terletak pada jiwa, bukan pada tubuh.
Pada Yesus Kristus, kepribadian terletak pada Allah Anak, bukan pada hakekat manusia.
Pada manusia, tubuh berbeda dengan jiwa; mereka tidak bercam-pur, dan masing-masing mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
Pada Yesus Kristus, hakekat manusia berbeda dengan hakekat ilahi; mereka tidak bercampur dan masing-masing mempertahan-kan sifat-sifatNya sendiri-sendiri.
C) Akibat dari Personal Union.
1) Communicatio Idiomatum [communication of properties (= pemberian sifat-sifat / sama-sama memiliki sifat-sifat)].
Catatan:
Istilah Communicatio Idiomatum ini adalah istilah bahasa Latin, yang begitu populer dalam Kristologi, sehingga dalam buku-buku Theologia sering digunakan begitu saja tanpa diberikan terjemah-annya.
a) Arti istilah ini:
kata Idiomatum / properties berarti ‘sifat dasar’.
Dalam diri manusia, sifat-sifat seperti pemarah, sombong, pelit, tidak termasuk sifat dasar, karena tidak semua orang mem-punyai sifat seperti itu.
Contoh sifat dasar dalam diri manusia adalah: terbatas, tidak maha tahu, bisa berdosa, bisa mati, dsb. Sifat-sifat ini dimiliki oleh semua manusia.
Catatan:
Perhatikan bahwa dalam sepanjang pembahasan tentang Communicatio Idiomatum ini, yang dimaksud dengan ‘sifat’ adalah ‘sifat dasar’.
· Dalam bahasa Yunani istilah Communicatio diterjemahkan de-ngan istilah KOINONIA.
Kata Yunani KOINONIA bisa berarti:
· fellowship (= persekutuan).
· a close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).
· participation (= partisipasi).
· sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).
· partnership (= persekutuan).
· contribution (= sumbangan).
· gift (= pemberian).
Jadi, kalau dikatakan bahwa terjadi Communicatio Idiomatum dari A kepada B, maka itu berarti bahwa sifat-sifat A diberikan kepada B, atau bahwa B sama-sama memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh A.
b) Dalam hal Communicatio Idiomatum ini, ajaran Reformed berten-tangan dengan Lutheran.
Ajaran Reformed:
Sifat-sifat dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat ilahi, dan sebaliknya, sifat-sifat dari hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat manusia. Tetapi, baik sifat-sifat dari hakekat manusia maupun sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat-sifat dari pribadi Kristus.
Charles Hodge berkata:
"Hence, inconsistent, or apparently contradictory affirmations may be made of the same person" (= Karena itu, ketidak-konsistenan, atau pernyataan-pernyataan yang kelihatannya kontradiksi / bertentangan bisa dibuat tentang pribadi yang sama) - ‘System-atic Theology’, vol II, hal 379.
Keterangan gambar:
P = Pribadi Kristus; HM = Hakekat Manusia; HI = Hakekat Ilahi.
Catatan:
Jangan bayangkan diri Kristus betul-betul seperti gambar di atas! Gambar ini hanya untuk membantu saudara untuk melihat dimana terjadi pemberian sifat-sifat dan dimana tidak terjadi pemberian sifat-sifat.
Penjelasan:
Hakekat manusia mempunyai sifat terbatas, sedangkan hakekat ilahi mempunyai sifat tidak terbatas. Sifat terbatas dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat dari hakekat ilahi, dan sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat dari hakekat manusia. Tetapi baik sifat terbatas dari hakekat manusia, maupun sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi, sama-sama diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat dari pribadi Kristus. Jadi, pribadi Kristus mempunyai sifat terbatas dan tidak terbatas sekaligus.
Dengan cara yang sama bisa kita dapatkan bahwa pribadi Yesus bisa dikatakan terbatas pengetahuannya maupun maha-tahu, lemah / terbatas kekuatannya maupun mahakuasa.
Karena itu jangan heran kalau melihat bahwa Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus itu terbatas pengetahuannya (Matius 24:36), tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu mahatahu (Mat 9:4 Matius 12:25 Yohanes 2:24-25 Yohanes 6:64). Juga jangan heran kalau Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus lemah / terbatas kekuatannya, sehingga bisa lelah, membutuhkan istirahat / tidur (Yoh 4:6 Mat 8:24), tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu mahakuasa, dimana Ia bisa membangkitkan orang mati, menghentikan badai, memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan, mengusir setan, dsb.
Karena person / pribadi adalah nature / hakekat yang sudah dibentuk / dipribadikan, maka sebetulnya person / pribadi tidak memiliki kelebihan zat dibandingkan dengan nature / hakekat. Ingat bahwa ‘pembentukan’ bukanlah penambahan zat!
Sama seperti segumpal tanah liat, yang sudah dibentuk menjadi jambangan / gelas, tidak mempunyai kelebihan zat dibandingkan dengan saat gumpalan tanah liat itu belum dibentuk, demikian juga person / pribadi tidak mempunyai kelebihan zat dibanding-kan dengan nature / hakekat.Dari illustrasi gambar ini terlihat dengan jelas bahwa perbedaan antara nature dan person, tidak terletak pada perbedaan zat / hakekat, tetapi pada pembentukan (nature - belum dibentuk; person - sudah dibentuk).
Dengan demikian, pada waktu Yesus mengambil human nature / hakekat manusia, Ia sebetulnya sudah mengambil seluruh manu-sia, tanpa ada yang kurang sedikitpun.
B) Hypostatical / personal Union (= persatuan pribadi).
1) Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Tetapi Ia hanya merupakan 1 pribadi.
Dasar dari pandangan ini:
Dalam Kitab Suci sering ditunjukkan akan adanya lebih dari 1 pribadi dalam diri Allah. Misalnya:
a) Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak (Kejadian 1:26).
b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain (Mazmur 2:7).
c) Adanya saling kasih-mengasihi antara pribadi-pribadi itu (Matius 3:17 Yoh 17:23-24).
d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain (Yoh 14:26 Yohanes 15:26 Yohanes 17:3).
Tetapi hal-hal tersebut tidak pernah terjadi pada waktu Kitab Suci menggambarkan Yesus Kristus. Jadi jelaslah bahwa berbeda dengan Allah Tritunggal yang memiliki lebih dari 1 pribadi, Yesus Kristus hanya memiliki 1 pribadi saja!
2) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah Allah Anak yang jelas merupakan ‘seseorang’ yang berpribadi. Jadi pada saat itu Ia adalah 1 pribadi dengan 1 hakekat, yaitu hakekat ilahi. Pada saat Ia berinkarnasi, Ia tidak mengambil ‘pribadi manusia’ karena ini akan menimbulkan ada-nya 2 pribadi seperti yang diajarkan oleh Nestorianism. Yang diambil olehNya adalah hakekat manusia. Hakekat manusia dan hakekat ilahi bersatu dalam pribadi Anak Allah sehingga setelah inkarnasi, Yesus adalah 1 pribadi dengan 2 hakekat (ilahi dan manusia).
Ada yang beranggapan bahwa Logos mengambil ‘pribadi manusia’, karena yang diambil itu terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, yang mencakup pikiran, perasaan, dan kehendak, dan ini merupakan ciri-ciri dari seorang pribadi. Tetapi ini tidak benar, karena sekalipun Logos itu mengambil tubuh manusia dan jiwa / roh manusia, yang mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak, tetapi semua itu belum dipribadikan / tidak specific (= tertentu).
Jadi, pikirannya belum tertentu (pandai atau bodoh), perasaannya belum tertentu (halus atau kasar), kehendaknya belum tertentu (keras atau tidak). Bahkan tubuhnyapun belum tertentu (tinggi atau pendek, berkulit putih atau kuning atau hitam, bermata biru atau coklat, berambut pirang atau hitam, dsb). Dengan demikian ini bukan pribadi manusia, tetapi hakekat manusia.
Tetapi pada saat pertama Logos mengambil hakekat manusia itu, maka hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari Logos, sehingga menjadi manusia tertentu.
3) Hakekat manusia itu tidak pernah ada terpisah dari pribadi Allah Anak. Hakekat manusia itu mendapat kepribadiannya dari pribadi Allah Anak dan selalu ada di dalam pribadi Allah Anak itu. Bahkan antara kematian dan kebangkitan Yesuspun, hakekat manusia itu tak terpisah dengan LOGOS / Allah Anak, karena sekalipun hakekat manusia itu terpecah (roh pisah dengan tubuh), tetapi LOGOS / Allah Anak yang maha ada itu tetap bersatu baik dengan tubuh (yang ada di kuburan) maupun dengan roh (yang ada di surga).
4) Dalam Personal Union (= persatuan pribadi) ini terjadi suatu persatuan, bukan suatu percampuran (mixture / confusion), antara hakekat manusia dan hakekat ilahi. Jadi, baik hakekat manusia maupun hakekat ilahi tetap mempunyai / mempertahankan sifat-sifat-nya sendiri-sendiri. Mereka berbeda, tetapi bersatu dalam diri Yesus Kristus.
5) Akibat adanya 2 hakekat dalam pribadi Yesus Kristus ini maka:
a) Kristus mempunyai 2 macam kesadaran, yaitu ilahi dan manusia. Kadang-kadang Ia berpikir dan merasa sebagai Allah, dan kadang-kadang sebagai manusia.
Contoh:
· kesadaran ilahi: Matius 8:26 Yohanes 8:58 Yoh 11:44.
· kesadaran manusia: Mat 24:36 Matius 26:37-38 Yoh 11:35 Yohanes 19:28.
Tetapi harus diingat bahwa dalam setiap contoh-contoh itu, adalah pribadi yang sama yang berpikir / mempunyai kesadaran.
b) Kristus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan manusia. Tetapi karena kehendak manusia yang ada dalam diri Yesus adalah suci, maka tidak ada pertentangan / konfrontasi antara kehendak ilahi dan kehendak manusia dalam diri Yesus. Karena itu, sekalipun ada 2 kehendak, selalu hanya menghasilkan satu tindakan (bdk. Matius 26:36-46).
Illustrasi / analogi:
Illustrasi / analogi yang paling cocok untuk menjelaskan Personal Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa pada manusia (Catatan: ini hanya berlaku untuk orang yang percaya pada Dicho-tomy, bukan pada Trichotomy!).
Pada manusia, tubuh dan jiwa membentuk 1 pribadi.
Pada Yesus Kristus, hakekat manusia dan Allah Anak membentuk 1 pribadi.
Pada manusia, kepribadian terletak pada jiwa, bukan pada tubuh.
Pada Yesus Kristus, kepribadian terletak pada Allah Anak, bukan pada hakekat manusia.
Pada manusia, tubuh berbeda dengan jiwa; mereka tidak bercam-pur, dan masing-masing mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
Pada Yesus Kristus, hakekat manusia berbeda dengan hakekat ilahi; mereka tidak bercampur dan masing-masing mempertahan-kan sifat-sifatNya sendiri-sendiri.
C) Akibat dari Personal Union.
1) Communicatio Idiomatum [communication of properties (= pemberian sifat-sifat / sama-sama memiliki sifat-sifat)].
Catatan:
Istilah Communicatio Idiomatum ini adalah istilah bahasa Latin, yang begitu populer dalam Kristologi, sehingga dalam buku-buku Theologia sering digunakan begitu saja tanpa diberikan terjemah-annya.
a) Arti istilah ini:
kata Idiomatum / properties berarti ‘sifat dasar’.
Dalam diri manusia, sifat-sifat seperti pemarah, sombong, pelit, tidak termasuk sifat dasar, karena tidak semua orang mem-punyai sifat seperti itu.
Contoh sifat dasar dalam diri manusia adalah: terbatas, tidak maha tahu, bisa berdosa, bisa mati, dsb. Sifat-sifat ini dimiliki oleh semua manusia.
Catatan:
Perhatikan bahwa dalam sepanjang pembahasan tentang Communicatio Idiomatum ini, yang dimaksud dengan ‘sifat’ adalah ‘sifat dasar’.
· Dalam bahasa Yunani istilah Communicatio diterjemahkan de-ngan istilah KOINONIA.
Kata Yunani KOINONIA bisa berarti:
· fellowship (= persekutuan).
· a close mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).
· participation (= partisipasi).
· sharing in (= sama-sama menikmati / memiliki).
· partnership (= persekutuan).
· contribution (= sumbangan).
· gift (= pemberian).
Jadi, kalau dikatakan bahwa terjadi Communicatio Idiomatum dari A kepada B, maka itu berarti bahwa sifat-sifat A diberikan kepada B, atau bahwa B sama-sama memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh A.
b) Dalam hal Communicatio Idiomatum ini, ajaran Reformed berten-tangan dengan Lutheran.
Ajaran Reformed:
Sifat-sifat dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat ilahi, dan sebaliknya, sifat-sifat dari hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat manusia. Tetapi, baik sifat-sifat dari hakekat manusia maupun sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat-sifat dari pribadi Kristus.
Charles Hodge berkata:
"Hence, inconsistent, or apparently contradictory affirmations may be made of the same person" (= Karena itu, ketidak-konsistenan, atau pernyataan-pernyataan yang kelihatannya kontradiksi / bertentangan bisa dibuat tentang pribadi yang sama) - ‘System-atic Theology’, vol II, hal 379.
Keterangan gambar:
P = Pribadi Kristus; HM = Hakekat Manusia; HI = Hakekat Ilahi.
Catatan:
Jangan bayangkan diri Kristus betul-betul seperti gambar di atas! Gambar ini hanya untuk membantu saudara untuk melihat dimana terjadi pemberian sifat-sifat dan dimana tidak terjadi pemberian sifat-sifat.
Penjelasan:
Hakekat manusia mempunyai sifat terbatas, sedangkan hakekat ilahi mempunyai sifat tidak terbatas. Sifat terbatas dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat dari hakekat ilahi, dan sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat dari hakekat manusia. Tetapi baik sifat terbatas dari hakekat manusia, maupun sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi, sama-sama diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat dari pribadi Kristus. Jadi, pribadi Kristus mempunyai sifat terbatas dan tidak terbatas sekaligus.
Dengan cara yang sama bisa kita dapatkan bahwa pribadi Yesus bisa dikatakan terbatas pengetahuannya maupun maha-tahu, lemah / terbatas kekuatannya maupun mahakuasa.
Karena itu jangan heran kalau melihat bahwa Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus itu terbatas pengetahuannya (Matius 24:36), tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu mahatahu (Mat 9:4 Matius 12:25 Yohanes 2:24-25 Yohanes 6:64). Juga jangan heran kalau Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus lemah / terbatas kekuatannya, sehingga bisa lelah, membutuhkan istirahat / tidur (Yoh 4:6 Mat 8:24), tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu mahakuasa, dimana Ia bisa membangkitkan orang mati, menghentikan badai, memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan, mengusir setan, dsb.
Ajaran Lutheran:
Mereka mengatakan:
ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat kepada pri-badi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat dari kedua hakekat. Ini sesuai dengan ajaran Reformed.
juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua hakekat tersebut.
Dengan kata lain, hakekat yang satu juga memiliki sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak sesuai dengan ajaran Re-formed
Perkembangan ajaran tentang Communicatio Idiomatum dalam kalangan Lutheran:
(1) Luther dan orang-orang Lutheran yang mula-mula meng-ajarkan adanya pemberian sifat-sifat, baik dari hakekat ma-nusia kepada hakekat ilahi, maupun dari hakekat ilahi kepa-da hakekat manusia.
(2) Orang-orang Lutheran selanjutnya hanyalah menekankan pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk menghindarkan hakekat ilahi menjadi terbatas karena pemberian sifat dari hakekat manusia.
(3) Dalam perkembangan selanjutnya, orang-orang Lutheran membedakan antara operative attributes / sifat-sifat opera-tive (seperti maha kuasa, maha ada, maha tahu) dengan quiescent attributes / sifat-sifat diam (seperti tak terbatas, kekal) dari Allah, dan mereka mengatakan bahwa hanya operative atrributes sajalah yang diberikan dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk meng-hindarkan hakekat manusia menjadi tak terbatas dan kekal karena pemberian sifat dari hakekat ilahi.
Catatan:
Doktrin Lutheran yang salah tentang diri Kristus ini, dimana mereka menganggap bahwa hakekat manusia Yesus itu maha-ada, menyebabkan mereka bisa percaya bahwa dalam Perja-muan Kudus, Yesus hadir secara jasmani.
Keberatan / sanggahan terhadap ajaran Lutheran ini:
(a) Ajaran ini menunjukkan adanya pembauran / percampuran antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam diri Kristus. Hakekat manusia yang mempunyai sifat-sifat ilahi seperti maha ada, maha tahu dsb, tidak lagi bisa disebut sebagai hakekat manusia (perhatikan kutipan dari Charles Hodge di bawah). Jadi jelas bahwa ajaran ini berbau ajaran Eutychia-nism dan jelas bahwa ajaran ini bertentangan dengan Chalcedonian Creed yang mengatakan ‘without confusion, without change’ (= ‘tanpa percampuran, tanpa perubahan’).
Charles Hodge:
"... the properties or attributes of a substance constitute its essence, so that if they be removed or if others of a different nature be added to them, the substance itself is changed. ... If divine attributes be conferred on man, he ceases to be man; and if human attributes be transferred to God, he ceases to be God". (= sifat-sifat dari suatu zat / bahan membentuk hakekatnya, sehingga kalau mereka disingkirkan atau kalau sifat-sifat yang lain ditambahkan kepada mereka, maka zat / bahan itu sendiri berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada manusia, ia berhenti menjadi manusia; dan kalau sifat-sifat manusia diberikan kepada Allah, ia berhenti menjadi Allah) - ‘Sys-tematic Theology’, vol II, hal 390.
(b) Ajaran ini tidak konsekwen, karena kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka sifat-sifat manusia juga harus diberikan kepada hakekat ilahi.
Yohanes 3:13 menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi memberikan predikat ilahi (‘turun dari sorga’). Ayat ini dipakai sebagai dasar (secara salah) oleh orang Lutheran untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia.
Tetapi anehnya, kalau mereka melihat ayat seperti 1Korintus 2:8, yang menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia / The Lord of glory’ ), tetapi memberikan predikat manusia (‘menyalibkan’), mereka tidak mau memakainya sebagai dasar untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat manusia diberikan kepada hakekat ilahi.
Ketidak-konsekwenan yang lain ialah bahwa mereka hanya memberikan sebagian sifat-sifat ilahi kepada hakekat manu-sia. Kalau beberapa sifat hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka konsekwensinya adalah bahwa se-mua sifat-sifat ilahi harus diberikan kepada hakekat manu-sia.
(c) Ajaran ini tidak sesuai dengan gambaran tentang diri Kristus dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci Kristus tidak pernah digambarkan sebagai manusia yang maha tahu / maha ada / maha kuasa. Sebaliknya, Kitab Suci menggam-barkan Yesus sebagai manusia yang terbatas pengetahuan-nya (Mat 24:36), terbatas keberadaannya (tidak bisa ada di lebih dari satu tempat pada saat yang sama), dan lemah (bisa lelah, butuh istirahat, tidur, dsb. Bdk. Yohanes 4:6 Matius 8:24).
(d) Ajaran ini tidak bisa menjelaskan Luk 2:40,52 yang menga-takan bahwa Kristus bertumbuh dalam hikmat dan kekuatan.
Ingat bahwa orang Lutheran beranggapan bahwa Commu-nicatio Idiomatum ini terjadi pada saat yang sama dengan inkarnasi. Dengan demikian, seharusnya manusia Yesus itu sudah maha tahu dan maha kuasa sejak lahir, dan kalau demikian, Ia tidak mungkin bertumbuh dalam hikmat maupun kekuatan.
2) Communicatio Operationum / Apotelesmatum [communication of acts (= pemberian tindakan-tindakan)].
Semua tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:
a) ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b) manusia, seperti makan, minum.
c) gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan dari seluruh pribadi Kristus.
Jadi, pada waktu melihat Kristus makan, kita tak perlu berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa Kristus mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata ‘hakekat ilahiNya mencipta dan mengatur alam semesta’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus mencipta dan mengatur alam semesta’.
Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada tindakan dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan dari tubuh, seperti mencerna makanan.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, me-nulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan / berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’, tetapi ‘Dia / si A berpikir’.
3) Communicatio Charismatum / Gratiarum [communication of gifts (= pemberian karunia-karunia)].
Hakekat manusia dari Kristus, sejak saat pertama keberadaannya, telah diberi bermacam-macam karunia yang mulia.
Misalnya:
a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan LOGOS, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan dan, menurut Louis Berkhof, ‘menjadi object penyembahan’.
Tetapi G. C. Berkouwer mengatakan:
"Reformed theology resisted every form of the deification of the human nature of Christ" (= theologia Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus).
b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis Berkhof, terma-suk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare).
Catatan: Communicatio Charismatum / Gratiarum ini tidak mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!
D) Ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan Personal Union.
Ada 4 golongan ayat-ayat Kitab Suci:
1) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus dengan sebutan yang berlaku untuk seluruh pribadi Kristus, tetapi tidak cocok / berlaku baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk hakekat ilahi saja.
Contoh:
Yohanes 1:29 - Anak Domba Allah.
Yohanes 5:21-23 - Hakim.
Yohanes 9:5 - Terang dunia.
Yohanes 10:9,11 - Pintu, Gembala.
Yohanes 15:1 - Pokok anggur yang benar.
Roma 8:34 - Pembela.
Efesus 4:15 - Kepala Gereja.
Sebutan-sebutan ini tidak ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus sebagai manusia, tetapi kepada seluruh pribadi Kristus (The God- man).
Calvin:
"Let this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of the human" (= biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan hanya tentang hakekat ilahi atau manusia) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.
2) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat ilahi / LOGOS, tetapi ditujukan kepada seluruh pribadi Kristus.
Contoh: Yohanes 8:58.
Sebetulnya kata-kata ‘sudah ada sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum Abraham jadi, hakekat ilahiKu sudah ada’, tetapi Ia berkata ‘sebelum Abraham jadi, Aku (menunjuk pada pribadiNya) sudah ada’.
Yohanes 17:5.
Sebetulnya kata-kata ‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu Ia tujukan untuk pribadi-Nya.
3) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia, tetapi ditujukan kepada seluruh pribadi Kristus.
Contoh: Matius 24:36.
Sebetulnya ‘tidak tahu akan hari Tuhan’ hanya berlaku untuk hakekat manusia, bukan untuk hakekat ilahi. Tetapi ayat ini menujukan kata-kata itu untuk Anak, yang menunjuk pada seluruh pribadi Yesus.
Sebetulnya kata-kata ‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu Ia tujukan untuk pribadi-Nya.
3) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia, tetapi ditujukan kepada seluruh pribadi Kristus.
Contoh: Matius 24:36.
Sebetulnya ‘tidak tahu akan hari Tuhan’ hanya berlaku untuk hakekat manusia, bukan untuk hakekat ilahi. Tetapi ayat ini menujukan kata-kata itu untuk Anak, yang menunjuk pada seluruh pribadi Yesus.
Matius 26:37-38.
Sebetulnya yang bisa merasa sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan hakekat ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk seluruh pribadi Yesus
Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam Luk 2:40,52 Lukas 24:39-43 Yohanes 11:35.
4) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang hanya cocok untuk hakekat yang satu, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.
Ini terbagi dalam 2 golongan:
a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat manusia.
Contoh:
· Kis 20:28 (NIV) - "... the church of God, which he bought with his own blood" (= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya sendiri).
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
· 1Korintus 2:8.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi menggunakan predikat ‘menya-libkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
· 1Yohanes 1:1.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
b) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
Contoh: · Matius 9:6.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Ma-nusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa mengampuni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
· Matius 12:8.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manu-sia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
· Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seperti: Matius 13:41 Lukas 19:10 Yoh 3:13-15 Yoh 6:62 1Kor 15:47b.
Calvin menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab Suci sebagai berikut:
"And they (Scriptures) so earnestly express this union of the two natures that is in Christ as sometimes to interchange them" [= dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.
"Because the selfsame one was both God and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one what belonged to the other" (= karena orang yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.
Sebetulnya yang bisa merasa sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan hakekat ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk seluruh pribadi Yesus
Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam Luk 2:40,52 Lukas 24:39-43 Yohanes 11:35.
4) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang hanya cocok untuk hakekat yang satu, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.
Ini terbagi dalam 2 golongan:
a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat manusia.
Contoh:
· Kis 20:28 (NIV) - "... the church of God, which he bought with his own blood" (= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya sendiri).
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
· 1Korintus 2:8.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi menggunakan predikat ‘menya-libkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
· 1Yohanes 1:1.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
b) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
Contoh: · Matius 9:6.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Ma-nusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa mengampuni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
· Matius 12:8.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manu-sia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
· Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seperti: Matius 13:41 Lukas 19:10 Yoh 3:13-15 Yoh 6:62 1Kor 15:47b.
Calvin menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab Suci sebagai berikut:
"And they (Scriptures) so earnestly express this union of the two natures that is in Christ as sometimes to interchange them" [= dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.
"Because the selfsame one was both God and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one what belonged to the other" (= karena orang yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.
B.KESUCIAN KRISTUS
I) Kesucian hidup Kristus.
Hal-hal yang menunjukkan kesucian hidup Kristus:
1) Ayat-ayat seperti 2Korintus 5:21 Ibrani 4:15 Ibrani 7:26 1Petrus 2:22 1Pet 3:18 1Yohanes 3:5.
2) Sebutan ‘Yang Kudus dari Allah’ dalam Lukas 4:34 dan Yohanes 6:69, sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’ dalam Kis 3:14, sebutan ‘HambaMu yang Kudus’ dalam Kis 4:27,30.
3) Yohanes 10:36 mengatakan bahwa Yesus dikuduskan oleh Bapa.
4) Berbeda dengan semua orang lain yang mengaku dosa pada waktu di-baptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:6), Yesus tidak mengakui dosa saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:13-17).
Bahkan dalam sepanjang hidupNya kita tak pernah melihat Yesus mengaku dosa atau memberi persembahan / korban penghapus dosa.
Kalau dalam Matius 6:12 (Doa Bapa Kami) Ia mengatakan ‘dan ampunilah kami akan kesalahan kami’ jelas bahwa Ia bukannya mengakui dosa, tetapi Ia mengajarkan doa Bapa Kami untuk murid-muridNya. Ini terlihat dari Mat 6:9 yang berbunyi ‘Karena itu berdoalah demikian’ yang jelas menunjukkan bahwa saat itu Ia sedang mengajarkan doa itu kepada murid-muridNya.
5) Bahwa Yesus itu suci / benar, diakui oleh:
a) Allah Bapa (Matius 3:17).
Bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus, jelas menunjukkan ke-sucian Yesus.
b) Yesus sendiri (Yoh 8:29,46).
c) Pontius Pilatus (Lukas 23:4,14-15,22 Yoh 18:38b Yohanes 19:4).
d) Istri Pontius Pilatus (Matius 27:19).
e) Herodes (Lukas 23:15).
f) Yudas Iskariot (Matius 27:4).
g) Kepala Pasukan Romawi yang menyalibkan Yesus (Lukas 23:47).
6) Ia berhasil menggagalkan 3 x pencobaan setan (Mat 4:1-11 Lukas 4:1-13).
Perlu juga dijelaskan bahwa sekalipun dalam Ibrani 4:15 dikatakan bahwa ‘sama dengan kita, Ia telah dicobai’, tetapi itu hanya berhubungan dengan pencobaan dari luar. Kesucian Kristus menyebabkan Ia tidak mungkin mengalami pencobaan dari dalam (seperti berpikir untuk ber-zinah, dsb), karena dalam hal ini pencobaan itu sendiri sudah merupakan dosa. Karena itu Yesus sendiri bisa berkata bahwa ‘penguasa dunia ini’ (yaitu setan), tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya (Yohanes 14:30).
7) Lembu / domba / kambing untuk korban penebus dosa, dan domba Paskah, yang merupakan TYPE dari Kristus (bdk. Yoh 1:29 1Korintus 5:7) selalu digambarkan tidak bercela / tidak bercacat (Im 4:3b,23b,28b,32b Kel 12:5). Bdk. 1Pet 1:18-19.
8) Kalau Yesus tidak suci, maka Ia tidak mungkin bisa menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa kita!
II) Serangan terhadap kesucian Kristus.
1) Ayat-ayat yang menunjukkan Yesus marah seperti Matius 21:12-13 Markus 3:5 Yoh 2:14,15.
Penjelasan:
a) Marah tidak mesti dianggap sebagai dosa, dan hal ini terlihat dari Efesus 4:26 dan Maz 4:5.
b) Kemarahan terhadap dosa justru harus ada dalam diri orang yang dikuasai Roh Kudus (Kel 32:19 1Sam 11:6). Dalam Wah 2:2 ketidak-sabaran terhadap orang-orang yang jahat, justru merupakan sesuatu yang dipuji dari gereja / jemaat Efesus. Sebaliknya, dalam 2Korintus 11:4 kesabaran orang Korintus terhadap nabi-nabi palsu, justru dikecam oleh Paulus.
c) Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci, yang ditujukan kepa-da dosa, sehingga jelas bukan dosa.
2) Tuduhan bahwa Yesus melanggar peraturan Sabat (Matius 12:9-14 Lukas 14:1-6 Yohanes 5:1-18 Yoh 9:14,16).
Untuk ini perlu diketahui bahwa:
a) Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8).
b) Yesus berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2:27).
c) Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik pada hari Sabat (Matius 12:11-12 bdk. Yoh 7:22-23).
Yesus bukan bekerja pada hari Sabat, tetapi menyembuhkan / meno-long orang / berbuat baik pada orang lain pada hari Sabat. Ini jelas bukan dosa.
d) Yang dilanggar oleh Yesus bukanlah peraturan / hukum Tuhan ten-tang hari Sabat, tetapi penafsiran yang salah dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentang peraturan Sabat.
3) Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, padahal baptisan Yohanes adalah baptisan untuk pengampunan dosa (Markus 1:4).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini:
a) Berbeda dengan semua orang lain, yang mengaku dosa pada saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus tidak mengaku dosa (Mat 3:6,13-17).
b) Yohanes Pembaptis sendiri, yang mengenali Yesus sebagai Anak Allah / Mesias, mula-mula menolak untuk membaptis Yesus, dan bah-kan beranggapan bahwa ialah yang seharusnya dibaptis oleh Yesus (Matius 3:14).
c) Yesus menjawab keberatan Yohanes Pembaptis itu dengan berkata bahwa Ia harus dibaptis oleh Yohanes, ‘untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah’ (Mat 3:15).
Matius 3:15 (NIV): to fulfil all righteousness (= untuk menggenapkan seluruh kebenaran).
Jadi jelas bahwa Yesus tidak dibaptis untuk mendapatkan pengam-punan dosa!
4) Yesus dianggap bersikap tidak hormat kepada Maria / ibuNya, misalnya:
a) Kitab Suci tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus memanggil / menyebut Maria dengan sebutan ‘ibu / mama’. Kalau dalam Kitab Suci Indonesia ada ayat-ayat dimana Yesus menyebut / memanggil Maria dengan sebutan ‘ibu’ (seperti dalam Yohanes 2:4 dan Yohanes 19:26), maka perlu diketahui bahwa itu diterjemahkan dari kata Yunani GUNAI yang sebetulnya berarti ‘perempuan’.
b) Sikap / kata-kata Yesus terhadap / tentang Maria dalam:
Matius 12:46-50.
Lukas 2:48-49.
Yohanes 2:4.
Untuk ini perlu diperhatikan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi. Sebagai manusia, Ia harus hormat dan tunduk kepada orangtuaNya, tetapi sebagai Allah, Ia justru berkuasa atas orang tuaNya, dan bahkan seharusnya orang tuanyalah yang mentaati Dia, meng-hormati Dia, dan menyembah Dia!
Illustrasi:
Kalau ada seorang majikan dan pegawainya yang sama-sama menjadi majelis dari suatu gereja, maka:
dalam pekerjaan, pegawai itu harus tunduk pada majikannya.
dalam urusan gereja, pegawai itu tidak harus tunduk kepada majikan-nya itu, karena ia mempunyai pangkat / jabatan yang sama dengan majikannya. Dan kalau hal ini terjadi, kita pasti tidak akan mengatakan bahwa pegawai itu kurang ajar kepada majikannya!
5) Yesus takut dan gentar (Matius 26:37-38 Markus 14:33 Lukas 22:44).
Mat 26:37: ‘sedih dan gentar’. Ini salah terjemahan!
NIV: ‘to be sorrowful and troubled’ (= sedih dan susah).
NASB: ‘to be grieved and distressed’ (= sedih dan susah).
Jadi, dari ayat ini hanya terlihat bahwa Yesus sedih, tetapi tidak terlihat bahwa Ia takut.
Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat paralel dari Mat 26:37 itu:
Luk 22:44: ‘Ia sangat ketakutan’. Ini juga salah terjemahan!
NIV: ‘being in anguish’ (= ada dalam kesedihan).
NASB: ‘being in agony’ (= ada dalam penderitaan).
Jadi dari ayat inipun tak terlihat bahwa Yesus takut.
Mark 14:33: ‘sangat takut dan gentar’.
NIV/NASB: ‘deeply / very distressed and troubled’ (= sangat sedih dan susah).
Tetapi di sini terjemahan NIV/NASB juga salah, karena kata yang diterjemahkan ‘distressed’ (= sedih) itu di dalam bahasa Yunaninya adalah EKTHAMBEISTHAI yang berasal dari kata EKTHAMBEOMAI, yang sebetulnya berarti ‘be greatly alarmed’ (= sangat takut).
Jadi, dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Yesus bukan hanya sedih tetapi juga takut.
Hal-hal lain yang menunjukkan bahwa pada saat itu Yesus memang takut:
doa Yesus dalam Matius 26:39 secara implicit menunjukkan bahwa Ia takut terhadap ‘cawan’ (simbol dari murka / hukuman Allah) itu.
Luk 22:44b mengatakan bahwa ia mencucurkan peluh seperti darah. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah darah, dan orang-orang ini mengatakan bahwa hal seperti ini memang bisa terjadi (dan pernah terjadi) pada orang yang mengalami ketakutan yang luar biasa.
Ibrani 5:7 (KJV): ‘... he had offered up prayers and supplications with strong crying and tears unto him that was able to save him from death, and was heard in that he feared’ (= Ia menaikkan doa dan permo-honan dengan tangisan keras dan air mata kepada Dia yang bisa melepaskanNya dari maut, dan didengarkan dalam hal yang Ia takuti).
Catatan:
Kata-kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘in that He feared’ (= dalam hal yang Ia takuti), diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
Hal-hal yang menunjukkan kesucian hidup Kristus:
1) Ayat-ayat seperti 2Korintus 5:21 Ibrani 4:15 Ibrani 7:26 1Petrus 2:22 1Pet 3:18 1Yohanes 3:5.
2) Sebutan ‘Yang Kudus dari Allah’ dalam Lukas 4:34 dan Yohanes 6:69, sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’ dalam Kis 3:14, sebutan ‘HambaMu yang Kudus’ dalam Kis 4:27,30.
3) Yohanes 10:36 mengatakan bahwa Yesus dikuduskan oleh Bapa.
4) Berbeda dengan semua orang lain yang mengaku dosa pada waktu di-baptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:6), Yesus tidak mengakui dosa saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:13-17).
Bahkan dalam sepanjang hidupNya kita tak pernah melihat Yesus mengaku dosa atau memberi persembahan / korban penghapus dosa.
Kalau dalam Matius 6:12 (Doa Bapa Kami) Ia mengatakan ‘dan ampunilah kami akan kesalahan kami’ jelas bahwa Ia bukannya mengakui dosa, tetapi Ia mengajarkan doa Bapa Kami untuk murid-muridNya. Ini terlihat dari Mat 6:9 yang berbunyi ‘Karena itu berdoalah demikian’ yang jelas menunjukkan bahwa saat itu Ia sedang mengajarkan doa itu kepada murid-muridNya.
5) Bahwa Yesus itu suci / benar, diakui oleh:
a) Allah Bapa (Matius 3:17).
Bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus, jelas menunjukkan ke-sucian Yesus.
b) Yesus sendiri (Yoh 8:29,46).
c) Pontius Pilatus (Lukas 23:4,14-15,22 Yoh 18:38b Yohanes 19:4).
d) Istri Pontius Pilatus (Matius 27:19).
e) Herodes (Lukas 23:15).
f) Yudas Iskariot (Matius 27:4).
g) Kepala Pasukan Romawi yang menyalibkan Yesus (Lukas 23:47).
6) Ia berhasil menggagalkan 3 x pencobaan setan (Mat 4:1-11 Lukas 4:1-13).
Perlu juga dijelaskan bahwa sekalipun dalam Ibrani 4:15 dikatakan bahwa ‘sama dengan kita, Ia telah dicobai’, tetapi itu hanya berhubungan dengan pencobaan dari luar. Kesucian Kristus menyebabkan Ia tidak mungkin mengalami pencobaan dari dalam (seperti berpikir untuk ber-zinah, dsb), karena dalam hal ini pencobaan itu sendiri sudah merupakan dosa. Karena itu Yesus sendiri bisa berkata bahwa ‘penguasa dunia ini’ (yaitu setan), tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya (Yohanes 14:30).
7) Lembu / domba / kambing untuk korban penebus dosa, dan domba Paskah, yang merupakan TYPE dari Kristus (bdk. Yoh 1:29 1Korintus 5:7) selalu digambarkan tidak bercela / tidak bercacat (Im 4:3b,23b,28b,32b Kel 12:5). Bdk. 1Pet 1:18-19.
8) Kalau Yesus tidak suci, maka Ia tidak mungkin bisa menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa kita!
II) Serangan terhadap kesucian Kristus.
1) Ayat-ayat yang menunjukkan Yesus marah seperti Matius 21:12-13 Markus 3:5 Yoh 2:14,15.
Penjelasan:
a) Marah tidak mesti dianggap sebagai dosa, dan hal ini terlihat dari Efesus 4:26 dan Maz 4:5.
b) Kemarahan terhadap dosa justru harus ada dalam diri orang yang dikuasai Roh Kudus (Kel 32:19 1Sam 11:6). Dalam Wah 2:2 ketidak-sabaran terhadap orang-orang yang jahat, justru merupakan sesuatu yang dipuji dari gereja / jemaat Efesus. Sebaliknya, dalam 2Korintus 11:4 kesabaran orang Korintus terhadap nabi-nabi palsu, justru dikecam oleh Paulus.
c) Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci, yang ditujukan kepa-da dosa, sehingga jelas bukan dosa.
2) Tuduhan bahwa Yesus melanggar peraturan Sabat (Matius 12:9-14 Lukas 14:1-6 Yohanes 5:1-18 Yoh 9:14,16).
Untuk ini perlu diketahui bahwa:
a) Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8).
b) Yesus berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2:27).
c) Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik pada hari Sabat (Matius 12:11-12 bdk. Yoh 7:22-23).
Yesus bukan bekerja pada hari Sabat, tetapi menyembuhkan / meno-long orang / berbuat baik pada orang lain pada hari Sabat. Ini jelas bukan dosa.
d) Yang dilanggar oleh Yesus bukanlah peraturan / hukum Tuhan ten-tang hari Sabat, tetapi penafsiran yang salah dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentang peraturan Sabat.
3) Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, padahal baptisan Yohanes adalah baptisan untuk pengampunan dosa (Markus 1:4).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini:
a) Berbeda dengan semua orang lain, yang mengaku dosa pada saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus tidak mengaku dosa (Mat 3:6,13-17).
b) Yohanes Pembaptis sendiri, yang mengenali Yesus sebagai Anak Allah / Mesias, mula-mula menolak untuk membaptis Yesus, dan bah-kan beranggapan bahwa ialah yang seharusnya dibaptis oleh Yesus (Matius 3:14).
c) Yesus menjawab keberatan Yohanes Pembaptis itu dengan berkata bahwa Ia harus dibaptis oleh Yohanes, ‘untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah’ (Mat 3:15).
Matius 3:15 (NIV): to fulfil all righteousness (= untuk menggenapkan seluruh kebenaran).
Jadi jelas bahwa Yesus tidak dibaptis untuk mendapatkan pengam-punan dosa!
4) Yesus dianggap bersikap tidak hormat kepada Maria / ibuNya, misalnya:
a) Kitab Suci tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus memanggil / menyebut Maria dengan sebutan ‘ibu / mama’. Kalau dalam Kitab Suci Indonesia ada ayat-ayat dimana Yesus menyebut / memanggil Maria dengan sebutan ‘ibu’ (seperti dalam Yohanes 2:4 dan Yohanes 19:26), maka perlu diketahui bahwa itu diterjemahkan dari kata Yunani GUNAI yang sebetulnya berarti ‘perempuan’.
b) Sikap / kata-kata Yesus terhadap / tentang Maria dalam:
Matius 12:46-50.
Lukas 2:48-49.
Yohanes 2:4.
Untuk ini perlu diperhatikan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi. Sebagai manusia, Ia harus hormat dan tunduk kepada orangtuaNya, tetapi sebagai Allah, Ia justru berkuasa atas orang tuaNya, dan bahkan seharusnya orang tuanyalah yang mentaati Dia, meng-hormati Dia, dan menyembah Dia!
Illustrasi:
Kalau ada seorang majikan dan pegawainya yang sama-sama menjadi majelis dari suatu gereja, maka:
dalam pekerjaan, pegawai itu harus tunduk pada majikannya.
dalam urusan gereja, pegawai itu tidak harus tunduk kepada majikan-nya itu, karena ia mempunyai pangkat / jabatan yang sama dengan majikannya. Dan kalau hal ini terjadi, kita pasti tidak akan mengatakan bahwa pegawai itu kurang ajar kepada majikannya!
5) Yesus takut dan gentar (Matius 26:37-38 Markus 14:33 Lukas 22:44).
Mat 26:37: ‘sedih dan gentar’. Ini salah terjemahan!
NIV: ‘to be sorrowful and troubled’ (= sedih dan susah).
NASB: ‘to be grieved and distressed’ (= sedih dan susah).
Jadi, dari ayat ini hanya terlihat bahwa Yesus sedih, tetapi tidak terlihat bahwa Ia takut.
Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat paralel dari Mat 26:37 itu:
Luk 22:44: ‘Ia sangat ketakutan’. Ini juga salah terjemahan!
NIV: ‘being in anguish’ (= ada dalam kesedihan).
NASB: ‘being in agony’ (= ada dalam penderitaan).
Jadi dari ayat inipun tak terlihat bahwa Yesus takut.
Mark 14:33: ‘sangat takut dan gentar’.
NIV/NASB: ‘deeply / very distressed and troubled’ (= sangat sedih dan susah).
Tetapi di sini terjemahan NIV/NASB juga salah, karena kata yang diterjemahkan ‘distressed’ (= sedih) itu di dalam bahasa Yunaninya adalah EKTHAMBEISTHAI yang berasal dari kata EKTHAMBEOMAI, yang sebetulnya berarti ‘be greatly alarmed’ (= sangat takut).
Jadi, dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Yesus bukan hanya sedih tetapi juga takut.
Hal-hal lain yang menunjukkan bahwa pada saat itu Yesus memang takut:
doa Yesus dalam Matius 26:39 secara implicit menunjukkan bahwa Ia takut terhadap ‘cawan’ (simbol dari murka / hukuman Allah) itu.
Luk 22:44b mengatakan bahwa ia mencucurkan peluh seperti darah. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah darah, dan orang-orang ini mengatakan bahwa hal seperti ini memang bisa terjadi (dan pernah terjadi) pada orang yang mengalami ketakutan yang luar biasa.
Ibrani 5:7 (KJV): ‘... he had offered up prayers and supplications with strong crying and tears unto him that was able to save him from death, and was heard in that he feared’ (= Ia menaikkan doa dan permo-honan dengan tangisan keras dan air mata kepada Dia yang bisa melepaskanNya dari maut, dan didengarkan dalam hal yang Ia takuti).
Catatan:
Kata-kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘in that He feared’ (= dalam hal yang Ia takuti), diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
NIV: because of His reverent submission (= karena ketundukanNya yang penuh hormat / takut).
NASB: because of His piety (= karena kesalehanNya).
NKJV: because of His godly fear (= karena rasa takutNya yang saleh).
RSV: for his godly fear (= karena rasa takutNya yang saleh).
NASB: because of His piety (= karena kesalehanNya).
NKJV: because of His godly fear (= karena rasa takutNya yang saleh).
RSV: for his godly fear (= karena rasa takutNya yang saleh).
Sekalipun demikian ada banyak penafsir tetap mempertahankan arti yang diberikan oleh KJV.
Bahwa Yesus sedih, itu bukan sesuatu yang aneh, karena saat itu Ia sedang dikhianati oleh Yudas, akan ditinggal oleh murid-muridNya, akan disangkal oleh Petrus, akan ditolak oleh orang-orang Yahudi, dan akan terpisah dari Allah. Dan kesedihan itu juga bukan dosa (Filipi 4:4 memang tidak boleh dimutlakkan!).
Tetapi bagaimana dengan rasa takut yang dialami oleh Yesus?
a) Ia bukan takut pada kematian atau penderitaan, tetapi takut pada murka Allah (Catatan: takut pada murka Allah jelas bukan merupakan sesuatu yang salah!) yang akan menimpaNya pada saat Ia menang-gung hukuman umat manusia.
William Hendriksen:
"Did he, perhaps, here in Gethsemane see this tidal wave of God's wrath because of our sin coming?" [= Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani, me-lihat datangnya gelombang pasang (= tsunami) murka Allah karena dosa kita?].
Renungkan: bahwa Yesus, yang biasanya tidak pernah takut itu, bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas betapa he-batnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu! Bdk. Wahyu 6:15-17.
b) Apakah rasa takut Yesus di sini adalah dosa?
Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah berbuat dosa dalam bentuk apapun (Ibr 4:15 2Korintus 5:21). Karena itu jelas bahwa rasa takut di sini tidak bisa disebut sebagai dosa. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci yang satu sehingga bertentang-an dengan ayat yang lain.
1Yohanes 4:18 kelihatannya menujukkan bahwa rasa takut adalah dosa, tetapi kalau kita membaca mulai 1Yohanes 4:17 maka akan terlihat bahwa rasa takut yang dimaksudkan adalah rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman. Ayat ini hanya menunjukkan bahwa orang kristen sejati, yang cinta kepada Allah, pasti tak akan punya rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman. Jelas bahwa ini tidak bisa diterapkan terhadap rasa takut Kristus pada saat ini.
Dalam tafsirannya tentang Matius 26:39, Calvin mengatakan:
"In the present corruption of our nature it is impossible to find ardour of affections accompanied by moderation, such as existed in Christ; but we ought to give such honour to the Son of God, as not to judge him by what we find in ourselves" (= dalam keadaan kita yang berdosa sekarang ini, tidak mungkin untuk mendapatkan perasaan yang tidak berlebihan, seperti yang ada dalam Kristus; tetapi kita harus meng-hormati Anak Allah dengan tidak menghakimiNya dengan apa yang kita dapatkan dalam diri kita sendiri).
"When Christ was struck with horror at the divine curse, the feeling of the flesh affected him in such a manner, that faith still remained firm and unshaken. For such was the purity of his nature, that he felt, without being wounded by them, those temptations which pierce us with their stings" (= ketika Kristus takut pada kutuk ilahi, perasaan dari daging mempengaruhiNya dengan cara sedemikian rupa sehingga iman tetap teguh dan tak tergoyahkan. Karena begitu murninya ha-kekatnya, sehingga ia merasa tanpa terluka oleh pencobaan-pen-cobaan yang akan menusuk kita dengan sengatnya).
Jadi dengan kata-kata ini Calvin memaksudkan bahwa:
o kita sebagai manusia yang berdosa, sangat berbeda dengan Kristus yang suci murni itu.
o karena itu kita tak boleh menghakimi Kristus dengan apa yang ada dalam diri kita, karena Ia memang berbeda dengan kita.
o pada saat Kristus takut, Ia bisa tetap beriman (kita tidak bisa seperti ini), dan karena itu Ia tetap tidak berdosa.
6) Ibrani 5:8 mengatakan bahwa Yesus ‘belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’.
Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada saat dimana Yesus ti-dak taat.
Penjelasan:
a) Calvin mengatakan bahwa ayat ini jelas tidak berarti bahwa dulunya Yesus tidak taat, dan lalu Ia mengalami penderitaan yang membuat Dia taat, seakan-akan Yesus adalah kuda / bagal yang baru mau menurut setelah dikendalikan dengan kekang, pecut dsb (bdk. Mazmur 32:9). Setiap orang kristen akan mengalami ketaatan seperti ini, tetapi Yesus tidak!
b) John Owen mengatakan bahwa ‘belajar ketaatan’ bisa diartikan 3 ma-cam:
dari tidak tahu lalu menjadi tahu tentang apa yang harus ditaati. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.
belajar untuk melakukan ketaatan.
Kita semua perlu belajar ketaatan dalam arti ini, dimana kita jatuh bangun berkali-kali, sampai akhirnya kita bisa mengatasi dosa tertentu.
Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.
mendapat pengalaman ketaatan.
Inilah arti yang dimaksudkan di sini.
John Owen juga mengatakan bahwa ketaatan yang dimaksud di sini adalah ketaatan dalam mengalami penderitaan, bahkan kematian untuk menebus dosa manusia (bdk. Yesaya 50:5-6 Yesaya 53:7 Yoh 10:17-18 Filipi 2:8).
Dengan mengalami semua itu Ia mengalami dalam diriNya sendiri betapa sukarnya ketaatan dalam penderitaan itu, dan betapa besar kasih karunia yang dibutuhkan untuk taat. Dengan demikian Ia bisa mempunyai belas kasihan dan simpati terhadap kita yang menderita.
Kalau yang dimaksud dengan ‘belajar ketaatan’ itu adalah ‘mengalami ketaatan dalam penderitaan’, maka jelaslah itu tidak menunjukkan bahwa tadinya Kristus tidak taat!
c) Tyndale Commentary mengutip Griffith Thomas yang berkata:
"This is the difference between innocency and virtue. Innocency is life untested, while virtue is innocency tested and triumphant. The Son had always possessed the disposition of obedience, but for Him to possess the virtue of obedience, testing was necessary" (= inilah perbedaan antara ketidak-bersalahan dan kebaikan / kebajikan. Ketidak-bersalahan adalah hidup yang tidak / belum diuji, sedangkan kebaikan / kebajikan adalah ketidakbersalahan yang telah diuji dan menang. Anak selalu mempunyai kecondongan pada ketaatan, tetapi supaya Ia mempunyai kebaikan / kebajikan dalam ketaatan, Ia harus diuji).
Kalau kita melihat kata-kata ini, maka terlihat bahwa ia beranggapan bahwa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’ Ia mempunyai innocency (= ketidak-bersalahan), tetapi setelah Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia mem-punyai virtue (= kebaikan / kebajikan). Ini lagi-lagi menunjukkan bah-wa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia bukannya tidak taat.
7) Ibrani 5:9 mengatakan "sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi ...".
NASB: "And having been made perfect, He became ..." (= Dan setelah disempurnakan, Ia menjadi ...).
Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada satu saat dimana Yesus itu tidak / belum sempurna.
Penjelasan:
Kontex (Ibr 4:14-5:10) berbicara tentang Yesus sebagai Imam Besar, dan karena itu istilah ‘sempurna’ di sini harus dihubungkan dengan hal itu. Jadi artinya adalah: Ia jadi cocok sempurna untuk menjadi Imam Besar.
8) Markus 10:17-18 menceritakan dialog antara Yesus dengan pemuda kaya, dimana ketika pemuda kaya menyebut Yesus dengan istilah / sebutan ‘Guru yang baik’, Yesus menjawab dengan berkata: "Mengapa kaukata-kan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja".
Ini sering dianggap sebagai pengakuan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa Ia bukan Allah, dan Ia tidak baik.
Penjelasan:
a) Kita tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga bertentangan dengan ayat yang lain. Penafsiran bahwa Mark 10:17-18 berarti bahwa Yesus bukan Allah dan Yesus tidak baik, bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan keilahian dan kesucian Yesus.
b) Pemuda kaya itu menyebut Yesus dengan istilah ‘guru yang baik’. Dari istilah ‘guru’ jelaslah bahwa ia menganggap Yesus hanyalah manusia biasa. Dengan menambahkan istilah ‘baik’, sebetulnya ia mengguna-kan sebutan yang kontradiksi, karena tidak ada manusia biasa yang baik (Mazmur 14:1-3 Maz 53:2-4 Roma 3:10-12).
Kata-kata Yesus dalam Markus 10:18 itu dimaksudkan untuk membetul-kan ketidakbenaran / kontradiksi dalam sebutan pemuda kaya itu. Yesus mau bahwa pemuda itu tidak hanya mengakui Dia sebagai baik, tetapi juga sebagai Allah.
III) Ketidak-bisa-berdosaan Kristus.
Semua orang yang Injili dan Alkitabiah setuju bahwa bahwa dalam faktanya Kristus tidak pernah berbuat dosa.
Tetapi yang dibicarakan sekarang, adalah: secara teoritis, adakah kemung-kinan bagi Yesus untuk jatuh ke dalam dosa pada waktu Ia hidup sebagai manusia dalam dunia ini?
Dalam hal ini tidak ada kesatuan pendapat, bahkan dalam kalangan Reformedpun tidak ada keseragaman pendapat.
Sekarang mari kita menyoroti macam-macam pandangan yang ada:
A) Kristus tidak bisa berbuat dosa (non posse peccare).
Ini merupakan pandangan Calvin dan orang-orang Reformed pada umumnya (Catatan: sepanjang yang saya tahu, dari para ahli theologia Reformed, hanya Charles Hodge yang tidak setuju dengan pandangan ini).
Hal-hal yang dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa:
1) Ibrani 13:8 berkata bahwa Kristus tidak berubah. Kalau Ia bisa berdosa, maka itu berarti Ia bisa berubah (dari suci menjadi berdosa).
2) Ibr 10:7,9 mengatakan bahwa Kristus datang ke dunia untuk melaku-kan kehendak Allah. Tujuan ini tidak mungkin tidak tercapai!
3) Kata-kata Kristus dalam Yohanes 14:30 dimana Ia berkata bahwa Pengua-sa dunia ini (yaitu setan) tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya, menunjukkan ketidak-mungkinanNya untuk berbuat dosa.
4) Penebusan oleh Kristus sudah ada sejak semula dalam Rencana Allah dan Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.
a) Bahwa Rencana Allah sudah ada sejak semula terlihat dari ayat-ayat seperti 2Raja-raja 19:25 Maz 139:16 Yesaya 37:26 Yesaya 46:10.
Kalau manusia membuat rencana, maka manusia membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada di SMP kita merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA baru kita merencanakan untuk masuk perguruan tinggi tertentu. Setelah lulus dari perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak mampu melakukan hal itu. Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan.
Tetapi Allah yang maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh RencanaNya sejak semula!
b) Penebusan dosa umat manusia oleh Kristus sudah termasuk dalam Rencana Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28 1Petrus 1:20).
c) Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal (Ayub 42:2 Mazmur 33:10-11 Yesaya 14:24,26,27 Yes 46:10-11).
Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa meng-ubah RencanaNya, dan percaya bahwa Rencana Allah bisa gagal. Sebetulnya ini suatu penghinaan bagi Allah karena ini menyama-kan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencana-nya dan gagal dalam mencapai rencananya!
Ada banyak hal yang tidak memungkinkan Allah mengubah rencanaNya / gagal dalam mencapai rencanaNya:
o Ayat-ayat dalam point c di atas secara jelas menunjukkan bahwa Rencana Allah tak mungkin berubah atau gagal!
o kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia sudah tahu bahwa RencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?
o kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini diubah, maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!
o kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai renca-naNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya!
o kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana berarti Ia menjadi tergantung pada situasi dan kondisi (tidak lagi berdaulat).
Kalau Kristus berdosa, maka Ia harus mati untuk dosaNya sendiri, sehingga Ia tidak bisa menebus dosa umat manusia. Jadi kalau ada kemungkinan bagi Kristus untuk berdosa, maka itu berarti ada kemungkinan bagi Rencana Allah (tentang Penebusan) untuk gagal.
5) Dilihat dari hakekat-hakekat yang ada dalam diri Kristus:
hakekat manusia mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ (posse peccare).
hakekat ilahi mempunyai sifat ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare).
Berdasarkan Communicatio Idiomatum, maka semua sifat dari hakekat manusia maupun hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus. Jadi seharusnya pribadi Kristus mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ dan ‘tidak bisa berdosa’. Tetapi kesimpulan ini ditolak oleh orang-orang Reformed pada umumnya.
a) Pandangan Louis Berkhof.
Adanya Communicatio Charismatum dimana hakekat manusia dari Kristus ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain mela-lui pemberian karunia-karunia Roh dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, terutama dalam hal ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa.
Jadi, Louis Berkhof beranggapan bahwa hakekat manusia Kristus itu sendiri sudah tidak bisa berbuat dosa. Dan ini menyebabkan pribadi Kristus tidak bisa berdosa.
b) Pandangan W.G.T. Shedd
Shedd beranggapan bahwa hakekat manusia dari Kristus bisa berdosa (posse peccare), tetapi dalam persatuan antara hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam satu pribadi, hakekat ilahilah yang menguasai dan mengontrol hakekat manusia, dan bukan sebaliknya. Jadi kekuatan pribadi Kristus untuk melawan godaan / serangan setan setara dengan kekuatan dari hakekat ilahi untuk melawan godaan / serangan setan. Dengan demikian, apa yang bisa dilakukan oleh hakekat manusia Kristus kalau hakekat manusia itu terpisah dari hakekat ilahi (yaitu bisa berbuat dosa), tidak bisa dilakukan oleh persatuan dari hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam pribadi Kristus.
Jadi doktrin Shedd tentang Communicatio Idiomatum adalah bahwa semua sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus, tetapi untuk hakekat manusia, ada 1 sifat yang tidak bisa diberikan kepada pribadi Kristus, yaitu sifat ‘bisa berdosa’.
Alasan Shedd adalah: dalam persoalan dosa, hakekat ilahi tidak bisa membiarkan hakekat manusia pada keterbatasannya. Kalau hakekat ilahi melakukan hal itu, hakekat ilahi sendiri sudah berdosa.
"In this latter instance, the divine nature cannot innocently and righteously leave the human nature to its own finiteness without any support from the divine, as it can in other instances" (= dalam hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa dan secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada keterbatasannya tanpa pertolongan dari hakekat ilahi, seperti yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi dalam hal-hal lain) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 333-334.
c) Pandangan R.L. Dabney.
Persatuan 2 hakekat itu adalah suatu perisai bagi hakekat manusia terhadap kesalahan.
"It is impossible that the person constituted in union with the eternal and immutable Word, can sin; for this union is an absolute shield to the lower nature, against error" (= adalah tidak mungkin bahwa pribadi yang terbentuk / terdapat dalam persatuan dengan Firman yang kekal dan yang tak berubah, bisa berdosa; karena persatuan ini adalah suatu perisai yang mutlak bagi hakekat yang lebih rendah, terhadap kesalahan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
Dalam persatuan hakekat manusia dengan LOGOS, hakekat ma-nusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.
"This lower nature, upon its union with the Word, was imbued with the full influence of the Holy Ghost" (= hakekat yang lebih rendah ini, dalam persatuannya dengan Firman, dikaruniai dengan pengaruh pe-nuh dari Roh Kudus) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
Dabney juga memberikan dasar-dasar Kitab Suci yang menunjuk-kan peranan Roh Kudus dalam diri Kristus, yaitu: Mazmur 45:8 Yes 11:2,3 Yesaya 61:1 (bdk. Lukas 4:21) Lukas 4:1 Yohanes 1:32 Yoh 3:34.
Ini kelihatannya sesuai dengan pandangan Calvin, karena dalam komentarnya tentang Mat 4:1 (dimana Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum Ia dicobai oleh setan) ia berkata sebagai berikut:
"Christ was fortified by the Spirit with such power that the darts of Satan could not pierce him" (= Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah Setan tidak bisa menu-sukNya).
d) G.C. Berkouwer mengutip seseorang yang berkata:
"The inner incapacity for sin results from the fact that the ‘I’ of the human nature is the Logos" (= ketidak-mampuan untuk berbuat dosa merupa-kan akibat dari fakta bahwa ‘Aku’ dari hakekat manusia itu adalah Logos) - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 258.
Perlu ditambahkan kata-kata Herman Hoeksema sebagai berikut:
"My person is that which I know to be the subject of all my actions, ... It is not my nature, my body or my soul, my brain, my eye, my ear, my mouth, my feet, that acts, thinks, sees, hears, speaks, runs; but it is my person. I act, I think, I see, and I hear and speak and run, in and through my nature. ... Now in Christ this person is the Son of God, the Second Person of the Holy Trinity" (= pribadiku adalah apa yang aku ketahui merupakan subyek dari semua tindakanku, ... Bukanlah hakekatku, tubuhku atau jiwaku, otakku, mataku, telingaku, mulutku, kakiku, yang bertindak, berpikir, melihat, mendengar, berbicara, lari; tetapi pribadikulah yang melaku-kannya. Aku bertindak, aku berpikir, aku melihat, dan aku mendengar dan berbicara dan berlari, di dalam dan melalui hakekatku. ... Dalam hal Kristus, pribadiNya adalah Anak Allah, pribadi yang kedua dari Tritunggal yang Kudus) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 359-360.
Karena pribadi merupakan subyek dari semua tindakan, maka jelaslah bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa, karena pribadiNya adalah Allah Anak / LOGOS sendiri!
e) G. C. Berkouwer juga memberikan pandangan Abraham Kuyper (yang kelihatannya merupakan gabungan dari pandangan c) dan d). Berkouwer berkata sebagai berikut:
"Kuyper says that owing to the human nature of Christ there was in him the possibility of sin (as it existed in Adam before the Fall). But since Jesus did not assume a human person, a ‘homo’, but human nature, and since there was in him no human ego (to realize this possibilitas) but, on the contrary, the human nature remained eternally united to the second person of the Trinity, therefore the control of this divine person makes it absolutely impossible for the possibilitas to become reality" [= Kuyper mengatakan bahwa hakekat manusia Kristus menyebabkan dalam Dia ada kemung-kinan untuk berbuat dosa (seperti yang ada dalam Adam sebelum Kejatuhan dalam dosa). Tetapi karena Yesus tidak mengambil seorang pribadi manusia, seorang ‘manusia’, tetapi hakekat manusia, dan karena dalam Dia tidak ada ego manusia (untuk mewujudkan kemungkinan ini) tetapi, sebaliknya, hakekat manusia itu tetap bersatu secara kekal dengan pribadi kedua dari Trinitas, karena itu kontrol dari pribadi ilahi ini menyebabkan ketidakmungkinan mutlak untuk terwujudnya kemung-kinan tersebut] - ‘Studies in Dogmatics: the Person of Christ’, hal 259.
Sekalipun pandangan-pandangan tersebut di atas (a - e) berbeda satu sama lain, tetapi kesimpulannya adalah sama, yaitu: pribadi Kristus tidak bisa berdosa.
B) Kristus bisa berdosa (posse peccare).
1) Charles Hodge berkata:
"The sinlessness of our Lord, however, does not amount to absolute im-peccability. ... If He was a true man He must have been capable of sinning. ... Temptation implies the possibility of sin. If from the constitution of his person it was impossible for Christ to sin, then his temptation was unreal and without effect, and He cannot sympathize with his people" (= Tetapi, ketidak-berdosaan Tuhan kita, tidak berarti ketidak-bisa-berdosaan yang mutlak. ... Jika Ia adalah seorang manusia yang sungguh-sungguh Ia pasti bisa berdosa. ... Pencobaan secara tak langsung menunjukkan kemungkinan untuk berbuat dosa. Jika pembentukan pribadiNya menye-babkan Kristus tidak mungkin berbuat dosa, maka pencobaanNya tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umatNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 457.
Jadi, alasan yang diberikan oleh Charles Hodge untuk mendukung pandangan ini adalah:
Kalau Kristus menjadi manusia yang sama seperti kita (Ibrani 2:14-17), maka Ia juga harus bisa berbuat dosa, sama seperti kita.
Jawab:
Ini bisa dijawab dengan point A no 5 di atas.
Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, Ia tidak bisa dicobai. De-ngan kata lain, fakta bahwa Kristus dicobai, menunjukkan bahwa Ia bisa berbuat dosa.
Jawab:
Pandangan ini tidak benar, karena bahwa suatu pasukan tidak bisa dikalahkan, tidak berarti bahwa pasukan itu tidak bisa diserang. Jadi analoginya adalah: bahwa Kristus tidak bisa berdosa, tidak berarti Ia tidak bisa dicobai.
Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umatNya.
Jawab:
§ Sekalipun Kristus tidak bisa berbuat dosa, ini tidak berarti bahwa pencobaan yang dialami oleh Kristus adalah sepele / ringan (bdk. Matius 26:36-46 Ibrani 2:18 Ibrani 4:15 Ibrani 5:7-8).
Tentang hal ini Berkouwer berkata:
"Christ’s sinlessness does not nullify the temptation but rather demonstrates its superiority in the teeth of temptation" (= ketidak-berdosaan Kristus tidak meniadakan pencobaan tetapi sebaliknya menunjukkan kesuperiorannya dalam gigitan pencobaan) - ‘Studies in Dogmatics: the Person of Christ’, hal 263.
o Pada waktu membahas tentang pencobaan di padang gurun dalam Injil Lukas, NICNT (New International Commentary on the New Testament) mengutip Wescott yang mengomentari Ibr 2:18 yang berbunyi sebagai berikut:
"Sympathy with the sinner in his trial does not depend on the experience of sin, but on the experience of the strength of the temptation to sin, which only the sinless can know in its full intensity. He who falls yields before the last strain" (= Simpati dengan orang berdosa dalam pencobaanNya tidak tergantung pada pengalaman tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang kekuatan pencobaan pada dosa, yang hanya orang yang tak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya sepenuhnya. Ia yang jatuh menyerah sebelum tekanan terakhir).
NICNT juga mengutip Plummer yang berkata:
"... a rigtheous man, whose will never falters for a moment, may feel the attractiveness of the advantage more keenly than the weak man who succumbs; for the latter probably gave way before he recognised the whole of the atractiveness" (= ... orang yang benar, yang tidak pernah goyah sesaatpun, bisa merasakan daya tarik dari keun-tungan dengan lebih hebat / keras dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang terakhir ini mungkin me-nyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu).
Dari 2 kutipan di atas ini NICNT menyimpulkan:
"If we bear these considerations in mind we shall realise that the Saviour experienced the violence of the attacks of temptation as no other human being ever did, because all others are sinful and therefore not able to remain standing until the temptations have exhausted all their terrible violence in assailing them" (= Jika kita mengingat pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang Juruselamat mengalami hebatnya serangan penco-baan yang tidak pernah dialami oleh orang lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh kekuatannya dalam menyerang mereka).
Illustrasi dan contoh:
§ Kalau seorang petinju yang tidak terlalu tahan pukul meng-hadapi Mike Tyson, maka mungkin sekali bahwa baru satu kali terkena pukulan Mike Tyson ia sudah KO, sehingga ia tidak merasakan seluruh kekuatan Mike Tyson. Tetapi pe-tinju lain yang betul-betul tahan pukulan tidak jatuh sekali-pun terkena banyak pukulan Tyson, sehingga ia betul-betul merasakan seluruh kekuatan Tyson.
§ Orang yang mengalami godaan sex. Kalau begitu ada godaan ia langsung menyerah, maka jelas bahwa ia tidak merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Tetapi kalau ia bertahan, maka orang yang menggodanya itu akan meng-gunakan bermacam-macam cara dan taktik untuk menjatuh-kannya, sehingga ia akan merasakan seluruh kekuatan godaan itu.
2) Ada juga yang membuktikan bahwa Kristus bisa berbuat dosa dengan menggunakan Mat 26:53 dimana Yesus berkata: "Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera me-ngirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?".
Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa saat itu Yesus ada di persimpangan jalan. Ia bisa memilih untuk tunduk pada kehendak Allah, dengan membiarkan diriNya ditangkap dan dibunuh. Tetapi Ia bisa juga memilih untuk tidak tunduk pada kehendak Allah, dengan berdoa kepada BapaNya supaya BapaNya mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat membantu Dia. Sekalipun akhirnya / dalam faktanya Ia memilih untuk taat pada kehendak Allah, tetapi ayat ini dianggap sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa sebetulnya Ia bisa saja tidak tunduk pada kehendak Allah.
Jawab:
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Yesus mengucapkan Mat 26:53 ini hanya untuk meluruskan pemi-kiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘menolong Yesus’ dengan membacok telinga hamba Imam Besar.
Calvin beranggapan bahwa dalam Matius 26:53 ini Yesus hanya mengandaikan.
Jadi maksudnya adalah sebagai berikut: Andaikata saja hal itu ti-dak bertentangan dengan kehendak Allah, maka dari pada dibantu oleh Petrus menggunakan pedangnya, Yesus mempunyai cara yang lebih baik, yaitu berdoa kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat.
Mat 26:53 tidak boleh dipisahkan dari Matius 26:54 yang berbunyi: "Jika begitu, bagaimanakah mungkin akan digenapi yang tertulis da-lam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?".
Kata ‘harus’ menunjukkan bahwa penangkapan terhadap Kristus dan kematianNya, tidak bisa tidak terjadi!
kita juga harus mengingat doa Yesus dalam taman Getsemani dimana Ia berdoa: "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan itu lalu dari padaKu" (Mat 26:39a). Tetapi karena kesucian-Nya, yang tidak memungkinkan Dia untuk menentang kehendak Allah, Ia lalu menambahkan: "Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Mat 26:39b).
Karena itu, andaikatapun Yesus di sini berdoa meminta Bapa mengirim pasukan malaikat, tidakkah Ia juga akan menambahkan kata-kata dalam Matius 26:39 itu?
C) Kristus bisa tidak berdosa (posse non peccare).
Pandangan ini berkata bahwa Kristus bukannya ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare), juga bukannya ‘bisa berdosa’ (posse peccare), tetapi ‘bisa tidak berdosa’ (posse non peccare).
Jawab:
Pandangan ini juga tidak logis, karena memiliki sifat ‘bisa tidak berdosa’ tanpa memiliki sifat ‘bisa berdosa’ adalah sama dengan memiliki sifat ‘tidak bisa berdosa’.
Keterangan gambar:
PP = posse peccare = possible to sin = bisa berdosa.
PNP = posse non peccare = possible not to sin = bisa tidak berdosa.
NPNP = non posse non peccare = not possible not to sin = tidak bisa tidak berdosa.
NPP = non posse peccare = not possible to sin = tidak bisa berdosa.
A = Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa. Mereka ‘bisa berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’.
B = orang dalam dosa yang masih di luar Kristus. Mereka ‘tidak bisa tidak berdosa’.
C = orang yang ada dalam Kristus. Mereka dikembalikan kepada kondisi Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa, yaitu ‘bisa berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’.
D = orang kristen di surga. Mereka ‘tidak bisa berdosa’.
Sekarang perhatikan hanya bagian C dan D saja. Pada waktu ada di C, manusia ‘bisa berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’. Pada waktu masuk ke D, ‘bisa berdosa’ hilang, tetapi yang tertinggal bukanlah ‘bisa tidak berdosa’, melainkan berubah menjadi ‘tidak bisa berdosa’.
Dari sini jelas bahwa ‘bisa tidak berdosa’ tanpa disertai ‘bisa berdosa’, menjadi ‘tidak bisa berdosa’.
Bahwa Yesus sedih, itu bukan sesuatu yang aneh, karena saat itu Ia sedang dikhianati oleh Yudas, akan ditinggal oleh murid-muridNya, akan disangkal oleh Petrus, akan ditolak oleh orang-orang Yahudi, dan akan terpisah dari Allah. Dan kesedihan itu juga bukan dosa (Filipi 4:4 memang tidak boleh dimutlakkan!).
Tetapi bagaimana dengan rasa takut yang dialami oleh Yesus?
a) Ia bukan takut pada kematian atau penderitaan, tetapi takut pada murka Allah (Catatan: takut pada murka Allah jelas bukan merupakan sesuatu yang salah!) yang akan menimpaNya pada saat Ia menang-gung hukuman umat manusia.
William Hendriksen:
"Did he, perhaps, here in Gethsemane see this tidal wave of God's wrath because of our sin coming?" [= Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani, me-lihat datangnya gelombang pasang (= tsunami) murka Allah karena dosa kita?].
Renungkan: bahwa Yesus, yang biasanya tidak pernah takut itu, bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas betapa he-batnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu! Bdk. Wahyu 6:15-17.
b) Apakah rasa takut Yesus di sini adalah dosa?
Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah berbuat dosa dalam bentuk apapun (Ibr 4:15 2Korintus 5:21). Karena itu jelas bahwa rasa takut di sini tidak bisa disebut sebagai dosa. Kita tidak boleh menafsirkan ayat Kitab Suci yang satu sehingga bertentang-an dengan ayat yang lain.
1Yohanes 4:18 kelihatannya menujukkan bahwa rasa takut adalah dosa, tetapi kalau kita membaca mulai 1Yohanes 4:17 maka akan terlihat bahwa rasa takut yang dimaksudkan adalah rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman. Ayat ini hanya menunjukkan bahwa orang kristen sejati, yang cinta kepada Allah, pasti tak akan punya rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman. Jelas bahwa ini tidak bisa diterapkan terhadap rasa takut Kristus pada saat ini.
Dalam tafsirannya tentang Matius 26:39, Calvin mengatakan:
"In the present corruption of our nature it is impossible to find ardour of affections accompanied by moderation, such as existed in Christ; but we ought to give such honour to the Son of God, as not to judge him by what we find in ourselves" (= dalam keadaan kita yang berdosa sekarang ini, tidak mungkin untuk mendapatkan perasaan yang tidak berlebihan, seperti yang ada dalam Kristus; tetapi kita harus meng-hormati Anak Allah dengan tidak menghakimiNya dengan apa yang kita dapatkan dalam diri kita sendiri).
"When Christ was struck with horror at the divine curse, the feeling of the flesh affected him in such a manner, that faith still remained firm and unshaken. For such was the purity of his nature, that he felt, without being wounded by them, those temptations which pierce us with their stings" (= ketika Kristus takut pada kutuk ilahi, perasaan dari daging mempengaruhiNya dengan cara sedemikian rupa sehingga iman tetap teguh dan tak tergoyahkan. Karena begitu murninya ha-kekatnya, sehingga ia merasa tanpa terluka oleh pencobaan-pen-cobaan yang akan menusuk kita dengan sengatnya).
Jadi dengan kata-kata ini Calvin memaksudkan bahwa:
o kita sebagai manusia yang berdosa, sangat berbeda dengan Kristus yang suci murni itu.
o karena itu kita tak boleh menghakimi Kristus dengan apa yang ada dalam diri kita, karena Ia memang berbeda dengan kita.
o pada saat Kristus takut, Ia bisa tetap beriman (kita tidak bisa seperti ini), dan karena itu Ia tetap tidak berdosa.
6) Ibrani 5:8 mengatakan bahwa Yesus ‘belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’.
Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada saat dimana Yesus ti-dak taat.
Penjelasan:
a) Calvin mengatakan bahwa ayat ini jelas tidak berarti bahwa dulunya Yesus tidak taat, dan lalu Ia mengalami penderitaan yang membuat Dia taat, seakan-akan Yesus adalah kuda / bagal yang baru mau menurut setelah dikendalikan dengan kekang, pecut dsb (bdk. Mazmur 32:9). Setiap orang kristen akan mengalami ketaatan seperti ini, tetapi Yesus tidak!
b) John Owen mengatakan bahwa ‘belajar ketaatan’ bisa diartikan 3 ma-cam:
dari tidak tahu lalu menjadi tahu tentang apa yang harus ditaati. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.
belajar untuk melakukan ketaatan.
Kita semua perlu belajar ketaatan dalam arti ini, dimana kita jatuh bangun berkali-kali, sampai akhirnya kita bisa mengatasi dosa tertentu.
Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.
mendapat pengalaman ketaatan.
Inilah arti yang dimaksudkan di sini.
John Owen juga mengatakan bahwa ketaatan yang dimaksud di sini adalah ketaatan dalam mengalami penderitaan, bahkan kematian untuk menebus dosa manusia (bdk. Yesaya 50:5-6 Yesaya 53:7 Yoh 10:17-18 Filipi 2:8).
Dengan mengalami semua itu Ia mengalami dalam diriNya sendiri betapa sukarnya ketaatan dalam penderitaan itu, dan betapa besar kasih karunia yang dibutuhkan untuk taat. Dengan demikian Ia bisa mempunyai belas kasihan dan simpati terhadap kita yang menderita.
Kalau yang dimaksud dengan ‘belajar ketaatan’ itu adalah ‘mengalami ketaatan dalam penderitaan’, maka jelaslah itu tidak menunjukkan bahwa tadinya Kristus tidak taat!
c) Tyndale Commentary mengutip Griffith Thomas yang berkata:
"This is the difference between innocency and virtue. Innocency is life untested, while virtue is innocency tested and triumphant. The Son had always possessed the disposition of obedience, but for Him to possess the virtue of obedience, testing was necessary" (= inilah perbedaan antara ketidak-bersalahan dan kebaikan / kebajikan. Ketidak-bersalahan adalah hidup yang tidak / belum diuji, sedangkan kebaikan / kebajikan adalah ketidakbersalahan yang telah diuji dan menang. Anak selalu mempunyai kecondongan pada ketaatan, tetapi supaya Ia mempunyai kebaikan / kebajikan dalam ketaatan, Ia harus diuji).
Kalau kita melihat kata-kata ini, maka terlihat bahwa ia beranggapan bahwa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’ Ia mempunyai innocency (= ketidak-bersalahan), tetapi setelah Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia mem-punyai virtue (= kebaikan / kebajikan). Ini lagi-lagi menunjukkan bah-wa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia bukannya tidak taat.
7) Ibrani 5:9 mengatakan "sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi ...".
NASB: "And having been made perfect, He became ..." (= Dan setelah disempurnakan, Ia menjadi ...).
Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa ada satu saat dimana Yesus itu tidak / belum sempurna.
Penjelasan:
Kontex (Ibr 4:14-5:10) berbicara tentang Yesus sebagai Imam Besar, dan karena itu istilah ‘sempurna’ di sini harus dihubungkan dengan hal itu. Jadi artinya adalah: Ia jadi cocok sempurna untuk menjadi Imam Besar.
8) Markus 10:17-18 menceritakan dialog antara Yesus dengan pemuda kaya, dimana ketika pemuda kaya menyebut Yesus dengan istilah / sebutan ‘Guru yang baik’, Yesus menjawab dengan berkata: "Mengapa kaukata-kan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja".
Ini sering dianggap sebagai pengakuan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa Ia bukan Allah, dan Ia tidak baik.
Penjelasan:
a) Kita tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga bertentangan dengan ayat yang lain. Penafsiran bahwa Mark 10:17-18 berarti bahwa Yesus bukan Allah dan Yesus tidak baik, bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan keilahian dan kesucian Yesus.
b) Pemuda kaya itu menyebut Yesus dengan istilah ‘guru yang baik’. Dari istilah ‘guru’ jelaslah bahwa ia menganggap Yesus hanyalah manusia biasa. Dengan menambahkan istilah ‘baik’, sebetulnya ia mengguna-kan sebutan yang kontradiksi, karena tidak ada manusia biasa yang baik (Mazmur 14:1-3 Maz 53:2-4 Roma 3:10-12).
Kata-kata Yesus dalam Markus 10:18 itu dimaksudkan untuk membetul-kan ketidakbenaran / kontradiksi dalam sebutan pemuda kaya itu. Yesus mau bahwa pemuda itu tidak hanya mengakui Dia sebagai baik, tetapi juga sebagai Allah.
III) Ketidak-bisa-berdosaan Kristus.
Semua orang yang Injili dan Alkitabiah setuju bahwa bahwa dalam faktanya Kristus tidak pernah berbuat dosa.
Tetapi yang dibicarakan sekarang, adalah: secara teoritis, adakah kemung-kinan bagi Yesus untuk jatuh ke dalam dosa pada waktu Ia hidup sebagai manusia dalam dunia ini?
Dalam hal ini tidak ada kesatuan pendapat, bahkan dalam kalangan Reformedpun tidak ada keseragaman pendapat.
Sekarang mari kita menyoroti macam-macam pandangan yang ada:
A) Kristus tidak bisa berbuat dosa (non posse peccare).
Ini merupakan pandangan Calvin dan orang-orang Reformed pada umumnya (Catatan: sepanjang yang saya tahu, dari para ahli theologia Reformed, hanya Charles Hodge yang tidak setuju dengan pandangan ini).
Hal-hal yang dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa:
1) Ibrani 13:8 berkata bahwa Kristus tidak berubah. Kalau Ia bisa berdosa, maka itu berarti Ia bisa berubah (dari suci menjadi berdosa).
2) Ibr 10:7,9 mengatakan bahwa Kristus datang ke dunia untuk melaku-kan kehendak Allah. Tujuan ini tidak mungkin tidak tercapai!
3) Kata-kata Kristus dalam Yohanes 14:30 dimana Ia berkata bahwa Pengua-sa dunia ini (yaitu setan) tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya, menunjukkan ketidak-mungkinanNya untuk berbuat dosa.
4) Penebusan oleh Kristus sudah ada sejak semula dalam Rencana Allah dan Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.
a) Bahwa Rencana Allah sudah ada sejak semula terlihat dari ayat-ayat seperti 2Raja-raja 19:25 Maz 139:16 Yesaya 37:26 Yesaya 46:10.
Kalau manusia membuat rencana, maka manusia membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada di SMP kita merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA baru kita merencanakan untuk masuk perguruan tinggi tertentu. Setelah lulus dari perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb. Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak mampu melakukan hal itu. Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan.
Tetapi Allah yang maha tahu dan maha bijaksana, merencanakan seluruh RencanaNya sejak semula!
b) Penebusan dosa umat manusia oleh Kristus sudah termasuk dalam Rencana Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28 1Petrus 1:20).
c) Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal (Ayub 42:2 Mazmur 33:10-11 Yesaya 14:24,26,27 Yes 46:10-11).
Orang Arminian / non Reformed percaya bahwa Allah bisa meng-ubah RencanaNya, dan percaya bahwa Rencana Allah bisa gagal. Sebetulnya ini suatu penghinaan bagi Allah karena ini menyama-kan Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencana-nya dan gagal dalam mencapai rencananya!
Ada banyak hal yang tidak memungkinkan Allah mengubah rencanaNya / gagal dalam mencapai rencanaNya:
o Ayat-ayat dalam point c di atas secara jelas menunjukkan bahwa Rencana Allah tak mungkin berubah atau gagal!
o kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau gagal? Kalau Ia sudah tahu bahwa RencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap merencanakannya?
o kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini diubah, maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!
o kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha kuasa. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai renca-naNya atau terpaksa harus mengubah rencanaNya!
o kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah rencanaNya, karena perubahan rencana berarti Ia menjadi tergantung pada situasi dan kondisi (tidak lagi berdaulat).
Kalau Kristus berdosa, maka Ia harus mati untuk dosaNya sendiri, sehingga Ia tidak bisa menebus dosa umat manusia. Jadi kalau ada kemungkinan bagi Kristus untuk berdosa, maka itu berarti ada kemungkinan bagi Rencana Allah (tentang Penebusan) untuk gagal.
5) Dilihat dari hakekat-hakekat yang ada dalam diri Kristus:
hakekat manusia mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ (posse peccare).
hakekat ilahi mempunyai sifat ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare).
Berdasarkan Communicatio Idiomatum, maka semua sifat dari hakekat manusia maupun hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus. Jadi seharusnya pribadi Kristus mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ dan ‘tidak bisa berdosa’. Tetapi kesimpulan ini ditolak oleh orang-orang Reformed pada umumnya.
a) Pandangan Louis Berkhof.
Adanya Communicatio Charismatum dimana hakekat manusia dari Kristus ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain mela-lui pemberian karunia-karunia Roh dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, terutama dalam hal ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa.
Jadi, Louis Berkhof beranggapan bahwa hakekat manusia Kristus itu sendiri sudah tidak bisa berbuat dosa. Dan ini menyebabkan pribadi Kristus tidak bisa berdosa.
b) Pandangan W.G.T. Shedd
Shedd beranggapan bahwa hakekat manusia dari Kristus bisa berdosa (posse peccare), tetapi dalam persatuan antara hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam satu pribadi, hakekat ilahilah yang menguasai dan mengontrol hakekat manusia, dan bukan sebaliknya. Jadi kekuatan pribadi Kristus untuk melawan godaan / serangan setan setara dengan kekuatan dari hakekat ilahi untuk melawan godaan / serangan setan. Dengan demikian, apa yang bisa dilakukan oleh hakekat manusia Kristus kalau hakekat manusia itu terpisah dari hakekat ilahi (yaitu bisa berbuat dosa), tidak bisa dilakukan oleh persatuan dari hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam pribadi Kristus.
Jadi doktrin Shedd tentang Communicatio Idiomatum adalah bahwa semua sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus, tetapi untuk hakekat manusia, ada 1 sifat yang tidak bisa diberikan kepada pribadi Kristus, yaitu sifat ‘bisa berdosa’.
Alasan Shedd adalah: dalam persoalan dosa, hakekat ilahi tidak bisa membiarkan hakekat manusia pada keterbatasannya. Kalau hakekat ilahi melakukan hal itu, hakekat ilahi sendiri sudah berdosa.
"In this latter instance, the divine nature cannot innocently and righteously leave the human nature to its own finiteness without any support from the divine, as it can in other instances" (= dalam hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa dan secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada keterbatasannya tanpa pertolongan dari hakekat ilahi, seperti yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi dalam hal-hal lain) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 333-334.
c) Pandangan R.L. Dabney.
Persatuan 2 hakekat itu adalah suatu perisai bagi hakekat manusia terhadap kesalahan.
"It is impossible that the person constituted in union with the eternal and immutable Word, can sin; for this union is an absolute shield to the lower nature, against error" (= adalah tidak mungkin bahwa pribadi yang terbentuk / terdapat dalam persatuan dengan Firman yang kekal dan yang tak berubah, bisa berdosa; karena persatuan ini adalah suatu perisai yang mutlak bagi hakekat yang lebih rendah, terhadap kesalahan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
Dalam persatuan hakekat manusia dengan LOGOS, hakekat ma-nusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.
"This lower nature, upon its union with the Word, was imbued with the full influence of the Holy Ghost" (= hakekat yang lebih rendah ini, dalam persatuannya dengan Firman, dikaruniai dengan pengaruh pe-nuh dari Roh Kudus) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
Dabney juga memberikan dasar-dasar Kitab Suci yang menunjuk-kan peranan Roh Kudus dalam diri Kristus, yaitu: Mazmur 45:8 Yes 11:2,3 Yesaya 61:1 (bdk. Lukas 4:21) Lukas 4:1 Yohanes 1:32 Yoh 3:34.
Ini kelihatannya sesuai dengan pandangan Calvin, karena dalam komentarnya tentang Mat 4:1 (dimana Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum Ia dicobai oleh setan) ia berkata sebagai berikut:
"Christ was fortified by the Spirit with such power that the darts of Satan could not pierce him" (= Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah Setan tidak bisa menu-sukNya).
d) G.C. Berkouwer mengutip seseorang yang berkata:
"The inner incapacity for sin results from the fact that the ‘I’ of the human nature is the Logos" (= ketidak-mampuan untuk berbuat dosa merupa-kan akibat dari fakta bahwa ‘Aku’ dari hakekat manusia itu adalah Logos) - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 258.
Perlu ditambahkan kata-kata Herman Hoeksema sebagai berikut:
"My person is that which I know to be the subject of all my actions, ... It is not my nature, my body or my soul, my brain, my eye, my ear, my mouth, my feet, that acts, thinks, sees, hears, speaks, runs; but it is my person. I act, I think, I see, and I hear and speak and run, in and through my nature. ... Now in Christ this person is the Son of God, the Second Person of the Holy Trinity" (= pribadiku adalah apa yang aku ketahui merupakan subyek dari semua tindakanku, ... Bukanlah hakekatku, tubuhku atau jiwaku, otakku, mataku, telingaku, mulutku, kakiku, yang bertindak, berpikir, melihat, mendengar, berbicara, lari; tetapi pribadikulah yang melaku-kannya. Aku bertindak, aku berpikir, aku melihat, dan aku mendengar dan berbicara dan berlari, di dalam dan melalui hakekatku. ... Dalam hal Kristus, pribadiNya adalah Anak Allah, pribadi yang kedua dari Tritunggal yang Kudus) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 359-360.
Karena pribadi merupakan subyek dari semua tindakan, maka jelaslah bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa, karena pribadiNya adalah Allah Anak / LOGOS sendiri!
e) G. C. Berkouwer juga memberikan pandangan Abraham Kuyper (yang kelihatannya merupakan gabungan dari pandangan c) dan d). Berkouwer berkata sebagai berikut:
"Kuyper says that owing to the human nature of Christ there was in him the possibility of sin (as it existed in Adam before the Fall). But since Jesus did not assume a human person, a ‘homo’, but human nature, and since there was in him no human ego (to realize this possibilitas) but, on the contrary, the human nature remained eternally united to the second person of the Trinity, therefore the control of this divine person makes it absolutely impossible for the possibilitas to become reality" [= Kuyper mengatakan bahwa hakekat manusia Kristus menyebabkan dalam Dia ada kemung-kinan untuk berbuat dosa (seperti yang ada dalam Adam sebelum Kejatuhan dalam dosa). Tetapi karena Yesus tidak mengambil seorang pribadi manusia, seorang ‘manusia’, tetapi hakekat manusia, dan karena dalam Dia tidak ada ego manusia (untuk mewujudkan kemungkinan ini) tetapi, sebaliknya, hakekat manusia itu tetap bersatu secara kekal dengan pribadi kedua dari Trinitas, karena itu kontrol dari pribadi ilahi ini menyebabkan ketidakmungkinan mutlak untuk terwujudnya kemung-kinan tersebut] - ‘Studies in Dogmatics: the Person of Christ’, hal 259.
Sekalipun pandangan-pandangan tersebut di atas (a - e) berbeda satu sama lain, tetapi kesimpulannya adalah sama, yaitu: pribadi Kristus tidak bisa berdosa.
B) Kristus bisa berdosa (posse peccare).
1) Charles Hodge berkata:
"The sinlessness of our Lord, however, does not amount to absolute im-peccability. ... If He was a true man He must have been capable of sinning. ... Temptation implies the possibility of sin. If from the constitution of his person it was impossible for Christ to sin, then his temptation was unreal and without effect, and He cannot sympathize with his people" (= Tetapi, ketidak-berdosaan Tuhan kita, tidak berarti ketidak-bisa-berdosaan yang mutlak. ... Jika Ia adalah seorang manusia yang sungguh-sungguh Ia pasti bisa berdosa. ... Pencobaan secara tak langsung menunjukkan kemungkinan untuk berbuat dosa. Jika pembentukan pribadiNya menye-babkan Kristus tidak mungkin berbuat dosa, maka pencobaanNya tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umatNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 457.
Jadi, alasan yang diberikan oleh Charles Hodge untuk mendukung pandangan ini adalah:
Kalau Kristus menjadi manusia yang sama seperti kita (Ibrani 2:14-17), maka Ia juga harus bisa berbuat dosa, sama seperti kita.
Jawab:
Ini bisa dijawab dengan point A no 5 di atas.
Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, Ia tidak bisa dicobai. De-ngan kata lain, fakta bahwa Kristus dicobai, menunjukkan bahwa Ia bisa berbuat dosa.
Jawab:
Pandangan ini tidak benar, karena bahwa suatu pasukan tidak bisa dikalahkan, tidak berarti bahwa pasukan itu tidak bisa diserang. Jadi analoginya adalah: bahwa Kristus tidak bisa berdosa, tidak berarti Ia tidak bisa dicobai.
Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umatNya.
Jawab:
§ Sekalipun Kristus tidak bisa berbuat dosa, ini tidak berarti bahwa pencobaan yang dialami oleh Kristus adalah sepele / ringan (bdk. Matius 26:36-46 Ibrani 2:18 Ibrani 4:15 Ibrani 5:7-8).
Tentang hal ini Berkouwer berkata:
"Christ’s sinlessness does not nullify the temptation but rather demonstrates its superiority in the teeth of temptation" (= ketidak-berdosaan Kristus tidak meniadakan pencobaan tetapi sebaliknya menunjukkan kesuperiorannya dalam gigitan pencobaan) - ‘Studies in Dogmatics: the Person of Christ’, hal 263.
o Pada waktu membahas tentang pencobaan di padang gurun dalam Injil Lukas, NICNT (New International Commentary on the New Testament) mengutip Wescott yang mengomentari Ibr 2:18 yang berbunyi sebagai berikut:
"Sympathy with the sinner in his trial does not depend on the experience of sin, but on the experience of the strength of the temptation to sin, which only the sinless can know in its full intensity. He who falls yields before the last strain" (= Simpati dengan orang berdosa dalam pencobaanNya tidak tergantung pada pengalaman tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang kekuatan pencobaan pada dosa, yang hanya orang yang tak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya sepenuhnya. Ia yang jatuh menyerah sebelum tekanan terakhir).
NICNT juga mengutip Plummer yang berkata:
"... a rigtheous man, whose will never falters for a moment, may feel the attractiveness of the advantage more keenly than the weak man who succumbs; for the latter probably gave way before he recognised the whole of the atractiveness" (= ... orang yang benar, yang tidak pernah goyah sesaatpun, bisa merasakan daya tarik dari keun-tungan dengan lebih hebat / keras dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang terakhir ini mungkin me-nyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu).
Dari 2 kutipan di atas ini NICNT menyimpulkan:
"If we bear these considerations in mind we shall realise that the Saviour experienced the violence of the attacks of temptation as no other human being ever did, because all others are sinful and therefore not able to remain standing until the temptations have exhausted all their terrible violence in assailing them" (= Jika kita mengingat pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang Juruselamat mengalami hebatnya serangan penco-baan yang tidak pernah dialami oleh orang lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh kekuatannya dalam menyerang mereka).
Illustrasi dan contoh:
§ Kalau seorang petinju yang tidak terlalu tahan pukul meng-hadapi Mike Tyson, maka mungkin sekali bahwa baru satu kali terkena pukulan Mike Tyson ia sudah KO, sehingga ia tidak merasakan seluruh kekuatan Mike Tyson. Tetapi pe-tinju lain yang betul-betul tahan pukulan tidak jatuh sekali-pun terkena banyak pukulan Tyson, sehingga ia betul-betul merasakan seluruh kekuatan Tyson.
§ Orang yang mengalami godaan sex. Kalau begitu ada godaan ia langsung menyerah, maka jelas bahwa ia tidak merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Tetapi kalau ia bertahan, maka orang yang menggodanya itu akan meng-gunakan bermacam-macam cara dan taktik untuk menjatuh-kannya, sehingga ia akan merasakan seluruh kekuatan godaan itu.
2) Ada juga yang membuktikan bahwa Kristus bisa berbuat dosa dengan menggunakan Mat 26:53 dimana Yesus berkata: "Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera me-ngirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?".
Ayat ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa saat itu Yesus ada di persimpangan jalan. Ia bisa memilih untuk tunduk pada kehendak Allah, dengan membiarkan diriNya ditangkap dan dibunuh. Tetapi Ia bisa juga memilih untuk tidak tunduk pada kehendak Allah, dengan berdoa kepada BapaNya supaya BapaNya mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat membantu Dia. Sekalipun akhirnya / dalam faktanya Ia memilih untuk taat pada kehendak Allah, tetapi ayat ini dianggap sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa sebetulnya Ia bisa saja tidak tunduk pada kehendak Allah.
Jawab:
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Yesus mengucapkan Mat 26:53 ini hanya untuk meluruskan pemi-kiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘menolong Yesus’ dengan membacok telinga hamba Imam Besar.
Calvin beranggapan bahwa dalam Matius 26:53 ini Yesus hanya mengandaikan.
Jadi maksudnya adalah sebagai berikut: Andaikata saja hal itu ti-dak bertentangan dengan kehendak Allah, maka dari pada dibantu oleh Petrus menggunakan pedangnya, Yesus mempunyai cara yang lebih baik, yaitu berdoa kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat.
Mat 26:53 tidak boleh dipisahkan dari Matius 26:54 yang berbunyi: "Jika begitu, bagaimanakah mungkin akan digenapi yang tertulis da-lam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?".
Kata ‘harus’ menunjukkan bahwa penangkapan terhadap Kristus dan kematianNya, tidak bisa tidak terjadi!
kita juga harus mengingat doa Yesus dalam taman Getsemani dimana Ia berdoa: "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan itu lalu dari padaKu" (Mat 26:39a). Tetapi karena kesucian-Nya, yang tidak memungkinkan Dia untuk menentang kehendak Allah, Ia lalu menambahkan: "Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Mat 26:39b).
Karena itu, andaikatapun Yesus di sini berdoa meminta Bapa mengirim pasukan malaikat, tidakkah Ia juga akan menambahkan kata-kata dalam Matius 26:39 itu?
C) Kristus bisa tidak berdosa (posse non peccare).
Pandangan ini berkata bahwa Kristus bukannya ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare), juga bukannya ‘bisa berdosa’ (posse peccare), tetapi ‘bisa tidak berdosa’ (posse non peccare).
Jawab:
Pandangan ini juga tidak logis, karena memiliki sifat ‘bisa tidak berdosa’ tanpa memiliki sifat ‘bisa berdosa’ adalah sama dengan memiliki sifat ‘tidak bisa berdosa’.
Keterangan gambar:
PP = posse peccare = possible to sin = bisa berdosa.
PNP = posse non peccare = possible not to sin = bisa tidak berdosa.
NPNP = non posse non peccare = not possible not to sin = tidak bisa tidak berdosa.
NPP = non posse peccare = not possible to sin = tidak bisa berdosa.
A = Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa. Mereka ‘bisa berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’.
B = orang dalam dosa yang masih di luar Kristus. Mereka ‘tidak bisa tidak berdosa’.
C = orang yang ada dalam Kristus. Mereka dikembalikan kepada kondisi Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa, yaitu ‘bisa berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’.
D = orang kristen di surga. Mereka ‘tidak bisa berdosa’.
Sekarang perhatikan hanya bagian C dan D saja. Pada waktu ada di C, manusia ‘bisa berdosa’ dan ‘bisa tidak berdosa’. Pada waktu masuk ke D, ‘bisa berdosa’ hilang, tetapi yang tertinggal bukanlah ‘bisa tidak berdosa’, melainkan berubah menjadi ‘tidak bisa berdosa’.
Dari sini jelas bahwa ‘bisa tidak berdosa’ tanpa disertai ‘bisa berdosa’, menjadi ‘tidak bisa berdosa’.
C.THE HUMILIATION OF CHRIST (PERENDAHAN KRISTUS)
Ada 5 tahap perendahan yang dialami oleh Kristus:
I) Inkarnasi.
A) Arti kata ‘inkarnasi’.
Kata ini berasal dari kata bahasa Latin IN [= in (= dalam)] + CARO / CARNIS [= flesh (= daging)].
Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja yang dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya tubuh, tetapi seluruh manusia.
Catatan:
Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’. Kekristenan mem-percayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang adalah Allah, menjadi manu-sia. Tetapi kekristenan menolak reinkarnasi, yang merupakan ajaran aga-ma Hindu / Buddha, karena bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27, yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali dan sesudah itu dihakimi.
B) Subyek dari inkarnasi.
Bukan Allah Tritunggal, tetapi Allah Anaklah yang berinkarnasi dan meng-ambil hakekat manusia. Tetapi juga harus diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam inkarnasi (Mat 1:20 Lukas 1:35 Yoh 1:14 Kis 2:30 Roma 8:3 Galatia 4:4 Filipi 2:5-7).
Bahwa yang berinkarnasi adalah Allah Anak, merupakan sesuatu yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism, yang menga-takan bahwa Allah Bapa sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.
Penerapan:
Banyak orang kristen berdoa secara salah dengan berkata: "Yesus, Bapa yang di surga, ...". Atau: "Kami bersyukur kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi dosa kami". Ini doa yang salah secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa / menganggap bahwa Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.
C) Inkarnasi dan kelahiran.
Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:
1) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjuk-kan pada tindakan pasif.
Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Lukas 19:10 Yoh 9:39 Yohanes 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukan-nya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.
(Catatan: memang dalam Yoh 18:37b Yesus berkata: "Untuk itulah Aku lahir", tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata "dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini").
Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahir-annya merupakan tindakan aktif.
2) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya (Yoh 1:1 6:38 8:58 2Korintus 8:9 Fil 2:6-7).
Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menun-jukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikata-kan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.
D) Perlunya inkarnasi.
Upah dosa adalah maut / kematian (Roma 6:23 Kej 2:16-17 Kej 3:19). Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami kematian itu. Karena Allah tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati untuk menebus dosa manusia.
Tetapi ada ajaran yang mengatakan bahwa Yesus tetap harus menjadi manusia sekalipun manusia tidak jatuh ke dalam dosa.
Alasannya:
inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.
Rencana Allah tidak mungkin gagal, dan pasti akan dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi soal apakah manusia jatuh ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi manusia.
pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan penyelamatan. Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu, andaikata-pun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap harus menjadi manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi Gereja.
Bantahan terhadap ajaran ini:
a) Kitab Suci menunjukkan bahwa inkarnasi ada karena adanya dosa (Lukas 19:10 Yoh 3:16 Yoh 10:10 Galatia 4:4-5 1Timotius 1:15 1Yoh 3:8).
b) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini sudah termasuk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam Rencana Allah, inkarnasi ada karena ada dosa.
Banyak orang kristen tak mau menerima bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah ditetapkan. Anehnya, biasanya mereka tetap percaya bahwa penebusan dosa oleh Kristus sudah direncanakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan (bdk. 1Petrus 1:18-20). Padahal penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa terjadi kalau ada dosa yang ditebus. Bagaimana mungkin penebusannya ditetapkan tetapi dosanya tidak? Disamping itu, pembunuhan terhadap Kristus, yang memungkinkan penebusan itu terjadi, juga adalah dosa. Dan itupun terjadi karena telah ditetapkan oleh Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28).
Jadi kesimpulannya: inkarnasi ada karena adanya dosa. Tetapi sekalipun ada dosa, Allah melakukan inkarnasi dan penebusan dosa bukan sebagai kewajiban / keharusan, tetapi karena kasihNya dan karena itulah yang Ia kehendaki.
E) Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.
1) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ (Yohanes 1:14) tidak berarti bahwa:
a) LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian keilahianNya.
b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum inkar-nasi.
Seseorang berkata:
"Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before" (= inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu).
Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:
kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.
Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manu-sia pada diriNya.
2) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa):
a) Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.
b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.
c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.
Beberapa kutipan penting tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:
"Christ was lowered not by losing but rather by taking" (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan mengambil).
Ini bisa diilustrasikan sebagai berikut: kita bisa merendahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil kekayaannya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun, tetapi sebaliknya dengan ketambahan sesuatu.
I) Inkarnasi.
A) Arti kata ‘inkarnasi’.
Kata ini berasal dari kata bahasa Latin IN [= in (= dalam)] + CARO / CARNIS [= flesh (= daging)].
Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja yang dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya tubuh, tetapi seluruh manusia.
Catatan:
Jangan menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’. Kekristenan mem-percayai inkarnasi, yaitu waktu Yesus, yang adalah Allah, menjadi manu-sia. Tetapi kekristenan menolak reinkarnasi, yang merupakan ajaran aga-ma Hindu / Buddha, karena bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27, yang mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali dan sesudah itu dihakimi.
B) Subyek dari inkarnasi.
Bukan Allah Tritunggal, tetapi Allah Anaklah yang berinkarnasi dan meng-ambil hakekat manusia. Tetapi juga harus diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam inkarnasi (Mat 1:20 Lukas 1:35 Yoh 1:14 Kis 2:30 Roma 8:3 Galatia 4:4 Filipi 2:5-7).
Bahwa yang berinkarnasi adalah Allah Anak, merupakan sesuatu yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism, yang menga-takan bahwa Allah Bapa sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.
Penerapan:
Banyak orang kristen berdoa secara salah dengan berkata: "Yesus, Bapa yang di surga, ...". Atau: "Kami bersyukur kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi dosa kami". Ini doa yang salah secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa / menganggap bahwa Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.
C) Inkarnasi dan kelahiran.
Inkarnasi berbeda dengan kelahiran karena:
1) Inkarnasi menunjukkan tindakan aktif, sedangkan kelahiran menunjuk-kan pada tindakan pasif.
Karena itu Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Lukas 19:10 Yoh 9:39 Yohanes 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukan-nya ‘Aku dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.
(Catatan: memang dalam Yoh 18:37b Yesus berkata: "Untuk itulah Aku lahir", tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata "dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini").
Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahir-annya merupakan tindakan aktif.
2) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya (Yoh 1:1 6:38 8:58 2Korintus 8:9 Fil 2:6-7).
Kalau sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menun-jukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikata-kan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat itu.
Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri.
D) Perlunya inkarnasi.
Upah dosa adalah maut / kematian (Roma 6:23 Kej 2:16-17 Kej 3:19). Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami kematian itu. Karena Allah tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati untuk menebus dosa manusia.
Tetapi ada ajaran yang mengatakan bahwa Yesus tetap harus menjadi manusia sekalipun manusia tidak jatuh ke dalam dosa.
Alasannya:
inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.
Rencana Allah tidak mungkin gagal, dan pasti akan dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi soal apakah manusia jatuh ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi manusia.
pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan penyelamatan. Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu, andaikata-pun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap harus menjadi manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi Gereja.
Bantahan terhadap ajaran ini:
a) Kitab Suci menunjukkan bahwa inkarnasi ada karena adanya dosa (Lukas 19:10 Yoh 3:16 Yoh 10:10 Galatia 4:4-5 1Timotius 1:15 1Yoh 3:8).
b) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini sudah termasuk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam Rencana Allah, inkarnasi ada karena ada dosa.
Banyak orang kristen tak mau menerima bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah ditetapkan. Anehnya, biasanya mereka tetap percaya bahwa penebusan dosa oleh Kristus sudah direncanakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan (bdk. 1Petrus 1:18-20). Padahal penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa terjadi kalau ada dosa yang ditebus. Bagaimana mungkin penebusannya ditetapkan tetapi dosanya tidak? Disamping itu, pembunuhan terhadap Kristus, yang memungkinkan penebusan itu terjadi, juga adalah dosa. Dan itupun terjadi karena telah ditetapkan oleh Allah (Kis 2:23 Kis 4:27-28).
Jadi kesimpulannya: inkarnasi ada karena adanya dosa. Tetapi sekalipun ada dosa, Allah melakukan inkarnasi dan penebusan dosa bukan sebagai kewajiban / keharusan, tetapi karena kasihNya dan karena itulah yang Ia kehendaki.
E) Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.
1) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ (Yohanes 1:14) tidak berarti bahwa:
a) LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian keilahianNya.
b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS sebelum inkar-nasi.
Seseorang berkata:
"Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before" (= inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu).
Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:
kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.
Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manu-sia pada diriNya.
2) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa):
a) Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.
b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.
c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.
Beberapa kutipan penting tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:
"Christ was lowered not by losing but rather by taking" (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan mengambil).
Ini bisa diilustrasikan sebagai berikut: kita bisa merendahkan seorang yang kaya bukan dengan mengambil kekayaannya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun, tetapi sebaliknya dengan ketambahan sesuatu.
Leon Morris:
"When the Word became flesh His cosmic activities did not remain in abeyance" (= ketika Firman menjadi daging, kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan terkatung-katung).
Calvin:
"For even if the Word in his immeasurable essence united with the nature of man into one person, we do not imagine that he was confined therein. Here is something marvelous: the Son of God descended from heaven in such a way, that without leaving heaven, he willed to be borne in the virgin's womb, to go about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the world even as he had done from the beginning" (= karena bahkan ketika Firman dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga, Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus meme-nuhi alam semesta seperti yang Ia sudah lakukan dari semula) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.
Kata-kata Calvin ini didasarkan atas Yohanes 1:18. Kalau kita melihat kontex Yoh 1 itu maka akan terlihat bahwa mula-mula (pada mulanya) digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan Allah (ay 1). Setelah itu digambarkan bahwa LOGOS itu berin-karnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan Bapa di surga!
Selanjutnya, dalam membahas ketidakberubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat berinkarnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis (= teori pengosongan diri). Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!
Teori Kenosis ini, berdasarkan Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjuk-kan Yesus tidak maha tahu).
Kesalahan dari Teori Kenosis ini:
a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah (bdk. Mazmur 102:26-28 Mal 3:6 Yakobus 1:17). Allah tidak bisa berhenti men-jadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!
b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.
Dalam tafsirannya tentang Filipi 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan ke-ilahianNya, tetapi menyembunyikannya dari pandangan manusia.
"Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it con-cealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it" (= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari ke-ilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan mengurangi-nya, tetapi dengan menyembunyikannya).
Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.
"This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders" (= ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersem-bunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / per-tunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.
F) Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.
Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manu-siaNya dari surga (berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia datang ke dunia. Jadi hakekat manu-siaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa dengan kita tetapi secara organic tidak berhubungan dengan kita.
Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dasar Kitab Suci pandangan ini:
1) Filipi 2:7 mengatakan bahwa Ia ‘menjadi sama dengan manusia’, bukan ‘menjadi seperti manusia’. Ibrani 2:14-17 juga mengatakan bahwa ‘dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya’.
2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria, dan Kris-tus hanya serupa dengan kita, maka sebetulnya tidak ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita (bdk. Ibrani 2:14-17).
3) Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang keluar dari tunggul Isai’, ‘ta-ruk dari pangkal Isai’ (Yes 11:1,10 Yesaya 4:2 Yesaya 53:2 Yeremia 23:5 Wahyu 5:5 Wahyu 22:16). Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan orga-nic dengan Daud.
4) Ibrani 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku Yehuda’ [Literal: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah]. Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yahuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.
5) Ibrani 2:11 mengatakan:
a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ay 11a: ‘Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
NASB: are all of one Father (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.
NIV: are of the same family (= semua dari satu keluarga).
RSV: have all one origin (= semua mempunyai satu asal mula).
KJV: are all of one (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetul-nya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Ye-sus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Ma-ria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, mengang-gap bahwa kontex menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada Adam, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan kontex ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).
Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!
b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibr 2:11b).
Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.
c) Bdk. juga dengan Ibrani 2:14-17 yang menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia yang sama dengan kita!
6) Yesus disebut sebagai:
keturunan perempuan / Hawa (Literal: seed of the woman) - Kej 3:15.
keturunan Abraham [Literal: your seed (= benihmu)] - Kej 22:18 (bdk. Kis 3:25).
keturunan Daud (Literal: seed of David) - 2Timotius 2:8.
Istilah seed / benih jelas menunjukkan adanya hubungan organic!
7) Dalam Lukas 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal: the fruit of your womb). Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.
8) Dalam Lukas 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengan-dung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Lukas 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kan-dungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:
Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Maha-tinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sen-diri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan janin Yesus itu.
anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus ada-lah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan pengu-dusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengu-dusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir suci.
Bahwa ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:
"being conceived by the power of the Holy Ghost in the womb of the virgin Mary, of her substance" (= dikandung oleh kuasa Roh Kudus dalam rahim perawan Maria, dari zatnya / Maria).
Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed:
"the Son of God, is God and man; God, of the substance of the Father: begotten before the worlds: and man, of the substance of his mother, born in the world" (= Anak Allah, adalah Allah dan manusia; Allah, dari zat Bapa: diperanakkan sebelum alam semesta: dan manusia, dari zat ibuNya, dila-hirkan dalam dunia) - Herman Hoeksema, ‘Reformed Dogmatics’, hal 344.
G) Peranan Roh Kudus dalam inkarnasi.
1) Roh Kuduslah yang menjadikan Maria mengandung (Matius 1:18-20 Lukas 1:34-35). Ini menyebabkan yang lahir bukanlah pribadi manusia, tetapi pribadi Anak Allah [Bdk. Lukas 1:43 dimana Elizabeth menyatakan Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the mother of my Lord’ (NIV)].
Karena itu Maria secara tepat disebut THEOTOKOS (= bunda Allah), bukan sekedar CHRISTOTOKOS (= bunda Kristus).
2) Roh Kudus menguduskan hakekat manusia dari Kristus sejak dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari polusi dosa (Yohanes 3:34 Ibrani 9:14).
Jadi, bahwa Maria mengandung bukan dari seorang laki-laki, masih belum cukup untuk menyebabkan Yesus itu lahir suci, karena Maria juga adalah orang berdosa. Masih dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyucikan bayi Yesus sejak dari saat pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul suci.
Calvin:
"For we make Christ free from all stain not just because he was begotten of his mother without copulation with man, but because he was sanctified by the Spirit that the generation might be pure and undefiled as would have been true before Adam’s fall" (= karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya karena ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.
Ada beberapa hal yang perlu dibahas di sini:
a) Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan bayi Yesus ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci supaya bisa lahir dan hidup suci.
Karena itu doktrin Immaculate Conception dari Roma Katolik, yang menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup suci tanpa dosa, sama sekali tidak dibutuhkan di dalam gereja.
Catatan:
§ Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan: kalau doktrin ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab Suci, mengapa dibu-tuhkan waktu 18 abad untuk menemukannya?
§ Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab Suci sama sekali, tetapi juga bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci, seperti: Roma 3:10-12,23 Pengkhotbah 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa semua manusia berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam Kitab Suci hanyalah Yesus saja (Ibrani 4:15 2Korintus 5:21). Kitab Suci tidak pernah mengecualikan Maria!
§ Luk 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya. Kalau memang ia suci murni, me-ngapa ia membutuhkan Juruselamat?
§ Lukas 2:22-24 (bdk. Imamat 12:1-8) menunjukkan bahwa Maria disebut najis (Imamat 12:2), karena melahirkan anak. Ini menye-babkan ia harus mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapus dosa sebagai pendamaian (Imamat 12:8), supaya bisa ditahirkan. Sekalipun ‘kenajisan’ di sini bukan-lah suatu dosa moral, tetapi rasanya sukar diharmoniskan dengan ‘suci murni’.
§ Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut: kalau Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka demikian juga kedua orang tua Maria harus suci supaya Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus suci supaya kedua orang tua Maria bisa suci, dan kalau ini diterukan maka akhirnya Adam dan Hawapun harus suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak logis dan tidak alkitabiah, yang orang Roma Katolik-pun tidak akan mau menerimanya!
b) Kalau memang fakta bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang pera-wan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir suci, dan masih dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu untuk apa Yesus harus dilahirkan dari seorang perawan / perempuan yang me-ngandung tanpa hubungan sex dengan laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja dan ditambah dengan penyu-cian dari Roh Kudus?
Ada beberapa jawaban terhadap pertanyaan ini:
§ Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum cukup untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya dengan cara ini bisa ditambahkan penyucian dari Roh Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau digunakan kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari Roh Kudus, tetap tidak mungkin Yesus lahir suci.
§ Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang adalah Allah dan manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama seperti kita. Harus dengan cara yang berbeda supaya cocok dengan ke-wibawaan pribadiNya.
Catatan: jawaban yang kedua ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.
II) Penderitaan Kristus.
A) Kristus menderita sepanjang hidupNya.
1) Ia menderita karena Ia yang suci harus hidup ditengah-tengah orang-orang berdosa (bandingkan dengan Lot dalam 2Petrus 2:7-8).
Penerapan:
Adalah sesuatu yang aneh kalau ada orang kristen yang bukannya menderita tetapi sebaliknya justru merasa senang kalau bergaul / berkumpul dengan orang-orang yang brengsek! Apakah saudara termasuk orang seperti itu?
2) KetaatanNya menyebabkan Ia menderita (bdk. Yohanes 3:19-20).
Ada banyak ketaatan yang bisa menyebabkan penderitaan bahkan penganiayaan. Misalnya kalau kita mau hidup dan berkata jujur, atau kalau kita menegur orang yang berbuat dosa, dsb. Kristus rela men-derita demi mentaati Firman Tuhan; bagaimana dengan saudara?
3) Ia menderita karena serangan setan (bdk. Lukas 4:1-13, khususnya ay 13).
Ingat bahwa ke-tidak-bisa-berdosa-an Kristus tidak berarti bahwa Ia tidak menderita pada waktu mengalami serangan setan (bdk. Ibr 2:18 - ‘Ia sendiri telah menderita karena pencobaan’)!
4) Ketidak-percayaan / kebencian orang-orang di sekitarNya memberikan penderitaan kepadaNya.
Ketidakpercayaan ini datang dari:
dunia (Yohanes 1:10).
bangsanya (Yohanes 1:11 Yoh 10:20).
orang-orang sekampungnya (Mat 13:53-57).
keluarganya (Yohanes 7:3-5 Markus 3:21).
Yudas Iskariot.
murid-muridNya yang lain.
Hal tersebut lebih-lebih terasa menyakitkan karena Yesus mencintai orang-orang itu dan Ia bahkan datang ke dunia dengan maksud mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan orang-orang itu. Tetapi orang-orang itu ternyata memberikan balasan yang begitu jelek.
Kalau saudara pernah tidak dipercayai oleh orang yang saudara cintai, seperti orang tua saudara, suami / istri / pacar saudara, maka saudara tentu bisa merasakan sakitnya hal itu.
Penerapan:
Demi melayani saudara, Yesus pernah mengalami hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia, saudara harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus melayani Dia?
5) PenderitaanNya makin lama makin hebat dan mencapai puncaknya di kayu salib.
Untuk bisa lebih menyadari penderitaan Kristus di sekitar salib, khu-susnya pada saat pencambukan dan penyaliban, perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:
a) Tentang pencambukan:
William Hendriksen:
"The Roman scourge consisted of a short wooden handle to which several thongs were attached, the ends equipped with pieces of lead or brass and with sharply pointed bits of bone. The stripes were laid especially on the victim's back, bared and bent. Generally two men were employed to administer this punishment, one lashing the victim from one side, one from the other side, with the result that the flesh was at times lacerated to such an extent that deep-seated veins and arteries, sometimes even entrails and inner organs, were exposed. Such flogging, from which Roman citizens were exempt (cf Acts 16:37), often resulted in death" [= cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37), sering berakhir dengan kematian].
William Barclay:
"Roman scourging was a terrible torture. The victim was stripped; his hands were tied behind him, and he was tied to a post with his back bent double and conveniently exposed to the lash. The lash itself was a long leather thong, studded at intervals with sharpened pieces of bone and pellets of lead. Such scourging always preceded crucifixion and ‘it reduced the naked body to strips of raw flesh, and inflamed and bleeding weals’. Men died under it, and men lost their reason under it, and few remained conscious to the end of it" [= pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada suatu tonggak dengan pung-gungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk. Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencam-bukan itu menjadikan tubuh telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir pencambukan].
b) Tentang penyaliban:
Pulpit Commentary:
"Nails were driven through the hands and feet, and the body was supported partly by these and partly by a projecting pin of wood called the seat. The rest for the feet, often seen in picture, was never used" (= paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay:
"When they reached the place of crucifixion, the cross was laid flat on the ground. The prisoner was stretched upon it and his hands nailed to it. The feet were not nailed, but only loosely bound. Between the prisoner’s legs projected a ledge of wood called the saddle, to take his weight when the cross was raised upright - otherwise the nails would have torn through the flesh of the hands. The cross was then lifted upright and set in its socket - and the criminal was left to die ... Sometimes prisoners hung for as long as a week, slowly dying of hunger and thirst, suffering sometimes to the point of actual madness" [= ketika mereka sampai di tempat penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan, tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati ... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka menjadi gila].
Catatan:
Barclay menganggap bahwa yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
§ tradisi.
§ Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut tentang bekas paku pada kaki.
Tetapi saya berpendapat bahwa Yesus dipaku bukan hanya ta-nganNya, tetapi juga kakiNya.
Alasan saya:
§ penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay (misalnya penulis dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas). Juga tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama. Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua kakinya dipaku secara terpisah.
§ Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat tentang salib (baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19), berkata pada ay 17b: ‘mereka menusuk tangan dan kakiku’.
§ Dalam Lukas 24:39-40, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Selanjutnya Barclay mengutip Klausner sebagai berikut:
"The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds" [= kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah].
Barclay lalu mengatakan:
"It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us" (= itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Karena Kristus telah menderita dalam sepanjang hidupNya, jangan mera-sa heran kalau didalam mengikut Kristus saudarapun menderita dalam sepanjang hidup saudara. Kristus berkata: ‘seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya’ (Yohanes 15:20)!
Juga, karena Kristus rela mengalami semua penderitaan itu demi sau-dara, maka saudarapun harus rela mengalami penderitaan demi Kristus!
B) Kristus menderita tubuh dan jiwa.
Seluruh manusia (tubuh dan jiwa) jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh dosa. Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan jiwaNya, barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.
Pada waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh BapaNya, itu merupakan pende-ritaan jiwa / rohani.
C) Penderitaan Kristus adalah unik.
1) Karena kesucianNya, Kristus mengalami penderitaan akibat dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa dialami oleh orang lain.
2) Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita sekalian (Yes 53:6,10). Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.
Herman Hoeksema berkata:
"No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His own as the Sinless One" [= karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib. Karena, yang pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang tak berdosa. Dan, yang kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.
III) Kematian Kristus.
A) The extent of His death (= luas kematianNya).
Kematian yang dialami oleh Kristus mencakup:
1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa.
2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah. Ini terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Matius 27:46).
Ada beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:
a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
· perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-krosoen), atau,
· doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
· perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan terhadap pandangan ini:
Kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yesaya 59:1-2 2Tesalonika 1:9.
b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya: Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebut-an ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus betul-betul ber-bicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.
Keberatan terhadap pandangan ini:
· dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.
· Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostatical / Personal Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin!
· Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Mazmur 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7):
"No man can redeem the life of another, or give to God a ran-som for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough" (= tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi).
c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.
Keberatan terhadap pandangan ini:
Terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.
Jawaban atas keberatan ini:
· Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.
· Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.
Perlu diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terjadi antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya hubungan / perse-kutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!
Penerapan:
Karena Kristus sudah mengalami keterpisahan derngan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).
Bagusnya pandangan ini:
· Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
· Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan:
Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= penebusan terbatas) dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan Kristus, tetapi design (= rencana / tujuan) penebusan Kristus.
· Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.
d) William G.T. Shedd menggabungkan pandangan b) dan c).
Ia berkata sebagai berikut:
"The Logos at this moment did not support and comfort the human soul and body of Jesus. This may be regarded equally as desertion by the Father or by the Logos, because of the unity of essence. ... God the Father deserted the human nature, and God the Logos also deserted it" (= Pada saat ini Logos tidak menopang dan menghibur jiwa dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatu-an hakekat. ... Allah Bapa meninggalkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga meninggalkannya) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.
Keberatan terhadap pandangan Shedd ini sama dengan keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.
Penerapan:
Bagi orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasmani maupun rohani ini tak ada gunanya. Mereka akan mengalami kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).
Sedangkan orang yang percaya hanya akan mengalami kematian jas-mani, dan itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh, takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Filipi 1:21).
B) The judicial character of His death (= sifat hukum kematianNya).
1) Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat kecelakaan / pembunuhan (bdk. Yohanes 7:1,19,25-26,30,44 Yohanes 8:59 Mat 12:14-15a).
2) Kristus harus mati karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh penga-dilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang kriminil.
3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh pemerintah Roma, dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati (Lukas 23:4,14,15,22,24).
Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati / dihukum bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus orang lain.
4) Hukuman dari Pontius Pilatus juga adalah hukuman dari Allah, tetapi dasarnya berbeda. Allah memberikan hukuman mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius Pilatus memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut kepada orang-orang Yahudi.
Karena itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius Pilatus berjasa karena membantu terlaksananya rencana Allah tentang penebusan dosa.
5) Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah pemenggalan / perajaman dengan batu, tetapi penyaliban. Ini adalah cara Romawi yang paling hina.
Dengan kematian semacam itu Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul 21:23 Galatia 3:13).
Alasan lain mengapa Kristus harus mati melalui penyaliban adalah bahwa Ia harus mencurahkan darahNya untuk menebus dosa manusia (bdk. Ibrani 9:22) dan untuk menggenapi TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.
Kalau hanya untuk menggenapi Ulangan 21:23 (bdk. Gal 3:13), maka bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gantung, karena itu juga merupakan kematian terkutuk.
Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak mungkin Kristus mati mela-lui hukuman gantung.
IV) Penguburan Kristus.
A) Kematian bukanlah tahap terakhir dari perendahan Kristus. Kata-kata ‘sudah selesai’ tak berhubungan dengan perendahan tetapi dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.
B) Penguburan adalah suatu tahap perendahan.
Ini terlihat dari:
1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu hancur / membusuk.
2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian dari hukuman dosa (Kej 3:19).
3) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan bahwa penguburan merupakan perendahan.
C) Penguburan Kristus tidak hanya menunjukkan bahwa Ia betul-betul sudah mati tetapi juga untuk menghilangkan kengerian terhadap kuburan dalam diri orang yang percaya.
Karena itu, kalau saudara betul-betul adalah orang kristen, saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan. Ingat bahwa Kristus sudah pernah masuk ke sana dan bahkan mengalahkanNya!
Catatan:
Calvin menggabungkan kematian dan penguburan Kristus dalam satu tahap perendahan saja.
V) Turun ke neraka / HADES.
A) Arti SHEOL / HADES.
Kata bahasa Ibrani SHEOL / kata bahasa Yunani HADES (dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia orang mati’ atau ‘alam maut’) tidak selalu mempunyai arti yang sama.
1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk pada ‘keadaan kematian / the state of death’ atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’. Misalnya: Mazmur 89:49 Hos 13:14 Kis 2:27.
2) Kalau menunjuk pada tempat, maka SHEOL / HADES berarti:
a) Kuburan (Kej 37:35 Yunus 2:2).
b) Neraka (Mazmur 9:18 Mazmur 49:15 Amsal 15:24 Lukas 16:23).
Perhatikan bahwa dalam ayat-ayat ini ada ancaman kepada orang berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES diartikan sebagai ‘tempat netral’ kemana setiap orang akan pergi setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan ancamannya! Jadi, dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES harus diartikan sebagai ‘neraka’!
B) ‘Turun ke neraka / kerajaan Maut’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
12 Pengakuan Iman Rasuli
1) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita.
3) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam neraka / kerajaan maut.
5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang mahakuasa.
7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8) Aku percaya kepada Roh Kudus.
9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10) Pengampunan dosa.
11) Kebangkitan orang mati / daging.
12) Dan hidup yang kekal. Amin.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang kalimat ‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ ini:
1) Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.
2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12 Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit / jelas dalam Kitab Suci.
3) Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai (secara salah) sebagai dasar dari doktrin ini:
a) Efesus 4:9.
‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena dalam Ef 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kristus bisa naik karena Ia telah turun (bandingkan dengan Yohanes 3:13). Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan sebagai ‘bumi’ (seperti dalam Mazmur 139:15). Dengan demikian Ef 4:9 berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu Ef 4:9 ini sebe-tulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke HADES / ne-raka.
b) 1Petrus 3:18-20.
Bagian ini sering dianggap sebagai bagian yang menunjukkan bahwa Kristus memang turun ke HADES dan bagian ini juga dianggap memberi penjelasan tentang tujuan Kristus pergi ke HADES, yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati. Tetapi tafsiran seperti ini bertentangan dengan Mazmur 88:12 yang jelas menunjukkan bahwa tidak ada pemberitaan Injil dalam dunia orang mati!
Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay 18). Dan kata-kata ‘menu-rut Roh’ (ay 18) seharusnya adalah ‘oleh Roh / by the Spirit’, dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.
Penafsiran Reformed yang umum tentang ayat ini adalah: dalam Roh / oleh Roh, Kristus berkhotbah (memberitakan Injil) melalui Nuh kepada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum air bah. Orang-orang ini masih hidup pada saat diinjili, tetapi disebut ‘roh-roh yang ada dalam penjara’ karena pada waktu Petrus menulis suratnya mereka sudah mati (Louis Berkhof).
Herman Hoeksema, seorang ahli theologia Reformed, mempunyai pandangan / penafsiran yang lain tentang 1Pet 3:18-20 ini. Ia berpendapat bahwa arti ayat ini adalah:
§ Kristus memang pergi kepada roh-roh yang ada dalam penjara (atau kepada roh-roh orang jahat yang menunggu penghakim-an), tetapi:
§ Ia tidak pergi secara pribadi, tetapi melalui Roh Kudus.
§ Ia pergi bukan antara kematian dan kebangkitanNya, tetapi setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.
§ Kristus memang memberitakan Injil kepada roh-roh yang ada dalam penjara itu, tetapi ini bukanlah pemberitaan Injil yang memungkinkan suatu pertobatan. Ini hanya merupakan peng-umuman / proklamasi tentang kemenangan yang telah Ia dapat-kan.
Yang manapun arti yang benar, tetap tidak menunjukkan bahwa 1Petrus 3:18-20 ini berhubungan dengan kata-kata ‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
c) Mazmur 16:10.
Ini diartikan: ‘Roh / jiwa Kristus ada di neraka / HADES sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang sa-lah, karena apa yang diajarkan oleh ayat ini hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa maut’ (bdk. Kis 2:30-31 dan Kis 13:34-35 dimana Maz 16:10 ini dikutip untuk membuktikan kebangkitan Kristus).
Jadi lagi-lagi terlihat bahwa ayat inipun tidak ada hubungannya dengan turunnya Kristus ke HADES / neraka.
4) Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke HADES’:
a) Berdasarkan arti dari kata HADES di atas, dimana HADES bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan, maka ada orang yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’ berarti ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kubur
Keberatan terhadap penafsiran ini:
Penafsiran ini tak cocok dengan kontex dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu ‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak jelas.
b) Ada juga yang beranggapan bahwa Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka untuk menebus dosa kita.
Keberatan terhadap penafsiran ini:
o antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Lukas 23:43,46). Karena itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak mungkin turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka tersebut.
o Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yohanes 19:30). Ini menunjukkan bahwa penderitaanNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah selesai, sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus dosa kita.
c) Roma Katolik:
Sesudah mati, Kristus pergi ke LIMBUS PATRUM (= tempat pe-nantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian Lama menan-tikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil kepada mereka dan lalu membawa mereka ke surga.
Dasar Kitab Suci yang dipakai adalah Mazmur 107:16 Zakharia 9:11.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§ ayat-ayat itu ditafsirkan out of context (= keluar dari kontexnya). Bacalah seluruh kontex dari ayat-ayat itu dan saudara akan melihat bahwa baik Maz 107:16 maupun Zakh 9:11 menunjuk pada pembebasan / pertolongan yang Allah lakukan terhadap orang yang tadinya mengalami penderitaan sebagai hukuman dosa mereka. Jadi, ayat-ayat ini sama sekali tak ada hubungan-nya dengan Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus Patrum.
§ Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah orang percaya; lalu mengapa mesti diinjili lagi?
§ pandangan ini bertentangan dengan 2Raja-raja 2:11 yang me-nyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke Limbus Patrum.
§ apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya untuk mem-bebaskan mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.
d) Lutheran:
‘Turun ke HADES’ merupakan tahap pertama dari pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk menyelesaikan kemenang-anNya atas setan dan untuk menyampaikan hukuman mereka.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§ tidak ada dasar Kitab Sucinya.
§ pemuliaan Kristus baru dimulai pada saat Kristus bangkit.
§ agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa menunjuk pada ‘pemuliaan Kristus’.
e) The church of England:
Tubuh Kristus ada di kuburan, tetapi roh / jiwaNya pergi ke HA-DES, atau, lebih khusus lagi, ke Firdaus, tempat penantian dari roh orang-orang benar dan memberi penjelasan tentang kebenaran.
Keberatan terhadap ajaran ini:
§ tak ada dasar Kitab Sucinya.
§ orang benar yang sudah mati tak perlu diajar lagi.
§ Firdaus bukanlah tempat penantian orang benar, tetapi Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:
§ membandingkan Lukas 23:43 dengan Lukas 23:46.
§ membandingkan 2Korintus 12:2 dengan 2Korintus 12:4.
§ membandingkan Wahyu 2:7 dengan Wah 22:2,14,19.
f) Calvin:
‘Turun ke neraka’ menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa 12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan sete-lah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menun-jukkan penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh Calvin:
§ Kis 2:24 - ‘sengsara maut’ bukan ‘maut’.
§ Yes 53:4 - ‘dipukul dan ditindas oleh Allah’.
Dengan demikian jelas bahwa Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di kuburan.
g) Ada juga orang Reformed yang menganggap bahwa ‘turun ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada dalam kuasa maut sampai hari yang ke 3.
‘Westminster Confession of Faith’, chapter VIII, 4 berbunyi sebagai berikut:
"... was crucified, and died, was buried, and remained under the power of death, yet saw no corruption. On the third day He arose from the dead ..." (= ... disalibkan, dan mati, dan dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...).
Sama seperti penafsiran Calvin, pandangan yang inipun tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun ke neraka / HADES.
Catatan:
Ada keberatan terhadap ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak turun kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah kebangkitanNya, dalam Yoh 20:17 Ye-sus berkata kepada Maria: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa".
Ini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke surga.
Jawaban terhadap keberatan ini:
a) Yohanes 20:17 ini tidak boleh ditafsirkan bertentangan dengan Luk 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.
b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau Yesus melarang Maria memegang (dalam arti menyentuh) Dia, karena dalam Matius 28:9 dan Yoh 20:27 Ia mengijinkan diriNya untuk dipegang. Karena itu, kata ‘memegang’ dalam Yoh 20:17 seharusnya diartikan ‘memegang erat-erat / menahan / nggandoli’. Bandingkan dengan terjemahan NASB yang mengatakan "Stop clinging to Me" (= berhentilah berpegang teguh kepadaKu), dan juga terjemahan NIV yang mengatakan "Do not hold on to Me" (= jangan berpegang erat-erat kepadaKu).
c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’ dalam Yoh 20:17a itu, tidak menunjuk pada saat antara kematian dan ke-bangkitan Yesus, tetapi menunjuk pada hari kenaikanNya ke surga. Ini terlihat dengan jelas karena dalam Yoh 20:17b yang berbunyi ‘sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata ‘pergi’ ini jelas menunjuk pada kenaikanNya ke surga.
Jadi kesimpulannya, arti dari Yoh 20:17 adalah: jangan nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus pergi kepada Bapa / naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati Maria yang begitu mencintai Dia, sehingga ingin menahan Dia terus menerus dan tidak mau ber-pisah lagi dengan Yesus. Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yoh 20:17 ini.
Dengan demikian jelaslah bahwa Yoh 20:17 ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.
D.THE EXALTATION OF CHRIST (PEMULIAAN KRISTUS)
Ada 4 tahap pemuliaan Kristus:I) Kebangkitan.
A) Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.
1) Tubuh dan jiwa Kristus bersatu kembali dan Kristus hidup kembali.
Tetapi bukan hanya itu yang terjadi, karena kalau hanya itu yang terjadi, maka dalam 1Kor 15:20,23 Kol 1:18 Wah 1:5 Yesus tidak bisa dikatakan sebagai yang sulung / yang pertama bangkit dari anta-ra orang mati, karena ada banyak orang yang pernah dibangkitkan sebelum kebangkitan Kristus, yaitu:
anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh Elia (1Raja-raja 17:17-24).
anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh Elisa (2Raja-raja 4:18-37).
mayat yang terkena tulang Elisa (2Raja-raja 13:21).
anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus (Markus 5:21-43).
anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus (Lukas 7:11-17).
Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus (Yohanes 11:1-44).
mayat-mayat orang kudus yang bangkit pada waktu Yesus mati (Matius 27:52-53).
2) Terjadi perubahan pada tubuh Kristus dimana Ia diangkat ke suatu posisi yang lebih tinggi. Dengan demikian ada perbedaan kwalitet antara tubuh Yesus sebelum dan sesudah kebangkitan.
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Luk 24:16 Yoh 20:14,15 Yohanes 21:4 menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus sering tidak dikenali.
Markus 16:12 mengatakan bahwa setelah kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri ‘dalam rupa yang lain’.
Catatan: perlu diingat bahwa Markus 16:9-20 termasuk bagian Kitab Suci yang diperdebatkan keasliannya.
Catatan: perlu diingat bahwa Markus 16:9-20 termasuk bagian Kitab Suci yang diperdebatkan keasliannya.
Luk 24:31,36 Yoh 20:19,26 menunjukkan bahwa setelah kebangkit-anNya Yesus bisa muncul dan lenyap dengan tiba-tiba.
1Korintus 15:35-44 menunjukkan perbedaan kwalitet antara tubuh sekarang dan tubuh kemuliaan.
Filipi 3:21 menunjukkan bahwa Yesus mempunyai ‘tubuh yang mulia’.
B) Arti kebangkitan Kristus.
1) Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15 1Kor 15:57).
a) Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi sekarang Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk menakut-nakuti / menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus yang kedua, barulah maut dihancurkan selama-lamanya (1Kor 15:53-55 Wah 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka (2Tes 2:8 Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan hal ini bahkan diketahui dan diakui oleh setan sendiri (Matius 8:29).
b) Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada setan maupun kepada kematian. Bagi orang kristen kematian bukan lagi hukuman dosa, tapi merupakan pintu gerbang menuju surga.
2) Hutang dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.
a) Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan kepada setan!
Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan manusia kembali.
Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak berhak menerima pemba-yaran hutang dosa itu!
b) Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23). Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa pembayaran hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang dosa manusia (elect / orang pilihan) sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati menjamin keselamatan kita!
3) Menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya (Roma 6:4,5,8 1Kor 6:14 1Kor 15:20-23 2Kor 4:14 Fil 3:21 Kolose 2:12 1Tes 4:14).
4) Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Roma 1:4).
C) Yang membangkitkan Kristus.
1) Allah Bapa (Galatia 1:1).
2) Kristus sendiri (Yoh 2:19-21 Yoh 10:18 Yoh 11:25).
3) Roh Kudus (Ro 8:11).
Kesimpulan: kebangkitan Kristus adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal.
D) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.
1) Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh murid-muridNya (Mat 28:11-15).
Pandangan ini tidak masuk akal, sebab:
a) Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai, dan penjagaan yang ketat (Mat 27:62-66).
Perlu diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19 Kis 16:27). Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.
b) Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yoh 20:5-7).
Kalau murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka pasti tidak akan mem-buka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya.
c) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.
d) Murid-murid mati syahid untuk Yesus.
Kalau murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.
e) Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalaupun dari penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa me-reka tidak berusaha menangkap murid-murid Yesus untuk men-dapatkan mayat Yesus kembali?
2) Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara Romawi / para pemimpin agama.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.
b) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.
3) Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.
b) Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan, minuman, obat-obatan, dan tak ada dokter atau perawat yang menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Yesus justru menjadi ‘sembuh’ setelah hari yang ke tiga?
4) Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya, sedangkan yang mati disalib adalah orang lain.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin keliru menyalib-kan orang lain, karena orang yang benci pada seseorang pasti mengingat wajah musuhnya.
b) Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru me-ngenali Guru mereka, sehingga mereka menjadi takut setelah Yesus mati.
c) Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi kenyataannya ada-lah: kubur itu kosong.
5) Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya mengalami halusinasi.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Murid-murid tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus.
b) ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang sekaligus.
c) Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap dan bisa dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).
6) Yesus bangkit, bukan secara jasmani, tetapi secara rohani.
Ini adalah pandangan dari Saksi Yehovah.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Apa gerangan yang dimaksud dengan kebangkitan rohani? Roh Yesus tidak pernah mati! Ia memang pernah mengalami kematian rohani, yaitu pada waktu Ia ditinggal oleh Bapanya (Mat 27:46). Tetapi dalam arti sebenarnya ‘roh’ tidak bisa mati!
b) Kubur Yesus kosong, dan ini menunjukkan bahwa Yesus pasti bangkit secara jasmani.
c) Setelah kebangkitan, Yesus bisa makan (Luk 24:41-43), bisa dili-hat / dipegang (Mat 28:9 Luk 24:38-40 Yoh 20:27).
E) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.
Kepercayaan akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang sangat pen-ting, sebab:
1) Tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.
2) Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat (Ro 10:9). Karena itu, Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Kor 15:3-4).
F) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.
Salib, kematian dan penguburan Kristus menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus betul-betul menunjukkan keme-nanganNya, dan kebangkitanNya ini menyebabkan kematianNya mem-punyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita (1Kor 15:14,17).
Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25 Ro 6:4 2Kor 13:4 Fil 3:10).
Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebangkitan Kristus, kita juga harus mengingat kematianNya.
Calvin:
"So then, let us remember that whenever mention is made of His death alone, we are to understand at the same time what belongs to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word ‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we are to understand it as including what has to do especially with His death" (= jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematianNya, kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’: kalau kata itu disebutkan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.
Contoh:
Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan. Ini tentu tak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang kematian Kristus untuk menebus dosanya.
Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya Yesus memusnahkan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya kata ‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan ‘kebangkitan’ Yesus.
II) Kenaikan Kristus ke surga.
A) Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.
1) Perpindahan tempat.
2) Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.
Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.
Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yoh 7:39 - kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke surga (bdk. Yoh 16:7).
Kis 9:3-5 Kis 22:6-8 Kis 26:12-15 Wah 1:12-16 menunjukkan bahwa pada waktu Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga), Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum naik ke surga.
B) Fungsi kenaikan Kristus ke surga.
1) Untuk menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai (Yoh 17:4-5).
Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan membereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai. Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah selesai.
Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin keselamatan orang percaya.
2) Untuk mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya (Yoh 14:2).
3) Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan naik ke surga (Yoh 14:2-3 Yoh 17:24 Ef 2:6).
Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.
4) Supaya Roh Kudus turun (Yoh 16:7).
Jadi Kristus tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani, tapi secara rohani (Mat 26:11 Yoh 14:16,18,19).
Dengan demikian Ia bisa menggenapi janjiNya dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20 Mat 28:20b.
III) Duduk di sebelah kanan Allah.
A) Arti kalimat ini.
Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata- kata ini berarti:
1) Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.
2) Kristus ikut memerintah atas Gereja dan alam semesta.
Kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat / bermalas-malasan di surga. Ini terlihat dari Kitab Suci yang tidak selalu mengata-kan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.
Ro 8:34 (NIV): ‘is at the right hand of God’ (= ada di sebelah kanan Allah).
1Pet 3:22 (NIV): ‘is at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan Allah).
Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.
B) Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:
1) Memerintah sebagai Raja.
2) Berfungsi sebagai Imam / Pengantara (Ibrani 4:14 Ibr 7:24,25 Ibr 8:1-6 1Yoh 2:1).
3) Berfungsi sebagai Nabi melalui Roh Kudus dan hamba-hambaNya (Yohanes 16:7-15 Yoh 14:26).
IV) Kedatangan Kristus keduakalinya.
A) Kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah suatu tahap pemuliaan.
Ada orang yang berpendapat bahwa:
kedatanganNya yang keduakalinya bukanlah suatu tahap pemuliaan.
duduknya Kristus di sebelah kanan Allah adalah puncak / tahap terakhir pemuliaan Kristus.
Tetapi ini salah. Titik tertinggi pemuliaan Kristus belum tercapai sampai Ia, yang menderita oleh tangan manusia, kembali sebagai Hakim, dan menghakimi / menghukum orang berdosa yang menolakNya.
Disamping itu, ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa kedatangan Kristus yang keduakalinya itu adalah suatu pemuliaan.
Yoh 5:22-23 menunjukkan bahwa Penghakiman (ini terjadi pada keda-tanganNya yang keduakalinya) diberikan oleh Bapa kepada Anak supaya orang menghormati Anak, sama seperti mereka menghormati Bapa.
Fil 2:9-11 menunjukkan bahwa ada satu saat semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan Yesus yang keduakalinya dan ini jelas merupakan suatu pemuliaan.
2Tes 1:10 menyatakan secara explicit bahwa Yesus datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan untuk dika-gumi oleh semua orang percaya. Ini jelas menunjukkan suatu pemu-liaan.
B) Istilah-istilah Kitab Suci yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
1) PAROUSIA yang berarti:
kehadiran (presence), atau,
kedatangan yang mendahului kehadiran (a coming preceding a presence).
Kata ini digunakan dalam Mat 24:3,27,37,39 1Kor 15:23 1Tes 2:19 1Tes 3:13 1Tes 4:15 1Tes 5:23 2Tes 2:1 Yak 5:7-8 2Pet 3:4.
2) APOCALUPSIS yang menekankan fakta bahwa kedatangan kedua itu akan menyatakan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dalam diri Kristus.
Kata ini digunakan dalam 2Tesalonika 1:7 1Pet 1:7,13 1Petrus 4:13.
3) EPIPHANEIA yaitu penampilan yang mulia dari Tuhan (the glorious appearing of the Lord).
Kata ini digunakan dalam 2Tes 2:8 1Tim 6:14 2Tim 4:1-8 Tit 2:13.
C) Cara kedatangan kedua.
1) Secara jasmani.
2) Bisa dilihat.
Bdk. Mat 24:30 Kis 1:11 Wahyu 1:7.
D) Tujuan kedatangan kedua.
1) Menghakimi dunia.
2) Menyempurnakan keselamatan orang percaya.
Bdk. Mat 25:31-46.
E) Saat kedatangan kedua:
Dari ayat-ayat seperti Matius 24:36,42-44 dan 2Petrus 3:10, jelaslah bahwa kita tidak bisa mengetahui kapan hari kedatangan kedua itu akan terjadi.
Karena itu, kalau ada orang yang berani meramalkan tanggal atau bulan atau tahun kedatangan Yesus yang keduakalinya, itu pasti adalah nabi palsu atau orang yang sangat kacau pengertian Kitab Sucinya!
Dari banyaknya tanda-tanda akhir jaman yang sudah terjadi, kita paling-paling bisa berkata bahwa kedatangan Kristus yang kedua itu sudah dekat dan bisa terjadi setiap saat.
Perlu juga diingat bahwa bagi Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun sama dengan satu hari (2Petrus 3:8), sehingga, apa yang dekat bagi Tuhan bisa saja masih lama bagi kita. Tetapi mengingat bahwa Yesus berkata bahwa Ia akan datang pada saat yang tidak kita duga, maka kita semua harus mempersiapkan diri setiap saat, sehingga kapanpun Ia datang, kita ada dalam keadaan siap sedia (Mat 24:44)!
Catatan:
Tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya ini hanya dibahas secara singkat, karena sebetulnya ini termasuk dalam Eschatologi (= doktrin tentang akhir jaman).
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
B) Arti kebangkitan Kristus.
1) Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan (Kej 3:15 1Kor 15:57).
a) Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi sekarang Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk menakut-nakuti / menggoda manusia. Pada kedatangan Kristus yang kedua, barulah maut dihancurkan selama-lamanya (1Kor 15:53-55 Wah 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka (2Tes 2:8 Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan hal ini bahkan diketahui dan diakui oleh setan sendiri (Matius 8:29).
b) Karena itu orang kristen tidak boleh takut kepada setan maupun kepada kematian. Bagi orang kristen kematian bukan lagi hukuman dosa, tapi merupakan pintu gerbang menuju surga.
2) Hutang dosa telah dibayar lunas dan pembayarannya telah diterima oleh Allah.
a) Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan kepada setan!
Ini perlu ditekankan karena adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan supaya bisa mendapatkan manusia kembali.
Ini adalah ajaran yang salah / sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak berhak menerima pemba-yaran hutang dosa itu!
b) Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah, atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap ada di dalam kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23). Bahwa Ia bisa bangkit, menunjukkan bahwa pembayaran hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang dosa manusia (elect / orang pilihan) sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati menjamin keselamatan kita!
3) Menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya kepadaNya (Roma 6:4,5,8 1Kor 6:14 1Kor 15:20-23 2Kor 4:14 Fil 3:21 Kolose 2:12 1Tes 4:14).
4) Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Roma 1:4).
C) Yang membangkitkan Kristus.
1) Allah Bapa (Galatia 1:1).
2) Kristus sendiri (Yoh 2:19-21 Yoh 10:18 Yoh 11:25).
3) Roh Kudus (Ro 8:11).
Kesimpulan: kebangkitan Kristus adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal.
D) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.
1) Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya dicuri oleh murid-muridNya (Mat 28:11-15).
Pandangan ini tidak masuk akal, sebab:
a) Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai, dan penjagaan yang ketat (Mat 27:62-66).
Perlu diingat bahwa pada jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19 Kis 16:27). Karena itu tidak mungkin para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus bisa dicuri.
b) Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yoh 20:5-7).
Kalau murid-murid mencuri mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka pasti tidak akan mem-buka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa mayat Yesus beserta kain kapannya.
c) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.
d) Murid-murid mati syahid untuk Yesus.
Kalau murid-murid mencuri mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.
e) Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana para penjaga itu tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalaupun dari penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa me-reka tidak berusaha menangkap murid-murid Yesus untuk men-dapatkan mayat Yesus kembali?
2) Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh tentara Romawi / para pemimpin agama.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan mayat Yesus, dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Tetapi ternyata hal ini tidak pernah mereka lakukan.
b) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus menampakkan diri.
3) Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari pingsanNya.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.
b) Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan, minuman, obat-obatan, dan tak ada dokter atau perawat yang menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Yesus justru menjadi ‘sembuh’ setelah hari yang ke tiga?
4) Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari persembunyianNya, sedangkan yang mati disalib adalah orang lain.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin keliru menyalib-kan orang lain, karena orang yang benci pada seseorang pasti mengingat wajah musuhnya.
b) Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak mungkin keliru me-ngenali Guru mereka, sehingga mereka menjadi takut setelah Yesus mati.
c) Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’, mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi kenyataannya ada-lah: kubur itu kosong.
5) Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya mengalami halusinasi.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Murid-murid tidak pernah mengharapkan kebangkitan Yesus.
b) ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang sekaligus.
c) Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa bercakap-cakap dan bisa dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).
6) Yesus bangkit, bukan secara jasmani, tetapi secara rohani.
Ini adalah pandangan dari Saksi Yehovah.
Pandangan ini juga tidak masuk akal, sebab:
a) Apa gerangan yang dimaksud dengan kebangkitan rohani? Roh Yesus tidak pernah mati! Ia memang pernah mengalami kematian rohani, yaitu pada waktu Ia ditinggal oleh Bapanya (Mat 27:46). Tetapi dalam arti sebenarnya ‘roh’ tidak bisa mati!
b) Kubur Yesus kosong, dan ini menunjukkan bahwa Yesus pasti bangkit secara jasmani.
c) Setelah kebangkitan, Yesus bisa makan (Luk 24:41-43), bisa dili-hat / dipegang (Mat 28:9 Luk 24:38-40 Yoh 20:27).
E) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.
Kepercayaan akan kebangkitan Yesus adalah sesuatu yang sangat pen-ting, sebab:
1) Tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.
2) Orang yang tidak percaya pada kebangkitan Yesus, tidak akan selamat (Ro 10:9). Karena itu, Paulus dalam penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Kor 15:3-4).
F) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.
Salib, kematian dan penguburan Kristus menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan Kristus betul-betul menunjukkan keme-nanganNya, dan kebangkitanNya ini menyebabkan kematianNya mem-punyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita (1Kor 15:14,17).
Karena itu, kematian dan kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25 Ro 6:4 2Kor 13:4 Fil 3:10).
Memang ada bagian-bagian Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kebangkitan Kristus, kita juga harus mengingat kematianNya.
Calvin:
"So then, let us remember that whenever mention is made of His death alone, we are to understand at the same time what belongs to His resurrection. Also, the same synecdoche applies to the word ‘resurrection’: whenever it is mentioned separately from death, we are to understand it as including what has to do especially with His death" (= jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematianNya, kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap kata ‘kebangkitan’: kalau kata itu disebutkan terpisah dari kematian, kita harus menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No 13.
Contoh:
Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan. Ini tentu tak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang kematian Kristus untuk menebus dosanya.
Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya Yesus memusnahkan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya kata ‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan ‘kebangkitan’ Yesus.
II) Kenaikan Kristus ke surga.
A) Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.
1) Perpindahan tempat.
2) Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat manusia Kristus.
Perubahan / pemuliaan itu dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke surga.
Untuk ini perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Yoh 7:39 - kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada kenaikan ke surga (bdk. Yoh 16:7).
Kis 9:3-5 Kis 22:6-8 Kis 26:12-15 Wah 1:12-16 menunjukkan bahwa pada waktu Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga), Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum naik ke surga.
B) Fungsi kenaikan Kristus ke surga.
1) Untuk menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus dosa kita sudah selesai (Yoh 17:4-5).
Bapa, yang mengutus Yesus untuk turun ke dunia dan membereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau menerima Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai. Bahwa Bapa menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia itu memang sudah selesai.
Jadi, sama seperti kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang menjamin keselamatan orang percaya.
2) Untuk mempersiapkan tempat di surga bagi kita yang percaya kepadaNya (Yoh 14:2).
3) Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya kepadaNya juga akan naik ke surga (Yoh 14:2-3 Yoh 17:24 Ef 2:6).
Sama seperti kebangkitanNya, demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua orang yang percaya kepadaNya.
4) Supaya Roh Kudus turun (Yoh 16:7).
Jadi Kristus tidak lagi menyertai orang percaya secara jasmani, tapi secara rohani (Mat 26:11 Yoh 14:16,18,19).
Dengan demikian Ia bisa menggenapi janjiNya dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20 Mat 28:20b.
III) Duduk di sebelah kanan Allah.
A) Arti kalimat ini.
Kata-kata ini tidak boleh diartikan secara hurufiah. Kata- kata ini berarti:
1) Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat / mulia di surga.
2) Kristus ikut memerintah atas Gereja dan alam semesta.
Kata ‘duduk’ tidak boleh diartikan bahwa Kristus beristirahat / bermalas-malasan di surga. Ini terlihat dari Kitab Suci yang tidak selalu mengata-kan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah.
Ro 8:34 (NIV): ‘is at the right hand of God’ (= ada di sebelah kanan Allah).
1Pet 3:22 (NIV): ‘is at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan Allah).
Kis 7:56 - ‘berdiri di sebelah kanan Allah’.
B) Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:
1) Memerintah sebagai Raja.
2) Berfungsi sebagai Imam / Pengantara (Ibrani 4:14 Ibr 7:24,25 Ibr 8:1-6 1Yoh 2:1).
3) Berfungsi sebagai Nabi melalui Roh Kudus dan hamba-hambaNya (Yohanes 16:7-15 Yoh 14:26).
IV) Kedatangan Kristus keduakalinya.
A) Kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah suatu tahap pemuliaan.
Ada orang yang berpendapat bahwa:
kedatanganNya yang keduakalinya bukanlah suatu tahap pemuliaan.
duduknya Kristus di sebelah kanan Allah adalah puncak / tahap terakhir pemuliaan Kristus.
Tetapi ini salah. Titik tertinggi pemuliaan Kristus belum tercapai sampai Ia, yang menderita oleh tangan manusia, kembali sebagai Hakim, dan menghakimi / menghukum orang berdosa yang menolakNya.
Disamping itu, ayat-ayat di bawah ini menunjukkan bahwa kedatangan Kristus yang keduakalinya itu adalah suatu pemuliaan.
Yoh 5:22-23 menunjukkan bahwa Penghakiman (ini terjadi pada keda-tanganNya yang keduakalinya) diberikan oleh Bapa kepada Anak supaya orang menghormati Anak, sama seperti mereka menghormati Bapa.
Fil 2:9-11 menunjukkan bahwa ada satu saat semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan Yesus yang keduakalinya dan ini jelas merupakan suatu pemuliaan.
2Tes 1:10 menyatakan secara explicit bahwa Yesus datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan untuk dika-gumi oleh semua orang percaya. Ini jelas menunjukkan suatu pemu-liaan.
B) Istilah-istilah Kitab Suci yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
1) PAROUSIA yang berarti:
kehadiran (presence), atau,
kedatangan yang mendahului kehadiran (a coming preceding a presence).
Kata ini digunakan dalam Mat 24:3,27,37,39 1Kor 15:23 1Tes 2:19 1Tes 3:13 1Tes 4:15 1Tes 5:23 2Tes 2:1 Yak 5:7-8 2Pet 3:4.
2) APOCALUPSIS yang menekankan fakta bahwa kedatangan kedua itu akan menyatakan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dalam diri Kristus.
Kata ini digunakan dalam 2Tesalonika 1:7 1Pet 1:7,13 1Petrus 4:13.
3) EPIPHANEIA yaitu penampilan yang mulia dari Tuhan (the glorious appearing of the Lord).
Kata ini digunakan dalam 2Tes 2:8 1Tim 6:14 2Tim 4:1-8 Tit 2:13.
C) Cara kedatangan kedua.
1) Secara jasmani.
2) Bisa dilihat.
Bdk. Mat 24:30 Kis 1:11 Wahyu 1:7.
D) Tujuan kedatangan kedua.
1) Menghakimi dunia.
2) Menyempurnakan keselamatan orang percaya.
Bdk. Mat 25:31-46.
E) Saat kedatangan kedua:
Dari ayat-ayat seperti Matius 24:36,42-44 dan 2Petrus 3:10, jelaslah bahwa kita tidak bisa mengetahui kapan hari kedatangan kedua itu akan terjadi.
Karena itu, kalau ada orang yang berani meramalkan tanggal atau bulan atau tahun kedatangan Yesus yang keduakalinya, itu pasti adalah nabi palsu atau orang yang sangat kacau pengertian Kitab Sucinya!
Dari banyaknya tanda-tanda akhir jaman yang sudah terjadi, kita paling-paling bisa berkata bahwa kedatangan Kristus yang kedua itu sudah dekat dan bisa terjadi setiap saat.
Perlu juga diingat bahwa bagi Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun sama dengan satu hari (2Petrus 3:8), sehingga, apa yang dekat bagi Tuhan bisa saja masih lama bagi kita. Tetapi mengingat bahwa Yesus berkata bahwa Ia akan datang pada saat yang tidak kita duga, maka kita semua harus mempersiapkan diri setiap saat, sehingga kapanpun Ia datang, kita ada dalam keadaan siap sedia (Mat 24:44)!
Catatan:
Tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya ini hanya dibahas secara singkat, karena sebetulnya ini termasuk dalam Eschatologi (= doktrin tentang akhir jaman).
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
DOKTRIN KRISTOLOGI
https://teologiareformed.blogspot.com/
https://teologiareformed.blogspot.com/
-AMIN-